23
Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Juni 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

TinjauanKebijakan MoneterEkonomi, Moneter, dan Perbankan

Jun

i 2

01

2

Page 2: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik
Page 3: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

1

Tinjauan Kebijakan MoneterJuni 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan

oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus,

September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai

media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan

penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi

moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian

Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang

dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara

triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember.

Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan

terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama

bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang

ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Ronald Waas Deputi Gubernur

Page 4: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

2

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter .....................................................3

II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ......................................5

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ......................................................5

Neraca Pembayaran Indonesia ..........................................................8

Inflasi ................................................................................................9

Nilai Tukar Rupiah ...........................................................................11

Perkembangan Sektor Keuangan ...................................................13

Pasar Keuangan Internasional .....................................................13

Suku Bunga .................................................................................13

Kredit ..........................................................................................15

Uang Beredar ..............................................................................16

Pasar Saham ................................................................................16

Pasar Surat Berharga Negara (SBN) ..............................................17

Pasar Reksadana ..........................................................................18

Kondisi Perbankan .......................................................................19

III. Respons Kebijakan Moneter .......................................................20

Page 5: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

3

I. STATEMENT KebIJaKan MoneTeR

Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada tanggal 12 Juni 2012 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate sebesar 5,75%.

Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan prakiraan

inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran

yang ditetapkan, yaitu 4,5% ± 1% pada tahun 2012 dan 2013. Untuk

mengelola tekanan pelemahan nilai tukar dari memburuknya krisis di Eropa

dan sentimen negatif pasar keuangan global, Bank Indonesia mendorong

peningkatan pasokan valuta asing ke pasar agar pergerakan rupiah

tetap sejalan dengan pergerakan nilai tukar kawasan Asia dan kondisi

fundamental perekonomian Indonesia. Di samping menjaga kecukupan

likuiditas baik di pasar rupiah maupun pasar valuta asing, Bank Indonesia

juga memperkuat operasi moneter dan pendalaman pasar keuangan,

termasuk melalui pengembangan instrumen moneter valuta asing.

Di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global, Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik sejauh ini masih baik. Prospek perekonomian global masih dihadapkan

pada krisis Eropa yang memburuk dan semakin tidak pasti, kondisi

perekonomian AS yang masih rentan, serta pertumbuhan ekonomi

China dan India yang diprakirakan melambat sebagai dampak krisis di

Eropa. Dalam kondisi perekonomian global yang demikian, pertumbuhan

ekonomi pada triwulan II 2012 dan secara keseluruhan tahun 2012

diprakirakan masih dapat mencapai kisaran 6,3-6,7%, meskipun dengan

risiko bias ke batas bawah kisaran. Sumber pertumbuhan terutama

ditopang dari permintaan domestik baik konsumsi maupun investasi yang

tetap kuat. Di sisi lain, sumber pertumbuhan dari eksternal diprakirakan

menurun dengan melambatnya ekspor akibat melemahnya permintaan

dunia dan penurunan harga komoditas global, sementara impor masih

tumbuh cukup tinggi sejalan dengan kuatnya permintaan domestik.

neraca Pembayaran Indonesia diprakirakan membaik pada triwulan II 2012, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dengan kembali mencatat surplus. Di sisi transaksi berjalan, masih kuatnya

impor di tengah melambatnya ekspor menyebabkan transaksi berjalan

diprakirakan masih mengalami defisit meskipun dengan tingkat yang lebih

rendah dari triwulan sebelumnya. Di sisi lain, meskipun terdapat tekanan

arus modal keluar akibat sentimen global, surplus transaksi modal dan

Page 6: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

4

finansial diprakirakan masih cukup tinggi untuk menutup defisit transaksi

berjalan. Cadangan devisa sampai dengan akhir Mei 2012 mencapai 111,5

miliar dolar AS, atau setara dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran

utang luar negeri Pemerintah. Jumlah tersebut cukup untuk membiayai 6,4

bulan impor, jauh lebih tinggi dari threshold IMF sebesar 3-4 bulan impor.

nilai tukar rupiah mengalami tekanan depresiasi terkait dengan faktor eksternal. Pada Mei 2012, rupiah secara point-to-point melemah

sebesar 2,23% (mtm) ke level Rp9.400 per dolar AS atau secara rata-rata

melemah 0,95% (mtm) menjadi Rp9.254 per dolar AS. Tekanan terhadap

nilai tukar rupiah disebabkan oleh permintaan valuta asing yang tinggi

untuk memenuhi kebutuhan impor, utamanya impor BBM, pembayaran

utang luar negeri, dan repatriasi pendapatan pihak asing, ditengah

meningkatnya permintaan valas terkait portfolio rebalancing oleh pelaku

nonresiden akibat adanya sentimen global sehubungan penyelesaian krisis

di Eropa. Untuk menjaga keseimbangan pasar valuta asing, Bank Indonesia

terus mengambil langkah-langkah untuk menjaga kecukupan likuiditas

pasar, antara lain didukung dengan penguatan operasi moneter melalui

pengembangan instrumen moneter valuta asing seperti term deposit valuta

asing, serta memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk memitigasi

dampak negatif dari risiko pemburukan ekonomi global.

Perkembangan inflasi pada Mei 2012 tetap terkendali, dengan inflasi inti yang terus menurun. Inflasi IHK pada Mei 2012 tercatat

0,07% (mtm) sehingga secara tahunan tercatat sebesar 4,45% (yoy).

Inflasi yang terkendali tersebut sejalan dengan inflasi inti yang terjaga

pada level yang rendah (4,14%, yoy) seiring dengan penurunan harga

komoditas global dan tetap terkendalinya permintaan domestik.

Sementara itu, harga bahan pangan mengalami deflasi didukung pasokan

yang memadai terkait dengan musim panen. Di sisi lain, tekanan dari

administered prices masih minimal seiring dengan tidak adanya kebijakan

Pemerintah di bidang harga komoditas barang dan jasa yang bersifat

strategis. Ke depan, tekanan inflasi diprakirakan tetap terjaga dan

diperkirakan tetap berada dalam kisaran sasarannya.

Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dan disertai dengan fungsi intermediasi yang meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Industri perbankan menunjukkan kinerja

yang baik sebagaimana tercermin pada meningkatnya rasio kecukupan

modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum

8% serta rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross yang

Page 7: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

5

terjaga di bawah 5%. Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus

membaik, tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir April

2012 mencapai 25,7% (yoy). Kredit investasi tumbuh cukup tinggi,

sebesar 28,8% (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas

perekonomian. Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit konsumsi

masing-masing tumbuh sebesar 27,7% (yoy) dan 20,5% (yoy).

