Upload
mulyati-sari
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/31/2019 terjemahan NSAID
1/6
Obat anti-inflamasi nonsteroid dan pendarahan pasca operasi
adenotonsilektomi pada pasien anak-anak
Jeyakumar Anita, MD; Brickman M. Todd, MD; Mary E. Williamson, MD; Hirose Keiko,
MD;
Krakovitz Paulus, MD; Whittemore Kenneth, MD; Christopher Discolo, MD
Tujuan: Untuk menilai efek obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) pada perdarahan
adenotonsilektomi pada anak-anak dalam studi retrospektif, berdasarkan praktek umum di 2
tempat perawatan tersier yang fasilitasnya berbeda.
Desain: Suatu penelitian retrospektif.
Tempat: Dua perawatan tersier yang fasilitasnya berbeda.
Pasien: Anak-anak sampai usia 16 tahun, yang menjalani adenotonsilektomi elektif atau
tonsilektomi dimasukkan dalam penelitian ini. Semua indikasi untuk adenotonsilektomi, dan
semua teknik operasi diikutsertakan dalam penelitian ini. Anak dengan kecenderungan suatu
perdarahan, dan mereka yang kontraindikasi dengan penggunaan NSAID (misalnya, karena
alergi), dikeluarkan dari penelitian.
Intervensi: Obat anti-inflamasi nonsteroid
Hasil Utama Ukuran: perdarahan pasca operasi pada pasien.
Hasil: Sebanyak 1.160 pasien dipilih yang memenuhi kriteria: 673 pasien menjalani operasi
adenotonsilektomi atau tonsilektomi dan yang tidak mendapatkan ibuprofen pada preoperatif
dan pasca operasi, dan 487 pasien menjalani rutin adenotonsilektomi atau tonsilektomi dan
diberikan ibuprofen pasca operasi. Kami mencatat 0,7% tingkat perdarahan pasca operasi
pada pasien yang tidak diperbolehkan minum ibuprofen perioperatif. Ada 1,0% tingkat
perdarahan pasca operasi pada pasien yang diperbolehkan mendapatkan ibuprofen
perioperatif (P =. 75).
7/31/2019 terjemahan NSAID
2/6
Kesimpulan: Ibuprofen tidak kontraindikasi untuk adenotonsilektomi atau tonsilektomi dan
sebaiknya digunakan untuk mengontrol rasa nyeri pasca operasi jika ada indikasi pada pasien
tersebut.
Perdarahan post tonsilektomi (PTH) dapat membahayakan jiwa dan insidennya dilaporkan
hingga 4500 per tahun di Amerika Serikat. Tingkat reoperasi sebesar 1,0% menjadi 5,5%
tidak signifikan, terutama bila dikaitkan dengan masalah sekitar pemberian anestesi umum
dalam keadaan demikian.
Nyeri merupakan gejala yang umum setelah operasi pada anak-anak, dan membutuhkan
penanganan nyeri efektif yang jelas. Setelah operasi, seperti tonsilektomi hampir semua anak-
anak merasakan sangat nyeri lebih lama dari 7 hari. Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID)
yang berguna untuk menangani nyeri pasca operasi karena operasi menyebabkan nyeri dan
inflamasi. Obat anti-inflamasi nonsteroid telah digunakan secara luas tidak hanya di ruang
operasi dan bangsal tetapi juga di rumah, dan obat tersebut diyakini aman dan efektif. Dengan
peningkatan prevalensi 'individu yang menggunakan NSAID, ada kekhawatiran apakah dosis
rendah NSAID, yang mencegah agregasi trombosit, menyebabkan masalah perdarahan pada
operasi adenotonsilektomi dan / atau operasi tonsilektomi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketorolac trometamin dapat meningkatkan
perdarahan lebih dari NSAID lain, tapi bukti mengenai NSAID dan perdarahan masih
bertentangan. 2,3. Namun, adanya informasi yang bertentangan cukup menyebabkan banyak
dokter otolaryngology sangat ragu-ragu menggunakan NSAID dalam pengobatan pasien yang
memerlukan operasi adenotonsilektomi, baik sebelum operasi maupun pasca operasi.
Untuk menguji luasnya efek samping yang tidak diinginkan, studi ini mengevaluasi
tingkat perdarahan pada anak-anak yang menggunakan NSAID dibandingkan dengan anak-
anak yang tidak diberi NSAID pada periode perioperatif.
METODE
Sebuah studi retrospektif dirancang untuk mengukur efek dari ibuprofen, berdasarkan pada
praktek umum di 2 tempat pusat rujukan akademik tersier. Persetujuan penelitian secara
institusi telah diperoleh dari kedua institusi tersebut. Hasil penelaahan dengan statistik,
7/31/2019 terjemahan NSAID
3/6
menentukan bahwa 375 pasien akan diperlukan dalam penelitian masing-masing tempat
untuk mencapai power yang cukup untuk penelitian ini.
