Upload
doanbao
View
260
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUAN HISTORIS TERBENTUKNYAGEREJA KRISTEN SUMATERA BAGIAN SELATAN
(GKSBS) DI LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
YOHANES SUSILO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAHJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRAK
TINJAUAN HISTORIS TERBENTUKNYA GEREJAKRISTEN SUMATERA BAGIAN
SELATAN (GKSBS)DI LAMPUNG
Oleh:YOHANES SUSILO
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) awalnya hanya sebuahperkumpulan dari beberapa transmigran Kristen yang rindu untuk bisa beribadahbersama-sama meskipun mereka memiliki latarbelakang gereja yang berbeda.Keadaan tersebut membuat para Transmigran Kristen bertekad untuk membangunsebuah Gereja di Lampung yang dapat melayani dan menerima siapa saja yangingin menjadi bagian dalam gereja tersebut.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses terbentuknyaGereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung?. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui proses terbentuknya Gereja KristenSumatera Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung. Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode penelitian historis, dengan teknik pengumpulan datamelalui wawancara, studi pustaka dan dokumentasi serta teknik analisis dataDeskriptif Kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terbentuknya Gereja KristenSumatera Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung melalui beberapa proses. Prosestersebut dimulai dari perpindahan penduduk dari Pulau Jawa ke Lampung untukmencari kehidupan baru yang lebih layak, peranan Sinode GKJ sebagai GerejaInduk dalam Zending Lampung sejak tahun 1938, pembentukan Klasis Sumaterabagian Selatan tahun 1952, Klasis Lampung membentuk Sidang Wilayah GKLtahun 1970, pembentukan Deputat Wilayah I oleh Sinode GKJ tahun 1971,pembentukan Sinode Wilayah I oleh Sinode GKJ tahun 1974, hinggaKemandirian Sinode GKSBS tahun 1987. Kesimpulan penelitian ini adalahterbentuknya GKSBS menjadi Sinode yang mandiri merupakan keinginan daripara Jemaat Kristen Transmigran untuk menjadi gereja yang mandiri denganmenggunakan nama Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)berdasarkan keinginan untuk menjadi Gereja Daerah yang mampu melayanisiapapun yang berada di lingkup daerah Sumatera bagian Selatan.
TINJAUAN HISTORIS TERBENTUKNYAGEREJA KRISTEN SUMATERA BAGIAN SELATAN
(GKSBS) DI LAMPUNG
Oleh:Yohanes Susilo
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Pasar Batang, Kecamatan Penawar
Aji, Kabupaten Tulang Bawang pada tanggal 05 Maret 1992,
dari pasangan Bapak Purwito dan Ibu Sriani. Penulis sebagai
anak ketiga dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Pasar Batang pada
tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gedung Aji pada tahun 2007,
dan kemudian Sekolah Menengah Atas Lentera Harapan Banjar Agung pada
tahun 2010.
Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SMPTN.
Pada bulan Juli-September 2013, penulis melaksanakan KKN-Terintegrasi di
Desa Panca Marga kecamatan Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Penulis melaksanakan PPL di SMP PGRI 2 Gunung Terang.
vi
MOTTO
Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang menunggu,
namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya
(Abraham Lincoln)
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk
hari tua
(Aristoteles)
vii
pERSEMBAHAN
Puji syukur aku ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristrus yang telah memberikan berkat serta tuntunannya dalam kehidupanku.
Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda kasih sayangku kepada:
Bapak ku Purwito dan Ibuku Sriani, yang telah berusaha keras mendidik serta membimbing ku, dari kecil hingga besar. Yang telah sabar dalam menanggapi keluhanku. Yang tidak henti-hentinya memberikan nasehatnya demi kebaikan dan kebahagiaan anaknya ini, serta sabar dalam menanti kelulusan anaknya dari Universitas Lampung.
Mamas ku Agus Eko .P serta istrinya Tina yang selalu memberikan semangat serta dukungan yang begitu besar dalam pendidikanku. Mbak ku Lilik Setio Rini dan suaminya Winarto yang selalu memberikan nasehat-nasehatnya. Serta 2 keponakanku Angelita dan Gabriela yang selalu memberikan canda tawanya untuk meghibur oomnya.
Para pendidikku, Dosen dan Guruku;
Almamater tercinta Universitas Lampung.
ix
SANWACANASyalom,
Salam damai sejahtera bagi kita semua,
Segala bentuk kerendahan hati, penantian panjang dan perjuangan yang selalu
dihiasi dengan pasang surutnya semangat demi sebuah harapan dan tanggung
jawab. Tidak ada kata yang pantas untuk ditulis penulis selain kata penuh ucapan
syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tinjauan Historis Terbentuknya Gereja
Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung” sebagai salah satu
syarat untuk meraih Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan,
dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang setulusnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
x
3. Bapak Drs.Buchori Asyik, M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd, Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs.Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
7. Ibu Dr. Risma M Sinaga, M.Hum., Dosen Pendidikan Sejarah dan
sekaligus sebagai Dosen pembahas seminar serta penguji yang telah
memberikan saran dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis demi
terselesaikannya skripsi.
8. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum., Dosen Pendidikan Sejarah dan sekaligus
sebagai Dosen pembimbing I yang dengan ikhlas dalam memberikan
arahan, masukan, motivasi dan bimbingannya dengan baik kepada penulis
selama menyelesaikan skripsi.
9. Bapak Suparman Arif S.Pd, M.Pd., Dosen Pendidikan Sejarah dan
Pembimbing Akademik sekaligus pembimbing II yang dengan ikhlas
dalam memberikan arahan, masukan, motivasi dan bimbingannya dengan
baik kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
10. Bapak Drs. H. Maskun, M.H, Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H, Bapak Drs.
Ali Imron, M.Hum, Bapak Drs. Tantowi, M.S, Bapak Muhammad Basri,
S.Pd, M.Pd, Ibu Yustina Sri Ekwandari S.Pd, M.Hum, Ibu Myristika
Imanita S.Pd, M.Pd dan Bpk Cherry Saputra S.Pd, M.Pd, Dosen Program
xi
Studi Pendidikan Sejarah yang penulis banggakan dan pendidik yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada penulis
selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.
11. Keluarga Besar Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) di
Lampung
12. Bapak Pdt. Em. Purwadi Pranotohadi, S.Th, Bapak Pdt. Karel Eka Putra
Barus, S.Si, Bapak Pdt. Tri Joko Hadi Nugroho, M.Th, Bapak Pdt. Em.
Sumardi, S.Th, Bapak Pdt. Ginting Suka, S.Th, Bapak Pdt. Yohanes Fajar
Handoyo, S.Th, Bapak Pdt. Sabam Tambunan, S.Th, Bapak Pdt. Bambang
Sehmedi, S.Th, Bapak Pdt. Purnomo Sidi, S.Si dan Bapak Pdt. Anang
Wijokangko, S.Th, Pendeta-pendeta di GKSBS Provinsi Lampung yang
telah memberikan informasi dan sumber terkait kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
13. Teman-teman seperjuanganku Ardika Kuntadi, S.Pd Bambang Susilo,
Dani Frengki Simanjuntak, S.Pd, Bangun Hutama Winata, S.Pd, Taufik
Siswoyo, S.Pd, Rachmat Agung Nugroho, S.Pd, Edi Makmur S.Pd, Dani
Lapeba, S.Pd, Martin Reza C, S.Pd, Nurul Anwar, Ari Aulia R, S.Pd dan
banyak lagi teman-teman dari 2010 yang lain, terimakasih atas motivasi
dari kalian.