Ke depan, Dewan Gubernur tetap fokus pada langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah dan pengendalian ekspektasi inflasi. Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia akan terus memperkuat

bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh

selama ini. Respon kebijakan suku bunga BI Rate tetap diarahkan untuk

mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai prakiraan

makroekonomi ke depan. Sementara itu penguatan operasi moneter

dan kebijakan makroprudensial, termasuk dengan menjaga kecukupan

likuiditas dan mendorong pendalaman pasar keuangan, ditujukan untuk

stabilisasi nilai tukar Rupiah dan menjaga ekspektasi inflasi. Koordinasi

dengan Pemerintah terus diperkuat baik dalam menjaga stabilitas sistem

keuangan melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK)

maupun dalam pengendalian inflasi melalui forum TPI maupun TPID.

II. PeRKeMbanGan eKonoMI Dan KebIJaKan MoneTeR

Pertumbuhan ekonomi IndonesiaPerekonomian Indonesia pada triwulan II 2012 diprakirakan akan tetap tumbuh pada level yang cukup tinggi. Konsumsi rumah

tanggadan investasi diprakirakan masih menjadi motor penggerak

pertumbuhan ekonomi. Relatif stabilnya indeks penjualan eceran (Survei

Penjualan Eceran/SPE BI) dan membaiknya indeks keyakinan konsumen

(Survei Konsumen/SK BI) mengindikasikan tetap tingginya pertumbuhan

konsumsi rumah tangga. Sementara itu, investasi diprakirakan akan

tetap tumbuh positif didukung oleh optimisme dunia usaha yang masih

tinggi sejalan dengan iklim usaha yang semakin kondusif. Kinerja belanja

pemerintah diprakirakan akan tumbuh membaik seiring dengan perbaikan

serapan anggaran, khususnya belanja barang dan modal. Di sisi lain ekspor

diprakirakan melambat. Perlambatan kinerja ekspor sudah mulai terlihat

Page 8: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

6

pada triwulan I 2012 dipengaruhi oleh menurunnya daya serap negara

mitra dagang utama akibat berlanjutnya pelemahan ekonomi global

dan penurunan harga komoditas ekspor. Sejalan dengan perlambatan

tersebut, impor diprakirakan masih tetap kuatuntuk memenuhi permintaan

domestik. Pada sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan ekonomi

pada triwulan II 2012 diprakirakan masih ditopang oleh sektor industri

pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor

pengangkutan dan komunikasi.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2012 diprakirakan tumbuh stabil pada level yang tinggi. Tetap kuatnya konsumsi rumah tangga

terindikasi dari indeks penjualan eceran riil yang relatif stabil memasuki

triwulan II 2012 (Grafik 2.1). Indeks penjualan eceran pada subkelompok

non makanan yang tumbuh cukup tinggi, khususnya perlengkapan rumah

tangga dan komunikasi mendorong indeks penjualan riil bergerak stabil,

di tengah turunnya penjualan perlengkapan suku cadang kendaraan

bermotor. Meningkatnya penjualan barang perlengkapan rumah tangga

sejalan dengan terus meningkatnya konsumsi barang tahan lama.

Sementara itu, penurunan penjualan suku cadang kendaraan bermotor

sejalan dengan penjualan sepeda motor yang masih tumbuh negatif.

Meskipun demikian, hal itu tidak diikuti oleh penjualan mobil yang masih

menunjukkan peningkatan (Grafik 2.2).

Masih kuatnya konsumsi rumah tangga juga didorong oleh membaiknya

keyakinan konsumen (Grafik 2.3). Indeks Keyakinan Konsumen Mei 2012

menguat didorong oleh peningkatan yang terjadi pada kedua komponen

pembentuknya, yakni indeks keyakinan konsumen terhadap kondisi

ekonomi saat ini dan indeks ekspektasi konsumen terhadap perekonomian

pada enam bulan mendatang. Peningkatan optimisme konsumen tersebut

dipengaruhi oleh meredanya sentimen negatif setelah rencana kenaikan

harga BBM bersubsidi dibatalkan. Selain itu, daya beli konsumen juga

terjaga tercermin dari peningkatan indeks penghasilan dan ekspektasi

penghasilan pada Survei Konsumen BI. Dari sisi sumber pendanaan

konsumsi, dengan dukungan suku bunga riil yang sedikit menurun, kredit

dan pembiayaan konsumsi riil masih tumbuh positif (Grafik 2.4).

Kinerja investasi (Pembentukan Modal Tetap bruto/PMTb) pada triwulan II 2012 diprakirakan masih tetap bagus dan tumbuh relatif stabil. Kinerja investasi tersebut didukung oleh optimisme pelaku

usaha yang tetap kuat seiring dengan iklim usaha yang kondusif. Survei

Keyakinan Dunia Usaha (SKDU) memprakirakan kegiatan bisnis akan

Grafik 2.2 Pertumbuhan Penjualan Mobil dan Sepeda Motor

Grafik 2.3 Indeks Keyakinan Konsumen - SK BI

Grafik 2.1 Indeks Penjualan Eceran

�����������

�����������������

����������

����������������������������

�������������������

����������

��������������

�������

������

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ����

� � � � � � � � � ���� �� � � � �� � � � � � � � � � ������ � � � ���

������

��������������������

��������������

���������������

������������

������������������

���������������

�������������

����

��

��

��

��

���

���� ���� ����� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � �

������

�������

�������������

������

�����������������������������������������

��

��

��

��

���

���

���

���

���� ���� ���� ����� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � ��

Page 9: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

7

terus meningkat. Nilai investasi pada semester I 2012 diprakirakan akan

meningkat, terutama disumbang oleh investasi baru (Grafik 2.5). Aktivitas

usaha yang meningkat juga tercermin dari optimisme pelaku usaha

menurut indeks tendensi bisnis BPS yang terus menunjukkan penguatan

sejak triwulan I 2012 (Grafik 2.6).

Kinerja investasi ditopang oleh pertumbuhan investasi nonbangunan. Investasi nonbangunan diprakirakan tumbuh meningkat

merespons tetap tingginya permintaan domestik. Investasi mesin tumbuh

meningkat sejalan dengan meningkatnya impor barang modal terutama

mesin dan kelengkapan transportasi untuk industri. Demikian juga

investasi alat angkut meningkat sejalan dengan impor alat angkut untuk

industri yang meningkat.

Pertumbuhan investasi bangunan diprakirakan masih cukup baik,

tercermin dari masih baiknya indikator penjualan semen dan impor bahan

bangunan pada April 2012, di tengah aktivitas pembangunan infrastruktur

yang diprakirakan meningkat pada tahun 2012. Di samping itu, serapan

belanja barang dan modal pemerintah pada triwulan I 2012 yang membaik

juga turut mendukung tumbuhnya kinerja investasi.

Dari sisi pembiayaan, sumber pembiayaan investasi didominasi oleh modal

sendiri dan penyisihan laba, kredit modal kerja dan investasi swasta serta

pemerintah, di samping pasar modal dan dana asing.

ekspor pada triwulan II 2012 diprakirakan sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sejalan dengan masih lemahnya perekonomian global. Terbatasnya daya serap negara

mitra dagang utama sebagai imbas dari kontraksi perekonomian Eropa

menghambat ekspansi ekspor. Prospek perbaikan ekonomi Amerika Serikat

dan Jepang belum mampu mengangkat ekspektasi pemulihan ekonomi

global. Sementara itu, harga komoditas ekspor juga terus menurun sejalan

dengan masih lemahnya perekonomian global.

