tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    1/53

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    2/53

    www.tesyasblog.com

    Ya betul, kami hanya bisa mimpi dan menghayal kapan ya bisa ke Melbourne?

    Kota yang walaupun belum pernah kami kunjungi, namun dekat di hati. Mungkin

    karena banyaknya teman yang sekolah ataupun tinggal di sana. Dari yang kami

    dengar Melbourne itu kota yang nyaman, baik untuk tinggal maupun jalan-jalan.

    Karena itu Melbourne sudah lama ada di bucketlistkami.

    Bulan Juni 2012, kami beranikan diri mulai membuat mimpi kami ke Melbourne

    menjadi kenyataan, dimulai dengan mencari tiket, penginapan, mengajukan visa

    (ini yang paling menegangkan tentunya!), sampai akhirnya kami tiba di kota

    Melbourne yang ternyata memang sangat menyenangkan. Oya karena

    pengalaman pertama ke Australia, kami pun extendliburan kami bukan hanya ke

    Melbourne, namun juga mengunjungi Sydney dan Tasmania.

    We traveled on budget, menginap di hostel, keliling dengan sepeda gratis,

    bahkan naik tram berbayar yang kami pikir gratis :) Kami ceritakan pengalaman

    kami mengunjungi Melbourne dalam e-book ini untuk para pembaca

    tesyasblog.com. Tentunya yang ada di ebookini hanya potongan kecil dan masih

    banyak hal yang dapat di-explore di Melbourne. Mudah-mudahan lain waktu kami

    bisa kembali mengunjungi Melbourne.

    Semoga ebook ini menjadi awal untuk anda mewujudkan mimpi melihat Australia.

    Travel begings with a dream, so keep on dreaming!

    Jakarta, Oktober 2013

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    3/53

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    4/53

    www.tesyasblog.com

    Kami tiba jam 9.30 pagi di Melbourne Tullamarine Airport, dan langsung mencari bis

    umum yang sudah kami research ketika membuat itinerary. Karena harus mengejar

    jadwal bis jam 10.30, kami terpaksa meninggalkan teman kami Adrianus, yang satu

    pesawat dari Jakarta. Adrianus terakhir bersama kami di tempat pengambilan bagasi dan

    sudah mengatakan bahwa dia akan naik Skybus bersama penjemputnya.

    Dari Tullamarine Airport Menuju Melbourne

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    5/53

    www.tesyasblog.com

    Kami berjalan ke arah budget terminal. Rasa excited, karena akhirnya kami menginjakan

    kaki ke Melbourne, bercampur bingung karena mencari arah menuju halte bis umum.

    Tidak jauh dari pintu keluar terminal airport, terdapat terminal untuk Skybus, bis merah

    yang 24 jam tersedia mengantarkan penumpang dari bandara ke Southern Cross

    Terminal. Ticket Skybus ini untuk dewasa satu kali jalan AUD 17, atau return AUD 28.Kami akan beberapa kali ke airport karena memiliki connecting flightsdari Melbourne ke

    Tasmania dan juga ke Sydney. Karena itu, jika waktunya memungkinkan kami harus

    berhemat dan memilih naik bis umum disambung dengan kereta ke Flinders Station,

    walaupun waktu tempuhnya lebih lama.

    Kami menemukan budget terminal, namun

    masih juga tidak melihat bus stop yang

    kami tuju. Memang ketika kami research,disebutkan di google bahwa sama sekali

    tidak ada petunjuk menuju bus stop umum

    dari airport, seakan-akan semua

    penumpang diarahkan menuju Skybus.

    Namun kami belum patah arang, saya

    mendekati seorang Ibu yang berdiri di bus

    stop khusus untuk para pekerja di airport.

    Saya pun bertanya pada ibu tsb, dimanaletak bus stop 901 menuju Broadmeadows

    Train Station. Ibu dengan seragam salah

    satu perusahaan yang ada di airport ini,

    dengan ramah menjawab, It should be

    over there, let me walk with you

    Wah, saya langsung terkesan dengan orang Australia yang very helpful dan sincere

    membantu. Saya katakan, Thank you Mam, we will find the bus stop and we reallyappreciate your helpdan kami pun berjalan ke arah bus stop.

    Kami masih harus berjalan sekitar 200 m menjauh dari budget terminal dan menyebrangi

    jalan. Udara cukup terik pagi itu, padahal kostum kami masih lengkap mengenakan

    jacket karena baru turun dari pesawat, wah saltum nih! Dari kejauhan terlihat sign bus

    stop dan sebuah bis yang tengah menunggu penumpang. Betul saja, tidak ada halte

    khusus. Hanya terdapat sebuah bangku kayu, tanpa atap. Bukan salah kami kan kalau

    dari kejauhan tidak melihat ada bus stop disini?

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    6/53

    www.tesyasblog.com

    Kami mencari Smartbus nomor 901, namun kami tidak melihat nomor pada bagian

    belakang bis yang standby tersebut. Kami pun bertanya kepada supir apakah bis akan

    melewati Boardmeadows Station? Supir bis adalah seorang wanita muda yang nampakgaya dengan kacamata hitamnya. Ia menjawab bahwa bis ini akan melewati

    Boardmeadows Station. Kami pun membayar tunai AUD 6.50 per orang untuk ticket bis

    dan ticket kereta, dan duduk manis sambil mengatur nafas. Kami baru sadar sudah

    berjalan lumayan jauh dari terminal kedatangan. Tapi kami sangat bersyukur bisa tiba

    tepat waktu, karena setelah kami naik, bis pun melaju meninggalkan airport. Oh ya,

    karena belum menguasai medan Melbourne, sebelum duduk kami berpesan kepada ibu

    supir Please tell us to alight when we reach the train station. Ia pun mengangguk

    setuju.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    7/53

    www.tesyasblog.com

    Hanya sekitar 15 menit perjalanan,

    kami sudah tiba di Boardmeadows

    Train Station. Walaupun sudah tertulis

    di itinerary bahwa kami harus naik dari

    Platform 1 untuk naik kereta keFlinders Station, kami tetap pergi dulu

    ke station tempat penjualan ticket

    untuk mencari informasi dan membaca

    peta rute kereta. Dari jadwal yang

    kami baca di dinding station, kereta

    yang akan membawa kami ke Flinders

    Station akan tiba dalam waktu 3 menit

    di platform 1 yang terletak di seberangkami. Kami pun berusaha mengejar

    kereta dengan berlari melewati sebuah

    underpass untuk menyebrangi

    platform kereta. Sayangnya usaha

    kami sia-sia, karena ketika kami tiba di

    platform 1, pintu kereta sudah

    tertutup! Jadi lah kami harus

    menunggu 15 menit untuk keretaselanjutnya.

    Boardmeadows station ini merupakan station kereta yang paling dekat dengan

    Melbourne Tullamarine Airport. Stasiun ini terlihat kurang terawat dengan banyaknya

    pilox dan coretan di dinding. Ketika kami menunggu disana, kami banyak melihat

    keluarga muslim, rasanya sih mereka orang keturunan midle east, para wanitanya

    mengenakan jilbab. Mereka kemudian naik kereta api yang sama dengan kami. Di

    dalam kereta, kami duduk sambil menikmati pemandangan daerah suburbanMelbourne. Deretan rumah terbuat dari kayu terlihat rapi, dengan ukuran relatif besar.

    Setiap rumah memiliki halaman dan carport. Lingkungannya nampak asri dengan pohon

    -pohon besar di sekitar rumah. Dari balik jendela kereta, pemandangan perumahan itu

    terlihat sangat damai.

    Kereta melaju lamban dan berhenti di setiap station yang dilalui. Karena hari itu Sabtu

    terlihat banyak keluarga dan pasangan muda yang naik kereta menuju ke kota

    Melbourne. Setelah 45 menit perjalanan di kereta, kami tiba di Flinders Station.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    8/53

    www.tesyasblog.comwww.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    9/53

    www.tesyasblog.com

    Ketika kami keluar kereta, kami disuguhi pemandangan sebuah stasiun antik yang sangat

    fotogenic. Setelah foto-foto di area platform, kami pun turun ke basementdan disana

    kami sempat berkhayal mungkin seperti ini stasiun kereta api di New York..hehe..

    Dindingnya berlapis porselen, pencahayaan di lorong sangat minim, terlihat semprotan

    pilox di dinding, membuat kami merasa memasuki bronx area. Kami berjalan cepat ke

    arah exit, memberikan kartu kereta kami kepada petugas penjaga, dan disambut oleh

    keramaian kota Melbourne. Yeay, welcome to Melbourne!

    Travel Tips:Total waktu tempuh dari Airport ke Flinders Station dengan perpaduan bis dan kereta ini

    kurang lebih satu jam, lebih lama daripada waktu tempuh dengan menggunakan Skybus. Namun untuk

    anda yang penginapannya terletak dekat dengan Flinders Station, moda transportasi ini bisa anda pilih

    untuk berhemat.

