9
Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat translasi protein. Antibiotik tetracycline bersifat bakteriostatik pada bakteri gram positif maupun gram negatif. Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman spektrum kerjanya luas kecuali terhadap Pseudomonas & Proteus. Tetracycline berasal dari jamur Streptomyces aurefaciens dan Streptomyces viridifaciens. TETRASIKLIN Tetrasiklin merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S. A. ASAL DAN KIMIA Antibiotic golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan ialah klortetrasiklin yang dhasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Sterptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin,tetapi juga ddapat diperoleh dari species Streptomyces lain. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air,tetapi merupakan bentu garam natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering,bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin

Tetracycline n dkk.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tetracycline n dkk.docx

Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan

dengan subunit ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-

tRNA dari situs A pada ribosom, sehingga dengan demikian akan

menghambat translasi protein. Antibiotik tetracycline bersifat bakteriostatik

pada bakteri gram positif maupun gram negatif. Mekanisme kerjanya

mengganggu sintesis protein kuman spektrum kerjanya luas kecuali terhadap

Pseudomonas & Proteus. Tetracycline berasal dari jamur Streptomyces

aurefaciens dan Streptomyces viridifaciens.

TETRASIKLIN

Tetrasiklin merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S.

A.                ASAL DAN KIMIAAntibiotic golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan ialah klortetrasiklin yang dhasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Sterptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin,tetapi juga ddapat diperoleh dari species Streptomyces lain.Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air,tetapi merupakan bentu garam natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering,bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relative stabil. Dalam larutan,kebanyakan tetrasiklin sangat labil jadi cepat berkurang potensinya.

B.                 MEKANISME KERJAGolongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom bakteri gram-negatif, pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik,ke dua ialah system transport aktif. Setelah masuk maka antibiotic berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya komplek tRNA – asam amino pada lokasi asam amino.a.                   Efek antimikrobaPada umumnya spectrum golongan tetrasiklin sama ( sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivate terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini.

Page 2: Tetracycline n dkk.docx

Golongan tetrasiklin termasuk antibiotic yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.

C.      SPEKTRUM ANTIMIKROBATetrasklin memperlihatkan spectrum antibakteri yang luas meliputi kuman gram positif dan negative,aerobic dan anaerobic. Selain itu juga aktif terhadap spiroket,mikroplasma, riketsia, klmidia, legionela, dan protozoa tertentu.Pada umumnya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan infeksi oleh sterptokokus karena aa obat lain yang lebih efektif yaitu penisilinG,eritromiin,sefaloporin : kecuali doksisiklin yang digunakan untuk pengobatan sinusitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh Str. Pneumoniae dan Str.pyogenes. Banyak strain S. Aureus yang resisten terhadap tetrasiklin. Tetra siklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam pengobatan infeksi batang gram positif seperti B.anthracis, Eryspelothrixrhusiopathiae, Clostridium tetani dan Listeria monocytogens.Kebanyakan strain N.gonorrhoeae sensitive terhadap tetrasiklin, tetapi N. Gonorroheae sensitive terhadap tetrasiklin,tetapi N. Gonorrhoeae penghasil penisilinase (PPNG) biasanya resisten terhadap tetrasiklin. Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang gram-negatif seperti Brucella, Francisella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseuodomonas pseudomallei, Vibrio cholera, Campylobacter fetus, Haemophilus ducreyi dan Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella multocida, Spirillium minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. Strain tertentu H.influinzae mungkin sensitive, tetapi E.colli, Klebsiella, Enterbacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya resisten.Tetrasiklin juga merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi Mycoplasma pneumonia, Ureaplasma urealyticum, Chlamiydia trachomatis, Chlamydia psittaci, dan berbagai riketsia. Selain itu obat ini juga aktif terhadap Borrelia recurentis, Treponema pallidum, Treponema pertenue, Actinomyces israelii. Dalam kadar tinggi antibiotic ini menghambat pertumbuhan Entamoeba histolytica.

RESISTENSI. Beberapa spesies kuman, terutama sterptokokus beta hemolitikus, E.coli, Pseudomonas aeruginosa Str.pneumoniae, N.gonorrhoeae,Bacteroides, Shigella dan S.aureus makin meningkat resistensinya terhadap tetrasiklin.Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasana disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya kecuali minosiklin pada resistensi S.aureus dan doksisiklin pada resistensi B.fragilis

FARMAKOLOGI DAN TERAPI EDISI 4. 1995. fakultas kedokteran UI ,JakartaMycek, Mary J. 2001. Farmakologi : ulasan bergambar Ed.2. Jakarta : Widya Medika.

