Upload
fantau
View
663
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan edisi Januari 2013
Citation preview
Reformasi Sektor Keuangan| Reformasi Sektor Keuangan Indonesia, Prof. Roy Sembel
| Cerahnya Masa Depan Ekonomi Syariah di Indonesia
| Peresmian Auto Gate System Dalam Rangka Mempercepat
Layanan di Pelabuhan
| Kesuksesan Postal Saving Jepang| Perluasan Kesempatan Kerja
Wawancara
Eksklusif de
ngan
KetuaDewa
n
Komisione
r OJK
Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Koordinator : Bobby
Hamzar Rafinus Editor : Edi Prio Pambudi, M Edy Yusuf Analis : Windy Pradipta, Masyitha Mutiara
Ramadhan, Fitria Faradila, Insani Sukandar, Alexcius Winang, Andi Distribusi : Chandra Mercury
Kontributor : Ratih Purbasari Kania, Adji Dharma, Ahmad Rifa' i Sapta, Joko Purnomo, Erns
Saptenno, Alvin Adisasmita, Saritaon Siregar, Schneider Siahaan, Irfan Syauqi Beik, Pungky
Purnomo Wibowo, Tim Pemantauan dan Pengendal ian Inflasi , Komite Kebijakan KUR, Tim
Koordinasi Kebijakan Stabil isasi Harga Pangan Pokok.
REFORMASI SEKTOR KEUANGAN 8
OJK dan Arsitektur Industri Keuangan Indonesia |
Tantangan dan Masalah Stabilitas Sektor
Keuangan |
Optimalisasi Peran Sektor Keuangan untuk
Memacu Pertumbuhan Ekonomi |
Kebijakan Makro Prudensial: Strategi Stabilisasi
Sistem Keuangan |
Cerahnya Masa Depan Ekonomi Syariah di
Indonesia |
Perkembangan Keuangan Inklusif di Indonesia |
Perlindungan dan Pendidikan Konsumen
Keuangan |
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembanganindikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010
KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI 2
Perluasan Kesempatan Kerja
EKONOMI INTERNASIONAL 3
Kesuksesan Postal Saving Jepang: MenggaliPotensi Sumber Dana Domestik
EKONOMI DOMESTIK 4
Perkembangan Inflasi Desember 2012
Potret Kemiskinan Indonesia
Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
EKONOMI DAERAH 7
Efisiensi Pengelolaan Anggaran Daerah dalam
Mendukung Reformasi Keuangan
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) & UKM 27
Penyaluran KUR Desember 2012
OPINI PAKAR 20
Reformasi Sektor Keuangan-Professor Roy
Sembel
BUMN 22
Tiga BUMN diusulkan Privatisasi pada Tahun
2013
FISKAL & REGULASI EKONOMI 23
Pemanfaatan Fasilitas Pph pada PT Sinar Pure
Food Internasional
MP3EI 24
Menelusuri Jejak MP3EI
LAPORAN KEGIATAN 28
Peresmian Auto Gate System Dalam Rangka
Mempercepat Pelayanan di Pelabuhan
Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi - Republik Indonesia
KETENAGAKERJAAN 25Produktivitas Tenaga Kerja
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia
Editorial
M emasuki tahun 2013, Indonesia memulai format
baru dalam pengaturan dan pengawasan
lembaga keuangan. Pada tahun ini pengawasan
lembaga keuangan bukan bank serta pasar modal
beral ih dari dari Bapepam-LK kepada Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Peral ihan ini akan dilanjutkan pada
tahun 2014 yaitu pengawasan bank dari Bank
Indonesia kepada OJK. Keterpaduan pengawasan
lembaga keuangan yang dilaksanakan OJK diharapkan
mewujudkan sistem keuangan yang memenuhi tata-
kelola yang baik, tumbuh berkelanjutan dan stabil , serta
mel indungi masyarakat.
Langkah memadukan pengawasan lembaga keuangan
merupakan pil ihan untuk menjawab pesatnya
perkembangan sektor keuangan kedepan. Perbankan,
yang memil iki asset sekitar 82% dari sektor keuangan
saat ini , kedepan akan tetap berperan penting dalam
mobil isasi dana masyarakat dan penyalurannya .
Strategi pembangunan ekonomi yang dihela oleh
sektor keuangan, finance-led economic
strategy,memang relatif dominan semenjak deregulasi
sektor perbankan dan keuangan di tahun 1990-an di
Indonesia, dan juga di banyak negara lain.
Pelajaran pahit dari pil ihan strategi ini telah dialami
tahun 1997-98. Dampaknya masih ada yang tertinggal ,
namun secara makro telah usai dengan dicapainya
kembal i peringkat investasi (sovereign investment
grade) tahun yang lalu. Pelajaran serupa saat kini
dialami oleh beberapa negara Eropa sebagai dampak
krisis keuangan 2008-2009, seperti Islandia, Irlandia,
dan Latvia.
Pemerintah Islandia melaksanakan l iberal isasi sektor
keuangan dan privatisasi perusahaan negara yang
signifikan pada tahun 1990-an. Dengan langkah-
langkah tersebut dalam waktu yang relatif singkat
Islandia berubah dari negara miskin di daratan Eropa
menjadi satu dari l ima negara terkaya di dunia pada
tahun 2007. Pada tahun tersebut netto utang luar
negerinya mencapai 250% terhadap PDB. Krisis
keuangan 2008 telah menyebabkan penutupan 3 (tiga)
bank besar, lonjakan utang dan inflasi , serta
pertumbuhan ekonomi yang negatif selama tiga tahun
hingga 2010.
Kasus Islandia tersebut dikutip dari buku ’23 Things
They Don’t Tel l You About Capital ism’ yang ditul is oleh
Ha-Joon Chang (2011). Pembelajaran dari kasus
tersebut adalah perlunya kendal i terhadap kecepatan
pertumbuhan l ikuditas di sektor keuangan, khususnya
perbankan, agar kondusif terhadap pertumbuhan
investasi , pengembangan sumber daya manusia dan
pemantapan institusi dalam jangka panjang. Kendal i
yang cerdas dan tepat diperlukan karena menurut
penul is buku tersebut “finance capital is ‘impatient’ and
seeks short term gain”. Selamat bekerja.
Bobby Hamzar Rafinus
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 1
Indikator Ekonomi
P ada akhir tahun 2012, Presiden RI member arahan
kepada para pembantunya agar pada tahun 2013
ini dapat diciptakan kesempatan kerja baru mencapai 1
juta. Penciptaan kesempatan kerja netto yang besar ini
tetap harus berprinsip mempertahankan kesempatan
kerja yang sudah ada (menghindarkan penutupan usaha
dan PHK). Dengan momentum pertumbuhan ekonomi
yang diatas 6% dan indikator-indikator makro lainnya
yang menunjukkan kinerja yang baik, target sebesar ini
tidaklah muluk. Tentu dalam mewujudkan target ini
dapat ditempuh bukan dengan cara-cara seperti biasa
(business as usual) , namun melalui terobosan-terobosan
yang mendukung pencapaian target ini (not business as
usual) .
Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Kepala Bappenas, ada beberapa skenario
kesempatan kerja netto yang akan tercipta pada tahun
2013 ini. J ika pertumbuhan ekonomi dapat mencapai
6,8% dan pertambahan kesempatan kerja adalah 1,7
juta maka kesempatan kerja 1% pertumbuhan ekonomi
akan menciptakan 250 ribu kesempatan kerja.
Sementara itu pertambahan angkatan kerja yang ada
mencapai 0,7 juta, sehingga kesempatan kerja netto
akan mencapai 1 juta (tingkat pengangguran terbuka
5,19% atau 6,24 juta orang). Dengan pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,5%, pertambahan kesempatan
kerjanya menurun menjadi 1,625 juta sehingga
kesempatan kerja netto yang diciptakan dapat
mencapai 975 ribu. Sementara itu dengan pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,3%, maka akan dapat diciptakan
lapangan kerja sebesar 875 ribu.
Ada dua opsi dalam rangka pencapaian target
kesempatan kerja netto yang lebih besar. Yang pertama
adalah dari sisi demand dimana perlu untuk
memperbesar elastisitas agar kesempatan kerja per satu
persen pertumbuhan ekonomi menjadi lebih besar.
Yang kedua adalah dari sisi supply. Ini dapat dilakukan
dengan mempertahankan siswa sekolah terutama
siswa SLTP yang putus sekolah (tidak mampu
melanjutkan sekolah) agar tetap dalam satuan sistem
pendidikan dan atau member kesempatan kedua bagi
siswa yang telah drop out untuk memperoleh beasiswa
“miskin” agar dapat masuk kembal i ke sekolah.
Penciptaan kesempatan kerja netto ini difokuskan pada
l ima bidang yaitu: kebijakan/regulasi , program-program
APBN, pembangunan sektor rii l , pembangunan
infrastruktur, dan proyek-proyek khusus. Dalam
kebijakan/regulasi diarahkan kepada ikl im
investasi/usaha, ikl im ketenagakerjaan, jaminan
keamanan, insentif fiskal , ikl im usaha bagi pemula, dan
sistem logistik nasional . Bidang kedua yaitu program-
program APBN diantaranya mel iputi pengembangan
UMKM, dan program padat karya.
Berikutnya, bidang pembangunan sektor rii l yaitu
mereal isasikan investasi PMA dan PMDN sebesar Rp.
390 tri l iun. Sedangkan pembangunan infrastruktur
mel iputi infrastruktur pembiayaan pemerintah,
infrastruktur pembiayaan BUMN, dan infrastruktur
pembiayaan swasta-PPP. Sedangkan bidang yang
terakhir yaitu proyek-proyek khusus, diarahkan kepada
kegiatan proyek yang sudah berjalan tetapi terhambat
oleh adanya kebutuhan tertentu namun tidak termasuk
kegiatan proyek infrastruktur yang masih terhambat.
Termasuk proyek khusus ini adalah KEK Tanjung Lesung.
Agar penciptaan kesempatan kerja netto ini benar-
benar dapat terwujud, perlu dukungan semua pihak.
Disamping itu kebijakan ini perlu dikawal dan diawasi
agar sesuai dengan yang direncanakan. Semoga.
M.Edy Yusuf
Satu Juta Penciptaan Kesempatan Kerja Netto
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 20132
Koordinasi Kebijakan Ekonomi
2
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 3
engadaan dana pembiayaan merupakan salah
satu hambatan yang dihadapi pemerintah
dalam rangka akselerasi pembangunan
infrastruktur. Untuk itu, Pemerintah
membutuhkan sumber dana jangka panjang.
Sementara itu saat ini lebih banyak modal jangka
pendek dari luar negeri yang tinggi tingkat
ketidakpastiannya.
Salah satu sumber dana yang berpotensi untuk digal i
adalah mobil isasi sumber dana domestik. Indonesia
dapat mencontoh pengalaman sukses Jepang dalam
mengelola sumber dana domestik, khususnya dalam
mengembangkan postal saving system. Sistem ini tidak
hanya memobil isasi dana domestik untuk pembiayaan
proyek strategis, namun juga membangun basis
investor domestik. Investor ini dapat menjadi tulang
punggung pasar obl igasi pemerintah dan berperan
meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat.
Kesuksesan Jepang dalam mencari sumber dana yang
aman telah terbukti. Walaupun Jepang memil iki rasio
utang terhadap PDB yang sangat tinggi (200%), Jepang
tidak mengalami krisis utang seperti Eropa. Hal ini
dikarenakan seluruh Surat Utang Negara (SUN)
dinyatakan dalan Yen dan sebagian besar kepemil ikan
SUN dimil iki oleh investor dalam negeri, terutama postal
saving.
Postal saving atau Bank Tabungan Pos (BTP) adalahPerusahaan Pos yang membuka jasa keuangan bagi
masyarakat. Pembangunan BTP ditujukan untuk
mencapai sasaran financial inclusion yaitu memobil isir
tabungan nasional berupa dana murah dari para
penabung kecil sektor individu, rumah tangga, dan
usaha kecil di sektor non-formal yang sul it dijangkau
oleh perbankan dan membangun jejaring pengaman
sosial modern melalui pengenalan asuransi j iwa.
Biaya mobil isasi tabungan nasional melalui BTP memil iki
dua keunggulan yang tidak dimil iki perbankan. Pertama,
biaya overhead untuk mengembangkan BTP relatif
rendah karena PT. Pos Indonesia telah memil iki 22.045
titik pelayanan yang tersebar diseluruh Indonesia.
Jaringan kantor Pos tersebut lebih luas dibandingkan
jaringan kantor cabang bank dan ATM. Selain itu, titik
pelayanan PT. Pos menjangkau seluruh ibu kota,
kecamatan, termasuk pedesaan dimana belum ada
kantor Bank ataupun BPR. Kedua, BTP merupakan
lembaga keuangan bukan bank (LKBB) yang
menghadapi resiko sangat rendah dengan biaya operasi
yang sangat murah. Tugas BTP adalah memobil isir
dana untuk membel i SUN atau obl igasi yang dijamin
negara serta SBI yang tidak mengandung resiko.
Sebagai LKBB, BTP tidak terikat pada peraturan
prudensial perbankan yang sangat mahal ongkosnya,
seperti aturan permodalan dan rasio cadangan
minimum.