    Update:untuk naik bis dan tram di Melbourne mulai 28 Des 2012, penumpang wajib menggunakan

    Myki card, dan tidak diperkenankan lagi membayar di atas bis atau tram. Anda bisa membeli Myki card

    online dan Myki dapat dikirimkan ke alamat anda.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    10/53

    www.tesyasblog.com

    QUEEN VICTORIA MARKET

    Pasar merupakan salah satu tempat yang wajib kami kunjungi ketika liburan ke luar

    negeri. Karena selain bisa menemukan makanan lokal dengan harga murah, pasar jugabisa terlihat sangat fotogenic dengan aneka warna barang dan makanan di dalamnya.

    Tidak heran kalau Queen Victoria Market merupakan tempat pertama dalam itinerary ka-

    mi di Melbourne.

    Kami masih kebingungan saat keluar pertama kali dari hostel kami di Flinders Lane, The

    Greenhouse Backpacker. Siang itu Melbourne sangat ramai, apalagi di sekitar Swanston

    street. Tram lalu lalang di tengah jalan, dan kami belum tahu arah tram yang kami lihat

    itu menuju kemana. Kami juga tidak yakin apakah tram tersebut gratis atau berbayar, ka-rena di Melbourne terdapat dua jenis layanan tram ini.

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    11/53

    www.tesyasblog.com

    Akhirnya saya ikuti saja Rene, yang berjalan dengan membaca peta. Tidak jarang saya

    bertanya Kamu udah pernah kesini ya sebelumnya? ketika ia terlihat menguasai

    tempat yang baru kami datangi berdua :p. Berjalan menyusuri Flinders Lane hingga

    akhirnya tiba di Elizabeth Street, kami menemukan stasiun tram. Nampak beberapa

    tram yang masih menunggu penumpang. Kami masuk ke tram paling depan dengan

    bingung, dan bertanya kepada sang tram driver, seorang bapak yang sudah senior

    umurnya dengan perawakan besar. Kami bertanya Sir, does this tram pass the Queen

    Elizabeth Market?Sepertinya kami salah bertanya, karena ia menjawab dengan lantang

    dan membuat semua yang ada di tram melihat ke arah kami, All trams go to Elizabeth

    Market from here, all trams! Ah, baiklah kami duduk saja dan mencoba mengerti

    mungkin sang Bapak lagi lelah, atau memang pertanyaan kami yang bodoh?

    Belum hilang kebingungan kami, berlanjut dengan ketidaktahuan bagaimana membeli

    tiket tram! Ahh saat seperti ini, saya selalu merasa bersalah (karena saya yang

    bertugas membuat itinerary). I always thought that I did enough research, keder juga

    nih pertama kali sampai di Melbourne hehe. Kami pun bertanya kepada salah satu

    penumpang Where should we buy the tram tickets?Dan jawaban yang kami terima

    adalah You can ride the tram without tickets, its ok.Saat bersamaan tram mulai

    melaju, kami pasrah duduk di sana tanpa tiket. Kemudian kami melihat penumpang

    lain melakukan tapping kartu mereka di tram! Saat itu kami sadar, ini bukan tram

    yang gratis.

    Ternyata jalur tram hanya lurus, dan beberapa stop kami tiba di Queen VictoriaMarket. Oh, bisa jadi sang driver agak kesal dengan pertanyaan kami tadi! Kami turun

    bersama seorang ibu tua yang akan berbelanja di Queen Victoria Market. Rene

    membantu ibu tersebut menurunkan trolley belanjaannya. Dengan suara lembut ibu

    itu memberitahu kami You should purchase the ticket if youd like to ride the tram.

    But if you dont have ticket its ok as long as there isnt any inspector Setelah

    berpisah dengan Ibu itu, kami pun tertawa dan mulai mengerti perbedaan bentuk

    antara tram berbayar dan tram gratis. Di kejauhan terlihat tram warna coklat yang

    padat penumpang, nah itulah free tourist tram pikir kami. Dimana-mana juga yanggratis pasti dicari orang kan? Nasib baik siang itu tidak ada petugas pemeriksa tiket di

    tram. Phew...

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    12/53

    www.tesyasblog.com

    Masuk ke Queen Victoria Market, hallpertama yang kami lalui adalah tempat menjual anekadaging dan seafood. Seafood-nya nampak sangat menggiurkan, namun karena tidak berencana

    masak di hostel, kami hanya foto-foto sebentar di area ini. Kemudian kami masuk lebih dalam

    ke hall yang menjual roti, keju dan bumbu-bumbu siap saji seperti pesto. Ahh kalau tidak

    ingat kurs dolar, mungkin saya sudah kalap di hall bumbu ini. Akhirnya saya memuaskan diri

    membeli pesto dan roti untuk bekal di perjalanan hari itu.

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    13/53

    www.tesyasblog.com

    Masuk lagi ke dalam, kami menemukan area

    yang menjual sayuran dan buah-buahan. Area

    ini menjadi tempat favorit saya karena buah

    dan sayur yang dijual dalam keadaan segar

    dan nampak beraneka warna. Tapi begitu

    melihat harganya, waduh! Terong ungu saja

    satu kilo dijual AUD 5! Memang sih ukurannya

    pun luar biasa jumbo. Mungkin itu terong

    terbesar yang pernah saya lihat.

    Tidak jauh dari tempat para penjual buah dan

    sayur, kami menemukan penjual doughnutsdi

    dalam mobil yang tampak ramai. Saya pun

    ingat ketika research Queen Victoria Market di

    internet, dikatakan bahwa penjual donut iniada setengah abad yang lalu. Daripada

    penasaran, saya merelakan AUD 2 untuk 2

    pieces.

    Kami menikmati doughnuts di dekat penjual bunga, rasa doughnuts nya seperti kue

    bantal, namun ada rasa kayu manis sedikit. Sambil duduk dan melihat orang lalu

    lalang, saya berpikir kok bisa ya pasar dibuat sebersih dan sekeren ini, membuatpengunjung betah berlama-lama di sana.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    14/53

    www.tesyasblog.comwww.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    15/53

    www.tesyasblog.com

    Kami beranjak ke bagian penjual baju, mainan, dan souvenir. Disini kami bertemu

    dengan banyak orang Indonesia yang bekerja menjaga stall souvenirs. Pintar juga ya

    para pemilik stall itu, mungkin mereka mengamati kalau turis pembeli souvenir

    terbesar dari Indonesia, sehingga penjaganya dipilih orang Indonesia agar nyaman

    berbelanja dan bisa lebih banyak lagi menghabiskan dolar :)

    Kami berkenalan dengan seorang penjaga stall souvenirasli dari Surabaya. Ia bercerita

    sudah hampir dua tahun di sana, menemani istrinya yang sedang kuliah S3. Di sini

    banyak banget mba orang Indonesia, tuh yang itu dari Semarang, yang itu dari

    Surabaya juga seraya menunjuk stalllain yang dijaga orang Indonesia. Kami membeli

    souvenir standard, gantungan kunci dan tempelan kulkas. Setelah itu kamimeninggalkan Queen Victoria Market, menyusuri Therry Street yang dipenuhi cafe dan

    kembali ke arah Elizabeth Street.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    16/53

    www.tesyasblog.com

    Tidak sengaja kami menemukan sebuah coffee

    shopmungil bernama Market Lane Coffeeyang

    sangat ramai siang itu. Coffe shop ini tidak

    memiliki meja, hanya tersedia beberapa kursi

    dari kayu di dalam. Interiornya sangat

    minimalis, terdapat sebuah rak berisi

    bungkusan biji kopi yang dijual, juga

    merchandise dari Market Lane Coffee. Bahkan

    saringan kopi pun dijual disini sebagai

    merchandise. Coffee shop ini dijalankan oleh

    beberapa orang yang memang pecinta kopi.

    For A Coffee Lovers Christmas begitu

    tertulis di depan coffee shop sesuai dengan

    tema natal pada saat kami berkunjung.

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    17/53

    www.tesyasblog.com

    Rene memesan secangkir kopi Suiza, yang katanya berasal dari El Salvador, dan

    memiliki citarasa cherry. Satu cangkir imut itu dihargai AUD 8 (glek, mahalnya!).

    Namun melihat proses pembuatannya, kami tidak lagi merasa kopi ini mahal.

    Sang barista sangat telaten membuat kopi cangkir demi cangkir: mengambil kopi dari

    laci yang tertata apik, memasukan kopi ke dalam coffee maker, mendidihkan air,

    semuanya ia kerjakan sendiri. Very inspiring melihat bagaimana seseorang bekerja

    sesuaipassionnya. Ia terlihat sangat menikmati apa yang ia kerjakan, dan tersenyum

    ramah ketika melihat saya mengamati dirinya tanpa henti.

