32
Reformasi Sektor Keuangan Auto Gate System Postal Saving

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

  • Upload
    fantau

  • View
    663

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Citation preview

Page 1: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Reformasi Sektor Keuangan| Reformasi Sektor Keuangan Indonesia, Prof. Roy Sembel

| Cerahnya Masa Depan Ekonomi Syariah di Indonesia

| Peresmian Auto Gate System Dalam Rangka Mempercepat

Layanan di Pelabuhan

| Kesuksesan Postal Saving Jepang| Perluasan Kesempatan Kerja

Wawancara

Eksklusif de

ngan

KetuaDewa

n

Komisione

r OJK

Page 2: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Koordinator : Bobby

Hamzar Rafinus Editor : Edi Prio Pambudi, M Edy Yusuf Analis : Windy Pradipta, Masyitha Mutiara

Ramadhan, Fitria Faradila, Insani Sukandar, Alexcius Winang, Andi Distribusi : Chandra Mercury

Kontributor : Ratih Purbasari Kania, Adji Dharma, Ahmad Rifa' i Sapta, Joko Purnomo, Erns

Saptenno, Alvin Adisasmita, Saritaon Siregar, Schneider Siahaan, Irfan Syauqi Beik, Pungky

Purnomo Wibowo, Tim Pemantauan dan Pengendal ian Inflasi , Komite Kebijakan KUR, Tim

Koordinasi Kebijakan Stabil isasi Harga Pangan Pokok.

REFORMASI SEKTOR KEUANGAN 8

OJK dan Arsitektur Industri Keuangan Indonesia |

Tantangan dan Masalah Stabilitas Sektor

Keuangan |

Optimalisasi Peran Sektor Keuangan untuk

Memacu Pertumbuhan Ekonomi |

Kebijakan Makro Prudensial: Strategi Stabilisasi

Sistem Keuangan |

Cerahnya Masa Depan Ekonomi Syariah di

Indonesia |

Perkembangan Keuangan Inklusif di Indonesia |

Perlindungan dan Pendidikan Konsumen

Keuangan |

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembanganindikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010

KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI 2

Perluasan Kesempatan Kerja

EKONOMI INTERNASIONAL 3

Kesuksesan Postal Saving Jepang: MenggaliPotensi Sumber Dana Domestik

EKONOMI DOMESTIK 4

Perkembangan Inflasi Desember 2012

Potret Kemiskinan Indonesia

Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia

EKONOMI DAERAH 7

Efisiensi Pengelolaan Anggaran Daerah dalam

Mendukung Reformasi Keuangan

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) & UKM 27

Penyaluran KUR Desember 2012

OPINI PAKAR 20

Reformasi Sektor Keuangan-Professor Roy

Sembel

BUMN 22

Tiga BUMN diusulkan Privatisasi pada Tahun

2013

FISKAL & REGULASI EKONOMI 23

Pemanfaatan Fasilitas Pph pada PT Sinar Pure

Food Internasional

MP3EI 24

Menelusuri Jejak MP3EI

LAPORAN KEGIATAN 28

Peresmian Auto Gate System Dalam Rangka

Mempercepat Pelayanan di Pelabuhan

Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi - Republik Indonesia

KETENAGAKERJAAN 25Produktivitas Tenaga Kerja

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia

Page 3: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Editorial

M emasuki tahun 2013, Indonesia memulai format

baru dalam pengaturan dan pengawasan

lembaga keuangan. Pada tahun ini pengawasan

lembaga keuangan bukan bank serta pasar modal

beral ih dari dari Bapepam-LK kepada Otoritas Jasa

Keuangan (OJK). Peral ihan ini akan dilanjutkan pada

tahun 2014 yaitu pengawasan bank dari Bank

Indonesia kepada OJK. Keterpaduan pengawasan

lembaga keuangan yang dilaksanakan OJK diharapkan

mewujudkan sistem keuangan yang memenuhi tata-

kelola yang baik, tumbuh berkelanjutan dan stabil , serta

mel indungi masyarakat.

Langkah memadukan pengawasan lembaga keuangan

merupakan pil ihan untuk menjawab pesatnya

perkembangan sektor keuangan kedepan. Perbankan,

yang memil iki asset sekitar 82% dari sektor keuangan

saat ini , kedepan akan tetap berperan penting dalam

mobil isasi dana masyarakat dan penyalurannya .

Strategi pembangunan ekonomi yang dihela oleh

sektor keuangan, finance-led economic

strategy,memang relatif dominan semenjak deregulasi

sektor perbankan dan keuangan di tahun 1990-an di

Indonesia, dan juga di banyak negara lain.

Pelajaran pahit dari pil ihan strategi ini telah dialami

tahun 1997-98. Dampaknya masih ada yang tertinggal ,

namun secara makro telah usai dengan dicapainya

kembal i peringkat investasi (sovereign investment

grade) tahun yang lalu. Pelajaran serupa saat kini

dialami oleh beberapa negara Eropa sebagai dampak

krisis keuangan 2008-2009, seperti Islandia, Irlandia,

dan Latvia.

Pemerintah Islandia melaksanakan l iberal isasi sektor

keuangan dan privatisasi perusahaan negara yang

signifikan pada tahun 1990-an. Dengan langkah-

langkah tersebut dalam waktu yang relatif singkat

Islandia berubah dari negara miskin di daratan Eropa

menjadi satu dari l ima negara terkaya di dunia pada

tahun 2007. Pada tahun tersebut netto utang luar

negerinya mencapai 250% terhadap PDB. Krisis

keuangan 2008 telah menyebabkan penutupan 3 (tiga)

bank besar, lonjakan utang dan inflasi , serta

pertumbuhan ekonomi yang negatif selama tiga tahun

hingga 2010.

Kasus Islandia tersebut dikutip dari buku ’23 Things

They Don’t Tel l You About Capital ism’ yang ditul is oleh

Ha-Joon Chang (2011). Pembelajaran dari kasus

tersebut adalah perlunya kendal i terhadap kecepatan

pertumbuhan l ikuditas di sektor keuangan, khususnya

perbankan, agar kondusif terhadap pertumbuhan

investasi , pengembangan sumber daya manusia dan

pemantapan institusi dalam jangka panjang. Kendal i

yang cerdas dan tepat diperlukan karena menurut

penul is buku tersebut “finance capital is ‘impatient’ and

seeks short term gain”. Selamat bekerja.

Bobby Hamzar Rafinus

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 1

Indikator Ekonomi

Page 4: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

P ada akhir tahun 2012, Presiden RI member arahan

kepada para pembantunya agar pada tahun 2013

ini dapat diciptakan kesempatan kerja baru mencapai 1

juta. Penciptaan kesempatan kerja netto yang besar ini

tetap harus berprinsip mempertahankan kesempatan

kerja yang sudah ada (menghindarkan penutupan usaha

dan PHK). Dengan momentum pertumbuhan ekonomi

yang diatas 6% dan indikator-indikator makro lainnya

yang menunjukkan kinerja yang baik, target sebesar ini

tidaklah muluk. Tentu dalam mewujudkan target ini

dapat ditempuh bukan dengan cara-cara seperti biasa

(business as usual) , namun melalui terobosan-terobosan

yang mendukung pencapaian target ini (not business as

usual) .

Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/ Kepala Bappenas, ada beberapa skenario

kesempatan kerja netto yang akan tercipta pada tahun

2013 ini. J ika pertumbuhan ekonomi dapat mencapai

6,8% dan pertambahan kesempatan kerja adalah 1,7

juta maka kesempatan kerja 1% pertumbuhan ekonomi

akan menciptakan 250 ribu kesempatan kerja.

Sementara itu pertambahan angkatan kerja yang ada

mencapai 0,7 juta, sehingga kesempatan kerja netto

akan mencapai 1 juta (tingkat pengangguran terbuka

5,19% atau 6,24 juta orang). Dengan pertumbuhan

ekonomi sebesar 6,5%, pertambahan kesempatan

kerjanya menurun menjadi 1,625 juta sehingga

kesempatan kerja netto yang diciptakan dapat

mencapai 975 ribu. Sementara itu dengan pertumbuhan

ekonomi sebesar 6,3%, maka akan dapat diciptakan

lapangan kerja sebesar 875 ribu.

Ada dua opsi dalam rangka pencapaian target

kesempatan kerja netto yang lebih besar. Yang pertama

adalah dari sisi demand dimana perlu untuk

memperbesar elastisitas agar kesempatan kerja per satu

persen pertumbuhan ekonomi menjadi lebih besar.

Yang kedua adalah dari sisi supply. Ini dapat dilakukan

dengan mempertahankan siswa sekolah terutama

siswa SLTP yang putus sekolah (tidak mampu

melanjutkan sekolah) agar tetap dalam satuan sistem

pendidikan dan atau member kesempatan kedua bagi

siswa yang telah drop out untuk memperoleh beasiswa

“miskin” agar dapat masuk kembal i ke sekolah.

Penciptaan kesempatan kerja netto ini difokuskan pada

l ima bidang yaitu: kebijakan/regulasi , program-program

APBN, pembangunan sektor rii l , pembangunan

infrastruktur, dan proyek-proyek khusus. Dalam

kebijakan/regulasi diarahkan kepada ikl im

investasi/usaha, ikl im ketenagakerjaan, jaminan

keamanan, insentif fiskal , ikl im usaha bagi pemula, dan

sistem logistik nasional . Bidang kedua yaitu program-

program APBN diantaranya mel iputi pengembangan

UMKM, dan program padat karya.

Berikutnya, bidang pembangunan sektor rii l yaitu

mereal isasikan investasi PMA dan PMDN sebesar Rp.

390 tri l iun. Sedangkan pembangunan infrastruktur

mel iputi infrastruktur pembiayaan pemerintah,

infrastruktur pembiayaan BUMN, dan infrastruktur

pembiayaan swasta-PPP. Sedangkan bidang yang

terakhir yaitu proyek-proyek khusus, diarahkan kepada

kegiatan proyek yang sudah berjalan tetapi terhambat

oleh adanya kebutuhan tertentu namun tidak termasuk

kegiatan proyek infrastruktur yang masih terhambat.

Termasuk proyek khusus ini adalah KEK Tanjung Lesung.

Agar penciptaan kesempatan kerja netto ini benar-

benar dapat terwujud, perlu dukungan semua pihak.

Disamping itu kebijakan ini perlu dikawal dan diawasi

agar sesuai dengan yang direncanakan. Semoga.

M.Edy Yusuf

Satu Juta Penciptaan Kesempatan Kerja Netto

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 20132

Koordinasi Kebijakan Ekonomi

2

Page 5: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 3

engadaan dana pembiayaan merupakan salah

satu hambatan yang dihadapi pemerintah

dalam rangka akselerasi pembangunan

infrastruktur. Untuk itu, Pemerintah

membutuhkan sumber dana jangka panjang.

Sementara itu saat ini lebih banyak modal jangka

pendek dari luar negeri yang tinggi tingkat

ketidakpastiannya.

Salah satu sumber dana yang berpotensi untuk digal i

adalah mobil isasi sumber dana domestik. Indonesia

dapat mencontoh pengalaman sukses Jepang dalam

mengelola sumber dana domestik, khususnya dalam

mengembangkan postal saving system. Sistem ini tidak

hanya memobil isasi dana domestik untuk pembiayaan

proyek strategis, namun juga membangun basis

investor domestik. Investor ini dapat menjadi tulang

punggung pasar obl igasi pemerintah dan berperan

meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat.

Kesuksesan Jepang dalam mencari sumber dana yang

aman telah terbukti. Walaupun Jepang memil iki rasio

utang terhadap PDB yang sangat tinggi (200%), Jepang

tidak mengalami krisis utang seperti Eropa. Hal ini

dikarenakan seluruh Surat Utang Negara (SUN)

dinyatakan dalan Yen dan sebagian besar kepemil ikan

SUN dimil iki oleh investor dalam negeri, terutama postal

saving.

Postal saving atau Bank Tabungan Pos (BTP) adalahPerusahaan Pos yang membuka jasa keuangan bagi

masyarakat. Pembangunan BTP ditujukan untuk

mencapai sasaran financial inclusion yaitu memobil isir

tabungan nasional berupa dana murah dari para

penabung kecil sektor individu, rumah tangga, dan

usaha kecil di sektor non-formal yang sul it dijangkau

oleh perbankan dan membangun jejaring pengaman

sosial modern melalui pengenalan asuransi j iwa.

Biaya mobil isasi tabungan nasional melalui BTP memil iki

dua keunggulan yang tidak dimil iki perbankan. Pertama,

biaya overhead untuk mengembangkan BTP relatif

rendah karena PT. Pos Indonesia telah memil iki 22.045

titik pelayanan yang tersebar diseluruh Indonesia.

Jaringan kantor Pos tersebut lebih luas dibandingkan

jaringan kantor cabang bank dan ATM. Selain itu, titik

pelayanan PT. Pos menjangkau seluruh ibu kota,

kecamatan, termasuk pedesaan dimana belum ada

kantor Bank ataupun BPR. Kedua, BTP merupakan

lembaga keuangan bukan bank (LKBB) yang

menghadapi resiko sangat rendah dengan biaya operasi

yang sangat murah. Tugas BTP adalah memobil isir

dana untuk membel i SUN atau obl igasi yang dijamin

negara serta SBI yang tidak mengandung resiko.

