Click here to load reader
Upload
phungcong
View
311
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
I'JAZ AL-QUR'AN DITINJAU DAR! USLUB ISTI'ARAH
(Kajian BaHighah pada Surat al-Baqarah, Ali 'Imran,
an-Nisa, dan Surat al-Ma'idah)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister
dalam Bidang Stndi Bahasa dan Sastra Arab
Oleh:
H. Deden HidayatNIM.01.2.00.1.06.01.0042
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008/1429
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul "I'JAZ AL-QUR'AN DITINJAU DARI USL(JB
ISTI'ARAH"(Kajian Balaghah pada Surat al-Baqarah, Ali 'Imran,
an-Nisa, dan Surat al-Ma'idah) yang ditulis oleh H. Deden Hidayat
dengan NIM.01.2.00.1.06.01.0042, telah disetujui oleh pembimbing untuk dibawa
ke siding ujian Tesis.
~ma Thib Raya, MA"HII~Nopember 2007)
Pembimbing II,
i~ALv1JDr. H. A. Wahib Mu'thi
(Tanggw:30Nopember200n
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA
PENGESAHAN
Tesis dengan judul "I'JAZ AL-QUR'AN DITINJAU DARI USLlm
ISTI'ARAH"(Kajian Balaghah pada Surat al-Baqarah, Ali 'Imran,
an-Nisa, dan Surat al-Ma'idah) yang ditulis oleh H. Deden Hidayat dengan
NIM. 01.2.00.1.06.01.0042, telah diperbaiki sesuai dengan saran dan permintaan
tim penguji.
Tim Penguji:
d Thib Raya, MA
~7- ~.
Penguji III,
Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA
(Tanggal: \ 7--/10 /~o3
Penguji II,
Dr. H. A. Wahib Mu'th,i(Tangga1: I "f I 0 faI ;:w 0 If
Dr. Ahmad Dardiri, MA(Tangga1: 17/0/,/-z..o0:8
• YusufRahman, MA(Tanggal:
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
Nomor Indnk Mahasiswa
Konsentrasi
Alamat
= H. Deden Hidayat
= 01.2.00.1.06.01.0042
= Bahasa dan Sastra Arab
= Jalan Suplier 1 /28 Perum Rancaekek
Kencana Blok V RT.05/RW. 18
Kabupaten Bandung
Dengan iill menyatakan bahwa Tesis yang beIjudul "I'JAZ AL-QUR'AN
DITINJAU DAR! USLUB ISTI'ARAH (Kajian Balaghah pada Surat al
Baqarah, Ali 'Imran, an-Nisa', dan Surat al-Ma'idah)"adalah hasil tulisan
sendiri, kecuali sebagiannya merupakan kutipan dari pendapat orang lain.
Demikian, surat pemyataan iill dibuat dengan sesungguhnya.
Bandung, 27 Nopember 2007(Yataan,
ABSTRAK
I'jaz AI-Qur' an Ditinjau dari Usliib Isti'arah: Kajian Balaghah pada Surat alBaqarah, Ali 'Imran, an-Nisa, dan Surat al-Ma'idah
Salah satu seni pengungkapan makna dalam bentuk gambaran imajinatifyang dikemukakan pada sebabagian ayat-ayat AI-Qur'1in adalab menggunakangaya babasa isti'arah (metafora). AI-Qur'1in banyak menggunakan gaya babasaisti 'arah, sehingga waJaupun sering dibicarakan dan ditulis, tetap saja kurangdipabami, karena selain berbabasa Arab juga banyak menggunakan metafora. Olehkarena itu AI-Qur'1in selalu menarik untuk dikaji dan diteliti, sehingga dari satuteks Al-Qur'an mengbasilkan sekian banyak interpretasi dan ilmu pengetabuan.Usliib ayat-ayat dalam surat al-Baqarab, Ali 'Imr1in, an-Nisa, dan surat al-M1i'idabakan diteliti untuk mengungkap kemukjizatannya. Salab satu bentuk kemukjizatanbabasa AI-Qur'an adalab ungkapan yang mengandung metafora dan efek yangditimbulkan dari struktur babasa yang digunakan oleh AI-Qur'1in.
Tujuan penelitian ini adalab: 1) untuk mengetahui jenis ungkapan uslfibisti'iirah yang terdapat dalam surat al-Baqarab, Ali 'Imr1in, dan surat an-Nisa; dan2) untuk mengetabui efek i'jaz AI-Qur'an yang ditimbulkan dari usZUb isti'arahdalam surat al-Baqarab, Ali 'Imr1in, an-Nisa, dan surat al-Ma'idab.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif analisis, yaitumenguraikan, menganalisis, mengkategorisasikan, dan mengklasifIkasikan ayatayat yang mengandung isti'arah dalam surat al-Baqarab, Ali 'Imriin, an-Nisii dansurat al-Mii'idab serta efek yang ditimbulkannya. Sedangkan pendekata11 penelitianini adalab pendekatan ilmu al-Baliighab (retorika), lebih tepatnya yaitu ilmu Bayanuntuk mengungkap usliib isti'iirab sebagai salab satu kemukjizatannya Al-Qur'1inditinjau dari struktur usliib babasa dan sastranya.
Hasil penelitian yang ditemukan adalab sebagai berikut:1. Ke'ijiizan bentuk atau ragam pengungkapan isti'arah dari perspektiftharjayni
nya dalam surat al-Baqarah mencakup isti'arah makniyyah dan tashriihiyyah;dan dari perspektifI musta 'ar-nya mencakup isti 'arah taba'iyyah danashliyyah; begitu juga jenis isti'iirab dalam surat Ali 'Imran surat an-Nisa, dansurat al-Mii'idab.
2. Sedangkan efek (tujuan) isti'arah dalam babasa Al-Qur'an terutama dalamsurat al"Baqarab, Ali 'Imriin, an-Nisa, dan surat al-Mii'idab adalab: a) dalamsurat al-Baqarab untuk mubiilagbab, menampakkan yang masih samar; b)dalam surat Ali 'Imr1in untuk memberikan kesan sangat, menampakkan yangmasih samar; menje1askall yang tampak tetapi belum begitu jelas; menjadikanyang tidak kelihata11 menjadi ke1ihata11; c) dalam surat an-Nisii mengandungefek memberikan kesan sangat; menjelaskan yang tampak tetapi belum begituje1as; di samping juga untuk menjadikan yang tidak kelihatan menjadikelihatan; dan d) dalam surat al-Ma'idah mencakup mubalaghah,menjadikan yang tidak kelihatan menjadi ke1ihatan, dan menampakan yangsamar (izhhiir al-khafY).
4)u....,:/I y yL.i ~\.i .r {-PI i.lTy4Il j~l
(4..LiiJ.1 4)J-") .WI 4)J-") i.ll~ JT 4)J-") .;.,JI .)J-" if ¥~ ;(..,I)~)
i~I L. Ip) .,},.""" '11 y)"-I </' ;;.,;Ty4J1 ul;'11~ fr.'" 'J :c..lh.:-ll ..,..,JL- '.Ii if
~ Jr.J f}01 i.lTy4JI 'J y)"-\,IIIJ.,,, ......IJ, ij)lJI if) "fr.'" 'J y)"-\,II U... f}01 i.lTy4J1
J.a>' LS>" ~ (,,?"'Iy if i.l,.",..L,]1 4; i U~ J..l..,a..5' f}01 i.lTy4JI) .... c.A,J\;)~ '? ~J
,All 'Jr' 'J f}01 0Ty4JI y)"-I Y' ~IIJ.", Cyoi>y) .u, r=- '1 0},...) u1~ lp
iJ'J "j6A J.J"P if 'J.J"P <.>.? J,WI 4; ifr ,..Lilli,Jr') .WI 'Jr') i.l1J""" JT 'Jr')
." ;\; L.) 'JL.:;..,'11 y)..-i 'J 'fr.'" <$y.UI 'j~! J.J"P if
i.l1J""" JT 'Jr') ,.;.,.\1 'Jr 'J 'JL.:;.., ',II y)..-I tly! ....rv (\ :Y' ~I IJ.", 0..u.
'Jr 'J 'JL.:;..,'11 y)..-i 4:>-L; if f}01 i.lTy4J1 j~! J[;I ....rv (Y \'.!JLlI 'Jr') .WI 'Jr')
.'.!JLlI 'Jr') .WI 'Jr') i.l1J""" JT 'Jr') ,.;.,.\1
ul;'11 ~) J#-) c..? Y') i.l~I J#- & Y' ~I IJ.", 0 i~1 ~I)
J>..lll L.i . '.!JLll 'Jr') .WI 'Jr') i.l1J""" JT 'Jr) ,All 'Jr 'J ,},.;.... '11 r4" ~l ;;.,;Ty4J1
y)"-I <$.? .....t>. 4A..,a., i.lWI ~) :c.l>- 4A..,a., :iP)\,.I1 ~ J>'..Lo ~ ~I IJ.", 'J i.lh.:-ll
.<),,\,11) <$jJJl y)"-\,II~ if i.lTy4JI j~! t l) if c.r> 'JL.:;..,'11
:c}. LS </' ~I IJ.", ~)
'JL.:;..,'1I) ~I 'JL.:;..,'11 J.<- <$,;;.i ~I "",)oJ1 ~ if '}",.,...'11 y)..-i 0 j~)'1 .'
J! a.;Lp)'l,) .:lJ.,o\,l1 ,},"""'11) ' ••..\1 ,},"""'11 J.<- <$y;. ~I Jt.::...J.1~ if) ~~I
\'.!JLlI 'Jr ) .WI 'Jr ) 01J""" JT 'Jr) ,All,Jr 'J ,)•.:.....'11 tlyi d!;
.WI 'Jr') 01~ JT 'Jr') ,All 'Jr') :c.l>- 4A..,a., f}0\ i.lTy4JI 'J 'JL.:;..,'11 ,J.",) .r;Wt.,ll .101 (y 1,';"'\1 'Jr' <,'1 ~I J41!) ;Wt.,ll .101 (! :Y' .....t>. 4A..,a., '.!JLlI 'Jr')
.b! (c \iJ1~ JT 'Jr' 0 t;r J..r'. ~L. J=-) Jhl,~ -",,\kI1 C.L.a;l) ~I J411J
;Wt.,ll .101 (, I.WI 'Jr' <,'1 l,Jr J..r'. ~L. J=-) Jhl, ~ -",,\kI1 C.L.a;1J ;Wt.,ll
.'.!JLlI 'Jr <,'1 ~I J41l) LJr J..r'.~L. J=-)
ABSTRACT
I'jaz AI-Qur'an (The Miracle of The Koran) Viewed from the Uslub Isti'firah(Literary Style of Metaphor) Study of the rhetoric (AI-Balaghah) iu Surahs
(chapters) AI-Baqarah, Ali ImrllD, an-Nisa, and al-Maidah
The using of the isti'arah (metaphor) literary style has become one of thearts of revealing the meaning ini an maginative fonn on several verses of AlQur'an. AI-Qur'an intensely uses such metaphoric style. Although it is oftendiscussed and researched, yet, it is quite hard to understand. Nevertheless, AIQur'an always attracts people to recite, learn, comprehend and do the research onit, since even a text may bear several interpretation and knowledge. This study isconducted to investigate I'jaz (the miracle) of AI-Qur'an by researching the uslub(style) of verses in surahs (chapters) al-Baqarah, Ali lmran, an-Nisa, and alMaidah. One of the miracles of Qur' anic language is the metaphoric expressionsand their effects of its language structure.
This study is conducted: I)to investigate the kind of phrases/ expressions ofuslub isti'arah contented in surahs (chapters) al-Baqarah, Ali lmran, an-Nisa, andal-Maidah; and, 2) to find out the effects of their I'jaz emerged from the uslubisti 'arah used in surahs (chapters) al-Baqarah, Ali Inml11, an-Nisa, and al-Maidah.
This study employs the descriptive analysis method. Since, it describes,analyzes, categorizes, and classifies the metaphoric verses and their effects insurahs (chapters) a1-Baqarah, Ali Imran, an-Nisil, and a1-Maidah, this is alsoknown as the content-analysis method. AJ-Balaghah (the rhetoric) is used as theapproach of the study, especially the science of Bayan, to find out the uslubisti 'arah as one the miracles of Al-Qur'an viewed from its language structure andliterature.
The research findings are as follows:
1. The miracle of isti 'arah form ofexpressions from the perspective of thaifayniin surah a1-Baqarah are Isti 'arah makniyyah and tashrihiyyah; and from theperspective of musta 'ar are isti 'arah tabaiyah and ashliyyah; and so, thefindings are similar in surahs a1-Baqarah, Ali lmran, an-Nisa, and al-Maidah.
2. The effects (implications) of isti'arah in Al-Qur'an language, especially insurahs al-Baqarah, Ali Imran, an-Nis!!, and al-Milidah are: a) in al-Baqarah, toexpress a very deep impressions (mubtilaghah) and to show the vague/indistinct things; b) in surah Ali Imran, to express a very deep impressions,show the vague thing, clarifY the ambiguous, and personifY the non-person; c)in surah an-Nisil, to express a very deep impressions, clarifY the ambiguousand personifY the nonperson; and, d) in surah al-Milidah are mubiilaghah, topersonifY the non-person, and show the vague things (izhhtir al-khafy).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanya dipanjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'iila atas
petunjuk dan rido-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul:
I'jaz Al-Qur'an dalam Surat al-Baqarah, 'Ali Imran, an-Nisa, dan surat al
Ma'idah Ditirijau dari Uslub Isti 'arah. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat guna menyelesaikan studi Strata Dua (S.2) dan untuk memperoleh gelar
Magister (MA), Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab pada Program PascasaIjana
Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
Kendala, kesulitan, dan rintangan bayak sekali yang dihadapi, namun
penulis selalu berupaya semaksimal mungkin dan berkat adanya dorongan serta
bantual1 dari berbagai pihak, akhimya tesis ini dapat terselesaikan.
Berkat dorongan dan bantuan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih
yang sebesar-besamya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(DIN) SyarifHidayatullah Jakarta;
2. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra selaku Direktur Sekolah PascasaIjana
Universitas Islam Negeri (DIN) SyarifHidayatullah Jakarta;
3. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA dan Dr. H. A. Wahib Mu'thi
sebagai pembimbing yang telah bersedia mengorbankan pikiran dan waktunya
serta banyak membantu penulis dalam proses penyelesaian tesis ini;
4. Bapak-bapak Dosen Sekolah PascasaIjana yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan staf administrasi Sekolah PascasaIjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang selalu membantu kepada penulis, semoga iImu yang
diterima penulis dapat bermanfaat di dunia dan akhirat nanti. Amin;
5. Orang Tua (al-marhUm wa marhiimah), Abi (Drs. K.H. Hafizh Utsman), dan
Umi (Hj. Ratu Siti Hasanah) yang telah banyak memberikan bantuan dan
perhatiannya, semoga menjadi amal shaleh di sisi Allah SWT;
6. Istri tercinta dan anak-anak tersayang yang setia, tabah, dan selalu ridha
7. Sahabat-sahabat penulis yang telah membantu dan meminjamkan buku-buku
dan kontribusi pemikirannya dalan1 penulisan tesis ini dihaturkanjazokumullah
ahsana al-jazo '; dan
8. Sebagai pamungkas, penulis memanjatkan do'a semoga semua orang yang
telah membantu penulisan tesis ini selalu mendapat lidha, pahala, dan ampunan
Allah Pengauasa alam ini. Amin.
Bandung, 12 Juni 2008
Penulis,
H. Deden Hidayat
PEDOMAN TRANSLITERASI
Huruf Arab Nama HUrufLatin Nama
• Huruf laitin tidak\ Alif dilaJ11banltkl1l1 tidak dilambangkan
y ba b be
u ta t te
Q sa ts te dan es
{. jim J je
ha (dengan titik di
C ha hbawah)
t kha kh kadanha
~ dal d de
~ zal dz de danzet
J ra r er
J zai z zet
U" sin s es
• syin sy es dan yeU"
~ sad sh es danha
~ dad db de dan h
J, 13 th te danha
j; za zh zetdan ha
p- , . ,kama terbalik di atasam
~ gain gh gedanha
J fa f ef
J qaf q ki
..\ I ......+' L ,
J lam I el
r mlm m em
0 nun n en
.) wau w we
ft> ha h ha
,;. hamzah,
apostrof
i.f ya ya ye
A. Vokal Tunggal B. Vokal Rangkap
Tanda Nama Huruf Namalatin
-- Fatrah a a
- Kasrah i i
Dammah- u u
Tanda Nama Huruf Nama&huruf latin
,,- Fathah & ya ai a&i
J - fathah& wau au a&u
contoh: u:,.- U';.
c. Maddah (Tanda Panjang), ,
~, ,
IjJ~ Ju
ii i a
D. Kata Sandang dalam Bahasa Arab (JI)
Contoh
ar-rajul .p.-)I
asy-syams ~I
lls-Sllyyidah 6..L,..J1
al-qalam ~I
DAFTARISI
PERSETUJUAN PEMBIMBlNG i
PENGESAHAN ii
PERNYATAAN iii
ABSTRAK '" ., , iii
KATA PENGANTAR vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ix
DAFTAR lSI xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah I
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah II
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 11
D. Tinjauan Pustaka 12
E. Kerangka Berpikir 14
F. Metode dan Langkah Penelitian 16
G. Sistematika Penulisan 19
BAB II USLUB ISTI'ARAH
A. Isti'llrah dalam IImu Baliighah 20
I. Pengertian Isti'iirah 20
2. Rukun Isti'iirah 30
3. Jenis Isti'iirah 32
4. Efek yang Ditimbulkan dari Struktur Isti'iirah 35
B. Isti'iirah dalam AI-Qur'1in 36
BAB III KONSEP I'JAz AL-QuRAN
A. Pengertian 'Ijaz 48
B. Pengertian 'Ijaz AI-Qur'1in 50
C. Karakteristik 'Iiaz AI-Our'an.. ..,,.,
BAB IV ANALISIS ISTI'ARAH DALAM EMPAT SURAT
A. Isti'ilrah daIam Surat a1-Baqarah 87
B. Isti'arah da1am Surat Ali 'Imran 101
C. Isti'arah da1am Surat an-Nisil 113
D. IsH' arah da1am Surat aJ -Mil' idah 122
E. Efek yang Ditimbu1kan dari Struktur Isti'arah da1am Bahasa
A1-Qur'an 129
1. Efek Isti'arah dalam Surat al-Baqarah 129
2. Efek IsH'arah da1am Surat Ali 'Iruran 139
3. Efek Isti'arah dalam Surat an-Nisil 147
4. Efek Isti'arah dalam Surat a1-Mil'idah 150
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 154
B. Saran-Saran 157
DAFTAR PUSTAKA 158
LAMPIRAN 162
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 169
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah sistem lambang arbitrer l yang dipergtmakan suatu
masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri.2 Menurut Ahmad al
Hasyimy,3 bahasa adalah kata-kata yang ditmgkapkan oleh suatu kaum untuk
menyampaikan keinginannya. Bahasa juga dapat diartikan sebagai media
komunikasi, media lUltuk menyampaikan gagasan, pikiran, keinginan, dan tujuan
penutur kepada orang lain atau suatu bangsa dengan bangsa lainnya.
Menurut Naja Ibrahim Muhan1ll1ad,4 bahasa Arab adalah bahasa yang saat
ini digtmakan oleh bangsa-bangsa arab atau penduduk semenanjtmg Arabia dari
Teluk Persia sampai laut Atlantik (min al-Khalij ita al-Muhith), yang mana dalam
sejaralmya, dialek Quraisy yang dipergtmakan oleh kaum bangsawan Quraisy,
sebagai kabilah Nabi Muhan1ll1ad saw, sangat berpengaruh dan dominan dalam
perkembangan bahasa itu.
Bahasa Arab juga sebagai bahasa kaum muslimin, sejak terbitnya fajar
Islam dan dengan bahasa inilah AI-Qur'an diturtmkan sebagai tmdang-tmdang
dasar dan pedoman hidup (wtry of life) kaum muslimin, dan merupakan ballasa
yang dipergtmakan oleh Nabi dan Rasul penutup. Bahasa Arab adalah bahasa
yang paling tua yang masih hidup di dunia tanpa mengalami perubahan yang
'Arbitrer artinya manasuka alau sewenang-wenang. Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar BahasaIndonesia, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 2005), bal. 64.2ffari Mum Krirl~l::Ik"mn::l 'Kn»11,l' 'i....rM.;..I,lr fT...!,............. r, ..J~_ ,nn... , , .~-
2
berarti selama empat belas abad lal1lanya ballkan menjadi media kebudayaan
dunia Islam dunia di Timur dan di Barat.5
Pada saat bahasa dan sastra Arab berada dalam puncak kejayaan dan
kegemiIangan pada empat belas abad yang lalu, maka AI-Qur'iin itu diturunkan.
Pada masa itu banyak sekali terdapat ahIi-ahli sastra dan aWi-ahli pidato yang
pandai dan hebat lagi masyhur.
AI-Qur'iin adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
saw dengan bahasa Arab, yang mengandung petunjuk bagi umat manusia dan
l1lenjadi pegangan hidup bagi mereka yang ingin l1lendapat kebahagiaan di dunia
dan akhirat. AI-Qur'iin juga sebagai mu Jizat terbesar yang diberikan Allah swt
kepada Nabi Muhammad saw, yang memiliki keistimewaan-keistimewaan yang
diakui oleh kawan dan lawan, baik ditinjau dari segi bahasanya maupun dari segi
kandungarmya.
Kemukjizatan Al-Qur'iin teIah terbukti sejak awaI turunnya dengan tidak
ada seorangpun dari orang Arab maupun non Arab yang mampu menandinginya,
padahal mereka memiIiki tingkatfashiihah dan baliighah yang sangat tinggi. Hal
ini diakui oIeh salah seorang satrawan yang terkenal hebat dan masyhur pada
masa itu, yaitu Abu al-Walid bin al-Mugirah, setelall ia mendengar firman Allah
swt dalam surat FushiIat yang dibacakan Iangsung oleh Rasul saw dihadaparmya,
ia berkata: "Aku beIum pernah mendengar kata-kata yang seindah ini, itu
bukanlah sya'ir, bukan sihir, dan bukan pula kata-kata aWi tenung. Sesunggulmya
Al-Qur'iin itu ibarat pohon yang daUll11ya rindang, akamya terhujam ke dalam
3
tanah, susunan kata-katanya manis, indah dan enak didengar. Itu bukanlah kata
kata manusia, ia tidak ada yang dapat menandinginya.6
Untuk melihat aspek kemukjizatan AI-Qur'an, para ulama berbeda
pendapat, di antara mereka ada yang berpendapat bahwa ijliz AI-Qur'an terdapat
pada kefashihan Iqfazh-Ia!azh-nya, sistem dan susunannya yang indah, kandungan
maknanya yang jelas, karena redaksi dan gaya bahasa AI-Qur'an sangat tinggi,
dan tidak ada yang menandinginya. Ulama lain memandang bahwa i}iiz AI
Qur'lin terdapat pada kandungannya yang memberitakan tentang hal-hal yang
terjadi pada masa lalu sejak proses penciptaan makhluk.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa kemuIgizatan AI-Qur'an terdapat
pada pengaruhnya yang kuat di dalam hati pata pendengar melalui bacaan yang
menyejukkan, lafadznya singkat, maknanya luas, dan isinya banyak mengandung
berbagai Hmu pengetahuan.
Ulama lain mengatakan bahwa i jiiz AI-Qur 'lin itu terletak pada banyaknya
keistimewaan-keistimewaan yang tampak dan keindahan yang mengagumkan
yang terkandung di dalam AI-Qur'an, baik dalam pendahuluan, tujuan,
rnunasabah, dan penutup setiap surat.
Dari beberapa pendapat di atas, pendapat yang disebutkan terakhir
tampaknYa lebih mencakup dan menyeluruh. Karena melihat mukjizat yang
terkandung di dalam AI-Qur'an meliputi; aspek lafadz dan bunyi, gaya bahasa
yang tinggi, dan sistem struktur Yang indah,
Aspek lafadz, gaya bahasa, dan sistem struktur tersebut berada dalam
cakupan satu lingkaran, yaitu lingkaran Hmu hayan yang menjadi aspek
keistimewaan al-Qur'an. Namun kemukjizatan AI-Qur'an bukan hanya pada
6AI-Imam Badrudin Muhammad bin Abdullah az-Zarkayi, al-Burhanfi Ulum AI-Qur'iin. (Dar alKitab aI-Araby), 1957, hal. I II
4
kejelasan dan kesusastraannya saja, tetapi juga masih banyak aspek-aspek lain
yang dapat menimbulkan kemukjizatan AI-Qur'an. Manna' al-Qaththan
menyebutkan bahwa ada tiga aspek penting kemukjizatan al-Qur'an, yaitu; I )
I'jaz AI-Qur'an dari aspek kebahasaan (al-I'jaz al-Lughawy); 2) I'jaz AI-Qur'an
dari aspek keilmuan (al-I'jaz al- 'flmy); dan 3) I'jaz AI-Qur'an dari aspek
penelapan hukum (al-I'jaz al-Tasyri'iy).7
Kemukjizatan AI-Qur'an dari aspek kebahasaan (al-I'jaz al-Lughawy)
mempunyai cakupan bahasan yang sangat luas, antara lain menyangkut;
morfologis, sintaksis, semantik, dan gaya bahasa (uslUb) alau pengungkapan dan
pengekpresian suatu makna yang met1iadi ruang Iingkup kajian ilmu balaghah.
Para ahli bahasa Arab telah menekuni dan mengembangkan ilmu bahasa
ini dengan berbagai disiplin keilmuanya. Mereka menggubah puisi dan prosa,
kala-kata bijak, dan masal yang tunduk dalam aturan bayan dan diekpresikan
dalam usliib-uslUb yang memukau, dalam gaya hakiki dan majiizi (metafora),
ithnab dan fjaz, serta tutur dan ucapanya. Meskipun bahasa itu telah mencapai
tingkat yang tinggi bahkan mencapai puncak keemasan pada masa itu, sehingga
dikenal sebagai fushhii dan baliighahnya Arab, tetapi ia menjadi tidak berarti apa
apa di hadapan AI-Qur'iin al-KarIm.
Orang Arab tidak ada yang mampu menandinginya, padahal sesungguhnya
bahasa AI-Qur'an tidak keluar dari aturan-aturan bahasa mereka, baik lafazh dan
hurup-hurupnya serasi, ungkapannya indah, usliib-nya mengagumkan, ayat
ayatnya teratur, serta memperhatikan situasi dan kondisi dalam berbagai macam
bayan-nya, baik dalam jumlah ismiah danfi'liah, nafi dan itsbat, zikr dan hazj
tankir dan ta'rif, taqdfm dan ta 'khfr, fjiiz dan ithnab, umum dan khusus, muthlaq
5
dan muqayyad, dan lain sebagainaya. Namun, AI-Qur'iin bahasanya jauh lebih
unggul dari kemampuan bahasa manusia (orang Arab), khususnya pada masa itu
dan samapai akhir zaman.
Aspek-aspek keistimewaan dan kemukjizatan AI-Qur'an tersebut berada
dalam cakupan bahasan ilmu balaghah, yaitu merupakan suatu disiplin ilmu yang
berlandaskan pada kehalusan jiwa dan ketajaman menangkap keindahan dan
kejelasan perbedaan yang samar di antara macam-macam usliib (gaya bahasa).
Balaghah adalah ilmu yang mengolah makna yang tinggi dan jelas, dengan
ungkapan yang benar dan fashih yang memberi kesan yang mendalam di dalam
jiwa dan sesuai dengan situasi dan kondisi orang-orang yang diajak bicara.8
Dalam arti lain, ballighah merupakan kemampuan dalam mengekspresikan apa
yang ada di dalanl jiwa, dengan ungkapan yang benar dan jelas serta memberi
kesan yang mendalam baik bentuk lafadz maupun maknanya sesuai dengan situasi
dan kondisi.
Dengan demikian maka unsur-unsur balaghah adalal1 lafazh, makna, dan
susunan kalimat yang memiliki kekuatan, kesan dan pengaruh di dalam jiwa dan
keindal1an. Di samping itu juga kejelian dalam memilih kata-kata dan usliib,
sesuai dengan tempat berbicara, waktu, tema, dan kondisi para pendengamya.
lImu ballighah (retorika Arab) mengkaji bagaimana cara menglmgkapkan suatu
makna atau arti dengan menggunakan susunan kalimat yang indah dan pilihan
kata yang tepat dengan berbagai gaya bahasa yang berbeda-beda, sehingga
ungkapan tersebut mempunyai keindahan bahasa dan memberi pengaruh pada
lawan bicara atau pendengamya. Selain itu kajian yang terpenting dalam ilmu
6
baliighah adalah seni menggambarkan suatu ungkapan bahasa dengan berbagai
bentuk gambaran imajinatif dalam mengekpresikall suatu makna.
Gambaran imajillatif itu dapat berupa gambaran at-tasybih (simile), al
majiiz (figuratif), al-isti'iirah (metaforis) maupun al-kiniiyah (metonimia), seperti:
Artinya:"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya
Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang didalamnya ada Pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakanakan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan denganminyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuhtidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[I040J,yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuhapi. cahaya di atas cahaya (berlapis-Iapis), Allah membimbing kepadacahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuatperumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahuisegala sesuatu" (QS. An-Nur: 35)
2. Bentuk gaya bahasa majilz (figuratit);
• .J.~ .... ,J -" ti I~ r.:.r-jl
7
Artinya:"Dan Sesungguhnya setiap kali Aku menyeru mereka (kepada iman)agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarimereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) danmereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat "(QS. Nuh: 7)
3. Bentuk gaya bahasa majaz lsti 'arah (metafora):? tt""'" .,.Jt"" 11"" .... ,J.--"""'J"'.,.,,'lr. .... (.-
;~:u ()~J~ -;,;11 Jj <;-". !,lQ1I :r -':;"81~ J.l,)j 4.!:Jfl, ~ ,- ": )1
(1 :&IJ:l!) )JLTy.yjT ~ft? j!. . .Artinya:
"(lui adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamumengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderangdengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuban Yang MahaPerkasa lagi Maha Terpuji" (QS. Ibrahim: I).
4. Bentuk gaya bahasa al-Kiniiyah (metonimia):
(18 :uy..jl\ ) ~~.".I.,::'J.T --J~j~T
Artinya:"Dan apakah patut (meqjadi anak Allah) orang yang dibesarkan daIamkeadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terangdalam pertengkaran" (QS, az-Zukhruf; 18)
Salah satu seni pengungkapan makna daIam bentuk gambaran imajinatif
Y<lng dikemukakan p<lda sebabagian ay<l!-aya! AI-Qur'an <ldalab menggunakan
bentuk isti'arah (metafora), al-Isti'arah adalah bagian dari al-mqjiiz al-lughawy
yang 'a/aqah-nY<l musyabbahah (penyerupMn), K<lrena AI-Qur'an b<lnyak
menggunakan gaya bahasa isti'arah, walaupun sering dibicarakan dan ditulis,
tetap saja kurang dipahami.9
Meski demikian, Al-Qur'an selaIu menarik untuk dikaji dan diteliti oIeh
um<l! muslim, sehingga dari sam leks Al-Qur'an menghasilkan sekian banyak
interpretasi dan disiplin ilmu yang dianggap sebagai kemulgizatan AI-Qur'an.
'Muhammad Arkoun, Lecture du Coran, (G.P. Maisnneuve, Paris, 1982). Trj. Hidayatullah,Kajian Kontemporer al-Qur'an, (Bandung: Pustaka, 1998), hal. 44.
8
Alasan akademik yang mendorong dilakukan penelitian dengan
pendekatan isti 'arah dalam empat surat di atas adalah sebagai berikut:
Pertama, surat al-Baqm'ah terdiri atas 286 ayat dan tergolong surat
madaniyyah. IO Sebagian besar ayatnya diturunkan pada permulaan hijrah, kecuali
ayat ke-28l yang diturunkan di Mina saat peristiwa hajj al-wada' (ritual hajji
terakhir yang dilakukan Rasulullah). Surat ini menlpakan surat terpanjang dalam
Al-Qur'an, ia dinamai al-Baqarah yang artinya sapi betina karena didalamnya
disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada
Bani lsrail (ayat 67 smnpai dengan 74). Surat ini juga dinamai Fusthat Al-Qur 'an
(puncak Al-Qur 'an) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam
surat yang lain. Surat ini dinamai pu1a surat alif-lam-mfm karena surat ini dimu1ai
dengan huruf arab, Alif-lam-mfm (rJi).lI Surat al-Baqarah mengandung isi
kandungan sebagai berikutY a) keimanan dan dakwah Islamiyah kepada Ahl al
kitab dan orang-orang musyrildn yang tidak sedikit menentang isi kandungan AI
Qur'an; b) hukum-hnkum dan perintah mengeJjakan shalat; menunaikan zakat;
hukum puasa; hukum haji dan umrah; hukum qishiish; hal-hal yang halal dan yang
haram; bemafkah di jalan Allah; hukum arak dan judi; cara menyantuni anak
yatim, larangan riM; hutang piutang; nafkah dan yang berhak menerimanya;
wasiat kepada dua orang ibu-bapa dan kaum kerabat; hukum sumpah; kewajiban
menyampaikan amanat; sihir; hukum merusak mesjid; hukum mengubah kitab
kitab Allah; hukum haidh, 'iddah (masa menunggu bagi perempuan yang barn
ditinggal suarninya karena meninggal atau cerai), thalaq (perceraian), khulu', Ua'
dan hukum menyusui, hukum melamar, mahar (mas kawin), larangan mengawini
IOMuhammad 'Ali ash,Shabiini, Shajivah at"Tafiisir Juz J, (Beirut: Dar AI-Qur'an ai-Karim,1999), eet. ke 1, hal. 15.llT~lln1c Ii. rln!ln A,,",,1 D"..lT~MM.....~.l._: C"_: ~ ,. ~ J...... .- '"" ..
9
wanita musyrik dan sebaliknya; hukum perang; c) kisah penciptaan Nabi Adam
as., kisah Nabi Ibriihim as.; kisah Nabi Musa as. dengan Bani Isra'l1; dan d) sifat
sifat orang yang bertakwa; sifat orang-orang munafik; sifat-sifat Allah;
perumpamaan-perumpamaan; !db/at, dan kebangkitan sesudah mati;
Kedua, surat Ali Imriin yang terdiri dari 200 ayat ini adalah surat
madaniyyah. Dinamakan Ali 'Irnran karena memuat kisah keluarga Irnran yang di
dalam kisah itu disebutkan kelahiran Nabi Isa, persamaan kejadiannya dengan
Nabi Adam as, kenabian dan beberapa mukjizatnya, serta disebut pula kelahiran
Maryam puteri 'Irnran, ibu dari Nabi Isa as. Surat ini mengandung isi pokok
pokok sebagai beriknt: a) keimanan dan dalil-dalil serta alasan-alasan yang
membantah orang Nasrani yang mempertuhankan Nabi Isa as; b) hukum
musyawarah, bermubahalah, dan larangan melakukan riba; c) kisah keluarga
'Irnran; perang Badar dan Uhud dan hikmalmya; dan d) golongan manusia dalam
memaharni ayat-ayat mutasyabihat; sifat-sifat Allah; sifat orang-orang yang
bertakwa dan yang lain-lain;
Ketiga, surat an-Nisa terdiri atas 176 ayat dan tergolong surat
Madaniyyah, Surat ini adalah surat ke-2 terpanjang setelah surat al-Baqarah.
Dinamakan an-Nisa' (wanita) karena dalam surat ini paling banyak dibicarakan
hal-hal yang berhubungan dengan wanita di samping surat atb-Thalaq.13 Pokok isi
surat an-Nisa yang lainnya adalah: a) keimanan; b) hukum, seperti kewajiban para
wali, hukum poligami, mas kawin, makan harta anak yatim dan orang-orang yang
tak dapat mengurus hartanya, pokok-pokok hukum waris, perbuatan keji dan
hukumannya, wanita yang haram dikawini; hukum mengawini budak wanita;
larangan makan harta secara bathil, kesucian lahir batin dalam shalat, hukum
suaka, hukum membunuh seorang muslim, shalat kbauf, larangan melontarkan
10
ucapan yang bUlUk, dan c) kisah Nabi Musa as dan pengikutnya, dan kisah
lainnya, seperti; asal manusia adalah satu, kehalUsan menjauhi adat jahiliyah
dalam perlakuan terhadap wanita, norma-norma bergaul dengan isteri, hak
seseorang sesuai dengan kewajibannya, perlakuan ahli kitab terhadap kitab-kitab
yang diturunkan kepadanya,dasar-dasar pemerintahan, dan sebagainya.
Kempat, surat al-Ma'idah (hidangan) ini tel'masuk juga surat madaniyyah
seperti surat al-Baqarah, Ali 'Imran, dan surat an-Nisa di atas. Surat ini dinami
juga surat 'uqud (perjanjian) dan al-Akhyar (orang-orang baik).J4 Surat ini
diturunkan ditengah-tengah peljalanan Rasulullah dari Hadibiyah yang terdiri dari
120 ayat. J5 Pokok isi surat al-Ma'idah ini adalah: a) keesaan Allah, kisah
hidangan, ikatan peIjanjian, bUlUan, thaharah, kisah Bani Israil danNabi Musa,
dan lain-lain.Bel'dasarkan penje1asan di atas, alasan pemlihan objek kajian ini dapat
disederhanakan sebagai berikut: 1) isi pokok keempat surat tersebut sangat
didominasi oleh hukum atau aturan selain kisah. Biasanya hukum itu disampaikan
dengan bahasa yang lugas dan bahasa denotatif, tetapi dalam empat surat tersebut
ditemukan ayat-ayat yang mengandung metafol'a (isti'iirah); 2) penggunaan gaya
bahasa isti'iirah dalam empat surat di atas dan surat yang lain dalam al-Qur'iin
pasti merniliki tujuan tertentu, tujuan tersebut sangat dipengamhi oleh gaya
bahasa; dan 3) keempat surat di atas ayat-ayatnya termasuk madaniyyah dan
susunan suratnya berurutan berdasarkan mushhaf Utsmiiny, sehingga
memudahkan penelitian dan dapat dijadikan pijakan awal oleh peneliti atau
peneliti lainnya untuk melanjutkan penelitian dengan menggunakan pendekatan
baliighah, sehingga teori kemukjizatan AI-Qur'an dari segi bahasa dan sastranya
dapat dibuktikan, diterima, dan diperkuat kebenarannya.
I'M. Quraish Shihab, Tqji;lr al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'iin Juz 3, (Ciputat:Lentera Hati, 2007), cel ke, hal. 3.J5Muhammad 'Ali a~h_~h:ihiini S:hnl1.,nl. ....IT/Y~~:~ 1~._ J /n_~.__L- y-,,- ........ "-
II
Untuk mengetahui kemukjizatan AI-Qur'an dari segi bahasa dan sastranya,
penelitian ini memfokuskan kajianya pada Aya-ayat AI-Qur'an yang mengandung
usliib sli'tirah dalam surat al-Baqarah, Ali 'lmran, an-Nisa, dan surat al-Ma'idah
dengan judul penelitian: "I'JAZ AL-QUR'AN DITINJAU DAR! USLUB
ISTI'A.RAH" (Kajian Balaghah pada Surat al-Baqarah, Ali 'lmran, an-Nisa, dan
Surat al-Maidah),
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
penelitian ini akan menitikberatkan pada gaya bahasa (us/fib) ayat-ayat AI-Qur'an
yang terdapat dalarn Surat al-Baqarah, Ali 'Imran, an-Nisa, dan surat al-Maidah,
Usli:ib ayat-ayat dalarn surat tersebut dijadikan objek penelitian dan akan dikaji
untuk mengungkap kemukjizatannya, Salah satu bentuk kemukjizatan bahasa AI
Qur'an tersebut adalah ungkapan yang mengandung metafora (mqjtiz isti'tirah)
dan efeknya dalarn struktur bahasa yang digunakan oleh AI-Qur'an. Pendekatan
yang digunakan dalarn penelitian ini adalah pendekatan ilmu balaghah, lebih
tepatnaya adalah pendekatan Hmu Bayan.
Agar penelitian ini lebili fokus dan terarah, maka akan dirurnuskan
masalah pokok penelitian yang berkisar pada hal-hal sebagai beriknt:
L Jenis us/fib isti'tirah apa saja yang terdapat dalarn surat al-Baqarah, Ali
'Imran, an-Nisa, dan surat al-Ma'idah?