    Selain Rene yang menikmati kopi yang menurut Rene sangat lezat siang itu, saya pun

    menikmati proses pembuatan kopi sambil belajar, mengerjakan sesuatu yang sesuai

    denganpassionkita adalah sebuah anugerah, dan outputyang dihasilkan atas apa yangkita kerjakan sesuaipassion, akan terlihat berbeda hasilnya.

    Kami meninggalkan Market Lane Coffee dengan perasaan sangat fresh siang itu. Rene

    senang karena menikmati kopi yang nikmat, dan saya mendapatkan charge positif atas

    apa yang saya amati terhadap sang barista. Saya pun berjanji akan lebih menekuni

    passion saya menulis tentang traveling, agar apa yang saya tulis dapat lebih

    bermanfaat untuk orang lain.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    18/53

    www.tesyasblog.com

    Bersepeda dengan Melbourne Bikeshare

    Informasi mengenai Melbourne Bikeshare kami dapat di hari-hari terakhir sebelum

    keberangkatan ke Australia. Karena merupakan alternatif untuk keliling Melbourne denganharga relatif murah, saya baca detail mengenai syarat dan ketentuan. Salah satunya, kita

    wajib menggunakan helmet yang bisa dibeli di convenient storeseharga AUD 5.

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    19/53

    www.tesyasblog.com

    Bikeshare stationstersebar di Melbourne dan umumnya terletak di tourist spots. Kalau

    Anda bingung mencari letak stations, Anda bisa mengunduh aplikasi yang tersedia di

    web mereka. Bila gadget tidak online selama liburan di Melbourne, jangan khawatir,

    setiap tourist mapmencantumkan iconMelbourne Bikeshare stations.

    Untuk meminjam sepeda, kita harus memasukan kartu kredit ke dalam mesin dan akan

    dikenakan charge AUD 2,7. Peminjaman 30 menit pertama gratis, sehingga kita bisa

    menggunakan sepeda dan berhenti di station berikutnya dalam 30 menit. Peminjaman

    satu jam pertama dikenakan fee AUD 2, cukup murah memang, tapi kalau bisa gratis

    kenapa tidak? Biayanya lumayan tricky, untuk peminjaman 2 jam dikenakan AUD 17,

    dan setiap setengah jam tambahan (setelah 2 jam) dikenakan AUD 10!

    Di receptionGreenhouse Backpacker Hostel, saya sempat melihat helmetwarna biru

    bertuliskan Melbourne Bikeshare dan menanyakan apakah kami bisa meminjamnya

    dengan gratis. Staff hostel menjawab Absolutely as long as we keep your passport

    Jadi sore itu kami meminjam helmet, dan menuju Federation Square yang hanya 5

    menit dari hostel. Sejurus kemudian kami sudah berada di sepeda masing-masing.

    Ayo pasang stopwatch, jangan sampai kelewat 30 menit pinta saya ke Rene. Yah gini

    deh kalau modal gratisan.

    Kami mulai menyusuri Yara River, terlihat beberapa keluarga sedang piknik di pinggir

    sungai. IRI! Itu yang saya rasakan, mengingat kita tidak punya sungai sebersih ini di

    Jakarta. Saya juga melihat bangku, meja serta tempat untuk barbeque yang

    disediakan. Asyik betul ya.

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    20/53

    www.tesyasblog.com

    Awalnya kami bermaksud kearah Botanical Garden,

    namun hari itu ada sebuah pertandingan cricket

    dan kami melihat banyak sekali orang yang

    berjalan ke arah Melbourne Cricket Ground. Kami

    memutuskan putar balik ke arah Southbank.

    Tujuan akhir kami Docklands, berharap bisa

    menikmati sunset di sana. Kami terus mengayuh

    sepeda di sepanjang sungai, menikmati segarnya

    hembusan angin sore itu. Jalanan pinggir sungai

    yang kami tempuh sangat lengang, hingga kami

    bertemu deretan cafe dan restoran. Kami harus

    berbagi trotoar dengan orang yang berjalan kaki,

    dan bagian tersulit adalah ketika ada show jalanan

    yang penuh kerumunan orang. Kalau sudah begini,

    saya memilih turun dari sepeda dan mendorongnya

    menembus kerumunan orang. Repot kalau nanti

    menabrak orang.

    Kami berhenti pertama kali di Melbourne

    Bikeshare station yang terletak tidak jauh dari

    McDonalds di Southbank. Ketika memasukan

    sepeda ke bicycle lock, waktu menunjukan kami

    sudah menggunakan sepeda selama 25 menit. Wah

    nyaris bayar nih! Istirahat sejenak disana, kami

    takjub dengan keindahan sore itu. Gedung-gedung

    menjulang menjadi latar belakang, terpadu manis

    dengan Yara River yang bersih dan jembatan yang

    berada tidak jauh dari kami. Kapal wisata nampak

    sesekali melintas, sayangnya kami tidak ada

    budget untuk naik cruise ini. Walau begitu, kamitetap puas menikmati Yara River dengan sepeda.

    Kami melanjutkan perjalanan menuju Docklands,

    setelah melewati Melbourne Casino, rute yang

    kami lalui berubah menjadi jalanan kayu. Kembali

    harus melewati cafe dan restoran, namun kali ini

    tidak banyak orang lalu lalang seperti di area

    Southbank. Tidak lama kami sampai di WebbBridge yang menghubungkan Yarras Edge dengan

    Docklands.

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    21/53

    www.tesyasblog.com

    Kami tiba di depan Etihad Stadium, menyimpan kembali sepeda kami di Melbourne

    Bikeshare station yang terdapat di sekitar Harbour Esplanade Docklands, dan yeay

    kami tiba tepat pada saat sunset, sekitar jam 8.30 malam.

    Suasana malam itu di Docklands sangat kontras dengan ramainya pusat kota

    Melbourne. Jalanan terlihat lengang, dan hanya ada sedikit orang di cafe-cafe yang

    terletak di Esplanade. Sewaktu kami disana, kami juga melihat sebuah tram gratis

    yang melintas. Jika anda ingin menikmati sunset di Docklands tanpa naik sepeda,

    anda bisa memilih tram gratis ini. Namun setelah mencoba berkeliling sepeda di

    Melbourne, saya menyarankan anda agar mencoba menikmati kota dengan sepeda.

    Melbourne terasa lebih indah dari balik sepeda. Kalau tidak percaya, silahkan dicoba.

    Setelah menikmati sunset, kami pun mengakhiri hari dengan kembali naik sepeda ke

    kota Melbourne. Kali ini jalanan cukup menantang karena ada bagian yang berbukit

    (oh andai saya saat itu naik electronic bike:p). Saya sempat menyerah dan turun dari

    sepeda karena jantung saya berdegup kencang! Haha.. yes, I need more exercise.

    Kami tiba di Melbourne Bikeshare station di Collins Street tidak jauh dari Southern

    Cross Terminal. Terimakasih Melbourne Bikeshare, we had a great moment exploring

    Melbourne by bike.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    22/53

    www.tesyasblog.com

    Melbourne Boxing Day

    Saat itu, Boxing Day merupakan hari specialdi dalam itinerary kami. Saya dengar dari

    teman baik kami, Martin, semua toko discounthabis-habisan di hari itu. Ngiler dotcom

    tentunya! Rela tidak mengunjungi Cradle Mountain, salah satu national park yang

    sangat indah di Tasmania, saya menjadwalkan pada 26 Desember harus kembali ke

    Melbourne. Dan ini menjadi salah satu penyesalan terbesar dari perjalanan kami ke

    Tasmania. Tapi ya sudahlah, semoga next time kami bisa kembali kesana dengan

    kiddos. Amin.

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    23/53

    www.tesyasblog.com

    Kami tiba di Melbourne dari Launceston pagi hari dan kembali menggunakan campuran

    bis umum dan kereta api menuju Flinders Station. Setelah check in di hostel, kami

    makan siang di sekitar hostel dan berjalan menuju Bourke Street. Jalanan yang

    dipenuhi dengan shopping malls, yang sudah kami survey sebelumnya pada 23 Desember

    (niat betul yah:p). Ketika kami kembali 3 hari kemudian, lautan manusia memenuhi

    Bourke Street. Saat Boxing Day ini mungkin jumlahnya double bahkan tripledan hanya

    mengalah ketika tram melintasi pertokoan.

