Upload
prince-bion
View
751
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Down sindrom merupakan suatu bentuk kelainan kromosom yang
paling sering terjadi yang dapat dilihat dari manifestasi klinis yang cukup khas.
Down sindrom dapat berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan
mental anak. Kelainan ini pertama kali dideskripsikan pada tahun 1866 oleh dr.
John Longdon Down dari Inggris. Dulu down sindrom dikenal dengan
mongoloid kerena memiliki ciri – ciri tinggi badan yang relatif pendek, kepala
mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia. Kemudian pada
tahun 1970-an para ahli dari Eropa dan Amerika menamai kelainan tersebut
sesuai dengan nama penemu pertama kali sindrom ini yaitu down sindrom.
Insiden down sindrom berkisar antara 1:700-1.000 kelahiran hidup,
yang dialami dari berbagai kelas sosialekonomi. Di Indonesia sendiri terdapat
sekitar 300.000 kasus dengan down sindrom.
Dalam beberapa kasus, terlihat bahwa umur wanita terbukti
berpengaruh
besar terhadap munculnya down sindrom pada bayi yang dilahirkannya.
Kemungkinan wanita berumur 25 tahun melahirkan bayi dengan down sindrom
1:1.200,wanita berumur 30 tahun melahirkan bayi dengan down sindrom adalah
1:1000.Sedangkan jika usia wanita 35 tahun, kemungkinannya adalah
1:400. Hal ini menunjukkan. Angka kemungkinan munculnya DS makin tinggi
sesuai usia ibu saat melahirkan.
B. Tujuan penulisan :
Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan down sindrom
Mahasiswa dapat mengetahui penyabab dari down sindrom
Mahasiswa dapat mengetahui manisfestasi klinik dari down sindrom
Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi yang dapat timbul dari down
sindrom
Mahasiswa dapat mengetahui tes diagnostik pada down sindrom
Mahasiwa dapat mengetahui perkembangan anak dengan down sindrom
dari usia 1 minggu – 12 tahun.
Mahasiswa dapat mengetahui pemberian asuhan keperawatan yang
tepat untuk penderita down sindrom
Mahasiswa dapat mengetahui dan memberikan discharge planing pada
orang tua penderita down sindrom
BAB II
PEMBAHASAN
Retardasi mental
Definisi :
Suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap
yang terutama ditandai dengan adanya gangguan keterampilan (kecakapan,
skill) selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat
intelegensi yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. (WHO.
Geneva, 1992)
Klasifikasi retardasi mental menurut DSM IV
1. Retardasi mental ringan
Memiliki IQ 50 – 55. Masih dapat dididik (educable), pada usia 0 –
5 tahun dapat mengembangkan kecakapan sosial dan komunikasi.
Sering tidak dapat dibedakan dari anak yang tidak mengalami retardasi
mental. Saat masa remaja dapat mencapai prestasi akademik sampai
kelas 6 SD. Saat masa dewasa biasanya dapat menguasai kecakapan
sosial dan vokasional cukup sekedar untuk berdikari namun
membutuhkan bimbingan dan pertolongan terutama bila mengalami
tekanan sosial atau ekonomi.
2. Retardasi mental sedang
Memiliki IQ 35 – 55. Dapat dilatih (trainable, memperoleh
kecakapan komunikasi selama masa anak dini. Dapat memperoleh
manfaat dari latihan vokasianal dan dengan pengawasan yang sedang
dapat mengurus dan merawat diri sendiri. Tingkat pendidikan dapat
mencapai sampai kelas 2 SD.
3. Retardasi mental berat
Memiliki IQ 20 – 40. Selama masa anak – anak tidak mampu
berkomunikasi. Sewaktu usia sekolah dapat belajar berbicara dan dapat
dilatih mengurus diri yang sederhana. Usia dewasa dapat melakukan
kerja sederhana yang diawasi secara ketat.
4. Retardasi mental sangat berat
Sewaktu masa anak – anak menunjukan gangguan yang berat
dalam bidang sensori motori. Perkembangan motorik dan mengurus diri
serta kemampuan komunikasi dapat ditinggkatkan dengan latihan yang
adekuat.