2. Apa efek yang ditimbulkan dari us/iib isti'lirah dalarn surat al-Baqarah, Ali
'Imran, an-Nisa, dan surat al-Ma'idah?
c. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis usliib isti'tirah yang terdapat dalarn surat al-Baqarah,
12
2. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari usliib isti'tirah dalam surat al
Baqarah, Ali 'Imran, an-Nisa, dan surat al-Ma'idah
Adapun nilai glma yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Ikut berpartisipasi dalam mengatasi kekurangan leteratur yang membahas i 'jtiz
AI-QlIr'an dari aspek usliib isti'tirah, mengil1gat pesan maknanya sebagai
petlmjuk bagi umat muslim,
2. Sebagai slIIllbangan pemikitan pada Il1asyarakat, khtistisl1ya masyarakat
akademik, yang memiliki minat memperdalam tentang i 'jtiz AI-Qur'an dati
kebalaghahan tisliib, khllsUsl1ya kebalaghahan uslfib isti'tirah dan
permasalahaooya dalam AI-Qur'an, setidaknya memperkaya informasi
pelel1gkap dati hasil Regiatan pel1elitian tel1tang i 'jtiz Al-QUt'an yang pemah
ada,
3. Sebagai data bandil1g bagi pel1elitian bahasa AI-QUt'an yang ada dalafu
lintasan sejarah tentang i 'jtiz Al-Qur'an, khususnya yang membicarakan
tel1tal1g kebaliighahan usliib Wi'tifah dan dijadiKan slllllbet fujiiklcan oleh
umat muslim terdahulu dengan penelitian i 'jaz AI-Qur'an yang ada dan
dijadiKan rujUKKanoJeh lIIllat mUslim deWasa illi.
D. Tinjauan Pustaka
Sebagaifiiana tdab disebutkan sebehlfiifiya, kajian illi fiieihusatkan
perhatian pada i'jaz AI-Qur'an dari aspek usliib isti'arah dan efek yang
tifubtikal1l1ya. SeRalipilil sUdah ada yang l1iel1Ulis tel1tang i 'jiii AI-QUt'an, l1afuilil
yang meneliti i'jiiz Al-Qur'an dati uslfib isti'iirah secara khusus dalam empat
sUtat yaifu; SUtat al-Baqarah, sUtat Ali Il1il'an, itii-Nisa, ditii sUtat al-Ma'idah
13
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, ditemukan
beberapa literatur yang membahas tentang ayat-ayat AI-Qur'an dengan
pendekatan usliib isti '[wah. Akan tetapi literatur tersebut hanya menguraikan
permasalahan tersebut dalilm bab atau pasal-paSal tertehtu saja, dan tidak
menguraikan secara utuh berdasarkan urutan ayat dan susunan surat. Literatur
tersebllt dalilm uraiannya tidak mengelompokkannya secara rinci, pembahasannya
tidak meryelaskan secara khusus ayat-ayat yang mengandung uslUb isti'iirah dan
efek yang ditiIhblllkfuiya.
Adapun literatur yang peruah ada dan membahas tentang uslUb isti'iirah
daIilIh bab-bab tertehtll saja diantilranya Seoagai berikllt; 1) Asriir al-Bdliighah
karya Abd al-Qahir al-Jurjilni, 2) Qiimiis Qawii'id al-Baliighah wa UshUl al-Naqd
wa Tazdawuq karya Mlls'ad, 3) Jawiihir al-Baliighahfi Ma'iini wa al-Bayiin wa
al-Badf' karya Alunad al-Hiisimy, 4) al-UshUl min Ilm al-UshUl karya
Milliilhllhad ibn Shalih al-UtSaiJilin, 5) Aqshd ill-Amdni karya Ziikarla ibn
Muhammad al-Anshari, 6) al-Baliighah Funiinuha wa Afniinuha karya Fadhal
Hasan'Abas, 7) dl-Bdyiinfi Dhdwi Asiiiih AI-Qur'iih karya Abd aI-Fattiili Lasyin,
8) Min al-Balaghah Al-Qur'iin karya Alunad Alunad Badawi, 9) al-Burhiin fi
Uliim Al-Qur 'iin kiltya AI-lfuilm Badrtidin Milliilhllhad bin Abdllllah ilZ-Zarkasyi,
10) Al-Qur'iin wa al-Shurah al-Bayiiniyah karya Abd al-Qadir Husain, 11)
Mukhtilshd1' al-Shdwiliq dl-Mu1'sdlilh 'dlil dl-Jdhmiydh wd dl-Mu'ilthilah karya
Ibn Qayim al-Jauziyah.
Sedangkan literatllt yang lhembiilias Secilta khllSliS tentilJig isti'iiI"iili
sebagai berlkut: I) al-Majiiz wa Atsaruhufi al-Fiqh al-Isliimi: Diriisah Ushiiliyah
karya Abd al-Fatah Alunad Qlifllb ad-Daliliifii, 2) Man 'u Jawaz al-Majiiz fi al-
.• n .,~......, ~ Y .• • ~
14
Tajsfr:Dirlisah fi Qadhiyah al-Majliz fi Al-Qur'lin 'Inda al-Mu'tazilah karya
Nashr Abu Zayd, dan 4) al-Majliz fi al-Lughah wa AI-Qur'lin aI-Karim Baina
Ijlizah wa aI-Man 'u, Ardh wa Tahlfl wa al-Naqd karya 'Abd al-'Azhim al
Muth'ini.
Literatur di atas hanya membahas tentang uslfib isti'lirah secara singkat.
Itupun hanya membahas isti'iirah secara teoretis, walaupun mengutip contoh
contoh isti'iirah dari ayat-ayat AI-Qur'an, tetapi ayat-ayat tersebut tidak secara
rinci dan berurutan berdasarkan surat al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa, dan surat al
Ma'idah. Oleh sebab itu, penelitian dari aspek kemukjizatan AI-Qur'an yang
ditinjau dari uslfib al-isti'iirah dan efek yang ditimbulkannya baik terhadap
struktur maupun makna masih terbuka untuk dilakukan.
E. Kerangka 8erpiIQr
Balaghah termasuk ilmu bahasa yang memperhatikan berbagai ungkapan
yang disesuaikan dengan tuntutan keadaan (muqtadha al-hal).16 llmu ini dibangun
dengan logika dan alur pemikiran ilmiah dan berperan dalam ragam karya sastra
termasuk dalam struktur usliib bahasa Al-Qur'an. Unsur yang paling dominan
adalah retorika, yaitu bagaimana agar ucapan dapat sesuai dengan nalar lawar
bicaraY
BaIaghah (retorika) dipandang sebagai suatu cara penggunaan bahasa
untuk memperoleh efek estetis. Ia diperoleh melalui kreativitas pengungkapan
bahasa, yaitu bagaimana penutur menyiasati bahasa sebagai media untuk
mengungkapkan gagasannya. Ungkapan sebuah bahasa mrncerminkan sikap dan
perasaan penuM, sekaligus juga dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan
15
perasaan pembaca yang tercermin dalam nada. Dengan demikian, pengungkapan
bahasa hams efektif. Yang dimaksud efektif adalah mampu mendukung gagasan
secara tepat sekaligus mengandung estetis sebagai sebuah karya seni. 18
Balaghah terbagi tiga kajian, yaitu; ma 'ani, bayan, dan bam'. Bayan
merupakan seni pengungkapan makna dengan berbagai gaya ekspresi yang indah.
Ma'ani adalah ilmu yang membahas tentang kesesuaian ujaran atau ungkapan
dengan situasi dan kondisi dengan lawan bicara (komunikan). Iilmu bad!' yang
membahas tentang keindahan ungkapan bahasa setelah diekspresikan dengan gaya
bahasa yang indah dan disesuaikan dengan konteks wacana. 19 Dari tiga bidang
yang terdapat dalam ilmu balaghah yang dijadikan "pisau analisis" dalam
pene1itian ini hanyalah i1mu bayan s!\ia. ltupun hanya dititikberatkan pada salah
satu gaya bahasa (uslUb), yaitu gaya bahasa isti'arah (metafora) saja.
Isti'iirah (metafora) adalah gaya perbandingan yang bersifat tidak langsung
dan inplisit. Hubungan antara sesuatu yang dinyatakan pertama dengan yang
kedua hanya bersifat sugestif, tidak ada kata-kata petunjuk perbandingan eksplisit.
Isti'iirah menurut al-Hasyimi, tasyblh (simile) yang dibuang salah satu
tharfaynnya, yaitu musyabbah atau musyabbah bih-nya yang dibuang.20
Sedangkan menurut Gorys Keraf, ia menyebutnya dengan istilah metafora,
metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung
tetapi dengan bentuk yang singkat.21 Isti'iirah sebagai perbandingan langsung
tidak mempergunakan adat al-tasybfh, seperti kata; bagaikan, seperti, bak, bagai,
dan sebagainya. Sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok
kedua. Proses teJjadinya sarna dengan tasyblh (simile) tetapi secara berangsur
angsur keterangan mengenai persamaan dengan pokok pertama dihilangkan.
"Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkqjian Fiksi, (Yogyakarta: University Press, 2002), hal. 295.19Abd al-Qirus Abii Shalih & Ahmad Tawfiq, Kiliib al-Baliighah, (Riyadh: Jami'ah aI-Imam, !t.)2oAhrno::trl <:>LU"C'u:;....... : 1...... ;:;,L.;~ ~1 D_l~_l_~l. ..,..". _,... - 1 ~ # .- •
17
dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan
analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan,
meskipum demikian, analisis yang berasal dari bahasa Ytmani, analyein
('ana'= atas, 'lyein'= lepas, urai) telah diberikan arti tambahan, tidak semata
mata menguraikan me1ainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan
secukupnya. Tujuan dari penelitian ini untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistel11l11atis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat
sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.2401eh kerena itu, dengan
metode gabungan ini (deskriptiJanalisis) dapat mendekripsikan, menguraikan,
menganalisis, dan mengkategorisasikan serta mengkiasifIkasikan ayat-ayat
yang mengandung isti'arah dalam surat al-Baqarah, Ali 'Imriin, an-Nisa, dan
surat al-Miiidah serta efek yang ditimbulkarmya.
2. Langkah-langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah:
2.1. Penentuan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terbagi dua bagian, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian
ini adalah Al-Qur'iin ai-Karim atau mushhaf utsmany. Adapun sumber
data sekundemya adalah kamus-kamus (al-ma'ajim), buku-buku tentang
i 'jaz Al-Qur'iin, buku-buku yang menje1askan uslfib isti 'arah, dan buku
buku yang ada relevansinya dengan penelitian ini baik secara langsung
maupun hanya berupa teoretis.
18
2.2. Penentuan Jenis Data
Data dalam penelitian ini adalah teks-teks ayat AI-Qur'an dalam surat al
Baqarah, Ali Imriin, an-Nisii, dan surat al-Mii'idah yang dalam susunan
kalimatnya terdapat kata dan kalimat yang mengandung kata isti'iiriih.
2.3. Pengumpulan Data Penelitian
Dalam pengllmptilan data penelitian digunakan teknik kepustakaan.
Karena penelitian ini bersifat penelitian kualitatif. Penelitian yang bersifat
kuaIitatif, data yang dipef61eh adalah data deskfiptif, beftipa data tefttilis
atau lisan dari sejumlah orang dan prilaku yang dapat dipahamii.25 Hanya
saja daIam penelitian ini, data yang mungkin diperoleh adaIah data tertulis
saja. Karena penelitian ini berupa penelitian teks. Data-data tersebut
diperoleh dengan langkah-langkah: I) membaca keempat surat di atas
daIam AI-Qtif'iirl ayat deIiii ayat; 2) Iiienandai ayat yang didaIamnya
mengandung gaya bahasa isti'iirah; dan 3) menginpentarisasi,
menganaIisis, Iiiengklasifikasi jems isti'iirah daIilIii eIiipat stifat tefseotit.
2.4. AnaIisis Data Penelitian
Data yang telah terktiIiiptil dan terstiStiri., keIiitidian dipilah-pilah
berdasarkan kelompok aym dan surat, setelah ayat dikelompokkan,
kemudian dipilah lagi tiIittik l11eneIitllka kata-kata isti'iirdh yang tefdapat
daIam teks-teks ayat berdasarkan susunan surat al-Baqarah, Ali Imran, an
Nisa, dan stifat al-Mii'idah. Unttik Iiiengetahtii keIiitikjiZiltan AI-Qtif'iirl
ditinjau dari struktur uslUb bahasa, maka digunakan pendekatan i1mu al
baIiighah (retorika) atau tepatnya ilmu bayiirl. Pendekatan ini digunakan
untuk mengetahui isti'iirah yang berada dalam empat surat di atas.
19
2.5. Merumuskan Simpulan
Simpulan merupakan akhir dari kegiatan penelitian sebagai jawaban dari
permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah.
G. Sistematika Penulisan
Dalam upaya memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, penelitian iill
dibagi dalam lima bab.
Bab satu merupakan pendahuluan yang meliputi: Latar belakang masalah;
IdentifIkasi dan rumusan masalah; tujuan dan kegunaan pt:nelitian; tinjauan
pustaka; kerangka berpikir; metode dan langkah penelitian; dan sistematika
penulisan.
Bab dua meliputi pembahasan tentang kerangka teoreteris tentang
isti'iirah, rukun isti'll.rah, jeills isti'll.rah, dan eft:k yang ditimbuIkan dari struktur
usliib isti'iirah, serta isti'iirah daIam Al-Qur'iin.
Bab tiga berisi pembahasan tentang i 'jiiz Al-Qur'iin yang mt:ncakup;
pengertian 'ijiiz, 'ijiiz AI-Qur'iin, dan karakteristik 'ijaz AI-Qur'iin.
Bab empat bt:risi pt:mbahasan tt:ntang kemukjizatan AI-Qur'iin dalam
surat al-Baqarah, surat Ali Imran, an-Nisii', dan surat aI-Mii'idah ditinjau dari
uslfib isti'iirah yang meliputi: Isti'll.raIl daIam surat aI-Baqarah, isti'll.rah daIam
surat Ali Imriin, isti'll.rah daIam surat an-Nisii'; dan isti'll.rah daIam surat al
Mii'idah. Kemudian eft:k yang ditimbulkan dari struktur uslfib isti'iirah dalam
surat al-Baqarah, efek yang ditimbulkan dari struktur uslfib isti'iirah daIam surat
Ali Imriin, efek yang ditimbulkan dari struktur uslfib isti'iirah daIam surat an
Nisii', dan efek yang ditimbulkan dari struktur uslfib isti'iirah daIam surat aI
Mii'idah; dan
Bab lima berisi penutup dari rangkaian kegiatan penelitian yang mencakup
BABII
USLUB ISTI'ARAH
A. Isti'iirah dalam lImn Baliighah
1. Pengertian Isti'iirah
Isti'arah adalah dalam ilmu baHighah merupakan bagian dari majaz. Oleh
karena itu, sebelum menjelaskan isti'arah, akan dijelaskan pengertian majaz
terlebih dahulu. Majilz adalah lafazh yang digunakan pada arti bukan semestinya
karena ada hubungan beserta adanya qaiinah (petunjuk) yang mencegah dari arti
yang asli/asalnya. 1
Adapun majliz itu meliputi majliz lughawy dan majilz 'aqly. M'liaz
lughawy adalah lafazh yang digmlakan dalam makna yang bukan seharusnya
karena ada hubungan disertai qarfnah yang menghalangi pemberian makna
hakiki. Hubungan antara makna hakiki dan majazi itu kadang-kadang karena
adanya keserupaan dan kadang-kadang bukan penyerupaan. Sementara qarlnah
nya itu dapat berupa lqfthiyah maupun hilliyah. Jika persesuaian itu merupakan
penyerupaan, maka disebut isti'arah, dan jika bukan penyerupaan, maka disebut
majliz mursal.
Berikut ini adalah contoh ayat-ayat AI-Qur'iin yang mengandung majilz:
a. Surat Hud ayat 43:
21
Artinya:
"Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yangdapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yangmelindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang MahaPenyayang." Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; makajadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan" (QS. Hud:43).
Yang menjadi contoh majaz dalam ayat tersebut adalah kalimat La
'ashima al-yauma min amrillah. Makna ayat atau kalimat tersebut bo1eh seperti
terjemallan di atas, yaitu tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah
kecuali Allah (saja) Yang Maha Penyayang) atau dapat seperti berikut: tidak ada
yang dilindungi hari ini dari azab Allah kecuali orang yang disayang Allah. Jadi
yang teJjadi di da1am kalimat (ayat) tersebut ada1ah penyandaran isim fii'il kepada
maf'iil. Hal yang dernikian itu dinamakan majaz 'aqly yang hubungannya adala1l
mafUliyyah.
b. Surat NUll ayat 7:", ",.J.;' (PJ oil
I:,:",~::: .. IJ ~I~T J ~G>i I~ ~ >;:\ ~~~ t.:.lS" J1J,; ... ... '" '" ...
(t::5:.::..\ \ J ,(--::0 ( \ t, f' 0 J 'CJ . )~) ).;4') ('"+! •, ,
Artinya:
"Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agarEngkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka kedalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap(mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat" (QS. Nuh: 7).
Dalam ayat ini yang menjadi contoh majaz ada1ah 1afazh Ja'alU
ashabi'ahum fi adzanihim (mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam
telinga). Yang dimaksud adalah bukan secara keseluruhan, akan tetapi sala1l
satunya saja (misalnya t€lunjuk kiri dan kanan). Contoh majaz di sini adala1l
22
majaz mursal dengan hubungan kulliyah, yaitu menyebutkan keseluruhan untuk
sebagian.
Artinya:
"Rai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasukimesjid), makan dan minumlah, dan jangan berJebih-Iebihan.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berJebib-Iebihan(QS. aJ-'Arill: 31).
Dalam ayat tersebut yang menjadi contoh majaz adalah lafadz masjid,
yakni mengucapkan mahal-nya sedangkan yang dimaksud dengan masjid <Ii sini
adaJah halnya yaitu shaJat. lui adalah majiiz mursal mahalliyah.
d. Surat aJ-Baqarah: 16
::r.~~ 1}tS-~) ~J~ ~J W(.G:4J~ ;j~II)pl ::r.~I~)
Artinya:
"Mereka adaJah orang-orang yang membeJi kesesatan dengan petunjuk,maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapatpetunjuk"(QS. aJ-Baqarah: 16).
Pada ayat tersebut terdapat contoh isti 'arah tashrfhiyyah, yakni lafazh
isytarau. Makna dari lafadz ini adaJah ikhti'irii (memiJih). Yang menjadi qarfnah
bagi lafadz isytarau adaJah lafazh adh-dhalalata. Kata-kata yang relevan dengan
musyabbah bih daJam ayat tersebut adalah lafazhjama rabihat tiji'iratuhum.
"Ia berkata: "Ya Rab-ku, sesungguhnya tulangku telah lemah danlr~_~l~l_• • _1_,- ...1~_~~ ,_. 1
23
Dalam ayat tersebut, kepala diserupakan bahan bakar, lalu musyabbah
bih-nya dibuang dan diisyaratkan oleh salah satu sifat khasnya, yaitu lafazh
isyta'aia (menyala) sebagai isti 'arah makniyah. Qarlnah-nya adalall
menyandarkan kata "nyala" (isyta 'aia) kepada kepala.
Kata isti 'arah secara etimologi adalah bentuk isim mashdar (gerund) dari
flU madhy "ista'iira" yang artinya meminjam.2Kata ini terambil dari kalam Arab
"ista'ara ai-mala" yang artinya "Thaiabahu 'Ariyatan" (menjadikannya sebagai
pinjaman).3
Sedangkan secara terminologi, isti 'arah didefinisikan sebagai kata yang
dipakai bukan pada makna aslinya karena ada 'alaqah musyabbahah (hubungan
keserupaan) dan disertai qarfnah (tanda-tanda) yang mencegah dinlaksudkannya
makna asli.4
A. Muhsin dan Fuad Wahhab mendefinisikannya sebagai majaz yang
alaqahnya (hubungannya) antara makna asal dan makna yang dimaksud saling
menyerupai.5
Az-Zarkasyi, mendefinisikan isti 'arah sebagai peminjaman sebuah kata
dari sesuatu yang dikenal maknanya dialihkan kepada sesuatu yang belum dikenal
maknanya dengan tujuan tertentu semisal zhhCiru al-khaflyyi, izhharu az-zhCihir
laisa bi jaliyyin, mubCilaghah atau lil majmu ,.6
Pada prinsipnya isti 'arah adalah tasybfh yang diringkas, tetapi isti'iirah
memiliki nilai keindahannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan tasybfh.
2Attabik Ali dan A. Zuhdi Mubdlor, Kamus Krapyak al-Ashriy Arab-Indonesia, (Yogyakarta:Multi Karya Grafika, tt.), hal. 104.'Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Baliighah Fi al-Bayan wa al-Ma'ani, wa ai-Bam', (Indonesia:Dar ihya' al-Kutub al-'Arabiyah, 1960), hal. 303.'AI-Hasyimi, Jawahir al-Baliighah Fi al-Bayan wa al-Ma 'ani, wa ai-Bam', bal. 303.5Al_Ttn;'itn R~rtnll"lrlin l\A"h""'.-n ......"A h;.... Ah...l .•ll ..1.. ~_ '7~_l.__ w.~ _, n '."" __ cr-.,yn_
Seperti contoh: "J/
24
Karena sebenarnya Isti 'arah adalah tasybfh yang dibuang salah satu ujungnya
(musyabbahlmusyabbah bih), wqjah syibhnya, dan adatut tasybfh-nya. 7
... I;) "" ""
:aal\ l2 \L..:..i ~i~" (aku melihat singadi dalam0.-' .,.... "'" '" "" '" J "" J. 0("
kelas), yang asalnya adalah Jf-.........a"'-'.il\ l2 ...L.-....>}l1S' lj;.b...:;, lb,.J ~IJ' (aku/
melihat seorang laki-Iaki pemberani seperti singa di dalam kelas). Musyabbah-nya
")\."../ kemudian dibuang dan adat tasybfh-nya "J~I" juga dibuang, demikian/0
juga dengan wajah syibh-nya ";;.p6..;JI" kemudian didatangkan qarfnah J,a.AJ\ l2 "/
" yang menunjukkan bahwa yang dimaksudkan dengan singa tersebut adalah
seorang yang pemberani.
Dalam isti 'arah, istilah yang digunakan mirip dengan tasybfh, hanya
berbeda dalam sisi nama. Jika dalam tasyb'lh ada musyabbah, dalam isti'iirah
disebut musta'ar, jika dalam tasybfh ada musyabbah bih dalam isti'arah disebut
dengan musta'ar minhu, dan jika dalam tasyb'lh ada wajah syibh, dalam isti'arah
dinamakan aI1am'i,.8
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa isti'arah adalah termasuk
majaz, disebabkan adanya kata yang dipakai bukan pada makna aslinya karena
ada alaqah (hubungan) dan disertai dengan qarinah9• Majiiz dalam i1mu balaghah
dibagi menjadi dua yaitu majiiz mursal dan majaz isti'arah. Yang membedakan
antara keduanya adalah alaqah-nya Majiiz isti'arah merniliki 'alaqah
musyabbahah, sedangkan majaz mursal alaqah-nya selain musyabbahah. IO
'Ahmad al-Hasyimi, Jawiihir al-Baliighah Fi al-Bayiin wa al-Ma'iini, wa al-Badi', (Indonesia:Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyah, 1960), hal. 303.'AI-Hasyimi, Jawiihirul Baliighah Fi al-Bayiin wa al-Ma'iini, wa ai-Bam', hal. 303.9Wahab Muhsin dan T. Fuacl Wllh::th P(,)/mIr-PnvnTr l1nUl n'"";;.... l. .... l. rD ..._,:j ••_~. A __L~~~ ..... A.n
25
Isti 'arah adalah tasyblh yang di buang salah satu tharfayn-nya. Hubungan
antara makna hakiki dan majazinya adalah musyabbahah. Di mana isti 'arah ini
juga mencakup: I) Isti'arah tashrfhiyah (musyabbah bih-nya ditegaskan) dan
makniyah (dibuang musyabbah bih-nya, dan ditetapkan salah satu sifat khasnya;
2) Isti'arah ashliyah Gika isimnya berupa isim jamid) dan isti 'arah taba'iyyah
Gika dari isim musytaqq; 3) Isti'arah murasyahah Gika disertakan kata-kata yang
relevan dengan musyabbah bih), mzgarradah Gika disertakan kata-kata yang
relevan dengan musyabbah), dan muthlaqah (yang tidak disertai oleh keduanya:
musyabah dan musyabab bih; dan 4) Isti'arah tamtsfliyah, suatu susunan kalimat
yang digunakan bukan pada makna aslinya karena ada hubungan keserupaan
disertai adanya qarfnah yang menghalangi pemahaman terhadap kalimat tersebut
dengan maknanya yang asH.
Isti'arah (metafora) merupakan seni bertutur atau seni ungkapan yang
amat umum dan berlaku bagi setiap bahasa. Para saJjana bahasa
mendefinisikannya secara tradisional sebagai gambaran-gambaran retoris yang
paling penting. Menurut pandangan dan kesimpulan para ahIi klasik, metafora
meJigacu pada perbandingan yang disederhanakan atau penggantian sesuatu yang
sejatinya dengan ungkapan lain yang "tidak sejatinya" berdasarkan ukuran atau
kriteria-kriteria persamaan ataupun kemiripan. ll Dengan demikian, prinsip
metafora sudah jelas untuk memberikan gambaran lebih komprehensif tentang
pelbagai definisi metafora, maka, dalam paragraf berikut akan diurai-kan definisi
definisi tersebut yang dipilih dari para ahIi bahasa, termasuk kritikus sastra,
llPhilin Rice & Patri(';ia WmlOh MnAoJ"» 'ifo"""" rl.r"'...... A D"... A ..... _ IT ~_.1__ 1nnn... 1-_. 1"- T'r <
26
khususnya mereka yang dalam studinya, menyinggung juga tentang kaj ian AI-
Qur'an .
Meski definisi-definisi yang dilontarkan tersebut berbeda satu san1a lain,
namun inti dari yang dimaksud saling mendekati. Salah satu definisi di-
kemukakan oleh Ibn Qutaibah (w. 276/889), menurutnya metafora adalah
peminjaman suatu kata untuk dipakai dalam kata yang lainnya karena
perbandingan atau faktor-faktor yang lain. 12
Menurut pandangan Ibn Qutaibah, orang Arab punya kelaziman untuk
"meminjam kata" dan menempatkannya untuk kata yang lain tatkala ditemukan
sebab ataupun alasan-alasan yang me-mungkiukannya. Lengkapnya Ibn Qutaibah
berkata: 13
~ ~\ 0tS- I~l ~\ 0t5::. \t;';'~; o:J~1 J;s i..J.sj\ ~:.::: .. ; y;J~...... ,., ""
, J , J' {
~ )\ \.J, \~)G...:. )1 ($-;':' ')t\ ::r~.... r;; ,.,
Sedangkan definisi dari Tsa'lab (w. 291/904), isti'lirah adaIah peminjaman
makna kata untuk kosa kata lainnya yang mana kosa kata lain tersebut, pada
awalnya, tidak memiliki makna yang dipinjan1kan. 14
Definisi yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Abu Hilal al-Askari
(w. 395/1004). Definisi tersebut adaIah sebagai berikut: 15
"Thn Qulai\Jab, T(l'wll Musykil AI-Quriin, CKairo: 1326), hal. 104."Ibn Qutaibah, Ta'wll Musykil AI-Qur'an, bal. 103.14Tsa'lab. Oawii'id al-Svi'r. (~rl) R~m~n~n Ahii 'To:l1l7",h {V"~..n' 10'20\ 1.~1 t:~
28
lebih mudah dipahami. Meskipun Ibn Qutaibah meyakini bahwa isti '(irah
merupakan bentuk terbanyak dari seni penuturan sebagai bagian dari majliz.
namun uraiannya mengenai metafora tidak tergantung pada al-Jurjani. Ulasan al-
Askari juga bukan pcngecualian. la menetapkan metafora seca\'a umum dan tidak
membedakannya dengan bentuk-bentrruk majaaz lainnya, seperti tasyblh. tamtsIl
ataupun metonimie.
Sedangkan metafor atau isti'lirah dalam kata keJja terkadang terdapat pula
pada subjek ataupun objek. AI-JuJjani menyebutkan bait puisi berikut:
Artinya:"Semua hak bagi kita terpadu pada satu imam, yang mem-bunuh kebakhilandan menghidupkan kedermawanan.,,J9
Frasa "membunuh" dan "menghidupkan" dalam konteks bait tersebut
merupakan isti'lirah. selagi keduanya memiliki objek kebakhilan dan
kedermawanan. . Seandainya seorang penyair mengatakan: "musuh telah
membunuh serta memberikan hidup," maka kalimat ini bukanlah bentuk metafora.
Oleh karenanya, metafora yang teJjadi dari satu ungkapan atau dalam konteks
kalimat tersebut di atas adalah dari kedua obyek yang menjadi bagian dari kata
keJja, dan jika subyeknya berbeda, maka ungkapa\l tersebut bisa jadi bukan
metafor. Di samping itu, makna dari kata yang dipinjam, dalam konteks kalimat
yang menjadi metafor tersebut, menurut al-Jurjani, dapat diketahui dengan pasti.
Meskipun juga harns diakui bahwa dalam makna ungkapan atau kata yang
dipinjamkan untuk kata aslinya terdapat perbedaan tingkatan derajat sedikit atau
banyak.
29
Al-JUJjani menjelaskan lebih lanjut beberapa aspek metafora (isti'arah).
Menurutnya, metafora senantiasa mengandung unsur perbandingan, meski seni
dari isti'arah tersebut mesti selaJu berbeda-beda. Seseorang "meminjarn" sesuatu,
sebagai misal, yang lebih indah untuk sesuatu yang lebih lugas. Untuk kasus
seperti ini dapat dijadikan, sebagai contoh, kata "terbang" untuk sesuatu yang
tidak memiliki sayap, alias sesuatu yang sarna sekaJi tidak dapat terbang, hanya
saja sesuatu tersebut dapat berlari arnat kencang seolah terbang. Demikian pula
"jatuh dari langit" untuk larinya seekor kuda dari atas sarnpai ke bawah, serta
"berenang" untuk sesuatu yang arnat cepat bergerak ataupun betjaJan dalarn air.
Dengan demikian, kata "terbang," "jatuh," "berenang," dan "Iari," masuk daJarn
satu jenis aktivitas, yakni bergerak, yang kemudian bisa dijadikan sebagai makna
metaforis apabila diterapkan kepada subyek yang, secara denotatif, tidak dapat
melakukannya. Dengan penggunaan seperti itu, maka makna metaforis menjadi
lebili indah ketimbang makna asH dari ungkapan atau kaJimat tersebut.
Isti'arah, sebagai terminus, tidak disangkaJ berada secara erat daJarn
kaitannya dengan teori kritik sastra Arab secara umum. Aspek-aspek dari dogma
kei'jazan Al-Qur'iin yang diberikan oleh al-Rununani yang kemudian menjadi
bahan anaJisis peneHtian Angelika Neuwirth ada empat, yakni tasybfh, isti'arah,
tajannus, paronomasie, hiperbola, dan mubiilaghah. Keempat elemen tersebut,
daJarn era al-Rununani, termasuk dalarn wilayah pembahasan bentuk-bentuk
badi'. Untuk itu, menjadi jelas bahwa metafora atau isti'iirah asaJ-usuinya
merupakan bagian dari diskusi ataupun pembahasan mengenai badi' yang masuk
daJarn disiplin balaghah. Dari pertimbangan ini, maka sistematisasi aJ-JUJjani
berada pada diskursus baiighah daJarn kaitannya dengan bentuk-bentuk elemen
30
al-Jurjani dibandingkan dengan paparan-paparan sebelurnnya semenjak era Ibn
Qutaibah mengenai metafora mengalami penyempurnaan yang amat signifikan.20
Terkait dengan penelitian ini, maka uraian-uraian yang komprehensif
mengenai konsep isti'arah yang diberikan oleh para sarjana klasik tidak terlalu
penting. SebaIiknya, yang terpenting adalah bagaimana smjana muslim telah
memahami ayat-ayat Al-Qur'an secara metaforis. Dalam kerangka ini, para
sarjana memberikan label sekaligus varian dari metafor dari ayat-ayat Al-Qur'an
secara beragam.
2. Rukun-rukun Isti'arah
Sebuah struktur dapat dikatakan sebagai isti'arah, jika terdapat rukun
ruknn isti 'arah sebagai beriknt:21 1) Musta 'ar yaitu lafadz yang dipindabkan
(lafadz musyabbah); 2) Musta'ar minhu yaitu lafadz musyabbah bih; dan 3)
Musta 'ar lahu yaitu makna Kedua rukun yang pertama adalah berbentuk lafadz
sedangkan rukun yang ketiga adalah makna.22
Isti'arah, arti asainya pi1Uaman. Kata pinjaman (isa'arah) dalam
pengertian ilrnu Bayan adalah berarti sebuah kata yang ditempatkan bukan pada
tempat semestinya, dan hubungan diantaranya dengan kata yang dimaksudnya
musyabbahah (persamaanJ perserupaan). Contoh berikut ini:
~ WI ~~ l::L...f 8f~J' .' . .J~
Artinya: "Akn melihat singa berkhutbah di depan orang-orang".
2°Muhammad Muhammad AbU Musa, al- 'ljiiz al-Balaghi Dirasah Ta!Jfiliyah Ii Turals Ahli al-1Imi,(Qahirah: Maktabah Wahbah, 1983). M. Nur Kholis Setiawan, AI-Qur'an Kilab Sastra Terbesar,(Yogyakarta: EIsaq Press, 2005), hal. 214."Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah Fl al-Bayan wa al-Ma 'ani, wa al-Badi' (13eirut: DaraI-Fikr, 1978), hal 4. Liliat Jalaluddin as-SuyUthi, al-1lhqan Fl 'Ulum AI-Qur'anjilid 1, (Beirut:Dar al-Fikr. ttt hoL 14
31
, , ,~- ;~II r~1 0).) ~- '<0
Artinya: "Sekuntum bunga mawar berjalan di depan rumah"
Contoh lain dalam surat al-Baqarah sebagai berikut:
__ ",. 0 __ ,r,,> "'..- "
.(16 :0.;.,11)J~ 1)\5'" ~J ~~~ ~~ w l54J~ 1JlL;d1 IJP,I J:UI ~)(
Artinya:
"Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, makatidaklah bemntung pemiagaan mereka dan tidak1ah mereka mendapatpetunjuk" (QS. AI-Baqarah [2] : 16).
Kata 'asad' (singa) dalam kalimat di atas disebut isti'iirah. Karena tidak
mungkin ada singa mampu berkhutbah di depan orang-orang. Dan yang dimaksud
adalah seorang lelaki yang seperti singa saking gagahnya dan lantang suaranya.
Kaitan antara kata 'asad' (singa) dengan lelaki yang dimaksud adalah persamaan
dalam hal kegagahan dan kelantangan suara.
Kata 'az-zahrah' (bunga mawar) dalam kalimat di atas disebut isti'iirah.
Karena tidak mungkin ada bunga mawar beIjalan di depan sebuah mmah. Dan
yang dimaksud dari kata bunga mawar adalah seorang gadis seperti bunga mawar
dalam cantik dan indahnya. Kaitan antara kata gadis dengan bunga mawar yang
dimaksud adalah persamaan dalam hal keindahannya.
Dalam ayat di atas ada kata 'isytarau' yang berarti membeli, biasanya
berlaku dalam aktivitas jual beli. Dalam ayat ini kata tersebut merupakan isti'iirah
dari 'menukarkan' petunjuk dengan kesesatan?3 Karena perbuatan tersebut
dianggap biasa o1eh mereka maka seolah-01ah mereka me1akukan aktivitas jual
beli. Maka dari itu kata Allahfa mii rabihat tijiiratuhum.
Apabila ditinjau dari perspektif tharfay at-tasyblh, isti'iirah di atas menumt
Wahbah az-Zuhayli termasuk tashrlhiyyah, 24 karena yang disebutkan musyabbah
23Basiiny Abdul al-Fattah Fayiid, Min Baliighah an-Nazhm Al-Qur'iin, (al-Azhar, Mathba'ah alHusain al-Islamivah. 1992). h"l14R
32
bih dan tidak menyebutkan musyabbah. Pendapat tersebut sarna dengan pendapat
ash-Shabuni dalam kitab tafsirnya, Shafivah at-Tafiisfr.I5 Sementara ditinjau dari
musta'ar-nya, isti'arah tersebut termasuk taba'iyyah, karena lajazh yang
digunakan dari kata kerja (ji 'I), yaitu kata isytarau.
Dengan demikian, pada asalnya isti 'arah ini adalah tasyblh. Tapi adat
tasyblh, wajhu syibh, dan salah satu ujung tasybIhnya (musyabbah atau
musyabbah bih) dibuang, maka tinggallah satl.l saja, seperti kata 'asad' di atas.
3. Jenis-jenis Isti'iirah
Jenis isti 'arah dapat pula dilihat dari aspek-aspek berikut ini:
a. Isti'arah Perspektif Tharjai at-Tasybfh
Ditinjal.l dari pemakaian dua l.ljung tasyblh, isti 'arah terbagi dua, yaitu:
(1) Tashrihiyyah, yakni isti 'arah yang menggunakan lafazh musyabbah bih.
Contoh:
Artinya:
"Maka ia (wanita cantik) mengucurkan mutiara (air mata yang bening) dari
narjis (bola mata yang indah) dan menyirarni bunga mawar (pipi yang
kemerah-merahan). Ia pun menggigit bl.lah-buah anggur Oari jemari yang
indah) dengan embun (gigi yang bersih)"..... 'If. .... .... ...." .... ~
~) O)~ ~j~r ~) r6;"" ~) ~}J ~ ;.ul ~.... ....,.,. "t/ .... ..- --::r-
.(7 :o.AlI) r;~c. YIJ.~
Artinya:
"Allah teiah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, danpenglihatan mereka ditutup. Dan bag! mereka siksa yang amatberat (QS. AI-Baqarah [2]: 7).
33
Hati orang-orang kafir, beserta pendengaran dan penglihatan mereka,
saking tertutupnya untuk menerima hidayah disamakan dengan sebuah
wadah yang tertutup. Kata 'khatama' yang berarti menutup sebuah wadah
merupakan isti'iirah dari mengunci-mati. Ditinjau dari perspektif thaifait
tasybih, isti'arah di atas termasuk isti'iirah tashrihiyah, 26 karena
menyebutkan musyabbah bih dan menyebutkan sifatnya dari hati,
penglihatan, dan pendengaran dibuang. Sementara ditinjau dari lafazh
musta'ar-nya, isti'arah di atas termasuk isti'iirah taba'iyah, karena lafth
yang digunakan dari kata keJja (Ii 'I), yaitu kata khatama.
(2) Makniyyah, yakni isti'iirah yang tidak menyebutkan lafazh musyabbah
bih melainkan menggantinya dengan sifat-sifat yang lazim baginya.
Contoh:
Artinya:
"Dan apabila kematian (singa) sudah menancapkan kuku-kukunY!hmaka kau akan menemukan setiap jampi tidak bermanfaat lagi".
Lafazh 'singa' dibuang dan diganti dengan sifat yang lazim baginya, yaitu
'azhjar' (kuku-kuku). Jenis isti'iirah yang seperti ini disebut juga isti'iirah
takhylliyyah.
b. Isti'iirah PerspektifLajazh Musta'iir
Ditinjau dari segi lafazh yang digunakannya, isti'iirah terbagi menjadi:
(I) Ashliyyah, apabila lafazh yang digunakan berupa isim jamid, contoh:
(Aku berbicara kepada singa yang melemparkan anak panah).
34
(2) Taba'iyyah, apabila lafazh yang digunakan bempa huruf, fi'il atau isim
mmytaqq, contoh:
(Dan aku pasti akan menyalib mereka di batang-batang kUlma (saking
tingginya).
(Si fulan menunggangi dua bahu orang yang berutang kepadanya
(membebankan kewajiban dengan berat).... / "'..... .Jl.... .... Q 0.... '"
J,kJi ~~I.; JG-. 0\ ' .. 10 ~!.l~ A C-AkS UJJ(Dan jikalau kau akan mengucapkan terima kasih alas kebaikanmu secara
fasih, maka lisan hal akan lebih fasih mengadukannya)..... J.,. ;II ... ;p ;P ....
.(9 :oAJI) 0)~:":; c;)~f U~ 0;'~ c;) 1;'1 ::r-:U1) illl 0;'.)~
Artinya:
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahalmereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar (QS. AIBaqarah [2]: 9).
Struktur yukhiidiunallaha, menurut Wahbah az-Zuhayli termasuk isti'arah
tamtsiliyah.27 Sebagai bahan bandingan (comparative) tentang pendapat ini dikutif
pula dari pemyataan Muhammad 'Ali ash-Shiibuni dalam kitab Shafwah at
Tajiisfr, menurutnya kata yukhiidi'unallah tersebut temasuk isti'arah tamtsiliyah
pula.28 Artinya yukhiidi'unallah adalah mereka orang munafik hendak menipu
Allah sebagaimana mereka menipu sultanJpenguasa. Orang-orang munafiq yang
menipu Allah digambarkan seolah-olah mereka menipu penguasa, yakni secara
sembunyi-sembunyi dan perlahan-Iahan. Apabila ditinjau dari perspektif tharfait-
27Wahbah az-ZuhaiIi, at-TajSfr al Munfrfi al-'Aqfdah wa al-Syarl'ah wa a1-Manhaj, (Beirut, Daral-Fikr, 1991), hal. 80.