BTP Jepang didirikan pada tahun 1875 sebagai bagian
dari modernisasi sistem keuangan negara guna
memobil isasi tabungan nasional untuk membelanjai
industrial isasi restorasi Meij i dan membangun kembal i
negara setelah Perang Dunia II. Pada awalnya, BTP
Jepang memobil isasi dana untuk Trust Fund Bureau
Fund (TFBF) atau lembaga wal i amanah yang dibawah
Kementerian Keuangan. TFBF akan membayar BTP
dengan SUN.
BTP Jepang memil iki empat produk utama, (i)
Melakukan pengiriman surat dan logistik kantor pos
biasa dan menjual produk dan jasa kantor pos lainnya,
(i i ) Memobil isasi tabungan dan deposito dari golongan
masyarakat yang kurang terjangkau dari perbankan,
terutama rumah tangga dan UKM, (i i i ) Menjual produk
deposito jangka panjang, yaitu 10 tahun dengan suku
bunga yang lebih tinggi dibandingkan perbankan, dan
(iv) Menjual asuransi j iwa yang tidak boleh dilakukan
oleh bank komersial .
Berdasarkan hasil penel itian yang dilakukan oleh
Proffessor Naoyuki Yoshino dari Keio University, BTP
menjadi lembaga keuangan yang pal ing efisien
dibandingkan dengan bank regional dan bank di kota
besar. Selain itu, pada tahun 2005 tabungan di BTP
mencapai hampir sepertiga (27,3%) dari total deposit di
Jepang. BTP Jepang juga menjal in hubungan dengan
3500 Bank Swasta, termasuk bank di kota besar, bank
regional , pembiayaan kredit dan bank pertanian.
Professor Yoshino juga melakukan survey mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat memil ih
institusi keuangan tertentu. Tiga faktor utama yang
menyebabkan masyarakat memil ih institusi keuangan
karena kedekatan dan kenyamanan (80,45%), institusi
keuangan yang sehat (40%), dan memil iki jaringan yang
luas (25,8%). Indonesia perlu meniru Jepang
membangun BTP untuk menjalankan strategi baru
dalam penetapan defisit APBN serta pembelanjaanya.
Seperti halnya di Jepang, dana yang dimobil isasi oleh
BTP digunakan untuk mengatasi bottlenecks yang
menghambat ekonomi dan menjadi APBN ‘kedua’ yang
menopang pembangunan.
Referensi:
Seminar “Financing for Development: Lesson Learn from
Japan’s Postal Saving System and Fiscal Investment Loan
Program . ’ , Bappenas, 23 Januari 2013.
Kesuksesan Postal Saving Jepang:Menggali Potensi Sumber Dana Domestik
Masyitha Mutiara Ramadhan
P
EKONOMI INTERNASIONAL
CitiBank memperkirakan tingkat inflasi
tahun 2013 akan mencapai 5% - 5,5%
(yoy) diluar efek kenaikan TDL dan upah
minimum.
ada bulan Desember 2012, tingkat inflasi
tercatat 0,54% (mtm) terhadap November
2012 sehingga inflasi tahunan mencapai
4,30% (yoy). Capaian ini dibawah target
inflasi tahun 2012 sebesar 4,5% +/- 1%.
Tingkat inflasi yang rendah bersumber dari
inflasi inti dan volatile food yang terkendal i serta inflasi
administered prices yang rendah.
Berdasarkan komponennya, inflasi inti pada bulan
Desember 2012 tercatat 0,28% (mtm) sehingga dalam
setahun mencapai 4,40% (yoy). Inflasi inti yang rendah
didorong oleh kebijakan moneter dalam menjaga nilai
tukar Rupiah dan harga komoditas global yang
cenderung menurun.
Inflasi volatile food tercatat 1,82% (mtm) dan 5,68%
(yoy) pada bulan Desember 2012. Nilai ini merupakan
inflasi pertama sejak tiga bulan lalu harga volatile food
terus mengalami deflasi . Inflasi volatile food terutama
bersumber dari kenaikan harga bawang putih, bawang
merah, dan daging sapi yang masing-masing sebesar
65,79%; 25,32%; dan 19,24% (yoy). Sementara itu,
komponen volatile food yang mengalami deflasi adalah
cabe merah (50,86%, yoy) dan cabe rawit (8,20%, yoy).
Pada bulan Desember 2012, inflasi administered prices
tercatat 0,10% (mtm) dan 2,66% (yoy). Tingkat inflasi
administered prices yang rendah disebabkan oleh
minimalnya implementasi kebijakan strategis oleh
pemerintah.
Secara spasial , seluruh 66 kota IHK mengalami inflasi .
Inflasi tertinggi terjadi di kota Jayapura sebesar 2,57%
(mtm), sedangkan inflasi terendah terjadi di kota
Kendari sebesar 0,02% (mtm).
Secara umum, pencapaian sasaran inflasi di tahun 2012
didukung oleh koordinasi kebijakan yang erat antara
Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah baik pusat dan
daerah dalam
forum TPI-TPID. Beberapa kebijakan yang telah
dilakukan BI dan Pemerintah dalam menjaga tingkat
inflasi adalah (i) menerapkan strategi bauran kebijakan
moneter dan makroprudensial dalam menjaga
stabil itas nilai tukar; (i i ) mengarahkan ekspektasi pada
sasaran inflasi ; (i i i ) mengelola sisi permintaan; (iv)
kebijakan sektoral dalam upaya stabil isasi harga
pangan; dan (v) mempertahankan harga BBM
bersubsidi yang berpengaruh pada rendahnya inflasi
administered prices.
CitiBank memperkirakan tingkat inflasi tahun 2013
akan mencapai 5% - 5.5% (yoy) diluar efek kenaikan
TDL dan upah minimum. Selain itu, diperkirakan
kondisi neraca perdagangan juga akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap tingkat inflasi tahun
2013. Penetapan hambatan impor akan meningkatkan
harga barang impor. Hal ini akan mendorong
peningkatan imported inflation .
Kedepannya, untuk mempertahankan capaian sasaran
inflasi 2013, BI dan Pemerintah akan meningkatkan
koordinasi kebijakan yang selama ini telah dilakukan.
Selain itu, kerjasama antar daerah akan diperkuat
untuk mendukung tercapainya stabil isasi harga
pangan, khususnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI)
yang beberapa waktu terakhir menunjukkan
peningkatan.
Referensi:
Anal isis Inflasi Desember 2012 – Tim Pemantau dan
Pengendal i Inflasi (TPI); Indonesia Macro Flash – Citi
Bank Economics Research
Inflasi Desember 2012
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 20134
P
Fitria Faradila
Ekonomi Domestik
Kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah
sosial yang masih menjadi pekerjaan rumah
bersama. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi seyogyanya
diiringi dengan peningkatan kesejahteraan. Dengan
begitu, pertumbuhan ekonomi tak lagi semu, melainkan
pertumbuhan rii l yang manfaatnya dirasakan masyarakat
luas.
Salah satu indikator peningkatan kesejahteraan adalah
tingkat kemiskinan. Pada September 2012, jumlah
penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,59 juta orang,
setara dengan 11,66% dari total penduduk. Jumlah ini
menurun 0,54 juta orang dibandingkan dengan periode
Maret 2012 sebesar 29,13 juta orang.
Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan beberapa faktor
terkait penurunan kemiskinan di Indonesia.
Pertama, penurunan kemiskinan disebabkan oleh tingkat
inflasi umum yang relatif rendah. Rata-rata harga beras
sepanjang 2012 relatif stabil pada kisaran Rp 10.406-
10.414. Kedua, upah harian buruh tani dan buruh
bangunan meningkat selama periode Maret 2012-
September 2012. Kenaikan upah ini berdampak positif
terhadap penghasilan petani yang ditunjukan oleh
kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar 0,70 persen
dari 104,68 pada Maret 2012 menjadi 105,41 pada
September 2012. Ketiga, adanya penurunan tingkat
pengangguran. Pada Agustus 2012, tercatat tingkat
pengangguran turun 0,18 persen dibandingkan Februari
2012.
Berdasarkan daerah dan tempat tinggal , jumlah
penduduk miskin di perkotaan maupun di pedesaan
mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di
perkotaan tercatat turun dari 8,78 pada Februari 2012
menjadi 8,60 pada September 2012. Pada periode yang
sama jumlah penduduk miskin di desa turun 1,42 persen
atau menjadi 14,79 persen dari total penduduk desa.
Potret Kemiskinan IndonesiaJumlah Penduduk Miskin Berkurang 0,54 Juta Orang
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 5
Masyitha Mutiara Ramadhan
Berdasarkan wilayah, sebagian besar penduduk miskin
berada di Pulau Jawa dengan jumlah 15,82 juta orang.
Sementara itu, Pulau Kal imantan menjadi pulau
dengan jumlah penduduk miskin terendah yaitu
sebanyak 0,93 juta orang.
Walaupun jumlah penduduk miskin terbesar berada di
Pulau Jawa, persentase penduduk miskin terbesar
berada di Pulau Maluku dan Papua yaitu sebesar 24,14
persen. Hal ini mengindikasikan kemiskinan masih
menjadi masalah utama kawasan timur Indonesia
mel ihat hampir seperempat penduduknya tergolong
miskin.
Secara umum, pada periode 2004 sampai 2012,
kemiskinan di Indonesia menunjukan tren penurunan.
Kenaikan jumlah penduduk miskin hanya terjadi pada
tahun 2006, hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga
barang-barang pokok yang digambarkan oleh inflasi
umum yang mencapai angka 17,95%. Bank Dunia
masih kategorikan Indonesia sebagai negara lower
middle income j ika dibandingkan dengan Malaysia dan
Thailand yang sudah termasuk dalam kategori upper
middle income country.
Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut masih
rentan untuk kembal i naik dengan memperhatikan
indikator indeks kedalaman kemiskinan dan indeks
keparahan kemiskinan yang meningkat pada periode
Maret 2012 – September 2012. Indikator kedalaman
kemiskinan, yang merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan, meningkat dari 1,88 Maret 2012
menjadi 1,90 September 2012. Sementara itu indikator
keparahan kemiskinan, yang menunjukan penyebaran
pengeluaran antara penduduk miskin, naik dari 0,47
menjadi 0,48 pada periode yang sama.
Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Hatta Rajasa,
menargetkan pengurangan angka
kemiskinan mencapai 11,5 persen
pada tahun 2013. Pemerintah
berharap pada tahun 2025
tingkat kemiskinan di Indonesia
berkurang hingga 4 persen.
Referensi:
Berita Resmi Statistik Profil
Kemiskinan di Indonesia
September 2012.
Jumlah defisit neracaperdagangan bulan
November 2012 lebih rendahdibandingkan bulan Oktober2012 yang mencapai $1 ,88
miliar.
P ada bulan November 2012,
ekspor Indonesia
meningkat sebesar 7,30%
dibanding bulan sebelumnya
(mtm), namun menurun
sebesar 4,60% dibanding tahun
sebelumnya (yoy). Nilai ekspor
tercatat $16,44 mil iar pada
bulan November 2012. Secara
akumulasi Januari sampai
dengan November 2012,
ekspor Indonesia tercatat
$174,76 mil iar atau mengalami
penurunan sebesar 6,25% (yoy).
Baik ekspor migas maupun
nonmigas mengalami
penurunan yaitu masing-
masing sebesar 10,50% (yoy)
dan 5,17% (yoy).
Berdasarkan kontribusinya, ekspor
nonmigas masih menjadi penopang
ekspor Indonesia secara
keseluruhan, khususnya bahan
bakar mineral ($24,15 mil iar). Secara
sektoral , ekspor nonmigas pal ing
besar berasal dari sektor industri
sebesar $107,05 mil iar, diikuti
dengan sektor pertambangan dan
pertanian yang masing-masing
tercatat $28,55 mil iar dan $5,17
mil iar. Berdasarkan negara tujuan,
ekspor nonmigas pal ing besar
ditujukan ke China sebesar $72,65
mil iar, disusul oleh Jepang $18,90
mil iar dan Amerika Serikat $15,90
mil iar.
Sementara itu, impor Indonesia
pada bulan November 2012
tercatat $16,92 mil iar, menurun
1,67% (mtm) terhadap Oktober
2012, namun meningkat 9,92%
(yoy) dibanding November 2011.
Akumulasi (Januari – November
2012) impor Indonesia tercatat
$176,1 mil iar, meningkat 9,40%
(yoy). Impor migas dan nonmigas
masing-masing mencatat
peningkatan sebesar 4,84% (yoy)
dan 10,77% (yoy).
Impor nonmigas memil iki
kontribusi terbesar yakni 77,94%
terhadap total impor Indonesia.
Berdasarkan golongan barang,
impor nonmigas ditopang oleh
mesin dan peralatan mekanik yang
mencapai $26,20 mil iar.
Berdasarkan penggunaan barang,
sebagian besar impor nonmigas
dimanfaatkan sebagai bahan baku
atau penolong yaitu sebesar
$128,73 mil iar, diikuti barang modal
$35,13 mil iar dan barang konsumsi
$12,24 mil iar. Berdasarkan negara
asal barang, impor nonmigas
Indonesia terbesar berasal dari
China sebesar $26,42 mil iar, disusul
oleh Jepang $21,11 mil iar dan
Amerika Serikat $10,67 mil iar.