14. Teman-teman yang banyak membantuku, Dinda, Amay, Bahtiar, Agus,
Andi Nov, Andi Wahyudi, Sudiro, Deny, Ody dan Edy terima kasih atas
bantuan dan kebersamaan selama ini;
15. Keluarga besar kontrakan Griya Gedung Meneng Indah B4 No6, Fadhil,
Ridho dan Bagus terimakasih sudah memberikan semangat kalian.
xii
16. Teman-teman EO seminar dan Kompre terimakasih.
17. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.
Terimakasih atas bantuan serta ketulusan hati kalian, penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap skripsi
ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Januari 2018
Penulis,
Yohanes Susilo
NPM 101033066
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR LAMPIRAN
HalamanI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 11.2 Rumusan Masalah............................................................................. 41.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 41.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................... 41.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 4
II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................... 7
2.1.1 Konsep Tinjauan Historis ....................................................... 72.1.2 Konsep Transmigrasi ke Sumatera bagian Selatan
(Lampung)............................................................................. 92.1.3 Konsep Gerejawi Para Transmigran....................................... 132.1.4 Konsep Proses ........................................................................ 142.1.5 Konsep Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) . 15
2.2 Kerangka Pikir .................................................................................. 162.3 Paradigma ......................................................................................... 19
III METODE PENELITIAN3.1 Metode yang digunakan.................................................................... 213.2 Variabel Penelitian............................................................................ 243.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 253.4 Validitas Data ................................................................................... 283.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 29
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Transmigrasi sebagai Konteks Terbentuknya Gereja KristenSumatera Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung.......................... 34
4.1.2 Gereja Para Transmigran (1936-1952) .................................... 374.1.2.1 Peran Sinode GKJ di Jawa Tengah dalam
Zending Lampung ............................................................. 38A. Periode Tahun 1936-1941 ............................................ 38B. Periode Tahun 1942-1945 ............................................ 45
xiv
C. Periode Tahun 1946-1952 ............................................ 464.1.3 Pembangunan Gereja Para Transmigran (1953-1987) ............ 51
4.1.3.1 Klasis Sumatera Selatan (1953-1958) ............................... 51A. Klasis Lampung dan Akhir Tugas GKJ(1959-1967).... 52B. Pembentukan Sinode Wilayah I GKJ(1968-1978)........ 54C. Persiapan Kemandirian Sinode Wilayah I GKJ
(1981-1987) .................................................................. 58D. Kemandirian Sinode Wilayah I GKJ (1987) ................ 62
4.2 Pembahasan4.2.1 Kronologi Proses Terbentuknya Sinoe Gereja Kristen Sumatera
Bagian Selatan (GKSBS)............................................................... 644.2.1.1 Analisis Proses Terbentuknya Sinode Gereja Kristen
Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) .................................. 70
V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 785.2 Saran ................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Statistik para anggota Jemaat di Sumatera bagianSelatan tahun 1952 ................................................................ 50
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Penelitian Proses TerbentuknyaJemaat-jemaat di Sumatera Bagian Selatan sampai menjadiSinode Sendiri (Sinode GKSBS)tahun 1952-1987..................................................................... 66
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Logo Gereja Kristen Sumatera Bagian Sletan (GKSBS)2. Salinan Piagam GKSBS3. Struktur Sinode GKSBS pertama4. Salinan Surat Penerimaan Sinode GKSBS menjadi Anggota PGI5. Jemaat Sinode GKSBS (tahun 2015)6. Majelis Pimpinan Sinode GKSBS (tahun 2015)7. Surat Izin Penelitian8. Foto-foto Gereja
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Terbentuknya Gereja Kristen Sumatera Bagaian Selatan (GKSBS) tidak
terlepas dari transmigrasi penduduk dari pulau jawa ke wilayah Sumatera
Bagian Selatan yang dilakukan oleh pemerintah, baik itu pemerintah Hinda
Belanda (sebelum Indonesia merdeka) ataupun pemerintah Indonesia (setelah
kemerdekaan). Program pemerintah yang disebut transmigrasi pada awalnya
bernama kolonisasi. Kolonisasi merupakan pelaksanaan dari kebijaksaan baru
yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda yang disebut ethische politiek
(politik etis) yang mulai dilaksanakan pada tahun 1905 dengan mengirimkan
155 keluarga tani ke Gedong Tataan, Lampung (Joan Hardjono, 1982:1).
Nama “Kolonisasi” ini kemudian dirubah namanya menjadi “Transmigrasi”
oleh pemerintah Indonesia setelah Indonesia mendapatkan Kemerdekaan.
Masyarakat Pulau Jawa dan Bali yang ikut dalam transmigrasi memiliki
latarbelakang yang berbeda-beda, transmigran dari Jawa didominasi oleh
yang beragama Islam serta dari Bali didominasi oleh yang beragama Hindu
khas Bali (Hindu Dharma). Diantara para transmigran yang beragama Islam
dan Hindu ada juga yang beragama Kristen.
Latar belakang gereja-gereja para transmigran kristen Sumatera bagian
Selatan, gereja-gereja tersebut antara lain:
2
- GKJ (Gereja Kristen Jawa), di Jawa Tengah
- GKJW (Gereja Kristen Jawa Wetan), di Jawa Timur
- GKJTU (Gereja Kristen Jawa Tengah Utara), di Jawa Tengah
bagian Utara
- GITJ (Gereja Injili di Tanah Jawa), di Jawa Tengah bagian Utara
- GKP (Gereja Kristen Pasundan), di Jawa Barat
- GKPB (Gereja Kristen Protestan di Bali)
( E. Hoogerwerf, 1997:84)
Gereja-gereja asal para transmigran ini tergabung dalam denominasi (aliran)
Protestan, lima dari keenam gereja di atas, memiliki kesamaan latarbelakang
dalam struktur gerejawi (tata ibadah), karena mereka mempunyai ikatan
bersejarah dengan Zending Hervormd dan Gereformed di Belanda. Hanya
Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) yang memiliki latarbelakang berbeda
karena hasil dari Zending Mennonit (Doopsgezinde Zendingsvereniging) DZV
di Belanda.
Jarak yang jauh antara Lampung dengan Jawa mengakibatkan keterbatasan
akan pelayanan Gerejawi dari Gereja-gereja di Jawa untuk para jemaatnya
yang berada di Lampung. Maka dari itu, para transmigran Kristen di Sumatera
bagian Selatan Lampung didorong untuk bergabung pada gereja transmigran
yang sedang bertumbuh di Sumatera bagian Selatan pada saat itu.
Gereja Para Transmigran yang berkembang pada saat itu adalah gereja yang
mulai terbentuk karena adanya peran dari Gereja Kristen Jawa (GKJ).
Pada tahun 1938, Gereja Kristen Jawa (GKJ) menyambut Lampung
sebagai ladang pekabaran Injil dan selanjutnya jemaat-jemaat yang
bertumbuh di Sumatera Bagian Selatan ikut serta dalam Gereja Kristen
Jawa (GKJ). (E. Hoogerwerf, 1997:94)
Jadi dapat dikatakan bahwa Gereja Kristen Jawa (GKJ) adalah “Gereja Induk”
dari Gereja Para Transmigran Sumatera Bagian Selatan. Sebagai gereja Induk,
3
GKJ melakukan pelayanan gerejawi untuk para transmigran kristen di
Sumatera bagian Selatan ±49 tahun. Sampai pada kemandirian gereja tahun
1987 dengan nama Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS).
