36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gerakan Nasional peningkatan penggunaan Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Upaya penting ini, keberhasilannya perlu di dukung dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat. Para ibu, sebagai pelopor peningkatan kualitas sumber daya Indonesia, patut menyadari dan meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang gerakan ini. Pada dasarnya, segera setelah melahirkan, secara naluri setiap ibu mampu menjalankan tugas untuk menyusui bayinya. Namun, untuk mempraktekkan bagaimana menyusui bayi yang baik dan benar, setiap ibu perlu mempelajarinya. Bukan saja ibu-ibu yang baru pertama kali hamil dan melahirkan, tetapi juga ibu-ibu yang baru melahirkan anak yang ke-2 dan seterusnya. Karena setiap bayi lahir merupakan individu tersendiri. Dengan

Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pasca Persalinan Tentang ASI Di Puskesmas Maccini Sawah

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gerakan Nasional peningkatan penggunaan Air Susu Ibu (ASI) merupakan

salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

Upaya penting ini, keberhasilannya perlu di dukung dan dilaksanakan oleh

seluruh anggota masyarakat. Para ibu, sebagai pelopor peningkatan kualitas

sumber daya Indonesia, patut menyadari dan meningkatkan pengetahuannya untuk

menunjang gerakan ini. Pada dasarnya, segera setelah melahirkan, secara naluri

setiap ibu mampu menjalankan tugas untuk menyusui bayinya. Namun, untuk

mempraktekkan bagaimana menyusui bayi yang baik dan benar, setiap ibu perlu

mempelajarinya. Bukan saja ibu-ibu yang baru pertama kali hamil dan

melahirkan, tetapi juga ibu-ibu yang baru melahirkan anak yang ke-2 dan

seterusnya. Karena setiap bayi lahir merupakan individu tersendiri. Dengan

demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayi yang baru lahir ini, agar dapar

berhasil dalam menyusui. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi sejak dini

dan dukungan serta bimbingan yang optimal dari keluarga, lingkungan dan tenaga

kesehatan yang merawat ibu selama hamil, bersalin dan masa nifas. (1,2,3)

Dengan mengikuti dan mempelajari segala pengetahuan mengenai

laktasi, diharapkan setiap ibu hamil, bersalin dan menyusui dapat memberikan

ASI secara optimal, sehingga bagi dapat tumbuh kembang normal sebagai calon

sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Memiliki seorang anak yang baru

lahir adalah sesuatu yang sangat menakjubkan, perubahan hidup karena kehadiran

buah hatipun terjadi. Prioritas pertama saat itu adalah memberikan ASI sebagai

makanan bagi bayinya. (4)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis berkeinginan untuk

mengangkat permasalahan tentang “ Bagaimanakah tingkat pengetahuan dan

sikap ibu pasca persalinan tentang ASI di Puskesmas Maccini Sawah?”

.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu pasca persalinan

tentang ASI di Puskesmas Maccini Sawah.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu pasca persalinan tentang

ASI.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu pasca persalinan tentang

cara pemberian ASI.

Untuk mengetahui sikap ibu pasca persalinan tentang ASI.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

tingkat pengetahuan dan sikap ibu pasca persalinan tentang ASI.

2. Bagi Intansi Terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pustaka

dalam ruang lingkup di institusi khususnya mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat mengembangkan wawasan peneliti dan pengalaman berharga

demi melatih kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian yang

berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan sikap ibu pasca persalinan

tentang ASI.

4. Bagi Peneliti Lain

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk

penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

Pengetahuan menurut kamus bahasa Indonesia (Poerwadarminta) berarti

mengetahui sesudah melihat atau menyaksikan. Pengetahuan adalah hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang.(5)

Menurut Notoadmodjo, pengetahuan yang tercakup dalam kognitif

memiliki 6 tingkatan yaitu :(5)

a. Tahu (Know) : mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension) : kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication) : kemampuan untuk menggunakan materi yang

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis) : kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis) : kemampuan untuk melatakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

f. Evaluasi (evaluation) : kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek di dasarkan pada suatu kriteria-kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau

respon. Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat

membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi,

kriteria untuk menilai dari tingkatan pengetahuan menggunakan nilai:(5)