Sebagai LKBB, BTP tidak terikat pada peraturan

prudensial perbankan yang sangat mahal ongkosnya,

seperti aturan permodalan dan rasio cadangan

minimum.

BTP Jepang didirikan pada tahun 1875 sebagai bagian

dari modernisasi sistem keuangan negara guna

memobil isasi tabungan nasional untuk membelanjai

industrial isasi restorasi Meij i dan membangun kembal i

negara setelah Perang Dunia II. Pada awalnya, BTP

Jepang memobil isasi dana untuk Trust Fund Bureau

Fund (TFBF) atau lembaga wal i amanah yang dibawah

Kementerian Keuangan. TFBF akan membayar BTP

dengan SUN.

BTP Jepang memil iki empat produk utama, (i)

Melakukan pengiriman surat dan logistik kantor pos

biasa dan menjual produk dan jasa kantor pos lainnya,

(i i ) Memobil isasi tabungan dan deposito dari golongan

masyarakat yang kurang terjangkau dari perbankan,

terutama rumah tangga dan UKM, (i i i ) Menjual produk

deposito jangka panjang, yaitu 10 tahun dengan suku

bunga yang lebih tinggi dibandingkan perbankan, dan

(iv) Menjual asuransi j iwa yang tidak boleh dilakukan

oleh bank komersial .

Berdasarkan hasil penel itian yang dilakukan oleh

Proffessor Naoyuki Yoshino dari Keio University, BTP

menjadi lembaga keuangan yang pal ing efisien

dibandingkan dengan bank regional dan bank di kota

besar. Selain itu, pada tahun 2005 tabungan di BTP

mencapai hampir sepertiga (27,3%) dari total deposit di

Jepang. BTP Jepang juga menjal in hubungan dengan

3500 Bank Swasta, termasuk bank di kota besar, bank

regional , pembiayaan kredit dan bank pertanian.

Professor Yoshino juga melakukan survey mengenai

faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat memil ih

institusi keuangan tertentu. Tiga faktor utama yang

menyebabkan masyarakat memil ih institusi keuangan

karena kedekatan dan kenyamanan (80,45%), institusi

keuangan yang sehat (40%), dan memil iki jaringan yang

luas (25,8%). Indonesia perlu meniru Jepang

membangun BTP untuk menjalankan strategi baru

dalam penetapan defisit APBN serta pembelanjaanya.

Seperti halnya di Jepang, dana yang dimobil isasi oleh

BTP digunakan untuk mengatasi bottlenecks yang

menghambat ekonomi dan menjadi APBN ‘kedua’ yang

menopang pembangunan.

Referensi:

Seminar “Financing for Development: Lesson Learn from

Japan’s Postal Saving System and Fiscal Investment Loan

Program . ’ , Bappenas, 23 Januari 2013.

Kesuksesan Postal Saving Jepang:Menggali Potensi Sumber Dana Domestik

Masyitha Mutiara Ramadhan

P

EKONOMI INTERNASIONAL

Page 6: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

CitiBank memperkirakan tingkat inflasi

tahun 2013 akan mencapai 5% - 5,5%

(yoy) diluar efek kenaikan TDL dan upah

minimum.

ada bulan Desember 2012, tingkat inflasi

tercatat 0,54% (mtm) terhadap November

2012 sehingga inflasi tahunan mencapai

4,30% (yoy). Capaian ini dibawah target

inflasi tahun 2012 sebesar 4,5% +/- 1%.

Tingkat inflasi yang rendah bersumber dari

inflasi inti dan volatile food yang terkendal i serta inflasi

administered prices yang rendah.

Berdasarkan komponennya, inflasi inti pada bulan

Desember 2012 tercatat 0,28% (mtm) sehingga dalam

setahun mencapai 4,40% (yoy). Inflasi inti yang rendah

didorong oleh kebijakan moneter dalam menjaga nilai

tukar Rupiah dan harga komoditas global yang

cenderung menurun.

Inflasi volatile food tercatat 1,82% (mtm) dan 5,68%

(yoy) pada bulan Desember 2012. Nilai ini merupakan

inflasi pertama sejak tiga bulan lalu harga volatile food

terus mengalami deflasi . Inflasi volatile food terutama

bersumber dari kenaikan harga bawang putih, bawang

merah, dan daging sapi yang masing-masing sebesar

65,79%; 25,32%; dan 19,24% (yoy). Sementara itu,

komponen volatile food yang mengalami deflasi adalah

cabe merah (50,86%, yoy) dan cabe rawit (8,20%, yoy).

Pada bulan Desember 2012, inflasi administered prices

tercatat 0,10% (mtm) dan 2,66% (yoy). Tingkat inflasi

administered prices yang rendah disebabkan oleh

minimalnya implementasi kebijakan strategis oleh

pemerintah.

Secara spasial , seluruh 66 kota IHK mengalami inflasi .

Inflasi tertinggi terjadi di kota Jayapura sebesar 2,57%

(mtm), sedangkan inflasi terendah terjadi di kota

Kendari sebesar 0,02% (mtm).

Secara umum, pencapaian sasaran inflasi di tahun 2012

didukung oleh koordinasi kebijakan yang erat antara

Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah baik pusat dan

daerah dalam

forum TPI-TPID. Beberapa kebijakan yang telah

dilakukan BI dan Pemerintah dalam menjaga tingkat

inflasi adalah (i) menerapkan strategi bauran kebijakan

moneter dan makroprudensial dalam menjaga

stabil itas nilai tukar; (i i ) mengarahkan ekspektasi pada

sasaran inflasi ; (i i i ) mengelola sisi permintaan; (iv)

kebijakan sektoral dalam upaya stabil isasi harga

pangan; dan (v) mempertahankan harga BBM

bersubsidi yang berpengaruh pada rendahnya inflasi

administered prices.

CitiBank memperkirakan tingkat inflasi tahun 2013

akan mencapai 5% - 5.5% (yoy) diluar efek kenaikan

TDL dan upah minimum. Selain itu, diperkirakan

kondisi neraca perdagangan juga akan memberikan

pengaruh yang besar terhadap tingkat inflasi tahun

2013. Penetapan hambatan impor akan meningkatkan

harga barang impor. Hal ini akan mendorong

peningkatan imported inflation .

Kedepannya, untuk mempertahankan capaian sasaran

inflasi 2013, BI dan Pemerintah akan meningkatkan

koordinasi kebijakan yang selama ini telah dilakukan.

Selain itu, kerjasama antar daerah akan diperkuat

untuk mendukung tercapainya stabil isasi harga

pangan, khususnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI)

yang beberapa waktu terakhir menunjukkan

peningkatan.

Referensi:

Anal isis Inflasi Desember 2012 – Tim Pemantau dan

Pengendal i Inflasi (TPI); Indonesia Macro Flash – Citi

Bank Economics Research

Inflasi Desember 2012

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 20134

P

Fitria Faradila

Ekonomi Domestik

Page 7: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah

sosial yang masih menjadi pekerjaan rumah

bersama. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi seyogyanya

diiringi dengan peningkatan kesejahteraan. Dengan

begitu, pertumbuhan ekonomi tak lagi semu, melainkan

pertumbuhan rii l yang manfaatnya dirasakan masyarakat

luas.

Salah satu indikator peningkatan kesejahteraan adalah

tingkat kemiskinan. Pada September 2012, jumlah

penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,59 juta orang,

setara dengan 11,66% dari total penduduk. Jumlah ini

menurun 0,54 juta orang dibandingkan dengan periode

Maret 2012 sebesar 29,13 juta orang.

Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan beberapa faktor

terkait penurunan kemiskinan di Indonesia.

Pertama, penurunan kemiskinan disebabkan oleh tingkat

inflasi umum yang relatif rendah. Rata-rata harga beras

sepanjang 2012 relatif stabil pada kisaran Rp 10.406-

10.414. Kedua, upah harian buruh tani dan buruh

bangunan meningkat selama periode Maret 2012-

September 2012. Kenaikan upah ini berdampak positif

terhadap penghasilan petani yang ditunjukan oleh

kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar 0,70 persen

dari 104,68 pada Maret 2012 menjadi 105,41 pada

September 2012. Ketiga, adanya penurunan tingkat

pengangguran. Pada Agustus 2012, tercatat tingkat

pengangguran turun 0,18 persen dibandingkan Februari

2012.

Berdasarkan daerah dan tempat tinggal , jumlah

penduduk miskin di perkotaan maupun di pedesaan

mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di

perkotaan tercatat turun dari 8,78 pada Februari 2012

menjadi 8,60 pada September 2012. Pada periode yang

sama jumlah penduduk miskin di desa turun 1,42 persen

atau menjadi 14,79 persen dari total penduduk desa.

Potret Kemiskinan IndonesiaJumlah Penduduk Miskin Berkurang 0,54 Juta Orang

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 5

Masyitha Mutiara Ramadhan

Berdasarkan wilayah, sebagian besar penduduk miskin

berada di Pulau Jawa dengan jumlah 15,82 juta orang.

Sementara itu, Pulau Kal imantan menjadi pulau

dengan jumlah penduduk miskin terendah yaitu

sebanyak 0,93 juta orang.

Walaupun jumlah penduduk miskin terbesar berada di

Pulau Jawa, persentase penduduk miskin terbesar

berada di Pulau Maluku dan Papua yaitu sebesar 24,14

persen. Hal ini mengindikasikan kemiskinan masih

menjadi masalah utama kawasan timur Indonesia

mel ihat hampir seperempat penduduknya tergolong

miskin.

Secara umum, pada periode 2004 sampai 2012,

kemiskinan di Indonesia menunjukan tren penurunan.

Kenaikan jumlah penduduk miskin hanya terjadi pada

tahun 2006, hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga

barang-barang pokok yang digambarkan oleh inflasi

umum yang mencapai angka 17,95%. Bank Dunia

masih kategorikan Indonesia sebagai negara lower

middle income j ika dibandingkan dengan Malaysia dan

Thailand yang sudah termasuk dalam kategori upper

middle income country.

Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut masih

rentan untuk kembal i naik dengan memperhatikan

indikator indeks kedalaman kemiskinan dan indeks

keparahan kemiskinan yang meningkat pada periode

Maret 2012 – September 2012. Indikator kedalaman

kemiskinan, yang merupakan ukuran rata-rata

kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap

garis kemiskinan, meningkat dari 1,88 Maret 2012

menjadi 1,90 September 2012. Sementara itu indikator

keparahan kemiskinan, yang menunjukan penyebaran

pengeluaran antara penduduk miskin, naik dari 0,47

menjadi 0,48 pada periode yang sama.

Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian, Hatta Rajasa,

menargetkan pengurangan angka

kemiskinan mencapai 11,5 persen

pada tahun 2013. Pemerintah

berharap pada tahun 2025

tingkat kemiskinan di Indonesia

berkurang hingga 4 persen.

Referensi:

Berita Resmi Statistik Profil

Kemiskinan di Indonesia

September 2012.

Page 8: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Jumlah defisit neracaperdagangan bulan

November 2012 lebih rendahdibandingkan bulan Oktober2012 yang mencapai $1 ,88

miliar.

P ada bulan November 2012,

ekspor Indonesia

meningkat sebesar 7,30%

dibanding bulan sebelumnya

(mtm), namun menurun

sebesar 4,60% dibanding tahun

sebelumnya (yoy). Nilai ekspor

tercatat $16,44 mil iar pada

bulan November 2012. Secara

akumulasi Januari sampai

dengan November 2012,

ekspor Indonesia tercatat

$174,76 mil iar atau mengalami

penurunan sebesar 6,25% (yoy).

Baik ekspor migas maupun

nonmigas mengalami

penurunan yaitu masing-

masing sebesar 10,50% (yoy)

dan 5,17% (yoy).

Berdasarkan kontribusinya, ekspor

nonmigas masih menjadi penopang

ekspor Indonesia secara

keseluruhan, khususnya bahan

bakar mineral ($24,15 mil iar). Secara

sektoral , ekspor nonmigas pal ing

besar berasal dari sektor industri

sebesar $107,05 mil iar, diikuti

dengan sektor pertambangan dan

pertanian yang masing-masing

tercatat $28,55 mil iar dan $5,17

mil iar. Berdasarkan negara tujuan,

ekspor nonmigas pal ing besar

ditujukan ke China sebesar $72,65

mil iar, disusul oleh Jepang $18,90

mil iar dan Amerika Serikat $15,90

mil iar.

Sementara itu, impor Indonesia

pada bulan November 2012

tercatat $16,92 mil iar, menurun

1,67% (mtm) terhadap Oktober

2012, namun meningkat 9,92%

(yoy) dibanding November 2011.

Akumulasi (Januari – November

2012) impor Indonesia tercatat

$176,1 mil iar, meningkat 9,40%

(yoy). Impor migas dan nonmigas

masing-masing mencatat

peningkatan sebesar 4,84% (yoy)

dan 10,77% (yoy).

Impor nonmigas memil iki

kontribusi terbesar yakni 77,94%

terhadap total impor Indonesia.

Berdasarkan golongan barang,

impor nonmigas ditopang oleh

mesin dan peralatan mekanik yang

mencapai $26,20 mil iar.

Berdasarkan penggunaan barang,

sebagian besar impor nonmigas

dimanfaatkan sebagai bahan baku

atau penolong yaitu sebesar

$128,73 mil iar, diikuti barang modal

$35,13 mil iar dan barang konsumsi

$12,24 mil iar. Berdasarkan negara

asal barang, impor nonmigas

Indonesia terbesar berasal dari

China sebesar $26,42 mil iar, disusul

oleh Jepang $21,11 mil iar dan

Amerika Serikat $10,67 mil iar.