Defisit neraca perdagangan pada
bulan November 2012 tercatat
$478 juta. Jumlah defisit neraca
perdagangan bulan November
2012 lebih rendah dibandingkan
bulan Oktober 2012 yang mencapai
defisit sebesar $1,88 mil iar (hasil
revisi dari $1,5 mil iar). Namun
demikian perlu diwaspadai
meningkatnya kontribusi impor
migas dalam defisit neraca
perdagangan. Kecenderungan ini
diperkirakan meningkat
disebabkan turunnya lifting
produksi minyak dan
meningkatnya konsumsi
bbm.
Kewaspadaan juga perlu
diberikan pada pelemahan
nilai tukar Rupiah yang tidak
mendorong ekspor.
Sementara pada sisi neraca
modal utang swasta
cenderung meningkat.
Menimbang kecenderungan
perkembangan ekspor dan
impor di akhir tahun 2012,
ekonom CitiBank, Helmi
Arman, memperkirakan
defisit neraca perdagangan
akan semakin membesar, sehingga
defisit current account diperkirakan
sebesar 2% PDB pada tahun 2013.
Defisit tersebut juga disebabkan
oleh belum jelasnya kebijakan
pemerintah, seperti pembatasan
impor telepon seluler, serta
kebijakan reformasi subsidi BBM.
Referensi:
Berita Resmi Statistik Kondisi Ekspor
Impor Indonesia bulan November
2012 – BPS, Indonesia Macro Flash –
Citi Bank Economics Research
PerkembanganNeraca Pembayaran Indonesia
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 20136
Fitria Faradila
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 7
D alam era desentral isasi Pemerintah
Daerah dituntut menjalankan
program pembangunan yang
memberikan manfaat langsung bagi
masyarakat. Namun daerah dihadapkan
pada persoalan defisit anggaran daerah.
Mayoritas daerah masih sangat
tergantung pada dana transfer dari pusat
yaitu melalui Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK) serta tugas
pembantuan lainnya.
Dengan ketergantungan tersebut maka
diperlukan suatu reformasi keuangan
daerah melalui efisiensi penganggaran
daerah. Efisiensi dapat dilakukan dengan
dua hal , yaitu memprioritaskan anggaran
daerah untuk program pembangunan
yang lebih dibutuhkan dan melakukan
integrasi program pembangunan daerah.
Proses penganggaran dan pengelolaan
keuangan daerah, yang tertuang dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
diutamakan untuk mendukung
pelaksanaan program pembangunan
prioritas daerah. Hal ini di lakukan agar
perencanaan lebih tepat sasaran sesuai
dengan kondisi daerah yang ada. Untuk
menetapkan program mana yang lebih
penting untuk dijalankan, maka dibentuk
Musrenbang (Musyawarah Perencanaan
Pembangunan). Musrenbang merupakan
forum antara pemerintah daerah dan
masyarakat setempat dalam
mengidentifikasi dan memprioritaskan
kebijakan pembangunan daerah. Secara
umum forum ini bertujuan untuk
menyelaraskan perencanaan program
pembangunan yang bersumber dari
pemerintah dan usulan dari masyarakat.
Musrenbang biasanya dilakukan di
tingkat kelurahan. Pada tahap ini,
masyarakat mengajukan usulan program
prioritas yang sudah didiskusikan pada
kegiatan pra Musrenbang. Sementara itu,
pemerintah daerah akan menyampaikan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
serta Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD). Setelah itu,
daftar program prioritas hasil
Musrenbang akan diusulkan pada tingkat
Kecamatan, serta tingkat
Kabupaten/Kota.
Selain itu, integrasi program dalam
perencanaan pembangunan juga perlu
dilakukan dalam rangka efisiensi
keuangan daerah. Integrasi ini di lakukan
apabila terdapat dua atau lebih program
pembangunan dengan tujuan dan
penggunaan sumber daya yang sama,
maka untuk mengefisienkan anggaran,
beberapa program tersebut dalam
pelaksanaannya akan disatukan dalam
satu program. Integrasi ini didasari oleh
beberapa hal , seperti (i) Apakah terdapat
kesamaan sasaran dalam program-
program tersebut?; (i i ) Apakah terdapat
kesamaan jadwal? dan (ii i ) Apakah
terdapat kesamaan output kegiatan?
Efisiensi perlu dilakukan pada setiap
tahap, yaitu perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, pengawasan, serta
pertanggungjawaban. Dengan melakukan
efisiensi anggaran diharapkan
pemerintah daerah secara bertahap
membangun potensi ekonomi
wilayahnya. Dalam jangka panjang
pemerintah daerah akan lebih mandiri
dan tidak bergantung pada dana transfer
dari pusat.
Ratih Purbasari Kania
Ekonomi Daerah
Efisiensi dapatdilakukan
dengan dua hal,yaitu
memprioritaskananggaran daerahuntuk programpembangunanyang lebih
dibutuhkan danmelakukanintegrasiprogram
pembangunandaerah.
Efisiensi Penganggaran Daerah
dalam Rangka Mendukung
Reformasi Keuangan
Sumber : http://whyy.org
Laporan Utama
Reformasi SektorKeuangan
OJK dan Arsitektur Keuangan IndonesiaStabilisasi Sektor Keuangan Melalui Pengelolaan Utang yang Baik
Optimalisasi Peran Sektor Keuangan untuk Memacu Pertumbuhan EkonomiKebijakan Makro Prudensial: Strategi Stabilisasi Sistem Keuangan
Cerahnya Masa Depan Ekonomi Syariah di IndonesiaPerkembangan Keuagan Inklusif di Indonesia
Dua Dimensi Sektor Keuangan Indonesia
Laporan Utama
OJK dan Arsitektur IndustriKeuangan Indonesia
Wawancara Eksklusif dengan Mulyaman D. Hadad,
Ketua Dewan Komisioner OJK
Erns SaptennoInsani Sukandar
OJK dibentuk untuk membangun
sistem keuangan nasional sehingga
dapat bersatu agar menjadi lebih
efisien. Strategi apa yang sudah
disusun dan akan diterapkan oleh OJK
kedepan? Apa saja prioritas-
prioritasnya?
Ada dua tujuan OJK yang dinyatakan
dalam UU No 21 tahun 2011. Yang
pertama adalah penguatan pengawasan
yang terintegrasi di sektor keuangan.
Yang kedua, OJK bertugas untuk
mengedukasi masyarakat di bidang
keuangan dan juga membangun
mekanisme perl indungan konsumen
keuangan yang baik.
Untuk memenuhi kedua pilar tersebut,
OJK memil iki dua fokus utama, yakni
fokus ke dalam dan ke luar. Fokus ke
dalam dimana OJK merupakan sebuah
organisasi baru yang dihasilkan dari
merger beberapa instansi yang berbeda.
Ada prioritas internal yang cukup
medesak untuk dibereskan. Agar di
jangka panjangnya, efektivitas dari OJK
dapat berjalan dengan baik, yaitu
bagaimana OJK secepat mungkin OJK
bisa melakukan konsol idasi internalnya.
Enam bulan pertama banyak di
alokasikan untuk membangun
konsol idasi internal tersebut, dari
berbagai macam aspek yang dibutuhkan
untuk sebuah organisasi baru.
Keberadaan OJK pun harus dapat
memberikan nilai tambah, yakni
penguatan pengawasan dan perbaikan
pengetahuan masyarakat terhadap
industri keuangan serta perbaikan akses
masyarakat terhadap pelayanan jasa
keuangan. Dengan terwujudnya nilai
tambah tersebut dengan perbaikan
akses masyarakat terhadap lembaga
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 2012 12Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 9
keuangan maka kesejahteraan
masyarakat akan meningkat. Nilai
tambah yang dimaksud merupakan
tujuan yang menjadi fokus internal
OJK.
Fokus ke luar adalah perbaikan
kemampuan mengawasi (capacity to
supervise) yang ditentukan oleh dua
hal , yaitu kual itas sumber daya
manusia dari sisi pengetahuan
mengenai lembaga keuangan dan
jumlah tenaga profesional . Kual itas
sumber daya manusia ini dibantu
dengan dukungan mekanisme
pengawasan strategy technology yang
memadahi, agar dapat mendeteksi
industri keuangan dengan baik.
Dengan itu, OJK harus memil iki
infrastruktur yaitu membangun
mekanisme early warning indicators.
Selama masa mirroring denganBank Indonesia, apa saja kendala
yang dihadapi dalam penyusunan
lembaga, pembagian tugas, dan
sumberdaya lainnya agar
independensi OJK dapat terbentuk?
Per 1 Januari 2013, OJK telah secara
penuh bekerja untuk mengawasi
pasar modal dan lembaga keuangan
bukan perbankan yang selama ini
dibawah Kementerian Keuangan,
BAPPEPAM dan LK. Dengan
kewenangan baru tersebut telah
mengambil langkah-langkah dan
akan mengambil langkah-langkah
yang sesuai dengan harapan.
Pada tahun 2014, pengawasan
perbankan, yang sekarang ada di
Bank Indonesia (BI) , akan dial ihkan
kepada OJK. Saat ini , OJK dan BI
Muliaman D. HadadKetua Dewan
Komisioner OJK
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201310
mempersiapkan masa transisi
pengal ihan. Proses pengawasan
yang selama ini dilakukan oleh BI
harus tetap berjalan pada saat masa
transisi berlangsung. Persiapan
yang dilakukan oleh OJK dalam
masa transisi pengal ihan
kewenangan pengawasan
perbankan dimana OJK tetap
menyakini tidak ada disturbsi yang
tidak perlu ketika pengambilan al ih
kewenangan tersebut berlangsung.
Diantaranya, penyelesaian masalah
kepastian status kepegawaian,
struktur organisasi , peral ihan
logistik dan dokumen atau berkas
serta masalah peral ihan teknologi.
Agar pergesaran pengal ihan
pengawasan dari BI ke OJK berjalan
semulus mungkin dan tidak
menggangu stabil itas dibidang
pengawasannya.
Selain itu, OJK juga memikirkan
bagaimana hubungan postur dan
konstruksi antara OJK dengan BI
pada jangka panjang dengan
melakukan komunikasi dengan baik.
Terutama perihal persinggungan-
persinggungan dalam pekerjaan
yang tidak bisa dihindari. Oleh
sebab itu, saat ini persinggungan-
persinggungan tersebut dalam
masa identifikasi .
Dalam masa mirroring yang tengah
dan akan dilakukan adalah pertama
OJK dan BI sal ing menyakini bahwa
masa transisi pengal ihan
kewenangan yang saat ini sedang
berjalan dengan baik dan yang
kedua mempersiapkan MoU
dengan baik agar ada kejelasan
pekerjaan dan wilayah dan terakhir
memperjelas j ika ada
persinggungan-persinggungan
pekerjaan antara OJK dan BI.
Agar mikroprudensial dan
makroprudensial dapat
berkesimbungan, guna
menciptakan sebuah output yang
baik, bagaimana strategi OJK dan
BI? Apa saja upaya atau strategi
yang akan dilakukan untuk
mencegah atau menghindari
peluang terjadinya tumpang
tindih kewenangan antara BI dan
OJK?
Mikroprudensial memil iki tugas
lebih banyak ke masing-masing
individu keuangan yang merupakan
tanggung jawab dari OJK.
Sedangkan makroprudensial , yang
menjadi tanggung jawab dari BI.
Dengan demikian, akan terjadi
persinggungan pekerjaan antara
OJK dan BI.
MoU antara OJK dan BI yang telah
ditanda tangan yaitu MoU tentang
tukar menukar informasi dan
sedang dalam tahap
pengembangan MoU lainnya diluar
aspek tukar menukar informasi.
Namun jika sudah diatur di dalam
UU tentang tata penugasan, maka
tidak perlu lagi dituangkan di dalam
MoU. Oleh sebab itu, dibutuhkan
sebuah kesepatan antara mikro dan
makro tersebut. Contohnya, di
dalam UU OJK disebutkan bahwa
kalau BI merasa ingin
melakukan pemeriksaan
terhadap bank atau lembaga
keuangan lain, maka BI harus
melapor ke OJK sehingga kedua
lembaga ini dapat
menanganinya bersama-sama.
Kemudian di MoU akan lebih
rinci membicarakan mengenai
mekanisme yang akan
digunakaan dalam menjalankan
tugas masing-masing.
Setelah peresmian OJK, apa
sajakah langkah-langkah
pertama yang akan
diterapkan untuk memulai tugas
OJK sebagai sebuah reformasi
dari lembaga keuangan?
Selain kedua fokus OJK yang sudah
disebutkan sebelumnya, tugas yang
pal ing pokok adalah melanjutkan
apa yang sudah ditempuh oleh
otoritas sebelumnya terutama
terkait dengan penyelesaian
berbagai macam persoalan-
persoalan besar. Agar masyarakat
tahu bahwa OJK ingin
menyelesaikan berbagai macam
persoalan dan kemudian kredibil itas
dapat berjalan dan tumbuh
berkembang. Juga menjelaskan,
mengkomunikasikan, kepada
masyarakat apa yang ingin
dilakukan oleh OJK dengan
melakukan sosial isasi dengan rutin.
Kemudian, mengkomunikasikan
perlunya pungutan atau iuran
kepada industri keuangan. OJK
perlu menjelaskan mengapa
pungutan itu perlu diterapkan
kepada industri perbankan dan apa
yang didapatkan oleh industri in
return .
