18
LAPORAN KASUS Tinea Fasialis Pembimbing: dr. Mahdar Johan, Sp.KK Disusun oleh: Tri Agung Wibowo 2008730041 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 1

Tinea Facialis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

definisi, diagnosis dan penatalaksanaan tinea facialis. anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien tinea fasialis

Citation preview

LAPORAN KASUSTinea Fasialis

Pembimbing:

dr. Mahdar Johan, Sp.KK

Disusun oleh:

Tri Agung Wibowo2008730041KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTARSUD R. SYAMSUDIN, SH SUKABUMI

2012BAB IILUSTRASI KASUSI. IDENTIFIKASI PASIEN

Nama:Ny. I Jenis Kelamin:Perempuan Umur:38 tahun Alamat:Sukabumi Suku:Sunda Agama:Islam Pekerjaan:Ibu Rumah Tangga Tanggal Pemeriksaan: 08 Agustus 2012II. ANAMNESIS

Diperoleh secara autoanamnesis pada tanggal 8 Agustus 2012, pukul 11.00 WIB.A. Keluhan UtamaPasien mengaku keluar bintik-bintik merah sedikit-sedikit, kemudian menjadi kemerahan. Hal ini terjadi sejak 2 minggu yang lalu.B. Keluhan Tambahan

Gatal dan panas seperti terbakar.C. Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD R. Syamsudin, SH dengan keluhan adanya bercak kemerahan dan kulit yang mengelupas pada daerah muka disertai rasa gatal seperti terbakar sejak 2 minggu yang lalu.Pasien mengaku bahwa awalnya timbul bintik-bintik kemerahan pada muka yang dirasakan gatal, digaruk oleh pasien dan akhirnya timbul bercak kemerahan dan kulit yang mengelupas pada muka pasien.

Pasien merasa bercak kemerahan dan kulit yang mengelupas ini muncul kurang lebih 2 minggu yang lalu. Pasien juga mengaku bahwa kelainan kulit yang timbul hanya terbatas pada wajah pasien saja. Pasien belum pernah mengalami seperti ini sebelumnya dan sudah belum pernah dibawa berobat sebelumnya. Pasien mengaku tinggal didekat daerah perkebenunan, keadaan rumah pasien cukup bersih, pasien tidur dikasur kapuk dan pasien berprofesi sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan sesekali bercocok tanam. Pasien menyangkal memakai benda-benda kosmetik pada wajah.D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat alergi disangkal

Riwayat penyakit kulit lainnya disangkal.Riwayat penyakit sistemik disangkal.E. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa disangkal.Riwayat alergi disangkal.III. PEMERIKSAAN

A. Status Generalis Keadaan Umum:Baik Kesadaran:Kompos mentis

Tekanan Darah:tidak diperiksa

Laju Nadi:88 kali per menit, teratur, kuat, penuh

Laju Napas:20 kali per menit

Suhu:AfebrisB. Status Dermatologis

1. Regio / Letak lesi : di wajah Efloresensi

Primer : makula eritem Sekunder : skuama tipis Sifat UKK

Ukuran : plakat eritem dengan skuama tipis Susunan / bentuk : tidak teratur Penyebaran dan lokalisasi : regional unilateral, batas tegas Pembesaran KGB : tidak ada

Lesi di wajah C. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukanD. Pemeriksaan Anjuran

Pemeriksaan KOHIV. RESUME

Pasien perempuan usia 38 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Syamsudin, SH dengan keluhan adanya eritem dan skuama pada regio wajah tangan sejak 2 minggu yang lalu. Lesi pertama timbul berupa vesikel yang disertai dengan rasa gatal di wajah, mengalami garukan menjadi makula eritem dan berskuama. Ruam kulit tidak mengalami perburukan. Riwayat penyakit serupa (-). Riwayat pengobatan sebelumnya (-). Riwayat kehidupan sehari-hari pasien tinggal didaerah dekat perkebunan dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang sesekali mempuyai kegiatan bercocok tanam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi berupa makula eritema dan skuama pada wajah berukuran numular berbentuk tidak teratur, batas tegas, dengan distribusi unilateral. V. DIAGNOSIS Diagnosis banding

Dermatitis seboroik

Dermatitis kontak

Diagnosis kerja

Tinea Fasialis

VI. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana umum : Edukasi pasien mengenai penyakit pasien.