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai ≤ 56%

Cara Memperoleh Pengetahuan :

a. Cara tradisional

- Cara coba-salah (trial  and error)

- Cara kekuasaan atau otoritas

- Berdasarkan pengalaman pribadi

- Melalui jalan pikiran

b. Cara moderen

- Metode berfikir induktif

- Metode berfikir deduktif.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan :(5)

a. Faktor Internal :

- Pendidikan

Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh

Notoatmojo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap

usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada

anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia

mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar

untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar

sekolah dan berlangsung seumur hidup.

- Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi

didukung minat yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin

seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang

diharapkan.

- Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang

(Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), Mengatakan

bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek

psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut

untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah

terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang

melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan

lama membekas.

- Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang

tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.

Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya,

makin tua seseorang maka makin kondusif terhadap masalah yang

dihadapi (Azwar, 2009).

b. Faktor External antara lain :

- Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga

dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan

keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi

kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang tentang berbagai hal.

- Informasi 

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai

pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap

hal tersebut. Pesan-pesan sugesti dibawa oleh informasi tersebut

apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk

menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang

berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media

masa.

- Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu

wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan

sikap pribadi atau sikap seseorang.

2.2. Tinjauan Umum Tentang Sikap

Sikap merupakan reaksi suatu respon yang masih tertutup dari seorang

terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadapa objek di lingkungan

tertentu sebagai satuan penghayatan suatu obyek. Notoatmodjo meyatakan sikap

itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu.(5)

a. Konsep sikap

Sikap mempunyai konsep pokok yaitu:

- Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

- Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

- Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude)

b. Tingkatan Sikap

Dimana tingkatan sikap yaitu:

- Menerima (receiving): orang (objek) mau dan mempertahankan

stimulus yang diberikan (objek)

- Merespon (responding): member jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan indikasi dari

sikap.

- Menghargai (valuing): mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

- Bertanggung jawab (responsible): bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan

sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung,

secara langsung dapat dinyatakan bagai mana pendapat atau pernyataan

respon terhadap suatu objek.(5)

c. Indikator Sikap

Telah di uraikan diatas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa

pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah

masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui

stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap

terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator

untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan (5)

- Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penialain atau pendapat seseorang terhadap

gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara

penularan penyakit cara pencegahan penyakit dan sebagainya.

- Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilain atau pendapat seseorang terhadap cara-cara

pemeliharaan (berperilaku) hidup sehat, dengan perkataan lain

pendapat atau penilain terhadap makanan, minuman, olahraga,

relaksasi (istirahat) dan sebagainya bagi kesehatannya.

- Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan

pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilain

terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan sebagainya.

d. Pembentukan sikap

Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk sepanjang

perkembangan individu yang bersangkutan. Sikap yang ada pada diri

seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor fisiologis dan

psikologis. Serta faktor eksternal dapat berwujud situasi yang di hadapi

oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-

hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat.

Semuanya ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri seseorang.

Reaksi yang dapat diberikan individu terhadap objek sikap dapat

bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif. Objek sikap

dipersepsikan oleh individu, dan hasil persepsi akan dicerminkan dalam

sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan. Dalam

mempersepsikan objek sikap individu akan dipengaruhi oleh pengetahuan,

pengalaman, cakrawala, keyakinan, proses belajar dan hasil proses belajar

ini akan erupakan pendapat atau keyakinan inidividu mengenani objek

sikap, dan ini berkaitan dengan segi kognisi. Afeksi akan mengiringi hasil

kognisi terhadap objek sikap sebagai sikap evaluaktik, yang bersifat positif

atau negatif. Hasil evaluasi aspek afeksi akan mengait segi konasi yaitu

merupakan kesiapan untuk memberikan respon terhadap objek sikap,

kesiapan untuk bertindak, kesiapan untuk berperilaku. Keadaan

lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap obejk sikap maupun pada

individu yang bersangkutan.(5)

2.3. Tinjauan Umum Tentang ASI

2.3.1. Defini ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah air susu yang disekresi oleh kedua payudara

ibu, ASI merupakan makanan bayi yang paling baik yang dianugerahkan Tuhan

dan menjadi hak setiap anak. ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi

sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa makanan tambahan lainnya. Seperti

rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan

banyak Negara lainnya menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan. Setelah 6 bulan ia harus mulai dikenalkan dengan makanan padat

sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun bahkan lebih (6).