Model seperti ini tidak merubah
tingkat independensi OJK karena
telah memil iki arrangement yang
jelas. Persoalan dari model ini
adalah apakah kinerja dari OJK
dengan menerapkan punguratan ini
akan mengembangkan atau
memberikan nilai tambah di industri
keuangan.
www.good-wal lpapers.com
11Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013
Bagaimana dengan proses
sosialisasi peran dan tanggung
jawab OJK terhadap stakeholder
terkait pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya?
Sosial isasi harus bersifat massive
dan mencakup sosial isasi rencana
pekerjaan dari OJK. Ditambah tugas
dasar dari OJK untuk melakukan
edukasi juga merupakan bagian dari
sosial isasi .
Strategi dalam melakukan
sosial isasi , baik itu mengenai
sosial isasi dalam pengertian umum
tentang apa itu OJK maupun
sosial isasi dalam artian yang lebih
khusus tentang topik-topik tertentu.
Terdapat dua strategi komunikasi
yang dibangun oleh OJK, yaitu (1)
bersifat umum (accross the board)
kepada seluruh masyarakat melalui
media. (2) bersifat targeted dan
khusus. Secara targeted, dengan
instansi pemerintahan Republ ik
Indonesia yang bersangkutan
disesuaikan dengan topik yang
ingin di komunikasikan dan
edukasikan. Secara khusus, OJK juga
mengunjungi universitas-universitas
di daerah. Dengan menggunakan
program-program komunikasi yang
sesuai dengan peserta sosial isasi
yang dihadapi mengenai topik
tertentu.
Bagaimana OJK dan instansi
sektor keuangan lainnya
mengatasi time lag yangkemungkinan akan terjadi
dikemudian hari dalam
penanganan lembaga keuangan
yang beresiko?
Jeda waktu (time lag) tidak boleh
terjadi. Karena jika terjadi jeda
waktu maka krisis yang terjadi dapat
tidak terkontrol . Oleh karena itu
koordinasi antara Kementerian
Keuangan, BI, OJK dan LPS harus
dilakukan tidak hanya di dalam
keadaan krisis tetapi di dalam
keadaan normal undang-undang
mengatakan harus tetap terjadi
komunikasi. Yang dikomunikasikan
adalah identifikasi atau monitoring
terhadap potensi-potensi yang
berkembang untuk kepentingan
masyarakat dan stabil itas.
Diperlukan kepiawaian yang tinggi
untuk menentukan kapan masalah
ini dapat dibuka kepada masyarakat
atau kapan masalah tersebut dapat
diselesaikan. Tetapi transparansi
diperlukan agar masyarakat tidak
mengeluh. Oleh karena itu lebih
baik jika sejak awal dapat dideteksi
permasalahan tersebut melalui
sistem peringatan dini (Early
Warning Indicator) .
Sejumlah ekonom berpendapat
bahwa Undang-undang OJK
masih harus diperkuat khususnya
mengenai Jaring Pengaman
Sistem Keuangan dan koordinasi
antar lembaga pada saat terjadi
krisis, bagaimana tanggapan OJK
atas pendapat ini?
MoU antara BI dan OJK akan jauh
lebih efektif j ika dipayungi dengan
payung hukum yang kuat agar tidak
ada keraguan dalam mengambil
tindakan. Persoalan yang sering
terjadi adalah ketika krisis orang
enggan untuk mengambil
keputusan karena tidak ada payung
hukum yang kuat. OJK telah
menyampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat bahwa undang-
undang Jaring Pengamanan Sistem
Keuangan sangat diperlukan dan
segera. Dalam keadaan normal ,
instansi dapat berpegang kepada
undang-undang masing-masing.
Namun, dalam situasi krisis perlunya
penanganan-penanganan khusus
dan keputusan pengaturan yang
cepat dan jika menggunakan
aturan-aturan normal akan menjadi
lama. Oleh karena itu perlunya JPSK
memayungi, terutama dalam kondisi
krisis.
Keberadaan OJK punharus memberikannilai tambah, yaknipenguatan,pengawasan, danperbaikanpengetahuanmasyarakat terhadapindustri keuanganserta perbaikan aksesmasyarakat terhadappelayanan jasakeuangan.
http://www.good-wal lpapers.com
Stabil isasi Sektor Keuangan MelaluiPengelolaan Utang yang Baik
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201312
KKetidakpastian ekonomi Eropamenyebabkan perlambatan
ekonomi secara global yang
diperkirakan akan terus berlanjut di
tahun 2013. Kondisi ini disebabkan
oleh penyelesaian utang
pemerintah Eropa, seperti Ital ia dan
Spanyol yang cenderung lambat.
Krisis utang Eropa memberikan
pelajaran bagi Indonesia untuk
melakukan tindakan preventif
melalui pengelolaan utang yang
baik.
Menurut Schneider Siahaan,
Direktur Strategi dan Portofol io
Utang, Direktorat Jenderal
Pengelolaan Utang, Kementerian
Keuangan, pengelolaan utang yang
baik harus mengikuti beberapa
prinsip dasar. Pertama, efektifitas
dan sustainibil itas utang yang
sehat, artinya pengadaan atau
penerbitan utang harus didasari
oleh kapasitas fiskal dan
kemampuan perekonomian dalam
memanfaatkan dan membayar
kembal i utang tersebut. Kedua,
transparan dan akuntabel , hal ini
berarti bahwa publ ik dan investor
dapat mengetahui kebijakan terkait
utang sehingga semua pihak dapat
memahami konsekuensi dari
kebijakan tersebut terhadap
perekonomian.
Nilai Rupiah yang cenderung
melemah menimbulkan
kemungkinan terjadinya currency
mismatch yang lebih besar bagi
pengembal ian utang luar negeri
Pemerintah maupun swasta. Untuk
mengantisipasi hal tersebut,
strategi pengelolaan utang yang
dilakukan pemerintah antara lain
mengutamakan penarikan utang
dalam mata uang domestik dan
mengurangi pinjaman luar negeri
dalam periode jangka menengah.
Pinjaman dalam negeri dapat
mendorong kemandirian
pembiayaan pembangunan
nasional dan mengembangkan
pasar keuangan domestik yang
efisien dan stabil . Dari sisi risiko
nilai tukar, utang dalam mata uang
domestik cenderung lebih aman
dan terkendal i sehingga
mengurangi risiko perubahan nilai
utang karena perubahan nilai tukar.
Sebal iknya, pinjaman luar negeri
memil iki risiko perubahan nilai
tukar yang dapat mengakibatkan
biaya yang lebih besar. Selain itu,
pinjaman luar negeri sering kal i
diikuti dengan persyaratan pol itik
dan ekonomi oleh negara kreditur.
Sejauh ini , pengadaan pinjaman
luar negeri dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan prioritas
dengan aturan yang wajar bagi
Pemerintah dan tanpa agenda
pol itik dari kreditor.
Untuk mengurangi risiko nilai tukar,
Pemerintah saat ini sedang
mempersiapkan infrastruktur
pelaksanaan transaksi derivatif
untuk l indung nilai (hedging) . Pada
dasarnya, program ini dapat
mengurangi porsi utang dalam
mata uang yang fluktuatif menjadi
mata uang domestik atau mata
uang yang lebih aman.
Selain itu, untuk mengantisipasi
krisis di masa mendatang,
Pemerintah sedang
mengembangkan CMP (Crisis
Management Protocol) , khususnya
pada pasar SBN sebagai upaya
mitigasi risiko. CMP pasar SBN
bertujuan untuk memberikan
peringatan dini dan rencana aksi
berdasarkan kondisi pasar terkini
sebelum terjadinya krisis keuangan.
CMP SBN juga memuat prosedur
standar bagi pengelola utang
negara dalam menghadapi krisis
pasar SBN. Schneider
menambahkan CMP SBN penting
untuk dilakukan karena SBN
merupakan instrumen strategis
dalam sektor keuangan. SBN
merupakan sumber pembiayaan
defisit APBN dan instrumen acuan
pasar obl igasi. Krisis pasar SBN
dapat mempengaruhi kondisi APBN
dan pada akhirnya dapat
mempengaruhi perekonomian.
Indonesia berhasil memperoleh
investment grade. Kenaikan
peringkat yang lebih tinggi
diupayakan untuk menekan biaya
utang. Oleh karena itu, Pemerintah
akan melanjutkan pengelolaan
portofol io utang yang efektif,
transparan, dan akuntabel ,
sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan investor terhadap
Indonesia.
Kedepan Pemerintah berupaya
untuk meningkatkan koordinasi
dan komunikasi yang efektif
dengan berbagai pihak dalam
rangka meningkatkan sovereign
credit rating. Salah satu upaya
tersebut adalah membentuk
Investor Relation Unit (IRU) yang
berfungsi memberikan informasi
kepada semua stakeholder.
Narasumber:
Schneider Siahaan
Direktur Strategi dan Portofol io
Utang, Direktorat Jenderal
Pengelolaan Utang, Kementerian
Keuangan
Adji Dharma
P
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 13
mengalami beberapa hambatan.
Pertama, adanya paradigma
Pemda bahwa sumber
pembiayaan proyek hanya
berasal dari APBN atau APBD.
Kedua, opini Pemda yang
menganggap bahwa aturan PIP
dalam meminta jaminan Dana
Alokasi Umum (DAU)/Dana Bagi
Hasil (DBH) apabila
menggunakan pembiayaan dari
PIP akan memberatkan
anggaran mereka. J ika
menunggak membayar pokok
utang dan bunga, maka
anggaran untuk mereka
tersebut akan dipotong.
Ketiga, belum adanya dokumen
tata kelola dan pemanfaatan
proyek yang efektif, misalnya
pada proyek irigasi di Bekasi
dan Karawang belum
mempunyai dokumen Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW)
yang efektif sehingga proyek
tersebut menjadi semrawut
dengan tumbuhnya proyek-
proyek bangunan lain yang
menghambat irigasi.
Saritaon Siregar
Ketua Pusat Investasi
Pemerintah (PIP),
Kementerian Keuangan
Pembangunan infrastruktur
merupakan salah satu program
prioritas pada tahun 2103. Untuk
mencapai terget pembangunan yang
telah disusun, perlu dukungan sektor
keuangan dalam pembiayaan
pembangunan. Strategi-strategi yang
telah dilakukan usat Investasi
Pemerintah (PIP) dalam
mengembangkan instrumen pasar
keuangan dalam rangka mendorong
pembiayaan infrastruktur antara lain:
(1) Sosial isasi kepada pemerintah
daerah/pemda bahwa PIP
memberikan alternatif sumber
pembiayaan yang diprioritaskan untuk
peningkatan kesejahteraan
masyarakat, seperti : pasar, jalan,
jembatan dan irigasi. Alternatif
pembiayaan ini memungkinkan
pembiayaan proyek yang semula
menggunakan dana APBD dalam
beberapa tahun anggaran, bila melalui
PIP, proyek dapat dibangun dalam
lima tahun anggaran, untuk
selanjutnya Pemda melakukan
pembayaran pokok dan bunga
pinjaman kepada PIP.
(2) Mengubah paradigma Pemda
yang semula bila ada anggaran
kemudian dicarikan proyeknya, diubah
menjadi penganggaran mengacu
kepada kebutuhan. Kebutuhan
masyarakat dianggap penting dan
memberikan multiplier effect yang
tinggi kemudian dicarikan
pembiayaannya salah satunya bisa
melalui PIP
(3) J ika ingin mengajukan pinjaman ke
PIP, persyaratan yang harus dipenuhi
diantaranya: (i) laporan keuangan
dengan syarat minimal wajar dengan
pengecual ian, hal ini merupakan
dorongan bagi Pemda untuk
memperbaiki tata kelola Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, (i i )
studi kelayakan dari proyek yang
bersangkutan, (i i i ) dan, diterbitkannya
peraturan daerah yang mengatur
pengalokasian anggaran untuk
pembayaran pinjaman selama masa
pinjaman berlangsung .
Terdapat beberapa kendala yang
dihadapi perbankan untuk
menyalurkan investasi khususnya
dalam pembangunan infrastruktur
yang berskala besar. Perbankan
mempunyai arah bisnis dan lebih
tertarik pada investasi pada proyek-
proyek yang menguntungkan dan
tidak berisiko besar. Hal ini lah yang
membedakan perbankan dengan PIP
dimana kalau PIP berinvestasi pada
proyek-proyek ntuk kepentingan
umum dan mengharapkan return
sekitar 1 % lebih kecil dari perbankan.
Salah satu peran yang dilakukan PIP
adalah menjadi katal is bagi
pertumbuhan ekonomi terutama
dalam percepatan pembangunan
infrastruktur dan investasi pada
sektor-sektor strategis. Rencana dasar
strategi bisnis PIP pada tahun 2013
yaitu investasi pada sektor-sektor
sesuai Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi
(MP3EI), pola Kerja Sama Pemerintah-
Swasta (KPS)/Publ ic Private
Partnership (PPP), proyek renewable
energy, proyek-proyek BUMN ‘karya ‘,
dan bantuan proyek kepada
pemerintah daerah.
