Upload
fantau
View
1.063
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Edisi Mei 2013
Citation preview
|PKH, Jamkesmas, BSM dan Raskin | Melihat GeliatEkonomi Yunani |Aturan Baru Perpajakan UKM
|Strategi BUMN Meraup Laba|Menjaga Momentum dan Stabilitas Pertumbuhan
Ekonomi | Implementasi MDG's Daerah diKabupaten Sleman | Penyaluran KUR Semakin
Dominan di Sektor Perdagangan
Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Fiskal & Moneter Koordinator : Bobby Hamzar Rafinus
Editor : Edi Prio Pambudi, M Edy Yusuf Analis : Alexcius Winang, Al isa Fatimah, Dara Ayu Prastiwi,
Fitria Faradila, Insani Sukandar, Masyitha Mutiara Ramadhan, Oktya Setya Pratidina, Riski Raisa
Putra, Windy Pradipta Distribusi : Chandra Mercury Kontributor : Ratih Purbasari Kania, Arief
Firmansyah Ahmad Rifa' i Sapta, Erns Saptenno, Raisa Anastasia, Predi Mul iansyah, Asep Suryahadi,
Elan Satriawan, Tim Pemantauan dan Pengendal ian Inflasi , Komite Kebijakan KUR, Tim Koordinasi
Kebijakan Stabil isasi Harga Pangan Pokok.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembanganindikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) & UKM 29
Penyaluran KUR Semakin Dominan di Sektor
Perdagangan
OPINI PAKAR 22
Meneropong Lebih dalam Perlindungan Sosial
Indonesia |
KEUANGAN 24
Askesos: Penguatan Ketahanan terhadap
Resiko Penurunan Kesejahteraan Sosial
BUMN 25
Strategi Bisnis BUMN Meraup Laba
FISKAL & REGULASI EKONOMI 26
Aturan Baru Perpajakan UKM
MP3EI 27
Koordinasi MP3EI untuk Indonesia Bagian
Barat dan Timur
KETENAGAKERJAAN 28Monitoring dan Evaluasi Penyaluran KUR TKI
Kabupaten Lebak
KAJIAN PEMBANGUNAN 29
Pengaruh Fluktuasi Harga Pangan terhadap
Perekonomian
LAPORAN KEGIATAN 30
Edukasi Keuangan Perlu Menyentuh Hingga
Pendidikan Dasar
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia
tempo.com
antarabengkulu.com
UPAYA MEMBANGUN PERLINDUNGANSOSIAL 9
Program Keluarga Harapan|
Jaminan Kesehatan Masyarakat|
Program Raskin|
Bantuan Siswa Miskin|
Program Kompensasi Penghematan BBM|
Pendekatan Lokal Dalam Program Perlindungan
Sosial| Keberhasilan Penyaluran Program
Perlindungan Sosial Kluster I | Penanggulangan
Kemiskinan dan Perlindungan Sosial| Pelajaran
Penyaluran BLT 2005 terhadap BLSM | Asuransi
Kesehatan Sosial
KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI 2
MUSRENBANGNAS : Menjaga Momentum
Pertumbuhan dan Stabilitas Ekonomi
EKONOMI INTERNASIONAL 3
Melihat Geliat Ekonomi Yunani
EKONOMI DOMESTIK 4Mewaspadai perlambatan pertumbuhan Ekonomi
di Tw-II 2013 Indonesia
EKONOMI DAERAH 7Implementasi MDG's di daerah Sleman
www.koran-jakarta.com
Editorial
Kebijakan penyesuaian harga BBM yang sedang dibahas di
DPR, dikhawatirkan menimbulkan dampak kenaikan tingkat
kemiskinan yang saat ini mencapai 11,66% menjadi di atas
12%. Sementara target tingkat kemiskinan tahun anggaran
2013 adalah pada kisaran 10,5%-11,5%. Untuk itu telah
dirancang Program Percepatan dan Perluasan Perl indungan
Sosial (P4S). Program ini direncanakan juga sebagai upaya
memenuhi target jangka menengah 2010-2014, yaitu
penurunan tingkat kemiskinanpada kisaran 8%-10% di tahun
2014. Program ini dilaksanakan dengan meningkatkan
cakupan dan besaran bantuan sosial yang selama telah
dilaksanakan yaitu melalui beras untuk masyakat miskin
(raskin), bea siswa miskin (bsm), program keluarga harapan
(pkh). Selain itu juga dilengkapi dengan peningkatan
pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas),
serta bantuan langsung sementara masyarakat (blsm).
Cakupan kelompok masyarakat penerima P4S tidak terbatas
pada masyarakat di bawah garis kemiskinan, yang berjumlah
sekitar 29 juta orang. Namun juga kelompok masyarakat yang
rentan turun ke bawah garis kemiskinan, yang diperkirakan
mencapai 70 juta orang. Dengan keterbatasan anggaran
yang dialokasikan, maka belum semua penduduk dalam
kedua kelompok tersebut mendapatkan bantuan. Untuk itu
dengan tersedianya basis data yang baru Pendataan Program
Perl indungan Sosial (PPLS) diharapkan bantuan diterima oleh
penduduk yang menjadi sasaran.
Pelaksanaan P4S merupakan contoh pendekatan manajemen
resiko dalam perl indungan sosial . Pendekatan ini
menempatkan perl indungan sosial sebagai bagian dari
kebijakan pemul ihan pertumbuhan ekonomi. Banyak negara
di kawasan Asia Timur dan Pasifik menggunakan pendekatan
ini dalam menangkal dampak krisis ekonomi atau dalam
rangka kebijakan penyesuaian struktural . Dr Sarah Cook,
Direktur United Nations Research Institute of Social
Development (UNRISD), menyampaikan ada dua pendekatan
lain yang lebih efektif dalam menurunkan penduduk miskin
yaitu berdasarkan hak masyarakat (right-based approach) dan
kebutuhan masyarakat (need-based approach) . Kedua
pendekatan ini memberikan perl indungan sosial yang
berskala luas (universal) dan banyak negara di kawasan
Amerika Latin dan Karibia menerapkannya. Sebagai hasilnya
tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan kawasan
tersebut lebih rendah daripada kawasan Asia Timur dan
Pasifik.
Indonesia akan segera memasuki era perl indungan sosial
yang universal setelah tahun 2015, dengan operasional isasi
kedua badan penyelenggara jaminan sosial . Pada periode
tersebut juga dimulai kerjasama ekonomi regional yang luas
dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kedua langkah ini
semakin mendorong perlunya keterpaduan program
perl indungan sosial dengan kebijakan ekonomi, terutama
menyangkut pasar tenaga kerja. Kebijakan ketenagakerjaan,
seperti upah minimum, merupakan salah satu instrumen
tranformasi perl indungan sosial dari kelompok masyarakat
yang rentan menjadi terjamin. Untuk itu seyogyanya
perbaikan ikl im investasi dan ikl im usaha harus terus
diupayakan untuk mewujudkan perl indungan sosial yang
kokoh. Semoga.
Bobby Hamzar Rafinus
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 1
Indikator Ekonomi
MMusyawarah RencanaPembangunan Nasional
(Musrenbangnas) 2013 kal i ini
diadakan di Jakarta pada tanggal 30
April 2013. Pada acara tersebut,
Menko Perekonomian, Dr. (HC) M.
Hatta Rajasa memberikan paparan
mengenai “Menjaga Momentum
Pertumbuhan dan Stabil itas
Ekonomi”.
Dalam paparannya, Menko merujuk
hukum Okun dalam ilmu ekonomi
bahwa pertumbuhan ekonomi akan
menurunkan angka pengangguran.
Pada gil iran selanjutnya akan
mampu mengurangi kemiskinan
dan meningkatkan kesejahteraan.
Namun, pertumbuhan ekonomi
yang tinggi tidaklah cukup. Hal ini
perlu diiringi oleh program-
program pemerataan. Oleh sebab
itu, pemerintah selain mendorong
peningkatan pertumbuhan
ekonomi juga mendorong
program-program perl indungan
sosial .
Indonesia telah berhasil
menciptakan pertumbuhan
ekonomi diatas 6 % secara
berkesinambungan. Pada tahun
2010, 2011 dan 2012 pertumbuhan
ekonomi Indonesia sebesar 6,20%,
6,46%, dan 6,23%. Dengan capaian
ini diharapkan pada tahun 2014
pertumbuhan ekonomi Indonesia
sebesar 6,8-7,2%. Selain itu, inflasi
2014 diharapkan tetap terkendal i
sesuai sasaran sebesar 4,5± 1% dan
tingkat pengangguran 2014
diharapkan menurun menjadi 5-
6%. Target tingkat kemiskinan
diharapkan pada 2014 menurun
menjadi 8-10%. Dan apabila tidak
terjadi shock yang signifikan
terhadap perekonomian Indonesia,
diharapkan pada akhir 2014
pendapatan per kapita Indonesia
sebesar 4.500-5000 USD.
Namun, untuk mencapai target
indikator ekonomi makro tersebut,
Indonesia memil iki beberapa
tantangan, baik eksternal maupun
internal . Tantangan eksternal
dikarenakan masih melambatnya
pemul ihan ekonomi dunia,
pemul ihan harga komoditas, dan
kecenderungan peningkatan
hambatan non-tarif. Selain itu
terdapat tantangan internal berupa
ikl im investasi yang perlu
diperbaiki , isu
ketenagakerjaan,keterbatasan
infrastruktur, pengendal ian BBM
dalam negeri, kesehatan fiskal dan
penyerapan anggaran.
Menko Perekonomian juga
menjelaskan enam upaya menjaga
pertumbuhan dan stabil itas
ekonomi di tahun 2014, yaitu:
1). Memperbaiki kual itas belanja
negara sehingga dapat
menstimulasi pertumbuhan
ekonomi
2). Menjaga tingkat daya bel i
masyarakat dengan menjaga laju
inflasi pada tingkat yang rendah
3). Kebijakan mendorong
pertumbuhan investasi
4). Peningkatan daya saing
terutama produk ekspor non migas
melalui diversifikasi pasar tujuan
ekspor dengan meningkatkan
keberagaman dan kual itas produk
5).Mengendal ikan impor produk-
produk yang berpotensi
menurunkan daya saing produk
domestik dipasar dalam negeri
6).Penguatan perdagangan dalam
negeri untuk menjaga kestabilan
harga, kelancaran barang serta
menciptakan ikl im usaha yang
sehat
Referensi: Bagian Hubungan
Masyarakat, Kemenko
Perekonomian.
Koordinasi Kebijakan Ekonomi
MUSRENBANGNAS:Menjaga Momentum Pertumbuhan dan Stabilitas Ekonomi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 20132
Oktya Setya Pratidina
Melihat Geliat Ekonomi Yunani
EKONOMI INTERNASIONAL
3Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Yunani memil iki posisi yang
cukup penting dalam
perekonomian zona Eropa. Hal
tersebut terbukti dengan krisis
keuangan yang dialami Yunani
pada tahun 2010 berdampak besar
terhadap kestabilan perekonomian
di Eropa. Yunani mengalami
perlambatan pertumbuhan
ekonomi hingga -7,3% pada
Triwulan II 2010, dengan tingkat
pengangguran sebesar 16,3%. Pada
tahun tersebut IMF menyatakan
bahwa Yunani merupakan Negara
dengan kondisi perekonomian
terburuk dari 183 negara yang telah
di survey oleh lembaga tersebut.
Rasio hutang Yunani terhadap GDP
nya sebesar 127%.
Pemerintah Yunani selalu berupaya
untuk memperbaiki kondisi
perekonomian disana melalui
berbagai program reformasi
program dan perbaikan kebijakan
khususnya dalam rangka mengatasi
permasalahan pengangguran.
Namun di lain sisi pemerintah
Yunani juga melakukan
pemangkasan jumlah Pegawai
Negeri Sipil (PNS) mencapai 15.000
PNS dalam rangka efisiensi
anggaran secara berjangka hingga
akhir 2014 nanti. Selain itu Yunani
juga melakukan pengurangan pajak
properti sebesar 15%.
Pada tanggal 29 April 2013
Parlemen Yunani telah menyetujui
RUU Omnibus (multi-bill) , sehingga
pemerintah Yunani berhasil
mengamankan dana talangan dari
Troika sebesar € 2,8 milyar yang
akan dicairkan pada bulan Mei
2013. Dalam UU Omnibus
tercantum bahwa pemerintah
Yunani akan lebih fokus dalam
program reformasi dan percepatan
proses privatisasi aset – aset
Negara.
Menurut laporan kemajuan
rekapital isasi perbankan dan
privatisasi , empat bank utama di
Yunani telah sepakat untuk
melakukan merger. Selain itu,
beberapa aset pemerintah juga
telah menarik perhatian pihak lain.
Misalnya saja 51% saham
pemerintah di Thessaloniki Water
Company (EYATH) telah ditawar
oleh sebuah konsorsium yang
terdiri perusahaan Perancis Suez
dan El laktor dari Yunani. Terlebih
lagi, beberapa aset bangunan
pemerintah Yunani di Brussel ,
Nicosia dan London telah berhasil
di jual sebesar €41,1 juta.
Dalam rangka meningkatkan jumlah
tenaga kerja, pemerintah Yunani
mempunyai program National
Action Plan for Youth . Dalam
program tersebut terdapat tiga
kegiatan utama yang ditargetkan
kepada 35.000 pemuda
pengangguran dengan usia
maksimal 29 tahun yang terdiri dari
pelatihan, magang dan perekrutan
di perusahaan – perusahaan yang
telah bekerjasama dengan
pemerintah.
Berdasarkan data Badan Statistik
Nasional Yunani diketahui bahwa
defisit neraca perdagangan Yunani
periode Januari – Februari 2013
mencapai €3,697 milyar. Data
tersebut juga menyatakan bahwa
nilai impor non migas Yunani
menurun hingga 7,3%, sedangkan
nilai ekspor Yunani meningkat
hingga 11,7%
.
Namun, perekonomian negara ini
masih cukup disokong oleh sektor
pariwisata. Hal tersebut terbukti
dengan adanya kenaikan jumlah
wisatawan asing di Yunani sebesar
6,9% per Februari 2013. Kenaikan
tersebut berdampak pada kenaikan
penerimaan Negara sebesar 2,9%.
Dalam rangka pengembangan
potensi sektor pariwisata di Yunani,
pemerintah Yunani membuat
perusahaan joint ventures yang
bernama Marketing Greece S.A yang
terdiri dari perusahaan travel agen,
perhotelan dan promosi agar dapat
lebih “menjual” potensi wisata
Yunani. Perusahan tersebut gencar
melakukan promosi pariwisata
Yunani melalui website, pameran
pariwisata internasional , melakukan
riset pasar dan membuat
perencanaan produk pariwisata
dengan matang.
Dengan mel ihat begitu besarnya
peran industri pariwisata untuk
meningkatkan devisa Yunani, maka
selain dengan upaya peningkatan
ekspor pemerintah Yunani memang
perlu lebih fokus lagi untuk menarik
wisatawan asing untuk berwisata ke
Yunani. Oleh karena itu, diperlukan
kajian – kajian atau riset pasar
terkait pengembangan sektor
pariwisata, maupun kerjasama antar
stakeholders yang juga memil iki
peran penting dalam pertumbuhan
sektor pariwisata di Yunani.
Sumber :
Kedutaan Besar RI di Athena
Dara Ayu Prastiwi
4
Pertumbuhan Ekonomi
Pada triwulan I 2013, Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia
atas harga berlaku sebesar Rp
2.146,4 tri l iun. Sementara itu, PDB
atas harga konstan 2000 sebesar Rp
671,3 tri l iun, meningkat 1,4%
dibanding triwulan IV 2012 (qtq)
dan 6,02% dibanding triwulan I
2012 (yoy). Ekonomi Indonesia
cenderung melambat semenjak
triwulan II 2012. Ketidakstabilan
kondisi ekonomi global ,
melonjaknya harga komoditas dan
meningkatnya ekspektasi inflasi
terkait isu kenaikan harga BBM
bersubsidi merupakan faktor utama
perlambatan ini.
Kondisi ekonomi global , khususnya
Eropa yang tidak menentu
mendorong perlambatan pada
investasi . Pada triwulan I 2013,
investasi meningkat sebesar 5,90%
(yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang
mencapai 7,29% (yoy). Selain itu,
tingginya harga komoditas pangan
dan meningkatnya ekspektasi inflasi
terkait ketidakpastian kebijakan
subsidi BBM merupakan faktor
perlambatan pada konsumsi rumah
tangga. Konsumsi rumah tangga
pada triwulan I 2013 meningkat
sebesar 5,17% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 5,36% (yoy).
Padahal kedua pos pengeluaran ini
masih merupakan penopang utama
PDB Indonesia.
