9

Click here to load reader

Timpanosklerosis Files of Drsmed

  • Upload
    shamuzt

  • View
    250

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Timpanosklerosis Files of Drsmed

0

Author :

Yayan Akhyar Israr, S.Ked

Faculty of Medicine – University of Riau

Pekanbaru, Riau

2009

© Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk

Page 2: Timpanosklerosis Files of Drsmed

1

PENDAHULUAN

Timpanosklerosis merupakan penyakit pada membran timpani yang menunjukkan

gambaran bercak-bercak putih tebal atau menjadi putih dan tebal seluruhnya akibat

timbunan kolagen terhialinisasi pada bagian tengahnya.1 Keadaan ini dikarakteristikkan

oleh adanya hialinisasi dan deposit kalsium pada membran timpani, telinga tengah, atau

keduanya, sering muncul sebagai akibat dari inflamasi atau trauma dan juga sering

didapati setelah episode rekuren dari otitis media akut, otitis media dengan efusi, dan

insersi ventilasi tuba.2

Timpanosklerosis merupakan kelanjutan yang sering terjadi pada kasus-kasus otitis

media kronis atau rekuren dan setelah tindakan pembedahan pada membran timpani atau

telinga tengah. Hal ini biasanya terbatas pada mebran timapani dan hanya memberikan

gangguan klinis yang sangat sedikit. Namun, apabila timpanosklerosis melibatkan telinga

tengah, maka dapat mengakibatkan fiksasi osikular dan gangguan pendengaran

konduktif.3

Penelitian mengenai timpanosklerosis kebanyakan dilakukan pada pasien-pasien

dengan otitis media kronis dan timpanostomi dibandingkan dengan populasi umum.

Didapatkan bahwa pada 23-40 % anak-anak dengan keluhan telinga mengeluarkan cairan

yang ditatalaksanan dengan timpanostomi menderita timpanosklerosis, dan

miringosklerosis merupakan bentuk yang tersering.4

Insiden timpanosklerosis dilaporkan berkisar antara 6,4-33% pada subjek dengan

otitis media kronis. Insiden cenderung meningkat dengan pertambahan usia dan tindakan

timpanostomi penggantian tuba (insiden berkisar antara 28-61%).3

Tabel 1. Distribusi kasus timpanosklerosis.4

No Lokasi Jumlah kasus

(n=30) 1.

2.

3.

4.

Membran timpani

Malleus, Incus

Promontary dan/atau Stapes

Stapes footplate

19 (63%

7 (23%)

3 (10%)

1 (3%)

Page 3: Timpanosklerosis Files of Drsmed

2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi dan Klasifikasi

Timpanosklerosis merupakan suatu kondisi yang mana didapatkan hialinisasi dan

kalsifikasi pada membran timpani, telinga tengah atau keduanya dan jika meluas dapat

mempengaruhi pendengaran. Timponosklerosis ini diklasifikasikan sebagai berikut :

- Myringosclerosis, hanya mengenai membran timpani

- Intratympanic tympanosclerosis, mengenai bagian telinga tengah lain.2,4

2. Anatomi

Membran timpani merupakan pembentuk utama dinding lateral telinga tengah.

Lapisan tipis, resisten, semitransparan, abu-abu mengkilat, dan mirip kerucut (cone-like).

Apeks membrane timpani terletak pada umbo, yang mana berhubungan dengan bagian

terbawah dari tangkai malleus. Kebanyakan keliling membran timpani menebal untuk

membentuk suatu cincin fibrokartilago, annulus timpani, yang terletak pada alur tulang

timpani yang disebut dengan sulkus timpani.5

Gambar 1. Membran timpani normal telinga kanan.5 Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada

pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan.

Reflek cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane timpani. Pada

membrane timpani terdapat 2 macam serabut yaitu serabut sirkuler dan radier. Serabut

Keterangan : 1 = pars flaccid 2 = short process of the malleu 3 = handle of the malleus 4 = umbo 5 = supratubal recess 6 = tubal orifice 7 = hypotympanic air cells 8 = stapedius tendon c = chorda tympani I = incus P = promontory o = oval window R = round window T = tensor tympani A = annulus

Page 4: Timpanosklerosis Files of Drsmed

3

inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berbentuk kerucut tersebut.

Secara klinis reflek cahaya ini dinilai misalnya bila reflek cahaya mendatar berarti

terdapat gangguan pada tuba eustachius.6

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan

prosesus longus malleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga

didapatkan bagian atas-depan, atas belakang, bawah depan, dan bawah-belakang. Hal ini

berguna untuk menyatakan letak perforasi dari membrane timpani.6

3. Etiologi

Etiologi dari timpanosklerosis belum diketahui dengan pasti, mungkin dibentuk dari

sisa-sisa/bekas yang berhubungan dengan inflamasi kronis telinga tengah. Faktor-faktor

lain yang mungkin berhubungan antara lain :

- Otitis media supurativa kronis (OMSK) dan otitis media dengan efusi.