Edukasi pasien untuk menghindari menggaruk bercak tersebut

Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan kulit pasien agar tidak terjadi infeksi sekunder. Kontrol kembali.

Tatalaksana khusus :

Sistemik : ketokenazole tab 1x1

Methyl prednisone 3x1

CTM 1x1 Topikal : Salep Hidrokortison 3x sehari Salep Ketokonazole 3x sehariVII. PROGNOSIS

Quo ad vitam:bonam Quo ad functionam:bonam Quo ad sanationam:bonamBAB II

ANALISIS KASUSDiagnosis kerja : Tinea fasialisTinea fasialis (tinea faciei) adalah suatu dermatofitosis superfisial yang terbatas pada kulit yang tidak berambut, yang terjadi pada wajah, memiliki karakteristik sebagai plak eritema yang melingkar dengan batas yang jelas. Pada pasien anak-anak dan wanita, infeksi dapat terlihat pada setiap permukaan wajah, termasuk pada bibir bagian atas dan dagu. Pada pria, kondisi ini disebut juga tinea barbae karena infeksi dermatofit terjadi pada daerah yang berjanggut.

Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa wanita mungkin lebih sering terinfeksi daripada pria . Pada wanita, infeksi dermatofit pada wajah dapat didiagnosis sebagai tinea fasialis, sedangkan infeksi-infeksi lain yang terjadi pada pria di daerah yang sama didiagnosis sebagai tinea barbae. Data menunjukkan perbandingan penderita wanita dan pria adalah 1,06:1. Pada kasus ini Pasien perempuan usia 38 tahun yang datang dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan lingkungan rumah yang menurut pasien cukup bersih dan pasien juga kadang-kadang pergi untuk bercocok tanam yang secara tidak langsung kontan dengan hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang banyak jamur-jamur yang dapat berpindah ke manusia. Gambar 1. Bagian A adalah patogenesis dari epidermomycosis, tampak dermatofit (bintik dan garis merah) di antara stratum korneum, mengakibatkan terjadinya respon inflamasi (bintik-bintik hitam menggambarkan sel-sel inflamasi), yang dapat bermanifestasi sebagai eritema, papul, atau bahkan vesikel. Bagian B adalah patogenesis dari trichomycosis yang terjadi pada rambut, mengakibatkan destruksi dan patahnya akar rambut. Infeksi dermatofit yang terjadi jauh ke dalam folikel rambut, yang akan mengakibatkan respon inflamasi yang lebih dalam (bintik-bintik hitam) dan akan bermanifestasi sebagai nodul inflamasi yang dalam, pustular folikularis, dan pembentukan abses (dikutip dari kepustakaan 1)Penderita tinea fasialis biasanya datang dengan keluhan rasa gatal dan terbakar, dan memburuk setelah paparan sinar matahari (fotosensitivitas). Namun, kadang-kadang, penderita tinea fasialis dapat memberikan gejala yang asimptomatis. Ini sesuai dengan keluhan penderita yang mengeluh rasa gatal seperti terbakar sejak 2 minggu yang lalu didaerah wajah pasien.Tanda klinis yang dapat ditemukan pada tinea fasialis, antara lain: bercak, makula sampai dengan plak, sirkular, batas yang meninggi, dan regresi sentral memberi bentuk seperti ring-like appearance. Kemerahan dan skuama tipis dapat ditemukan. Pada pasien awalnya timbul bintik-bintik kemerahan pada muka yang dirasakan gatal, digaruk oleh pasien dan akhirnya timbul bercak kemerahan dan kulit yang mengelupas pada muka pasien. gambar 1. Gambaran eritema dan skuama tipis pada pasiengambar 2.Lesi asimetris, berbatas tegas, plak eritema, dengan skuama dan krusta

