98
BAB I PENDAHULUAN Kondisi jalan di Propinsi Aceh yang mengalami kerusakan setiap tahun dengan adanya lubang sepanjang jalan dan permukaan jalan yang bergelombang. Kondisi tanah yang labil merupakan tanah rawa sehingga dapat mempengaruhi kekuatan struktur pondasi jalan. Air hujan yang tidak tersalurkan dengan baik menyebabkan aspal mudah mengelupas dari badan jalan. Kerusakan jalan juga diakibatkan oleh adanya kenderaan barang yang melewati jalan setiap hari dengan muatan melebihi Muatan Sumbu Terberat (MST) delapan ton. Rata-rata kenderaan barang yang melintasi jalan tersebut melebihi berat diatas sepuluh ton bahkan hingga mencapai dua puluh lima ton. Sistem pemeliharan yang ada saat ini tidak mengatasi permasalahan kerusakan jalan khususnya pada jalan dengan beban lalulintas tinggi. Kegiatan pemeliharaan yang dibagi menjadi dua macam yaitu ada yang bersifat rutin dan non rutin, durasi kontrak berlangsung selama satu tahun dan untuk tahun berikutnya dilakukan tender ulang untuk menentukan penyedia jasa baru yang akan melaksanakan pemeliharaan yang sama 1

Tesis Yang Coba Dikembangkan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gue

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

Kondisi jalan di Propinsi Aceh yang mengalami kerusakan setiap tahun

dengan adanya lubang sepanjang jalan dan permukaan jalan yang bergelombang.

Kondisi tanah yang labil merupakan tanah rawa sehingga dapat mempengaruhi

kekuatan struktur pondasi jalan. Air hujan yang tidak tersalurkan dengan baik

menyebabkan aspal mudah mengelupas dari badan jalan.

Kerusakan jalan juga diakibatkan oleh adanya kenderaan barang yang

melewati jalan setiap hari dengan muatan melebihi Muatan Sumbu Terberat

(MST) delapan ton. Rata-rata kenderaan barang yang melintasi jalan tersebut

melebihi berat diatas sepuluh ton bahkan hingga mencapai dua puluh lima ton.

Sistem pemeliharan yang ada saat ini tidak mengatasi permasalahan

kerusakan jalan khususnya pada jalan dengan beban lalulintas tinggi. Kegiatan

pemeliharaan yang dibagi menjadi dua macam yaitu ada yang bersifat rutin dan

non rutin, durasi kontrak berlangsung selama satu tahun dan untuk tahun

berikutnya dilakukan tender ulang untuk menentukan penyedia jasa baru yang

akan melaksanakan pemeliharaan yang sama

Bentuk kontrak kerja dalam pelaksanaan konstruksi pembangunan dan

pemeliharaan jalan pada saat ini dilakukan secara berkala dimana jangka waktu

pertanggung jawaban pelaksanaan pekerjaan tersebut adalah selama pelaksanaan

fisik dan jangka waktu penjaminan beberapa bulan. Sehingga apabila terjadi

kerusakan konstruksi yang lebih cepat dari umur rencana akan menjadi tanggung

jawab penguna jasa. Hal tersebut diatas terjadi karena bentuk kontrak kerja antara

penguna jasa dan penyedia jasa merupakan kontrak kerja yang mengikat dalam

jangka waktu yang pendek.

Dalam rangka meningkatkan mutu dari hasil kinerja penyedia jasa pada

sistem pemeliharaan jalan maka di gunakan konsep pemeliharaan Performaced

Based Contract (PBC) atau kontrak pemeliharaan berbasis kinerja dimana untuk

1

2

paket pemeliharaan jalan, Kontrak ini didasarkan atas kemampuan penyedia jasa

dalam mempertahankan kondisi minimum yang tercantum dalam kontrak dan

bukan terhadap volume pekerjaan yang telah di selesaikan. Sifatnya adalah

mengalokasikan tanggung jawab dalam desain dan pelaksanaan pekerjaan secara

efisien sepenuhnya tergantung pada penyedia jasa.

Kontrak pemeliharaan berdasarkan kinerja sangat penting bagi

pemeliharan jalan karena banyak memiliki keuntungan. Oleh karena itu perlu

dilakukan pendekatan untuk dapat diterima sebagai masukan bagi pihak pihak

yang berwenang dalam memilih jenis kontrak yang akan di gunakan untuk

pemeliharaan jalan di masa akan datang

Walaupun kontrak berdasarkan kinerja menpunyai berbagai keunggulan

namun diragukan masih sulit untuk dapat diterapkan di Indonesia.

Pemasalahannya pendanaanya yang berjangka panjang (multy years) butuh

penyesuaian dengan pendanaan di Indonesia yang umumnya berjangka satu tahun.

Selain itu saat ini belum ada dasar hukum yang kuat bagi penerapan kontrak

berbasis kinerja di Indonesia sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut untuk

mencari dasar hukum yang sesuai. Kontrak PBC ini telah sukses diterapkan di

USA, Selandia Baru, Uruguay, Argentina dan Estonia

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi penerapan kontrak

berbasis kinerja untuk paket pemeliharaan jalan Nasional dan Propinsi di

lingkungan Propinsi Aceh.

Metodologi penelitian mengunakan data sekunder yaitu dengan studi

literatur tentang kontrak konvensional dan kontrak PBC. Data Primer

dikumpulkan dengan menyebarkan angket dengan sifat tertutup. Responden yang

dipilih berdasarkan pengalaman dalam bidang pemeliharaan jalan. Jumlah

responden 60 orang yang terdiri dari pengguna jasa dari instansi pemerintah dan

penyedia jasa yang terdiri unsur kontraktor dan konsultan. Pengolahan data

dilakukan dengan analisis reliabilitas yaitu untuk menganalis kehandalan dari

angket yang disebar, analisa deskriftif dengan mencari nilai mean dan menentukan

mean yang paling dominan pada hasil pengolahan data, sedangkan skala yang

3

digunakan adalah skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap

dan pendapat seseorang tentang kejadian.

Manfaat dari penelitian ini ialah untuk mendapatkan persentase apakah

kontrak PBC tersebut dapat diterapkan di Propinsi Aceh

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Tinjauan kepustakaan bertujuan untuk membentuk kerangka teori dan

konsep sebagai dasar dalam menentukan metode penyelesaian yang merupakan

anggapan dasar, rumus-rumus serta teori teori yang berhubungan dengan pokok

permasalahan yang disesuaikan dengan keperluan.

2.1. Kontruksi jalan

Menurut UU. No. 38 tahun 2004 jalan adalah prasarana perhubungan darat

dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap

dan perlengkapannya. Berdasarkan peruntukanya jalan dibedakan menjadi ;

1 Jalan umum

2 Jalan khusus

Secara hirarki jalan dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu;

1. Jalan arteri yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan

ciri perjalanan jauh, kecepatan rata-rata tinggi.

2. Jalan kolektor yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan dengan

ciri perjalanan jarak sedang kecepatan rata-rata sedang.

3. Jalan lokal yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat

dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah.

Menurut kewenangannya jalan di bedakan menjadi :

1. Jalan nasional yaitu jalan arteri dan jalan kolektor yang menghubungkan antar

ibukota propinsi dan jalan strategis nasional, serta jalan tol

2. Jalan propinsi yaitu jalan kolektor yang menghubung ibukota propinsi dengan

ibukota kabupaten, atau antar ibukota kabupaten/kota.

3. Jalan kabupaten yaitu lokal yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan

ibukota kecamatan.

4

5

2.2. Pemeliharaan dalam dunia kontruksi

Menurut Antony S Coder (1996) aktifitas aktifitas pemeliharaan dalam

dunia kontruksi yang sering dilakukan adalah : pemeriksaan, inspeksi, perbaikan,

pengantian, modifikasi, kalibarasi, overhaul

Tujuan dari aktifitas pemeliharan yang paling utama adalah sebagai berikut :

1. Memperpanjang usia kegunaan asset

2. Ketersediaan optimum persedian peralatan yang dipasang untuk produksi dan

mendapat laba investasi

3. Menjamin kesiapan operasional

4. Menjamin keselamatan orang yang mengunakan

Sasaran dari aktifitas pemeliharaan adalah :

1. Mengurangi jumlah kerusakan

2. Perbaikan keadaan suatu peralatan atau bangunan bila rusak

3. Overhaul untuk mengembalikan keadaan peralatan seperti semula

2.2.1 Perencanaan pemeliharaan

Menurut Allan T Stutts (1990) Jenis-jenis perencanaan pemeliharaan

bangunan Infrastruktur adalah :

1. Pemeliharaan darurat (Breakdown maintenance)

Aktifitas pemeliharaan darurat adalah aktifitas pemeliharaan yang baru di

jalankan apabila suatu bangunan infrastruktur mengalami kerusakan walaupun

sebenarnya aktifitasnya pemeliharaan ini tidak di sarankan namun aktifitas

pemeliharan seperti ini mungkin menjadi penting untuk komponen –

komponen dari suatu peralatan bangunan infrastruktur yang harganya tidak

terlau mahal. Hal ini juga berlaku untuk peralatan yang tidak terlalu penting

dalam menunjang operasi pelayanan dari suatu bangunan infrastruktur

6

2. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)

Aktifitas Pemeliharaan korektif adalah pemeliharaan yang dilaksanakan

berdasarkan kepada suatu jadwal tertentu yang telah di buat sebelum atau

selama masa inspeksi. Sebagian aktifitas mungkin dilakukan sebagai hasil dari

dilaksanakan aktifitas inspeksi pada penerapan aktifitas pencegahan. Biasanya

aktifitas pemeliharaan korektif dan ganguan ganguan interupsi harian akan

berkurang sejalan dengan semakin baiknya aktifitas pemeliharan pencegahan.

3. Pemeliharaan renovatif ( renovative maintenance)

Aktifitas pemeliharaan renovatif dilakukan ketiga peralatan-peralatan yang

ada dapat dikeluarkan untuk sementara waktu dari area pelayanan.

Pemeliharaan ini melibatkan suatu modifikasi, perancangan ulang atau

instalasi teknologi baru. Aktifitas pemeliharaan renovatif ini menjadi perlu

untuk di perhitungkan apabila untuk aktifitas overhaul bertambah dari biaya

penggantinya

4. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)

Pemeliharaan pencegahan merupakan suatu usaha yang dilaksanakan untuk

menjaga agar kondisi bangunan infrastruktur tetap baik dengan melakukan

inspeksi, deteksi dan penggantian komponen terhadap gejala-gejala awal

kerusakan. Aktifitas pemeliharan ini dilakukan pada fasilitas-fasilitas

bangunan infrastruktur yang dianggap vital sebagai upaya untuk

meminimumkan terjadinya kerusakan-kerusakan pada peralatan-peralatan

tersebut.

2.2.2 Pelaksanaan pemeliharaan

Robinson, R, Danielson (1998) mengungkapkan pemeliharaan jalan dapat

menghambat tingkat kerusakan kondisi jalan, mengurangi biaya operasi

kenderaan (BOK) di jalan melalui perbaikan pada permukaan jalan dan

menyebabkan jalan tersebut dapat dilewati secara terus menerus

7

Pemeliharaan Jalan juga dipengaruhi oleh kondisi jalan sehingga kita

harus mengetahui jenis kondisi jalan yang ada. Penetapan kondisi jalan dapat

dibedakan menjadi :

1. Sangat baik (very good), berupa jalan baru atau jalan dengan kondisi fisik

ekuivalen dengan jalan baru.

2. Baik (good), Jalan dengan perkerasan yang sebagian besar bebas dari

kerusakan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin dan dapat juga perbaikan

permukaan. Untuk jalan tanpa perkerasan hanya diperlukan grading rutin dan

perbaikan setempat.

3. Sedang (regular), Jalan dengan perkerasan mengalami kerusakan yang secara

structural daya tahan terhadap beban lalu lintas melemah. Diperlukan

perkuatan pada perkerasan tanpa membongkar struktur dasar (existing) atau

dengan kata lain sudah di perlukan overlay atau rehabilitasi. Pada jalan tanpa

perkerasan, memerlukan grading dan tambahan lapisan gravel dan perbaikan

drainase di beberapa tempat

4. Buruk (bad), Jalan dengan perkerasan mengalami tingkat kerusakan yang

memerlukan rehabilitasi dengan segera, termasuk membongkar bagian yang

kurang baik. Pada jalan tanpa perkerasan memerlukan rehabilitasi dan

perbaikan drainase

5. Sangat buruk (very bad), jalan dengan perkerasan mengalami kerusakan

structural yang serius memerlukan rekontruksi, dengan pembongkaran

sebelumya dan pembuangan hampir seluruh eksisting. Pada jalan tanpa

perkerasan memerlukan rekonstruksi dan pekerjaan drainase jalan signifikan.

2.3. Bentuk bentuk kontrak

Menurut Yasin (2004) bentuk-bentuk kontrak yang ada di Indonesia dapat

di bedakan berdasarkan sudut pandang seperti berikut ini

1. Perhitungan biaya yaitu fixed lump sum price dan unit price.

8

2. Perhitungan jasa yaitu biaya tanpa jasa, biaya ditambah jasa dan biaya

ditambah jasa pasti.

