Terganggunya Sistem Homeostasis Tubuh karena Suhu Dingin.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Terganggunya Sistem Homeostasis karena Perubahan Suhu Mariella Valerie Bolang 102013433 / BP15Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Terusan Arjuna No.6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 E-mail: [email protected]

Abstrak Homeostasis adalah esensial bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan setiap sel, melalui aktivitas khususnya masing-masing ikut berperan sebagai bagian dari suatu sistem tubuh mempertahankan lingkungan internal yang dipakai bersama oleh semua sel. Lingkungan internal harus dijaga relatif stabil. Homeostasis bukan suatu keadaan kaku tetap tetapi stabil dinamik di mana perubahan-perubahan yang terjadi diminimalkan oleh respons-respons fisiologis kompensatorik. Setiap faktor yang diatur ditandai oleh perubahan terus-menerus dan steady state mengisyaratkan bahwa perubahan-perubahan ini tidak menyimpang jauh dari tingkat konstan. Kata kunci: homeostasis, lingkungan internal, steady state AbstractHomeostasis is essential for the survival of every cell, and every cell, through a particular activity each had a role as part of the body maintains a system of internal environment that is shared by all cells. The internal environment must be maintained relatively stable. Homeostasis is not a rigid state remains stable but dynamic in which the changes occur is minimized by compensatory physiological responses. Each factor is set characterized by continuous change and steady state suggests that these changes do not stray far from a constant level.Key words: homeostasis, internal factor, steady state

Pendahuluan Makhluk hidup terdiri dari berjuta-juta sel yang terorganisasi menjadi jaringan, organ, dan sistem. Kondisi-kondisi dalam tubuh berubah secara konstan saat kita menguraikan makanan dan mensintesis molekul-molekul sebagai respons terhadap situasi-situasi tertentu. Akan tetapi, agar setiap sel dapat berfungsi secara benar maka cairan yang mengelilingi sel (cairan ekstraseluler) dan cairan dalam sel (cairan intraseluler) harus tetap sama. Semua bagian tubuh bekerja sama untuk menjaga cairan ekstraseluler dan cairan intraseluler dalam kondisi yang paling baik atau optimum untuk sel. Usaha untuk mempertahankan lingkungan internal tubuh inilah yang disebut homeostasis. Tinjauan pustaka ini bertujuan agar kita lebih memahami sistem pertahanan dalam tubuh terhadap perbedaan suhu lingkungan yang memungkinkan untuk mempengaruhi kesehatan.

Homeostasis Istilah homeostasis digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam. Pada dasarnya, semua organ dan jaringan tubuh melaksanakan aneka fungsi untuk membantu mempertahankan kondisi yang konstan ini.1 Sel-sel tubuh dapat hidup dan berfungsi hanya jika cairan ekstrasel memungkinkan kelangsungan hidup mereka; karena itu, komposisi kimiawi dan keadaan fisik lingkungan internal ini harus dipertahankan dalam batas-batas yang ketat. Karena sel-sel menyerap nutrien dan O2 dari lingkungan internal maka bahan-bahan esensial ini harus terus-menerus dikeluarkan dari lingkungan internal agar tidak mencapai kadar toksik. Aspek-aspek lain lingkungan internal yang penting untuk mempertahankan kehidupan, misalnya, suhu, juga harus dijaga relatif konstan. Pemeliharaan lingkungan internal yang relatif stabil disebut homeostasis (homeo artinya yang sama; stasis artinya berdiri atau diam). Fungsi-fungsi yang dilakukan oleh masing-masing sistem tubuh memberi kontribusi bagi homeostasis sehingga lingkungan di dalam tubuh dapat dipertahankan untuk kelangsungan hidup dan fungsi semua sel. Sel-sel, sebaiknya, membentuk sistem tubuh. Ini adalah tema sentral fisiologi: Homeostasis adalah esensial bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan setiap sel, melalui aktivitas khususnya masing-masing, ikut berperan sebagai bagian dari suatu sistem tubuh mempertahankan lingkungan internal yang dipakai bersama oleh semua sel. Kenyataan bahwa lingkungan internal harus dijaga relatif stabil tidak berarti bahwa komposisi, suhu, dan karakteristik lainnya sama sekali tidak berubah. Baik faktor eksternal maupun internal secara terus-menerus mengancam untuk mengganggu homeostasis. Jika suatu faktor mulai menggerakkan lingkungan internal menjauhi kondisi optimal maka sistem-sistem tubuh akan memulai reaksi tandingan yang sesuai untuk memperkecil perubahan tersebut. Karena itu, homeostasis bukan suatu keadaaan kaku tetap tetapi stabil dinamik di mana