Kemandirian Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)
merupakan keputusan Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ) XVIII di
Yogyakarta, pada tanggal 6 Agustus 1987 dan ditetapkan sebagai hari
lahirnya Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS).
(Yanto Yussar, 1990 : 8)
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) awalnya hanya sebuah
perkumpulan dari beberapa transmigran Kristen yang rindu untuk bisa
beribadah bersama-sama yang memiliki keinginan kuat untuk bisa
mendirikan sebuah persekutuan umat Kristen di Lampung. Membentuk
Gereja para transmigran yang pelayanannya sebagian besar dipegang oleh
Gereja Kristen Jawa (GKJ). Sampai pada akhirnya membentuk sebuah Gereja
yang mandiri dengan nama Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan
(GKSBS) dengan dasar bahwa Gereja ini adalah Gereja Daerah yang akan
melayani semua orang Kristen yang ingin menjadi bagian dari GKSBS.
Hal inilah yang membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana terbentuknya
dari Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) yang awalnya
hanyalah perkumpulan dari beberapa orang Kristen Transmigran sampai
dengan menjadi Gereja yang mandiri. Sesuai dengan latarbelakang masalah di
atas maka peneliti tertarik untuk merumuskan dan mengkajinya melalui suatu
penilitian dengan judul “Tinjauan Historis terbentuknya Gereja Kristen
Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung”.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah, maka rumusan masalah di dalam
penelitian ini adalah “bagaimana proses terbentuknya Gereja Kristen
Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung?“
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses terbentuknya
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung
1.4 Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian tentunya akan dapat memberikan berbagai manfaat bagi
semua orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis
teliti, adapun kegunaan penelitian dalam penulisan ini adalah :
1. Dapat memberikan sumbangan berupa informasi kepada setiap
pembaca yang ingin menggali lebih dalam tentang terbentuknya
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS).
2. Untuk memberikan gambaran mengenai proses terbentuknya Gereja
Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS).
3. Sebagai upaya pelestarian sejarah lokal daerah Lampung khususnya
sejarah tentang terbentuknya Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan
(GKSBS).
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi suatu kerancuan dalam sebuah penelitian, maka penulis
berikan batasan ruang lingkup yang akan mempermudah pembaca memahami
isi karya tulis ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah :
Ruang Lingkup Ilmu : Sejarah Gereja
5
Ruang Lingkup Objek : Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)
Ruang Lingkup Subjek : Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan
(GKSBS) di Lampung
Ruang Lingkup Tempat : Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)
di Lampung.
Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan
(GKSBS) pusat kota Metro.
GKSBS klasis Tanjung Karang, GKSBS Klasis
Metro, GKSBS Klasis Tulang Bawang, GKSBS
Klasis Bandar Jaya, GKSBS Klasis Tulang
Bawang Barat, GKSBS klasis Pugung Raharjo.
Ruang Lingkup Waktu : 2016
6
REFERENSI
Joan Hardjono. 1982. Tansmigrasi Dari Kolonisasi Sampai Swakarsa. Jakarta; PT
Gramedia Jakarta. Hal 1
E. Hoogerwerf. 1997.Transmigratie en Kerkvorming. Netherland :Boekencentrum
Hal 84 (terjemahan)
Ibid, Hal 94
Yanto, Yussar. 1988. Buku Putih (Pedoman Penjemaatan Kemandirian Gereja-
gereja di Lingkungan Sinode GKSBS). Jakarta : Majelis Pekerja PGI.
Hal 8
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana
dalam tinjauan pustaka yang akan dicari teori atau konsep-konsep atau
generalisasi-generalisasi yang kan dijadikan landasan teori bagi penelitian
yang akan dilakukan. Adapun tinjaun pustaka dalam penelitian ini adalah:
2.1.1 Konsep Tinjauan Historis
Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yaitu tinjauan
dan historis. “ kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata tinjau
yang memiliki arti melihat, menjenguk, memeriksa, dan meneliti untuk
kemudian menarik kesimpulan”. Kata historis berasal dari bahasa latin istoria
yang memiliki arti kata istoria yaitu kata ilmu di Yunani. Kemudian kata
istoria dalam perkembangannya diperuntukan bagi pengkajian terhadap
segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal pengkajian ilmu sejarah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1198), kata istoria dalam
perkembangannya diperuntukan bagi “pengkajian terhadap segala sesuatu
mengenai masalalu mereka secara kronologi”. Pada perkembangan
8
selanjutnya kata istoria juga diadopsi oleh bahasa Inggris dengan perubahan
fonem menjadi history atau histories yang dipergunakan sebagai istilah untuk
menyebut “cerita tentang peristiwa dan kejadian yang dialami manusia pada
masa lampau”.
Dalam bahasa Indonesia kata histories dikenal dengan istilah sejarah. “adapun
pengertian historis atau sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-
keadaan atau faktor-faktor masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian
serta studi yang kritis atau mencari kebenaran”.
Sementara itu, menurut Mohammad Yamin yang dikutip oleh R. Mohammad
Ali bahwa, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil
penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan
kenyataan. (Mohammad Ali. 1963:5)
“Sejarah ialah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki
secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta
kemanusiaan dimasa lampau, beserta segala kejadian-kejadiannya dengan
maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh penelitian dan
penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan
pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah
program masa depan”. (Roeslan Abdulgani,1963:174)
Berdasarkan beberapa konsep di atas, maka sejarah adalah ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang menyangkut
manusia sebagai mahluk sosial dan ditulis secara kritis dan sistematis yang
digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kebijakan untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang.
Dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa tinjauan historis memiliki
pengertian sebagai suatu bentuk penyelidikan ataupun penelitian terhadap
gejala peristiwa masa lampau manusia baik individu maupun kelompok
9
beserta lingkunganya yang ditulis secara ilmiah, kristis dan sistematis
meliputi urutan fakta dan masa kejadian peristiwa yang telah berlalu tersebut
(kronologis), dengan tafsiran dan penjelasan yang mendukung serta memberi
pengertian terhadap peristiwa tersebut.
2.1.2 Konsep Transmigrasi Penduduk ke Sumatera Bagian Selatan
(Lampung)
Sejarah terbentuknya Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) tidak
terlepas dari proses transmigrasi yang dilakukan pemerintah, baik itu
pemeritntah Hindia Belanda (sebelum Indonesia merdeka) ataupun
pemerintah Indonesia (setelah kemerdekaan). Program pemerintah yang
disebut transmigrasi pada awalnya bernama kolonisasi. Kata “kolonisasi”
berasal dari kata “kolonis”, yang berarti “seorang yang mengembangkan
suatu daerah baru. Istilah kolonis dipakai oleh pemerintah Hindia Belanda
untuk nama program pengembangan pertanian di luar Jawa pada tahun 1905.
Setelah Indonesia merdeka istilah kolonisasi diganti dengan nama
transmigrasi.
“Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah
lain dalam wilayah Republik Indonesia untuk menetap, dalam rangka
membentuk masyarakat baru, untuk membantu pembangunan daerah, baik
daerah yang ditinggalkan maupun daerah yang didatangi, dalam rangka
pembangunan nasional” Martono (1985:1).
Kolonisasi yang dilakukan Belanda pada pada awal abad 20 merupakan suatu
kebijakan dengan tujuan untuk menambah kekayaan dari Pemerintah
Kolonial Belanda.