A. Definisi
Down sindrom merupakan kondisi abnormal kromosom yang sering
terjadi dan dengan mudah dikenal yang berhubungan retardasi mental
(www.nichcy.org)
Down sindrom merupakan keadaan kromosom yang dihubungkan
dengan retardasi mental, muka yang khas dan tonus otot lemah
(hipotonia) pada masa infan (ghr.nlm.nih.gov)
Down sindrom merupakan kumpulan kondisi dengan kecacatan
intelektual yang dengan cepat dapat didiagnosa setelah lahir (Selikowitz
mark,1990)
Jadi, down sindrom merupakan kondisi abnormal kromosom yang
sering terjadi yang dihubungkan dengan retardasi mental dan
keterbelakangan perkembamgan fisik dengan muka yang khas yang dan
hipotonia yang dengan mudah dapat ditemukan setelah lahir.
B. Tipe Down Sindrom
Standar trisomi 21
Kelebihan kromosom 21 yang berasal dari sel telur atau sperma.
Standar trisomi 21 terjadi 95% dari kasus penderita down sindrom.
Translokasi
Saat bagian dari kromosom 21 menempatkan kromosom lain, dan sering
terjadi pada kromosom 14. Penderita dengan translokasi 21 akan
memiliki materi genetik 46 kromosom tetapi akan memiliki materi genetik
dari 47 kromosom. Karakteristik dari translokasi 21 sama dengan
karakteristik dari standar trisomi 21. Kasus ini terjadi 4% pada down
sindrom.
Mosaicism
Ketika individu memiliki 2 deretan sel yang berbeda yang berasal dari
zigot tunggal (sel telur yang dibuahi).
C. Etiologi
Tidak diketahui
Usia ibu saat hamil > 35 tahun
Genetik yang tidak terpisah
Sekitar 4% penderita down sindrom mengalami translokasi pada
kromosom 21. Setengah dari tranlokasi muncul lagi pada individu yang
terkena, sedangkan yang separuh berikut. Setengah dari tranlokasi
muncul lagi pada individu yang terkena, sedangkan yang separuh
berikutnya diwariskan dari translokasi orang tua berikutnya.
Infeksi virus saat trimester I
Translokasi kromosom 21 (tidak berhubungan dengan usia orang tua)
D. Anatomi Fisiologi
Tubuh dibangun oleh sel – sel telur dan sel sperma. Setiap sel
mengandung inti sel yang didalamnya terdapat kromosom – kromosom yang
membawa material genetik yang diwariskan oleh orang tuanya. Dalam inti sel
terdapat kurang lebih 100000 gen yang mana selama perkembangan fetus
dalam kandungan, genetik ini distimulus dengan pesat sehingga kesalahan
genetik sering terjadi sewaktu fetus.
Dalam inti sel terdapat molekul – molekul DNA yang membawa kode –
kode genetik sel yang tidaksecara acak dimasukan kedalam inti sel tetapi
tersusun rapi menjadi kromosom. Setiap kromosom terdiri dari molekul DNA
yang berbeda yang mengandung rangkaian gen yang unik. Sel somatik (tubuh)
mengandung 46 kromosom (jumlah diploid) yang dapat disortir menjadi 23
pasang berdasarkan berbagai ciri – ciri pembeda. Kromosom yang membentuk
satu pasang disebut kromosom homolog yang salah satu anggotanya berasal
dari ayah dan yang lain dari ibu. Gamet (sperma dan sel telur) hanya
mengandung salah satu anggota dari setiap pasangan kromosom sehingga
jumlah total kromosomnya adalah 23 (jumlah haploid).
E. Patofisiologi
Down sindrom terjadi karena kelebihan angka pada kromosom 21 dalam
sel. Keadaan ini disebabkan karena kelebihan jumlah protein yang masuk
kedalam sel dan menyebabkan terganggunya pertumbuhan normal fetus. Cara
partikular protein ini terlibat dan bertindak belum diketahui secara pasti.
Perkembangan fetus dengan down sindrom, pembelahan selnya tidak
secepat pembelahan sel normal dan hal ini menyebabkan sel tubuh menjadi
sedikit dengan manisfestasi bayi kecil. Hal ini juga terjadi pada sel otak dan
disertai malformasi yang dapat menyebabkan keterlambatan dan ini terjadi
sebelum lahir dan tidak dapat dapat disembuhkan.
F. Manisfestasi klinis
Kepala :
Relative kecil dari normal (microchephaly), bagian anteroposterior kepala
mendatar, rambut jarang dan lurus.