Untuk proyek infrastruktur dengan
skema kemitraan pemerintah dan
swasta (PPP) sampai saat ini belum
ada kemajuan, karena proyek seperti
ini masih minim mengingat adanya
hambatan ketergantungan kebijakan
(PPP) dari Bappenas.
Dalam kesempatan wawancara
dengan Ketua PIP, Saritaon Siregar,
Kerja sama PIP dengan Pemda dalam
pembiayaan infrastruktur masih
Optimal isasi Peran Sektor Keuangan untukMemacu Pertumbuhan Ekonomi
Andi
Kebijakan Macro Prudential:Strategi Stabil isasi Sistem Keuangan
Alexcius Winang dan Joko Purnomo
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201314
DDalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang
nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,
fungsi pengaturan dan pengawasan beral ih dari Bank
Indonesia (BI) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
pada tahun 2014. Menurut Gubernur BI, Darmin
Nasution, setelah peral ihan fungsi tersebut, volume
pekerjaan bank sentral akan menurun, meski tidak
signifikan. Hal ini disebabkan karena BI akan berperan
menjaga stabil itas sistem keuangan.
Meskipun fungsi pengaturan dan pengawasan
dilaksanakan oleh OJK, namun BI tetap mengikuti
perkembangan industri perbankan. Kebijakan ini
bertujuan menjaga stabil itas sistem keuangan. BI tetap
memil iki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan
kepada perbankan, meski secara tidak langsung. Lebih
lanjut Darmin mengungkapkan krisis yang
menimbulkan resiko terhadap stabil itas sistem
keuangan dapat berasal dari dalam maupun luar
negeri. Krisis yang datang dari dalam negeri
membutuhkan perhatian yang lebih, lantaran lebih sul it
terdeteksi.
Ke depannya pengaturan industri perbankan yang
bersifat mikroprudensial akan ditangani oleh OJK,
sementara pengaturan kebijakan makroprudensial akan
ditangani oleh BI. Kebijakan mikroprudensial bertujuan
melakukan pemantauan dan penilaian terhadap
indikator keuangan masing-masing lembaga keuangan,
dan melakukan perl indungan terhadap konsumen atau
deposan. Sementara di sisi lain kebijakan
makroprudensial bertujuan melakukan pemantauan
dan penilaian terhadap sistem keuangan secara
keseluruhan untuk menghindari guncangan ekonomi.
Risiko pada stabil itas sistem keuangan salah satunya
berasal dari peningkatan secara tajam kredit
perbankan, khususnya pada sektor perumahan dan
otomotif. Dalam rangka memitigasi risiko tersebut, BI
menetapkan kebijakan makro prudensial melalui
pengaturan besaran rasio Loan To Value (LTV) dan
minimum down payment (DP) pada pertengahan tahun
2012. Rasio LTV merupakan rasio antara nilai kredit
yang bisa diberikan oleh perbankan terhadap nilai
agunan pada awal pemberian kredit. Untuk Kredit
Pemil ikan Rumah (KPR) LTV ditetapkan maksimal
sebesar 70%, sehingga uang muka yang diwajibkan
untuk kepemil ikan rumah sebesar 30%. Sedangkan
uang muka atau DP untuk kredit kendaraan bermotor
untuk roda dua sebesar 25% dan roda empat sebesar
30%.
Dampak dari kebijakan LTV untuk KPR dan minimum
DP untuk Kredit Kendaraan Bermotor, mulai
menunjukkan dampaknya pada bulan November 2012.
Hal ini tercermin dari menurunnya ekspansi kredit
konsumsi dibandingkan bulan sebelumnya. Pada bulan
November 2012, kredit konsumsi tumbuh sebesar
12,1%. Pertumbuhan tersebut lebih rendah
dibandingkan bulan sebelumnya yakni sebesar 18,9%.
Sementara itu pertumbuhan KPR tipe 70 ke atas
mengalami penurunan, yakni sebesar 38,5% pada bulan
November 2012, dibandingkan 39,3% pada bulan
sebelumnya. Menurut Deputi Gubernur BI, Hal im
Alamsyah, penurunan kredit kendaraan bermotor tidak
hanya terjadi karena LTV, namun juga diperkuat
dengan mulai jenuhnya pasar otomotif, dan penurunan
kegiatan ekonomi terutama di luar Pulau Jawa yang
diakibatkan oleh penurunan harga komoditas dan
penurunan ekspor.
Dengan kebijakan LTV, BI mengharapkan ekspansi
kredit yang dilakukan perbankan juga mengedepankan
aspek prudensial . Sehingga risiko kredit macet dapat
ditekan dan stabil itas sistem keuangan dapat tetap
terjaga. Terkait dengan kebijakan makroprudensial ,
pada kesempatan terpisah, Zulkifl i Zaini , anggota
Himpunan Bank-Bank Mil ik Negara (Himbara)
mendukung penghapusan bunga pinjaman dari
pengurangan pajak pinjaman. Kebijakan ini akan
memberikan disinsentif bagi perusahaan-perusahaan
dalam menambah pinjaman luar negeri.
Menurut data statistik ekonomi & keuangan Indonesia
(SEKI) Bank Indonesia Utang luar negeri swasta per
September 2012, mencapai US$112,297 mil iar. Total
utang luar negeri swasta tersebut terdiri dari utang luar
negeri swasta bank sebesar US$12,987 mil iar, dan non
bank US$99,31 mil iar.
Lebih lanjut Zulkifl i Zaini mengungkapkan bahwa saat
ini diperlukan adanya pengendal ian terhadap utang
luar negeri perusahaan swasta. Timbulnya kewajiban
pengembal ian utang luar negeri dalam jumlah besar
dan waktu jatuh tempo yang bersamaan, akan
memberikan tekanan pada Rupiah. Hal ini merupakan
dampak kebutuhan valuta asing pada saat yang
bersamaan dan dalam jumlah yang besar saat
pengembal ian pinjaman.Dengan mitigasi resiko melalui
kebijakan makroprudensial dan koordinasi antara
pemangku kepentingan, stabil itas sistem keuangan
akan tetap terjaga. (Sumber : Bank Indonesia)
Masyitha Mutiara Ramadhan
Ratih Purbasari Kania
Irfan Syauqi Beik
Ketua Program Studi
Ekonomi Syariah,
Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, IPB
P asar keuangan syariah telah
membuktikan bahwa ia mampu
bersaing dengan pasar keuangan
konvensional . Dalam sembilan hari
pertama tahun 2013, transaksi bersih
saham syariah telah mencapai Rp2,52
tri l iun. Selain itu, porsi penerbitan
SBSN pada tahun 2012 sudah
mencapai 10 persen dari total
penerbitan obigasi nasional . Kedua
hal tersebut mengindikasikan daya
tarik pasar keuangan syariah yang
begitu besar. Tim Redaksi TEK
berkesempatan melakukan wawancara
dengan Ketua Pogram Studi Ekonomi
Syariah IPB, Irfan Syauqi Beik. Beik
menjelasakan tiga faktor utama yang
mendorong minat investor untuk
berinvestasi di pasar keuangan syariah
Indonesia.
Pertama, mulai munculnya kesadaran
untuk menjadikan instrumen
keuangan syariah sebagai pil ihan
investasi dikalangan masyarakat,
termasuk investor. Investasi di pasar
keuangan syariah bukan lagi sekedar
altenatif, melainkan sebagai tujuan
utama. Beik berpendapat bahwa
pertumbuhan kesadaran ini
berkontribusi cukup signifikan dalam
mendorong perkembangan pasar
keuangan syariah.
Kedua, kondisi makro ekonomi
Indonesia yang relatif stabil
memberikan sentimen positif bagi
kemajuan keuangan syariah.
Pertumbuhan ekonomi diatas enam
persen mengindikasikan stabil itas
ekonomi domestik yang cukup baik.
Keadaan ini didukung oleh
peningkatan investment grade yang
menjadikan produk pasar keuangan
Indonesia semakin ramah dimata
investor.
Ketiga, keinginan kuat dari
pemerintah untuk mengoptimalkan
potensi ekonomi syariah memberikan
angin segar yang mendorong
pertumbuhan pasar keuangan syariah.
Beik berharap Pemerintah dapat
memperkuat diplomasi internasional
ekonomi syariah mengingat terdapat
USD 1 tri l iun dana “menganggur” di
Timur Tengah. Menurut Beik, kunci
membangun diplomasi dengan
investor Timur tengah adalah dengan
membangun kepercayaan. Regulasi
yang dibuat diharapkan mampu
meramu instrumen keuangan syariah
sesuai dengan kebutuhan investor
Timur Tengah. Apabila kita dapat
menyambutnya dengan baik, maka
akan menjadi stimulus pertumbuhan
ekonomi yang cukup signifikan.
Beik menggaris bawahi beberapa hal
penting mengenai pasar keuangan
syariah Indonesia, khususnya Sukuk.
Pemanfaatan Sukuk sebagai salah
satu instrumen pendanaan budget
deficit harus lebih diarahkan kepada
pembiayaan infrastruktur dan sektor
rii l sehingga memberikan multiplier
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 15
Cerahnya Masa DepanEkonomi Syariah diIndonesia
syariah. Produk tersebut harus
dapat melewati standardisasi MUI,
yaitu bisnis yang dijalankan halal
dan unsur non-halalnya kurang dari
20 persen. Walaupun belum
sepenuhnya ideal , audit dan
evaluasi terus dilakukan agar
produk keuangan syariah semakin
baik dimasa yang akan datang.
Pembentukan Komite Keuangan
Syariah (KKS) oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) sangat penting
bagi perkembangan pasar
keuangan syariah di Indonesia.
Walaupun porsi aset perbankan
syariah baru mencapai 4,4 persen
dari total aset perbankan nasional ,
perkembangan tahunan perbankan
syariah Indonesia mencapai 40-50
persen, jauh diatas pertumbuhan
rata-rata global yang tercatat pada
angka 15 persen. Menurut Beik,
pertumbuhan yang pesat ini butuh
pendampingan Pemerintah, salah
satunya dengan KKS.
Terkait dengan prestasi lembaga
keuangan syariah di Indonesia,
baru-baru ini Islamic Finance News
(IFN) 2013 menyatakan bahwa Bank
Indonesia berhasil mengunggul i
Bank Negara Malaysia (BNM)
sebagai Bank Sentral terbaik yang
menyuarakan keuangan syariah.
Selain itu, Bank Muamalat juga
terpil ih sebagai Bank Syariah pal ing
Inovatif. Beik menilai , Bank
Indonesia sudah bekerja sangat
keras dan pantas menerima
penghargaan tersebut. Kehatihatian
menerapkan sharia compliance dan
logo IB memberikan nilai tambah
bagi Bank Indonesia.
Pada akhir wawancara, Beik
memaparkan beberapa tantangan
ekonomi syariah ke depan.
Pertama, edukasi publ ik dan
sosial isasi mengenai pengenalan
ekonomi syariah kepada
masyarakat. Kedua, pemenuhan
sumber daya manusia (SDM) yang
cukup besar mengingat
perkembangan ekonomi syariah
sangat pesat. Perkembangan ini
harus didukung oleh lembaga
pendidikan yang memadai
sehingga SDM kompeten dan
memahami ekonomi syariah secara
komprehensif. Ketiga, dukungan
regulasi dalam memajukan
ekonomi syariah. Beik berharap ada
undang-undang penerapan
ekonomi ganda sehingga
perkembangan ekonomi syariah
tidak kalah dengan ekonomi
konvensional .
Pemanfaatan Sukuksebagai salah satuinstrumen pendanaanbudget deficit haruslebih diarahkankepada pembiayaaninfrastruktur dansektor riil sehinggamemberi multipliereffect ekonomi riilyang besar.
effect ekonomi rii l yang besar.
Menanggapi anggapan bahwa
ketertarikan investor terhadap pasar
keuangan syariah karena return-
nya yang lebih menguntungkan,
Beik berpendapat bahwa hal itu
sah-sah saja. Akan tetapi, investor
tidak semata-mata mel ihat
keuntungan, mereka mel ihat bukti
pada stabil itas pasar keuangan
yang baik. Hasil studi IMF tahun
2010 yang membandingkan 120
bank konvensional dan 120 bank
syariah pada periode krisis 2008
menyimpulkan bahwa institusi
keuangan syariah memil iki daya
tahan yang lebih kuat. Disaat
banyak lembaga keuangan
konvensional yang bertumbangan,
institusi keuangan syariah justru
dapat bertahan. Pengakuan lain
datang dari Paus Paulus, dalam
berita resmi Vatikan, ia mendukung
perkembangan ekonomi syariah.
Beik memperkirakan prospek
ekonomi syariah di Indonesia tetap
cerah ditengah krisis utang Eropa
dan fiscal cliff di Amerika Serikat.
Pada level nasional , potensi
ekonomi domestik masih sangat
besar. Bahkan, prediksi lembaga
keuangan internasional
memposisikan kita kedalam negara
dengan kekuatan ekonomi terbesar
dalam beberapa tahun mendatang.
Kelompok kelas menengah yang
mayoritas beragama Islam tumbuh
signifikan, dimana kelompok ini
menjadi potensi besar untuk
menopang perekonomian nasional .
Untuk mencapai pertumbuhan yang
optimal , perkembangan ekonomi
syariah membutuhkan dukungan
Pemerintah secara nyata. Misalnya,
Pemerintah menaruh 30 persen aset
BUMN di bank syariah atau
melakukan transaksi yang
mel ibatkan dana APBN melalui
bank syariah.