“Pada abad kedua puluh Pemerintah Kolonial Belanda mulai menyadari
bahwa kemiskinan sedang meningkat di pulau Jawa. Perubahan-perubahan
10
yang terjadi pada ekonomi pedesaan sebagai akibat dari pada kegiatan
perusahaan-perusahaan asing yang bekerja dibidang produksi dan ekspor
tanaman dagang seperti tembakau dan gula, telah membawa akibat-akibat
yang buruk pada penduduk pulau Jawa. Meskipun perusahaan-perusahaan
perkebunan telah mulai mengubah fokus kegiatannya ke Pulau Sumatera
sesudah tahun 1900, keadaan sosio-ekonomi di pedesaan Jawa masih saja
tetap tidak membaik”. (Joan Hardjono, 1982 : 1)
Maka dari itu dalam usaha untuk memperbaiki kondisi rakyat pedesaan di
Jawa, Pemerintah Kolonial Belanda memperkenalkan kebijakan baru yang
disebut ethiche politiek (politik etis). Politik etis adalah semacam utang budi
atau kewajiban moral bahwa Belanda mempunyai “utang budi” pada
jajahanya. Penghasilan negara jajahan harus dimanfaatkan untuk
meringankan penderitaan “kaum pribumi”.
Pemerintah Kolonial mulai melaksanakan kolonisasi dengan cara
memindahkan masyarakat Jawa dari daerah yang padat penduduknya ke
daerah-daerah yang sedikit penduduknya yang berada di luar pulau Jawa.
Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau yang berada di luar pulau Jawa
yang akan menjadi tempat koloniasasi yang dilakukan oleh Pemerintah
Kolonial Belanda, khususnya pada daerah Lampung.
Perpindahan penduduk ke Sumatera Bagian Selatan terwujud pada tahun
1905 dengan membawa 155 keluarga ke daerah Gedong Tataan di Lampung.
Ini menjadi awal perpindahan penduduk intern di Indonesia, yang kemudian
meningkat secara berkala.
Pada tahun 1905, H.G. Heijting (Asisten Residen Pemerintah Kolonial)
mengirimkan satu rombongan yang terdiri atas 155 kepala keluarga dari
karasidenan Kedu (jawa Tengah) ke Gedong Tataan (lampung). Di tempat
itu para pendatang membangun desa yang diberi nama Bagelen, desa
kolonisasi pertama. (E. Hoogerwerf, 1997:48)
11
Gedong Tataan merupakan desa yang menjadi koloniasai pertama yang ada di
Lampung, bisa dikatakan Gedong Tataan merupakan fase percobaan yang
dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Sampai dengan tahun 1920an
proyek untuk Gedong Tataan jumlah migran dari Jawa mulai meningat.
Untuk menghindari perluasan areal sawah di Gedong Tataan yang
memerlukan biaya banyak, pemimpin koloniasi mencari wilayah lain yang
cocok untuk melanjutkan proyek kolonisasi. Tahun 1921 ditetapkan untuk
membuka desa baru yaitu desa Wonosobo.
Pada tahun 1921 desa Wonosobo dapat dibuka, disebelah barat Kota
Agung, ditepi Teluk Semangka, 120 kila dari TanjungKarang. Wilayah itu
airnya berlimpah dan cocok sekali untuk membuka desa dengan basis
persawahan. Sampai dengan tahun 1924 jumlah orang Jawa di Wonosobo
sudah mencapai angka 5927 Jiwa. (E. Hoogerwerf, 1997:51)
Pemerintah Kolonial Belanda sempat mempertimbangkan untuk
memnghentikan proyek kolonisasi, hal ini terjadi sekitar tahun 1928 sampai
1930an. Tetapi akibat terjadinya krisis ekonomi di Jawa pada tahun 1931
yang melanda sektor perkebunan besar, ribuan buruh Jawa di-PHK, akibatnya
pemerintah Belanda mulai mempertimbangkan kembali program kolonisasi.
Pada tahun 1930 an daerah-daerah baru dibuka di Sumatera Bagian Selatan.
Pembukaan pertama terjadi di Sukadana dan dibangun pula sebuah kota yaitu
Metro, berada di tengah Karesidenan Lampung.
Migrasi orang Jawa yang merupakan latarbelakang dari munculnya Gereja
Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS), berhenti secara tiba-tiba karena
masuknya Jepang dan menjajah Indonesia.
12
Pada awal tahun empat puluhan kolonisasi berjalan dengan lancar. Jumlah
para migran yang dalam rangka program pemerintah berangkat ke
Sumatera Bagian Selatan meningkat pada tahun 1940-1941. Waktu itu
kolonisasi sudah sangat mengubah keadaan demografis di kawasan itu.
kolonisasi yang sudah berjalan empatpuluh tahun tiba-tiba terhenti karena
perang. Sesudah serangan di Pearl Harbour pada 7 Desember 1941, mesin
perang Jepang secara kilat berguling ke selatan, lewat darat, laut dan udara
sampai di Indonesia. (E. Hoogerwerf, 1997:64)
Mula-mula Jepang sama sekali tidak berminat untuk melanjutkan proyek-
proyek kolonisasi. Oleh karena itu usaha untuk mengembangkan proyek
Sukadana dihentikan, baru pada akhir tahun 1943, tatkala Jepang dengan
sengaja dan secara sistematis mencoba memperoleh simpati rakyat Indonesia,
program kolonisasi dilanjutkan kembali. Namun, proyek dari pemerintah
Jepang terhenti kembali pada saat perjuangan kemerdekaan yang dilakukan
penduduk Indonesia. Sampai dengan Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 dan serangan dari Belanda ke Indonesia
tahun 1948 proyek pemindahan penduduk dari pulau Jawa ke Sumatera blm
dapat dilanjutkan kembali.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan tahun 1949 sudah berakhir dan
pembangunan Indonesia dapat dimulai kembali. Dalam rangka pembangunan
Indonesia, pemerintah memutuskan untuk mengambil proyek migrasi orang
Jawa secara masal. Pemerintah Indonesia tidak lai menggunakan istilah
“Kolonisasi” namun, Pemerintah Indonesia menggantinya dengan istilah
“Transmigrasi”.
Sampai pada tahun 1970 arus transmigrasi mengarah ke provinsi Lampung,
mula-mula di Sri Bahwono/Labuhan Maringgai lalu sampai di Seputih
Surabaya. Pada tahun-tahun itu juga terdapat banyak pemukiman baru di
13
daerah Sidomulyo, dekat Kalianda. Perkembangan di daerah Belitang juga
senantiasa berlangsung. Dan setelah tahun 1970 transmigrasi ke Lampung
diarahkan terutama ke daerah Way Abung, dekat Kotabumi. Sampai dengan
masa sekarang propinsi Lampung secara resmi ditutup untuk transmigrasi.
2.1.3 Konsep Gerejawi Para Transmigran
Gerejawi merupakan kata sifat yang memiliki arti “yang berkenaan dengan
Gereja”, maka dari itu segala sesuatu yang berhubungan dengan gereja disebut
dengan Gerejawi. Gereja dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “igreya”
dalam bahasa Portugis yang merupakan terjemahan dari kata “kuriakue”
(bahasa Yunani) yang berarti Tuhan. Maksudnya yaitu umat milik Tuhan yang
berarti orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus atau Nabi Isa Al-
masih sebagai Juruselamat.