3. Sistem pembayaran yaitu bulanan, atas prestasi dan pra pendanaan penuh oleh

penyedia jasa .

4. Aspek pembagian tugas yaitu kontrak konvensional, trunkey dan Engineering

Procument and Construction (EPC).

2.3 Jenis-jenis kontrak di Indonesia menurut Keppres No 80

Jenis kontrak di Indonesia secara formal didefinisikan melalui Pasal 30

Keppres No. 80/2003 tentang pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa

Pemerintah, dan Penjelasannya sebagai berikut:

Pasal 30

2.4.1 Kontrak Pengadaan Barang/jasa dibedakan atas:

1. Kontrak lump sum adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian

seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti

dan tetap, dan semua resiko yng mungkin terjadi dalam proeses penyelesaian

pekerjaan sepenuhnya ditanggung jawab oleh penyedia/jasa

2. Kontrak harga satuan adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian

seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdsarkan harga satuan yang

pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis

tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara,

sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas

volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia

barang/jasa

3. Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan adalah kontrak yang

merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang

diperjanjikan.

9

4. Kontrak terima jadi adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemborongan atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah

harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan

jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengna baik sesuai

dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan

5. Kontrak persentase adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi di bidang

konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan yuang

bersangkutan mjenerima imbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari

nilai pekerjaan fisik konstruksi/pemborongan tersebut

2.4.2 Berdasarkan jangka waktu pelaksanan.

1. Kontrak tahun tunggal adalah kontrak pelaksanaan pekerjan yang mengikat

dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran

2. Kontrak tahun jamak adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat

dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang dilakukan

atas persetujuan oleh Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai

APBN, Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/kota.

2.4.3 Berdasarkan jumlah pengguna barang/Jasa.

1. Kontrak pengadaan tunggal adalah kontrak antara satu unit kerja atau proyek

dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu

2. Kontrak pengadaan bersama adalah kontrak antara beberapa unit kerja atau

beberapa proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan

pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kegiatan bersama yang

jelas dari masing-masing unit kerja dan pendanaan bersma yang dituangkan

dalam kesepakatan bersama.

10

2.5 Metode kontrak pekerjaan jalan

Menurut Quiroz (1999) metode kontrak untuk pekerjaan jalan dapat

dibedakan berdasarkan karakteristik seperti tercantun dalam tabel 2.1 dibawah ini

Tabel 2.1 Metode-metode kontrak untuk pekerjaan jalan

Karakteristik No Metode Kontrak

Bentuk Kontrak/Cara Pembayaran

1. Berdasarkan biaya pekerjaan (cost-based), yaitu biaya aktual plus overhead dan keuntungan

2. Berdasarkan harga/nilai pekerjaan (price-based):a. Harga Tetap (Lump Sump)b. Harga Satuan (Unit Price), volume aktual dengan harga

satuan sesuai penawaranc. Berbasis Kinerja (Performance Based), Pembayaran

sesuai dengan “Kinerja” hasil pekerjaan (output)

Alokasi Resiko 3. Methoda pelaksanaan ditentukan dalam spesifikasi (methode-based spesification)

4. Bukan metoda atau material yang ditentukan dalam spesifikasi, tetapi “kinerja” hasil pekerjaan (Performance-based spesification)

Jangka Waktu 5. Jangka Pendek (sampai dengan 1 tahun)

6. Jangka Panjang (beberapa tahun, biasanya sampai dengan 5 tahun)

Sumber :Quiroz (1999)

2.6 Performance based contract (PBC)

Zietlow (1999) mendefinisikan Performance Based Contract adalah jenis

kontrak yang berdasarkan pembayaran pada pemenuhan indikator kinerja

minimum. Waktu kontraknya jangka panjang antara penguna jasa dan penyedia

jasa dimana penyedia jasa melaksanakan pekerjaan dan penilaian atas

pekerjaannya bukan berdasarkan volume kerja yang telah di selesaikan melainkan

berdasarkan kinerja layanan yang telah di capai. Pada kontrak ini yang menjadi

11

patokan adalah kinerja minimal dari suatu pekerjaan yang di kontrakkan dan harus

di jaga oleh penyedia jasa sebagai pemenang kontrak

Kontrak PBC mengalokasikan pertanggung jawaban dalam memilih

pekerjaan yang yang didahulukan, desain dan penerapannya sepenuhnya kepada

pihak penyedia jasa. Pemilihan dan pengaplikasian teknologi dan mencoba bahan-

bahan yang dapat di katagorika sebagai inovasi, proses dan manajemen semuanya

tergantung kepada pihak penyedia jasa. maka kontraktor dapat meningkatkan

efisiensi dan efektifitas dari teknologi, proses desain atau manajemen yang pada

akhirnya dapat biaya yang ada dalam standar.

Kontrak berdasarkan kinerja ini akan meminimalkan pengawasan dari

pihak pengelola jalan dan memaksa penyedia jasa untuk dapat memenuhi standar

yang ditentukan. Kontrak ini secara tidak langsung juga mengharuskan penyedia

jasa untuk melakukan survey lapangan selama pemeliharaan performan sehingga

kerusakan yang terjadi akan lebih cepat dideteksi dan diperbaiki lebih dini.

2.6.1 Landasan hukum PBC.

PBC merupakan hal yang relatif baru di indonesia. Dan tidak seperti

kontrak yang saat ini di gunakan, PBC merupakan jenis kontrak yang memiliki

karakteristik tersendiri, yaitu perencanaan dan pelaksanaan terintegrasi dalam satu

kontrak yang dilakukan oleh satu penyedia jasa dan dilaksanakan dalam tahun

jamak (multi years) dan pembayarannya dilakukan dengan sistem lumpsum.

Landasan hukum pemgembangan bentuk kontrak PBC adalah sebagai

berikut :

1. Undang Undang No. 18/Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi

12

Pasal 25 menyebutkan:

- Penguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas

kegagalan bangunan

-Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa

sebagaimana maksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan

akhir pekerjaan kontruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun

-Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetepkan

oleh pihak ketiga selaku penilai

Peraturan Pemerintah (PP) no 29/tahun 2000 tentang Penyelengaraan Jasa

Konstruksi pada bab V, tentang kegagalan bangunan

Pasal 31

Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi

yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebgaimana disepakati dalam

kontrak konstrusi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat

kesalahan penguna jasa atau penyedia jasa.

Pasal 35

- Jangka waktu pertanggung jawaban atas kegagalan bangunan

ditentukan sesuai dengan umur kontrusi yang direncanakan dengan

masimal 10 (sepuluh) tahun.

- Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus secara jelas dan

tegas dinyatakan dalam dokumen perencanaan, serta disepakati

dalam kontrak konstruksi

- Jangka waktu pertanggung jawaban atas kegagalan bangunan harus

dinyatakan dengan tegas dalam kontrak konstruksi

Berdasarkan jangka waktu pelaksanaannya, PBC merupakaan kontrak jenis tahun

jamak (multy years) atau lebih dari 1 (satu) tahun anggaran. Menurut Pasal 30

13

ayat (8) Perpres No 70/2005 tentang Perubahan Ketiga Atas Keppres No.80/2003

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah yang dimaksud

dengan kontrak tahun jamak adalah

Kontrak Pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk lebih dari

1(satu) tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh menteri keuangan

untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untuk pengadaan yang di

biayai APBD Propinsi, Bupati /walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD

kabupaten/kota.

Penjelasan Pasal 30 ayat (8) pada Keppres No.80/2003 menambahkan bahwa

Untuk sistem kontrak tahun jamak perlu diperhatikan bahwa ketentuan mengenai

eskalasi dan perhitungan rumus eskalasi ditetapkan oleh kepala kantor/satuan

kerja dan dimasukan dalam dokumen pengadaan/kontrak

Untuk kontrak tahun jamak yang dibiayai oleh APBN diperlukan persetujuan

Menteri Keuangan. Hal ini diatur dalam Keppres No. 52/2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Pasal Ayat (1) :

(1) Perjanjian/kontrak pelaksanaan pekerjaan untuk masa lebih dari 1(satu)

tahun anggaran atas beban anggaran dilakukan setelah mendapat

persetujuan Merteri Keuangan.

Sementara apabila dibiayai sebagian atau seluruhnya dengan pinjaman/hibah luar

negeri, kontrak tersebut tidak memerlukan persetujuan Menteri Keuangan, namun

harus mencantumkan tahun anggaran pembebanan dana di dalam

perjanjian/kontraknya. Hal ini diatur dalam Keppres No.42/2002 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Pasal 16 ayat

(2) dan (3)

(2) Perjanjian yang dibiayai sebagian atau

seluruhnya .......................................... pinjaman hibah luar negeri untuk

masa lebih dari 1 (satu) anggaran tidak memerlukan persetujuan Menteri

Keuangan.

14

(3) Perjanjian/kontrak yang dibiayai sebagian maupun seluruhnya dengan

pinjaman/hibah luar negeri untuk masa pelaksanna pekerjaan melebihi 1

(satu) tahun anggaran maka di dalam perjanjian/kontrak tersebut harus

mencantumkan tahun anggarn pembebanan dana.

Berdasarkan bentuk imbalannya, PBC merupakan kontrak yang mengunakan

sistem lumpsum. Pasal 30 ayat (2) Perpres No. 70/2005 tentang Perubahan Ketiga

Atas Keppres No.80/2003 tentang Pedoman Pelaksanan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, mendefinisikan kontrak lumpsum sebagai berikut;

Kontrak lumpsum adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian

seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti

dan tetap dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian

pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa

Penjelasan Pasal 30 ayat (2) pada Keppres No.80/2003 menambah bahwa;

Keppres;

Sistem kontrak ini lebih tepat digunakan untuk pembelian barang dengan contoh

yang jelas, atau jenis pekerjaan borongan yang perhitungan volumenya untuk

masing-masing unsur/jenispekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti

berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknisnya. Harga yang mengikat

dalam kontrak sistem ini adalah total penawaran harga.

Spesifikasi teknis di susun oleh panitia pengadaan sesuai dengan jenis pekerjaan

yang di lelang. hal ini diatur dalam Standar Dokumen Pelelangan Nasional.

Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan) yang merupakan bagian

tak terpisahkan dari Kepmen Praswil No.257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan

Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi;

15

Bab VI Spesifikasi Teknis

Keterangan

Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasarkan jenis pekerjaan

yang akan dilelang dengan ketentuan;

1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup

kemungkinan digunakan produksi dalam negeri

2. Semaksimal mungkin diupayakan mengunakan standar nasional

3. Metode pelaksanaan harus logis realistik dan dapat dilaksanakan

4. Jadwal waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metode pelaksanakan

5. Harus mencantum macam,jenis,kapasitas dan jumlah peralatan utama

minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan

6. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujuan bahan dan hasil produk

7. Harus mencantumkan syarat syarat bahan yang dipergunakan dalam

pelaksanaan pekerjaan

8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output Performance) yang

diinginkan

9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran

2.6.2 Perbedaaan utama antara PBC dan kontrak tradisional.

Menurut Stankevich et al (2005) perbedaaan utama antara PBC dengan

kontrak tradisional adalah sebagai berikut.

1. Kontraktor dibebani sejumlah tanggung jawab dan resiko yang biasanya

merupakan tanggung jawab pemilik proyek didalam kontrak tradisional

16

berbasis metode. Di satu sisi penyedia jasa tidak di kekang oleh pengguna jasa

dalam membuat keputusan dalam hal “apa yang harus dikerjakan”, “kapan

bekerja” dan bagaimana mengerjakannya. Penyedia jasa bebas melakukan

inovasi teknik dan teknologi untuk mengurangi biaya sepanjang tingkat

pelayanan yang diisyaratkan dalam dokumen kontrak tercapai. Disisi lain,

Penyedia jasa bertangung jawab terhadap keseluruhan resiko apabila terjadi

kegagalan pengelola dan inovasi, misalnya kesalahan dalam memperkirakan

kerusakan asset yang di kontrakkan.

2. Proses seleksi dalam kontrak yang berbasis kinerja biasanya berdasarkan pada

nilai terbaik (the best Value) yang mungkin tidak perlu merupakan penawaran

terendah (the lowest bid). Karena resiko dan tanggung jawab pengelola lebih

banyak ditanggung oleh penyedia jasa. Penguna jasa menginginkan jaminan

kapasitas pengelolaan yang dimiliki penyedia jasa. Proses seleksi meliputi

pemilihan penyedia jasa yang menpunyai kemanpuan untuk menilai kondisi

asset, menentukan pemilihan waktu pemeliharaan, memilih material dan

metode kerja. Hanya setelah yakin bahwa para penawar cukup memenuhi

syarat, biasanya melalui proses prakualifikasi, barulah proses seleksi

mempertimbang pengajuan biaya.

3. Skema pembayaran dalam PBC dibuat berdasarkan fixed price lump sum yang

biasanya melalui angsuran yang seragam yang dikaitkan dengan pemenuhan

target kinerja yang terus menerus. Penyedia jasa tidak dibayar untuk pekerjaan

fisik yang di selesaikan, namun untuk hasil akhir (tingkat pelayanan) yang

telah diberikan.

