120
i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam Oleh: MUKHAMMAD SUKRON NIM 214 11 007 JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

i

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

BAGI HASIL MUKHABARAH DI DESA TLOGOREJO

KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

Oleh:

MUKHAMMAD SUKRON

NIM 214 11 007

JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

ii

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan

koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa :

Nama : Mukhammad Sukron

NIM : 214 11 007

Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

MUKHABARAH DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

GRABAG KABUPATEN MAGELANG

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam

sidang munaqosyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, Februari 2016

Pembimbing,

Dra.Siti Zumrotun, M.Ag.

NIP. 1967 0115 199803 2002

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

iii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

Jalan Nakula Sadewa V No. 9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433

Salatiga 50722

Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail :[email protected]

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul :

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MUKHABARAH DI

DESA TLOGOREJO KECAMATAN GRABAG KABUPATEN

MAGELANG

Oleh :

Mukhammad Sukron

NIM: 214 11 007

Telah dipertahankan di depan sidang munaqosyah skripsi Fakultas Syari‟ah,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada……., tanggal………, dan

telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana

syari‟ah (S.Sy).

Dewan Sidang Munaqosyah

Ketua Sidang : 1.

Sekretaris Sidang : 2.

Penguji I : 3.

Penguji II : 4.

Salatiga, Februari 2016

Dekan Fakultas Syari‟ah

NIP. 19670115 199803 2002

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Mukhammad Sukron

NIM : 214 11 007

Jurusan : S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah

Fakultas : Syari‟ah

Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

MUKHABARAH DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

GRABAG KABUPATEN MAGELANG

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan

(Plagiat) dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah (Buku

Pedoman IAIN Salatiga).

Salatiga, Febuari 2016

Yang Menyatakan,

Mukhammad Sukron

NIM: 214 11 007

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

v

Moto Penulis

Dan Barangsiapa yang bersunguh-sungguh, Maka Sesungguhnya kesungguhan itu

adalah untuk dirinya sendiri. (QS. Al-Ankabut: 6)

Sesuatu Yang Belum Dikerjakan, Seringkali Tampak Mustahil, Kita Baru Yakin

Kalau Kita Telah Berhasil Melakukannya Dengan Baik (Andrew Jackson)

--------------------o------------------

Apabila Kamu Berbuat Kebaikan Kepada Orang Lain, Maka Kamu Telah Berbuat

Baik Terhadap Dirimu Sendiri

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa

skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tuaku Bapak Muhlasin (alm) dan Ibu Nuriyah tercinta,

yang telah memberikan dukungan, doa, kasih sayang serta

penyemangat hidupku.

2. Semua keluargaku yang selalu memberikan semangat dan motivator

dalam menjalanni proses belajar ini.

3. Kepada seseorang yang telah memberikan berbagai warna kehidupan

dan mensupport dalam hal apapun serta memberikan waktunya untuk

menemani proses ini.

4. Kapada bapak dan Ibu Guru mulai dari SD hingga ke perguruan tinggi,

yang selalu memberikan ilmu-ilmunya.

5. Almamater tercinta Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga yang penulis

banggakan.

Kepada teman-teman seperjuangan Youth Association of Bidik Misi

Limardhotillah (Ya Bissmillah) yang tak terlupakan

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan hanya untuk Allah SWT.

Rasa syukur yang tiada kira penulis haturkan kepada-Nya yang telah memberikan

semua yang kami butuhkan dalam hidup ini. Terima kasih untuk semua limpahan

berkah, rezeki rahmat, hidayat, kesehatan serta kesempatan yang Engkau berikan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul: TINJAUAN

HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN GRABAG KABUPATEN

MAGELANG.

Sholawat dan salam-Nya Allah semoga tercurahkan kepada junjungan

Nabi agung yaitu Nabi Muhammad SAW. Nabi Kekasih, Spirit Perubahan,

beserta segenap keluarga dan para sahabat-sahabatnya, syafa‟at beliau sangat

peneliti harapkan di dunia ini hingga di hari pembalasan nanti.

Laporan ini disusun dan diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh gelar

sarjana Ilmu Syariah (S.Sy). penulis mengakui bahwa dalam penyusunan Laporan

Penelitian ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, serta

ungkapan terima kasih yang banyak. Maka perlu kiranya penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah di IAIN

Salatiga, dan selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran,

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

viii

pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat

selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari‟ah

Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan

ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan lancar dan baik.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah

di IAIN Salatiga.

5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi

sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas

Syari‟ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu memberikan

ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan

apapun.

7. Masyarakat Desa Tlogorejo khususnya Bapak Slamet, Bapak Damhuri,

Bapak Nardi, Bapak Supari, Bapak Jamroni, Ibu Nuriyah, Ibu Sofiatun,

Ibu Komariyah dan semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,

yang telah mendukung penelitian sehingga dapat terlaksana dengan

lancar.

8. Bapak kepala desa serta perangkat-perangkatnya yang telah memberikan

informasi tentang Desa Tlogorejo, sehingga laporan penelitian dapat

diselesaikan.

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

ix

9. Sahabat-sahabtku yang tidak henti-hentinya memberi motifasi dan

bantuannya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.

10. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2011 di

IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh

pendidikan di IAIN Salatiga

11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan ini.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis jazakumullah khoiro

jaza‟, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan

cinta-Nya. Amiin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari kata sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun

analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan

demi kenyamanan dibaca dan dipahami.

Akhirnya, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri, bagi Fakultas Syariah dan umumnya bagi pembaca.

وا و الص وا “Dan Allah lebih mnegetahui yang sebenar-benarnya”

Salatiga, 20 Februari 2016

Penulis.

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

x

ABSTRAK

Sukron, Mukhammad. 2016. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Bagi

Hasil Mukhabarah di Desa Tlogorejo Kecamatan Grabag Kabupaten

Magelang. Penelitia. Fakultas Syariah. Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

Kata Kunci : Tinjauan, Hukum Islam, Praktek, Bagi Hasil Mukhabarah

Kerjasama bagi hasil dalam pertanian merupakan tindakan untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi yang salah satunya dilakukan oleh masyarakat

Desa Tlogorejo. Dalam muammalah kerjasama bagi hasil pertanian disebut

muzara‟ah yaitu pemilik tanah memberikan modal kepada petani untuk digarap

dan mukhabarah yaitu pemilik tanah hanya menyerahkan tanahnya dan modal

pertanian dari petani.

Dalam penelitian ini penulis mempunyai pertanyaan, yaitu: (1)

Bagaimanakah praktek mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat Desa

Tlogoreo. (2) bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek mukhabarah

tersebut. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui

bagaimana praktek mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tlogorejo,

(2) untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktek mukhabarah di

Desa Tlogorejo tersebut, (3) untuk memberikan informasi yang benar tentang

praktek mukhabarah.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lapangan (field research)

yaitu penelitian secara langsung dan berinteraksi terhadap obyek penelitian.

Dalam menganalisis penulis menggunakan deskriptif kualitatif yakni metode

penelitian yang menjelaskan kenyataan yang diperoleh dari lapangan.objek

penelitiannya adalah Desa Tlogorejo, Kecamatan Grabag, Kabuoaten Magelang.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi selain itu

digunakan juga data dan dokumen untuk melengkapi hasil penelitian ini. Hasil

penelitian yang diperoleh adalah (1) akad yang dilakukan adalah secara lisan,

dalam akad tersebut kesepakatan dibuat bahwa pemilik tanah hanya menyerahkan

tanahnya dan biaya penggarapan dari petani. (2) bagi hasil yang dilakukan adalah

dengan sistem maro atau dibagi rata antara pemilik sawah dan petani yaitu 50% :

50% tanpa dikurangi biaya penggarapan. (3) alasan pemilik sawah melakukan

mukhabarah ini adalah karena tenaga yang sudah tidak mampu mengolah,

waktunya tidak ada, dan untuk tolong menolong. Sedangkan alasan petani adalah

karena tidak mempunyai lahan, kurangnya ekonomi, serta tolong menolong.

Mereka dalam melakukan praktek mukhabarah tersebut atas dasar saling rela atau

ridho dan tolon menolong. Praktek bagi hasil mukhabarah yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Tlogorejo Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang ditinjau

secara hukum Islam adalah sudah sesuai. Akan tetapi apabila dilihat dari undang-

undang nomor 2 tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil, maka praktek tersebut

belum tepat.

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………...………...

NOTA PEMBIMBING…………………………………..........................

PENGESAHAN………………………………..………………………....

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………….

MOTO…………………………………………………………………….

PERSEMBAHAN………………………………………………………...

KATA PENGANTAR……………………………………………………

ABSTRAK……………………………………………………………......

DAFTAR ISI………………………………………………………….......

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

x

xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………..............

B. Rumusan Masalah…….……………………………………..

C. Tujuan Penelitian……………………………………………

D. Kegunaan Penelitian………………………………………...

E. Telaah Pustaka……………………………………………....

F. Penegasan Istilah…………………………………………….

G. Metodologi Penelitian…………………………………….....

H. Sistematika Penulisan……………………………………….

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MUKHABARAH

A. Pengertian dan Dasar Hukum Mukhabarah………………....

1. Pengertian Mukhabarah………....……………………….

2. Dasar Hukum Mukhabarah……………….......………….

B. Pendapat Ulama Tentang Praktek Mukhabarah.....…………

1. Mukhabarah yang diperbolehkan………………......…….

2. Mukhabarah yang dilarang……………………………….

C. Rukun dan Syarat Mukhabarah…………..........……………

1

1

12

12

13

14

17

19

23

25

25

25

28

30

34

34

36

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

xii

1. Rukun Mukhabarah............................................................

2. Syarat Mukhabarah............................................................

3. Tinjauan Tentang akad.......................................................

4. Zakat dalam Mukhabarah...................................................

5. Tinjauan Tentang Bagi Hasil Dalam Mukhabarah.............

D. Akibat Hukum Dari Praktek Mukhabarah..............................

E. Berakhirnya Akad Mukhabarah..............................................

F. Hikmah Mukhabarah..............................................................

36

37

39

45

48

52

54

55

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK BAGI HASIL

MUKHABARAH DI DESA TLOGOREJO

KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG

A. Gambaran Umum Desa Tlogorejo Kecamatan Grabag

Kabupaten Magelang…………………................................

1.Tata Letak geografis Desa Tlogorejo……………………

2.Keadaan Demografi Desa Tlogorejo…………………….

3.Keadaan Tanah Desa Tlogorejo........................................

4.Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat................................

B. Pelaksanaan Praktek Bagi Hasil Mukhabarah di Desa

Tlogorejo…......

1. Awal Mula Terjadinya Akad Mukhabarah....................

2. Subjek dan Objek Mukhabarah......................................

3. Jangka Waktu Perjanjian................................................

4. Pelaksanaan Bagi Hasil..................................................

5. Zakat Hasil Panenan.......................................................

57

57

57

58

59

60

60

61

68

69

70

73

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

BAGI HASIL MUKHABARAH DI DESA TLOGOREJO

KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG

A. Analisis Praktek Bagi Hasil Mukhabarah di Desa

75

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

xiii

Tlogorejo Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang

Ditinjau Secara Hukum Islam...........................................

1. Akad...........................................................................

2. Modal..........................................................................

3. Jangka Waktu Perjanjian.............................................

4. Bagi Hasil Pertanian....................................................

5. Zakat Mukhabarah......................................................

B. Hikmah Adanyan Praktek Mukhbarah............………….

75

76

79

80

82

84

86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………..

B. Saran……………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN

88

88

89

91

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk.....................................................................

Tabel 3.2 Tingkat Pendidikan...................................................................

58

59

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang komprehensif (Rahmatal lil‟alamin) yang

mengatur semua aspek kehidupan manusia yang telah disampaikan oleh

Rosulallah Muhammad SAW. Yang salah satunya adalah mengatur

kehidupan bersosial atau bermasyarakat yaitu yang saling melibatkan dan

membutuhkan bantuan kepada satu sama lain. Islam juga tidak

mengabaikan setiap perkara yang ada dalam kehidupan manusia yaitu

perkara yang dihalalkan dan perkara yang diharamkan.

Hukum-hukum amal (ahkam amaliyah) yang berkaitan dengan

seluruh tindakan atau perbuatan orang yang mampu melakukan hukum

(mukallaf) baik ucapan, perbuatan, perjanjian dan urusan lainya tidak akan

lepas dari pertanggungjawaban kepada sesama manusia dan terutama

kepada Allah SWT (Nawawi, 2012: 4-5). Oleh karena itu hukum-hukum

islam telah mempunyai beberapa sumber yang menjadi landasan atau

rujukan dalam setiap perkara, yaitu al-Qur‟an, Sunnah Nabi SAW, Ijmak

(konsensus), qiyas (analogi), Istihsan (kebijaksanaan hukum),

Kemaslahatan, „uruf (adat kebiasaan), Sadduz-zari‟ah tindakan prevebtif),

istishab (kelangsungan hukum), Fatwa Sahabat Nabi SAW Syar‟u man

qoblana (hukum agama samawi terdahulu). (Anwar, 2010: 15). Sehingga

telah jelaslah bahwa setiap apa yang dilakukan manusia telah ada

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

2

ketentuanya agar manusia tidak salah dan sesuai dengan syariat Islam yang

tujuanya untuk menyejahterakan kehidupan manuisa dalam beribadah,

baik itu Ibadah Mahdhoh yaitu suatu perbuatan yang langsung dengan

Allah atau disebut dengan habluminallah (Vertikal), maupun ibadah

Ghoirumahdhoh yaitu ibadah yang tertuju kepada manusia atau disebut

dengan habluminannas (Horisontal).

Hukum amaliyah yang dimaksud disni adalah peraturan dalam

bermuammalah. Sedangkan pengertian muammalah secara bahasa adalah

bentuk masdar dari kata „amala yang artinya saling bertindak, saling

berbuat, dan saling beramal. Sedangkan secara istilah muammalah

merupakan sistim kehidupan, sistim kehidupan itu sendiri tidak terlepas

dari dunia ekonomi, bisnis dan masalah sosial. Kegiatan ekonomi yang

dilakukan bukan hanya berbasis pada nilai material saja, melainkan

terdapat sandaran transendental atau bersifat kerohanian di dalamnya,

sehingga bernilai ibadah. Oleh karena itu muammalah mempunyai

beberapa kaidah yaitu : Hukum asal muammalah adalah diperbolehkan,

konsep fikih muammalah untuk mewujudkan kemaslahatan, menetapkan

harga yang kompetitif, meninggalkan intervensi yang terlarang,

menghindari eksploitasi, memberikan kelenturan dan toleransi. (Nawawi,

2012: 10).

Muammalah adalah hubungan antara manusia dengan manusia lain

yang berkaitan denga benda atau mal. Hakikat dari hubungan tersebut

adalah berkaitan dengan hak dan kewajibanantara manusia yang satu

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

3

dengan manusia yang lain. Muammalah yang juga dapat diakatan ilmu

ekonomi syariah adalah ilmu yang mempelajari aktivitas atau perilaku

manusia secara aktual dan empirical, baik dalam produksi, distribusi

maupun konsumsi berdasarkan syariat islam yang bersumber al-Qur‟an

dan as-Sunnah sera Ijma‟ para Ulama‟ dengan tujuan untuk mecapai

kebahagiaan dunia dan akhirat. (Nurul Hak, 2011: 6). Muammalah

berbeda dengan ibadah, dalam ibadah semua perbuatan dilarang kecuali

yang diperintahkan. Oleh karena itu semua perbuatan yang dikerjakan

harus sesuai dengan tuntutan yang diajarkan Rasulullah. Dalam kaidah

Ibadah yang berlaku adalah:

.و وا اوا والتص ع

“Pada dasarnya dalam ibadah harus menunggu (perintah)dan

mengikuti”.

Sebaliknya, dalam muammalah semuanya boleh kecuali yang dilarang.

Semua bentuk akad dan berbagai cara transaksi yang dibuat oleh manusia

hukumnya sah dan dibolehkan, asal tidak bertentangan dengan ketentuan-

ketentuan umum yang ada dalam syara‟. Hal tersebut sesuai dengan

kaidah:

و ي وا ق ا وام مالا والحصة حتص يتق م اا الن والصح ي

Pada dasarnya semua akad dan muammalah hukumnya sah

sehingga ada dalil yang membatalkan dan mengharamkannya.

(Muslich, 2010: 3-4).

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

4

Dalam kaidah fiqih yang lain juga disebutkan ;

و ي وام م ة و حة إالص ون يدل اا ح يمه

“Hukum asal dalam semua bentuk muammalah adalah boleh

dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.

Maksud kaidah ini adalah bahwa dalam setiap muammalah dan

tranksaksi, pada dasarnya boleh, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai,

kerjasama (Mudharabah atau Musyarakah), perwakilan dan lain-lain,

kecuali yang tegas-tegas diharamkan seperti mengakibatkan

kemadharatan, tipuan, judi dan riba. (Djazuli, 2006: 130)

Bagi hasil adalah suatu jenis kerjasama antara pekerja dan pemilik

tanah. Terkadang si pekerja memiliki kemahiran di dalam mengolah tanah

sedangkan dia tidak memiliki tanah. Dan terkadang ada pemilimtanah

yang tidak mempunyai kemampuan bercocok tanam. Maka islam

mensyariatkan kerjasama seperti ini sebagai upaya/bukti pertalian dua

belah pihak. (Sabiq, 1987:159).

Sehingga setiap manusia dalam melakukan kegiatan apapun dalam

masyarakat tidak akan lepas dari tanggung jawab atas perbuatan tersebut,

baik tanggung jawab sesama manusia maupun tanggung jawab terhadap

Allah SWT. Hal ini tidak lepas dari tugas manusia sendiri, yang mana

telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk bersebaran di muka bumi guna

memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri.selain itu manusia juga

diperintahkan untuk tolong menolong sesama manusia dalam hal kebaikan.

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

5

Manusia adalah makhluk sosial yang telah dikodratkan hidup

dalam masyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia saling memerlukan

dan membutuhkan satu sama lain. Dalam kehidupan bermasyarakat,

manusia secara tidak langsung selalu berhubungan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut,

manusia tidak lepas dari pergaulan hidup itu sendiri. (Basyir, 2000: 11).

Secara adi kodrati (sunatullah), manusia diciptakan untuk bermasyarakat,

hidup berkelompok dan interdependensi antara satu dengan yang lainya.