Berdasarkan hasil penelitian hampir sebagian besar pengetahuan ibu

tentang ASI ekslusif kurang yaitu sebesar 40,4% (36 orang), hal ini terutama

tercermin dari pengetahuan ibu terhadap kandungan ASI, dimana pada umumnya

ibu tidak mengetahui bahwa ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh

tubuh bayi dan mengenai keunggulan ASI para ibu kurang mengetahui manfaat

ASI bagi ibu, bayi dan Negara. Ibu tidak mengetahui bahwa menyusui secara

eksklusif dapat menjarangkan kehamilan, sementara manfaat ASI bagi bayi dapat

meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi dan bagi suatu Negara

dapat mengurangi devisa terhadap pembelian susu formula (7).

2.3.2. Komposisi ASI

a. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh payudara

dengan volume antara 150-300ml/24jam. Cairan kolostrum berwarna kekuning-

kuningan dan lebih kental karena banyak mengandung protein dan vitamin A

yang tinggi selain itu kolostrum juga mengandung zat kekebalan tubuh yang

penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Vitamin yang larut dalam

lemak lebih tinggi daripada ASI masa matur. Walaupun jumlah protein sedikit

namun sudah memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum

jangan dibuang tetapi harus diberikan kepada bayi. (8)

b. ASI Masa Transisi

ASI yang keluar sejak hari ke tiga hingga hari ke sepuluh sesudah

kelahiran yang merupakan peralihan dari kolostrum menuju ASI masa matur.

Kadar protein merendah sedangkan kadar lemak dan karbohidrat meningkat.

Kadar energi ASI pada masa transisi lebih rendah dibandingkan ASI masa matur

yaitu 67 kcal/10cc. (8)

c. ASI Masa Matur

Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. Komposisi

relatif konstan pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI merupakan

makanan satu-satunya yang paling baik.(8)

2.3.3. Keuntungan ASI

Pemberian ASI memberikan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga dan

negara : (9)

a. Keuntungan ASI bagi bayi

Kandungan ASI mempunyai komposisi yang sesuai bagi

pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi.

Bayi tidak mudah terkena diare.

Resiko alergi lebih kecil.

Mengurangi kejadian gigi keropos.

Memberikan keuntungan psikologik, karena bayi berhubungan erat

dengan ibu sehingga bayi merasa aman dan muncul rasa percaya

diri.

b. Keuntungan ASI bagi ibu

Merangsang kembalinya kandungan ke bentuk dan ukuran semula,

sehingga mengurangi perdarahan setelah melahirkan

Menjarangkan kehamilan, pada ibu yang menyusui secara murni

(eksklusif) dapat menekan kesuburan.

Mengurangi kejadian kanker payudara.

Mempunyai keuntungan psikologik, karena menimbulkan rasa

bangga dan diperlukan oleh bayi

c. Keuntungan ASI bagi keluarga :

Tidak merepotkan keluarga karena praktis dan ekonomis dan tidak

perlu membeli.

Mengurangi pengeluaran rumah tangga.

Kelahiran yang lebih jarang menyebabkan hubungan bayi dan

keluarga lebih dekat

d. Keuntungan ASI bagi Negara :

Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.

Mengurangi subsidi biaya perawatan ibu dan anak.

Membantu program keluarga berencana.

Meningkatkan kualitas generasi penerus.