perubahan-perubahan yang terjadi diminimalkan oleh respons-respons fisiologis kompensatorik. Kata dinamik mengacu kepada kenyataan bahwa setiap faktor yang diatur secara homeostasis ditandai oleh perubahan yang terus-menerus, sedangkan stabil (mantap, steady state) mengisyaratkan bahwa perubahan-perubahan ini tidak menyimpamg jauh dari tingkat konstan, atau tetap.2Mekanisme Kompensasi Setiap mekanisme kompensasi adalah respons segera sesaat terhadap situasi yang menggeser suatu faktor dalam lingkungan internal menjauhi tingkat yang diinginkan, sementara sebagian lainnya adalah adaptasi jangka panjang yang berlangsung sebagai respons terhadap pajanan berulang atau berkepanjangan ke situasi-situasi yang mengganggu homeostasis. Adaptasi jangka panjang menyebabkan tubuh lebih efisien dalam menanggapi tantangan yang berulang atau terus-menerus. Reaksi tubuh terhadap olah raga mencakup respons kompensasi jangka pendek dan adaptasi jangka panjang berbagai sistem tubuh.2Macam-macam Homeostasis Homeostasis sendiri terdiri atas 2 macam yaitu, homeostasis fisiologis dan psikologis. Dalam tubuh manusia, homeostasis fisiologis dapat dikendalikan oleh sistem endokrin dan sistem saraf otonom. Proses homeostasis fisiologis ini terjadi melalui 4 cara yaitu sebagai berikut: Pengaturan diri (self regulation)Secara otomatis, cara ini terjadi pada orang yang sehat, seperti pengaturan fungsi organ tubuh. KompensasiTubuh akan bereaksi terhadap ketidaknormalan dalam tubuh. Sebagai contoh yang dapat disampaikan seperti peningkatan keringat untuk mengatur suhu tubuh, serta penyempitan pembuluh darah perifer dan terserangnya pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan kegiatan yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu dalam tubuh tetap dapat stabil apabila lingkungan berubah menjadi dingin secara tiba-tiba. Umpan balik negatif (negative feedback) Cara ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan abnormal, tubuh akan secara otomatis melakukan mekanisme umpan balik negatif untuk menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi. Contoh, apabila tekanan darah meningkat maka akan meningkatkan baroceptor. Kemudian akan menurunkan rangsangan pada simpatik yang meningkatkan parasimpatik, menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi, sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah dan akhirnya menurunkan tekanan darah sampai pada keadaan normal melalui feedback mekanisme. Umpan balik positif (positive feedback) Cara ini digunakan untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis. Sebagai contoh yang dapat diutarakan yaitu terjadinya proses peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh apabila seseorang mengalami hipoksia. Kondisi mekanisme tubuh tersebut terkait dengan kondisi dalam keadaan sakit.3Keadaan menggigil yang terjadi pada laki-laki tersebut merupakan salah satu usaha fisiologis tubuhnya untuk menghasilkan panas sehingga dapat menyebabkan berbagai respons fisiologis yang terjadi dalam tubuhnya yaitu sebagai berikut: Peningkatan konsumsi oksigen 2 sampai 5 kali kecepatan normal Peningkatan kebutuhan metabolik sebesar 400% sampai 500% Peningkatan kerja otot jantung, produksi karbondioksida, vasokonstriksi kutan, dan akhirnya pembentukan asam laktat.4Sedangkan homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan kultur dalam masyarakat. Contohnya adalah mekanisme pertahanan diri seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul, meremas, mencerca, dan lain-lain.4Faktor Eksternal dan Internal yang berhubungan dengan Homeostasis Terdapat pula beberapa faktor yang mempengaruhi dalam kestabilan proses homeostasis dalam tubuh. Faktor-faktornya dibedakan menjadi dua yaitu faktor lingkungan luar dan lingkungan dalam.Faktor lingkungan luar (eksternal) yaitu: Suhu Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel akan mengalami perlambatan aktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin dan yang lebih buruk protein-protein struktural dan enzimatiknya akan terganggu apabila suhunya terlalu panas. Iklim Kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim dipelajari dalam meteorologi. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi. Kondisi dan ruang Kondisi dan ruang dimana laki-laki ini berjalan, sangat mempengaruhi suhu tubuh laki-laki ini sehingga membuatnya mengigil, selain karena ia belum terbiasa dengan lingkungan yang demikian. Kondisi yang ada disana adalah musim dingin dan ia sedang berada diantara tempat terbuka / diluar ruangan sehingga suhunya sangat rendah dan ia belum terbiasa karena ia selama ini selalu berada di kota tropis yang hanya memiliki dua musim (panas dan hujan), sehingga tubuhnya belum dapat terbiasa dengan kondisinya yang sekarang.Sedangkan faktor dalam yaitu faktor dari dalam tubuh yang ikut serta menyeimbangkan keadaan dalam tubuh. Faktor lingkungan dalam (internal) yaitu: Sistem SirkulasiSistem transportasi yang membawa berbagai zat, misalnya zat gizi, O2, CO2, zat-zat sisa, elektrolit, dan hormon dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya. Sistem RangkaMemberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ-organ tubuh. Sistem ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium, suatu elektrolit yang konsentrasinya dalam plasma harus dipertahankan dalam rentang yang sangat sempit. Bersama dengan sistem otot, sistem rangka juga memungkinkan timbulnya gerakan tubuh dan bagian-bagiannya. Sistem OtotMenggerakkan tulang-tulang yang melekat padanya. Dari sudut pandang homeostasis semata-mata, sistem ini memungkinkan individu menjauhi bahaya. Selain itu, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu. Karena berada di bawah kontrol kesadaran, individu mampu menggunakan otot rangka untuk melakukan berbagai macam gerakan sesuai keinginan. Gerakan-gerakan tersebut, berkisar dari keterampilan motorik halus yang diperlukan dan diarahkan untuk mempertahankan homeostasis. Sistem IntegumentBerfungsi sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegah cairan internal keluar dari tubuh dan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. Sistem ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh. Jumlah panas yang dikeluarkan dari permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dapat disesuaikan dengan mengatur produksi keringat dan dengan mengatur aliran darah hangat ke kulit. Konsentrasi molekul-molekul nutrienSel-sel memerlukan pasokan molekul nutrien secara terus-menerus untuk menghasilkan energi. Energi, sebaliknya, diperlukan untuk menunjang berbagai aktivitas sel baik yang bersifat khusus maupun yang mempertahankan kehidupan. Konsentrasi O2 dan CO2Sel-sel memerlukan O2 untuk melakukan reaksi kimia pembentuk energi. CO2 yang dibentuk selama reaksi-reaksi ini harus dikeluarkan sehingga tidak terbentuk asam yang meningkatkan keasaman lingkungan internal. Konsentrasi zat sisaSebagian reaksi kimia menghasilkan produk-produk akhir yang menimbulkan efek toksik pada sel tubuh jika dibiarkan berakumulasi. pHPerubahan pada pH (jumlah relatif asam) berpengaruh buruk pada fungsi sel saraf dan merusak aktivitas enzim semua sel. Konsentrasi garam, air, dan elektrolit lainKarena konsentrasi relatif garam (NaCl) dan air di cairan ekstrasel mempengaruhi seberapa banyak air yang masuk atau keluar sel, maka konsentrasi keduanya siatur secara cermat untuk mempertahankan volume sel. Sel tidak berfungsi normal jika membengkak atau menciut. Elektrolit-elektrolit lain berperan dalam berbagai fungsi vital lain. Sebagai contoh, denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium (K+) yang relatif konstan di cairan ekstrasel. Volume dan tekananKomponen lingkungan internal yang beredar, yaitu plasma, harus dipertahankan pada volume dan tekanan darah yang kuat untuk menjamin distribusi penghubung antara lingkungan eksternal dan sel yang penting ini ke seluruh tubuh.2Adanya lengkung refleks (respons loop) yang dapat menjelaskan lebih terperinci disaat adanya stimulus atau rangsangan yang diterima tubuh yang kemudian memberikan umpan balik. Setiap rangsangan yang diberikan akan memberikan umpan balik yang berbeda bagi tubuh namun urutan dan jalur yang digunakan tubuh untuk memberikan renspon tetap sama. Dapat disimpulkan refleks adalah respon otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute yang disebut lengkung refleks. Komponen-komponen lengkung refleks adalah sebagai berikut: Stimulus Perbedaan temperatur antara Jakarta dengan New York mengharuskan tubuh menyesuaikan pada suhu dingin yang ada sehingga tubuh tetap sehat dan tidak mengalmi sakit. Sensor / reseptorReseptor sensori yang paling banyak terdapat pada kulit. Kulit yang mempunyai lebih banyak reseptor untuk dingin dan hangat dibanding dengan reseptor yang ada dibagian tubuh lain seperti lidah, saluran pernafasan, maupun organ viseral lainnya. Apabila kulit menjadi dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga proses yang dilakukan untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses tersebut yaitu menggigil, untuk meningkatkan