Muka :
Muka gepeng dari samping dan bundar dari depan, pipi penuh,
mongoloid
Mata :
Bruhfield spot, lipatan epikantus melebar, palpebra miring ke atas,
kelopak mata jatuh, garis mata sejajar dengan ujung pina, mata
sipit, jarak antara kedua mata melebar, strabismus, myopia.
Hidung :
Jembatan hidung datar , hidung agak datar.
Telinga :
Malformasi aurikula.
Mulut :
Mulut kecil, lidah menonjol keluar, palatum durum yang pendek.
Perut :
Membuncit, gangguan pergarakan usus.
Tangan :
Melebar dan pendek, kinodaktili, linea simian.
Kaki :
Ada jarak antara jari kaki 1 dan 2, garis telapak kaki banyak.
Muskuloskeletal :
Hipotonia
Kulit :
Kering, tampak keriput.
Keterbelakangan mental (IQ dibawah 50 - 70)
G. Komplikasi
Penyakit jantung kongenital
Gangguan sistem pencernaan : esophageal atresiandan duodenal
atresia
Konstipasi
Infeksi saluran pernapasan
Disebabkan karena abnormalitas dari fungsi limfosit T atau abnormalitas
anatomis sistem pernapasn seperti refluk gastroesophagal, hipertensi
pulmunol primer, dan apneu obstruksi saat tidur.
Gangguan pendengaran dan infeksi telinga
Dapat disebabkan oleh adanya penumpukan dan lengket sehingga
menutup tuba eustacheus.
Leukimia akut
Alzaimer
Disebabkan oleh penurunan fungsi otak lebih cepat dari pada orang
normal terutama pada dekade ke – 4.
Kretinism
H. Test diagnostik
Prenatal :
USG
Tripel screen dan Alfa Fetoprotein Plus (AFP)
Dilakukan pada usia kehamilan 15 – 20 minggu, yang berjutuan untuk
mengukur kuantitas berbagai subtansi dalam darah ibu.
Chorionic villus sampling
Dilakukan dengan cara mengambil sampel plasenta dengan
menggunakan jarum. Dapat dilakukan pada usia kehamilan 8 – 12
minggu.
Nuchal translucency (NT)
Tes ini dilakukan pada usia kehamilan 10 – 14 minggu. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan memeriksa ketebalan cairan dibelakang leher. Jika
lebih dari 3 milimeter, berarti janin beresiko terkena sdown sindrom.
Pemeriksaan kromosom (amniosintesis)
Dilakukan pada usia kehamilan 16 – 20 minggu, dengan mengambil
cairan amnion untuk dilakukan analisa pada kromosom yang
menggalami abnormalitas
Percutaneus umbilical blood sampling (PUBS)
Dilakukan setelah usia kehamilan 20 minggu, dengan cara menggambil
darah dari umbilikus dengan sebuah jarum.
Post natal :
Pemeriksaan fisik
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi ada kelainan – kelainan yang terjadi
pada anak pada anak.
Screening test
Tes ini dilakukan untuk menilai pertumbuhan yang telah anak capai.
EKG
EKG dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan atau kelainan pada
jantung.
Pemeriksaan TSH
Mengtahui adanya hypotiroidsm pada anak. Karena jika anak
kekurangan hormon ini akan menyebabkan gangguan perkembangan
intelektual permanen pada masa gold period.
Perkembangan anak dengan down sindrom
Bayi baru lahir (0 – 4 mgg)
Perkembangan Motorik kasar :
Bayi baru lahir dengan down sindrom biasanya terkulai dibanding
bayi baru lahir dengan normal. Bayi kurang dapat memisahkan
lengannya ketika kita merubah posisinya, posisi “frog legs” didapati saat
bayi telentang. Sedangkan saat tengkurap tangan bayi akan lurus
dengan garis tubuh, dan bokong lebih datar dibandingkan dengan bayi
normal.
Perkembangan Motorik halus :
Seperti bayi normal lainnya, bayi dengan down sindrom pada saat
ini menggenggam seperti kepalan tangan setiap saat. Bayi
menggenggam rapat sekali sesuatu yang menempel pada tangannya.
Perkembangan Personal dan sosial :
Bayi dengan down sindrom kadanng sangat sensitif dan menangis
untuk sesuatu yang tidak ada sebabnya. Tangisan bayi biasanya lembut
kerena suara yang lemah dari antara otot tulang iga dan otot atas
abdomen. Otot digunakan untuk mendorong udara dari dada selama
menangis.
