Upload
tarikh-azis-kamali
View
219
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
TETANUS
TETANUS
Pembimbing: dr. Toni Agus Setiono, SpB
Oleh: Khoirul Ahmada Putra
DEFINISI
Penyakit infeksi akut yang ditandai dengan gangguan neuromuskuler akut berupa meningkatnya tonus otot dan spasme yang disebabkan oleh suatu toksin protein kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.
ETIOLOGI
Clostridium tetani
Basil gram +
Anaerob murni
Spora terdapat di tanah atau debu, tahan terhadap antiseptik, pemanasan 100C, autoklaf 120C selama 15-20 menit
Menghasilkan eksotoksin : tetanospasmin
EPIDEMIOLOGI
Paling sering pada daerah populasi padat, pelayanan kesehatan kurang, iklim hangat dan lembab
Transmisi secara primer terjadi melalui luka yang terkontaminasi
Tetanus dapat menyertai komplikasi penyakit kronis seperti ulkus, abses, ganggren.
Dapat berkaitan dengan infeksi telinga tengah, aborsi, persalinan, luka bakar dan luka tusuk
PATOFISIOLOGI
Kuman clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka bentuk spora berubah menjadi bentuk vegetatif eksotoksin
Transpor pertama kali ke saraf motorik sensorik otonom.
Jika toksin masuk ke dalam sel mempengaruhi neuron di dekatnya jika interneuron inhibitori spinal terpengaruh gejala tetanus muncul
Tetanospasmin memblokade GABAkehilangan fungsi inhibisi
Aliran eferen tak terkendali dari saraf motorik pada korda dan batang otakkekakuan dan spasme muskuker.
Perjalanan klinis
Masa inkubasi antara 3-21 hari
Onset bervariasi antara 1-7 hari
Inkubasi dan onset yang pendek tingkat keparahan penyakit lebih berat
Pemulihan terjadi karena tumbuhnya lagi akson terminal dan karena penghancuran toksin
Derajat keparahan
Menurut Phillips
Menurut Ablett
Menurut Phillips
VariableTolak ukurNilaiMasa inkubasi10 tahun yang lalu< 10 tahun yang laluProteksi lengkap108420Faktor yang memperberatPenyakit/trauma yang membahayakan jiwaKeadaan yang tidak langsung membahayakan jiwaKeadaan yang tidak membahayakan jiwaTrauma atau penyakit ringan108421Menurut Ablett
DERAJAT I (ringan) : Trismus ringan sampai sedang, spasitisitas generalisata, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia.
DERAJAT II (sedang) : Trismus sedang, rigiditas yang tampak jalas, spasme singkat sampai sedang, gangguan pernafasan sedang dengan frekuensi pernafasan lebih dari 30 kali per menit, disfagia ringan.
DERAJAT III (berat) : Trismus berat, spasitisitas generalisata, spasme reflek berkepanjangan, frekuensi pernafasan lebih dari 40 kali per menit, serangan apnea, disfagia berat, dan takikardi ( lebih dari 120 kali per menit).
DERAJAT IV (sangat berat) : Derajat III dengan gangguan otonomik berat, melibatkan sistem kardiovaskuler, hipertensi berat dan takikardi terjadi berselingan dengan hipotensi dan bradikardi, salah satunya dapat menetap.
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lab
PENATALAKSANAAN
Umum
Netralisasi dari toksin yang bebas
Menyingkirkan sumber infeksi
Pengendalian rigiditas dan spasme
Penatalaksanan intensif suportif
Penatalaksanaan lain
3000 - 6000 unit, tetanus immune globulin satu kali saja.
1,2 juta unit Procaine penicilin sehari selama 10 hari, Intramuscular. Jika alergi beri tetracycline 2 gram sehari.
Metronidazol untuk kuman anaerob
Metronidazol dapat mencegah tetanus dan terbukti lebih efektif dibanding dengan penicillin.
Human anti tetanus gamma-glubumin 3000-10.000 unit, diberikan secara intra muskuler dan dapat diulang bila diperlukan. Tetanus anti toksin tidak akan menetralisir toksin yang sudah terikat pada susunan saraf pusat, tetapi hanya menetralisir toksin yang masih beredar. Bila TIGH tidak tersedia maka diberikan ATS dengan dosis 100.000 - 200.000 unit diberikan 50.000 unit intramuscular dan 50.000 intravena pada hari pertama, kemudian 60.000 unit dan 40.000 unit intramuskuler masing-masing pada hari kedua dan ketiga. Setelah penderita sembuh, sebelum keluar rumah sakit harus diberikan immunisasi aktif dengan toksoid, oleh karena seseorang yang sudah sembuh dari tetanus tidak memiliki kekebalan.
14
Pencegahan
Imunisasi aktif
Imunisasi pasif
DAFTAR PUSTAKA
Dire,Daniel J.Tetanus.Updated Mar 17,2009.Available at: http//emedicine.medscape.com/article/786414-overview.
Jong, de Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC: Jakarta. 2005. Hal 23-4.
Centers for Disease Control and Prevention. Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) Recommended Immunization Schedules for Persons Aged 0 Through 18 Years and Adults Aged 19 Years and Older -- United States, 2013. MMWR. 2013;62(Suppl 1):1-19.
Udwadia,Farokh.E.Tetanus.Oxford University Press:Bombay.1994.Hal 68-81.
Kiking Ritarwan, Tetanus. USU digital library. 2004
Yesinta: bagaimana pemilihan tatalaksana operatif pada hemoroid?
Yosha: apakah ada efek dari appendiktomi?
Hazmi: apakah pemberian diazepam memberikan manfaat pada pasien tetanus?
Putri: bagaimana pemberian tetagam?
Nilam: adakah perawatan khusus untuk menunggu operasi elektif?
Bagaimana prosedur pemberian tetagam 12 ampul?