    Tujuan kami yang utama adalah ke Myer, sebuah

    Department Store yang pada hari itu menawarkan

    60% for any second purchase of toys. Wooh, tentusaja kami langsung girang dan berniat menuju lantai

    khusus children wear and toys. Tapi ternyata untuk

    naik eskalator saja kami perlu antri! Waduh.. kami

    yang baru saja kembali dari Tasmania dan tidak

    terbiasa melihat orang sebanyak yang kami lihat di

    Myer saat itu, ingin mengurungkan niat kami belanja

    mainan. Namun terbayang wajah lucu kiddos yang

    kami titipkan di Bandung bersama kakek dan

    neneknya.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    24/53

    www.tesyasblog.com

    Cukup lama kami memilih mainan, karena ketika kami tiba di area mainan sekitar jam 1

    siang, banyak mainan sudah habis diborong pengunjung! Tidak heran, karena hari itu

    Myer buka dari jam 7 pagi. Kami juga sempat melakukan early shopping di Myer

    Launceston sebelum kami meninggalkan Tasmania. Namun di Myer Launceston pun kami

    tidak menemukan mainan yang sesuai untuk kiddos. Akhirnya kami membeli mainan

    Fireman Samyang tidak bisa kami temukan di Jakarta. Terakhir kali, kami harus titip ke

    tante Rani dari UK untuk membeli rumah Fireman Sam :p

    Saya sempat mengunjungi area tas, dompet

    dan sepatu wanita. Barang-barang yang

    dijual di sana, saya lihat tidak terlalu murah

    bahkan setelah harganya discount (at least

    untuk saya). Ahh jadi mana nih discount

    besar-besaran di boxing day? Kecewa besar

    nih judulnya.

    Setelah pusing melihat penuhnya Myer, kami

    mengambil nafas di luar sambil melihat

    orang lalu lalang. Di depan Myer, orang antri

    untuk menikmati Christmas Window, dimana

    etalase di depan Myer dihias dengan

    ornamen natal yang cantik. Saya kembali

    mengajak Rene masuk toko, kali ini ke DavidJones, sebuat Department Store yang

    terletak disamping Myer. Yang kami

    temukan tidak beda dengan di Myer, semua

    barangnya masih mahal!

    Salahkan kurs dolar Australia yang terus

    menguat, sehingga barang apapun jika

    dikonversi ke rupiah masih terasa mahal :p

    Akhirnya kami menyerah dan berjalan

    kembali ke hostel dengan melewati lane

    (gang kecil) yang dipenuhi dengan

    boutiques dan caf. Inilah salah satu yang

    saya suka dari Melbourne, di setiap Lane

    nya selalu terdapat kejutan, yaitu

    pemandangan unik. Toko-toko mungil yang

    kami lewati tampak sepi, rasanya hari itu

    semua orang terpusat belanja di Bourke

    Street.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    25/53

    www.tesyasblog.com

    Setelah mengunjungi Pantai St.Kilda, jam 11 malam kami kembali ke Bourke Street,

    dan mendapati David Jones dan Myer masih menunggu kami. Ih ge-er banget! Kedua

    Dept Store ini baru tutup jam 12 malam. Kami bisa puas foto Christmas Windows tanpa

    harus berebut dengan orang lain. Kami juga bisa puas keluar masuk toko, naik turun

    eskalator, tanpa perlu antri seperti siang tadi.

    Kami menutup hari itu dengan kecewa, karena boxing dayyang kami perkirakan akan

    hebat discountnya, ternyata tidak kami rasakan sama sekali. It was just an ordinary

    day, dimana semua barang di mall masih tetap mahal harganya. Tapi tentunya kami

    tidak penasaran lagi, dan kini kami mengerti bahwa tidak perlu memasukan boxing day

    sebagai hari special di itinerarykami jika suatu saat kembali mengunjungi Australia.

    Kembali gambar-gambar Cradle Mountain menghiasi ruang mimpi saya, ah seandainya

    waktu itu kami memilih mengunjungi Cradle Mountain dan bukan memilih boxing day.

    If I could only turn back time!

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    26/53

    www.tesyasblog.com

    Mengintip Pinguin di St.Kilda Beach

    Satu sore kami hunting sunsetdi St. Kilda. Pemandangan sunsetyang indah,

    cahaya matahari sore menerpa landscapeMelbourne di kejauhan berpadu

    dengan yachtyang parkir di dermaga St.Kilda.

    Setelah matahari terbenam, kami mengikuti pengunjung lain untuk

    menunggu munculnya penguin.

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    27/53

    www.tesyasblog.com

    Awalnya saya mengajak Rene untuk kembali menggunakan Melbourne Bike Share dan

    bersepeda dari Federation Square ke St. Kilda demi penghematan budget. Namun ide

    saya ini ditolak Rene setelah ia melihat Melbourne Bike Share station yang terletak

    cukup jauh dari St. Kilda Beach. Walaupun enggan mengeluarkan uang untuk membeli

    myki, kartu transportasi semacam EzLink di Singapura, akhirnya saya pun

    membelinya di Seven Eleven Federation Square dengan harga AUD 12 untuk dua kartu,

    dan sekitar 10 AUD untuk top up keduanya.

    Federation Square merupakan area untuk nongkrong di pusat kota Melbourne.

    Lokasinya di seberang Flinders Station, sangat dekat dari tempat kami menginap.

    Disana terdapat Melbourne Tourist Information Center, The Ian Potter Center:

    National Gallery of Victoria Australia dan juga Australian Center for The Moving Image.

    Federation Square menawarkan wifi gratis, jadi tidak heran di tempat ini banyak yang

    sibuk dengan gadget mereka sambil menikmati matahari di musim panas bulan

    Desember.

    Kami naik tram no 16 dengan tujuan Melbourne Univestiry via St.Kilda. Kali ini kami

    dengan resmi membayar ongkos trammelalui tappingmyki kami ke mesin yang berada

    di dalam tram. Namun, kami melihat banyak orang yang tidak melakukan tapping

    kartu mereka ke mesin. Mungkin mereka punya kartu langganan, pikir kami tidak mau

    berburuk sangka.

    Sekitar 20 menit kemudian, kami tiba di pantai St.Kilda, angin yang besar sore itu

    menyambut kami yang meninggalkan jacket di hostel! Aaah..kami salah kostum sore

    itu. Kami berjalan menyusuri pantai dan menyebrang melalui sebuah jembatan kayu

    menuju Pier. Berharap menemukan secangkir coklat panas di sebuah restoran kecil

    yang ada di Pier untuk menghangatkan badan. Namun apa daya restoran itu tutup.

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    28/53

    www.tesyasblog.comwww.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    29/53

    www.tesyasblog.com

    Saya pernah membaca bahwa kita bisa melihat pinguin menjelang matahari terbenam

    di sana. Awalnya kami tidak begitu tertarik melihat pinguin, namun karena semua

    orang berjalan menuju tempat yang khusus disediakan untuk melihat penguin, kami

    pun mengikuti arus. Saya duduk manis sambil menahan dingin, sementara Rene asyik

    hunting sunset.

    Lady guardbekerja keras mengingatkan pengunjung untuk duduk dengan tertib, tidak

    menyalakan flash, tidak menginjak batu yang merupakan waterbreak dan membentuk

    sebuah bay. Menurut lady guard, di bawah batu-batu itulah pinguin tinggal.

    Pengunjung juga tidak diperkenankan duduk di tepian jalan terbuat dari kayu dan

    menggelantungkan kaki ke bawah, karena pinguin akan takut. Sore berganti malam,

    dan penantian kami beserta pengunjung yang lain belum juga membuahkan hasil.

    Kami terus menunggu, dan setelah 1 jam

    lamanya tiga ekor pinguin pun muncul.

    Lady guard menyalakan lampu sorot warna

    merah ke arah pinguin, untuk cahaya foto

    para pengunjung. Belum sempat kami foto,

    pinguin sudah menghilang! Kemudian

    muncul dua pinguin lagi di sisi lain dermaga

    tempat kami duduk, namun mereka punhanya muncul sejenak tanpa sempat kami

    foto.

    Tidak tahan menahan dingin, saya ajak

    Rene untuk meninggalkan area pantai dan

    mencari coklat panas. Beberapa

    pengungjung jalan bersama kami

    meninggalkan area penguin watching,

    namun sebagian besar masih bertahan

    menunggu surpriseselanjutnya.

    Kami memang tidak pergi ke Philip Island dari Melbourne untuk melihat pinguin.

    Mungkin jika suatu saat kami kembali ke Melbourne bersama kiddos, kami akan ajak

    mereka melihat pinguin di sana. Semoga pinguin di Philip Island tidak malu-malu

    seperti yang kami tunggu kemunculannya di St.Kilda beach.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    30/53

    www.tesyasblog.comwww.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    31/53

    www.tesyasblog.com

    Kami berjalan melewati Luna Park yang sudah tutup malam itu, tujuan kami adalah

    mencari toko kue yang terkenal di Acland Street. Boss saya yang merekomendasikan

    Acland sebagai tempat yang must visitdi Melbourne. Dan ternyata memang betul,

    Acland Street menawarkan sisi lain dari Melbourne dan sayang untuk dilewatkan.

    Terdapat deretan restaurant, cafe dan cake shop yang sangat eye catching dengan

    beraneka ragam kue di etalase toko. Trotoar dipenuhi oleh orang-orang yang asyik

    bercengkrama memenuhi kursi dan meja yang disediakan. Kami masuk ke Le Bon Cake

    Shop,memilih lemon dan chocolate cake, secangkir kopi untuk Rene, dan minuman

    coklat panas yang sudah saya cari sejak pertama tiba di St. Kilda.