Defisit neraca perdagangan pada

bulan November 2012 tercatat

$478 juta. Jumlah defisit neraca

perdagangan bulan November

2012 lebih rendah dibandingkan

bulan Oktober 2012 yang mencapai

defisit sebesar $1,88 mil iar (hasil

revisi dari $1,5 mil iar). Namun

demikian perlu diwaspadai

meningkatnya kontribusi impor

migas dalam defisit neraca

perdagangan. Kecenderungan ini

diperkirakan meningkat

disebabkan turunnya lifting

produksi minyak dan

meningkatnya konsumsi

bbm.

Kewaspadaan juga perlu

diberikan pada pelemahan

nilai tukar Rupiah yang tidak

mendorong ekspor.

Sementara pada sisi neraca

modal utang swasta

cenderung meningkat.

Menimbang kecenderungan

perkembangan ekspor dan

impor di akhir tahun 2012,

ekonom CitiBank, Helmi

Arman, memperkirakan

defisit neraca perdagangan

akan semakin membesar, sehingga

defisit current account diperkirakan

sebesar 2% PDB pada tahun 2013.

Defisit tersebut juga disebabkan

oleh belum jelasnya kebijakan

pemerintah, seperti pembatasan

impor telepon seluler, serta

kebijakan reformasi subsidi BBM.

Referensi:

Berita Resmi Statistik Kondisi Ekspor

Impor Indonesia bulan November

2012 – BPS, Indonesia Macro Flash –

Citi Bank Economics Research

PerkembanganNeraca Pembayaran Indonesia

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 20136

Fitria Faradila

Page 9: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 7

D alam era desentral isasi Pemerintah

Daerah dituntut menjalankan

program pembangunan yang

memberikan manfaat langsung bagi

masyarakat. Namun daerah dihadapkan

pada persoalan defisit anggaran daerah.

Mayoritas daerah masih sangat

tergantung pada dana transfer dari pusat

yaitu melalui Dana Alokasi Umum (DAU),

Dana Alokasi Khusus (DAK) serta tugas

pembantuan lainnya.

Dengan ketergantungan tersebut maka

diperlukan suatu reformasi keuangan

daerah melalui efisiensi penganggaran

daerah. Efisiensi dapat dilakukan dengan

dua hal , yaitu memprioritaskan anggaran

daerah untuk program pembangunan

yang lebih dibutuhkan dan melakukan

integrasi program pembangunan daerah.

Proses penganggaran dan pengelolaan

keuangan daerah, yang tertuang dalam

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

diutamakan untuk mendukung

pelaksanaan program pembangunan

prioritas daerah. Hal ini di lakukan agar

perencanaan lebih tepat sasaran sesuai

dengan kondisi daerah yang ada. Untuk

menetapkan program mana yang lebih

penting untuk dijalankan, maka dibentuk

Musrenbang (Musyawarah Perencanaan

Pembangunan). Musrenbang merupakan

forum antara pemerintah daerah dan

masyarakat setempat dalam

mengidentifikasi dan memprioritaskan

kebijakan pembangunan daerah. Secara

umum forum ini bertujuan untuk

menyelaraskan perencanaan program

pembangunan yang bersumber dari

pemerintah dan usulan dari masyarakat.

Musrenbang biasanya dilakukan di

tingkat kelurahan. Pada tahap ini,

masyarakat mengajukan usulan program

prioritas yang sudah didiskusikan pada

kegiatan pra Musrenbang. Sementara itu,

pemerintah daerah akan menyampaikan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

serta Rencana Strategis Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD). Setelah itu,

daftar program prioritas hasil

Musrenbang akan diusulkan pada tingkat

Kecamatan, serta tingkat

Kabupaten/Kota.

Selain itu, integrasi program dalam

perencanaan pembangunan juga perlu

dilakukan dalam rangka efisiensi

keuangan daerah. Integrasi ini di lakukan

apabila terdapat dua atau lebih program

pembangunan dengan tujuan dan

penggunaan sumber daya yang sama,

maka untuk mengefisienkan anggaran,

beberapa program tersebut dalam

pelaksanaannya akan disatukan dalam

satu program. Integrasi ini didasari oleh

beberapa hal , seperti (i) Apakah terdapat

kesamaan sasaran dalam program-

program tersebut?; (i i ) Apakah terdapat

kesamaan jadwal? dan (ii i ) Apakah

terdapat kesamaan output kegiatan?

Efisiensi perlu dilakukan pada setiap

tahap, yaitu perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, pengawasan, serta

pertanggungjawaban. Dengan melakukan

efisiensi anggaran diharapkan

pemerintah daerah secara bertahap

membangun potensi ekonomi

wilayahnya. Dalam jangka panjang

pemerintah daerah akan lebih mandiri

dan tidak bergantung pada dana transfer

dari pusat.

Ratih Purbasari Kania

Ekonomi Daerah

Efisiensi dapatdilakukan

dengan dua hal,yaitu

memprioritaskananggaran daerahuntuk programpembangunanyang lebih

dibutuhkan danmelakukanintegrasiprogram

pembangunandaerah.

Efisiensi Penganggaran Daerah

dalam Rangka Mendukung

Reformasi Keuangan

Sumber : http://whyy.org

Page 10: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Laporan Utama

Reformasi SektorKeuangan

OJK dan Arsitektur Keuangan IndonesiaStabilisasi Sektor Keuangan Melalui Pengelolaan Utang yang Baik

Optimalisasi Peran Sektor Keuangan untuk Memacu Pertumbuhan EkonomiKebijakan Makro Prudensial: Strategi Stabilisasi Sistem Keuangan

Cerahnya Masa Depan Ekonomi Syariah di IndonesiaPerkembangan Keuagan Inklusif di Indonesia

Dua Dimensi Sektor Keuangan Indonesia

Page 11: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Laporan Utama

OJK dan Arsitektur IndustriKeuangan Indonesia

Wawancara Eksklusif dengan Mulyaman D. Hadad,

Ketua Dewan Komisioner OJK

Erns SaptennoInsani Sukandar

OJK dibentuk untuk membangun

sistem keuangan nasional sehingga

dapat bersatu agar menjadi lebih

efisien. Strategi apa yang sudah

disusun dan akan diterapkan oleh OJK

kedepan? Apa saja prioritas-

prioritasnya?

Ada dua tujuan OJK yang dinyatakan

dalam UU No 21 tahun 2011. Yang

pertama adalah penguatan pengawasan

yang terintegrasi di sektor keuangan.

Yang kedua, OJK bertugas untuk

mengedukasi masyarakat di bidang

keuangan dan juga membangun

mekanisme perl indungan konsumen

keuangan yang baik.

Untuk memenuhi kedua pilar tersebut,

OJK memil iki dua fokus utama, yakni

fokus ke dalam dan ke luar. Fokus ke

dalam dimana OJK merupakan sebuah

organisasi baru yang dihasilkan dari

merger beberapa instansi yang berbeda.

Ada prioritas internal yang cukup

medesak untuk dibereskan. Agar di

jangka panjangnya, efektivitas dari OJK

dapat berjalan dengan baik, yaitu

bagaimana OJK secepat mungkin OJK

bisa melakukan konsol idasi internalnya.

Enam bulan pertama banyak di

alokasikan untuk membangun

konsol idasi internal tersebut, dari

berbagai macam aspek yang dibutuhkan

untuk sebuah organisasi baru.

Keberadaan OJK pun harus dapat

memberikan nilai tambah, yakni

penguatan pengawasan dan perbaikan

pengetahuan masyarakat terhadap

industri keuangan serta perbaikan akses

masyarakat terhadap pelayanan jasa

keuangan. Dengan terwujudnya nilai

tambah tersebut dengan perbaikan

akses masyarakat terhadap lembaga

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 2012 12Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 9

keuangan maka kesejahteraan

masyarakat akan meningkat. Nilai

tambah yang dimaksud merupakan

tujuan yang menjadi fokus internal

OJK.

Fokus ke luar adalah perbaikan

kemampuan mengawasi (capacity to

supervise) yang ditentukan oleh dua

hal , yaitu kual itas sumber daya

manusia dari sisi pengetahuan

mengenai lembaga keuangan dan

jumlah tenaga profesional . Kual itas

sumber daya manusia ini dibantu

dengan dukungan mekanisme

pengawasan strategy technology yang

memadahi, agar dapat mendeteksi

industri keuangan dengan baik.

Dengan itu, OJK harus memil iki

infrastruktur yaitu membangun

mekanisme early warning indicators.

Selama masa mirroring denganBank Indonesia, apa saja kendala

yang dihadapi dalam penyusunan

lembaga, pembagian tugas, dan

sumberdaya lainnya agar

independensi OJK dapat terbentuk?

Per 1 Januari 2013, OJK telah secara

penuh bekerja untuk mengawasi

pasar modal dan lembaga keuangan

bukan perbankan yang selama ini

dibawah Kementerian Keuangan,

BAPPEPAM dan LK. Dengan

kewenangan baru tersebut telah

mengambil langkah-langkah dan

akan mengambil langkah-langkah

yang sesuai dengan harapan.

Pada tahun 2014, pengawasan

perbankan, yang sekarang ada di

Bank Indonesia (BI) , akan dial ihkan

kepada OJK. Saat ini , OJK dan BI

Muliaman D. HadadKetua Dewan

Komisioner OJK

Page 12: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201310

mempersiapkan masa transisi

pengal ihan. Proses pengawasan

yang selama ini dilakukan oleh BI

harus tetap berjalan pada saat masa

transisi berlangsung. Persiapan

yang dilakukan oleh OJK dalam

masa transisi pengal ihan

kewenangan pengawasan

perbankan dimana OJK tetap

menyakini tidak ada disturbsi yang

tidak perlu ketika pengambilan al ih

kewenangan tersebut berlangsung.

Diantaranya, penyelesaian masalah

kepastian status kepegawaian,

struktur organisasi , peral ihan

logistik dan dokumen atau berkas

serta masalah peral ihan teknologi.

Agar pergesaran pengal ihan

pengawasan dari BI ke OJK berjalan

semulus mungkin dan tidak

menggangu stabil itas dibidang

pengawasannya.

Selain itu, OJK juga memikirkan

bagaimana hubungan postur dan

konstruksi antara OJK dengan BI

pada jangka panjang dengan

melakukan komunikasi dengan baik.

Terutama perihal persinggungan-

persinggungan dalam pekerjaan

yang tidak bisa dihindari. Oleh

sebab itu, saat ini persinggungan-

persinggungan tersebut dalam

masa identifikasi .

Dalam masa mirroring yang tengah

dan akan dilakukan adalah pertama

OJK dan BI sal ing menyakini bahwa

masa transisi pengal ihan

kewenangan yang saat ini sedang

berjalan dengan baik dan yang

kedua mempersiapkan MoU

dengan baik agar ada kejelasan

pekerjaan dan wilayah dan terakhir

memperjelas j ika ada

persinggungan-persinggungan

pekerjaan antara OJK dan BI.

Agar mikroprudensial dan

makroprudensial dapat

berkesimbungan, guna

menciptakan sebuah output yang

baik, bagaimana strategi OJK dan

BI? Apa saja upaya atau strategi

yang akan dilakukan untuk

mencegah atau menghindari

peluang terjadinya tumpang

tindih kewenangan antara BI dan

OJK?

Mikroprudensial memil iki tugas

lebih banyak ke masing-masing

individu keuangan yang merupakan

tanggung jawab dari OJK.

Sedangkan makroprudensial , yang

menjadi tanggung jawab dari BI.

Dengan demikian, akan terjadi

persinggungan pekerjaan antara

OJK dan BI.

MoU antara OJK dan BI yang telah

ditanda tangan yaitu MoU tentang

tukar menukar informasi dan

sedang dalam tahap

pengembangan MoU lainnya diluar

aspek tukar menukar informasi.

Namun jika sudah diatur di dalam

UU tentang tata penugasan, maka

tidak perlu lagi dituangkan di dalam

MoU. Oleh sebab itu, dibutuhkan

sebuah kesepatan antara mikro dan

makro tersebut. Contohnya, di

dalam UU OJK disebutkan bahwa

kalau BI merasa ingin

melakukan pemeriksaan

terhadap bank atau lembaga

keuangan lain, maka BI harus

melapor ke OJK sehingga kedua

lembaga ini dapat

menanganinya bersama-sama.

Kemudian di MoU akan lebih

rinci membicarakan mengenai

mekanisme yang akan

digunakaan dalam menjalankan

tugas masing-masing.

Setelah peresmian OJK, apa

sajakah langkah-langkah

pertama yang akan

diterapkan untuk memulai tugas

OJK sebagai sebuah reformasi

dari lembaga keuangan?

Selain kedua fokus OJK yang sudah

disebutkan sebelumnya, tugas yang

pal ing pokok adalah melanjutkan

apa yang sudah ditempuh oleh

otoritas sebelumnya terutama

terkait dengan penyelesaian

berbagai macam persoalan-

persoalan besar. Agar masyarakat

tahu bahwa OJK ingin

menyelesaikan berbagai macam

persoalan dan kemudian kredibil itas

dapat berjalan dan tumbuh

berkembang. Juga menjelaskan,

mengkomunikasikan, kepada

masyarakat apa yang ingin

dilakukan oleh OJK dengan

melakukan sosial isasi dengan rutin.