35
tasybih, isti'arah di atas termasuk makniyyah, lazim-nya kata yukhadi'una.
Sementara ditiqiau dari musta'ar-nya, isti'arah di atas termasuk taba'iyyah, karena
laJazh yang digunakan dari kata kerja (ji'il), yaitu katayukhiidi'una.
4, Efek yang Ditimbullmn dari Struktur Isti'ilrah
Suatu gaya bahasa pasti memiliki tekanan (fa'tslr) dari strukturnya, begitu
Juga stmktur gaya bahasa isti' iirah. Menumt para ulama balaghah, Isti' iirah
memiliki efek terhadap makna bahasa yang dikemasnya. Wahab dan Muhsin
menjelaskan bahwa efek (ta'tsfr) isti 'arah adalah sebagai berikut:29
I) Mubiilaghah (memberikan kesan sangat, hiperbolik);
2) Izhhiir al- khafiy (menampakkan yang masih samar);
3) Idhii!lu adz-zhiihir laisa bi jally (menjelaskan yang tampak tetapi belurn begitu
jelas) dan;
4) Ja'lu ma laysa bi mar 'iyyin mar'iyyan (menjadikan yang tidak terlihat menjadi
terlihat atau arti sebenarnya, personifikasi).
Dalarn khazanah kesusastraan Arab, isti'arah menempati posisi yang
signifikan dan urgen sebagaimana metafora dalam bahasa Indonesia, yang
keduanya memiliki kesamaan konsep. Dalam bahasa apapun metafora selalu
muncul sebagai fenomena bahasa yang khas.
Imam As-Suyuthy dan para ulama balagbah sepakat, bahwa di dalam AI
Qur'iin itu mengandung majaz (isti'arah). Ia berpendapat,jika majaz di dalam AI
Qur'iin ditolak keberadaannya, berarti Al-Qur'iin teriepas dari unsur keindahan.
Sebab majaz mempakan salah satu unsur keindahan yang terdapat di dalam Al-
36
Qur'1in. Di samping itu, jika majaz tidak dapat diakui maka tentunya unsur-unsur
lain seperti al-hadzfu. al-fjaz, dan lainnyajuga mesti tidak ada.3°
Setiap daerah atau masyarakat memiliki ciri keistimewaan dan kelebihan
yang boleh jadi tidak dimiliki oleh daerah yang lainnya. Keistimewaan yang
terkenal dari bangsa Arab adalah tentang perhatiannya tentang bashasa dan sastra.
Hal itu ditunjuklakn dengan kenyataannya bahwa sastra arab berpengaruh dan
diminati di dunia.
Bila bahasa dan sastra adalah suatu keistimewaan buat mereka kenyataan
1ill diperkuat dengan turunnya Al-Qur'iin yang memiliki keistimewaan pada
keindahan dan muatan sastra didalamnya yang juga sebagai pedoman hidup bagi
seluruh manusia.
B. Isti'arah dalam AI-Qur'an
Para uIama teIah banyak menemukan isti'lirah dalam Al-Qur'iin. Sebagai
contoh, Ibn Qutaibah (w. 276/889) menyebutkan serta memasukkan deIapan puluh
empat ayat yang dianggap sebagai metafor dalam karyanya beIjuduI Ta'wll
Musykil A/-Qur 'an; sedangkan Ibn aI-Mu'tazz (w. 296/908) menyebutkan enam
ayat dalam kitabnya yang beIjudul Kitab al-Badi'y, sementara al-Askari (w.
395/1004) menyebutkan empat puIuh enam ayat dalam as-Sina'atayn
Dibandingkan dengan karya-karya kesaIjaan Iainnya, tuIisan milik as-Syarif al
Radi (w.404/IOI3) memuat paling banyak contoh metafora daIam AI-Qur'iin,
yakni Iebih dari seratus kasuS.31
"Imam As-Suyilthi, al-Ithqiinfi 'Ulfim Al-Qur'iin Juz 2, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), hal. 36."Muhammad Muhammad Abu Mus" al-'I'jiiz al-Baliighi, (Qiihirah: Maktabah Wahbah, 1992),hal. 59. M. Nur KhnH<;: .C:f'ti~mfm "11-1'),, .. ';,..,. 1:';1,..,].., <'.-... ~ ....... T~ ..l.~"_•• r\T__ ._1 __ ...... ~. '"1"".__ 'n.
37
Yang menjadi fokus perhatian dari penelitian iill untuk meneliti berbagai
ayat AI-Qur'iin sebagai contoh dari metafora yang temyata jumlahnya sangat
banyak ditemukan, padahal barn empat surat saja. Yang menjadi perhatian adalah
bagaimana level-level susastra AI-Qur'iin melalui pikiran-pikiran saIjana klasik
tersebut diuraikan dalam rangka pembuktian isti'iirah dalam AI-Qur'iin,
khususnya dalam surat al-Baqarah, Ali Imriin, an-Nisii', dan surat al-Mii'idah.
Contoh pertama adalah terdapat dalam surat ke 34: 19 sebagai berikut:
Artinya:
Maka mereka berkata; "Ya Tuhan karni jauhkanlah jarak peJjalanan kami",dan mereka menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan merekabuah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancumya.Sesungguhnya pada yang dernikian itu benar-benar terdapat tanda-tandakekuasaan Allah bagi set!ap orang yang sabar lag! bersyukur (QS. Saba,34: 19).
Kalimat wamazzakniihum kulla mumazzaq (Kami hancurkan mereka
sehancur-hancumya). Ayat ini berkenaan dengan metafor dalam kata keJja seperti
yang peruah diuraikan al-JuJjani. Kalimat dalam ayat tersebut dianggap sebagai
metafor oleh al-JuJjani selagi kata keJja mazzaqa (melebur/ merobek) tersebut
memiliki obyek 'kertas' dalam bahasa keseharian Arab. Kemudian, dalam konteks
kalimat yang ada dalam ayat, kata keJja tersebut merniliki arti dan makna yang
melampaui batas leksikalnya. Dalam konteks ayat, kata keJja tersebut tidak lagi
bermakna memisah atau mernilah satu dari yang laiIlnya (tafrfqu ba'dhihi min
ba'dh), akan tetapi bermakna "menghancurkan dengan sehancur-hancumya."32
38
Peminjaman kata keIja yang bukan untuk obyek penderita pada dasamya memiliki
fungsi intensifikasi makna sekaligus sebagai salab satu bentuk keindaban ekspresi
yang oleh al-Askari, dinilai sebagai salab satu tujuan metafor.
Kasus senada dapat ditemukan dalam kata keIja "memotong" (qatha'a)
yang memiliki arti dasar "menghilangkan hubungan antar anggota badan,"
sekaliglls "memisahkannya satu dari yang lainnya." Kata keIja ini digunakan
Artinya:
Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; diantaranya ada orang-orang yang shaleh dan di antaranya ada yang tidakdemikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan(bencana) yang burak-burak, agar mereka kembali (kepada kebenaran)(QS. AI-A'rar: 7: 168).
Kalimat wa-qaththiinahum fi al-ardhi umama (Kami bagi-bagi mereka di
dunia ini menjadi beberapa golongan), mengingat makna dari kata keIja tersebut
adalab memisahkan serta memilab kelompok manusia, bukan daiam pengertian
aslinya, yakni "memotong dan memilab bagian tubuh."
Penggunaan kata keIja "memotong" dalam pengertian memisab dan
memilab sekelompok manusia, dalam konteks pembicaraan ayat memiliki fungsi
untuk memperindab ungkapan serta menekankan makna implisit yang dimiliki
oleh kalimat yang dimaksud.
Sebagai contoh yang lain yang dalam kata kerja ta'kulu (makan) dalam
konteks yat surat Ali Imriin berikut 3: 183:
39
Artinya:"(Yaitu) orang-orang (Yahudi) yang mengatakan: "Sesungguhnya Allahtelah memerintahkan kepada kami, supaya kami jangan beriman kepadaseseorang Rasul, sebelum dia melldatangkan kepada kami kurban yangdimakan api." Katakanlah: "Sesungguhnya telah datang kepada kamubeberapa orang rasul sebelumku, membawa keterangan-keterangan yangIlyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, maka mengapa kamumembunuh mereka jika kamu orang-orang yang benar" (QS. Ali 'Imriin:183)
Struktur inna Allah 'ahida ilayna an-la nu'mina Ii rasulin hatta ya'tiyanii
bi-qurbiinin ta'kuluhu an-niir (orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya
Allah telah memerintahkan kepada kami supaya kami jangan beriman kepada
seorang rasul sebelum dia mendatangkan kepada kami kurban yang dimakan api)
dalam kasus kalimat "api yang memakan kurban". kala keJja "makan" merupakan
bentuk isti'iirah dalam kata keJja, karena api tidak bisa memakan sesuatu.
Menurut penelitian Heinrichs, al-Jahiz tidak secara langsung memberikan
definisi isti'iirah, ia hanya memberikan penafsiran-penafsiran terhadap beberapa
bait syair.33 Meski demikian, al-Jahiz telah memberikan kontribusi yang berarti
bagi pembahasan tentang metafora dalam AI-Qur'iin. Misalnya, dalam kata keJja
"makan" dalafh kOllteks ayat 3:183 di atas, al-Jahiz memberikan makna bagi kata
ketja tersebut sebagai "mengurangi." sehingga kata akala bukan lagi berarti
makan, melainkan mengurangi. Dntuk itu, al-Jahiz dapat dianggap telah
40
memberikan dan mengembangkan sistematisasi terhadap ulasan para sarjana
pendabulu yang dianggap belum sistematis dan kurangjelas.
Al-Qur'an menggunakan metafor tidak sekadar sebagai proses
"meminjam" seperti lazimnya digunakan dalam syair oleh para sastrawan
penggubab syair, tetapi iajuga "meminjam" persamaan yang dapat dicema secara
nalar, atau meminjam istilab al-JUJjani, sebagai persamaan yang diambil
berdasarkan kemiripan logis atau akali (al-syibhu ma 'hudzun min surah al
aq/iyah). Penggunaan bentuk metafor seperti iill terlihat rnisalnya dalam
peminjaman kata cabaya (niir) untuk sesuatu yang amat jelas dan gambling,
khususnya berkenaan dengan argumen yang meyakinkan, meng-hilangkan
keraguan, serta menepis ketidakperacayaan.Contoh-nya adalab:
Artinya:"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisimereka, yang menyurub mereka mengeJjakan yang makruf dan melarangmereka dari mengeJjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi merekasegala yang balk dan menghararnkan bagi mereka segala yang buruk danmembuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang adapada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya,memuliakannya, menolonguya dan mengikuti cabaya yang terang yangditurunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulab orang-orang yang
41
Dalam surat al-A'raf atay 157 di atas, wa it'taba'u an-nura al'ladzi unzila
ma'ahu (mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya). Kata "nur" di
sini dipinjam untuk mempeIjelas misi dan pesan kenabian, karena keduanya
memiliki fungsi seperti yang disebutkan di atas, yakni meyakinkan,
menghilangkan, serta menepis keraguan atas kebenaran misi kenabian tersebut.
Kasus yang sama dapat ditemukan dalam kata shiri'ith Galan) dalam surat
al-Fatihah sebagai berikut:
(6 :;j}.WI) f_~;~.~i11:MJIG~1
Artinya: "Tunjukilah kami jalan yang lurus" (QS. AI-Fatihah, 1: 6)
Kata shiriith dipinjam untuk agama dalam tersebut: "Tunjukkanlah kami
ke jalan yang lurus,".
Contoh yang lain adalah ayat 68: 42 sebagai berikut:~ ........ J .I.... • • "'.
~ ;: ",>.: ~Lb'- ~ l\ JI ~,;' .:;.;' -L:, . '~ '.'uy_, . ,~ ,uy ';J~ if - ry..Artinya:Pada had betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; makamereka tidak kuasa (QS. AI-Qalam, 68: 42).
Kalimat yauma yulrsyaJu 'an siiqin (pacta had di mana betis disingkapkan
dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa). Ayat ini,
menurut Ibn Qutaibah, merupakan metafor, kamna kata siiq bukanlah makna dasar
atau makna aslinya yang dikehendaki dalam ayat tersebut, melaiukan lebih
dikehendaki sebagai intensifikasi dengan makna situasi yang amat mencekam (fa
stu'irat al'siiqu fi mawdhi'i al-syiddah). Frasa 'an-siiqin, menurut pendapat para
ahli bahasa, merupakan ungkapan yang sangat indah dan efektif dibandingkan
dengan frasa 'ansyiddati amrin. 34 Peminjaman frasa seperti ini mendeskIipsikan
42
kondisi yang amat sulit dari hasil pembalasan sebagai salah satu elemen
apokaliptik dalam Islam. Untuk itu, peminjaman kata sZiqun untuk mama 'an
i>yiddali amrin bertujuan untuk mempertinggi derajat tmgkapan sekaligus untuk
memperkuat dan mengaksentuasi makna yang dimiliki ungkapan tersebut.35
Prinsip peminjaman dalam AI-Qur'an dimaksudkan untuk menarik
perhatian para pendengar dan pembaca AI-Qur'an sebagai resiptornya, yang oleh
KlJrmani, dalam penlJlitiarmya, disebut ilcngan pesona lJstlJtis yang dimiliki AI-
Qur'an . Metafor lebih indah dan anggun ketimbang ungkapan lugas, seperti
uraian Navid Kermani ketika mlJngulas 101: 1-5 blJrkenaan dengan sifat
terbukanya Al-Qur'an.
Seperti telah disebutkan bahwa karya as-Syarif ar-Radhi (w. 40471013)
merupakan karya spektakuler tersendiri dalam wilayall pcnelitian tentang metafor
dalam A1-Qur'an. Dari perspektif ini; karya-karya a1-Radhi merupakan yang
pertanla, karya yang secara khusus membahas metafor dalam ayat-ayat AI-Qur'an
secara keslJlurnhan surat-plJrsurat. Meski sebenarnya asy-SyarIf ar-Riidhi telah
mencampuraduk:k:an isli 'Zirah dengan kiniiyah. Dengan kata lain, ar-Radi
mempergunakan term kiniiyah slJbagai penunjuk:k:an mekanisme metafor atau
e1emen pembangun metafor. Salah satu indikatomya adalah penje1asan mengenai
ayat 17: 19 slJbagai blJrikut:
Artinya:"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu tlJrblJlenggu pada khermu danjanganlah kamu terlalu mengulurkarmya karena itu kamu menjadi terce1adan menyesal" (QS. A1-Isrii: 19: 29).
43
Ayat ini juga menjadi obyek kajian dan analisis para sarjana lainnya,
seperti Muqatil Ibn Sulaiman (w. 150/ 767) dan Abd al-Razzaq al-San'ani (w.
211/826).
Penetapan ar-Radhi terhadap ayat ini sebagai kiniiyah terfokus pada
kalimat: "Janganlah karnu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu" yang
berarti kikir ataupun pelit. Penetapan sebagai metafor, yang oleh ar-Radhi
dianggap sebagai kiniiyah, tidak hanya terletak pada kata "tangan," akan tetapi
rangkaian kata tangan tersebut dengan kata keIja serta kata lainnya dalarn kalimat.
Larangan yang sarna berlaku pula untuk kalimat kedua, yakni: "Janganlah karnu
terlalu mengulurkannya." Kalimat ini merupakan kalimat metaforis untuk tidak
bersikap boros dan mubazir. Tangan yang terbelenggu di leher merupakan metafor
bagi sikap kikir, sedangkan tangan yang terlalu terjulurkan merupakan metafor
dari sikap boros.36
Dari contoh-contoh yang dikemukakan al-Radi terlihat denganjelas bahwa
pernisahan dan pembedaan antara isti'iirah dan kiniiyah yang dilakukan oleh ar-
Radhi tidaklah terlalu jelas. Relasi sekaligus perbedaan kednanya terlihat dengan
jelas dalarn uraian dan paparan al-JuIjani, <Ii mana ia, dalarn beberapa
kesempatan, menyebutkan cabang-cabang majaz, yakni isti'iirah, tasyblh, tamtsU
dan kiniiyah.
Contoh lain tentang metafor dalarn AI-Qur'iin menurut Ibn al-Khafaji (w.
44
Artinya:
Ia berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemab dankepalaku telab ditumbuhi uban, dan aku belum pemab kecewa dalamberdoa kepada Engkau, ya Tuhanku (QS. Maryam, 19: 4).
Ayat wa'isyta'ala ar-ra'su syaiban adalab metafora, karena kata isyti'ala
(terbakar) lazimnya dipakai untnk api. Dalam konteks ayat ini, bnkanlab
membakar bagi api yang dimaksud. Frasa tersebut termasuk dalarn kategori
peminjarnan kata atau frasa untnk kata dan frasa lainnya untnk memperindab
ungkapan atau kalimat.
Penetapan seperti penjelasan di atas juga senada dengan pendapat yang
dilontarkan Ibn al-Mu'taz (w.296/908) yang banyak lllenyebutkan kasus metafor
dalarn AI-Qur' an seperti ayat: wahfizh lahuma janaha al-dzuIli min al-rahmah,
yang juga ditetapkan sepagai isti'iirah oleh Ibn al-Khafaji.
Penetapan aYflt tersebut di atas sebagai metafor sebagai satu-untunya
indikator keindaban dan keselllpumaan ungkapan ayat ini dikritik keras oIeh Abd
al-Qahir al-JUIjani. Al-JUIjani bersikukuh dengan pendapatnya babwa keindaban
serta kesempumaan ungkapan tidak hanya berpulang satu-satunya pada llletafor,
akan tetapi juga pada kesempumaan format ekspresi ungkapannya. Kesempumaan
ini llleliputi beberapa aspek:, diantaranya adalab ikatan serta relasi antar kata, frasa
dalarn kalimat yang lllcnujukkan kesatuan unit, serta keserasian antar elemen.
Kata isyta'ala (melllbakar) mengacu, dalarn konteks kalimat ayat tersebut, kepada
rambut yang kelabu (hangus) meskipun, secara leksikal, mengacu kepada kepala.
Rahasia keindaban kata sekaligus kesempumaan kalimat ini adalab babwa
penetapan yang jauh kata isyta'ala terhadap rarnbut yang kelabu (syaib) menjadi
lebih luas illlplikasinya, yakni babwa rarnbut kepala telab berubab secara total dari
warna hitam menjadi abu-abu, sehingga tidak ada sisa sarna sekali di kepala selain
46
yang diungkapkan oleh seseorang, akan tetapi menghendaki makna lain dibalik
itu, kadang juga makna aslinya.39
Sedangkan kinayah secara terminologi, ialah lafazh yang dimaksud
menumt kelaziman makna serta dapat pula dimaknai arti aslinya.40
Dalam kamus bahasa Indonesia, kias (kinayah) didefinisikan bukan
sebenarnya; tambahan; perbandingan; persamaan; lambang; amsal; pemmpamaan;
ibarat; tersurat; terkandung (didalanmya).41 Pendapat senada dikatakan oleh Imam
a1-Akhdlory, menumtnya kinayah adalah42 "Kinayah itu ialah lafazh yang
dimaksud kelaziman maknanya, serta dapat dimaksud dengan arti asalnya".
Kinayah secara istilah adalah lafazh yang diungkapkan, akan tetapi makna
yang dikehendaki tidak sesuai dengan redaksinya, kadang pula yang dimaksud
sesuai dengan redaksi karena tidak ada qarfuah (kelaziman yang ada pada
sesuatu) yang mencegah dari makna yang dimaksud. Seperti dalam kalimat: "Zaid
thawfl an-najiid (Zaid itu panjang sarung goloknya). Maksudnya adalah Zaid
adalah seorang yang pemberani dan agung.43
Kedua contoh di atas, kiniiyah tercegah dari makna asli (sesuai
redaksinya), karena temanya yang khusus. Pada contoh perfama, maknanya
adalah sempurnanya akan kekuasaan Allah SWT (famam al-Qudrah), sedangkan
pada contoh kedua maknanya adalah kuatnya pendirian dan keagungan
(keluhuran)-Nya Dalam literatur lain,44 kiniiyah adalah lafaz yang dimaksudkan
J9Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghahfi al-Ma'ani wa al-Bayan wa ai-Bam', (Indonesia: DarIhya al-Kutub al-'Arabiyah, !.t.), hal. 345."'Imam al-Akhdlory, Jlmu Balaghah: Jauhar Makniin. (Bandung: PT. al-Ma'lirif, 1982), hal. 1921<)3."Pius. A. Partanto, Kamus Jlmiah Papuler, (Surabaya: Arkola,1994), hal. 336.42partanto, Kamus Jlmiah Papuler, hal. 193.43Al~Ha,i;ilimL .lIiWiih;r nl_Riiliiti1JiiJ,j r; I1Lll"ri'ji;,jj ~.ijjj hL Ufif,;n" ~;'h ;.1 Di-O.-1:" L ... l ..,...lL
47
untuk menunjukkan pengertian lazimnya. Tetapi dapat dimaksudkan untuk makna
asalnya. Sedangkan menumt al-Hiifizh Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi,45(I ~ .. "!~ 0/
kinayah adalah: ~ oL....~ 0\ /y,. c:: ;c.:;. ryJ ~~r .k.J (Lafazh
yang menghendaki kelaziman maknanya serta bolehnya makna untuk diikuti).
Yang membedakan kinayah dengan majia adalah kalau kinayah di samping
makna yang tersurat dapat pula makna tersiratnya, sedangkan m~az hanya makna
implisit (makna yang terkandung didalamnya) saja tanpa memiliki makna
eksplisit (makna sesuai tekstual).
BABIII
KONSEP I'JAz AL-QUR'AN
A. Pengertian I'jaz
Untuk mengetahui makna kata 'ijiiz secara lughatan (bahasal etimologi)
yang paling mudah dapat diketahui melalui kamus (mu'jam). Dalam kamus al
Munjidfi al-Lughah wa al- 'Alam, kata 'ijaz secara etimologi diambil dari bahasa
Arab a 'jaza- yu 'jizu i'jaz yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak
mampu'. Sedangkan menurut kamus al-Kamil, kata iJaz mengandung pengertian
"mengeluarkan perkataan dengan indah.,,2 Pelakunya (yang melemahkan)
dinamakan mu 'jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak lainsehingga
mampu membungkam lawan, dinamakan muJizat. Tambahan ta' marbCithah pada
akhir kata itu mengadung makna mubiilaghah (superlatit).
Adapun 'ijiiz secara terminogi dapat didefinisikan sebagai suatu hal atau
peristiwa luar biasa yang teIjadi melalui seorang yang mengakn Nabi, sebagai
bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada orang-orang yang ragu, untuk
melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani
tantangan itu.3
Dawud al-Aththar mendefinisikan i'jiiz, menurutnya sebagai berikut: a)
Sesuatu yang membuat manusia tidak mampu, baik secara sendiri-sendiri ataupun
bersama-sama, lmtuk mendatangkan yang seperti itu; dan b) Perbuatan seorang
pengklaim bahwa ia menjalankan fungsi ilahiyall dengan cara melanggar
'Luis Ma'liif, al-Munjidfl al-Lughah wa al-A 'lam, (Libanon: Dar al-Syuruq, 1986), hal. 488.2Abdul Khamid zahwan, Qamus al-Kamil, (Semarang: Maktabah wa Mathba'ah Usaha Keluarga,t.t.t hal. 141.
49
ketentuan hukum alam dan membuat orang lain tidak mampu melakukannya dan
bersaksi akan kebenaran klaimnya4
Dari terminologi pertama dan kedua di atas, ditemukan kelebihan
terminologi kedua dibanding terminologi pertama, paling tidak empat penjelasan
berikut:
I. Terminologi kedua menunjukkan adanya kemungkinan teJjadinya 'ijiiz di
tangan manusia, sementara terminologi pertama menunjukkan makna secara
umum ketidakmampuan seluruh manusia;
2. Terminologi kedua menjelaskan bahwa 'ijiiz adalah apa yang didatangkan
oleh sipengklairn fungsi Hahiyah, yang tanpanya hal itu tidak dapat disebut
'ijiiz. Jadi, barang siapa yang menemukan atau mengungkapkan sesuatu yang
tidak dapat dilakukan orang lain karena kebodohan mereka yang bersipat
semetara, maka itu bukanlah 'ijiiz;
3. 'Ijiiz bersifat melanggar kelaziman serta hukum-hukum alam yang berlaku,
tanpa menjadi mustahil secara ansich hingga tidak dapat diterima oleh akal;
dan
4. Menurut terminologi kedua, tetapnya ketidakmampuan menunjukkan
benarnya klaim perutusan Hahi, atau bahwa utusan Hahi tersebut menjadi kuat
setelah tetapnya k1aim 'ijiiz.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa 'ijiiz adalah apa yang
dibawa seoarang manusia ayang memperoleh penguatan dari Allah dan yang tidak
dapat didatangkan oleh orang lain, tidak bersipat mustahil secara rasional,
50
melangggar hukum-hukum alam guna menguatkan perutusan llahi yang
didakwahkannya.
B. Pengertian 'Ijliz AI-Qur'lin
Yang dimaksud dengan 'ijaz AI-Qur'an adalah 'ijaz yang dimiliki AI
Qur'an atau yang terdapat di dalam AI-Qur'an. AI-Qur'an adalah firman Allah
yang disampaikan oleh malaikat Jibril sesuai redaksi-Nya kepada Nabi
Muhammad saw. dan diterima umat Islam secara tawiitur. M. Quraish Shihab
menyebut AI-Qur'an sebagai nanla dar! keseluruhan firman Allah atau sepenggal
dari ayat-ayat-Nya.5
AI-Qur'an dianggap sebagai mu'jizat terutama sekali karena nilai balaghah
dan fashahalmya, semua kata-kata dan kalimatnya yang sangat indah mempesona.
Tidak seorangpun manusia, baik di masa Nabi maupun pada masa Bani Umayah
dan Bani Abasiyah yang sanggup menciptakan susunan kata-kata dan kalimat
yang dapat menyamai susunan Al-Qur'an. Padahal, bangsa Arab ketika itn sudah
sampai pada puncak ketinggian sastranya.6
AI-Qur'an menentang orang Arab untuk menciptakan sepuluh surat seperti
surat-surat AI-Qur'an bahkan kalau mereka sanggup menciptakan satn suratpun
cukup membuktikan bahwa AI-Qur'an merupakan ciptaan Muhanlffiad. Namul1
tidak ada seorang pun di antara mereka yang sanggup. Tantangan itn tel'dapat
dalam AI-Qur'an surat Hud ayat 13 dan 14 sebagai berikut:
'M. Quraish Shihab, Mukjizat A/-Qur 'an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat I/miah danPemberitaan Gaib, (Bandung: Mizan, 2001), hal. 43.'Muhammad Muhammad AbU Miisa, a/- 'Ijiiz a/-Ba/aghi: Diriisah Tab./iliyah Ll Turats AhU a/limi. (Oahirnlr MMhh;}t::ah W::ahh::ah l02-l\ h..i 1l·IL9"7 0 .....'".....: A i'!__ : ii iL_.j~__ - _J. - •
51
Artinya:
"Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat AI-Qur'iinitu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh suratsurat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orangyang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memangorang-orang yang benar" (13) Jika mereka yang kamu seru itu tidakmenerima seruanmu (ajakanmu) itu maka (katakanlah olehmu):"Ketahuilah, sesunggubnya Al-Qur'iin itu diturunkan dengan ilmu Allahdan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserahdiri (kepada Allah)?" (QS. Hfid: 13-14).
Ayat yang lain dan masih merupakan tantangan bagi siapa saja yang
menentang AI-Qur'iin, terdapat pada ~urat a1-Baqarah ayat 23 dan 24 sebagai
0.1 ...' ........ J ..., ... -:: ... ........ JJ ~,J J'" J_ ....... J
I~ (}j I~ (oJ 0~ (23)~~ P --.:..Jl ~I s>-,.:l LP f';I¥
,... ... ., -;> ~ lbeJ ....,"" 1I,J1 ... J J it"" -:: "".. J~ ...
(24)0'!-~~..I.f1 ojL;.:,Jlj:r81 u..:l~j ~lj811~19
Artinya:
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'iin yang Karniwahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)yang semisal Al-Qur'iin itu dan ajaklah penolong-penolongmu selainAllah, jika kamu orang-orang yang benar.Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akandapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnyamanusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir" (QS. AlBaqarah: 23-24).
Menurut Ramany bin Isa bi Ali bin bin Abdillah Abu aI-Hasan ar-Ramany,
52
aspek-aspek kemukjizatan AI-Qur'iin pada tujuh tataran, yaitu: 1) meninggalkan
tantangan, tantangan yang sempurna, shirfah, baHigah, berita kebenaran di masa
yang akan datallg, diluar kebiasaan,dan seillruhnya adalah mukjizat. 7
Sesuai dellgan pellgertiflll dan fungsi 'ijaz bagi seorang Rasul, maka 'ijaz
Nabi Muhammad saw adalah AI-Qur'iin ai-Karim. AI-Qur'an dipandang sebagai
'Ijaz Nabi Muhammad terbesar dan abadi karena mengandung hal-hal berikut:
a. Segi personal, AI-Qur'iin ditujukan kepada manusia seluruhnya tanpa
membeda-bedakan lapisannya, agarna atau jenis kelarnin, bahasa dan
Artinya:"Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allahkepada karnu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit danburni; tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan,maka berimanlah karnu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummiyang beriman kepada Allah dan kepada kaIimat-kaIimat-Nya (kitab-kitabNya) dan Ikutilah dia, supaya kamu mendapt petunjuk" (al-'Araf: 158).
Artillya:Dan tidaklah Karni mengutus karnu melainkan untuk menjadi rahmat bagisemesta alarn (QS. Al-Anbiya: 107)
b. Segi ruang; wilayah atau kawasan di mana kewenallgan AI-Qur'iin berlaku.
53
.g <-rOT j; f d;Jj I~~j ~ <-rQ! ~1b, ~l ,.ui:u)f "Lj
(28 :,,~).:-:-)J-~I;J
Artinya:
"Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusiaseluruhnya sebgai pembawa berita gembira dan sebgai pemberiperingatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetabui" (QS: Saba: 28).
c. Segi waktu, maksudnya adalah rentang masa untuk melaksanalcan pesan yang
dibawanya. Ia mencakup sejak Mubanunad diangkat menjadi Nabi sampai
Artiuya:
"Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah:"Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al-Qur'iin inidiwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatankepadamu dan kepada orang-orang yang sampai AI-Qur'iin (kepadanya).Apakah sesunggubnya kamu mengakui bahwa ada tuban-tuban yang laindi samping Allah?" Katakanlah: "Alru tidak mengakui". Katakanlah:"Sesunggubnya Dia adalah Tuban Yang Maha Esa dan sesunggubnya akuberlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)" (alAn'am: 19).
d. Segi materi, yaitu segi-segi kehidupan manusia yang diaturnya. Al-Qur'iin
sebagai penjelas sesuatu. Allah berfirman:
54
(89:j>..:JI) (r..} ~', ~ Ii
J L:.k5 t.: '-~ti:f ~f '11 ;;-~~~ ~:; if'j~1 J ~s 0"J- ,I:. .J. ... .J. '" /..J. C '" ...~
(38 :rL.u'JfI) ,,--:)~rij ~l~ ~~ 0"J~I
Artinya:
"(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umatseorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kamiturunkan kepadamu AI-Kitiib (Al-Qur'iin) untuk menjelaskan segalasesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orangyang berserah diri" (QS: al-Nahl: 89).Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yangterbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat Guga) sepertikamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam AI Kitab, kemudiankepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (QS: al-'An'iim: 38).
AI-Qur'iin memberikan manusia semua yang diinginkaunya di bidang
akidah, syari'at, dan akhlak untuk mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Risalah Al-Qur'iin telah merealisasikan kebangkitan peradaban manusia. Ia
mencakup segala sesuatu, mengubah jalan kehidupan, dan akan tetap merupakan
impian peradaban bagi bangsa-bangsa yang condong kepadanya dan berupaya
mencapai ketinggian derajat dengaunya.
Aspek personal, waktu, tempat, dan materi yang terdapat dalam Al-Qur'iin
ini menjadi argumentasi yang final mengenai kebenaran klaim kerasulan
Muhammad saw, bahwa ia adalah penutup semua Nabi dan Rasul. Allah telah
mengutusnya sebagai pemberi petunjuk bagi urnmat manusia seluruhnya, tanpa
55
Dari uraian di atas, membuktikan bahwa 'ijaz berbanding lurus dengan
kedudukan perutusan I1ahi yang diklaim oleh sipemilik mu'jizat. Ketika
Rasulullah saw. membawa berita gembira kepada ummat manusia dengan risalah
yang serba menyeluruh dan berlaku sepanjang zaman, maka ia juga membawa
mu'jizat yang paling besar dan abadi yang tetap ada selama adanya manusia.
Sejarah menunjukkan bahwa jawaban terhadap tantangan itu pemah
dibuktikan oleh pemimpin Quraisy dengan mengutus Abu AI-Walid sebagai
sastrawan ulung yang tidak ada bandingannya. Setelah Abu al-Walid berhadapan
dengan Rasulullah saw dan ketika itu Rasul membaca surat Fushilat, Abu al
Walid tercengang mendengar kehalusan dan keindahan gaya bahasa Al-Qur'iin,
dan ia kembali kepada kaumnya dengan tangan hampa. Bahkan Musailamah al
Kazddzab pemah menggubah struktur kalimat sebagai tandingan ayat-ayat Al
Qur'iin yang terdapat dalam surat al-Kautsar. Gubahannya sebagai berikut: 8
Artinya:
"Sesungguh karni telah memberikan banyak sekali, maka keljakanlah salatdan angkatlah suaramu tinggi-tinggi".
Gubahan di atas menurut al-Jahiz, seorang sastrawan Arab terrnashyur,
tidak mempunyai makna sama sekali bahkan merupakan sastra kotor yang
menyelimuti dan cerrnin pribadi pembuatnya.9
Untuk lebih meyakinkan akan kebenaran AI-Qur'iin sebagai wahyu Allah,
bukan ciptaan Muhammad dapat pula diketahui dari kenabian Muhammad Saw
'Muhaimin Bustani A. Gani, AI-Qur'iin Sebagai Mukjizat dan Hidayat dalam Beberapa AspekIlmiah. (Jakarta: Pustaka Litera Antarml<" IQQ<1) hoI <1
56
yang tidak pandai membaca dan menulis. Ia juga tidak hidup dan bermukim di
tengah-tengah masyarakat yang relatif telah mengenal peradaban, seperti Mesir,
Persia, ataupun Romawi. Ia dibesarkan dan hidup ditengah-tengah kaum yang
olehnya sendiri dilukiskan sebagai umat yang tidak dapat menuIis dan berhitung.
Para ulama berbeda pendapat tentang ketidakmampuan manusia
menandingi AI-Qur'an dari aspek bahasa. UIama ini terbagi kepada dua keIompik,
yaitu: 1) Pendapat pertama mengatakan bahwa ketidakmampuan manusia itu
karena ketinggian dan keindahan susunan bahasa (baliighah)-nya. Tokoh yang
mewakili pendapat ini adalah as-Suyuthi; dan 2) Adapaun pendapat kedua
mengatakan bahwa ketidakmampuan menandingi AI-Qur'an karena shirfah, yakni
Allah memalingkan manusia untuk tidak menentang AI-Qur'an atau
menghiIangkan kemampuan manusia untuk menandingi AI-Qur'an .
Bahasa AI-Qur'an dan gayanya membuat orang Arab pada saat itu merasa
kagum dan terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak di antara
mereka masuk Islam. Bahkan, Umar bin Khaththab pun yang mulanya dikenal
sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad saw dan bahkan
berusaha untuk membunulmya, memutuskan untuk masuk Islam dan beriman
pacta kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat AI-Qur'an.
Susunan AI-Qur'an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun.
AI-Qur'an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya
sehingga membuat kagum, bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi juga bagi
orang-orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum
musyrik seringkali secara sembunyi-sembunyi mendengarkan ayat-ayat AI-Qur'iin
yang dibaca oleh kaum musIimin. Di samping mengagumi kandungannya serta
57
meyakini bahwa ayat-ayat AI-Qur'iin adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Kendatipun AI-Qur'iin, HadIts Qudsi, dan HadIst Nabawi sama-sama
keluar dai mulut Nabi, tetapi uslab (style) atau susunan bahasanya sangat jaub
berbeda. Usliib bahasa AI-Qur'iin jauh lebih tinggi kualitasnya daripada kualitas
keduanya. AI-Qur'iin muneul dengan usliib yang begitu indah. Di dalam usliib
tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan pemah ada pada ueapan
manusia.
Dalam AI-Qur'iin, rnisalnya banyak ayat yang mengandung tasybIh
(penyerupaan) yang disusun dalam bentuk yang sangat indah lagi mempesona,
jaub lebih indah dari apapun yang dibuat oleh para penyair dan sastrwan. Dapat
dilihat salah satu eontoh dalam surat al-Qariah ayat 5, Allah berfinnan:
Artinya:"Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan" (QSal-Qari'ah: 5).
Yang dihambur-hamburkan ini adalah "bulu". Bulu dalam konteks ini
adalah sebagai gambaran dari gunung-gunung yang telah haneur lebur berserakan
bagian-bagiarmya. Kadang kala AI-Qur'iin mengarah untuk menyatakan bahwa
kedua unsur tasybIh, yakni musyabbah (yang diserupakan) dan musyyabah bih
(yang diserupakan dengarmya) itu mempunyai sifat indrawi yang sama.
Dalam tasybIh paling tidak harns ada musyabbah dan musyabbah bih.
Kalau salah satu dari kedua unsur tersebut tidak ada atau dibuang, maka ia bukan
lagi tasybih, tetapi isti'iirah. Dalam AI-Qur'iin banyak temukan gaya bahasa
58
berbentuk isti'arah. Salah satu contohnya ialah seperti yang terdapat dalam AI-
Qur'iin surat Maryam ayat empat di bawah ini:
(4 :'<:J") ,t;;;,..:.,,'\ ',;C>
Artinya;
"Ia berkata, Ya Tubanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dankepalaku telah diturnbubi uban, dan aku belum pemah kecewa dalamberdoa kepada Engkau, ya Tubanku" (QS. Maryam: 4).
Menurut pakar Ilmu Balaghah, AI-Qur'iin selain menggunakan tasybfh
dan isti'iirah, juga menggunakan majiiz (meta/ora) dan matsal (perumpamaan).
Al-Qur'iin menjelaskan pokok-pokok aqidah, norma-norma keutarnaan,
sopan-santun, undang-undang ekonomi, politik, sosial dan kemasyarakatan, serta
hukum-hukum ibadah. Apabila memperhatikan pokok-pokok ibadah, akan
diperoleh kenyataan bahwa Islam telah memperluasnya, menganekaragamkan,
dan meramunya menjadi ibadah amaliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga
yang berupa ibadah amaliyah sekaligus ibadah badaniah, seperti beIjuang di jalan
Allah.
Tentang akidah, AI-Qur'iin mengajak umat manusia pada akidah yang suci
dan tinggi, yakni beriman kepada Allah Yang Maha Agung; menyatakan adanya
Nabi dan Rasul, serta mempercayai semua kitab samawi.
Dalam bidang undang-undang, Al-Qur'iin telah menetapkan kaidah-kaidah
mengenai perdata, pidana, politik, dan ekonomi. Apapun mengenai hubungan
intemasional, Al-Qur'iin telah menetapkan dasar-dasarnya yang paling sempurna
dan adil, baik dalam keadaan damai ataupun perang.
59
AI-Qur'iin menggunakan dua cara tatkala menetapkan sebuah ketentuan
hukurn, yakni; persoalan ibadah umumnya diterangkan secara global, sedangkan
perinciannya diserahkan kepada para ulama melalui ijtihad dan hukum yang
dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan utang-piutang, makanan
yang halal dan yang haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah
perkawinan.
e. 'Ijaz di di Luar dan di daIam Teks
Fenomena 'ijaz, sebagaimana sudah disinggung di atas, dinyatakan antara
penanda (diil) dengan petanda (madlii!) menyatu daIam konteks Al-Qur'iin,
berbeda dengan wahyu daIam agama-agama sebelum Islam, maka ada interpretasi
lain yang memandang antara penanda dengan petandanya terpisah dalam
kemukjizatan wahyu Islam. Para pendukung interpretasi ini memandang bahwa
mukjizat yang menunjukkan kebenaran wahyu terkait dengan Al-Qur'iin. Akan
tetapi, mukjizat tersebut tidak berasaI dari watak khas Al-Qur'iin sebagai teks
bahasa, tetapi berasal dari "ketidakmampuan" bangsa Arab yang hidup semasa
dengan turunnya teks untuk membuat yang sepadan dengannya (teks)
sebagaimana yang ditantang oleh teks sendiri. Ketidakmampuan ini bersifat
aksidental karena ada intervensi kehendak Tuhan, dan para penyair dan orator
dihalangi untuk dapat menerima tantangan tersebut dan membuat yang sepadan.