Berdasarkan lapangan usaha, sektor
pengolahan memberi kontribusi
terbesar terhadap PDB yaitu sebesar
23,59%, diikuti oleh sektor
pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan sebesar 15,04% dan
sektor perdagangan, hotel dan
restoran sebesar 14,11%. Secara
umum, sektor tradable, seperti
pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan; pertambangan dan
penggal ian; dan industri
pengolahan masih menjadi
penopang utama PDB Indonesia,
yaitu sebesar 50,07%. Sementara
itu, sektor non-tradable memberi
kontribusi sebesar 49,93%.
Sektor pertanian dan industri
pengolahan tercatat mengalami
peningkatan masing-masing
sebesar 3,7% dan 5,84% (yoy).
Sektor pertambangan mengalami
penurunan sebesar 0,43% (yoy).
Berbeda halnya dengan sektor
tradable, sektor non-tradable justru
menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Peningkatan sektor non-
tradable tertinggi terjadi pada
sektor pengakutan dan komunikasi
sebesar 9,98% (yoy), diikuti oleh
sektor keuangan, real estate dan
jasa perusahaan sebesar 8,35%
(yoy) dan konstruksi sebesar 7,19%
(yoy).
Selain memil iki kontribusi yang
tinggi terhadap PDB, sektor tradable
pun merupakan sumber utama
penyerapan tenaga kerja, khususnya
di sektor pertanian. Lebih dari 35%
angkatan kerja Indonesia bekerja
pada sektor pertanian. Sektor
tradable pun kerap mendorong
ekspor Indonesia. Oleh karena itu,
Pemerintah perlu melakukan
kebijakan untuk mendorong sektor-
sektor tradable agar tercipta
pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.
Tenaga Kerja
Pada bulan Februari 2013, jumlah
angkatan kerja di Indonesia
mencapai 121,19 juta orang,
meningkat dibandingkan bulan
Agustus 2012 yang mencapai
118,05 juta orang. Seperti halnya
jumlah angkatan kerja, jumlah
orang yang bekerja juga mengalami
peningkatan. Jumlah pekerja
meningkat dari 110,81 juta orang
pada bulan Agustus 2012 menjadi
114,02 juta orang pada bulan
Februari 2013. Sebal iknya, jumlah
pengangur cenderung menurun.
Jumlah penganggur menurun dari
7,24 juta orang pada bulan Agustus
2012 menjadi 7,17 juta orang pada
bulan Februari 2013. Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT)
tercatat 5,92% pada bulan Februari
2013.
Berdasarkan lapangan usaha, sektor
pertanian masih menjadi penopang
utama penyerapan tenaga kerja di
Indonesia. Lebih dari 35% angkatan
kerja bekerja di sektor pertanian.
Sementara itu berdasarkan tingkat
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Ekonomi Domestik
Ekonomi Indonesia cenderung melambat semenjak triwulan II 2012.
Ketidakstabilan kondisi ekonomi global, melonjaknya harga komoditas dan
meningkatnya ekspektasi inflasi terkait isu kenaikan harga BBM bersubsidi
merupakan faktor utama perlambatan ini.
Mewaspadai PerlambatanPertumbuhan Ekonomi di
Triwulan II-2013
5
pendidikan,
lu lusan SD ke
bawah menjadi
penopang pasar
tenaga kerja di
Indonesia.
Mereka pada
umumnya menjadi
pekerja di sektor
informal sebagai
pekerja fisik atau
buruh tidak tetap.
Sektor informal
masih
mendominasi pasar tenaga kerja
Indonesia. Sekitar 60% angkatan kerja
Indonesia bekerja di sektor informal ,
khususnya status pekerjaan berusaha
dibantu buruh tidak tetap. Sementara
itu, hanya sekitar 40% angkatan kerja
yang bekerja di sektor formal ,
khususnya pada status pekerjaan
buruh/karyawan tetap. Oleh karena
itu, perlu didorong penyerapan
tenaga kerja di sektor formal .
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
kembal i mengalami penurunan pada
bulan Februari 2013. TPT tercatat
5,92%, lebih rendah dibandingkan
bulan Agustus 2012 yang mencapai
6,14%. Berdasarkan tingkat
pendidikan, tingkat pengangguran
lebih banyak terjadi pada lulusan
Sekolah Menengah Atas (SMA)
sebesar 9,39%, diikuti oleh Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sebesar
8,24% dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) sebesar 7,68%.
Neraca Perdagangan
Pada Maret 2013, neraca perdagangan
memperoleh surplus sebesar US$
304,90 juta, setelah mengalami defisit
terus sejak Oktober 2012.
Sebelumnya, neraca perdagangan
terus mengalami defisit akibat
melonjaknya impor. Perbaikan ekspor
khususnya sektor migas dan
penurunan impor nonmigas menjadi
sumbangan utama surplus neraca
perdagangan.
Ekspor Indonesia pada bulan Maret
2013 tercatat US$ 15.003,4 juta,
menurun 0,08% (mtm). Penurunan
nilai ini cenderung lebih rendah
dibandingkan bulan sebelumnya yang
mencapai 2,34% (mtm). Perbaikan
ekspor sektor migas, khususnya
komoditas gas mendorong perbaikan
pada ekspor secara keseluruhan.
Ekspor migas mengalami peningkatan
sebesar 12,94% (mtm), sedangkan
ekspor nonmigas mengalami
penurunan sebesar 2,77%. Secara
kumulatif Januari-Maret 2013, ekspor
Indonesia tercatat US$ 45.394,5 juta.
Berdasarkan komposisinya, sektor
nonmigas, khususnya sektor industri
masih menjadi penopang utama
ekspor Indonesia yaitu sebesar
62,26%.
Penurunan ekspor diiringi oleh
penurunan impor yang lebih dalam.
Impor Indonesia pada bulan Maret
2013 tercatat US$ 14.698,5 juta,
menurun 4,01% (mtm). Impor
nonmigas yang menurun sebesar
5,80% (mtm) berhasil menekan impor
secara keseluruhan. Berbeda dengan
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) kembali
mengalami penurunan
pada bulan Februari
2013. TPT tercatat
5,92%, lebih rendah
dibandingkan bulan
Agustus 2012 yang
mencapai 6,14%.
Sedangkan tingkat
inflasi Indonesia pada
bulan April 2013 tercatat
-0,01% (mtm) dan 5,57%
(yoy), menurun
dibandingkan bulan
sebelumnya yang
mencapai 0,63% (mtm)
dan 5,90% (yoy). Tingkat
inflasi volatile food yang
menurun dan inflasi inti
dan administered yang
stabil mendorong
penurunan pada tingkat
inflasi umum.
impor nonmigas, impor migas
cenderung meningkat walaupun
tipis yaitu sebesar 1,72% (mtm).
Impor minyak mentah meningkat
akibat dari kenaikan harga minyak
dunia. Secara kumulatif Januari-
Maret 2013, impor Indonesia
tercatat US$ 45.462 juta.
Berdasarkan penggunaan barang,
bahan baku/penolong memil iki
kontribusi terbesar dalam impor
Indonesia yaitu sebesar 76,79%.
Menurut negara mitra dagang,
Indonesia mengalami surplus
neraca perdagangan dengan
negara Singapura, Inggris, Amerika
Serikat dan India. Surplus neraca
perdagangan Indonesia pal ing
besar terjadi dengan negara
Amerika Serikat yaitu sebesar US$
604,2 juta.
Inflasi
Tingkat inflasi Indonesia pada bulan
April 2013 tercatat -0,01% (mtm)
dan 5,57% (yoy), menurun
dibandingkan bulan sebelumnya
yang mencapai 0,63% (mtm) dan
5,90% (yoy). Tingkat inflasi volati le
food yang menurun, inflasi inti dan
administered yang stabil
mendorong penurunan tingkat
inflasi umum.
Pada bulan April 2013, inflasi
volatile food tercatat 0,14% (mtm)
dan 4,12% (yoy). Sebelumnya inflasi
volatile food sempat mencapai
14,20% (yoy), tertinggi sejak bulan
April 2011. Koreksi harga sejumlah
komoditas pangan, seperti beras,
cabai dan bawang berhasil
menekan tingkat inflasi volatile
food. Panen di hampir sebagian
besar wilayah sentra produksi
mendorong harga beras dan cabai
menurun di pasaran. Perbaikan
kebijakan impor melalui dispensasi
penyelesaian importasi dan diskresi
bawang putih berhasil menurunkan
harga bawang putih di pasar
domestik.
Penurunan juga terjadi pada inflasi
inti dan inflasi administered prices.
Keduanya mengalami penurunan
pada bulan April 2013. Tingkat
inflasi inti menurun dari 4,21% (yoy)
pada bulan Maret 2013 menjadi
4,12% (yoy) pada bulan April 2013.
Penyebab utama menurunnya
tingkat inflasi inti antara lain (i)
pelemahan tekanan eksternal ; (i i )
terjaganya permintaan secara
umum dan (ii i ) melambatnya inflasi
inti pangan akibat meredanya
gejolak harga volatile food.
Sementara itu, belum tercatatnya
dampak kenaikan Tarif Tenaga
Listrik (TTL) tahap kedua
mendorong penurunan pada inflasi
administered prices. Tingkat inflasi
ini tercatat 0,14% (mtm) dan 2,72%
(yoy).
Secara umum, menurut kelompok
barang, tingkat inflasi umum masih
bersumber dari kelompok bahan
makanan, tercatat 11,91% (yoy).
Berdasarkan spasial , tercatat 38
kota IHK mengalami deflasi dan 28
kota mengalami inflasi . Inflasi
tertinggi terjadi di Padang
Sidempuan, Sumatera utara sebesar
0,81% (mtm) dan deflasi tertinggi
terjadi di Maumere, NTT sebesar
1,20% (mtm).
Kedepan tantangan pengendal ian
inflasi akan lebih berat karena
terbentuknya ekspektasi inflasi yang
tinggi akibat ketidakpastian
kebijakan subsidi BBM. Untuk itu,
kebijakan subsidi BBM perlu segera
diputuskan. Peningkatan produksi
domestik, seperti hortikultura perlu
dipastikan menghadapi kenaikan
permintaan selama bulan
Ramadhan dan Idul Fitri .
Referensi:
(1 )Berita Resmi Statistik:
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Triwulan I 2013 – BPS (2)Berita
Resmi Statistik: Keadaan
Ketenagakerjaan Februari 2013 –
BPS (3)Berita Resmi Statistik:
Perkembangan Ekspor dan Impor
Indonesia Maret 2013– BPS (4)Berita
Resmi Statistik: Perkembangan
Inflasi April 2013 – BPS (5)Tinjauan
Kebijakan Moneter Mei 2013 – Bank
Indonesia
Fitria Faradila
6 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
7Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
P emerintah Kabupaten/Kota saat ini telah aktif
melaksanakan program yang terkait dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat pada berbagai
sektor. Banyak diantaranya terkait dengan Millenium
Development Goals(MDGs) MDGs merupakan
komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk
mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang
menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak
untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya,
mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat
pendidikan, mengurangi kematian anak bal ita hingga
2/3, dan mengurangi hingga separuh jumlah orang
yang tidak memil iki akses terhadap air bersih pada
tahun 2015.
Sampai dengan tahun 2011, ada beberapa target MDGs
yang masih memerlukan kerja
keras, seperti meningkatkan
kelestarian l ingkungan hidup,
peningkatan akses yang
berkelanjutan terhadap sumber
air minum layak dan fasil itasi
dasar layak di pedesaan dan
perkotaan.
Salah satu daerah
Kabupaten/Kota di Indonesia
yang telah merintis usaha dalam
pelestarian l ingkungan hidup adalah Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Melalui program
penyehatan l ingkungan kawasan padat penduduk di
Daerah Al iran Sungai Gajah Wong, Kecamatan Depok,
Sleman meraih penghargaan MDGs award 2012 untuk
kategori l ingkungan hidup.
Kecamatan Depok, Kab. Sleman merupakan salah satu
daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah
satu areal yang padat penduduknya adalah Daerah
Al iran Sungai (DAS) Gajah Wong. Kondisi tersebut
berpengaruh langsung terhadap sanitasi l ingkungan.
DAS Gajah Wong melintasi wilayah Desa Condong
Catur serta enam padukuhan di Desa Catur nunggal ,
mulai dari padukuhan Santen, Mrican, Ambarukmo,
Nologaten, Papringan dan Gowok yang dihuni ±3500
jiwa. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi di wilayah
DAS tersebut menghasilkan l imbah yang cukup tinggi
sehingga mencemari sungai tersebut.
Melalui program sanitasi berbasis masyarakat, wilayah
DAS Gajah Wong telah merubah wajah DAS Gajah
Wong saat ini . Masyarakat di sekitar DAS membuat
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal , yaitu
setiap Rumah Tangga (RT) tidak harus mempunyai
septic tank sendiri-sendiri , sehingga air bersih dan
sumur tanah dapat terjaga dengan baik. Dengan
adanya IPAL maka sungai tidak lagi menjadi Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) dan tempat pembuangan
l imbah Rumah Tangga sehingga kesehatan masyarakat
dapat terjaga.
Sepanjang sungai Gajah Wong telah banyak penduduk
yang bersedia memberikam lahannya sekitar 10 meter
untuk penghijauan serta kegiatan lainnya seperti :
membuat kelompok kerja air l imbah, pengelolaan
sampah yaitu sampah dipilah serta dimanfaatkan
menjadi produk yang bermanfaat. Selain itu juga
dilakukan kerja sama dengan para pemulung. Aktivitas
lainnya yaitu berupa penanaman tanaman obat dengan
menggunakan pot-pot dari
paralon sehingga dapat
mendongkrak kegiatan
ekonomi kreatif. Tak kalah
menariknya adalah
pembuatan kolam-kolam
ikan dalam mendukung
peningkatan kual itas air.
Peranan pemerintah dalam
mendukung kegiatan ini
adalah berupa fasil itasi yang
dilakukan secara terus
menerus, seperti diungkapkan oleh Kurniawansyah
Harahap, Kepala Sub Bidang Lingkungan Hidup
Bappeda Kab Sleman. Bel iau juga menuturkan bahwa
pel ibatan masyarakat secara langsung merupakan kunci
keberhasilan program ini, yaitu masyarakat yang
mempunyai ide awal serta mendukung setiap tahap
dari kegiatan, sehingga memudahkan pihak pemerintah
ketika memulainya.
Target dari MDGs l ingkungan hidup adalah
pengentasan kawasan kumuh Kab Sleman pada tahun
2015. Diluar bidang l ingkungan hidup Kab Sleman juga
telah berupaya untuk mencapai target MDGs dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada
saat ini sedang disusun Laporan MDGs Kab Sleman
secara mandiri .
Ekonomi Daerah
Implementasi Millenium Development Goals (MDGs) Daerahdi Kabupaten Sleman
Ratih Purbasari Kania
|Program Keluarga Harapan |Jaminan Kesehatan Masyarakat|Program Raskin| Bantuan Siswa Miskin
|Program Kompensasi Penghematan BBM|Pendekatan Lokal Dalam Program Perlindungan Sosial
|Keberhasilan Penyaluran Program Perlindungan Sosial Klaster I|Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial
|Pelajaran Penyaluran BLT 2005 terhadap BLSM| Asuransi Kesehatan Sosial
Laporan Utama
PBadan Pusat Statistik (BPS)
mencatat pertumbuhan ekonomi
Indonesia kuartal I-2013 sebesar
6,02 persen. Meskipun angka ini
menurun dari angka pertumbuhan
pada kuartal IV tahun 2012 yang
mencapai 6,3 persen, namun
pertumbuhan ekonomi Indonesia
masih cukup tinggi dan mampu
bertahan di tengah kondisi ekonomi
global yang sedang melambat.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
seharusnya sejalan
dengan tingkat
kesejahteraan masyrakat
yang tinggi pula, namun
real itanya angka
kemiskinan di Indonesia
masih relatif tinggi. Hasil
dari pertumbuhan
ekonomi tersebut
mungkin saja tidak
dinikmati oleh 40 persen
kelompok masyarakat
Indonesia yang dengan
kondisi ekonomi
terbawah, atau sekitar 29
juta penduduk golongan
miskin dan 70 juta penduduk
golongan rentan miskin. Adapun
penduduk yang dikategorikan
berada pada garis kemiskinan
menurut BPS yaitu individu dengan
jumlah belanja/pengeluarannya
kurang dari atau sama dengan Rp
233.740 per bulan (miskin), dan Rp
233.741 – Rp 280.488 per bulan
(rentan miskin).
Angka kemiskinan Indonesia pada
kuartal IV tahun 2012 tersebut
sudah lebih baik jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, yaitu
sebesar 12,49 persen atau setara
dengan 30,02 juta penduduk.