Tetrasiklin berikatan dengan subunit 30S bakteri dan mencegah

Kloramfenikol merupakan antibiotik spectrum luas yang mekanisme

kerjanya menghambat sintesis portein pada bakteri dan dalam jumlah

Page 3: Tetracycline n dkk.docx

terbatas,  pada sel eukariot. Obat ini segera berpenetrasi ke sel bakteri,

kemungkinan melalui difusi terfasilitasi. Kloramfenikol terutama bekerja

dengan memikat subunit ribosom 50 S secara reversibel (di dekat tempat

kerja antibiotic makrlida dan klindamisin, yang dihambat secara kompetitif

oleh obat ini). Walaupun pengikatan tRNA pada bagian pengenalan kodon ini

ternyata menghalangi pengikatan ujung tRNA aminosil yang mengandung

asam amino ke tempat akseptor pada subunit ribosom 50 S. interkasi antara

pepdiltranferase dengan substrat asam aminonya tidak dapat terjadi,

sehingga pembentukan ikatan peptide terhambat.

2.3.1 ENTROMISIN

Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Zat ini berupa kristal

berwarnakekuningan, larut dalam air sebanyak 2 mg/ml. Eritromisin larut lebih baik dalam

etanol atau pelarut organik. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada

suhu kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Aktivitas in vitro paling besar dalam suasana

alkalis. Larutan netral eritromisin yang disimpan pada suhu kamar akan menurun potensinya

dalam beberapa hari, tetapi bila disimpan pada suhu 5˚ biasanya tahan sampai beberapa minggu.

FARMAKOKINETIK

e. Resistensi terhadap eritromisin dapat terjadi oleh mekanisme berikut ini :

         Ketidakmampuan antibiotika untuk menembus mikroba.

          Perubahan tempat reseptor pada ribosom 50 S.

          Metilasi adenin.

2.3.2        STREPTOMISIN

Streptomisin yang merupakan antibakteri kelompok aminoglikosida mengikat protein S12

pada subunit kecil ribosom, sehingga menyebabkan ribosom salah menterjemahkan urutan

nukleotida mRNA. Pada konsentrasi rendah, streptomisin salah menterjemahkan pirimidin (C

dan U) di posisi pertama dan kedua dari kodon mRNA (sehingga C dapat keliru untuk U atau U

untuk C), dan salah membaca dari pirimidin untuk A di posisi pertama. Hal ini menyebabkan

kesalahan yang konsisten dalam sintesis protein yang menghasilkan pertumbuhan lambat (tapi

bukan kematian) dari sel rentan streptomisin. Dalam konsentrasi tinggi, streptomisin sepenuhnya

Page 4: Tetracycline n dkk.docx

menghambat inisiasi sintesis protein, yang mengakibatkan kematian sel.Sekarang streptomisin

jarang digunakan kecuali untuk mengobati tuberculosis. Aminoglikosida lainnya tidak hanya

mengikat protein S12 ribosom 30S, tetapi juga mengikat protein L6 ribosom 50S. L6 adalah

salah satu protein yang paling dilestarikan dan hadir dalam ribosom dari semua organisme pada

atau dekat lokasi elongation-factor binding site

Aminoglikosida, sebagai contoh streptomisin, menambahkan aminoglikan pada reseptor

protein spesifik pada subunit 30S mikrobia, kemudian aminoglikosida memblokir aktivitas

normal pembentukan peptida, dan terakhir pesan mRNA salah dibaca pada daerah pengenalan

ribosom sehingga pada akhirnya dihasilkan protein nonfungsional. 

2.3.3        PUROMISIN

Puromisin. Proses pemanjangan polipeptida dihambat oleh puromisin, mempunyai

struktur yang mirip dengan suatu aminoasil-tRNA sehingga dapat melekat pada sisi A ribosom.

Jika puromisin melekat pada sisi A, maka selanjutnya dapat membantuk ikatan peptida dengan

peptida yang ada pada sisi P dan menhasilkan peptidil puromisin. Peptidil puromisin tidak dapat

melekat kuat pada ribosom sehingga akhirnya terlepas. Hal ini menyebabkan terjadinya terminasi

translasi secara prematur. Mekanisme inilah yang menyebabkan puromisin dapat membunuh

bakteri dan sel lainnya.