    Setelah menikmati sunset di St.Kilda dan cake yang lezat, kami sudah lupa denganharga myki card serta saldonya yang kami beli sore itu di Seven Eleven Federation

    Square. Kami sama sekali tidak menyesal telah menghabiskan ongkos mahal untuk

    pergi ke St. Kilda. Yang kami sesali adalah tidak sempat pergi Brighton Beach pada

    kunjungan pertama kami ke Melbourne, padahal kami ingin sekali memiliki foto di

    depan Brighton Bathing Boxesyang colorfulitu.

    Sekitar jam 11 malam kami kembali ke Melbourne menggunakan tram yang jam

    operasinya diperpanjang malam itu sehubungan dengan boxing day. Stasiun tramterdekat dari Acland Street berada di seberang Luna Pak dan juga hotel Novotel,

    hanya sekitar 5 menit berjalan dari Le Bon Cake Shop. Pengalaman mengunjungi

    St.Kilda untuk hunting sunset dan Acland Street sudah menambah warna tersendiri

    untuk liburan kami ke Melbourne kali ini. Rasanya Acland Street selalu akan saya

    masukan ke dalam itinerary kunjungan ke Melbourne, I love the ambience and of

    course the cake!

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    32/53

    www.tesyasblog.com

    GREAT OCEAN ROAD Sunset Tour

    Dengan jumlah hari liburan yang terbatas di Melbourne, kami harus benar-benar

    merencanakan dan memilih tempat apa yang sangat ingin kami kunjungi. Selain jalan-

    jalan di kota Melbourne, kami memutuskan untuk mengambil daytrip mengunjungi 12

    Apostles dengan Great Ocean Road Tour. Musti kesana Tes, siapa tau suatu saat

    Apostles nya habis semua begitu tutur Pak Teguh, teman di kantor menyemangati saya

    untuk berkunjung ke 12 Apostles. Informasinya saat ini Apostles sudah tidak 12 lagiakibat erosi yang terjadi.

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    33/53

    www.tesyasblog.comwww.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    34/53

    www.tesyasblog.com

    Saya pun mencari bagaimana cara paling murah menuju 12 Apostles. Setelah googling,

    cara termurah yaitu dengan naik bis dan kereta dari Melbourne, namun terbatas jam

    serta hari keberangkatannya. Walaupn murah, moda transportasi ini tidak kami pilih

    karena tidak sesuai dengan schedulekami di Melbourne. Entah kenapa opsi self-drive

    tidak terlintas saat itu, padahal setelah menjalani tour Great Ocean Road, kami

    menyesal kenapa tidak self-drive saja. Pemandangan yang indah melewati berbagai

    kota kecil sangat menggiurkan untuk melakukan self-drive.

    Saya mencari berbagai tour menuju Great Ocean Road, tujuannya adalah untuk

    mendapatkan tour dengan harga paling murah tentunya. Saya sudah request ke Rene

    untuk pergi mengejar sunset di Great Ocean Road, kami berdua memang penyuka

    sunset. Harga tour normal untuk Great Ocean Road Sunset tour adalah sekitar AUD 120

    dengan operator Bunyip tour, sudah termasuk picnic lunch. Tour tanpa lunch bisa

    didapatkan dengan harga sekitar AUD 95.

    Tidak sengaja kami menemukan www.oznettravel.com sebuah website dimana kita

    bisa melakukan booking tour di Australia dengan harga miring. Kami mendapatkan

    Great Ocean Road Sunset Tour sudah termasuk makan siang seharga AUD 77,5. Ini

    adalah harga termurah yang bisa kami dapatkan. Saya tidak mengerti siapa yang akan

    menjadi tour provider ketika kami reservasi tour melalui oznettravel. Baru setelah

    mendapatkan email dari Bunyip Tour, kami tahu bahwa akan pergi dengan mereka

    sebagai operator. Lega juga setelah membaca review yang bagus di tripadvisor.com

    dari para member tripadvisor yang pernah menggunakan jasa Bunyip Tour. Email dariBunyip menyatakan bahwa kami akan dijemput di hostel pada jam 10 pagi, dan kami

    diminta untuk siap di luar gedung hostel.

    Bis kecil bertuliskan Bunyip menjemput tempat kami di Flinder Lane, jalan sempit di

    depan Greenhouse Bakcpacker. Ketika kami naik, baru ada 6 orang di dalam bis. Kami

    menjemput peserta yang lain, dan berhenti sekitar 15 menit di kantor Bunyip Tour

    yang terletak dekat dengan Southern Cross Terminal. Peserta dipersilahkan untuk

    toilet break sambil menunggu restaurant di sebelah kantor Bunyip Tourmenyiapkansandwich sebagaipicnic lunchkami. Pada saat booking, kami sudah minta vegeterian

    menu.

    Meninggalkan Melbourne, kami harus melewati kemacetan yang lumayan panjang, hari

    itu banyak yang meninggalkan Melbourne untuk berlibur ke luar kota. Karena macet,

    kami baru tiba di pemberhentian pertama yaitu Bells Beach jam 1 siang.

    www.tesyasblog.com

    http://www.oznettravel.com/http://www.oznettravel.com/
  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    35/53

    www.tesyasblog.com

    Bells Beach merupakan pantai tempat diselenggarakannya

    kejuaraan surfing setiap tahun. Ombak dan angin besar

    menyambut kedatangan kami. Setelah berfoto-foto sejenak di

    pantai, kami dipersilahkan untuk toilet break dan mengambil

    jatah snack berupa biskuit serta kopi dan teh. Sekitar 20 menit

    kami berhenti di sana.

    Kami melanjutkan perjalanan, dan disuguhi pemandangan yang indah sepanjang Great

    Ocean Road trip ini. Bahkan koala pun sempat kami lihat di pinggir jalan! Tuh kan,

    gimana kami enggak nyesel tidak melakukan self-drive. Ah, sudahlah nasi sudah

    menjadi bubur.

    Pemberhentian kedua adalah di Memorial Arch, dimana kami dibagikan sandwich

    sebagai picnic lunch kami. Karena sibuk foto-foto kami terlambat mengambil jatahlunch, dan sandwich vegetarian kami sudah raib, entah siapa yang membawanya.

    Jadilah kami menahan lapar, menunggu kami tiba di suatu tempat dimana kami bisa

    membeli fish and chip.

    Penantian kami terjawab di Apollo Bay. Steve, supir sekaligus tour guide kami,

    mempersilahkan kami untuk menikmati kota kecil yang dipenuhi turis ini selama 30

    menit. Semua berhamburan keluar dari van. Ada yang mengunjungi tempat souvenirs,

    gerai icea cream, dan kami yang sudah kelaparan langsung mencari fish and chip dan

    memakannya di bangku taman. Ah, kami suka sekali Apollo Bay, dan berharap suatu

    saat bisa staydisini lebih lama.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    36/53

    www.tesyasblog.com

    Perjalanan dilanjutkan menuju tempat melihat Koala. Saya pikir kita akan masuk ke

    sebuah taman nasional berbayar, ternyata bis hanya berhenti di sebuah jalan, dan

    kami bisa melihat koala di alam bebas. Inilah pengalaman kami melihat koala dari

    dekat untuk pertama kalinya. Ohhh..they are so cute!

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    37/53

    www.tesyasblog.com

    Jam 6.45 pm kami tiba di 12 Apostles. Peserta yang memilih mengendarai helikopter,

    dipersilahkan untuk mengikuti Steven. Sementara saya, Rene dan beberapa peserta

    yang tidak rela mengeluarkan AUD 80 untuk naik helikopter selama 10 menit,

    berjalan ke 12 Apostles. Sepanjang jalan, saya sudah memaksa Rene untuk naik

    helicopter, Ayolah, kapan lagi kesini? Namun Rene bersikeras untuk melihat 12

    apostles dari lookoutnya saja.

    Matahari yang dari pagi bersinar cerah, menghilang di balik awan. Kami harus

    berjalan menembus angin besar ke arah lookout. Ketika kami tiba di sana, kami sudah

    lupa dingin yang menusuk kulit. Pemandangan dari 12 apostles lookoutsangat indah.

    Beruntung kami masih mendapatkan sisa sinar matahari sore itu. Pokoknya tempat ini

    wajib dikunjungi jika anda berlibur ke Melbourne. We enjoyed every second at the 12

    apostels.

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    38/53

    www.tesyasblog.comwww.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    39/53

    www.tesyasblog.com

    Bagaimana peserta tour yang mengikuti helicopter trip? Karena tempat duduk di

    helikopter terbatas, mereka yang duduknya terhalang penumpang lain untuk

    mengambil gambar sangat kecewa. Apalagi setelah melihat foto-foto kami, mereka

    minta foto kami di share. Jadilah kami saling bertukar nama kami di FB agar bisa

    saling keep in touchdan sharingfoto.