Penurunan angka kemiskinan ini
juga dipengaruhi oleh program-
program yang dilakukan
pemerintah untuk membantu
rakyatnya yang hidup dibawah garis
kemiskinan. Pemerintah dibantu
oleh Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan
melalui program-program tertentu
berupaya keras meningkatkan
kesejahteraan seluruh masyarakat
Indonesia agar sejalan dengan salah
satu target Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RJPM) Nasional ,
yaitu angka kemiskinan sebesar 8
sampai 10 persen.
Salah satu program perl indungan
sosial adalah Program Keluarga
Harapan (PKH). PKH merupakan
bantuan tunai bersyarat kepada
Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM). Tujuan utama program ini
ialah mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kual itas sumber daya
manusia terutama pada kelompok
masyarakat miskin. Tujuan tersebut
sekal igus sebagai upaya
mempercepat pencapaian target
Millenium Development Goals
(MDGs) . Selain tujuan utama, PKH
juga memil iki tujuan-tujuan khusus
yang lebih spesifik, diantaranya
yaitu : (1) Meningkatkan kondisi
sosial ekonomi RTSM; (2)
Meningkatkan taraf pendidikan
anak-anak RTSM;
(3) Meningkatkan status
kesehatan dan gizi ibu
hamil , ibu nifas, dan anak
di bawah 6 tahun dari
RTSM; dan (4)
Meningkatkan akses dan
kual itas pelayanan
pendidikan dan
kesehatan, khususnya
bagi RTSM.
Berdasarkan basis data
per tahun 2012,
penerima PKH adalah per
“keluarga” bukan lagi
“rumah tangga”. Dengan
ini , pemerintah berusaha
mengakomodasi prinsip bahwa
keluarga (yang terdiri dari orang
tua-ayah,ibu-dan anak) adalah satu
unit yang sangat relevan dengan
peningkatan kual itas sumber daya
manusia dan pemutusan rantai
kemiskinan generasi berikutnya.
Data keluarga yang dapat menjadi
peserta PKH diperoleh dari Basis
Data Terpadu, yang memenuhi
sedikitnya satu kriteria kesertaan
program berikut : (i) memil iki ibu
hamil/ nifas; (i i ) memil iki anak bal ita
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 9
Upaya Pengentasan KemiskinanNasional Melalui Unit MasyarakatTerkecil: Program Keluarga Harapan
PKH merupakan bantuan tunai bersyarat kepada RumahTangga Sangat Miskin (RTSM). Tujuan utama program iniialah mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia terutama pada kelompokmasyarakat miskin.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 9
10 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Alisa Fatimah
atau anak pra sekolah; (i i i ) memil iki
anak usia SD dan/atau SLTP
dan/atau anak 15-18 tahun yang
belum menyelesaikan pendidikan
dasar.
Data keluarga yang dapat menjadi
peserta PKH diperoleh dari Basis
Data Terpadu, yang memenuhi
sedikitnya satu kriteria kesertaan
program berikut : (i) memil iki ibu
hamil/ nifas; (i i ) memil iki anak bal ita
atau anak pra sekolah; (i i i ) memil iki
anak usia SD dan/atau SLTP
dan/atau anak 15-18 tahun yang
belum menyelesaikan pendidikan
dasar.
Bantuan PKH berupa dana tunai
yang diberikan kepada ibu atau
perempuan dewasa (nenek, bibi
atau kakak perempuan). Sebagai
bukti kepesertaan PKH, Keluarga
Sangat Miskin (KSM) diberikan
Kartu Peserta PKH. Uang bantuan
dapat diambil oleh Pengurus
Keluarga di Kantor Pos terdekat
dengan membawa Kartu Peserta
PKH dan tidak dapat diwakilkan
ataupun melalui rekening Bank BRI.
Bantuan dana PKH ini memil iki
masa kepesertaan pal ing lama 6
tahun diterima oleh KSM yang
memenuhi kriteria dan dinilai sudah
menjalankan kewajiban penerima
PKH dengan benar. Adapun
kewajiban KSM penerima PKH
adalah (i) memeriksakan anggota
keluarganya (Ibu Hamil dan Bal ita)
ke fasi l itas kesehatan dan (ii)
Menyekolahkan anaknya untuk
pendidikan dasar 9 tahun wajib
belajar. Seiring berjalannya waktu,
j ika ada KSM yang sudah tidak
termasuk dalam kriteria penerima
PKH, maka akan gugur secara alami
meskipun belum sampai 6 tahun.
Tim pelaksana PKH melakukan
monitoring setiap tahunnya untuk
memilah kelompok KSM mana saja
yang telah keluar dari kriteria
penerima bantuan PKH. Kelompok
KSM tersebut nantinya akan
dikelompokkan pada dua fase yang
berbeda, yaitu fase graduasi dan
fase transisi . Kelompok KSM yang
masuk dalam fase graduasi ialah
KSM yang sudah tidak memenuhi
semua syarat penerima PKH.
Sedangkan KSM yang masuk fase
transisi ialah KSM yang setidak-
tidaknya masih memenuhi satu
syarat penerima PKH meskipun
sudah melewati masa penerimaan 6
tahun. KSM yang masuk masa
transisi akan diberikan tambahan
bantuan PKH selama 3 tahun
sebelum digolongkan dalam fase
graduasi. H ingga penyaluran tahun
2012 ini , dana bantuan PKH telah
diterima oleh 2,4 juta Keluarga
Sangat Miskin (KSM).
Penyebarannya sendiri sudah
menjangkau 33 provinsi di
Indonesia pada tahun 2012.
Secara keseluruhan, program PKH
ini sebenarnya yang pal ing baik
pengelolaannya. Karena dilakukan
verfikasi dan pendampingan serta
pemberdayaan lebih lanjut kepada
penerima PKH. Namun sayangnya
program ini belum menjangkau
seluruh KSM yang mungkin berhak
menerima bantuan PKH. Oleh
karena itu, target pencapaian
penerima bantuan PKH pada tahun
2014 akan ditingkatkan menjadi
sebanyak 3,2 juta KSM.
Referensi : Tim Pokja Klaster-I
TNP2K
Besaran dan Komponen Dana PKH
". . .kewajiban penerima PKH adalah
memeriksakan anggota keluarganya (Ibu Hamil
dan Balita) ke fasilitas kesehatan dan
menyekolahkan anaknya untuk pendidikan dasar
9 tahun wajib belajar. . "
Kesehatan merupakan aset penting
bagi keberlanjutan pembangunan
Indonesia. Dalam pengukuran Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) kesehatan
merupakan komponen utama selain
pendidikan dan pendapatan. Lebih
lanjut, kesehatan merupakan komponen
penting untuk menunjang
pembangunan ekonomi yang
berkual itas.
Sejak tahun 2005 Kementerian
Kesehatan telah melaksanakan program
jaminan kesehatan sosial yang dikenal
dengan Jaminan Pemel iharaan
Kesehatan bagi Masyarakat Miskin
(JPKMM). Pada tahun 2008, program ini
berganti nama menjadi Jaminan
Kesehatan Masyarat (Jamkesmas).
Jamkesmas bertujuan untuk
melaksanakan penjaminan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat miskin
dan tidak mampu, dengan
menggunakan prinsip asuransi
kesehatan sosial .
Tim Kelompok Kerja Klaster I, TNP2K
menjelaskan bahwa tercatat 86,4 juta
orang, 40% dari total penduduk,
merupakan masyarakat dengan kondisi
sosial-ekonomi terendah yang terdiri
dari kelompok penduduk miskin dan
hampir miskin. Saat ini Kemenkes telah
mendistribusikan sebanyak 86,4 juta
kartu sehat kepada masyarakat. Untuk
antisipasi adanya masyarakat yang telah
meninggal dan berpindah tempat
tinggal maka Kemenkes mengeluarkan
SK MENKES No. 149/2003 untuk
mengganti kepesertaan. Pergantian
kepesertaan dibatasai hingga 30 Juni
2013, selanjutnya kepesertaan akan
menjadi tetap.
Secara teknis program Jamkesmas
dilakukan secara bertahap yakni
berkunjung terlebih dahulu ke
Puskesmas atau kl inik yang telah bekerja
sama dengan PT. ASKES, kemudian akan
ditangani berdasarkan penyakit. Tercatat
sebanyak 290 penyakit yang tidak dapat
dirujuk ke rumah sakit, hanya dapat
ditangani di Puskesmas. Hal tersebut
untuk mengantisipasi lonjakan pasien di
rumah sakit.
Mulai tahun 2014, dalam sistem Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), penerima
Jamkesmas 2013 akan menjadi Penerima
Bantuan Iuran (PBI) dengan besaran
premi Rp 15.500 per bulan yang akan
dibayarkan oleh pemerintah.
Sementara, peserta non-PBI merupakan
peserta yang tidak tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu yang
terdiri atas: (a) pekerja penerima upah
dan anggota keluarganya, (b) pekerja
bukan penerima upah dan anggota
keluarganya, (c) bukan pekerja dan
anggota keluarganya. Namun, besaran
premi untuk non-PBI akan ditanggung
2% oleh pegawai dan 3% oleh
pemerintah.
Peran pemerintah yang terus
memperbaiki sistem pelayanan
kesehatan ditandai dengan adanya
sistem prudential ing yakni pemerintah
akan me-review terkait fasi l itas
pelayanan dan keluhan di puskesmas
atau rumah sakit. (Windy Pradipta)
Referensi: TIM POKJA Klaster 1
Windy Pradipta
Jaminan Kesehatan Masyarakat:Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat
Indonesia
Mulai tahun
2014, dalam
sistem Jaminan
Kesehatan
Nasional (JKN),
penerima
Jamkesmas 2013
akan menjadi
Penerima
Bantuan Iuran
(PBI) dengan
besaran premi Rp
15.500,- per
bulan yang akan
dibayarkan oleh
pemerintah.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 9Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 11
Program Raskin merupakan salah satu program
penanggulangan kemiskinan dan perl indungan
sosial yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat
dalam bentuk bantuan beras bersubsidi kepada rumah
tangga berpendapatan rendah (rumah tangga miskin
dan rentan miskin). Sesuai dengan amanat Peraturan
Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, Raskin merupakan salah
satu instrumen penanggulangan kemiskinan yang
termasuk dalam klaster I.
Program Raskin, sebagai program bantuan berbasis
keluarga/rumah tangga telah berjalan rutin sejak tahun
1998. Program ini bermula dari Operasi Pasar Khusus
(OPK) yang merupakan respon Pemerintah atas krisis
ekonomi dan krisis pangan yang terjadi. Berbeda
dengan pemberian subsidi pangan sebelumnya, OPK
memberikan subsidi beras secara langsung kepada
rumah tangga miskin dan rawan pangan yang menjadi
target sasaran program. Pada tahun 2002 nama OPK
diubah menjadi Program Beras untuk Keluarga Miskin
(Program Raskin) yang bertujuan untuk lebih
mempertajam sasaran penerima manfaat.
Beras bersubsidi yang didistribusikan kepada rumah
tangga sasaran melalui Program Raskin adalah
sejumlah 180Kg/RTS/tahun atau setara dengan 15
kg/RTS/bulan dengan harga tebus Rp1.600,00/kg netto
di Titik Distribusi (TD). Sejak tahun 2010 hingga 2012,
dalam Program Raskin disediakan beras bersubsidi
kepada 17,48 juta Rumah Tangga Sasaran Penerima
Manfaat (RTS-PM) dengan kondisi sosial ekonomi
terendah di Indonesia (kelompok miskin dan rentan
miskin). Pada tahun 2012, total Raskin yang telah
disalurkan berjumlah 3.147.841 ton. Untuk
meningkatkan ketepatan sasaran program, mulai Juni
2012 penetapan RTS-PM Program Raskin didasarkan
pada Basis Data Terpadu untuk Program Perl indungan
Sosial yang bersumber dari Pendataan Program
Perl indungan Sosial tahun 2011 (PPLS’11) yang
dilaksanakan oleh BPS.
Sumber utama Basis Data Terpadu adalah Pendataan
Program Perl indungan Sosial tahun 2011 (PPLS 2011)
yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan
diserahterimakan kepada Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Dalam rangka
mengakomodasi adanya dinamika perubahan-
perubahan RTS di Desa/Kelurahan, maka perubahan
atas Daftar Penerima Manfaat Program Raskin
dimungkinkan jika dilakukan melalui mekanisme
musyawarah Desa/Kelurahan. Hal ini dimaksudkan
untuk mengakomodir perubahan-perubahan yang
terjadi apabila RTS-PM yang terdapat dalam Daftar
Nama dan Alamat RTS Program Raskin Juni – Desember
2012.
Sampai dengan tahun 2006, data penerima manfaat
Raskin masih menggunakan data dari BKKBN yaitu data
keluarga prasejahtera alasan ekonomi dan keluarga
sejahtera I alasan ekonomi. Belum seluruh KK Miskin
dapat dijangkau oleh Raskin. Hal ini lah yang
menjadikan Raskin sering
dianggap tidak tepat
sasaran, karena rumah
tangga sasaran berbagi
dengan KK Miskin lain
yang belum terdaftar
sebagai sasaran.
Mulai tahun 2007,
digunakan data Rumah
Tangga Miskin (RTM) BPS
Bantuan BerasSebagai Instrumen Penanggulangan Kemiskinan
Tabel Perkembangan Penyaluran Raskin 2005 - 2012
Sumber : TNP2K
12 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Erns Saptenno
sebagai data dasar dalam pelaksaaan Raskin. Dari
jumlah RTM yang tercatat sebanyak 19,1 juta RTS,
penyaluran Raskin pada tahun 2007 hanya sebesar
82,72% atau 15,8 juta RTS dan baru dapat diberikan
kepada seluruh RTM pada tahun 2008. Dengan jumlah
RTS 19,1 juta pada tahun 2008, berarti telah mencakup
semua rumah tangga miskin yang tercatat dalam Survei
BPS tahun 2005. Jumlah sasaran ini juga merupakan
sasaran tertinggi selama Raskin disalurkan. Penggunaan
data Rumah Tangga Sasaran (RTS) hasil pendataan
Program Perl indungan Sosial tahun 2008 (PPLS – 2008)
dari BPS diberlakukan sejak tahun 2008 yang juga
berlaku untuk semua program pengentasan kemiskinan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah.
Anggaran subsidi Raskin disediakan dalam DIPA APBN.
Biaya operasional Raskin dari Gudang BULOG sampai
dengan TD menjadi tanggung jawab Perum BULOG.
Sementara itu, biaya operasional penyaluran Raskin dari
TD sampai RTS-PM menjadi tanggung jawab
Pemerintah Kabupaten/Kota yang diatur lebih lanjut
dalam Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis masing-
masing daerah. Untuk meningkatkan efektivitas
penyaluran Raskin dari TD kepada RTS-PM, maka
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota berperan
memberikan kontribusi untuk memperlancar
pelaksanaan Program Raskin.
Pagu Raskin (tonase dan jumlah RTS) Nasional yang
digunakan hingga penyaluran Raskin bulan Mei 2012,
didasarkan pada data RTS hasil PPLS-08 BPS. Pagu
Raskin untuk provinsi ditetapkan oleh Deputi Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat Bidang Koordinasi
Perl indungan Sosial dan Perumahan Rakyat selaku
Ketua Pelaksana Tim Koordinasi Raskin Pusat. Pagu
Raskin untuk Kabupaten/Kota ditetapkan oleh
Gubernur berdasarkan pagu Raskin nasional dan pagu
Raskin untuk Desa/Kelurahan ditetapkan oleh
Bupati/Wal ikota berdasarkan pagu Raskin Provinsi.
Penyaluran Raskin dilakukan oleh Perum BULOG sampai
dengan Titik Distribusi , setelah Perum BULOG (dalam
hal ini Kadivre/Kasubdivre/KaKansilog Perum BULOG)
menerima Surat Perintah Alokasi (SPA) dari Pemerintah
Kabupaten/Kota berdasarkan pagu Raskin dan rincian
di masing-masing Kecamatan dan Desa/Kelurahan.
Berdasarkan SPA tersebut, Perum BULOG menerbitkan
Surat Perintah Pengeluaran Barang/Del ivery Order
(SPPB/DO) beras untuk masing-masing Kecamatan atau
Desa/Kelurahan kepada Satker (Satuan Kerja) Raskin
(yang berkedudukan dan bertanggungjawab kepada
Kadivre/KasubDivre/Kakansilog Perum BULOG).
Mengingat Perum BULOG hanya menyalurkan Raskin
hingga Titik Distribusi , maka Pemerintah
Kabupaten/Kota harus mendistribusikan Raskin dari
Titik Distribusi hingga ke Titik Bagi (TB), yaitu
tempat/lokasi hasil kesepakatan antara Pemda dengan
RTS-PM setempat untuk penyaluran Raskin.