Kemudian, mengkomunikasikan

perlunya pungutan atau iuran

kepada industri keuangan. OJK

perlu menjelaskan mengapa

pungutan itu perlu diterapkan

kepada industri perbankan dan apa

yang didapatkan oleh industri in

return .

Model seperti ini tidak merubah

tingkat independensi OJK karena

telah memil iki arrangement yang

jelas. Persoalan dari model ini

adalah apakah kinerja dari OJK

dengan menerapkan punguratan ini

akan mengembangkan atau

memberikan nilai tambah di industri

keuangan.

www.good-wal lpapers.com

Page 13: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

11Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013

Bagaimana dengan proses

sosialisasi peran dan tanggung

jawab OJK terhadap stakeholder

terkait pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya?

Sosial isasi harus bersifat massive

dan mencakup sosial isasi rencana

pekerjaan dari OJK. Ditambah tugas

dasar dari OJK untuk melakukan

edukasi juga merupakan bagian dari

sosial isasi .

Strategi dalam melakukan

sosial isasi , baik itu mengenai

sosial isasi dalam pengertian umum

tentang apa itu OJK maupun

sosial isasi dalam artian yang lebih

khusus tentang topik-topik tertentu.

Terdapat dua strategi komunikasi

yang dibangun oleh OJK, yaitu (1)

bersifat umum (accross the board)

kepada seluruh masyarakat melalui

media. (2) bersifat targeted dan

khusus. Secara targeted, dengan

instansi pemerintahan Republ ik

Indonesia yang bersangkutan

disesuaikan dengan topik yang

ingin di komunikasikan dan

edukasikan. Secara khusus, OJK juga

mengunjungi universitas-universitas

di daerah. Dengan menggunakan

program-program komunikasi yang

sesuai dengan peserta sosial isasi

yang dihadapi mengenai topik

tertentu.

Bagaimana OJK dan instansi

sektor keuangan lainnya

mengatasi time lag yangkemungkinan akan terjadi

dikemudian hari dalam

penanganan lembaga keuangan

yang beresiko?

Jeda waktu (time lag) tidak boleh

terjadi. Karena jika terjadi jeda

waktu maka krisis yang terjadi dapat

tidak terkontrol . Oleh karena itu

koordinasi antara Kementerian

Keuangan, BI, OJK dan LPS harus

dilakukan tidak hanya di dalam

keadaan krisis tetapi di dalam

keadaan normal undang-undang

mengatakan harus tetap terjadi

komunikasi. Yang dikomunikasikan

adalah identifikasi atau monitoring

terhadap potensi-potensi yang

berkembang untuk kepentingan

masyarakat dan stabil itas.

Diperlukan kepiawaian yang tinggi

untuk menentukan kapan masalah

ini dapat dibuka kepada masyarakat

atau kapan masalah tersebut dapat

diselesaikan. Tetapi transparansi

diperlukan agar masyarakat tidak

mengeluh. Oleh karena itu lebih

baik jika sejak awal dapat dideteksi

permasalahan tersebut melalui

sistem peringatan dini (Early

Warning Indicator) .

Sejumlah ekonom berpendapat

bahwa Undang-undang OJK

masih harus diperkuat khususnya

mengenai Jaring Pengaman

Sistem Keuangan dan koordinasi

antar lembaga pada saat terjadi

krisis, bagaimana tanggapan OJK

atas pendapat ini?

MoU antara BI dan OJK akan jauh

lebih efektif j ika dipayungi dengan

payung hukum yang kuat agar tidak

ada keraguan dalam mengambil

tindakan. Persoalan yang sering

terjadi adalah ketika krisis orang

enggan untuk mengambil

keputusan karena tidak ada payung

hukum yang kuat. OJK telah

menyampaikan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat bahwa undang-

undang Jaring Pengamanan Sistem

Keuangan sangat diperlukan dan

segera. Dalam keadaan normal ,

instansi dapat berpegang kepada

undang-undang masing-masing.

Namun, dalam situasi krisis perlunya

penanganan-penanganan khusus

dan keputusan pengaturan yang

cepat dan jika menggunakan

aturan-aturan normal akan menjadi

lama. Oleh karena itu perlunya JPSK

memayungi, terutama dalam kondisi

krisis.

Keberadaan OJK punharus memberikannilai tambah, yaknipenguatan,pengawasan, danperbaikanpengetahuanmasyarakat terhadapindustri keuanganserta perbaikan aksesmasyarakat terhadappelayanan jasakeuangan.

http://www.good-wal lpapers.com

Page 14: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Stabil isasi Sektor Keuangan MelaluiPengelolaan Utang yang Baik

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201312

KKetidakpastian ekonomi Eropamenyebabkan perlambatan

ekonomi secara global yang

diperkirakan akan terus berlanjut di

tahun 2013. Kondisi ini disebabkan

oleh penyelesaian utang

pemerintah Eropa, seperti Ital ia dan

Spanyol yang cenderung lambat.

Krisis utang Eropa memberikan

pelajaran bagi Indonesia untuk

melakukan tindakan preventif

melalui pengelolaan utang yang

baik.

Menurut Schneider Siahaan,

Direktur Strategi dan Portofol io

Utang, Direktorat Jenderal

Pengelolaan Utang, Kementerian

Keuangan, pengelolaan utang yang

baik harus mengikuti beberapa

prinsip dasar. Pertama, efektifitas

dan sustainibil itas utang yang

sehat, artinya pengadaan atau

penerbitan utang harus didasari

oleh kapasitas fiskal dan

kemampuan perekonomian dalam

memanfaatkan dan membayar

kembal i utang tersebut. Kedua,

transparan dan akuntabel , hal ini

berarti bahwa publ ik dan investor

dapat mengetahui kebijakan terkait

utang sehingga semua pihak dapat

memahami konsekuensi dari

kebijakan tersebut terhadap

perekonomian.

Nilai Rupiah yang cenderung

melemah menimbulkan

kemungkinan terjadinya currency

mismatch yang lebih besar bagi

pengembal ian utang luar negeri

Pemerintah maupun swasta. Untuk

mengantisipasi hal tersebut,

strategi pengelolaan utang yang

dilakukan pemerintah antara lain

mengutamakan penarikan utang

dalam mata uang domestik dan

mengurangi pinjaman luar negeri

dalam periode jangka menengah.

Pinjaman dalam negeri dapat

mendorong kemandirian

pembiayaan pembangunan

nasional dan mengembangkan

pasar keuangan domestik yang

efisien dan stabil . Dari sisi risiko

nilai tukar, utang dalam mata uang

domestik cenderung lebih aman

dan terkendal i sehingga

mengurangi risiko perubahan nilai

utang karena perubahan nilai tukar.

Sebal iknya, pinjaman luar negeri

memil iki risiko perubahan nilai

tukar yang dapat mengakibatkan

biaya yang lebih besar. Selain itu,

pinjaman luar negeri sering kal i

diikuti dengan persyaratan pol itik

dan ekonomi oleh negara kreditur.

Sejauh ini , pengadaan pinjaman

luar negeri dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan prioritas

dengan aturan yang wajar bagi

Pemerintah dan tanpa agenda

pol itik dari kreditor.

Untuk mengurangi risiko nilai tukar,

Pemerintah saat ini sedang

mempersiapkan infrastruktur

pelaksanaan transaksi derivatif

untuk l indung nilai (hedging) . Pada

dasarnya, program ini dapat

mengurangi porsi utang dalam

mata uang yang fluktuatif menjadi

mata uang domestik atau mata

uang yang lebih aman.

Selain itu, untuk mengantisipasi

krisis di masa mendatang,

Pemerintah sedang

mengembangkan CMP (Crisis

Management Protocol) , khususnya

pada pasar SBN sebagai upaya

mitigasi risiko. CMP pasar SBN

bertujuan untuk memberikan

peringatan dini dan rencana aksi

berdasarkan kondisi pasar terkini

sebelum terjadinya krisis keuangan.

CMP SBN juga memuat prosedur

standar bagi pengelola utang

negara dalam menghadapi krisis

pasar SBN. Schneider

menambahkan CMP SBN penting

untuk dilakukan karena SBN

merupakan instrumen strategis

dalam sektor keuangan. SBN

merupakan sumber pembiayaan

defisit APBN dan instrumen acuan

pasar obl igasi. Krisis pasar SBN

dapat mempengaruhi kondisi APBN

dan pada akhirnya dapat

mempengaruhi perekonomian.

Indonesia berhasil memperoleh

investment grade. Kenaikan

peringkat yang lebih tinggi

diupayakan untuk menekan biaya

utang. Oleh karena itu, Pemerintah

akan melanjutkan pengelolaan

portofol io utang yang efektif,

transparan, dan akuntabel ,

sehingga dapat meningkatkan

kepercayaan investor terhadap

Indonesia.

Kedepan Pemerintah berupaya

untuk meningkatkan koordinasi

dan komunikasi yang efektif

dengan berbagai pihak dalam

rangka meningkatkan sovereign

credit rating. Salah satu upaya

tersebut adalah membentuk

Investor Relation Unit (IRU) yang

berfungsi memberikan informasi

kepada semua stakeholder.

Narasumber:

Schneider Siahaan

Direktur Strategi dan Portofol io

Utang, Direktorat Jenderal

Pengelolaan Utang, Kementerian

Keuangan

Adji Dharma

Page 15: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

P

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 13

mengalami beberapa hambatan.

Pertama, adanya paradigma

Pemda bahwa sumber

pembiayaan proyek hanya

berasal dari APBN atau APBD.

Kedua, opini Pemda yang

menganggap bahwa aturan PIP

dalam meminta jaminan Dana

Alokasi Umum (DAU)/Dana Bagi

Hasil (DBH) apabila

menggunakan pembiayaan dari

PIP akan memberatkan

anggaran mereka. J ika

menunggak membayar pokok

utang dan bunga, maka

anggaran untuk mereka

tersebut akan dipotong.

Ketiga, belum adanya dokumen

tata kelola dan pemanfaatan

proyek yang efektif, misalnya

pada proyek irigasi di Bekasi

dan Karawang belum

mempunyai dokumen Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW)

yang efektif sehingga proyek

tersebut menjadi semrawut

dengan tumbuhnya proyek-

proyek bangunan lain yang

menghambat irigasi.

Saritaon Siregar

Ketua Pusat Investasi

Pemerintah (PIP),

Kementerian Keuangan

Pembangunan infrastruktur

merupakan salah satu program

prioritas pada tahun 2103. Untuk

mencapai terget pembangunan yang

telah disusun, perlu dukungan sektor

keuangan dalam pembiayaan

pembangunan. Strategi-strategi yang

telah dilakukan usat Investasi

Pemerintah (PIP) dalam

mengembangkan instrumen pasar

keuangan dalam rangka mendorong

pembiayaan infrastruktur antara lain:

(1) Sosial isasi kepada pemerintah

daerah/pemda bahwa PIP

memberikan alternatif sumber

pembiayaan yang diprioritaskan untuk

peningkatan kesejahteraan

masyarakat, seperti : pasar, jalan,

jembatan dan irigasi. Alternatif

pembiayaan ini memungkinkan

pembiayaan proyek yang semula

menggunakan dana APBD dalam

beberapa tahun anggaran, bila melalui

PIP, proyek dapat dibangun dalam

lima tahun anggaran, untuk

selanjutnya Pemda melakukan

pembayaran pokok dan bunga

pinjaman kepada PIP.

(2) Mengubah paradigma Pemda

yang semula bila ada anggaran

kemudian dicarikan proyeknya, diubah

menjadi penganggaran mengacu

kepada kebutuhan. Kebutuhan

masyarakat dianggap penting dan

memberikan multiplier effect yang

tinggi kemudian dicarikan

pembiayaannya salah satunya bisa

melalui PIP

(3) J ika ingin mengajukan pinjaman ke

PIP, persyaratan yang harus dipenuhi

diantaranya: (i) laporan keuangan

dengan syarat minimal wajar dengan

pengecual ian, hal ini merupakan

dorongan bagi Pemda untuk

memperbaiki tata kelola Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, (i i )

studi kelayakan dari proyek yang

bersangkutan, (i i i ) dan, diterbitkannya

peraturan daerah yang mengatur

pengalokasian anggaran untuk

pembayaran pinjaman selama masa

pinjaman berlangsung .

Terdapat beberapa kendala yang

dihadapi perbankan untuk

menyalurkan investasi khususnya

dalam pembangunan infrastruktur

yang berskala besar. Perbankan

mempunyai arah bisnis dan lebih

tertarik pada investasi pada proyek-

proyek yang menguntungkan dan

tidak berisiko besar. Hal ini lah yang

membedakan perbankan dengan PIP

dimana kalau PIP berinvestasi pada

proyek-proyek ntuk kepentingan

umum dan mengharapkan return

sekitar 1 % lebih kecil dari perbankan.

Salah satu peran yang dilakukan PIP

adalah menjadi katal is bagi

pertumbuhan ekonomi terutama

dalam percepatan pembangunan

infrastruktur dan investasi pada

sektor-sektor strategis. Rencana dasar

strategi bisnis PIP pada tahun 2013

yaitu investasi pada sektor-sektor

sesuai Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi

(MP3EI), pola Kerja Sama Pemerintah-

Swasta (KPS)/Publ ic Private

Partnership (PPP), proyek renewable

energy, proyek-proyek BUMN ‘karya ‘,

dan bantuan proyek kepada

pemerintah daerah.