Perkembangan Bahasa :
Seperti bayi baru lahir normal, bayi baru lahir dengan down
sindrom biasanya sangat responsif untuk semua suara yang ia dengar.
Jari – jari mereka akan tersentak kaget dan mengangkat lengan saat
merespon bunyi suara (moro reflek).
Pada saat ini stimulus untuk perkembangan anak perlu diberikan.
Stimulus dapat berupa mengajak anaknya berbicara, dan orang tua
memberi kesempatan pada anak untuk merespon. Respon tersebut
dapat berupa bayi akan membuat bunyi atau menggerak – gerakkan
bibirnya.
Tahun pertama (1 bulan – 1 tahun)
Selama tahun pertama, rata – rata bagi dengan down sindrom
mengalami kemajuan yang cepat pada seluruh area perkembangan. Hal
ini paling nyata terlihat pada enam bulan ke dua. Perubahan yang paling
signifikan terutama pada respon anak.
Perkembangan Motorik kasar :
Selama enam bulan pertama perkembangan motorik kasar pada
bagian yang tonusnya lemah sering mengalami keterbelakangan dari
pada area yang lain. Setelah periode ini, perkembangan motorik kasar
sama cepatnya dengan bagian lain yang sedang berkembang meskipun
perkembangan tonusnya tetap lambat. Pada akhir tahun pertama ini, rata
– rata bayi dengan down sindrom dapat duduk sendiri tanpa bantuan
orang lain. Jika tubuhnya diposisikan telungkup maka akan mencoba
untuk merangkak walaupun gerakannya sangat lambat.
Perkembangan Motorik halus :
Menjelang pertengahan tahun pertama, rata – rata anak dengan
down sindrom melai berusaha untuk mengambil objek yang ada diluar
genggamannya. Anak mulai memasukan benda kedalam mulutnya,
menggoyang atau mengguncang benda tersebut. Pada tahap ini konsep
anak sudah berkembang, anak akan tertaraik melihat sesuatu benda
yang menarik maka benda itu akan terus dilihatnya dari pada melakukan
sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya sampai benda itu menghilang.
Perkembangan Personal dan sosial :
Pada tahun pertama terjadi peningkatan responsif pada anak
dengan down sindrom ketika berusia 2 – 3 bulan. Saat melihat orang
tuanya anak akan menunjukan wajah kegembiraan. Sejak bulan ketiga
anak mulai mengenali wajah orang dan akan menunjukan sikap tidak
senang jika dipegang orang asing. Respon ini berbeda pada tiap
tingkatan umur, tergantung bagaimana kontak atau hubungan dengan
orang lain sejak dari kecil.
Pada akhir tahun pertama, mulai jelas terlihat bahwa anak mulai
lebih lincah, tegas dan bersemangat juga mempertahankan mainan yang
diambil darinya. Anak juga sudah mulai dapat minum sendiri dengan
menggunakan cangkir yang ada peganggannya.
Perkembangan Bahasa :
Tangisan merupakan komunikasi anak pada lingkungan
disekitarnya. Orang tua harus bisa mengenal apa yang ingin
disampaikan dari tangisan tersebut. Pada usia delapan bulan anak rata –
rata berceloteh sebagai latihan berbicara.
Perkembangan Kognitif :
Perkembangan kognitif dapat dilahat jelas pada umur delapan
bulan, anak mulai mengerti bahwa suatu benda dikatakan tidak ada jika
benda itu tidak terlihat oleh pandangannya, dan mengenal wajah – wajah
yang familiar baginya.
Peran orang tua penting karena perhatian dan interaksi mereka
akan membantu perkembangan anak. Jangan lupa untuk berbicara pada
anak dan berespon terhadap anak. Pada bulan pertama ketika anak
mulai dapat melihat dan mengikuti objek dengan lebih baik, anak mulai
tertarik dengan mainan yang digantung disekitarnya dan kadang –
kadang anak akan mengeluarkan suara ribut yang menggambarkan
perhatiannya terhadap benda tersebut. Hal ini menunjukan respon anak
terhadap bunyi – bunyi lebih baik. Orang tua dapat melatihnya dengan
membunyikan lonceng atau bel. Ketika anank berusaha untuk meraih
suatu benda, harus kita pastikan benda tersebut berwarna terang,
mudah dipegang, dan aman ketika benda tersebut masuk ke mulut anak.