2.3.4        TETRASIKLIN

Page 5: Tetracycline n dkk.docx

Berikatan dengan subunit ribosom 30 S bakteri dan mencegah aminoasil-tRNA berikatan

dengan tempat A pada ribosom. Efek obat ini bersifat reversible, sehingga apabila obat

dikeluarkan bakteri dapat memulihkan sintesis protein dan pertumbuhannya, sehingga infeksi

kembali bangkit. Selain itu tetrasiklin kurang baik untuk diserap oleh usus dan kosentrasinya

dapat meningkat di sisi usus sehingga terjadi perubahan flora saluran cerna, karena obat ini telah

lama digunakan untuk mengobati infeksi pada manusia, dan sebagai bahan tambahan dalam

makanan hewan , untuk mencegah infeksi pada hewan. Manusia telah sering menggunakan

tetrasiklin sehingga timbul galur bakteri yang resisten terhadap tetrasiklin.

2.3.5        KLORAMFENIKOL

Berikatan dengan subunit ribosom 50 S bakteri dan mencegah pengikatan pada asam

amino pada aminoasil-tRNA, sehingga kerja peptidiltransferase terhambat secara efektif.

Antibiotic ini hanya digunakan untuk infeksi tertentu yang sangat serius, misalnya meningitis

dan deman tiroid. Kloramfenikol mudah masuk ke dalam mitokondria manusia tempat obat itu

menghambat  sintesis protein. Pada penderita yang diobati oleh Kloramfenikol , sel susmsum

tulang dapat gagal berkembang, dan penggunaan antibiotic ini telah dikaitkan dengan timbulnya

diskrasia darah yang fatal, termasuk anemia aplastik.

2.4 ANTIBIOTIK YANG EFEKTIF SECARA KLINIS

Antibiotik yang efektif secara klinis adalah yang menunjukkan toksisitas selektif.

Maksud toksisitas selektif adalah antibiotik yang berbahaya bagi parasit namun tidak berbahaya

bagi inangnya. Toksisitas selektif terjadi karena obat-obatan antibiotik mengganggu proses atau

struktur bakterial yang tidak ada pada sel mamalia. Sebagai contoh, beberapa agen antibiotik

bekerja pada sintesis dinding sel bakteri, dan yang lainnya mengganggu fungsi ribosom 70 S

pada bakteri tapi tidak pada  ribosom eukariotik 80 S.

Kebanyakan inhibitor translasi protein atau sintesis protein bereaksi dengan kompleks

ribosom-mRNA. Walaupun sel manusia juga memiliki ribosom, ribosom pada eukariotik

berbeda dalam ukuran dan struktur dari ribosom prokariotik. Konsekuensi yang potensial terjadi

dari penggunaan antimikrobia ini adalah kerusakan ribosom mitokondria eukariotik yang

mengandung ribosom yang sejenis dengan prokariotik. Dua target pada ribosom yang dapat

Page 6: Tetracycline n dkk.docx

diganggu adalah subunit 30S dan subunit 50S. Aminoglikosida, sebagai contoh streptomisin,

menambahkan aminoglikan pada reseptor protein spesifik pada subunit 30S mikrobia, kemudian

aminoglikosida memblokir aktivitas normal pembentukan peptida, dan terakhir pesan mRNA

salah dibaca pada daerah pengenalan ribosom sehingga pada akhirnya dihasilkan protein

nonfungsional. Tetrasiklin merintangi penempelan tRNA pada situs penerimaan A dan secara

efektif menghentikan sintesis lebih jauh. Antibiotik lain menempel pada subunit 50S  dan

mencegah pembentukan ikatan peptida dengan menghambat enzim peptidil transferase.

Selain itu, gangguan sintesis asam nukleat juga dapat disebabkan oleh inhibitor kompetitif,

sebagai contoh sulfonamide dan trimetoprim. Sulfonamide adalah struktur yang analog dengan

asam p-aminobenzoat (PABA) yang merupakan metabolit penting dalam pembentukan asam

folat. Sulfonamide masuk ke dalam reaksi dimana terdapat PABA dan bersaing pada sasaran

enzim yang aktif. Sebagai hasilnya, dibentuk asam folat analog yang nonfungsional, sehingga

pertumbuhan bakteri tertekan. Trimetoprim memiliki struktur yang analog dengan bagian

pteridine pada molekul asam folat. Trimetoprim secara selektif menghambat aktivitas

dihidrofolat reduktase bakteri, yang mengkatalisis perubahan folat pada bentuk koenzim yang

kurang aktif.

Yuwono,Triwibowo. 2010 . Biologi Molekuler. Jakarta : Erlangga