Jangka waktu untuk PBC lebih panjang dari pada kontrak tradisional karena

penyedia jasa menangung resiko dan tanggung jawab yang lebih besar dan

diharuskan melakukan pemeliharaan tertentu yang terjadi setiap tahun.

Terjadi perubahan pengelola jalan dalam penerapan PBC. Perbandingan

peran pengelola jalan dalam metode kontrak tradisional dan metode PBC

dijelaskan pada tabel 2.2 .

17

Tabel.2.2. Pembagian peran dalam pengelolaan jalan

Aspek Pengelolaan

Jalan

Perencanaan (Planning)

Perancangan (Design)

Konstruksi (Build)

Pemeliharaan (Maintenance)

Pengelolaan (Management)

Kontrak Tradisional

Pengelola Jalan (Owner)

Pengelola Jalan (Owner)

Kontraktor Pengelola Jalan (Owner)

Pengelola Jalan (Owner)

Kontrak berbasis Kinerja

Pengelola Jalan (Owner)

Kontraktor Kontraktor Kontraktor Pengelola Jalan (Owner)

Sumber : Abduh M (2003)

2.6.3 Kelebihan kontrak berbasis kinerja

Stankevich et al (2005) dalam kajiannya menguraikan bahwa penyedia

jasa cenderung beralih kepada pendekatan PBC disebabkan oleh beberapa

kelebihannya dibandingkan kontrak tradisional,yaitu

1. Penghematan biaya pengelolaan dan pemeliharaan asset.

2. Penyedia jasa dapat menperkirakan anggaran dengan jauh lebih pasti

3. Lebih sedikit jumlah staf yang diperlukan untuk mengelola jaringan jalan

4. Kepuasan penguna jalan terhadap pelayanan dan kondisi jalan lebih tinggi

5. Anggaran yang terjamin untuk pemeliharaan tahun jamak

PBC dapat menghemat biaya melalui beberapa hal sebagai berikut :

1. Insentif terhadap sektor swasta untuk melakukan inovasi dan produktivitas

yang lebih tinggi

2. Pengurangan dalam pengeluaran biaya adminitrasi dan pengeluaran tambahan

penyedia jasa, sebagai akibat dari paket kontrak yang lebih baik, staf

administrasi dan teknik yang lebih sedikit.

3. Fleksibilitas yang sangat signifikan bagi sektor swasta untuk menerima

penghargaan apabila menunjukan kinerja yang baik dan mendapatkan reaksi

segera apabila tidak menunjukan kinerja yang baik.

18

PBC membantu menjamin perubahan permintaaan diminimalkan dan

penyedia jasa umumnya dibayar dalam bentuk angsuran yang tetap tiap bulan

selama masa kontrak. Resiko pembiayaan yang berlebih beralih kepada penyedia

jasa dan penguna jasa tidak akan menghadapi pembiayaan yang tidak terduga.

PBC dapat memberikan kepuasan pengguna jalan yang lebih tinggi dengan

cara menyertakan tuntutan pengguna jalan ke dalam kriteria pembayaran kepada

penyedia jasa. Hal ini dapat dinyatakan secara jelas dalam indikator kinerja yang

disyaratkan dalam dokumen kontrak.

Pendekatan PBC dapat menbantu menjamin anggaran yang stabil untuk

program pemeliharaan jalan dalam masa yang lebih panjang dibandingkan kontrak

tradisional.

2.6.4. Perkembangan kontrak berbasis kinerja (PBC) di negara lain

Perkembangan PBC untuk pemeliharaan jalan dimulai sejak akhir 1980

dan awal 1990. Memurut (Zietlow, 2001), PBC diawali oleh British Columbia di

kanada yang mengkontrakkan pemeliharaan jalan pada tahun1988, akan tetatpi

standar kinerja yang digunakan masih berorientasi pada prosedur kerja dan

material yang digunakan serta tidak berorientasi pada hasil akhir. Standar ini

samgat menbatasi konstraktor untuk melakukan inovasi teknologi.

Setelah itu, Argentina mengkonsesesi 10.000 km jalan nasional dengan

berpatokan pada hasil akhir pekerjaan melalui spesifikasi kinerja untuk

pemeliharaan jalan. Argentina mulai menperlakukan suatu sistim sangsi apabila

kontraktor tidak memenuhi waktu respons untuk menperbaiki kerusakan jalan.

Australia pertama kali mengunakan kontra kinerja pada tahun 1995 yang

mencakup 459 jalan kota di Sydney. Setelah iti beberapa kontrak baru telah

diterapkan di New South Wales. Tasmania dan Australia Barat dan Selatan. Pada

tahun 1998 New Zealand menerapkan kontrak kinerja untuk 406 km jalan

19

nasional. Saat ini 10 % pemeliharaan jalan nasional dilakukan dengan skema

kontrak kinerja.

Di. Amerika Serikat, Negara Bagian Virginia mempelopori kontrak kinerja

disebut dengan Asset Management and Maintenance Contract untuk pemeliharan

402 km jalan anatar negara bagian pada tahun 1996. Empat tahun kemudian,

Negara Bagian Washington mengikuti kontrak serupa yang mencakup 119 km

jalan federal. Kedua kontrak tersebut dinilai sbagai proyek percotohan

Kajian yang dilakukan oleh Stankevich et al (2005) memperlihatkan

bahwa beberapa negara yang telah menerapkan PBC telah mencapai beberapa

kesuksesan sebagai berikut:

1 Penghematan biaya dari 10% sampai 40 %

Virginia Departement of Transportation, USA membayar USD 22.400 per mil

pertahun mengunakan PBC, sementara pada saat mengunakan kontrak

tradisional biaya pemeliharaan yang dikeluarkan mencapai USD 29.500 per

mil per tahun. Di Selandia Baru, penerapan PBC berhasil menurunkan

professional costs sebesar 30 % dan 17 % untuk biaya pekerjaan fisik dengan

pertumbuhan lalulintas 53%

2. Kepastian pengeluaran

Penyedia jasa dibayar dengan harga tetap (fixed price) berdasarkan jadwal

yang teratur. Penyedia jasa menikmati kontrol penuh pengeluaran tanpa adanya

perubahan perubahan permintaan yang tidak terduga (unexpected variation

orders)

3. Pengurangan tenaga kerja di kantor

Di Estonia, 63% jaringan nasional dikontrak dalam skema PBC. Tenaga kerja

institusi pengelola jalan di tingkat nasional dan tingkat bawah telah berkurang

dari 2.046 orang tahun 1999 menjadi 692 orang tahun 2003.

20

2.6.5 Pengalaman dan rencana penerapan PBC di Indonesia

PT. Jasa Marga (Persero) pada tahun 2000 mencoba menerapakan

Performance Based Maintenance Contract (PBMC) untuk ruas jalan tol Cawang-

Pluit (Astuti, 2005), Latar belakang dari penerapan PBMC ini karena PT Jasa

Marga (Persero) menginginkan kesinambungan tingkat layanan jalan selama masa

layanan Sebelumnya kontrak yang digunakan adalah kontrak tradisional sehingga

PT Jasa Marga mengalami beberapa kendala sebagai beikut

Banyaknya kontrak yang harus ditangani tiap tahun

Banyak sumber daya manusia yang harus dialokasikan untuk perencanaan dan

pengawasan pekerjaan

Perbaikian kerusakan biasanya dilakukan sesaat sebelum serah terima akhir

(Final Hand Over)

Tidak adanya penalti apabila kerusakan terjadi dalam masa jaminan

pemeliharan.

Dengan Alasan alasan tersebut di atas PT Jasa Marga (Persero) mencoba

untuk menerapkan PBMC pada ruas Cawang- Pluit. Akan tetapi pada

pelaksanaannya PT Jasa Marga mengalami kendala dari kontraktor sebagai

berikut:

Ketidaksiapan untuk menyusun program dan jadwal pemeliharaan

Kurangnya pengetahuan dalam memilih metode yang sesuai untuk perbaikan

Tidak dipahaminya indikoator kinerja dan cara pengukuranya

Sebagian besar kontraktor tidak menpunyai sumber daya (alat dan keuangan)

yang cukup

Berdasarkan kemampuan kontraktor tersebut PT Jasa Marga akhirnya

memodifikasikan PBMC menjadi Modifed PBMC yang intinya sebagai berikut:

21

Ruang lingkup dan jenis pekerjaan didefinisikan oleh PT Jasa Marga

Pekerjaan dilaksanakan oleh konstraktor berdasarkan lingkup dan jenis

pekerjaan dan masa pemeliharaan menjadi dua tahun dimulai dari serah terima

bersyarat (Provisional Hand Over)

Jaminan pemeliharaan adalah 10 % dari nilai kontrak yang dibagi menjadi dua

tahap yaitu tahap 1 (5% selama 12 bulan setelah PHO) dan tahap II (5 %

selama 30 hari setelah FHO)

.

2.6.6 Aspek aspek dan konsekuensi penerapan kontrak berbasis kinerja.

Menurut Purnomo (2008), setiap ada perubahan dalam sistem

pemerintahan akan membawa dampak positif dan juga dampak negatif. Dampak

positifnya perlu kita dorong dan perkuat sedang dampak negatifnya perlu di kelola

dan dicari peluang supaya bisa bersinergi dengan dampak positinya. Untuk

mencegah adanya dampak negatifnya diantaranya; adanya tender yang kurang

transparan; Penyedia jasa meninggalkan pekerjaan karena salah perhitungan;

gugatan hukum penyedia jasa karena tidak jelasnya persyaratan yang diberikan

pada saat pelelangan ; gugatan masyarakat pengguna/pemanfaat jalan karena

dihalangi menggunakan/memanfaat jalan yang di kelola penyedia jasa seperti

muatan lebih memanfaatkan rumija, pasar tumpah dan lain lain perlu dikondisikan

aturan dan sistim yang dapat mencegah terjadinya dampak tersebut sebelum

dilaksanakan sistim PBC. Hal hal yang perlu di kondisikan sebelum pelaksanaan

PBC.

Kondisi ideal bagi Penerapan PBC menurut Performance-Based

Mangement and maintenance of Road (PMRR Workshop Bina marga 2006)

adalah:

Pemilik memiliki pengalaman mamajemen kontrak yang baik berkomitmen

terhadap konsep PBC

22

Memiliki pengetahuan yang baik terhadap jaringan, kebutuhan pemeliharaan

dan biaya

Lalu lintas yang baik, jalan yang penting bagi perekonomian

Kebutuhan pemeliharan dapat diprediksi dan pekerjaan darurat yang terbatas

Jaminan Pembiayaan untuk mendapat level layanan yang baik

Durasi kontrak yang cukup siklus pemeliharaan dan kelayakan investasi

kontraktor

Pengawasan dan evaluasi berkala selama masa kontrak.

2.6.7 Aspek volume pekerjaan yang akan dilelang

Menurut Purnomo (2008) Kegiatan dalam PBC untuk pekerjaan jalan

perlu dibagi dalam beberapa bagian yang terdiri dari ;

a. Bagian Pertama : BOQ untuk bagian bagian jalan/jembatan yang perlu

ditingkatkan, dilebarkan, dibangun baru.

b. Bagian kedua : BOQ untuk bagian bagian jalan yang perlu di

rehabilitasi, dilakukan pemeliharan berkala.

c. Bagian ketiga : BOQ untuk dipelihara dengan pemeliharaan rutin

d. Bagian Keempat : BOQ untuk pekerjaan yang sifatnya emergensi/bencana

alam seperti banjir, gempa bumi dan lain lain

Volume tersebut merupakan volume indikasi dan penyedia jasa diminta untuk

membuat desain beserta desain alternatif desain untuk penawarannya.

23

2.6.8 Aspek kinerja jalan yang ingin dicapai selama masa pemeliharan

Menurut Widjaya,Joko (2003) kriteria tentang mutu jalan pada kontrak

PBC dinyatakan dengan suatu yang harus dicapai selama masa layanan. Dalam

masa kontrak tersebut inspeksi terhadap aset jalan secara terus menerus dilakukan

untuk menjamin bahwa persyaratan indikator kinerja terpenuhi. Adapun aset jalan

mencakup perkerasan jalan, bahu jalan, drainase, rambu lalu lintas dan

perlengkapan jalan serta jembatan.

Adapun bentuk-bentuk standar yang biasa dilaksanakan di Amerika latin

(Africa Technical Note 1998) adalah sebagai berikut:

1. International Roughness Index (IRI) untuk mengukur ketebalan permukaaan

jalan yang menpengaruhi biaya operasi kenderaan.

2. Tidak adanya ”Pothole” serta pengawasan terhadap cracks dan rutting

3. Jumlah minimum jejak (friction) antara ban mobil dengan permukaan jalan

untuk alasan keamanan

4. Jumlah Minimum bungkahan dari tanah liat yang menutupi/menghalangi

sistim drainase

5. Retroflexxivity dari road sign and marking

6. Pengawasan terhadap tingginya alang alang atau tumbuhan sampai pada tinggi

tertentu.