Majel is Ulama Indonesia (MUI) telah
menjamin produk-produk di pasar
keuangan syariah termasuk kategori
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201316
Kondisi keuangan Indonesia
saat ini relatif stabil didukung
oleh BI rate yang masih berada di
level 5,75%. Stabilnya sektor
keuangan diharapkan mampu
mendorong target pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,7%. Disisi lain,
sektor keuangan Indonesia akan
menghadapi beberapa tantangan di
tahun 2013. Tantangan tersebut
antara lain: (i) permintaan ekspor
yang menurun akibat perlambatan
ekonomi global , (i i ) sektor industri
yang masih mengimpor teknologi,
dan (ii i ) kenaikan golongan kelas
menengah yang konsumtif,
sehingga akan menghabiskan porsi
impor yang lebih tinggi. Ketiga hal
tersebut diperkirakan akan
memberikan tekanan pada neraca
pembayaran Indonesia.
Salah satu strategi untuk menjaga
stabil itas sektor keuangan sekal igus
mendorong kesejahteraan ekonomi
adalah melalui program keuangan
inklusif. Program ini mencakup
pemerataan pendapatan dan
pengentasan kemiskinan. Penel iti
Eksekutif Bidang Stabil itas Sistem
Keuangan Bank Indonesia, Punky
Purnomo Wibowo, mengatakan
bahwa program keuangan inklusif
merupakan bentuk layanan jasa
keuangan yang bertujuan untuk
mendorong masyarakat yang belum
menikmati layanan keuangan.
Sebanyak 13.000 penduduk
Indonesia belum memil iki akses
keuangan dengan jarak yang sama
dari setiap wilayahnya. Oleh karena
itu, program ini diharapkan mampu
menjangkau masyarakat dalam
mengakses produk keuangan
dengan aman, murah dan efisien
serta dapat menciptakan
produktifitas dan daya bel i
masyarakat.
Penetapan hari Rabu sebagai hari
menabung merupakan salah satu
instrumen program keuangan
inklusif. Hal ini didasari oleh masih
rendahnya tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga
keuangan. Saat ini , terdapat 68%
penduduk Indonesia yang
menabung ke Lembaga Keuangan,
namun yang menabung dibank
hanya sebesar 41% sedangkan 17%
melakukan pinjaman kredit. Oleh
karena itu, potensi lembaga
keuangan khusunya perbankan
dalam menjangkau masyarakat
dirasakan masih besar.
Dalam menjalankan program ini, BI
masih menghadapi berbagai
kendala. Pertama, biaya yang
terbatas sehingga diperlukan kerja
sama dengan pihak swasta dan
Global Partnership Financial
Inclusion. Kedua, cetak biru sebagai
dasar acuan yang masih berada
pada tingkat Wakil Presiden.
Agar program ini dapat berjalan
dengan baik, diperlukan suatu
komitmen dan koordinasi seluruh
agensi pemerintah dan pihak
swasta. Sejauh ini , BI telah
melakukan koordinasi dengan
berbagai kementerian terkait
seperti Kementerian Perikanan dan
Kelautan, Badan Pertahanan
Nasional , Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan serta Kementerian
Keuangan.
Dengan beroperasinya OJK, kedua
lembaga independen ini akan
melakukan sinergi kebijakan untuk
menjaga stabil itas sistem keuangan
di Indonesia. OJK akan melakukan
kebijakan yang bersifat
mikroprudensial sedangkan BI akan
lebih fokus pada kebijakan
makroprudensial .
Narasumber:
Pungky Purnomo WibowoPenel iti Eksekutif Bidang Stabil itas
Sistem Keuangan, Departemen
Penel itian dan Pengaturan
Perbankan, Bank Indonesia.
Windy Pradipta
PerkembanganKeuangan Inklusif di
Indonesia
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 17
Sumber : http:/undanganpro.fi le.wordpress.com
Evolusi Pendidikan dan Perl indunganKonsumen Keuangan
Edi Prio Pambudi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201318
P erhatian terhadap pentingnya
pendidikan keuangan (FinEd)
dan perl indungan konsumen
industri keuangan semakin besar.
Situasi ini ditunjukkan baik oleh
regulator maupun oleh para pelaku
bisnis keuangan setelah tragedi
Lehmann Brothers tahun 2008.
Sejak saat itu kesadaran atas akses
informasi dan pendidikan keuangan
bangkit di tengah-tengah
kompleksitas produk-produk
keuangan yang telah menjerat
banyak konsumen terperosok
dalam jurang krisis keuangan.
Industri keuangan di dunia
kemudian mulai membuat aturan
yang lebih tepat tentang
menumbuhkan kesadaran dan
akses informasi yang lebih terbuka.
Topik ini lah yang dibahas dalam
seminar tahunan pendidikan
keuangan OECD bertempat di Hong
Kong Monetary Authority (HKMA)
pada pertengahan Desember 2012
lalu yang dihadiri sekitar 150
praktisi , regulator dan penggiat
keuangan dari berbagai negara.
Mengawal i seminar, Kepala Devisi
Urusan Keuangan OECD, André
Laboul menjelaskan pendekatan
tri logi sektor keuangan yang terdiri
dari pendidikan keuangan,
perl indungan konsumen dan
keuangan inklusif telah menjadi
komitmen G-20. Menghindari
tragedi keuangan 2008 berulang,
setiap negara perlu
mewujudkannya. Ada tiga hal yang
perlu segera dilakukan oleh semua
pelaku bisnis industri keuangan.
Pertama, membuka informasi
dengan memberikan penjelasan
produk-produk keuangan yang
semakin baik, bermanfaat dan
dapat diperbandingkan oleh
konsumennya. Kedua,
mengembangkan pendidikan yang
berorientasi pada pemahaman
konsumen. Ketiga, membuat
keseimbangan kemampuan antara
pendidikan keuangan dan
perl indungan konsumen dengan
cara memasukkan ke dalam strategi
nasional serta mekanisme insentif
fiskal . Keterbukaan informasi saja
tidak memadai untuk mel indungi
konsumen.
Dalam konteks yang luas,
pendidikan keuangan dan
perl indungan konsumen
merupakan proses untuk mencapai
keseimbangan antara bagaimana
pelaku bisnis memperoleh
keuntungan dan sekal igus
memberikan manfaat bagi para
pelanggan. Oleh karena bisnis
keuangan merupakan usaha
membangun kepercayaan dan
melakukan budaya kejujuran yang
tidak semata-mata mencari
keuntungan maksimal . Terkait
produk keuangan yang ditawarkan
kepada pelanggan, bisnis keuangan
harus mampu menguasai
pemahaman risiko, mengelola
pertanggungjawaban risiko dan
membangun saluran keluhan
pelanggan.
Budaya dan struktur masyarakat
yang berbeda di masing-masing
negara membuat model pendidikan
keuangan dan perl indungan
konsumen tidak mungkin sama
antara negara satu dengan lainnya.
Kombinasi strategi dan harmonisasi
proses regulasi juga menghasilkan
output keberhasilan yang berbeda.
Kompleksitas industri keuangan
pun berbeda antar negara. Semua
perbedaan tersebut memberikan
tantangan tersendiri dalam
membangun standar internasional
regulasi perl indungan konsumen
dan pendidikan keuangan
mengikuti prinsip G-20. Namun,
melalui pengayaan kerjasama dan
berbagi pengalaman dalam for a
internasional , maka model regulasi
yang relevan, dinamis dan terbukti
berhasil memberikan peningkatan
pemahaman dan perl indungan
kepentungan konsumen akan dapat
dipil ih, didalami dan diterapkan.
Bagian terpenting dari kesuksesan
dalam mewujudkan program
pendidikan konsumen dan
perl indungan konsumen adalah
memanfaatkan umpan bal ik untuk
mengevaluasi setiap regulasi
keuangan setelah para konsumen
menerima akses informasi, materi
pendidikan dan kanal keluhan.
Respon konsumen ini menjadi
bagian hol istik dalam sistem
keuangan dengan cara fair
treatment. Pelaku bisnis keuangan
harus menjadikan konsumen
sebagai investor, bukan sebagai
fol lower and gambler. Pelaku bisnis
harus membawa konsumen
berpendidikan dan paham lebih
fokus pada hasil investasi dari pada
kelemahan dalam menilai risiko.
Bisnis keuangan saat ini tengah
berevolusi menuju pada consumer
centric business model yang lebih
menjamin pemahaman kepentingan
dan kebutuhan pelanggan.
Bank Umum
Bank Devisa
Bank Campuran
Bank Persero BUSN Devisa
BUSN Non-Devisa
BPD
Bank Asing
SEKTORKEUANGANSyariah Konvensional
Bank Perkreditan
Rakyat Syariah
(BPRS)
Unit Usaha
Syariah
(UUS)
Bank
Umum
Syariah
PembiayaanSyariah
Salam
Musyarakah
I jarahMurabahah
Mudharabah
Istisna
Dana Pensiun
Pasar Modal
Asuransi
Pembiayaan
(Financing)
Lembaga Penjamin
Simpanan
Perbankan
Perbankan Syariah
Pasar Modal
Syariah
Asuransi Syariah
Baitul Mal Wat
Tamwil
Dua Dimensi Sektor Keuangan Indonesia
Sukuk
Dana Reksa
Syariah
Saham
Syariah
Obligasi
Dana Reksa
Saham
P ada tahun 2013, Indonesia telah
mengalami sebuah reformasi
lembaga keuangan yang sangat
signifikan. Dengan keberadaan OJK,
walaupun kewenangannya belum
100%, telah mengubah struktur
otoritas industri keuangan yang saat
ini ada.
Menurut Prof. Roy Sembel , Ph.D,
Professor Ahl i Bidang Keuangan,
kondisi sektor keuangan saat ini ,
d ibandingkan dengan 10 tahun yang
lalu sudah lebih baik. Adapun sisi
positif akibat krisis 98 membuat
Indonesia menjadi lebih tidak rentan
terhadap external shock, seperti krisis
Amerika dan Eropa. Hal ini
dikarenakan, setelah terjadinya krisis
98, banyak dari sistem dan
mekanisme keuangan Indonesia
sedang dalam proses pemul ihan,
termasuk penataan risk management
sehingga industri jasa keuangan
khususnya perbankan masih relatif
konservatif.
Disisi lain, terdapat juga sisi
negatif,dimana walaupun sudah
banyak dari sistem maupun
mekanisme keuangan Indonesia yang
dibenahi, efisiensi perbankan, masih
belum tercapai dini lai dari fungsi
intermediary. Tingkat net interest
margin (NIM) yang ditargetkan masih
terlalu tinggi. Terdapat sel isih yang
tinggi antara bunga kredit dan bunga
deposito. Jadi, secara keseluruhan
masih belum optimal . Dibutuhkan
penurunan NIM untuk meningkatkan
insentif masyarakat untuk
menempatkan uangnya di tabungan/
deposito dan perusahaan untuk
mengambil kredit untuk ekspansi
usaha.
Untuk itu, dibutuhkan pembenahan
dari sisi ekonomi karena saat ini
Indonesia terkenal sebagai negara
dengan high cost economy. Efisiensi
perbankan dapat didukung dengan
instrumen-instrumen yang
menjembatani sektor finansial dan rii l ,
seperti : (1) asset back securities, dapat
menyesuaikan ketidakselarasan yang
terjadi di sektor perbankan antara
durasi asset (deposito, jangka
panjang) dan durasi liabilities
(deposito, jangka pendek) dan (2)
teknologi, perbankan di Indonesia
memil iki platform system IT sendiri-
sendiri . Dengan dibangun sebuah
platform bersama yang dapat
digunakan oleh seluruh perbankan
(atau minimal sesama bank BUMN) di
Indonesia, maka fixed cost investasi IT
akan menurun, sehingga NIM dapat
diturunkan tanpa mengurangi laba.
Kontribusi pasar modal Indonesia
telah mencapai lebih dari 50% dari
PDB, namun tingkat persentase
tersebut masih relatif kecil
dibandingkan dengan negara-negara
lain. Semakin baik pasar modal di
sebuah negara maka fungsi
intermediary semakin seimbang
antara intermediary lewat institusi
perbankan dan intermediary lewat
pasar finansial . Roy Sembel
menjelaskan bahwa keseimbangan ini ,
ditambah dengan teknologi informasi
yang kian berkembang, seharusnya
semakin terasa di kalangan
masyarakat. Di mata Roy, pasar modal
Indonesia belum berkembang sesuai
dengan opportunity yang dimil ikinya.
Potensi pasar modal di Indonesia
yang belum termanfaatkan masih
sangat besar.
Reformasi Sektor Keuangan Indonesia:Keselarasan Sektor Keuangan dan Sektor Riil
Insani Sukandar
Opini Pakar
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013
Prof. Roy Sembel
Guru Besar IPMI
International Business
School
20
Hal ini terl ihat dari ketimpangan
jumlah investor lokal dibanding
dengan investor asing saat ini yang
terkontribusikan oleh kelemahan
edukasi finansial di Indonesia.
Ketidakseimbangan antara edukasi
teori dan life skill yang diterapkan
dalam sistem pendidikan Indonesia
adalah contoh kelemahan edukasi
finansial yang perlu dibenahi.