Yang dikenaI melontarkan intrepretasi ini adalah IbraIlim bin Sayyar an-Nazzam,
seorang pengikut Mu'tazilah. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh pengarang
pengarang buku tentang sekte-sekte, Ibrahim bin Sayyar berpendapat bahwa i Jaz
Al-Qur 'an terletak pada:
"Berita-berita tentang peristiwa masa lampau dan yang akan datang,dillilangkannya faktor-faktor yang memungkinkan untuk menantang, dan
u 60
dibiarkan (dengan kemampuan mereka), niscaya mereka marnpu membuatsatu surat yang sepadan dengannya (AI-Qur'an), dalam segi baliighah,ketinggian babasa, dan susunannya." I0
Lawan Mu'tazilab, khususnya an-Nazhzham, biasallya mengabaikan
kaitan i )"[lZ dengan pemberitaan teks mengenai masalab-masalah yang telab
teJjadi pada masa larnpau, dan prediksi pada masa mendatang. Mereka melakukan
hal itu dalarn upaya menarik kesimpulan yang pada intillya mellyebutkan babwa
an-Nazhzharn dan juga a1irannya menolak kemukjizatan AI-Qnr'iin. Padahal,
pendapat an-Nazhzharn tersebut sarna sekali tidak mengingkari i 'jaz. Jika
mencoba memabami konsepsi shirfiih, sebuah istilab yang populer di kemudian
hari sebagai sebutan bagi interpretasi an-Nazhzhanl, kita akan menyill1pulkan
babwa an-Nazhzharn ll1enjadikan kell1ukjizatan teJjadi di luar teks dan terkait
dengan salal1 satu sifat pell1bicara teks, yaitu Allab.
Berangkat dari priusip tauhid yang ingin ditegaskan oleh Mu'tazilab,
dapat dikatakan babwa konsep an-Nazhzharn, dan Mu'tazilab, ll1engenai teks
sebagai kalam, sebagai salab satu tilldakan Allab yang berkaitan dellgan eksistellsi
a1arn; dan konsekuensi yang ditimbulkan dari pendapat ll1ereka babwa kalam itu
bam, tentuuya ll1enyebabkan antara kalam Tuhan dengan kalam manusia hams
dipisabkan dan dibedakan. Akan tetapi, konsepsi ll1ereka ll1engenai kalam itu
sendiri babwa kalam tersebut dibedakan ll1enjadi dua ditinjau dari sudut pandang
dua orang yang berbicara; bukan dan sisi kalam itu sendiri. Oleh karena itu,
persoalan i 'jiiz bergeser dari wilayab keadilan-wilayal1 perbuatan-ke wilayal1
tauhid; dan ll1ell1isabkan sifat-sifat ketuhanan dan sifat-sifat ll1anusia dalarn segala
aspekuya. Jika kekuasaan Allab tidak dapat ditaklukkan oleh kekuasaan ll1anusia,
dan tidak dapat dibelldUllg, maka "ketidakmarnpuan" yang diUllgkapkan teks
61
dalarn tantangannya kepada bangsa Arab untuk membuat hal yang sepadan
dengannya, muneul dari intervensi kekuasaan Allah. Intervensi inilah yang
menyebabkan bangsa Arab tidak dapat melayani tantangan. Pendapat semaearn ini
sarna sekali tidak mengandung unsur menolak i 'jaz, tetapi melUpakan interpretasi
terhadap i 'jiiz di luar kerangka hubungan teks dengan teks-teks lainnya
(intertekstualitas). "Ketidakmarnpuan" manusiawi tersebut disebabkan oleh
kekuasaan Allah, bukan karena "kemukjizatan" atau keunggulan yang terdapat
dalarn stlUktur teks jika dibandingkan dengan teks-teks lain.
MenUlUt pandangan Mu'tazilah, yang menunjukkan kebenaran Nabi
adalah adanya sesuatu yang melemahkan (mu'jiz) pada dirinya. Sesuatu yang
melemahkan itu dapat belUpa perbuatan-perbuatan yang menyalahi aturan
kebiasaan dan alarn, dan juga perbuatan-perbuatan biasa alamiah yang dapat
dilakukan oleh manusia, namun pada saat itu manusia tidak marnpu melakukan
perbuatan yang biasa tersebut padahal sebelurnnya tidak suIit baginya:
"Ketahnilah, bahwa di antara sifat dari sesuatu yang melemahkan (mu'jiz)tentunya berasal dan Allah, seeara langsung atau tidak. Mu'jiz juga hamsbelUpa sesuatu yang menyalahi aturan kebiasaan yang khusus dimiliki olehorang yang memperlihatkan sesuatu yang melemahkan itu (mu'jiz), hamssuIit dilakukan manusia untuk melakukan hal yang sarna, baik jenis ataupunsifatnya, dan hams dimililiki oleh orang yang mengaku mendapatkankenabian yang hanya dapat dipereayai. Maka, apa saja yang memiliki sifatsifat ini kami mengatakannya sebagai sesuatu yang melemahkan (mu )'izat)dari segi istilah".11
Apabila yang melemahkan itu (mu'jiz) adalah kekuasaan supranatural
TOOan yang melakukan intervensi untuk menghalangi bangsa Arab membuat yang
sepadan dengannya maka teks itu sendiri-sebagai teks bahasa-berada dalam
jangkauan kemampuan manusia untuk membuat yang sepadan dengannya,
62
andaikata mereka dibiarkan dengan kemampuan alamiahnya. Namun demikian,
interpretasi an-Nazzam terhadap i 'jaz tidak berhenti pada konsep sirfah yang
menjadi sorotan utama musuh-musuh Mu'tazilah. Selain itu, ia juga
menambahkan pula sebagai aspek i 'jaz pemberitaan tentang yang gaib dan hal-hal
yang akan teJjadi pada masa mendatang, sebagai mana yang terdapat dalan1 teks: 12
"Ketahuilah-semoga Allah mengajarkan kebaikan kepadamu-bahwa AIQw"iin l11erupakan bukti kenabian Nabi Saw. AI-Qur'an menjadi buktikenabian, menurut an-Nazzal11, bukan hanya dalam satu aspek saja, Salahsatunya adalah berita-berita gaib yang terkandW1g didaJaninya, sepertifil1nan Allah: 'Allah telah bel]'anji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan yang berbuat kebajikan bahwa 1a niscaya akan menjadikanmereka khalfah di bumi.,. " dan seterusnya, dan seperti firman AlIal1:'Katakanlah kepada orang-orang Badui yang tidak mengikuti perang, .. " danseterusnya; seperti firman Allah: Alif, Lam, Mim, bangsa Rill11 telahdikalahkan di negeri yang terdekat, dan setelah dikalahkan mereka akanmendapatkan kemenangan, seperti firman Allah: Bahwa kalian itu kekasihkekasih Allah, manusia lainnya tidale, maka berharaplah kamu akankematian jika memang kamu benar; tak seorang pun di antara mereka yangmengharapkannya; dan seperti firman Allah: 'Maka katakanlah, marilahkita menyeru anak-anak kami, anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istrikamu, diri kami dan diri kamu... " dan seterusnya. Te11llasuk dalam hal iniseperti berita-berita AI-Qur'iin mengenai apa yang tersimpan dalam halisekelompok manusia dan apa yang akan mereka katakan.
Hal sel11acam itu banyak sekali dalam AI-Qur'iin, AI-Qur'iin, menurut
Ibrahim (bin Sayyar), merupakan hujjah (bukti) bagi kenabian Nabi Saw ditinjau
dari segi-segi tersebut, dan semacanmya. Inilah yang dimaksud dengan firman
Allah: "Katakanlah, andaikata manusia dan jin berkumpul untuk membuat
semacam Al-Qur 'an, tentu mereka tidak akan dapat membuatnya ".
Jika dalam perspektif sirfah, i 'jiiz didasarkan pada sifat kekuasaan Tuhan
maka i 'jiiz diinterpretasi melalui berita-berita Al-Qur'iin perihal gaib dan yang
akan teJjadi pada masa mendatang didasarkan pada "kandW1gan" teks. Tidak
64
mencabut kemampuan manusia, dan karena kemampuan "mengetabui" masa lalu
dan masa mendatang yang tidak diberikan pada manusia.
Dengan demikian, posisi kalangan Mu'tazilah yang diungkapkan oleh an-
Nazzam ini mengalami sedikit perkembangan di tangan aI-Qadi Abdul Jabbar.
Perkembangan ini wajar lantaran perdebatan yang terus menerus antar sekte
seputar masalah teks pada umumnya, dan masalab i 'jiiz pada khususnya.
AI-Baqillany menegaskan babwa i'jaz terdapat di dalam AI-Qur'an, i'jiiz
tidak berasal dari intervensi eksternal yang menutup kemungkinan bangsa Arab
membuat yang semisal dengan AI-Qur'an. AI-Baqillany mengakui babwa
pemberitaan penihal yang gaib dan masalab-masalab yang akan teIjadi pada masa
mendatang merupakan salab satu aspek kemukjizatan teks, namun ia tidak
menafsirkan fenomena i 'jiiz atas dasar kriteria itu saja. Andaikata kekuatart i 'jiiz
hanya bersumber dan kemukjizatan di luar teks atau hanya terbatas pada
pemberitaan masalab-masalab gaib dan yang akan datang maka teks akan sama
saja dengan teks-teks agama lain yang ditunmkan sebelumnya, seperti Taurat dan
1njil:
"Maka, apabiIa ditanya: 'Apakab Anda berpendapat babwa lralam Allabselain Al-Qur'an merupakan muIgizat, seperti Taurat, InjiI, dan Shuhuf?'Jawabannya: 'Dalam kaitannya dengan susunannya, tak sedikit pun yangmerupakan mukjizat, meskipun ia merupakan mukjizat sebagaimana AIQur'an dalam kaitannya dengan pemberitaan masalab gaib yang ada didalanmya. 1tu bukan mukjizat karena Allab tidak menyebutnya (sebagaimukjizat) sebagaimana sebutan yang diberikan pada Al-Qur'an, dankarena kita mengetabui babwa tidak ada tantangan, seperti yang teIjadipada AI-Qur'an". 3
65
Akan tetapi, jika letak kemukjizatan teks terdapat dalam susumllmya maka
susunan yang bagaimana yang membedakannya dan teks-teks yang lain? Di sini,
al-Baqillany membedakan teks Al-Qur'an dan teks-teks yang lain dari dua sisi.
Sisi pertama adalah bentuk ekstemal, struktur umnm, atau "geme" sastra kalau
boleh memakai istilah ini. Yang pasti, Al-Qur'an bukan puisi. Tak juga tidak
tunduk pada aturan-aturan prosa yang berlaku dalam ujaran biasa. Al-Baqillany,
sebagaimana yang telah disinggung berusaha menegaskan sa)' dari Al-Qur'an.
Aspek umum yang membedakan Al-Qur'an dan teks-teks lainnya, adalah aspek
susunan dan style (usliib).
Sementara yang dimaksud dengan susunan dan style di sini adalah bentuk
sastra. Hal itu karena susunan Al-Qur'an memiliki pola yang sedemikian beragam dan
variatif, menyimpang dari seluruh sistem kalam (ujaran) mereka pada umumnya, berbeda
dan ujaran mereka yang ada. Ia memiliki gaya yang khas, dan dalam penataannya berbeda
dengan gaya-gaya bahasa yang biasa. Hal itu karena pola-pola yang mengikat ujaran
indah yang terstruktur terbagi menjadi: metrik-metrik puisi dengan segala bentuk dan
macamnya, jenis-jenis ujaran yang berwazan tidak ber-qi:ifryah, jenis-jenis ujaran bebas
(prosa) yang bersajak, kemudian prosa ber-wazan tidak bersajak, serta qjaran bebas.
Dalam jenis yang terakhir ini dituntut akurasi, padat makna, mengandung pesan yang
indah dan sahgat teratur meskipun dengan prosodi tidak serasi, ujaran yang seperti ini
mirip dengan sejumlah ujaran yang dibuat tanpa paksaan dan dibuat-buat. Kita
mengetahui bahwa AI-Qur'an menyimpang dari aspek-aspek seperti itu, dan berbeda dari
pola-pola tersebut. Demikianlah, bila direnungkan maka ia akan melihat secara jelas
bagaimana penyimpangannya dari jenis-jenis dan gaya-gaya ujaran bangsa Arab. AI
Qur'an menyimpang dari adat kebiasaan, dan ia merupakan muigizat. Ini merupakan
66
karakteristik yang berasaI dari keseluruhan susunan AI-Qur'an dan keunikan yang
muneul dalam keseluruhan AI-Qur'an".14
Salah satu karakteristik yang terkait dengall aspek umum "perbedaan"
antara teks AI-Qur'iin dengan teks-teks yang lain adalah karakteristik "ukuran"
dan "panjang"-nya. AI-Qur'an, berbeda dari teks-teks laillIlya, memiJiki karakter
panjang yang tidak biasa terdapat dalarn teks-teks Arab. DaJam konteks iill, kita
tidak dapat membantah pandangan a1-BaqiJIany yang mengatakan bahwa AI-
Qur'iin memiliki karakter panjang karena AI-Qur'an diturunkan seeara bertahap,
harnpir mencapai 20 tahllIl lebih larnanya, di mana selarna masa itu teks terbentuk.
Al-BaqiJIany yang bermadzhab Asy'ari mempercayai eksistensi eternal yang
mendahului teks sebagai sifat qadfm yang melekat pada Zat Hahi. Dalarn
pandangallIlya, penurunan secara bertahap di sini berkaitan dengan imitasi teks
terhadap ka/am iJahi yang qadfm. Kekuatan i 'jiiz terletak pada "imitasi" yang
membuatnya berbeda dan teksteks lain, baik dan sisi bentnknya seeara umum
ataupUll sisi panjangnya.
Bangsa Arab tidak merniJiki kalarn (ujaran) yang mengandUllg bahasa
yang sedemikian indah, aneh, penataan yang sedernikian kreatif, makna-makna
yang sedemikian halus, faedah-faedah yang sedemikian mengalir, kata-kata
mutiara yang sedernikian banyak, retorika yang sedemikian serasi, dan
keterarnpiJan yang sedemikian sempurna meskipUll panjang dan daJarn kadar
seperti itu. Sementara yang diillsbatkan kepada orang bijak di kalangan bangsa
Arab hanya berupa kata-kata yang dapat dihitUllg dan sedikit sekali. Yang
dinisbatkan kepada penyair-penyair mereka hanya berupa qashidah-qashidah
"Muhammad Muhammad AbU Musa, al- 'Ijaz al-Baliighi: Diriisah Ta!llJliyah Li Turiits Ahli alI/mi. (Oahirah: Mathba'ah Wahhah_ lQR'n h~1 RQ NMr J..J~mir1 Ahii 7~jr1 A,frrfla"i ... n"_AT""...~
67
yang terbatas jumlabnya, di mana di dalamnya terdapat kontradiksi, sepel1i yang
akan kami ungkapkan setelah ini. Terdapat juga di dalamnya kesan-kesan yang
dibuat-buat, dipaksakan, melampaui batas, dan serampangan. Meskipun banyak
dan panjang, Al-Qur'an dapat menyelaraskan keindaban babasanya, seperti yang
digambarkan oleh Allab.,,15
Al-Qur'an memiliki kemiripan dengan teks-teks lain dalam beberapa
aspek lain, ia memuat berbagai macam tema, seperti nasihat, cerita,
peringatan,dan ancaman. Dalam hal ini, Al-Qur'an mirip dengan qashidah yang
diawali dengan tema nasib (cinta) atau ilustrasi (was}) dan memuat tema apologia,
ejekan, pujian, atau membanggakan. Sementara itu, karakteristik kedua yang
membedakan Al-Qur'an dan teks-teks yang lain adalab "susunannya yang
menakjubkan" atau "penataannya yang indab dan harmonis". Dalam hal ini,
terkandung makna yang pasti, yaitu babwa susunannya yang mengagumkan dan
penataannya yang indab sangat serasi dan tidak kontradiksi meskipun banyak
aspek yang ditata di dalamnya, seperti kisah, nasihat, argurnen, kata mutiara,
hukum, peringatan, janji, ancaman, berita gembira, membuat takut, gambaran
gambaran, pengajaran akhlak yang mulia, nilai-nilai yang lOOur, biografi-biografi,
dan segi-segi lain yang dikandungnya. Sementara itu, kita menemukaan ungkapan
abli retorika yang mumpuni, penyair handal, dan orator ulung berbeda-beda sesuai
dengan perbedaan tema-tema tersebut. Oleh karena itu, Imriil Qais spesialis dalam
mengilustrasikan kendaraan, NabighaiJ dalam menakut-nakuti, dan ZOOair dalam
propaganda. Demikian pula ungkapan dalam khotbab, surat-menyurat, dan jenis
jenis ungkapan lainnya akan berbeda-beda.,,16
I~asr Hamid Abu Zaid_ Mnfhiim an~Nm~h n;,.li"nh Ii Tll"'nt ALfl.... ';;.... or... Vh......~........... "l..T.....t.....:I1:.~.:_
68
Berdasarkan penjelasan di atas, i 'jiiz dalam Al-Qur'an terletak pada: 1)
perbedaannya dengan teks-teks lain dalam genre atau tipenya sebab ia tidak
tennasuk dalam kategori puisi, prosa, sajak, khutbah, surat-menyurat, atau saj'; 2)
terletak pada pola susunan dan penyusunannya, yang mana tidak ditemukan
perbedaan taraf susunan dan penyusunannya meskipun panjang dan bervariasi
temanya.
Sayangnya, al-Baqillany tidak menjelaskan dengan tegas apa yang
dimaksudkan dengan "susunan" yang menjadikan Al-Qur'an sebagai muIgizat itu.
Ia hanya merinci jenis-jenis badi' (keindahan) yang terdapat dalam puisi dan Al
Qur'an. Setelah itu ia menyimpulkan bahwa sisi-sisi keindahan tersebut tidak
dapat dijadikan bukti sebagai mukjizat. Karena semua aspek ini jika disadari, akan
dapat dikuasai melalui latihan dan pembiasaan. Sebagaimana puisi, apabila
seseorang mengetahui polanya maka ia akan dapat membuat dan menyusurmya.
Sementara yang kami katakan adalah bahwa AI-Qur'an dapat dikenali dan
dipelajari, tetapi sama sekali kemampuan manusia tidak akan pernah sampai untuk
membuat dan menguasainya.,,17
Setelah menjelaskan secara terinci jenis-jenis baliighah dan memberikan
contoh-contohnya dari AI-Qur'an dan puisi, ia mengakhirinya dengan mengatakan
bahwa: "Hal-hal tersebut masih terbagi-bagi lagi, diantaranya ada yang dapat
dibuat dan dapat dikuasai melalui belajar. Aspek-aspek yang masuk dalam
kategori ini tidak dapat dipergunakan untuk mengetahui i'jiiz AI-Qur'an. Adapun
aspek baliighah yang tidak dapat dikuasai melalui belajar dan latihan, aspek-aspek
inilah yang menunjukkan kemukjizatannya.,,18
I7Nasr Hamid AM Zaid, Mafhiim an-Nash Diriisahji 'Uliim AI-Qur'an, TIj. Khoiron Nahdliyyin,Tekstualitas AI-Our'an. fY{)QVakarvw I .1(i~ .,(\01.\ "'PT tr.. '1: hoJ 1 OJ(
69
Kalau demikian, berarti yang menjadi ukuran i 'jaz adalab
"ketidakmarnpuan" dalarn pengertian tidak ada kemungkinan memabarni rabasia
i 'jiiz. Di sini, aI-Baqillany tidak membedakan antara "ketidakmarnpuan" membuat
yang serupa dengan AI-Qur'an dengan "ketidakmarnpuan" memabarni misteri
i 'jiiz. Meskipun pada tataran teks-teks sastra ia membedakan antara kesadaran
teoretis-kritis dengan kemarnpuan berkreasi sastra, namun ketika mendefinisikan
konsep "susunan" yang menjadikan AI-Qur'iin sebagai mukjizat, ia nyaris
menjerumuskan kita ke dalarn wilayab "skeptisisme" tanpa dapat memberikan
alasannya.
aI-Baqillany mendefinisikan babwa yang dijadikan tantangan terhadap
mereka adalab menciptakan hurnf-hurnf yang sepadan, susunan yang sarna
dengan susunan Al-Qur'iin, tatanan hurufnya sarna. Mereka tidak ditantang untuk
membuat lralam qadim yang memang tidak ada bandingannya itn. Kalau memang
demikian, berarti tantangan tetap berlaku sarnpai mereka dapat membuat hurnf
yang sarna yang tersusun sebagai ungkapan dari lralam Allab. Ungkapan tersebut
kopi dan indikasi bagi lralam. Mereka ditantang untuk memulai membuat karya
asH, bukannya meniru lralam yang diberikan kepada Nabi Saw.
Masalab sebenamya dalarn konsep aI-Baqillany, dan kelompok Asy'ari
pada umumnya, terletak pada dualisme antara kalam ilahi yang qadim (konsep
mental) dengan ekspresinya (Al-Qur'iin). Oleh karena aI-Baqillany membatasi
aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur'iin, yaitn ungkapan yang mengacu pada lralam
yang qadim, hanya pada susunan dan penataannya saja maka apa saja yang
menyarnai Al-Qur'iin-dari segi susunan dan penataannya-hanya merupakan
timan terhadap bentuk luarnya. Tidak disangsikan babwa peniruan terhadap
70
ucapannya yang dikemukakan oleh al-Baqillany sendiri, kemudian ucapan-ucapan
Sajah binti al-Harits. Keduanya dillilai tolol atas dasar bahwa ucapan mereka tidak
sebanding dengan lealiim Ilahi. 19
Oleh karena fokus utarna yang diberikan oleh al-Baqillany ditujukan pada
konsep lealiim Ilahi-AI-Qur'lin-sebagai ekspresi dari sifat qad/m maka kesimpulan
akhir membawa dia berpendapat bahwa kemiripan sesedikit apa pun antara lealiim
Allah dan lealiim manusia adalah tidak mungkin. Susunan AI-Qur'lin merupakan
"jenis yang istimewa, usliib yang khas, dan spesies murni tidak ada duanya; dan
akal pikiran menjadi tidak berdaya dihadapannya, bingung dalarn lautannya, dan
tersesat tanpa dapat melukiskannya; ia lebih halus daripada sihir, lebih mencekam
daripada lautan, dan lebih mengagumkan daripada puisi.20
Kalau dikatakan, susunan Al-Qur'lin ''tidak dapat dijangkau angan-angan,
atau jauh tinggi di atas pikiran, atau tidak dapat dijarnah oleh orang yang arnbisius
atau tidak dapat diperoleh oleh orang yang mencari", sangat jauh sekali perbedaan
antara sesuatu yang menjadi objek arnbisi dengan sesuatu yang sarna sekali tidak
dapat diharapkan, perbedaan antara malarn dan siang, antara yang bathil dan yang
haq, antara lealiim Sang Penguasa Alarn dan lealam manusia". Nabi Saw bersabda:
"Kelebihan lealam Allah atas lealam-lealam yang lain bagaikan kelebihan Allah
atas makhluknya."
Konsep seperti itu tentunya menyebabkan analisis menjadi tumpul dan
terperangkap dalarn retorika. Al-Baqillany mengatakan:
"Renungkanlah firman-Nya: Dan, suatu tanda kekuasaan Allah bagi mereleaadalah malam; Kami lepaslean siang hari dan malam malea merelea punberada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di porosnya. Demikianlah
19AI-Baaillani. 'liiiz Al-Our'iin (dalam nl.lthniin fi 'rntim .41_{)llr'jjJ1 Inlrv~ llC_~In:,i1thi
72
hingga sekarang ini, lebih tidak mampu lagi karena "kreativitas" mereka
berkurang seiring dengan perkembangan zaman.
Dari penjelasan di atas dapat diasumsikan bahwa masyarakat pada saat itu
tidak mampu membuat yang sebanding dengan AI-Qur'an, maka masyarakat
setelahnya, tentu lebih tidak mampu lagi. Sebab, kepandaian berbahasa mereka
dalam membuat variasi ungkapan tidak dapat diungguli oleh generasi setelahnya.
Paling-paling mereka (generasi kemudian) dapat mendekatinya atau
menyamainya, kalau sampai lebih maju dan lebih pandai dari generasi
sebelumnya, sangat tidak mungkin. Dari sini, diketahui bahwa ketidakmampuan
masyarakat di sepanjang masanya, seperti diketahui ketidakmampuan masyarakat
pada masa awal. Cara mengetahui masing-masing dari dua hal tersebut adalah
satu, sebab bentuk tantangan hanya satu aspek, perbedaan watak di ambang
batasnya dan pemaksaan satu pola tidak berbeda.
C. Karaktl:ristik 'Ij~ Al-Qur'iin
Karakteristik 'ijliz A/-Qur'lin diantaranya dapat dilihat dari aspek ketelitian
redaksi yang dirniliki Al-Qur'iin. Menurut M. Quraish Shihah, ketelitian redaksi
Al-Qur'iin mencakup pada aspek-aspek sebagai berikut:22
I. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. Beberapa
contoh, diantaranya: A/-hayah (hidup) dan a/-maut (mati), masing-masing
sebanyak 145 kali; An-nafu (manfaat) dan a/-madharah (mudarat), masing
masing sebanyak 50 kali; A/-har (panas) dan a/-bard (dingin), masing-masing
4 kali; Ash-shalihat (kebajikan) dan as-sayyiat (keburukan), masing-masing
167 kali; ath-thuma 'ninah (kelapanganlketenangan) dan adh-dhiq
22M. Quraish Shihab. Mukiizat AI-Our'an: Ditiniau dar; A.~npk: K"hnhflt'nnJ'l T"",nrnf 1I_ln'" A,.,."
73
(kesempitan/kekesalan) masing-masing 13 kali; ar-rahbah (cemas/takut) dan
ar-raghbah (harap/ingin) masing-masing 8 kali; al-kufr (kekufuran) dan al
iman (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali; ash-shayf (musim
panas) dan asy-syitaa-i (musim dingin), masing-masing 1 kali.
2. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya. Beberapa contoh di
antaranya: ai-harts dan az-zira'ah (membajak/bertani), masing-masing 14
kali; al- 'ushb dan adhdhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing
27 kali; adh-dhallun dan al-mawta (orang sesatl mati jiwanya), masing
masing 17 kali; AI-Qur'iin , al-wahyu, dan ai-Islam, masing-masing 70 kali;
al- 'aqi dan an-nur (aka! dan cahaya), masing-masing 49 kali; aI-jahr dan al
'alaniyah (nyata), masing-masing 16 kali.
3. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang
menunjukkan akibatnya. Beberapa contoh di antaranya: al-infak (infak)
dengan ar-ridha (kerelaan), masing-masing 73 kali; al-bukhi (kekikiran)
dengan al-hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali; al-kafirun (orang
orang kafir) dengan an-narlal-ahraq (neraka/ pembakaran), masing-masing
154 kali; az-zakah (zakatlpenyucian) dengan al-barakat (kebajikan yang
banyak), masing-masing 32 kali; al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadhb
(murka), masing-masing 26 kali.
4. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
Beberapa contoh diantaranya: al-israf (pemborosan) dengan as-sur 'ah
(ketergesaan), masing-masing 23 kali; al-maw'izhah (nasihatlpetnah) dengan
al-lisan (Iidah), masing-masing 25 kali; al-asra (tawanan) dengan al-harb
(perang), masing-masing 6 kali; as-salam (kedamaian) dengan ath-thayyibat
74
tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus. Misalnya, kata yaum (hari)
dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun,
sedangkan kata hari yang menunjukkan bentuk plural (ayyam) atau dua
(yaumaini), berjumlah 30, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi
lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat 12 kali sama dengan
jumlah bulan dalam setahun; Langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini
diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat al-Baqarah: 29, al-Isra:
44, al-Mu'minun: 86, Fushshilat:12, ath-Thalaq: 12, al-Mulk: 3, Nuh: 15.
selain itu, penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari
dinyatakan pula dalam tujuh ayat; Kata-kata yang menunjukkan kepada
utusan Tuhan, baik Rasul atau Nabi atau basyir (pembawa berita gembira)
atau nadzir (pemberi peringatan), kesemuanya beJjurnlah 518 kali. Jurnlah ini
seimbang dengan jurnlah penyebutan nama-nama Nabi, Rasul, dan pembawa
berita tersebut yakni 518.23
5. Berita gaib Misalnya, Fir'aun yang mengejar-ngejar Nabi Mnsa, diceritakan
Artinya;
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badamnu supaya kamu dapat menjadipelajaran bagi orang-orang yang dating sesudahmu dan sesungguhnyakebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami"(QS.Yunus: 92).
75
Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan Fir'atm tersebut akan diselarnatkan
Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak seorangpun
mengetahui hal tersebut karena terjadi sekitar 1200 tahun SM. Pada awal abad ke
19, tepatnya pada tahun 1896, tepatnya di lembah raja-raja Luxor Mesir, seorang
ahIi purbakala Loret menemukan satu mmni, yang dari data-data sejarah terbukti
bahwa ia adalah Fir'aun yang bernarna Muniftah yang pernah mengejar Nabi
Musa. Selain itu, pada tanggal 8 Juli 1907, Elliot Smith mendapat izin dari
pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Fir'aun tersebut. Apa yang
ditemukannya adalah satu jasad yang utuh, seperti yang diberitakan oleh Al
Qur'iin melalui Nabi yang Ummi?4
Berita-berita ghaib yang terdapat pada wahyu Al-Qur'iin merupakan 'ijaz.
Berita ghaib dalam wahyu Allah itu membuat manusia merasa takjub karena aka!
manusia tidak sarnpai pada hal-hal tersebut. Salah satu 'ijaz Al-Qur'iin adalah
bahwa didalamnya banyak terdapat ungkapan dan keterangan yang rahasianya
barn terungkap oleh ilmuwan dan sejarawan pada akhir abad ini dan makna yang
terkandung didalamnya pun sarna sekali tidak terbayangkan oleh pikiran orang
yang hidup pada masa Al-Qur'iin diturunkan.
Cerita peperangan Romawi dan Persia yang dijelaskan dalam surat ar
Rumn: 1-5 merupakan salah satu berita-berita ghaib yang disarnpaikan Al-Qur'iin.
Pada abad ke-5 dan ke-6 Masehi, terdapat dua negara adikuasa, Romawi yang
beragama Kristen dan Persia yang menyembah api. Keduanya bersaing untuk
merebut wilayah. Sejarawan menginformasikan bahwa pada tahun 616 M teIjadi
peperangan antara kedua negara adikuasa tersebut yang berakhir dengan
kekalahan di pihak Romawi. Ketika itu kamn musyrikin di Mekkah mengejek
76
kaum muslimin yang cenderung mengharapkan kemenangan Romawi yang
beragama samawi itu atas Persia yang menyembah api. Kekesalan kaum muslimin
akibat kekalahan tersebut semakin bertambah dengan ejekan itu.
Dengan latar belakang di atas, maka turunlah ayat pada tahun kekalahan
itu, yang menghibur kaum muslimin dengan dna hal:
a) Romawi akan menang atas Persia pada tenggang waktu yang diistilahkan AI-
Qw"ful dengan bidh'siniin dan yang diteJjemahkan dengan beberapa tahun;
dan
b) Saat kemenangan tiba, kaum muslimin akan bergembira, bukan saja dengan
kemenangan Romawi, tetapi juga dengan kemenangan yang dianugerahkan
Allah. Pemberitaan itu benar-benar teJjadi karena sejarah menginformasikan
bahwa tujuh tahun setelah kekaIahan Romawi-tepatnya pada tahun 622 M
tetjadi lagi peperangan antara kedua adikuasa tersebut, dan kaIi ini
pemenangnya adalah Romawi.
6. Isyarat-isyarat ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam A1-Qur'ful, misalnya:
a) Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantuIan.
Sebagaimana yang dijelaskan firman Allah berikut:
iJ~I:~! J)~ '~J.llj I~J~ ~;iilj ~T:~ '-----)";~.I1~ c.S);''~tl 'I '_ ~ ~ "- ~~if :il 4'11 ~ , .. oil '.'i~ I' "-, I' joll' ~... '(I '"
~ .. IJ::6 ~ ~l..? :x~ ~t.) 4lU ~ LA y~~~ .).,.lY, ' ,
Atinya:"Dia-Iah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya danditetapkan-Nya manzilah-manzilah (Tempat-temapat) bagi peIjalananbulan itu, supaya kamu mengetahni bilangan tahun dan perhitungan
• 4 • _
77
b) Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas, hal itu
Artinya:"Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanyapetunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk memeluk: agamaIslam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscayaAllah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedangmendaki kelangit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orangorang yang tidak beriman.
c) Perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana diisyaratkan oleh finnan Allah
berikut:
Artinya:
"Bukan demikian, sebenamya Karni kuasa menyusun kembali jarijemarinya dengan sempurna" (al-Qiyamah: 4).
d) Aromalbau manusia berbeda-beda, sebagaimana diisyaratkan finnan Allah
berikut:b.
"j,:! ); ",f og.j ',' " 1.-~ ~I" 'f "'!ll '_II ' .1:;,,~ L,j'"'oJ. '" Y <...Q...oy.?<-'.) " u.,.,JloYo .fl7' ,,",' J"--...... ........ ,. ,
(94:....;w.Yo)
Artiyta:
"Tatkala kafilah itu telah keluar (dari negeri Mesir), ayah merekaberkata,"Sesunggnhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidakmenuduhku lemah aka! tentu kamu membenarkan aku" (QS.Yusuf: 94).
78
e) Masa penyusuan yang tepat dan masa kehamilan minimal dua tahun penuh,
sebagaiman diisyaratkan finnan Allah berikut:"'"
"~W>"f; oi ~I)~ ~t? 01:';' ~J.Jji 0: 9:';':"I~~lj
(233: o~\) ~J;i~:;Y~j~j.J>41 ~)Jil.ftj, /
Artinya:
"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,yaitu bagi yang ingin menyempumakan penyusuan. Dan kewajiban ayahmemberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf'(QS. a1-Baqarah: 233).
f) Adanya nurani (superego) dan bawah sadar manusia, diisyaratkan flrman Allah
Artinya:
"Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri meskipun diamengemukakan a1asan-a1asannya" (QS a1-Qiyamah: 14).
g) Yang merasakan nyeri adalah kulit, sebagaimana diisyaratkan flrman Allah
Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami kelak akanKami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kullt mereka hangus,Kami ganti kulit mereka dengan kuIlit yang lain supaya mereka merasakanazab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana"(QS.a1-Nisa:56).
79
Dari penjelasan di atas, Al-Qur'iin merupakan kalam Ilahi yang
dibunyikan oleh suara Rasulullah memiliki gaya bahasa yang tinggi, karena
keindahan dan makna yang tinggi sangat bergantung pada gaya bahasa yang
memiliki dan nilai seni yang tinggi pula. Walaupun Al-Qur'iin, Hadis Qudsi, dan
Hadis Nabawi sama-sama keluar dari mulut Nabi, tetapi uslilb (style) atau susunan
bahasanya sangat jauh berbeda. Dalam AI-Qur'iin, misalnya banyak ayat yang
mengandung aspek-aspek balaghah yang disusun dalam bentuk yang sangat indah
lagi mempesona, jauh lebih indah daripada apa yang dibuat oleh para penyair dan
sastrawan.
Penelitian terhadap 'ijaz hubungan fonologi dengan efek yang ditimbulkan
telah lama dilakukan para ulama, antara lain oleh AI-Khalil bin Ahmad, Sibawaih,
dan Abu AI-Fath Utsmiin ibn Jinni.25 Efek tersebut terbagi dua. Pertama, efek
fonologi terhadap keserasian. Kedua, efek fonologi terhadap makna.
Efek fonolgi terhadap keserasian disebabkan oleh pemilihan huruf dalam
AI-Qur'iin dan penggabungan antara konsonan dengan vokal sangat serasi sekali,
sehingga memudahkan dalam pengucapan (terutamam bagi bangsa Arab, tempat
AI-Qur'iin diturunkan dan mereka ditantang untuk menandinginya).
Menurut az-Zarqiini yang dimaksud dengan keserasian dalam tata bunyi
AI-Qur'iin adalah keserasian dalam pengaturan harakah (tanda baca yang
menimbulkan bunyi a, i, dan u), sukUn (tanda baca 'mati'), madd (tanda baca yang
menimbulkan bunyi panjang), dan gunnah (nasal) sehingga enak untuk didengar
dan diresapkan.26
'-'Mahmud Alunad Najlah, Lughah AI-Qur'iin FI Juz 'Amma, (Beirut: Dar an-Nahdhah al'Arabivah. 1981t hal. ~n-~~4
80
Keserasian bunyi AI-Qur'iin ini sebenamya dapat dirasakan ketika AI
Qur'iin diperdengarkan, surat dan ayat yang mana saja, yang dibaca dengan baik
dan benar, akan terdengar suatu irarna, nada musik mengalun yang sangat
mengagurnkan, huruf-hurufnya menyatu, sehingga sulit untuk dipilah-pilah satu
sarna lainnya. Perpindahan dari satu nada ke nada lainnya bervariasi, sehingga
warna musik yang ditimbulkannyapun sangat beragam. ltu semua adalah efek dari
permainan huruf konsonan dan vokal yang ditopang oleh pengaturan harakah
suki1n, miidd, dan gunnah.
Keserasian bunyi pada akhir ayat melebihi keserasian yang dimiliki puisi,
karena AI-Qur'iin memiliki purwakanfi yang beragarn, sehingga tidak
menjemukan. MisaInya surat AI-Kahf (18: 9-16). Pada akhir ayat-ayat itu terdapat
bunyi vokal 'a' narnun diiringi oleh konsonan yang bervariasi, sehingga
menimbulkan hembnsan suara yang berbeda, yaitu antara ba, da, fa dan qa.27
Dalam surah lain kesamaan bunyi akhir terkadang diselingi oleh bunyi
vokal lain, seolah-olah ada deviasi dari irama yang ada. Perhatikan saja misaInya
surah Shad (38: 71-88). Pada akhir ayat-ayat itu yang dominan adalah bunyi vokaI
'i', namun pada ayat 73, 79, 81 dan 84 terdapat vokaI 'u', dan konsonan yang
menyertai vokal pun beragarn, sehingga menimbulkall bunyi tin, din, 'un, rin, lin,
sun dan seterusnya, sehingga tidak menimbulkan kebosanan, karena irarna yang
ditimbulkan datang silih berganti.