Tidak ada satu manusiapun yang dapat hidup menyendiri dan bertahan

hidup lama, apalagi sampai menciptakan sebuah peradaban. (Farkhani,

2011: 1). Dalam Islam telah diterangkan bahwa manusia diciptakan di

dunia salah satunya adalah untuk saling tolong menolong dan kerjasama

dalam kebaikan terhadap sesama makhluk. Allah berfirman dalam surat at-

Maidah ayat 2 :

أيهب ئر ٱل يي ي ءامنىا ل تحلىا شع ر ول ٱل حراا ٱللهه ٱه

ول ه ه ئ ول ٱه يي ٱه ل حراا ٱه يه ول ءام تغىن ٱه ي ه

ت ه با و ا لله ى ال ي ل ه ه و ه ه ال ما ل و ٱه باوا

وك ه عي ا أن ٱ رمنلك ه شن بن قىه ج يجه ه حراا ٱه أن ٱه

وتعبو ىا عل ت وا ىي و ٱه ر تعه ه ول تعبو ىا عل ٱتل ه ٱه

نا و و ع ه تل ىا و ٱه نل ٱل ع بة ش ي ٱل ٱه

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar

syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-

bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,

dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu

orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka

mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu

telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan

janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

6

karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,

mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-

menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

Dalam kehidupan bermasyarakat banyak hal yang terjadi untuk

saling tolong menolong dan saling menguntungkan satu sama lain, salah

satunya adalah bermuammalah yang berupa kerjasama dalam pertanian,

perkebunan, pengairan, pemberdayaan tanah dan masih banyak lagi

kegiatan bermuammalah. dalam hal ini yang akan difokuskan oleh peneliti

adalah sistem perekonomian atau bermuammalah melalui sistem pertanian.

Bagi hasil dalam pertanian merupakan bentuk pemanfaatan tanah dimana

pembagian hasil terdapat dua unsur produksi, yaitu modal dan kerja atau

tenaga dilaksanakan menurut perbandingan tertentu dari hasil tanah.

Di dalam al-Qur‟anpun telah diterangkan dalam surat Yasin ayat

33 yang di dalamnya diterangkan bahwa Allah menghidupkan tanah yang

mati dan menjadikanya subur agar manusia dapat makan dari apa yang

dihasilkan bumi tersebut, yaitu:

ه ٱله وءاي ة ت ٱه يه ه ٱه ب نه هب ال نب منه رجه هب وأخه ن ييه أ ه

كلىن يأه

Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka

adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami

keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka dari padanya mereka

makan. (Suwiknyo, 2010: 203).

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

7

Imam Qurthubi mengatakan: pertanian termasukf ardhu kifayah.

Karena itu wajib bagi imam memaksakan manusia ke arah itu dan apa saja

yang termasuk pengertiany; dalam bentuk menanam pohon. ( Sabiq, 1987:

158). Kerjasama dalam hal pertanianpun ada beberapa macam kerjasama,

salah satunya adalah penggarapan sawah orang lain dan hasilnya dibagi

dua antara pemilik tanah dan penggarap sawah. Dalam bahasa arab

pertanian disebut dengan muzara‟ah dan mukhabarah. Taqiyyuddin

menyatakan bahwa muzara‟ah dan mukhabarah merupakan satu

pengertian. Tetapi pada saat yang bersamaan keduanya mempunyai dua

arti, yang pertama berarti tharh az-zurrah (melemparkan tanaman), yang

kedua adalah al-hadr (modal). Meskipun demikian masih banyak ulama‟

yang mengartikan keduanya memiliki makna yang berbeda. Sedangkan

secara istilah muzara‟ah dan mukhabarah menurut Syeikh Ibrahim Al-

Banjuri yaitu mukhabarah adalah pemilik tanah hanya menyerahkan

tanahnya kepada pekerja dan modal dari pengelola. Sedangkan muzara‟ah

yaitu pekerja hanya mengelola tanah dan modal dari pemilik tanah.

(Nawawi, 2012: 161). Muzara‟ah (mengerjakan tanah orang lain dengan

memperoleh sebagian hasil tanag tersebut), sedangkan bibit (biji) yang

ditanam dari pemilik tanah, maka hal itu tidak diperbolehkan, karena tidak

syahmenyewakan tanah dengan hasil yang diperoleh daripadenya.

Demikian yang mu‟tamad dalam madzhab Syafi‟i sebelum ulama‟

Syafi‟iyah membolehkan sama dengan Musaqoh (orang upahan). ( Hsbi,

1997: 125).

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

8

Dari definisi di atas ada persamaan dan perbedaan antara

muzara‟ah dan mukhabarah, persamaanya yaitu pemilik tanah

menyerahkan tanahnya kepada orang lain untuk dikelola, sedangkan

perbedaanya adalah berkaitan pada modal, apabila modal dari pengelola

atau penggarap tanah maka disebut mukhabarah, apabila modal dari

pemilik tanah maka disebut muzara‟ah. (Nawawi, 2012: 162).

Dasar hukum yang digunakan oleh ulama untuk menetapkan

mukhabarah dan muzara‟ah adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh

Bukhori dan Muslim dari Ibnu Abbas r.a., sebagaimana yang dikutip oleh

Suhendi (2010: 156) dalam bukunya yaitu:

يت ق ت ضه ت ض ن وال يص م ا يح م وام وا ة ا وم ون ق اه م كلت اه واض ت ت ا ه ا ملحه وخ ه ن

. (ا وه وا خ اى). ت م وا ه “Sesungguhnya Nabi Saw. tidak mengaharamkan ber-

muzara‟ah, bahkan beliau menyuruhnya, supaya yang sebagian

menyayangi sebagian yang lain”. Dalam redaksi lain,

“barangsiapa yang memiliki tanah maka hendaklah

ditanaminya atau diberikan faedahnya kepada saudaranya, jika

ia tidak mau maka boleh ditahan saja tanah itu”.(Riwayat

Bukhori).

Diriwayatkan dari Abu Dawud dan an-Nasa‟i dari Rifa‟i r.a. dari

Nabi saw., beliau bersabda: “Yang boleh bercocok tanam hanya tiga

macam orang: laki-laki yang mempunyai tanah, dialah yang berhak

menanamnya; laki-laki yang diserahi manfaat tanah, dialah yang

menanaminya; dan laki-laki yang menyewa tanah dengan emas dan

perak”.

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

9

Diriwayatkan oleh Muslim dan Thawus r.a., “Sesungguhnya

Thawus r.a., ber-mukhabarah, Umar r.a., berkata, dan aku berkata

kepadanya, Ya Abdurrohman, kalau engkau tinggalkan mukhabarah ini,

nanti mereka mengatakan bahwa nabi melarangnya”. Kemudian Thawus

berkata, telah menceritakan kepadaku orang yang sungguh-sungguh

mengetahui hal itu, yaitu Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW tidak melarang

mukhabarah, hanya beliau berkata, “Bila seseorang memberi manfaat

kepada saudaranya, hal itu lebih baik daripada mengambil manfaat dari

saudaranya dengan yang telah dimaklumi”. (Nawawi, 2012: 162).

Selain ulama di atas, ulama‟ lain yang menguatkan bahwa

mukhabarah tidak ada halangan adalah Nawawi, Ibnu Munzir dan

khatabi, mereka mengambil alasan hadis Ibnu Umar sebagaimana dikutib

oleh Rasjid (2012:302) dalam bukunya.

و م ونص والص ص وا ه س ص م وه خ ت ش ط ه م م و اع (ا وه م ). م يخ ملت

Dari ibnu Umar, “sesungguhnya Nabi SAW. Telah memberikan

kebun beliau kepada penduduk khaibar agar dipelihara oleh

mereka dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian dari

penghasilan baik dari buah-buahan maupun dari hasil

pertahunan (palawija)”. (Riwayat Muslim).

Praktek Mukhabarah yang akan peneliti analisis adalah praktek

Mukhabarah yang dipraktekan oleh masyarakat desa Tlogorejo.

Kerjasama dalam hal bagi hasil ini dipraktekan oleh masyarakat Tlogorejo,

yang dalam bahasa pedasaan sistem tersebut dinamakan digarapke.

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

10

Para pemilik tanah menggarapkan tanahnya sudah bertahun-tahun

dan hasil yang diperoleh dari tanahnya dibagi rata antara pemilk tanah dan

penggarap sawah, yang mana pembagian hasil belum jelas pada awal

perjanjian. Selain itu pemilik tanah tidak mengetahui secara langsung

benih-benih yang akan ditanam. Sehingga pemilk tanah hanya menerima

hasil bersih dari semua panenannya. Sehingga dari pembagian hasil yang

seperti diatas belum diketahui akan untung dan ruginya masing-masing

antara pemilik tanah dan penggarap sawah.

Selain tentang benih dan pembagian hasil panen, jangka waktu

penggarapanpun tidak jelas, bahkan sampai berkali-kali panen dan sampai

bertahun-tahun, antara penggarap sawah dan pemilik sawah tetap

melanjutkan kerjasama tersebut. Dalam akad awal perjanjian antara

pemilik tanah dan penggarap sawah hanya serah terima sawah atau ladang

untuk dikerjakan atau digarapke. Kemudian diantara mereka

melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing. Hak dari pemilik

tanah adalah menerima hasil panenan dari sawahnya, dan kewajibannya

yaitu memberikan tanahnya untuk dikerjakan. Sedangkan hak dari

penggarap sawah adalah menerima hasil panen dan kewajibanya adalah

mengelola tanah dan tanamanya serta memberikan hasil panenanya kepada

pemilik tanah..

Akad yang dilakukan antara pemilik tanah dan penggarap sawah

adalah secara lisan dan tanpa ada saksi, sehingga dalam perjanjian

kerjasama tersebut (Mukhabarah) tidak mempunyai kekuatan hukum

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

11

apabila dikemudian hari terdapat permasalahan atau kesenjangan antara

pemilik tanah dan penggarap sawah. Oleh karena itu orang-orang pedesaan

dalam melakukan kerjasama terkadang tidak memperhatikan syariat

maupun akibat hukum dari suatu perjanjian, yang ada diantara mereka

yang terpenting adalah keuntungan.

Setelah melihat beberapa masalah diatas, Peneliti akan lebih fokus

membahas tentang akad yang dilakukan oleh masyarakat dusun Tlogorejo,

Grabag Magelang dalam melakukan perjanjian atau perikatan mengenai

mukhabarah, karena dari setiap kegiatan muammalah berawal dari akad.

Serta akan melihat pengetahuan mereka dalam bermuammalah. Sedikit

gambaran tentang proses kerjasama dalam pertanian telah dituliskan diatas

yang dilakukan oleh masyarakat Tlogorejo, Grabag, Magelang.

Setelah ada pembagian kata dalam kerjasama di sektor pertanian

peneliti bermaksud meneliti kerjasama yang berupa mukhabarah yaitu

pemilik tanah hanya menyerahkan tanahnya untuk digarap oleh penggarap

dan benihnya dari penggarap itu sendiri. Maka dari itu sebelum peneliti

melanjutkan penelitian dipandang perlu melihat pengertian mukhabarah

secara mendalam. Berangkat dari latar belakang di atas penulis bermaksud

untuk meneliti praktek bagi hasil mukhabarah yang ada di Desa Tlogorejo,

kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Dan mecari kebenaran dengan

analisis data yang diperoleh dari penelitian.

B. Rumusan Masalah

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

12

Setelah memaparkan keterangan di atas, maka peneliti mempunyai

beberapa persoalan yang perlu dijawab dalam penelitiana yaitu :

1. Bagaimanakah praktek kerja sama kemitraan dalam pertanian yang

berupa bagi hasil mukhabarah di Desa Tlogorejo, Kecamatan Grabag,

Kabupaten Magelang ?

2. Apakah prakterk bagi hasil mukhabarah tersebut sudah sesuai dengan

hukum Islam ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang disampaikan dalam rumusan

masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kerjasama kemitraanbagi hasil

mukhabarah di Desa Tlogorejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten

Magelang.

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek

bagi hasil mukhabarah yang ada di Desa Tlogorejo.

3. Untuk memberikan informasi yang benar kepada masyarakat tentang

praktek bagi hasil mukhabarah .

D. Kegunaan Penelitian

Tiada lain dalam penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat

dan kegunaan secara keseluruhan serta menambah wawasan bagi peneliti

khususnya, dan masyarakat umumnya tentang praktek mukhabarah. Maka

penelitian ini sekiranya dapat memberikan manfaat diantaranya :

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

13

1. Kegunaan teoritis

Setiap ilmu yang telah diajarkan disetiap lembaga formal maupun

nonformal di Indonesia adalah untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Maka dari itu penulis berharap dengan penelitian ini dapat mamajukan

ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu muammalah khususnya,

yang berkaitan dengan kerjasama kemitraan bagi hasil (mukhabarah),

sehingga dapat mengungkap permasalahan-permasalahan yang saling

berhubungan dengan masyarakat. Dalam hal ini peneliti akan

mengungkap praktek bagi hasil mukhabarah yang ada di Desa

Tlogorejo Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang ditinjau dari

hukum Islam.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Masyarakat

Memberikan wawasan dan pengarahan kepada masyarakat

cara bermuammalah yang baik sesuai syariat Islam khusunya dalam

bidang pertanian yaitu mukhabarah.

b. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan pola berfikir dalam setiap

melihat hal-hal yang terjadi dalam masyarakat, sehingga mampu

menjadi perubahan yang baik dalam masyarakat. Dan memberikan

informasi tentang akad mukhabarah dalam masyarakat.

c. Bagi Fakultas Syariah

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

14

Peneliti berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kalangan

pendidikan sebagai bahan referensi tentang tinjauan hukum islam

terhadap praktek bagi hasil mukhabarah dalam masyarakat.

Kuhusunya bagi jurusan Hukum Ekonomi Syaria‟ah (HES)

Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

E. Telaah Pustaka

Setiap penelitian hal baru tidaklah salah apabila menelaah

penelitian-penelitian terdahulu. Maka dari itu penulis melakukan telaah

terhadap penelitian yang terdahulu yang hampir sama untuk dijadikan

bahan acuan dan perbandingan bagi penelitian ini.

Peneliti menemukan sekripsi atau penelitian tentang mukhabarah

dan muzara‟ah. Oleh karena itu peneliti menelaah pustaka terhadap skripsi

ataupun penelitian yang bersangkutan dengan muzara‟ah, karena

pengertian antara mukhabarah dan muzara‟ah adalah hampir sama, yaitu

bagi hasil pertanian atau ladang, namun berbeda dalam segi akad.

Telaah pustaka yang peneliti gunakan diantaranya adalah skripsi

yang ditulis oleh Zaini dari UIN Sunan Kalijaga tahun 2014 dengan judul

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Paron Tanah Cato (Bengkok)

Studi Kasus Di Desa Jenangger Kecamatan Batang Kabupaten Sumenep”.

Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa kerjasama yang dilakukan oleh

masyarakat desa tersubut adalah prkatek mukhabarah yaitu perjanjian bagi

hasil pertanian dimana pemilik lahan menyediakan lahan dan penggarap

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

15

menyediakan benih untuk ditanam. Hasil penelitian tersebut menunjukan

bahwa dalam kerjasama mukhabarah tersebut terdapat pihak ketiga,

sehungga tercipta dua akad diantara pihak tersebut, sehingga melahirkan

model akad baru yang belum diatur dalam hukum muammalat yaitu

mukhabarah dan muzara‟ah.

Selanjutnya skripsi yang bertema mukhabarah adalah skripsi yang

diselesaikan oleh Nurhidayah Marsono di UIN Sunan Kalijaga tahun 2013

dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Penggarapan

Sawah di Desa Cikalong Kecamatan Sidamulih Kabupaten Ciamis”.

Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa akad yang digunakan adalah

akad mukhabarah yaitu bagi hasil dengan kesepakatan diawal sesuai

kesepakatan di awal menurut kebiasaan. Hasil penelitian yang

diungkapkan adalah bahwa perjanjian di desa tersebut sudah sesuai hukum

Islam. Dan dalam bagi hasil juga tidak bertentangan dengan Hukum Islam.

Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek

Bagi Hasil Pengolahan Lahan Sawah Di Desa Pasirgeulis Kecamatan

Padaherang Kabupaten Ciamis” yang diselesaikan oleh Barokah Hasanah

di UIN Sunan Kalijaga tahun 2012. Menjelaskan bahwa akad yang

digunakan masyarakat tersebut adalah akad mukhabarah. Dalam akhir

penelitiannya disimpulkan bahwa praktek yang dilakukan masyarakat

tersebut belum sesuai dengan hukum islam, karena akadnya belum

memenuhi syarat perjanjian.

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

16

Selanjutnya skripsi yang diselesaikan oleh Iin Hamidah di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Kesesuaian Konsep Islam

Dalam Praktek Kerjasama Bagi Hasil Petani Desa Tenggulun Kecamatan

Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur”. Dijelaskan bahwa dalam

bagi hasil masyarakat tersebut menggunakan kebiasaan setempat

berdasarkan kata sepakat atau kepercayaan. Kesimpulan yang disampaikan

adalah praktek bagi hasil tersebut adalah aplikasi dari mukhabarah. Akan

tetapi belum sepenuhnya sesuai dengan Hukum Islam karena ada beberapa

syarat yang belum dipenuhi.

Penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian ini selanjutya

adalah skripsi yang disusun oleh Erma Nur Afifah dengan judul “Pengaruh

Muzara‟ah Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Penggarap di Desa

Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”. Dalam skripsi ini dijelaskan

bahwa berdasarkan hasil penelitian penulisan skripsi dengan judul

“pengaruh muzara‟ah terhadap kesejahteraan para petani penggarap Desa

Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal” tersebut, di lapangan dapat

disimpulkan bahwa dari 97 petani yang melakukan sistem Muzaro‟ah 56

diantaranya memiliki kesejahteraan yang baik sedangkan 41 diantaranya

kesejahteraannya tidak baik. Sistem Muzara‟ah yang dilakukan tidak

didapatkan hasil yang maksimal dikarenakan jumlah lahan sawah yang

diolah tidak sebanding dengan tanggungan keluarga petani.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Kudlori yang berjudul

“Analisis Penerapan Bagi Hasil Pada Akad Muzara‟ah Di Desa Pondowan

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

17

Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Dalam Perspektif Ekonomi Islam”.

Dalam skripsi ini dijelaskan penerapan akad muzara‟ah dan penerapan

hasil yang ada di Desa itu ada istilah hasil yang disishkan, namun hal itu

dianggap kebiasaan dalam masyarakat tersebut atau „urf maka hal itu

diperbolehkan dalam Islam.

Setelah menelaah dan meninjau pustaka di atas, maka penelitian

yang akan penulis lakukan belum ada penelitian yang fokus terhadap bagi

hasil mukhabarah. Sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitian yang

lain.

F. Penegasan Istilah

Agar tidak salah pengertian dalam memahami dalam penelitian ini,

maka perlu kiranya peneliti menjelaskan beberapa istilah yang ada dalam

judul skripsi ini, yaitu:

Tinjauan, dalam kamus besar bahasa Indonesia di sebutkan

tinjauan adalah pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki,

mempelajari dan sebagainya). (Poerwadarminta, 2006: 1281).