Pembayaran HPB Raskin dari RTS-PM kepada Pelaksana
Distribusi Raskin dilakukan secara tunai sebesar
Rp1.600/Kg. Dana HPB Raskin yang diterima Pelaksana
Distribusi Raskin dari RTS-PM dapat disetor langsung
ke rekening HPB BULOG melalui bank setempat atau
dapat diserahkan kepada Satker Raskin yang kemudian
langsung disetor ke rekening HPB BULOG. Pemerintah
Provinsi , Kabupaten/Kota, Kecamatan dan
Desa/Kelurahan membantu kelancaran pembayaran
atau dapat memberikan dana talangan bagi RTS-PM
yang tidak mampu membayar tunai.
Hasil evaluasi ketepatan sasaran Program Raskin oleh
TNP2K menunjukkan masih tingginya keberadaan
inclusion error (ketidaktepatan sasaran dimana yang
menerima manfaat program bukan rumah tangga
miskin) dan exclusion error (ketidaktepatan sasaran
dimana rumah tangga miskin yang seharusnya
mendapatkan manfaat program Raskin tersebut, namun
tidak mendapatkannya). Menurut data Susenas 2008,
47% beras Raskin juga dinikmati oleh kelompok yang
tidak miskin (Q3-Q5) dan hanya 53% tepat sasaran (Q1-
Q2). Selama 2005–2006, proporsi penerima rumah
tangga miskin meningkat 20% (dari 63% ke 83%).
Namun demikian, rumah tangga penerima yang tidak
miskin juga meningkat 8% (dari 24% ke 32%).
SMERU (2008) menunjukkan bahwa beras dibagi rata di
Jawa Timur dan Sulawesi Tenggara dan/atau bergil ir di
Sulawesi Tenggara. Hal ini mengindikasikan terjadi
kebocoran (leakage) , yaitu kelompok tidak miskin (Q3-
Q5) juga memperoleh beras bersubsidi. Raskin hanya
11% lebih baik dari targeting secara acak dimana
penerima manfaat hanya menerima sedikit manfaat dari
yang seharusnya karena adanya pembagian merata di
tingkat komunitas kepada mereka yang seharusnya
tidak menerima. Studi Bank Dunia (2008)
menyimpulkan bahwa 21% kelompok miskin yang
menerima manfaat dari Raskin dan studi evaluasi
SMERU (2008) juga menemukan hal yang sama.
Untuk tahun 2013 pemerintah telah merencanakan
penambahan penyaluran Raskin sebanyak 4 kal i dari 12
kal i penyaluran yang telah direncanakan. Penambahan
penyaluran Raskin tersebut akan dilaksanakan 2 kal i
pada bulan Juni dan 2 kal i pada bulan September tahun
2013. Total tambahan Raskin yang dibutuhkan untuk
mereal isasikan rencana tersebut diperkirakan mencapai
2,8-3 juta ton.
Sumber:
Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K)
Perum BULOG
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 9Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 13
Bantuan Siswa Miskin:
B antuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan
program pemerintah yang ditujukan untuk
meningkatkan jumlah keikutsertaan peserta didik.
Namun, keberadaan BOS dirasakan belum maksimal
karena masih adanya siswa yang tidak dapat
bersekolah, putus sekolah dan tidak mampu
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Hal ini yang mendasari dibentuknya program Bantuan
Siswa Miskin (BSM).
Berbeda dengan BOS, dana langsung diberikan kepada
sekolah untuk membiayai kegiatan operasional sekolah,
BSM lebih berbentuk pendekatan personal yaitu siswa
miskin langsung mendapat dana bantuan. Selama ini,
masih banyak Rumah Tangga Miskin (RTM) kesul itan
memenuhi kebutuhan pelengkap pendidikan bagi
anak-anaknya seperti seragam, buku tul is dan biaya
transportasi. Adanya BSM diharapkan dapat menjadi
solusi dari kesul itan tersebut.
Dana BSM diberikan kepada siswa mulai dari tingkat
dasar hingga perguruan tinggi. Adapun rincian dana
BSM yang disalurkan tiap jenjang pendidikan adalah
sebagai berikut:
1. SD & MI sebesar Rp. 360.000 per tahun
2. SMP & MTs sebesar Rp. 550.000 per tahun
3. SMA,SMK dan MA sebesar Rp. 1.000.000 per tahun
Sumber dana BSM berasal dari APBN. Terdapat dua
kementerian yang mengatur masalah penyaluran BSM
yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(kemendikbud) dan Kementerian Agama (kemenag).
Kemendikbud mengelola dana BSM pada Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). Sementara itu, Kemenag mengelola
sasaran pada Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Al iyah (MA).
Berdasarkan alokasi dana APBN 2012, 74% dana BSM
dikelola oleh Kemendikbud, sedangkan sisanya dikelola
oleh Kemenag. Berdasarkan jenjang pendidikan, BSM
lebih banyak disalurkan ke siswa SD/MI dan SMP/MTs.
Hal ini wajar karena saat ini pemerintah sedang
menggalakkan program wajib belajar 9 tahun.
Dalam pelaksanaannya, program ini masih
menunjukkan kelemahan dalam ketepatan sasaran, baik
inklusi maupun ekslusi . Kelemahan inklusi berarti yang
menerima bantuan program bukan siswa miskin dan
kelemahan ekslusi yaitu siswa miskin justru tidak
menerima bantuan. Belum adanya pemahaman yang
cukup dan ketidakefisienannya penyaluran merupakan
kendala utama program BSM.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Pemerintah melalui
TNP2K berupaya memperbaiki kinerja program BSM
dengan cara menyempurnakan mekanisme penetapan
sasaran dan penyaluran BSM. Perbaikan penetapan
sasaran dilakukan dengan mengembangkan basis data
terpadu. Dari basis data terpadu dapat diperoleh daftar
calon siswa potensial BSM. Pemerintah menunjuk PT.
Pos Indonesia untuk memberikan dana BSM secara
langsung kepada calon siswa potensial BSM.
Sebelumnya, transfer dana BSM dilakukan melalui
rekening sekolah, kemudian sekolah yang akan
mendistribusikan kepada para siswanya. Mekanisme ini
dirasakan tidak tepat sasaran karena kemungkinan
penilaian sekolah cenderung lebih bersifat subjektif.
Secara umum, kegiatan sosial isasi dan koordinasi masih
sangat diperlukan dalam meningkatkan program ini.
Sosial isasi di lakukan agar pemahaman siswa miskin
akan haknya semakin jelas baik penjelasan dasar
mengenai definisi program BSM maupun mekanisme
penyaluran dana. Selain itu, koordinasi juga perlu
dilakukan mengingat dana BSM ini dikelola oleh
instansi-instansi yang berbeda dan dengan mekanisme
penyaluran yang berbeda pula. Untuk itu keterpaduan
instansi-instansi terkait dalam mengelola dana BSM,
seperti penyeragaman mekanisme penyaluran dana
BSM sedang diupayakan. BSM merupakan salah satu
upaya mewujudkan pertumbuhan yang berkual itas
dengan meningkatkan kapasitas generasi muda
melalui akses pendidikan yang layak.
Referensi:
Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K)
Fitria Faradila
Sebuah Upaya Peningkatan Akses Pendidikan Masyarakat
14 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Program Kompensasi Peningkatan BBM
Elan SatriawanKetua Pojka Kebijakan Monitoring
dan Evaluasi TNP2K
D i tahun 2013, pemerintah
merencanakan untuk mengurangi
tingkat subsidi pada BBM, dengan
kata lain meningkatkan harga per
l iter BBM. Kebijakan tersebut
didasari tingkat harga minyak
mentah internasional yang kian
meningkat berdampak kepada
Neraca Pembayaran Indonesia
menjadi defisit dan kebijakan
subsidi BBM yang tidak tepat
sasaran. Penurunan subsidi BBM,
pemerintah dapat melakukan
“hitting two birds with one stone”.
Pertama, menekan defisit dan
penyeludupan ilegal dari dalam ke
luar negeri. Kedua, berdasarkan
data Survey Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas), masyarakat
yang lebih menikmati atau
mengkonsumsi BBM bersubsidi
merupakan kalangan masyarakat
kaya. Melalui peningkatan harga
BBM maka konsumsi BBM
bersubsidi dapat lebih terkontrol .
Dengan mengurangi subsidi BBM,
saving untuk pembiayaan dapat
dial ihkan ke dalam bentuk
program-program kompensasi atau
program-program perl indungan
sosial yang kemudian target subsidi
bisa menjadi lebih terarah kepada
mereka yang berhak dan telah
dirancang sebuah program
kompensasi kenaikkan harga BBM
yaitu Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM).
Program BLSM adalah satu dari
empat program kompensasi yang
diusulkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Ketiga
program lainnya merupakan
program-program lama atau yang
sudah ada, yaitu: Program Beras
Untuk Keluarga Miskin (RASKIN),
Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan
Program Keluarga Harapan (PKH),
yang disertakan dengan
peningkatan muatan serta ukuran
manfaat yang diterima.
Peningkatan benefit package yang
diajukan, diantaranya adalah (i)
Raskin, dalam setahun terdapat
bulan-bulan tertentu kuantitas
beras yang diberikan per rumah
tangga per bulan menjadi 30
kilogram beras, (i i ) BSM, sebagai
bentuk reformasi program tidak
hanya meningkatkan besaran
manfaat, namun juga timing
pemberian. Elan Satriawan, Ketua
POKJA Kebijakan Monitoring dan
Evaluasi TNP2K, mengilustrasikan
bagaimana pemberian BSM harus
tepat waktu. Ketika seorang murid
kelas 6 SD akan mengikuti ujian
nasional , tentu orang tua murid
berpikif biaya pendidikan. Nah, j ika
BSM diberikan sebelum ujian, maka
murid akan dapat mengikuti ujian.
Pemberian BSM membantu
keberlangsungan pendidikan.
Ilustrasi tersebut menunjukkan
bahwa selama orang miskin
mendapat kepastian mampu
membayar dengan kata lain, waktu
yang tepat menjadi faktor penentu
utama untuk rakyat miskin dan (ii i )
PKH, berbeda dengan yang
sebelumnya pemberian jumlah
dana per bulan tidak akan sama.
BLSM merupakan bantuan
langsung tunai tanpa syarat yang
bertujuan sebagai program
kompensasi untuk masyarakat agar
dapat menyesuaikan diri kepada
peningkatan harga komonditas
setelah ditetapkannya harga BBM
yang baru. Kurang lebih terdapat 16
juta penduduk miskin yang akan
menerima BLSM, tidak hanya
mencakup penduduk yang sangat
miskin dan miskin saja, namun juga
penduduk yang rentan miskin.
BLSM itu sendiri merupakan nama
baru dari Bantuan Langsung Tunai
(BLT). Alasan pergantian nama
tersebut untuk memastikan bahwa
bantuan langsung tanpa syarat ini
hanya bersifat sementara, sekitar
l ima atau enam bulan, tergantung
persetujuan pemerintah dengan
DPR. “Hanya untuk menjembatani
masa transisi di awal-awal kenaikan
agar efek dari perubahan harga
BBM bisa sedikit banyak di
netralkan” jelas Elan.
Elan menjelaskan mengapa
program BLSM diperlukan. Pertama,
ketika terjadi kenaikan harga BBM
akan ada antisipasi peningkatan
harga karena kenaikan harga
tersebut akan memberikan efek
negatif terutama rakyat miskin dan
rentan. Kedua, terdapat jeda waktu
atau adanya jangka waktu yang
dibutuhkan untuk dapat
menyesuaikan diri terhadap
perubahan harga dan terutama
untuk konsumsi.
Menurut Elan, “Dalam
permasalahan perl indungan sosial
tidak ada isti lah tumpang tindih,
namun komplimentaritas karena
masing-masing program
perl indungan sosial tadi memil iki
target yang berbeda-beda”. Ini
menjelaskan perbedaan konsep
sosial dengan apa yang ada di
kementerian lainnya. Konsep
program pemberdayaan dari
beberapa Kementerian berbeda
dengan konsep perl indungan sosial
pada tipe program dan target
masyarakatnya. Hal tersebut tidak
dapat dijadikan penilaian untuk
program perl indungan sosial di
klaster 1, karena dasar dari program
perl indungan sosial adalah
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 9Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 15
seberapa layak orang tersebut
mendapatkan perl indungan sosial .
Oleh karena itu, komplimentaritas
harus ditingkatkan.
Bila program kompensasi yang
diusulkan Pemerintah disetujui oleh
DPR, rakyat miskin kategori el igible
akan mendapatkan kartu
Perl indungan Sosial kemudian akan
menerima manfaat program-prgram
perl indungan sosial dan kompensasi
sesuai yang disetujui oleh DPR.
Penerima manfaat mendapatkan
tiga (untuk 25 persen bawah)
hingga empat (untuk 7 persen
bawah) program ditambah
Jamkesmas secara bersamaan. BLSM
akan disalurkan melalui kurang lebih
4.000 kantor PT. Pos Indonesia,
dimana PT. Pos Indonesia yang
akan merancang desain dan teknis
penyaluran.
Untuk mengantisipasi permasalahan
keributan dalam penyaluran, tim
dari TNP2K akan menyiapkan
sebuah mekanisme monitoring
dengan alat di antaranya (i) spot
check di delapan provinsi yang akan
dijadikan sebagai sample dari
pelaksanaan perl indungan sosial , (i i )
pemanfaatan sumber data program
dan survei BPS laporan-laporan dari
program-program lainnya dan (ii i )
mekanisme pengaduan untuk
masyarakat. Dengan diterapkannya
monitoring tersebut ini , d iharapkan
setiap permasalahan yang mungkin
terjadi dapat diselesaikan secara
cepat dan terbuka.
Pendekatan Lokal dalam Program Perlindungan SosialCerita Sukses Kabupaten Serang
Insani Sukandar
Kemiskinan merupakan
masalah multidimensional yang
tidak hanya diakibatkan oleh faktor
ekonomi, tetapi juga sosial ,
budaya dan pol itik.
Penanggulangan kemiskinan perlu
terus ditingkatkan melalui
berbagai upaya baik oleh
pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
Berbagai upaya sudah dilakukan
untuk menanggulangi kemiskinan
oleh pemerintah pusat maupun
daerah melalui program terencana,
terpadu dan berkesinambungan
untuk memulihkan keberdayaan
dan keberfungsian sosial rumah
tangga sangat miskin (RTSM).
Dalam pelaksanaannya hingga
sekarang, tidak semua daerah
berhasil mendorong dengan cepat
penurunan angka kemiskinan.
Provinsi Banten adalah salah satu
daerah yang patut menjadi teladan
dalam pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan
khususnya jaminan sosial .
Berdasarkan berita resmi BPS
tanggal 2 Januari 2013, terdapat
5,71 persen penduduk miskin di
Banten. Angka ini jauh dibawah
rata-rata pendududk miskin
nasional , yakni 11,66 persen.
Hasil tinjauan lapangan ke Dinas
Sosial Kota dan Kabupaten Serang
diperoleh fakta menarik menarik
yang bisa menjadi pedoman bagi
daerah lain untuk pelaksanaan
program penanggulangan
kemiskinan, khususnya bagi
keluarga sangat miskin.
Kepala Bidang Jaminan Sosial
Kabupaten Serang, Euis Linda
Mutia menjelaskan bahwa
kesuksesan Kabupaten Banten
dalam pelaksanaan program
perl indungan sosial karena
dorongan yang kuat dari
pemerintah daerah. Tercermin dari
cost sharing beberapa program
pemerintah pusat seperti PKH
sehingga dalam pelaksanaannya
terdapat beberapa inisiatif
kegiatan tambahan yang didanai
oleh pemerintah daerah.
Pelatihan bagi tenaga pendamping
program perl indungan sosial
di lakukan secara mandiri oleh
Dinas Sosial setempat. Euis
menjelaskan bahwa hal ini terkait
dengan pendekatan lokal yang
belum terl ingkup dalam agenda
yang didanai oleh pemerintah
pusat. Bahkan mereka
menyediakan sendiri sekretariat
khusus untuk pendamping
program. Dari pendamping sendiri
menjelaskan bahwa sejak
Pemerintah daerah turut serta
dalam inisiatif program
perl indungan sosial mereka lebih
fokus karena sarana pendukung
tambahan disediakan oleh daerah.
Kedua, Euis Linda Mutia juga
menyebutkan bahwa bila hanya
mengandalkan program dari
pemerintah pusat masih banyak
16 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Riski Raisa Putra
RTSM yang belum terjamin
program sehingga inisiatif daerah
sangat dibutuhkan. Salah satu
contoh yang dilakukan di Provinsi
Banten adalah Program Jamkesratu
(Jaminan Kesehatan Rakyat Banten
Bersatu). Program ini adalah bentuk
inovasi pemerintah daerah yang
memadukan model Program
Keluarga Harapan (PKH) dengan
manambahkan item asuransi
kesejahteraan sosial .
Jamsosratu (Jaminan Sosial Rakyat
Banten Bersatu) sendiri merupakan
program dengan skema yang
melembaga dibawah supervisi Tim
Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (TKPKD), yang
dalam pelaksanaannya mel ibatkan
berbagai Dinas dan Instansi terkait.