Pada satu institusi akademik besar, pasien diberi ibuprofen 5 mg / kg) tanpa reservasi
dalam area pemulihan pasca operasi dan diinstruksikan sebagai alternatif dari ibuprofen (5
mg /kg) dengan acetaminophen (15 mg / kg) atau kodein acetaminophen setiap 3 jam. Selain
itu, pasien tidak dibatasi untuk menggunakan ibuprofen sebelum operasi. Pada institusi
akademis kedua, pasien diberitahu untuk tidak menggunakan ibuprofen sampai 5 hari sebelum
operasi dan 2 minggu setelah operasi. Pasien pasien tersebut diberi asetaminofen (15 mg /
kg) atau acetaminophen codeine hanya untuk menghilangkan rasa sakit pasca operasi.
Sebanyak 1.160 pasien yang diteliti. Semua pasien berusia 16 tahun atau lebih muda
pada saat operasi. Pasien-pasien tersebut semuanya merupakan kandidat untuk tonsilektomi
dan adenotonsilektomi elektif. Pasien yang diikuti (follow up) selama 1 bulan setelah operasi,
sesuai standar perawatan pada kedua institusi tersebut. Pasien yang hilang pada follow-up
tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Juga yang dieksklusikan dari penelitian ini adalah
pasien yang didokumentasikan dengan riwayat gangguan perdarahan. Ada 673 pasien yang
tidak menggunakan ibuprofen pada periode pra operasi dan pasca operasi, dan 487 pasien
menggunakan ibuprofen sesuai berat badan pada periode pra operasi dan pasca operasi. Dari
673 pasien yang tidak menggunakan ibuprofen apapun, 385 pasien dicatat pada lembaga
pertama dan 288 pasien sisanya dari institusi kedua, berdasarkan pada praktek layanan
kesehatan tunggal di institusi tersebut. Titik akhir untuk setiap pasien ditentukan pada
pemeriksaan follow-up 1 bulan pasca operasi atau jika ada perdarahan dicatat menjadi
episode perdarahan pascaoperasi yang memerlukan intervensi apapun.
Tingkat perdarahan pada kelompok NSAID dibandingkan dengan kelompok non
NSAID pada menggunakan uji Fisher. Asosiasi antara faktor lain, dan perdarahan pasca
operasi dan lembaga dinilai dengan menggunakan X2 tes, uji Fisher, atau tes 2-sampel t yang
sesuai.
HASIL
Penelitian ini adalah bagan review retrospektif pasien tonsilektomi pada 2 institusi (Klinik
Cleveland Foundation, Cleveland, Ohio [lembaga A] dan Universitas Rochester, Rochester,
New York [lembaga B]). Beberapa pasien di lembaga B diberi NSAID dan beberapa tidak. Di
7/31/2019 terjemahan NSAID
4/6
institusi A, dari 385 pasien, tidak ada yang diberi NSAID. Lembaga B 775 pasien, 487
mendapat NSAID dan 288 yang tidak mendapat NSAID.
Pada Tabel membandingkan tingkat perdarahan dan factor lainnya kelompok NSAID
dan kelompok non NSAID. Pasien dari kedua institusi (A dan B) yang dimasukkan. Dari 673
pasien yang tidak diberi NSAID, 5 pasien (0,7%) yang mengalami perdarahan pasca operasi,
sementara 5 dari 485 subyek (1 %) yang diberikan NSAID mengalami perdarahan. Perbedaan
antara kedua kelompok secara statistik tidak signifikan (P =. 75). Pasien dengan perdarahan
yang secara signifikan lebih muda daripada pasien tanpa perdarahan (rata-rata [SD] usia, 4,5
[2,3] tahun vs 6.7 [3.4] tahun; P =. 02).
Tingkat Pendarahan di institusi B dianalisis untuk menghilangkan efek institusi (Tabel).
Meskipun tidak ada yang mengalami episode perdarahan di antara 288 pasien yang tidak
diberi NSAID dan 5 episode diantara 485 yang diberi NSAID, perbedaan ini secara statistik
tidak bermakna (P =. 16). Dalam membandingkan institusi A dan B, tidak ada perbedaan
tingkat perdarahan yang signifikan, meskipun pasien dari lembaga A secara signifikan lebih
muda (Tabel).
KOMENTAR
Meskipun merupakan prosedur yang telah lama dipraktekkan, tonsilektomi masih
merupakan operasi yang sangat umum dan dianggap prosedur bedah mayor yang paling
umum dilakukan pada anak-anak. Perdarahan adalah komplikasi yang paling umum terjadi.
Suatu perkirakan bahwa 2% hingga 3% dari pasien mengalami perdarahan, dan 1 dari 40 000
pasien meninggal kerena perdarahan. 4 Pendarahan dapat diklasifikasikan yaitu intraoperatif,
primer (terjadi di dalam pertama 24 jam), atau sekunder (terjadi antara 24 jam dan 10 hari).
Sebagian besar kasus intraoperatif dan perdarahan primer dikaitkan dengan teknik operasi.