    Yang membuat kami semua kecewa adalah sunset yang tidak pernah kami lihat di

    Great Ocean Road! Sore itu bukan sunset yang kami dapatkan, melainkan hujan

    gerimis yang berakhir dengan hujan besar ketika kami sudah kembali ke dalam van.

    Kami meninggalkan Great Ocean Road dengan sedih, karena impian kami untuk

    melihat sunset di sana buyar sudah. Tapi hal ini tidak mengurangi kesan kami atas

    perjalanan seharian menuju Great Ocean Road. Kami sangat menikmati tour bersama

    Steve dan rombongan hari itu.

    Port Camble merupakan our last stopsebelum kembali ke Melbourne. Kami membeli

    Fish and Chip lagi untuk makan malam kami, dan setelah itu kami menembus malam

    kembali ke Melbourne. Semua peserta tertidur lelap, dan baru bangun ketika Steve

    mengingatkan untuk siap-siap turun. Kami tiba larut malam di hostel dan segera

    packing, karena esok harinya kami harus mengejar connecting flight ke Sydney.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    40/53

    www.tesyasblog.com

    Melbourne

    Saya sempat bingung waktu mencari penginapan di Melbourne. Selain karena ini

    pertama kalinya ke Melbourne, sehingga masih awam dengan daerahnya, yang kedua

    karena mahalnya harga hostel di sana.

    Saya sama sekali tidak melirik review hotel waktu masuk ke www.tripadvisor.com.

    Saya fokus melihat review kategori Speciality Lodging yang didalamnya jugaterdapat hostel chain yang terkenal di Australia yaitu Melbourne Metro YHA dan

    Melbourne Central YHA.

    www.tesyasblog.com

    http://www.tripadvisor.com/http://www.tripadvisor.com/
  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    41/53

    www.tesyasblog.com

    Selain harga, yang menjadi fokus kami adalah lokasi hostel. Dengan lokasi hostel yang

    terletak di pusat kota, kami bisa berjalan kaki dan menghemat budget untuk

    transport. Saya sangat tertarik dengan Greenhouse Backpacker Melbourne yang rata-

    rata reviewdi Tripadvisor merekomendasikan hostel ini karena berada hanya 5 menit

    dari The Flinders station. Lokasi hostel ini cocok sekali untuk kami, mengingat kami

    akan dua kali menggunakan bis dan train dari Melbourne Airport ke Flinders Station.

    Setelah membandingkan dengan Melbourne Central YHA, kami memilih Greenhouse

    Backpacker yang pemesanannya cukup dilakukan via email. Sebetulnya Melbourne

    Central YHA juga lokasinya recommended karena dekat dengan Southern Cross

    Terminal. Jika anda akan tiba di Melbourne menggunakan Skybus dari airport,

    Melbourne Central YHA bisa menjadi pilihan. Seandainya saat itu Tune Hotel sudah

    beroperasi, pasti kami juga melirik harga di Tune Hotel. Namun sayangnya Tune Hotel

    belum ada ketika kami liburan ke Melbourne.

    Harga private double roomdengan shared bathroom yang kami pilih adalah 90 AUD

    per malam. Awalnya sih kami ingin menginap di dorm untuk menghemat budget, tapi

    karena pernah sekali mencoba tidur terpisah di dorm (saya di female, dan rene di

    male dorm) ketika kami menginap di Tree in Lodge Hostel Singapura, kami

    memutuskan untuk membayar lebih namun tinggal diprivate room. Pengalaman tidur

    terpisah itu ternyata repot dalam hal sharing toiletries, dan janjian harus bertemu

    jam berapa di lobby hostel. Apalagi kami harus pergi dengan pesawat pagi hari ke

    Tasmania, kalau salah satu dari kami tidak bangun, kami bisa ketinggalan pesawat.

    Kami tiba jam 12 siang di Greenhouse Backpacker Melbourne, hati saya cukup tenang

    ketika melihat kantor polisi di lantai pertama gedung yang sama dengan hostel kami.

    Paling tidak keberadaan kantor polisi disana memberikan kesan aman hehe.. Kami

    langsung naik lift ke reception area yang terletak di lantai yang sama dengancommon

    area. Seakan mengerti kami sudah menghabiskan waktu yang lama di perjalanan, staff

    hostel memperbolehkan kami untuk early check-in.Yeaaay

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    42/53

    www.tesyasblog.com

    Kami agak sedih melihat kondisi kamar kami dengan pemandangan gedung sebelah.

    Karpet di kamar terlihat agak kurang terawat, namun kami terhibur dengan ukuran

    kamar yang menurut kami lumayan, apalagi jika dibandingkan dengan hostel di

    Hongkong. Bagian bawah bunk bed cukup besar untuk dua orang. Pihak hostel telah

    menyediakan handuk dan selimut di atas ranjang.

    Kamar mandi terletak tidak jauh dari

    kamar kami, dan kabar baiknya kamar

    mandi dipisahkan antara male dan

    female. Mungkin siang itu housekeeping

    team belum menyelesaikan pekerjaan

    mereka, sehingga kamar mandi terlihat

    berantakan. Wah dari segi kebersihan,

    hostel ini kalah jauh dengan hostel di

    Singapura.

    Common areamenjadi pelipur lara dari kamar yang minimalis dan kamar mandi yang

    sedikit berantakan. Tamu hanya mendapatkan akses wifi gratis di lokasi ini, maka

    tidak heran banyak yang asyik dengan gadget mereka di sofa-sofa yang disediakan

    pihak hostel. Terdapat dapur yang cukup besar sehingga tamu hostel bisa memasak

    untuk menghemat budget. Semua peralatan dapur boleh dipakai selama dibersihkan

    sendiri setelah dipergunakan. Namun saya sering melihat tamu hostel meletakan piring

    dan peralatan masak begitu saja tanpa dibersihkan. Selain dapur yang besar, terdapatarea laundrydengan coinyang dapat dibeli di reception desk.

    Tidak ketinggalan terdapat rooftopyang dapat dinikmati para tamu. Melihat common

    area yang begitu lengkap, saya sudah melupakan kesan pertama saya terhadap kamar

    dan kamar mandi. Saya mulai menyukai hostel tempat kami tinggal tiga malam di

    Melbourne ini.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    43/53

    www.tesyasblog.com

    Keluar dari hostel dan berjalan ke sebelah kiri, kami langsung berada di SwanstonStreet, sebuah jalan yang menghubungkan Federation Square dengan pusat

    perbelanjaan Coles Street. Di sepanjang Swanson Street ini banyak terdapat souvenir

    shop dan restaurant. KFC dan Seven Eleven terletak tidak jauh dari hostel kami.

    Jika membutuhkan supermarket, Anda bisa berjalan ke Coles Supermarket yang

    berada tidak jauh dari Flinders Station. Kami tidak sengaja menemukan mie instan

    merk Indomie di Coles, langsung kami beli untuk mengganjal perut di hotel :p

    Satu-satunya kekurangan hostel ini adalah lokasi yang cukup jauh dari Southern Cross

    Terminal. Ketika kami harus pergi ke Melbourne Avalon Airport dengan menggunakan

    Skybus dari Southern Cross Terminal, kami harus berjalan sekitar 20 menit dari hostel.

    Karena cukup jauh, saya sarankan agar Anda menggunakan taxi jika akan pergi ke

    Southern Cross Terminal, dengan biaya sekitar 10 AUD.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    44/53

    www.tesyasblog.comwww.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    45/53

    www.tesyasblog.comwww.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    46/53

    www.tesyasblog.com

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    47/53

    www.tesyasblog.com

    Tiket Pesawat ke Australia

    Bekerja di perusahaan yang memberikan cuti pada lebaran dan akhir tahun saja, membuat saya

    terpaksa merencanakan perjalanan ke Australia pada saat liburan akhir tahun. Di sisi lain, saya

    juga memang ingin mewujudkan salah satu mimpi saya untuk melihat New Years Eve Fireworks

    di Sydney Harbour Bridge. Oya, jika Anda pembaca setia tesyasblog.com, mungkin Anda sudah

    mengetahui bahwa mimpi saya memang banyak! hehe...bagi saya, travel begins with a dream.

    Pertengahan Juni 2012, awal dari keisengan huntingtiket ke Australia. Hal ini terpicu seringnya

    gambar Sydney Harbour Bridge muncul di film Finding Nemo, yang saat itu sering diputar

    kiddos#1 kami. Hunting iseng ini menghasilkan satu file perbandingan tiket Air Asia, Jetstar,

    Malaysian Airlines, Qantas, SQ dan Garuda Indonesia! Mungkin saat itu keisengan saya memang

    sudah berubah jadi niat :p

    Meminta nasihat dari bos saya yang sering terbang ke Melbourne, beliau menyarankan saya

    membeli direct flight, tidak perlu buang waktu ke KL dulu. "kan Jakarta lebih dekat keMelbourne, kenapa harus ke KL dulu?" katanya, sangat masuk akal ya? Namun tetap saja saya

    rela kalau harganya jauh lebih murah.