Menurut Purnomo (2008) kinerja jalan yang ingin dicapai harus jelas,

termasuk toleransi yang di perbolehkan serta denda dan bonus bila menyimpang

dari ketentuan yang telah di sepakati misalnya;

a. Penilaian terhadap kesiapan jalan untuk dapat dilalui oleh kenderaaan.

b. Penilaian terhadap kemampuan pelayanan dan kenyamanan jalan.

c. Penilaian terhadap kinerja lapis permukaan.

24

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel B.2.1 hal s/d .

2.6.9 Aspek pengawasan dan program jaminan mutu

Menurut Stankevich et al (2005) Pemantauan dan evaluasi kinerja

kontraktor terhadap persyaratan kerja. Pemilik proyek harus menentukan cara

dan frekuensi inspeksi pemantauan, komposisi tim inspeksi gabungan pihak

yang bertanggung jawab untuk menyusun inspeksi rutin. Prosedur penjadwalan

dan ketentuan pemilihan segmen jalan yang akan di uji. Tim inspeksi terdiri dari

pihak yang berkepentingan yang terdiri dari pemilik proyek, kontraktor dan

pengawas. Karena indikator kinerja yang ditetapkan dalam PBC umunya

mengambarkan keperluan penguna jalan, penguna jalan juga dapat berpartisipasi

dalam pemantau kinerja untuk menyuarakan kulitas pelayanan yang diberikan.

2.6.10 Aspek Jaminan ketentuan pembayaran pekerjaan

Menurut Stankevich et el (2005) Ketentuan pembayaran harus dihubungkan

dengan indikator kinerja yang dinyatakan dalam kontrak. Kontraktor dibayar

berdasarkan Fixed price lump sum dalam hal pemenuhan (compliance) indikator

indikator kinerja. Secara periodik, hukuman untuk non compliance harus

ditentukan untuk tiap tiap indikator dan dipotong dari jadwal pembayaran

terhadap kontraktor. Penetapan mekanisme reward di dalam kontrak

direkomendasikan untuk menberikan penghargaan bagi kontraktor jika berhasil

memenuhi atau melampaui tingkat pelayanan yang dinginkan selama periode

tertentu. Mekanisme seperti ini menberikan insentif bagi kontraktor unuk

melakukan inovasi dan standar pelayanan yang tinggi.

Menurut Purnomo (2008) masalah pembayaran pekerjaan pada kontrak

PBC dapat diuraikan sebagai berikut:

Pekerjaan PBC harus dibayar dengan lump sum sesuai kontrak, dimana harga

tersebut mencakup semua kompensasi kontraktor untuk survey kondisi,

25

penyedia semua bahan, pekerja, peralatan dan keperluan lainya sampai

diterima oleh pemilik pekerjaan.

Dengan syarat diterbitnya pengesahan tertulis setiap bulan selama 6 bulan dari

direksi pekerjaan atas kinerja kontraktor yang memenuhi ketentuan dalam

pelaksanaan semua operasi pemeliharaan yang diperlukan, maka pembayaran

lump sum harus dibayarkan kepada kontraktor sebesar nilai yang diajukan

oleh kontraktor

Jika dalam salah satu hari setelah terjadinya kerusakan dalam periode

pemeliharaan, kontraktor telah gagal atau melalaikan pelaksanan perbaikan

kerusakan lubang dan melalaikan lebih dari 7 (tujuh) hari untuk perbaikan

kerusakan lainya (retak, deformasi dan pelepasan butir) kontraktor akan

dikenakan denda 1% (satu persen) dari harga lump sum untuk pekerjaan

pemeliharaan yang belum dibayar selama periode 6 (enam) bulan.

2.7 Metode pengambilan sampel dan angket

Menurut Nazir (2003), metode pengambilan sampel ada 2 yaitu sampel

besar dan sampel kecil. Sampel besar adalah sampel dengan jumlah responden

sebanyak 30 orang atau lebih, sedangkan sampel kecil adalah sampel dengan

jumlah responden kurang dari 30.

Menurut Riduwan (2002), angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan

kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan

permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang

lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila

responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam

pengisian daftar pertanyaan.

2.8 Skala likert

Menurut Riduwan (2000), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang, atau sekelompok tentang kejadian atau gejala

sosial. Untuk mengukur Variabel penelitian digunakan skala Likert, dimana

26

variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi beberapa level variabel. Akhirnya

dari variabel level terakhir dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item

instrumen yang berupa pernyataan – pernyataan yang perlu dijawab oleh

responden.

2.9 Metode statistik

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan perhitungan pada penelitian

ini adalah analisis reliabilitas, analisis deskriptif

2.9.1 Analisis reliabilitas

Menurut Arikunto (2002), analisis reliabilitas menunjuk pada suatu

pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan

sebagai alat pengumpul data. Analisis reliabilitas yang umum digunakan adalah

analisa Cornbach Alpha. Adapun pengujian dengan menggunakan koefisien

Cornbach Alpha harus lebih besar atau sama dengan 0,6 yaitu nilai yang dianggap

dapat menguji valid tidaknya kuisioner yang digunakan.

Rumus – rumus yang digunakan (Arikunto,2002) adalah sebagai berikut :

...............................................................................(2.1)

Keterangan :

r = reabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= jumlah varians butir

= varians total

Rumus untuk varians butir dan varians total :

...........................................................................(2.2)

27

..........................................................................................(2.3)

Keterangan :

Jki = jumlah kuadrat seluruh butir

Jks = jumlah kuadrat subjek

2.9.2 Analisis deskriptif

Analisa Deskriptif memberikan gambaran mean, median, mode dan

standar deviasi dan peringkat masing – masing parameter yang dibahas dan

disajikan dalam bentuk tabel –tabel. Statistik deskriptif juga dipergunakan untuk

mengorganisasikan dan meringkas data yang diperoleh dari hasil pengumpulan

data di lapangan (Soepono, 1997).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang akan dikemukakan sesuai dengan permasalahan

dan didukung oleh telaah kepustakaan. Penelitian ini diawali dengan membuat

angket selanjutnya menbagikanya kepada sejumlah responden. Hasil jawaban

responden diolah dengan mengunakan model statistik dengan alat bantu SPSS

untuk mendapatkan potensi penerapan PBC pada pemeliharaan jalan di propinsi

Aceh

3.1 Subjek dan objek penelitian

Subjek penelitian adalah responden yang berpangalaman dalam proyek

ke binamargaan baik penguna jasa maupun penyedia jasa yang berlokasi di

seluruh propinsi Aceh, terutama dikota Banda Aceh dan Aceh Besar .

Objek penelitian adalah Penerapan Performaced Based Contract (PBC),

kesiapan pemerintah yang bertindak sebagai penguna jasa dan para penyedia jasa

dalam melaksanakan PBC dalam pemeliharan jalan.

3.2. Teknik pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah data sekunder

dan primer.

28

29

3.2.1. Data sekunder

Melalui studi literatur antara kontrak konvensional dan PBC yang

diperoleh dari artikel, jurnal serta dokumen kontrak tentang proyek pemeliharaan

jalan yang diperoleh pada Dinas Bina Marga dan Cipta Karya.

3.2.2. Data primer

Data primer di peroleh dengan menyebarkan angket kepada responden

yang dipilih berdasarkan pengalaman, keahlian dan fungsinya. Jumlah responden

direncanakan 60 orang yang terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa.

Langkah langkah penyebaran angket adalah sebagai berikut:

1. Angket disebarkan ke responden dengan diantar langsung oleh peneliti yang

dibantu oleh 2 orang tenaga pencacah.

2. Penyebaran dan pengumpulan angket direncanakan dalam 1 (satu) bulan.

3.3. Rancangan angket yang digunakan

Angket dirancang sebagai sarana pengumpulan data penelitian tehadap

potensi penerapan PBC pada pemeliharaan jalan di propinsi Aceh. Angket

tersebut disusun berdasarkan teori-teori dan asumsi-asumsi yang relevan dengan

penelitian.

Angket dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian

1. Angket A

Angket A meliputi pertanyaan pertanyaan mengenai identitas responden

secara umum angket dapat dilihat pada lampiran B 3.2 halaman 85 s/d 94

30

2. Angket B

Angket B berisikan pernyataan pernyataan mengenai indikator kesiapan

pemerintah, indikator kesiapan penyedia jasa baik kontraktor maupun

konsultan, kualitas sumber daya manusia, sistem pengawasan, sistem

pembayaran, aspek hukum dan ketersediaan data.

Pertanyaan dibagi kepada responden dan dapat diisi dengan dibimbing

langsung oleh peneliti. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup

Contoh kisi-kisi penyusunan instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel

3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1 Contoh kisi kisi penyusunan instrumen penelitian

Variabel Level Indikator Deskriptor Sumber

Potensi Penerapan

PBC

1.Indikator Kesiapan Pemerintah

1.Penyiapan Dokumen Prakualifikasi

Purnomo

(2008)2.Penyiapan

Dokumen Kontrak

3.Menetap Lingkup Jaringan

Untuk selengkapnya kisi kisi intrumen penelitian ini dapat dilihat pada

lampiran B.3.1 hal 76 s/d 83 .

3.4 Metode pengolahan data

Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan perhitungan data

dengan cara statistik dengan mengunakan alat bantu komputasi SPSS (Statistical

31

Product and Service Solution) dan hasilnya akan ditampilkan dalam bentuk tabel.

Analisa yang dilakukan terdiri dari analisis reabilitas dan deskriptif. Tujuan

analisa ini yaitu untuk mengetahui tingkat kesiapan penerapan sistem PBC di

provinsi Aceh.

3.4.1 Analisa reliabilitas

Analisa reliabilitas digunakan untuk menganalisa kelayakan angket

apakah item-item angket layak sebagai alat peneliti terhadap variabel yang

digunakan berdasarkan data isian yang diterima responden. Pengujiannya

mengunakan rumus persamaan (2.2) sampai dengan (2.4). Angka yang di dapat

harus lebih besar atau sama dengan 0,6. Data yang diperlukan untuk analisa ini

adalah jumlah responden, jawaban responden berupa skala likert.

3.4.2 Analisa deskriptif

Pada penelitian ini analisis deskriptif yang dipakai hanya untuk melihat

mean tertinggi dan terendah dari masing masing responden dalam hal potensi

penerapan PBC pada pemeliharaan jalan di Propinnsi Aceh. Adapun teknik

penyajian data yang didapat adalah memberikan gambaran mean dan disajikan

dalam bentuk tabel

cara mengkonversi skor mentah (dari angket) menjadi skor standar dengan

norman relative skala lima berikut :

a. Mencari nilai rerata (mean) masing-masing skor sub variaable/indicator yang

diperoleh dari responden melalui jawaban pada angket .

32

Dimana:

Mean skor ideal jawaban responden = 5

Mean skor rerendah jawaban responden = 1

b. Mengacu pada mean skor ideal dan mean skor terendah tersebut dibuat

pedoman kriteria interprestasi skor tabel berikut :

Tabel 3.2 Kriteria Interpretasi Skor

No Rentangan Prosentasi Skor

Rentangan Skor Mean

Kualifikasi

1 Angka 81 % - 100 % 4.05 – 5.00 Sangat setuju

2 Angka 61 % - 80 % 3.05 – 4.04 Setuju

3 Angka 41 % - 60 % 2.05 – 3.04 Ragu-ragu

4 Angka 21 % - 40 % 1.05 – 2.04 Kurang setuju

5 Angka 0 % - 20 % 0.00 – 1.04 Tidak setuju

Sumber : Riduwan (2002)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dikemukakan hasil-hasil pengolahan dan analis data yang

didasarkan pada metode penelitian yang dikemukakan pada Bab III. Pada bagian

awal akan dibahas profil responden. Dilanjutkan dengan pembahasan mengenai

kesiapan penguna jasa dan penyedia jasa dalam penerapan kontrak berbasis

kinerja di Propinsi Aceh.

Peneliti ini akan melakukan kajian kesiapan kedua pihak tersebut dari segi

indikator kesiapan dalam melaksanakan kontrak berbasis kinerja, kesiapan sumber

daya manusia, sistim pengawasan, sistim pembayaran, aspek hukum dan

ketersediaan data

4.1 Hasil Pengolahan Data.

Dari hasil penyebaran Angket diperoleh data berupa input yang dimasukan ke

dalam rumusan statistik berupa program SPSS dan Microsoft Exsel yang nantinya

menghasilkan output tingkat kesiapan penerapan kontrak PBC pada pemeliharaan

jalan di propinsi Aceh. Hasil jawaban Angket dapat diliahat pada lampiran C.4.1

halaman 97.