Perjanjian Baru menyebutkan bahwa persekutuan umat percaya itu adalah
“ekklesia” (bahasa Yunani), kata ini adalah kata majemuk, gabungan dari kata
“ek” yang artinya “keluar” dan “kaleo” yang artinya “memanggil”. Jadi kata
“ekklesia” yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “Gereja” ini
berarti “umat yang dipanggil supaya keluar”. Dalam bahasa Indonesia sendiri
Gereja disebut juga “Jemaah” (bentuk tunggal) dan “Jemaat” (bentuk jamak).
Dari beberapa arti Gereja di atas maka dapat disimpulkan bahwa Gereja
adalah persekutuan umat percaya (Jemaat) kepada Yesus Kristus (Nabi Isa Al-
masih) sebagai Juruselamat.
Setelah Gereja berkembang artinya jemaat-jemaat makin meluas, tersebar di
wilayah yang lebih luas maka dalam gereja yang menganut sistem presbiterial
sinodal dikenal adanya klasis-klasis. Adanya klasis karena alasan praktis,
14
yaitu supaya pekerjaan dan tugas-tugas jemaat-jemaat yang berada di wilayah
yang sama itu dapat diarahkan dan dimantapkan dalam hubungannya dengan
jemaat-jemaat itu sendiri maupun dalam hubungannya dengan Gerea yang
lebih luas (SINODE).
Program transmigrasi yang terjadi di Sumatera Bagian Selatan
mengikutsertakan beberapa kelompok orang kristen yang berasal dari pulau
Jawa dan Bali. Diantara para transmigran Kristen di Sumatera Bagian Selatan
waktu masih berada di pulau Jawa dan Bali, mereka tergabung dalam berbagai
gereja antara lain: GKJ, GKJW, GKJTU, GITJ, GKP, dan GKPB. Karena
latarbelakang gerejawi yang berbeda dari para transmigran yang tergabung
dalam gereja ini, menimbulkan keunikan tersendiri bagi Gereja Kristen
Sumatera Bagian Selatan (GKSBS).
2.1.4 Konsep Proses
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses memiliki arti antara lain
runtunan perubahan (peristiwa), perkembangan sesuatu, kemajuan sosial,
berjalan terus, rangkaian tindakan atau pengolahan yang menghasilkan produk
(Departemen Pendidikan Nasional, 2005:899).
Setiap Proses terdiri atas fase atau tahap-tahap yang berlangsung diantara titik
awal dan titik akhir. Proses menunjukan perubahan yang setengahnya terjadi
secara cepat dan setangahnya secara lambat. Proses sejarah adalah momentum
dari perubahan sosial, maka disatu pihak kejadian sejarah atau peristiwa yang
terjadi merupakan proses (Sartono Kartodirdjo, 1993:108-113).
Dalam penelitian ini perlu digaris bawahi bahwa proses terbentuknya gereja
bukanlah sekedar proses pembangunan sebuah gedung gereja sebagai tempat
15
beribadah. Seperti yang telah dipaparkan pada konsep gerejawi, gereja juga
bisa merupakan Jemaat, bisa berupa Klasis, dan juga Sinode. Dalam penelitian
ini penulis ingin meneliti bagaimana proses terbentuknya gereja sebagai
sinode yang berarti gereja secara luas.
2.1.5 Konsep Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) awalnya hanyalah sebuah
perkumpulan umat kristen para transmigran yang berada di Sumatera bagian
selatan yang merupakan wilayah pelayanan dari Gereja Kristen Jawa (GKJ)
sejak tahun 1938. Pelayanan GKJ ke Lampung belangsung selama hampir 50
tahun dengan beberapa perkembangannya antara lain :
1. Sidang Klasis GKJ tanggal 10 Juni 1952 memutuskan dan memberlakukan
peraturan gereja dari Sinode GKJ. Daerah-daerah yang bergabung menjadi
klasis Sumatera Bagian Selatan tersebut adalah Tanjungsari, Srikaton,
Metro dan Batanghari.
2. Enam tahun kemudian dalam sidang Sinode VI pada tahun 1961 diusulkan
agar Klasis Sumatera Bagian Selatan membiak menjadi dua klasis yaitu :
Klasis Lampung (Metro, Batanghari, Sribahwono, Wonosari) dan Klasis
Palembang (Palembang, Belitang, Tugumulyo, Srikaton, Tanjungsari).
3. Sidang Sinode XII GKJ di Klaten, Agustus 1971, siputuskan
pengembangan klasis Lampung menjadi empat klasis, yaitu : Klasis
Metro, Klasis Bandar Jaya, Klasis Seputih Raman, dan Klasis Sribahwono.
Beberapa tahun kemudian Klasis Bandar Jaya menjadi dua klasis, Klasis
Bandar Jaya dan Klasis Tanjung Karang.
16
4. Juni 1974 sidang Sinode XIII GKJ memutuskan Palembang menjadi dua
Klasis, yaitu Klasis Belitang Buay Madang dan Klasis Palembang.
Gereja-gereja Kristen Jawa yang berada di wilayah Sumatera Bagian Selatan
(Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Jambi) yang dalam setruktur
organisasi disebut Sinode Wilayah I. Sinode menilai ada perkembangan cepat
di Sumatera Bagian Selatan, tahun 1981 Sinode Wilayah I diwacanakan untuk
mandiri menjadi Sinode sendiri yang terpisah sendiri dari GKJ.
Akhirnya pada sidang Sinode GKJ XVIII di Yogyakarta, Agustus 1987
memutuskan merestui Sinode Wilayah I GKJ menjadi Sinode Gereja Kristen
Sumatera Bagian Selatan (GKSBS).
Kemandirian Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)
merupakan keputusan Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ) XVIII di
Yogyakarta, pada tanggal 6 Agustus 1987 dan ditetapkan sebagai hari
lahirnya Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS).
(Yanto Yussar, 1990 : 8)
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) adalah gereja yang hanya
terdapat di empat Provinsi yang ada di Sumatera bagian Selatan yaitu :
Lampung, Palembang, Bengkulu dan Jambi.
2.2 Kerangka Pikir
Wilayah Sumatera bagian Selatan (Lampung) merupakan wilayah tujuan dari
program pemindahan penduduk dari pulau Jawa baik yang dilakukan
pemerintah Hindia Belanda yang dikenal dengan istilah kolonisasi, maupun
yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan istilah Transmigrasi.
Para transmigran sebagian besar berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur,
sebagian lainnya dari Bali dan Sunda. Diantara para transmigran yang datang
17
ke Sumatera Bagian Selatan banyak yang sudah memeluk agama Kristen.
Transmigran yang beragama Kristen inilah yang menjadi cikal bakal
terbentuknya Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS). Transmigran
Kristen yang berada di Sumatera bagian Selatan ini dulunya tergabung dalam
enam gereja. Gereja-gereja tersebut antara lain : GKJ di Jawa Tengah, GKJW
di Jawa Timur, GKJTU di Jawa Tengah bagia Utara, GITJ di Jawa Tengah
bagian Utara, GKP di Jawa Barat, dan GKPB di Bali.
Sejak tahun 1938 transmigran Kristen yang berada di Lampung dilayani oleh
pendeta-pendeta utusan dari GKJ. Namun pelayanan Gerejawi yang dilakukan
GKJ terhadap transmigran Kristen di Lampung tidaklah berjalan mulus dan
sempat terhenti pada saat Jepang menduduki Indonesia. Pelayanan GKJ ke
wilayah Lampung terjalin kembali sekitar tahun 1949 dan tahun demi tahun
pertumbuhan Gereja di Sumatera Bagian Selatan sangatlah luar biasa dan
Sinode GKJ menyebut Sumatera bagian Selatan sebagai Sinode Wilayah I
GKJ.
