24
E-LEARNING DAN TANTANGAN GURU DALAM PENERAPAN ICT DI SEKOLAH (Review Jurnal) Diajukan Untuk Memenuhi UTS Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan Islam Dosen Pembimbing: H. Slamet, SE., MM., Ph.D. Oleh: M. Junaidi Marasabessy NIM. 13710003 PROGRAM PASCASARJANA PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI) UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014

Tesc

  • Upload
    edi94

  • View
    220

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

it

Citation preview

  • E-LEARNING DAN TANTANGAN GURU DALAM

    PENERAPAN ICT DI SEKOLAH

    (Review Jurnal)

    Diajukan Untuk Memenuhi UTS Mata Kuliah

    Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan Islam

    Dosen Pembimbing:

    H. Slamet, SE., MM., Ph.D.

    Oleh:

    M. Junaidi Marasabessy NIM. 13710003

    PROGRAM PASCASARJANA

    PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)

    UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

    2014

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ii

    DAFTAR ISI iii

    BAB I : PENDAHULUAN

    BAB II : PEMBAHASAN

    A. ICT Dalam Dunia Pendidikan 4

    B. ICT dan Pembelajaran 8

    C. Manfaat E-Learning . 9

    D. Tantangan Guru Dalam Penerapan ICT Si Sekolah 13

    BAB III : PENUTUP

    A. Keesimpulan 22

    DAFTAR RUJUKAN

  • E-LEARNING DAN TANTANGAN GURU DALAM

    PENERAPAN ICT DI SEKOLAH

    A. PENDAHULUAN

    Negara Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki sumber daya

    alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Pertumbuhan Indonesia

    mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. hingga pada atahun 2012

    pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,2 persen. Negara Indonesia termasuk

    salah satu anggota ASEAN (perkumpulan bangsa-bangsa di Asia Tenggara). Pada

    tahun 2015, ASEAN merencanakan penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN

    (MEA), untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN,

    meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan

    mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan

    standar hidup masyarakat.

    Dengan adanya MEA tersebut, maka secara otomatis pendidikan menjadi

    bagian yang harus di perhatikan sehingga Indonesia tidak di pandang sebelah

    mata dengan negara Asia lainnya.olehnya itu kekuragan secara kuantitatif SDM

    saat ini membuat keprihatinan dan menjadi motifasi agar kedepan mampu

    bersaing di era MEA.

    Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, dunia

    pendidikan harus membuat terobosan dalam meningkatkan kualitas pendidikan,

    sehingga pendidikan mampu mencetak tenaga-tenaga profesional. Namun

    masalah yang di hadapi dunia pendidikan indonesia saat ini adalah tidak

    meratanya pendidikan yang berkualitas.

    Menurut hasil Studi Political and Economical Risk Consultancy (PERC)

    tahun 2005, mencerminkan betapa rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia

    saat ini. Derajat pendidikan di Indoensia di urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.

    Indonesia berada pada posisi paling buncit. Malaysia, Singapura, Brunei,

    Thailand, dan Filipina, berada di atas Indonesia.

    Problematik sebesar ini tidak cukup sekadar jadi pengetahuan. Tetapi kita

    harus menerjemahkannya. Apa implikasi dan apa yang harus kita siapkan dalam

    menghadapi perubahan pasar, perubahan interaksi sosial? Sehingga kompetensi,

    sertifikasi, dan skill tertentu menjadi bagian yang harus kita persiapkan, olehnya

    itu pentingnya mengelola seluruh sumber daya (dalam hal ini guru) yang ada di

    sekolah dengan mengedepankan prinsip transparan dan akuntabel. Dan tidak

    terjebak dengan urusan-urasan yang jauh dari yang dibayangkan, hanya karena

    mereka tidak tahu atau belum tahu tentang sistem aturan yang harus di ikuti.

    Indonesia diuntungkan pada sektor anggaran pendidikan, dukungan

    pemerintah, dan sarana prasarana. Namun ketiga sektor tersebut membutuhkan

  • keterampilan tinggi. Oleh karena itu, berbagai program peningkatan SDM dapat

    dilaksanakan dengan bekerja sama antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi

    dan masyarakat untuk menyiapkan angkatan kerja berketerampilan tinggi. Selain

    itu dapat juga dilakukan melalui pengenalan IPTEK, karena dampak yang

    ditimbulkan oleh teknologi dalam era globalisasi, khususnya teknologi informasi

    dan komunikasi, sangat luas. Teknologi ini dapat menghilangkan batas geografis

    pada tingkat negara maupun dunia. Dalam aspek pendidikan dengan adanya

    IPTEK, guru Indonesia akan semakin meningkat seiring dengan proses alih

    pengetahuan dari teknologi tersebut. sehingga secara tidak langsung juga akan

    mempengaruhi peningkatan ekonomi di Indonesia.