Gambar 3. Plak eritema dengan skuama minimal, tetapi cukup untuk melakukan pemeriksaan KOH DIAGNOSIS BANDING : Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik adalah dermatosis kronik yang tersering, yang memiliki gambaran kemerahan dan skuama yang terjadi pada daerah-daerah yang memiliki kelenjar keringat yang aktif, seperti wajah dan kulit kepala, juga di daerah dada.

Gejala yang timbul berupa gatal, sangat bervariasi, biasanya gatal semakin memburuk dengan meningkatnya perspirasi. Pada pemeriksaan fisis ditemukan, makula atau papul berwarna kemerahan atau keabu-abuan dengan skuama kering berwarna putih. Ukurannya bervariasi, antara 5-20 mm. Berbatas tegas, sering terdapat krusta dan celah pada telinga luar bagian belakang. Skuama yang terdapat pada kulit kepala inilah yang sering disebut sebagai ketombe.

Gambar . Dermatitis seboroik pada wajah. Terlihat eritema dan skuama kekuningan pada dahi, pipi, plica nasolabialis, dan dagu DIAGNOSIS BANDING : Dermatitis kontak

Ditandai dengan pola reaksi inflamasi polimorfik yang melibatkan epidermis maupun dermis. Terdapat banyak etiologi serta temuan klinis yang amat luas. Eksema akut ataupun dermatitis ditandai dengan pruritus, eritema dan vesikulasi. Sedangkan bentuk kroniknya yaitu pruritus, xerosis, likenifikasi, hiperkeratosis, dan fissuring.

A. PENATALAKSANAAN

1. Sistemik

Untuk pengobatan sistemik dalam mengeradikasi dermatofit, obat-obatan oral yang digunakan, antara lain:

Flukonazol: orang dewasa 150200 mg/minggu selama 46 minggu, sedangkan anak-anak 6 mg/kg/minggu selama 46 minggu. Sediaan fluconazole tablet 100, 150, 200 mg; suspense oral (10 or 40 mg/ml); dan intravena 400 mg.

Griseofulvin: Orang dewasa 5001000 mg/hari (atau lebih) selama 4 minggu, sedangkan anak-anak 1520 mg/kg/hari selama 4 minggu. Micronized: 250 atau 500 mg tablet; 125 mg/sendok teh suspensi. Ultramicronized: 165 atau 330 mg tablet. Aktif hanya melawan dermatofit, kurang efektif daripada Triazoles. Efek samping yang dapat ditimbulkan, antara lain: nyeri kepala, mual/muntah, fotosensitivitas. Infeksi T. rubrum dan T. tonsurans dapat kurang berespon. Sebaiknya diminum dengan makanan berlemak untuk memaksimalkan penyerapan.

Itrakonazol: untuk dewasa 400 mg/hari selama 1 minggu dan untuk anak-anak 5 mg/kg/hari selama 1 minggu. Sediaannya 100 mg dalam kapsul; solusio oral (10 mg/ml) dalam intravena. Untuk Triazole, kerjanya membutuhkan pH asam pada lambung agar kapsulnya larut. Dapat menimbulkan aritmia ventrikular bila dikonsumsi bersama terfenadine/astemizole, meskipun jarang. Golongan azole lainnya, yaitu ketokonazole juga memiliki potensial interaksi dengan obat lain, seperti agen hipoglikemik oral, kalsium antagonis, fenitoin, dan lain-lain.Terbinafin: dosis untuk dewasa adalah 250 mg/hari selama 2 minggu, dan dosis anak-anak adalah 62,5 mg/hari (40 kg) selama 2 minggu. Sediaannya 250 mg dalam tablet. Dapat menyebabkan mual, dispepsia, nyeri perut, kehilangan pengecapan.Pengobatan topikal dinilai memiliki respon yang baik terhadap infeksi yang terjadi, apalagi bila tidak terjadi folikulitis.