Berdasarkan komponennya, ekspor non migas pada April 2012 tumbuh

stabil ditopang oleh meningkatnya ekspor pertambangan dan pertanian

yang dapat mengimbangi penurunan ekspor manufaktur (Grafik 2.7).

Melambatnya ekspor manufaktur unggulan seperti CPO, Tekstil dan

Produk Tekstil (TPT), elektronik, dan kimia menahan laju pertumbuhan

ekspor. Sementara itu, ekspor pertambangan tumbuh meningkat didukung

oleh tingginya pertumbuhan komoditas nikel dan bauksit.

Grafik 2.4 Kredit Konsumsi Riil & Suku Bunga Riil Kredit Konsumsi

Grafik 2.5 Nilai Investasi – SKDU BI

Grafik 2.6 Indeks Tendensi Bisnis – BPS

�������������������

������

����������������������������������������

�����������������������������

������ �

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ����� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � �

��

��

��

���������������

����������������������

���� ���� ���� ������� ���� ��� ���� ��� ���� ����

�����

�����

���������� ����� �����

����

������ ������

������������

��

��

���

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

� �� ��� �� � �� ��� �� � ������� ���� ����

��������������������������������� ������������������������ ���������

Page 10: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

8

Di tengah ekspor yang sedikit melambat, kinerja impor pada triwulan II 2012 diprakirakan tetap kuat, meski tumbuh sedikit melambat. Impor diprakirakan tetap tumbuh tinggi didorong oleh

masih kuatnya permintaan domestik termasuk investasi. Meskipun impor

bahan baku tumbuh melambat memasuki triwulan II 2012, kenaikan

pertumbuhan impor barang modal dan barang konsumsi meredam

perlambatan pertumbuhan impor secara keseluruhan. Hal tersebut

ditengarai oleh meningkatnya prospek aktivitas investasi dan adanya

penambahan pasokan barang konsumsi sebagai persiapan menjelang

kenaikan permintaan pada musim liburan sekolah dan bulan Ramadhan.

Indikasi tersebut terlihat dari pertumbuhan impor komoditas nonmakanan

berupa kendaraan penumpang dan barang non-durable goods yang

meningkat (Grafik 2.8).

Pada sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2012 diprakirakan masih ditopang oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan

diprakirakan masih dapat tumbuh cukup tinggi, di tengah melemahnya

perekonomian global, ditopang oleh kuatnya perekonomian domestik.

Sejalan dengan aktivitas domestik yang masih baik, sektor perdagangan,

hotel, dan restoran (PHR) diprakirakan juga masih akan tumbuh tinggi.

Pertumbuhan yang tinggi juga akan terjadi di sektor pengangkutan

dan komunikasi seiring dengan membaiknya kinerja angkutan udara.

Peningkatan kinerja angkutan udara sejalan dengan adanya penambahan

pesawat udara pada beberapa maskapai penerbangan. Sementara itu,

kinerja subsektor komunikasi diprakirakan masih meningkat sebagaimana

terindikasi oleh meningkatnya komunikasi data dan internet serta tingginya

investasi pada subsektor ini.

neraca Pembayaran IndonesiaKinerja neraca Pembayaran Indonesia (nPI) pada triwulan II 2012 diprakirakan lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Neraca transaksi modal dan finansial (TMF) diprakirakan masih tetap kuat

dan mencatat surplus meskipun sempat terkoreksi akibat meningkatnya

sentimen negatif di pasar keuangan global. Arus masuk investasi langsung

dan portofolio masih menopang surplus neraca TMF tersebut. Neraca

transaksi berjalan (TB) diprakirakan masih mencatat defisit sejalan dengan

Grafik 2.7 Nilai Ekspor Riil Migas & Non Migas

Grafik 2.8 Nilai Impor Riil Migas & Non Migas

������ ������

���

���

���

��

��

��

��

���� ���� ���� ����

���

���

��

��

��

��

���

� � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � �

��������������

����������������

������ ������

��

���

���

���

��

��

��

���

���� ���� ���� ����

������������������������������

� � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � �

�����

���������

�����������������

Page 11: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

9

masih meningkatnya impor di tengah perekonomian domestik yang kuat.

Sampai dengan akhir Mei 2012, posisi cadangan devisa mencapai 111,5

miliar dolar AS atau setara dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang

luar negeri pemerintah.

neraca transaksi berjalan triwulan II 2012 diprakirakan masih mencatat defisit. Hal tersebut didorong oleh melemahnya kinerja

ekspor di tengah menurunnya permintaan eksternal. Di sisi lain, masih

berlanjutnya ekspansi ekonomi domestik berdampak pada peningkatan

impor. Defisit neraca jasa dan pendapatan mengalami peningkatan

searah dengan masih tingginya harga minyak dunia dan aktivitas impor.

Sementara itu, defisit neraca pendapatan diprakirakan tetap tinggi

disebabkan oleh besarnya pembayaran keuntungan dari investasi asing,

pembayaran bunga, dan pembayaran dividen.

neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2012 diprakirakan akan mencatat surplus yang tinggi. Peningkatan surplus

tersebut bersumber dari tingginya aliran masuk dana dalam bentuk

investasi langsung maupun portofolio.

I n f l a s iInflasi IHK sampai dengan Mei 2012 terkendali, dengan inflasi inti yang cenderung menurun. Peningkatan permintaan yang terjadi

sejauh ini masih dapat direspons secara memadai dari sisi penawaran,

sebagaimana tercermin pada kenaikan indeks produksi yang diikuti

oleh kapasitas utilisasi yang masih relatif stabil. Hal tersebut terlihat dari

tekanan inflasi inti yang relatif rendah. Perlambatan inflasi inti terutama

dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas global dan langkah Bank

Indonesia dalam menstabilkan nilai tukar di tengah melemahnya nilai

tukar rupiah pada akhir periode. Rendahnya realisasi inflasi IHK bulan Mei

2012 juga didorong oleh penurunan harga kelompok bahan makanan

sejalan dengan pasokan yang memadai akibat masih berlangsungnya

panen. Inflasi IHK pada bulan laporan tercatat sebesar 0,07% (mtm) atau

4,45% (yoy) (Grafik 2.11), melambat dari bulan lalu yang sebesar 0,21%

(mtm) atay 4,50% (yoy). Deflasi yang terjadi pada kelompok volatile food

terutama dipengaruhi oleh koreksi harga cabai dan beras. Selain itu,

menurunnya tekanan inflasi IHK juga disebabkan oleh rendahnya inflasi

administered prices akibat penurunan harga BBM non subsidi dan lebih

rendahnya kenaikan harga rokok.