    Tantangan dunia pendidikan saat ini adalah bagaimana memanfaatkan

    teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dalam konteks akademis. Indonesia

    adalah Negara yang besar terdiri dari ribuan pulau yang dipisahkan oleh lautan

    yang luas pula. Kebaradaan wilayah yang sangat luas dan terpisahkan oleh lautan

    tersebut sering menjadi kendala dalam upaya pemerataan kesejahteraan termasuk

    masalah pemerataan kesempatan kepada warga negara dalam mendapatkan

    pendidikan sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945. Salah satu contoh

    permasalahan dalam pendidikan adalah kesulitan peserta didik untuk melanjutkan

    studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena keterbatasan daya tampung

    lembaga pendidikan. Di sejumlah Negara maju seperti Amerika dan Jepang

    permasalahan tersebut mungkin bukan merupakan hal yang serius, karena negara-

    negara tersebut telah memiliki teknologi untuk mengatasinya.

    Penerapan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) seperti radio, televisi

    dan internet dalam pendidikan di negara-negara terbut bukanlah hal yang baru.

    Teknologi tersebut telah dikemas sedimikian rupa, sehingga menjadi salah satu

    alternative untuk mengatasi pemerataan kesempatan kepada warga negaranya

    untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan keinginannya.

    Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) adalah teknologi yang

    menjadikan informasi sebagai komoditas yang diolah (Budi Rahardjo, 2000).

    Implementasi pendidikan dalam bentuk pembelajaran di sekolah-sekolah atau

    perguruan tinggi sarat sekali dengan informasi yang harus diolah para pembelajar

    dan pengajar sehingga menjadi sesuatu yang bermakna. Ditinjau dari pihak

    pembelajar seberapa banyak, seberapa penting dan sebarapa menarik informasi

    tersebut sehingga dapat diasimilasikan menjadi sesuatu yang bermakna. Ditinjau

    dari pihak pengajar bagaimana informasi tersebut disajikan atau disampaikan

    sehingga pembelajar dapat dengan mudah menerimanya. Di sinilah teknologi

    informasi akan memegang peranan yang sangat penting bagaimana mengolah

    bahan ajar sebagai bentuk informasi sehingga menarik, mudah diterima dan setiap

    peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkannya.

  • Pemanfataan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan

    sangat erat kaitannya dengan penggunaan computer, TV, radio dan perangkat

    keras lainnya. Munculnya teknologi dunia maya melalui internet telah

    menyemarakan dan menyempurnakan komunikasi jarak jauh dalam pendidikan

    yang telah dirintis radio dan televisi. Namun demikian teknologi internet yang

    mebutuhkan jasa satelit komunikasi dan perangkat computer masih terbilang

    mahal jika dibandingkan dengan radio dan TV. Aplikasi internet dalam dunia

    pendidikan telah mendukung system pendidikan dalam bentuk distance learning,

    web based education,e-learning atau bentuk virtual university. Virtual University

    memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang

    dapat diakses oleh orang banyak. Hal tersebut dapat menjadi peluang untuk

    pemerataan pendidikan di Indonesia yang wialayahnya sangat luas.

    Dari beberapa masalah diatas maka penulis mencoba menggambil hasil

    beberapa penelitian dalam bentuk jurnal-jurnal yang telah memuat masalah yang

    terjadi di dunia pendidikan saat ini serta solusi-solusi yang telah di paparkan dan

    telah di konsumsi di berbagai tempat yang berbeda secara geografis. Dan jurnal

    yang di review ini berdasarkan tema pembahasan E-Learning dan Tantangan

    Guru dalam Penerapan ICT di sekolah.

    B. PEMBAHASAN

    1. ICT dalam dunia Pendidikan

    Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication

    Technology), yang terdiri atas teknologi informasi dan teknologi komunikasi,

    mampu menghasilkan teknologi unggul yang berperan penting dalam pemrosesan,

    manipulasi, pengelolaan dan transfer data antar perangkat/media. Pengaruh ICT

    telah dirasakan di hampir seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalamnya di

    dunia pendidikan. Pengenalan komputer sebagai alat yang memungkinkan akses,

    transmisi, pemrosesan, dan manipulasi informasi telah menunjukkan peluang

    untuk memanfaatkan komputer dalam pendidikan karena keduanya berhubungan

    dengan informasi. Meskipun demikian, untuk mendapatkan manfaat yang optimal

    dari teknologi, kita harus bergerak dari information-centric view dan

    menggunakan teknologi untuk mengubah pendidikan melalui pendekatan baru

    yang akan menciptakan knowledge society, atau bahkan lebih maju lagi, untuk

    menciptakan creative society (Resnick, 2002).1

    ICT mempunyai potensi untuk mengubah pendidikan dan pembelajaran

    melalui dua cara penting, yaitu: (1) melakukan hal-hal yang telah kita lakukan

    dengan lebih cepat, lebih fleksibel, dan lebih efisien dengan akses yang lebih luas,

    1 Resnick, M. 2002. Chapter 3: Rethinking Learning in the Digital Age. The Global

    Information Technology Report 2001-2002, 32-37.

  • dan (2) melakukan hal-hal yang belum dapat kita lakukan atau melakukannya

    dengan cara-cara yang berbeda dari sebelumnya (Roca et al, 2006)2.