Hukum Islam, adalah peraturan-peraturan dan ketentuan-

ketentuan berdasarkan syariat islam. (Fajri, 365)

Praktek, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan

Praktek adalah cara melakukan apa yang disebut dalam teori.

(Poerwadarminta, 2006: 909).

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

18

Bagi Hasil, yaitu merupakan rancangan pembiayaan yang berbeda

dengan bunga. secara istilah yaitu suatu sistem yang meliputi tata

cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola

dana. (Rafiq, 2004: 153).

Mukhabarah, menurut Syafi‟iyah ialah:

قد وا صاع ت ض م يخ م و اض

“Akad untuk bercocok tanam dengan sebagian apa-apa yang

keluar dari bumi”

Sedangkan menurut dhahir, al-Syafi‟i berpendapat bahwa

mukhabarah ialah:

ه ون ي ن م م ة وا م و اض ت ض م يخ ملت وام ا وا ا م

“Menggarap tanah dengan apa yang dikeluarkan dari tanah

tersebut”

Dan Syaikh Ibrahim al-Banjuri berpendapat bahwa mukhabarah

adalah :

ه وا ا م و م و م وا اض وام ا ت ض م يخ ملت. وا م

“Sesungguhnya pemilik hanya menyerahkan tanah kepada

pekerja dan modal dari pengelola”.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa mukhabarah

adalah pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada orang lain

untuk dikelola, akan tetapi modal benihnya dari pengelola.

(Suhendi, 2010: 154-156).

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

19

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah fokus pada penelitian

lapangan (Field reserch) yaitu penelitian yang dilakukan secara

langsung dan berinteraksi terhadap obyek penelitian. Setelah terjun ke

lapangan, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, yakni

sebuah metode penelitian yang menjelaskan kenyataan di lapangan

serta mengungkapkan hal-hal yang belum jelas di masyarakat agar

dapat mengetahui hal yang sebenarnya terjadi.

Meurut Lodico, Spaulding dan Voegtle penelitian kualitatif, yang

juga disebut penelitian interpretif atau penelitian lapangan adalah suatu

metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan

antropologi dan diadaptasi ke dalam setting pendidikan. Peneliti

kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya

bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan.

Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena saosial dan pada

pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan dibawah

studi. Hal ini di dasarkan pada kepercayaan bahwa pengetahuan

dihasilkan dari setting sosial dan bahwa pemahaman pengetahuan

sosial adalah suatu proses ilmiah yang sah. (Emzir, 2011: 2).

Permasalahan penelitian kualitatif dilakukan dengan berlandaskan

pada pembuatan proposisi (teori, Hipotesis) dengan kerangka acuan

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

20

hasil pengkajian tentang hubungan antar sejumlah toeri yang sudah ada

dan relevan, hasil kajian tersebut dikaitkan dengan fenomena yang

terjadi. Hasil kajian dapat menemukan masalah dan toeri yang perlu

dikaji kebenaranya berdasarkan atas fakta-fakta. (Maslikhah, 2013:

176-177)

Sedangkan pengertian dari penelitian deskrikriptif adalah

penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau

hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam

bentuk laporan penelitian. (Arikunto, 2010: 3).

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

(Moleong, 2009: 186). Wawancara terdiri atas sejimlah

pertanyaan yang disiapka oleh peneliti dan diajukan kepada

seseorang mengenai topik penelitian secara tatap muka, dan

peneliti merekam jawaban-jawabannya sendiri. (Emzir, 2011:

49). Dalam wawancara terdapat jenis wawancara, yaitu

wawancara terstruktur dan wawncara bebas tidak terstruktur.

Wawancara terstruktur yaitu jenis wawancara yang disusun

secara terperinci. Sedangkan wawancara tidak terstruktur yaitu

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

21

jenis wawancara yang hanya memuat garis besar tentang hal

yang akan ditanyakan. (Arikunto, 2010: 227). Dalam penelitian

ini yang akan diwawancarai diantaranya adalah pemilik sawah

dan penggarap sawah serta yang bersangkutan tentang tema

judul skripsi ini yaitu tentang tinjauan hukum Islam terhadap

praktek mukhabarah.

b. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan

melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-

pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.

Orang yang melakukan observasi disebut pengobservasi

(observer) dan pihak yang diobservasi disebut terobservasi

(observee). (Fathoni, 2011: 104). Observasu atau pengamatan

dapat didefisinikan sebagai perhatian yang terfokus terahadap

kejadian, gejala, ata sesuatu. Adapun observasi ilmiah adalah

perhatian terfokus terhadap gejala, kejadian atau sesuatu

dengan ,maksud menafsirkannya, mengungkapkan faktor-

faktor penyebabnya dan menemui kaidah-kaidah yang

mengaturnya. (Emzir, 2011: 37-38). Dalam penelitian ini

peneliti akan melakukan observasi langsung ke tempat

terjadinya praktek mukhabarah yaitu di Desa Tlogorejo

kecamatan Grabag kabupaten Magelang, yang mana ada

beberapa orang yang melakukan praktek mukhabarah tersebut.

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

22

3. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan

pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan dan materi-materi

lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman tentang

materi-materi tersebut. Analisis melibatkan pekerjaan dengan data,

penyusunan dan pemecahannya ke dalam unit-unit yang dapat

ditangani, perangkuman, pencarian pola-pola dan penemuan penting

yang perlu dipelajari. (Emzir, 2011: 85).

Peneliti dalam menganalisis data-data penelitian menggunakan

metode deskriptif analisis, yaitu analisis yang bertujuan memberikan

deskriptif atau menggambarkan sifat dan keadaan mengenai subjek

peneltian berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian lapangan.

Data-data tersebut diperoleh melalui wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Peneliti fokus terhadap analisis praktek mukhabarah

yang dalam akad dan pembagian hasil panen belum jelas.

H. Sistematika Penulisan

Agar dalam memahami skripsi ini lebih mudah, maka penulis

memetakan atau membagi skripsi ini ke dalam lima bab. Masing-masing

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

23

bab dilengkapi dengan sub babnya sesuai dengan judulnya. Adapun

sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut ;

BAB I : Pada bab pertama ini adalah pendahuluan, yang mana

penulis akan memaparkan garis-garis besar dan pokok

permasalahan yang melatarbelakangi penelitian.

Disamping itu penulis juga akan memaparkan poin-poin

dalam pendahuluan ini yaitu; latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penulisan penelitian, kegunaan

penelitian, telaah pustaka, penegasan istilah, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Pada bab ini menerangkan tentang teori-teori atau

kerangka teori, yang berkaitan dengan hukum dalam

bermuammalah berupa mukhabarah, mulai dari pengertian

mukhabarah, syarat dan rukun hingga pendapat Ulama‟.

BAB III : dalam bab ini penulis membahas tentang paparan data

hasil penelitian tentang praktek mukhabarah di Desa

Tlogorejo, Kec. Grabag, Kab. Magelang. Yang akan

dikemukakan adalah tentang proses akad yang dilakukan,

hasil panen, pembagian atau prosentase hasil panen, luas

tanah yang digarap oleh penggarap, alasan pemilik tanah

memberiakan manfaat tanahnya, serta masalah yang ada

dalam praktek muammalah tersebut yang akan ditemukan

dalam penelitian.

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

24

BAB IV : Bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian, mulai

dari teori sampai dengan menganalisis praktek

mukhabarah, dimana peneliti mengemukakan “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Praktek Mukhabarah” yang ada di

Desa Tlogorejo Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.

BAB V : Bab ini adalah bab terakhir dari keseluruhan isi skripsi,

dalam bab ini ada tiga pemaparan yaitu ; kesimpulan isi

skripsi, saran-saran yang konstruktif, serta penutup.

BAB II

Tinjauan Umum Tentang Mukhabarah

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

25

A. Pengertian dan Dasar Hukum Mukhabarah

1. Pengertian Mukhabarah

Muzara‟ah dan Mukhabarah memiliki makna yang berbeda,

pendapat tersebut dikemukakan oleh al-Rafi‟i dan al-Nawawi. Sedangkan

menurut al-Qadhi Abu Thouib, muzara‟ah dan mukhabarah merupakan

satu pengertian. (Suhendi, 2014: 153). Taqiyyuddin menyatakan bahwa

muzara‟ah dan mukhabarah merupakan satu pengertian, tetapi pada saat

yang bersamaan keduanya mempunyai dua arti, yang pertama berarti

tharh az-zurrah (melemparkan tanaman), yang kedua adalah al-hadr

(modal). Meskipun demikian masih banyak ulama‟ yang mengartikan

keduanya memiliki makna yang berbeda. Sedangkan secara istilah

muzara‟ah dan mukhabarah menurut Syeikh Ibrahim Al-Banjuri yaitu

mukhabarah adalah pemilik tanah hanya menyerahkan tanahnya kepada

pekerja dan modal dari pengelola. Sedangkan muzara‟ah yaitu pekerja

hanya mengelola tanah dan modal dari pemilik tanah. (Nawawi, 2012:

161).

Mukhabarah menurut Syafi‟iyah adalah:

قد وا صاع ت ض م يخ م و اض

“Akad untuk bercocok tanam dengan sebagian apa-apa yang

keluar dari bumi”

Imam Syafi‟i berpendapat bahwa mukhabarah ialah:

ه ون ي ن م م ة وا م و اض ت ض م يخ ملت وا ا م وام ا

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

26

“Menggarap tanah dengan apa yang dikeluarkan dari tanah

tersebut”

Syaikh Ibrahim al-Banjuri berpendapat bahwa mukhabarah ialah:

ه وا ا م م وا م اض وام ا ت ض م يخ ملتوا م

“sesungguhnya pemilik hanya menyerahkan tanah kepada

pekerja dan modal dari pengelola”.

Menurut Hendi Suhendi, mukhabarah yaitu mengerjakan tanah

(menggarap ladang atau sawah) dengan mengambil sebagian dari

hasilnya, sedangkan benihnya dari pekerja. (Suhendi, 2014: 154-158).

Menurut Amir Syarifuddin, mukhabarah adalah kerjasama dalam

usaha pertanian. Dalam kerjasama ini pemilik lahan pertanian

menyerahkan lahanya sedang bibit disediakan oleh pekerja. Hasil yang

diperoleh daripadanya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.

(Syarifuddin, 2003: 240-241).

Menurut Ahmad mukhabarah adalah mengerjakan tanah (menggarap

ladang atau sawah) dengan mengambil sebagian dari hasil, sedang

benihnya dari pekerja. (Nawawi, 2021: 162).

Akad muzara‟ah yang hampir sama dengan mukhabarah, keduanya

dalam akadnya hampir sama dengan akad sewa (ijarah) di awal, namun

diakhiri dengan akad syirkah. Dengan demikian jika bibit berasal dari

penggarap, maka objek transaksinya adalah kemanfaatan lahan pertanian,

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

27

namun jika bibit berasal dari pemilik lahan, objeknya adalah amal/tenaga

penggarap, tapi jika panen telah dihasilkan, keduanya bersekutu untuk

mendapatkan bagian tertentu.(al-Mishri, 2006: 110)

Seperti yang diungkapkan diatas, bahwa mukhabarah hampir sama

dengan sewa (ijarah) maka B.W. dalam pasal 1548 menentukan bahwa

sewa-menyewa itu adalah untuk selama waktu tertentu, jadi hal ini sama

dengan ketentuan fiqih. Tapi dalam praktek sewa-menyewa juga dapat

untuk waktu yang tidak ditentukan lebih dulu. Ukuran sewa dalam hal

yang demikian ditentuka kemudian sesuai dengan kelaziman. (Hamid,

1983: 70).

Perbedaan yang jelas dari pengertian mukhabarah dan muzara‟ah

adalah pada segi permodalan, ketika pemilik tanah memberikan semua

modal untuk penggarapan sawah, kecuali tenaga, maka praktek itu

dinamakan muzara‟ah. Dan dinamakan mukhabarah apabila modal

ditanggung petani penggarap.

Setelah melihat beberapa definisi tentang mukhabarah di atas,

dapat diketahui bahwa mukhabarah adalah sebuah kerjasama antara

pemilik tanah dan penggarap sawah dalam bidang pertanian. Dalam

kerjasama tersebut pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada

penggarap untuk dikelola dan ditanami, sedang bibit tanamannya dari

penggarap. Dan di akhir pemanenan hasilnya dibagi antara pemilik tanah

dan penggarap sawah/ladang sesuai dengan kesepakatan diawal akad.

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

28

2. Dasar Hukum Mukhabarah

Dasar hukum yang digunakan oleh ulama untuk menetapkan

mukhabarah dan muzara‟ah adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh

Bukhori dan Muslim dari Ibnu Abbas r.a., seperti yang dikutip oleh

Suhendi (2010:156) dalam bukunya Fiqh Muammalah yaitu;

يت ق ت ضه ت ض نص وال يص م ا يح م وام وا ة ا وم ون أ ق اه م كلت اه واض ت ت ا ه ا ملحه وخ ه ن ت م

.(ا وه وا خ اى). وا ه

“Sesungguhnya Nabi Saw. tidak mengaharamkan ber-muzara‟ah,

bahkan beliau menyuruhnya, supaya yang sebagian menyayangi

sebagian yang lain”. Dalam redaksi lain, “barangsiapa yang

memiliki tanah maka hendaklah ditanaminya atau diberikan

faedahnya kepada saudaranya, jika ia tidak mau maka boleh

ditahan saja tanah itu”. (Riwayat Bukhori).

Dalam Bukunya Rasjid (2012: 302) disebutkan bahwa selain ulama

di atas, ulama‟ lain yang menguatkan bahwa mukhabarah tidak ada

halangan adalah Nawawi, Ibnu Munzir dan khatabi, mereka mengambil

alasan hadis Ibnu Umar.

و م ونص والص ص وا ه س ص م وه خ ت ش ط ه م م و اع (ا وه م ). م يخ ملت

Dari ibnu Umar, “sesungguhnya Nabi SAW. Telah memberikan

kebun beliau kepada penduduk khaibar agar dipelihara oleh

mereka dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian dari

penghasilan baik dari buah-buahan maupun dari hasil pertahunan

(palawija)” (Riwayat Muslim).

Al-Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa

Rasulullah saw. Memperkerjakan penduduk Khaibar dengan upah

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

29

sebagian dari bebijian dan buah-buahan yang dapat ditumbuhkan oleh

tanah Khaibar.

Menurut Amir Syarifudin (2003: 203) dalam bukunya disebutkan

jual beli mukhabarah adalah muammalah dalam penggunaan tanah

dengan imbalan bagian dari apa yang akan dihasilkan oleh tanah tersebut.

Hukum tranksaksi ini adalah haram. Dasar hukum harambya adalah hadis

Nabi:

نص وال ي ص وا ه س ص نته وامح ت ة وامل ة . وامخ ت ة ي واثتلت

Sesungguhnya Nabi SAW. Melarang jual beli muhaqalah,

muzabanah, mukhabarah dan tsunaiya.

Muhammad al-Baqir bin Ali bin al Husain ra. Berkata: “tak ada

seorang muajirin pun yang ada di Madinah kecuali mereka menjadi

petani dengan mendapatkan sepertiga atau seperempat. Dan Ali ra, Said

bin Malik, Abdullah bin Mas‟ud, Umar bin Abdul Aziz, Qasim, Urwah,

keluarga abu Bakar, keluarga Umar, keluarga Ali dan ibnu Sirin, semua

terjun ke dunia pertanian. (Sabiq, 1987: 159).

Ibnu Hazm mengatakan:

“tidak diperbolehkan menyewakan lahan/tanah secara ahal, dan

tidak dihalalkan atas pertanian kecuali yiga perkara;

memberdayakan tanah tersebut dengan menggunakan alat,

tenaga, bibit dan hewanya sendiri, menyuruh orang lain untuk

memberdayakannya dan ia tidak mengambil sesuatupun dari

hasil yang didapatkan, dan jika ia bekerja sama/bersekutu

dengan orang lain dalam tenaga, alat, bibit, ataupun hewan dan

tidak memungut sewa atas tanahnya, maka itulah yang terbaik,

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

30

dan ada kalanya ia menyerahkan lahan pertanian berikut bibit,

alat, atau hewanya kepada orang lain untuk menggarapnya,

namun setelah mendapatkan hasil ia mendapatkan bagian

setengah atau sepertiga, dan inilah yang diperbolehkan”.

Dengan demikian, Ibnu Hazm hanya memperbolehkan konsep

“menyewakan tanah kepada orang lain dengan imbalan setengah atau

sepertiga dari hasil panen” atas lahan pertanian, dan jika lahan pertanian

tersebut mengalami gagal panen, maka orang yang menyewakan tidak

mendapatkan apapun. (al-Mishri, 2006: 41)

B. Pendapat Ulama’ Tentang Praktek Mukhabarah

An-Nawawi, Ibnu Munzir dan Khatabi berpendapat bahwa hukum

mukhabarah dan muzara‟ah adalah boleh, sesuai hadis yang

diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari ibnu Abbas r.a.,

“Sesungguhnya Nabi saw. Tidak mengharamkan ber-muzara‟ah, bahkan

beliau menyuruhnya, supaya yang sebagian menyanyangi sebagian yang

lain. Dalam redaksi lain, “Barang siapa memiliki tanah maka hendaklah

ditanaminya atau diberikan faedahnya kepada saudaranya, jika ia tidak

mau maka boleh ditahan saja tanah itu”.

Ahmad mengungkapkan pendapat yang bersumber dari kitab Al-

Minhaj bahwa mukhabarah adalah mengerjakan tanah (menggarap

ladang atau sawah) dengan mengambil sebagian dari hasil, sedang

benihnya dari pekerja dan tidak boleh pula ber-muzara‟ah, yaitu

pengolahan tanah yang benihnya dari pemilik tanah. Pendapat ini

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

31

beralasan kepada hadis shahih, antara lain hadis Tsabit Ibn Adh-Dhahak,

karena akibat buruk yang sering terjadi ketika berubah.