Dampaknya sangat dirasakan oleh
kelompok masyarakat sangat
miskin, dalam wawancara kami
dengan beberapa RTSM
menyebutkan bahwa program
ASKESOS (Asuransi Kesehatan
Sosial ) sangat menolong mereka.
Disebutkan, dalam kondisi kepala
keluarga pencari nafkah kecelakaan
atau meninggal mereka
mendapatkan jaminan biaya
berobat bahkan tunjangan
kematian bila kepala keluarga
meninggal dunia.
Disamping dua hal tersebut masih
terdapat hal-hal lain terkait
pendekatan kedaerahan yang
sangat membantu suksesnya
program perl indungan sosial .
Diantaranya model komunikasi
aparatur dengan masyarakat yang
sangat baik. Seringnya dilakukan
pertemuan informal dengan para
tokoh masyarakat sehingga pada
saat eksekusi program dilapangan
menjadi lebih mudah.
Namun demikian, masih ditemukan
beberapa tantangan. Pertama,
belum mencukupinya anggaran
baik dari pemerintah pusat maupun
setelah ditambahkan dengan
anggaran pemerintah daerah. Hal
ini tercermin dari masih banyaknya
RTSM yang belum terjaring dalam
program perl indungan sosial .
Dalam teknis lapangan, terl ihat
bahwa hal ini menstimulus
timbulnya konfl ik sosial karena
dalam lingkungan dan kondisi
keluarga yang relatif sama namun
tidak semua mendapatkan program
bantuan. Walaupun di beberapa
kelurahan kebijakan bagi rata
menjadi alternatif pil ihan, seperti
pada program Raskin.
Kedua, Perlu peningkatan
koordinasi antar Dinas terkait.
Mengingat program perl indungan
sosial tidak hanya mel ibatkan satu
instansi (Dinas Sosial ) namun juga
mel ibatkan Dinas Kesehatan, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sebagai contoh dalam pelaksanaan
program PKH dimana setiap anak
usia sekolah (SD-SMP) dari RTSM
mendapat bantuan dana untuk
pembel ian perangkat sekolah,
namun kebijakan ini masih
bertabrakan dengan program dari
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
yang juga memberikan program
yang sama. Seharusnya ini bisa
disinkronisasi sehingga manfaat
bantuan bisa lebih optimal , misal
dengan menambah jenjang sekolah
anak yang dijamin (SD-SMK)
dengan dana yang direalokasi dari
sinkronisasi program tersebut.
Berdasarkan pengalaman
Pemerintah Kabupaten dan Kota
Serang tersebut maka jelas bahwa
peran aktif pemerintah daerah
sangat penting dalam percepatan
penanggulangan kemiskinan.
Inisiatif pemerintah daerah
diperlukan karena lebih memahami
kondisi sosial , yang selanjutnya
mendorong pendekatan kebijakan
dan program yang lebih tepat dan
optimal .
Referensi:
Kunjungan Lapang ke Kabupaten
dan Kota Serang
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 9Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 17
Keberhasilan Penyaluran Program Perlindungan SosialKlaster I
Dara Ayu Prastiwi
Keberhasilan pelakasanaan program perl indungan
sosial tidak pernah lepas dari peran serta
pemerintah daerah dalam implementasi pemerintah
daerah lebih mengerti kondisi masyarakat di daerahnya
sehingga akan lebih efektif untuk mengalokasikan
bantuan perl indungan sosial kepada masyarakat miskin.
Perlu komitmen yang besar dari pemerintah daerah
untuk mendukung program tersebut. Beberapa daerah
di Indonesia telah berhasil dalam pengimplementasian
program perl indungan sosial seperti Jamkesmas, PKH,
Raskin dan BSM.
Program Keluarga Harapan (PKH) berperan penting
dalam pengentasan kemiskinan masyarakat. PKH juga
merupakan investasi sumber daya manusia untuk
membantu generasi berikutnya keluar dari garis
kemiskinan. Pemerintah Daerah Provinsi Banten
merupakan daerah yang dinilai berhasil dalam
menjalankan PKH di daerahnya. Keberhasilan Banten
dalam menjalankan program tersebut dinilai dari
tingkat partisipasi ibu yang berkunjung ke posyandu
dan tingkat partisipasi belajar anak. Sejak
diberlakukannya PKH di Banten, jumlah ibu yang
berkunjung ke posyandu meningkat sehingga
berdampak pada berkurangnya tingkat kematian ibu
atau anak saat persal inan. Selain itu, program Keluarga
Berencana (KB) di Provinsi Banten juga berhasil
menekan laju pertumbuhan penduduk alami Banten,
tercermin dari peningkatan jumlah pasangan usia subur
yang mengikuti program KB sebesar 2,78%. Atas
keberhasilan tersebut, Gubernur Banten, Ratu Atut,
menerima penghargaan Satyalancana Wira Karya pada
tahun 2009 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
merupakan program yang sangat penting
meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap
fasil itas pelayanan kesehatan. Keberhasilan program
Jamkesmas sangat membantu Indonesia untuk
mencapai target – targetnya sesuai dengan MDG’s poin
ke 4,5 dan 6, yaitu penurunan angka kematian anak,
peningkatan kesehatan ibu dan penanggulangan
HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menular lainnya.
Peningkatan akses terhadap fasil itas kesehatan bagi
masyarakat miskin merupakan kriteria untuk menilai
keberhasilan program Jamkesmas di Indonesia.
Berdasarkan informasi yang didapat dari Pokja
Perl indungan Sosial TNP2K, Kabupaten Purwakarta
merupakan daerah yang dinilai berhasil dalam
melaksanakan program Jamkesmasnya. Bupati
Purwakarta, Dedi Mulyadi, melakukan kerjasama
dengan 11 rumah sakit baik di Purwakarta, Bandung
dan Jakarta untuk memberikan pelayanan gratis bagi
para penerima bantuan Jamkesmas. Pelayanan tersebut
berupa fasil itas rawat inap gratis untuk kelas III dan juga
klaim obat yang tidak dibatasi jumlah biayanya.
Selain itu, program Jamkesmas di Purwakarta juga telah
berhasil memberikan jaminan kesehatan bagi para
pekerja informal dengan penghasilan rendah. Selama ini
kelompok masyarakat tersebut tidak pernah
mendapatkan perhatian untuk jaminan kesehatan.
Dalam rangka pencapaian program tersebut,
Pemerintah Kabupaten Purwakarta menganggarkan
dana sebesar Rp 50 milyar dari APBD Kabupaten
Purwakarta.
J ika dil ihat dari presentase penyaluran program Beras
Miskin (Raskin) berdasarkan target penyaluran,
informasi dari Bulog menjelaskan Jawa Timur,
Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Nusa
Tenggara Barat dan Maluku Utara merupakan daerah –
daerah yang berhasil memperoleh pencapaian target
penyaluran terbaik. Selanjutnya, untuk program
Bantuan Siswa Miskin yang diberikan pada setiap
daerah, Yogyakarta dan Aceh menempati urutan
pertama untuk tingkat keberhasilan penyaluran
program tersebut. Berdasarkan data angka siswa putus
sekolah yang diperoleh dari BPS, kedua provinsi
tersebut merupakan dua provinsi terbaik yang memil iki
tingkat drop out terendah tahun 2013. Bahkan
presentase siswa drop out di kedua provinsi tersebut
jauh dibawah rata – rata nasional baik untuk jenjang
pendidikan dasar (SD), SMP dan SMA.
Walaupun beberapa daerah telah berhasil memperbaiki
angka kemiskinan melalui program – program
perl indungan sosial yang telah disalurkan, bukan berarti
tugas telah selesai. Masih banyak pemerintah daerah
yang belum maksimal dalam penyaluran program
tersebut, baik dari segi ketersediaan anggaran dan juga
proses pendampingan masyarakat selama program
berlangsung.
Permasalahan lain adalah menyangkut keakuratan data
masyarakat sangat miskin. Untuk itu dibutuhkan
komitmen yang kuat dari pemerintah daerah dalam
mendukung keberhasilan program tersebut, tentunya
dengan melakukan kooordinasi antar- stakeholders
terkait. Dengan langkah-langkah tersebut, maka target
akselerasi penurunan jumlah penduduk miskin dapat
terwujud.
Sumber : TNP2K, Bulog, BPS
18 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Jalan Panjang Program Perlindungan Sosial
P eningkatan pertumbuhan ekonomi ini belum
diiringi dengan penurunan angka kemiskinan yang
signifikan. Walaupun jumlah penduduk miskin dan
persentasi tingkat kemiskinan mengalami penurunan,
namun kecepatan penurunan semakin melamban.
Selain itu, ketimpangan Indonesia juga semakin
meningkat, mencapai angka gini 0.41. Gambaran ini
perlu menjadi perhatian bersama untuk perumusan
kebijakan dan program yang mendorong pemerataan
pendapatan.
Pada Forum Diagnosa Ekonomi (FDE) periode Mei 2013
yang bertema “Efektivitas Program Perl idungan Sosial
Menuju Pembangunan Indonesia Mandiri dan
Sejahtera” Prof. Suahasil Nazara, PhD memaparkan
penanggulangan kemiskinan dan perl indungan sosial .
Dalam paparannya masyarakat dapat dibagi dalam
empat klasifikasi golongan pengeluaran, yaitu (i) 12%
masyarakat golongan miskin atau 29 juta orang dengan
pengeluaran ± Rp 250.000/kapita/bulan, (i i ) 28%
masyarakat golongan rentan atau 70 juta orang dengan
pengeluaran ± Rp 370.000/kapita/bulan, (i i i ) 40%
masyarakat golongan menengah atau 100 juta orang
dengan pengeluaran ± Rp 750.000/kapita/bulan dan (iv)
20% masyarakat golongan atas atau 50 juta orang
dengan pengeluaran diatas Rp 750.000/kapita/bulan.
Masing-masing golongan diberikan program
pemberdayaan masyarakat sesuai kebutuhan,
diantaranya (i) masyarakat golongan miskin dan rentan
dilakukan penanggulangan kemiskinan dan
perl indungan sosial , (i i ) masyarakat golongan
menengah dilakukan program perl indungan sosial , ikl im
usaha dan akses pasar dan (ii i ) masyarakat golongan
atas dilakukan program pemberdayaan berupa ikl im
usaha.
Pada tahun 2008-2012, laju pertumbuhan pengeluaran
per kapita masyarakat golongan atas tumbuh lebih
cepat daripada laju pertumbuhan pengeluaran per
kapita masyarakat golongan miskin, rentan dan
menengah. Laju pertumbuhan pengeluaran per kapita
masyarakat golongan miskin, rentan dan menengah
berada dibawah rata-rata laju pertumbuhan
pengeluaran per kapita sebesar 4,87%. Hal ini
menyebabkan daya bel i masyarakat golongan miskin
dan rentan menjadi lebih rendah dan dapat mendorong
kenaikan tingkat kemiskinan.
Untuk meningkatkan efektifitas upaya penanggulangan
kemiskinan telah diterbitkan Perpres No. 15 Tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang
bertujuan mempercepat penurunan angka kemiskinan
hingga 8 % - 10 % pada akhir tahun 2014.
Stabil itas harga beras dan pangan menjadi salah satu
bagian penting karena 65 persen konsumsi masyarakat
miskin digunakan untuk mengkonsumsi makanan
dengan komposisi 29 persen konsumsi untuk beras.
Pengendal ian inflasi diperlukan untuk menekan
peningkatan biaya hidup dan garis kemiskinan. Adapun
program perl indungan sosial yang dapat mengurangi
beban rumah tangga sasaran (RTS) melalui pemenuhan
kebutuhan pokok dalam bentuk beras, yaitu Program
Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN). Program lain
yang utama dalam menunjang masyarakat miskin
adalah Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
guna mempertahankan produktivitas dengan
memberikan akses kesehatan.
Bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) diberikan
program perl indungan sosial bersyarat, yaitu Program
Keluarga Harapan (PKH). Dalam jangka pendek, PKH
bertujuan untuk mengurangi beban RTSM dan dalam
jangka panjang, diharapkan dapat memutus mata rantai
kemiskinan antar generasi , sehingga generasi
berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan.
Pada bidang pendidikan, pemerintah juga memberikan
perl indungan sosial berupa Bantuan Siswa Miskin (BSM).
Program ini bertujuan agar siswa dari kalangan tidak
mampu dapat terus melanjutkan pendidikan dan
bertujuan untuk mengurangi jumlah siswa putus
sekolah akibat permasalahan biaya pendidikan.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 9Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 19
Pelajaran Penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT)tahun 2005 untuk Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) 2013
Saat ini angka kemiskinan sudah menurun jauh,
11,66% per September 2012 (sekitar 28,6 juta jiwa).
Namun, berdasarkan kajian TNP2K jumlah penduduk
yang berada di sekitar garis kemiskinan masih tinggi.
Bi la garis kemiskinan Indonesia dinaikkan 1,2 kal i l ipat
saja, tingkat kemiskinan Indonesia meningkat menjadi
23 persen dan menjadi 38 persen bila garis kemiskinan
dinaikkan 1,5 kal i l ipat. Lebih jauh lagi tingkat
ketimpangan pendapatan penduduk di Indonesia
sangat tinggi tercermin dari rasio gini yang mencapai
0,41. Tentu perjalanan masih sangat jauh, mengingat
target pemerintah angka kemiskinan 8-10 persen pada
tahun 2014.
Dalam kondisi ekonomi seperti ini Indonesia
dihadapkan pada satu pil ihan kebijakan untuk
menaikkan harga BBM. Banyak perdebatan yang
muncul di publ ik mengenai kebijakan ini dalam
fungsinya sebagai bantalan bagi masyarakat miskin
atas kenaikan harga BBM. Salah satu hasil kajian
Lembaga Penel itian SMERU yang melakukan kajian
efektifitas dampak dari Bantuan Langsung Tunai (BLT)
baik pada pola konsumsi masyarakat miskin juga
dampaknya pada produktivitas kerja dan sektor
pendidikan.
Dalam kondisi yang hampir sama kala itu, pemerintah
menaikkan harga BBM dan memberikan BLT sebagai
bantalan bagi masyarakat miskin. Penel itian ini
menggunakan data panel tahun 2005, 2006 dan 2007
untuk dapat mel ihat dampak jangka pendek maupun
jangka panjang dari BLT. Penel itian dilakukan konsisten
pada keluarga yang sama pada tiap tahunnya untuk
dampak mel ihat dampak dari program ini.
Program BLT sendiri adalah program bantuan langsung
tunai yang diperuntukkan bagi keluarga miskin dan
hampir miskin atau setara dengan 1,2 kal i garis
kemiskinan. Dalam penel itiaan in masih ditemukan
beberapa kasus bahwa banyak keluarga mampu yang
memperolah manfaat dari BLT.
Pembahasan diawal i dengan kajian dampak inflasi dari
kebijakan kenaikan BBM. Kenaikan harga BBM tahun
Suahasil menambahkan bahwa pemerintah perlu
menjamin akses dalam program penanggulangan
kemiskinan. Hal tersebut diupayakan melalui tiga upaya
yaitu pertama, Bantuan Tunai Bersyarat. Kelompok
miskin dan rentan dapat memanfaatkan transfer dan
untuk mendapatkan bantuan ini , masyarakat miskin dan
rentan harus memenuhi syarat wajib pendidikan dan
kesehatan untuk menjadi modal dasar bagi keluarga
miskin untuk keluar dari kemiskinan.
Kedua, pendampingan. Perlunya bantuan untuk
mengakses sekolah, layanan kesehatan dan pelayanan
publ ik lain yang adalah hak sebagai warga negara. Ini
tugas dari pekerja sosial dan aparat yang mendapat
tugas memberikan pendampingan.
Terakhir adalah akses pekerjaan. Guna kelompok miskin
dan rentan dapat keluar dari kemiskinan salah satunya
adalah pekerjaan. Oleh karena itu Pemerintah terus
berupaya memberikan lapangan kerja ataupun
memperbanyak kesempatan mendapatkan pekerjaan.
Sumber :
Forum Diagnosa Ekonomi
16 Mei 2013
20 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Oktya Setya Pratidina
2005 mendorong kenaikan inflasi cukup tinggi. Dampak
inflasi pal ing besar terjadi di sektor transportasi baru
kemudian diikuti inflasi pada makanan dan kebutuhan
rumah tangga lainnya.
Penel itian menggunakan metode different in differentini menyebutkan BLT mampu menjaga stabil itaskonsumsi (expenditure) masyarakat miskin selama masaawal (2006-2006) hingga tahun ke dua kenaikan hargaBBM. Pada rumah tangga miskin yang tidakmenadapatkan BLT terjadi penurunan expenditure yangsangat tajam. Lebih jauh anal isis dampak pada polakonsumsi masyarakat miskin ini lebih signifikan biladil ihat dalam jangka panjang (2005-2007).