produksi panas, berkeringat untuk menghalangi kehilangan panas, dan vasokonstriksi untuk menurunkan kehilangan panas. Jalur aferenJalur yang menghantarkan stimulus dari reseptor sensori menuju ke pusat integrasi yang kemudian dapat menentukan bagaimana respon yang diberikan tubuh terhadap rangsangan yang ada. Melintas di sepanjang sebuah neuron sensorik sampai ke otak atau medulla spinalis. Integrator / pusat integrasiSelain reseptor suhu permukaan yang dimiliki oleh kulit, terdapat reseptor suhu lain yaitu reseptor pada inti tubuh yang merespons terhadap suhu pada organ tubuh bagia dalam, seperti visera abdominal, spinal cord, dan lain-lain. Termoreseptor di hipotalamus lebih sensitif terhadap suhu inti (36,6C sampai 37,5C). Hipotalamus integrator sebagai pusat pengaturan suhu inti berada di preoptik area hipotalamus. Bila sensitif reseptor panas di hipotalamus dirangsang, efektor sistem mengirim sinyal yang memprakarsai pengeluaran keringat dan vasodilatasi perifer. Hal tersebut dimaksudkan untuk menurunkan suhu, seperti menurunkan produksi panas dan meningkatkan kehilangan panas. Jalur eferenJalur penghubung antara pusat integrasi dengan efektor. Melintas di sepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor yang akan merespon impuls eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas.

EfektorSinyal dari sensitif reseptor dingin di hipotalamus memprakarsai efektor untuk vasokonstriksi, menggigil, serta melepaskan epineprin yang meningkatkan metabolisme sel dan produksi panas. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produksi panas dan menurunkan kehilangan panas ResponRespon yang didapatkan oleh tubuh setelah adanya stimulus atau rangsangan yang dipaparkan pada tubuh. Dalam kasus ini adalah temperatur dingin di kota New York yang membantu pengurangan jumlah keluarnya keringat. Umpan balik (feedback)Umpan balik yang didapat pemuda tersebut adalah umpan balik negatif karena suhu tubuh pemuda tersebut kembali ke keadaan semula (dalam suhu inti).5-7Umpan balik yang diterjemahkan oleh saraf-saraf motorik manusia diklasifikasikan menjadi dua macam. Umpan balik positif dan umpan balik negatif. Keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Umpan balik negatif (negative feedback) Merupakan suatu sifat sistem pengatur jika beberapa faktor dalam tubuh menjadi berlebihan atau terlalu kurang, yang terdiri atas serangkaian perubahan untuk mengembalikan faktor tersebut kembali ke nilai rata-rata tertentu, sehingga mempertahankan homeostasis.2 Umpan balik positif (positive feedback)Sifat sistem pengatur yang menimbulkan rangsangan pertama menyebabkan keadaan yang sama dan lebih hebat. Umpan balik positif lebih dikenal sebagai lingkaran setan, tetapi umpan balik positif yang ringan dapat diatasi oleh mekanisme pengaturan umpan balik negatif yang dimiliki tubuh, dan lingkaran setan tidak akan timbul. Hal ini disebabkan karna umpan balik positif tidak menghasilkan kestabilan, melainkan ketidakstabilan, dan sering kali menyebabkan kematian.2Didalam kasus ini, laki-laki yang menggigil merupakan hasil dari refleks dan menghasilkan umpan balik negatif dikarenakan pada saat sebelum dia berjalan kaki untuk melihat kota berarti ia berada di dalam ruangan yang memiliki suatu penghangat sehingga dia berada dalam keadaan suhu tubuh yang normal namun ketika ia berjalan keluar terjadi penurunan suhu secara drastis sehingga ia menjadi kedinginan oleh sensor ini menghasilkan gerak refleks dengan umpan balik negatif sehingga ia mengigil, mengigil sendiri dimaksudkan untuk menjaga kita tetap dapat hidup dan sehat. Otak akan melakukan pendeteksian sampai mana tubuh merasakan dingin, karena jika temperatur internal dalam organ turun hingga kurang dari 37C, kita akan meninggal dalam keadaan hipotermina, selama proses deteksi tersebut, otak mulai menstimulasi otot-otot untuk mengigil sedikit demi sedikit .Pada suhu rendah, mengigil akan sangat bermanfaat untuk menjaga temperatur dalam tubuh sehingga organ-organ dalam tubuh tetap dapat beraktivitas. Tentunya, mengigil ini akan sangat banyak mengonsumsi energi dan faktanya kita hanya akan mengigil pada suhu dingin yang tidak ekstrim.2Dalam tubuh manusia, terdapat titik set (set point) yang dijadikan patokan dalam tubuh disaat tubuh menghadapi sesuatu, misalnya stimulus. Set point merupakan standar normal pada sistem tubuh. Set point setiap orang dapat berbeda-beda, sesuai dengan genetik dan mampu atau tidaknya seseorang beradaptasi terhadap keadaan yang mempengaruhi sistem tubuh.