Namun, kasus perdarahan sekunder dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, paling sering,
adalah hilangnya eschar permukaan. Peran NSAID pada perdarahan yang tidak jelas dalamliteratur, dan kami memilih untuk mempelajari pengaruh ibuprofen, khususnya.
Obat anti-inflamasi nonsteroid efektif dalam penanganan nyeri pasca operasi ringan
sampai sedang pada anak-anak. Obat ini dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan
kebutuhan untuk analgesik opioid, sehingga mengurangi atau menghilangkan efek merugikan
dari opioid-induced.5
Obat anti inflamasi nonsteroid, acetaminophen, dan opioid adalah
7/31/2019 terjemahan NSAID
5/6
analgesic aktif dan dapat memiliki efek addiktif jika pemakaian dikombinasikan. Karena
opioid dan NSAID menghasilkan analgesia dengan mekanisme yang berbeda, efek aditif
sederhana pada pemberian opioid yang kombinasi dengan OAINS sering secara substansial
lebih besar daripada analgesia yang dicapai dengan menggandakan dosis obat lain yang
diberikan sendirian.6,7
Bagaimanapun juga meningkatnya penggunaan NSAID perioperatif
pada anak menimbulkan kekhawatiran mengenai timbulnya komplikasi sekunder
terganggunya hemostasis.
Acetaminophen dan ibuprofen menghasilkan efek analgesik dan antipiretik dengan
menghambat sintesis prostaglandin. Secara khusus, acetaminophen dan ibuprofen
mengganggu aktivitas enzim siklooksigenase, sehingga mencegah konversi asam arakidonat
menjadi prostaglandin dan tromboksan. Acetaminophen bekerja terutama dalam sistem saraf
pusat dan oleh karena itu tidak memiliki sifat anti-inflamasi. Ibuprofen bekerja baik sistem
syaraf sentral maupun perifer.
NSAID yang umum digunakan, seperti ketorolac trometamin, diklofenak, ibuprofen,
dan ketoprofen, memiliki efek antiplatelet reversibel, yang menyebabkan penghambatan
sintesis tromboksan.9
Efek yang merugikan ini menjadi perhatian selama periode perioperatif.
Waktu perdarahan biasanya sedikit meningkat, tetapi pada kebanyakan pasien tetap dalam
batas normal pada anak-anak dengan sistem koagulasi normal .10,11
Penelitian kami memiliki
keterbatasan berikut ini (1) Pendarahan pasca operasi dari hari ke 2 sampai 10 dapat dikaitkan
dengan penggunaan yang berlanjut NSAIDs atau hilangnya eschar pada hari ke 5 sampai 10
(2) Institusi A tidak memberikan NSAID, jadi kita tidak dapat menyesuaikan untuk institusi
didalam analisis. Perbedaan atau kurangnya perbedaan antara kelompok NSAID dan
kelompok non NSAID bisa disebabkan perbedaan dalam institusi (3) Sifat studi retrospektif
menunjukkan keterbatasan yang dimilikinya. Data tidak dikumpulkan sebagai suatu priori
terhadap tujuan penelitian ini, dan karena itu informasi klinis yang dikumpulkan berbeda-
beda untuk masing-masing pasien. Selain itu, hanya informasi yang dicatat yang dapat
diperoleh kembali, dan karena itu informasi penting mungkin telah hilang karena berbagai
variasi dokumentasi. Penetapan bias juga mungkin ada selama kompilasi data. Suatu
penelitian, acak, tersamar ganda, placebo-controlled trial dibutuhkan untuk lebih
memperjelaslebih lanjut mengenai resiko dari NSAID pada periode pasca operasi
7/31/2019 terjemahan NSAID
6/6
KESIMPULAN
Efek yang signifikan dari NSAID pada fungsi trombosit adalah reversibel dan sebagian
dengan konsentrasi darah. Sebenarnya tidak ada efek antiplatelet akan hadir setelah 5 sampai
6 kali waktu paruh obat.12,13
Oleh karena itu, setiap perdarahan yang timbul pada dosis tunggal
obat ini akan muncul segera pada periode pasca operasi dan tentu saja dalam 24 jam pertama.
Pada penelitian kami tidak terjadi perdarahan segera pasca operasi (didefinisikan sebagai
terjadi perdarahan yang timbul dalam 24 jam pasca operasi). Selama periode follow up 1
bulan, kami tidak mengamati adanya perbedaan statistik dalam tingkat perdarahan antara
pasien yang mendapat NSAID dan mereka yang tidak mendapat NSAID (P =. 75). Kami
menyimpulkan ibuprofen yang dapat diberikan dengan dosis 5 mg / kg, setiap 6 jam, aman
dalam periode perioperatif untuk pasien tonsilektomi. Ibuprofen tidak kontraindikasi untuk
adenotonsilektomi atau tonsilektomi dan sebaiknya digunakan dalam mengontrol nyeri pasca
operasi jika indikasi pada pasien tersebut.