4.1.1 Karakteristik responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini dipilih berdasarkan

pengalaman, keahlian dan funsinya yang berjumlah 60 orang. Hal ini dapat

dikelompokan atas jenis kelamin, masa kerja dan pendidikanya. Pengelompokan

ini dimaksud untuk mengetahui jumlah dan persentase dari masing-masing

responden sehingga responden dapat lebih dikenal melalui cirri-ciri yang telah

33

34

disebut di atas. Secara lebih jelas indentitas 60 responden berdasarkan karakteritik

tersebut diatas dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Demografi Frekuensi Persentae

1.Jenis Kelamin

Pria 59 98.3

Wanita 1 1.7

2. Jabatan

Instansi Pemerintah / Pengguna Jasa

Kepala Dinas (setara eselon 2) 3 5.0

Kepala Bidang 7 11.7

Kasub Bidang 2 3.3

Kepala SNVT / KPA 4 6.7

PPK / PPTK 9 15.0

Staff Bidang 7 11.7

3.Penyedia Jasa

Direktur Utama 4 6.7

Kepala Cabang 1 1.7

Manager Proyek 5 8.3

General Superintendant 4 6.7

Site Enggenering 6 10.0

Chief Enggenering 5 8.3

Quality Enggenering 3 5.0

4. Masa Kerja

35

1 – 5 Tahun 2 3.3

6 – 10 Tahun 36 60.0

11 – 20 Tahun 22 36.7

5.Pendidikan Terakhir

STM / SLTA - -

Diploma 2 3.3

Sarjana / S2 58 96.7

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.1 di atas, maka dapat dilihat dari

60 angket yang telah disebarkan kepada responden, Jumlah responden

berdasarkan jenis kelamin adalah pria 59 orang dan wanita 1 orang.. Para

responden terbagi atas beberapa tingkat jabatan sampai dengan staf yang sudah

berpengalamam dalam pemeliharaan jalan.

4.1.2 Analisis reliabilitas

Digunakan analisis reliabilitas berdasarkan Cronbach Alpha. Adapun

pengujian dengan mengunakan koefisien Cronbach Akpha harus lebih besar atau

sama dengan 0,6 yaitu nilai yang dianggap dapat menguji reliable (handal)

tidaknya angket yang digunakan.

Contoh hasil perhitungan reliabilitas dari variabel variabel berdasarkan

jawaban responden yang mengunakan bentuk penilaian skala likert dapat dilihat

pada tabel 4.2 di bawah ini, hasil perhitungan reabilitas menguunakan SPSS dan

MS. Excel dapat dilihat pada perhitungan halaman 99 sampai dengan halaman

112

36

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas

No. Faktor Alpha Jumlah Variabel

1 Indikator Kesiapan Penyedia jasa 0.856 8

2 Indikator Kesiapan Penguna Jasa 0.938 11

3 Indikator Kualitas Personil 0.669 4

4 Indikator Sistem Pengawasan 0.601 6

5 Indikator Sistem Pembayaran 0.749 3

6 Indikator Aspek Payung Hukum 0.802 3

7 Indikator Ketersediaan data 0.876 4

4.1.3 Analisa deskriftif

Pelitian deskriftif yaitu peneliti yang berusaha untuk menbahas pemecahan

masalah yang ada sekarang berdasarkan data data dan juga menyajiakan data data,

menganalisis dan menginterpretasikan. Analisa deskriftif memberi gambaran nilai

tengah (median), nilai yang paling sering muncul (modus) dan nilai rata rata

(mean) untuk melihat kecederungan dari hasil angket, kemudian menghitung

simpangan baku (standar deviation) untuk melihat variasi hasil dari angket

4.1.3.1 Indikator kesiapan penguna jasa

Kesiapan penguna jasa (Pemerintah) dalam penerapan PBC sangat

penting karena pemerintah merupakan regulator sekaligus pemilik asset jalan yang

akan dipelihara. Kesiapan dari pemerintah dapat dilihat dengan bantuan indikator

yang diperoleh pada bab kajian literature.

Hasil perhitungan dengan mengunakan median, mean, modus dan standar

deviasi untuk variabel indikator kesiapan penguna jasa (pemerintah) data dilihat

pada tabel 4.3 dan untuk perhitungan statistik dapat dilihat pada lampiran C.4.3

Halaman 113

37

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Untuk Indikator Kesiapan Pemerintah

No Indikator Kesiapan Pengguna Jasa Mean Median Mode Standar Deviasi

1. Penyiapan Administrasi Prakualifikasi Untuk menyeleksi Kontraktor yang Memiliki Kemampuan teknis dan keuangan dalam melaksanakan PBC

4.42 5 5 0.787

2. Pembentukan Panitia Tender yang memiliki Kapasbilitas dalam penerapan sistim PBC

4.37 4.50 5 0.736

3. Penyiapan Dokumen kontrak yang mencantumkan standar kinerja jalan untuk penerapan PBC

4.30 4.00 4 0.696

4. Memberi Kepastian anggaran untuk pekerjaan PBC dalam bentuk kontrak tahun jamak

4.08 4.00 5 0.907

5. Menetapkan lingkup jariangan jalan yang masuk dlam kontrak PBC

4.32 4.00 5 0.833

6. Menetapkan investaris asset besrta data-data yang relevan tentang kondisi jalan

4.27 4.00 4 0.733

7. Menetapkan standar kinerja yang menjadi tolak ukur bagi kontrak PBC

4.38 4.00 5 0.715

8. Membuat perkiraan Biaya 4.73 5.00 5 0.548

Dari hasil perhitungan mean dan median terlihat bahwa responden setuju untuk

melakukan variabel indikator penerapan kontrak model PBC. Hal ini disebabkan

karena sebagian variabel indikator penerapan PBC telah dilakukan pada kontrak

yang sedang berlaku sekarang. Tetapi untuk variabel dimana pemerintah dapat

menberikan jaminan kepastian anggaran menujukan pendapat yang bervariasi,

beberapa responden menberi pendapat bahwa saat ini memang belum ada

kepastian anggaran untuk pembangunan infrastruktur. Namun untuk indikator

pembentukan panitia tender yang memiliki kapabilitas dalam sistim PBC,

menyiapkan dokumen kontrak, menetap lingkup jaringan jalan dan menetapakan

invetaris asset nilai median dibawah 5 yang berarti pemerintah perlu melakukan

pembenahan untuk dapat menberlakukan kontrak PBC.

4.1.3.2 Indikator kesiapan penyedia jasa

38

Kesiapan penyedia jasa dalam penerapan PBC sangat penting karena

penyedia jasa merupakan pihak yang akan melaksanakan pekerjaan pemeliharaan

dilapangan dengan konsep kontrak berbasis kinerja. Kesiapan dari penyedia jasa

dapat dilihat dengan bantuan indikator yang diperoleh pada bab kajian literatur

Hasil perhitungan statistik dengan mengunakan median, mean dan standar

deviasi untuk variabel indikator kesiapan penyedia jasa dapat dilihat pada tabel

4.4 dan untuk perhitungan statistik dapat dilihat pada lampiran C.4.4 Halaman 114

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Kesiapan Penyedia Jasa

No Indikator Kesiapan Penyedia Jasa Mean Median Mode Standar Deviasi

1. Penyedia jasa menerima resiko selama masa kontrak PBC

3.65 4.003

0.954

2. Memiliki metodologi (metode dan alat) yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan

4.03 4.00 4 0.843

3. Penyedia jasa menetapkan prosedur pelaksana pemeliharaan

3.78 4.00 4 0.993

4. Penyedia jasa menggunakan tenaga kerja ahli yang mampu menerima konsep kontrak PBC

4.00 4.00 4 0.803

5. Penyedia selalu berusah mencapai standar kinerja yang telah disepakati

3.95 4.00 4 0.910

6. Penyedia jasa mengembangkan inovasi baru dalam mencapai indicator kinerja

3,77 4.00 4 0.789

7. Penyedia jasa melakukan pengelolaan keuangan dengan baik untuk menjadi efisien

3.95 4.00 4 0.811

8. Penyedia jasa melakukan investasi peralatan pemeliharaan

3.83 4.00 4 0.717

9. Penyedia jasa menggunakan mutu material yang baik

4.22 4.00 4 0.761

10. Penyedia jasa menggunakan personil dengan kualitas baik untuk mencapai hasil kinerja yang maksimal

4.20 4.00 4 0.659

11. Pengelolaan manajeman yang baik 4.25 4.00 4 0.704

39

Dari hasil perhitungan mean dan median terlihat bahwa responden menganggap

penyedia jasa kurang siap dengan kontrak PBC, karena beberapa variabel anatara

lain resiko yang terlalu besar kemampuan penyedia jasa dalam menetapkan

prosedur pelaksanaan, kemampan penyedia jasa dalam mengembangkan inovasi

baru dan melakukan investasi peralatan, Hal ini karena adanya fakta dilapangan

dimana kemampuan penyedia jasa sangat minim sehingga hasil dilapangan

seringkali tidak sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak, tetapi disemua indikator

perlu ada pembenahan

4.1.3.3 Indikator kesiapan sumber daya manusia.

Hasil perhitungan statistik dengan mengunakan median, mean dan standar

deviasi untuk variabel indikator kesiapan sumber daya manusia dapat dilihat pada

tabel 4.5 dan perhitungan statistik dapat dilihat pada lampiran C.4.5 Halaman 115

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Kesiapan Sumber Daya Manusia

No Indikator Personil yang terlibat langsung dalam penerapan Kontrak PBC Mean Median Mode Standar

Deviasi

1. Kualifikasi harus cukup baik dan Tim pelaksana perlu pelatihan mengenai PBC

4.45 4.505

0.594

2. Pengamanan dalam pemeliharaan jalan harus cukup trampil

4.30 4.00 4 0.696

3. Struktur organisasi memelukan perubahan pembagain pekerjaan menurut jenis pekerjaan bukan nilai dari kontrak

4.17 4.00 4 0.785

4. Perlu diadakan pelatihan untuk meningkatakan kualifikasi personil

4.45 5.00 5 0.649

Dari hasil perhitungan nilai median dan mean terlihat bahwa dalam penerapan

PBC di propinsi Aceh memerlukan kualifikasi pendidikan staf yang memadai.

40

Kualifikasi perlu dilakukan untuk menperoleh sumber daya manusia yang

memenuhi standar kerja dan manpu menerima konsep baru dalam kontrak

pemeliharaan jalan dengan sistim PBC.

Selain itu responden menyetujui perlunya pengalaman pemeliharaan jalan

yang cukup dalam melaksanakan kontrak PBC. Hal ini untuk menyaring penyedia

jasa yang memiliki kemanpuan dan pengalaman yang cukup dalam pemeliharaan

jalan sehingga diharapkan dlam pelaksanaan kontrak PBC manpu untuk

menyelesaikan permasalahan di lapangan, karena dalam sistim PBC penyedia jasa

memiliki hak sepenuhnya untuk menentukan pelaksanaan dilapangan dan

mendefinisikan secara mandiri apa yang harus dilakukan dimana melakukannya,

bagaimana melakukanya dan kapan melakukanya.

Perubahan organisiasi dalam pembagian pekerjaan menurut jenisnya

merupakan saran yang diberikan oleh beberapa responden namun tentu saja

perubahan organisasi ini memerlukan beberapa pembenahan yang berupa budaya

kerja, adaptasi sistim PBC melalui beberapa seminar, pelatihan ataupun

workshop.

4.1.3.4 Variabel sistem pengawasan

Hasil perhitungan statistik dengan mengunakan median, mean dan standar

deviasi untuk sistim pengawasan dapat dilihat pada tabel 4.6 dan perhitungan

statistik dapat dilihat pada lampiran C.46. Halaman 117

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Untuk Variabel Sistim Pengawasan

41

No Indikator Sistim Pengawasan Mean Median Mode Standar Deviasi

1. APengawasan dari atasan langsung kapan saja diperlukan

4.23 5.00 5 1.250

2. Pengawasan dari pihak proyek rutin atau setiap hari

4.50 5.00 5 0.597

3. Adanya pengawasan yang dilakukan pengguna jalan

4.07 4.00 4 0.899

4. Adanya inspeksi dan evaluasi untuk meninjau kinerja kontraktor

4.75 5.00 5 0.474

5. Sistim pengendalian mutu dilakukan kontraktor 4.18 5.00 5 1.242

6. Adanya sanksi atas tidak terpenuhinya kriteria minimum yang ada dalam kontrak

4.60 5.00 5 0.616

Dari nilai median ,modus dan mean pada tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa

responden setuju untuk melakukan pengawasan selama masa kontrak

pemeliharaan. Pengawasan yang dilakukan meliputi pengawasan dari atasan

langsung dan pengawasan rutin oleh dari proyek untuk mengetahui kondisi jalan

setiap waktunya. Sedangkan untuk variabel dimana penyedia jasa harus

melakukan sistim pengendalian, nilai mean menunjukan perlu melakukan

pembenahan dengan menetapkan standar mutu yang di inginkan dan metode

maupun bahan yang akan di gunakan. Hal ini merupakan tanggung jawab

penyedia jasa sepenuhnya sebagai pelaksana pekerjaan.

Untuk ketidaksesuai dengan spesifikasi dalam kontrak responden setuju

untuk diberlakukan sanksi kepada penyedia jasa antara lain berupa reduksi

pembayaran

4.1.3.5 Variabel sistim pembayaran

42

Hasil perhitungan dengan mengunakan median, modus, mean dan stardar

deviasi untuk variabel sistim pembayaran dapat dilihat pada tabel 4.7 dan

perhitungannya dapat diliahat pada lembar lampiran C.4.7 Halaman 118

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Sistim Pembayaran

No Indikator Sistim Pembayaran Mean Median Mode Standar Deviasi

1. Menggunakan pembayaran dengan lumpsum karena lebih efisien dimana total harga kontrak telah mengikat untuk masa kontrak

3.70 4.004

1.197

2. Pembayaran dilakukan setelah dilakukan pengawasan bulanan

4.35 4.00 4 0.685

3. Reduksi pembayan apabila terdapat ketidak sesuaian dengan standar layanan

4.20 4.00 4 0.798

Dari hasil perhitungan mean terlihat bahwa responden ragu-ragu terhadap sistem

pembayaran dengan menggunakan Lumpsum. Nilai median menunjukan bahwa

perlu ada pembenahan yang harus dilakukan untuk menyiapkan penerapan

kontrak PBC.