Grafik 2.10 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial

Grafik 2.9 Perkembangan Transaksi Berjalan

���������������

����

����

���

��

��

���� ���� ���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �

������������ �������������� �������������������������������������������

���������������

����

���

��

��

���� ���� ���� ���� ����

���������������������������������������������������������������������������������������������������������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �

Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi

������

��

��

��

��

��������������������������

��������������������������������������

����

��������

����

���� ���� ���� ����

Page 12: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

10

Deflasi kelompok volatile food pada bulan laporan sejalan dengan memadainya pasokan akibat masih berlangsungnya panen (Grafik 2.12). Kelompok volatile food mencatatkan deflasi sebesar -0,25%

(mtm) atau 7,20% (yoy), yang terutama dipengaruhi oleh penurunan

harga cabai rawit dan beras. Penurunan harga cabai rawit dipengaruhi

oleh melimpahnya pasokan akibat panen, khususnya di Jawa Tengah.

Sementara itu, musim panen raya beras yang umumnya terjadi sampai

dengan April, tahun ini masih terjadi panen cukup besar pada Mei 2012.

Kondisi tersebut menyebabkan harga beras masih mengalami deflasi

hingga bulan Mei, berlawanan dari pola historisnya. Deflasi volatile food

pada bulan tersebut juga disebabkan adanya koreksi harga bumbu-

bumbuan, khususnya cabai dan bawang putih. Koreksi harga bawang

putih diduga akibat kembali masuknya pasokan yang berasal dari impor.

Sementara itu, harga minyak goreng yang beberapa bulan terakhir

mengalami peningkatan, mulai menunjukkan penurunan sejalan dengan

perkembangan harga CPO.

Inflasi inti sampai dengan Mei 2012 cenderung menurun. Pada

Mei 2012, inflasi inti tercatat sebesar 0,18% (mtm) atau 4,14% (yoy),

melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,23%

(mtm) atau 4,24% (yoy). Perlambatan inflasi inti terutama dipengaruhi

oleh penurunan harga komoditas global khususnya emas dan relatif

minimalnya tekanan dari permintaan domestik. Penurunan harga global

terjadi baik untuk komoditas pangan maupun nonpangan. Namun, di

sisi lain, ekspektasi inflasi masih menunjukkan peningkatan. Kenaikan

ekspektasi inflasi terjadi baik di pasar keuangan maupun di sektor riil.

Berdasarkan Consensus Forecast bulan Mei 2012, ekspektasi inflasi tahun

2012 meningkat dari 5,2% (yoy) ke 5,3% (yoy), sementara untuk tahun

2013 meningkat dari 5,6% (yoy) ke 5,8% (yoy). Peningkatan ekspektasi

inflasi tersebut ditengarai karena ketidakpastian terkait kebijakan energi.

Sementara itu, ekspektasi inflasi konsumen jangka pendek juga mengalami

sedikit peningkatan mengantisipasi perayaan hari besar keagamaan

(Grafik 2.13). Sebaliknya, ekspektasi inflasi pedagang masih menunjukkan

kecenderungan yang menurun.

Inflasi administered prices Mei 2012 tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya. Inflasi administered price tercatat sebesar 0,09% (mtm),

jauh melambat dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,24% (mtm)

(Grafik 2.14). Namun secara tahunan, inflasi administered prices Mei

2012 sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 2,97% dibandingkan dengan bulan

Grafik 2.12 Inflasi Volatile Food (mtm)

Grafik 2.13 Ekspektasi Inflasi Konsumen

Grafik 2.14 Inflasi Administered Prices

������

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������

����� ����

�����

������

���

���

���

���

���

���������������������������

���� ���� ���� ����

������

��

��

������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

���

���

���

��

��

��

��������������������������������

��� ������ ��� ������ ��� ������ ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ���������

���� ���� ���� ���� ����

������

Page 13: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

11

sebelumnya sebesar 2,92%. Rendahnya inflasi tersebut dipengaruhi oleh

inflasi rokok yang lebih rendah dibandingkan dengan pola historisnya.

Secara gabungan, rokok hanya mencatatkan inflasi sebesar 0,39% (mtm),

sementara rata-rata historis pada bulan Mei sebesar 0,52% (mtm). Selain

itu, harga bensin nonsubsidi juga terkoreksi mengikuti perkembangan

harga global. Harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax turun 1,51% pada

bulan laporan. Namun, terdapat tekanan dari harga bahan bakar rumah

tangga yang meningkat meskipun hanya terkonsentrasi di sejumlah daerah

karena pengendalian kuota yang dilakukan pemerintah. Tekanan tersebut

tercermin dari inflasi bahan bakar rumah tangga yang lebih tinggi dari

historisnya.

nilai Tukar RupiahSelama Mei 2012, nilai tukar rupiah mengalami tekanan terkait dengan faktor eksternal. Eskalasi faktor risiko di kawasan Eropa terkait

dengan berlanjutnya ketidakpastian penanganan krisis utang, fiskal dan

perbankan serta perkembangan politik terkini telah memicu penyesuaian

aliran dana non residen di instrumen keuangan domestik. Selain itu,

indikasi pelemahan ekonomi China juga turut menambah tekanan pada

nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah secara rata-rata melemah sebesar

0,95% (mtm) ke level Rp9.254 per dolar AS dari Rp9.166 per dolar AS

pada bulan sebelumnya (Grafik 2.15). Sementara secara point to point,

nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 2,23% (ptp) dan ditutup pada level

Rp9.400 per dolar AS. Pergerakan rupiah tersebut diiringi juga dengan

volatilitas yang meningkat. Adanya kebijakan stabilisasi Bank Indonesia

telah mampu menahan kenaikan volatilitas nilai tukar lebih lanjut.

Pergerakan nilai tukar rupiah tersebut relatif sejalan dengan mayoritas

mata uang negara kawasan yang juga melemah, kecuali Yen (Grafik 2.16).

Jika dibandingkan dengan negara kawasan, depresiasi nilai tukar rupiah

tidak sebesar depresiasi yang dialami oleh mata uang negara kawasan.

Selama Mei 2012, tekanan nilai tukar rupiah terutama berasal dari kembali

meningkatnya kekhawatiran terhambatnya laju pemulihan ekonomi global.