Keserasian bunyi pada akhir ayat, menurut Syihabuddin QaIyubi, selain
ragam bunyi di atas, dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok bunyi, yaitu:
81
I. Pengulangan bunyi huruf yang sama, seperti pengulangan huruf ra dan ha pada
surah AI-Qamar (54: 33-41), AI-Insan (76: 1-13), 'Abasa (80: 17-23), dan asy
Syams (91: 11-15);
2. Pengulangan bunyi kata. Seperti pengulangan kata at-thiiriq, kaida, dakkii,
safJii, ahad, dan aqabah pada surat at-Thiiriq (86: 1-2, 15-16), AI-Fajr (89:
21-22,25-26), dan AI-Balad (90: 11-12); dan
3. Pengulangan bunyi kata yang berhampiran, seperti pengulangan bunyi
tumisat, jurrijat, nusifat, uqqitat, ujji/at, garqii, nasythii, sabhii, sabqa, amra,
rajifah, radifah, wajifah, khasyi 'ah, hafirah, suyyirat, 'uttilat, sujjirat, dan
zuwwijat pada surat Al-Mursaliit (77: 8-12), an-Niizi'iit (79: 1-5, 6-10), at
Takwir (81: 3_12).28
Dengan karakteristik fonologi tersebut, tidak aneh ketika Al-Qur'an turun,
hati orang Arah tersentuh oleh keserasian dan keindahan bunyi ini. Mereka
mengira Al-Qur'iin itu puisi, namun al-Walid bin al-Mughirah, seorang ahli puisi
pra-Islam, kala itu membantahnya, karena bunyi Al-Qur'iin berbeda dengan
kaidah-kaidah puisi yang sudah mereka kenal. Kemudian mereka menduga Al
Qur'an itu sihir, karena menggunakan keindahan bunyi bahasa prosa ataupun puisi
yang terdapat pada sihir dan susunan di luar kemampuan manusia.29
Tuduban atau sangkaan bahwa gaya Al-Quriin itu bergaya sihir atau
tenung temyata sekarangpun masih bermunculan. W. Montgomery Watt dalam
bukunya Bell's Introduction to the Qur 'an menulis salah satu ciri stilistika Al
Qur'an adalah penggunaan gaya soothsayer utterance (mantra tukang tenung),
karena ada kemiripan terutama pada surat-surat yang turun di awal. Menurutnya,
dalam bahasa Arab ada perbedaan yang sangat kecH antara tukang tenung, penyair
82
dan orang gila, sehingga tidak mengherankanjika AI-Qur'iin membantah tuduhan
bahwa Muhammad itu penyair dan orang gila (al-Haqqah (69: 41) dan at-Thfir
(52: 29).30
W. Montgomery Watt mengemukakan bahwa paling sedikit ada lima
bagian A1-Qur'iin yang terpengaruh mantera tukang tenung, yaitu surat as-ShiiIat
(37: 1-4), az-Dzariyat (51: 1-6), al-Mursalat (72: 1-7), an-Niizi'at (79: 1-14), dan
al-'Adiyat (100: 106).31
Al-Qur'iin bukan syi'ir, karena syi'ir memiliki kaidah 'arud dan qawiiji
yang tidak bisa dijumpai dalam Al-Qur'iin. Sanggahan ini juga ditegaskan dalam
surat al-Haqqah (69: 41) "dan Al-Qur'iin itu bukanlah perkataan seorang
penyair". Al-Qur'iin bukan sihir atau tenung, karena pribadi Muhammad dikenal
jujur dan dapat dipercaya (al-amfn), tidak mungkin Ia mengajarkan ilmu sihir atau
tenung, karena ilmu tersebut tidak mungkin timbul dari orang yang berpri1aku
baik. Di samping itu AI-Qur'iin sendiri mngutuk perbuatan sihir (al-Baqarah, (2:
102). Maksudnya, jika Al-Qur'iin mengajarkan sihir, tidak mungkin Al-Qur'iin
mengutuk bagian yang menjadi sebagian dari jati dirinya, dan faktanya, Al-Qur'iin
adalah pedoman umat manusia
Kecenderungan AI-Qur'iin untuk menggunakan bunyi bahasa yang indah,
teratur dan berpurwakanti antara lain untuk menimbulkan aspek psikologis
kepada pendengamya, karena secara psikologis manusia senang kepada yang
indah, sehingga timbullah komunikasi antara Al-Qur'iin dan pendengamya. Kalau
komunikasi sudah terbuka maka pesan-pesan yang dibawa AI-Qur'iin akan
diterima dengan baik. Sihir atau tenungpun mungkin menggunakan pendekatan
83
yang sama, tetapi tidak semua substansinya sama. Contohnya, dalam kehidupan
bennasyarakat, para kiai dan politisi melakukan pendekatan kepada rakyat dengan
cara persuasif, silaturrahmi, dan sebagainya. Sekalipun caranya sama, namun
tujuannya berbeda, maka kedua tipe tokoh ini tidak bisa dikatakan sama.
Kesamaan bunyi bahasa Al-Qur'iin, sebagaimana disebutkan oleh Watt,
adalah ditopang oleh kaidah-kaidah bahasa Arab yang mendorong untuk itu,
sepertijam'ul mudzakkarissiilim (pluralis maskulin) berakhiran waw dan nun atau
ya dan nun, jam 'ul mu 'annatsissiilim (pluralis feminim) berakhiran alifdan ta dan
mu'annafs mufradah (feminim tunggal) berakhiran ta'marbfithah.32 Jadi,
keteraturan dan keserasian bunyi huruf dalam suatu kata sangat menopang
keteraturan dan keserasian dalam kalimat, surah dan Al-Qur'iin secara
menyeiuruh.
Efek fonologi terhadap makna, karena diasumsikan bahwa bahasa itu
terdiri atas lambang-lambang, yaitu benda yang digunakan untuk menyatakan
sesuatu yang lain. Di dalam bahasa, tanda terdiri atas rangkalan bunyi yang pada
ragam tulis dialihkan ke dalam tanda-tanda visual, yaitu huruf dan tanda baca
Hubungan antara rangkalan bunyi tertentu dan makua yang dinyatakan bersifat
arbiter semata, tidak ada hubungan yang wajar antara lambang dan objek yang
dilambangkannya.33 Walaupun demikian, jika ada bunyi kata yang menyerupai
atau menunjuk kepada makna yang dikandung, maka makna ini dianggap lebih
kuat
Abu al-Fath Utsmiin ibn Jinni teiah mengadakan penelitian terhadap kasus
ini. Dia mengatakan bahwa mashdar ruM'i mudhii 'af (infinitif berhuruf empat
32W. Montrromerv Watt Bell'.r.: Tnrtndur.tinn In fhp {)ur'fln rPtiinhnro-' Th~ TTn hU>1"C'lt" 'P,,"''''C'
84
yang mendapat pengulangan bunyi) mengandung arti pengulangan, seperti kata:
za 'za 'ah, (goncangan) qalqalah (keributan), salsalah (bunyi berderik-derik),
qa 'qa 'ah (bunyi gemerincing), jarjarah (bising), dan qarqarah (keroncongan
perut).34 Selanjutnya dikatakan bahwa pengulangan 'ain fi'il (buruf kedua kata
kelja) menunjuk kepada makna pengulangan, seperti: kassara, qaththa 'a, jattaha,
dan ghallaqa, mengandung alii memecah-mecah, memotong-motong, membuka
buka, dan menutu-nutup.35
Penyair besar asal Mesir, Rasyid Salim AI-Khurri, telah membahas
keterkaitan huruf dengan maknanya, misalnya huruf awal ja berkaitan dengan
makna jelas atau kejelasan seperti kata jatta!:J.a, jari!:J.a, jajara dan jassara yang
mengandung arti membuka, gembira, membelah (cahaya fajar) dan menerangkan
(menafsirkan). Huruf dhad berkaitan dengan makna putus asa, seperti dharra,
dhiyii, dhalla, dan dhaiq yang mengandung arti malapetaka, kehilangan,
kegelapan, dan kesempitan. Huruf awal ha berkaitan dengan makna-makna yang
mulia, seperti hubb, haqq, hurriyyah, hayiih, hasan, harakah dan hikmah yang
mengandung arti cinta, kebenaran, kemerdekaan, kehidupan, baik, gerakan, dan
kebijaksanaan.36
Kaidah-kaidah yang dikemukakan oleh AI-Khurri tetap tidak luput dari
pengecualian, karena masih ada kata-kata yang diluar jangkauannya, seperti huruf
awal ha dalam; habs, hajr, haraj dan haras yang mengandung arti kurungan,
pembatasan hak, kesempitan, dan penjagaan. Namun demikian usaha yang
"Syihabuddin Qalyubi, Stilistika AI-Qur 'lin, (Yogyakarta: Titian Illabi Press, 1997), hal. 43-44.35Mahmfid Ahmad Nailah_ LUfJhah Al-()ur'iln f'i .1117: 'Amml1_ ffieimt~ n§r ~m_N:lhclh:lh j:ll_
85
dilakukannya merupakan suatu langkah yang sangat positif guna memberikan
gambaran secara umum terhadap karakteristik huruf-huruf.
Karakteristik bunyi huruf dan kaitannya dengan makna dalam Al-Qur'iin
menjadi kajian Mahmud Ahmad Najlah dalam Bukunya Lugah Al-Qur 'an Al
Karfmji Juz 'Amma. Ia mengkaji huruf sin pada surat an-Niis (114) terutama pada
ayat 5-6. Huruf sin termasuk jenis konsonan frikatif. Manusia tidak bisa
mengucapkannya dengan mulut terbuka, namun hams dengan menempelkan gigi
atas dengan gigi bawah pada ujung lidah. Bunyi seperti ini secara khusus dipilih
untuk memberikan kesan bisikan para pelaku kejahatan dan tipuan, sebagaimana
dilakukan oleh syaitan terhadap manusia agar mereka mau melakukan perbuatan
maksiat. Demikian pula huruf shad dan fa, kedua huruf ini juga termasuk
konsonan frikatif, dan merniliki karakteristik yang rnirip dengan huruf sin.
Selanjutnya ia meneliti huruf ra danfa terutama dalam surah an-Niizi'iit
(97: 6-14). Pengulangan huruf ra dengan pengucapan yang cepat menggambarkan
getaran yang ditimbulkan (dalam konteks ini) burni dan langit, apalagi ditopang
oleh bunyi fa, dan jim yang didahulni vokal panjang, sehingga menggambarkan
pengulangan ra yang terus menerus, kemudian nafas dan udara pun berhenti
tatkala mengucapkan hurufjim, lalu dibuka kembali untuk mengucapkan huruffa.
Maka sempumalah gambaran getaran burni dan hati yang diikuti rasa takut yang
mencekam.
Sejarah pemah mencatat, sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa
Musailamah peruah membuat Al-Qur'iin ''tandingan".37 Namun faktany~ ia
hanyalah meniru bunyi atau irama Al-Qur'iin tanpa ada bobot makna ataupun
getar didalanmya.
86
Keserasian huruf sangat membantu keserasian kala, selanjutnya keserasian
kalimat secara keseluruhan. Dalam hal ini irama yang dipantulkan AI-Qur'iin
terkadang terkesan pelan dan terkadang sedang atau cepat. Irama lambat biasanya
berisi pelajaran atau wejangan dan irama cepat biasanya berisikan gambaran
siksaan, rnisalnya yang terdapat dalam surat AI-Haqqah (69: 1-12). Bunyi kata al
hiiqqah dan Al-Qiiri 'ah terkesan lambat. Ayat ini mengandung makna pelajaran
atau peringatan tentang hari kiamat. Namun pada ayat-ayat selanjutnya yang
menerangkan siksaan atas kaum Tsamfid dan 'Ad, iramanya terasa cepat dan
menghentak-hentak. ltu semua merupakan usaha pendekatan dari aspek fonologi
untuk menjawab pertanyaan kenapa Al-Qur'iin menarik untuk dibaca
BABIV
ANALISIS ISTI'ARAH DALAM EMPAT SURAT
A. Isti'iirah dalam Surat al-Baqarah l
Dari penelusuran yang dilakukan, isti'iirah dalam surat al-Baqarah terdapat
dalam 19 ayat. Berikut analisis dan penjelasan atau uraiannya:
Artinya:
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatanmereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat (QS. Al-Baqarah[2]: 7).
Hati orang-orang kafir, beserta pendengaran dan penglihatan mereka,
saking tertutupnya untuk menerima hidayah disamakan dengan sebuah wadah
yang tertutup. Kata 'khatamd yang berarti menutup sebuah wadah merupakan
isti'iirah dari mengunci-mati. 2
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
isti'iirah tashrihiyah/ karena menyebutkan musyabbah bih dan menyebutkan
sifatnya dari hati, penglihatan, dan pendengaran dibuang. Sementara ditinjau dari
'Surat al-Baqarah adalah surat terpanjang AI-Qur'an dan termasuk surat madaniyah. Liliat Wahbahaz-Zuhaili, at-Taftir al-Munirfi al-Aqidah wa asy-Syari'ah wa al-Manhaj, (Bairnt Lubnan: DiIr alFikr al-Ma'iishir, 1991), hal. 68. Surat ini adalah surat yang menempati susunan ke 2 dari 114surat. Susunan surat ini berdasarkan mushhaf Utsmani. Lihat Taufik Adnan Amal, RekonstruksiSejarah Al-Qur'an, (Yogyakarta: Forum Kajian Budaya dan Agama (FKBA), 2001), cet. ke I, hal.212. Susllnan surat iui dalam mushhaflbn Abbas, menempati susunan surat ke 84 dari 114 surat,dan dalam mushhqfUbay bin Ka'ab surat a1-Baqarah ini menempati susunan surat ke 2 dari 116surat. Liliat Taufik Adnan Amal Rekonstruksi Sejarah Al-Qur'an, hal. 162 dan 185.2Abu al-Qiisim Mahmud bin Umar az-Zamakhsvari al-KhawllriimL al-Kamroiif nn Hnnnini nt_
88
lafazh musta'ar-nya, isti'iirah di atas termasuk isti 'arah taba'iyyah, karena lafth
yang digunakan dari kata kerja (fi 'f), yaitu kata khatama.
Artinya:
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahalmereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar (QS. AIBaqarah [2]: 9).
Struktur yukhadiUnallaha, menurut Wahbah az-Zuhaili termasuk isti 'arah
tamtsiliyah.4 Sebagai bahan bandingan (comparative) tentang pendapat ini, dikutif
pula dari pemyataan Muhammad'Ali al-Shabuni dalam kitab Shafwah at-Tajiisfr,
menurutnya kata yukhiidi'finallaha tersebut temasuk isti 'arah tamtslliyah pula.5
Artinya yukhadi'finallah adalah mereka orang mUIlafik hendak menipu Allah
sebagaimana mereka menipu sultan!penguasa. Orang-orang munafiq yang menipu
Allah digambarkan seolah-olah mereka menipu penguasa, yakni secara sembunyi
sembunyi dan perlahan-lahan.6
Ditinjau dari perspektif tharjay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
malmiyyah, lazim-nya kata yukhadi'fina. Sementara ditinjau dari musta'ar-nya,
isti 'arah di atas termasuk taba'iyyah, karena lajazh yang digunakan dari kata kelja
(fi 'f), yaitu kata yukhiidi'fina..,. .. . ... ,... . 1) //' __"", . . . . a3. ":' I
1}15' ~::, ~~b,.; ~~ W ..s::4J4 4J~1 IJp\ ~jJ\ :::...wJI".... ,... ". ...
. (16 :oAJI)~4,
4Wahbah az-Zuhaili, at-Taft'ir a/-Munir fi a/-Aq'idah wa asy-Syarl'ah wa a/-Manhaj, (BairutLubnan: Dilr al-Fikr al-Ma'lishir, 1991), hal. 80.'Muhanunad 'Ali ash-Shiibiini, Shajivah a/-Tqfilsir, (Beirut-Libanon: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah,1999), eet. ke I, liill. 22.
89
Artinya:
"Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, makatidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidakIah mereka mendapatpetunjuk"(QS. AI-Baqarah [2] : 16).
Kata 'isytarau' yang berarti "membeli" lumrahnya berlaku dalarn aktivitas
jual beli. Dalarn ayat ini kata tersebut merupakan isti'lirah dari 'menukarkan'
petunjuk dengan kesesatan. Karena perbuatan tersebut dianggap biasa oleh
mereka, maka seolah-olah mereka melakukan aktivitas jual beli. Maka dari itu
kata Allahfa mli rabihat tijliratuhum.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasyblh, isti'arah di atas menurut
Wahbah az-Zuhaili termasuk tashrlhiyyah/ karena yang disebutkan musyabbah
bih dan tidak menyebutkan musyabbah. Pendapat tersebut sarna dengan pendapat
ash-Shabuni dalarn kitab tafsIrnya, Shafwah at-Tajfisfr.8 Sementara ditinjau dari
musta'lir-nya, isti'arah tersebut termasuk taba'iyyah, karena lafazh yang
digunakan dari kata keIja lfz'l), yaitu kata isytarawu.
Artinya:
"(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah peIjanjianitu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka)untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Merekaitulah orang-orang yang rugi" (QS. Al-Baqatah [2] : 27).
PeIjanjian disarnakan dengan tali!lkataIl Tapi kata 'tali' dibuang dan
digantikan dengan sesuatu yang lazim baginya, yaitu kata 'yanqudhUna'
(memutuskan). Karena kata 'yanqudhiina' lazimnya mengarah pada tali.
'Wahbah az-Zuhaili, at-Tqftir al-Munir ji al-Aqidah wa asy-Syari'ah wa al-Manhaj, (Bairut~ubnan: Dar al-Fikr al-Ma'iishir, 1991), bal. 86.
90
Ditinjau dari perspektif tharjay at-tasybIh, isti'arah di atas termasuk
makniY.Jlah.9Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'arah di atas termasuk
isti'iirah taba'iY.Jlah, karena lajazh yang digunakan dari kata keJja (ji't), yaitu kata
yanqudhu.
.... ".. '" '" '" J. ,.. J. ::;>.11 0 ..-
IJ~r-:;~:.....:.f lJj "-1 )l5' JJi I}§J lJj~ LJ \j~ 8jji ~ I;'Tj....... ':;'" ....
J"' /.,;; ....
. (41 :~jWI) 0yZu Z?4"lj I.l,# L:.; J44.... ........ - .". ....
Artinya:"Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur'an)yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamumenjadi orang yang pertama kafIT kepadanya, dan janganlah kamumenukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yaflg rendah, dafl haflya kepadaAkulah kamu harns bertakwa" (QS. AI-Baqarah [2] : 41).
Kata 'tasytarU' yang berarti membeli lurnrahnya berlaku dalam aktivitas
jual beli. Dalam ayat ini kata tersebut merupakan isti'arab dari 'menukarkan' ayat-
ayat Allah dengan harga yang sedikit. Karena perbuatan tersebut dianggap biasa
oleh mereka maka seolah-olah mereka melakukan aktivitas jual beli. lO
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybiih, isti'arab di atas termasuk
tashrlhiY.Jlah. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'arab di atas termasuk
taba'iY.Jlah, karena lajazh yang digunakan dari kata keJja (fl'l), yaitu kata
'tasytarii'.
J .'" t .....,y' ..... 0 '" J . .... . J _. . 0
~ ('" I ~'I' J 7, J , "II J' ("~ J J , .'''. J-" '. ('", ~,~ ( '1'r ~~ uj>'=-!~ y..utJ ~.Y' r--~y ~ uy~ 0"' r ~ ~.)"'" .... ",.
J ....... J... J ....
.(49 :~jWl) ~ ~~ &- ¢Ll!~,) Jj rs¢W 0~j.. ... ....,.. ...
'Wahbah az-Zuhaili at-Taftlr al-Munlr fi al-Aqldah wa asy-Syarl'ah wa al-Manhaj, (BairutLubnan: Dar al-Fikr al-Ma'lishir, 1991), haL 109.lOAM al-Qasirn Mahmild bin Umar az-Zamakhsyari al-Khawiiriimi, al-Kasvsviif an Haaiiiai at-
91
Artinya:
"Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikutpengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberatberatnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki danmembiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yangdemikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu" (QS. AIBaqarah [2] : 49).
Kata 'yasfimfinakum' pada asalnya menawarkan sebuah barang dalam
aktivitas jual beli. Tapi dalam ayat ini maksudnya menimpakan, karena
selanjutnya ada su 'al-'adziib.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
isti'tirah tashrfhiyyahY Sementara ditirijau dari musta'iir-nya, isti'iirah di atas
tennasuk taba'iyyah, karena lafazh yang digunakan dari kata keIja (ft'I), yaitu kata
'yasfimfina.
Artinya:
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebihkeras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalirsungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelahlalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yangmeluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidaklengah dari apa yang kamu keIjakan" (QS. AI-Baqarah [2] : 74).
Kata 'qasat' yang berarti menjadi keras, seharusnya dikenakan pada batu.
Dalam hal ini dikenakan kepada hati, karena tidak menerima peringatan dari Allah
Swt. Sehingga seolah-olah mengeras seperti batu.
"Wahbah az-Zuhaili, at-Taftir a/-Munir fi a/-Aqidah wa asy-Syari'ah wa a/-Manhaj, (BairutLubnan: Dar al-Fikr a1-Ma'ashir, 1991). hal. 159. Muhanunad 'Ali a<h-ShahiinL Shnfwnh nl_
92
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
makniyyah, lazim-nya kata qasat. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'iirah
di atas termasuk taba'iyyah, karena lafazh yang digunakan dari kata keIja (fi'il),
yaitu kata qasat.
. (81 : ~.AJI) 0J:l.ll,;:.,
Artinya:
"(Bukan demikian), yang benar, barang siapa berbuat dosa dan ia telahdiliputi oleh dosanya, mereka itulah penghulli neraka, mereka kekal didalamnya" (QS. Al-Baqarah [2] : 81).
Kata 'ahathat' biasanya dikenakan pada sebuah pasukan yang mellgepung
sasaran dari berbagai penjuru. Dalam ayat ini, kata 'ahathat' digunakan pada
kesalahan yang mengepung kebaikan sehingga mampu mellgalahkannya 12
Ditinjau dari perspektif thaifay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
makniyyah, lazim-llya kata ahiithat. Semelltara ditinjau dari musta'iir-nya,
isti'iirah di atas termasuk taba'iyyah, karena lafazh yang digunakan dari kata keIja
(fi'il), yaitu kata ahiithat.
J..... .....' ., _ J .a J ........... J", ... 0 ",,0
I)u 1;"::'1) o~ rsGl ~ IJ~ ~)Jl ~:,; G.;~) ~~ lS:b:.i ~r,,rJ .... ... ...
J 2 " 0 J. oJ" 0 JJ /<L....J ~<nG ~ 1. 0 ,« I~_\I J .1. . \ J 0.( \:'~,,<:.' lk..::... r.r· . if ~~~ ~r If .}if" J • J.... ... .......... .... ... ",,,,, ... ...
J 0 J
. (93 : ~All) ~;: ~ ~5' 01 ;.s::.;CCJ"'.... .... ...
Artinya:
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatbukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguhteguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah'" Merekamertjawab: "Katrli mertdertgarkart tetapi tidak mertaati". Dart telahdiresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapikarella kekafirannya Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang
93
diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepadaTaurat)" (QS. AI-Baqarah [2] : 93).
'al-'ljl' atau anak sapi disamakan dengan minuman yang melezatkan. Tapi
kemudian ia dibuang (sebagai musyabbah bih) dan digantikan dengan sifat yang
lazim untuknya, yaitu kata 'usyribu' yang arti asalnya diminum. Sehingga
diteIjemahkan anak sapi dijadikan sesuatu yang meresap ke dalam hati mereka
seperti halnya minuman yang enak dan menyegarkan. 13
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasyblh, isti'iirah di atas termasuk
makniyyah. Sementara ditinjau dari musta'ar-nya, isti'iirah di atas termasuk
taba'iyyah, karena laJazh yang digunakan dari kata keIja (fi'il), yaitu kata usyribu.
,... ... Ifl IP '" (ij ....
. (138 :o~l) 0J~l.£;. ~::rsJ :i(,,~.JJ\ c.,. ~i:;J .JJ\ :il>-- ......... '" --
Artinya:
"Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripadaAllah? Dan hanya kepada-Nya-Iah kami menyembah" (QS. AI-Baqarah[2] : 138).
Agarna disamakan dengan 'shibghah' atau celupan. Karena keduanya
sarna-sama menampakkan hasilnya dan terlihat dari luar dengan jelas. Agama
memperlihatkan bekas ajarannya, dan demikian juga celupan memperlihatkan
bekas celupannya. Maksudnya adalah menyucil,an Allah, karena iman
menyucilcan jiwa.14 Ditinjau dari perspektif tharJay at-tasybfh, isti'iirah di atas
termasuk tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta 'ar-nya, isti'iirah di atas
termasuk ashliyyah.
13Abii al-Qiisim Mahmiid bin Umar az-Zmnakhsyari al-Khawarijmi, al-KasysyiiJ an Haqiiiqi alTanzil wa Uyiini al-Aqiiwfl Fi WU;iih al-Tii'wil. (Dar Thva at-Turlils al-'Arabi. 2003), hal. 75.
94
Artinya:
"Orang yang murtad (Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu(umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas(perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadikiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata)siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sunggub(pemindahan kiblat) itu terasa amat bera!, kecuali bagi orang-orang yangtelah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakanimanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayangkepada manusia" (QS. Al-Baqarah [2]: 143).
Keluar dari Islam disamakan oleh Allah dengan 'yanqalib 'ala 'aqibayhi';
kembali pada dua tumitnya. Karena sama-sama kembali ke belakang, kembali
kepada masa sebelumnya.
Ditinjau dari perspektif thaifay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'iirah di atas termasuk
taba'iyyah.
Artinya:
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yangterdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-Iangkah setan;karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu" (QS. AlBaqarah [2] : 168).
Kata 'khuthuwat' lumrahnya dikenakan kepada langkah seseorang yang
berkaki, dan jumlalmya banyak. Dalam ayat ini, yang dimaksud adalah godaan
godaan syetan. Disamakan dengan 'khuthuwat' karena godaan syetan banyak dan
membekas. Kita selaku manusia agar jangan pemah sekali-kali mencikuti ieiak
95
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'iirah di atas termasuk
taba'iyyah, karena lafazh yang digunakan dari kata benda bentukan (ism
muaystaqq), yaitu kata khutuhwiit.
..... _.",... 0 ..... 0 0 .... '" ...."" _ _ If;".. /
~~::;:,,( w o)lJ~ YI..wIJ tS4J~ ;l.Ju::aJI IJpl ::r-lll :::.wJI,...... .... .... .... ....
. (175 :o..rW1).Jtfll/
Artinya:
"Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dansiksa dengan ampunan. Maka alangkah berallinya mereka mellelltang apineraka!"(QS. Al-Baqarah [2] : 175).
Kata 'isytarau' yang berarti membeli lumrahllya berlaku dalam aktivitas
jual beli. Dalam ayat ini kata tersebut merupakan isti'iirah dari 'mellukarkan'
petunjuk dellgan kesesatan.15 Karella perbuatan tersebut dianggap biasa oleh
mereka maka seolah-olah mereka melakukan aktivitas jual beli. Demikian juga
mereka menukarkan ampunan dengan siksa Mereka melepaskan ampunan Allah,
dan menukarkannya dengan siksa Dalam artian meninggalkan pekeIjaan
pekeIjaan yang dapat mendatangkan ampunan-Nya dan mellgeIjakan pekeIjaan
pekeIjaan yang dapat mendatangkan siksa-Nya.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'iirah di atas termasuk
taba'iyyah.
96
..... 0 J 0 J...... /... .-: J-J J.... (}J. . .'-
~ J. "tJ\ .k:;:J\ J <'I ~ w,~' ~' \ J, '. ( \ .1<:" '<'I ill\~ ~ I !~'(rY~ - r--~ ~ l?" Y-r) Y-') r--~ . ~ ),".. /. ..... J,1i .... ... " ......... J. ..... o "..0 0
'~ ~i' ~ J J .w lJ' 1'1\\ JI 't:.aJ1 \ W_( -. ~;I\ '. ;," tJI.k:;:JIr-' ) c:.I")..r-'"". ) ~ < i - yw ('-' ..r"'""" rY y -..... .;..... ............... ~--~-
r;J ... / ..... 0 ..... '" r;J 0 "..... J
<L..-JL;i UI ;;.; 2JJJS' lft.;'~ ill .J.lI ~)::b- 2lli ..l>.-WI ~ 0y£~.... ..... ,; ..... .... .... ..... - ".. ,..-
.... J r;J .....
•(187 :;;~\) 0A~ <..t'lf.lJ/ .....
Artinya:
"Dihala1kan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur denganism-ism kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan karnu pun adalahpakaian bagi mereka Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapatmenahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni karnu dan memberi maafkepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telahditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimubenang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempumakanlahpuasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah karnu campuri merekaitu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, makajanganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayatayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa" (QS. Al-Baqarah [2]: 187).
Struktur hunna libiisullakum wa antum libasullahunna adalah isti'lirah.16
Salah satu dari suami ism diserupakan atas hubungan kedekatan dan
tanggungjawabnya dengan pakaian. Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh,
isti'lirah di atas termasuk isti'lirah tashrfhiyyah, karena yang disebutkannya
musyabbab bih, yaitu kata libiis. Sementara ditinjau dari musta'lir-nya, isti'lirah di
atas termasuk isti'lirah taba'iyyah, karena lafazh yang digunakan dari ism
musytaqq, yaitu kata libiis.
Selanjutnya, kata 'al-khaithul-abyadl' yang berarti garis putih dan 'al
khaythul-aswad' yang berarti garis putih merupakan isti'lirah dari cahaya putih
dan warna hitam. Cahaya putih yang dimaksud cahaya fajar, dan warna hitam
97
yang dimaksud adalah gelapnya malam. Hubungan di antara keduanya sama-sama
memanjang seperti garis dan sama dalam hal warna.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
isti'arah tashrfhiyyah, 17 karena yang disebutkannya musyabbah bih, yaitu frasa
'al-khayth al-abyadh'. Sementara ditilljau dari musta 'ar-nya, isti'iirah di atas
termasuk taba'iyyah.
c\L.if ;. ;j I~ \;:Ic [)f ~~ I)li ~~"p:-j ;:;.,)b.J IJ ):;' t:Jj- ....... ,....... 0 ..... 0 ""
.(250 :oAJI) 2r-~&.l\ rJil\-ft U~\JArtinya:
"Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, mereka pun (Thalutdan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas dirikami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadaporang-orang kafir" (QS. Al-Baqarah [2] : 250).
Kata 'afrigh' pada asalnya berarti mellcucurkan air. Dalam hal ini
kesabaran disamakan dengan air yang dicucurkan ke seluruh badan sehingga
meratai luar dalam. Dampaknya menyegarkan dan menenteramkan.18
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
makniyyah, dan lazim-nya kata afrigh. Sementara ditinjau dari musta'ar-llYa,
isti'iirah di atas termasuk taba'iyyah.
III .. joti'. J.o. "'",.0 ~_ /. ", "'. __ 0 ...
lI..lJ~ erj;J <.':oJ~lkJ~ ~ :;.; ~\ ;y ~}1 :-.;r :ti 0!:0"~ ~\}'1 U./ ... /".. ". -... ,. -,.. ..-
;p... ....,...0 0 I) "" ...
- : II ~ .1';,.· , Jill' \'.1 ',' _:1\ U ...J. I\ -'·~I'. ' ( ~ /0, -'.,(256 :~.r:-) r-::-~ 'W J '-6-' t~ r...?Jy ~J.Y'-''-! ~ ....".. ...l..U,; "" ,. . ..-
Arlin· ya:
"Tidak a'da paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesm\.'gguhnya telahj¢las jal.an Yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapayang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, makasesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yangamat kuat yang
"W/UlbAllAz-.zlllIajli, at-Tqjiir al-Mu'rtfrfi al-Aqfdah wa asy-Syarf'ah wa al-Manhaj Juz 1, (Bairn!Lublliln: 'Dilt al'\<'ikr al-Ma'lish!r. 1991 thaI. 147
98
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"(QS. Al-Baqarah [2] : 256)
Kata 'al-'unvatul-wutsqa'di atas disarnakan dengan agarna. Dalarn artian
yang dimaksud olehnya adalah agarna. Kaitan dalarn isti'arah yang ini adalah
sarna-sarna kuat dan kokohnya
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasyblh, isti'arah di atas termasuk
tashr'ihiyyah. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'arah di atas termasuk
ashliyyah.
// iP J:'" ~ . dJ:II lP
IJ'r--£ ::.r..u\J .J.r--D\ J1 ..:;...WJ;JI 0-- r6~~ \~1 ::.r.JJ\ :;J ~I.... "'...... ....
}!J\ y~f ~) d: IWI J1 .J}1I 0-- ~;.~ :.:.,J,tkJ\ ~jQJf... ....... ... ... ""'" ...
Artinya:
"Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan merekadari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yangkafrr, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daricahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka;mereka kekal di dalamnya" (QS. Al-Baqarah [2] : 257).
Kata 'az-zhulumiit' dimaksudkan untuk kekufuran, sementara 'an-niir'
untuk keimanan. Kaitan dalam isti'arah yang ini adalah karena kekufuran
menggelapkan kehidupan seseorang sehingga tersesatlah ia, sementara keimanan
menerangi kehidupan seseorang sehingga terpimpinlah ia.19 Ditinjau dari
perspektif tharfay at-tasyb'ih, isti'arah di atas termasuk tashr'ihiyyah. Sementara
ditinjau dari musta'iir-nya, isti'arah di atas termasuk taba'iyyah.
lP _ 6/ .... _ ... '" _ ",,,, .lP .... t
all o:u.~ JI Ju ~J/-~ 4.JJb:- ~j aZ} J.£:. ::. c,.>J.J1.5 JI"...... " ... "" ~ ...
~! jf ~ji :- ;J ;ju ;- ;J~ ;ju~ ~ i~ is\.. illl ~~ti 4Jy. ~..... v'; '"
'9wahbah az-Zuhaili, at-Tqfiir al-Munirfi al-Aqidah wa asy-Syari'ah wa al-Manhai Juz 1. (Baiml
99
".. J '"'. / ".. ".. J... "..".. " ".." . '" ..-
II 'I;.Y d~' .. ~; ~ I '.1 ('.' '.1 GJ:, JI 'I;.!\j, \.£:. 'lit.. ' •• I I~ Ju "c.s-', r- .) . r CA-! f'.)~ ,J"""' i ~ (.). i Yo
.... ".. '" '" ~ "' ... l'o...,J ... ...-o""J. ...,1'..-
LA.J ~s:J ~ LA.>.:;~ il.)MlI Jl ')JIJ ~r'8J:0 ~J :jJt:.."...... // ... "'".. //"..
.... '!J J ,., ifJ ifJ 1. .... 1£"" ".. '" ".. '" ....... "..
.(259 ;0AJI) ~..Li ~'.? y ~ all 0\ ~\ Ju ~ ;;;; LJj L..;.J... -;:!- ..
Artinya:
"Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatunegeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata:"Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?"Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudianmenghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal disini?" Ia menjawab: "Saya telah tinggal di situ sehari atau setengah hari".Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahunlamanya; lihatlah kepada makanan dan nrinumanmu yang belum lagiberubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulangbelulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagimanusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kamimenyusurmya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging".Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkanyang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasaatas segala sesuatu" (QS. Al·Baqarah [2] : 259).
Kata 'naksuha' pada asalnya berarti memakaikan pakaian. Dalam ayat ini
difungsikan sebagai isti'iirah untuk daging yang diganakan sebagai pembungkus
tulang, sebagaimana halnya pakaian membungkus jasad.
Ditinjau dari perspektif thaifay at-tasybih, isti'iirah di atas termasuk
makniyyah20 lazim-nya kata naksuha. Sementara ditinjau dari musta'iir·nya,
isti'iirah di atas termasuk taba'iyyah, karena lafazh yang diganakan berasal dari
kata keJja (fi'il) dan pelaku verbanya, yaitu naksu.
::r-l# j ~~til ~::r-~;.J yCvi)~~ if;,. j 0)1;;i ~~i ~}.... ... '" ". t'" J. '" ~",,',; " f • .,
2.lJ...iS" :'::...(;;-u )r .y ~~! ~~u ~~ ;,~ 41) :;.s:JI 4;~::' ..:,,\~\ JS'
100
Artinya:
"Apakah ada salah seorang di antararnu yang ingin mempunyai kebunkurma dan anggur yang mengalir di bawabnya sungai-sungai; diamempunyai dalarn kebun itu segala maearn buah-buahan, kemudiandatanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yangmasih keeil-keci!. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandungapi, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nyakepada karnu supaya karnu memikirkarmya" (QS. AI-Baqarah [2] : 266).
Ayat ini masuk kategori isti'iirah tamtsfliyyah. Dimana ada sebuah
perumparnaan, tapi adat tasybfh dan musyabbah-nya dibuang. Tinggallah
musyabbah bih-nya saja. Orang tua yang tidak mendapatkan faidah sedikit pun
dari hasil usahanya di waIctu genting, yakni di waktu keturunannya
membutuhkannya, merupakan garnbaran dari orang yang berinfaq dengan riya.
Sebagai bahan bandingan, dikemukakan pendapat Ibn Katsir,21
menurutnya: "Boleh jadi tujuan pertanyaan Allah dalarn ayat ini adalah untuk
seseoarang yang sedekah kemudian sedekah tersebut batal, karena ia mengungkit
ungkit sedekah tersebut atau dengan eara menghina orang yang diberi, atau
sedekah dengan riya, seperti perumparnaan" sekan-akan ia telah membangun
kebun dengan penuh harapan, tiba-tiba pada saat yang benar ia membutuhkarmya,
ternyata haraparmya itu musnah oleh perbuatannya sendiri yang telah merobek-
robek pahala sedekabnya dengan mengungkit-ungkit dan riya.
101
B.lsti'lirah dalam Surat Ali 'Imrlin22
Dari penelusuran yang dilakukan, dalam Surat .Ali 'Imriin ditemukan 21
ayat yang didalamnya terdapat isti'arah. Berikut uraiatmya:
) "\' ""';1 tf ~) • ,';"-0 ) • ,'T)' , ""';1" \°1-:' J'/~<\' jJ-\ /).;->'- J yL...DJ i LI"u~ U':! \ <\..;.4 you ~ .J '-f Y"
, ,-- " ,"" 0 .... ..... /."" ~ " aJ /. "' ....
,,\k.:IJ' ;;,;';\1 ,,\k.:1 ~ 4,;"1.::0 L: J.J~ ~'. "";" ~ .1. j ~ ... jJl L:t9 ~.::/•. \~~.;~. .. .• CJ \. •·r L5" u· '1l'... "...... .... .... .... ... ,... .. ". .... .....
0. ~I<- 4.> itT 0\~' .Lh . 0)' I~I( all UI ~ t; ~I:~ L:' ...L t;,j-' J"'. y.r:. r- ~ Y'-"" f j <.j r-" j .j.......... ........ .."..... ... ... .... .... ,..,
(7 :J\~ JT) yQUI)} Ul ~Ji L::' ~~ ~.... .... ........
Artinya:
"Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'iin) kepada kamu. Di antara(isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat ituiah pokok-pokok isi Al-Qur'iindan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalamhatinya eondong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayatayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk meneari-earitakwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah.Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepadaayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dati sisi Tuhan kamL" Dantidak dapat mengambil pelajaran (daTIpadanya) melainkan orang-orangyang berakal" (QS. .Ali 'Imriln [3] : 7).
Ayat-ayat muhkamat disebutkan sebagai ibu kitab, karena posisinya yang
merupakan pangkal dan pokok dati ayat-ayat lainnya Ibarat posisi seorang ibu
dati anak-anaknya
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasyb'ih, isti'iirah di atas termasuk
isti 'arah tashr'ihiyyah, karena yang disebutkatmya musyabbah bih, yaitu prasa
umm al-Kitab. Sementara musyabbah dibuang yaitu, ushul al-K/tab. Sementara
22Surat Ali 'Imriin yang terdiri dari 200 ayat ini adalah surat madaniyyah. Dinamakan Ali 'Imriinkarena memuat kisah keluarga 'imriin yaug di dalam kisah itu disebutkan kelahiran Nabi Isa AS,persamaan kejadiannya deugan Nabi Adam AS, kenabian dan beberapa mukjizatuya, serta disebutpula kelahiran Maryam puteri 'Imran, ibu dari Nabi Isa AS. Surat a1-Baqarah dan Ali 'imriin inidinamakan Az-Zahrawiini (dua yang cemerlang), karena kedua surat ini menyingkapkan hal-halyang menurut apa yang disampalkan Al-Qur'lin disembunyilmn oleh para Ahli Kitab, sepertikejadian dan kelahiran Nabi Isa AS. kedatangan Nabi Muhammad SAW dan sebagainya. Surat inidinamai pula alMAman (keamanan). al-Kanz d:ln Thihnh. tpJ:mi lphih nnnnl""r ...t~n"''''''' A1: 'T.......:;: ....
102
ditinjau dari musta 'ar-nya, isti'iirah di atas termasuk ashliyyah, karena lafazh
yang digunakan adalah berasal dari isim jamid, yaitu kata umm al-Kitab. 23 Ali
ash-ShabUni dengan mengutif pendapat asy-Syarif ar-Radhi, ia menjelaskan prasa
umm al-Kitab sebagai isti "arah pula.24
Artinya:
"Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al-Qur'an) kepada kamu. Di antara(isi) nya ada ayat-ayat yang muhlmmat itulah pokok-pokok isi Al-Qur'andan yang lain (ayat-ayat) mutasyiibihaat. Adapun orang-orang yang dalamhatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayatayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-caritakwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah.Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepadaayat-ayat yang mutasyabihat, semnanya itu dari sisi Tuhan karoL" Dantidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orangyang berakar' (QS. Ali 'Imrlln [3] : 7).
Kata 'ar-riisilchfina' pada asalnya berarti orang-orang yang teguh di atas
bumi saking beratnya. Maksudnya orang-orang yang mendalam ilmunya, kokoh
tertanam di dalam hati dan tidak goyah.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
isti 'arah 25tashrfhiyyah, lmrena yang disebutkannya musyabbah bih, yaitu kata
'ar-rasilchiina. Sementara ditinjau dari musta 'ar-nya, isti'iirah tersebut termasuk
isti'iirah taba'iyyah, lmrean lafazh yang digunalmn berasal dari lmta benda (ism
musytaqq), yaitu kata 'ar-rasikhiina'.
23Wahbah az-ZuhailL at-Taftu al-Mun,rji a/-Aq,dah wa asy-Syarl'ah wa al-Manhaj Juz 3, (BairntLubnan: Dar al-Fikr al-Ma'ashir, 1991), hal. 149."Muhammad 'Ali ash-Shabiini. Shafwah al-Tafiisir Juz I. fReimt-Tjhonnn' n.r ol_](ntnh "L
103
.... ..... . .;pJ _ ...,.... ,/fJ..... .. ..... .... J. "............