Untuk proyek infrastruktur dengan

skema kemitraan pemerintah dan

swasta (PPP) sampai saat ini belum

ada kemajuan, karena proyek seperti

ini masih minim mengingat adanya

hambatan ketergantungan kebijakan

(PPP) dari Bappenas.

Dalam kesempatan wawancara

dengan Ketua PIP, Saritaon Siregar,

Kerja sama PIP dengan Pemda dalam

pembiayaan infrastruktur masih

Optimal isasi Peran Sektor Keuangan untukMemacu Pertumbuhan Ekonomi

Andi

Page 16: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Kebijakan Macro Prudential:Strategi Stabil isasi Sistem Keuangan

Alexcius Winang dan Joko Purnomo

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201314

DDalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang

nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,

fungsi pengaturan dan pengawasan beral ih dari Bank

Indonesia (BI) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

pada tahun 2014. Menurut Gubernur BI, Darmin

Nasution, setelah peral ihan fungsi tersebut, volume

pekerjaan bank sentral akan menurun, meski tidak

signifikan. Hal ini disebabkan karena BI akan berperan

menjaga stabil itas sistem keuangan.

Meskipun fungsi pengaturan dan pengawasan

dilaksanakan oleh OJK, namun BI tetap mengikuti

perkembangan industri perbankan. Kebijakan ini

bertujuan menjaga stabil itas sistem keuangan. BI tetap

memil iki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan

kepada perbankan, meski secara tidak langsung. Lebih

lanjut Darmin mengungkapkan krisis yang

menimbulkan resiko terhadap stabil itas sistem

keuangan dapat berasal dari dalam maupun luar

negeri. Krisis yang datang dari dalam negeri

membutuhkan perhatian yang lebih, lantaran lebih sul it

terdeteksi.

Ke depannya pengaturan industri perbankan yang

bersifat mikroprudensial akan ditangani oleh OJK,

sementara pengaturan kebijakan makroprudensial akan

ditangani oleh BI. Kebijakan mikroprudensial bertujuan

melakukan pemantauan dan penilaian terhadap

indikator keuangan masing-masing lembaga keuangan,

dan melakukan perl indungan terhadap konsumen atau

deposan. Sementara di sisi lain kebijakan

makroprudensial bertujuan melakukan pemantauan

dan penilaian terhadap sistem keuangan secara

keseluruhan untuk menghindari guncangan ekonomi.

Risiko pada stabil itas sistem keuangan salah satunya

berasal dari peningkatan secara tajam kredit

perbankan, khususnya pada sektor perumahan dan

otomotif. Dalam rangka memitigasi risiko tersebut, BI

menetapkan kebijakan makro prudensial melalui

pengaturan besaran rasio Loan To Value (LTV) dan

minimum down payment (DP) pada pertengahan tahun

2012. Rasio LTV merupakan rasio antara nilai kredit

yang bisa diberikan oleh perbankan terhadap nilai

agunan pada awal pemberian kredit. Untuk Kredit

Pemil ikan Rumah (KPR) LTV ditetapkan maksimal

sebesar 70%, sehingga uang muka yang diwajibkan

untuk kepemil ikan rumah sebesar 30%. Sedangkan

uang muka atau DP untuk kredit kendaraan bermotor

untuk roda dua sebesar 25% dan roda empat sebesar

30%.

Dampak dari kebijakan LTV untuk KPR dan minimum

DP untuk Kredit Kendaraan Bermotor, mulai

menunjukkan dampaknya pada bulan November 2012.

Hal ini tercermin dari menurunnya ekspansi kredit

konsumsi dibandingkan bulan sebelumnya. Pada bulan

November 2012, kredit konsumsi tumbuh sebesar

12,1%. Pertumbuhan tersebut lebih rendah

dibandingkan bulan sebelumnya yakni sebesar 18,9%.

Sementara itu pertumbuhan KPR tipe 70 ke atas

mengalami penurunan, yakni sebesar 38,5% pada bulan

November 2012, dibandingkan 39,3% pada bulan

sebelumnya. Menurut Deputi Gubernur BI, Hal im

Alamsyah, penurunan kredit kendaraan bermotor tidak

hanya terjadi karena LTV, namun juga diperkuat

dengan mulai jenuhnya pasar otomotif, dan penurunan

kegiatan ekonomi terutama di luar Pulau Jawa yang

diakibatkan oleh penurunan harga komoditas dan

penurunan ekspor.

Dengan kebijakan LTV, BI mengharapkan ekspansi

kredit yang dilakukan perbankan juga mengedepankan

aspek prudensial . Sehingga risiko kredit macet dapat

ditekan dan stabil itas sistem keuangan dapat tetap

terjaga. Terkait dengan kebijakan makroprudensial ,

pada kesempatan terpisah, Zulkifl i Zaini , anggota

Himpunan Bank-Bank Mil ik Negara (Himbara)

mendukung penghapusan bunga pinjaman dari

pengurangan pajak pinjaman. Kebijakan ini akan

memberikan disinsentif bagi perusahaan-perusahaan

dalam menambah pinjaman luar negeri.

Menurut data statistik ekonomi & keuangan Indonesia

(SEKI) Bank Indonesia Utang luar negeri swasta per

September 2012, mencapai US$112,297 mil iar. Total

utang luar negeri swasta tersebut terdiri dari utang luar

negeri swasta bank sebesar US$12,987 mil iar, dan non

bank US$99,31 mil iar.

Lebih lanjut Zulkifl i Zaini mengungkapkan bahwa saat

ini diperlukan adanya pengendal ian terhadap utang

luar negeri perusahaan swasta. Timbulnya kewajiban

pengembal ian utang luar negeri dalam jumlah besar

dan waktu jatuh tempo yang bersamaan, akan

memberikan tekanan pada Rupiah. Hal ini merupakan

dampak kebutuhan valuta asing pada saat yang

bersamaan dan dalam jumlah yang besar saat

pengembal ian pinjaman.Dengan mitigasi resiko melalui

kebijakan makroprudensial dan koordinasi antara

pemangku kepentingan, stabil itas sistem keuangan

akan tetap terjaga. (Sumber : Bank Indonesia)

Page 17: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Masyitha Mutiara Ramadhan

Ratih Purbasari Kania

Irfan Syauqi Beik

Ketua Program Studi

Ekonomi Syariah,

Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, IPB

P asar keuangan syariah telah

membuktikan bahwa ia mampu

bersaing dengan pasar keuangan

konvensional . Dalam sembilan hari

pertama tahun 2013, transaksi bersih

saham syariah telah mencapai Rp2,52

tri l iun. Selain itu, porsi penerbitan

SBSN pada tahun 2012 sudah

mencapai 10 persen dari total

penerbitan obigasi nasional . Kedua

hal tersebut mengindikasikan daya

tarik pasar keuangan syariah yang

begitu besar. Tim Redaksi TEK

berkesempatan melakukan wawancara

dengan Ketua Pogram Studi Ekonomi

Syariah IPB, Irfan Syauqi Beik. Beik

menjelasakan tiga faktor utama yang

mendorong minat investor untuk

berinvestasi di pasar keuangan syariah

Indonesia.

Pertama, mulai munculnya kesadaran

untuk menjadikan instrumen

keuangan syariah sebagai pil ihan

investasi dikalangan masyarakat,

termasuk investor. Investasi di pasar

keuangan syariah bukan lagi sekedar

altenatif, melainkan sebagai tujuan

utama. Beik berpendapat bahwa

pertumbuhan kesadaran ini

berkontribusi cukup signifikan dalam

mendorong perkembangan pasar

keuangan syariah.

Kedua, kondisi makro ekonomi

Indonesia yang relatif stabil

memberikan sentimen positif bagi

kemajuan keuangan syariah.

Pertumbuhan ekonomi diatas enam

persen mengindikasikan stabil itas

ekonomi domestik yang cukup baik.

Keadaan ini didukung oleh

peningkatan investment grade yang

menjadikan produk pasar keuangan

Indonesia semakin ramah dimata

investor.

Ketiga, keinginan kuat dari

pemerintah untuk mengoptimalkan

potensi ekonomi syariah memberikan

angin segar yang mendorong

pertumbuhan pasar keuangan syariah.

Beik berharap Pemerintah dapat

memperkuat diplomasi internasional

ekonomi syariah mengingat terdapat

USD 1 tri l iun dana “menganggur” di

Timur Tengah. Menurut Beik, kunci

membangun diplomasi dengan

investor Timur tengah adalah dengan

membangun kepercayaan. Regulasi

yang dibuat diharapkan mampu

meramu instrumen keuangan syariah

sesuai dengan kebutuhan investor

Timur Tengah. Apabila kita dapat

menyambutnya dengan baik, maka

akan menjadi stimulus pertumbuhan

ekonomi yang cukup signifikan.

Beik menggaris bawahi beberapa hal

penting mengenai pasar keuangan

syariah Indonesia, khususnya Sukuk.

Pemanfaatan Sukuk sebagai salah

satu instrumen pendanaan budget

deficit harus lebih diarahkan kepada

pembiayaan infrastruktur dan sektor

rii l sehingga memberikan multiplier

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 15

Cerahnya Masa DepanEkonomi Syariah diIndonesia

Page 18: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

syariah. Produk tersebut harus

dapat melewati standardisasi MUI,

yaitu bisnis yang dijalankan halal

dan unsur non-halalnya kurang dari

20 persen. Walaupun belum

sepenuhnya ideal , audit dan

evaluasi terus dilakukan agar

produk keuangan syariah semakin

baik dimasa yang akan datang.

Pembentukan Komite Keuangan

Syariah (KKS) oleh Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) sangat penting

bagi perkembangan pasar

keuangan syariah di Indonesia.

Walaupun porsi aset perbankan

syariah baru mencapai 4,4 persen

dari total aset perbankan nasional ,

perkembangan tahunan perbankan

syariah Indonesia mencapai 40-50

persen, jauh diatas pertumbuhan

rata-rata global yang tercatat pada

angka 15 persen. Menurut Beik,

pertumbuhan yang pesat ini butuh

pendampingan Pemerintah, salah

satunya dengan KKS.

Terkait dengan prestasi lembaga

keuangan syariah di Indonesia,

baru-baru ini Islamic Finance News

(IFN) 2013 menyatakan bahwa Bank

Indonesia berhasil mengunggul i

Bank Negara Malaysia (BNM)

sebagai Bank Sentral terbaik yang

menyuarakan keuangan syariah.

Selain itu, Bank Muamalat juga

terpil ih sebagai Bank Syariah pal ing

Inovatif. Beik menilai , Bank

Indonesia sudah bekerja sangat

keras dan pantas menerima

penghargaan tersebut. Kehatihatian

menerapkan sharia compliance dan

logo IB memberikan nilai tambah

bagi Bank Indonesia.

Pada akhir wawancara, Beik

memaparkan beberapa tantangan

ekonomi syariah ke depan.

Pertama, edukasi publ ik dan

sosial isasi mengenai pengenalan

ekonomi syariah kepada

masyarakat. Kedua, pemenuhan

sumber daya manusia (SDM) yang

cukup besar mengingat

perkembangan ekonomi syariah

sangat pesat. Perkembangan ini

harus didukung oleh lembaga

pendidikan yang memadai

sehingga SDM kompeten dan

memahami ekonomi syariah secara

komprehensif. Ketiga, dukungan

regulasi dalam memajukan

ekonomi syariah. Beik berharap ada

undang-undang penerapan

ekonomi ganda sehingga

perkembangan ekonomi syariah

tidak kalah dengan ekonomi

konvensional .

Pemanfaatan Sukuksebagai salah satuinstrumen pendanaanbudget deficit haruslebih diarahkankepada pembiayaaninfrastruktur dansektor riil sehinggamemberi multipliereffect ekonomi riilyang besar.

effect ekonomi rii l yang besar.

Menanggapi anggapan bahwa

ketertarikan investor terhadap pasar

keuangan syariah karena return-

nya yang lebih menguntungkan,

Beik berpendapat bahwa hal itu

sah-sah saja. Akan tetapi, investor

tidak semata-mata mel ihat

keuntungan, mereka mel ihat bukti

pada stabil itas pasar keuangan

yang baik. Hasil studi IMF tahun

2010 yang membandingkan 120

bank konvensional dan 120 bank

syariah pada periode krisis 2008

menyimpulkan bahwa institusi

keuangan syariah memil iki daya

tahan yang lebih kuat. Disaat

banyak lembaga keuangan

konvensional yang bertumbangan,

institusi keuangan syariah justru

dapat bertahan. Pengakuan lain

datang dari Paus Paulus, dalam

berita resmi Vatikan, ia mendukung

perkembangan ekonomi syariah.

Beik memperkirakan prospek

ekonomi syariah di Indonesia tetap

cerah ditengah krisis utang Eropa

dan fiscal cliff di Amerika Serikat.

Pada level nasional , potensi

ekonomi domestik masih sangat

besar. Bahkan, prediksi lembaga

keuangan internasional

memposisikan kita kedalam negara

dengan kekuatan ekonomi terbesar

dalam beberapa tahun mendatang.

Kelompok kelas menengah yang

mayoritas beragama Islam tumbuh

signifikan, dimana kelompok ini

menjadi potensi besar untuk

menopang perekonomian nasional .