Beberapa faktor eksternal yang memberikan tekanan bagi pergerakan

nilai tukar diantaranya adalah (1) Meningkatnya kekhawatiran akan

keberhasilan penerapan program penghematan anggaran di kawasan

Eropa seiring dengan kemenangan partai oposisi pada Pemilu Perancis dan

pemilu putaran pertama di Yunani di tengah perkembangan ekonomi yang

Grafik 2.15 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

Grafik 2.16 Apresiasi & Depresiasi Mata Uang Regional dan Eropa

�������

������������������������������������������������

����

����

����

����

����

����

����

��������

����

�������������������������������

����

��� ������ ������ ��� ��� ��� ������������ ������������

����

����

����

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���������

��������������

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

Page 14: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

12

terus melemah; (2) Meningkatnya kemungkinan Yunani keluar dari zona

Eropa. Hasil Pemilu putaran pertama Yunani yang tidak dapat konklusif

menghasilkan kebuntuan pada upaya pembentukan pemerintahan

koalisi akibat pertentangan beberapa partai utama sehubungan dengan

penerapan program penghematan anggaran. Kemungkinan unggulnya

partai oposisi pada pemilu mendatang menyiratkan kekhawatiran

bahwa Yunani tidak akan mampu memenuhi persyaratan penghematan

anggaran yang telah disepakati untuk memperoleh dana bail out. Hal

tersebut dapat berujung pada kemungkinan Yunani akan mengalami

default dan keluar dari zona Eropa; (3) Belum jelasnya penanganan

krisis perbankan Spanyol; (4) Indikasi moderasi perekonomian China

seperti tampak pada melemahnya ekspor, penjualan eceran, dan sektor

manufaktur; dan (5) Pemotongan credit rating Jepang oleh Fitch seiring

dengan meningkatnya profil risiko kredit Jepang akibat meningkatnya rasio

utang publik. Perkembangan tersebut memicu peningkatan faktor risiko

dan kecenderungan investor beralih ke aset aman berdenominasi dolar.

Tingginya faktor risiko selama bulan laporan tercermin dari peningkatan

indeks MSCI World dan VIX serta Credit Default Swap (CDS) negara utama

Eropa (Grafik 2.17).

Dari sisi domestik, gejolak yang terjadi di pasar keuangan global serta

ketidakseimbangan di pasar valas membentuk persepsi meningkatnya

faktor risiko domestik. Hal tersebut tercermin dari perkembangan CDS

dan premi swap Indonesia yang meningkat (Grafik 2.18 dan 2.19).

Namun, imbal hasil berinvestasi di instrumen rupiah masih relatif

kompetitif dibandingkan dengan negara kawasan. Indikator imbal hasil

yang tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri

(UIP - Uncovered Interest Parity) berada pada tren menurun seiring

dengan pemotongan suku bunga acuan, namun masih relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan beberapa negara kawasan (Grafik 2.20). Jika

memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah masih

tetap lebih baik dibandingkan dengan Korea, Malaysia, dan Filipina.

Grafik 2.17 Indeks Risiko Global (MSCI World, VIX)

Grafik 2.18 CDS Indonesia &Selisih Imbal Hasil

Grafik 2.19 Premi Swap

Grafik 2.20 Uncovered Interest Parity (UIP)

������������������������������������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

������

������������������������������������������

����

����

����

����

����

����

����

�����

����

��������

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

�����

�����

����

�����

�����

����

�����

�����

����

�����

�����

����

�����

�����

�������������������������������

������������������

���������������

������������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

������������������������������

������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�������������������������

������������������

�������������������

���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����������������������������������������������

���� ���� ������� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��������� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ���

�����������������

�������������

Page 15: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

13

Perkembangan Sektor Keuangan

Pasar Keuangan Internasional Pasar keuangan internasional mengalami tekanan akibat semakin

meningkatnya kompleksitas penyelesaian krisis Eropa, khususnya yang

terjadi di Yunani. Gejolak politik di Eropa, kekhawatiran akan keluarnya

Yunani dari keanggotaan Uni Eropa, serta berbagai spekulasi akan

memburuknya kondisi perbankan di Spanyol meningkatkan ketidakpastian

prospek ekonomi negara kawasan Eropa. Indikator risiko baik di negara

maju maupun di negara emerging markets mengalami peningkatan

sehingga memicu pengalihan aset oleh investor ke safe haven currency,

utamanya di Amerika Serikat, yang kemudian menyebabkan pelemahan

mata uang negara emerging markets.

Selain berdampak pada penurunan kinerja bursa saham internasional dan

pelemahan mata uang regional, berkembangnya sentimen negatif dipasar

keuangan internasional turut berimbas pada harga komoditas global yang

menurun, terutama komoditas minyak. Harga minyak sempat ditutup

di bawah US$90/barel disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran

penurunan permintaan sejalan dengan pelemahan ekonomi global yang

masih terus berlanjut. Hal tersebut dibarengi dengan pulihnya pasokan

minyak OPEC dan meningkatnya persediaan minyak di AS.

Respons kebijakan moneter di negara maju masih cenderung akomodatif,

sedangkan respons kebijakan moneter di negara emerging markets

cenderung netral seiring dengan meningkatnya tekanan inflasi dan

tingginya ketidakpastian di pasar keuangan. Bank sentral China

menurunkan giro wajib minimum, sementara itu bank sentral di kawasan

Amerika Selatan melakukan berbagai kebijakan makroprudensial seperti

menaikkan giro wajib minimum, dan melakukan Swap valuta asing untuk

menjaga stabilitas mata uangnya.

Suku BungaSuku bunga di pasar uang antar bank (PUab) Rupiah mengalami peningkatan. Rata-rata suku bunga PUAB O/N (Over Night) pada Mei

2012 tercatat sebesar 3,78%, meningkat 2 bps dari bulan sebelumnya

yang mencapai 3,76%. Suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih

panjang dari O/N turut bergerak searah dengan suku bunga PUAB O/N.

Page 16: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

14

Peningkatan terjadi di seluruh tenor dengan kenaikan tertinggi terjadi pada

tenor 1 bulan. Dengan perkembangan tersebut, suku bunga PUAB dengan

tenor lebih panjang dari ON berada pada kisaran antara 3,78% - 4,15%.

Aktivitas di pasar uang antar bank mengalami peningkatan. Rata-rata

volume transaksi PUAB seluruh tenor pada Mei 2012 meningkat cukup

besar dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Selain itu, frekuensi

transaksi juga mengalami peningkatan, terutama untuk tenor ON.

Peningkatan volume dan frekuensi tersebut terkait dengan adanya

penarikan dana nasabah yang digunakan untuk melakukan pelunasan

obligasi korporasi yang jatuh tempo serta melakukan pembayaran pajak.

Di sisi lain, persepsi risiko di pasar uang antar bank masih tetap terjaga,

sebagaimana tercermin pada selisih (spread) suku bunga PUAB O/N

tertinggi dan terendah yang hanya sebesar 0,1% pada Mei 2012.

Penurunan suku bunga perbankan masih terus berlanjut. Rata-rata

suku bunga deposito 1 bulan pada April 2012 turun sebesar 24 bps dari

bulan sebelumnya menjadi 5,42%. Sejalan dengan penurunan suku bunga

simpanan, rata-rata suku bunga kredit mengalami penurunan sebesar 8

bps dari 12,59% pada Maret 2012 menjadi 12,51% pada April 2012.

Suku bunga kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit

konsumsi (KK) masing-masing turun sebesar 15, 6 dan 3 bps menjadi

11,86%, 11,56% dan 14,10% dibandingkan dengan bulan sebelumnya

(Tabel 2.1 dan Grafik 2.21).