2.3.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang terhadap pemberian

ASI : (10)

1. Faktor Predisposing (faktor yang mempermudah)

a. Tingkat pendidikan

Asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka

akan semakin mudah pula orang itu menerima rangsangan perubahan keadaan

di sekitarnya. Tingkat pendidikan ibu sangat menentukan kemudahan dalam

menerima setiap pembaharuan. Makin tinggi pendidikan ibu maka akan makin

cepat tanggap dengan perubahan kondisi lingkungan, dengan demikian lebih

cepat menyesuaikan diri dan selanjutnya akan mengikuti perubahan itu. Di

samping itu semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin luas pengetahuan

sehingga akan termotivasi menerima perubahan baru, adanya perbedaan tingkat

pendidikan mempengaruhi pengetahuan, yang menyebabkan perbedaan dalam

tanggapan terhadap suatu masalah. Selain itu akan berbeda pula tingkat

penangkapan terhadap penerimaan pesan yang disampaikan dalam hal ASI

demikian pula halnya. Makin tinggi pendidikan ibu akan makin mudah pula

menerima inovasi-inovasi baru yang dihadapinya termasuk ASI.

b. Pengetahuan ibu tentang ASI

Semakin luas pengetahuan seseorang semakin mudah orang

melakukan perubahan dalam tindakannya. Pengetahuan ibu tentang ASI akan

berpengaruh terhadap kemauan ibu memberikan ASI kepada anaknya. Ibu

dengan pengetahuan tentang ASI kurang, bias jadi menganggap bahwa itu

tidak penting, sehingga tidak ada kemauan untuk memberikan ASI kepada

anaknya. Sebaliknya ibu yang pengetahuan tentang ASI luas, baik mengenai

manfaat, tujuan, kapan dan sebagainya dengan sendirinya ia akan memberikan

ASI kepada anaknya.

2. Faktor Enabling (faktor-faktor yang memungkinkan)

a. Tingkat pendapatan

Menurut WHO yang menyebabkan seseorang berperilaku itu

diantaranya adalah sumber daya (Resources) yang meliputi fasilitas, uang,

waktu, tenaga kerja, pelayanan dan ketrampilan. Pendapat lain menyatakan

bahwa factor yang mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam

pembangunan kesehatan salah satunya adalah ekonomi yang memadahi dan

factor yang menghambat salah satunya adalah rendahnya social ekonomi akan

berpengaruh pada kemampuan dalam memenuhi kebutuhan ASI khususnya

pada bayi.

b. Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan ibu berkaitan dengan kesempatan ibu dalam

memberikan ASI kepada anaknya. Seorang ibu yang tidak bekerja akan lebih

mempunyai kesempatan untuk memberikan ASI kepada anaknya dibanding

dengan ibu yang bekerja. Sering juga ibu yang terlalu sibuk dengan urusan

pekerjaannya lupa akan memberikan ASI kepada anaknya.

c. Faktor Pendorong Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu

Pada zaman sekarang telah banyak ibu rumah tangga menjadi wanita

karier, dimana makin banyak ibu berperan ganda dan semua itu guna menciptakan

keluarga yang lebih mapan, akan tetapi juga menimbulkan pengaruh terhadap

hubungan dengan anggota keluarga terutama pada balitanya.

2.4. Kerangka Teori

Pendidikan Pekerjaan Pengalama Media Lingkungan Kebiasaan Informasi

Pengetahuan dan Sikap IBU

Pola pikir yang mempengaruhi pemberian ASI

Pengambilan Keputusan

Memberikan ASI Tidak Memberikan ASI

2.5. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Pada dasarnya, segera setelah melahirkan, secara naluri setiap ibu mampu

menjalankan tugas untuk menyusui bayinya. Namun, untuk mempraktekkan

bagaimana menyusui bayi yang baik dan benar, setiap ibu perlu mempelajarinya.

Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi sejak dini dan dukungan serta

bimbingan yang optimal dari keluarga, lingkungan dan tenaga kesehatan yang

merawat ibu selama hamil, bersalin dan masa nifas.

Dengan mengikuti dan mempelajari segala pengetahuan mengenai laktasi,

diharapkan setiap ibu hamil, bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI secara

optimal.

Kurangnya kesadaran ibu untuk menyusui anaknya secara eksklusif

disebabkan karena kurangnya pengetahuan terhadap manfaat laktasi terhadap ibu

dan bayi itu sendiri.