1'.'1::' I::"; w.s- L;' <:,,< 1'.\ ,<:'" (',,:;" LfLJ 16;~W ." J '. c' 16J~j;;;~ -.r .r.J ~.) ., .)~ y.A-!~.J .
.... ~ 11- ....
............. ... d ......... -;:: Q ...,,,.::r-- ;. ::'.JL; lift, c0J Ji ~~ 4 Ju uj.J lft,~ ~J Y\;...JI 4,?,j" '" ............ ..-
J ;PIP (Ii
(37 :01r-" JT) yL:-- ~ ~w.; ;; Jj:;' 'JJI 01.J.J1 .,G,:It- ............. .... .... .... ....
Artinya:
"Maka Tuhannya menerimauya (sebagai nazar) dengau penerimaau yaugbail<, dau mendidiknya dengau pendidikau yaug bail< dau Allahmenjadikau Zakaria pemeliharauya. Setiap Zakaria masuk untukmenemui Maryarn di 1Uihrab, ia dapati makauau di sisinya. Zakariaberkata: "Hai Maryam dari maua kamu memperoleh (makauau) ini?"Maryam menjawab: "Makauau itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allahmemberi rezeki kepada siapa yaug dikehendaki-Nya tanpa hisab" (QS.Ali'Imriin [3] : 37).
Kata 'anbatahii' pada asalnya berarti menumbuhkau tumbuhau. Dalam hal
ini Maryam disamakau dengau tumbuhau dari segi pertumbuhannya yaug
bertahap sedikit derni sedikit.
Ditinjau dari perspektif tharfay at·tasybfh, isti'1irah di atas termasuk
makniyyah, lazim-nya kata 'anbata'. Sementara ditinjau dari musta 'ar-nya,
isti'1irah di atas termasuk taba'iyyah.
~' (~ ~ (~(I J'Ii .illl J<I I4Jf '.' J'Ii ":~ll J J ~ , ~, f I~ ijr:..f""J WY-.J .Y"" • <$.J ,y f'-"" ~~ r.r>.... ............ .... .... -
... A ;p....,fP ...
(52 :01r-" JT)0~ U~ j+;,IJ .J.J~ ~T .J.JI ~l4Ji... .... ".......
Artinya:
"Maka tatkala Isa mengetahui keingkarau mereka (Bani Israel) berkatalahdia: "Siapakah yaug akau menjadi penolong-penolongku untuk(meiiegakkan agama) Allah?" Para hawiifiyyin (sahabiit-sahabat setia)menjawab: "Karni lah penolong-penolong (agama) Allah. Karni berimaukepada Allah; dau saksikaulah bahwa sesungguhnya kami adalah oraugoraug yaug berserah diri" (Qs. Ali 'Imriin [3] : 52).
Kata 'ahassa' pada asalnya berarti merasakau. Tapi tentunya ini adalah
isti'iirah, karena kekufurau tidak dapat dirasakau, melainkau diketahui dengau
104
menunjukkan bahwa kekufuran dari Bani lsrail itu sudah sangat jelas sekali
diketahui oleh Nabi 'lsa.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta '[zr-nya, isti'iirah di atas termasuk
taba'iyyah.
... ... ..... ..... I ,;;:......... !;Ji .... /$I rP
~ r---dJ z.;Lb:. tJ 2.WJI lJ.)i ~ ~~IJ ..ul~ 0 J~~'~'; ::r-JJ1 01..... ..........,...... ... .... "' ....
.... .... ojJ '" " "'J .... ll:l 'JJ....... "
::""I..L..&. ~ : r ~ "co' tJ' ~Lill '" ~ "'II );; tJ' all '~~ Ie tJ' ;;' 'UI. rrJ rr.'"' ji. J - i Yo rr.'"' - J ~'" J ..r-.... ........ ... '" ......
(77 :01rS" JT) ~f
Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dansumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidakmendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-katadengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamatdan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih"(QS. Ali 'Imriin [3] : 77).
Kata 'yasytarilna' yang berarti membeli InmraImya berlaku daIam aktivitas
jual belL DaIam ayat ini kata tersebut merupakan isti'iirah dari 'menukarkan' janji
dan sumpah dari Allah dengan harga yang sedikit. Karena perbuatan tersebut
dianggap biasa oleh mereka maka seolah-olah mereka melakukan aktivitas jual
belL 26
Apabila ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas
termasuk tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta '[zr-nya, isti'iirah di atas
termasuk taba'iyyah.
11 ... J" J... IP..... J 0 .1-""'....,; IP
,,1:LS.i r~,.. ;'1~ illl .:';'i lJ.?;,\j l';~ llj~ ill\~ I.,,: ,,,~clj... "'''' - ...
.., ".... '" J J J-J 1Jl-- ...ul ~ ;;,., L..W. 1-:-. r~C 111"'1~ ,~ ~ U' ~.I; ~"0JU) 0----.;--">' ~ -,,y-, .I~ r-''ir <J.:!... ... ? """... "'''' ...
(103 :JlrY JT) 0J~I~ ~ <li~1 ~ ~\;;;;. ~JS- L:P ~..G.1li",.... ,; ....
105
Artinya:
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, danjanganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamuketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allahmempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orangorang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, laluAllah menye1amatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allahmenerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk"(QS. Ali 'lmriin [3]: 103)
Kata 'habl' merupakan isti'iirah dari al-Qur'an. Kaitan di antara keduanya,
karena sarna-sarna mengikat kehidupan sehingga bisa beJjalan sebagairnana
mestinya, teratur, dan sesuai dengan yang dikehendaki semula.27
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasyblh, isti'iirah di atas termasuk
tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'iirah di atas termasuk
ashliyyah.
I" ~ J; 0 J;.... i1J '" .. 0 J ..... ,..,... (fJ
,,\~\ r;:.,- ~1 F -.]jl .: ~i \J~~\) I';~ lJ)~ -.]jl~ \~\)'" ... "" '" "., ... ",. ...
.., 0 '" ... J; ... ".. J.,J ~ .....
L:JI ~ ;;,.' \,;\ I~. r~"-' Lf('·\~ '::' " ti '<:.. 1. ~'" .tlj~)_-=U=-__4 ,,;;...)_.,...__ l5"" ) Y ~" ,~~ r:.r.J.:! <..JlJ
(103 :01.r-"" JT) 0)~~~0 r-5::J ;lll ::;:;; ~ls-- ~ rS-Jiti
Artinya:
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, danjanganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadarnuketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuban, maka Allahmempersatukan hatimu, lalu menjadilah karnu karena nikmat Allah orangorang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, laluAllah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allahmenerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk"(QS. Ali 'lmriin [3]: 103).
Kalimat 'syafa hufratin minan-nar' merupakan isti'iirah tamtsiliyyah.
Tepatnya menggarnbarkan kondisi orang-orang mu'min sewaktu Jahiliyyah yang
harnpir dekat dengan kebinasaan. Seolah-olah berada di tepi jurang neraka.28
106
J.-: ¢.. ~ J J .'- JrPIJ ...
'. < I ," "'\' \'::-'''\' 1'::-. lJI 1 .•• ,' "'I 4.l:l1 : "~I~' 'J.'. OO! -'~ l.! -' u"t.:J if v-:---' <UJ if u-r-' ,Y'-"J.....:r- ..u rr.:- ~.rP;:; " '" ,. ;:; '" "';:; ,," " "
J o;JI ..)0 "... ,,-,:: "J ,.. 0.. (II
0) I~;;;).illl ,-:..Jl~T, 0-,'A 1)15';. 8ft, ~l.b ~I~ ~;,,) .illl 2r" " .. ... '" ......." '"
Artinya:
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jikamereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) denganmanusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan merekadiliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat·ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yangdemikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas" (QS. Ali'Imrlin [3) : 112).
Kehinaan diserupakan dengan sebuah tenda yang dibangun (ditindihkan)
di atas tanah. Maksudnya, kehinaan itu ditindihkan dan dibangun pada diri mereka
sehingga abadi dan kuat dalam waktu yang lama.
Ditinjau dari perspektif tharfay at·tasyblh, isti'lirah di atas termasuk
makniyyah. lazim-nya kata dhuribat. Sementara ditinjau dari musta'ar-nya;
isti'lirah di atas termasuk isti'lirah taba'iyyah. 29
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi ternankepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) merekatidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Merekamenyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulutmereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi.Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamumemahaminya" (QS. Ali 'Imrlin [3] : 118).
18Wahbah az-Zuhaili, at-Tafslr al-Munfrji al·Aqfdah wa asy-Syarf'ah wa al-Manhai Juz 1. (Bairnt
108
Mengeluarkan orang Islam dari agamanya, sama dengan mengembalikan
mereka pada dua tumitnya (yaruddiikum 'ala a'qabikum). Karena sama-sama
kembali ke belakang, kembali kepada masa sebelumnya.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasyblh, isti'iirah di atas termasuk
tashrihiyyah. Sementara ditinjau dari musta'ar-nya, isti'iirah di atas termasuk
isti'iirah taba'iyyah.
. I" '. \~I' '('.\1 I l~' I ",~ '. .utS'1 t h J I ~'1 '. .ul I'.~ IS~ j-!.r-4' • r-t' ...f'""I' Y J Jy"-'..:r- .J'yv .r"..:r- '"ir.!.
"" .... ....... ...... ". ....
~; ;. ;::u~ ;]1~ l):i c:.j I}c:. c:. U~ 1}1S- jJ c.s~ 1}tS' jf JoJUI... ....... .... ...
... , IS) c:J ,H
(156 :01r" Jl) ~,"! 0P ~ :JJlj~~:JJI)~}i J... ... "'..... ...........
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir(orang-orang munafik) im, yang mengatakan kepada saudara-saudaramereka apabila mereka mengadakan peIjalanan <Ii muka bumi atau merekaberperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama. kita tentnlah mereka tidakmati dan tidak dibunuh." Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka)yang demikian im, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat <Iidalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allahmelihat apa yang kamu keIjakan" (QS. AIi 'lmran [3] : 156).
Orang yang beIjihad <Ii jalan Allah (musafu) digambarkan sebagai orang
yang berenang di lautan.31 Gambaran iui menunjukkan sangat teguh dan
istiqamalmya ia dalam mengamalkan perintah Allah Swt.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasyblh, isti'iirah <Ii atas termasuk
tashrihiyyah. Sementara ditinjau dari musta 'ar-nya, isti'iirah <Ii atas termasuk
isti'iirah taba'iyyah.
1) 0..., 2 ~ ..... _ .... I1J .... ..., ........
Jl)~I~J r:g;,. ~'jc:.j illl ;)..~ .,4' ;;.s- ill' 01j.:P.J 21 ;";i........ ........ > ....... ....
(162 : 01.r-"
109
Artinya:
"Apakah orang yang rnengikuti keridaan Allah sarna dengan orang yangkernbali rnernbawa kernurkaan (yang besar) dari Allah dan ternpatnyaadalah Jahanarn? Dan itulah seburuk-buruk ternpat kernbaIi" (QS. Ali'Imran [3]: 162).
Orang yang tidak rnengikuti keridlaan Allah Swt diibaratkan sebagai orang
yang puIang rnernbawa kernurkaan dari Allah. Karena ia tidak ikut, dan ia
dirnurkai.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'ikah di atas termasuk
isti'iirah tashrfhiyyah. Sernentara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'arab di atas
termasuk taba'iyyah.
ilV lf1 ~ lSi • .... 0'- I) '" lP ....
lli illl ~ J I.'~", all I oJ. '0J. 'J ~I :ell '. J ~ ~ jj\ 2.11'.' ' ll'-J!. - J~~.~ <,/ UY.J - j!. j>'« J.... ... "...... ...
.... '" I) III ........
(176 :01~ JT)~ Y!..iP ~J ~:f>-Dl ~ U;;.. ~~... ........ - .-
Artinya:
"Janganlah karnu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir;sesungguImya rnereka tidak sekali-kali dapat rnernberi rnudarat kepadaAIIah sedikit pun. Allali berkehendak tidale akim memben seStiiittibahagian (dari pahala) kepada rnereka di hari akhirat, dan bagi merekaazab yang besar. (QS. Ali 'Imriin [3] : 176).
Kekufuran diibaratkan sebuah 'perlombaan' yang diikuti oleh orang-orang
kafir. Mereka berlornba-Iornba rneraih hadialmya dan tentunya itu dilakukan
dengan sepenuh hati dan rnencurahkan segenap kernarnpuan.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'arab di atas termasuk
isti'iirah makniyyah,32 lazim-nya kata yusiiri'una. Sernentara ditinjau dari
musta'iir-nya, isti'arab di atas termasuk taba'iyyah. karena lafazh yang digunakan
berasal dari kata kerja (fi'i1), yaitu yusariiina.
"".... ",,,, lSi" .... 0 (I J. (I III I1J,
(177 :01~ Jl) ~i yl~ ~J ¥ 4.lJ1 IJ)"; :J 0~~y pi IJpl ::r-..iJ1 01.... .... ........ --"
110
Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekalikali mereka tidak akan dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun;dan bagi mereka azab yang pedih" (QS. Ali 'Imran [3] : 177).
Kata 'isytarau' yang berarti membe1i lumrahnya berlaku dalam aktivitas
jual beli. Dalam ayat ini kata tersebut merupakan isti'iirah dari 'menukarkan'
keimanan dengan kekufuran. Karena perbuatan tersebut dianggap biasa oleh
mereka maka seolah-01ah mereka melakukan aktivitas jual beli. Maksudnya
mereka melepaskan keimanan dan menukarkannya dengan kekufuran.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta 'ar-nya, isti'iirah di atas termasuk
taba'iyyah.
"'q\ -: :" ;J, '. ' ~, .jp' ~f ~ i~. '...; i, <:1J :JJ, 0~ ~'--~)'I'J.J" <Y •. ~ '..?"' • t'"' <.5""'" ~.r-' .J •
~ ~ _ ...J. QJ .-:"- 0.....,. 0 11J......
..~.! :r-:. .u:..~ ::,..~ 4.l.l\ 0SJJ '-:- ~iJl 1ft~ WI 0l5"" ~J",..... "''; ""... '" ",.
"" J "'.... J...., 0 I1J '"
(179 :0\~ JT)~ :?:-i~ '~J Ij..y 01J .u:..~J JJI.; 'j...i;... ... ....... "'.....
Artinya:
"Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang berimandalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisibkan yang buruk(munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akanmemperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, akan tetapi Allah memilihsiapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena ituberimanlah kepada Allah dan rasul-rasu1-Nya; dan jika kamu beriman danbertakwa, maka bagimu pahala yang besar" (QS. Ali 'hman [3]: 179).
Orang muniifiq disamakan dengan khabfts, sesuatu yang je1ek Sementara
orang mu'min yang ikhlas disamakan dengan thayyib, sesuatu yang baik33
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
isti'iirah tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta'ar-nya, isti'iirah di atas
termasuk isti'iirah taba'iyyah.
III
Artinya:
"(Yaitu) orang-orang (Yahudi) yang mengatakan: "Sesungguhnya Allahte1ah memerintahkan kepada kami, supaya kami jangan beriman kepadaseseorang rasu1, sebe1um dia mendatangkan kepada kami kurban yangdimakan api." Katakanlah: "Sesungguhnya te1ah datang kepada kamubeberapa orang rasul sebe1umku, membawa keterangan-keterangan yangnyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, maka mengapa kamumembunuh mereka jika kamu orang-orang yang benar" (QS. Ali 'lmriin[3]: 183).
Kata ta 'kuluhu yang pada asalnya berarti makan hanya berlaku pada
makanan, dan yang memakannya makhluk hidup. Dalam ayat ini diberlakukan
pada api yang menyambar hewan kurban, dan terdapat kaitan persamaan. Yakni
sama-sama mengbabiskan. Ayat ini berkaitan dengan permintaan Bani IsriiIl
sebagai syarat mempereayai kepada seorang yang mengaku Rasul. Permintaan
mereka, seyogianya bahwa Rasul itu harns mendatangkan api dari 1angit
kemudian memakannya. Mukjizat ini, menurut mereka biasa teJjadi dan sebagai
eiri kerasulan dari kalangan mereka. 34
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybih, isti'iirah di atas termasuk
makniyyah, lazim-nya kata ta 'kuluhu. Sementara ditinjan dari musta'iir-nya,
isti'iirah di atas termasuk taba'iyyah.
..... ,... 0 , I .... '" "'" 0 J. ...... 0 IJ,
)LJI if C;') ;;..; a.:Y-\1 rfl ;,s-:;';'I lJ'.;} L:.Jjj c::.>j:.J1 wI'> u-4f JS"'" .-",. ... '" "' ... -,;
o III J. J. (I "',.... ....... 0.... t(185 :lJl~ Jl) )J}JI t S llj QJ.lI o~1 L.j ju :w QI y;lj
" ,
Artinya:
"Tiap-tiap yang beJjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya padahari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan
112
dari neraka dan dimasukkan ke dalarn surga, maka sungguh ia telahberuntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hallyalah kesellangan yangmemperdayakan" (QS. Ali 'Imran [3] : 185).
Dza'iqah atau merasa pada asalnya berlaku untuk lidah yang mellgecap
suatu makanan. Dalarn ayat ini dimaksudkan kepada setiap jiwa yang merasakan
kematian, karena sarna-sarna mengalaminya dengan sebentar dan sesaat saja.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-Iasyblh, isti'iirah. di atas termasuk
rnakniyyah, lazirn-nya kata dza'iqah. Sementara ditinjau dari rnusla'iir-nya,
isti'iirah di atas termasuk isti'iirah laba'iyyah.
.... 0.... -;I.... .... ,.
(187 :Jlr Jl) JJ~;';.; L.~ U).i ~ 4< IJplJ ~J#.............. ..- ...
Artinya:
"Dan (ingatlah), ketika Allah mengarnbil janji dari orang-orang yang telahdiberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepadamanusia, dan jangan lmrnu rnenyernbunyilmnnya. " Lalu rnerelmmelemparlmn janji itu ke belakang punggung mereka dan merekamenukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yangmereka terima" (QS. Ali 'Imran [3]: 187).
Kata nabadzuhu yang arti asalnya melempar, maksudnya sarna sekali tidak
memperdulikarmya Kaitan di antara keduanya, sarna-sarna mengacuhkannya
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybih, isti'iirah di atas termasuk
tashrihiyyah. Sementara ditinjau dari rnusta'iir-nya, isti'iirah di atas termasuk
isti'iirah taba'iyyah.
... 0.... ~ '" .... ,
(187 :Jlr Jl) J J~:.o~.; L.~ L4U ~ 4< IJplJ ~J#....".. // ........
Artinya:
"Dan (ingatlah), ketika Allah mengarnbil janji dari orang-orang yang telahdiberi kitab (yaitu): "Hendaldah kamu menerangkan isi kitab itu kepadafiiiifitisia, diifi jangan mmu menvemlJunVimnnva. " Lalil rnere/tn
113
menukamya dengan harga yang sedikit. Amatlah bumk tukaran yangmereka terima" (QS. Ali 'Imran [3] : 187).
Kata 'isytarau' yang berarti membeli lumrahnya berlaku dalarn aktivitas
jual beli. Dalarn ayat ini kata tersebut mempakan isti'aTah dari 'menukarkan' kitab
dengan harga yang sedikit, atau imbalan uang. Karena perbuatan tersebut
dianggap biasa oleh mereka maka seolah-olah mereka melakukan aktivitas jual
beli. Mereka melepaskan al-Qur"an dan menukarkannya dengan imbalan uang
yang mereka terima.35
Ditinjau dari perspektif (harjay at-(asybfh, isti'iirah di atlls termasuk
isti'iil"ah tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'arah di atas
termasuk ist'arah taba'iyyah.
Artinya:
"Janganlah sekali-kali karnu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafubergerak di dalam negeri" (QS. Ali 'Irnran [3]: 196).
Kata taqallubu arti asalnya bolak-balik. Dimaksudkan kebebasan, karena
memang sarna-sarna tidak teratur dan tidak menentu.
Jika ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, maka isti'arah di atas
termasuk tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'iil"ah di atas
termasuk isti'iil"ah taba'iyyah.
C. Isti'lirah dalam Surat an_Nisli36
Isti'iil"ah dalarn Surat an-Nisa, berdasarkan penelusuran yang dilakukan
ditemukan 13 isti'arah. Berikut adalah penjelasannya atau uraiannya:
"Wahbah az-Zuhail~ at-Taftrr al-Munrrfi al-Aqrdah wa asy-Syarl'ah wa al-Manhaj Juz 4, (BairnlLubnan: Dar al-Fikr al-Ma'ilshir, 1991), hal. 189.'·Sural an-Nisa lerdiri atas 176 ayal dan lergolong sural Madaniyyah. Sural ini adalah sural ke-2
114
Isti'iirah dalarn Surat an-Nisa, berdasarkan penelusuran yang dilakukan
ditemukan 13 isti'iirah. Berikut adalah penjelasannya atau uraiarnlYa:
Artinya:
"Bagaimana kamu akan mengarnbilnya kembali, padahal sebagian karnutelah bergaul (bercarnpur) dengan yang lain sebagai suarni-istri. Danmereka (istri-istrimu) telah mengarnbil dari karnu peIjanjian yang kuat"(QS. An-Nisii [4] : 21).
Kata rnftsaq yang berarti peIjanjian di sana maksudnya adalah aqad nikah.
Karena memang ia merupakan sebuah janji yang kuat. Ditinjau dari perspektif
tharfayat-tasyblh, isti'iirah di atas termasuk isti'lirah tashrfhiyyah. 37 Sementara
ditinjau dari musta'lir-nya, isti'iirah di atas termasuk isti'lirah taba'iyyah, karena
lafazh yang digunakan berasal dari ism musytaq, yaitu kata mftsliqli.
Artinya:
"dan (diharamkan juga karnu mengawini) wanita yang bersuami, kecualibudak-budak yang kamu miliki (Allah teiah menetapkan hukurn itu)sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihala1kan bagi karnu selain yangdemikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hliliarnu untuk dikawini bukanuntuk berzina. Maka istri-istri yang telah karnu nikmati (carnpuri) di antaramereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagaisuatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi karnu terhadap sesuatu yangkarnu te1ah saling merelakannya, sesudah rnenentukan mahar itu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS. AnNisii [4] : 24).
Ujiirahunna atau upah-upah mereka yang dimaksud adalah mas kawin.
Disamakan dengan upah karena sarna-sarna sebuah kewajiban yang harus
115
ditunaikan kepada yang berhaknyaJika ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh,
maka isti'arab di atas termasuk isti'iirah tashrfhiyyah38 Sementara ditinjau dari
musta 'iir-nya, isti'arab di atas termasuk isti'arab ashliyyah.
Artinya:
"Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telab diberi babagian dariAI Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (denganpetunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) darijalan (yang benar). (QS. An-Nisa [4] : 44).
Kata 'yasytarilna' yang berarti membeli lumrabl1ya berlaku dalarn aktivitas
jual beli. Dalarn ayat ini kata tersebut merupakan isti'1irab dari 'mel1ukarkan'
sebagian dari isi kitab dengan kesesatan. Mereka meninggalkan sebagian isi kitab
dan menukarkannya dengan kesesatan, dalarn artian meninggalkannya sarna
sekali. Karena perbuatan tersebut dianggap biasa oleh mereka maka seolab-olab
mereka melakukan aktivitas jual beli.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'1irab di atas termasuk
isti'arab tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'1irab tersebut
termasuk isti'1irab taba'iyyah.
... JJ ..... o,;.J.... rP
~IJ 1:~,ac.J Gt...:'... 0)Y;j ~\:;. d- ~I 0"';~ \J~~ ;);lJl::'",... ......",.... ", ..
J ... ~"'''' ... 0t #' ...~ '... \ \. "' J"'I'X . '''1 . ':" t' : .~: ... \' ,"I ':_1" " J d.
\:0;" y~ I'*' Y J:;r-..u ~ WI»J ~:~ ~ .)J~ ..r.f"..." I) ,. rP ...... 0... ... ... ...... , ,; '"
ill ~~ all ~ 8:;\ ~j rj;ij r-6J I:;:' 0~ liplj ~Ij Gbij...... ... ...
:; .... ;;I",'oJ
(46 :"WI) U).i 1J10yy-, , ,
Artinya:
116
\I ..•....
"Yaitu orang-orang YaI1ii(fi~-mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak maumenurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamusebenamya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan):"Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama.Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan patuh, dandengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi merekadan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiranmereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis" (QS. AnNisa [4] : 46).
Kata layyan pada asalnya bermakna melepaskan kembali tali ikatan. Yang
dimaksud membolak-balikkan perkataan, karena memang mereka mencabut
kembali apa-apa yang sudah mereka tetapkan lewat perkataan mereka
sebelumnya. Persis sarna dengan mengudar kembali tali ikatan.39
Ditinjau dari perspektif tharfc'Y at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta'lir-nya, isti'iirah tersebut termasuk
isti'iirah ashliyyah.
o t.; , ~"" 0", ~ 0 1 . IP k
!JI H 0--~ t:J Li~ lllj ~ I;..r ytKlIl}JI ~..u\ 4J ~"" ...".. ",,,,... ...
• ~ II' I~-··f ''''I.';''' rs';i; • £, ,-:. ·-of I::', t-:'~"~ ,,: ", . Lr..:. '- y.........., L:Ji.J ~ • J uo)4':> ($""" uo.:>r uoy J~, ,
(47 :"W') U;::: JJ, )f 0tS-J,
Artinya:
"Rai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apayang telah Kami turunkan (Al Qurran) yang membenarkan Kitab yang adapada kamu sebelum Kami merubah muka (mu), lalu Kami putarkan kebelakang atau Kami kutuk mereka sebagaimana Kami telah mengutukorang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari "(QS. An-Nisa [4] : 47).
Wajah dalam ayat ini disamakan dengan tulisan yang ada pada sebuah
lembaran kertas. Allah akan menghapuskanyya sehingga tidak terlihat bekas
117
adanya bagian-bagian wajah, seperti halnya menghapus tulisan atau sebuah
gambar wajah.
Ditinjau dari perspektif thmfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
makniyyah, lazim-nya kata nathmisa. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya,
isti'arab di atas termasuk taba'iyyah.
0"" J (I)}. "',... :p ;p
·'I~t·'·" "I:: • , .<,', ..... \',<. I· !, .• , '~-I-' \ J~<:,' JJ\'\r-"'L.:.JJ.; r-"'.:l.r-""~ l.4.L:l jU r 6. ',<:I' r.Jr WI.:! l! J.r-- 0! u<,... .... ,... .... ,... .... '"
A A " .... :Plll .... I>JJ. .... J
(56 :",WI)~ \y.~ 0ts" :JJI 01 ~..I..W\ I}JJ.;llft~ I~.,k" ,
Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akanKami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali ku!it mereka hangus,Kami ganti ku!it mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakanazab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (QS. AnNisa [4] : 56)
Kata yadziiqu pada asalnya bermakna merasakan sesuatu oleh !idah.
Dalam hal ini yang dimaksud merasakan sendiri siksa yang meratai sekujur
tubuh.40
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah <Ii atas termasuk
tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'iirah <Ii atas termasuk
isti'arab taha'iyyah.
Artinya:
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hinggamereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang merekaperselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati merekaterhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengansepenulmya" (QS. An-Nisa [4] : 65).
118
Perselisihan yang teIjadi diibaratkan seperti ranting-ranting pohon yang
saling bersilangan satu sarna lainnya
Ditinjau dari perspektif thaifay at-tasyblh, isti'iirah di atas tennasuk
tashrfhiyyah.41 Sementara ditinjau dari musta 'ar-nya, isti'iirah di atas tennasuk
isti'iirah ashliyyah.
"" ".'- ..... ".... iP 0:1 " .... 0 ....
. I 7\.i '. " 0' .TIL. W:1!1 ot.::;J1 0 ".' ~ ..ul 4.1JI I', ' 17LD;~u- - <J"J ..r- . - - J~ 0:! ~ ~ u -- "'..... ... / .... ,... .... ........ - .... ....
... ,... "-00 __ 0:1
(74 :"WI) ':_b- 1:';"\ 4J ~j::..J:. 1;7:'\ J(~ 4.1J1 j;....... ... ... ... .... .... ....
Artinya:
"Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan duniadengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barang siapa yangberperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan makakelak akan Katni berikan kepadanya pahala yang besar" (QS. An-Nisa [4]: 74).
Kata 'yasyruna' yang arti asalnya membeli dalarn ayat ini maksudnya
melepaskan kesenangan duniawi dan menggantikannya dengan kesenangan
akhirat. Digunakan kata 'yasyruna' karena memang mereka tidak berat
melakukannya, dan itu dilakukan dengan pertimbangan yang matang seperti
ha1nya sebuah transaksi.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh, isti'iirah di atas termasuk
tashrfhiyyah. Sementara ditinjau dari musta 'ar-nya, isti'arah di atas tennasuk
taba'iyyah.
~li '. '( II ~'U' I ~~: JJI I', .' ~'N. I~I I ~'T '. .ul I'.~ \S~ u--' Y.r' J ~ ~ ~ ('""'I.rP ..Y-" 0:! ~-
.... ," t ,,-
~~ ~~ JJI :IW IJ~I 0~1 ~~ ;)}~~:? c..:J rlr~"l\ ~l... ... .... /... ",. ...
.- , ....... iP (fl ,.., '" ,... lP...: "",. ... , ". ....
I~ 0P ~ 01.5' all 01 IJ::~' ~ illl ;;; J:i :-r r~., ~.l5'"". ....... ",. .....
119
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalanAllah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yangmengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (Ialukamu membunubnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan didunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaankamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, makatelitilah. Sesunggubnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan"(QS. An-Nisii [4] : 94).
Orang yang beIjihad di jalan Allah digambarkan sebagai orang yang
memuk:ulkan sesuatu ke dalam tanah. Saking teguh dan istiqamalmya ia dalam
mengamalkan perintah Allah Swt.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasyblh, isti'iirah di atas termasuk
tashrfhiyyah.42 Sementara ditinjau dari musta 'ar-nya, isti'iirah di atas termasuk
taba'iyyah.
II !'" ......-! .... --t, :g~! G"l ',,,; 01~ cG,. ill "'1/1 jlljj;J' ';il~!;;" ~L>:. 6r:;'1 01::'
... .......... .......
L..t QtS- ali ~~ 1.,&:' IP 01:' ~I :;;til c:.J~f:, ~ ~I:' ~... ... ...",
, ,(128 :~Wl) I~ 0P,
Artinya:
"Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh darisuaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaianyang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir, Dan jika kamu bergauldengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikaptak acuh), maka sesunggubnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yangkamu kerjakan" (QS. An-Nisli [4] : 128).
Pada hakikatnya sifat kikir itu tidak jauh dari dalam jiwa Tapi kemudian
digunakan lafazh uhdlira untuk menggambarkan bahwa memang sifat itu dibuat
menetap padajiwa seseorang.
120
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybih, isti' iirah di atas termasuk
tashrihiyyah. Sementara ditinjau dari musta 'ar-nya, isti'iirah di atas termasuk
taba'iyyah.
" .....-: .... "'".. If) .... 0 If)
lyU ollu. ~a:2JII ~1 Iyli I.{, ~;'b:- y.J illl 0):.;,G:.; ~I ~~ II 01".... "'........ ....
,;:; ... (f) I1J ,., ,.J. 0"" ........ J. J. ... J.
(142 :~WI) l1# Ul illl 0J'.?J,! UJ~81 0J~I~ JL:.S, ,
Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akanmembalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat merekaberdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapanmanusia. Dan tidaldah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekalf' (QS.An-Nisa [4] : 142).
Kala khadi'uhum di atas yang pada asalnya berarti menipu adalah isti'iirah
dari sikap Allah yang akan membalas perilaku orang-orang munafiq. Karena
Allah Swt tentunya bebas dari sifat tercela seperti menipu.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybih, isti'iirah di atas termasuk
isti'iirah tashrihiyyah.43 Sementara ditinjau dari musta'ar-nya, isti'iirah di atas
termasuk taba'iyyah
Artinya:
"Maka (Karni lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkanmereka melanggar peIjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadapketerangan-keteriifigan Allah diifi mereka memoUiiuh naoi-naoi tatipa(alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup." Bahkan,sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya,karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka"(QS. An-Nisa [4] : 155).
121
Saking tidak maunya hati mereka menerima hidayah dari Allah Swt,
digambarkan oleh mereka sendiri bahwa hati mereka telah tertutup. Ibarat sebuah
wadah yang tidak mungkin lagi menerima apa-apa kalau sudah terhltup.
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasyblh, isti'iirah di atas termasuk
isti'iirah makniyyah,44 lazim-nya kata ghuljun. Sementara ditinjau dari musta'iir
nya, isti'iirah di atas termasuk ashliyyah.
"'I.. """"/ "" ,.. (I 00 .... '" .'"
J)I ~j ~1 J)I ~ 0;':;; 0;'j.:Jlj r+- r-W' ~ 0~1) dJ"., ",.... "'"., .... ... ...... .. .... ... ".,
o 0 ll:l.... ;I"., .... .-:.... "'" ..-'" 0 ....
/"UI rJ;llj .uJ~ 0;'j.:Jlj el5'jJI 0yj::JIJ ii~1 ::r_.)~l\j ~ &-....... .... ....... "" ... "" ........
(162 :"WI) L.;12c. I;"f ~y/" ~}.... ".. .... ,..
Artinya:
"Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orangorang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkankepadamu (AI Qur'an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu danorang-orang yang mendirikan salat, menunaikan zakat, dan yang berinlankepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kamiberikan kepada mereka pahala yang besar" (QS. An-Nisa [4] : 162).
Kata 'ar-riisikhiin' pada asalnya berarti orang-orang yang teguh di atas
bumi saking beratnya. Maksudnya orang-orang yang mendalam ilmunya, kokoh
tertanam di dalam hati dan tidak goyah.
Kalau ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybih, isti'iirah di atas termasuk
tashrihiyyah. Sementara ditinjau dari musta'iir-nya, isti'iirah di atas termasuk
isti'arah taba'iyyah.
122
D. Isti'arah dalam Surat al-Ma'idah45
Dalam analisis isti'iirah (metafora) ini akan disebutkan ayat-ayat yang
didalamnya mengandung isti'arah disertai dengan penyebutan musta'iir, musta'iir
minhu dan penjelasan yang berkaitan dengan isti'iirah dalam ayat yang terdapat
pada surat al-Mii'idah, seperti dalam ayat berikut iui:
Ei ~l1.,:,ij ~U~ 111' \~>: n "I • " ~;,j ~ ~;." (,It.,;' .~'iT ~ "I' ~'~ r-}J yP-}J I'"!J~ u~ r'f'" -. ~? J
...i/!~:'; uf ~I).I ~I ,y. r-bJi,:;. uf,(':;j 01;: ~, ~;,. "lj
, ,~ ~
:&101:&Ii)flj \:)J.hilj~j1 j£. i;j[.;5 "lj ~Ja!llj;J1 j£. i;j[.;5j
Artinya;
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'arAllah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan hararn, jangan(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullahsedang mereka mencari karunia dan keridaan dari Tuhannya dan apabilakamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka boleWah berburu. Danjanganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kauru karena merekamenghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmuberbuataniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam(mengeIjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalamberbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya" (QS. AI-Mii'idah 5: 2).
"Sural an-Nisa dikeual pula deugan nama sural'Uqiid (akad-akad peJjanjian), karena ayal pertamasural ini memerintahkan orang berimau agar menepati kelentuan bermacam akad yang !elabdilakukan. Sura! ini juga dinamai sura! al-Akhyiir (orang-orang baik), karena yang memenubililiililiiiifuiya yang berkaililii deiigllfi peijanjian adallili orllfig Mil<. Surat ifii diiiamai juga silliitMunqidzah (penyelama!), karena ia menyelarnatkan pembaca dan yang mengamalkan tuntunannyadari malaika! penyiksa, dan alau sura! al-Ma'idab ini dinamai sura! Malakiit as-Samiiwiit {keraiaan
123
Setelah dilakukan analisa pada ayat di atas ditemukan isti 'arah, yaitu
kalimat C..lli yc....:; ). Jika dilihat dari segi tharfay at-tasybfh prasa ..lll yc....:; adalah
sebagai musta 'ar minhu-nya (musyabbah bih). Lafadz ..lll yc....:; ini menggantikan
lafadz r1yJI .J J)L,JI 0-'> ,4J1 4!..ll1 ¥ ~I ul~WWI yang menjadi musta 'ar
nya. Isti 'arah ini termasuk ke dalam jenis isti 'arah tashrfhiyyah. 46 Sementara
ditinjau dari musta 'ar-nya, isti'arah di atas termasuk isti 'arah tabaiyyah karena
yang menjadi musta'arnya berasal dari isim jama' taktsir yang musytaqq, yaitu
kata sya'a'ir.
Artinya:
"Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikutikeridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allahmengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terangbenderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki m.ereka ke jalan yang Iurus"(QS. Al-Mii'idah: 5: 16).
Ayat di atas mengandung isti'arah, tepatnya dalam kalimat crlJ ..,6oll;J1 w-.J,;Jl "dari kegelapan menuju cahaya". Lafadz ini masing-masing menggantikan
Iafadz l.J~';I.J yJSll "kekufuran dan keimanan". Kekufuran identik dengan
kegelapan dan keimanan diidentikkan dengan cahaya. Kegelapan dan cahaya
adaIah Iafadz yang dipinjam (musta'ar) untuk menggantikan kata "kekufuran dan
keimanan" yang berkedudukan sebagai musta 'ar minhunya. Qarfnah dari
isti'arah ini adalah konteks ayat yang mengisyaratkan bahwa pengguanaan kedua
tersebut bukan untuk makua yang sebenarnya.
Isti'arah di atas termasuk isti 'arah tashrfhiyyah tabaiyyah karena musta 'ar
berasal dari isim mashdar yang musytaqq.
124
jf ~() ..'.;~;;,; l.r:"Q~ Jj ~ >~f J~~l ~ jP (j;; Jl!'1 ~f ~'''(_-:It--...- (. ,.. /.~,.. ... ~;: ...... C:"',J --
1..:::-1 I'. l.f::::J LA. t.;;.1 : " ~ 'L01 I;:; L';";' l.f::::J .' ~1 . ;>W" 4.J (.)AJ ",' (.)'" <.r" '-!".J ~ ~
Artinya:
"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa:barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di mukabumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Danbarang siapa yang meme1ihara kehidupan seorang manusia, maka seolaholah dia telah meme1ihara kehidupan manusia semuanya. Dansesungguhnya te1ah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antaramereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuatkerusakan di muka bumi (QS. Al-Miii'dah: 5: 32).
Ayat di atas mengandung isti'iirah dalam kalimat u,\,l.:>.l LJ-o.J "dan barang
siapa yang menghidupkannya". Kata ini jelas bukan untuk makna yang
sebenamya dkarena tidak adanya kemampuan bagi selain Allah untuk
menghidupkan manusia. Kata Lt.\,l.:>.1 yang dalam isti'iirah ini berkedududkan
sebagai musta'iir karena kata ini dipinjam untuk menggantikan lafadz lAli,ii...l,
yaitu membiarkannya hidup dan tidak mendatangkan sebab-sebab yang
menimbulkan kematiannya yang berkedudukan sebaagi musta'iir minhu-nya.
Iisti'iirah di atas termasuk isti'iirah47 tashrihiyyah tabaiyyah karena lafadz
musta'iirnya berasal dari kata keJja derivatif (fiil madhi musytaqq). Dan sebagai
Qarinahnya adalah ketidakmampuan manusia menghidupkan kembali jiwa setelah
kematiannya kecuali hanya Allah.
125
Artinya:
Dan Kami telah turunkan kepadamu AI Qur'an dengan membawakebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yangditurunkan sebelurnnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lainitu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allahturunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka denganmeninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Dntuk tiap-tiapumat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nyakepadamu, maka berlomba-Iombalah berbuat kebajikan. Hanya kepadaAllah-Iah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamuapa yang telah kamu perselisihkan itu (QS. Al-Maidah: 5: 48).
Ayat di atas mengandung isti'iirah pada kalimat "".>.PJI'~\S "berlomba·
lombalah dalam kebaikan". Lafadz '~\.j yang berkedudukan sebagai lafadz
musta'iir (yang dipinjam) digunakan untuk menggantikan lafadz '-,-,'4
"bersegeralah (dalam melakukan kebaikan)" yang kedudukan sebagai musta'iir
minhu. Alaqah Musyabahah (hubungan kemiripan) antara kedua kata ini adalah
seperti orang yang berlomba pada pacuan kuda atau unta, yang setiap peserta
saling beradu cepat untuk secepat mungkin mencapai finish atau tempat yang
dituju. Karena kemiripan inilah digunakan kata '~\.j sebagai isti'iirah. Isti'iirah
dalam ayat ini termasuk isti'iirah tashrfhiyyah tabaiyyah karena musta'iirnya
berasal darijiil amar yang musytaqq.
