Theory of Planned Behavior

  • Upload
    alyahaz

  • View
    73

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teori Promosi Kesehatan

Citation preview

Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior(TPB)Promosi KesehatanFakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas AirlanggaIKM-B12Anggota Kelompok 10Alya Hazfiarini(101211132031)Arifa Yusrina(101211133004)Kiki Agustina Fatmala(101211131217)Panji Utomo(101211132097)Ratri Wira(101211131041)Rizky Ananda P(101211133039)Rigen Adi Kowara(101211133057)Rr. Lila Wahyuningtyas(101211133090)

Bagan Theory of Planned BehaviorPerceived behaviour controlKeyakinan tentang ada atau tidaknya faktor-faktor yang memfasilitasi dan menghalangi individu untuk melakukan suatu perilaku. Ditentukan oleh pengalaman masa lalu individu dan juga perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan suatu perilaku. Pengalaman masa lalu individu terhadap suatu perilaku bisa dipengaruhi oleh informasi yang didapat dari orang lain.

Peran Perceived behaviour controlAjzen (2005) berasumsi bahwa Perceived behaviour control mempunyai implikasi motivasional pada intensi. Individu percaya bahwa ia tidak memiliki kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tertentu cenderung tidak membentuk intensi yang kuat untuk melakukannya. Niat untuk melakukan perilaku (intention) adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu.

Perceived Behavioral Control dibagi menjadi dua yaitu,Indirect Perceived Behavioral ControlDefinisi operasional dari Indirect Perceived Behavioral Control dalam penelitian ini adalah penilaian individu mengenai kemampuannya mengontrol perilakunya untuk berprestasi ketika dihadapkan dengan faktor luar yang dianggapnya dapat menghambat maupun mendukungnya untuk berprestasi. Nilai variabel ini didapatkan dari rata-rata skor item Indirect Perceived Behavioral Control.

Direct Perceived Behavioral ControlDirect Perceived Behavioral Control dalam penelitian ini adalah penilaian individu mengenai kemampuannya mengontrol perilakunya untuk berprestasi ketika dihadapkan dengan faktor dari dalam dirinya yang dianggapnya dapat menghambat maupun mendukungnya untuk berprestasi. Nilai variabel ini didapatkan dari hasil rata-rata skor item Direct Perceived Behavioral Control.

self efficacy

Pervin dan john (1997) bahwa self efficacy adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk membentuk perilaku yang relevan pada tugas atau situasi khusus.Menurut bandura (1997), self efficacy adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan diri yang disesuaikan dengan hasil yang dicapai.Woolfolk (2004) juga menyebutkan bahwa self efficacy adalah kepercayaan mengenai kompetensi personal dalam sebuah situasi khusus.Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa self efficacy adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam mengerjakan tugas dengan hasil yang optimal.Faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacyMenurut bandura (dalam rahardjo, 2005) Faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy dapat dipeoleh dari lima prinsip sumber informasi, yaituPencapaian kinerja (performance attaiment)Performance attainment merupakan sumber pengharapan yang utama karna didasarkan pada pengalaman individu ketika berhasil mengerjakan sesuatu hal dengan baik. keberhasilan yang diperoleh akan membawa seseorang pada tingkat self efficacy yang lebih tinggi, sedang kegagalan akan merendahkan self efficacy. Pengalaman sukses yang didapatkan seseorang akan menghasilkan peningkatan self efficacy dan minat pada tugas. Sebaliknya, kegagalan tugas akan menghasilkan penurunan self efficacy dan minat pada tugas.

b. Pengalaman orang lain (vicarious experience)vicarious experience adalah pengalam yang didapat ketika indivudu melihat keberhasilan orang lain dalam mengerjakan tugas dengan baik. individu yang melihat atau mengamati orang lain yang mencapai keberhasilan dapat menimbulkan persepsi self efficacy-nya. Dengan melihat keberhasilan orang lain, individu dapat menyakinkan dirinya bahwa ia juga bisa untuk mencapai hal yang sama dengan orang yang dia amati. Ia juga meyakinkan dirinya bahwa jika orang lain bisa melakukannya, ia harus dapat melakukannya. Namun, jika seseorang melihat bahwa orang lain yang memiliki kemampuan yang sama ternyata gagal meskipun ia telah berusaha dengan keras, dapat menurunkan penilainya terhadap kemampuan dia sendiri dan juga akan mengurangi usaha yang akan dilakukan (brown dan Inouye, dalam bandura, 1986)

c. Persuasi verbal (verbal persuasion) Persuasi verbal digunakan untuk memberi keyakinan kepada seseorang bahwa ia memiliki suatu kemampuan yang memadai untuk mencapai apa yang ia inginkan. Menurut bandura (1986) individu yang diarahkan dengan saran, nasihat dan bimbingan dapat meningkatkan kapasitasnya tentang kemampuan-kemampuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang yang berhasil diyakinkan secara verbal akan menunjukan usaha yang lebih keras jika dibandingkan dengan individu yang memiliki keraguan dan hanya memikirkan kekurangan diri ketika menghadapi kesulitan.