Untuk mencapai pertumbuhan yang

optimal , perkembangan ekonomi

syariah membutuhkan dukungan

Pemerintah secara nyata. Misalnya,

Pemerintah menaruh 30 persen aset

BUMN di bank syariah atau

melakukan transaksi yang

mel ibatkan dana APBN melalui

bank syariah.

Majel is Ulama Indonesia (MUI) telah

menjamin produk-produk di pasar

keuangan syariah termasuk kategori

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201316

Page 19: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Kondisi keuangan Indonesia

saat ini relatif stabil didukung

oleh BI rate yang masih berada di

level 5,75%. Stabilnya sektor

keuangan diharapkan mampu

mendorong target pertumbuhan

ekonomi sebesar 6,7%. Disisi lain,

sektor keuangan Indonesia akan

menghadapi beberapa tantangan di

tahun 2013. Tantangan tersebut

antara lain: (i) permintaan ekspor

yang menurun akibat perlambatan

ekonomi global , (i i ) sektor industri

yang masih mengimpor teknologi,

dan (ii i ) kenaikan golongan kelas

menengah yang konsumtif,

sehingga akan menghabiskan porsi

impor yang lebih tinggi. Ketiga hal

tersebut diperkirakan akan

memberikan tekanan pada neraca

pembayaran Indonesia.

Salah satu strategi untuk menjaga

stabil itas sektor keuangan sekal igus

mendorong kesejahteraan ekonomi

adalah melalui program keuangan

inklusif. Program ini mencakup

pemerataan pendapatan dan

pengentasan kemiskinan. Penel iti

Eksekutif Bidang Stabil itas Sistem

Keuangan Bank Indonesia, Punky

Purnomo Wibowo, mengatakan

bahwa program keuangan inklusif

merupakan bentuk layanan jasa

keuangan yang bertujuan untuk

mendorong masyarakat yang belum

menikmati layanan keuangan.

Sebanyak 13.000 penduduk

Indonesia belum memil iki akses

keuangan dengan jarak yang sama

dari setiap wilayahnya. Oleh karena

itu, program ini diharapkan mampu

menjangkau masyarakat dalam

mengakses produk keuangan

dengan aman, murah dan efisien

serta dapat menciptakan

produktifitas dan daya bel i

masyarakat.

Penetapan hari Rabu sebagai hari

menabung merupakan salah satu

instrumen program keuangan

inklusif. Hal ini didasari oleh masih

rendahnya tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap lembaga

keuangan. Saat ini , terdapat 68%

penduduk Indonesia yang

menabung ke Lembaga Keuangan,

namun yang menabung dibank

hanya sebesar 41% sedangkan 17%

melakukan pinjaman kredit. Oleh

karena itu, potensi lembaga

keuangan khusunya perbankan

dalam menjangkau masyarakat

dirasakan masih besar.

Dalam menjalankan program ini, BI

masih menghadapi berbagai

kendala. Pertama, biaya yang

terbatas sehingga diperlukan kerja

sama dengan pihak swasta dan

Global Partnership Financial

Inclusion. Kedua, cetak biru sebagai

dasar acuan yang masih berada

pada tingkat Wakil Presiden.

Agar program ini dapat berjalan

dengan baik, diperlukan suatu

komitmen dan koordinasi seluruh

agensi pemerintah dan pihak

swasta. Sejauh ini , BI telah

melakukan koordinasi dengan

berbagai kementerian terkait

seperti Kementerian Perikanan dan

Kelautan, Badan Pertahanan

Nasional , Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan serta Kementerian

Keuangan.

Dengan beroperasinya OJK, kedua

lembaga independen ini akan

melakukan sinergi kebijakan untuk

menjaga stabil itas sistem keuangan

di Indonesia. OJK akan melakukan

kebijakan yang bersifat

mikroprudensial sedangkan BI akan

lebih fokus pada kebijakan

makroprudensial .

Narasumber:

Pungky Purnomo WibowoPenel iti Eksekutif Bidang Stabil itas

Sistem Keuangan, Departemen

Penel itian dan Pengaturan

Perbankan, Bank Indonesia.

Windy Pradipta

PerkembanganKeuangan Inklusif di

Indonesia

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 17

Sumber : http:/undanganpro.fi le.wordpress.com

Page 20: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Evolusi Pendidikan dan Perl indunganKonsumen Keuangan

Edi Prio Pambudi

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201318

P erhatian terhadap pentingnya

pendidikan keuangan (FinEd)

dan perl indungan konsumen

industri keuangan semakin besar.

Situasi ini ditunjukkan baik oleh

regulator maupun oleh para pelaku

bisnis keuangan setelah tragedi

Lehmann Brothers tahun 2008.

Sejak saat itu kesadaran atas akses

informasi dan pendidikan keuangan

bangkit di tengah-tengah

kompleksitas produk-produk

keuangan yang telah menjerat

banyak konsumen terperosok

dalam jurang krisis keuangan.

Industri keuangan di dunia

kemudian mulai membuat aturan

yang lebih tepat tentang

menumbuhkan kesadaran dan

akses informasi yang lebih terbuka.

Topik ini lah yang dibahas dalam

seminar tahunan pendidikan

keuangan OECD bertempat di Hong

Kong Monetary Authority (HKMA)

pada pertengahan Desember 2012

lalu yang dihadiri sekitar 150

praktisi , regulator dan penggiat

keuangan dari berbagai negara.

Mengawal i seminar, Kepala Devisi

Urusan Keuangan OECD, André

Laboul menjelaskan pendekatan

tri logi sektor keuangan yang terdiri

dari pendidikan keuangan,

perl indungan konsumen dan

keuangan inklusif telah menjadi

komitmen G-20. Menghindari

tragedi keuangan 2008 berulang,

setiap negara perlu

mewujudkannya. Ada tiga hal yang

perlu segera dilakukan oleh semua

pelaku bisnis industri keuangan.

Pertama, membuka informasi

dengan memberikan penjelasan

produk-produk keuangan yang

semakin baik, bermanfaat dan

dapat diperbandingkan oleh

konsumennya. Kedua,

mengembangkan pendidikan yang

berorientasi pada pemahaman

konsumen. Ketiga, membuat

keseimbangan kemampuan antara

pendidikan keuangan dan

perl indungan konsumen dengan

cara memasukkan ke dalam strategi

nasional serta mekanisme insentif

fiskal . Keterbukaan informasi saja

tidak memadai untuk mel indungi

konsumen.

Dalam konteks yang luas,

pendidikan keuangan dan

perl indungan konsumen

merupakan proses untuk mencapai

keseimbangan antara bagaimana

pelaku bisnis memperoleh

keuntungan dan sekal igus

memberikan manfaat bagi para

pelanggan. Oleh karena bisnis

keuangan merupakan usaha

membangun kepercayaan dan

melakukan budaya kejujuran yang

tidak semata-mata mencari

keuntungan maksimal . Terkait

produk keuangan yang ditawarkan

kepada pelanggan, bisnis keuangan

harus mampu menguasai

pemahaman risiko, mengelola

pertanggungjawaban risiko dan

membangun saluran keluhan

pelanggan.

Budaya dan struktur masyarakat

yang berbeda di masing-masing

negara membuat model pendidikan

keuangan dan perl indungan

konsumen tidak mungkin sama

antara negara satu dengan lainnya.

Kombinasi strategi dan harmonisasi

proses regulasi juga menghasilkan

output keberhasilan yang berbeda.

Kompleksitas industri keuangan

pun berbeda antar negara. Semua

perbedaan tersebut memberikan

tantangan tersendiri dalam

membangun standar internasional

regulasi perl indungan konsumen

dan pendidikan keuangan

mengikuti prinsip G-20. Namun,

melalui pengayaan kerjasama dan

berbagi pengalaman dalam for a

internasional , maka model regulasi

yang relevan, dinamis dan terbukti

berhasil memberikan peningkatan

pemahaman dan perl indungan

kepentungan konsumen akan dapat

dipil ih, didalami dan diterapkan.

Bagian terpenting dari kesuksesan

dalam mewujudkan program

pendidikan konsumen dan

perl indungan konsumen adalah

memanfaatkan umpan bal ik untuk

mengevaluasi setiap regulasi

keuangan setelah para konsumen

menerima akses informasi, materi

pendidikan dan kanal keluhan.

Respon konsumen ini menjadi

bagian hol istik dalam sistem

keuangan dengan cara fair

treatment. Pelaku bisnis keuangan

harus menjadikan konsumen

sebagai investor, bukan sebagai

fol lower and gambler. Pelaku bisnis

harus membawa konsumen

berpendidikan dan paham lebih

fokus pada hasil investasi dari pada

kelemahan dalam menilai risiko.

Bisnis keuangan saat ini tengah

berevolusi menuju pada consumer

centric business model yang lebih

menjamin pemahaman kepentingan

dan kebutuhan pelanggan.

Page 21: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Bank Umum

Bank Devisa

Bank Campuran

Bank Persero BUSN Devisa

BUSN Non-Devisa

BPD

Bank Asing

SEKTORKEUANGANSyariah Konvensional

Bank Perkreditan

Rakyat Syariah

(BPRS)

Unit Usaha

Syariah

(UUS)

Bank

Umum

Syariah

PembiayaanSyariah

Salam

Musyarakah

I jarahMurabahah

Mudharabah

Istisna

Dana Pensiun

Pasar Modal

Asuransi

Pembiayaan

(Financing)

Lembaga Penjamin

Simpanan

Perbankan

Perbankan Syariah

Pasar Modal

Syariah

Asuransi Syariah

Baitul Mal Wat

Tamwil

Dua Dimensi Sektor Keuangan Indonesia

Sukuk

Dana Reksa

Syariah

Saham

Syariah

Obligasi

Dana Reksa

Saham

Page 22: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

P ada tahun 2013, Indonesia telah

mengalami sebuah reformasi

lembaga keuangan yang sangat

signifikan. Dengan keberadaan OJK,

walaupun kewenangannya belum

100%, telah mengubah struktur

otoritas industri keuangan yang saat

ini ada.

Menurut Prof. Roy Sembel , Ph.D,

Professor Ahl i Bidang Keuangan,

kondisi sektor keuangan saat ini ,

d ibandingkan dengan 10 tahun yang

lalu sudah lebih baik. Adapun sisi

positif akibat krisis 98 membuat

Indonesia menjadi lebih tidak rentan

terhadap external shock, seperti krisis

Amerika dan Eropa. Hal ini

dikarenakan, setelah terjadinya krisis

98, banyak dari sistem dan

mekanisme keuangan Indonesia

sedang dalam proses pemul ihan,

termasuk penataan risk management

sehingga industri jasa keuangan

khususnya perbankan masih relatif

konservatif.

Disisi lain, terdapat juga sisi

negatif,dimana walaupun sudah

banyak dari sistem maupun

mekanisme keuangan Indonesia yang

dibenahi, efisiensi perbankan, masih

belum tercapai dini lai dari fungsi

intermediary. Tingkat net interest

margin (NIM) yang ditargetkan masih

terlalu tinggi. Terdapat sel isih yang

tinggi antara bunga kredit dan bunga

deposito. Jadi, secara keseluruhan

masih belum optimal . Dibutuhkan

penurunan NIM untuk meningkatkan

insentif masyarakat untuk

menempatkan uangnya di tabungan/

deposito dan perusahaan untuk

mengambil kredit untuk ekspansi

usaha.

Untuk itu, dibutuhkan pembenahan

dari sisi ekonomi karena saat ini

Indonesia terkenal sebagai negara

dengan high cost economy. Efisiensi

perbankan dapat didukung dengan

instrumen-instrumen yang

menjembatani sektor finansial dan rii l ,

seperti : (1) asset back securities, dapat

menyesuaikan ketidakselarasan yang

terjadi di sektor perbankan antara

durasi asset (deposito, jangka

panjang) dan durasi liabilities

(deposito, jangka pendek) dan (2)

teknologi, perbankan di Indonesia

memil iki platform system IT sendiri-

sendiri . Dengan dibangun sebuah

platform bersama yang dapat

digunakan oleh seluruh perbankan

(atau minimal sesama bank BUMN) di

Indonesia, maka fixed cost investasi IT

akan menurun, sehingga NIM dapat

diturunkan tanpa mengurangi laba.

Kontribusi pasar modal Indonesia

telah mencapai lebih dari 50% dari

PDB, namun tingkat persentase

tersebut masih relatif kecil

dibandingkan dengan negara-negara

lain. Semakin baik pasar modal di

sebuah negara maka fungsi

intermediary semakin seimbang

antara intermediary lewat institusi

perbankan dan intermediary lewat

pasar finansial . Roy Sembel

menjelaskan bahwa keseimbangan ini ,

ditambah dengan teknologi informasi

yang kian berkembang, seharusnya

semakin terasa di kalangan

masyarakat. Di mata Roy, pasar modal

Indonesia belum berkembang sesuai

dengan opportunity yang dimil ikinya.

Potensi pasar modal di Indonesia

yang belum termanfaatkan masih

sangat besar.

Reformasi Sektor Keuangan Indonesia:Keselarasan Sektor Keuangan dan Sektor Riil

Insani Sukandar

Opini Pakar

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013

Prof. Roy Sembel

Guru Besar IPMI

International Business

School

20

Page 23: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Hal ini terl ihat dari ketimpangan

jumlah investor lokal dibanding

dengan investor asing saat ini yang

terkontribusikan oleh kelemahan

edukasi finansial di Indonesia.