Dalam melaksanakan sistim pembayaran seperti pada kontrak PBC

diperlukan kesiapan dari semua pihak baik pemerintah selaku pemberi kerja yang

menginginkan kondisi jalan yang sesuai standar layanan. Penyedia jasa selaku

pelaksana pekerjaan yang memiliki resiko cukup besar karena harus menjamin

kondisi jalan selalu baik maupun dari pihak pengawas lapangan yang harus

transparan dalam menbeikan laporan tentang kondisi dilapangan

4.1.3.6 Variabel payung hukum

43

Variabel penilaian terhadap aspek hujum sangat penting karena merupakan

payung hukum bagi penerapan kontrak model PBC.

Hasil perhitungan dengan mengunakan median, modus, mean dan standar

deviasi untuk variabel aspek hukum dapat dilihat pada tabel 4.8 dan perhitungan

dapat dilihat pada lampiran C.4.8 Halaman 118

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Untuk Variabel Payung Hukum

No Indikator Aspek payung Hukum Mean Median Mode Standar Deviasi

1. Adanya penyesuaian masa kontrak menjadi kontrak tahun jamak

4.12 4.004

0.940

2. Adanya peraturan yang mengatur prosedur kontrak PBC

4.83 5.00 5 0.745

3. Adanya paying hokum tentang PBC 4.65 5.00 5 0.659

Dalam penerapan kontrak PBC diperlukan adanya payung hukum yang

dapat dijadikan acuan bagi pelaksanan jalannya kontrak tersebut. Saat ini hukum

yang ada belum cukup mengakomodir kontrak berbasis kinerja.

Dari nilai median dan mean yang diperoleh menunjukan bahwa perlu

dilakukan pembenahan terutama dalam mendapatkan kepastian hukum tentang

kontrak berbasis kinerja. Dari perhitungan standar deviasi diperoleh bahwa

responden sependapat bahwa dalam penerapan kontrak berbasis kinerja

diperlukan adanya payung hukum yang cukup jelas bagi pelaksanaan kontrak

tersebut dari nilai standar deviasi diperoleh bahwa diperlukan adanya acuan

hukum yang jelas tentang kontrak PBC.

4.1.3.7 Variabel ketersedian data-data

44

Hasil perhitungan statistic dengan mengunakan media, modus, mean dan

standar deviasi untuk variabel ketersediaan data data dapat dilihat pada tabel 4.9

dan perhitungan statistic dapat dilihat pada lembar lampiran C.4.9 Halaman 119

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Untuk Variabel Ketersediaan Data

No Indikator ketersediaan data Mean Median Mode Standar Deviasi

1. Data kondisi perkerasan, drainase, talud, perlengkapan jalan serta kondisi marka jalan

4.62 5.005

0.640

2. Data volume lalu lintas 4.47 5.00 5 0.873

3. Data pertumbuhan lalu lintas 4.40 5.00 5 0.867

4. Data histories perkerasan jalan/jembatan 4.30 5.00 5 0.944

Dari tabel 4.9 diperoleh hasil bahwa responden cenderung memerlukan

data kondisi eksisting dari struktur perkerasan jalan. Hal ini untuk melihat sejauh

mana kerusakan yang terjadi dan menprediksi biaya perbaikan. Data volume lalu

lintas dan pertumbuhan lalulintas juga sangat dibutuhkan dalam rangka mendesain

kontruksi yang akan dibangun.

Sedangkan data historis perkerasan jalan diperlukan bagi pnyedia jasa

untuk dapat menprediksikan harga kontrak yang akan di tawar berdasarkan

kerusakan jalan yang terjadi.

4.1.4 Deskripsi tentang kesiapan penerapan PBC

Dalam penelitian ini deskripsi yang analisa terdiri dari dari 6 variabel

sebagai berikut ini

4.1.4.1 Deskripsi variabel kesiapan penguna jasa

45

Pada variabel kesiapan pemerintah terdapat 8 (Delapan) indikator yang

dijadikan kajian dalam penelitian ini, yaitu:

A1 = Penyiapan administrasi prakualifikasi untuk menyeleksi penyedia jasa

yang memiliki kemampuan teknis dan keuangan dalam melaksanakan

PBC

A2 = Pembentukan panitia tender yang memiliki kapasitas dalam penerapan

sistim PBC

A3 = Penyiapan dokumen kontrak yang mencantumkan standar kinerja jalan

untuk penerapan PBC

A4 = Memberi kepastian anggaran untuk pekerjaan PBC dalam bentuk

kontrak tahun jamak

A5 = Menetapkan lingkup jaringan jalan yang masuk dalma kontrak PBC

A6 = Menetapkan inventaris asset beserta data-data yang relevan tentang

kondisi jalan

A7 = Menetapkan standar kinerja yang menjadi tolak ukur bagi kontrak

PBC

A8 = Membuat perkiraan biaya

Berdasarkan hasil tabulasi data, gambaran skor frekuensi (f) dan

Persentase penilaian terhadap variabel kesiapan pengguna jasa disajikan dalam

tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 Deskripsi Variabel Penguna Jasa

46

Kualifikasi Penilaian

A1 A2 A3 A4 A5

F % F % F % F % F %

Tidak Setuju- - - - - - 1 1.7 1 1.7

Kurang Setuju3 5.0 1 1.7 1 1.7 1 1.7 1 1.7

Ragu - ragu2 3.3 6 10.0 5 8.3 13 21.7 5 8.3

Setuju22 36.7 23 38.3 29 48.3 22 36.7 24 40.0

Sangat Setuju33 55.0 30 50.0 25 41.7 23 38.3 29 48.3

Total60 100.0 60 100.0 60 100.0 60 100.0 60 100.0

Kualifikasi PenilaianA6 A7 A8

F % F % F %

Tidak Setuju- - - - - -

Kurang Setuju2 3.3 2 3.3 1 1.7

Ragu - ragu4 6.7 2 3.3 - -

Setuju30 50.0 27 45.0 13 21.7

Sangat Setuju24 40.0 29 48.3 46 76.7

Total60 100.0 60 100.0 60 100.0

Dari tabel dan gambar diatas dapat diketahui bahwa masing-masing

indikator kesiapan penguna jasa yang paling banyak dipilih responden kualifikasi

“Sangat setuju” dengan rincian A1 = 55.0 % responden memilih sangat setuju, A2

= 50.0% responden memilih sangat setuju, A3 = 48.3 % responden memilih

setuju, A4 = 38,3 responden memilih sangat setuju, A5 = 48,3 % responden

memilih sangat setuju, A6 = 50 % responden memilih setuju, A7 = 48,3 %

responden memilih sangat setuju, A8 = 76.7 % responden memilih sangat setuju.

47

4.1.4.2 Deskripsi variabel kesiapan penyedia jasa

Pada variabel kesiapan penyedia jasa terdapat 11 indikator dijadikan kajian

dalam penelitian ini yaitu:

B1 = Penyedia jasa menerima resiko selama masa kontrak PBC

B2 = Memiliki metodologi ( metode dan alat yang digunakan dalam

pelaksanaan pekerjaan

B3 = Penyedia jasa menetapkan prosedur pelaksanaan pemeliharaan

B4 = Penyedia jasa menggunakan tenaga kerja ahli yang mampu menerima

konsep kontrak PBC

B5 = Penyedia jasa selalu berusaha mencapai standar kinerja yang telah

disepakati

B6 = Penyedia jasa mengembangkan inovasi baru dalam mencapai indikator

kinerja

B7 = Penyedia jasa melakukan pengelolaan keuangan dengna baik untuk

menjadi efisien

B8 = Penyedia jasa melakukan investasi peralatan pemeliharaan

B9 = Penyedia jasa menggunakan mutu material yang baik

B10 = Penyedia jasa menggunakan personil dengan kualitas baik untuk

mencapai hasil kerja yang maksimal

B11 = Pengelolaan manajemen yang baik

Berdasarkan hasil tabulasi data, gambaran skor frekuensi (f) dan

Persentase penilaian terhadap variabel Kesiapan Penyedia Jasa dalam penerapan

PBC disajikan dalam tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11 Deskripsi Variabel Kesiapan Penyedia Jasa

48

Kualifikasi Penilaian

B1 B2 B3 B4 B5

F % F % F % F % F %

Tidak Setuju 2 3.3- -

2 3.3- -

1 1.7

Kurang Setuju 1 1.7 1 1.7 2 3.3 1 1.7 1 1.7

Ragu - ragu 26 43.3 17 28.3 19 31.7 16 26.7 17 28.3

Setuju 18 30.0 21 35.0 21 35.0 25 41.7 22 36.7

Sangat Setuju 13 21.7 21 35.0 16 26.7 18 30.0 19 31.7

Total 60 100.0 60 100.0 60 100.0 60 100.0 60 100.0

Kualifikasi Penilaian

B6 B7 B8 B9 B10 B11

F % F % F % F % F % F %

Tidak Setuju- - - - - - - - - - - -

Kurang Setuju 2 3.3 1 1.7- -

1 1.7- - - -

Ragu - ragu 21 35.0 18 30.0 21 35.0 9 15.0 8 13.3 9 15.0

Setuju 26 43.3 24 40.0 28 46.7 26 43.3 32 53.3 27 45.0

Sangat Setuju 11 18.3 17 28.3 11 18.3 24 40.0 20 33.3 24 40.0

Total 60 100.0 60 100.0 60 100.0 60 100.0 60 100.0 60 100.0

Dari tabel dan gambar diatas dapat diketahui bahwa masing-masing

indikator variabel kesiapan penyedia jasa yang paling banyak dipilih responden

kualifikasi “ragu-ragu” dengan rincian B1 = 43.3 % responden memilih ragu-

ragu, B2 = 35,0 % responden memilih “sangat setuju” dan “setuju”, B3 = 35 %

responden memilih “setuju” , B4 = 41,7 % responden memilih sangat setuju, B5 =

36,7 % responden memilih setuju, B6 = 43,3 % responden memilih setuju, B7 =

40,0 % responden memilih setuju, B8 = 46,7 % responden memilih setuju, B9 =

43,3 % responden memilih setuju, B10 = 53,0% responden memilih setuju, B11 =

45,0 % responden memilih setuju.

49

4.1.4.3 Deskripsi variabel personil yang terlibat langsung dalam penerapan

kontrak PBC

Pada variabel personil yang terlibat langsung dalam penerapan kontrak

PBC terdapat 4 indikator dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu:

C1 = Kualifikasi harus cukup baik dan Tim pelaksana perlu pelatihan

mengenai PBC

C2 = Pengalaman dalam pemeliharaan jalan harus cukup trampil

C3 = Struktur organisasi memelurkan perubahan pembagian pekerjaan

menurut jensi pekerjaan bukan nilai dari kontrak

C4 = Perlu diadakan pelatihan untuk meningkatkan kualifikasi personil

Berdasarkan hasil tabulasi data, gambaran skor frekuensi (f) dan

Persentase penilaian terhadap variabel Personil yang terlibat langsung dalam

penerapan Kontrak PBC tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12 Deskripsi Personil

Kualifikasi Penilaian

C1 C2 C3 C4

F % F % F % F %

Tidak Setuju- - - - - - - -

Kurang Setuju- -

2 3.3 2 3.3 1 1.7

Ragu - ragu 3 5.0 2 3.3 2 3.3 2 3.3

Setuju 27 45.0 32 53.3 38 63.3 26 43.3

Sangat Setuju 30 50.0 24 40.0 18 30.0 31 51.7

Total 60 100.0 60 100.0 60 100.0 60 100.0

Dari tabel dan gambar diatas dapat diketahui bahwa masing-masing

indikator variabel kesiapan penyedia jasa yang paling banyak dipilih responden

kualifikasi “setuju” dengan rincian C1 = 50,0 % responden memilih sangat setuju,

50

C2 = 53,3% responden memilih setuju, C3 = 65,0% responden memilih setuju,

C4 = 51,7 % responden memilih sangat setuju.