Berdasarkan peruntukan penggunaan BLT, konsumsimakanan, buah dan sayur menjadi prioritas disusulpenggunaan untuk transportasi. Salah satu yangmenarik dari anal isis mengenai alokasi penggunaan BLTadalah peningkatan konsumsi rokok paska penyaluran.Namun secara umum porsi pal ing besar masih untukkategori makanan dibanding bukan makanan.
BLT mampu menahan keluarga hampir miskin (nearpoor) untuk tidak jatuh ke dalam golongan miskin.Bahkan dalam perhitungan jangka panjang (2005-2007), BLT signifikan mendorong keluarga miskin keluardari kategori miskin (out of poverty) . Namun sebagianbesar setelah BLT dikucurkan, mereka tetap terkategorikeluarga miskin (cronic poor)
Selanjutnya, dugaan yang selama ini buruk mengenaiBLT yakni berupa bantuan yang tidak mendidik jiwawirausaha penduduk miskin juga menjadi perhatiandalam penel itian ini. SMERU mengungkapkan bahwaada hubungan positif antara penerima BLT denganpeningkatan jumlah jam kerja penerima, khusunyadalam jangka panjang. Artinya, sejak dilaksanakannyaprogram BLT pada tahun 2005 terjadi peningkatanproduktivitas rumah tangga penerima bantuan.
Dalam jangka pendek memang terl ihat bahwa BLT tidaksignifikan meningkatkan jam kerja masyarakat miskin,namun dalam jangka panjang penerima BLT terbuktimengalami peningkatan jam kerja yang cukupsignifikan. Program ini mampu merangsangproduktifitas masyarakat tidak hanya sekedarmemberikan bantuan tunai.
Dampak lain dari program BLT ini juga terjadi padasektor kesehatan. Terjadi peningkatan penggunaanfasil itas kesehatan baik publ ik maupun swasta setelahprogram ini dilaksanakan. Hal ini menunjukkan bahwakendala selama ini rendahnya kesadaran masyarakatmiskin akan kesehatan dominan didorong oleh faktorbiaya.
Di bidang pendidikan, pada awal 2006 di wilayahsampel penel itian, terdapat 18.234 anak usia sekolah,tercatat hanya 29 anak yang putus sekolah sejakpelaksanaan program BLT dari tahun 2005. 14 dari 29anak yang putus sekolah tersebut berasal dari keluarga
miskin yang tidak mendapatkan program.
Dampak pada pendidikan lebih besar bila dil ihat padajangka panjang (2005-2007). Penel itian inimenyebutkan bahwa probabil itas penurunan angkaputus sekolah makin besar. Lebih jauh lagi dijelaskanbahwa, sejak pelaksanaan program BLT tahun 2005terjadi penurunan jumlah jam kerja anak usia sekolah,sehingga beban mereka untuk bekerja membantuekonomi keluarga dan mengorbankan jam sekolahsemakin berkurang.
BLSM perlu belajar dari BLT
Banyak manfaat yang sudah diterima masyarakat miskindari pelaksanaan program BLT. Namun demikian masihbanyak kekurangan yang harus diperbaiki dalampelaksanaan program semacam ini di masa mendatang.Terdapat beberapa catatan mengenai program inidiantaranya;
Pertama, targeting improvement adalah hal yang perlumenjadi bagian dari perbaikan program BLT karenaberdasarkan pengalaman tahun 2005-2007 masihbanyak masyarakat tidak miskin yang menerima BLT.Tepat tidaknya sasaran sebuah program sangatmenentukan signifikansi dampak dari pelaksanaanprogram tersebut. Terkait mengenai data ini perludibangun sebuah unified database for targeting, hal inibermanfaat agar kedepan tidak lagi terjadi salahsasaran dan beda persepsi antara data kemiskinan daripusat dan data kemiskinan dari desa sehinggapenerima BLT jelas terkual ifikasi sebagai kelompokmasyarakat miskin.
Kedua, size of transfer. Program BLT pada tahun 2005menargetkan berdasarkan jumlah keluarga, namunpada kenyataannya jumlah orang dalam sebuahkeluarga berbeda beda sehingga dampak dari BLT tidakoptimal dirasakan oelh sejumlah keluarga. Kedepanperlu dikembangkan BLT dengan target per kepalasehingga masing-masing individu jelas akan merasakandampak dan manfaat dari BLT.
Ketiga, program BLT yang dikucurkan per tiga bulanmendorong perubahan pada pola konsumsi masyarakatmiskin. Karena tiba-tiba mendapat uang dalam jumlahbesar sehingga di periode awal masa penerimaanterjadi lonjakan konsumsi sehingga muncul konsumsi-konsumsi untuk barang di luar kebutuhan pokok sepertirokok dan perangkat komunikasi. Sebaiknya BLT disalurkan rutin setiap bulannya agar BLT tepat guna dantidak memunculkan efek psikologis yang buruk dalampola konsumsi masyarakat miskin.
Riski Raisa Putra
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 9Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013 21
P
Opini Pakar
Perkembangan ekonomi Indonesia
sampai dengan Triwulan I-2013 cukup
menggembirakan. Ekonomi tumbuh di
atas enam persen diikuti dengan
kestabilan moneter dan indikator makro
lainnya. Selain itu, seiring dengan
kenaikan investment grade dari
berbagai lembaga pemeringkat
internasional , arus investasi masuk terus
mengal ir deras.
Indikator sosial seperti angka
kemiskinan juga terus menurun. Jumlah
penduduk miskin pada September 2012
tercatat sebesar 28,59 juta orang atau
setara dengan 11,66% dari total
penduduk. Akan tetapi penurunan
jumlah penduduk miskin cenderung
mengalami perlambatan.
Untuk mendalami masalah tersebut
telah dilakukan wawancara dengan
Direktur Lembaga Penel itian SMERU,
Asep Suryahadi PhD. Bel iau menjelaskan
beberapa faktor penyebab perlambatan
penurunan kemiskinan. Pertama,
perlambatan penurunan angka
kemiskinan merupakan sesuatu yang
natural . Penurunan tingkat kemiskinan
akan lebih cepat dilakukan pada saat
tingkat kemiskinan masih tinggi. Oleh
karena itu, semakin rendah tingkat
kemiskinan akan semakin sul it untuk
membantu orang miskin keluar dari
kondisi kemiskinan karena penduduk
miskin yang tersisa tergolong pal ing
parah (hardcore poverty) .
Kedua, dari sisi lokasi juga akan lebih
sul it untuk menemukan orang miskin
ketika jumlahnya semakin sedikit.
Akibatnya program sosial akan kesul itan
menjangkau sasaran yang tepat karena
karena lokasi orang miskin yang
semakin terpencar dan tersebar di
pelosok.
Untuk itu, perlu adanya perbaikan
strategi dalam mempercepat penurunan
tingkat kemiskinan. Asep berpendapat,
bahwa bantuan yang bersifat langsung
dibutuhkan untuk mengatasi hardcore
poverty yang saat ini telah menjadi
salah satu akar masalah kemiskinan di
Indonesia. Selain itu, Pemerintah
membutuhkan alat yang lebih baik
untuk menjangkau penduduk miskin,
misalnya dengan peta kemiskinan yang
lebih rinci sampai ke tingkat desa atau
bahkan sampai ke tingkat rumah tangga
sehingga program bantuan sosial dapat
diberikan tepat sasaran.
Selain masalah kemiskinan,
ketimpangan distribusi pendapatan juga
menjadi persoalan yang perlu
diselesaikan. Rasio gini Indonesia pada
tahun 2012 mencapai angka 0,41 yang
merupakan angka tertinggi sepanjang
sejarah Indonesia.
“Untuk mengatasi ketimpangan, tidak
akan cukup hanya dengan kebijakan
sosial yang sifatnya membantu orang
miskin, tetapi juga perlu kebijakan
ekonomi yang akan mengatasi inti
persoalan.“ ungkap Asep sebagai
respon.
Kebijakan ekonomi yang dapat
diterapkan yakni melalui kebijakan fiskal
dengan cara menetapkan tarif pajak
(marginal tax rate) yang lebih progresif
dan dengan menarik pajak tambahan
(surcharge tax) untuk orang-orang super
kaya dan perusahaan-perusahaan yang
mengekstraksi sumber daya alam.
Indonesia dapat belajar dari Brazil yang
merupakan negara yang cukup berhasil
mengatasi persoalan ketimpangan.
Pemerintah Brazil menyelenggarakan
Asep Suryahadi, PhD
Meneropong Lebih Dalam
Perlindungan Sosial Indonesia
22 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Direktur
Lembaga Penelitian SMERU
program
social
pension atau
pemberian
dana tunai
kepada
masyarakat
lanjut usia
yang
memenuhi
syarat.
Bantuan ini
diberikan
secara
regular
setiap bulan dengan jumlah tertentu.
Program ini dini lai berhasil
membantu mengurangi ketimpangan
di negara penghasil kopi terbesar di
dunia ini .
Menurut Asep, kebijakan yang
ditetapkan oleh Pemerintah belum
sepenuhnya berpihak pada orang
miskin (pro-poor) . Porsi anggaran
untuk bantuan sosial tercatat hanya
0,5 persen dari Produk Domestik
Bruto (PDB). Angka ini jauh lebih
rendah dari negara-negara maju
yang sudah mencapai 5 persen atau
lebih. Bahkan di negara-negara
tertangga pun porsi bantuan sosial
sudah mencapai sekitar 2 persen. Hal
ini mungkin diakibatkan karena
kurang fokusnya penganggaran pada
investasi di program-program sosial
sejak awal pembangunan.
Pemerintah baru mulai fokus pada
program-program sosial saat
melonjaknya kemiskinan akibat krisis
ekonomi pada tahun 1998-99.
Pemerintah telah melaksanakan
program Percepatan dan Perluasan
Perl indungan Sosial (P4S) untuk
mendorong penurunan tingkat
kemiskinan. Program ini terdiri dari
Raskin, Program Keluarga Harapan
(PKH), Bantuan Siswa Miskin (BSM)
dan Jamkesnas. Terkait dengan
program P4S, Asep memaparkan
strategi yang dapat dilakukan oleh
Pemerintah untuk meningkatkan
efektivitas program perl indungan
sosial .
Pertama, Pemerintah perlu
memperluas cakupan program
sehingga dapat menjangkau bukan
hanya masyarakat miskin, tetapi juga
masyarakat hampir miskin yang
rentan terjatuh ke jurang kemiskinan.
Di samping itu, perlu adanya peran
Pemerintah Daerah (Pemda) dalam
pelaksanaan program perl indungan
sosial . Harapannya Pemda lebih tahu
keperluan dan kondisi masyarakat di
daerahnya sehingga tujuan dan
sasaran program lebih mudah
dicapai.
Asep juga mengapresiasi penyusunan
unified database atau basis data
terpadu, yaitu sebuah sistem yang
digunakan untuk penetapan sasaran
bantuan sosial , baik rumah tangga
maupun individu penerima bantuan
berdasarkan pada data rumah tangga
sasaran terpadu. Hal ini menjadi
sarana yang penting untuk
penentuan sasaran yang lebih tepat.
Adanya basis data terpadu
menjadikan berbagai program
perl indungan sosial lebih terintegrasi
dalam penetapan penerima manfaat
dari program-program tersebut.
Penyaluran program perl indungan
sosial tidak lepas dari tantangan dan
kendala pelaksanaan operasional .
Salah satunya adalah dinamika pol itik
lokal dan sul itnya memberikan
pemahaman kepada masyarakat
bahwa bantuan sosial yang diberikan
merupakan hak masyarakat yang
benar-benar membutuhkan. Adanya
kecemburuan sosial juga ikut
menghambat pelaksanaan program.
Kecemburuan sosial timbul ketika
penargetan program dilakukan
secara tajam hanya kepada
penduduk miskin, sehingga kalangan
masyarakat yang rentan atau berada
sedikit di atas garis kemiskinan
merasa terpinggirkan.
Masyitha Mutiara R
23Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
. . . untuk mengatasiketimpangan,
tidak akan cukuphanya dengankebijakan sosialyang sifatnya
membantu orangmiskin, tetapi jugaperlu kebijakanekonomi yangakan mengatasiinti persoalan. .
M
Keuangan
Askesos:Penguatan Ketahanan terhadap Resiko Penurunan
Kesejahteraan Sosial
Menurut data yang diri l is BPS, pada
Bulan Februari 2013 sebanyak
60,02% atau 68,4 juta orang bekerja
pada kegiatan informal . Dengan
besarnya proporsi pekerja informal ,
perl indungan terhadap resiko
pekerjaan tidak hanya dilakukan
pada kegiatan formal namun
kegiatan informal pun memerlukan
adanya perl indungan. Asuransi
Kesejahteraan Sosial (Askesos)
merupakan sistem
perl indungan yang
memberikan jaminan
pertanggungan dalam bentuk
pengganti pendapatan
keluarga bagi warga
masyarakat sebagai pekerja di
sektor informal , seperti
pedagang kaki l ima,
pembantu rumah tangga
buruh bangunan, buruh tani,
nelayan dan pekerja informal
lainnya.
Dalam Askesos perl indungan
diberikan terhadap resiko
menurunnya tingkat kesejahteraan
sosial akibat pencari nafkah utama
dalam keluarga menderita sakit,
mengalami kecelakaan dan atau
meninggal dunia. Selain itu,
Askesos juga meningkatkan
ketahanan keluarga dari kerentanan
terhadap resiko menurunnya
tingkat kesejahteraan sosial melalui
pemel iharaan pendapatan.
Askesos diperuntukkan bagi : i )
pekerja mandiri di sektor informal ;
i i ) pencari nafkah utama dengan
penghasilan minimal Rp. 300.000,00
per bulan; i i i ) berumur 21-60 tahun
atau telah menikah. Setiap bulan
peserta Askesos membayar premi
sebesar Rp. 5.000,00. Pembayaran
premi ini juga berfungsi sebagai
tabungan, sehingga pada akhir
masa pertanggungan yakni 3 tahun,
pembayaran premi tersebut dapat
diambil kembal i oleh peserta
Askesos.
Dengan membayar premi sebesar
Rp. 5.000,00 per bulan, peserta
Askesos, pada tahun I akan
mendapat dana pertanggungan Rp.
100.000,00 apabila sakit (10 hari
berturut-turut atau 3 hari rawat
inap) atau mengalami kecelakaan,
dan Rp. 200.000,00 apabila
meninggal dunia. Untuk tahun II
dan III, dana pertanggungan untuk
resiko kematian masing-masing
sebesar Rp. 400.000,00 dan Rp.
600.000,00. Masa pertanggungan
Askesos adalah 3 tahun, baik terjadi
resiko maupun tidak dana
tabungan dan uang premi akan
dikembal ikan sebesar Rp.
180.000,00 (36 bulan x Rp.
5.000,00). Setelah masa
pertanggungan selesai, peserta
dapat mengikuti kembal i Askesos
dengan mendaftar kembal i .
Pelaksanaan program Askesos
didukung oleh Departemen Sosial
dan Dinas Sosial Provinsi sebagai
koordinator dalam taraf kebijakan,
Instalasi Sosial Daerah sebagai
pengendal i , Lembaga sosial dan
ekonomi yang bertugas sebagai
lembaga pelaksana Askesos dan
tim pengelola Askesos yang secara
teknis melayani peserta
Askesos.Kendala yang mungkin
timbul berasal dari paradigma
masyarakat yang belum
memperhitungkan resiko
kecelakaan kerja.
Masyarakat yang kurang mampu
memil iki kecenderungan
menggunakan seluruh
pendapatannya untuk konsumsi,
dan mengesampingkan tabungan
dan perl indungan dirinya. Melalui
kerjasama pemerintah dan
lembaga masyarakat untuk
memberikan edukasi akan
membangun kesadaran
masyarakat akan pentingnya
perl indungan terhadap
kesejahteraan sosial .
Secara simultan, melalui Askesos
masyarakat akan dikenalkan
dengan budaya menabung yang
bisa digunakan untuk keperluan di
masa yang akan datang. Sehingga
ke depannya terdapat
pemel iharaan penghasilan bagi
peserta Askesos dan terciptanya
kebiasaan menabung seiring
dengan meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam mengusahakan
jaminan sosial yang berbasis
masyarakat.
Sumber : Kementerian Sosial
Alexcius Winang
24 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
DDi tengah gejolak krisis ekonomi
global , perekonomian Indonesia
dapat dikatakan cukup stabil . Salah
satu penopangnya ialah prestasi
sejumlah perusahaan BUMN yang
membukukan laba cukup besar.
Namun terlepas dari tercapainya
target setoran dividen atas laba
BUMN tahun buku 2012 yang
mencapai Rp 30,78 tri l iun, tersel ip
permasalahan yaitu tidak semua
BUMN menyetorkan deviden karena
merugi.