Penurunan suku bunga kredit yang lebih terbatas dibandingkan dengan

suku bunga deposito menyebabkan selisih (spread) di antara kedua

suku bunga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan selisih

pada bulan sebelumnya. Selisih yang masih relatif lebar tersebut masih

Tabel 2.1Perkembangan berbagai Suku bunga

Suku bunga (%)

6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,25 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 6,80 6,85 6,82 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,53 5,42 12,06 12,22 12,15 12,08 12,17 12,07 12,05 11,94 11,88 11,92 11,24 11,12 n.a 12,68 12,61 12,60 12,55 12,50 12,39 12,36 12,31 12,16 12,14 12,11 12,01 11,86 12,16 12,15 12,13 12,11 12,10 12,06 12,02 11,97 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 14,38 14,37 14,37 14,32 14,30 14,25 14,02 14,18 14,15 14,14 14,15 14,13 14,10

BI RatePenjaminan DepositoDep 1 bulan (rata-rata tertimbang)Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)Kredit Modal Kerja (KMK)Kredit Investasi (KI)Kredit Konsumsi (KK)

2011 2012

apr Mei Jun Jul ags Sep okt nov Des Jan Feb Mar apr

Page 17: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

15

memberikan ruang bagi penurunan suku bunga kredit lebih lanjut sejalan

dengan efisiensi penyaluran dana perbankan serta perbaikan efisiensi

operasional perbankan.

berdasarkan kelompok bank, penurunan terbesar suku bunga deposito 1 bulan1 tercatat pada kelompok bPD yang memiliki level

suku bungapaling tinggi dibandingkan dengan kelompok bank lainnya.

Penurunan suku bunga deposito 1 bulan pada kelompok BPD tercatat

sebesar 40 bps, sedangkan kelompok bank asing, bank swasta dan bank

persero masing-masing tercatat sebesar 20, 25 bps dan 20 bps. Untuk suku bunga kredit, penurunan terbesar terjadi pada kelompok bank asing yang juga memiliki level suku bunga paling tinggi dibandingkan

dengan kelompok bank lainnya. Pada April 2012, kelompok bank asing

menurunkan suku bunga KMK dan KK masing-masing sebesar 21 dan

37 bps. Sementara itu, kelompok bank swasta, BPD dan bank persero

menurunkan suku bunga kreditnya masing-masing sebesar 5, 6 dan 10

bps.

KreditPertumbuhan kredit masih terus terakselerasi sejalan dengan penurunan suku bunga kredit. Pada April 2012, pertumbuhan kredit

(tidak termasuk kredit chaneling) mencapai 25,7% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2012 sebesar 24,9%

(yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit investasi dan kredit

modal kerja masih tumbuh tinggi sejalan dengan penurunan suku bunga

kredit investasi dan kredit modal kerja. Sementara itu, kredit konsumsi

tercatat tumbuh relatif stabil dari bulan sebelumnya (Grafik 2.22). Selain

pertumbuhannya yang meningkat, pangsa kredit modal kerja dan kredit

investasi dari total kredit juga meningkat dari bulan sebelumnya. Hal

tersebut memberikan gambaran kualitas penyaluran kredit yang membaik.

Secara sektoral, penyaluran kredit pada sektor produktif meningkat. Sektor listrik, air dan gas bahkan mencatat akselerasi

pertumbuhan yang cukup tinggi sehingga peningkatan tersebut

diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian (Grafik 2.23).

Di tengah melambatnya ekspor, permintaan terhadap kredit secara umum masih meningkat terutama untuk mendukung aktivitas

Grafik 2.21 Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Grafik 2.22 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 2.23 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Sektor

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����� � �� � � ��� � � ��� � � ��� ��

���������������������������������������

�������������������������������

1 Biaya dana utama bank

��

��

��

��

��

���

�����

����������

������

���� ���� ���� ���� ���������� ��� ��� ��������������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ������������

����������

����������������������������

���������������������������������

���������������������

���������������������������������������

���������������������

����������������������������

��������������������

�������������������������������

������������������

�� �� �� �� ��

��

��

����

��

��

��

��

��

��

��

����

��

��

��

��

��

��

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��������

����

Page 18: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

16

ekonomi yang masih kuat. Masih lemahnya perekonomian dunia yang

berimbas pada melambatnya ekspor Indonesia hanya berdampak pada

permintaan kredit investasi, yang sedikit mengalami penurunan meskipun

tidak terlalu signifikan. Namun, secara keseluruhan, pada April 2012

permintaan terhadap kredit tetap meningkat. Dari sisi penawaran kredit,

kemampuan bank untuk menyalurkan kredit masih cukup besar didukung

dengan masih tingginya likuiditas perbankan. Selain itu, Dana Pihak Ketiga

(DPK) perbankan masih cukup besar sebagaimana tercermin pada data

April 2012 yang mencatat pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan

bulan sebelumnya yakni sebesar 21,4% (yoy) sejalan dengan pertumbuhan

giro dan deposito yang meningkat masing-masing menjadi 24,1% dan

19,0% (yoy).

Uang BeredarPertumbuhan uang primer relatif stabil. Pada bulan Mei 2012,

pertumbuhan uang primer relatif stabil pada level 15,0% (yoy)

dibandingkan bulan April sebesar 14,6% (yoy). Sementara itu,

pertumbuhan uang kartal (currency outside bank / COB) juga masih berada

dalam tren yang stabil sebesar 16,8% (yoy), meskipun secara bulanan

mengalami peningkatan dari sebesar 14,5% (yoy) pada April 2012 (Grafik

2.24).

Likuiditas perekonomian masih berada dalam trenmeningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada April 2012,

pertumbuhan M2 meningkat menjadi 20,2% (yoy) dibandingkan Maret

2012 sebesar 18,8%. Pertumbuhan tersebut terutama didukung oleh

pertumbuhan deposito dan tabungan rupiah di tengah kontribusi aliran

modal asing (NFA) yang menurun akibat ketidakpastian ekonomi global

yang meningkat. Sementara itu, pertumbuhan M1 di periode yang sama

mencapai 23,3% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2012

sebesar 23,0% (yoy) terkait dengan peningkatan giro rupiah (Grafik 2.25).

Pasar SahamMeningkatnya eskalasi tekanan di pasar keuangan global, menyebabkan kinerja pasar saham domestik turut mengalami tekanan. Sentimen negatif di pasar keuangan global akibat kekhawatiran

akan dampak dari krisis di Eropa menyebabkan investor mencari outlet-

outlet yang dianggap aman (safe haven assets) untuk menghindari risiko.