    Murphy dan Greenwood (1998) dalam Agboola mengemukakan bahwa

    penggunaan ICT oleh guru dan siswa dalam pembelajaran masih sangat kurang.

    Masalah ini merupakan masalah lazim dijumpai di berbagai belahan dunia.

    Berbagai penjelasan dari hasil pelbagai penelitian mengenai fenomena ini dikutip

    lebih lanjut oleh Agboola, antara lain: kurangnya ketersediaan dan atau

    kurangnya aksesibilitas sumber daya ICT di sekolah, langkanya kesempatan

    untuk menggunakan komputer, kurangnya pengalaman dan pelatihan untuk

    menggunakan ICT, kurangnya motivasi dan dorongan guru untuk menggunakan

    ICT, serta masih rendahnya tingkat kepercayaan diri dari guru dan siswa terkait

    dengan kemampuan komputernya.

    Alat-alat berbasis ICT seperti TV, radio, komputer, kamera digital, dan lain-

    lain telah begitu akrab dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kita, termasuk

    dalam kehidupan mahasiswa yang merupakan kelompok terpelajar dan melek

    teknologi. Hal ini mengindikasikan adanya potensi yang besar untuk

    memanfaatkan ICT dalam aktivitas belajar mahasiswa. Komputer sepertinya

    merupakan alat teknologi yang paling intens digunakan dalam aktivitas belajar,

    yaitu untuk mengerjakan tugas kuliah, presentasi di kelas, serta memanfaatkan

    akses internet untuk mencari informasi yang berkaitan dengan perkuliahan.

    Selain komputer dan internet, smartphone menawarkan jalur komunikasi dan

    informasi yang lebih fleksibel. Meskipun demikian, ada kecenderungan bahwa

    kepemilikan ICT yang begitu marak di kalangan mahasiswa belum diimbangi

    dengan

    pemanfaatan ICT untuk tujuan edukasi. ICT lebih banyak dimanfaatkan

    sebagai media komunikasi, sosialisasi, dan hiburan. Oleh karenanya diperlukan

    suatu usaha untuk memotivasi penggunaan ICT untuk menunjang aktivitas

    belajar sehingga mampu meningkatkan kompetensi di bidang masing-masing.

    Uraian berikut ini akan membahas kemajuan Teknologi Informasi dan

    Komunikasi (TIK) dan berbagai kemungkinan penerapannya, khususnya pada

    pembelajaran. Pembahasan akan dimulai dengan kekuatan TIK pada

    pembelajaran, yang di antaranya melahirkan konsep e-learning, manfaat e-

    learning, dan bahan-bahan pembelajaran untuk e-learning

    2 Roca, et.al. 2006. Understanding e-learning continuance intention: An Extension of the

    Technology Acceptance Model. International Journal Human-Computer Studies, 64, 683-696.

  • 2. ICT dan Pembelajaran

    Kemajauan TIK telah mendorong manusia untuk meningkatkan efisiensi

    dan efektivitas pada setiap kegiatannya. Bidang-bidang seperti e-commerce, e-

    banking, egovernment misalnya, telah banyak memanfaatkan kemajuan TIK

    dalam aktivitasnya. Memasuki abad XXI ini, banyak institusi pendidikan,

    khususnya di luar negeri, berusaha meningkatkan kualitas pembelajarannya

    dengan memanfaatkan kemajuan TIK melalui program e-learning. Bahkan di

    Malaysia, program e-learning ini mendapat dukungan penuh dari pemerintahnya

    melalui program Agenda Information Technology National yang dilancarkan

    oleh National Information Technology Council (NITC). Untuk membawa

    Malaysia siap bersaing di era global abad XXI ini, NITC melancarkan lima

    agenda, yaitu bidang e-community, e-public services, e-learning, e-economy, dan

    esovereignity (Koran, 2003)3. Sedangkan di Singapura, yang mempunyai basis

    TIK lebih baik, telah melangkah lebih maju menuju era e-government dengan

    visinya to be a leading e-Government to better serve the nation in the digital

    economy (Djunaedi, 2003)4.

    Walaupun infrastruktur TIK di Indonesia masih kalah dari beberapa Negara

    di luar negeri, sebaiknya para insan pendidikan, khususnya para tenaga pengajar

    dan pengelola lembaga pendidikan, harus mulai berpikir dan bertindak untuk

    memajukan elearning. Jika tidak segera bertindak, dimungkinkan sekolah-sekolah

    di Indonesia akan kehilangan para peserta didiknya, yang lebih suka mengikuti

    program distance learning dari sekolah-sekolah di luar negeri. Di samping itu,

    UNESCO juga telah menetapkan standar bagi guru untuk dapat menggunakan

    TIK bagi keperluan pembelajarannya (Majumdar, 2005)5.

    Kekuatan TIK (power of ICT) telah mendorong para insan pendidikan untuk

    memannfaatkannya dalam bidang pendidikan. Kekuatan TIK telah mendorong

    terjadinya perubahan dalam kurikulum, yang meliputi perubahan tujuan dan isi,

    aktivitas belajar, latihan dan penilaian, hasil akhir belajar, serta nilai tambah yang

    positip (Yuk, 2006)6.