Sinode Wilayah I GKJ di Sumatera bagian Selatan mempunyai keinginan
untuk menjadi gereja yang mandiri. Tahun 1987 pada sidang Sinode GKJ ke
XVIII di Yogyakarta, memutuskan dan merestui Sinode Wilayah I GKJ
menjadi Sinode sendiri yang mandiri dengan nama Sinode Gereja Kristen
Sumatera Bagian Selatan ( Sinode GKSBS ). Keputusan ini dituangkan dalam
sebuah piagam tertanggal 6 Agustus 1987.
Perbedaan latarbelakang gerejawi tidak menjadi suatu halangan bagi para
transmigran Kristen di Sumatera Bagian Selatan untuk bergabung dalam satu
18
lingkup Gereja. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas
dan mengangkat Tinjauan Historis Terbentuknya Gereja Kristen Sumatera
Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung.
19
2.3 Paradigma
Keterangan :
Garis Proses
Garis Hasil
Transmigrasi ke Lampung Sebagai
Konteks Timbulnya Gereja
Latarbelakang
Gerejawi Para
Transmigran
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan
(GKSBS) di Lampung
Bergabungnya
transmigran kristen
dalam satu gereja
20
REFERENSI
Alwi, Hasan.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka Jakarta.
Hal 1198
Ali,Muhammad.1963. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Bharata Hal 5
Roeslan, Abdulgani. 1963. Penggunaan Ilmu Sejarah. Bandung. BP Prapanca.
Hal 174
Martono. 1985.Panca Matra Transmigrasi Terpadu; The Five Dimensions of
Integreted Transmigration. Jakarta : Departemen Transmigrasi RI.
Hal 1
Joan, Hardjono. 1982. Transmigrasi dari Kolonisasi Sampai Swakarsa. Jakarta :
PT Bina Aksara Hal 1
E,Hoogerwerf.1997. Transmigratie en Kerkvorming. Netherland : Boekencentrum
Hal 48 (terjemahan)
Ibit, Hal 51
Ibit, Hal 64
Ratna, Nyoman, Kutha. 2005. Sastra dan Culture Studies : Representasi Fiksi dan
Fakta. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal 5
Yanto, Yussar. 1988. Buku Putih (Pedoman Penjemaatan Kemandirian Gereja-
gereja di Lingkungan Sinode GKSBS). Jakarta : Majelis Pekerja PGI.
Hal 8
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode yang digunakan
Penelitian sejarah menggunakan metode historis, yaitu suatu metode
penelitian yang khusus digunakan dalam penelitian sejarah dengan melalui
tahapan tertentu. Sumber-sumber atau data-data yang digunakan dalam
penelitian ini tidak terlepas dari kejadian di masa lalu yang mempengaruhi
kehidupan di masa sekarang ataupun sebaliknya, untuk memahami kejadian
di masa sekarang yang masih terdapat hubunganya dengan kejadian masa
lalu.
Metode penelitian historis menurut Muhammad Nazir (1983:55)
“penyelidikan yang kristis terhadap keadaan-keadaan perkembangan serta
pengalaman di masa lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati
tentang bukti validitas dari sumber sejarah serta interpretasi dari sumber-
sumber keterangan tersebut”.
Penerapan metode historis ini menempuh tahapan-tahapan kerja, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Nugroho Notosusanto (1984:17) sebagai berikut:
1. Heuristik, yakni menghimpun jejak-jejak masa lampau.
2. Kritik, yakni menyelidiki apakah jejak itu sejati baik bentuk maupun
isinya.
22
3. Interpretasi, yakni menetapkan makna dan saling berhubungan dari fakta
yang diperoleh sejarah itu.
4. Historiografi, yakni menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk
sebuah kisah.
Sesuai dengan metode historis menurut pendapat Nugroho Notosusanto, maka
langkah proses yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Heuristik ; pada tahap ini peneliti mencari dan mengumpulkan sumber
yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas. Mengumpulkan
sumber yang diperlukan dalam penulisan ini merupakan pekerjaan pokok
yang dapat dikatakan gampang-gampang susah, sehingga diperlukan
kesabaran dari penulis. Menurut Notosusanto, heuristic berasal dari bahasa
Yunani Heuriskein artinya sama dengan tofind yang berarti tidak hanya
menemukan, tetapi mencari dahulu. Pada tahap ini, kegiatan diarahkan
pada penajakan, pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber yang akan
diteliti, baik yang terdapat dilokasi penelitian, temuan benda maupun
sumber lisan di perpustakaan dan arsip tentang proses tebentuknya Gereja
Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS).
2. Kritik; pada tahap ini, sumber yang telah dikumpulkan pada kegiatan
heuristik yang berupa buku-buku yang relevan dengan pembahasan yang
terkait, maupun hasil temuan dilapangan tentang bukti-bukti dilapangan
tentang pembahasan maka dilakukan penyaringan atau penyeleksian
dengan mengacu pada prosedur yang ada, yakni sumber yang faktual dan
orisinilnya terjamin.
23
Tahapan kritik ini tentu saja memiliki tujan tertentu dalam pelaksanaanya.
Salah satu tujuan yang dapat diperoleh dalam tahapan kritik ini adalah
otentitas (authenticity). Sebuah sumber sejarah (catatan harian, surat,
buku) adalah otentik atau asli jika itu benar-benar produk dari orang yang
dianggap sebagai pemiliknya (atau dari periode yang dipercayai sebagai
masanya jika tidak mungkin menandai pengarangnya) atau jika itu yang
dimaksudkan oleh pengarangnya. Kritik sebagai tahapan yang juga sangat
penting terbagi dua, yakni intern dan ekstern. Aspek eksternnya
bersangkutan dengan apakah sumber itu memang sumber, artinya sumber
sejati yang dibutuhkan. Aspek internnya bertalian dengan persoalan
apakah sumber itu dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Karena
itu, penulisan sumber-sumber sejarah mempunyai dua segi ekstern dan
intern.
Kritik ekstern atau kritik luar dilakukan untuk meneliti keaslian sumber,
apakah sumber tersebut valid, asli atau bukan tiruan. Sumber tersebut
utuh, dalam arti belum berubah, baik bentuk maupun isinya. Kritik ekstern
hanya dapat dilakukan pada sumber yang menjadi bahan rujukan penulis.
Di samping itu penulisan ini juga didasarkan pada latar belakang
pengarang dan waktu penulisan. Kritik intern atau kritik dalam, dilakukan
untuk menyelidiki sumber yang berkaitan dengan sumber masalh
penelitian. Tahapan ini menjadi ukuran sejauh mana objektifitas penulis
dalam mengelaborasi segenap data atau sumber yang telah diperolehnya,
dan tentunya mengedepankan prioritas.
24
Setelah menetapkan sebuah teks autentik, serta referensi pengarang, maka
penulis akan menetapkan apakah keaslian itu kredibel dan sejauh mana hal
tersebut mempengaruhi objek kajian. Pada tahap ini pula kita dapat
keabsahan suatu sumber yang kemudian akan dikomparasikan sumber satu
dengan sumber yang lainnya, tentunya dengan masalah yang sama.