4.1.4.4 Deskripsi variabel sistem pengawasan

Pada variabel Sistem Pengawasan terdapat 6 (enam) indikator dijadikan

kajian dalam penelitian ini yaitu:

D1 = Pengawasan dari atasan langsung bisa kapan saja diperlukan

D2 = Pengawasan dari pihak proyek rutin atau setiap hari

D3 = Adanya pengawasan yang dilakukan pengguna jalan

D4 = Adanya ispeksi dan evaluasi untuk meninjau kinerja kontraktor

D5 = Sistem pengendalian mutu dilakukan kontraktor

D6 = Adanya sanksi atas tidak terpenuhinya kriteria minum yang ada dalam

kontrak

Berdasarkan hasil tabulasi data, gambaran skor frekuensi (f) dan

Persentase penilaian terhadap variabel Sistem Pengawasan disajikan dalam tabel

4.13 berikut:

Tabel 4.13 Deskripsi Sistim Pengawasan

51

Kualifikasi Penilaian

D1 D2 D3 D4 D5 D6

F % F % F % F % F % F %

Tidak Setuju 3 5.0- -

1 1.7- -

4 6.7- -

Kurang Setuju 4 6.7 1 1.7 1 1.7- -

3 5.0- -

Ragu - ragu 2 3.3- -

13 21.7 1 1.7 8 13.3 4 6.7

Setuju 18 30.0 27 45.0 23 38.3 13 21.7 8 13.3 16 26.7

Sangat Setuju 33 55.0 32 53.3 22 36.7 46 76.7 37 61.7 40 66.7

Total 60 100.0 60 100.0 60 100.0 60 100.0 60 100.0 60 100.0

Dari tabel dan gambar diatas dapat diketahui bahwa masing-masing

indikator variabel kesiapan penyedia jasa yang paling banyak dipilih responden

kualifikasi sangat setuju dengan rincian D1 = 55% responden memilih sangat

setuju, D2 = 53,3 responden memilih sangat setuju, D3 = 38,3 % responden

memilih setuju, D4 = 76,7 % responden memilih sangat setuju, D5 = 61,7%

responden memilih sangat setuju, D6 = 66,7 % responden memilih sangat setuju.

4.1.4.5 Deskripsi variabel sistem pembayaran

Pada variabel Sistem Pembayaran terdapat 3 (tiga) indikator dijadikan

kajian dalam penelitian ini yaitu:

E1 = Menggunakan pembayaran dengan lumpsum karena lebih efisien

dimana total harga kontrak telah mengikat untuk masa kontrak

E2 = Pembayaran dilakukan setelah dilakukan pengawasan bulanan

E3 = Reduksi pembayaran apabila terdapat ketidka sesuaian dengan standar

layanan

Berdasarkan hasil tabulasi data, gambaran skor frekuensi (f) dan

Persentase penilaian terhadap variabel sistim pembayaran disajikan dalam tabel

4.14 berikut:

52

Tabel 4.14 Deskripsi Sistim Pembayaran

Kualifikasi PenilaianE1 E2 E3

F % F % F %

Tidak diperlukan 3 5.0- - - -

Jarang diperlukan 10 16.7 1 1.7 2 3.3

Kadang-kadang diperlukan 6 10.0 4 6.7 8 13.3

diperlukan 24 40.0 28 46.7 26 43.3

Sangat diperlukan 17 28.3 27 45.0 24 40.0

Total 60 100.0 60 100.0 60 100.0

Dari tabel dan gambar diatas dapat diketahui bahwa masing-masing

indikator variabel kesiapan penyedia jasa yang paling banyak dipilih responden

kualifikasi diperlukan dengan rincian E1 = 40% responden memilih diperlukan,

E2 = 46,7 responden memilih diperlukan, E3 = 43,3 % responden memilih

diperlukan.

4.1.4.6 Deskripsi variabel payung hukum

Pada variabel Payung Hukum 3 (tiga) indikator dijadikan kajian dalam

penelitian ini yaitu:

F1 = Adanya penyesuaian masa kontrak menjadi kontrak tahun jamak

F2 = Adanaya peraturan yang mengatur prosedur kontrak PBC

F3 = Adanya Payung hukum tentang PBC

Berdasarkan hasil tabulasi data, gambaran skor frekuensi (f) dan

Persentase penilaian terhadap variabel payung hukum disajikan dalma tabel 4.14

berikut:

Tabel 4.14 Deskripsi Variabel Payung Hukum

53

Kualifikasi Penilaian

F1 F2 F3

F % F % F %

Tidak diperlukan 1 1.7- - -

Jarang diperlukan 3 5.0 1 1.7 1 1.7

Kadang kadang

diperlukan

8 13.3 6 10.0 3 5.0

Diperlukan 24 40.0 19 31.7 12 20.0

Sangat diperlukan 24 40.0 34 56.7 44 73.3

Total 60 100.0 60 100.0 60 100.0

Dari tabel dan gambar diatas dapat diketahui bahwa masing-masing

indikator variabel kesiapan penyedia jasa yang paling banyak dipilih responden

kualifikasi sangat setuju dengan rincian F1 = 40,0% responden memilih sangat

diperlukan dan diperlukan, F2 = 56,7 % responden memilih sangat diperlukan, F3

= 73,3 % responden memilih sangat diperlukan

4.1.4.7 Deskripsi variabel kesedian data data

Pada variabel Sistem sarana dan prasarana terdapa 4 (empat) indikator

dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu:

G1 = Data kondisi perkerasan, drainase, talud, perlengkapan jalan serta

kondisi marka jalan

G2 = Data Volume lalu lintas

G3 = Data pertumbuhan lalu lintas

G4 = Data Historis Perkerasan Jalan/jambatan

Berdasarkan hasil tabulasi data, gambaran skor frekuensi (f) dan

Persentase penilaian terhadap variabel ketersedian data data disajikan dalam tabel

4.15 berikut:

54

Tabel 4.15 Variabel Ketersediaan Data Data

Kualifikasi Penilaian

G1 G2 G3 G4

F % F % F % F %

Tidak diperlukan 1 1.7 1 1.7 2 3.3

Jarang diperlukan 1 1.7 2 3.3 2 3.3 1 1.7

Kadang kadang

diperlukan

2 3.3 3 5.0 3 5.0 5 8.3

Diperlukan 16 26.7 16 26.7 20 33.3 21 35.0

Sangat diperlukan 41 68.3 38 63.3 34 56.7 31 51.7

Total 60 100.0 60 100.0 60 100.0 60 100.0

Dari tabel dan gambar diatas dapat diketahui bahwa masing-masing

indikator variabel kesiapan penyedia jasa yang paling banyak dipilih responden

kualifikasi sangat setuju dengan rincian G1 = 68,30% responden memilih sangat

diperlukan, G2 = 68,3,0% responden memilih sangat diperlukan, G3 = 56,7%

responden memilih sangat diperlukan, G4 = 51,7% responden memilih sangat

diperlukan.

4.1.5 Tingkat kesiapan penerapan PBC

Dari hasil analisa deskriptif yang telah dilakukan dapat dilihat Tingkat

kesiapan penerapan PBC, hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.16

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif

No. FaktorRata –rata Jawaban

Jumlah Variabel

55

1 Indikator Kesiapan Pemerintah 4.358 8

2 Indikator Kesiapan Kontraktor 3.967 11

3 Indikator Kualitas SDM 4.342 4

4 Indikator Sistem Pengawasan 4.389 6

5 Indikator Sistem Pembayaran 4.083 3

6 Indikator Aspek Legal 4.400 3

7 Indikator Ketersediaan data data 4.446 4

Dari tabel di atas menyatakan bahwa Indikator Kesiapan pemerintah

mempunyai nilai mean sebesar 4.358 yang berisi 8 pertanyaan, indikator kesiapan

kontraktor mempunyai nilai mean sebesar 3,967 mempunyai 11 pertanyaan,

indikator kualitas SDM mempunyai nilai mean sebesar 4.342 mempunyai 4

pertanyaan, indikator sistem pengawasan mempunyai nilai mean 4.389

mempunyai pertanyaan 6 pertanyaan, indikator sistem pembayaran mempunyai

nilai mean 4.083 mempunyai 3 pertanyaan, indikator aspek legal mempunyai nilai

mean 4.400 mempunyai 3 pertanyaan, indikator ketersediaan data-data

mempunyai nilai mean 4.446 mempunyai 4 pertanyaan.

Mengacu pada kriteria interpretasi skor skor yang telah dibahas dalam

Bab III Tabel 4.17, maka hasil analisis tingkat persentase Penerapan kontrak PBC

disajikan dalam tabel berikut:

NoRentangan

Prosentasi SkorRentangan Skor Mean

Kualifikasi

FrekuensiJumlah

Jawaban Responden

Persentase ( % )

1 Angka 81% - 100% 4.05 – 5.00 Sangat setuju1141

48.76

2 Angka 61% - 80% 3.05 – 4.04 Setuju855

36.54

56

3 Angka 41% - 60% 2.05 – 3.04 Ragu-ragu233

9.96

4 Angka 21% - 40% 1.05 – 2.04 Kurang setuju80

3.42

5 Angka 0 % - 20 % 0.00 – 1.04 Tidak setuju31

1.32

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 48,76% responden ini

“Sangat Setuju”untuk penerapan kontrak PBC, 36,54% responden menyatakan

penerapan kontrak PBC termasuk kualifikasi “Setuju”, 9,96% responden

menyatakan penerapan kontrak PBC termasuk kualifikasi “Ragu-ragu”, 3,42%

responden menyatakan penerapan kontrak PBC termasuk kualifikasi “Kurang

setuju”, 1,32 % responden menyatakan penerapan kontrak PBC termasuk

kualifikasi “Tidak Setuju”

4.2 Pembahasan

Sesuai dengan hasil penelitian dan perhitungan sebgaimana yang telah

dikemukankan sebelumnya, maka pada sub bab ini akan menbahas dan

menganalisa tingkat penerapan PBC.

4.2.1 Kelayakan Angket berdasarkan nilai Cronbach Alpha

Hasil penyebaran angket menunjukan bahwa masing masing responden

mengerti dan memahami maksud dan tujuan pengisian angket. Hal ini terbukti

dengan pengisian angket yang sesuai dengan petunjuk yang diberikan.

Dari hasil analisis reliabilitas terhadap indikator seperti kesiapan penguna

jasa , kesiapan penyedia jasa, personil yang terlibat, sistim pengawasan, sistim

pembayaran, aspek payung hukum dan ketersediaan data data prasarana

menunjukan bahwa hasil perhitungan yang diperoleh dari uji reliabilitas yang

dapat mengukur kehandalan angket diatas 0,6 pada kolom Cronbach alpha.

Variabel indikator kesiapan penyedia jasa menpunyai nilai alpha tertinggi yaitu

sebesar 0,938 dibandingkan dengan indikator lainya. Namum biala nilai

57

Cronbach Alpha berada di bawah minimum yang ditetapakan, maka angket tidak

memiliki kehandalan dan kelayakan untuk dijadikan penelitian.

4.2.2 Faktor-fator hasil analisa variabel penerapan kontrak berbasis

kinerja (PBC)

Dari hasil analisa yang telah dilakukan bahwa dapat ada empat aspek

penerapan kontrak berbasis kinerja:

4.2.2.1 Aspek teknis.

Data yang diperlukan untuk menunjang penerapan konsep PBC dalam

pemeliharaan jalan meliputi data mengenai kondisi perkerasan, drainase,

perlengkapan jalan , dan data historis perkerasan jalan yang akan digunakan oleh

penyedia jasa dalam menbuat penawaran kepada penguna jasa (Owner). Dari data

tersebut penyedia jasa dapat menprediksi untuk kerusakan kerusakan yang akan

terjadi. Pada jalan dengan data historis jalan yang buruk diperlukan dana yang

besar dalam pemeliharaan jalan kemasa yang akan datang.

Data lalulintas di butuhkan antara lain data volume lalulintas yang diukur

persatuan waktu, data jenis kenderaan maupun maupun pertumbuhan lalulintas.

Data ini dibutuhkan untuk menbuat perencananan konstruksi jalan yang akan

dipelihara.

Penyedia jasa (owner) harus menentukan indikator kinerja sebagai kriteria

pelayanan yang diinginkan selama umur rencana. Untuk menpertegas kinerja jalan

yang diperlukan baik indikator kerja, cara pengukuran serta tenggang waktu

perbaikian perlu didefinisikan secara jelas dalam dokumen kontrak .

4.2.2.2 Aspek payung hukum

58

Untuk penerapan konsep PBC diperlukan perangkat legal sesuai aturan

perundangan yang berlaku. Dalam hal ini perangkat hukum yang memayungi

antara lain adalah:

Undang undang No 18/tahun1999, tentang Jasa Konstruksi, dimana telah

menyatakan tentang ketentuan kegagalan bangunan/ketidaksesuaian suatu

kondisi konstruksi. Oleh karena itu upaya pencegahan dan meminimalkan

terjadinya kegagalan bangunan pada pekerjaan pembangunan/ pemeliharaaan

jalan sangat memerlukan suatu kontrak jangka panjang yang dapat diukur dan

berhasil guna.

Peraturan pemerintah No 29/tahun 2000 tentang penyelenggara jasa

konstruksi.

Memperhatikan Undamg undang dan Peraturan pemerintah tersebut diatas

jangka waktu kontrak lebih dari 1 tahun seperti konsep PBC dimungkinkan dapat

diaplikasikan.

4.2.2.3 Aspek lembaga pemerintahan dan adminsitrasi

Dalam penerapan konsep PBC diperlukan adanya sosialisasi pada

beberapa lembaga pemerintahan yang terkait dalam program pemeliharaan jalan .