    3 Koran, J.K.C., 2003, Aplikasi E-Learning dalam Pengajaran dan Pembelajaran di

    Sekolah-sekolah Malaysia : Cadangan Pelaksanaan pada Senario Masa Kini. 4 Djunaedi, A., 2003, Beberapa Pemikiran Penerapan E-Government dalam

    Pemerintahan Daerah di Indonesia makalah dalam Seminar Nasional E-government di FMIPA UGM Yogyakarta tanggal 30 Oktober 2003.

    5 Majumdar, S. (ed), 2005, Regional Guidelines for Teacher Development for Pedagogy

    Technology Integeration, Bangkok : UNESCO. 6 Yuk, V., 2006, ICT in Instruction (e-learning) & The Power of ICT paper in Training

    Programme ICT for Quality Improvement of Graduate Study organized by SEAMOLEC, ITB, DGHE MONE, Bandung, 23 27 June.

  • Oleh karena itu, muncul istilah-istilah seperti e-teacher, e-test, e-library, e-

    assignment, eeducation, virtual school, virtual university, e-learning, dan

    sebagainya. e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan TIK untuk

    mentransformasikan proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik.

    Definisi e-learning ini seringkali berubah-ubah seiring dengan kemajuan

    teknologi pada masa kini. la juga seringkali disalah tafsirkan dalam iklan-iklan

    promosi pendidikan. Bagaimanapun secara umumnya, e-learning adalah sebatas

    pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN,

    WAN atau Internet) untuk penyampaian isi kandungan, interaksi ataupun

    pemudahcaraan. Internet, Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan

    CD-ROM adalah sebahagian dari media elektronik yang dimaksudkan di dalarn

    kategori ini. Pengajaran belch disampaikan secara synchronously (pada waktu

    yang sama) ataupun asynchronously (pada waktu yang berbeda). Bahan

    pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai

    teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan

    kemudahan untuk discussion group dan bantuan profesional bahan pelajaran

    secara dalam online7.

    Tujuan utama penggunaan teknologi ini adalah meningkatkan efisiensi dan

    efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas pembelajaran. TIK yang digunakan

    untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam elearning ini dapat berupa

    komputer, LAN (local area network), WAN (wide area network), internet,

    intranet, satelit, TV, CD ROM, dan sebagainya. Proses pembelajaran dapat

    disampaikan secara synchronously (pada waktu bersamaan) atau asynchronously

    (pada waktu yang berbeda). Bahan pembelajaran yang bercirikan multimedia,

    mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio, video. Hal ini merupakan

    kelebihan yang dimiliki media berbasis komputer. Di samping itu, suatu e-

    learning juga harus mempunyai kemudahan bantuan profesional isi pelajaran

    secara on line.

    Dari uraian tersebut jelas bahwa e-learning menggunakan teknologi informasi

    dan komunikasi sebagai alat; dengan tujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas,

    transparansi, akuntabilitas, dan kenyamanan belajar; dengan obyeknya adalah

    layanan pembelajaran yang lebih baik, menarik, interaktif, dan atraktif. Hasil

    akhir yang diharapkan adalah peningkatan prestasi dan kecakapan akademik

    peserta didik serta pengurangan biaya, waktu, dan tenaga untuk proses

    pembelajaran.

    7 -w-w.elearningshowcase.con-i/eleanifa httD://w _A diakses pada tanggal

  • E-learning termasuk model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

    Dengan e-learning, peserta didik dituntut mandiri dan bertanggung jawab

    terhadap proses pembelajarannya, sebab ia dapat belajar di mana saja, kapan saja,

    yang penting tersedia alatnya. E-learning menuntut keaktifan peserta didik.

    Melalui e-learning, peserta didik dapat mencari dan mengambil informasi/materi

    pembelajaran berdasarkan silabus/kriteria yang telah ditetapkan pengajar /

    pengelola pendidikan. Peserta didik akan memiliki kekayaan informasi, sebab ia

    dapat mengakses informasi dari mana saja yang berhubungan dengan materi

    pembelajarannya. Peserta didik juga dapat berdiskusi secara on line dengan

    pakar-pakar pada bidangnya, misalnya melalui e-mail atau chatting. Dengan

    demikian jelas bahwa keaktifan peserta didik dalam e-learning sangat

    menentukan hasil belajar yang mereka peroleh. Semakin ia aktif, semakin banyak

    pengetahuan atau kecakapan yang akan diperoleh. Tabel 1 menunjukkan trend

    baru model pembelajaran dengan memanfaatkan kemajuan TIK yang akan segera

    bergeser dari model e-learning ke model mobile learning (m-learning).