3. Interpretasi; setelah melalui tahapan kritik sumber, kemudian dilakukan
interpretasi atau penafsiran terhadap fakta searah yang diperoleh dari arsip,
buku-buku yang relevan dengan pembahasan, maupun hasil penelitian
langsung dilapangan. Tahapan ini menuntut kehati-hatian dan integritas
penulis untuk menghindari interpretasi yang subjektif terhadap fakta yang
satu dengan fakta yang lainnya, agar ditentukan kesimpulan atau gambaran
sejarah yang ilmiah.
4. Historiografi; yaitu suatu kegiatan peneliti dalam bentuk laporan hasil
penelitian secara keseluruhan. Pada buku pengantar ilmu sejarah halaman
40 tertulis, historiografi adalah cara penulisan sejarah sebagai ilmu dan
diharapkan dalam setiap penulisannya tingkat keobyektifitasnya dapat
dipertahankan walaupun dalam hal ini tingkat kesubjektifan seorang
peneliti juga sangan mendominasi karena itu merupakan hasil pemikiran
sendiri. (Nugroho Notosusanto, 1984:11)
3.2 Variabel Penelitian
Menurut Suharsini Arikunto, Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau
apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian (Suahrsini Arikunto,
2002:91). Menurut Sumardi Suryabrata yang dimaksud dengan Variabel
adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian atau
25
faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.
(Suryabrata, 2000:72).
Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa variabel merupakan satu
langkah yang dipergunakan dalam penulisan sejarah terkait dengan penelitian
ini penulis hanya menggunakan variabel tunggal yaitu : Gereja Kristen
Sumatera Bagian Selatan (GKSBS).
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan tiga teknik
pengumpulan data berupa studi kepustakaan, dokumentasi dan wawancara.
Menurut Koentjaraningrat teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data
dan informasi dengan bantuan berbagai material yang terdapat di perpustakaan
(Koeantjaraningrat, 1983:81). Menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud
dengan teknik dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal atau
varieabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar dan lainnya
(Suharsimi Arikunto, 1986:188). Sedangkan menurut Ali, yang dimaksud
dengan wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidaklangsung dengan
nara sumber data (Muhammad Ali, 1985:83).
Menurut Jhon Dewey dalam pengumpulan data tentu memerlukan suatu
pembuktian maka yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan bahan-
bahan, informasi-informasi, dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah
yang dihadapinya. Semua bahan, informasi atau hasil-hasil penelitian itu
kemudian diolah dalam proses berfikir logika dan rasional dengan memilah-
26
milah atau menghubung-hubungkan untuk mencari persamaan atau
perbedaannya agar sampai pada kesimpulan yang mendukung atau menolak
kesimpulan yang telah dirumuskan (Hadari Nawawi, 1991:21).
Penelitian menggunakan teknik tersebut dalam mencari-cari sumber-sumber
data sesuai dengan permasalahan yang diangkat yaitu proses terbentuknya
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung yang
dilakukan di Perpustakaan Sinode GKSBS Kota Metro yang merupakan Pusat
GKSBS Lampung, dengan membuat ringkasan isi, mengklarifikasikan
sumber-sumber, menyusun dan mengintrepretasikan sumber-sumber tersebut.
3.3.1 Teknik Kepustakaan
Pengertian teknik kepustakaan dapat diartikan yaitu suatu cara pengumpulan
data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat
di ruang kepustakaan misalnya majalah-majalah, catatan-catatan, koran,
dokumen, kisah sejarah dan sebagainya yang relevan dengan penelitian
(Koentjaraningrat, 1983:420). Menurut Hadari Nawawi, studi kepustakaan
dilaksanakan dengan cara mendpat sumber-sumber data yang diperoleh dari
perpustakaan yaitu denga memperlajari buku-buku literatur yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti (Hadari Nawawi, 1993:133).
Peneliti menggunakan teknik tersebut dalam melakukan penelitian secara
teoritis, menggunakan konsep dengan cara membaca, mengutip, dan mencatat
dari berbagai sumber buku dan literatur yang berkaitan dengan permasalahan
yang akan diteliti.
27
3.3.2 Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi menurut Pendapat Hadari Nawawi yaitu merupakan cara
mengumpulkan data peninggalan-peninggalan tertulis yang berupa arsip-arsip
dan juga buku-buku pendapat, teori, dalil, atau hukum lain yang berhubungan
dengan masalah penelitian (Hadari Nawawi, 1993:133). Menurut Ridwan,
dokumentasi adalah ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan-
laporan kegiatan, foto-foto, dan data relevan dengan penelitian (Ridwan,
2005:105).
3.3.3 Teknik Wawancara
Teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan sesi
tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau
pendapatnya tentang suatu hal atau masalah.
Menurut Koentjaraningrat (1997:162) “ Wawancara adalah salah satu
teknik pengumpulan data, merupakan suatu cara yang digunakan
seseorang untuk tujan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden dengan
cara bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu”.
Teknik wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data tentang
kehidupan manusia dalam suatu masyarakat yang berkaitan dengan
penelitian. Bentuk wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam terhadap informan yang dipilih.
28
3.4 Validitas Data
Kualitatif sebagai suatu metode penelitian memiliki standarisasi tersendiri
dalam menentukan tingkat keabsahan sebuah data yang ditemukan di
lapangan. Menurut Moleong (2011) yang dimaksud dengan keabsahan data
dalam penelitian kualitatif adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi :
1) Mendemonstrasikan nilai yang benar,
2) Menyediakan dasar agar hal tersebut dapat diterapkan, dan
3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi
dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.
Menurut Lincoln & Guba (1985) dalam Moleong (2011:321) istilah
kredibilitas (credibility), transferabilitas (tranferability), auditabilitas
(auditability), dan konformabilitas (conformability) lebih baik digunakan pada
penelitian kualitatif. Dalam standar kredibilitas agar hasil penelitian kualitatif
memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan fakta yang
sebenarnya di lapangan dapat dilakukan melalui berbagai metode. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang laian. Diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Denzim (1978) membedakan
empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. (Moleong, 2011:330)
1) Triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
29
yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton 1987:331) yang dapat
dicapai dengan jalan (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara ; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang
didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi ;
(3)membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen.
2) Triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329) terdapat dua
strategi yaitu : (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3) Triangulasi dengan teori, bahwa fakta dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori, menurut Patton (1987:327)
hal ini disebut dengan penjelasan banding atau rival explanation
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik triangulasi
adalah suatu cara yang dilakukan untuk memeriksa keabsahan data penelitian
kualitatif dengan cara membandingkan berbagai suatu data dengan data-data
yang lain yang relevan hingga dicapai suatu derajat kepercayaan suatu
informasi yang akurat.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data sangat penting dalam suatu penelitian karena data yang
diperoleh dilapangan akan mempunyai arti apabila data telah di analisis.
Untuk menganalisis data tersebut maka diperlukan kecermatan dalam
memilih teknik analisa, serta disesuaikan oleh data yang diperoleh.
30
Setelah menemukan sumber-sumber data yang dipergunakan dalam penelitian
kemudian berlanjut ke langkah selanjutnya yaitu penganalisisan data. Teknik
yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah adalah teknik
kualitatif.”Analisis data kualitatif merupakan bentuk penelitian yang bersifat
atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan yang
sewajarnya dan sebagaimana adanya”.(Nawawi, 1993: 174).
“Pengumpulan data kualitatif lebih memudahkan peneliti untuk mengikuti
dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam
lingkup pikiran orang-orang setempat serta memperoleh penjelasan yang
banyak dan bermanfaat”. (Miles dan Huberman, 1992:77).
Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis data merupakan hasil dari pemikiran
atau opini penulis terhadap segala sumber yang telah di dapat dan kemudian
akan mempermudah peneliti untuk menyelesaikan masalah yang sedang
diteliti. Pada dasarnya proses analisis data dilakukan secara bersamaan
dengan penggumpulan data. “Analisis data dilakukan dengan melalui
beberapa tahap. Dibawah ini merupakan tahap tahap dalam proses analisis
data kualitatif menurut Miles dan Huberman”. (1992:28) meliputi:
a. Reduksi Data
Yaitu sebuah proses pemulihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan di lapangan.
Reduksi data juga merupakan bentuk analisis data yang tajam,
menggolongkan, mengarahkan, serta membuang yang tidak perlu dan
mengorganisir data sampai akhirnya bisa menarik sebuah kesimpulan. Jadi,
31
dalam penelitian ini reduksi data merupakan proses yang dilakukan penulis
untuk mengumpulkan data-data mengenai Terbentuknya Gereja Kristen
Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung.
Penulis melakukan pemilihan data sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
penelitian tersebut. Kemudian membuang data-data yang tidak diperlukan,
sehingga data-data mengenai Terbentuknya Gereja Kristen Sumatera Bagian
Selatan (GKSBS) di Lampung dapat diverifikasi.
b. Display (Penyajian Data)
Yaitu data yang dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun, memberi
kemungkinan ada penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan
penyajian data tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang
harus dilakukan sehingga menganalisis atau mengambil tindakan nantinya
akan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut.
Dalam penelitian ini setelah data-data mengenai Terbentuknya Gereja Kristen
Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung tersusun kemudian dapat
memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Selanjutnya data tersebut disajikan oleh penulis dalam bentuk
tulisan yang dapat dijawab dari sebuah penelitian, sehingga mudah untuk
dapat dipahami.
c. Mengambil Kesimpulan Verifikasi Data
Peneliti berusaha mencari arti pola, konfigurasi yang mungkin penjelasan alur
sebab akibat dan sebagainya. Kesimpulan harus senantiasa diuji selama
32
penelitian berlangsung dalam hal ini dilakukan dengan cara penambahan data
baru (Lexi.J.Moleong, 1991:128).
Yaitu menarik sebuah kesimpulan secara utuh setelah semua makna-makna
yang muncul dari data yang sudah diuji kebenarannya, kekokohannya,
kecocokannya sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang jelas kegunaan
dan kebenarannya
Kegiatan terakhir ini berupa penyimpulan dan verifikasi data baik dari segi
makna dan kebenarannya mengenai Terbentuknya Gereja Kristen Sumatera
Bagian Selatan (GKSBS) di Lampung.
33
REFERENSI
Muhammad, Nazir. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hal 55
Notosusanto,Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Inti Idau
Press. Hal 17
Ibid, Hal 11
Suharsimi, Arikunto.2002. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Bina Aksara. Hal 91
Suryabrata, Sumardi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. Hal 72
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta : Gramedia.
Hal 81
Suharsimi, Arikunto. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta : Bina Aksara. Hal 188
Muhammad Ali. 1985. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta :
Bina Aksara. Hal 83
Hadari Nawawi. 1991. Penelitian Harapan Gajah Mada University. Yogyakarta.
Hal 21
Koentjaraningrat. Op. Cit. Hal 420
Hadari Nawawi. Op.Cit Hal 133
Ridwan. 2005. Belajar dan Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan
Penelitian. Bandung : Alfabet. Hal 105
Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode penelitian Masyarakat. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama. Hal162
Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Gramedia. Hal 77
Ibid, Hal 28
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa proses terbentuknya Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan
(GKSBS) adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terlihat ada peran dari
Sinode GKJ di Jawa Tengah dalam terbentuknya gereja ini, namun
sebenarnya peran dari Sinode GKJ sebagai gereja pengutus hanyalah
sebatas mengutus pendeta dan membatu pelayanan dari segi dana.
Namun dari segi pendewasaan, keinginan akan kemandirian
merupakan kerja keras dari para warga jemaat Sumatera Bagian
Selatan sendiri. Karena yang tahu dan mengerti akan keadaan
perkembangan di Sumatera bagian Selatan adalah mereka sendiri
bukan Sinode GKJ. meskipun demikian dalam Sejarahnya Sinode GKJ
tetap menjadi bagian penting dalam proses terbentuknya Gereja
Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS).
2. Berdasarkan warga jemaatnya yang memiliki latarbelakang gereja
yang berbeda-beda, Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)
menyambut panggilannya dalam pelayanan sebagai gereja daerah.
79
Dilihat dari namanya saja sudah menggambarkan bahwa gereja ini
berusaha menyambut dan menerima siapa saja yang ingin menjadi
bagian di dalamnya.
Dengan demikian Terbentuknya Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan
(GKSBS) merupakan peristiwa okumenis yang penting. Kenapa peristiwa
okumines, karena peristiwa ini melibatkan banyak orang kristen yang
berasal dari berbagai gereja.
5.2. SARAN
Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul
Terbentuknya Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS),
beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya::
1. Untuk seluruh generasi penerus yaitu para pemuda, khususnya
pemuda Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) untuk
terus menjaga agar GKSBS tetaplah menjadi gereja daerah.
2. Untuk masyarakat umum agar menjaga hubungan baik antar umat
beragama supaya tidak terjadi kesalahpahaman antara umat beragama
yang selama ini sudah terjadi, supaya tidak terjadi kembali.
3. Untuk seluruh masyarakat dari seluruh golongan agar dapat
mepelajari dan memahami sejarah nasional maupun sejarah lokal dan
mampu melaksanakan nilai-nilai dalam Pancasila sebagai dasar
Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1963. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta; Bharata
_____________. 1985. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta;Bina Aksara.
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.Jakarta; Bina Aksara
________________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktis.Jakarta; Bina Aksara.
Hardjono, Joan. 1982. Transmigrasi Dari Kolonisasi Sampai Swakarsa. Jakarta;PT Gramedia Jakarta.
Hoogerwerf .E.1997. Transmigratie en kerkvorming. Netherland: Boekencentrum.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Sosial. Jakarta; Gramedia.
_____________. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta; Gramedia.
Martono. 1985. Panca Matra Transmigrasi Terpadu; The Five Dimensions ofIntegreted Transmigration. Jakarta: Departemen Transmigrasi RI.
Nasir,Muhammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nawawi,Hadari. 1993. Penelitian Harapan Gajah Mada University. Yogyakarta.
Notosusanto,Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Inti IdauPress.
Ratna, N. Kutha. 2005. Sastra dan Culture Studies : Representasi Fiksi danFakta. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Ridwan. 2005. Belajar dan Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan danPenelitian. Bandung; Alfabet.
Roeslan,Abdulgani. 1963.Penggunaan Ilmu Sejarah. Bandung. BP Prapanca.
Sumadi,Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : P.T. Raja GrafindoPersada.
Yanto,Yussar. 1988. Buku Putih (Pedoman Penjemaatan Kemandirian Gereja-gereja di Lingkungan Sinode GKSBS). Jakarta: Majelis Pekerja PGI.
Sumber lain :
https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja (diakses tanggal 28 April 2016, pukul19:14 WIB)
Rsmardiwaluyo.co.id/ (diakses pada 20 September 2017, pukul 19.48 WIB)