Selanjutnya dalam hadisnya Imam Muslim disebutkan sebagai berikut;

حدص تل و ي م حدص تل س ن م و نصه ك ن يخ ل م تق ت اه ي د وا صحم ا ت كت ه ه وامخ ت ة إنتصه يت م ن نص والص يص ص وا صه ه س ص نته

وامخ ت ة تق ل ي م خ ت ني مه ا يت لي و ص نص ه إنصم ل يملح حدك خ ه والص يص ص وا صه ه س ص ا يتله لت

ه خ ج م م اه م ن يأخ ت حدص تل و ي م حدص تل خ تواثتصق ي ي ا ح حدص تل ي ش ة إسحق إ ت وه جم ك س ن ح حدص تل محمصد امح خ ت ن وا ص ث و ج يج ح حدص لي ي حج حدص تل

وا ض م س ش ي ش ة ك ه م ايل ا و ص والص ي ص وا صه ه س ص نح حديثه

“Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar telah

menceritakan kepada kami Sufyan dari 'Amru dan Ibnu Thawus

dari Thawus bahwa dia adalah seorang petani yang mengusahakan

tanahnya dan memungut sebagian dari hasil tanaman yang

ditanamnya, Amru berkata; Lalu saya bertanya kepadanya; "Wahai

Abu Abdurrahman, sekiranya kamu menghentikan usahamu

melakukan mukhabarah, karena sesungguhnya mereka mengatakan

bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang melakukan

mukhabarah." Thawus menjawab; "Hai Amru, telah mengabarkan

kepadaku orang yang lebih mengetahui daripada mereka tentang

perihal itu -yaitu Ibnu Abbas - bahwa Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam tidak melarang hal itu, hanya saja beliau bersabda: "Salah

seorang dari kalian memberikan sebagian tanahnya kepada

saudaranya itu lebih baik daripada memungut imbalan tertentu."

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar telah

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

32

menceritakan kepada kami Ats Tsaqafi dari Ayyub. Dan

diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Abu

Bakar bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Waki'

dari Sufyan. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan

kepada kami Muhammad bin Rumh telah mengabarkan kepada

kami Al Laits dari Ibnu Juraij. Dan diriwayatkan dari jalur lain,

telah menceritakan kepadaku Ali bin Hujr telah menceritakan

kepada kami Al Fadll bin Musa dari Syarik dari Syu'bah semuanya

dari 'Amru bin Dinar dari Thawus dari Ibnu Abbas dari Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits merek”. (Kitab Muslim,

Hadist No. 2893: Lidwa Pusaka i-Software.)

Sebagian Ulama ada yang melarang praktek bagi hasil tanah

pertanian semacam ini. Mereka beralasan pada hadis yang diriwayatkan

oleh Bukhori dan Muslim, yaitu:

او خديج ل كلص وكثت و النل احقال لص ن ى والاض ونص الص ه ه اه ه ه ت صم وخ جت ه ه ا خ ه ه

)ا وه وا خ اى). ن وا ى تله

Rafi‟ bin Khadij berkata, “Diantara Ansor yang paling banyak

mempunyai tanah adalah kami, maka kami persewakan,

sebagian tanah untuk kami dan sebagian untuk mereka yang

mengerjakanya. Kadang-kadang tanah itu berhasil baik dan yang

lain tidak berhasil. Oleh karena itu Rasulullah melarang paroan

dengan cara demikian. (Riwayat Bukhori).

Adapun hadis yang melarang di atas maksudnya adalah “apabila

penghasilan dari sebagian tanah ditentukan mesti kepunyaan salah

seorang diantara mereka. Karena memang kejadian di masa dahulu itu

mereka memarokan tanah dengan syarat akan mengambil penghasilan

dari sebagian tanah yang lebih subur, persentase bagian masing-masing

pun tidak diketahui. Keadan inilah yang dilarang oleh Nabi Muhammad

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

33

SAW. Sebab pekerjaan demikian buknlah dengan cara adil dan insaf.

(Rasjid. 2012: 302-303).

Menurut Imam Syafi‟i:

ش ط اه ج وء م م م : إ و ا إا اج اض ا ت ا ه ون وكلت وه ويتصه هب و ضة و ش ط اه م , اي ه ا يج

.م م مصله ج

Bila seseorang menyerahkan kepada orang lain sebidang tanah

untuk ditanami, dan menjajikan kepadanya bagian tertentu dari

hasil tanamanya maka (hukumnya) tidak boleh. Dan bila ia

menyerahkan tanah itu kepadanya dengan emas atau perak,

atau menjajikan kepadanya makanan tertentu dalam

tanggungan, maka (hukumnya) boleh. (Bigha, tt: 470).

Setelah melihat beberapa pendapat para Ulama‟ tentang praktek

mukhabarah di atas, maka ada hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang

dalam praktek mukhabarah tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Mukhabarah yang diperbolehkan

Dalam mukhabarah yang mana telah disebutkan ketentuan-

ketentuanya dalam fiqih, maka hal-hal yang dibolehkan dalam

mukhabarah adalah sebagai berikut:

1. Perjanjian kerjasama dimana tanah milik satu pihak, peralatan

pertanian, benih dan tenaga dari pihak lain, keduanya

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

34

menyetujui bahwa pemilik tanah akan memperoleh bagian

tertentu dari hasil.

2. Kedua belah pihak sepakat atas tanah, benih, perlengkapan

pertanian dan tenaga serta menetapkan bagian masing-masing

yang akan diperoleh dari hasil. (Rahman, 1995: 288).

3. Keuntungan yang diperoleh jelas pembagiannya menurut

kesepakatan, dalam ukuran angka persentase, bukan dalam

bentuk angka mutlak yang jelas ukuranya.

4. Segala keperluan untuk memelihara tanaman diserahkan

kepada penggarap.

5. Kedua belah pihak dalam akad telah dewasa dan sehat akalnya

serta tanpa paksaan darimanapun. (Syarifuddun, 2003: 242).

2. Mukhabarah yang dilarang

Dalam Mukhabarah yang dilarang salah satunya adalah jika

bagiannya dutentukan dalam jumlah tertentu berdasarkan hasil luas

tertentu yang hasilnya menjadi miliknya, sedangkan sisanya untuk

penggarap atau dipotong secukupnya. Maka dalam keadaan seperti

ini dianggap fasid karena mengandung gharar dan dapat membawa

kepada perselisihan. Al-Bukhori meriwayatkan dari Rafi‟bin al

Khudaij, berkata: “Dahulu kami termasuk orang yang paling banyak

menyewakan tanah untuk digarap. Waktu itu kami menyewakan

tanah yang sebagian hasilnya yang disebut pemilik tanah. Kadang-

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

35

kadang untung dan kadang-kadang tidak memberikan untung. Lalu

kami dilarang”.(Sabiq. 1987: 162).

Selain hal di atas, hal-hal dibawah ini juga dilarang dalam

mukhabarah yaitu:

1. Perjanjian yang menetapkan sejumlah hasil tertentu yang harus

diberikan kepada pemilik tanah, yaitu suatu syarat yang

menentukan bahwa apapun dan berapapun hasilnya, pemilik

tanah tetap menerima lima atau sepuluh mound dari hasil

panen.

2. Hanya bagian lahan tertentu yang berproduksi, misalkan bagian

utara atau selatan, maka bagian tersebut diperuntukan bagi

pemilik tanah.

3. Penyerahan tanah kepada seseorang dengan syarat tanah

tersebut akan tetap menjadi miliknya jika sepanjang pemilk

tanah masih menginginkannya dan akan menghapuskan

kepemilikannya manakala pemilik tanah menghendaki.

4. Ketika petani dan pemilik tanah sepakat membagi hasil tanah

tapi satu pihak menyediakan bibit dan pihak lainya

menyediakan alat-alat pertanian. Misalnya pihak pertama

pemilik tanah, pihak kedua bertangunggung jawab atas benih,

pihak ketiga bertanggung jawab atas alat-alat pertaniaan.

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

36

5. Adanya hasil panen lain (selain daripada yang ditanam di

ladang itu) harus dibayar oleh satu pihak sebagai tambahan

kepada hasil pengeluaran tanah. (Rahman, 1995:286-287).

C. Rukun Dan Syarat Mukhabarah

Kerjasama dalam bentuk mukhabarah adalah kehendak dan

keinginan dua pihak, oleh karena itu harus teradi dalam suatu akad atau

perjanjian, baik secara formal dengan ucapan ijab dan qabul, maupun

dengan cara lain yang menunjukan bahwa keduanya telah melakukan

kerjasama secara rela sama rela.

Unsur yang terdapat dalam kerjasama ini adalah: pemilik tanah,

pekerja pertanian, objek mukhabarah yaitu lahan dan hasil keuntungan.

Masing masing harus memenuhi syarat yang ditentukan. (Syarifuddin,

2003: 242).

1. Rukun Mukhabarah

Menurut Hanafiyah, rukun muzarah ialah akad, yaitu ijab dan kabul

antara pemilik dan pekerja. Karena pengertian Muzara‟ah dan

Mukhabarah hampir sama, yang membedakan adalah modal. Maka rukun

dalam mukhabarah secara rinci ada empat, yaitu:

1. Tanah

2. Perbuatan Pekerja

3. Modal

4. Alat-alat untuk menanam. (Suhendi, 2014: 158).

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

37

Menurut Syarifuddin (2003: 242) kerjasama adalah kehendak dan

keinginan dua pihak, maka harus ada akad atau perjanjian baik secara

formal maupun cara yang lain dengan ucapan ijab dan qabul.

Melihat hal diatas penulis berkesimpulan bahwa rukun dalam

praktek kerjasama mukhabarah ada lima yaitu:

1. Akad (sighat ijab dan qabul).

2. Tanah.

3. Perbuatan pekerja.

4. Modal/benih.

5. Alat-alat untuk menanam.

2. Syarat Mukhabarah

Melihat rukun-rukun di atas, maka tidak akan lepas dari syarat-

syarat yang ditentuntakan mengenai rukun-rukunya. Maka syarat-syarat

praktek mukhabarah ialah sebagai berikut:

1. Syarat yang bertalian dengan “aqidain (orang yang berakad) antara

pemilk tanah dan penggarap yaitu harus berakal.

2. Syarat yang berkaitan dengan tanaman, yaitu disyaratkan adanya

penentuan macam apa saja yang akan ditanam.

3. Hal yang berkaitan dengan perolehan hasil dari tanaman, yaitu:

a) Bagian masing-masing harus disebutkan jumlanya

(persentasenya ketika akad)

b) Hasil adalah milik bersama

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

38

a. Bagian antara Amil dan Malik adalah dari satu jenis

barang yang sama, misalnya dari kapas, bila Malik

bagianya padi kemudian Amil bagianya singkong,

maka hal ini tidak sah.

c) Bagian kedua belah pihak sudah dapat diketahui

d) Tidak disyaratkan bagi keduanya penambahan yang

maklum

4. Hal yang berhubungan dengan tanah yang akan ditanami, yaitu:

a) Tanah tersebut dapat ditanami

b) Tanah tersebut dapat diketahui batas-batasnya.

5. Hal yang berkaitan dengan waktu, syarat-syaratnya ialah:

a) Waktunya telah ditentukan

b) Waktu itu memungkinkan untuk menanam tanaman yang

dimaksud, seperti menanam padi waktunya kurang lebih 4

bulan (tergantung teknologi yang dipakainya, termasuk

kebiasaan setempat

c) Waktu tersebut memungkinkan kedua belah pihak hidup

menurut kebiasaan. (Suhendi, 2014: 158-159).

Dalam hal bagi hasil antara Malik dan Amil masing-masing harus

mempunyai rasa kemanusiaan. Dalam al-Qur‟an Allah berfirman:

Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah

mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

39

(balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada

dirugikan.

Mohammad Syauqi al-Fanjari bahwa makna kontekstual dari ayat

diatas adalah bahwa upah yang diberikan kepada para pekerja didasarkan

atas pertimbangan kerja, bukan atas dasar eksploitasi kedhaliman. (Abu

Yasid, 2005: 164).

3. Tinjaun Tentang Akad

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk saling

berhubungan dengan mahkluk yang lainya dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga

terkadang secara pribadi manusia tidak mampu memenuhi kebutuhanya

dan harus berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan manusia

satu dengan yang lainya terdapat aturan yang menjelaskan hak dan

kewajiban, keduanya berdasarkan kesepakatan. Proses untuk membuat

kesepakatan dalam rangka memenuhi kebutuhan antar keduanya lazim

disebut dengan proses untuk berakad atau melakukan kontrak (Djuwaini,

2010: 47).

Ketika dua orang atau dua pihak saling berjanji untuk melakukan

atau memberi sesuatu berarti masing-masing orang atau pihak itu

mengikatkan diri kepada yang lain untuk melakukan atau memberikan

sesuatu yang mereka perjanjikan. Dengan kata lain, diantara keduanya

tercipta suatu ikatan yang timbul dari tindakan mereka membuat janji.

Ikatan tersebut terwujud adanya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi

oleh masing-masing pihak. (Anwar, 2010: 43).

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

40

Niat dalam urusan muamalat atau tranksaksi pada umumnya terkait

dalam satu kaidah berikut:

ة وا ق ا ا مق د وام ني ال ا ا ظ وام ني ا ا ت

“Hal yang dipertimbangkan dalam akad-akad (tranksaksi) adalah

maksud dan maknanya, bukan pada ucapan dan rangkaian kata-

katanya”.

Maksud dari kaidah ini bahwa pertimbangan utama dalam sebuah

akad (tranksaksi) adalah dilakukan tujuan tranksaksi tersebut, bukan pada

ungkapan atau rangkaian kata yang diucapkan. (Fadal, 2008:26)

Dalam bahasa Arab lafal akad berasal dari kata: „aqada-ya‟qidu-

„aqdan, yang sinonimnya :

1. Ja‟ala „uqdatan, yang artinya: menjadikan ikatan;

2. Akkada yang artinya: memperkuat;

3. Lazima yang artinya: menetapkan.

Wahab Zuhaili mengartikan lafal akad menurut bahasa sebagai

berikut.

ت ( و ح م و ت وم )م ل ه وا ط : وا قد ي اغة وا ا وف واشيء، س و ء ك ن ا ح م م ل ي ، م ج نب

. وحد، م ج ن ت

Akad dalam bahsa arab artinya ikatan (atau penguat dan ikatan)

antara ujung-ujung, baik ikatan nyata maupun maknawi, dari

satu segi maupun dua segi.

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

41

Muhammad Abu Zahroh mengemukakan pengertian akad menurut

bahasa sebagai berikut.

ه ي ق وا قد ي اغة واجم ت وف واشصيء ا ه ، د .واح ي ق م ل إح م واشصيء تق يتله

Akad menurut etimologi diartikan untuk menggabungkan antara

ujung sesuatu dan mengikatnya, lawanya adalah “al-hillu”

(melepaskan), juga diartikan mengokohkan sesuatu dan

memperkuatnya.

Para fuqaha‟ membedakan pengertian akad secara bahasa menjadi

dua arti, yaitu arti secara umum dan arti secara khusus. Pengertian secara

umum berkembang dikalangan Malikiyah, Syafi‟iyah dan Hanabila,

yaitu:

اة ك , ته ك م م وام ء ه س وء دا ءاواة ملتإا إاوا ت ي إنش ءه ك وا ت وحل م , و ت وء وا صالق وا م . يج ا والتص ك وا ه

Akad adalah segala sesuatu yang diniatkan oleh sesorang untuk

dikerjakan, baik timbul karena satu kehendak, seperti wakaf,

pembebasan, talak dan sumpah, maupun yang memerlukan dua

kehendak di dalam menimbulkanya, seperti jual beli, sewa

menyewa, pemberian kuasa dan gadai.

Pendapat kedua mengartikan akad dalam arti khusus oleh

Hanafiyah, yaitu:

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

42

وا قد ه وا ط إشج ا ق ت ل جه مش ع يتث ت ت ه ي خ ش و ت ق كالم حد وا دي ا : اة خ ى . مح ه

. جه ي ه ت ه وامح

Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul menurut ketentuan

syara‟ yang menimbulkan akibat hukum pada objeknya atau

redaksi yang lain: keterkaitan antara pembicaraan salah seorang

yang melakukan akad dengan yang lainya menurut syara‟ pada

segi yang tampak pengaruhnya pada objek. (Muslich, 2010: 109-

111)

Adapun makna akad secara syar‟i yaitu hubungan antara ijab dan

kabul dengan cara yang diperbolehkan oleh syar‟i dan mempunyai

pengaruh secara langsung. Ini berarti bahwa akad termasuk dalam

kategori hubungan yang mempunyai nilai menurut pandanga syara‟

antara dua orang sebagai hasil dari kesepakatan antara keduanya yang

kemudian du keinginan ini dinamakan ijab dan kabul. (Azam, 2010: 17)

Menurut pasal 262 Mursyid al-Harian, akad merupakan pertemuan

ijab yang diajukan oleh salah satu pihak denga kabul dari pihak yang

lain yang menimbulkan akibat hukum pada objek akad. Sedangkan

menurut Syamsul anwar dalam bukunya “Hukum Perjanjian Syariah”,

akad adalah pertemuan ijab dan kabul sebagai pernyataan kehendak dua

pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya.

Dari definisi di atas, memperlihatkan bahwa: pertama, akad

merupaka keterkaitan atau pertemuan ijab dan kabul yang berakibat

timbulnya hukum. Ijab adalah penawaran yang diajukan oleh salah satu

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

43

pihak, dan kabul adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra akad

sebagai tanggapan terhadap penawaran. Kedua, akad merupakan

tindakan hukum dua pihak karena akad adalah pertemuan ijab yang

mempresentasikan kehendak dari satu pihak dan kabul yang

menyatakan kehendak pihak lain. Ketiga, tujuan akad adalah untuk

melahirkan suatu akibat hukum. (Anwar, 2010: 68-69)

Dengan adanya akad maka timbulah perikatan atau ikatan antara

„aqidain (dua orang yang berakad). Dalam perikatan tersebut terdapat

ketentuan-ketentuan, sebagaimana yang sesuai dengan ketentuan-

ketentuan dalam B.W. (pasal 1234), maka tiap-tiap perikatan adalah

untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak

berbuat sesuatu. (Hamid, 1983: 51).

Asas-asas yang terdapat dalam „aqad adalah sebagai berikut; asas

ridha‟iyah (saling Rela), asas manfaat, asas keadilan, asas saling

menguntungkan. (Nurul Hak, 2011: 128-129). Disebutkan kaidah fiqih

bahwa dalam akad adalah keridhaan kedua belah pihak, sebagaimana

yang diungkapkan oleh Ibnu Taimiyah, yaitu:

و ي وا ق ا ا واملت دي

“Dasar dari akad adalah keridhaan kedua belah pihak”. (Djazuli,

2007: 131).

Dalam akad antara Malik dan Amil harus ada kesepakatan

berkaitan upah atau hasil dari kerjasama tersebut. Amil atau pekerja

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

44

berhak mengetahui dan menentukan besar kecilnya pembagian hasil

dari kerjasama tersebut. Dengan demikian tidak akan ada penyesalan

dikemudian hari. Karena, kedua belah pihak telah melakukan negoisasi

(memperbincangkan untuk mencapai kata sepakat) tentang jumlah

pembagian hasil kerjasama jauhari sebelunya. ( Abu Yasid, 2005: 164).