    Generasi ke-5 Generasi ke-6

    e-learning Model m-learning Model

    Web-based course Web-based course

    Integrated multimedia Integrated multimedia

    Computer mediated communication Mobile/handphone mediated communication

    Computer intelligent system Computer intelligent system

    Tabel 1. Trend Belajar

    Karakteristik lain dari e-learning adalah selalu memuat bahan

    pembelajaran yang up-to-date. Hal ini disebabkan oleh kemudahan untuk

    melakukan koreksi dan pembetulan terhadap materi pembelajaran setiap saat

    dipandang perlu. Sebagai perbandingan, pada sistem tradisional, jika ada buku

    atau hand out salah cetak misalnya, perlu cetak ulang edisi berikutnya untuk

    membetulkannya, dan ini bisa memerlukan waktu berbulan-bulan, bahkan

    bertahun-tahun. Berbeda dengan bahan pembelajaran elearning, jika diketahui ada

    kesalahan atau adanya temuan baru, saat itu juga materi pembelajaran dapat

    dikoreksi dan di update, sehingga peserta didik selalu memperoleh informasi

    terbaru dan terkini.

    E-learning juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat

    belajar secara bebas tanpa merasa tertekan. Bebas dalam artian ia dapat

    mencari bahan-bahan atau materi pembelajaran. Ia juga bebas dari perasaan malu,

    yang biasanya terjadi pada kelas tradisional, jika ia merasa lambat, tidak bisa

  • menjawab pertanyaan guru, atau gagal dalam belajarnya. Mereka dapat bebas

    bertanya dan berdiskusi dengan pakar yang ada di bidangnya atau melalui

    program bantuan profesional (help) secara on line yang didesain pada materi

    pembelajaran e-learning. Ia juga bebas mengulang-ulang materi pembelajaran

    pada topik tertentu sampai ia memperoleh pemahaman yang lebih baik. Sementara

    itu, bagi peserta didik yang cepat dalam belajarnya, ia dapat saja mempelajari

    topik lain, tanpa harus menunggu peserta didik yang lambat dalam belajarnya.

    Dengan sistem semacam ini diharapkan bahwa hasil akhir proses belajar dengan

    e-learning akan lebih baik, sebab tuntutan belajar tuntas (mastery learning) dapat

    dipenuhi. Peserta didik juga bebas mengakses bahan pembelajaran e-learning dari

    mana saja ia suka.

    E-learning juga dapat didesain untuk dapat menyimpan catatan prestasi

    peserta didik yang sangat bermanfaat bagi proses umpan balik (feed back).

    Catatan prestasi ini dapat digunakan untuk pengukuhan (reinforcement). Di

    samping itu, e-learning juga dapat didesain untuk memeriksa dan memberi skor

    secara otomatis terhadap hasil evaluasi belajar, sehingga unsur-unsur transparansi

    dan akuntabilitas dipenuhi dalam proses ini. Berdasarkan hasil evaluasi ini,

    peserta didik secara otomatis dapat disarankan untuk melakukan kegiatan belajar

    tertentu (Pribadi dan Rosita, 2003)8.

    3. Manfaat e-Learning

    Memperhatikan karakteristik e-learning tersebut di atas, jelas bahwa

    model pembelajaran e-learning ini sangat bermanfaat, baik bagi peserta didik

    maupun tenaga pengajar (guru), bahkan juga bagi para pengelola lembaga

    pendidikan. E-learning juga memungkinkan pelaksanaan belajar jarak jauh

    semakin mudah dan terbuka serta dapat memasuki kategori realtime (waktu yang

    bersamaan) dengan belajar di sekolah.

    Bagi peserta didik jelas bahwa e-learning ini akan melatih kemandirian

    peserta didik. Di samping itu, juga memberikan kemudahan bagi peserta didik

    untuk mengakses materi pembelajaran dari mana pun berada. Oleh karenanya,

    para peserta didik dapat menghemat biaya dan waktu untuk tranportasi dari dan ke

    sekolah. Tetapi yang jelas, keuntungan yang terpenting adalah bahwa para peserta

    didik dapat belajar sesuai dengan kemampuannya tanpa perlu rasa minder atau

    malu dengan teman-teman lainnya, yang barang kali lebih cepat dan pandai dalam

    belajarnya. Berikut ini adalah beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bagi

    peserta didik dengan adanya model e-learning :

    8 Pribadi, P.A., dan Rosita, T., 2003, Prospek Komputer sebagai Media Pembelajaran

    Interaktif dalam Sistem Pendidikan Jarak Jauh di Indonesia. On line

    :http://202.159.18.43/jsi/82benny.htm tanggal 10 Februari 2003.

  • a. Membangun interaksi ketika peserta didik melakukan diskusi secara

    on line.

    b. Mengakomodasi perbedaan peserta didik.

    c. eserta didik dapat mengulang materi pelajaran yang sulit berkali-kali,

    sampai pemahaman diperoleh.

    d. Kemudahan akses, kapan saja dan di mana saja.

    e. Peserta didik dapat belajar dalam suasana yang bebas tanpa tekanan,

    tidak malu untuk bertanya (secara on line).

    f. Mereduksi waktu dan biaya perjalanan.

    g. Mendorong peserta didik untuk menelusuri informasi ke situs-situs

    pada world wide web.

    h. Mengijinkan peserta didik memilih target dan materi yang sesuai pada

    web.

    i. Mengembangkan kemampuan teknis dalam menggunakan internet.

    j. Mendorong peserta didik untuk bertanggung jawab terhadap

    belajarnya dan membangun self-knowledge dan self-confidence.