Ketika anak mulai dapat duduk sendiri tanpa sokongan orang lain,
berikan mainan – mainan sehingga anak dapat memilih mainan yang
diinginkannya.
Tahun kedua (usia 1 – 2 tahun)
Perkembangan Motorik kasar :
Selama tahun kedua rata – rata anak dengan down sindrom
secara perlahan mulai berlatih untuk berdiri, setelah merangkak. Tetapi
anak dengan down sindrom kadang tidak melalui tahap merangkak.
Anak dengan down sindrom mengalami kelemahan pada tungkai yang
menyebabkan anak bergerak mendorong dengan kedua tangannya.
Kadang – kadang anak akan berguling kesisi lain agar berpindah tempat.
Perkembangan Motorik halus :
Anak mampu dalam mengambil benda – benda yang kecil dan
mampu menunjuk benda – benda yang dilihatnya dengan menggunakan
jari. Pada akhir tahun ke-2 anak mampu menggenggam piala, cangkir
dengan baik. Anak juga dapat bermain cilukba dan melambaikan
tangannya saat temannya menjauhinya.Pada tahap ini anak belajar cara
memegang suatu objek dan belajar melepaskan objek tersebut. Suatu
saat timbul dalam pikiran anak, jika ia melepaskan objek dalam
genggamannya ia merasa objek tersebut terbang dari genggamannya.
Kejadian seperti ini menyebabkan orang tua menjadi frustasi terutama
ketidaksabaran orang tua dalam mengajarkan keterampilan –
keterampilan pada anaknya. Orang tua semestinya dapat berperan
dalam mendorong anaknya untuk melakukan aktivitas yang dapat
meningkatkan perkembangan motorik halus anak.
Perkembangan Pribadi dan sosial :
Proses sosialisasi anak dengan down sindrom memiliki
perbedaan dengan anak normal. Tetapi saat hari pertama kelahiran anak
mengalami suatu perubahan yang temporer. Anak akan merasa nyaman
bila bersama dengan orang yang dikenalnya, dan akan menangis bila
didekat orang yang tidak ia kenal. Namun seiring dengan waktu anak
akan mampu berinteraksi dengan orang lain ditandai dengan bersikap
ramah terhadap orang lain secara spontan.
Perkembangan Bahasa :
Anak mendapat suatu pemahaman yang menyangkut objek yang
umum yang didapat melalui permainan . anak juga mampu
menyelesaikan permintaan sederhana seperti usulan dan memberikan
objek yang sering dipegang anak. Anak dengan down sindrom hanya
mampu mengucapkan satu per satu kata, anak mampu memahami
sesuatu dibandingkan kemampuan nya untuk mengatakan nama benda
tersebut.
Perkembangan Kognitif :
Anak dapat membanting – bantingmainan yang ia pegang dan
memasukan mainan tersebut ke mulutnya. Jika anak tidak menemukan
suatu objek yang ia inginkan, akan berusaha mencapai objek yang
diinginkannya, pemahaman anak tentang suatu objek semakin
berkembang .
Pada masa ini peran orang tua sangat penting dalam menstimuli
perkembangan anaknya seperti berkomunikasi dengan anak saat
bermain, menyediakan permainan yang meningkatkan perkembangan
anak seperti gambar – gambar. Orang tua tidak perlu menghukumatau
mengomentari anak saat anak menyebutkan kata – kata dengan salah
tetapi orang tua dapat mengulang kata yang diucapkan anak dengan
benar. Perlu juga menjauhi benda – benda yang dapat menyebabkan
luka pada anak.
Usia toddler (2 – 3 tahun)
Perkembangan Motorik kasar :
Antara usia 2 – 3 tahun, rata – rata anak dengan down sindrom
mampu beradaptasi dengan perkembangan motorik kasar. Di akhir tahun
ke tiga anak dapat mengontrol jalannya, dan dapat menggenggam
mainan kecil saat naik tangga dan tangan sebelahnya berpegangan.
Sudah punya koordinasi yang baik saat duduk di kursi kecildan dapat
menendang bola kecil.