Akad bila ditinjau dari orang yang mengakadkan dan yang

diakadkan ada tiga macam, yaitu:

a. Akad antara Allah dengan Hambanya

b. Akad antara hamba sesama hamba

c. Akad antara seseorang hamba dengan dirinya.

Dari tiap-tiap akad jika dipandang kepada yang mengerjakan, maka

akad dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Diwajibkan oleh akal

b. Diwajibkan oleh syara‟, yaitu yang ditunjuk oleh kitabullah dan

sunnaturrosul. (Ash Shiddieqy, 1997:470).

Ulama telah menuliskan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh

objek akad dalam sebuah akad:

a. Objek akad itu harus ada ketika dilakukan akad.

b. Objek akad harus disebutkan / dijelaskan secara transparan,

jelas dan terhindar dari gharar yang dapat menyebabkan

pertentangan pada kedua belah pihak.

c. Dapat menerima semua implikasi hukum yang ada karena yang

dilakukan di atsanya.

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

45

d. Dapat diserah terimakan. (al-Mishri, 2006: 100).

4. Zakat Dalam Mukhabarah

Zakat ialah nama atau sebutan dari suatu hak Allah Ta‟ala yang

dikeluarkan sesorang kepada fakir miskin. Dinamakan zakat karena di

dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh berkat,

membersihkan jiwa dan memupuknya dengan pelbagai kebaikan.

Kata-kata zakat itu arti aslinya ialah tumbuh, suci dan berkah.

Firman Allah swt:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi

Maha mengetahui. (Sabiq, 1978: 5)

Allah mewajibkan kepada orang yang diberikan kelebihan rejeki

dengan mengeluarkan zakat dan dianjurkan melakukan ibadah sosial

lainya seperti infaq dan shodaqah jariyyah. Penegasan agar memenuhi

keadilan sosial adalah suatu perintah agama, bukan sekedar acuan etik

atau dorongan moral belaka. Konsepsi keadilan sosial ekonomi yang

Islami mempunyai ciri khas dari konsep ekonomi lain yaitu; Keadilan

sosoial dilandasi prinsip keimanan, manusia sebagai kholifah

dianugerahi pemilikan sebagai karunia-Nya. (Nurul Hak, 2011: 57-58).

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

46

Dalam zakat, terdapat beberapa unsur yang telah dijelaskan oleh

para ulama‟, sebua unsur yang dapat mencirikan zakat:

a. Waktu pembayaran zakat, Islam mengetahui waktu-waktu yang

tepat untuk mengeluarkan zakat, zakat harta perdangangan

misalnya, dikeluarkan setahun setelah harta tersebut dikuasaioleh

pemiliknya, selain itu juga merupakan kelebihanatas kebutuhan

pokok yang ada. Zakat pertanian dibayarkan setelahpanen dituai,

begitu juga dengan barang tambang.

b. Kewajiban zakat bersifat absolut dan tidak berubah secara terus

menerus. Harta yang wajib dizakati sudah ditentukan, begitu juga

dengan kadar yang harus dibayarkan. Kewajiban itu bersifat mutlak

dan berlaku sampai akhir zaman, tidak seorangpun berhak

mengubahnya. Berbeda dengan pajak, besar beban dan objeknya

bisa berubah sesuai dengan kebijakan penguasa.

c. Keadilan, dalam arti adil dalam pendistribuan maupun

pengambilan harta yang menjadi objek zakat. (al-Mishri, 2006:

136).

Segala yang dihasilkan bumi harus dikeluarkan zakatnya, dengan

demikian hasil pertanian dan tumbuh-tumbuhan wajib dikeluarkan

zakatnya ketika panen dan tidak usah menunggu masa satu tahun.

Seperti diriwayatkan Nabi, hasil pertanian yang kurang dari lima

wasaq tidak wajib zakat (sekitar 563 kg) dan ini menjadi nishabnya,

zakat yang harus dikeluarkan sebesar 5% jika menggunakan irigasi,

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

47

namun jika tidak, zakatnya sebesar 10%. Untuk buah-buahan juga

sama adanya, baik nishab maupun zakat yang harus dikeluarkan. (al-

Mishri, 2006: 141).

Nisab zakat pertanian dan buah-buahan adalah Nisabnya 5 Wasak,

sedangkan satu wasak dalam satuan liter adalah 164,88 liter. Jadi

jumlah nisab zakat pertanian dan buah-buahan dalam liter adalah 824,

4 liter. (Lam bin Ibrahim, 2005:205)

Sabda Rosulullah diterangkan apabila hasil bumi dan buah-buahan

yang kurang dari lima wasaq tidak berkewajiban mengeluarkan zakat,

sabdanya yaitu:

(ا ه وا خ اى م )ا س م ا ن خم ة و سق د ة

“(Tanaman dan buah-buahan) yang kurang dari 5 wasaq tidak

ada kewajiban zakat”.(HR. Bukhori dan Muslim).

Disebutkan lagi oleh Mustofa Dibbul Bigha (tt: 326) dalam bukunya

Fiqih Syafi‟i:

غ خم ة و سق ا ه )ا س حب ال مد د ة حتص يت ت .(م

“Tidak terkena zakat biji-bijian dan buah-buahan tidak terkena

zahat sehingga sampai lima wasaq”.(HR. Muslim).

Zakat dalam mukhabarah diwajibkan atas yang punya tanah,

karena hakikatnya dialah yang bertanam, petani hanya mengambil

upah hasil bekerja. Penghasilan yang didapat dari upah tidak wajib

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

48

dibayar zakatnya. Kalau benih dari keduanya, zakat diajibkan atas

keduanya, diambil dari jumlah pendapatan sebelum dibagi. (Rasjid,

2012: 303).

5. Tinjauan Tentang Bagi Hasil Dalam Mukhabarah

Bagi hasil dalam pertanian dapat diartikan pembagian hasil atas

pengolahan sawah atau ladang dalam awal perjanjian dengan

persentase tertentu.

Dalam hal bagi hasil antara Malik dan Amil masing-masing harus

mempunyai rasa kemanusiaan. Dalam al-Qur‟an Allah berfirman:

Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah

mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka

(balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada

dirugikan.

Mohammad Syauqi al-Fanjari menjelaskan bahwa makna

kontekstual dari ayat diatas adalah bahwa upah yang diberikan kepada

para pekerja didasarkan atas pertimbangan kerja, bukan atas dasar

eksploitasi kedhaliman. (Abu Yasid, 2005: 164).

Dalam pembagian hasil mukhabarah Islam tidak menjelaskan

secara rinci tentang persentasenya hanya saja disebutkan bahwa

pembagian hasil sesuai kesepakatan. Maksudnya tidak jelas pembagian

antara pemilk tanah dan petani penggarap atas cara pembagian dan

besar bagiannya masing-masing kedua belah pihak. Oleh karena itu

dalam konteks ini di Indonesia dikeluarkan Keputusan Bersama

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

49

Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian Nomor 211/1980 dan

Nomor 714/Kpts/Um/9/1980 yang menjelaskan perimbangan hak

antara pemilik tanah dan penggarap, yang mana dalam keputusan

tersenbut di atas dikemukakan pada poin kedua, yaitu sebagai berikut :

Besarnya imbangan bagian hasil tanah yang menjadi hak

penggarap dan pemilik sebagai yang dimaksud dalam pasal 7 Undang-

undang Nomor 2 Tahun 1960 sepanjang mengenai padi yang ditanam

ditetapkan oleh bupati/walikotamadya Kepala Daerah dengan

menggunakan pedoman sebagai tersbut dibawah ini :

a. Oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah berdasarkan usul

dan pertimbangan camat/kepala wilayah kecamatan serta

instansi-instansi yang bidang tugasnya berkaitan dengan

kegiatan usaha produksi pangan dan pengurus organisasi tani

yang ada di daerahnya dengan terlebih dahulu mendengar usul

dan pertimbangan kepala Desa atau kepala keluarahan dengan

lembaga ketahanan masyarakat Desanya.

b. Jumlah biaya untuk bibit, sarana produksi, tenaga ternak,

tenaga tanam dan panen sebagaimana dimaksud dalam pasal

huruf d Undang-undang Nomor 2 Tahun 1960 dinyatakan

dalam bentuk natural pada gabah sebesar maksimum 25% dari

hasil kotor yang besarnya dibawah atau sama dengan hasil

produksi rata-rata dalam daerah tingkat II atau kecamatan yang

bersangkutan atau dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

50

Z = ¼ X

Dalam mana Z = biaya untuk bibit, sarana produksi, tenaga

ternak, tenaga tanam dan penen, X = hasil kotor

c. Jika hasil yang dicapai penggarap tidak melebihi hasil produksi

rata-rata Daerah tingkat II atau kecamatan sabagai yang

ditetapkan oleh bupati/walikotamadya kepala daerah yang

bersangkutan, maka hasil kotor, setelah dikurangi biaya untuk

bibit, sarana produksi, tenaga ternak, tenaga tanam dan panen

yang dihitung menurut rumus 2 di atas, dibagi dua sama besar

antara penggarap dan pemilik, atau dalam bentuk rumus

sebgain berikut (rumus I) :

Hak penggarap = hak pemilik

𝑥 − 𝑧

2=x − 1/4x

2

d. jika hasil yang dicapai oleh penggarap diatas hasil produksi

rata-rata daerah tingkat II/kecamatan sebagai yang ditetapkan

oleh bupati/walikotamadya kepala daerah yang bersangkutan,

maka besarnya bagian yang menjadi hak penggarap dan

pemilik ditetapkan sebagai berikut :

1) hasil kotor sampai dengan hasil produksi rata-rata

dibagi menurut rumus I.

2) hasil selebihnya dari hasil produksi rata-rata dibagi

antara penggarap dan pemilik tanah dengan imbangan

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

51

bagian, 4 bagian dari penggarap dan 1 bagian dari

pemilik atau dalam bentuk rumus sebagai berikut

(rumus II) :

hak penggarap =

𝑦 − 𝑧

2+4 𝑥 − 𝑦

5=

𝑦 −14𝑥2

+4 𝑥 − 𝑦

5

Hak Pemilik =

𝑦 − 𝑧

2+1 𝑥 − 𝑦

5=

𝑦 −14𝑥2

+ 𝑥 − 𝑦

5

e. jika di suatu daerah bagian yang menjadi hak penggarap pada

kenyatannya lebih besar dari apa yang ditentukan pada rumus I

dan rumus II di atas, maka tetap diperlakukan imbangan yang

lebih menguntungkan penggarap.

f. Ketetapan bupati/walikotamadya kepala daerah mengenai

besarnya imbangan bagi hasik tanah yang menjadi hak

penggarap dan pemilik serta hasil produksi rata-rata tiap Ha

(Hektar) di daerah tingkat II atau kecamatan yang

bersangkutan, diberitahu kepada dewan perwakilan rakyat

daerah tingkat II setempat.

g. Sesuai dengan penjelasan pasal 7 Undang-Undang Nomor 2

Tahun 1960, zakat disisihkan dari hasil kotor yang mencapai

nisab untuk padi (ditetapkan sebesar 14 kwintal).

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

52

h. Sesuai dengan ketentuan pasal 8 Undang-Undang Nomor 2

Tahun 1960, pemberian “sromo” oleh calon penggarap kepada

pemilik tanah dilarang.

i. Sesuai dengan ketentuan pasal 9 Undang-Undang Nomor 2

Tahun 1960, pajak tanah sepenuhnya menjadi beban pemilik

tanah dan dilarang untuk dibebankan kepada penggarap.

(Pasribu & Lubis, 1996: 61-66).

D. Akibat Hukum Dari Praktek Mukhabarah

Setelah adanya pemaparan tentang pengertian, rukun, serta syarat

mukhabarah di atas, maka akan ada hak dan kewajiban diantara kedua

belah pihak yang mengadakan adak mukhabarah tersebut. Oleh karena

itu ada akibat hukum yang mengikat diantara pemilik tanah dan pekerja,

diantaranya yaitu:

1. Petani penggarap bertanggung jawab mengeluarkan biaya

benih dan biaya pemeliharaan pertanian tersebut.

2. Hasil panen dibagi antara kedua belah pihak sesuai

kesepakatan.

3. Pengairan dilaksanakan sesuai kesepakatan. Apabila tidak ada

kesepakatan maka berlaku kebiasaan di tempat masin-masing.

apabila kebiasaan lahan itu diairi dengan air hujan, maka

masing-masing pihak tidak boleh dipaksa mengairi melalui

irigasi.

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

53

4. Apabila salah satu diantara kedua belah pihak meninggal dunia

sebelum panen, maka akan diwakili oleh ahli warisnya, karena

jumhur ulama berpendapat bahwa akad upah mengupah

(ijarah) bersifat mengikat kedua belah pihak. Seperti halnya

yang disampaikan oleh Hamid (1983: 83) lazimnya di

Indonesia apabila salah satu pihak meninggal, maka haknya

beralih kepada ahli warisnya, sampai habisnya jangka waktu

sewa-menyewa.

5. Kedua belah pihak harus menghormati perjanjian, sebagaimana

yang dikatakan oleh Sayyid Sabiq, (1987: 190) bahwa

penghormatan terhadap perjanjian menurut Islam hukumnya

wajib, melihat pengaruhnya yang positif dan perannya yang

besar dalam memelihara perdamaian dan melihat urgensinya

dalam mengatasi kemusykilan, menyelesaikan perselisihan dan

menciptakan kerukunan.

E. Berakhirnya Akad Mukhabarah

Dalam kerjasama mukhabarah, akan berakhir apabila:

1. Kematian salah satu pihak yang mengadakan akad.

2. Atas permintaan salah satu pihak sebelum panen. Dengan

alasan yang dapat dimaklumi.

3. Jangka waktu yang ditentukan telah habis. Tetapi apabila

jangka waktu sudah berakhir sedangkan hasil pertanian belum

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

54

bisa dipanen, maka akad itu tidak dibatalkan sampai panen dan

hasilnya dibagi sesuai kesepakatan.

4. Berakhirnya usaha pertanian dengan panen.

5. Pihak pekerja jelas-jelas tidak mampu lagi melanjutkan

pekerjaannya. Bila kerjasama berakhir sebelum panen, maka

yang diterima oleh pekerja adalah upah dan yang diterima oleh

pemilik tanah adalah sewa dalam ukuran yang patut yang

disebut ujratul mutsil ( ج ةوامث ). (Syarifuddin, 2003: 242-

243).

Apabila penggarap atau ahli warisnya berhalangan bekerja sebelum

berakhirnya waktu atau fasakh-nya akad, mereka tidak boleh dipaksa.

Tetapi, jika mereka memetik buah yang belum layak dipanen maka hal itu

adalah mustahil. Hak berada pada pemilik atau ahli warisnya, sehingga

dalam keadaan seperti ini dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut.

1. Memetik buah dan dibagi oleh dua belah pihak sesuai dengan

perjanjian yang telah disepakati.

2. Memberikan kepada penggarap atau ahli warisnya sejumlah

uang karena dialah yang memotong atau memetik.

3. Pembiayaan pohon sampai pantas untuk dipetik atau dipanen.

(sahrani & Abdullah, 2011: 209).

F. Hikmah Mukhabarah

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

55

Manusia banyak yang mempunyai binatang ternak, seperti kerbau

sapi, kuda dan lain-lain. Dia sanggup berladang dan bertani untuk

mencukupi keperluan hidupnya, tetapi tidak memiliki tanah. Sebaliknya,

banyak diantara manusia mempunyai sawah, ladang dan lainya yang

layak untuk ditanami (bertani), tetapi ia tidak memiliki binatang untuk

mengolah sawah atau ladang tersebut, atau ia sendiri tidak mengolah

sawah dan mengerjakannya. Sehingga banyak tanah yang dibiarkan dan

tidak menghasilkan suatu apapun.

Mukhabarah terdapat pembagian hasil. Untuk itu hal-hal lainya

yang bersifat teknis disesuaikan dengan syirkah, yaitu konsep kerjasama

dalam upaya menyatukan potensi yang ada pada masing-masing pihak

dengan tujuan saling menguntungkan. (Nawawi, 2012: 164).

Selain itu dalam kerjasama mukhabarah ini terdapat asas tolong

menolong (ta‟awun) dan kerjasama. Karena banyak yang mempunyai

keahlian bertani tetapi tidak mempunyai lahan. Sedangkan banyak juga

yang mempunyai lahan pertanian tetapi tidak mampu bertani. Sehingga

ada kemadharatan atau kemubadziran yaitu tanah yang tidak di kelola

dan dikerjakan.

Hikmah lainya adalah timbulnya rasa keadilan dan keseimbangan.

Keadilan dapat menghasilkan keseimbangan dalam perekonomian

dengan meniadakan kesenangan antara pemilik modal (orang kaya)

dengan pihak yang membutuhkan (orang miskin). Walaupun tentunya

Islam tidak menganjurkan kesamaan ekonomi dan mengakui adanya

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

56

ketidaksamaan ekonomi antar orang perorangan. (Sahrani & Abdullah,

2011: 218).

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH DI DESA

TLOGOREJO KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG

A. Gambaran Umum Desa Tlogorejo kecamatan Grabag Kabupaten

Magelang

1. Tata Letak Geografis Desa Tlogorejo

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

57

Desa Tlogorejo kecamatan Grabag kabupaten Magelang terletak di

daerah pegunungan yaitu sekitar 700 M di atas permukaan laut. Suhu

yang ada di sana adalah 20,00 °C. Luas daerah pegunungannya adalah

120,00 Ha. Desa Tlogorejo yang berjarak 3 km dari ibukota kecamatan

memiliki luas tanah 112,93 hektar, yang aman luas tersebut menurut

penggunaannya terbagi menjadi beberapa wilayah, diantaranya;

a. Luas pemukiman adalah 15 Ha

b. Luas persawahan adalah 84,34 Ha

c. Luas prasarana umum adalah 12,24 Ha

Dengan luas yang sedemikian, desa Tlogorejo Kecamatan Grabag

mempunyai batas-batas wilayah tertentu, yaitu: sebelah utara

berbatasan dengan Desa Sambungrejo Kecamatan Pringsurat, sebelah

selatan berbatasan dengan Desa Tirto Kecamatan Grabag, sebelah

timur berbatasan dengan Desa Pagergunung Kecamatan Ngablak,

sebelah barat berbatasan dengan Desa Kleteran Kecamatan Grabag.

Desa Tlogorejo Kecamatan Grabag terdiri dari 4 dusun yaitu:

a. Dusun Tlogorejo

b. Dusun Watuanten

c. Dususn Temon

d. Dusun Ngleter

2. Keadaan Demografi Masyarakat Desa Tlogorejo

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

58

Jumlah kepala keluarga adalah 491 KK. Dilihat dari jumlah

penduduk yang sedemikian banyak maka tingkat kepadatan penduduk

Desa Tlogorejo adalah 12,00 per KM.