Kurangnya edukasi yang intensif
dan ekstensif, membuat masyarakat
rentan menjadi korban penipuan.
Banyaknya korban penipuan di
industri jasa keuangan dapat
menghilangkan kepercayaan
masyarakat secara drastis dan
masyarakat menjadi resisten
kepada produk-produk baru yang
ditawarkan di kemudian hari. Untuk
mencegah kondisi ini , butuh
dibangun sebuah proteksi
konsumen dengan posisi tawar
yang seimbang antara nasabah dan
instansi keuangan, saran Roy.
Dari sisi institusi keuangan, sudah
banyak bermunculan koperasi-
koperasi , namun tidak disertai
pengawasan regulator yang sesuai.
Dengan adanya Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), baru
permasalahan ini diperhatikan. Roy
mel ihat bahwa terbentuknya OJK
merupakan hal yang positif karena
semua yang termasuk dalam
kategori industri keuangan berada
di dalam satu atap, dengan harapan
koordinasi menjadi jauh lebih baik
dan cepat. Sama seperti organisasi
baru lainnya, terdapat beberapa
poin yang harus benar-benar
diperhatikan, salah satunya adalah
governance. Pengawasan yang baik
bagi pengelola OJK dibutuhkan
karena tingkat kekuasaan yang
besar dapat membahayakan.
Kemudian, koordinasi juga
manejemen dari OJK harus
dipikirkan lebih lanjut dan terjamin.
Seperti koordinasi dengan Bank
Indonesia (BI) antara
mikroprudential dan
makroprudensial .
Roy Sembel mel ihat bahwa
walaupun sektor keuangan
Indonesia berkembang relatif baik
dan stabil , belum diimbangi dengan
perkembangan pada sektor rii l .
Semestinya terdapat sebuah
jembatan antara kedua sektor
tersebut, dengan: (1) kebijakan
perbankan memberikan insentif
kepada masyarakat untuk
penyaluran dana ke sektor rii l . Para
regulator perlu mengarahkan
perbankan untuk tidak hanya
menyalurkan kredit untuk
kebutuhan konsumtif saja.
(2) Indonesia merupakan sebuah
negara penjual raw material,
penjualan jenis barang ini memang
memil iki turn over penjualan yang
tinggi tetapi tidak memberikan nilai
tambah lebih. Seharusnya nilai
tambah dari pengelolahan sebuah
barang mentah dapat diciptakan di
dalam negeri. Dan (3) subsidi BBM
oleh pemerintah salah sasaran dan
menghilangkan insentif untuk
pengembangan energi alternatif
yang ramah l ingkungan. Pada
kenyataannya, subsidi BBM lebih
mengarah kepada penggunaan
konsumtif atau pribadi untuk
kalangan yang tidak sesuai. Subsidi
ini sudah menjadi penyakit kronis
yang sul it dihi langkan karena
masyarakat Indonesia telah terlalu
lama mendapatkan privilege
tersebut dan menjadi sebuah
pemikiran bahwa subsidi BBM ini
merupakan sebuah hak. Padahal ,
opportunity cost dari subsidi BBM
sangat besar dan saat ini Indonesia
sudah bukan lagi net exporter
melainkan net importer minyak.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 21
"Roy Sembel melihat
bahwa walaupun
sektor keuangan
Indonesia
berkembang relatif
baik dan stabil, belum
diimbangi dengan
perkembangan pada
sektor rill. "
Sumber : http://smal lcapworldfi les.wordpress.com
BUMN/ Korporasi
Kementerian BUMN pada tahun 2013 mengusulkan
tiga perusahaan BUMN yang akan masuk dalam
Program Tahunan Privatisasi tahun 2013 kepada Menko
Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi .
Perusahaan yang diusulkan yakni PT Aneka Tambang
(Antam), Tbk, PT Pegadaian (Persero) dan PT Pos
Indonesia (Persero). Ketiga perusahaan ini dini lai oleh
Kementerian BUMN saat ini memil iki kinerja finansial
yang cukup baik serta prospek pengembangan bisnis
yang menjanjikan di masa depan .
Kementerian BUMN mengungkapkan bahwa pelaksana
Privatisasi untuk tahun 2013 bukan diarahkan mata
untuk pemenuhan APBN, tapi untuk mendukung
pengembangan perusahaan dengan metode utama
melalui penawaran umum di pasar modal . Disamping
itu, privatisasi juga ditujukan mendorong BUMN untuk
meningkatkan dan menerapkan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG).
Untuk tahun 2013, Privatisasi PT Antam dilakukan
dengan metode Secondary Public Offering (SPO)
melalui penerbitan saham baru dengan jumlah
maksimal 5%, setelah sebelumnya pada tahun 1997
Perusahaan melepaskan saham perdananya. Hal ini
di lakukan dalam rangka pengembangan bisinis di
tahun 2014, yaitu modernisasi dan optimal isasi pabrik
feronikel Pomalaa, proyek chemical grade alumina
(CGA) Tayan (mengolah bauksit menjadi CGA) dan
proyek di Halmahera Timur (mengolah bij i nikel
menjadi feronikel ) . Kebutuhan pengembangan bisnis
tersebut ditujukan untuk mengantisipasi adanya
pengetatan ekspor tambang ke luar negeri berdasarkan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 7 Tahun 2012, yang merupakan Peraturan
Pelaksana UU Nomor 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan BatuBara.
Privatisasi PT Pos Indonesia diusulkan secara resmi oleh
Direksi PT Pos kepada Kementerian BUMN pada bulan
Oktober 2012. PT Pos Indonesia merupakan perusahan
jasa pengiriman pertama di Indonesia, yang memil iki
total asset Rp. 4.6 Tri l iun dan memil iki kantor jaringan
di seluruh Indonesia. Dengan kinerja keuangan PT Pos
yang terus membaik, terutama setelah dilakukannya
transformasi bisnis, PT Pos membutuhkan dana untuk
pengembangan usahanya untuk menghadapi
persaingan pada Pasar industri jasa pengiriman yang
dari tahun 2010 telah berkembang 10% per tahun yang
dipicu oleh pertumbuhan industri kreatif dan
perdagangan secara onl ine. Jasa Pengiriman sendiri
memil iki memil iki prospek yang sangat menjanjikan
dengan total ni lai transaksi mencapai Rp 8 Tril iun.
Perusahan lainnya yang diusulkan privatisasi adalah PT
Pegadaian, yang merupakan salah satu BUMN dengan
kinerja keuangan yang kuat dan profitabil itas yang
tinggi. PT Pegadaian Memil iki jumlah outlet yang
tersebar di seluruh Indonesia dimana jumlahnya telah
mencapai 4.624 buah di tahun 2012. Industri gadai
yang terus berkembang pesat khususnya gadai emas,
harus diantisipasi oleh PT Pegadaian walaupun pada
tahun 2011 Perusahaan telah menjadi market leader
dengan market share ±81%. Key Player lainnya antara
lain Bank Syariah Mandiri (±10.8%) dan BRI Syariah
(±5.3%).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 59 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun
2005 tentang Tata cara Privatisasi Perusahaan
Perseroan (Persero), maka usulan BUMN yang masuk
dalam Program Tahunan Privatisasi tahun 2013 akan di
bahas di Komite Privatisasi untuk memperoleh arahan
dan Kementerian Keuangan untuk mendapatkan
rekomendasi sebelum akhirnya dikonsultasikan dengan
DPR-RI. Pembahasan oleh komite akan dilaksanakan
pada pertengahan Januari 2013.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201322
Tiga BUMN diusulkan Privatisasi
Tahun 2013
Adji Dharma
F asil itas PPh merupakan fasil itas yang diberikan
kepada wajib pajak berbentuk perseroan terbatas
atau koperasi yang melakukan penanaman modal di
bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-
daerah tertentu berdasarkan PP 1 tahun 2007
sebagaimana telah diubah dengan PP 62 tahun 2008
dan PP 52 tahun 2011.
Bentuk fasil itas PPh diberikan dalam 4 macam fasil itas
yaitu: (i) Pengurangan penghasilan neto sebesar 30%
dari jumlah penanaman modal yang dibebankan
selama 6 tahun, masing-masing sebesar l ima persen
per tahun; (i i ) Penyusutan dan amortisasi dipercepat;
(i i i ) Pengenaan PPh atas dividen yang dibayarkan
kepada Subjek Pajak Luar Negeri sebesar 10% atau tarif
tax treaty; dan (iv) Kompensasi kerugian yang lebih
lama dari 5 tahun dan tidak lebih dari 10 tahun dengan
persyaratan tertentu.
Salah satu perusahaan yang telah memanfaatkan
fasil itas tersebut adalah PT Sinar Pure Foods
Internasional (SPFI) yang bergerak di bidang usaha
pengalengan ikan khususnya ikan tuna. Dalam lampiran
II PP 1 tahun 2007, bidang usaha tersebut termasuk ke
dalam kelompok bidang usaha yang mendapatkan
fasil itas yaitu kelompok Industri Pengalengan Ikan dan
Biota Perairan Lainnya dengan cakupan wilayah
Maluku, Maluku Utara, Papua, Irian Jaya Banat, Sulawesi
Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Banat, Gorontalo. PT Sinar Pure
Foods Internasional sendiri berlokasi di
Kota Bitung, Sulawesi Utara.
Perusahaan ini berdiri pada tahun 1991
dengan kapasitas produksi sebesar 100
ton/hari. Produk yang dihasilkan 99%
diekspor ke luar negeri (Timur Tengah,
Eropa, dan Amerika Serikat) dan hanya 1%
untuk kebutuhan dalam negeri. Tenaga
kerja yang dipekerjakan sebanyak kurang
lebih 1500 orang (70% wanita).
Dari keempat macam fasil itas yang telah
disebutkan di atas, PT. SPFI hanya
menggunakan fasil itas pengurangan
penghasilan netto sebesar 30% dari
jumlah
penanaman
modal yang
dibebankan
selama 6
tahun.
Dari hasil
pengamatan
dan informasi
yang
diperoleh dilapangan, terkesan bahwa ketiga fasi l itas
lainnya masih kurang dipahami baik proses maupun
manfaatnya. Salah satu kendala yang dihadapi oleh
pihak perusahaan yaitu lamanya waktu dalam proses
pengajuan fasil itas mulai dari pengajuan ke BKPM
kemudian ke Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sampai
dengan keputusan persetujuan. Waktu yang
dibutuhkan lebih dari satu tahun.
Hal yang demikian ini selayaknya dijadikan sebagai
bahan evaluasi untuk penyempurnaan PP ke depan
sebagaimana ketentuan yang menyatakan bahwa
fasil itas akan dievaluasi dalam jangka waktu pal ing
lama 2 (dua) tahun sejak peraturan ditetapkan. Langkah
penting yang perlu dilakukan agar kebijakan ini dapat
diimplementasikan secara luas dan efektif adalah
sosial isasi yang lebih efektif serta penyederhanaan/
efisiensi dalam proses pengajuan fasil itas ini .
Pemanfaatan Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) padaPT Sinar Pure Foods Internasional
Ahmad Rifai Sapta
Fiskal dan Regulasi Ekonomi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 23
Proses Produksi PT. Sinar Pure Foods Internasional
SMenelusuri Jejak MP3EI
Alvin Adisasmita
Kolom MP3EI
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201324
Semenjak terbangunnya Masterplan
Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) telah banyak mereal isasiakan
sejumlah proyek yang berhasil di-
groundbreaking. Komite Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi
(KP3EI) menjadikan groundbreaking
sebagai tolak ukur implementasi MP3EI
karena dapat memberikan gambaran
mengenai proyek-proyek yang sudah
berjalan sesuai rencana. Dimana
groundbreaking adalah “peletakan batu
pertama”, atau konstruksi awal sebuah
proyek yang digunakan sebagai salah
satu indikator yang tolak ukur
implementasi MP3EI.
Sejak Mei 2011 hingga Desember 2012,
terhitung sudah ada 184 proyek yang
telah groundbreaking dengan nilai
investasi mencapai Rp. 624 Tril l iun.
Proyek-proyek tersebut lebih banyak
merupakan proyek infrastruktur (99
proyek) dengan nilai investasi Rp. 283
Tril l iun. Sedangkan untuk sektor rii l
mencapai 85 proyek dengan nilai
investasi Rp 341 Tril l iun.
J ika real isasi proyek-proyek MP3EI
dipersentasekan, maka tahun 2011
sudah tereal isasikan 92% dan 2012
mencapai 84% dari rencana. Untuk
tahun 2011, Koridor Ekonomi (KE) Bal i –
NT dan Papua – Kepulauan Maluku
sudah mencapai 100%. Real isasi
groundbreaking KE Sumatera sudah
mencapai 93%, Jawa 96%, dan
Kal imantan 88%. Sedangkan Sulawesi
pal ing rendah hanya mencapai 64%
karena terhambat permasalahan Izin
Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)
dan sedang difasi l itasi proses
penyelesaiannya oleh KP3EI. Untuk
tahun 2012, Jawa, Kal imantan, dan
Sulawesi mencapai 100% sedangkan
Papua – Kep Maluku pal ing rendah
hanya mencapai 33%.