2. Pengobatan topikal untuk tinea fasialis

Tabel 1. Pengobatan topikal untuk tinea fasialis

Preparat topikal anti jamurPreparat ini efektif untuk dermatofit pada kulit, tetapi tidak untuk rambut ataupun kuku.

Preparat tersebut diaplikasikan 2 kali sehari pada area yang terkena lesi secara optimal selama 4 minggu termasuk 1 minggu setelah lesi telah bersih.

Diaplikasikan paling kurang 3 cm di sekitar batas area yang terkena.

ImidazolesKotrimazol (Lotrimin, Mycelex)

Mikonazol (Micatin)

Ketokonazol (Nizoral)

Ekonazol (Spectazole)

Oxikonizol (Oxistat)

Sulkonizol (Exelderm)

AllylaminesNaftifin (Naftin)

Terbinafin (Lamisil)

NaphthionatesTolnaftat (Tinactin)

Substituted pyridoneSiklopirox olamin (Loprox)

3. EdukasiDiperlukan pula perawatan diri di rumah (home care), seperti: menghindari menggaruk daerah lesi, karena hal tersebut dapat membuat infeksi bertambah parah. Menjaga kulit tetap kering dan bersih dengan menghindari aktivitas yang dapat mengeluarkan keringat. Mandi minimal sekali sehari dan ingat untuk mengeringkan tubuh seluruhnya. Aplikasi krim topikal anti jamur, seperti: krim Klotrimazol (Lotrimin), Terbinafin (Lamisil), Tolnaftat (Tinactin). Beberapa agen oral yang dapat digunakan untuk mengobati gatal yang timbul, antara lain: Difenhidramin (Benadryl), Klorfeniramin, Loratadin (Claritin), dan Setirizin (Zyrtec), sesuai dengan medikasi yang diberikan. Dan mengingatkan penderita untuk memperhatikan bila ada efek samping segera kembali berobat.DAFTAR PUSTAKA1. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatricks color atlas and synopsis of clinical dermatology 5th ed. New York: The McGraw-Hill Companies; 2007. p. 1-7,20-2.

2. Sobera JO, Elewski BE. Fungal diseases. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors. Dermatology 2nd ed. British: Mosby Elsevier; 2008. p. 1-10, 25-6.

3. Szepietowski JC. Tinea faciei [online]. 2009 [cited 2011 April 10]. Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/1118316

4. Starova A, Stefanova MB, Skerlev M. Tinea faciei-hypo diagnosed facial dermatoses. Macedonian Journal of Medical Sciences 2010; 3(1): 29-30.

5. Institute for International Cooperation in Animal Biologics. Dermatophytosis [online]. 2005 [cited 2011 April 13]. Available from: URL: www.cfsph.iastate.edu/Factsheets/pdfs/dermatophytosis.pdf6. Nelson MM, Martin AG, Heffernan MP. Superficial fungal infections: dermatophytosis, onychomycosis, tinea nigra, piedra. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatricks dermatology in general medicine volume 1 6th ed. New York: The McGraw-Hill Companies; 2009. p. 1993-4.

7. Costa AR, Criado PR, Valente NYS, Sittart JAS, Stelmach RS, Vasconcellos C. Trichophyton raubitschekii: a new agent of dermatophytosis in brazil?. Dermatology Online Journal 2003; 9(1): 5.

Gambar . Penggunaan salep neomisin untuk gatal pada palpebra. Terdapat edema masif dan eritema pada palpebra dan erupsi popular pada dahi dan pipi. Reaksi juga terdapat di leher yang tidak memiliki kontak dengan salep neomisin

13