126
.... J. J /' 0 J.... - J ! l'J t£.fj';- P ..i":.... j J "'J> ........
9G.b~ ol~ J.! I}ll ~ i;;Jj r-r-~I~ :u~ ~I ~ ~~I..::.Jllj
"-(.fj, (,,~..u;u"~ illI '\:Jr.: ~,:. (:.2 "..,::\.;"-Ij' "-~U';.:i5'J•.;~~.. ..... ...... U...l- .... ~ ,___ :LO"'. ....,.... ..
.... "...... ....
""... ,.., 0 J...... f _ -:: J r.:... .,."" .... _ /.. .,......... .,..... J .,. .... ."t',?JJ I~I~ I ··'1 ,' ....... -' '-II " JI " •. 'fl' -,,'. 'II "",, -II'....., lU b' .....b' L4.O • 0'· Q ./' OJ •~ j OJ..uu ~ '-'-'lJ j:> _.... .... ...... .... ..J....;. \-.... ..
(
....... .,..,."" J "" J./.,JI r.:...,.,..... t .,.... ~/. "" -;. .... t64 :o..\JUI) ;y",1 ,Q~lI,~.f='~ .Jllj I~WifJ":J1 J;)~':'Jj .Jl1 u\.Q.1,1
, ,
Artinya:
Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnyatangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknatdisebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (fidak demikian), tetapikedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Diabhendaki. Dan Al Qur'an yang dituruukan kepadamu dati Tuhanmusungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagikebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhandan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap merekamenyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan merekaberbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orangorang yang membuat kerusakan (QS. Al-Miiidah: 5: 64).
Ayat ini mengandung isti'iirah, yaitu pada kalimat y~ l.;U 1.J.l.-i..ll
"mengobarkan api peperangan". Lafazh ini yang berkedudukan menjadi musta'iir
menggantikan "mengadakan peperangan" yang berkedudukan sebagai musta'iir
minhu. Digunakan kata "mengobarkan" tentu saja bukan dalam makna aslinya,
karena dalam peperangan tidak terdapat api, peperangan bukanlah barang material
seperti kayu. 'A!aqah musyabbahah dalam isti'iirah ini adalah kemiripan perang
yang memakan koraban harta benda dan jiwa sebagaimana api memakan kayu
bakar.48 QarInah-nya adalah bahwa dalam perang itu tak dapat dibakar.
Isti'iirah di atas termasuk jenis isti'iirah tashrfhiyyah tabaiyyah karena
musta'iirnya berasal dari kata keljaji'! madhy yang musytaqq.
127
Artinya:
"Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat,Injil dan (Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya,niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawahkaki mereka Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Danalangkah buruknya apa yang dikeljakan oleh kebanyakan mereka" (QS.Al-Miiidah: 5: 66).
Ayat di atas mengandung isti 'arah yaitu pada kalimat ..::...:.:i 0-'J rtij! 0-' 1)$";
~J "mereka makan dari arah depan mereka dan dari bawah kaki mereka" . Yang
dimaksudkan dengan kalimat di atas adalah "melimpalmya nikmat dan luasnya
rizki" atau "mereka dilimpahi rizki dari ujung kepala hingga ujung kaki".
Musta 'ar dari isti 'arah di atas adalah lafadz1~ "memakan" yang menggantikan
lafadz r-'" "meliputi, melimpah" yang berkedudukan sebagai musta 'ar minhunya.
Alaqah musyabahah-nya adalah kemiripan pengertian bahwa dapat makan dengan
leluasa dari atas dan dari bawah dalam pengertian melimpah. Qarinalmya adalah
bahwa semua yang ada di atas dan di bawah mereka tentu ada yang dapat dimakan
dan ada yang tak dapat dimakan. Isti'lirah ini termasuk isti 'arah tashrfhiyyah. 49
Artinya:
"Dan mereka mengira bahwa tidak akan teJjadi suatu bencana pun(terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu)mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima tobat mereka,kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah MahaMelihat apa yang mereka keljakan" (QS. Al-Miiidah: 5: 71).
128
Ayat ini mengandung isti'arah yaitu dalam kalimat 1.,.....,..9I~ "mereka
buta dan tuli". Kedua kata ini yaitu "buta" dan "tuli" yang berkedudukan sebagai
musta 'ar (kata yang dipinjam) digunakan untuk menggantikan pengertian
"berpaling dari hidayah dan berpaling dari iman" 0\...·;';11..9 ~I~I u:- u:01y>',i1 yang
berkedudukan sebagai musta 'ar minhu. Alaqah musyabahah dari isti 'arah di atas
adalah bahwa tanpa hidayah dan iman, manusia bagaikan orang buta dan tuli yang
tak dapat mendengar nasehat orang lain dan tak dapat melihat kenyataan yang
benar.
Qarinah dari isti 'arah di atas adalah konteks bahwa Al-Qur'iin berbicara
tentang Bani Israil yang didatangi oleh utusan tetapi mereka lebih senang
mengikuti hawa nafsu mereka daripada mengikuti nasehat serta petunjuk Nabi,
dalam ayat ini tidak berbicara tentang orang buta dan tuli dalam makna yang
sebenarnya Isti'lirah di atas termasuk isti'lirah tashrmiyyah50• Sementara dilihat
dari segi musta'amya termasuk isti'lirah tabaiyyah, karena musta'amya
menggunakan kata keIjaflil madli yang musytaqq.
Artinya:
"Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul(Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air matadisebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitabkitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan karni, kami telahberiman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi(atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad saw.)" (QS. AlMaidah: 5: &3).
Ayat tersebut di atas terdapat isti'lirah dalam kalimat e-.lJI <J-o~ "air
rnatanya tumpah". Lafadz "tumpah" yang berkedudukan sebagai musta'lir (kata
129
yang dipinjam) tentu saja tidak digunakan untuk pengertian aslinya. Kata ini
digunakan untuk menggantikan "menangis" yang berkedudukan sebagai musta 'ar
minhu. Pengertian "tumpah" dalam pengertian awalnya adalah untuk
menggambarkan terbuangnya air dari satu wadah atau tempat karena tempat
tersebut telah penub atau terlalu penub, sehingga air yang tak tertampung itu
keluar dari wadah tersebut.
Alaqah musyabahah dari isti'arah di atas adalah bahwa mata diibaratkan
wadah sehingga apabi!a sudah penub isinya maka yang tak tertampung oleh
wadah tersebut akan keluar/tumpah. Qarinah dari isti'iirah ini adalah kata~I 0-"
yang mengindikasikan bahwa lafadz u¥ tidak digunakan untuk makna aslinya.
Sedangkan jenis isti 'arah ini adalah isti 'arah tashrihiyyah tabaiyyah karena
musta 'arnya merupakan fii! mudlari' yang musytaqq.
E. Efek yang Ditimbulkan dari Struktur [sti'lirah liIalam Bahasa A1-Qur'liD
1. Efek Isti'lirah dalam Surat aI-Baqarah
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti 'arah pada ayat 7 surat al
Baqarah adalah untuk memberikan kesan hiperbolik (mublilaghah), yaitu
ketertutupan orang kafir dalam menerima hidayah. Karena hati orang-orang kafir,
beserta pendengaran dan penglihatan mereka teramat sangat tertutupnya untuk
menerima hidayah disamakan dengan sebuah wadah yang tertutup. Kata 'khatama'
yang berarti menutup sebuah wadah merupakan isti 'arah dari mengunci-mati.
Ayat di atas sangat berkaitan dengan keadaan orang kafir. Kesesatan
orang-orang kafir dan munafik yang kotor jiwanya berada dalam kesesatan yang
enggan menerima hidayah dari Allah, kesesatan mereka semakin menjadi-jadi
130
bagaikan mendapat kesesatan tambaban, sehingga digunakan kata khatama
(mengunci mati) hati mereka dari petunjuk Allab.51
Efek yang ditimbulkan oleh gaya babasa isti'Cirah pada ayat 9 surat al
Baqarall adalab untuk menampakkan yang masih samar (Izhhiir al-khafY), yaitu
sifat yang dimiliki oleh orang munCifik yang terkadang mengatakan beriman dan
terkadang mengatakan tidak benman. Simbol penampakkan tersebut diwakili oleh
kata yukhiidi'una berarti menipu sultan! penguasa. Orang-orang muniifiq yang
menipu Allab digambarkan seolab-olab mereka menipu penguasa, yakni secara
sembunyi-sembunyi dan perlaban.
Tipu daya adalab upaya mengelabui oarang lain untuk menjerunmskannya
dalam kesulitan tanpa disadari oleh yang dijerumuskan, atau upaya menampakkan
pertolongan padabal di balik itu terdapat penipuall bagi pihak lain. Mereka
melakukannya dengan penuh kesungguhan sebagaimana dipabami dari kata
yukhCidiuna bukan yahdiuna.
Orang-orang munafik ketika bergaul dengan orang-orang mukrnin dengan
tujuan untuk mengetahui rabasia kaum muslimin, kemudian membocorkannya
kepada musuh, atau bergaul dengan tujuan menutup-nutupi kemunafikannya
sehingga mereka terhindar dari sanksi yang dapat dijatuhkan kepadanya. Mereka
sungguh keliru, padabal sebenarnya mereka tidak menipu kecuali hanya menipu
diri mereka sendiri, walau mereka tidak sadar babwa mereka merugikan diri
mereka sendiri, atau babkan mereka tidak merniliki sedikit kesadaran pun, baik
menyangkut bahaya yang dapat menimpa mereka maupun kesadaran menyangkut
yang bermanfaat atau berakibat buruk buat mereka. Jadi, mereka bukan manusia
yang memiliki kesadaran.52
51M. Quraish Syihab, Taft'r al-Mishbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian AI-Qur'iin Juz 1, (Ciputat:
131
Efek yang ditimbu1kan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 16 surat al
Baqarah adalah untuk menampakkan yang masih samar (Izhhiir al-khafY), yaitu
keadaan aktivitas jual beli dengan 'menukarkan' petunjuk dengan kesesatan.
Karena perbuatan tersebut dianggap biasa oleh orang-orang muniifik, maka
seolah-olah mereka melakukan aktivitas jual beli. Ayat ini bermaksud
menggambarkan kaum manafiki'n yang bergaul dengan orang-orang muslim
dengan menampakan keimanan dan mengenakan pakaian hidayah, tetapi jika
mereka dengan teman-temannya yang durhaka mereka menukar pakaiannya
dengan pakaian yang lain, yaitu pakaian kesesatan.53
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 27 surat al
Baqarah adalah untuk menjadikan sesuatu yang abstrak menjadi sesuatu yang
tarnpak (Ja'lu ma laisa hi mar'iyyin mar'iyyan), yaitu peIjanjian disamakan
dengan tali! ikatan. Tapi kata 'tali' dibnang dan digantikan dengan sesuatu yang
lazim baginya, yaitu kata 'yanqudhuna' (memutuskan). Karena kata 'yanqudhuna'
lazimnya mengarah pada tali.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 41 surat al
Baqarah adalah untuk menampakan yang masih samar (Izhhiir al-khaJY), yaitu
penampakkan orang kafir dalam aktivitas jual be1i. Dalam ayat ini kata ''tasytarii'
tersebut merupakan isti'iirah dari 'menukarkan' ayat-ayat Allah dengan harga yang
sedikit. Karena perbuatan tersebut dianggap biasa oIeh mereka, maka mereka
seolah-olah melakukan aktivitas jual beli.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 49 surat al
Baqarah adalah untuk menampakan yang masih samar (Izhhiir al-khajjJ), yaitu
penampkkan apa yang dilakukan oarang kafir (Fir'aun dan pengikutnya) dengan
132
aktivitas dalam jual beli. Tapi dalam ayat ini maksudnya adalah menimpakan,
karena selanjutnya ada frasa "siksaan yang berat" (su'a al-'adziib).
Kata shibghah dapat diartikan celupan. Jika sesuatu dicelupkan, maka
sesuatu itu akan mengambil warna sesuai warna celupan, dan ia akan meresap
kedalamnya. Celupan berbeda dengan cat. Yang ini, tidak meresap dan menyatu
dengan sesuatu, tetapi celupan menyatu dengannya karena masuk melalui pori
pori. Apa yang dicelup oleh Allah? Dapat dikatakan bahwa Allah telah
mencelupkan hati umat Islam ke dalam atau dengan celupan tertentu. Yang
dimaksud dengan celupan itu adalah iman yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim as.,
yaitu ajarannya yang disinggung oleh ayat 136 di atas. Kain yang dicelup dengan
warna tertentu akan sama warnanya, dan jelas terlihat ke permukaan. la berbeda
dengan celupan lain yang mengambil warna lain. Dernikian juga umat
Muhammnad saw. dengan umat yang lain. Peibedaannya terletak dalam
keimanan, walaupun masing-maing telah dicelup.54
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 74 surat al
Baqarah adalah untuk memberikan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu kekerasan
hati, sifat kekerasan seharusnya dikenakan pada batu. Dalam hal ini dikenakan
kepada hati orang kafir, karena hati mereka tidak menerima peringatan dari Allah
swt. sehingga hati seolah-olah mengeras seperti batu.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 81 surat a1
Baqarah adalah untuk menjelaskan yang tampak tetapi belum begitu jelas (Idhiih
al-zhiihir laisa hi jaly), yaitu penggambaran kesalahan manusia Simbol dari
penggambaran tersebut ditandai dengan kata 'ahiithat'. Kata ini biasanya
dikenakan pada sebuah pasukan yang mengepung sasaran dari berbagai penjuru.
133
Tetapi dalarn ayat ini, kata 'ahtithat' digunakan pada kesalahan yang mengepung
kebaikan sehingga marnpu mengalahkannya. Maksudnya adalah orang yang
berada dalarn suatu lingkaran yang menjadikannya tidak dapat melepaskan diri,
dan tidak pula berada dalarn aktivitasnya sesutau yang mendatangkan pahala.55
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 93 surat al
Baqarah adalah untuk memberikan kesan sangat atau hiperbolik (mubiilaghah),
yaitu penggarnbaran orang kafir. Untuk memberikan kesan sangat tersebut
digunal(an simbol 'al-'ljl' atau anak sapi yang disarnakan dengan minuman yang
lezat. Tapi kemudian kata "anak sapi" dibuang (sebagai musyabbah bih) dan
digantikan dengan sifat yang lazim untuknya, yaitu kata 'usyribii' yang arti
asalnya "diminum". Sehingga diteIjemahkan anak sapi dijadikan sesuatu yang
meresap ke dalarn hati mereka seperti halnya minuman yang enak dan
menyegarkan.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 138 surat al
Baqarall adalah untuk menarnpakkan yang masih sarnar (Izhhiir al-khajjJ), yaitu
penampakan agarna. Agarna disarnakan dengan 'shibghah' atau celupan. Karena
keduanya sarna-sarna menampakkan hasihlya dan terlihat dari luar dengan jelas.
Agama memperlihatkan bekas ajarannya, dan demikian juga celupan
memperlihatkan bekas celupannya.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 143 surat al
Baqarall adalah untuk memberikan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu
penggambaran orang murtadd (keluar dari Islarn) yang disamakan oleh Allah
dengan 'yanqalib 'ala 'aq'ibaihi'; kembali pada dua tumitnya Karena sarna-sarna
kembali ke belakang, kembali kepada masa sebelurnnya.
134
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isfi'iirah pada ayat 168 surat al
Baqarall adalah untuk menjadikan yang bukan person menjadi person atau
personifikasi (Ja'Zu ma Zaisa hi mar'iyyin mar'iyyan). Maksudnya adalah godaan
godaan syetan disamakan dengan 'khuthuwat' karena godaan syetan banyak dan
membekas. Manusia agar jangan pemah sekali-kali mengikuti jejak langkah
Syetan. Jadi langkal1 syetan seperti tindakan yang dapat mempengaruhi person
yang lain.
Ayat di alas merupakan seruan yang ditujukan bukan hanya kcpada orang
orang beriman tetapi untuk seluruh manusia. Hal ini menunjukkan bahwa burni
disiapkan Allal1 untuk selurul1 manusia, mukrniu atau kafir. Setiap upaya dari
siapa pun untuk memonopli hasil-hasilnya, baik kelompok kecil maupun besar,
keluarga, suku, bangsa atau kawasan, dengan merugikan yung lain, maka itu
bertentangan dengan ketentuan Allah. Karena itu, semua manusia diajak untuk
makan yang halal yang ada di burni. 56
Semua yang ada di dunia tidak otomatis halal dimakan atau digunakan.
Allah menciptakan ular berbisa, bukan untuk dimakan, tetapi antara lain untuk
digunakan bisanya sebagai oba!. Ada burung-burung yang diciptakan-Nya untuk
memakan serangga yang merusak tanaman. Dengau demikian, tidak semua yang
ada di bumi menjadi makanan yang halal, karena tidak semua yang diciptakannya
untuk dimakan manusia, walau semua untuk kepentingan manusia. Karena itu,
Allah memeriutahkan untuk makan makanan yang halal.57
Sesuatau yang halal adalal1 makanan yang tidak haram, yakui
memakannya tidak dilarang oleh agama. Makanan haram ada dua macam yaitu; I)
yang haram karena zatnya seperti babi, bangkai, dan darah; dan 2) yang haram
''Y. Quraish Syihab, Taft,' al-Mishbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'iin Juz 1. (Cioutat:
135
karena sesuatu bukan dari zatnya, sepetti makanan yang tidak diizinkan oleh
pemiliknya untuk dimakan atau digunakan. Makanan yang halal adalah yang
bukan termasuk kedua macam ini.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti 'arah pada ayat 175 surat al
Baqarah adalah untuk menampakan yang masih samar (Izhhar al-khafY), yaitu
gambaran dalam aktivitas jual beli. Dalam ayat ini kata isytarau merupakan
isti'iirah dari 'menukarkan' petunjuk dengan kesesatan. Karena perbuatan tersebut
dianggap biasa oleh mereka, maka seolah-olah mereka melakukan aktivitas jual
bell. Demikian juga mereka menukarkan ampunan dengan siksa. Mereka
melepaskan ampunan Allah, dan menukarkannya dengan siksa Artinya
meninggalkan pekeJjaan-pekeJjaan yang dapat mendatangkan ampunan-Nya dan
mengeljakan pekeJjaan-pekeJjaan yang dapat mendatangkan siksa-Nya
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 187 surat al
Baqarah adalah untuk menampakan yang masih samar (Izhhiir al-khafY), yaitu
dengan meminjam kata 'al-khayth al-abyadh' yang berarti garis putih dan 'al
khayth al-aswad' yang berarti wama hitam. Cahaya putih yang dimaksud adalah
cahaya fajar, dan warna hitam yang dimaksud adalah gelapnya malam. Hubungan
di antara keduanya sama-sama memanjang seperti garis dan sama dalam hal
wama. Jadi garis dalam isti'iirah tersebut dapat dipahami sebagai aturan atau
hukum bagi manusia
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 250 surat al
Baqarah adalah untuk menampakkan yang masih samar (Izhhiir al-khqfj;), yaitu
dengan meminjam kata 'afrigh' yang makna asalnya adalah mencucurkan air.
Dalam hal ini kesabaran disamakan dengan air yang disalurkan ke seluruh badan
sehingga meratai luar-dalam. Damnaknva. senerti air van!!' menve!!'arkan clan
136
menenteramkan. Maksud dari kata 'afrigh' adalah tuangkanlah secara penuh ke
dalam jiwa kami, kesabaran dan ketabahan menghadapi segala macam cobaan
dalam pertempuran, dan kuatkanlah kaki kami, sehingga kami tidak lari
menghadapi musuh, dan kokohkanlah jiwa kami sehingga tidak dapat merubah
pendirian kami, dan menangkanlah kami, karena kemenangan hanya bersumber
dari-Mu, apalagi kami menghadapi orang-orang kafir, yaitu orang yang menutupi
kebenaran. lnilah utaian doa yang dipanjatkan oleh Thiilut dan tentaranya.58
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'arah pada ayat 256 surat al
Baqarah adalah untuk menampakan yang masih sanlar (Izhhiir al-khafy), yaitu
sesutau yang dijadikan pegangan. Kata 'al-'urwatul-wutsq' (tali) di atas
disamakan dengan agama. Kaitan antara agama dan tali dalam isti'iirah yang ini
adalah sama-sama kuat dan kokohnya
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 257 surat al
Baqarah adalah untuk menampakan yang masih samar (Izhhiir al-khafy), yaitu
dengan cara meminjam kata 'azh-zhulumiit' yang dimaksudkan untuk kekufuran,
sementara 'an-niir' untuk keimanan. Kaitan dalam isti'iirah yang ini adalah karena
kekn:furan menggelapkan kehidupan seseorang sehingga ia tersesat, sementara
keimanan menerangi kehidupan seseorang sehingga ia terpimpin.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 259 surat al
Baqarah adalah untuk menampakkan yang masih sanlar (Izhhiir al-khafy), yaitu
dengan menggunkan kata 'naksuhii' pada asalnya berarti memakai pakaian. Dalam
ayat ini difungsikan sebagai isti'iirah untuk daging yang digunakan sebagai
pembungkus tulang, sebagaimana halnya pakaian membungkus jasad atau badan.
137
Kandungan makna ayat di atas adalah larangan menduga kekuasaan Allah
menghidupkan dan mematikan, yang disinggung dalam perdebatan Nabi Ibrahim
di atas, dibiarkan berlalu begitu saja. Walaupun ia tidak dikemukakan dalam
konteks perdebatan, Allah mengemukakan di sini untuk menjadi peringatan dan
pelajaran bagi setiap manusia. Ada seseorang yang melewati suatu negeri, tidak
dijelaskan siapa orang itu, sebagaimana ayat sebelumnya tidak menjelaskan siapa
penguasa yang mendebat Ibrahim as. Memang hampir semua uraian al-Qur'an
tentang peristiwa tidak menjelaskan siapa pelakunya, kapan dan di mana peristiwa
itu teIjadi. Sebab yang dipentingkan adalah pelajaran yang harns diambil dari
peristiwa itu. Di sisi lain, hal tersebut juga untuk menunjukkan bahwa peristiwa
serupa dapat saja teIjadi pada setiap orang, kapan, dan di mana saja. Itu sebabnya,
menurut asy-Sya'rawi - jika ada kisah al-Qur'an yang menyebut nama pelakunya,
maka peristiwa itu tidak dapat teIjadi lagi.59
Ada yang berpendapat bahwa orang yang lewat tersebut adalah Armiya'
Ibn Halqiya', salah seorang Nabi Bani Isra'iI, ada lagi yang berkata Nabi Khidir.
Semua ini hanya dugaan, sebagaimana dugaan yang mcnyatakan bahwa negeri
yang dilewatinya adalah Bait al-Maqdis. Keadaan negeri itu, ketika dilaluinya
khawiyat 'ala urusyiha (yakni roboh menutupi atapnya). lni berarti atap
bangunan-bangunan di negeri itu jatuh, lalu dinding-dinding runtuh menimpa dan
menutupi atap-atap tersebut. lni selanjutnya mengisyaratkan bahwa negeri
tersebut tidak lagi berpenduduk. Melihat keadaan dernikian, orang yang lewat itu
bertanya dalam hatinya, "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negenini
setelah hancur?"
138
Menurut Quraish Shihab, pertanyaan yang dimulai dengan kayfa
"bagaimana." Yang bertanya bukannya tidak percaya bahwa Allah mampu
menghidupkan yang telah mati, tetapi yang dipertanyakan adalah cara Allah
menghidupkannya. Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian
membangkitkannya kembali. Untuk menghidupkan negeri itu kembali, sekaligus
untuk membuktikan kekuasaan-Nya menghidupkan yang mati serta menunjukkan
caranya, Allah mematikan yang bersangkutan dan menghidupkan bahkan
membangkitkannya kembali. Kata membangkitkan memberi kesan bahwa ia
dikembalikan sebagaimana keadaannya sebelum dimatikan, daJam kaadaan sadar,
tidak ada perubahan yang teIjadi pada dirinya Kalau dikatakan
menghidupkannya, mungkin diduga bahwa keadaannya ketika itu telah berubah,
walau dia dalam keadaan hidup. Begitupun suatu negeri dapat bangkit dari
kebancurannya jika ada manusia yang hidup, tinggal, dan berusaha di sana. Tanpa
kebadiran manusia dan kehidupannya, maka suatu negeri tidak akan makmur. 60
Efek yang ditimbulkan oleb gaya bahasa isti'iirah pada ayat 266 surat a1
Baqarah adalah untuk memberikan kesan sangat (mublilaghah), yaitu
pemmpamaan pekeIjaan yang sia-sia. Ayat ini masuk kategori isti'iirah
tamtsfliyyah, yang mana musyabbah dan musyabbah bih-nya terdiri dari simpulan
imajinasi. Orang tua yang tidak mendapatkan faidah sedikit pun dari basil
usahanya di waktu genting, yakni di waktu ketmunannya membutubkannya,
merupakan gambaran dari orang yang berinfaq dengan riya dan penub pamrib.61
"'M. Quraish Syihab, Taftfr al-Mishbah:Pesan, Kesan, dan KeserasianAI-Qur'lin, Juz 1, (eipulat:
139
2. Efek Isti'iirah dalam Surat Ali 'Imriin
Efek yang ditimbulkan dari struktm' gaya bahasa isti'iirah pada ayat 7
surat Ali 'Imran adalah untuk menjadikan yang bukan person menjadi person atau
personifikasi (Ja'lu rna laisa bi mar'iyyin mar 'iyyan). Ayat-ayat muhkamiit dalam
ayat ini disebutkan sebagai Umu al-Kitiib (induk kitab), karena posisinya yang
merupakan pangkal dan pokok dari ayat-ayat lainnya. !barnt posisi seorang ibu
yang selalu dituju oleh anak-anaknya. Kata "umm' sendiri mengandung
pengertian yang dituju atau menjadi arah. 62
Selanjutnya, kata 'ar-riisikhiina' pada asalnya berarti orang-orang yang
tegnh di atas bumi saking beratnya. Maksudnya orang-orang yang mendalam
iImunya, maka iImunya akan kokoh tertanam di dalam hali dan tidak goyah.
Efek yang ditimbulkan dari struktur gaya ballasa isti'iirah pada ayat 37
surat Ali Imran adalah untuk menjelaskan yang tampak tetapi belum begitu jelas
(Idhiih al-dziihir laysa bi jaly), yaitu perttUnbuhan Maryam. Kata 'anbataha' pada
asalnya berarti menumbuhkan tumbuhan. Dalam hal ini Maryam disamakan
dengan tumbuhan dari segi perttUnbuhannya yang bertahap sedikit derni sedikit.
Di luar kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat, Allah merekayasa
sehingga putri 'Imran, yakni Maryam as. menjadi pengasuh rumah ibadah sesuai
dengan harapan ibunya, dan karena 'Imran, ayah sang anak telah meninggal dunia
maka Allah menjdikan Zakariyya pemeliharanya. Zakariyya adalah salah seorang
nabi Bani Isra'il yang garis keturunannya sampai kepada Sulaiman putra Daud as.
Dia menikah dengan saudara ibu Maryam. Ada juga riwayat yang menyatakan
bahwn beliau menikah dengan saudara Mryam. Dia juga adalah pernirnpin rumah
rumah suci orang Yahudi.63
62M. Ouraish Shihab. Tafsfr al-Mishbah: Pesan. Kesan. dan Keserasinn Al_nur 'lin ]m: J frinntM'
140
Ada keistimewaan-keistimewaan yang dianugerahkan Allah kepada
Maryam, dan tampak di kalangan mereka, sehingga para pengasOO dan pemimpin
rumah suci memperebutkannya untuk mereka asOO, tetapi sekali lagi Allah
merekayasa, sehingga untuk menentukan siapa yang mendapat kehormatan itu
para pengasOO dan pemirnpin rumah suci bersepakat melakukan undian.
Setiap Zakariyya masuk unluk menemuinya, yakni Maryam yang terbiasa
berzikir dan mendekatkan diri kepada Allah di mihrab, yakni satu kamar itu atau
tempat khusus lagi tinggi yang digunakan sebagai tempat memerangi nafsu dan
setan -sebagaimana dipahami dari akar kata mibrab, yaitu (haraba), yakni perang,
dia mendapali rezeki yang agung disisinya Zakariyya heran karena itu bukan
sesuatu yang lumrah diperoleh pada masa atau tempat seperti itu, karena itu dia
bertanya: 'Wahai Maryam, dari mana engkau memperoleh rezeki ini?" Maryam
menjawab: "ia dari sisi Allah, sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa
yang dikehendaki-Nya tanpa hisab".64
Jawaban tersebut menunjukkan hubungan yang sangat akrab antara Allah
dan Maryam, dan bahwa ada rahasia dibalik penganugerahan itu, yang tidak periu
diketahui orang. lui dipahami dari jawaban Maryanl yang hanya menjelaskan
sumber rezeki itu, yakni Allah tidak menjelaskan bagaimana ia memperolehnya.
Memang - pesan banyak orang arif-tidak pengalaman ruhani dapat diceritakan
kepada orang lain, karena kta- kata seringkali tidak mampu mewadahi
pengalaman ruhani itu, sehinga kalau diucapkan, boleh jadi pengucapannya yang
keliru, atau pendengarannya yang salah paham.
Efek yang ditirnbulkan dari struktur gaya bahasa isti'arah pada ayat 52
surat Ali Imriin adalah untuk menampakkan yang masih samar (Izhhar al-khajiy),
141
yaitu tentang kekufuran Bani Isriiil. Kata 'ahassa' pada asalnya berarti merasakan.
Tapi tentunya ini adalab isti'iirah, karena kekufuran tidak dapat dirasakan,
melainkan diketabui dengan akal lewat informasi dan bukti yang diterima.
Penggunaannya di sini menunjukkan babwa kekufuran dari Bani Israil itu sudab
sangat jelas sekali diketabui oleh Nabi 'Isa.
Kata al-!J.awiiriyyiin dalam ayat di atas bermakna sangat putih atau cahaya
murni. Sababat-sababat Nabi 'Isa as. dinamai demikian, karena hati mereka sangat
tulus, putih, bersih tidak temodai oleh kekotoran, lagi tampak pada wajab mereka
cahaya keirnanan yang amat murni. Pertanyaan Nabi 'Isa as. tentang siapa
penolong-penolongnya (sababat-sababatnya), memberi kesan babwa ia mencari
mereka, karena jurnIaImya tidak banyak di tengab-tengab masyarakat luas yang
mengingkarinya. Menurut riwayat-jurnIab sababat-sababat setia itu hanya 12
orang.65
Efek yang ditimbulkan oleh gaya babasa isti'iirah pada ayat 77 surat Ali
Imriin adalab untuk menampakan yang masih samar (Izhhiir al-khaJY), yaitu
gambaran daIam aktivitas jual beli. Kata 'yasytariina' yang berarti membeli.
Dalam ayat ini kata tersebut merupakan isti'iirah dari 'menukarkan' janji dan
sumpab dari Allab dengan harga yang sedikit. Karena perbuatan tersebut dianggap
biasa oleh mereka, maka seolab-olab mereka melakukan aktivitas jual beli.
Ayat yang lalu berbicara tentang arnanab yang dikhianati. Khianat
mengundang labirnya pengingkaran janji dan kebohongan, babkan kebohongan
tidakjarang dikukuhkan dengan sumpab. Karena itu, ayat ini tentang orang-orang
yang berkhianat dan berbohong, menggunakan sumpab untuk meraih keuntullgan
material di dunia
142
Sesungguhnya orang-orang yang membeli, yakni menukar dengan
mcmberi janji yang telah disepakatinya dengan Allah baik dalam bidang
kcpercayaan maupun pengamalan agama, dan menukar pula sumpah-sumpah
mereka yang palsu, menukarnya dcngan harga yang sedikit, yakni sesuatu yang
bersifat kenikmatan duniawi yang mengakibatkan siksa di akhirat, mereka itu
tidak mendapat bagian sedikitpun dari kenikmatan di akhirat, dan Allah tidak
akan berkata-katua yang menyenangkan dengan mereka, bahkan meremehkan dan
mengbinanya sehingga Allah juga tidak akan melihal kepada mereka pada hari
kiamat dengan penglihatan yang mengandung kasih dan tidak pu1a akan
menyucikan mereka, yakni tidak akan memaafkan dosa-dosa yang telah mengotori
jiwa mereka atau tidak akan memuji mereka, tetapi mencelanya dibadapan selurub
makbluk dan di samping semua itu bagi mereka siksa yang pedih akibat
kesalahan dan dosa-dosa yang dilakukannya.
Menurut Quraish Shibab, janji Allah dalam ayat ini mencaknp segala
macam peJjanjian yang tolah teJjalin antara manusia dengan Allah, melalui
kesediaannya menganut agama atau menyaiakan dili tunduk kepada-NIya. Ada
juga u1ama yang membatasi makna peJjanjian itu, dalam arti peJjanjian yang
teJjalin melalui fitrah manusia.. Setiap orang lahir membawa fitrah keagamaan,
yang terbentuk melalui penggunaan nalar yang lurus serta kalbu yang bersih.66
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 103 surat Ali
Imriin adalah untuk menjadikan yang bukan person menjadi person, personifikasi
(Ja'lu rna laysa bi mar'iyyin mar'iyyan), yaitu kata 'habl' merupakan isti'iirah
dari Al-Qur'an. Kaitan di antara keduanya, karena sama-sama mengikat
kehidupan sehingga dapat beJjalan sebagaimana mestinya, teratur, dan sesuai
143
dengan yang dikehendaki semula. Kalimat 'syaJa hufratin min an-niir' merupakan
isti'iirah tamtslliyyah. Tepatnya menggambarkan kondisi orang-orang mu'min
sewaktu Jahiliyyah yang hampir dekat dengan kebinasaan. Seolah-01ah berada di
tepi jurang neraka.67
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 112 Ali Imriin
adalah untuk menjadikan yang tidak jelas menjadi jelas atau ke1ihatan atau
personifikasi (Ja'lu mii laysa bi mar'iyyin mar'iyyan), yaitu kehinaan diserupakan
dengan sebuah tenda yang dibangun (ditindihkan) di atas tanah. Maksudnya,
kehinaan itu ditindihkan dan dibangun pada diri mereka sehingga abadi dan kuat
dalam waktu yang lama.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 118 surat Ali
Imriin adalah untuk menampakan yang masih samar (Izhhiir al-khafy), yaitu
dengan meminjam 'Bithanah' semula berarti sesuatu yang berada di dalam. Yang
dimaksud di sini adalah ternan kepercayaan. Kareua ia sarna-sarua bisa masuk ke
dalam dan mengetahui rahasia-rahasia yang ada di dalam.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 144 surat Ali
Imriin adalah untuk memberikan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu perumpamaan
orang yang murtad (ke1uar dari Islam) disarnakan oleh Allah dengan 'inqalabtum
'ala a'qiibikum; kembali pada dua tumitnya Karena sama-sama kembali ke
be1akang, kembali kepada masa sebe1urnnya.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 149 surat Ali
Imriin adalah untuk memberikan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu perumpamaan
mengeluarkan orang Islam dari agamanya, sama dengan mengembalikan mereka
67Wahbah az-Zuhaili, at-Tqftfr al-Munfrft al-Aqldah wa asv-Svarf'ah wa al-Manhai Juz 3. ffiaimt
144
pada dua tumitnya (yaruddukum 'ala a'qiibikum). Karena sarna-sarna kembali ke
belakang, kembali kepada masa sebelumnya.
Efek yang ditimbulkan o1eh gaya bahasa istj'iirah pada ayat 156 surat Ali
Imriin adalah untuk memberikan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu orang yang
beJjihad di jalan Allah digarnbarkan sebagai orang yang memukulkan sesuatu ke
dalarn tanah. Saking teguh dan istiqarnahnya dalarn mengarnalkan perintah Allah
Swt.
Ayat di atas memberi tuntunan kepada kaum muslimin dengan menjadikan
beberapa hal dari peristiwa itu sebagai titik to1ak tuntunan. Tuntunan itu dimulai
dengan sisi akidah, yakni meluruskan sangkaan buruk terhadap Allah swt. Lebih
lebih karena ada di antara ke1uarga para korban yang sedemikian sedih o1eh
gugurnya keluarga mereka, atau mungkin berbekas dalarn hati mereka karena
ucapan orang-orang munafIk. Kemudian terbaca ada nasihat kepada Rasul dan ada
juga kepada orang-orang beriman secara umum. Tuntunan kepada umum lebih
wajar didahulukan daripada tuntunan kepada Rasul saw.
Yang dimaksud nasihat tersebut adalah wahai orang-orang yang mengaku
beriman, buktikan kebenaran iman kamu. Janganlah karnu menjadi seperti orang
orang kafIr hatinya walau lidahnya berkata beriman, yakni seperti orang-orang
munafIk itu, yang mengatakan kepada saudara seketurunan mereka atau saudara
sekelompok, sesarna ide dan pal1dangan, apabi1a mereka mengadakan peJjalanan
di bumi untuk tujnan apa pun atau mereka ke luar rumah pergi berperang, lalu
mereka mati, maka sekali-kali jangan terlintas dalam benak karnu dan jangan
katakan "Seandainya mereka bersarna-sarna kita, yakni tidak menil1ggalkan
tempat tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh. "Ini-adalah satu hal yang
145
demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan besar di dalam hati mereka.
Allah menghidupkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mematikan siapa yang
dikehendaki-Nya masing-masing sesuai ketetapan-Nya baik menyangkut sebab,
waktu, maupun tempatuya. Dan Allah melibat apa yang kamu keIjakan.68
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 162 surat Ali
Imran adalah untuk menjadikan yang bukan person (atau yang tidak kelihatan
menjadi dapat dilihat/ kelihatan) menjadi person atau personifIkasi (Ja'lu ma
laysa bi mar'iyyin mar'iyyan), yaitu gambaran orang yang tidak mengikuti dan
mengkhiyanati keridhaan Allah 8wt diibaratkan sebagai orang yang pulang
membawa kemurkaan dari Allah. Karena ia tidak ikut, maka ia dimurkai.69
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 176 surat Ali
Imriin adalah untuk menjadikan yang bukan person menjadi person atau
personifIkasi (Ja'lu ma laysa bi mar'iyyin mar 'iyyan), yaitu kekufuran diibaratkan
sebuah perlombaan yang diikuti oleh orang-orang kafIr. Mereka berlomba-Iomba
meraih hadialmya dan tentunya itu di1akukan dengan sepenuh hati dan
mencurahkan segenap kemampuan.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 177 surat Ali
Imran adalah untuk menampakkan yang masih samar (Izhhiir al-khajj;); yaitu kata
'isytarau' yang berarti membeli 1umralmya berlaku dalam aktivitas jual belL
Dalam ayat ini kata tersebut merupakan isti'iirah dari 'menukarkan' keimanan
dengan kekufuran. Karena perbuatan tersebut dianggap biasa oleh mereka maka
seolah-olah mereka me1akukan aktivitas jual belL Maksudnya mereka melepaskan
keimanan dan menukarkannya dengan kekufuran.
"M. Quraish Shihab, Tqftfr al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian AI-Qur'iinJuz 1, (Ciputat:I"ntera HatL 2007), eel. ke IX. hal. 253.
146
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 179 surat Ali
Imriin adalah untuk menarnpakkan yang masih samar (Izhhiir al-khafY); yaitu
orang munafiq disarnakan dengan khabits, sesuatu yang jelek. Sementara orang
mu'min disamakan dengan thayyib, sesuatu yang baik.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 183 surat Ali
Imriin adalah untuk menarnpakkan yang masih sarnar (Izhhiir al-khafY); yaitu kata
ta 'kuluhu yang pada asalnya berarti makan hanya berlaku pada makanan, dan
yang memakannya makhluk hidup. Dalarn ayat ini diberlakukan pada api yang
menyarnbar hewan kurban, dan terdapat kaitan persarnaan. Yakui sarna-sarna
menghabiskan.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 185 surat Ali
Imriin adalah untuk menarnpakkan yang masih sarnar (Izhhiir al-khqfy); yaitu
simbol kata dza'iqah atau merasa pada asalnya berlaku untuk Iidah yang
mengecap suatu makanan. Dalarn ayat ini dimaksudkan kepada setiap jiwa yang
merasakan kematian, karena sarna-sarna mengalaminya hanya sebentar dan sesaat
saJa.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 187 surat Ali
Imriin adalah untuk meuampakkan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu dengan
meminjam kata nabadzuhu yang arti asalnya melempar, maksudnya sarna sekali
tidak memperdulikannya. Kaitan di antara keduanya, sarna-sarna
mengacuhkannya. Selanjutnya, kata 'isytarau' yang berarti membeli, lurnralrnya
berlaku dalam aktivitas jual belL Dalarn ayat ini kata 'isytarau' merupakan
isti'iirah dari 'menukarkan' kitab dengan harga yang sedikit, atau imbalan uang.