Perkembangan Motorik halus :
Pada saat ini anak dengan down sindrom tidak dapat
berkonsentrasi pada tugas yang diberikan, ini dikarenakan
perkembangannya yang belum matang. Anak dengan down sindrom
sering memasukan benda kedalam mulutnya, membenturkan, atau
menggoyang – goyang sesuatu yang ia pegang. Akhir umur 2 tahun,
anak dapat memegang 2 buah mainan besar walaupun terkadang masih
bingung. Pada akhir tahun ketiga anak dapat memindahkan air dalam
cangkir dan tidak tumpah. Anak down sindrom dapat melakukan
segalanya karena kecenderungan meniru teman – temannya atau orang
tuanya dirumah.
Perkembangan Personal dan sosial :
Pada masa ini kemampuan otonomi anak meningkat. Anak
dengan down sindrom menggunakan kata – kata negatif dan
mengatakan tidak untuk segala sesuatu tanpa pertimbangan. Pada saat
ini anak harus dilatih untuk mencukupi kebutuhan dirinya sendiriyang
akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Tempertantrum
mungkin akan terjadi dan anak meminta dengan tagas apa yang ingin ia
lakukan. Perubahan mood dapat terjadi dan dapat membingungkan
orang tua dan dirinya sendiri.
Anak dengan down sindrom biasanya mengalami kesulitan
mengunyah dan memilih makanan yang lunak. Pertengahan umur tiga
tahun anak dapat mengunyah makanan yang lebih keras. Ada juga yang
tidak dapat mengunyah daging atau makanan yang berserat sampai
umur 5 – 6 tahun. Toilet traning dapat dilakukan saat umur 30 bulan
keatas.
Perkembangan Bahasa :
Selama umur tiga tahun perkembangan bahasa berkembang
dengan pesat. Anak dapat memahami bahasa dan mampu
mengambilkan sesuatu bila diminta. Pada akhir umur ketiga dapat
mengucapkan dua kata dalam satu kalimat. Perkembangan bahasa anak
dengan down sindrom sangat tertinggal. Anak biasanya belajar untuk
memberi tanda dan mengatakannya. Seorang terapis bicara biasanya
akan mengajarkan anak untuk menggunakan tangan untuk
mengucapkan sesuatu. Orang tua biasanya kawatir apabila anaknya
harus menggunakan bahasa isyarat dari pad berbicara langsung. Tetapi
sebenarnya dengan bahasa isyarat dapat membantu anak mengurangi
frustasinya, meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan memfasilitasi
kemahiran dalam berbahasa. Banyak anak yang diajarkan bahasa
isyarat menunjukan perkembangan seperti lebih lancar berbicara dan
terkadang tidak menggunakan bahasa isyarat lagi.
Usia preschool (3 – 5 tahun)
Rata – rata anak dengan down sindrom lebih suka bermain
dengan anak – anak lainnya.
Perkembangan Motorik kasar :
Pada usia tiga tahun rata – rat anak down sindrom dapat menaiki
tangga sendiri dengan cara setiap anak tangga dinaiki dengan dua kaki.
Tetapi umur lima tahun anak menggunakan satu kaki setiap langkah
pada saat meaiki anak tangga, tapi tidak dapat menuruni anak tangga
sampai umur 7 – 8 tahun.
Pada umur 3 – 3,5 tahun, anak dapat mengangkat bangku kecil
keatas meja dan dapat duduk sendiri diatas bangku. Pada umur 4 – 4,5
tahunanak dapt mengontrolgerakan kakinya dengan baik seperti
menyilangkan kakidan berjalan jinjit dengan jarak yang dekat, anak juga
dapat melemper bola dengan baik. Umur 5lima tahun anak dapat berlari
dengan baik dan dapat menaiki sepeda beroda tiga.
Perkembangan Motorik halus :
Pada umur tiga tahun, anak dengan down sindrom dapat
membuka tutup botol dengan gerakan memutar. Anak juga dapat
menggambar garis tegak lurus dan akhir umur tiga tahun dapat meniru
garis horizontal. Umur empat tahun anak dapat mengumpulkan mainan
kecil dalam kotak mainan, dan dapat bermain puzzel sederhana dan
membangun gedung yang tinggi dari balok. Pada umur lima tahun anak
dapat menggambar lingkaran.