    Saya mulai dari maskapai yang murah dulu, saya mencari penerbangan antara 21 Desember

    hingga 1 Januari, iya 1 Januari! Jangan salahkan kalau harga tiketnya memang selangit pada

    periode tersebut. Jeng Jeng!! Lowcost airlinepun harganya sama sekali tidak murah, sekitar

    Rp 7-8 juta PP per orang, belum termasuk bagasi dan makan. Perlahan saya tinggalkan Air Asia

    dan Jetstar, kemudian beralih ke Malaysian Airlines. Saya mendapatkan harga tiket paling

    murah Rp 9 juta PP per orang. Ahhh makin mules perut saya rasanya. Nekad (atau frustasi) sayamembuka SQ, dan parahnya penerbangan tgl 1 Januari bahkan tidak tersedia. Bye bye SQ...

    Akhirnya, saya pun membuka Garuda Indonesia. Entah kenapa saya persepsikan harga tiketnya

    mahal, sehingga saya tidak membuka website Garuda sejak awal. Baiklah, ternyata Garuda

    Indonesia menjadi maskapai favorit saya saat itu.

    Kurang lebih apa yang telah saya cari adalah sebagai berikut, untuk jadwal pergi 21 Desember

    2012 dan pulang 1 Januari 2013, Jakarta-Sydney pp 2 orang seharga USD 2,081 (...ouch!!).

    Masih dengan tanggal tersebut saya klik "multicity" dan mendapatkan harga untuk rute Jakarta-

    Melbourne kemudian Sydney-Jakarta sebesar USD 2,058 juga berdua pp (.. mahalnya!).

    Berlanjut dengan mencoba untuk tanggal pulang 31 Desember 2012, memang berakhir dengan

    harga USD 1,791 untuk rute Jakarta-Sydney pp. What about NYE fireworks?! Walaupun lebih

    murah, saya tidak serta merta mengambil tanggal ini, karena NYE fireworks penting buat saya

    haha

    Penasaran dengan mahalnya tiket, saya breakdown harga tiket pada tanggal tersebut,

    penerbangan Sydney-Jakarta dipecah menjadi Sydney-Denpasar lalu Denpasar-Jakarta itu.

    Ternyata tiket sangat mahal untuk rute Denpasar-Jakarta yang mencapai 700 USD untuk dua

    orang!

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    48/53

    www.tesyasblog.com

    Akhirnya saya pun mencoba alternatif Jakarta-Melbourne pada 21 Desember 2012, dan pulang

    Sydney-Denpasar pada 1 Januari 2013, dan harganya untuk dua orang adalah USD 1,350!

    Wohoo...harga yang sangat menarik mengingat tanggal berangkat dan pulang pada periode

    very high season itu.

    Kemudian saya mencari alternatif tiket murah dari Denpasar ke Jakarta. Setelah diskusi dengan

    Rene mengenai rencana menitipkan kiddos ke rumah orang tua di Bandung, saya pun ikutmelirik harga tiket Denpasar-Bandung pada tanggal 1 Jan tersebut, harganya Rp 1,3 juta untuk

    dua orang termasuk bagasi. Hanya sekitar 1/4 dari harga tiket Garuda Indonesia Denpasar-

    Jakarta.

    Dengan pilihan yang ada tersebut, alternatif termurah untuk kami adalah rute:

    Garuda Indonesia : Jakarta-Melbourne direct flight

    Garuda Indonesia : Sydney-Denpasar direct flight

    Air Asia : Denpasar-Bandung

    Setelah berkonsultasi lagi dengan bos saya, juga dengan teman kami Rizky "Oky" Darmaputra,

    mereka menyatakan untuk tahun baru harga tiket tersebut sangat murah, dan menyarankan

    untuk mengeksekusi tiket tersebut. Tentunya tanpa kami tahu apakah visa kami akan di

    approveatau tidak.

    Akhirnya kami pun nekad membeli tiket tersebut, semua secara online.. Bismillah semoga visa

    kami nanti disetujui ucap kami ketika itu :)

    Mengajukan Visa Australia

    Saat membeli tiket sekitar bulan Juni 2012, kami berkonsultasi dengan teman kami Oky yang

    pernah tinggal di Australia, dia menyarankan kami untuk membeli dulu saja tiketnya. Selama

    kami pekerja tetap di Indonesia, kemungkinan besar visa akan kami dapatkan, begitu tutur

    Oky. Dan akhirnya kami nekad membeli ticket yang tidak murah itu...

    Untuk pengurusan visa ini kami tidak pernah terpikir untuk menggunakan jasa agen, terutama

    setelah membaca di paman google betapa mudahnya mengajukan visa Australia sendiri.

    Tentunya selain karena kami tidak rela untuk mengeluarkan biaya tambahan :p

    Rencana awal, kami akan mengajukan visa di bulan Oktober, 3 bulan sebelum keberangkatan

    kami di penghujung tahun 2012. Namun akhirnya kami baru bisa melengkapi semua dokumen

    pada pertengahan November 2012.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    49/53

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    50/53

    www.tesyasblog.com

    Kami diminta untuk menyerahkan dokumen, kemudian petugasnya memeriksa tumpukan

    dokumen tersebut satu persatu. Setelah selesai, kami masing-masing diminta untuk

    menandatangani dokumen checklist dan membayar biaya pengajuan visatotal Rp 2.680.000

    untuk saya dan Rene, dengan perincian sbb:

    Pengajuan visa per orang Rp 1.140.000

    Biaya administrasi visa per orang Rp 180,000

    Biaya SMS dan email per orang Rp 20.000 (optional)untuk sms dan email ini sifatnya optional, jika kita ingin menerima informasi melalui sms

    dan email atas proses aplikasi kita, baru kita diharuskan membayar Rp 20.000

    Proses penyerahan berkas selesai dalam waktu 15 menit. Petugas AVAC yang ramah

    menjelaskan bahwa kami akan menerima notifikasi 3 kali sbb:

    1) Saat dokumen kami diserahkan ke Kedubes Australia;

    2) Saat dokumen kami sudah ada di AVAC dan sudah bisa diambil;

    3) Saat dokumen sudah kami ambil dari AVAC.

    Untuk point 2, pihak AVAC sendiri menerima amplop dalam kondisi tertutup, jadi mereka

    tidak tahu apakah nanti kondisinya visa kami diterima atau ditolak. Sedangkan untuk point 3,

    kami boleh datang salah satu saja untuk mengambil dokumen, dan jika diwakilkan harus

    menggunakan surat kuasa.

    Tegang pastinya!! Tapi kami berdua pasrah, kami sudah melengkapi semua dokumen, dan jika

    memang tidak di approve, berarti memang belum rejeki... Pulang ke rumah, sore hari SMS

    dan email notifikasi pertama kami terima, dokumen kami sudah diserahkan ke kedubes

    Australia. Dan kami harus menunggu 15 hari kerja untuk notifikasi kedua. Hmmm rasanyaseperti menunggu hasil pengumuman UMPTN!

    22 November 2012 : Notifikasi Kedua dari AVAC

    Tidak disangka notifikasi kedua datang hanya 5 hari kerja setelah notifikasi pertama.

    Bunyinya kurang lebih bahwa no referensi aplikasi kami sudah selesai diproses dan dokumen

    bisa diambil di AVAC.

    Saat itu saya sedang di Surabaya untuk acara kantor, bisa dipastikan langsung lemes dan

    hilang nafsu makan (tapi yang ini hilangnya hanya sebentar). Karena notifikasi datang sore

    hari, Rene tidak sempat ke kantor AVAC pada hari tersebut. Dan esok harinya Rene akan

    menyusul saya ke Surabaya, sehingga dipastikan kami tidak akan mengetahui hasil aplikasi

    hingga minggu depannya. Walaupun begitu saya tetap usaha dan whatsapp rene "ke AVAC

    donk hari ini" :p

    Saking penasarannya, kami sempat mengirimkan email ke AVAC menanyakan status visa

    kami :D. AVAC menyarankan kami untuk mengirimkan email ke Kedubes Australia, karena

    AVAC tidak mengetahui apakah visa kami di grantedatau tidak. Akhirnya kami mengirimkan

    email kepada pihak kedubes dan langsung menerima jawaban "your visa application has been

    finalised"haduh..artinya apa? Diterima atau tidak? Namun sudahlah, saya hanya menjawab

    thanks for the information.

    http://www.indonesia.embassy.gov.au/jakt/VisaFees.htmlhttp://www.indonesia.embassy.gov.au/jakt/VisaFees.htmlhttp://www.indonesia.embassy.gov.au/jakt/VisaFees.html
  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    51/53

    www.tesyasblog.com

    Kami bahkan sempat meminta sepupu kami mengambilkan dokumen kami di AVAC, yang

    sayangnya juga sedang outing di Bali. Tapi kami juga mendapatkan informasi ketika dia

    mengajukan visa Australia dan permohonannya ditolak, notifikasi yang diterima langsung

    menyatakan bahwa visa-nya ditolak. Secercah harapan muncul, mengingat SMS kepada kami

    tidak berbunyi demikian. Tapi tentunya tetap saja kami penasaran.