Set PointSuhu tubuh yang diukur di mulut (per oral) secara tradisional sebesar 98,6oF (37oC) dianggap normal. Namun, suatu studi baru-baru ini menunjukkan bahwa suhu tubuh bervariasi di antara individu dan bervariasi sepanjang hari, berkisar dari 96,0oF (35,5oC) pada pagi hari hingga 99,9oF (37,7oC) pada malam hari, dengan rata-rata keseluruhan 98,2oF (36,7oC)Sedangkan aklimatisasi juga diperlukan dalam pertahanan tubuh terhadap temperatur dingin Kota New York. Aklimatisasi merupakan salah satu bentuk adaptasi tubuh yang dilakukan secara alami. Aklimatisasi merupakan proses adaptasi suhu alami yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, biasanya disebabkan oleh perubahan suhu atau iklim di tempat yang dikunjungi atau tempat yang tidak biasa dijumpai setiap hari.Manusia biasanya tinggal di lingkungan yang lebih dingin daripada suhu tubuh mereka, tetapi mereka terus-menerus menghasilkan panas secara internal, yang membantu mempertahankan suhu tubuh. Produksi panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan. Perubahan suhu tubuh di kedua arah mengubah aktivitas sel-peningkatan suhu mempercepat reaksi-reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu memperlambat reaksi-reaksi tersebut. Karena fungsi sel sensitif terhadap fluktuasi suhu internal maka manusia secara homeostasis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisme sel berlangsung stabil. Panas berlebihan berakibat lebih serius daripada pendinginan. Bahkan peningkatan moderat suhu tubuh mulai menyebabkan malfungsi saraf dan denaturasi protein ireversibel. Sebagian besar orang mengalami kejang ketika suhu tubuh internal mencapai sekitar 106oF (41oC); 110oF (43,3oC), yang dianggap sebagai batas atas yang memungkinkan kehidupan.8

KesimpulanMenggigil yang dialami oleh laki-laki dalam kasus ini merupakan respon dari kondisi lingkungan luar dengan temperatur rendah, sedangkan laki-laki tersebut sudah terbiasa di wilayah tropis dengan temperatur yang lebih tinggi. Menggigil yang dialaminya merupakan sebuah respon dari proses adaptasi tubuh yang berguna meningkatkan panas dalam tubuh, sehingga tubuh kembali dalam rentang normal.

Daftar Pustaka1. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. 11th ed. Elsvier (Singapore): Pte Ltd and EGC Medical Publisher; 2006.h.4,7-8.2. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. 6th ed. Singapore: Pte Ltd and EGC Medical Publisher; 2009.h.9-12,710.3. Uliyah M, Hidayat AAA. Ketrampilan dasar praktik klinik. Ed 2. Jakarta: Salemba Medika; 2008.p.2-3.4. Carpenito LJ. Diagnosis: Aplikasi pada praktik klinis. Ed 9. Jakarta: EGC; 2009. p.148.5. Siagian M. Homeostasis: Keseimbangan yang halus dan dinamis. Jakarta: Departemen Ilmu; 2004. 6. Faal FK UI. http//www.efkidp.homeostasismanusia.com. Diunduh tanggal 22 Agustus 2014.7. Asmadi. Teknik prosedural: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar pasien. Jakarta: Salemba Medika; 2008.p.156-7.8. Sloane E. Anatomi fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.p.164.1