Sesuai semangat business not as usual yang tertera dalam
dokumen MP3EI, real isasi groundbreaking proyek-proyek MP3EI
pal ing banyak disumbang oleh swasta dengan jumlah proyek
sebanyak 70 proyek atau dengan nilai investasi sebesar Rp. 275
Tril l iun. Kemudian, pemerintah sebanyak 43 proyek dengan nilai
Rp. 107,5 Tri l l iun dan sisanya berasal dari BUMN dan campuran.
Investor campuran merupakan investasi yang dilakukan oleh
beberapa pihak baik itu pemerintah – swasta (KPS), bumn – swasta,
maupun pemerintah – BUMN.
Namun pencapaian groundbreaking proyek-proyek MP3EI akan
berbeda jika dil ihat dari kacamata koridor. Hingga saat ini ,
pembangunan masih lebih banyak berfokus pada Indonesia bagian
barat. Proyek pal ing banyak dibangun di KE Jawa dengan jumlah
69 proyek yang bernilai Rp. 260 Tril l iun. Disusul KE Kal imantan
yang berhasil membangun 45 proyek dengan nilai investasi Rp 124
Tril l iun dan KE Sumatera dengan 35 proyek bernilai Rp. 93,5
Tri l l iun. Indonesia bagian timur hanya groundbreaking 37 proyek
dengan nilai Rp. 146 Tril l iun. Di bal ik pencapaian-pencapaian
implementasi MP3EI, masih banyak ruang untuk perbaikan.
http//:www.clker.com
Real isasi Groundbreaking 2011-2012
(Rp Tril iun)
M. Edy Yusuf
Ketenagakerjaan
Perekonomian Indonesia saat ini
secara umum menunjukkan
kondisi yang menggembirakan
dil ihat dari makro ekonomi yang
ada. Namun demikian tentu tetap
harus terus menerus
mengupayakan berbagai kebijakan
yang dapat mengembangkan dan
meningkatkan efektivitas bukan
hanya di bidang fiskal dan moneter
namun juga penting untuk
meningkatkan produktivitas
nasional . Dengan lebih produktif
maka suatu negara akan dapat
meningkatkan daya saingnya dan
pada akhirnya kual itas hidupnya
juga meningkat. Peningkatan
produktivitas ini harus dapat
dilaksanakan secara integral ,
komprehensif, dan sinergis oleh
semua stakeholder antar sektor.
Terkait dengan produktivitas itu
sendiri , kita perlu mengetahui apa
itu produktivitas. Isti lah
produktivitas mulai muncul
pertama kal i pada tahun 1766 yang
dicetuskan oleh Quesnay, ekonom
dari Perancis, yang mengartikan
produktivitas sebagai menghasilkan
barang. Kemudian seiring dengan
perkembangan waktu, isti lah ini
lebih diarahkan kepada pendekatan
teknis yang mengartikan
produktivitas sebagai hubungan
antara output dengan input.
Pada tahun 1958, para pakar dari
berbagai disipl in i lmu mengadakan
pertemuan di Roma, Ital ia untuk
merumuskan pendekatan baru
tentang produktivitas. Pada saat itu
pendekatan produktivitas lebih
diarahkan kepada pendekatan
fi losofi dimana produktivitas
diartikan sebagai sikap mental
yang bertujuan membuat hari esok
lebih baik dari hari sekarang dan
hari ini lebih baik dari hari kemarin.
Seperti yang disampaikan oleh
pakar produktivitas, Hidayat,
berdasarkan pendekatan fi losofi
tersebut, esensi pengertian
produktivitas adalah melakukan
improvement (perbaikan). Tanpa
adanya improvement tidak
mungkin akan terjadi hari ini atau
hari esok yang lebih baik dari
kemarin atau hari ini . Untuk
mencapai suatu kemauan (will) di
hari esok, harus terlebih dahulu
ada effort (usaha) berupa
pengorbanan seperti pikiran,
tenaga, dan uang. Jadi untuk
menghasilkan output diperlukan
adanya input.
Implementasi dari konsep
produktivitas sendiri pada awalnya
diterapkan di tingkat mikro lalu ke
sektoral dan sekarang sudah ke
tingkat nasional . Tentu untuk
mengetahui hasil implementasi ada
pengukuran yang dijadikan acuan.
Ada tiga konsep pengukuran yang
dipakai yaitu produktivitas partial ,
produktivitas multifactor, dan
produktivitas total (total factor
productivity-TFP) dimana
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 25
Sumber: isudetobethatguy.com
Produktivitas, Sesuatu yang Harus Dimengerti
dan Diaplikasikan
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201326
pengukuran tersebut dapat
diterapkan diberbagai tingkat
mulai dari individu, organisasi ,
sektoral sampai dengan nasional .
Sedangkan untuk semakin
membuat masyarakat memahami
apa itu produktivas perlu ada
suatu gerakan yang terus menerus
mengingatkan pentingnya
produktivitas. Gerakan tersebut
dilakukan dengan suatu model
yang dikenal dengan sebutan
Model AIM, singkatan dari
Awareness, Improvement dan
Maintenance. Tahap ini dimulai
dengan tahap pengenalan dulu
(awareness) apa itu produktivitas.
Pengenalan tersebut dapat
dilakukan melalui sosial isasi baik
melalui media cetak dan elektronik
maupun melakukan sosial isasi
langsung di lapangan. Setelah
masyarakat mengenalnya, langkah
selanjutnya yang perlu dilakukan
adalah melakukan improvement
(perbaikan/ penyempurnaan) yang
tidak boleh terputus. Namun
demikian harus disadari bahwa
improvement perlu disertai
dengan adanya delivery system
yang baik. Delivery system ini
misalnya dapat dilakukan dengan
pembentukan suatu lembaga yang
mengurusi produktivitas seperti
National Productivity Corporation
(dulu National Productivity Centre)
di Malaysia dan National
Productivity Council di India yang
keduanya sama-sama ditugaskan
untuk mendorong peningkatan
produktivitas dan melekatkan
budaya produktivitas pada
masyarakat. Untuk Indonesia
sendiri kita memil iki Lembaga
Produktivitas Nasional yang
sementara ini masih terus
berproses untuk menjadi lembaga
yang benar-benar dapat berfungsi
seperti kedua lembaga serupa di
Malaysia dan India.
Tahapan berikutnya yang perlu
mendapatkan perhatian ekstra juga
adalah maintenance
(mempertahankan). Ini penting
mengingat jika kita sudah melewati
dua tahapan sebelumnya namun
mengabaikan tahapan ketiga ini
atau dengan perkataan lain kita
cepat berpuas diri (complaceny)
maka akhirnya yang ada adalah
kegagalan lagi yang diperoleh.
Contoh yang nampak dari ini
adalah keberhasilan kita dalam
swasembada beras (tahun 1983),
namun karena kita cepat berpuas
diri tanpa ada usaha untuk me-
maintenance-nya, maka sekarang
ini kita tidak lagi dapat
dikategorikan sebagai negara yang
berswasembada beras karena kita
masih harus mengimpor beras dari
negara lainnya. Tentu ini menjadi
pelajaran yang sangat berharga
sekal i supaya kita jangan
mengulanginya.
Dari pemahaman tentang
produktivitas tersebut, tentunya
kita dapat meningkatkan
produktivitas mulai dari diri kita
sendiri .
Sumber: flastrawberry.com
KUR dan UKMKUR dan UKM
Target penyaluran KUR
tahun 2012 berhasil
dicapai hingga melebihi
Rp 30 tri l iun yakni
sebesar Rp 33 tri l iun.
Total penyaluran sejak
tahun 2007 hingga Desember 2012
sebesar Rp 96,4 tri l iun dengan total
debitur sebanyak 7,6 juta debitur.
Pada bulan Desember 2012 kredit
telah disalurkan sebesar Rp 3,2
tri l iun dengan jumlah debitur
sebanyak 181.574 debitur. Rata-rata
setiap debitur mendapatkan kredit
sebesar Rp 12,6 juta dengan tingkat
NPL sebesar 3,6%.
Bank BRI merupakan bank yang
menyalurkan kredit tertinggi,
khususnya BRI mikro. Kredit yang
disalurkan oleh BRI mikro hingga
Desember 2012 mencapai Rp 46,6
tri l iun dengan jumlah debitur
sebanyak 79.084. Sedangkan untuk
penyaluran kredit melalui BRI ritel
pada bulan Desember 2012
mencapai 12,6 tri l iun dengan
jumlah debitur mencapai 7,05 juta.
Real isasi KUR oleh BPD pada bulan
Desember 2012 tercatat sebesar Rp
209 mil iar dengan jumlah debitur
sebanyak 2.475 orang. Tingkat NPL
rata-rata BPD sebesar 6.3%.
Real isasi penyaluran KUR oleh BPD
tertinggi disalurkan oleh Bank Jatim
dan Bank Jabar- Banten, masing-
masing sebesar Rp 3,2 tri l iun dan
Rp 2,6 tri l iun.
Dil ihat dari sektor yang menerima
KUR pada bulan Desember 2012,
sektor perdagangan mendapatkan
KUR terbanyak hingga 57%.
Selanjutnya, untuk urutan kedua
pertanian 16%.
Berdasarkan sebaran regional KUR
terbanyak berada di Jawa Timur,
Jawa Tengah dan Jawa Barat
masing-masing sebesar Rp 14,7
tri l iun, Rp 14,3 tri l iun dan Rp 12,4
tri l iun. Penting adanya kerjasama
antar pemerintah daerah dan
perbankan agar sebaran KUR di
bagian timur Indonesia meningkat.
Sementara laporan KUR TKI terus
mengalami peningkatan dari segi
debitur dan penyaluran. Pada akhir
tahun 2012 tercatat penyaluran
KUR TKI mencapai Rp 43,3 mil iar
dengan jumlah debitur sebanyak
3.222 TKI.
Beberapa negara tujuan TKI yang
menerima penyaluran KUR TKI
diantaranya adalah Korea, Malaysia,
Singapura, Taiwan, dan Hongkong.
T "Total PenyaluranKUR sejak tahun2007 hingga
Desember 2012sebesar Rp 96,4
tri l iun"
Penyaluran KUR Desember 2012
Windy Pradipta
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 2013 27
PPada hari Senin, 21 Januari 2013,Menteri Koordinasi Bidang
Perekonomian, Hatta Rajasa,
melakukan kunjungan ke Jakarta
International Container Terminal
(J ICT) Tanjung Priok untuk
meresmikan peluncuran auto gate
system . Peresmian ini merupakan
tindak lanjut dari hasi l Rapat
Koordinasi Pengembangan
Kebijakan SISLOGNAS yang di
selenggarakan di Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian
pada tanggal 26 Desember 2012.
Penerapan auto gate system
merupakan terobosan untuk
meningkatkan kecepatan layanan
pemasukan dan pengeluaran
container di pintu kawasan
pelabuhan yang di bawah
pengelolahaan JICT, sebagai upaya
strategis untuk mendukung logistic
effiency dan kinerja pelayanan.
Menko Perekonomian menyakini
bahwa dengan diterapkannya i-
Cares System , Auto Gate System
dan Tempat Pemeriksaan Fisik
Terpadu (TPFT), yang merupakan
upaya bersama antara Bea Cukai
dengan lembaga pemerintahan
lainnya, dapat dengan cepat
mengatasi masalah dwelling time.
Dalam kesempatan ini , Menko
Perekonomian menyampaikan
bahwa daya saing usaha sangat
tergantung kepada baik buruknya
kemampuan pelabuhan, yang
merupakan suatu simpul utama
dari sitem rantai posok. Karena
daya saing usaha yang tinggi akan
menyumbang peningkatan daya
saing perekonomian nasional .
Sistem INSW sebagai trade
facilitation sudah terbukti banyak
meningkatkan efisiensi pelayanan
dan efektivitas pengawasan dari
alur barang ekspor-impor.
Keberhasilan dari pembangunan
SISLOGNAS untuk mendukung
peningkatan konektivitas nasional
mulai terl ihat peranannya dalam
mengurangi biaya transaksi,
membuka isolasi ekonomi daerah
terpencil dan menurunkan disparasi
harga. Hasil kerja INSW berperanan
dalam perbaikan pelayanan
penyelesaian customs clearance and
cargo release sekal igus mengawasi
lalu l intas perdagangan.
Pada akhirnya, diharapkan bahwa
berbagai usaha dan langkah
strategis yang telah dan akan
dilakukan oleh Pemerintah untuk
menurunkan dwelling time di
Tanjung Priok. Hal ini akan
meningkatkan efisiensi pelayanan
dan efektifitas pengawasan atas
lalu l intas barang ekspor-impor.
Selain itu, juga untuk
mempersiapkan diri dalam rangka
mencapai target integrasi Logistik
ASEAN pada tahun 2013, integrasi
Pasar ASEAN pada tahun 2015 dan
integrasi pasar global pada tahun
2020.
Peresmian Auto Gate System Dalam RangkaMempercepat Pelayanan di Pelabuhan
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Januari 201326
KUR dan UKMLaporan Kegiatan
Insani Sukandar
Halaman ini sengaja dikosongkan
Untuk informasi lebih lanjut hubungi :Redaksi Tinjauan Ekonomi dan KeuanganKementerian Koordinator Bidang PerekonomianGedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur No. 24 Jakarta, 10710Telepon. 0213521843, Fax. 0213521836Email : [email protected] Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada websitewww.ekon.go.id