Perkembangan Personal dan sosial :
Pada umur 3 -4 tahun, rata anak dengan down sindrom dapat
menenangkan diri sendiri dan dapat mengontrol apabila melakukan
perbuatan negatif. Pada umur ini juga anak dapat ditinggalkan orang tua
tanpa hambatan besar. Anak sudah dapat melakukan toilet traning dan
pada usia lima tahun anak sudah dapat memakai celana dan mencuci
tangan setelah dari toilet. Saat umur lima tahun anak sudah dapat
menarik diri, dan bila memungkinkan dapat mengikuti play group.
Perkembangan Bahasa :
Anak mampu menanyakan pertanyaan “apa” tapi belum dapat
mengatakan ‘dimana’, ‘bagaimana’, atau ‘mengapa’. Ini pada umumnya
terjadi pada usia sekitar 6 – 10 tahun. Anak masih membuat kesalahan
dalam melafalkan huruf dan tidak mampu mendengar ceritra yang rumit.
Perkembangan Kognitif :
Pada usia ini fungsi intelektual pada umumnya menjadi lebih
mudah untuk dinilai. Ingatan bertambah baik dan rata – rata anak
dengan sindron down bisa mengulangi singkat nomor-rangkaian yang
hanya ia dengar. Ia mulai mengerti konsep urutan dan mengetahui
perbedaan antara besar dan kecil. Ia mampu memecahkan
permasalahan secara mental dengan baik. Ini dapat dilihat dengan
percobaan puzzel, dengan potongan – potongan kecil yang membuntuk
suatu wujud.
Pada periode ini dimana anak pra sekolah belajar dari orang –
orang yang menjadi panutannya. Anak perlu diberi beberapa arahan di
awal permainan mereka atau ketika anak menjadi resah dan bosan.
Selama masa ini anak berpura – pura menjadi orang dewasa.
Usia sekolah (5 – 12 tahun)
Perkembangan Motorik kasar :
Pada masa ini anak dapat memanjat, mengayun, meluncur,
menangkap bola dengan cukup baik, dan koordinasi akan mengalami
peningkatan.
Perkembangan Motorik halus :
Anak dengan down sindrom dengan usia 10 tahun dapat
menggambar figur seorana manusia yang ia kenaldan dapat
menggambar sederhana suatu rumah dan objek umum lainnya. Dapat
melipat, memotong, menyusupkan, dan melekatkan suatu objek
semakain cepat dan akurat.
Perkembangan Pribadi dan sosial :
Anak – anak dengan down sindrom pada umumnya lebih baik
pada aktivitas sehari – hari dan lingkungan sosial kemudian mungkin
diantisipasi dari kemampuan intelektual mereka. Anak sudah dapat
memenuhi kebutuhan hygine sendiri seperti mandi, menyisir rambut, dan
menggunakan sikat gigi.
Perkembangan Bahasa :
Seperti anak usia sekolah, suara anak menjadi lebih jelas dan
kalimat yang digunakan panjang. Usia 12 tahun mempunyai kosa kata
sekitar 2.000 kata. Disamping itu anak mungkin malu dan tidak berbicara
banyak ketika berada diluar rumah. Namun jika dirumah anak mungkin
lebaih banyak bertanya dan berbicara. Anak juga sudah mampu
mengatakan pertanyaan seperti ‘dimana’, ‘mengapa’, dll.
Saat ini orang tua perlu memberikan kesempatan pada anak untuk
melakukan hal bagi dirinya sendiri, memberi penghargaan ketika anak
berhasil menyelesaikan tugasnya. Biarkan anak menceritakan
pengalamannya dan jangan menghukum anak ketika anak salah
berbicara.