Jumlah penduduk Desa Tlogorejo kecamatan Grabag dilihat dari

segi umur yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk

Usia Laki-laki Perempuan

0-12 bulan 193 orang 132 orang

1-19 tahun 260 orang 220 orang

20-30 tahun 148 orang 161 orang

31-40 tahun 123 orang 84 orang

41-50 tahun 78 orang 83 orang

51-60 tahun 80 orang 78 orang

61-70 tahun 57 orang 47 orang

71 tahun ke atas 32 orang 27 orang

Jumlah total 971 832

Sumber: Profil Desa.

Sedangkan penduduk desa Tlogorejo dilihat dari segi pendidikan

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah

Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK/Play Group 481 orang

Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 48 orang

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

59

Tamat SD/Sederajat 710 orang

Tamat SMP/Sederajat 225 orang

Tamat SMA/Sederajat 200 orang

Tamat D-3/Sederajat 27 orang

Tamat S-1/Sederajat 23 orang

Tamat S-2/Sederajat 1 orang

Jumlah Total 1.715 orang

Sumber: Profil Desa

3. Kondisi Tanah Desa Tlogorejo

Tanah yang ada di desa Tlogorejo rata-rata adalah tanah

persawahan. Karena itu tidak heran apabila rata-rata penduduknya

adalah petani. Luas tanah desa Tlogorejo Kecamatan Grabag dapat

dilihat sebagai berikut:

a. Tanah Sawah : 84,34 Ha

b. Tanah Kering : 25,90 Ha

c. Tanah Basah : - Ha

d. Tanah Perkebunan : - Ha

e. Tanah Fasilitas Umum : 12,24 Ha

f. Tanah Hutan : - Ha

4. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

60

Masyarakat desa Tlogorejo dilihat dari segi sosial ekonominya

rata-rata adalah menengah ke bawah karena rata-rata pekerjaanya

adalah petani. Data yang diperoleh dari profil desa Tlogorejo

menunjukan bahwa keluarga yang menjadi petani adalah 438 keluarga

dari 491 keluarga. Oleh karena itu mata pencaharian pokoknya adalah

sebagai berikut: petani terdiri dari 162 orang laki-laki dan 122 orang

perempuan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri dari 13 orang laki-laki

dan 6 orang perempuan, pedagang barang klontong terdiri dari 5 orang

perempuan, peternak 1 orang, anggota legislatif 1 orang.

Dalam hal keagamaan, masyarakat desa Tlogorejo semuanya

adalah pemeluk agama Islam. Dengan demikian di Desa Tlogorejo

terdapat prasarana peribadatan yang berupa 4 masjid dan 5 mushola.

(Data diperoleh dari data profil desa tlogorejo tahun 2014 dan

wawancara dengan bapak Arif sebagai sekretaris desa Tlogorejo).

B. Pelaksanaan Praktek Bagi Hasil Mukhabarah di Desa Tlogorejo

Di awal penulisan, penulis telah memaparkan tentang hal-hal yang

dilakukan dalam praktek mukhabarah. Hal-hal tersebut meliputi akad,

pembagian hasil dan zakat yang harus dibayarkan serta alasan yang

mendasari dilakukannya praktek mukhabarah tersebut. Di bawah ini

penulis akan memaparkan hasil observasi praktek mukhabarah yang

dilakukan oleh masyarakat Desa Tlogorejo kecamatan Grabag Kabupaten

Magelang.

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

61

1. Awal Mula Terjadinya Akad Mukhabarah

a. Jenis Kerjasama

Jenis kerjasama yang dilakukan oleh masyarakat desa

Tlogorejo adalah bagi hasil. Karena dilihat dari awal akad

perjanjiannya, yaitu bahwa pemilik tanah menyerahkan tanahnya

untuk dikerjakan kepada petani penggarap dengan persetujuan

ketika panen maka hasilnya dibagi antara pemilik tanah dan petani

penggarap.

Awal mula terjadinya akad mukhabarah ini yaitu

pertemuan antara pemilik tanah dan petani penggarap. Dalam

pertemuan tersebut ada niat salah satu diantara mereka, yang

mengawali pertemuan tersebut bisa pemilk tanah mendatangi

petani penggarap untuk menyerahkan tanahnya agara digarap

ataupun sebaliknya yaitu petani penggarap mendatangi pemilik

tanah untuk meminta tanahnya agar bisa digarap.

Hal yang melatar belakangi kerjasama selain yang di atas,

juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Pemilk tanah yang tidak

mempunyai waktu untuk menggarap sawahnya maka digarapka,

sehingga sawah tersebut menjadi aset tabungan. Sedang bagi petani

karena memang kebutuhan ekonomi yang kurang, maka mencari

berbagai usaha, maka terjadilah kerjasama mukhabarah tersebut.

b. Akad Perjanjian mukhabarah di Desa Tlogorejo

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

62

Akad mukhabarah dalam pertemuan antara pemilik tanah

dan petani penggarap tersebut yang dilakukan masyarakat desa

Tlogorejo adalah secara lisan tanpa ada tulisan hitam diatas putih,

karena mereka saling percaya satu dengan yang lain. Dalam akad

tersebut tidak ada saksi, hanya antara pemilik sawah dan petani

penggarap. Sebagai contoh akad secara lisan apabila pemilk tanah

yang terlebih dahulu mencari tenaga penggarap sawah adalah:

Pemilik tanah: “aku mempunyai sawah di depan desa sana,

tetapi aku tidak mempunyai waktu yang cukup untuk

menggarap sawah itu, selain itu tenaga saya juga sudah

tidak kuat seperti dulu, apakah bapak bersedia menggarap

sawah saya ?, nanti setelah sawah itu panen hasilnya kita

bagi berdua. Tetapi benih dan biaya penggarapan dari

bapak”.

Petani penggarap: iya pak saya siap dan bersedia menggarap

tanah bapak, kebetulan saya juga masih kurang

penghasilannya”.

Sedang bentuk akad yang lakukan apabila petani penggarap

yang mencari pekerjaan atau menawarkan diri atas

kesanggupannya unutuk menggarap sawah orang lain adalah

sebagai contoh:

Petani penggarap: “Pak saya ingin menggarap sawah bapak

yang ada di depan desa itu, karena saya dalam memenuhi

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

63

kebutuhan keluarga masih kurang, dan tenaga saya masih

siap untuk menggarap sawah bapak”

Pemilik sawah: “ow iya pak tidak mengapa, silahkan

digarap, karena kebetulan waktu saya tidak bisa untuk

menggarap sawah itu. Tapi biaya penggarapan dan benih

dari bapak”.

Perjanjian bagi hasil pertanian yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Tlogorejo ada yang hanya mengurusi masalah

perairan saja. Artinya semua modal baik itu tanah atau sawah,

bibit, peralatan pertanian serta tenaga pengolahan adalah dari

pemilk tanah, sedang petani penggarap hanya bertanggung jawab

atas peraian sawah tersebut. Ddalam hal pembagian hasilnya petani

yang hanya bertnaggung jawab atas perairan sawah tersebut

bagiannya adalah 1/10. Akan tetapi perjanjian diatas jarang

dilakukan oleh masyarakat Desa Tlogorejo. (wawancara dengan

Bapak Arif 2 Februari 2016).

c. Kesepakatan Atas Benih Atau Jenis Tanaman

Melihat akad di atas maka bentuk akad yang dilakukan oleh

masyarakat desa Tlogorejo yaitu lahan atau sawah pertanian

berasal dari pemilk sawah sedang benih dari petani penggarap.

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

64

Dalam pemilihan jenis tidak ada kesepakatan kalau benih dari

kedua belah pihak, akan tetapi benih dari petani penggarap saja.

Jumlah benih yang disediakan harus menyesuaikan dengan luasnya

lahan yang akan digarap. Dalam pemilihan benih, pemilik sawah

mengikuti petani penggarap. (wawancara dengan bapak Nardi 1

Februari 2016). Dalam pemilihan benih yang akan ditanam, Bapak

Slamet sebagai petani penggarap juga mengungkapkan bahwa

benih ditentukan oleh petani penggarap, sedang pemilik tanah

hanya mengikuti saja.

Jenis benih yang rata-rata ditanam di Desa Tlogorejo adalah

benih padi. Karena lahan yang terluas di Desa Tlogorejo adalah

lahan persawahan. Namun selain benih padi yang biasa menjadi

objek mukhabarah tersebut, benih sayurang dan kacang-kacangan

juga menjadi objek mukhabarah. Seperti yang diungkapkan oleh

Ibu Nuriyah sebagai pemilik tanah, bahwa ia menerima hasil

paroan sawah terkadang berupa sayur-sayuran, kacang-kacangan

dan juga padi. Namun Ibu Nuriyah mengaku tidak pernah

mengetahui awal mula pemilihan bibit yang akan ditanam. Hanya

saja ia diberitahukan ketika akan panen.

d. Biaya Penggarapan

Dalam awal akad mukhabarah yang dipraktekan oleh

masyarakat Desa Tlogorejo di atas, disebutkan bahwa beban

pembiayaan penggarapan sawah atau ladang sepenuhnya

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

65

ditanggung oleh petani penggarap. Dalam penggarapan sawah

tersebut biaya yang dikeluarkan oleh petani penggarap bermacam-

macam sesuai jenis benih yang akan ditanam dan luas sawah atau

ladang tersebut.

Besar biaya penggarapan sawah atau ladang yang

dikeluarkan oleh Bapak Slamet salah satu petani penggarap, yang

menggarap sawah seluas ± 700 𝑚2 dengan perkiraan dana sebesar

Rp. 500.000,- yang sudah meliputi segala hal yang diperlukan

dalam penggarapan sawah, yaitu; biaya benih padi (karena dalam

hal ini Bapak Slamet memilih Benih padi yang akan ditanam),

pembajakan sawah, biaya penanaman benih dalam bahasa jawa

disebut tandur, biaya pupuk dan pemanena padi.

e. Alasan melakukan Mukhabarah

Selama proses observasi peneliti menemukan beberapa

alasan sebab mereka (pemilik tanah dan petani penggarap)

melakukan mukhabarah, diantaranya yaitu:

a. Bagi pemilik lahan:

karena tidak mempunyai waktu banyak untuk menggarap

sawahnya, artinya pemilik tanah mempunyai kesibukan

lain atau aktifitas lain sehingga tidak sempat menggarap

sawahnya sendiri, kemudian diserahkanlah tanah itu

kepada petani penggarap agar bisa dimanfaatkan.

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

66

Selanjutnya karena pemilik tanah sudah tidak mampu lagi

mengolah tanahnya atau sawahnya disebabkan usia yang

sudah tua atau tenaganya sudah tidak mampu.

Untuk menolong petani penggarap dengan membuka

lapangan pekerjaan bagi petani yang memang tidak

mempunyai lahan pertanian dan tidak mempunyai

pekerjaan tetap.

b. Bagi petani penggarap:

Karena untuk mencari hasil tambahan, karena hanya

memiliki sawah atau tanah yang sempit.

Karena tidak mempunyai sawah, tetapi mempunyai

keahlian yang bagus untuk mengelolah sawah.

Karena faktor ekonomi yang masih kurang dalam

memenuhi kebutuhan keluarga.

f. Hak Dan Kewajiban

Setelah melakukan akad maka kewajiban pemilik sawah

adalah menyerahkan sawahnya dan hak petani penggarap adalah

menerimanya. Pemilik tanah menunggu hasil panen sawahnya.

Sedangkan kewajiban petani penggarap adalah mengelola dan

mengolah tanah tersebut mulai dari benih hingga biaya

pengolahannya. Kemudian ketika sawahnya panen maka kedua

belah pihak berhak menerima hasil panenan sawah tersebut sesuai

dengan akad yang dilakukan di awal.

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

67

g. Keuntungan Bagi Pemilik dan Penggarap

Bagi pemilk sawah beban pekerjaannya terasa lebih ringan,

karena kesibukan yang lain sudah menyita banyak waktu. Sehingga

dengan adanya mukhabarah pemilik sawah tetap mendapatkan

hasil atau keuntungan dari sawahnya. Selain itu bapak Damhuri

sebagai pemilik sawah menyatakan dengan adanya mukhabarah,

dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi pertani yang tidak

memiliki sawah untuk digarap atau dapat dikatakan lapangan

pekerjaan bagi buruh tani dan juga menjadi tabungan tersendiri

bagi pemilk sawah karena tinggal menunggu hasil panenan.

Bagi penggarap ada yang berpendapat yaitu bapak Slamet

sebagai petani penggarap, ia menungkapkan kerjasama

mukhabarah tersebut tidak begitu menungtungkan, karena apabila

disamakan dengan buruh maka hasilnya sedikit lebih banyak

daripada penggarapan sawah orang lain, akan tetapi dengan adanya

mukhabarah ini dapat menambah penghasilan bagi beliau. Selain

bapak Slamet, bapak Nardi selaku petani penggarap

mengungkapkan sengan adanya mukhabarah ini ia merasa lebih

beruntung, karena tidak memiliki tanah ataupun ladang maka

dengan adanya mukhabarah penggarap sangat diuntungkan dengan

adanya penghasilan dari penggarapan sawah.

2. Subjek dan Objek Mukhabarah

a) Subjek

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

68

Subjek dari praktek mukhabarah ini adalah pemilik tanah

dan petani penggarap. Subjek yang melakukan akad mukhabarah

di Desa Tlogorejo ini sudah memenuhi syarat yaitu kedua belah

pihak („aqidain) telah dewasa, berakal dan cakap dalam melakukan

perjanjian ini. Salah satu dari masyarakat Desa Tlogorejo yang

melakukan akad mukhabarah adalah Bapak Damhuri selaku

pemilk tanah, ia adalah seorang guru yang berusia sekitar 60

tahun, dan Bapak Slamet sebagai petani penggarap, ia seorang

petani yang berusia sekitar 55 tahun.

b) Objek

Objek dalam praktek mukhabarah ini adalah sawah atau

lahan pertanian, bibit, tenaga pekerja serta peralatan pertanian.

Objek mukhabarah yang berupa lahan pertanian adalah benar-

benar milik dan sah kepunyaan pemilik sawah, sedang objek

mukhabarah yang berupa bibit, tenaga dan alat pertanian dari pihak

petani penggarap. Sawah yang menjadi objek mukhabarah salah

satunya adalah sawah milik Bapak Damhuri yang berada di sebelah

selatan dusun Tlogorejo dan luas sekitar ± 700 𝑚2. Tanah tersebut

memang sah kepemilikan bapak Damhuri dan diakui batas-

batasnya oleh pemilik sawah yang berseberangan.

3. Jangka Waktu Perjanjian

Praktek mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat Desa

Tlogorejo dalam jangka waktu perjanjian penggarapannya tidak secara

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

69

jelas disebutkan lama waktunya, misalkan dua atau tiga tahun, akan

tetapi dalam awal akad antara pemilik tanah dan penggarap sawah

sepakat bahwa lama penggarapan sawah tersebut adalah sampai salah

satu pihak memutuskan untuk berhenti dari akad tersebut. Lamanya

waktu penggarapan tersebut ada yang sampai berpuluh-puluh tahun,

salah satu petani penggarap yang sudah lama menjadi petani penggarap

adalah bapak Slamet, ia menjadi petani penggarap sudah sejak remaja

sampai sekarang, yang mana umurnya sekitar 60an tahun. Selain bapak

slamet petani penggarap lain adalah bapak Nardi ia menjadi petani

penggarap sudah 14 tahun.

Dalam perjanjian awal akad tidak ada batasan lamanya

penggarapan. Karena dalam penggarapan sawah itu tidak pasti akan

cuacanya, maka dari itu akad yang dilakukan oleh bapak Slamet dalam

hal jangka waktu penggarapan sawah tidak dibatasi waktu seperti

kontrak sawah. Maka dari itu apabila penggarap tidak mampu lagi

maelanjutkan pekerjaannya sesuai perjanjian diawal boleh dilanjutkan

oleh anaknya atau ahli warisnya selama pemilik tanah masih

menginginkan sawah tersebut untuk digarapkan. (wawancara dengan

bapak Slamet 01 Februari 2015).

Karena jangka waktu penggarapan dalam perjanjian atau akad

tidak ditentukan atau tidak dibatasi, maka perjanjian tersebut dapat

diakhiri kapan saja. Artinya apabila dari pemilik tanah menginginkan

mengakhiri akadnya atau ingin mengambil kembali tanahnya maka itu

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

70

bisa dilakukan, meskipun petani penggarap masih mengingkan sawah

tersebut untuk digarap. Dan sebaliknya apabila dari pihak penggarap

ingin mengakhiri akad atau ingin menyerahkan kembali tanah yang

digarap karena sudah tidak mampu lagi melanjutkan pekerjaanya atau

dalam penggarapanya mengalami kesulitan seperti masalah perairan,

maka hal itu tetap bisa dilakukan. Karena asas yang digunakan adalah

rela sama rela atau saling ridho.

Dalam hal mengambil kembali tanah tersebut pemilik tanah tatap

memperhatikan kepada kondisi tanaman yang mungkin masih belum

siap panen, maka pemilik tanah harus menunggu sampai tanaman

tersebut siap untuk dipanen. Sebaliknya petani penggarap jika ingin

menyerahkan kembali tanah yang digarap maka tatap harus

memperhatikan kondisi tanaman.

4. Pelaksanaan Bagi Hasil

Bagi hasil adalah hal yang harus dilakukan antara dua orang yang

melakukan perjanjian atau akad. Dalam akad mukhabarah, pembagian

hasil adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi agar kerjasama

mukhabarah itu dianggap sah.

Pelaksanaan pembagian hasil panen dalam praktek mukhabarah

yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tlogorejo presentasenya adalah

50 : 50. Hal itu karena pada kesepakatan awal akad antara pemilik

tanah dan petani penggarap sawah telah sepakat apabila nanti

sawahnya panen, maka bagian masing-masing adalah 50 : 50

Page 85: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

71

berapapun hasil panenan tersebut. Misalkan hasil panenan sawah

adalah berupa padi (dalam bahasa jawa gabah) satu ton, maka bagian

masing-masing adalah 500 kg beras. Ketika hasil panen itu langsung

dijual (dalam bahasa jawa ditebaske) maka uang hasil penjualan

tersebut dibagi rata 50%. (wawancara dengan bapak damhuri 30

Januari 2016).

Dengan pembagian hasil 50 : 50 tersebut antara pemilik tanah dan

petani penggarap tidak ada yang merasa dirugikan, karena diantara

mereka saling menguntungkan dan saling membutuhkan. Meskipun

petani penggarap masih bertanggung jawab atas benihnya, tetapi ia

merasa beruntung, karena meskipun ia tidak punya tanah untuk

ditanami, tetapi ia masih bisa bercocok tanam dan bisa mendapatkan

hasil panenan. Begitu juga pemilik tanah, meskipun ia tidak bersusah

payah menggarap sawahnya, akan tetapi karena ia menyerahkan

tanahnya atau sawahnya untuk digarap orang lain, ia tetap

mendapatkan hasil panenan dari sawahnya.