Hal diaatas menjadi pertimbangan saya dalam menyusun penelitian

dengan titik perhatian pada pemberian ASI yang dalam hal ini pengetahuan dan

sikap menjadi faktor pemberian terhadap ASI yang menjadi perbandingan antara

ibu yang berprofesi sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga.

2.6. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Dependent

: Variabel Independent

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

2.7. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan dan Sikap Ibu Pasca

Persalinan

Cara Pemberian ASI

Kolostrum

Kandungan ASI

Manfaat ASI

Pekerjaan

Pendidikan

Usia

Yang dimaksud dengan pengetahuan pada penelitian ini adalah

pengetahuan para ibu tentang ASI yang terdiri dari 10 pertanyaan dan setiap

pertanyaan mempunyai tingkatan pengetahuan yang sama, mencakup antara lain :

a. Cara pemberian ASI ( tiga pertanyaan),

b. Kolostrum ( dua pertanyaan ),

c. Kandungan ASI ( dua pertanyaan ),

d. Manfaat ASI (tiga pertanyaan ).

Cara Perhitungan:

Jumlah pertanyaan yang benar————————————— X 100%Jumlah seluruh pertanyaan

Kriteria objektif :

Baik : Bila responden bisa menjawab dengan benar > 70% dari seluruh

pertanyaan-yang terdiri dari 10 nomor

Cukup : Bila responden bias menjawab dengan benar 50% - 69% dari

seluruh pertanyaan yang terdiri dari 10 nomor

Kurang : Bila responden bisa menjawab dengan benar < 50% dari seluruh

pertanyaan yang terdiri dari 10 nomor

2. Sikap

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap para ibu tentang

ASI pernyataan setuju, dan tidak setuju tentang sejumlah hal, yaitu :

a. Cara pemberian ASI ( tiga pertanyaan),

b. Kolostrum ( dua pertanyaan ),

c. Kandungan ASI ( dua pertanyaan ), maupun

d. Manfaat ASI (dua pertanyaan ).

Kriteria Obyektif :

Pada kuesioner terdiri dari 10 soal sikap. Untuk setiap jawaban yang benar

diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0.

Positif : Bila pasien menjawab dengan benar dan memiliki skor minimal 50 -

100% atau lebih dari 10 pertanyaan sikap pada kuesioner.

Negatif : Bila pasien menjawab dengan benar dan memiliki skor kurang dari 0 -

49% dari 10 pertanyaan sikap pada kuesioner.

3. Ibu Pasca persalinan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey

deskriptif yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu-ibu pasca

persalinan di Puskesmas Maccini Sawah tentang ASI.

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Maccini Sawah Makassar,

pada tanggal 14 Februari 2014 sampai dengan selesai.

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah masyarakat yang berdomisisli di daerah

kerja Puskesmas Maccini Sawah Makassar.

3.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara quota

sampling, yaitu cara pengambilan yang mirip dengan accidental sampling, tetapi

pada pelaksanaannya, kriteria dan jumlah sampel telah ditentukan sebelumnya

oleh peneliti. Pada penelitian ini, kami telah menentukan beberapa kriteria untuk

responden, dan sample yang akan diteliti berjumlah 100 orang.

Kriteria inklusi :

a. Responden pasca persalian dan memiliki anak usia < 2 tahun.

b. Responden bersedia mengisi kuesioner.

c. Responden berada di tempat pada saat penelitian dilakukan.

d. Responden bisa berbahasa Indonesia.

Kriteria eksklusi :

Responden tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

3.4. Cara Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan kunjungan langsung ke Puskesmas Maccini

Sawah Makassar dan membagikan kuesioner kepada responden.

3.5. Cara Pengolahan Dan Penyajian Data

Pengolahan data dilaksanakan dengan bantuan komputer, menggunakan

microsoft excel dan penyajian data dalam bentuk tabel distribusi disertai dengan

penjelasannya.

3.6. Etika Penelitian

1. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu meminta izin pada

puskesmas yang terkait

2. Setiap subjek akan dijamin kerahasiaan atas identitas yang diberikan.