    Sedangkan bagi tenaga pengajar, e-learning juga memberikan banyak

    manfaat. Di antaranya yang terpenting adalah bahwa ia selalu dapat memberikan

    materi yang up-todate kepada para peserta didiknya. Keuntungan yang lain adalah

    :

    a. Kemudahan akses kapan saja dan di mana saja

    b. Mereduksi biaya perjalanan dan akomodasi, kaitannya dengan

    programprogram pelatihan.

    c. Mendorong pengajar mengakses sumber-sumber pelajaran yang up-to-

    date.

    d. memungkinkan pengajar mengkomunikasikan gagasan-gagasannya

    dalam cakupan wilayah yang lebih luas.

    Bagi pengelola lembaga pendidikan, e-learning juga mempunyai manfaat

    yang sangat luas, di antaranya adalah meningkatkan prestise dan akuntabilitas

    lembaga. Elearning memungkinkan menciptakan sistem distance education, dan

    virtual school. Dengan sistem ini jelas bahwa pengelola pendidikan tidak lagi

    perlu direpotkan dengan pengadaan ruang-ruang kuliah dan sarana lainnya seperti

    dalam kelas-kelas tradisional. Ini berarti e-learning akan menghemat biaya

    pengadaan prasarana untuk pembelajaran dan biaya operasional pemeliharaan

    peralatan dan gedung.

    4. Pemilihan Bahan untuk e-learning

  • Key menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif jika

    terdapat keseimbangan antara content (gagasan baru, prinsip, dan konsep),

    experience (peluang menerapkan konsep pada lingkungan eksperimental), dan

    feedback (umpan balik atas tindakan yang diambil pada saat penerapan di tahap

    experience)9. Keseimbangan semacam itu akan sulit ditemukan pada kelas-kelas

    tradisional, terutama untuk tahapan experience dan feedback. Akan tetapi,

    dengan bantuan TIK tahapan experience dan feedback dapat mudah dilaksanakan,

    misalnya, melalui simulasi. Karenanya dalam pemilihan bahan untuk e-learning,

    seyogyanya para tenaga pengajar juga mempertimbangkan unsur-unsur tersebut,

    sebab jika tidak, elearning juga dapat gagal meningkatkan kecakapan dan prestasi

    peserta didik jika bahan pembelajarannya didesain seperti halnya yang ada pada

    kelas-kelas pembelajaran tradisional. Jadi, menyiapkan bahan untuk e-learning

    tidak seperti memindahkan isi buku atau hand out ke komputer. Untuk itu, para

    tenaga pendidik dan pengelola pendidikan umumnya harus dapat memilih atau,

    bahkan bila memungkinkan, menyiapkan sendiri bahan-bahan e-learning untuk

    para peserta didiknya.

    Memperhatikan konsep yang disampaikan Key tersebut di atas, jelas

    bahwa bahan pembelajaran untuk e-learning harus didesain atau dipilih

    sedemikian rupa sehingga mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar.

    Rambu-rambu untuk memilih bahan e-learning atau menyiapkan / mendesain

    bahan e-learning adalah : (1) berbasis komputer, (2) perancangan tampilan di

    monitor memperhatikan kaidah pembuatan media pembelajaran, (3) penyajiannya

    menarik dan berkesan, dan (4) biaya penyusunan / pengadaan bahan

    pembelajaran. Bahan pembelajaran yang berbasis komputer di antaranya

    mempunyai ciri-ciri memuat informasi baru, menyatakan tujuan pembelajaran

    dengan jelas, dapat mengetahui kemampuan peserta didik melalui latihan-latihan

    secara on line, dan memberikan ada umpan balik terhadap hasil penilaian.

    Sedangkan perancangan tampilan di monitor perlu memperhatikan kaidah

    pembuatan media pembelajaran karena penelitian menunjukkan bahwa

    pengetahuan seseorang 11% diperoleh dari pendengaran dan 83% diperoleh dari

    penglihatan. Sedangkan kemampuan daya ingat seseorang 20% diperoleh dari apa

    yang didengar dan 50% diperoleh dari apa yang dilihat

    (http://www.itb.ac.id/lp3/aa/bab08.htm). Oleh karena itu, perancangan tampilan di

    monitor juga perlu mendapatkan pertimbangan tersendiri dalam memilih bahan

    untuk elearning. Peserta didik umumnya membaca teks di monitor 30% lebih

    lambat daripada di kertas. Untuk itu sebaiknya teks dibuat ringkas dan padat,

    menggunakan warna yang menarik untuk membantu memudahkan mengingat

    9 Khoe Yao Tung, 2000, Pendidikan dan Riset di Internet Strategi Meningkatkan Kualitas

    SDM dengan Riset dan Pendidikan Global Melalui Teknologi Informasi, Jakarta : Dinastindo.