Ketidakseimbangan antara edukasi

teori dan life skill yang diterapkan

dalam sistem pendidikan Indonesia

adalah contoh kelemahan edukasi

finansial yang perlu dibenahi.

Kurangnya edukasi yang intensif

dan ekstensif, membuat masyarakat

rentan menjadi korban penipuan.

Banyaknya korban penipuan di

industri jasa keuangan dapat

menghilangkan kepercayaan

masyarakat secara drastis dan

masyarakat menjadi resisten

kepada produk-produk baru yang

ditawarkan di kemudian hari. Untuk

mencegah kondisi ini , butuh

dibangun sebuah proteksi

konsumen dengan posisi tawar

yang seimbang antara nasabah dan

instansi keuangan, saran Roy.

Dari sisi institusi keuangan, sudah

banyak bermunculan koperasi-

koperasi , namun tidak disertai

pengawasan regulator yang sesuai.

Dengan adanya Otoritas Jasa

Keuangan (OJK), baru

permasalahan ini diperhatikan. Roy

mel ihat bahwa terbentuknya OJK

merupakan hal yang positif karena

semua yang termasuk dalam

kategori industri keuangan berada

di dalam satu atap, dengan harapan

koordinasi menjadi jauh lebih baik

dan cepat. Sama seperti organisasi

baru lainnya, terdapat beberapa

poin yang harus benar-benar

diperhatikan, salah satunya adalah

governance. Pengawasan yang baik

bagi pengelola OJK dibutuhkan

karena tingkat kekuasaan yang

besar dapat membahayakan.

Kemudian, koordinasi juga

manejemen dari OJK harus

dipikirkan lebih lanjut dan terjamin.

Seperti koordinasi dengan Bank

Indonesia (BI) antara

mikroprudential dan

makroprudensial .

Roy Sembel mel ihat bahwa

walaupun sektor keuangan

Indonesia berkembang relatif baik

dan stabil , belum diimbangi dengan

perkembangan pada sektor rii l .

Semestinya terdapat sebuah

jembatan antara kedua sektor

tersebut, dengan: (1) kebijakan

perbankan memberikan insentif

kepada masyarakat untuk

penyaluran dana ke sektor rii l . Para

regulator perlu mengarahkan

perbankan untuk tidak hanya

menyalurkan kredit untuk

kebutuhan konsumtif saja.

(2) Indonesia merupakan sebuah

negara penjual raw material,

penjualan jenis barang ini memang

memil iki turn over penjualan yang

tinggi tetapi tidak memberikan nilai

tambah lebih. Seharusnya nilai

tambah dari pengelolahan sebuah

barang mentah dapat diciptakan di

dalam negeri. Dan (3) subsidi BBM

oleh pemerintah salah sasaran dan

menghilangkan insentif untuk

pengembangan energi alternatif

yang ramah l ingkungan. Pada

kenyataannya, subsidi BBM lebih

mengarah kepada penggunaan

konsumtif atau pribadi untuk

kalangan yang tidak sesuai. Subsidi

ini sudah menjadi penyakit kronis

yang sul it dihi langkan karena

masyarakat Indonesia telah terlalu

lama mendapatkan privilege

tersebut dan menjadi sebuah

pemikiran bahwa subsidi BBM ini

merupakan sebuah hak. Padahal ,

opportunity cost dari subsidi BBM

sangat besar dan saat ini Indonesia

sudah bukan lagi net exporter

melainkan net importer minyak.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 21

"Roy Sembel melihat

bahwa walaupun

sektor keuangan

Indonesia

berkembang relatif

baik dan stabil, belum

diimbangi dengan

perkembangan pada

sektor rill. "

Sumber : http://smal lcapworldfi les.wordpress.com

Page 24: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

BUMN/ Korporasi

Kementerian BUMN pada tahun 2013 mengusulkan

tiga perusahaan BUMN yang akan masuk dalam

Program Tahunan Privatisasi tahun 2013 kepada Menko

Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi .

Perusahaan yang diusulkan yakni PT Aneka Tambang

(Antam), Tbk, PT Pegadaian (Persero) dan PT Pos

Indonesia (Persero). Ketiga perusahaan ini dini lai oleh

Kementerian BUMN saat ini memil iki kinerja finansial

yang cukup baik serta prospek pengembangan bisnis

yang menjanjikan di masa depan .

Kementerian BUMN mengungkapkan bahwa pelaksana

Privatisasi untuk tahun 2013 bukan diarahkan mata

untuk pemenuhan APBN, tapi untuk mendukung

pengembangan perusahaan dengan metode utama

melalui penawaran umum di pasar modal . Disamping

itu, privatisasi juga ditujukan mendorong BUMN untuk

meningkatkan dan menerapkan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance (GCG).

Untuk tahun 2013, Privatisasi PT Antam dilakukan

dengan metode Secondary Public Offering (SPO)

melalui penerbitan saham baru dengan jumlah

maksimal 5%, setelah sebelumnya pada tahun 1997

Perusahaan melepaskan saham perdananya. Hal ini

di lakukan dalam rangka pengembangan bisinis di

tahun 2014, yaitu modernisasi dan optimal isasi pabrik

feronikel Pomalaa, proyek chemical grade alumina

(CGA) Tayan (mengolah bauksit menjadi CGA) dan

proyek di Halmahera Timur (mengolah bij i nikel

menjadi feronikel ) . Kebutuhan pengembangan bisnis

tersebut ditujukan untuk mengantisipasi adanya

pengetatan ekspor tambang ke luar negeri berdasarkan

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Nomor 7 Tahun 2012, yang merupakan Peraturan

Pelaksana UU Nomor 4 tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan BatuBara.

Privatisasi PT Pos Indonesia diusulkan secara resmi oleh

Direksi PT Pos kepada Kementerian BUMN pada bulan

Oktober 2012. PT Pos Indonesia merupakan perusahan

jasa pengiriman pertama di Indonesia, yang memil iki

total asset Rp. 4.6 Tri l iun dan memil iki kantor jaringan

di seluruh Indonesia. Dengan kinerja keuangan PT Pos

yang terus membaik, terutama setelah dilakukannya

transformasi bisnis, PT Pos membutuhkan dana untuk

pengembangan usahanya untuk menghadapi

persaingan pada Pasar industri jasa pengiriman yang

dari tahun 2010 telah berkembang 10% per tahun yang

dipicu oleh pertumbuhan industri kreatif dan

perdagangan secara onl ine. Jasa Pengiriman sendiri

memil iki memil iki prospek yang sangat menjanjikan

dengan total ni lai transaksi mencapai Rp 8 Tril iun.

Perusahan lainnya yang diusulkan privatisasi adalah PT

Pegadaian, yang merupakan salah satu BUMN dengan

kinerja keuangan yang kuat dan profitabil itas yang

tinggi. PT Pegadaian Memil iki jumlah outlet yang

tersebar di seluruh Indonesia dimana jumlahnya telah

mencapai 4.624 buah di tahun 2012. Industri gadai

yang terus berkembang pesat khususnya gadai emas,

harus diantisipasi oleh PT Pegadaian walaupun pada

tahun 2011 Perusahaan telah menjadi market leader

dengan market share ±81%. Key Player lainnya antara

lain Bank Syariah Mandiri (±10.8%) dan BRI Syariah

(±5.3%).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 59 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun

2005 tentang Tata cara Privatisasi Perusahaan

Perseroan (Persero), maka usulan BUMN yang masuk

dalam Program Tahunan Privatisasi tahun 2013 akan di

bahas di Komite Privatisasi untuk memperoleh arahan

dan Kementerian Keuangan untuk mendapatkan

rekomendasi sebelum akhirnya dikonsultasikan dengan

DPR-RI. Pembahasan oleh komite akan dilaksanakan

pada pertengahan Januari 2013.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201322

Tiga BUMN diusulkan Privatisasi

Tahun 2013

Adji Dharma

Page 25: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

F asil itas PPh merupakan fasil itas yang diberikan

kepada wajib pajak berbentuk perseroan terbatas

atau koperasi yang melakukan penanaman modal di

bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-

daerah tertentu berdasarkan PP 1 tahun 2007

sebagaimana telah diubah dengan PP 62 tahun 2008

dan PP 52 tahun 2011.

Bentuk fasil itas PPh diberikan dalam 4 macam fasil itas

yaitu: (i) Pengurangan penghasilan neto sebesar 30%

dari jumlah penanaman modal yang dibebankan

selama 6 tahun, masing-masing sebesar l ima persen

per tahun; (i i ) Penyusutan dan amortisasi dipercepat;

(i i i ) Pengenaan PPh atas dividen yang dibayarkan

kepada Subjek Pajak Luar Negeri sebesar 10% atau tarif

tax treaty; dan (iv) Kompensasi kerugian yang lebih

lama dari 5 tahun dan tidak lebih dari 10 tahun dengan

persyaratan tertentu.

Salah satu perusahaan yang telah memanfaatkan

fasil itas tersebut adalah PT Sinar Pure Foods

Internasional (SPFI) yang bergerak di bidang usaha

pengalengan ikan khususnya ikan tuna. Dalam lampiran

II PP 1 tahun 2007, bidang usaha tersebut termasuk ke

dalam kelompok bidang usaha yang mendapatkan

fasil itas yaitu kelompok Industri Pengalengan Ikan dan

Biota Perairan Lainnya dengan cakupan wilayah

Maluku, Maluku Utara, Papua, Irian Jaya Banat, Sulawesi

Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi

Tenggara, Sulawesi Banat, Gorontalo. PT Sinar Pure

Foods Internasional sendiri berlokasi di

Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Perusahaan ini berdiri pada tahun 1991

dengan kapasitas produksi sebesar 100

ton/hari. Produk yang dihasilkan 99%

diekspor ke luar negeri (Timur Tengah,

Eropa, dan Amerika Serikat) dan hanya 1%

untuk kebutuhan dalam negeri. Tenaga

kerja yang dipekerjakan sebanyak kurang

lebih 1500 orang (70% wanita).

Dari keempat macam fasil itas yang telah

disebutkan di atas, PT. SPFI hanya

menggunakan fasil itas pengurangan

penghasilan netto sebesar 30% dari

jumlah

penanaman

modal yang

dibebankan

selama 6

tahun.

Dari hasil

pengamatan

dan informasi

yang

diperoleh dilapangan, terkesan bahwa ketiga fasi l itas

lainnya masih kurang dipahami baik proses maupun

manfaatnya. Salah satu kendala yang dihadapi oleh

pihak perusahaan yaitu lamanya waktu dalam proses

pengajuan fasil itas mulai dari pengajuan ke BKPM

kemudian ke Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sampai

dengan keputusan persetujuan. Waktu yang

dibutuhkan lebih dari satu tahun.

Hal yang demikian ini selayaknya dijadikan sebagai

bahan evaluasi untuk penyempurnaan PP ke depan

sebagaimana ketentuan yang menyatakan bahwa

fasil itas akan dievaluasi dalam jangka waktu pal ing

lama 2 (dua) tahun sejak peraturan ditetapkan. Langkah

penting yang perlu dilakukan agar kebijakan ini dapat

diimplementasikan secara luas dan efektif adalah

sosial isasi yang lebih efektif serta penyederhanaan/

efisiensi dalam proses pengajuan fasil itas ini .

Pemanfaatan Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) padaPT Sinar Pure Foods Internasional

Ahmad Rifai Sapta

Fiskal dan Regulasi Ekonomi

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 23

Proses Produksi PT. Sinar Pure Foods Internasional

Page 26: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

SMenelusuri Jejak MP3EI

Alvin Adisasmita

Kolom MP3EI

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201324

Semenjak terbangunnya Masterplan

Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) telah banyak mereal isasiakan

sejumlah proyek yang berhasil di-

groundbreaking. Komite Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi

(KP3EI) menjadikan groundbreaking

sebagai tolak ukur implementasi MP3EI

karena dapat memberikan gambaran

mengenai proyek-proyek yang sudah

berjalan sesuai rencana. Dimana

groundbreaking adalah “peletakan batu

pertama”, atau konstruksi awal sebuah

proyek yang digunakan sebagai salah

satu indikator yang tolak ukur

implementasi MP3EI.

Sejak Mei 2011 hingga Desember 2012,

terhitung sudah ada 184 proyek yang

telah groundbreaking dengan nilai

investasi mencapai Rp. 624 Tril l iun.

Proyek-proyek tersebut lebih banyak

merupakan proyek infrastruktur (99

proyek) dengan nilai investasi Rp. 283

Tril l iun. Sedangkan untuk sektor rii l

mencapai 85 proyek dengan nilai

investasi Rp 341 Tril l iun.

J ika real isasi proyek-proyek MP3EI

dipersentasekan, maka tahun 2011

sudah tereal isasikan 92% dan 2012

mencapai 84% dari rencana. Untuk

tahun 2011, Koridor Ekonomi (KE) Bal i –

NT dan Papua – Kepulauan Maluku

sudah mencapai 100%. Real isasi

groundbreaking KE Sumatera sudah

mencapai 93%, Jawa 96%, dan

Kal imantan 88%. Sedangkan Sulawesi

pal ing rendah hanya mencapai 64%

karena terhambat permasalahan Izin

Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)

dan sedang difasi l itasi proses

penyelesaiannya oleh KP3EI. Untuk

tahun 2012, Jawa, Kal imantan, dan

Sulawesi mencapai 100% sedangkan

Papua – Kep Maluku pal ing rendah

hanya mencapai 33%.