- Insersi Grommet (timpanostomi tuba) meningkatkan resiko terjadinya

timpanosklerosis

- Sklerosis sistemik

- Kemungkinan berhubungan dengan atheroma karotis atau aterosklerosis

- Hubungan dengan cholesteatoma masih diperdebatkan, meskipun dua keadaan ini

dapat muncul bersamaan.4

4. Gambaran Klinis

Gambaran klinis yang umumnya muncul adalah ditemukannya plak putih pada

membran timpani. Jika proses ini hanya terbatas pada membrane timpani saja biasanya

tidak mempengaruhi pendengaran, namun bila proses ini telah mencapai telinga tengah,

maka rantai osikular menjadi tidak mobil yang akan menyebabkan terjadinya tuli

konduktif.2

5. Patogenesis

Timpanosklerosis secara histologi tampak sebagai hialinisasi jaringan penyangga

subepitelial membran timpani dan telinga tengah, pada kebanyakan kasus dapat

ditemukan kalsifikasi. Osteogenesis juga dapat muncul bersamaan dengan lesi yang

terjadi. Saat plak muncul pada membrane timpani, plak tersebut hanya terbatas pada

lamina propia. Hussl dan Lim menemukan bahwa plak ini merupakan proses

Page 5: Timpanosklerosis Files of Drsmed

4

degenerative yang mengakibatkan terjadinya kalsifikasi pada jaringan penyangga pada

telinga tengah. Mereka membuat hipotesa bahwa OME atau OMA mengakibatkan

terjadinya proses destruktif pada jaringan penyangga, yang mana akan memicu untuk

terjadinya degenarasi dari jaringan kolagen dan kalsifikasi distropik. Degenerasi kolagen

dapat merupakan akibat langsung dari inflamasi atau infeksi yang terjadi pada telinga

tengah (oleh proteinase dan kolagenase bakteri). Wielinga dan kawan-kawan,

menemukan bahwa pada kasus sumbatan tuba eustachius, tanpa infeksi, dapat

mengakibatkan timpanosklerosis pada percobaan dengan tikus, dari sana mereka

membuat hipotesa bahwa hanya dengan deformasi cukup untuk mendukung

pembentukan plak. Penyebab lain yang mungkin adalah proses autoimun yang terjadi

pada membran timpani. Hussl and Lim mengemukakan 2 kemungkinan mekanisme

terbentuknya plak timpanosklerosis: 7

Gambar 2. Mekanisme terbentukknya plak timpanosklerosis.7

Degenarasi jaringan penyambung

Faktor-faktor pathogen (seperti : inflamasi, autoimun, trauma)

Fibrolisis

Hialinisasi (hipovaskularitas)

Perubahan PH

Presipitasi kalsium pospatase

Kalsifikasi distrofik

Plak timpanosklerosis (osifikasi)

Degenerasi Fibrosit

Vesikel matriks ekstraselular dengan Ca+ dan PO4

Supersaturasi

Presipitasi kalsium pospatase

Kalsifikasi vesikel matriks

Page 6: Timpanosklerosis Files of Drsmed

5

6. Diagnosis

Timpanosklerosis diduga merupakan komplikasi dari otitis media, pasca trauma, dan

tindakan pembedahan yang mana ditemukan lapisan hialin yang aselular dan akumulasi

deposit kalsium pada membran timpani dan submukosa telinga tengah. Pada kebanyakan

pasien, gejala yang ditimbulkan tidak begitu signifikan secara klinis dan mengakibatkan

sedikit atau tidak ada gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan otoskopi,

timpanosklerosis memberikan gambaran semisirkuler atau seperti sepatu kuda yang

berwarna putih pada membrane timpani.7

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 3. (A) Membran timpani pada timpanosklerosis, (B), Telinga kiri, perforasi nateroinferior kering, (C) Perforasi anteroinferior dengan plak timpanosklerotik,

(D) Telinga kiri, perforasi subtotal karna timpanosklerosis8

(A) (B)

Gambar 4. (A) Telinga kanan, plak timpanosklerosis pada rantai osiikular, (B) Telinga kiri, perforasi total dengan timpano sklerosis.8

Page 7: Timpanosklerosis Files of Drsmed

6

Pemeriksaan penunjang biasanya tidak terlalu dibutuhkan apabila telah

ditemukan lesi yang khas, tidak ada perluasan, dan tidak ada kecurigaan adanya

gangguan pendengaran atau penyakit telinga ten gah lain. Namun, pemeriksaan

penunjang yang dapat membantu antara lain :7

- Audiometri, dapat menentukan derajat dan tipe gangguan pendengaran

- Timpanometri, hasil timpanogram dapat dipengaruhi oleh adanya

timpanosklerosis

- CT Scan dapat membantu menegakkan diagnosis terutama bila disertai dengan

kelainan pada kavitas telinga tengah.7

7. Penatalaksanaan

Timpanosklerosis pada telinga tengah secara histologi mirip dengan

timpanosklerosis pada membran timpani, tapi lebih sering menyebabkan tuli konduktif

dikarenakan terjadinya fiksasi osikular. Dalam beberapa buku dinyatakan bahwa

timpaniosklerosis cenderung berulang setelah tindakan pembuangan dengan operasi.