  • informasi, memberikan penekananpenekanan pada bagian yang dianggap penting,

    dan informasi penting hendaknya disajikan di bagian atas.

    Penyajian bahan juga harus di desain sehingga menarik dan berkesan bagi

    peserta didik. Keunggulan komputer adalah mampu melakukan manipulasi obyek,

    data, suara, gambar, grafik, atau pun teks, serta warna. Karenanya, penggunaan

    variasi teks, warna, grafik, animasi, simulasi, audio, video secara baik akan

    mampu meningkatkan kualitas penyajian bahan e-learning. Sebaiknya bahan

    untuk e-learning dipilih yang memuat unsur-unsur multimedia. Ahirnya

    pertimbangan biaya pengadaan bahan e-learning juga perlu mendapatkan

    perhatian. Hendaknya para pendidik dapat memilih bahan yang memadai dan

    terjangkau. Biaya untuk pengadaan bahan e-learning perlu mendapatkan

    pertimbangan, sebab jangan sampai menimbulkan biaya tinggi. Salah satu tujuan

    dari elearning adalah mengurangi biaya proses pembelajaran. Ini penting supaya

    biaya yang dikeluarkan sebanding dengan kualitas dan kuantitas isi pelajaran.

    Kekuatan TIK telah mendorong terjadinya perubahan dalam pembelajaran.

    Pemanfaatan TIK pada pembelajaran memberikan banyak keuntungan, baik bagi

    peserta didik, pendidik, maupun pengelola pendidikan. TIK dapat memfasilitasi

    model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, sehingga peserta didik

    dapat lebih aktif dan kreatif. Model Pengembangan TIK di lembaga-lembaga

    pendidikan dapat dilaksanakan dalam empat tahapan, yaitu emerging, applying,

    infusing, dan transforming, bergantung pada ketersediaan infrastruktur yang ada

    serta kesiapan sumberdaya manusia.

    5. Tantangan Guru Dalam ICT

    Salah satu tantangan terbesar dalam penggunaan ICT untuk pendidikan

    adalah menyeimbangkan antara tujuan-tujuan edukasi dengan realitas ekonomi.

    ICT dalam program pendidikan membutuhkan investasi modal yang besar. Maka

    negara-negara berkembang perlu hati-hati dalam membuat keputusan tentang

    model-model penggunaan ICT yang akan diterapkan, dan mereka juga harus sadar

    tentang pemeliharaan kelayakan ekonomi karena skalanya yang besar (economies

    of scale).

    Pada akhirnya, ini adalah isu tentang apakah nilai tambah yang diperoleh

    dari penggunaan ICT cukup layak dan seimbang dengan biaya yang dikeluarkan,

    dibandingkan dengan biaya bagi alternatif lain. Jika dinyatakan lewat ungkapan

    lain, apakah pembelajaran berbasis-ICT merupakan strategi yang paling efektif

    untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan? Dan, jika demikian,

    modalitas (pilihan cara) dan skala penerapan yang seperti apa, yang dapat

  • didukung, berdasarkan ketersediaan sumberdaya keuangan, SDM, dan sumber

    lain yang ada

  • Meskipun teknologi merupakan bagian integral dari pendidikan jarak jauh,

    namun program pendidikan harus fokus pada kebutuhan instruksional

    mahasiswa, dari pada teknologinya sendiri. Perlu juga untuk dipertimbangkan;

    umur, kultur, latar belakang sosioekonomi, interes, pengalaman, level

    pendidikan, dan terbiasa dengan metoda pendidikan jarak jauh. Faktor yang

    penting untuk keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh adalah perhatian,

    percaya diri dosen, pengalaman, mudah menggunakan perlatan, kreatif

    menggunakan alat, dan menjalin interkasi denganmahasiswa. Pada pembangunan

    sistem perlu diperhatikan tentang disain dan pengembangan sistem, interactivity,

    active learning, visual imagery, dan komunikasi yang efektif. Disain dan

    pengembangan sistem. proses pengembangan instruksional untuk pendidikan

    jarak jauh, terdiri dari tahap perancangan, pengembangan, evaluasi, dan revisi.

    Dalam mendesain instruksional pendidikan jarak jauh yang efektif, harus

    diperhatikan, tidak saja tujuan, kebutuhan, dan karakteristik dosen dan

    mahasiswa, tetapi juga kebutuhan isi dan hambatan teknis yang mungkin terjadi.

    Revisi dilakukan berdasarkan masukan dari instruktur, spesialis pembuat isi, dan

    mahasiswa selama proses berjalan. Beberapa hal harus diperhatikan dalam

    penerapan pendidikan jarak jauh, antara laian:

    Interactivity.

    Keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh antara lain ditentukan oleh adanya

    interaksi antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dan lingkungan

    pendidikan, dan antara mahasiswa.

    Active learning.

    Partisipasi aktif peserta pendidikan jarak jauh mempengaruhi cara bagaimana

    mereka berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

    Visual imagery.