Grafik 2.24 Pertumbuhan Uang Primer

Grafik 2.25 Pertumbuhan Uang Beredar

�����������������

��������������������

��������������

���������������

������

��������������������

���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������

�������������

����

����

����

�����

�����

�����

�����

������

��������������������

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ���� ������� ������ ������ ��� ��� ��� ������ ������ ��� ������ ������ ��� ��� ��� ������ ������ ��� ���������

�� �� �������������������

Page 19: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

17

Perilaku flight to quality investor menyebabkan penurunan indeks di

beberapa negara emerging markets, termasuk di Indonesia. Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami penurunan dari bulan

sebelumnya sebesar 8,3% dan ditutup pada level 3.833 (Grafik 2.26).

Di tengah minimnya sentimen positif yang berasal dari eksternal, masih

solidnya kondisi fundamental perekonomian domestik memberikan

sentimen positif yang mampu menahan pelemahan indeks lebih lanjut.

Sejumlah sentimen positif domestik antara lain berasal dari laporan kinerja

keuangan kuartal I-2012 dari beberapa emiten domestik dan keputusan

Pemerintah yang belum akan memberlakukan pembatasan konsumsi BBM

bersubsidi.

Memburuknya kondisi pasar keuangan internasional memicu tingginya

sentimen negatif yang mendorong investor non-residen melakukan

penjualan aset-asetnya yang dianggap berisiko dan beralih pada aset-aset

yang dianggap lebih aman. Pada Mei 2012, investor non-residen mencatat

jual neto cukup besar, berkebalikan dengan perilaku di bulan sebelumnya

yang mencatat beli neto.

Selama Mei 2012, seluruh indeks sektoral mengalami pelemahan

dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pelemahan terbesar dialami oleh

sektor pertambangan sebesar 19,9% yang dipicu oleh penurunan harga

komoditas, kemudian diikuti oleh sektor properti dan perdagangan yang

melemah sebesar 10,9% dan 9,8% serta sektor lainnya yang melemah

dikisaran 1,2%-8,8% (Grafik 2.27).

Pasar Surat Berharga Negara (SBN)Sejalan dengan pasar saham, perkembangan di pasar Sbn turut mengalami tekanan. Tekanan di pasar SBN tercermin pada peningkatan

imbal hasil SBN yang terjadi pada seluruh tenor. Secara keseluruhan, imbal

hasil SBN selama Mei 2012 tercatat sebesar 6,16% atau naik sebesar

56 bps jika dibandingkan dengan bulan April 2012 (Grafik 2.28 dan

2.29). Namun, peningkatan imbal hasil SBN tersebut masih lebih rendah

dibandingkan dengan saat krisis 2008 yang berkisar antara 60-120 bps.

Pada perkembangannya, pembelian oleh perbankan serta pelaku lain

(long-term investor) mampu meredam tekanan kenaikan imbal hasil SBN.

Tekanan di pasar SBN disertai dengan volume transaksi perdagangan

yang menurun. Secara keseluruhan, pada Mei 2012, investor non residen,

mencatat jual neto terutama untuk aset-aset yang berjangka pendek dan

Grafik 2.26 IHSG dan Perkembangan Bursa Global

Grafik 2.27 Perkembangan Saham Sektoral

��� ��� � ���

����������������

����������������

�����������������

��������������������

��������������

�������������������

�����������������

���

������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

������

�����

�����

Grafik 2.28 Imbal Hasil SBN dan BI Rate

��

��

��

��

����������������������

���� ���� ���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����������������

��� ��� �� � ��

�����������������������

����������������������

����������������������������������

��������������������������������������

����������������������������

�����������������������������

������������ �����

����������

������

������

����������

�����

����������

�����

����������

����

Page 20: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

18

menengah. Sementara itu, untuk aset dengan tenor jangka panjang justru

terjadi beli neto oleh investor non-residen sekitar Rp 2 triliun.

Pasar ReksadanaSejalan dengan kinerja di pasar saham dan pasar SBN, kinerja pasar reksadana selama Mei 2012 menunjukkan penurunan. Kinerja

reksadana yang tercermin dalam NAB mengalami penurunan sebesar

2,9% dibandingkan dengan NAB pada April 2012 (Tabel 2.2). Penurunan

tersebut terjadi pada hampir semua jenis reksadana kecuali reksadana

terproteksi yang masih meningkat sebesar 0,5%.

Tabel 2.2Perkembangan Reksadana

1 2 3 4 2011 5 6 7 8 9 10 11 122012 1 2 3 4 5

Saham MTMPasar Uang Campuran Pendapatan

Tetap Terproteksi IndeksETF-

Saham

ETF-Pendapatan

Tetap Syariah Total

Mei 2012 -Desember 2011

1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1% 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7% 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7% 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9% 3,9% 1,1% 0,3% -2,1% 1,3% -3,3% 0,4% 1,5% 0,1% 1,5% 1,8% -4,6% 5,3% -1,3% -0,6% 5,3% 1,8% 0,5% 0,0% 0,7% 0,1% 9,9% -5,5% 4,9% -0,3% -26,9% 5,9% 4,1% -0,4% 0,4% 4,0% -2,1% 63,7% 33,8% -1,0% 6,8% -7,3% 2,8% -3,4% 14,7% -4,8% -0,4% -40,5% -26,1% -2,1% -3,9% -7,9% 2,6% -4,1% -14,6% 9,6% -0,8% 6,8% 3,0% 1,0% 9,6% -2,7% 8,8% 3,9% 5,1% -1,7% 9,6% -1,6% 2,1% 1,1% -2,6% 30,8% 2,4% 0,1% 0,3% 2,7% 12,9% 5,5% 6,4% -1,0% 2,2% 8,1% 6,6% 2,0% 3,2% -5,1% 3,7% -0,9% 9,9% 0,8% 1,8% -2,8% 5,7% 2,5% 0,2% 2,2% 8,5% 62,5% 33,5% -1,7% 3,8% 79,0% 7,5% 4,4% 15,3% -1,5% 7,7% -1,2% 0,1% -1,9% 12,6% -11,4% -1,0% -1,2% -0,6% 0,3% 6,3% -32,9% -20,9% 1,7% 15,3% -10,3% 88,7% 6,1% -9,2% -0,7% -5,1% -6,8% -6,5% 0,5% -7,8% -0,6% -2,3% -9,4% -2,9%

-4,8% 22,3% -0,5% 8,7% -0,8% 26,5% 37,4% 107,4% 1,6% 1,2%

Grafik 2.29 Perubahan Imbal Hasil SBN - Bulanan

��

�����

����

����

����

����

����

��������������������������������������������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� �������� ���� ����

Page 21: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

19

Kondisi PerbankanSecara umum, kinerja perbankan dalam negeri tetap terjaga di tengah meningkatnya risiko akibat dari kondisi eksternal yang masih diliputi oleh ketidakpastian. Permodalan perbankan

sebagaimana tercermin pada angka rasio kecukupan modal (Capital

Adequacy Ratio / CAR) per April 2012 terjaga di kisaran 17% - 18%.

