18
TETANUS Pembimbing: dr. Toni Agus Setiono, SpB Oleh: Khoirul Ahmada Putra

Tetanus

Embed Size (px)

Citation preview

TETANUS

TETANUS

Pembimbing: dr. Toni Agus Setiono, SpB

Oleh: Khoirul Ahmada Putra

DEFINISI

Penyakit infeksi akut yang ditandai dengan gangguan neuromuskuler akut berupa meningkatnya tonus otot dan spasme yang disebabkan oleh suatu toksin protein kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.

ETIOLOGI

Clostridium tetani

Basil gram +

Anaerob murni

Spora terdapat di tanah atau debu, tahan terhadap antiseptik, pemanasan 100C, autoklaf 120C selama 15-20 menit

Menghasilkan eksotoksin : tetanospasmin

EPIDEMIOLOGI

Paling sering pada daerah populasi padat, pelayanan kesehatan kurang, iklim hangat dan lembab

Transmisi secara primer terjadi melalui luka yang terkontaminasi

Tetanus dapat menyertai komplikasi penyakit kronis seperti ulkus, abses, ganggren.

Dapat berkaitan dengan infeksi telinga tengah, aborsi, persalinan, luka bakar dan luka tusuk

PATOFISIOLOGI

Kuman clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka bentuk spora berubah menjadi bentuk vegetatif eksotoksin

Transpor pertama kali ke saraf motorik sensorik otonom.

Jika toksin masuk ke dalam sel mempengaruhi neuron di dekatnya jika interneuron inhibitori spinal terpengaruh gejala tetanus muncul

Tetanospasmin memblokade GABAkehilangan fungsi inhibisi

Aliran eferen tak terkendali dari saraf motorik pada korda dan batang otakkekakuan dan spasme muskuker.

Perjalanan klinis

Masa inkubasi antara 3-21 hari

Onset bervariasi antara 1-7 hari

Inkubasi dan onset yang pendek tingkat keparahan penyakit lebih berat

Pemulihan terjadi karena tumbuhnya lagi akson terminal dan karena penghancuran toksin

Derajat keparahan

Menurut Phillips

Menurut Ablett

Menurut Phillips

VariableTolak ukurNilaiMasa inkubasi10 tahun yang lalu< 10 tahun yang laluProteksi lengkap108420Faktor yang memperberatPenyakit/trauma yang membahayakan jiwaKeadaan yang tidak langsung membahayakan jiwaKeadaan yang tidak membahayakan jiwaTrauma atau penyakit ringan108421

Menurut Ablett

DERAJAT I (ringan) : Trismus ringan sampai sedang, spasitisitas generalisata, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia.

DERAJAT II (sedang) : Trismus sedang, rigiditas yang tampak jalas, spasme singkat sampai sedang, gangguan pernafasan sedang dengan frekuensi pernafasan lebih dari 30 kali per menit, disfagia ringan.

DERAJAT III (berat) : Trismus berat, spasitisitas generalisata, spasme reflek berkepanjangan, frekuensi pernafasan lebih dari 40 kali per menit, serangan apnea, disfagia berat, dan takikardi ( lebih dari 120 kali per menit).

DERAJAT IV (sangat berat) : Derajat III dengan gangguan otonomik berat, melibatkan sistem kardiovaskuler, hipertensi berat dan takikardi terjadi berselingan dengan hipotensi dan bradikardi, salah satunya dapat menetap.

Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan lab

PENATALAKSANAAN

Umum

Netralisasi dari toksin yang bebas

Menyingkirkan sumber infeksi

Pengendalian rigiditas dan spasme

Penatalaksanan intensif suportif

Penatalaksanaan lain

3000 - 6000 unit, tetanus immune globulin satu kali saja.

1,2 juta unit Procaine penicilin sehari selama 10 hari, Intramuscular. Jika alergi beri tetracycline 2 gram sehari.

Metronidazol untuk kuman anaerob

Metronidazol dapat mencegah tetanus dan terbukti lebih efektif dibanding dengan penicillin.

Human anti tetanus gamma-glubumin 3000-10.000 unit, diberikan secara intra muskuler dan dapat diulang bila diperlukan. Tetanus anti toksin tidak akan menetralisir toksin yang sudah terikat pada susunan saraf pusat, tetapi hanya menetralisir toksin yang masih beredar. Bila TIGH tidak tersedia maka diberikan ATS dengan dosis 100.000 - 200.000 unit diberikan 50.000 unit intramuscular dan 50.000 intravena pada hari pertama, kemudian 60.000 unit dan 40.000 unit intramuskuler masing-masing pada hari kedua dan ketiga. Setelah penderita sembuh, sebelum keluar rumah sakit harus diberikan immunisasi aktif dengan toksoid, oleh karena seseorang yang sudah sembuh dari tetanus tidak memiliki kekebalan.

14

Pencegahan

Imunisasi aktif

Imunisasi pasif

DAFTAR PUSTAKA

Dire,Daniel J.Tetanus.Updated Mar 17,2009.Available at: http//emedicine.medscape.com/article/786414-overview.

Jong, de Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC: Jakarta. 2005. Hal 23-4.

Centers for Disease Control and Prevention. Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) Recommended Immunization Schedules for Persons Aged 0 Through 18 Years and Adults Aged 19 Years and Older -- United States, 2013. MMWR. 2013;62(Suppl 1):1-19.

Udwadia,Farokh.E.Tetanus.Oxford University Press:Bombay.1994.Hal 68-81.

Kiking Ritarwan, Tetanus. USU digital library. 2004

Yesinta: bagaimana pemilihan tatalaksana operatif pada hemoroid?

Yosha: apakah ada efek dari appendiktomi?

Hazmi: apakah pemberian diazepam memberikan manfaat pada pasien tetanus?

Putri: bagaimana pemberian tetagam?

Nilam: adakah perawatan khusus untuk menunggu operasi elektif?

Bagaimana prosedur pemberian tetagam 12 ampul?