    Pembelajaran lewat televisi dapat memotivasi dan merangsang keinginan

    dalam proses pembelajaran. Namun jangan sampai terjadi distorsi karena adanya

    hiburan. Harus ada penseleksian antara informasi yang tidak berguna dengan

    yang berkualitas, menentukan mana yang layak dan tidak, mengidentifikasi

    penyimpangan, membedakan fakta dari yang bukan fakta, dan mengerti

    bagaimana teknologi dapat memberikan informasi berkualitas.

  • Komunikasi yang efektif.

    Desain instruksional dimulai dengan mengerti harapan pemakai, dan

    mengenal mereka sebagai individual yang mempunyai pandangan berbeda

    dengan perancang sistem. Dengan memahami keingingan pemakai maka dapat

    dibangun suatu komunikasi yang efektif. Bentuk- bentuk komunikasi dalam

    pelaksanaan aktivitas intruksional pada pendidikan jarak jauh ditunjukkan pada

    gambar 1.

    Audio Conference Group Conferene

    Gambar 1. Contoh aktivitas pelaksanaan instruksional

  • 6. PENUTUP

    Roadmap penelitian ICT ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Telah

    banyak penelitian dilakukan berkenaan dengan ICT. Beberapa contoh misalnya

    Mbangwana (2008) meneliti tentang Pengenalan ICT di sekolah-sekolah dan

    kelas di Cameroon untuk menjawab pertanyaan penelitian Apakah pengenalan/

    pengintegrasian ICT di sekolah dapat berperan sebagai wahana dan dasar untuk

    menggerakkan reformasi pendidikan yang bermakna untuk bergeser dari

    instructionism yang bersifat didaktis ke constructivism? Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa The integration of ICT in Cameroon remains sporadic and

    without clear direction. Access to ICT by students and teachers has begun, yet its

    use supports traditional teaching rather than the shift to new roles and

    pedagogical practice. Penelitian lain yang dilakukan Guild (2006) lebih banyak

    menggali aspek-aspek yang berkenaan dengan e-learning sebagai bagian dari

    ICT. Tema-tema penelitiannya antara lain The current state of e-learning,

    Elearning success factors and priorities, future directions of e-learning, new e-

    learning modalities, etc.

    Berbeda dengan penelitian di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan

    menggunakan pendekatan yang sistematis dan sistemik sesuai dengan konsep dan

    prinsip teknologi pembelajaran sebagai supra system dari ICT dan elearning.

    Dalam penelitian ini, ingin diketahui potensi SDM di bidang ICT, potensi

    sekolah dalam mendisain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan

    mengevaluasi penerapan ICT.

    Jadi peta atau profil potensi sekolah tidak hanya menyangkut pemanfaatan

    dalam arti sempit, tetapi juga menyangkut disain, pengembangan pemanfaatan,

    pengelolaan, dan penilaian/ evaluasi sesuai dengan konsep teknologi

    pembelajaran mutakhir. Konsep teknologi pembelajaran (instructional

    technology) mutakhir dapat dilihat dalam definisi yang dikeluarkan oleh

    Association for Educational Communications and Technology (AECT) sebagai

    berikut:Instructional Technology is the theory and practice of design,

    development, utilization, management and evaluation of processes and resources

    for learning (Seels & Richey, 1994:10)10. Berdasar definisi tersebut, kawasan

    (domain) teknologi pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 1.

    V

    10

    Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Instructional Technology: The Definition

    and Domains of the Field. Washington D.C.: Association for Educational Communications &

    Technology (AECT).

  • V

    V

    Gambar 1: The Domains of Instructional Technology11

    Membantu proses belajar, memicu dan memacu, proses belajar, serta

    memberikan kemudahan atau fasilitas belajar merupakan tujuan Teknologi

    Pembelajaran. Tercapainya tujuan belajar berupa berubahnya pengetahuan,

    keterampilan, dan sikap secara relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman,

    bukan karena kedewasaan atau pertumbuhan merupakan kriteria pokok

    keberhasilan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pengertian learning refers to

    the relatively permanent change in a persons knowledge or behavior due to

    experience (Mayer dalam Seels & Richey, 1994: 12); atau Learning is a change

    in human disposition or capability which persists over a period of time, and

    which is not ascribable to processes of growth (Gagne, 1997:3)12.

    11

    Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Instructional Technology: The Definition

    and Domains of the Field. Washington D.C.: Association for Educational Communications &

    Technology (AECT) hal. 26. 12

    Gagne, Robert M. 1997. The Conditions of Learning. New York: Holt, Rinehart and

    inston.

    Print Technologies

    Audiovisual Technologies

    Computer-Based

    Technologies Integrated

    Technologies

    Media Utilization Diffusion

    of Innovations

    Implementation and

    Institutionalization Policies

    and Regulations

    Instructional Systems

    Design Message Design

    Instructional Strategies

    Learner Characteristics

    Problem Analysis Criterion-

    Referenced Measurement

    Formative Evaluation

    Summative Evaluation

    Project Management

    Resource Management

    Delivery System

    Management Information

    THEORY

    PRACTICE

    DEVELOPMENT UTILIZATIONS

    MANAGEMENT DESIGN

    EVALUATION

  • LAMPIRAN :