Perkembangan intermediasi perbankan atau kredit perbankan

mengalami peningkatan dan tercatat tumbuh 25,7% (yoy) pada April

2012. Sementara itu, di sisi risiko kredit meskipun mengalami sedikit

peningkatan, namun masih tetap terjaga di tengah rasio LDR (Loan to

Deposit Ratio) yang meningkat. Rasio kredit bermasalah (Non Performing

Loan/NPL) selain kredit channeling baik gross maupun neto tercatat rendah

dan stabil dari bulan sebelumnya sebesar 2,3% dan 0,6% (Tabel 2.3). Di

sisi profitabilitas perbankan, indikator Return on Asset (ROA) tetap stabil

pada kisaran 3%.

Tabel 2.3Kondisi Umum Perbankan

IndikatorUtama

Total Aset (T Rp) DPK (T Rp) Kredit * (T Rp)LDR* (%) NPLs Gross* (%) NPLs Net * (%) CAR (%) NIM (%) ROA (%)

3.065,8 3.195,1 3.371,5 3.651,8 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 2.351,4 2.438,0 2.544,9 2.784,1 2.742,3 2.763,9 2.826,0 2.841,4 1.814,8 1.950,7 2.079,3 2.199,1 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 77,2 80,0 81,7 79,0 78,8 79,7 80,2 81,6 2,8 2,7 2,7 2,2 2,4 2,3 2,3 2,3 0,5 0,6 0,6 0,4 0,5 1,0 0,6 0,6 17,6 17,0 16,7 16,1 18,4 18,5 18,3 18,0 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 3,1 3,1 3,1 3,0 3,7 3,4 3,1 3,0

2011 2012

Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar apr

* tanpa channeling

Page 22: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

20

III. ReSPonS KebIJaKan MoneTeR

Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada tanggal 12 Juni 2012 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate sebesar 5,75%.

Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan prakiraan

inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran

yang ditetapkan, yaitu 4,5% ± 1% pada tahun 2012 dan 2013. Untuk

mengelola tekanan pelemahan nilai tukar dari memburuknya krisis di Eropa

dan sentimen negatif pasar keuangan global, Bank Indonesia mendorong

peningkatan pasokan valuta asing ke pasar agar pergerakan rupiah

tetap sejalan dengan pergerakan nilai tukar kawasan Asia dan kondisi

fundamental perekonomian Indonesia. Di samping menjaga kecukupan

likuiditas baik di pasar rupiah maupun pasar valuta asing, Bank Indonesia

juga memperkuat operasi moneter dan pendalaman pasar keuangan,

termasuk melalui pengembangan instrumen moneter valuta asing.

Page 23: Tinjauan Kebijakan Moneter · inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, ... Dewan Gubernur meyakini daya tahan perekonomian domestik

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2012

21

Indikator Terkini

* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode 4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

SEKTOR KEUANGAN

H A R G A

SEKTOR EKSTERNAL

INDIKATOR KUARTALAN

SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 9 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar Rp)Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Broad Money (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S) M2 - Rupiah Tagihan kepada Sektor LainnyaTagihan pada Sektor Swasta

Inflasi bulanan (%. mtm)Inflasi tahunan (%. yoy)

Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (%. yoy)** Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor

7,36 7,36 7,28 6,78 6,28 5,77 5,22 5,04 4,88 3,82 3,83 3,93 - 6,85 6,82 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 - 6,91 6,95 6,88 6,90 7,05 7,11 6,99 6,81 6,68 6,52 6,31 6,00 - 6,50 6,45 6,37 6,11 5,61 5,30 4,87 4,67 4,43 3,93 3,81 3,81 - 3.837 3.889 4.131 3.842 3.549 3.791 3.715 3.822 3.942 3.985 4.122 4.181 3.833

525.857 541.624 555.008 625.440 565.149 566.282 568.783 613.488 594.078 578.964 586.034 596.592 - 611.791 636.206 639.688 662.806 656.096 665.000 667.587 722.991 696.323 683.253 714.258 717.111 - 254.066 261.504 275.437 324.725 279.224 281.341 279.066 307.760 286.242 280.103 287.046 287.047 - 357.725 374.702 364.251 338.081 376.872 383.659 388.521 415.231 410.082 403.150 427.212 430.064 - 2.475.286 2.522.784 2.564.556 2.621.346 2.643.331 2.677.787 2.729.538 2.877.220 2.854.978 2.849.796 2.911.920 2.923.091 - 1.853.915 1.876.446 1.914.444 1.943.770 1.973.573 2.000.315 2.047.205 2.139.840 2.145.246 2.150.808 2.182.891 2.190.530 - 1.590.187 1.618.287 1.646.959 1.683.246 1.703.621 1.725.881 1.753.123 1.846.002 1.842.815 1.848.124 1.875.257 1.886.769 - 878.771 887.394 909.234 923.986 933.931 953.045 956.480 981.445 993.655 998.643 1.022.038 1.020.787 - 711.416 730.893 737.725 759.260 769.690 772.836 796.643 864.557 849.160 849.481 853.219 865.982 - 120.104 117.576 124.321 126.436 130.714 129.685 135.589 140.518 141.171 145.623 148.649 148.486 - 143.625 140.584 143.163 134.088 139.238 144.749 158.494 153.320 161.260 157.061 158.984 155.275 - 9.580 10.131 10.424 14.770 13.663 12.472 14.746 14.388 13.409 15.735 14.771 15.450 - 2.345.602 2.395.077 2.429.810 2.480.140 2.498.955 2.535.630 2.579.204 2.722.313 2.700.399 2.688.438 2.748.499 2.759.155 -

2.045.007 2.109.138 2.140.515 2.205.555 2.249.588 2.283.424 2.337.812 2.383.823 2.374.862 2.403.464 2.464.483 2.519.441 - 1.809.801 1.864.834 1.888.437 1.946.476 1.989.000 2.024.718 2.068.037 2.118.376 2.106.449 2.138.727 2.189.236 2.230.455 -

0,12 0,55 0,67 0,93 0,27 -0,12 0,34 0,57 0,76 0,05 0,07 0,21 0,07 5,98 5,54 4,67 4,79 4,61 4,42 4,15 3,79 3,65 3,56 3,97 4,50 4,45

8.537 8.597 8.508 8.578 8.823 8.835 9.170 9.068 9.000 9.085 9.180 9.190 9.565 14.562 14.720 13.589 15.021 13.558 14.187 13.507 13.460 12.006 12.771 13.643 - - 11.159 11.754 12.374 11.346 11.440 12.184 12.015 12.614 11.680 12.020 10.138 - - 96,95 96,56 99,32 100,79 93,80 89,68 89,08 88,57 88,84 87,74 89,93 94,46 92,55

Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

2011 2012

Tw. II Tw. III Tw. IV* Tw. I*

2011 2012

6,5 6,5 6,5 6,3 4,6 4,6 4,6 5,0 9,3 7,1 11,5 9,9 133,5 16,7 -8,7 163,1 17,2 17,8 7,9 7,8 15,3 14,0 10,1 8,2