Tercatat 16 dari 141 BUMN tidak
mampu mencapai target laba usaha
yang telah ditetapkan pada tahun
2012. Menurut Wahyu Hidayat
selaku Deputi Bidang Restrukturisasi
dan Perencanaan Strategis BUMN,
kerugian yang terjadi di 16 BUMN
diperkirakan hampir mencapai
Rp1,5 tri l iun. BUMN sering merugi
karena memil iki aset besar yang
kurang produktif. Oleh karenanya,
direksi dan para pemangku jabatan
di perusahaan-perusahaan BUMN
harus dapat menentukan strategi
pasar yang tepat dan efektif.
Dalam contoh nyata, beberapa
perusahaan BUMN berhasil bangkit
dari keterpurukan, misalnya : PT
Kereta Api Indonesia, PT PELNI, dan
PT Garuda Indonesia. Pakar
pemasaran Hermawan Kertajaya
menyatakan, ketiga perusahaan
pelat merah bidang transportasi itu
dapat kembal i sukses dengan
melakukan pengubahan arah bisnis
yang dalam isti lah marketing
disebut rightsizing.
PT Garuda Indonesia hampir
bangkrut karena popularitas jasa
penerbangan murah. Karena Garuda
Indonesia saat itu merupakan low
cost airline, akhirnya diubah menjadi
full service airlines. PT KAI merugi
karena selain banyaknya
penumpang kereta kelas ekonomi
tidak mau membel i karcis resmi,
juga kelebihan tenaga kerja. Namun
saat ini PT KAI mencoba
menopangnya dengan
menyediakan kereta wisata,
memperbesar kargo, dan
mengangkut batubara untuk PT
Bukit Asam. PT PELNI pun
mengubah arah bisnisnya, dari
sekadar melayani penumpang
antarpulau, kini banting setir
mengangkut kargo di pulau-pulau
wilayah timur Indonesia.
Selain jel i menangkap peluang
bisnis baru dari yang selama ini
biasa dilakukan, direksi BUMN juga
harus memikirkan branding al ias
memperkokoh merek dagang di
mata masyarakat. Caranya bisa
mencontoh langkah PT KAI yang
menawarkan paket kereta wisata.
Walaupun untungnya tidak besar,
tetapi dengan branding akan
membuat imej perusahaan menjadi
lebih komersil dan dinilai potensial .
Arief Firmansyah
Strategi Bisnis BUMN Meraup Laba
"Di tengah gejolak
krisis ekonomi
global,
perekonomian
Indonesia dapat
dikatakan cukup
stabil. Salah satu
penopangnya ialah
prestasi sejumlah
perusahaan BUMN
yang membukukan
laba cukup besar"
BUMN/ Korporasi
25Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Ikhlas bisa didefinisikan sebagai tindakan memberikansesuatu dengan tulus hati . Program pemerintah
dalam membantu pengembangan UMKM merupakan
salah satu keberpihakan pemerintah terhadap
pengusaha kecil . Kontribusi UMKM terhadap
perekonomian begitu besar*) sehingga Pemerintah
perlu membantu UMKM dalam mengatasi hambatan-
hambatan yang ada. J ikalau kemudian ada niat
Pemerintah untuk memungut Pajak Penghasilan (PPh)
terhadap UKM, bukankah hal ini bisa dinilai bahwa
program Pemerintah dalam membantu UMKM selama
ini sebagai kebijakan dengan pamrih?
Sudut pandang sangat berpengaruh dalam menilai hal
ini . Mel ihatnya dari sudut pandang pengembangan
UMKM akan menghasilkan penilaian berbeda jika
dibandingkan dengan mel ihatnya dari sudut pandang
penerimaan negara. J ikalau sudah begini, ada baiknya
jika kita menyimak pendapat Anderson (1975) yang
menyatakan bahwa kebijakan publ ik selalu mempunyai
tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan
yang berorientasi pada tujuan. Demikian juga dengan
niat untuk mengenakan PPh UKM, Pemerintah tentu
mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
Pengenaan PPh terhadap UKM merupakan salah satu
cara dalam mengoptimalkan penerimaan pajak dengan
memperluas basis pajak (ekstensifikasi) . Ide ini masih
menjadi bahan perdebatan pada beberapa kalangan.
Ada yang berpendapat bahwa penerimaan perpajakan
akan meningkat signifikan dengan mengoptimalkan
penggal ian wajib pajak badan besar daripada harus
mengurus pajak UKM. UKM merupakan usaha skala
kecil dan perlu didorong untuk berkembang. Singkat
kata, daripada menangkap ikan-ikan kecil lebih baik
fokuskan saja untuk menangkap ikan-ikan besar.
Direktorat Jenderal Pajak dalam Laporan Tahun 2011
menyebutkan bahwa sampai dengan tanggal 31
Desember 2011, dari sekitar 110 juta jumlah orang yang
aktif bekerja di Indonesia, jumlah wajib pajak orang
pribadi yang terdaftar hanyalah 19,9 juta wajib pajak.
Sementara itu, dari sekitar 12,9 juta jumlah badan usaha
yang berdomisi l i tetap dan aktif, jumlah wajib pajak
badan terdaftar hanya sebesar 1,9 juta wajib pajak. Hal
ini berarti bahwa rasio wajib pajak orang pribadi (18,1%)
maupun rasio wajib pajak badan (14,8%) masih sangat
rendah. Oleh karena itu, perlu upaya yang kuat dalam
meningkatkan rasio tersebut. Semua opsi dalam rangka
meningkatkan penerimaan perpajakan perlu dikaji lebih
mendalam, termasuk didalamnya pengenaan PPh
terhadap UKM.
Pengenaan PPh terhadap UKM dirumuskan dalam
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima
atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memil iki Peredaran
Bruto Tertentu. Dalam RPP ini tarif yang dikenakan
terhadap wajib pajak adalah tarif PPh Final sebesar 1%.
PPh Final adalah pengenaan PPh dengan tarif tunggal
yang dikenakan atas penghasilan bruto dari kegiatan
usaha tertentu dan bersifat final . Dengan tarif PPh Final
perhitungan besarnya PPh yang terhutang menjadi lebih
sederhana. Hal ini akan memudahkan UKM dalam
menghitung PPh terutangnya.
Sementara itu kriteria wajib pajak yang dikenakan
adalah wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan
yang menerima penghasilan usaha (tidak termasuk
penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan
bebas) dengan peredaran bruto tidak melebihi
Rp4.800.000.000,00 dalam satu tahun pajak.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
sebagai instansi pembina mengusulkan agar usaha
dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp300.000.000,00 ditegaskan dalam RPP sebagai wajib
pajak yang tidak dikenakan. J ika ketentuan ini
disepakati , maka jika dikaitkan dengan kriteria UMKM
dalam UU 20 Tahun 2008 maka hanya Usaha Kecil dan
sebagian Usaha Menengah yang dikenakan PPh.
Pengenaan tarif PPh Final sebesar 1% merupakan tarif
yang cukup adil dan tidak memberatkan. Namun
demikian perlu juga diperhatikan terkait sektor usaha
yang sudah masuk dalam basis pungutan pajak daerah
seperti pajak restoran dan pajak hotel . J ika pelaku usaha
tersebut harus dibebani oleh pajak daerah dan pajak
pusat maka tentunya akan menjadi hal yang
memberatkan dan bahkan akan berpengaruh terhadap
kelangsungan usaha. Proses sosial isasi menjadi salah
satu hal terpenting dalam menjalankan kebijakan ini.
UKM bukanlah usaha besar yang sudah mempunyai
pembukuan yang baik terutama dalam penghitungan
pajak. Perlu pendampingan agar aturan ini dapat
dipahami dengan baik oleh kalangan pengusaha UKM.
Dalam jangka pendek, kebijakan ini lebih berfokus pada
sisi penataan wajib pajak dan proses edukasi mengenai
kesadaran membayar pajak. Ibarat menjaring ikan di
lautan, tangkapan ikan besar akan memberikan hasil
yang besar pula. Namun demikian, j ika ikan-ikan kecil
yang ada bisa diatur dengan baik, tangkapan ikan-ikan
kecil tersebut akan memberikan hasil yang signifikan
pula.
Fiskal dan Regulasi Ekonomi
Ahmad Rifai Sapta
Aturan Baru Perpajakan Usaha Mikro Kecil Menengah
26 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Kolom MP3EI
Raisa Anastasia
Rakor MP3EI di Nusa Dua, Bal i , 19 April 2013,
dilaksanakan untuk membahas perkembangan KE
Jawa dan KE Bal i-NT. Pada Rakor tersebut dilaporkan,
hasil val idasi KE Jawa menunjukkan jumlah proyek
sebanyak 331 proyek dengan nilai sebesar Rp.1.489,9
tri l iyun. Untuk perkembangan kegiatan sektor rii l dan
infrastruktur KE Bal i-NT, berdasarkan Peraturan
Presiden nomor 32 Tahun 2011 tentang MP3EI 2011-
2025, jumlah proyek sebanyak 136 proyek dengan nilai
sebesar Rp.210,3 tri l iyun. Sedangkan dari hasil val idasi
data yang dilakukan hingga April 2013, berjumlah 42
proyek dengan nilai investasi sebesar Rp.172,96 tri l iyun.
Sementara itu, real isasi groundbreaking (GB) 2011-2012
untuk KE Jawa tahun 2011-2012 berjumlah 67 proyek
dengan nilai Rp.207 tri l iyun dan rencana GB 2013-2014
berjumlah 36 proyek dengan nilai Rp.219,32 tri l iyun.
Sedangkan, real isasi GB KE Bal i-NT berjumlah 17 proyek
dengan nilai sebesar Rp.42,32 tri l iyun dan rencana GB
2013-2014 berjumlah 9 proyek dengan nilai Rp. 79,4
tri l iyun.
Beberapa keputusan untuk KE Bal i-NT antara lain: (1)
Pemberlakukan Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun
2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral
Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Mineral ,
terhadap rincian investasi PT. Newmount di Nusa
Tenggara Barat diputuskan harus dilakukan review dan
revisi lampiran Permen ESDM No.7 tahun 2012; (2)
persetujuan Pengembangan Kawasan Wisata Mandal ika
bahwa Anal isis Dampak dan Lingkungan (AMDAL),
namun perihal pembebasan lahan dan real isasi investasi
akan diselesaikan secepatnya. Selanjutnya, keputusan
untuk KE Jawa, terkait dengan pembangunan Bandara
Ahmad Yani di Semarang saat ini masih dalam tahap
pembahasan di Kementerian Pertahanan.
Rakor di Manado, 3 Mei 2013, dilaporkan bahwa
perkembangan kegiatan untuk KE Sulawesi, jumlah
proyek sebanyak 193 proyek dengan nilai sebesar
Rp.355,6 tri l iyun. Val idasi data hingga April 2013
menunjukkan investasi yang siap sebanyak 255 proyek
bernilai Rp.282,8 tri l iyun. Sedangkan untuk KE Papua-
Kep. Maluku 44 proyek bernilai Rp.448,19 tri l iyun.
Val idasi data hingga Mei 2013 investasi yang siap
berjumlah 16 proyek bernilai Rp.433,38 tri l iyun.
Real isasi GB 2011-2012 untuk KE Sulawesi berjumlah 19
proyek dengan nilai sebesar Rp. 28,1 tri l iyun dan
rencana GB 2013-2014 berjumlah 22 proyek dengan
nilai sebesar Rp23,5 tri l iyun. KE Papua-Kepulauan
Maluku real isasi GB berjumlah 21 proyek dengan nilai
sebesar Rp.93,3 tri l iyun dan rencana GB 2013-2014
berjumlah 6 proyek dengan nilai sebesar Rp.205,9
tri l iyun.
Untuk KE Sulawesi dihasilkan keputusan-keputusan,
diantaranya: (1) dilakukannya studi perpanjangan
landasan Bandara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi
Utara, (2) pelabuhan Bitung akan menjadi Hub Port
Internasional untuk menghubungkan seluruh angkutan
cargo maupun kontainer dari arah pasifik yang akan
masuk ke kawasan Indonesia melalui Bitung, (3)
pembangunan jalan Tol Manado-Bitung dengan nilai
sebesar Rp.4,3 tri l iyun dan direncanakan proses lelang
bulan Oktober dan (4) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Bitung akan ditetapkan tahun 2013. Untuk infrastruktur
strategis lainnya seperti pembangunan Jalan Palu-Parigi
Menko Perekonomian mengarahkan agar dilakukan
percepatan dengan beberapa hambatan akan dilakukan
evaluasi secepatnya.
Beberapa isu-isu strategis untuk KE Papua dan Kep.
Maluku, diantaranya (1) pembahasan percepatan
Renegosiasi Kontrak Karya antara Pemerintah Indonesia
dengan PT. Freeport dan PT. Wedabay Nickel) , (2) Ij in
Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) Solway Group
akan ditindaklanjuti dengan Kementerian ESDM dan
Pemprov Maluku Utara, (3) pengembangan Merauke
Integrated Food dan Energy Estate (MIFEE) terkait
percepatan penetarapan RTRW Provinsi Papua sudah
dilakukan pembahasan dengan DPRP Papua, (4) teknis
lokasi pelabuhan pendukung MIFEE di Bian akan dicari
alternatif solusi melalui feasibility study dan (5)
direncanakan Proyek pembangunan Pabrik Semen di KE
Papua yang akan GB bulan Juni 2013. Berdasarkan
keputusan-keputusan yang telah di ambil pada
rangkaian Rakor tersebut diharapkan dapat
mempercepat proses debottlenecking dan real isasi
investasi MP3EI di tiap koridor ekonomi.
27Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Koordinasi MP3EI untukIndonesia Bagian Barat dan Timur
K
Ketenagakerjaan
Insani Sukandar
Kredit Usaha Rakyat Tenaga Kerja Indonesia (KUR TKI)
adalah sebuah progam pemerintah berlandas hukum,
Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan, khususnya tindakan
“Menyusun Kebijakan Penyaluran Kredit Kepada Pekerja
Migran di Daerah” sebagai salah satu upaya dalam
meringankan beban bagi para Calon TKI (CTKI).
Dalam rangka tindak lanjut pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menangah Nasional (RPJMN)
2010-2014, khususnya yang terkait dengan pembiayaan
TKI dan Inpres No. 3 Tahun 2010, Bidang Perluasan
Kesempatan Kerja, Kedeputian Koordinasi Fiskal dan
Moneter pada tanggal 29 April 2013, melakukan
tinjauan Pelaksanaan KUR TKI ke Kabupaten Lebak,
Serang. Kabupaten Lebak merupakan salah satu
kantong pengiriman TKI. Dalam tinjauan dilakukan
pertemuan dengan Kepala Dinas Koperasi dan UKM
Kabupaten Lebak, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial
Kabupaten Lebak dan para calon TKI dari Kecamatan
Muncang.
Dijelaskan terkait dengan KUR TKI, koperasi dapat
berperan sebagai lembaga l inkage guna menerus-
pinjamankan KUR TKI dari Bank Pelaksana kepada CTKI.
Dari 652 koperasi di Kabupaten Lebak memil iki 86.258
orang dan menyerap tenaga kerja sebanyak 2.241
tenaga kerja, hanya enam koperasi yang dapat
dikategorikan sangat bagus. Keenam koperasi tersebut
akan dimanfaatkan menjadi lembaga l inkage
penyaluran KUR TKI.
Salah satu dari ke-enam koperasi adalah koperasi Al-
Hikmah yang dimil iki oleh Pesantren Mubasyirin,
Kecamatan Muncang, Lebak, dan sudah bertindak
sebagai lembaga l inkage dalam penyaluran KUR TKI.
Pesantren Mubasyirin memil iki 65 CTKI laki-laki dengan
umur diatas 20 tahun yang sedang dalam proses
pemberangkatan ke Brunei Darussalam Juni mendatang
untuk bekerja di sektor konstruksi. Pembiayaan
disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri (BSM) cabang
Serang melalui KUR TKI.
Dalam dialog yang berlangsung di Pondok Pesantren
Mubasyirin bersama pimpinan Pondok Pesantren,
pimpinan PPTKIS Bagus Bersaudara, pejabat Dinas
Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak dan para CTKI,
dapat terl ihat antusias para CTKI untuk berangkat. Satu-
satunya alasan para peserta untuk menjadi TKI adalah
kesempatan untuk mendapatkan upah yang lebih tinggi
di bandingkan di dalam negeri.
Beberapa hal yang menjadi perhatian para CTKI adalah
(i) asuransi, (i i ) besaran gaji yang diterima dan (ii i )
besaran pinjaman yang diperbolehkan melalui KUR TKI
dan cici lannya. Tim Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian menjelaskan bahwa setiap TKI yang akan
berangkat diberikan kartu asuransi untuk mel indungi
para TKI pra penempatan, selama penempatan maupun
pasca penempatan. Namun, diingatkan, walaupun para
TKI mimil iki asuransi bukan berarti kecelakan yang
terjadi diluar jam kerja dapat dengan mudah dilakukan
pencairan klaim. Oleh karena itu, para TKI harus
menjaga diri dengan baik saat dan sesudah waktu jam
kerja.