Pada saat perhitungan bagi hasil, biaya penggarapan sawah sudah

dihitung dari bagian 50:50 tersebut. Artinya bagian 50% untuk petani

penggarap sudah termasuk biaya selama penggarapan sawah tersebut

dan 50% untuk pemilik sawah. Dengan pembagian tersebut petani

penggarap tetap menerimanya karena dengan modal benih dan tenaga

bisa untung. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Slamet selaku

petani penggarap, bahwasanya biaya penggarapan sawah mulai dari

Page 86: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

72

benih sampai pemanenan apabila dibandingkan dengan hasilnya maka

ia bisa mendapatkan keuntungan, walaupun keuntungan itu tidak pasti

nominalnya. Sedangkan pemilik sawah mendapatkan bagian 50%

karena sudah modal sawah atau ladangnya untuk ditanami.

Contoh pembagian hasil paroan sawah adalah yang dilakukan oleh

Bapak Slamet, ia menggarap sawahnya Bapak Damhuri seluas ± 700

𝑚2 dengan hasil yang tidak pasti karena pengaruh cuaca, yaitu ± 3

kwintal kemudian hasil panen tersebut dibagi rata 50:50, yaitu 1,5

kwintal untuk pemilk sawah yaitu Bapak Damhuri dan 1,5 kwintal

untuk petani penggarap yaitu Bapak Slamet.

Contoh kedua pembagian hasil paroan sawah atau ladang yaitu

yang dilakukan oleh Bapak Jamroni, ia (Bapak Jamroni) menggarap

sawah miik Ibu Nuriyah yang luasnya ±185 𝑚2, sawah atau ladang

tersebut ditanami sayur-sayuran dan hasil panenan tersebut dijual

dalam bahasa jawa ditebaske seharga Rp. 780.000,- kemudian uang itu

dibagi rata antara Bapak Jamroni dan Ibu Nuriyah yaitu Rp. 390.000,-

untuk Bapak Jamroni sebagai petani penggarap dan Rp. 390. 000,- bagi

Ibu Nuriyah sebagai pemilik sawah.

Contoh pembagian hasil panen yang ketiga adalah yang dilakukan

oleh Bapak Asrori sebagai petani penggarap, ia menggarap sawah yang

dimiliki oleh Ibu Nuriyah seluas ± 97 𝑚2 dan menghasilkan hasil

panenan berupa padi sebanyak 3 karung, kemudian hasil tersebut

dibagi rata antara Bapak Asrori dan Ibu Nuriyah dengan bagian

Page 87: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

73

masing-masing 1,5 karung untuk Bapak Asrori sebagai petani

penggarap dan 1,5 karung untuk ibu nuriyah sebagai pemilik sawah.

5. Zakat Hasil Panenan

Setelah pemilik tanah mengetahui banyak atau sedikitnya hasil

panenan yang sudah dibagi dengan petani penggarapa, selanjutnya

adalah pembayaran zakat hasil panenan sawah tersebut. Seperti yang

telah dipaparkan di awal, bahwa yang berkewajiban membayar zakat

adalah pemilik tanah, maka apabila hasil panenanya melebihi nisab

yang telah ditentukan oleh syariat maka pemilik tanah berkewajiban

membayarkan zakatnya.

Hasil wawancara dengan bapak Slamet salah satu petani

penggarap, bahwa hasil panenan sawah dalam satu kali panen tidak

lebih dari 500 kg. Maka dari itu bagi pemilik tanah tidak wajib zakat

atas hasil panenan sawahnya. Karena telah diketahui diawal

pembahasan, bahwa nishab zakat pertanian adalah lima wasaq yaitu

sekitar 536 kg dan zakat dikeluarkan dalam setiap panen bukan setiap

tahun. Ketika peneliti wawancara dengan bapak Damhuri salah satu

pemilik tanah yang digarap oleh petani penggarap, bahwa dengan hasil

panenan sawahnya yang sedemikian, tidak menghalangi beliau untuk

bershodaqah sebagai rasa syukur beliau atas rezeki yang diperolehnya.

Page 88: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

74

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL

MUKHABARAH DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN GRABAG

KABUPATEN MAGELANG

Page 89: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

75

A. Analisis Praktek Bagi Hasil Mukhabarah Di Desa Tlogorejo,

Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang Ditinjau Secara Hukum

Islam

Setiap perbuatan manusia terhadap manusia lain pasti akan ada

timbal balik dari perbuatan tersebut, karena manusia dalam melakukan

aktifitas kehidupanya tidak akan pernah bisa lepas dari bantuan manusia

lainya. Hal ini seperti apa yang ada dalam muammalah yaitu hubungan

antara manusia satu dengan manusia yang lain. Dalam Islam aturan

tentang muammalah telah dijelaskan dalam al-Quran maupun al-Hadist,

namun apabila dalam hal-hal yang terperinci belum dijelaskan dalam al-

Qura‟an maupun Hadist, islam mempunyai sumber-sumber hukum yang

menjadi landasan atau rujukan yaitu Ijmak (Konsensus), Qiyas (analogi),

Istihsian (Kibijakan Hukum), Mashlahah (Kemaslahatan), „Urf (Adat

Kebiasaan), Istishab (Kelangsungan Hukum) dan fatwa Nabi SAW Syar‟u

man qoblana (hukum agama samawi terdahulu).

Ilmu yang mempelajari tentang muammalah dalam Islam adalah

ilmu fiqih. Dalam menentukan suatu hukum tertentu, ilmu fiqih

menggunakan sumber-sumber hukum Islam tersebut di atas. Oleh karena

itu dalam ber-muammalah dapat merujuk sumber-sumber hukum Islam di

atas salah satunya menggunakan „urf yaitu suatu adat kebiasaan dalam

suatu masyarakat. Adat kebiasaan dalam masyarakat dapat dijadikan

sebagai hukum seperti yang disebutkan dalam kaidah fiqih “al-„Adalah

Muhakkamah”. Para ahli hukum Islam sepakat bahwa „urf semacam ini

Page 90: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

76

dapat dijadikan pertimbangan dalam menetapkan hukum, bahkan ahli

hukum dikalangan madzhab Malikiyah dan Syafi‟iyah menggunaka „Urf

sebagai dasar dalam menetapkan hukum.

Dalam hukum muammalah telah dijelaskan berbagai macam aturan

yang menyangkut dengan aktifitas manusia itu sendiri. Praktek

mukhabarah yang ada di Desa Tlogorejo adalah termasuk muammalah

karena di dalam mukhabarah terdapat hal-hal yang ditentukan dalam

bermuammalah, salah satunya adalah akad, yang mana dalam akad

tersebut terdapat dua orang yang saling berinteraksi untuk melakukan

perjanjian yang saling mengikat diantara kedua orang (aqidain) tersebut.

Dalam ilmu fiqih, peraturan tentang mukhabarah telah di jelaskan,

seperti akad, bagi hasil dan kewajiban membayar zakat. Di bawah ini

penulis akan mencoba melakukan analisis terhadap praktek bagi hasil

mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tlogorejo Kecamatan

Grabag kabupaten Magelang ditinjau secara hukum Islam.

1. Akad

Mukhabarah adalah suatu kerjasama dalam bidang pertanian,

kerjasama ini bertujuan pada bagi hasil pertanian, yaitu ketika sawah

atau lahan pertanian itu panen, maka yang melakukan kerjasama

mukhabarah tersebut akan mendapatkan hasil dari kerjasama tersebut

dengan persentase tertentu sesuai kesepakatan. Dalam kerjasama

mukhabarah, yang melakukan perjanjian adalah pemilik sawah dan

petani pengarap.

Page 91: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

77

Rata-rata masyarakat Desa Tlogorejo adalah petani, oleh karena itu

tidak heran apabila masyarakat Desa Tlogorejo melakukan Praktek

mukhabarah. Dalam melakukan praktek mukhabarah tersebut harus ada

pemilik tanah dan petani penggarap. Selain itu juga harus ada akad

perjanjian dan serah terima sawah atau lahan pertanian yang menjadi

objek dari mukhabarah tersebut dan ada kesepakatan tentang benih dan

peralatan pertanian serta kesepakatan pembagian atas hasil panen.

Seperti yang dijelaskan oleh Abdul Sami al-Mishri, Ulama telah

menuliskan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh objek akad

dalam sebuah akad:

e. Objek akad itu harus ada ketika dilakukan akad.

f. Objek akad harus disebutkan / dijelaskan secara transparan,

jelas dan terhindar dari gharar yang dapat menyebabkan

pertentangan pada kedua belah pihak.

g. Dapat menerima semua implikasi hukum yang ada karena yang

dilakukan di atsanya.

h. Dapat diserah terimakan.

Hal yang menjadi sorotan utama dan urgensi dalam mukhabarah

bahkan yang akan menentukan hak dan kewajiban adalah rukun

mukhabarah itu sendiri. Sedangkan rukun mukhabarah adalah „aqad

yaitu adanya ijab dan qabul atau serah terima. Dalam mukhabarah

akad tersebut meliputi modal dan pembagian hasil panenan. Modal

Page 92: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

78

dalam praktek mukhabarah yaitu adanya tanah, perbuatan pekerja,

benih dan peralatan untuk menanam.

Orang yang melakukan akad („aqidain) dalam Islam disyaratkan

harus dewasa cakap dalam melakukan perbuatannya dan berakal. Selain

itu dalam akad yang ditujukan adalah maksud dan tujuanya. Akad yang

dilakukan oleh masyarakat Desa Tlogorejo adalah secara lisan tanpa

ada bukti tertulis serta tidak dihadirkan saksi. Meskipun demikian

secara hulum Islam tetap sah karena dalam akad tersebut terdapat asas

keridhoan.

Masyarakat Desa Tlogorejo pada saat melakukan akad telah jelas

tujuanya yaitu untuk memberikan manfaat tanahnya (pemilik tanah) dan

menawarkan tenaganya (petani penggarap), dengan dibuktikan bahwa

salah satu diantara mereka saling mendatangi. Melihat masyarakat Desa

Tlogorejo yang melakukan akad mukhabarah adalah benar-benar orang

yang sudah dewasa dan berakal, maka akad yang dilakukan masyarakat

Desa Tlogorejo tersebut sudah memenuhi syarat dalam hukum Islam.

2. Modal

Hal yang ada dalam akad praktek mukhabarah salah satunya

adalah modal. Modal dalam praktek mukhabarah adalah berupa tanah

dari pemilik sawah atau ladang, benih yang akan ditanam dan tenaga

penggarap. Dalam Islam kepemilikan suatu modal harus jelas bahwa

Page 93: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

79

modal tersebut benar-benar kepemilikannya. Melihat hal demikian,

modal yang ada dalam praktek mukhabarah di Desa Tlogorejo adalah

benar-benar dimiliki oleh pemilik tanah dan petani penggarap. Seperti

halnya tanah yang akan ditanami jelas batas-batasnya dan tanah tersebut

dapat ditanami.

Berkaitan dengan modal, Imam Abu Yusuf dan Muhammad bin

Hasan asy-Syaibani menyatakan bahwa apabila modal berupa lahan

atau sawah disediakan oleh pemilk lahan sedangkan bibit, alat pertanian

dan tenaga disediakan oleh petani penggarap maka akad mukhabarah

tersebut adalah sah.

Dalam praktek mukhabarah kedua belah pihak („aqidain) dapat

dikatakan sebagai pemodal, karena pemilik tanah adalah orang yang

mempunyai sawah atau lahan pertanian yang akan digarap, maka

pemilik tanah adalah sebagai pemodal tanah. Sedangkan petani

penggarap dikatakan pemodal karena benih yang akan ditanam serta

biaya perawatan selama proses penggarapan ditanggung oleh petani

penggarap, maka dalam hal ini petani penggarap sebagai pemodal

benih. Seperti halnya yang dikatakan oleh Syeikh al-Banjuri bahwa

pemilik lahan hanya menyerahkan tanahnya atau sawahnya untuk

digarap, sedangkan modal pertanian dari pengelola atau petani

penggarap.

Praktek bagi hasil mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat

Desa Tlogorejo adalah bahwa benih, peralatan pertanian dan perbuatan

Page 94: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

80

pekerja serta biaya penggarapan sawah adalah sepenuhnya berasal dari

petani penggarap, sedang lahan atau sawah adalah dari pemilik tanah.

Melihat realita mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat Desa

Tlogorejo dilihat dari segi modal dapat dikatakan sesuai dengan hukum

Islam dan akad yang demikian adalah sah. Karena dalam melakukan

praktek mukhabarah tersebut berdasarkan atas kesukarelaan dan tidak

ada unsur keterpaksaan.

3. Jangka waktu perjanjian

Syarat yang berkaitan dengan mukhabarah adalah jangka waktu

perjanjian penggarapan. Waktu dalam perjanjian tersebut yang

berkaitan dengan waktu yaitu:

a. Waktunya telah ditentukan, yaitu dalam perjanjian penggarapan

sawah atau ladang ditentukan masa waktunya misalkan 3 sampai 4

kali panen atau 1 sampai 2 tahun tergantung pada kesepakatan.

b. Waktu itu memungkinkan untuk menanam tanaman yang dimaksud.

Seperti menanam padi waktunya kurang lebih 4 bulan (tergantung

teknologi yang dipakainya, termasuk kebiasaan setempat dan

tanaman yang lain. Artinya waktu paling sedikit dalam perjanjian

pertanian ini sampai satu kali panen.

c. Waktu tersebut memungkinkan kedua belah pihak hidup menurut

kebiasaan.

Page 95: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

81

d. Jangka waktu atau masa perjanjian tersebut terjadi selama-lamanya.

Artinya dalam akad mukhabarah tidak disebutkan atau dijelaskan

lamanya waktu penggarapan, maka hal itu juga sah.

Dalam perjanjian mukhabarah waktu perjanjiannya bersifat jaiz.

Artinya ketika salah satu diantara „aqidain menginginkan mengakhiri

perjanjian tersebut maka hal itu tetap diperbolehkan, karena diawal

akad memang tidak disebutkan lamanya masa perjanjian tersebut. Akan

tetapi ketika akan mengakhiri perjanjian tersebut kedua belah pihak

tetap memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sawah atau lahan

pertanian, apakah sudah siap panen atau belum. Ketika sawah belum

panen dan yang melakukan akad tidak mampu lagi melanjutkan

pekerjaanya, maka dilanjutkan oleh ahli warisnya, baik itu ahli

warisnya dari pemilik tanah ataupun ahli warisnya dari petani

penggarap.

Jangka waktu dalam praktek mukhabarah yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Tlogorejo secara hukum Islam maupun hukum positif

belum dikatakan sah karena dalam akadnya antara kedua belah pihak

(„aqidain ) tidak menyatakan secara jelas jangka waktu atau masa

berakhirnya perjanjian tersebut, apakah itu satu musim sampai dua

musim atau satu tahun sampai dua tahun, akan tetapi diantara mereka

ada saling percaya, saling rela dan adanya kebiasaan, serta diantara

mereka sudah saling mengenal. Melihat hal diatas maka perjanjian

mukhabarah yang berkaitan dengan waktu atau masa secara hukum

Page 96: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

82

Islam dapat dikatakan sah karena adanya saling percaya dan kebiasaan

atau adat serta asas kerelaan.

4. Bagi hasil pertanian

Hal yang menjadi ujung dalam kerjasama mukhabarah adalah

pembagian hasil sawah atau ladang. Bagi hasil dalam mukhabarah

adalah bentuk dari pembagian keuntungan antara pemilik sawah dan

petani penggarap dari hasil pengolahan sawah atau ladang, yang mana

pembagian tersebut telah ditentukan persentasenya di awal akad.

Di dalam hukum Islam tidak dijelaskan secara rinci tentang

persentase pembagian hasil pertanian, hanya saja disebutkan bahwa

dalam pembagian hasil panenan harus sesuai dengan akad yang

disepakati bersama antara pemilik tanah dan petani penggarap. Adapun

syarat yang harus dipenuhi dalam pembagian hasil panen ialah,

pembagian hasil panen harus jelas persentasenya sesuai kesepakatan

para pihak serta hasil panen itu benar-benar milik orang yang berakad.

Artinya bahwa hasil panen yang dibagi tersebut benar-benar hasil dari

tanah yang menjadi objek mukhabarah serta tidak boleh dikurangi

sebelum ada pembagian, serta tidak boleh ada pengkhususan, seperti

halnya dikhususkan terlebih dahulu beberapa persen untuk petani

penggarap ataupun untuk pemilk tanah.

Dalam bagi hasil mukhabarah terdapat unsur-unsur yang menjadi

pokok dari bagi hasil tersebut, yaitu adanya pemilik sawah, adanya

petani penggarap dan adanya sawah atau ladang yang akan digarap.

Page 97: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

83

Pembagian hasil pertanian tidak lepas dari pemodalan yang mana akan

menentukan persentase pembagian hasil panenan tersebut. Pembagian

hasil panenan yang dilakukan oleh masyarakat desa Tlogorejo

dilakukan dengan sistem paroan (dalam bahasa jawa) yaitu hasil

panenan dibagi rata (50 : 50). Dalam pembagian tersebut tanpa

dikurangi modal dari petani penggarap. Dengan pembagian yang

sedemikian petani penggarap tetap menerima dengan alasan karena

pemilik tanah sudah bermodal tanah. Selain itu, pembagian dengan cara

paroan tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat Desa Tlogorejo.

Hak pemilik tanah dan petani penggarap atas hasil panen tersebut

harus dipenuhi, yang mana dalam hasil panenan tersebut tidak ada

pengkhususuan terlebih dahulu, seperti dikurangi sekian persen untuk

benih. Hak-hak tersebut adalah mendapatkan bagiannya masing-

masing, yang mana bagian pemilik tanah adalah 50% dari panannya,

begitu juga hak petani penggarap, yaitu 50% dari hasil panenannya

tanpa dikurangi modal benih. Pembagian tersebut apabila dilihat dari

undang-undang nomor 2 tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil maka

belum pas, karena dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa

yang dinamakan hasil tanah ialah hasil bersih, yaitu hasil kotor setelah

dikurangi biaya untuk bibit, pupuk, ternak serta biaya untuk menanam

dan panen.

Melihat uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa praktek

pembagian hasil mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat Desa

Page 98: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

84

Tlogorejo secara hukum Islam tetap sah, karena dalam bermuammalah

asasnya adalah saling rela, saling menuntungkan dan saling percaya.