d. Dorongan emosional (emotional arousal) emotional arousal adalah muncul dan naiknya emosi seseorang ketika individu berada dalam situasi yang tertekan. Saat berada dalam situasi tertekan, kondisi emosional dapat mempengaruhi pengharapan individu. Rasa takut dan cemas akan mengalami kegagalan membuat individu menjadi tidak yakin dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya (bandura, 1986).

e. Keadaan dan reaksi fisiologis (physical or affective status)Seseorang menjadikan keadaan fisiologisnya sebagai sumber informasi untuk memberikan sumber penilaian terhadap kemampuan dirinya sehingga berguna dalam melihat apakah tujuan yang akan dicapai sulit, sedang atau mudah. Individu merasa gejala-gejala somatic atau tegangan yang timbul dalam situasi yang menekan sebagai pertanda bahwa ia tidak dapat untuk menguasai keadaan. Jika individu tidak sedang mengalami gejolak perasaan maka dirinya cenderung akan mampu berpikir relative tenang, jernih dan terarah.

METHODS TO INCREASE SELF EFFICACYMastery ExperienceSocial ModelingImproving Physsical and emotional statesVerbal PersuasionPenguasaan Pengalaman: memungkinkan seseorang untuk berhasil dalam kinerja dicapai tetapi semakin menantang perilaku yang diinginkan. Pengalaman kinerja penguasaan adalah pengaruh kuat pada self efficacy keyakinanModeling Sosial: Menampilkan orang yang aothers seperti mereka bisa melakukannya. Ini harus mencakup demonstrasi rinci tentang langkah-langkah kecil yang diambil dalam pencapaian suatu tujuan yang kompleks.Meningkatkan negara Physsical dan emosional: Membuat orang yang beristirahat dengan baik dan santai sebelum mencoba perilaku baru. Hal ini dapat mencakup upaya untuk mengurangi stres dan depresi sementara membangun positif emosi seperti ketika "takut" ini kembali dicap sebagai "kegembiraanPersuasi verbal: Menceritakan orang bahwa dia bisa melakukannya. Dorongan yang kuat dapat meningkatkan kepercayaan cukup untuk mendorong upaya pertama menuju perubahan perilakuContoh aplikasiPenggunaan yodium . Behavior beliefs --> attitude toward the behaviorBehavior beliefs/keyakinan berperilaku mempengaruhi sikap sesorang untuk bertindak. Contoh: Ibu B mempunyai pengetahuan akan pentingnya penggunaan garam beryodium. Hal tersebut menimbulkan keyakinan positif terhadap perilaku penggunaan garam beryodium, sehingga muncul motivasi/niat untuk menggunakan garam beryodium di keluarganya.

Normative beliefs --> subjective normsSejauh mana seseorang memiliki motivasi (subjective beliefs) untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (normative beliefs).Contoh: Motivasi ibu B untuk menggunakan garam beryodium semakin kuat karena mertuanya, yang merupakan petugas kesehatan, juga menggunakan garam beryodium di keluarganya.Control beleiefs --> perceived behavior controlKeyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan berpengaruh terhadap persepsi kemampuan untuk mengontrolContoh: Ibu B memperoleh pengalaman tentang penggunaan garam beryodium dari ibu mertuanya. Pada kesempatan yang lain, ibu B mencoba menggunakan garam beryodium ketika memasak. Pada akhirnya, ibu B memiliki persepi bahwa ia mampu untuk melanjutkan perilakunya tersebut.Self Efficacy

Tiga faktor tersebut bersama-sama mempengaruhi motivasi/niat ibu B untuk menggunakan garam beryodium di keluarganya. Niat ibu B untuk menggunakan garam beryodium cukup kuat, sehingga pada akhirnya ibu B memutuskan untuk terus menggunakan garam beryodium di keluarganya.