Upload
ndawung
View
39
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tercium Bau Busuk
Citation preview
Tercium bau busuk. Bau busuk dapat dikarenakan infeksi bakteri anaerob. Terjadinya
sumbatan menyebabkan muara-muara sinus paranasal tertutup sehingga oksigenasi kurang.
Oksigenasi yang kurang merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan bakteri anaerob.
Disertai buntunya saluran sinus paranasal sehingga sekret tidak bisa keluar melalui saluran
tersebut. Sumbatan yang terjadi pada hidung juga mengganggu penciuman. Bau-bauan akan
sulit masuk dan ditangkap oleh organ olfaktorius karena saluran napas tersumbat.
Nyeri kepala. Nyeri kepala yang dirasakan oleh pasien dapat disebabkan oleh sumbatan
dan infeksi sinus paranasal. Nyeri kepala tersebut disebut vacuum headache karena terjadi
sumbatan pada sinus sehingga udara yang terdapat dalam sinus tidak dapat mengalir dan tekanan
menjadi semakin negatif. Pada sinusitis maksilaris gejala berupa demam, malaise, dan nyeri
kepala yang tidak jelas.
Mengeluarkan darah jika membuang ingus dan berbau busuk. Mimisan atau
epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal maupun sebab
umum (kelainan sistemik). Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala suatu kelaianan.
Etiologi
Penyebab lokal
1. Trauma
2. Infeksi hidung
3. Tumor hidung
4. Pengaruh lingkungan
5. Benda asing
6. Idiopatik
Penyebab sistemik
1. Penyakit kardiovaskuler
2. Kelainan darah
3. Infeksi sistemik
4. Gangguan endokrin
5. Kelainan kongenital
Patofisiologi
Terdapat dua sumber perdarahan, yaitu bagian anterior dan posterior.
1. Pada epistaksis anterior, perdarahan berasal dari plexus Kiesselbach (yang
paling sering) atau dari arteri etmoidalis anterior. Biasanya perdarahan
tidak begitu hebat dan bila pasien duduk darah akan keluar malalui lubang
hidung. Sering kali dapat berhenti spontan dan mudah diatasi.
2. Pada epitaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri sphenopalatina dan
arteri etmoidalis posterior. Epitaksis posterior seringkali terjadi pada
pasien usia lanjut yang menderita hipertensi, arteriosklerosis atau penyakit
kardiovaskular lainnya. Perdarahan biasanya lebih hebat dan jarang
berhenti spontan (Mangunkusumo, 2007).
Pada pemeriksaan orofaring didapatkan post nasal drip. Post nasal drip pada
skenario ini disebabkan karena adanya hipersekresi kelenjar dalam hidung. Sekret mukopurulen
yang dihasilkan dari proses tersebut kemudian mengalir ke bagian faring karena adanya
mekanisme transport mukosilia hidung ke faring serta karena bertambahnya tekanan negatif di
bagian nasofaring.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis. Leukositosis menunjukkan
peningkatam leukosit yang umumnya melebihi 10.000/mm3 (Price, 2006). Leukosit meningkat
sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme, artinya
sebagian besar leukosit akan diangkut secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami
peradangan serius, dengan demikian leukosit dapat menyediakan pertahanan yang cukup dan
kuat terhadap agen-agen infeksius (Guyton, 2007).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan eosinofil. Jumlah eosinofil
normal adalah 2,3 % dari total leukosit tubuh (Guyton, 2007). Peningkatan jumlah eosinofil
(Eosinophylia) dapat dijumpai pada beberapa keadaan antara lain pada kedaan alergi, infeksi
parasit, neoplasma, reaksi obat (Price, 2006). Meskipun eosinofil merupakan fagosit lemah, pada
keadaan alergi eosinofil dapat mengurangi kerusakan jaringan yang berlebihan melalui
kemampuannya mendetoksifikasi beberapa zat pencetus peradangan yang diproduksi oleh sel
mast-basofil dan menghancurkan (memfagosit) kompleks antigen antibody sehingga dapat
mencegah proses peradangan (Guyton, 2007).