Karena perbuatan tersebut dianggap biasa oleh mereka maka seolah-olah mereka
147
melakukan aktivitas jual beli. Mereka melepaskan al-Qur'an dan menukarkarmya
dengan imbalan uang yang mereka terima
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'i'irah pada ayat 196 surat Ali
Imrful adalah untuk menarnpakkan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu dengan
meminjarn kata taqallubu arti asalnya bolak-balik. Dimaksudkan kebebasan,
karena memang sarna-sarna tidak teratur dan tidak menentu.
3. Efck Isti'lirah dalam Surat an-Nisli'
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'i'irah pada ayat 4 surat an
Nisa adalah untuk menarnpakkan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu dengan
simbol kata mitsaq yang berarti peIjanjian di sana, maksudnya adalah aqad nikah
dengan memberikan mas kawin kepada wanita yang dinikahi, karena memang ia
merupakan sebuah janji yang kuat. Selain itu ada larangan yang sangat kuat, yaitu
larangan suarni mengarnbil kembali apa yang telah diberikan kepada perempuan
yang dinikahi selarna perceraian, karena istrinya itu bukan melakukan fiihisyah
yang nyata.70
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'i'irah pada ayat 24 surat an
Nisli adalah untuk menarnpakkan yang masih sarnar (Izhhi'ir al-khafy), yaitu
dengan meminjarn kata ujurahunna atau upah-upah mereka yang dimaksud adalah
mas kawin. Disarnakan dengan upah karena sarna-sarna sebuah kewajiban yang
harns ditunaikan kepada yang berhaknya.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'i'irah pada ayat 44 surat an
Nisa adalah untuk menarnpakkan yang masih sarnar (Izhhi'ir al-khafy), yaitu
dengan menggunakan kata 'yasytaruna' yang berarti membeli lurnralmya berlaku
148
dalam aktivitas jual beli. Dalam ayat ini kata tersebut merupakan isti'fuah dari
'menukarkan' sebagian dari isi kitab dengan kesesatan. Mereka meninggalkan
sebagian isi kitab dan menukarkannya dengan kesesatan, dalam artian
meninggalkannya sama sekali. Karena perbuatan tersebut dianggap biasa oleh
mereka maka seolah-olah mereka melakukan aktivita~ jual beli.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'lirah pada ayat 46 surat an
Nisii adalah untuk menampakkan yang masih samar (lzhhlir al-khafY), yaitu kata
layyan pada asainya bermakna melepaskan kembali tali ikatan. Yang dimaksud
adalah membolak-balikkan perkataan, karena memang mereka mencabut kemba!i
apa-apa yang sudah mereka tetapkan lewat perkataan mereka sebelunmya. Persis
sama dengan mengudar kembali tali ikatan.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'lirah pada ayat 47 surat an
Nisii adalah untuk memberikan kesan sangat (mubalaghah), yaitu gambaran wajah
dalam ayat ini disamakan dengan tulisan yang ada pada sebuah lembaran kertas.
Allah akan menghapuskanyya sehingga tidak terlihat bekas adanya bagian-bagian
wajah, seperti halnya menghapus tulisan atau sebuah gambar wajah.
Efek yang ditimbuIkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 56 surat an
Nisii adalah untuk menampakkan yang masih samar (lzhhiir al-khafY), yaitu
dengan simbol kata yadzuqu yang asalnya bermakna merasakan sesuatu oleh
!idah. Dalam hal ini yang dimaksud merasakan sendiri siksa yang meratai sekujur
tubuh.
Efek yang ditimbuIkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 65 surat an
Nisii adalah untuk menjelaskan yang tampak tetapi belum begitu jelas (ldhiih al
zhiihir laysa hi jaly); yaitu penggambaran tentang perselisihan yang teIjadi
diibaratkan seperti ranting-ranting pohon yang saling bersilangan satn sarna
149
lainnya Perselisihan ini terjadi pada tukang kebun yang ingin kebunnya diairi,
padahal hams melewati kebun Zubair terlebih dahulu. Lalu mengadu pada
Rasulullah. Rasul memutuskan dengan tujuan adil bagi dua orang yang berselisih,
lapi lukang keblm telap merasa Rasul pilih kasih, karena air hams terlebih
melewali kebun Zubair.71
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isli'lirah pada ayat 74 surat an
Nisa adalah untuk menampakkan yang masih samar (/zhhiir al-khajj;), yaitu kata
'yasyruna' yang arti asalnya membeli dalam ayat ini, maksudnya adalah
melepaskan kesenangan duniawi dan menggantikarmya dengan kesenangan
akhirat. Digunakan kala 'yasyruna' karena memang mereka tidak berat
melakukarmya, dan itu dilakukan dengan pertimbangan yang matang seperti
halnya sebuah transaksi.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'lirah pada ayat 94 surat an
Nisa adalah untuk memberikan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu bagi orang yang
beIjihad di jalan Allah digambarkan sebagai orang yang memukulkan sesuatu ke
dalam tanah. Saking teguh dan istiqamalmya ia dalam mengamalkan perintah
AllahSwt.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'lirah pada ayat 12& surat an
Nisa adalah untuk menampakkan yang masih samar (Izhhlir al-khajj;), yaitu
gambaran sifat kikir yang tidak jauh dari dalam jiwa. Tapi kemudian digunakan
lafazh uhdhira untuk menggambarkan bahwa memang sifat itu dibuat menetap
pada jiwa seseorang.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'lirah pada ayat 142 sural an
Nisa adalah untuk menampakan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu dengan
150
menggunakan kata khadi'uhum yang pada asalnya berarti menipu adalah isti'iirah
dari sikap Allah yang pasti akan membalas perilaku orang-orang munafiq. Karena
Allah Swt tentunya bebas dari sifat tercela seperti menipu dan berbohong.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 155 surat an
Nisi! adalah untuk menarnpakan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu saking tidak
maunya hati orang kafir menerima hidayah dari Allah Swt, digarnbarkan oleh
mereka sendiri bahwa hati mereka telah tertutup. Ibarat sebuah wadah yang tidak
mungkin lagi menerima apa-apa kalau sudah tertutup.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 162 surat an
Nisa adalah untuk menarnpakan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu garnbaran
untuk orang-orang yang berilmu (ularna) dengan simbol 'ar-rasikhan'. Kata 'ar
riisikhun' makna dasarnya adalah orang-orang yang teguh di atas bumi saking
beratnya. Maksudnya orang-orang yang rnendalarn ilmunya, kokoh tertanarn di
dalarn hati dan tidak goyah.
4. Efek Isti'arah dalam Surat al-Ma'idah
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 2 surat al
Maidah adalah untuk memberikan kesan sangat (mubiilaghah), yaitu menje1askan
larangan yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman, larangan yang disebut
dalarn ayat di atas, yaitu prasa sya'ii'iralah. Dengan struktur prasa sya'ii'iralah
dapat rnewakili perkara-perkara lain yang juga termasuk larangan, terutama yang
berkaitan dengan ibadah hajji. Kata sya'ii 'ir (.;~) adalah bentukjarnak dari kata
(li~) yang berarti tanda, atau dapat juga dinarnai syi'ar. Menurut Quraish
Shihab, kata syi 'ar seakar dengan kata syu 'ur yang artinya rasa. Yakni tanda-
151
tanda agama dan ibadah yang ditetapkan Allah. Tanda-tanda tersebut dinami
syi'iir, karena ia seharusnya menghasilkan rasa hormat dan agung kepada Allah.72
Efek yang ditimbu1kan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 16 surat al
Miiidah ada1ah untuk menjadikan yang bukan person seakan-akan menjadi person.
Struktur min al-zhulumiit ila an-niir (dari kege1apan menuju cahaya). Lafadz al
zhulumat menggantikan 1afazh "kekufuran dan lafazh an-niir menggantikan lafazh
dan keimanan". Kekufuran identik dengan kege1apall dan keimanan diidentikkan
dengan cahaya. Kegelapan dan cahaya adalah 1afazh yang dipinjam (musta'iir)
untuk menggantikan kata "kekufuran dan keimanan". Konteks kata kitab dalam
ayat seperti orang yang dapat mengeluarkan dari suasana yang ge1ap menuju
suasana yang terang bellderang.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 32 surat al
Miiidall adala1l untuk memberikan kesan sangat (mubiilaghah). Kalimat LA4=-1 <J.oJ
"dan barang siapa yang menghidupkam1ya". kalimat ini jelas bukan untuk makna
yang sebenarnya karena tidak adanya kemampuan bagi se1ain Allah untuk
menghidupkan manusia. Oleh karena itu dipinjarnlah kata u.4=-1 untuk
menggantikam1ya yang memberikan kesan mubiilaghah ,menyangatkan,
memberikan kesan hiperbo1ik ba1lwa tidak ada yang mampu menghidupkan se1ain
Allah.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 48 surat al
Miiida1l adalah untuk memberikan kesan sangat (mubiilaghah). Ayat di atas
mengandung isti'iirah pada kalimat wl~IIJ¥...\.l "berlomba-1ombalah da1am
kebaikan". Lafadz I~\.l yang berkedudukan sebagai lafadz musta'iir (yang
12M. Quraish Shihab, Taftir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian AI-Qur'iin, Juz 3,
152
dipinjam) digunakan untuk menggantikan lafadz I_U~Y "bersegeralah (dalam
melakukan kebaikan)" yang kedudukan sebagai musta 'ar minhu. Alaqah
Musyabahah (hubungan kemiripan) antara kedua kata ini adalah seperti orang
yang berlomba pada pacuan kuda atau unta, yang setiap peserta saling beradu
cepat untuk secepat mungkin mencapai finish atau tempat yang dituju. Karena
kerniripan inilah digunakan kata 1~1.9 sebagai isti'arah untuk memberikan
kesan mubalaghah (menyangatkan dan kesan lebih mendalam).
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti 'arah pada ayat 64 surat al
Miiidah adalah untuk menampakan yang masih samar keadaan berperang. Kalimat
y.rJ\I.)Li 1..,.,...,1 "mengobarkan api peperangan". Digunakan kata "mengobarkan"
tentu saja bukan dalam makna aslinya, karena dalam peperangan tidak terdapat
api, peperangan bukanlah barang material seperti kayu. 'Alaqah musyabbahah
dalam isti'arah ini adalah kemiripan perang yang memakan koraban harta benda
danjiwa sebagaimana api memakan kayu bakar.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'arah pada ayat 66 surat al
Miiidah adalah untuk memberikan kesan sangat (mubiilaghah). Kalimat 0-' 1.,.l!>'lI
~) u.,,;; 0-'., t'e-i.".i "mereka makan dari arab depan mereka dan dari bawah kaki
mereka". Yang dirnaksudkan dengan kalimat di atas adalah "melimpalmya nikmat
dan luasnya rizkj" atau "mereka dilimpahi rizki dari ujung kepala hingga ujung
kaki". Maksud dari ayat ini penjelasan adanya kaitan antara keimanan dan
ketakwaan dengan kesejahteraan hidupduniawi.73
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti 'arah pada ayat 71 surat al
Miiidah adalah untuk memberikan kesan sangat (mubiilaghah). Maksudnya adalah
153
hidayah dan iman, manusia bagaikan orang buta dan tuli yang tak dapat
mendengar nasehat orang lain dan tak dapat melihat kenyataan yang benar.
Efek yang ditimbulkan oleh gaya bahasa isti'iirah pada ayat 83 surat al
Maidah adalah untuk memberikan kesan sangat (mubiilaghah). Konteks ayat ini
tentu saja bukan penggunaan makna asli, tetapi lebih disebabkan oleh tujuan dari
gaya bahasa isti'arah, yaitu mubalaghah atau memberikan kesan lebih, maka
digunakanlah kata "tumpah". Mata diibaratkan wadah sehingga apabila sudah
penuh isinya maka yang tak tertampung oleh wadah tersebut akan keluar/tumpah.
BABV
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah eliadakan penelitian tentang bentnk atau ragarn pengungkapan
isti'iirah dan efek (tujuannya) dalarn surat al-Baqarah, Ali 'Imran, an-Nisa, dan
surat al-Ma'idah, maka simpulannya adalah sebagai berikut:
l. Jenis isti'iirah dalarn empat surat, yaitu:
a. Dalarn surat al-Baqarah mencakup isti'iirah tashrfhiyyah dan makniyyah;
contoh pada ayat 16:
(16 :;,;.,JI) ::r.,''6~ 1}t5-~::, rtI~~ ~~ t:,j <.S:4i~ iSlDJllJPI ::r.~I::J:})
Kata 'isytarau' yang berarti "membeli" lumrahnya berlaku dalarn aktivitas
jual beli. Dalarn ayat ini kata tersebut merupakan isti'iirah dari 'menukarkan'
petunjuk dengan kesesatan. Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybfh,
isti'ilrah tennasuk isti'ilrah tashrfhiyyah, karena yang elisebutkan musyabbah
bih dan musyabbah tidak elisebutkan. Jika elitinjau dari musta'iir-nya,
isti'arah tersebut tennasuk isti 'iirah taba'iyyah, karena lajazh yang
eligunakan dari kata keJja (Ii'l), yaitu kata isytarawu;
b. Surat Ali 'Imram mencakup isti'arah makniyyah dan taba'iyyah, contoh• , ('" #I Il1 .. ,.....- .. A ..
(185 :ul~ JI) ;(;9J1 fft rs::,;.. S,r) wI::' <.:.>:,:J\ :WI~ .rAS J5"". .... ...... ------ ?
Kata "dzii 'iqah" artinya "merasa" pada asalnya berlaku untnk lidah yang
mengecap suatu makanan. Dalarn ayat ini dimaksudkan kepada setiap jiwa
yang merasakan kematian, karena sarna-sarna mengalarninya dengan
sebentar dan sesaat saja. jika elitinjau dari perspektif tharjay at-tasybfh,
isti'ilrah di atas tennasuk makniyyah, lazim-nya kata dzii ·iqah. Sementara
ditinjau dari musta 'iir-nya, isti'ilrah eli atas termasuk isti'arah taba'iyyah.
c. Surat an-Nisa mencakup isti'ilrah makniyyah dan taba'iyyah, contoh:". .. ... '" ;II iP... .." "" • .. (.0 f
(128 :.WI) I~ 0}:.:J t:; 0lS'"-1J1 0~ Ip:; 1j;..,;,J 01:; ~I ~UI <.:.>::,.,a;..:;
156
b. Isti'i'irah dalam surat Ali Imriin mencakup tujuan untuk; (i) mubalaghah
(memberikan kesan sangat); (ii) menjelaskan yang tampak tetapi belurn begitu
jelas (ldhiihu azh-zhiihir laysa hi jally); (iii) menjadikan yang tidak kelihatan
menjadi kelihatan, (Ja'lu ma laysa hi mar'iyyin mar'iyyan) atau personifikasi;
dan (iv) menampakkan yang masih samar (izhhiir al-khafY); contoh; Efek yang
ditimbulkan dari gaya bahasa isti'iirah pada surat Ali 'Imriin ayat 185 adalah
untuk menampakkan yang masih samar, yaitu dengan simbol kata dza'iqah
atau "merasa" pada asalnya untuk lidah yang mengecap suatu makanan, tetapi
pada ayat ini dimaksudkan kepada setiap jiwa yang merasakan kematian,
karena sama-sama mengalaminya hanya sebentar dan sesaat saja;
c. Dalam surat an-Nisa' mencakup tujuan untuk; (i) memberikan kesan sangat
(rnubiilaghah); (ii) menjadikan yang tidak kelihatan menjadi kelihatan (Ja'lu
rna laysa hi mar'iyyin mar'iyyan) atau personifikasi; dan (iii) menjelaskan
yang tampak tetapi belurn begitu je1as (fdhiihu azh-zhiihir laysa hi jally),
contoh: pada ayat 128 memeilki efek tujuan digunakannya gaya bahasa
isti'iirah untuk menampakkan yang masih samar (Izhhiir al-khafy), yaitu
gambaran sifat kikir yang tidakjauh dari dalamjiwa. Tapi kemudian digunakan
lafazh uhdhira untuk menggambarkan bahwa memang sifat itu dibuat menetap
padajiwa seseorang;
d. Dalam surat al-Mii'idah mencakup tujuan untuk; (i) memberikan kesan
sangat (rnubiilaghah); contoh; pada ayat 2 (dua) isti'iirah sebagai bukti iJiiz
Al-Qur'iin yang digunakan untuk menyampaikan pesan tentang 1arangan yang
ditujukan kepada orang-orang yang beriman, larangan yang disebut dalam ayat
di atas, yaitu prasa sya 'ii 'irallah. Dengan struktur prasa sya 'ii 'irallah dapat
mewakili perkara-perkara lain yang juga termasuk larangan, terutama yang
berkaitan dengan ibadah hajji, (ii) menjadikan yang tidak kelihatan menjadi
ke1ihatan (Ja'lu ma laysa hi mar'iyyin rnar'iyyan), dan (iii) menampakan yang
samar (izhhiir al-khafy).
157
B. Saran-saran
Penutup dari kegiatan penelitian ini diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Diharapkan ada peneliti lain yang melakukan penelitian lanjutan tentang Al
Qur'an terutama surat al-Baqarah, Ali 'Imran, an-Nisa, surat al-Ma'idah
dengan pendekatan yang berbeda dari pendekatan yang digunakan Ali
enelitian ini. Karena penelitian ini hanya membahas surnt al-Baqarah, Ali
'Imran, an-Nisa, dan surat al-Ma'idah dari segi gaya bahasa isti 'ftrah dan efek
yang ditimbulkannya saja.
2. Para pembaca diharapkan melakukan penelitian bandingan antara isti'ftrah
dan tujuannya pada surnt-surnt Al-Qur'an yang lain untuk melengkapi
kekurangan sumber rujukan tentang tujuan dari berbagai gaya bahasa, seperti
tujuan gaya bahasa isti'arah, kemudian aspek-aspek lain dengan disiplin ilmu
bahasa atau disipIin ilmu yang lain supaya makna dan keindahan bahasa AI
Qur'an benar-benar dapat dinikmati oleh semua umat muslim.
DAFTAR PUSTAKA
AbU Shalih, Abd al-Qirus & Ahmad Tawfiq. Kitab al-Balaghah, Riyadh: Jami'ahaI-Imam, 1.1.
AbU Zaid, Nasr Hamid. Majhum an-Nash Dirasah fi Ulum Al-Qur'an, Trj.Khoiron Nahdliyyin, Tekstualitas AI-Qur'iin, Yogyakarya: LKiS, 2003,ee1. ke 3.
AbU Musa, Muhammad Muhammad. al- 'I'jiiz al-Balaghf, Qahirah: MaktabahWahbah,1992.
Ali, Attabik dan A. Zuhdi Muhdlor. Kamus Krapyak al-Ashriy Arab-Indonesia,Yogyakarta: Multi Karya Grafika, t1.
Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah Al-Qur 'an, Yogyakarta: Forum KajianBudaya dan Agama (FKBA), 2001, ee1. ke 1.
Arkoun, Muhammad. Lecture du Coran, (G.P. Maisnneuve: Paris, 1982). TIj.Hidayatullah. Kajian Kontemporer al-Qur'an, Bandung: Pustaka, 1998,
Al-Askari, Abu Hilal. Kitab as-Sina'atain: al-Kifabah wa asy-Syi'r, Jeddah:Mahmud Beik.
AI-Aththar, Dawud. Muja 'Ulum Al-Qur 'an, (Beirut: Mua'ssasah al-A'lfuni Ii alMathbiliit, 1979), tIj. Afif Muhammad & Ahsin Muhammad, PerspektijBaru 'Ulum Al-Qur 'an, Bandung: Pustaka Hidayah, 1994.
Baqmanr, (al-QadhI Abu Bakar). I'jaz Al-Qur 'an (dalam Al-Ithqan fi 'Ulum AlQur 'an Juz 1), karya as-Suyilthi, Cetakan III. Kairo: Mathba'ah Musthafaal-Babi al-Halabi, 1370 H.
Darriiz, Muhammad Abdullah. al-Nabii al-Azhfm, Kuwait: Dar al-Qalam, 1974.
Dayyab, Hifui Bek. Qawaid al-Lughah al- 'Arabiyah, Mesir: Dar al-Ma'iirif, t.t .
Fayild, BasunI Abdul al-Fattah. Min Balaghah an-Nazhm Al-Qur 'anf, al-Azhar,Mathba'ah al-Husain al-Islamiyah, 1992.
161
Shinni, Muhammad Isma'II. al- 'Arabiyah an-Niisyifn, Riyadh: Wizarah alTarbiyah al-Mamlakah as-Su'udiyah, 1983.
Sudjiman, Panuti. Bunga Rampai Stilistika, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993.
As-Suyiithi, Imam al-Hafizh Jalaluddin Abdurrahman. al-Mursyid 'Ala 'Uqud alJuman, Indonesia: Maktabah dar Ihyii al-Kutub al-'Arabiyyah, 1.1.
~~~'"-', Imam al-Hafizh JalaluddIn Abdurrahman. al-Ithqiin fi Ulum AI-Qur 'anJuz 2, Beirut: Dar al-Fkr, tt.
Tim Penyusun Kamus. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikandan Kebudayaan: Balai Pustaka, 2005.
Watt, W. Montgomery Bell's Inrtoduction to the Qur'an, Edinbur: The UniversityPress, 1970.
Zahwan, Abdul Khamid. Qamus al-Kamil, Semarang: Maktabah wa Mathba'ahUsaha Keluarga, t.t.
Az-Zamakhsyan, Abu al-Qasim Mahmud bin Umar. al-Kasysyaf an Haqaiqi atTanzfl wa Uyuni al-Aqawfl Fi Wujuh at-Ta'wfl, Beirut: Dar Ihya atTurats al-Araby, 2003.
Az-Zarkasyi, Badruddin Muhammad bin Abdullah, al-Burhan Fi Ulum AI-Qur 'anjuz III, Beirut: Dar al-Fikr, 2004.
__-->, syI. al-Burhanfi Ulum Al-Qur'an, Dar al-Kitiib al-'ArabI,1957.
Az-Zarqani, Muhammad Abdul 'Azhiin, Manahil al- 'Irfiin fi 'Uliim AI-Qur 'anJuz 2, Cairo: 'Isa aI-Babi al-Halabi wa Syarakah.
Az-Zuhaili, Wahbah, at-TaJsfr al-Munfr fi al- 'Aqfdah wa asy-Syarf'ah wa alManhaj, Bairut Lubnan: Dar al-Fikr al-Ma'ashir, 1991.
LAMPIRAN
Ayat yang Mengandung Isti'iiralz dalam Empat Sm'at
A. Surat al-Baqarah""'" -'" "JJ;;P
.(V :•.;.,51) ~.~c. YlJi.~) .)~ ~~G.;i J$-)~J$-)~}i J$- illl?
" J..- r;> ". 01 "'.-
.(0. :•.;.,51) 0J~~"; ~) ~i \J~ 0;~ ~) I;;T ~:UI) 'JJI 0;~G:..;
.( \ '1 :•.;.,51) ~.,~. 1}tS-~) ~J~ ~J c;j I.S~~ iJli~;'1i (,pi ~.J\ :;.W)". """ --"
__0 '" .,,, 0 __ '" " ". __ 0'" "' .... J '"
~~tJI ~ 0J". 'f) J-o;.' 0i ~ illl :;i ~ 0~) ~~ ~ ~ .JJI ¥ 0~~:U\
.(YV :•.;.,51) 0J~GJI ~~)
LiJ.i \ ~:: 'C-l. I '::,,< U· .... 'tS- J''f I I h U· •<:: CJ U" , :.:..]-,'f c..., I ~ r• <,?'. ' J.r-' J . J' J Y.Y" J r- ..l..,a.o j' ,r J. . ._- ...... .:;-- ,..... .-J" ... ".
.(t \ :•.;.,51) ?."zt,; ($t;~)
163
" " -" s> c;> J ,; '" '" $ '" ... ;l>
:0 : II" 'J' I 8t., '-LII JI 'CiJ:I '•.,,'1 illl .t)~' illl iA ~ jJl I~. UI~)~) )<.;--' ~; ~I""'~;~ u ) is 01, tS"" ~
.(\ H'
". '~G ' <:-1 ;j'1 JI \;-, 1\ d'Lc, I ' ~ U' L1, utI;.. .' til . G.... I;~' 81 '1L;<k---' ) 1""'- 0 - ~ yo.,.' ) .- uP) u;' y-' <.f' \+.!-
" ... ... ... "~,, .-
.( \ iA :0.;41)
.( \ yo :0.;41).)81 J<. ~;:..of ~ ojl: I~ yllJrj iS~~ iII i\1i I)?I ;);J.l1 ~)... """ ... ... =" .-
r~ ~s-' <:-1~1:1,,~~1" LJ'!'f' '<:-1" i.J~' '<:-'t.:..;J'I::";-11 ('"liitJ'<:-I't-(r--- r'-"""<.f'·I""")I""'-<.f'·0"'I""'~ ,.ri- -I""'~~... ... ,-
JJ. J"oil '" " "'o"J. ... J "JJ""
1.r-l5)~ illl ;. ;)' ~ I}:;I) ;;)~I.! suu~ l~) ~ y8~iJ)~
I 'ill J'I 't.::dl I J -f -: ~ :11 ~ ," til J.:;JI '. '. -:;til 1.:;J1 '<-I '. -,;' ~ 1 ''', (~ ~ i - ~ I"" r ~ r' - ~ u"".. - 1""'- 0="" if'" fir)
<II ......... o ...... <ll <> " __ J,, ...
~41 LJJI ::;; ~JS' ~;p ill ~I ~)~~ ~WI ~ J~~ ~i) :;.)~lJ U)
.(\ AY :o,;,JI) 2>)d I' si;f~~...0" 0t 01'" " "0; J... .J. ...
rJ..-.il1~L;~I) CI::UI ::...;;) I;:" Li# t.}1 t.:;'J I)L> ~~';"J ::")~ I)j;' ~)
.(Y o. :0.;41) ;);.}15::i1
" , <II ". ;l> ,,, ...... I) • ...... "'"
~I ",::'"I..L....A.O 4lJ~ ::rJlJ ..:.0';'1.,6.l~ ~;;.. ;}JI ;:,.. J..:;,);;;;:U 01JJI J ~I:?l U... '" '" "'...... .. .........
.(Y 0 i :•.;41) r;1 "~ ~I) ~ rWI U~jJl .):;i~... ... .. """--'
::..j,L.1J1 ~j~:,f I)'r-£ ;);~I) ))1 )1 ..:.oL.1W1 ~ ~;.; 1';'1 ;);~I ~) ~I, f /' " , .
.(Y oY :0.;41) J)llt,;,. L:W~ )81y~ ill.,r ..:.oLJWI Jl ))11 ;:,.. ;..is;'';'';'... "... ...... ......... ...
~I ~~fi 4;:; ~ ~I •.iA~ tfI Jti 4..;.)'J. J<. ~)t,;,. ~) ",j J<. ~ <$J.lt5'- jf.... ......... " ...... p ...
~l )Ju i~ ~Lo ;. :.1 J jti i"Y-~ jf L:"y- ;. :.1 jti ;. :,1 rs- jti~~ i~ ~Lo... ~....... '" 1"'"
" ..." ", J _ . 1S .•. . "'._.. . J . . .. . .. _. ". _.. ....
~r~1 ~~ ~I) ~~ ",1~) !J.;~ J~ ~I) .~ ;1 (.J ~I:?) ~w,.(Y 0" :;;.;41) ~..Ii ;~ jS- J<. 4lJ1 ;)f ~f jti ;,) 0d t:1 L.;j u.;.5:1 ~ ~J ' ~;
... ,:. ...
fI .J ... $0 f";Ii.. ... " J .. f J t ~ .-tJ-S 0---- L..6J ~ ~4JUI~ ::,. I$;..i yl.?Y ) J,>:J ::,. b,. ~ J.fJ J (.S'J.;..I ~y-I
r--s:r jJI~~,£ :.:.J?-~ )f ...,. ~L.#I ~(..ij :~ ~~ ;,)) ~I ~(..f) d~1... ". III ... Jill... "
.(n i :;;,;,JI) J)~~ 7"L!UI
165
'" l> /~ J~ }h"J #,,- J,,/ '1')"
o~1 ~~ :u ~,::c ~ I),:' lJt.;;:. ;...s::r)~ lJ r-~)~ ~ lSlk, I)~ lJ IpT ~:UI ~ ("J J Q ., J" "Q ... (> ...
(\ \ A :01~ JT) 0JI~:;;...;:.s- 0~ ~\!lJl ts:J ~:u ~ ~~)J..:., ~~:, ~I:"'i ~
~:, ~~f Js. ;. ~i~;1 Ji jf ~~ 0~f J.~I ~ ~ ;. I;' :Ii J;'~ ti~~ ~:,,,;II ';;11" "... ".-
(\ U. :01~ JT) ~.?L:;jl illl <,.>;";:':' u;.:;. :iJJ1~ :P .::,c~ ;. I,:;..."... ... " ,..
:01 JT '. b:. I}~:~; '<-.~f i;.' <- ~" I ,~~ ~ ..JI I·~ U '. I 1 !'T ~ ..JI df IS..r-AS- ) ,y..-:: " 1""''' cr I""' ) .I- )r- ,y.., ~ <.J:.r- ,y.., '1j< -
(\ t ..
•. ~ I 1\5- 'f .'til . I '-'. I~I' ·('·lJ \Iij' I ,~~ ~ ..J\5- I 1c-< J \ !'T '. ..JI,'-If IS<Sf Y ) y"'J ~ y.~ :~Y-;, y))r- <..r.!, YYV .r-,y.., '1j< _
iP ;II JJ;; , i» ......} .. ..-
UI:' :- -;SJ~ illl:' ~).i ~ .;.;. ~~ illl P I~ ~:, I)~ ~ iS~ 1)15" Jl, ,
(\ 0'\ :01~ JT)~0P~, ,
. ,f., ~ ~I 'I::": tIT WI 1, '~ WI I J,., '.1' 'fl ""JI . ~ , c.; ~ ..JI ',"'.' 'lJ"<.?' l,j2>o rr~ -.I- - )~ if \*".1"-" <.?' <.J'yJ _,y.. c.u.f"'! )" ,.. " " "~.-,,:--_:;::::,,~:::~:::~,~?,
(\ V'\ :01~ JT) r-~P yl~~:' ~~til
(\ VV :01~ JT) ~f yl~ ~:, 0. WI I)~;) ~lS~~ pll)?1 ~~I ;)~
'<-:ll.'1 WI '.\5- ~' "y ~I '. ' ~ ...:It.'!'f ~ i::c '" ',' il 'n WI ~ \5- ~I""'~ <.J ) ~ <J' •. ~ c.?" " r'" cr~.r- J., 0
! J...... J.." ," • III ,.. ). , • .' ".. I' CI. I .:<' I ! ' .. ( ..r..," .JJt.. I ! 1> w.; '.'..L '. ::'" :iJJ1 ~ CI' ~I I;.f" ~ Y"') .r:y 0:) " J), ~.r: 0 • <J' " J er:~ .:r:") ," cr
(IV" :01~ JT) ; .~p
166
I "~·I' 0 ~;c 'I" , '.N;', ':1::' lJ" ,." ~·""i' ""-;II! II' ..u·1 '.,: ~f'l '., 'I ~I')? ) r!.J¥" • J) O)..l.,.a '"~ ) ,:-",,",,: ..•: y,",:" J') <J-, '-'~ ow ..J.;>. ':)
-- """ .;:." --(\ AV :01~ JI) 0)A L:~ lJ.,.U ~ '"
C. Surat an-Nisa
iJf ~:, :I~::' L:~ :rf::,~ JJI yLfS' rk!t:,;f~ L: Ul .WI ;:.,.. ::"~I::'." ." -,., -" " ,...
U "'" ~"" -; ;:;"." }oJI"''' !t~ ;;it,o 01<> ............ I w",-;", .\ ,) ,..o~.... <> J "(-II/of l.f"";:) ~/ if'JY'" if'J' LO u-P '" I' ,••••., ~ .r.?~ r- yLi -""'"
... '" "'''' " " ....... .. ....,..,.. ;II ;II ... 0 J ,.,
V < WI L...5:;.. U ·15';jJ)1 ·1 -'. 'II ",0 , "'. (' G ' ("'1::'. ' G..(I ,:. .)., ., u u:~!" ~.:.r: ~~ J' ., r"""'- C ..
:.l-JI)~I I.M; iJf 0)~j::' iJ~1 0)A yL5JI;:"" (,,; I)) ::,,;.DI Jl") rJf... "'... ... .. "" ....".
(tt
.... j." J "'". ,..,.. ;II if>
G:;.p I~~ ~8L;"~;~~ LJ5 OS~ J:;:' 8\;'-I I)~ ::.,;..ul 01.... ,.. ,.. ... .... .... ...
....... ;II;Il ..." J j.
(01 :.WI)~ ,y.f 015' <.J.lI 0~ yl..wl Ijt)J;l
'fJ ~h.....ul 1 '.. . 'I,U;' '. U .' ·UL dill ~GJ\ 0 ",' ~ .D\ JJI 1 '.. • '\'1:'ii) . ~ <I <f • <J') .r- .. . ).r"! <J- ~ <I <f •". "' .... "'" .. "", -- "' .................
(Vi :.WI)~ I/.-f 4;iJ J:,:.J;. I~S, ,
167
~'~I '(-'I ~I( " ' I I)' ~'\S' 1 ~~: JJi I' ":0", I~I 1 :'1 ~ JJI t: If ISi 1'""'"",) I.S""I J"'"' Y" J ~ ~ c?' ('"""If" , y 0' """,, , '
J " ;l ...... J " J '-'" 'II" "'''')1; Q " .<
~ :illl;;"; J.>::r~ 2.UJS' OJ? ~~ wi~ t;::U1 o~I:';';- 0}~:; G~" " """ ".. .-
"J. "" ti>,;J .-
(~t :.WI) I~ 0P L.; 015" 4JJI 0~ IJ~:~;
OJ" " "" "".- " "' ..
~Ij w:." I: 6~;~ 0\ I: ~:Ic CG.. ill L;.I~~ )\ Ij)J 4.::; ~ GJ~ ~\;I ~~j" J ",,;;1 til" J", " ... )I J to I
:.L.....JI) I~ 0P L.; 015" 4JJI 0~ Ipj IF 0~j ~I ~lJI ..:..>~Ij /
(\ r A
" ,," J "J "'''" ... "" ;II ... " ;lI
lJj ift:ll 0J.1;' JW lylJ ~l.l.':;dl J~ lylJ I~~j ~~~ )Aj 4JJI 0;'~G:.,; ~L:JI 0~~ ... ;fl <1>... J"
(\ t r :.WI) U» lJ! 4JJI 0J~~, ,
"" oJ J.J. .... "to .- '" " J '" '" " ...:'1-, I:~ IS:: .1: ~ .1'" " ,< CUI' .1:.' wi ..:..>G'"L.' '<'" "~' ,,' Wc:: if. ·r rT.,J'J <f"':r-;. '; ~J, , '; ~-: J ~ ',~ ;
'" ... tiJ " ......" J ... /I>
(\ 00 :.WI)~ lJ~ 0~'f; ill r:-A (8: lc :illl
0-",dlj ~lI;i::r :3)( ~j~!:3)f ~ 0)..'f; 0)..~lj r+- ~\ <.i 0)...1}1 P... ... '" '" '" "'... '" ...
'" ",,, t" oJ,- ! I> .. ,," II ... 'oJ" ... ::.~ ... }oJ" ... :: ...~
:.L.....JI)~ Ipl r ~,:y..... ~JI :eUI rj;llJ ~~ 0~j:JIJ 01.:> jJl 0yj:JIJ ol.l.':;dl
(\ ,l
Do Surat al-Maidah
.. ~ : J. '" t~T~ '1j \rl'ail ~j ;5111 ~j fl)i..I~I ~j M,& tJi- ~ i;:;l~ d.~1 t;.~
... J ...... ~-::"..... ,.... ~o J'" "".... ,J''''.... .... t:.. :: .:f ".... J "',J'" "J
1'J9 0 1;': ", (----"::'.f"'1j IJ.:>~[j ~ I.)!' b~lj tiju:~ O-,;';:1 rC:J-I,;.,:lI.. ...~ i)jt.;5 ~j LGj/;!,lj,t.;li~ l)jt.;5j I,., '.;:'; ot·I)i..I~Iif rJ==,.,L. of..
... ",J J ... ,,~,J':;: ","(ji". J~ t::. '" J"''' '" "'''c~ :i..IJlll) '7"~1 -4~....u1 01 ....u11.".a:;lj 9j..:wlj~~1
'" ~.I '" ";,-Jt.l,,,/oJ i:i J '" .I "').f< J,,;,- '" ",,,,1/,, '" J-li" "''';-
~~.)B~-Jh· ,.I}:.II~~r.,j~1 j:;..:. '4.JyPl &I;,-:.-r'....ul ~ ($~
c" :i..l!llIL.,.;';';.kJ'if' J!~.~j~ '" ;f '" '" '" --
168
~ I <' " ,<'iL 1+' . ':;l;.. J.ij'c~ • oTG-fG~ LAG-f :--~ . uT I;'0, >'. ,'.' ) -,,+,. J.. . <J". -- L.r"J .,' <J" cr"
en :;.1.H11) --S)~<j"JljT ~ "1""ll'~ ~_,g:; ~
C- _ '" "" '" .... ~ '" • J. -f. "', c..:... h· ..-:'" ~.J'- .-',ll.> ". <' ~ •. '. w. '.' ~I'I>I: Illjlc.I·~·I-· ..L:I: Ie "I~~ .ill1.:L~.,'q .IIj'• '-"'"~ () j--<-' <Yo Y ,~J I'T-,' c:;....u.- "'''''''''''', .:J1'" C..J j
.,. .. _" ....." ............"'." "'.- ", -:>'f. ~;::.", ;:: .. ,. ... "''''' ..... .- .... !_,; ." .. ;::"" ... .--<,y. jj ;t..,a;.;Jlj oj'~1 ~ 1~ .• l\j lfij G.;.ib..u;JU1.1..Wj J-?I L.~ WS" -..:.J...L>.,f-lj
... J. "'1 ' -- J."''' (."... t ~'" cJ...-:.... t .. .,.! "'''''' J'" t_ {:J C .,..,
(y.,.L-;-W14-~ .illlj I;,W <j"J~I ~ oj;' )j .ill I LA\..Q.];,I ,::-,ftJJ 1'ltS IJJjJI Q' ~; ':? II
(i f :o:ulil)
-,:. c .I~ ·fJ. ' : ,,·.i . iIL\!-·<.· .-Ii 'I··fe;- 1 :'--]T' iJ--!tTi '!.if-lf·i~ ~), U1J --y;.r U1~ 1'1:.) U1 \'Y' <.J! J '-'= • J )r' yo r-r.YJ
Nama
Tempat & Tanggal Lahir
Pekeljaan
Jabatan
Pangkat & Golongan
Almat
Pendidikan
Pelatihan & Diklat
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
: H. Deden Hidayat, Le.
: Bogor,09 April 1960
: Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dosen Jurusan Bahasa
dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati
Bandung
: Lektor
: Penata IIIfe
: Jalan Suplier If 28 Perum Rancaekek kencana Blok
V RT.05/RWI8 Rancaekek Kabupaten Bandung
: I. Sekolah Dasar negeri (SON) dan Madrasah Islam
Negeri (MIN) di Bogor lulus tahun 1974;
2. Madrasab Tsanawiyah Negeri (MTsN) di
Pandeglang Banten lulus tahoo 1977;
3. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di
Pandeglang Banten lulus tahun 1981;
4. S.I. Universitas al-Azhar Cairo Mesir lulus tahun
1993; dan
5. S.2. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah jakarta lulus 2008
l. Kuliyah Mubalighin tahun 1991
2. Diktat Pembimbing Ibadab Haji (PIH) tahun 1995;
3. Halaqab Fiqh Siyasab 1997;
4. Workshop Metodologi Mengajar 1994; dan
5. Workshop Penagajaran Mata Kuliah Keahlian
Dasar Umum (MKDU) 1995.
Pengalaman Organisasi
Keluarga
170
I. Ketua Ketua organisasi intra Sekolah (OSIS) tahun
1979-1980;
2. Ketua II KPM.IB Cairo;
3. Wakil Katib NU Wilayah Jawa Barat (Periode
2001-Sekarang);
4. MUl Jawa Barat (Komisi Pendidikan dan Seni
Budaya Islam (Periode 2000-Sekarang);
5. Pembimbing Ibadah Haji poada KBIH YAl-IDl
Telkom Bandung 1995- Sekarang; dan
6. Dewan Keluarga Mesjid al-Mustaqim (Periode
2004-2007).
: I. Istri: Hj. Enong Iva Hifzhiyah, S.Ag.
2. Anak: Muhammad Hihayat (aim); Ahmad
Mutawakkil 'Alallah; Ahmad Mu'tashim Billah;
Ashfa Nahdiyatul 'Ula; dan Ahmah Muttaqy Lillah.