Lembaga-lembaga tersebut adalah:

Dewan Perwakilan Rakyat Aceh yang menpunyai hak budget dalam

menentukan keuangan

Badan Perencanaan Daerah Aceh yang bertanggung jawab dalam bidang

pembangunan infrastruktur

Dinas Bina Marga dan Cipta karya yang mengelola semua pemeliharaan jalan

di propinsi Aceh.

59

Dinas Perhububungan dan Telekomunikasi Aceh selaku pengatur lalulintas

dilapangan dan pihak yang menangani beberapa asset perlengkapan jalan.

Selain sosiaisasi dengan lembaga terkait maka harus dilakukan beberapa

tahap dalam menpersiapkan dokumen lelang dengan sistim PBC adalah sebagai

berikut:

Mendefinisikan Jaringan Jalan yang yang rencana dilelang

Meninventaris segala asset dan kondisi jalan untuk dimasukan kedalam

kontrak;

Menyeleksi dan mendefinisikan metode untuk mengukur indikator kinerja;

Mendefinisikan jalan-jalan yang masuk dalam pekerjaan pemeliharaan;.

Menyiapakan perkiraan biaya..

Selain hal tersebut diatas perlu di buat beberapa dokumen bagi penerapan

PBC anatara lain

Dokumen prosudur pengadaan barang dan jasa;

Dokumen monitoring dan pengawasan pelaksanaan kegiatan;

Dokumen pembayaran.

4.2.2.4 Aspek pelaksanaan PBC.

Dalam penerapan konsep PBC diperlukan langkah langkah guna

mendukung pelaksananan pemeliharaan jalan dengan sistim PBC yang sesuai

dengan harapan kita semua pihak.

60

Langkah tersebut antara lain adalah melakukan seleksi sumber daya

manusia pada pihak pihak terkait, yang berguna untuk menghasilkan personil

yang memiliki kemampuan baik dari segi teknik maupun pengalaman di bidang

jalan.

Langkah selanjutnya adalah mengadakan seminar dan pelatihan pada

lembaga lembaga yang terkait dengan pelaksanaan konsep PBC.

Ketersediaan anggaran merupakan tahapan yang paling menentukan

keberhasilan konsep PBC ini. Karena pelaksannanya tergantung pada ada atau

tidaknya anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan pemeliharaan jalan dengan

sistim PBC.

Setelah permasalahan anggaran dapat diselesaikan, maka penguna jasa

dapat melakukan tahap pelelangan untuk mendapat peyedia jasa terbaik yang

memiliki kemampuan untuk menerapkan konsep PBC ini.

4.2.3 Pembahasan permasalahan pemeliharaan.

Pada lembar angket diberikan juga pertanyaan pertanyaan tanbahan yang

dibutuhkan untuk menperdalam analisa permasalah yang dihadapi oleh penguna

jasa pemeliharaan jalan. Dengan jawaban yang diberikan oelh para responden

dilakukan analisa untuk mengkaji permasalah permasalahn dalam pemeliharaan

jalan. Dimana solusi yang diperoleh dapat dijadikan persyaratan persyaratan yang

harus dipenuhi bagi penerapan konsep PBC.

4.2.3.1 Muatan lebih (Overload)

Kenderaan muatan lebih adalah kenderaaan yang menpunyai berat

melebihi berat seperti yang diatur dalam kelas jalan, gunanya untuk melindungi

perkerasan jalan dan jembatan. Ditinjau dari segi pembiayaan pemeliharaan jalan

61

akan lebih ekonomos apabila kenderaan kenderaan yang melewati jaringan jalan

menpunyai beban sumbu yang relatif kecil, akan tetapi biaya angkut menjadi tidak

ekonomis karena kan menperbesar frewensi perjalanan yang mengakibat naiknya

biaya angkut.

4.2.3.2 Mutu konstruksi tidak sesuai dengan dokumen spesifikasi

Kepedulian unsur pelaksanaan (pihak owner, kontraktor dan pengawas

supervisi) terhadap mutu sangat minim banyaknya kerusakan dini pada jalan

sangat tergantung tingkat kepedulian unsur tersebut mulai dari desain yang dibuat

perencana seringkali tidak sesuai dengan kondisi lapangan; pengawas supervise

yang kurang memahami isi dokumen dan prsedur kerja yang mengakibatkan

diterimanya mutu pekerjaan yang tidak memenuhi spesifikasi. Hal ini terbukti

banyak pekerjaan yang beberapa tahun dikerjakan dan belum sampai umur

rencana, setelah dibongkar material yang digunakan tidak sesuai spesifikasi yang

disyarat oleh dokumen kontrak.

4.2.3.3. Minimya alokasi dana untuk pemeliharaan jalan

Kebijakan anggaran untuk bagian jalan sangat berpengaruh langsung

terhadap kelangsungan pemeliharaan jalan dilapangan. Namum saat ini anggaran

yang diberikan untuk pembangunanj jalan dan pemeliharan jalan sangat kecil

kebijakan anggaran sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti adanya tarik

menarik kepentingan antara eksekutif dengan legislatif, dan sesama eksekutif.

Kesulitan untuk mendapatkan dana pemerintah yang cukup untuk pemeliharaan

jalan disebabkan dana yang tersedia dialoksasikan untuk semua sektor pemerintah

dengan berbagai macam pertimbangan sehingga proyek proyek yang secara

ekonomis sangat layak termasuk pemeliharaan jalan yang mestinya dapat dibiayai,

tidak dapat terjangkau oleh dana yang tersedia.

62

4.2.4. Penyelesaian masalah pemeliharaan jalan

Penyelesaian masalah pemeliharan memerlukan dukungan dari berbgai

pihak terutama pemerintah sebagai regulator yang memiliki wewenang dalam

membuat peraturan yang seharusnya didukung oleh penegakan hukun yang tegas.

Penyelesaian masalah pemeliharan jalan dianataranya:

4.2.4.1 Pendana pemeliharaan dengan road fund

Akibat ketersediaan dana infrastruktur sangat terbatas maka diharapakn

adanya simbur-sumber pendapatan lain diluar pendapatan negara yang dapat

digunakan untuk menbiayai program pemeliharaan jalan. Salah satunya melalui

keikutsertakan masyarakat melalui badan pemeliharaan jalan (Road Board) yang

bertindak sebagai pengelola dana yang ada. Lembaga tersebut diharapakan

merupakan lembaga indenpenden yang anggotanya terdiri dari wakil pemerintah

dan masyarakat pengguna jalan.

. Adapun sumber sumber dana untuk road fund diperoleh dari denda atas

beban berlebih, restribusi kenderaan bermotor dan pajak pajak yang berhubungan

dengan jalan, pengumpulan dana jalanin dilakukan atas jasa pelayanan yang

diberikan dan dikelola secara professional sebagaimana layaknya aset ekonomi.

4.2.4.2 Peningkatan status jalan

Dalam rangka menjaga kondisi jalan dalam kondisi baik selama umur

rencana maka perlu peningkatan status jalan terutama jalan dibawah kelas II

63

Konstruksi jalan yang dibangun pada sebagian besar jalan saat ini tidak

sesuai dengan berat yang harus dipikul. Untuk kelas jalan kelas I yang mampu

menahan beban bert sebesar 10 ton, kondisi jalan diusahakan dapat dipertahankan

hingga mencapai umur rencana namum untuk jalan dibawahnya cenderung

mengalami kerusakan jalan jauh sebelum tercapainya umur rencana.

4.2.5 Faktor faktor pendukung dan keuntungan penerapan kontrak

berbasis kinerja (PBC)

1. Adanya Undamg undang dan peraturan pemerintah yang menyatakan kontrak

dapat dilaksanakan untuk jangka waktu kontrak lebih dari 1 tahun sehingga

sistim PBC di mungkinkan untuk diaplikasikan

2. Adanya alokasi dana dan sistem penganggaran yang menjamin

berlangsungnya pembayaran dengan sistim tahun jamak karena dengan

diterapkan sistim PBC dibutuhkan dana yang cukup dan jaminan pembayaran

setiap tahun selama masa kontrak. Dan mengurangi beban kerja pemilik

proyek karena persiapan pelelangan hanya satu kali untuk selama beberapa

tahun (tahun jamak

3. Dapat menpertahan tingkat layanan jalan selama umur rencana dengan

pekerjaan pemeliharaan yang efisien, dan menentukan pihak yang

bertanggung jawab antara pemilik proyek dan penyedia jasa apabila

terjadinaya kegagalan kontruksi.

4. Nilai proyek yang lebih pasti karena mengunakan satu kontrak ,klaim dan

change order akibat design defect dapat dihindari dan terjadi efisiensi biaya

konstruksi karena ada ruang bagi penyedia jasa untuk memilih teknologi

konstruksi selama dapat memenuhi spesifikasi kinerja yang diisyaratkan

64

4.2.6 Kendala-kendala penerapan kontrak berbasis kinerja (PBC)

Beberapa aspek yang dapat menjadi kendala penerapan PBC adalah

sebagai berikut:

1. Terbatasnya anggaran menjadi masalah utama dalam program

pemeliharaanj alan. Sehingga menyebabkan upaya perbaikan jalan hanya

dilakukan secara tambal sulam. Kendala ini semakin diperparah dengan

pengguna jalan memanfaatkan dengan melebihi daya dukungnya.

2. Payung hukum dalam penerapan sistim PBC dirasakan belum cukup kuat

sehingga masih perlu dikaji lagi dan didukung oleh peraturan-peraturan

yang bersifat lebih khusus. Peraturan-peraturan tersebut terutama

digunakan untuk mengatur prosedur operasional dalam pelaksanaan

kontrak berbasis kinerja.

3. Adanya penyesuaian masa kontrak satu tahun menjadi kontrak tahun.

jamak. Dalam kontrak tahun jamak, sangat dibutuhkan adanya kepastian

anggaran untuk pemeliharaan jalan dengan PBC

4. Terbatasnya pengetahuan tentang PBC oleh penyedia dan pengguna jasa.

5. Resiko yang ditanggung oleh kontraktor terlalu tinggi antara lain:

a. Tingkat Inflasi

Besarnya tingkat inflasi akan sangat mempengaruhi besarnya biaya

pemeliharaan jalan. Penerapan kontrak serelah terjadi inflasi apakah

sudah masuk dalam perhitungan biaya oleh kontraktor atau

penyesuaian pada tahun berjalan. Dengan demikian ketentuan tersebut

harus sudah tercantum dalam kontrak.

b. Pertumbuhan lalu-lintas

Besarnya pertumbunan lalu-lintas akan mempengaruhi besarnya

pembebanan jalan. Apabila pertumbuhan lalu lintas melebihi

65

pertumbuhan yang direncanakan, maka kondisi jalan akan lebih cepat

rusak dan pada gilirannya umur rencana jalan akan lebih pendek.

Akibat hal tersebut diatas perlu ditentukan siapa yang harus

bertanggung jawab untuk mengembalikan kondisi jalan.

c. Kelebihan Beban lalu-lintas

Adalah kelebihan beban kendaraan diatas beban design (rencana).

Berdasarkan kelebihan beban lalu lintas tersebut, maka perlu

ditentukan siapa penggung jawab kerusakan yaang terjadi dan apa saja

kewajiban yang harus dilakukan. Khususnya untuk kelebihan beban

sumbu apakah kontraktor berhak membatasi kendaraan yang melebihi

beban kendaraan rencana.

d. Keadaan darurat (Akibat Bencana alam)

Dalam keadaan darurat, kerusakan jalan/jembatan akibat bencana

alam, maka klausul ini harus benar benar tertulis dalam dokumen

kontrak dan menjadi tanggung jawab siapa..

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sebagai hasil dari penelitian, analisa dan pembahasan yang telah dilakukan

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesiapan industri penyedia jasa dan dalam penerapan kontrak berbasis kinerja

untuk pemeliharaan jalan di Propinsi Aceh relatif belum memadai, hal ini

terlihat dengan minimnya pengetahuan tentang kontrak berbasis kinerja dan

masih perlu dilakukan pembenahan-pembenahan guna mempersiapkan

penerapan kontrak berbasis kinerja.

2. Faktor-faktor pendukung untuk penerapan kontrak berbasis kinerja di Propinsi

Aceh perlu dikembangkan dan diterapkan secara maksimal guna menggali

potensi dan peluang di dalam penerapan kontrak berbasis kinerja untuk ruas-

ruas jalan yang memenuhi persyaratan teknis.

3. Faktor-faktor kendala yang dihadapi dalam penerapan kontrak berbasis kinerja

dirasakan masih terlalu besar dengan tingkat resiko yang tinggi sehingga perlu

adanya solusi bagi masalah pemeliharaan jalan untuk ruas jalan yang akan

dikelola dengan kontrak berbasis kinerja.

66

67

5.2 Saran

1. Untuk mendukung penerapan kontrak berbasis kinerja perlu dilakukan

kerjasama dan koordinasi antar lembaga terkait sehingga dapat ditemukan

solusi bagi permasalahan penanganan jalan yang sedang dihadapi saat ini.

2. Berkaitan dengan kelanjutan tulisan ini, maka diharapkan ada yang dapat

melanjutkan penulisan dengan penelitian untuk aspek prosedur pelaksanaan

dan cara pembayaranya yang didukung dengan data-data dan perhitungan

yang akurat.