BAB III
ASUHAN KEPERAWAATAN
A. Pengkajian
Riwayat keluarga dengan penderita down sindrom
Usia ibu saat hamil (> 35 atau <16)
Kerja dibagian yang rentan terhadap kontak dengan radiasi
Infeksi saat hamil
Kaji tumbang anak, terhambat atau tidak
Kaji persepsi dan kesiapan orang tua
Kaji adanya gangguan pendengaran dan penglihatan
Kaji adanya gangguan pernapasan
Kaji kemampuan berbicara
Kaji kemampuan sosialisasi anak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perkembangan dan pertumbuhan b.d kerusakan fungsi
kognitif
2. Gangguan interaksi sosial b.d penurunan kemampuan berbicara
3. Kecemasan keluarga b.d mempunyai anak retardasi mental
C. Rencana keperawatan
DP. 1 : Perubahan perkembangan dan pertumbuhan b.d kerusakan fungsi
kognitif
HYD : Anak dapat mencapai perkembangan dan pertumbuhan yang optimal
Tindakan Keperawatan:
1. Informasikan pada keluarga mengenai maturasi kognitif serta fisik anak
dengan down sindrom
R/ membantu orang tua memperoleh informasi dan aktif dalam
menstimulus anaknya
2. Libatkan keluarga dalam program stimulasi dini anak
R/ memaksimalkan perkembangan anak
3. Bantu keluarga menentukan kesiapan anak untuk mempelajari tugas –
tugas khusus
R/ membantu orang tua dalam mentsimulus anaknya
4. Berikan penguatan positif atas perkembangan yang telah dicapai anak
R/ dapat meningkatkan motivasi bagi anak
5. Tekankan pada orang tua bahwa anaknya mempunyai kebutuhan yang
sama dengan anak yang lain
R/ memberikan kesempatan anak untuk berkembang
DP. 2 : Gangguan interaksi sosial b.d penurunan kemampuan berbicara
HYD : anak mampu bersosialisasi seoptimal mungkin
Tindakan Keperawatan :
1. Kaji kemampuan bicara anak
R/ mengetahui tingkat kemampuan berbicara anak
2. Stimulus anak untuk sering berbicara
R/ untuk melatih atau meningkatkan kemampuan berbicara anak
3. Melibatkan anak dalam berinteraksi dengan peernya
R/ meningkatkan stimulus untuk berinteraksi
4. Menginformasikan pada orang tua tentang perkumpulan down sindrom
R/ meningkatkan pengetahuan tentang down sindrom
5. Kolaborasi dengan speech terapi
R/ menstimulus kemampuan berbicara anak
DP. 3 : Kecemasan keluarga b.d mempunyai anak retardasi mental
HYD : Keluarga dapat menerima kondisi anak
Tindakan Keperawatan :
1. Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin mengenai kondisi
anak
R/ menurunkan tingkat kecemasan keluarga
2. Kaji tingkat kecemasan keluarga
R/ mengetahui tingkat kecemasan keluarga
3. Kaji support sistem keluarga
R/ mengetahui peran ortu dalam mensupport anak
4. Kaji respon keluarga terhadap anak dengan retardasi mental
R/ mengetahui tingkat penerimaan ortu terhadap kondisi anak
5. Berikan informasi kepada keluarga tantang anak dengan down sindrom
R/ meningkatkan tingkat pengetahuan keluarga
Discharge Planning
1. Anjurkan orang tua untuk berperan aktif dalam menstimulus
perkembangan dan pertumbuhan anak sejak dini, seperti mengagak
anak berbicara.
2. Berikan kesempatan pada anak untuk melakukan hal – hal yang
diinginkannya agar proses pemahaman (kognitif) dan kemampuan
motorik, sensorik anak berkembang.
3. Biasakan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya
4. Anjurkan orang tua untuk mengikut sertakan anak dalam komonitas
anak – anak dengan down sindrom.
5. Anjurkan orang tua untuk sabar dalam menghadapi anak dengan down
sindorm, karena pelatihan jarus dilakukan berulang – ulang.
6. Perlunya sikap positif orang tua terhadap anak dalam meningkatkan
perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham. F. Gary. Obstetri william. Edisi 21. 2006. EGC. Jakarta
Lumbantobing, SM.Prof. DR. Dr. Anak dengan mental terbelakang. 2006. FKUI.
Jakarta
Nelson E. Waldo, MD, Ilmu kesehatan anak. Edisi 15. 2000. EGC. Jakarta
Rudolph M. Abraham, Pediatric Rudolph. 2007. EGC. Jakarta
Selikowitz. Mark. Down sindrom the fact. 1990. Oxford medical publication. New
York
Wik ana Josastro. H. Ilmu kebidanan. Edisi 3. 2002. YPB-SP. Jakarta
ghr.nlm.nih.gov
www.nichcy.org
Down Sindrom
Disusun oleh :
Maria Anastasia Febriana (2004 – 11 - 007)
Sinta Youla Ratu (2004 – 11 - 020)
Daniel Dheni (2005 – 11 - 003)
Emerensia Mogilena (2005 – 11 - 005)
Melda Lamtiur. S (2005 – 11 - 013)
Wilhelmina Irmina. S (2005 – 11 - 019)
STIK Sint CAROLUS
JAKARTA