Perihal dengan besaran pendapatan para TKI, dijelaskan
bahwa untuk sektor konstruksi di Brunei adalah sebesar
18 dol lar Brunei per jam dan 4 dol lar Brunei per jam
untuk lembur, dengan masa kerja dua tahun dan
kontrak kerja akan di tanda tangani di Indonesia.
Besaran yang dapat dipinjam melalui KUR TKI, khusus
untuk CTKI dari Pondok Pesantren Mubasyirin, kurang
lebih sebesar Rp. 15.750.000 yang sudah termasuk biaya
cost structure, bunga bank, agent di dalam dan luar
negeri, uang saku untuk satu bulan di Brunei dan titipan
untuk istri atau keluarga yang ditinggal .
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Lebak,
menjelaskan bahwa pada tahun 2012 terdapat 220 TKI
dan 357 TKI pada triwulan pertama 2013 yang dikirim
keluar negeri. Namun, berdasarkan data dari BNP2TKI
terdapat 1.700 TKI pada tahun 2012 dan 357 TKI pada
triwulan pertama 2013. Perbedaan ini karena para CTKI
berangkat dan terdaftar bukan dari Kabupaten Lebak,
melainkan melalui daerah lain, yaitu Sukabumi.
Fungsi dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial dalam
penyaluran KUR TKI adalah membantu dalam
melakukan pembinaan terhadap PPTKIS, memil ih
PPTKIS yang “sehat” dan mengawasi penyaluran KUR
TKI yang berlangsung di Kabupaten Lebak.
Dari hasil tinjauan Pelaksanaan KUR TKI di Kabupaten
Lebak, masih banyak yang belum memahami dan
mengerti mengenai KUR TKI sehingga perlu diadakan
sosial isasi kebijakan KUR TKI yang lebih banyak dan
mendalam karena potensi penyaluran KUR TKI
sebenarnya sangat besar.
Monitoring dan Evaluasi Penyaluran KUR TKIdi Kabupaten Lebak, Banten
28 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
KUR dan UKM
P enyaluran KUR pada bulan April
2013 menurun hingga Rp 3,4
tri l iun dibandingkan bulan
sebelumnya sebesar Rp 5,3 tri l iun
dengan jumlah debitur sebanyak
203.410 orang. Sejak bulan
November 2007 hingga Februari
2013, total penyaluran KUR
mencapai Rp 111 tri l iun dengan
jumlah debitur sebanyak 8,45 juta
orang. Rata-rata setiap debitur
mendapatkan kredit sebesar Rp 13,2
juta per orang dengan tingkat NPL
4,4%.
Bank yang menyalurkan KUR
tertinggi adalah BRI khususnya KUR
Mikro yang hingga bulan Maret
2013 telah tersalur sebesar Rp 53,8
tri l iun. Selanjutnya KUR Ritel BRI
telah menyalurkan sebesar Rp 14,0
tri l iun. Jumlah masing-masing
debitur sebesar 7,7 juta orang dan
85.371 orang untuk KUR Ritel BRI.
Sementara itu penyaluran KUR
melalui BPD bulan Maret 2013
sebesar Rp 54,7 mil l iar dengan
jumlah debitur sebanyak 632 orang.
Penyaluran melalui BPD periode
November 2007 hingga April 2013,
penyalur tertinggi adalah Bank Jatim
diikuti Bank Jabar Banten masing-
masing sebesar Rp 3,49 tri l iun dan
Rp 2,45 tri l iun dengan jumlah debitur
sebesar 33.216 orang dan 22.638
orang dengan tingkat rata-rata NPL
sebesar 8%.
Dil ihat dari sektor yang menerima
KUR pada bulan April 2013, sektor
perdagangan mendapatkan KUR
terbanyak hingga 57%. Selanjutnya,
untuk urutan kedua adalah sektor
pertanian yang mencapai 16% atau
setara dengan Rp 18.098.846 juta.
Pemerintah menyalurkan KUR di
sektor pertanian seiring dengan
program peningkatan produktivitas
di sektor pertanian.
Berdasarkan sebaran regional
penyaluran tertinggi tercatat pada
provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Jawa Barat dengan penyaluran
masing-masing sebesar Rp 17,1
tri l iun, Rp 16,8 tri l iun dan Rp 14,2
tri l iun.
Untuk laporan penyaluran KUR TKI
juga mengalami peningkatan dari
segi debitur dan penyaluran. Pada
bulan April 2013 tercatat
penyaluran KUR TKI mencapai Rp
50.1 mil iar dengan jumlah debitur
sebanyak 4.203 TKI.
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) April 2013Semakin Dominan di Sektor Perdagangan
Windy Pradipta
"Secara sektoral ,
KUR bulan April
2013 lebih
banyak disalurkan
untuk sektor
perdagangan
yakni sebesar
57%, diikuti oleh
sektor pertanian
sebesar 16% "
29Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
P
Forum Kajian Pembangunan
Pengaruh Flukstuasi Harga Pangan terhadap Perekonomian
Peningkatan harga pangan yang
tajam menyebabkan beberapa
masalah, seperti : (i) semakin banyak
kemiskinan; (i i ) kerentanan pangan
dan (ii i ) kekurangan gizi yang
mendasari penel itian Food Price
Volatility (FPV) oleh SMERU
Research Institute. Hasil penel itian
dipaparkan dalam Forum Kajian
Pembangunan (FKP) tanggal 8 Mei
2013.
Tujuan utama
penel itian ini adalah
untuk mel ihat: (i)
bagaimana FPV
mempengaruhi
konsumsi pangan
sehari-hari
masyarakat miskin di
kota dan desa; (i i )
jenis-jenis dukungan
yang diterima
masyarakat miskin
untuk memenuhi
kebutuhan
pangannya dan (ii i )
kendala yang dialami
generasi muda dalam melakukan
pekerjaan di sektor pertanian.
Pengambilan data pada penel itian
ini di lakukan pada 10 negara. Untuk
Indonesia, pengambilan contoh
acak dilakukan di Cianjur (Desa
Cibulakan) dan Banjar (Desa
Simpang Empat) sebagai kawasan
pedesaan dan di Bekasi (Desa
Gandasari) sebagai kawasan
perkotaan. Terlampir tabel daftar
responden pada ketiga wilayah
tersebut.
Berdasarkan data Global Food
Security Index, status ketahanan
pangan Indonesia berada di posisi
64 dari 105 negara di dunia. Pada
tahun 2012, World Food Program
menyatakan bahwa terdapat 25 Juta
penduduk Indonesia mengalami
kerentanan pangan.
Dalam mengelola pendapatan
untuk kebutuhan pangan,
karakteristik masyarakat desa dan
kota cenderung sama. Mereka akan
lebih mengalokasikan pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan
pangan. Namun, hanya nilai
persentasenya saja yang berbeda.
Masyarakat desa akan
mengalokasikan 63,66% total
pendapatan untuk konsumsi
pangan, sedangkan masyarakat
kota akan mengalokasikan
pendapatannya sebesar 53,95%. Hal
ini menunjukkan bahwa dampak
periode FPV terutama pada pola
alokasi pendapatan masyarakat
desa.
Lebih lanjut hasil penel itian tersebut
menemukan FPV akan
mempengaruhi konsumsi pangan
sehari-hari masyarakat. FPV akan
mengakibatkan: (i) pendapatan
tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan; (i i ) harga makanan jadi
akan lebih mahal dan (ii i )
menurunnya jumlah belanja
pangan. Sebagian masyarakat
menyiasati dampak tersebut
dengan: (i) mengurangi porsi
makan, baik makanan pokok
maupun makanan pelengkapnya; (i i )
mengkonsumsi bahan makanan
yang harganya lebih murah; (i i i )
mengandalkan proses memasak
yang lebih murah, seperti
menggoreng tanpa minyak dan (iv)
menanam bahan makanan sendiri .
Penel itian ini juga menyatakan
adanya beberapa jenis bantuan
yang dapat meringankan beban
masyarakat miskin dalam
mengakses kebutuhan pangan.
Terdapat karakteristik yang berbeda
antara akses bantuan di kota dan
desa. Akses bantuan di
desa cenderung lebih
sedikit dibandingkan
akses bantuan di kota.
Selain itu, akses bantuan
di desa cenderung lebih
bersifat informal .
Hal yang dibahas
selanjutnya pada
penel itian ini adalah
kendala yang dialami
oleh generasi muda
dalam melakukan
pekerjaan di sektor
pertanian. Kendala-
kendala tersebut antara lain: (i)
Sektor pertanian mempunyai
gambaran yang buruk, seperti kotor,
panas dan tidak berpendidikan; (i i )
Mata pencaharian yang lain
mempunyai prospek pendapatan
yang lebih baik dan (ii i ) Imbal hasil
sektor pertanian cenderung rendah
dan tidak menentu. Secara umum,
sebagian besar generasi muda
memandang sektor pertanian
merupakan pil ihan terakhir apabila
tidak mendapatkan pekerjaan lain
dan terdapat pemaksaan dari
orangtua untuk melanjutkan
pekerjaan sebagai petani.
Referensi: The SMERU Research
Institute
Fitria Faradila
30 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Laporan Kegiatan
Edukasi Keuangan Perlu Menyentuh HinggaPendidikan Dasar
D emikian cetusan rekomendasi konferensi edukasi
keuangan OECD yang digelar bersama bank
sentral Republ ik Ceko, Czech National Bank dan
Kementerian Keuangan Ceko pada pertengahan Mei
lalu di Praha. Konferensi mengambil tema Promoting
financial wellbeing through financial education and
awareness membahas pemikiran, kebijakan bauran dan
implementasi program
edukasi keuangan terkait
pola komunikasi yang efektif
dan obyektif. Para panel is
dari berbagai negara
memberikan pengalamannya
dalam meramu kebijakan
edukasi keuangan. Kebijakan
tersebut dilakukan untuk
mempermudah penyaluran
informasi produk keuangan
dengan tujuan
membangkitkan kesadaran
pengelolaan keuangan sejak
dini untuk kehidupan yang
lebih bermanfaat.
OECD gencar mempromosikan edukasi keuangan sejak
prahara krisis keuangan 2008 yang membawa
keruntuhan lembaga-lembaga keuangan besar akibat
terjebak dalam pola pikir tak terkendal i yang tidak
rasional (wilderness irrationality) dalam berinvestasi di
sektor keuangan. Sebagai penyelenggara konferensi
kal i ini , OECD menekankan pembahasan tiga isu sentral
edukasi keuangan, yaitu: 1) mengembangkan bauran
kebijakan keuangan dan edukasi yang berorientasi
pada manfaat konsumen dan kemampuan menabung,
2) rancangan yang spesifik dan inivatif edukasi
keuangan menyesuaikan kebutuhan dan minat
konsumen keuangan, serta 3) peran serta sektor swasta
dalam edukasi keuangan.
Pada hari pertama konferensi pembahasan para panel is
mencoba menampilkan betapa pentingnya
keseimbangan antara perl indungan konsumen
keuangan, peraturan dan edukasi untuk mengangkat
kesejahteraan setiap individu di tengah semakin
kompleks lanskap sektor keuangan dan semakin
beragam produk keuangan. Konsumen keuangan
berhak menerima informasi yang lengkap sebelum
mengambil keputusan pemanfaatan produk yang
dikemas sebagai program edukasi keuangan.
Pemberian edukasi ini harus dipisahkan dengan
kegiatan promosi produk oleh lembaga keuangan
karena mempunyai substansi tujuan yang berbeda.
Edukasi keuangan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pemahaman konsumen dalam mengambil
keputusan konsumsi produk keuangan, sedangkan
promosi produk lebih bertujuan komersial menjaring
konsumen. Otoritas keuangan perlu tegas dalam
membuat aturan yang dinamis untuk menjaga hak
konsumen memperoleh pemahaman produk keuangan.
Pembahasan para panel is di
hari kedua konferensi
menyuguhkan berbagai
strategi dan program edukasi
keuangan bagi berbagai
segmen pasar dari pendidikan
dasar hingga para pensiunan
agar mereka tetap
memperoleh proteksi terhadap
batasan pemahaman produk
keuangan. Rancangan program
edukasi yang disampaikan oleh
panel is dari beberapa negara
secara umum berupaya
meningkatkan kesadaran
konsumen mengambil
keputusan keuangan yang tepat sesuai manfaatnya
hingga jangka panjang. Ini akan menghindari tindak
spekulasi tanpa landasan rasional itas yang berakibat
pada bel itan utang yang semakin berat atau konsumsi
yang tidak produktif dan tidak sebanding dengan
penghasilan. Edukasi keuangan dengan berpegang
pada paradigma kesejahteraan konsumen dalam jangka
panjang menjadi kesepakatan negara-negara G20 yang
melahirkan prinsip-prinsip kesadaran dan pemahaman
keuangan (financial literacy and awareness). Sejak itu,
negara-negara berlomba membangun program edukasi
keuangan agar peristiwa krisis keuangan 2008 akibat
the fallacy of common sense dalam berinvestasi .
Sayangnya, pembahasan dalam konferensi kal i ini
belum mendefinisikan dengan jelas apa rupa financial
wellbeing dikaitkan dengan edukasi dan kesadaran
keuangan yang dijadikan tema besar konferensi.
Pembahasan juga belum menyentuh bagaimana
menentukan skala ukuran kesuksesan dari
kesejahteraan keuangan yang hendak dipromosikan
dalam konferensi. Para panel is lebih terkonsentrasi
mempromosikan capaian program edukasi dan
pemasaran keuangan berdasarkan pengalaman spesifik
di negaranya masing-masing. Isu ini
dipertanyakan pada sesi diskusi
terkait proses pengukuran tingkat
keberhasilannya.
Edi Prio Pambudi
31Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
Kota Bitung Siap Menjadi Kawasan Ekonomi KhususTahun 2013
Predi Mul iansyah
Laporan Kegiatan
32 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
P emerintah akan menetapkan Kota Bitung sebagai
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pada tahun 2013.
Hal ini diungkapkan oleh Menko Perekonomian, Dr.
(HC) M. Hatta Rajasa dalam Rapat Koordinasi
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia
(MP3EI) di Manado,
Sulawesi Utara pada
tanggal 3 Mei 2013.
Menurut Hatta Rajasa,
dari dua koridor
ekonomi di Sulawesi
yaitu Bitung dan Palu,
baru Bitung yang dinilai
sudah memenuhi
persyaratan sebagai
kawasan ekonomi
khusus. Kota Bitung siap
menjadi KEK tahun ini.
Adapun proyek
perluasan dan
percepatan yang
mendukung Bitung menjadi KEK adalah pembangunan
jalan tol Bitung-Manado. Proses tender proyek jalan tol
tersebut akan dilaksanakan melalui dua tahap dan akan
dimulai pada bulan Oktober-November 2013, sehingga
ground breaking dapat dilakukan pada bulan Januari
2014.
Selain jalan tol , infrastruktur darat lainnya yang akan
dibangun adalah jalur kereta api. Kementerian
Perhubungan telah siap membangun jalur kereta api
Bitung-Manado. Implementasi proyek jalur kereta api
ini diperkirakan akan lebih mudah dilaksanakan, karena
bersebelahan dengan jalan tol . J ika sesuai rencana,
maka ground breaking pembagunan jalur KA Bitung-
Manado dapat dilaksanakan pada 16 Januari 2014.
Untuk pengembangan infrastruktur laut, Bitung juga
akan ditetapkan sebagai International Hub Port (IHP)
berdasarkan hasil evaluasi
dan pendalaman. Bitung
akan menjadi satu Hub
Port yang dapat
menghubungkan seluruh
angkutan kargo maupun
kontainer dari arah Pasifik
yang akan masuk ke
kawasan Indonesia.
Pembangunan infastruktur
Bitung tersebut diharapkan
dapat meningkatkan
efisiensi sistem logistik
nasional dan ekonomi
Indonesia menjadi lebih
terintegrasi , demikian
arahan Menko
Perekonomian.
Referensi:
Bagian Hubungan Masyarakat,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
"Ing ngarsa sung tulada, ing madyamangun karsa, tut wuri handayani"
Di depan (guru) memberi contoh, di tengah (guru) memberi
semangat, di belakang (guru) memberi dorongan
Ki Hadjar Dewantara, 1889 1959
Selamat Hari Pendidikan Nasional2 Mei, 2013
Untuk informasi lebih lanjut hubungi :Redaksi Tinjauan Ekonomi dan KeuanganKementerian Koordinator Bidang PerekonomianGedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur No. 24 Jakarta, 10710Telepon. 0213521843, Fax. 0213521836Email : [email protected]
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada websitewww.ekon.go.id