    26 November 2012: Pengambilan Visa ke AVACAkhirnya hari yang ditunggu tiba. Setelah ijin kepada bos dan menyelesaikan seluruh pekerjaan

    hari itu, saya pun berangkat dari kantor ke Sudirman jam 1 siang. Tapi setelah apa yang saya

    alami ketika mengambil visa saat itu, saya akan minta Rene untuk mengambil visa kami

    berikutnya (if any):p Tegang teramat sangat!

    Siang itu semua bangku hampir terisi, suasananya sangat kontras dengan hari kami

    menyerahkan dokumen pada hari libur nasional Indonesia seperti yang kami ceritakan di atas.

    Setelah penantian 30 menit yang panjang dan menegangkan, akhirnya nomor antrian saya

    dipanggil ke counter khusus untuk collection. Petugas menyampaikan dua amplop, dan

    mempersilakan saya membuka di belakang. Jika ada yang ingin ditanyakan saya dipersilahkan

    maju kembali tanpa antri.

    Saya duduk di bangku paling belakang (malu kan kalau sampe nangis di bangku depan!),

    membuka amplop dengan tenang (oh really?) dan Alhamdulillah visa kami berdua di

    approve.....:) Terimakasih ya Alloh...

    Dari pengalaman mengajukan visa Australia ini, saya dapat sampaikan bahwa tips nya adalah

    lengkapi dokumen, terutama sesuai yang diminta pada checklist. Sementara mengenai uang

    yang harus tersedia di rekening tabungan tidak ada ketentuan tertulis, namun informasi tidak

    resmi umumnya menyebutkan besaran Rp 1 juta dikali dengan jumlah hari Anda disana. Saat itu

    yang kami pastikan adalah jumlah tabungan yang ditunjukkan lebih besar dari angka budget

    pada itinerary kami.

    Jadi Anda akan mengajukan visa Australia? Ayo mulai siapkan kelengkapan dokumen, dan mari

    banyak berdoa:) Semoga sukses ya!

    Berapa Biaya Liburan ke Melbourne?

    Gaya liburan setiap orang pasti berbeda. Bila Anda ingin tahu berapa budget yang harus

    disiapkan untuk liburan ke Melbourne, tentu sangat tergantung dari harga ticket pesawat,

    tempat menginap, atraksi apa yang Anda minati, moda transport yang akan digunakan, dan

    tentunya berapa banyak Anda akan shopping :p

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    52/53

    www.tesyasblog.com

    Untuk membantu Anda, kami coba buatkan rekap budget selama liburan di Melbourne secara

    garis besar, semoga bisa memberikan gambaran berapa biaya yang harus disiapkan.

    Tiket Pesawat dan Visa

    Tiket pesawat sangat besar kontribusinya untuk mempersiapkan biaya liburan ke Melbourne.

    Kami mendapatkan harga per orang Rp 6.500.000 untuk rute Jakarta-Melbourne dan Sydney-

    Denpasar dengan Garuda Indonesia, ditambah connecting flightAir Asia Denpasar-Bandung Rp700.000 per orang.

    Rasanya akan sulit mendapatkan harga murah bila tidak membeli tiket jauh hari untuk liburan

    tahun baru di Australia. Bulan Januari 2013, kami juga membeli tiket Air Asia Jakarta-

    Melbourne pp via Kuala Lumpur dengan harga Rp 19.300.000 nett untuk 4 orang (belum

    termasuk makan, biaya kursi dan bagasi), untuk liburan akhir tahun 2013. Demi tiket murah,

    kami rela membelipromo ticketsetahun dimuka.

    Visa Australia dibayar per orang, biaya aplikasi visa Australia yang paling update hingga

    Oktober 2013 adalah AUD 130. Anda bisa cek di internet untuk harga yang terbaru.

    Akomodasi

    Budget menginap kami per malam untuk dua orang adalah Rp 1.000.000 per malam di hostel.

    Karena itu kami cocok sekali dengan Greenhouse Backpacker Melbourne dengan harga 90 AUD

    per malam (ketika kami ke Melbourne, kurs IDR terhadap AUD sekitar Rp 10.000). Anda ingin

    menginap di hotel? Hotel yang representatif bisa didapatkan dengan kisaran harga Rp 1.500.000

    hingga Rp 2.000.000 per malam.

    TransportasiBiaya dari Melbourne Airport ke Southern Cross Terminal dengan Skybus cukup mahal. Tiket per

    orang AUD 28, atau jika bepergian dengan keluarga Anda bisa membayar AUD 65 untuk 2

    dewasa dan up to 4 children. Mahal ya?

    Biaya untuk keliling tram berbayar di Melbourne juga cukup mahal, saya sarankan Anda banyak

    berjalan kaki, ataupun menggunakan tram gratis agar menghemat budget. Tentu Anda juga

    bisa menggunakan Melbourne Bikse Share seperti yang kami coba.

    Budget harian di Melbourne

    Kami mematok budget harian sebesar 100 AUD per hari. Budget ini termasuk untuk jajan,

    makan, dan transport harian (diluar transport Airport ke kota). Untuk menghemat budget, kami

    meminimalkan atraksi berbayar dan memilih menikmati kota Melbourne yang cantik tanpa

    mengeluarkan biaya. Kami hanya mengambil Great Ocean Road Sunset Tour dengan harga AUD

    77,5 per orang.

    Semoga gambaran budget ini bisa menjawab pertanyaan Anda mengenai berapa harus

    menabung untuk liburan ke Melbourne.

  • 7/25/2019 tesyasblog pieces of melbourne (S).pdf

    53/53

    Tesya.Dari kecil selalu bermimpi mengunjungi tempat-tempat di dunia dan hobi menulis diary.

    Ternyata dari hobi tersebut berkembang menjadi sebuah passion yaitu menulis tentang

    traveling.

    Rene. Mempunyai hobi fotografi, semua foto di ebook dan hampir semua foto di

    tesyasblog.comadalah hasil karyanya.And as a consequence, ia selalu mempunyai alasan untuk

    meng-updatekameranya secara reguler ;)

    Kami berdua adalah orang tua dari dua handsome kiddosdan juga pekerja kantoran di Jakarta.

    Seperti orang lain, kami harus mengatur jatah cuti kami dengan rencana traveling kami (or is it

    the other way around?). Kami travelingas a coupleataupun mengajak kedua kiddos melihat

    Indonesia dan dunia. Blog khusus kami buatkan untuk kiddos, dengan nama Kiddos Travel

    Storiesdalam bahasa Indonesia. Sementara Tesyasblogkami tulis dalam Bahasa Inggris dengan

    tujuan memperkenalkan Indonesia kepada dunia. Yah, mudah-mudahan ada yang nyasar ke

    blog kami, dan makin banyak wisatawan mengunjungi Indonesia. Amin.

    Kami berencana menulis ebooklebih banyak lagi. Setelah ebookpertama dengan judul Jelajah

    Singapura dan ebook kedua Pieces of Melbourne yang tengah Anda baca ini, masih ada

    sederet ebookyang ingin kami buat.

    Anda suka dan ingin membaca ebook berikutnya? Ingin kami terus menulis dan sharing our

    traveling stories di blog? Kalau ya, Anda dapat supportkami hanya dengan klik Like Face-

    book Fanpage Tesyasblog,followtwitter @tesyasblog dan juga commentpada postingan di blog

    kami, tesyasblog.comataupun tesyaskinderen.blogspot.com

    Adacomment ataufeedback untuk ebookkami? Contact us by email: [email protected].

    Your comments are always welcome.

    http://www.tesyasblog.com/http://www.tesyasblog.com/http://www.tesyaskinderen.blogspot.com/http://www.tesyaskinderen.blogspot.com/http://www.tesyaskinderen.blogspot.com/http://www.tesyasblog.com/http://www.tesyasblog.com/https://www.facebook.com/Tesyasbloghttps://www.facebook.com/Tesyasbloghttps://twitter.com/tesyasbloghttp://www.tesyasblog.com/http://www.tesyasblog.com/http://www.tesyaskinderen.blogspot.com/http://www.tesyaskinderen.blogspot.com/mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]://www.tesyaskinderen.blogspot.com/http://www.tesyasblog.com/https://twitter.com/tesyasbloghttps://www.facebook.com/Tesyasbloghttp://www.tesyasblog.com/http://www.tesyaskinderen.blogspot.com/http://www.tesyaskinderen.blogspot.com/http://www.tesyasblog.com/