Selain itu pembagian tersebut sudah menjadi tradisi atau kebiasaan

(„urf) bagi masyarakat Desa Tlogorejo, yang mana kerjasama tersebut

sering dilakukan dengan cara maro (dalam bahasa jawah) sehingga

tidak bisa disalahkan menggunakan adat kebiasaan, karena adat

kebiasaan tersebut tidak bertentangan denga syari‟at Islam. Akan tetapi

dilihat dari undang-undang, pembagian tersebut belum memenuhi

syarat pembagian hasil. Akan tetapi belum dikatan sah dalam undang-

undang nomor 2 tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil.

5. Zakat dalam mukhabarah

Harta yang wajib dizakati sudah ditentukan, begitu juga dengan

kadar yang harus dibayarkan. Kewajiban itu bersifat mutlak dan berlaku

sampai akhir zaman serta tidak ada seorangpun yang berhak

mengubahnya. Zakat dalam mukhabarah diwajibkan atas yang

mempunyai tanah karena pada hakekatnya dialah yang bercocok tanam.

Sedang upah yang dihasilkan petani penggarap tidak wajib dikeluarkan

zakatnya. Hasil pertanian yang telah mencapai batas nisab maka wajib

dikeluarkan zakatnya. Sedangkan nisab yang ditentukan dalam hukum

Islam untuk pertanian adalah 5 wasaq yang setara dengan ± 563 kg.

Sedangkan dalam undang-undang nomor 2 tahun 1960 nisab bagi padi

adalah 14 kwintal. Sehingga apabila hasil pertanian yang kurang dari

Page 99: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

85

nisab yang ditentukan maka tidak wajib mengeluarkan zakat atas hasil

pertanian tersebut.

Hasil panenan di Desa Tlogorejo rata-rata belum mencapai nisab

yang ditentukan, hal ini disebabkan lahan pertanian yang ada tidak

begitu luas, selain itu musim yang tidak begitu menentu mengakibatkan

hasil yang kurang memuaskan. Maka dari itu hasil panenan tersebut

tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Dengan hasil panenan yang belum

mencapai nisab tersebut tidak menghalangi masyarakat Desa Tlogorejo

untuk bershodaqah atas rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh

Allah SWT.

Dari keselurahan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

praktek mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tlogorejo

secara garis besar dilihat berdasarkan hukum Islam dapat dikatakan sah.

Karena dalam melaksanakannya merupakan „urf, maka muammalah

yang tidak bertentangan dengan syari‟at Islam adalah boleh. Karena

dalam kaidah fiqih disebutkan “al-“Adatu al-Muhakkamah”, yaitu adat

kebiasaan dapat ditetapkan sebagai hukum.

B. Hikmah Adanya Praktek Mukhabarah

Kerjasama dalam kehidupan akan meciptakan manfaat besar dalam

memenuhi kebutuhan hidup. Karena manusia adalah makhluk sosial yang

membutuhkan keberadaan orang lain dan diciptakan untuk saling

Page 100: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

86

berinteraksi serta kerjasama. Dan hal tersebut akan tumbuh apabila dalam

masyarakat menjunjung nilai-nilai kerukunan.

Mukhabarah adalah kerjasama dalam pertanian, dimana pemilik

tanah dan petani penggarap saling mengikatkan dirinya untuk kerjasama.

Dalam mukhaharah terdapat pembagian hasil, untuk itu hal-hal yang

bersifat teknis di sesuaikan dengan syirkah yaitu konsep bekerja sama

dalam upaya menyatukan potensi yang ada pada masing-masing pihak

dengan tujuan bisa saling menguntungkan. Disini manfaat dari

mukhabarah adalah dapat memanfaatkan sesuatu yang tidak dimiliki orang

lain sehingga tanah dapat digunakan dan dapat menghasilkan pemasukan

yang dapat membiayai kebutuhan sehari-hari.

Melihat dari hal-hal mengenai praktek mukhabarah khususnya

yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tlogorejo, terdapat beberapa

hikmah dan manfaat yang dapat diambil, berikut beberapa hikmahnya.

a. Asas tolong menolong, yaitu saling menolong bagi mereka yang

membutuhkan, disini adalah pemilk tanah dan petani penggarap.

pemilik tanah menolong petani penggarap karena faktor tertentu,

sedangkan petani penggarap menolong pemilik tanah karena faktor

tertentu yang tidak memungkinkan untuk mengerjakan sawahnya

sendiri.

b. Saling menguntungkan, yaitu ketika petani penggarap membutuhkan

pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya maka dintungkan dengan

adanya pekerjaan yaitu mengerjakan sawah orang lain dengan

Page 101: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

87

dibaginya hasil sawah tersebut. Sedangkan pemilik tanah

membutuhkan orang untuk mengerjakan sawanhya karena faktor

tertentu,, maka pemilik tanah merasa beruntung dengan adanya orang

yang mengerjakan sawahnya.

c. Melaksanakan tugas manusia sebagai kholifah di bumi, yaitu untuk

mencari rezeki dengan usaha dan jalan yang benar.

d. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

e. Mengurangi kemiskinan.

f. Terbukanya lapangan pekerjaan, terutama bagi petani yang memiliki

kemampuan bertani tetapi tidak memiliki lahan atau tanah garapan.

g. Menumbuhkan kerukunan, karena adanya saling percaya dan saling

rela atau keridhoan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 102: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

88

Setelah memaparkan pembahasan tentang praktek bagi hasil

mukhabarah yang ada di Desa Tlogorejo Kecamatan Grabag Kabupaten

Magelang, mulai dari observasi hingga analisis, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kerjasama pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tlogorejo

Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang adalah aplikasi dari praktek

mukhabarah. Bagi hasil mukhabarah dilakukan oleh dua orang antara

pemilik sawah dan petani penggarap. Akad yang dilakukan adalah

akad secara lisan yang berisi kesepakatan kedua belah pihak tentang

penggarapan sawah dan pembagian hasilnya. Dalam kesepakatan

tersebut, hasil panenan dibagi rata antara pemilk sawah dan petani

penggarap yaitu 50% : 50% atau dalam bahasa jawa disebut maro,

yang mana biaya penggarapan sawah mulai dari benih dan lain-lain

ditanggung oleh petani penggarap.

2. Jika ditinjau secara Hukum Islam, praktek bagi hasil mukhabarah di

Desa Tlogorejo tersebut sudah memenuhi kriteria Hukum Islam,

karena dengan alasan sebagai berikut: (a) Praktek bagi hasil

mukhabarah tersebut sudah menjadi adat kebiasaan setempat.

Sedangkan dalam Hukum Islam ada dapat dijadikan hukum, dengan

kaidah: مح صمة ول وا اة “Adat Kebiasaan dapa dijadikan hukum”. (b)

Tidak menimbulkan perselisihan karena saling ridho. (c) Praktek bagi

hasil mukhabarah tersebut saling menguntungkan antara pemilik

Page 103: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

89

sawah dan petani penggarap. (d) Adanya asas tolong menolong,

sebagaimana firman Allah SWT:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya

Allah Amat berat siksa-Nya”.

Dari kesimpulan di atas, maka praktek bagi hasil mukhabarah yang

dilakukan oleh masyarakat Desa Tlogorejo Kecamatan Grabag Kabupaten

Magelang ditinjau secara hukum Islam adalah sudah sesuai. Akan tetapi

apabila dilihat dari undang-undang nomor 2 tahun 1960 tentang Perjanjian

Bagi Hasil, maka praktek tersebut belum tepat.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Sebaiknya pada saat melakukan akad perjanjian mengikuti zaman,

yaitu adanya surat perjanjian yang tertulis serta saksi, agar dapat

dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugasnya masing-masing

orang yang bersangkutan.

2. Hendaknya dalam melakukan pembagian hasil memperhatikan

peraturan yang telah ditentukan oleh negara apabila dipandang mampu

melaksanakan, meskipun dalam pembagian 50:50 atau satu karung :

satu karung, sudah saling sepakat dan rela.

Page 104: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

90

3. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Desa Tlogorejo

Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang tentang bagi hasil pertanian,

hendaknya Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga mengadakan sosialisasi tentang undang-undang nomor 2

tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Yasid. 2005. Fiqh Realitas Respon Ma‟had Aly terhadap Wacana Hukum

Islam Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 105: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

91

Al-Mishri, Abdul Sami‟. 2006. Pilar-Pilar Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, 1997. Pengantar Hukum Islam.

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Anwar, Syamsul. 2010. Hukum Perjanjian Syariah. Jakarta: Rajawali.

Azam, Abdul Aziz Muhammad. 2010. Fiqh Muammalat Sistem Tranksaksi dalam

Islam. Jakarta: Amzah.

Basyir, Ahmad Azhar. 2000. Asas-asas Hukum Mu‟ammalah (Hukum Perdata

Islam). Yogyakarta: UII Press

Bigha, Mustofa Dibbul. Tanpa tahun. Fiqih Syafi‟i Terjemah ST. Tahdzib. Putra

Pelajar.

Djazuli, Ahmad. 2007. Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah hukum Islam

Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah Yang Praktis. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Djuwaini, Dimyaudin. 2010. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Emzir. 2011. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali

Pers.

Fadal, Moh. Kurdi. 2008. Kaidah-kaidah Fikih. Jakarta Barat: CV.Arta Rivera.

Farkhani. 2011. Ilmu Hukum Sebuah Pengantar. Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan

Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamid, A.T. 1983. Ketentuan Fiqh dan Ketentuan Hukum Yang Kini Berlaku Di

Lapangan Hukum Perikatan. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Hasbi, Muhammad Teungku as-Shiddieqy. 1997. Hukum-Hukum Fiqh Islam.

Semarang: Pustaka Rizki Putra.

J.Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kuakitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Page 106: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

92

Lam bin Ibrahim, Abdullah. 2005. Fiqih Finansial. Surakarta: Era Intermedia.

Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.

Yogyakarta: TrustMedia.

Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.

Nawawi, Ismail. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer Hukum

Perjanjian, Ekonomi, Bisnis, dan Sosial. Bogor: Ghalia Indonesia

Nurul Hak. 2011. Ekonomi Islam Hukum Bisnis Syariah. Yogyakarta: Teras.

Pasaribu, Chairuman & Suhrawadi K. Lubis. 1996. Hukum Perjanjian Dalam

Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai

Pustaka.

Rahman, Ahzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT Dana Bhakti

Wakaf.

Rasjid, Sulaiman. 2012. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Rofiq, Ahmad. 2004. Fiqih Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sabiq, Sayiyd. 1978a. Fikih Sunnah 3. Bandung: PT Alma‟arif.

___________. 1978b. Fikih Sunnah 11. Bandung: PT Alma‟arif.

___________. 1987c. Fikih Sunnah 12. Bandung: PT Alma‟arif.

Sahrani, Sohari & Abdullah, Ruf‟ah. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia.

Suhendi, Hendi. 2010a. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers.

_____________. 2014b. Fiqh Muammalah. Jakarta: Rajawali Pers.

Suwiknyo, Dwi. 2010. Kompilasi Tafsir Ayat-ayat Ekonomi Islam Buku Referensi

Progam Studi Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqh. Bogor: Kencana.

Lidwa Pusaka i-Software. www.lidwapusaka.com

Page 107: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

93

Page 108: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

0

LAMPRIAN

Page 109: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

1

DAFTAR NILAI SKK MAHASISWA REGULER

Nama : Mukhammad Sukron

NIM : 214 11 007

Fakultas : Syariah

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah (HES)

Dosen PA : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

No Kegiatan Waktu Keterangan Point

1 User Education (Pendidikan Pemakai)

UPT Perpustakaan STAIN Salatiga

19 September

2011 PESERTA 2

2

Malam Keakraban (MAKRAB)

Mahasiswa Syariah “Bertajuk

Semalam”. HMJ Syariah

09 Oktober

2011 PANITIA 3

3 Pendidikan Dasar KSEI ke XII 19 November

2011 PESERTA 3

4 Seminar Regional IPNU Kab.

Semarang dan PMII Kota Salatiga

22 November

2011 PESERTA 4

5 Penerimaan Anggota Baru (PAB) JQH

STAIN Salatiga

02 Desember

2011 PESERTA 2

6 Pendidikan KSEI Tingkal Lanjut

(PKTL) 01 April 2012 PSERTA 3

7 Akhirussanah Ma‟had STAIN Salatiga

2012 07 Juni 2012 PANITIA 2

8 Gorah Masal Divisi Tilawah JQH

STAIN Salatiga 12 Mei 2012 PESERTA 2

9 Pelatihan Advokasi DEMA & HMJ

Syariah STAIN Salatiga 17 Mei 2012 PESERTA 3

10 Seminar Nasional Ekonomi Syariah.

KSEI STAIN Salatiga 02 Juni 2012 PANITIA 8

11 Lokakarya Imsakiyah 1433 H/2012M.

Oleh Progam Ahwal Al-Syakhsiyah 20 Juni 2012 PESERTA 2

Page 110: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

2

STAIN Salatiga

12

CERTIFICATE PYRAMID

ENGLISH COURSE at July 10th-

August 9th 2012

09 Agustus

2012 PESERTA 3

13 Opak STAIN Salatiga 2012 07 September

2012 PESERTA 3

14 Opak Jurusan Syariah 2012 09 September

2012 PESERTA 3

15

Lomba Karya Tulis Ekonomi Syariah

“Ekonomi Islam Kini dan Nanti”.

KSEI STAIN Salatiga

20 Oktober

2012 PANITIA 2

16 Penerimaan Anggota Baru (PAB) JQH

STAIN Salatiga

17-18

November 2012 PANITIA 3

17

Seminar Nasional “Peran Lembaga

Perbankan Syariah Dengan Adanya

Otoritas Jasa Keuangan (OJK). HMJ

Syariah

29 November

2012 PANITIA 8

18

Seminar Nasional “Upaya Menata

Progam Studi Ekonomi Syariah Pasca

Terbitnya peraturan Direktur Jendral

Pendidikan Islam Nomor 1429 Tahun

2012. Jurusan Syariah STAIN Salatiga

06 Desember

2012 PESERTA 8

19

SK Ketua Jurusan Syariah STAIN

Salatiga Tentang Susunan Pengurus

HMJ Syariah STAIN Salatiga Periode

2013

24 Januari 2013 4

20 Diklat Ekonomi Islam KSEI STAIN

Salatiga

4-5 Februari

2013 PANITIA 3

21 Pendidik Tingkat Lanjut KSEI STAIN

Salatiga 30 maret 2013 PANITIA 3

Page 111: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

3

22

Seminar Nasional dan Dialog Publik

“Minimnya Pasokan Energi Dalam

Negeri” HMJ Tarbiyah dan HMJ

Syariah STAIN Salatiga

20 April 2013 PANITIA 8

23

Seminar Nasional “Perjuangan Kaum

Perempuan Dalam Kesetaraan Hukum

Islam di Indonesia”. Percik dan

STAIN Salatiga

30 April 2013 PESERTA 6

24

Seminar Nasional dan Dialaog Publik

“Penyesuaian Harga BBM

Bersubsidi”. HMJ Syariah STAIN

Salatiga

27 Juni 2013 PANITIA 8

25

SK Ketua Jurusan Syariah STAIN

Salatiga Tentang Susunan Panitia

OPAK Jurusan STAIN Salatiga 2013

22 Agustus

2013 4

26 OPAK STAIN Salatiga 2013 26-27 Agustus

2013 PANITIA 3

27 OPAK Syariah STAIN Salatiga 2013 29 Agustus

2013 PANITIA 3

28

Seminar Internasional “Politik Jihad

dan Terorisme” Jurusan Syariah

STAIN Salatiga

11 September

2013 PESERTA 8

29

Surat Keputusan Ketua Jurusan

Syariah & Ekonomi Islam STAIN

Salatiga Tentang Susunan Pengurus

HMJ Syariah &Ekonomi Islam

STAIN Salatiga Periode 2014. Sebagai

Devisi Wacana

24 Januari 2014 4

30 Kursus Pembina Pramuka Mahir

Tingkat Dasar (KMD).

03 – 08 Maret

2014 PESERTA 3

Page 112: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

4

Diselenggarakan oleh Kwartir Cabang

Kota Salatiga.

31

Pelatihan Advokasi “Membangun

Mahasiswa Cerdas, Peduli & Sadar

Sebagai Agent Of Change. HMJ &

Ekonomi Islam STAIN Salatiga

23-24 Mei 2014 PANITIA 3

32

Seminar Imsakiyah Ramadhan 1435

H. Prodi Ahwal al-Syakhsiyah STAIN

Salatiga

26 Mei 2014 PESERTA 2

33 OPAK Jurusan Syariah & Ekonomi

Islam 2014 20-21 Juni 2014 PANITIA 3

34

Sekolah Pasar Modal (SPMS) “Level

Basic 1 atau Pendidikan Tingkat 1”

KSEI STAIN Salatiga

13 Oktober

2014 PANITIA 3

35

Seminar Nasional “Optimalisasi

Sumber daya Insani Terhadap

Lembaga Keuangan Syariah” KSEI

STAIN Salatiga

14 Oktober

2014 PANITIA 8

36

Tabligh Akbar “Membangun Karakter

Mahasiswa Islamic Entrepreneurship”.

KSEI STAIN Salatiga

14 Oktober

2014 PANITIA 3

37 Workshop Pendidikan Anti Korupsi.

HMJ &Ekonomi Islam

24-25

November 2014 PANITIA 3

38 CERTIFICATE Of TOEFL Predection

Test. UPB STAIN Salatiga

10 Februari

2015 PESERTA 3

39

Surat Tanda Tamat Belajar pleh Badan

Kesatuan Bangsa, Politik dan

Perlindungan Masyarakat dalam

Kegiatan Pemantapan Ideologi Bangsa

dan Nasionalisme Angkatan II TA.

10-12 Juni 2015 PESERTA 3

Page 113: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

5

2015

Page 114: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

6

Page 115: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

7

Page 116: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

8

Page 117: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

9

Page 118: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

10

Page 119: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

11

Page 120: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/780/1/M.Sukron_21411007.pdf · i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH

12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Mukhammad Sukron

Tempat /Tanggal Lahir : Magelang 15 Januari 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Tlogorejo, RT 03 RW 01, Grabag Magelang

Nomor Telephon : 08572 877 8041

Riwayat Pendidikan : 1. SDN Tlogorejo Lulus Th. 2004

2. MTs Darul Falah Pringsurat Lulus Th. 2008

3. MAN Parakan Temanggung Lulus Th. 2011

Data Orang tua

Nama Ayah : Muhlasin (Alm)

Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 1960

Alamat : Tlogorejo, RT 03 RW 01, Grabag Magelang

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Nama Ibu : Nuriyah

Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 27 Mei 1966

Alamat : Tlogorejo, RT 03 RW 01, Grabag Magelang

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh Harian Lepas