Sesuai semangat business not as usual yang tertera dalam

dokumen MP3EI, real isasi groundbreaking proyek-proyek MP3EI

pal ing banyak disumbang oleh swasta dengan jumlah proyek

sebanyak 70 proyek atau dengan nilai investasi sebesar Rp. 275

Tril l iun. Kemudian, pemerintah sebanyak 43 proyek dengan nilai

Rp. 107,5 Tri l l iun dan sisanya berasal dari BUMN dan campuran.

Investor campuran merupakan investasi yang dilakukan oleh

beberapa pihak baik itu pemerintah – swasta (KPS), bumn – swasta,

maupun pemerintah – BUMN.

Namun pencapaian groundbreaking proyek-proyek MP3EI akan

berbeda jika dil ihat dari kacamata koridor. Hingga saat ini ,

pembangunan masih lebih banyak berfokus pada Indonesia bagian

barat. Proyek pal ing banyak dibangun di KE Jawa dengan jumlah

69 proyek yang bernilai Rp. 260 Tril l iun. Disusul KE Kal imantan

yang berhasil membangun 45 proyek dengan nilai investasi Rp 124

Tril l iun dan KE Sumatera dengan 35 proyek bernilai Rp. 93,5

Tri l l iun. Indonesia bagian timur hanya groundbreaking 37 proyek

dengan nilai Rp. 146 Tril l iun. Di bal ik pencapaian-pencapaian

implementasi MP3EI, masih banyak ruang untuk perbaikan.

http//:www.clker.com

Real isasi Groundbreaking 2011-2012

(Rp Tril iun)

Page 27: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

M. Edy Yusuf

Ketenagakerjaan

Perekonomian Indonesia saat ini

secara umum menunjukkan

kondisi yang menggembirakan

dil ihat dari makro ekonomi yang

ada. Namun demikian tentu tetap

harus terus menerus

mengupayakan berbagai kebijakan

yang dapat mengembangkan dan

meningkatkan efektivitas bukan

hanya di bidang fiskal dan moneter

namun juga penting untuk

meningkatkan produktivitas

nasional . Dengan lebih produktif

maka suatu negara akan dapat

meningkatkan daya saingnya dan

pada akhirnya kual itas hidupnya

juga meningkat. Peningkatan

produktivitas ini harus dapat

dilaksanakan secara integral ,

komprehensif, dan sinergis oleh

semua stakeholder antar sektor.

Terkait dengan produktivitas itu

sendiri , kita perlu mengetahui apa

itu produktivitas. Isti lah

produktivitas mulai muncul

pertama kal i pada tahun 1766 yang

dicetuskan oleh Quesnay, ekonom

dari Perancis, yang mengartikan

produktivitas sebagai menghasilkan

barang. Kemudian seiring dengan

perkembangan waktu, isti lah ini

lebih diarahkan kepada pendekatan

teknis yang mengartikan

produktivitas sebagai hubungan

antara output dengan input.

Pada tahun 1958, para pakar dari

berbagai disipl in i lmu mengadakan

pertemuan di Roma, Ital ia untuk

merumuskan pendekatan baru

tentang produktivitas. Pada saat itu

pendekatan produktivitas lebih

diarahkan kepada pendekatan

fi losofi dimana produktivitas

diartikan sebagai sikap mental

yang bertujuan membuat hari esok

lebih baik dari hari sekarang dan

hari ini lebih baik dari hari kemarin.

Seperti yang disampaikan oleh

pakar produktivitas, Hidayat,

berdasarkan pendekatan fi losofi

tersebut, esensi pengertian

produktivitas adalah melakukan

improvement (perbaikan). Tanpa

adanya improvement tidak

mungkin akan terjadi hari ini atau

hari esok yang lebih baik dari

kemarin atau hari ini . Untuk

mencapai suatu kemauan (will) di

hari esok, harus terlebih dahulu

ada effort (usaha) berupa

pengorbanan seperti pikiran,

tenaga, dan uang. Jadi untuk

menghasilkan output diperlukan

adanya input.

Implementasi dari konsep

produktivitas sendiri pada awalnya

diterapkan di tingkat mikro lalu ke

sektoral dan sekarang sudah ke

tingkat nasional . Tentu untuk

mengetahui hasil implementasi ada

pengukuran yang dijadikan acuan.

Ada tiga konsep pengukuran yang

dipakai yaitu produktivitas partial ,

produktivitas multifactor, dan

produktivitas total (total factor

productivity-TFP) dimana

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 25

Sumber: isudetobethatguy.com

Produktivitas, Sesuatu yang Harus Dimengerti

dan Diaplikasikan

Page 28: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201326

pengukuran tersebut dapat

diterapkan diberbagai tingkat

mulai dari individu, organisasi ,

sektoral sampai dengan nasional .

Sedangkan untuk semakin

membuat masyarakat memahami

apa itu produktivas perlu ada

suatu gerakan yang terus menerus

mengingatkan pentingnya

produktivitas. Gerakan tersebut

dilakukan dengan suatu model

yang dikenal dengan sebutan

Model AIM, singkatan dari

Awareness, Improvement dan

Maintenance. Tahap ini dimulai

dengan tahap pengenalan dulu

(awareness) apa itu produktivitas.

Pengenalan tersebut dapat

dilakukan melalui sosial isasi baik

melalui media cetak dan elektronik

maupun melakukan sosial isasi

langsung di lapangan. Setelah

masyarakat mengenalnya, langkah

selanjutnya yang perlu dilakukan

adalah melakukan improvement

(perbaikan/ penyempurnaan) yang

tidak boleh terputus. Namun

demikian harus disadari bahwa

improvement perlu disertai

dengan adanya delivery system

yang baik. Delivery system ini

misalnya dapat dilakukan dengan

pembentukan suatu lembaga yang

mengurusi produktivitas seperti

National Productivity Corporation

(dulu National Productivity Centre)

di Malaysia dan National

Productivity Council di India yang

keduanya sama-sama ditugaskan

untuk mendorong peningkatan

produktivitas dan melekatkan

budaya produktivitas pada

masyarakat. Untuk Indonesia

sendiri kita memil iki Lembaga

Produktivitas Nasional yang

sementara ini masih terus

berproses untuk menjadi lembaga

yang benar-benar dapat berfungsi

seperti kedua lembaga serupa di

Malaysia dan India.

Tahapan berikutnya yang perlu

mendapatkan perhatian ekstra juga

adalah maintenance

(mempertahankan). Ini penting

mengingat jika kita sudah melewati

dua tahapan sebelumnya namun

mengabaikan tahapan ketiga ini

atau dengan perkataan lain kita

cepat berpuas diri (complaceny)

maka akhirnya yang ada adalah

kegagalan lagi yang diperoleh.

Contoh yang nampak dari ini

adalah keberhasilan kita dalam

swasembada beras (tahun 1983),

namun karena kita cepat berpuas

diri tanpa ada usaha untuk me-

maintenance-nya, maka sekarang

ini kita tidak lagi dapat

dikategorikan sebagai negara yang

berswasembada beras karena kita

masih harus mengimpor beras dari

negara lainnya. Tentu ini menjadi

pelajaran yang sangat berharga

sekal i supaya kita jangan

mengulanginya.

Dari pemahaman tentang

produktivitas tersebut, tentunya

kita dapat meningkatkan

produktivitas mulai dari diri kita

sendiri .

Sumber: flastrawberry.com

Page 29: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

KUR dan UKMKUR dan UKM

Target penyaluran KUR

tahun 2012 berhasil

dicapai hingga melebihi

Rp 30 tri l iun yakni

sebesar Rp 33 tri l iun.

Total penyaluran sejak

tahun 2007 hingga Desember 2012

sebesar Rp 96,4 tri l iun dengan total

debitur sebanyak 7,6 juta debitur.

Pada bulan Desember 2012 kredit

telah disalurkan sebesar Rp 3,2

tri l iun dengan jumlah debitur

sebanyak 181.574 debitur. Rata-rata

setiap debitur mendapatkan kredit

sebesar Rp 12,6 juta dengan tingkat

NPL sebesar 3,6%.

Bank BRI merupakan bank yang

menyalurkan kredit tertinggi,

khususnya BRI mikro. Kredit yang

disalurkan oleh BRI mikro hingga

Desember 2012 mencapai Rp 46,6

tri l iun dengan jumlah debitur

sebanyak 79.084. Sedangkan untuk

penyaluran kredit melalui BRI ritel

pada bulan Desember 2012

mencapai 12,6 tri l iun dengan

jumlah debitur mencapai 7,05 juta.

Real isasi KUR oleh BPD pada bulan

Desember 2012 tercatat sebesar Rp

209 mil iar dengan jumlah debitur

sebanyak 2.475 orang. Tingkat NPL

rata-rata BPD sebesar 6.3%.

Real isasi penyaluran KUR oleh BPD

tertinggi disalurkan oleh Bank Jatim

dan Bank Jabar- Banten, masing-

masing sebesar Rp 3,2 tri l iun dan

Rp 2,6 tri l iun.

Dil ihat dari sektor yang menerima

KUR pada bulan Desember 2012,

sektor perdagangan mendapatkan

KUR terbanyak hingga 57%.

Selanjutnya, untuk urutan kedua

pertanian 16%.

Berdasarkan sebaran regional KUR

terbanyak berada di Jawa Timur,

Jawa Tengah dan Jawa Barat

masing-masing sebesar Rp 14,7

tri l iun, Rp 14,3 tri l iun dan Rp 12,4

tri l iun. Penting adanya kerjasama

antar pemerintah daerah dan

perbankan agar sebaran KUR di

bagian timur Indonesia meningkat.

Sementara laporan KUR TKI terus

mengalami peningkatan dari segi

debitur dan penyaluran. Pada akhir

tahun 2012 tercatat penyaluran

KUR TKI mencapai Rp 43,3 mil iar

dengan jumlah debitur sebanyak

3.222 TKI.

Beberapa negara tujuan TKI yang

menerima penyaluran KUR TKI

diantaranya adalah Korea, Malaysia,

Singapura, Taiwan, dan Hongkong.

T "Total PenyaluranKUR sejak tahun2007 hingga

Desember 2012sebesar Rp 96,4

tri l iun"

Penyaluran KUR Desember 2012

Windy Pradipta

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 27

Page 30: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

PPada hari Senin, 21 Januari 2013,Menteri Koordinasi Bidang

Perekonomian, Hatta Rajasa,

melakukan kunjungan ke Jakarta

International Container Terminal

(J ICT) Tanjung Priok untuk

meresmikan peluncuran auto gate

system . Peresmian ini merupakan

tindak lanjut dari hasi l Rapat

Koordinasi Pengembangan

Kebijakan SISLOGNAS yang di

selenggarakan di Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian

pada tanggal 26 Desember 2012.

Penerapan auto gate system

merupakan terobosan untuk

meningkatkan kecepatan layanan

pemasukan dan pengeluaran

container di pintu kawasan

pelabuhan yang di bawah

pengelolahaan JICT, sebagai upaya

strategis untuk mendukung logistic

effiency dan kinerja pelayanan.

Menko Perekonomian menyakini

bahwa dengan diterapkannya i-

Cares System , Auto Gate System

dan Tempat Pemeriksaan Fisik

Terpadu (TPFT), yang merupakan

upaya bersama antara Bea Cukai

dengan lembaga pemerintahan

lainnya, dapat dengan cepat

mengatasi masalah dwelling time.

Dalam kesempatan ini , Menko

Perekonomian menyampaikan

bahwa daya saing usaha sangat

tergantung kepada baik buruknya

kemampuan pelabuhan, yang

merupakan suatu simpul utama

dari sitem rantai posok. Karena

daya saing usaha yang tinggi akan

menyumbang peningkatan daya

saing perekonomian nasional .

Sistem INSW sebagai trade

facilitation sudah terbukti banyak

meningkatkan efisiensi pelayanan

dan efektivitas pengawasan dari

alur barang ekspor-impor.

Keberhasilan dari pembangunan

SISLOGNAS untuk mendukung

peningkatan konektivitas nasional

mulai terl ihat peranannya dalam

mengurangi biaya transaksi,

membuka isolasi ekonomi daerah

terpencil dan menurunkan disparasi

harga. Hasil kerja INSW berperanan

dalam perbaikan pelayanan

penyelesaian customs clearance and

cargo release sekal igus mengawasi

lalu l intas perdagangan.

Pada akhirnya, diharapkan bahwa

berbagai usaha dan langkah

strategis yang telah dan akan

dilakukan oleh Pemerintah untuk

menurunkan dwelling time di

Tanjung Priok. Hal ini akan

meningkatkan efisiensi pelayanan

dan efektifitas pengawasan atas

lalu l intas barang ekspor-impor.

Selain itu, juga untuk

mempersiapkan diri dalam rangka

mencapai target integrasi Logistik

ASEAN pada tahun 2013, integrasi

Pasar ASEAN pada tahun 2015 dan

integrasi pasar global pada tahun

2020.

Peresmian Auto Gate System Dalam RangkaMempercepat Pelayanan di Pelabuhan

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201326

KUR dan UKMLaporan Kegiatan

Insani Sukandar

Page 31: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 32: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013

Untuk informasi lebih lanjut hubungi :Redaksi Tinjauan Ekonomi dan KeuanganKementerian Koordinator Bidang PerekonomianGedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2­4 Jakarta, 10710Telepon. 021­3521843, Fax. 021­3521836Email : [email protected] Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada websitewww.ekon.go.id