Smyth dan kawan-kawan melaporkan hasil yang memuaskan pada 79% kasus

timpanisklerosis yang dilakukan rekonstruksi osikular (stapedektomi dan reseksi osikular

total) yang dilakukan dalam 2 tahap.7

Timpanosklerosis mungkin dapat ditemukan dibelakang meman timpani yang

intak. Plak yang kecil tidaklah membahayakan dan dapat dibiarkan saja. Lapisan yang

luas/besar pada sisa-sisa membran timpani harus dihilangkan karena materi avaskular ini

dapat menghambat integrasi dari graft, dan dapat juga memberikan dapak pada rantai

osikular terutama kepala malleus dan incus pada epitympanum. Mobilisasi tidaklah

disarankan karenan refiksasi sering terjadi.9

Timpanoplasti dan rekonstruksi osikular dapat dilakukan sebagai penatalaksanaan

pada pasien-pasien dengan timpanosklerosis, namun resiko untuk kerusakan kokhlea

lebih tinggi dibandingkan dengan yang disebabkan oleh penyakit telinga tengah lain, ini

dikarekan oleh tindakan diseksi luas yang dibutuhkan pada kasus timpanosklerosis dan

terdapatnya erosi dari labirin.7

Page 8: Timpanosklerosis Files of Drsmed

7

KESIMPULAN

• Timpanosklerosis merupakan suatu kondisi yang mana didapatkan hialinisasi dan

kalsifikasi pada membran timpani, telinga tengah atau keduanya dan jika meluas

dapat mempengaruhi pendengaran.

• Timpanosklerosis merupakan kelanjutan yang sering terjadi pada kasus-kasus otitis

media kronis atau rekuren dan setelah tindakan pembedahan pada telinga tengah.

• Etiologi timpanosklerosis belum diketahui dengan pasti, namun faktor-faktor yang

mungkin berhubungan antara lain OMSK, otitis media dengan efusi, insersi

Grommet, sklerosis sistemik, atheroma karotis atau aterosklerosis, dan

cholesteatoma.

• Jika proses timpanosklerosis ini hanya pada membran timpani biasanya tidak

mempengaruhi pendengaran, namun bila proses ini telah mencapai telinga tengah

dapat menyebabkan terjadinya tuli konduktif.

• Gambaran timpanosklerosi pada pemeriksaan otoskopi adalah semisirkuler atau

seperti sepatu kuda yang berwarna putih pada membran timpani

• Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu antara lain audiometri, timpanometri,

dan CT Scan.

• Plak timpanosklerosis yang kecil tidaklah membahayakan dan dapat dibiarkan saja.

• Timpanoplasti dan rekonstruksi osikular dapat dilakukan sebagai penatalaksanaan.

Page 9: Timpanosklerosis Files of Drsmed

8

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Fundamentals of Otolaryngology. 6th Edition. Philadelphia : W.B Saunders Company;1997.

2. Lalwani AK, Agrawal SK, Aguila DJ, et al. Current Diagnosis and Treatment : Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2nd Edition. New York : Mc Graw Hill – Lange;2007.

3. Alper CM, Bluestone CD, Casselbrant ML, et al. Advanced Therapy of Otitis Media. 1st Edition. London : DC Becker Inc;2004.

4. EMIS & PIP. Tympanosclerosis. Disitasi dari http://www.patient.co.uk/showdoc /40025285.htm pada tanggal 30 Mei 2009. Last Update [Januari 2009].

5. Sana M, Russo A, De Donato G. Color Atlas of Otoscopy : From Diagnosis to Surgery. 1st Edition. New York : Thieme Inc;1999.

6. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2007.

7. Cummings CW, Fredrickson JM, Harker LA, et al. Otolatyngology Head and Neck Surgery. 3rd Edition. St. Louis : Mosby-Year Book Inc;1998.

8. Menner AL. Pocket Guide to Ear. 1st Edition. New York : Thieme Inc;2003.

9. Hildmann H, Sudhoff H. Middle Ear Surgery. 1st Edition. New York : Springer-Verlag;2006.

© Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk