Upload
donguyet
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
1
Tinjauan Kebijakan MoneterMaret 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan
oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada
setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September,
dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan
Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada
masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas
asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon
kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan
Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April,
Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil
evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan
kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon
kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution Gubernur
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
S. Budi Rochadi Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Halim Alamsyah Deputi Gubernur
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
2
Daftar Isi
I. Statement Kebijakan Moneter ................................................ 3
II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter ................. 6
Perkembangan Ekonomi Dunia .................................................... 6
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .............................................. 10
Inflasi ........................................................................................ 12
Nilai Tukar Rupiah ...................................................................... 14
Transmisi Kebijakan Moneter ..................................................... 16
Suku Bunga.......................................................................... 16
Dana, Kredit, dan Uang Beredar ........................................... 17
Pasar Saham......................................................................... 19
Pasar SBN ............................................................................. 19
Pasar Reksadana ................................................................... 20
Kondisi Perbankan................................................................ 21
III. Respon Kebijakan Moneter ................................................... 22
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
3
I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER
Prospek ekonomi dunia terus membaik, namun dibayangi oleh tekananProspek ekonomi dunia terus membaik, namun dibayangi oleh tekananProspek ekonomi dunia terus membaik, namun dibayangi oleh tekananProspek ekonomi dunia terus membaik, namun dibayangi oleh tekananProspek ekonomi dunia terus membaik, namun dibayangi oleh tekanan
inflasi yang meningkat sejalan dengan tingginya harga minyak daninflasi yang meningkat sejalan dengan tingginya harga minyak daninflasi yang meningkat sejalan dengan tingginya harga minyak daninflasi yang meningkat sejalan dengan tingginya harga minyak daninflasi yang meningkat sejalan dengan tingginya harga minyak dan
komoditas pangan duniakomoditas pangan duniakomoditas pangan duniakomoditas pangan duniakomoditas pangan dunia. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan lebih
tinggi dari perkiraan semula yang didukung oleh membaiknya ekonomi
negara maju, sementara ekonomi negara berkembang khususnya
emerging markets (EM) masih tetap tumbuh. Sejalan dengan
perkembangan tersebut, harga komoditas dunia menunjukkan
kecenderungan meningkat yang diwarnai dengan harga minyak yang
melambung tinggi. Dengan perkembangan tersebut, tekanan inflasi baik
di negara berkembang maupun negara maju cenderung meningkat
didorong oleh tren peningkatan harga pangan dan energi. Sementara itu,
perkembangan geopolitik di Timur Tengah selain berpengaruh pada harga
minyak juga menimbulkan tekanan terhadap pasar keuangan global.
Kebijakan Bank Sentral China untuk melakukan pengetatan lebih lanjut
juga turut menekan pasar keuangan global. Pengetatan kebijakan
moneter dalam merespons perkembangan inflasi tidak hanya terjadi di
negara-negara EM tetapi juga mulai diikuti oleh negara-negara maju.
Prospek ekonomi global yang membaik tersebut berdampak positifProspek ekonomi global yang membaik tersebut berdampak positifProspek ekonomi global yang membaik tersebut berdampak positifProspek ekonomi global yang membaik tersebut berdampak positifProspek ekonomi global yang membaik tersebut berdampak positif
terhadap perekonomian domestik, terutama melalui jalur ekspor yangterhadap perekonomian domestik, terutama melalui jalur ekspor yangterhadap perekonomian domestik, terutama melalui jalur ekspor yangterhadap perekonomian domestik, terutama melalui jalur ekspor yangterhadap perekonomian domestik, terutama melalui jalur ekspor yang
akhir-akhir ini meningkatakhir-akhir ini meningkatakhir-akhir ini meningkatakhir-akhir ini meningkatakhir-akhir ini meningkat. Perekonomian domestik pada triwulan I 2011
diperkirakan tumbuh cukup tinggi meskipun lebih lambat dari triwulan
sebelumnya. Pertumbuhan pada triwulan I 2011 yang diperkirakan
mencapai 6,4% terutama ditopang oleh pertumbuhan ekspor yang masih
tetap tinggi, sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan
investasi masih positif namun tidak sekuat triwulan sebelumnya. . . . . Kinerja
ekspor masih tetap tinggi sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang
masih cukup kuat. Impor juga masih meningkat didorong oleh masih
kuatnya permintaan domestik dan eksternal yang masih menguat.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sedikit tertahan dipengaruhi oleh
penurunan pendapatan riil khususnya untuk masyarakat menengah ke
bawah. Perkembangan proyek-proyek infrastruktur yang masih terbatas
berdampak pada kegiatan investasi yang cenderung tertahan. Di sisi
eksternal, Neraca Pembayaran masih mencatat surplus yang cukup besar.
Transaksi modal dan finansial (TMF) diperkirakan masih mencatat surplus,
meskipun sempat terjadinoutflow di awal triwulan yang dipicu oleh
kekhawatiran terhadap tekanan inflasi. Surplus TMF antara lain didukung
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
4
oleh FDI yang diperkirakan lebih tinggi dari periode yang sama tahun
sebelumnya, sementara aliran modal portofolio masih cukup kuat. Sejalan
dengan itu, transaksi berjalan juga masih mengalami surplus terutama
didukung oleh tingginya harga komoditas Dengan perkembangan sisi
eksternal yang masih solid tersebut, posisi cadangan devisa pada 28
Februari 2011 tercatat sebesar 99,6 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1
bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Sementara itu,
posisi per 3 Maret 2011 tercatat sebesar 101,8 miliar dolar AS atau setara
dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Tren penguatan nilai tukar rupiah yang sempat tertahan pada Januari 2011Tren penguatan nilai tukar rupiah yang sempat tertahan pada Januari 2011Tren penguatan nilai tukar rupiah yang sempat tertahan pada Januari 2011Tren penguatan nilai tukar rupiah yang sempat tertahan pada Januari 2011Tren penguatan nilai tukar rupiah yang sempat tertahan pada Januari 2011
kembali berlanjut pada Februari 2011kembali berlanjut pada Februari 2011kembali berlanjut pada Februari 2011kembali berlanjut pada Februari 2011kembali berlanjut pada Februari 2011. Di samping kembali masuknya
aliran modal asing karena positifnya persepsi investor asing terhadap
kuatnya fundamental ekonomi Indonesia, penguatan rupiah juga sebagai
respons positif terhadap kenaikan BI Rate dan kebijakan Bank Indonesia
untuk memberikan ruang bagi penguatan rupiah sebagai komitmen kuat
Bank Indonesia untuk pengendalian inflasi. Pada Februari 2011 nilai tukar
rupiah menguat sebesar 2,5% (ptp) menjadi Rp8.818 per dolar AS pada
akhir Februari 2011. Apresiasi rupiah sejauh ini belum memengaruhi daya
saing Indonesia dari sisi nilai tukar karena pada periode yang sama negara-
negara di kawasan juga mengalami penguatan nilai tukar dan bahkan
dengan tingkat yang lebih besar.
Inflasi IHK pada Februari 2011 sedikit menurun, namun risiko tekananInflasi IHK pada Februari 2011 sedikit menurun, namun risiko tekananInflasi IHK pada Februari 2011 sedikit menurun, namun risiko tekananInflasi IHK pada Februari 2011 sedikit menurun, namun risiko tekananInflasi IHK pada Februari 2011 sedikit menurun, namun risiko tekanan
inflasi ke depan masih cukup tinggiinflasi ke depan masih cukup tinggiinflasi ke depan masih cukup tinggiinflasi ke depan masih cukup tinggiinflasi ke depan masih cukup tinggi. Inflasi IHK pada Februari 2011
mencapai 0,13% (mtm) atau 6,84% (yoy), menurun dibandingkan bulan
sebelumnya. Koreksi harga beras dan cabai akibat membaiknya pasokan
sejalan dengan kebijakan Pemerintah, memengaruhi inflasi kelompok
volatile foods yang mengalami deflasi sebesar 0,48% (mtm). Sementara
itu, tekanan inflasi kelompok administered prices sejauh ini masih minimal
yakni mencapai 0,32% (mtm) atau 5,34% (yoy). Namun, Bank Indonesia
terus mewaspadai kenaikan inflasi kelompok inti yang mulai meningkat
yakni tercatat sebesar 0,31%(mtm) atau 4,36% (yoy), terutama yang
selama ini dipengaruhi oleh tingginya inflasi volatile foods dan kenaikan
harga komoditas internasional. Indikator ekspektasi inflasi di pasar
keuangan mulai terindikasi menurun meski masih tinggi sebagai respons
dari kenaikan BI Rate, sementara ekspektasi inflasi di kalangan produsen,
pedagang, dan konsumen belum banyak terpengaruh. Karenanya, Bank
Indonesia akan terus menempuh langkah-langkah kebijakan moneter dan
makroprudensial, termasuk mengendalikan pengaruh imported inflationtersebut dengan penguatan nilai tukar rupiah.
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
5
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga yang disertai terus membaiknyaStabilitas sistem keuangan tetap terjaga yang disertai terus membaiknyaStabilitas sistem keuangan tetap terjaga yang disertai terus membaiknyaStabilitas sistem keuangan tetap terjaga yang disertai terus membaiknyaStabilitas sistem keuangan tetap terjaga yang disertai terus membaiknya
fungsi intermediasi perbankan dan likuiditas perbankan yang terkendali.fungsi intermediasi perbankan dan likuiditas perbankan yang terkendali.fungsi intermediasi perbankan dan likuiditas perbankan yang terkendali.fungsi intermediasi perbankan dan likuiditas perbankan yang terkendali.fungsi intermediasi perbankan dan likuiditas perbankan yang terkendali.
Industri perbankan cukup stabil ditandai oleh terjaganya kondisi
permodalan dan likuiditas sebagaimana tercermin pada tingginya rasio
kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) dan terjaganya rasio
kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%.
Intermediasi perbankan juga semakin membaik tercermin dari
pertumbuhan kredit yang terus meningkat, yakni pada Januari 2011
mencapai 24,6% (yoy), ditopang oleh pertumbuhan pada seluruh jenis
kredit termasuk kredit kepada UMKM. Tidak ada indikasi bahwa kenaikan
BI Rate pada Februari 2011 diikuti dengan kenaikan suku bunga
perbankan. Sementara itu, penerapan ketentuan GWM LDR dan GWM
Valas per 1 Maret 2011 telah dapat dipenuhi sebagaimana ketentuan
yang berlaku.
Kinerja pasar keuangan domestik membaik setelah sempat tertekan padaKinerja pasar keuangan domestik membaik setelah sempat tertekan padaKinerja pasar keuangan domestik membaik setelah sempat tertekan padaKinerja pasar keuangan domestik membaik setelah sempat tertekan padaKinerja pasar keuangan domestik membaik setelah sempat tertekan pada
awal tahun 2011. awal tahun 2011. awal tahun 2011. awal tahun 2011. awal tahun 2011. Perbaikan pasar keuangan antara lain dicerminkan pada
kinerja pasar saham yang mulai pulih dan relatif stabilnya nilai SUN. Di
pasar uang, likuiditas sedikit mengalami penurunan sejalan dengan
rekening pemerintah yang kontraktif dan kebijakan stabilisasi nilai tukar.
Dari sisi transmisi kebijakan moneter, suku bunga perbankan belum
sepenuhnya merespons kenaikan BI rate di bulan Februari 2011. Sejalan
dengan itu, pergerakan suku bunga PUAB O/N juga belum merespons
sinyal kebijakan moneter. Namun, transmisi kebijakan moneter
diperkirakan masih akan terus berlanjut mengingat diperlukan waktu
untuk melakukan penyesuaian. Selain itu, upaya Bank Indonesia dalam
meningkatkan pengelolaan moneter juga akan semakin memperkuat
transmisi kebijakan moneter.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Maret 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Maret 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Maret 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Maret 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Maret 2011
memutuskan untuk sementara ini mempertahankan BI Rate sebesarmemutuskan untuk sementara ini mempertahankan BI Rate sebesarmemutuskan untuk sementara ini mempertahankan BI Rate sebesarmemutuskan untuk sementara ini mempertahankan BI Rate sebesarmemutuskan untuk sementara ini mempertahankan BI Rate sebesar
6,75%6,75%6,75%6,75%6,75%. Keputusan ini tidak mengubah arah kebijakan moneter Bank
Indonesia yang cenderung ketat sebagai upaya untuk pengendalian
tekanan inflasi yang masih tinggi. Bank Indonesia akan terus mewaspadai
perkembangan inflasi ke depan dan menyesuaikan tingkat BI Rate secara
terukur pada waktunya. Upaya pengendalian inflasi, khususnya tekanan
imported inflation dari kenaikan komoditas internasional, juga diperkuat
dengan terbukanya ruang penguatan nilai tukar Rupiah lebih lanjut sejalan
dengan membaiknya fundamental ekonomi global. Di samping itu,
langkah pengendalian likuiditas melalui penerapan kebijakan
makroprudensial dan operasi moneter juga akan terus diperkuat dengan
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
6
tetap memperhatikan kebutuhan likuiditas perbankan yang sehat,
termasuk dengan mulai berlakunya ketentuan GWM LDR dan GWM Valas
per 1 Maret 2011. Melalui bauran kebijakan moneter dan makroprudensial
tersebut, serta dukungan komitmen Pemerintah yang kuat untuk
mengatasi tingginya harga komoditas pangan sebagaimana ditunjukkan
oleh koordinasi pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah, Bank
Indonesia meyakini inflasi IHK dapat dijaga pada sasarannya yakni 5%±1%
untuk tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012.
II. PERKEMBANGAN EKONOMI DANKEBIJAKAN MONETER
Perkembangan Ekonomi DuniaPemulihan ekonomi global masih terus berlanjut meskipun denganPemulihan ekonomi global masih terus berlanjut meskipun denganPemulihan ekonomi global masih terus berlanjut meskipun denganPemulihan ekonomi global masih terus berlanjut meskipun denganPemulihan ekonomi global masih terus berlanjut meskipun dengan
kecepatan yang berbeda (kecepatan yang berbeda (kecepatan yang berbeda (kecepatan yang berbeda (kecepatan yang berbeda (multispeed recoverymultispeed recoverymultispeed recoverymultispeed recoverymultispeed recovery). ). ). ). ). Perekonomian negara
maju menunjukkan perbaikan ditandai dengan menurunnya tingkat
pengangguran di Amerika Serikat (AS) dan Jepang seiring dengan
meningkatnya aktivitas sektor industri. Di sisi lain, perekonomian negara
berkembang masih menunjukkan pertumbuhan yang tinggi meski
melambat. Krisis politik yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara
memberi tekanan pada pasar keuangan global sehingga menyebabkan
bursa saham melemah. Selain itu, krisis tersebut juga meningkatkan
kekhawatiran terhadap terganggunya pasokan minyak dunia di tengah
meningkatnya permintaan global sehingga mengakibatkan harga minyak
melonjak tajam. Kondisi tersebut mengakibatkan tekanan inflasi global,
baik di negara maju maupun negara berkembang, meningkat.
Menghadapi tekanan inflasi yang meningkat tersebut, pengetatan
kebijakan moneter tidak hanya terjadi di negara-negara emerging markets,tetapi juga mulai diikuti oleh negara-negara maju.
Perekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakinPerekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakinPerekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakinPerekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakinPerekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakin
membaik.membaik.membaik.membaik.membaik.Konsumsi rumah tangga AS menunjukkan penguatan didorong
oleh membaiknya kondisi pasar tenaga kerja. Tren perbaikan konsumsi
tercermin dari indikator penjualan eceran, belanja rumah tangga, serta
menguatnya keyakinan konsumen. Membaiknya kondisi pasar tenaga kerja
terlihat dari menurunnya angka pengangguran dari 9,4% menjadi 9,0%
pada Januari 2011. Sementara itu, sektor industri AS terus melanjutkan
tren ekspansi merespons meningkatnya permintaan. Permintaan yang
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
7
Grafik 2.1 Initial Jobless Claim AS
Grafik 2.2 Survei PMI Manufaktur danJasa Eropa
meningkat mendorong aktivitas produksi yang terlihat dari indeks
produksi dan survei Purchasing Manager Index (PMI) Februari 2011 yang
berada pada fase ekspansi. Membaiknya kinerja produksi juga terlihat dari
angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang semakin kecil serta
indikator intial jobless claim (rata-rata bulan Februari) sebesar 396 ribu
orang atau turun 15% dari bulan sebelumnya (Grafik 2.1).
Perekonomian Eropa melanjutkan tren pemulihan didukung oleh kinerjaPerekonomian Eropa melanjutkan tren pemulihan didukung oleh kinerjaPerekonomian Eropa melanjutkan tren pemulihan didukung oleh kinerjaPerekonomian Eropa melanjutkan tren pemulihan didukung oleh kinerjaPerekonomian Eropa melanjutkan tren pemulihan didukung oleh kinerja
sektor industri. sektor industri. sektor industri. sektor industri. sektor industri. Meningkatnya aktivitas sektor industri Eropa didorong oleh
tingginya permintaan eksternal khususnya dari negara emerging markets.Peningkatan kegiatan industri di Eropa juga terlihat dari kenaikan
indikator PMI manufaktur ke level 59,0 dari 57,3 sejalan dengan kenaikan
PMI sektor jasa ke level 57,2 dari 55,9 (Grafik 2.2). Sektor industri Jerman
masih menjadi penggerak utama ekonomi Eropa terlihat dari penurunan
angka pengangguran ke level 7,4% (Januari 2011) serta kinerja ekspor
yang terus membaik. Meskipun demikian, konsumsi Eropa secara
keseluruhan masih lemah akibat tingkat pengangguran Eropa yang masih
cukup tinggi sebesar 10% dan pelaksanaan program pengetatan fiskal.
Lemahnya konsumsi Eropa tercermin dari indikator penjualan eceran yang
terkontraksi sebesar 0,6% (mtm) pada Desember 2010.
Perekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggi diPerekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggi diPerekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggi diPerekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggi diPerekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggi di
tengah upaya pengetatan kebijakan moneter. tengah upaya pengetatan kebijakan moneter. tengah upaya pengetatan kebijakan moneter. tengah upaya pengetatan kebijakan moneter. tengah upaya pengetatan kebijakan moneter. Pertumbuhan ekonomi
China terutama didukung oleh investasi sebagaimana terlihat pada totalfixed asset investment yang tumbuh sebesar 23,8% (yoy). Di wilayah
urban, pertumbuhan fixed asset investment tersebut bahkan lebih tinggi
mencapai 24,5% (yoy). Kinerja investasi yang membaik tersebut
mendorong meningkatnya aktivitas industri, yang juga ditopang oleh
ekspansi kredit perbankan meskipun berbagai kebijakan pengetatan
diterapkan oleh Pemerintah China. Pertumbuhan kredit yang disalurkan
perbankan mencapai 19,0%, sedangkan jumlah kredit baru pada Januari
2011 mencapai 1,04 triliun renmimbi. Konsumsi juga masih menunjukkan
pertumbuhan yang cukup solid tercermin dari peningkatan penjualan
eceran yang mencapai 19% (yoy) pada Desember 2010.
Harga minyak mengalami peningkatan yang cukup tinggi terutama dipicuHarga minyak mengalami peningkatan yang cukup tinggi terutama dipicuHarga minyak mengalami peningkatan yang cukup tinggi terutama dipicuHarga minyak mengalami peningkatan yang cukup tinggi terutama dipicuHarga minyak mengalami peningkatan yang cukup tinggi terutama dipicu
oleh faktor nonfundamental. oleh faktor nonfundamental. oleh faktor nonfundamental. oleh faktor nonfundamental. oleh faktor nonfundamental. Krisis politik yang terjadi di Timur Tengah
dan Afrika Utara memicu kekhawatiran terganggunya pasokan minyak
dunia di tengah tingginya permintaan global. Selama Februari 2011, rata-
rata harga minyak dunia (WTI) mencapai 89,5 dolar AS per barel, naik tipis
dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 89,4 dolar AS per
Sumber : Bloomberg
Ribu Orang
300
350
400
450
500
550
600
650
2008 2009 2010 2011Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan
Initial Jobless Claim
Rata-Rata Bulanan
Mar-09
Mar-10
Jan-11
32
37
42
47
52
57
PMI Manufacturing
Indeks, 50 = neutral
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan
Sumber : Bloomberg
...sd Feb 2011
2008 2009 2010 2011
PMI Komposit
PMI Non Manufacturing
> 50 : Ekspansi< 50 : Kontraksi
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
8
barel. Sementara itu, rata-rata harga minyak jenis Minas selama Februari
2011 mencapai 104,7 dolar AS per barel, meningkat dari sebelumnya yang
sebesar 101,2 dolar AS per barel. Harga minyak diperkirakan akan tetap
tinggi seiring dengan masih tingginya permintaan minyak dunia dan
dampak ketegangan krisis politik yang terjadi di Timur Tengah.
Meningkatnya harga minyak dunia mendorong kenaikan harga komoditas
lainnya. Komposit harga komoditas dunia (IMF) pada Januari 2011 kembali
meningkat disebabkan oleh kenaikan harga komoditas logam sebesar
25,9% (mtm) atau 57,6% (yoy). Tingginya harga komoditas logam dipicu
oleh meningkatnya permintaaan terutama dari China seiring dengan
tingginya aktivitas perekonomian di negara tersebut. Selama Januari 2011,
indeks total harga komoditas IMF naik sebesar 6,6% (mtm) atau 27,6%
(yoy) yang dipicu oleh kenaikan indeks nonbahan bakar sebesar 11,0%
(mtm) atau 39,6% (yoy), sementara indeks bahan bakar hanya tumbuh
sebesar 3,9% (mtm) atau 25,9% (yoy).
Prospek ekonomi dunia yang terus membaik dibayangi oleh tekanan inflasiProspek ekonomi dunia yang terus membaik dibayangi oleh tekanan inflasiProspek ekonomi dunia yang terus membaik dibayangi oleh tekanan inflasiProspek ekonomi dunia yang terus membaik dibayangi oleh tekanan inflasiProspek ekonomi dunia yang terus membaik dibayangi oleh tekanan inflasi
yang meningkat, sejalan dengan tingginya harga minyak dan komoditasyang meningkat, sejalan dengan tingginya harga minyak dan komoditasyang meningkat, sejalan dengan tingginya harga minyak dan komoditasyang meningkat, sejalan dengan tingginya harga minyak dan komoditasyang meningkat, sejalan dengan tingginya harga minyak dan komoditas
pangan dunia. pangan dunia. pangan dunia. pangan dunia. pangan dunia. Tekanan inflasi yang meningkat tidak hanya dihadapi
negara emerging markets, tetapi juga dihadapi negara maju. . . . . Pulihnya
perekonomian negara maju yang terindikasi dari peningkatan konsumsi
dan produksi, solidnya permintaan domestik di negara berkembang, serta
harga komoditas internasional yang melonjak tajam menyebabkan
prakiraan inflasi global untuk tahun 2011 tetap tinggi. Consensus ForecastFebruari 2011 memprakirakan inflasi global untuk keseluruhan tahun 2010
dan 2011 mencapai 3,31% dan 3,63% (yoy). Untuk tahun 2011,
Consensus Forecast memprakirakan inflasi kelompok negara maju sebesar
1,93% (yoy) sementara inflasi di negara berkembang diprakirakan
mencapai 5,70%.
Kondisi pasar keuangan Asia terkena dampak krisis politik yang terjadi diKondisi pasar keuangan Asia terkena dampak krisis politik yang terjadi diKondisi pasar keuangan Asia terkena dampak krisis politik yang terjadi diKondisi pasar keuangan Asia terkena dampak krisis politik yang terjadi diKondisi pasar keuangan Asia terkena dampak krisis politik yang terjadi di
Timur Tengah dan Afrika Utara serta pengetatan kebijakan moneter yangTimur Tengah dan Afrika Utara serta pengetatan kebijakan moneter yangTimur Tengah dan Afrika Utara serta pengetatan kebijakan moneter yangTimur Tengah dan Afrika Utara serta pengetatan kebijakan moneter yangTimur Tengah dan Afrika Utara serta pengetatan kebijakan moneter yang
dilakukan beberapa negara di kawasan Asia. dilakukan beberapa negara di kawasan Asia. dilakukan beberapa negara di kawasan Asia. dilakukan beberapa negara di kawasan Asia. dilakukan beberapa negara di kawasan Asia. Kekhawatiran terhadap efek
domino dari krisis politik tersebut mengakibatkan melonjaknya harga
minyak dunia dan memicu kekhawatiran akan memperlambat
pertumbuhan ekonomi dunia. Pengetatan kebijakan moneter yang
dilakukan Pemerintah China untuk mengatasi gejala overheating dan-assetbubbles di sektor properti memberi tekanan terhadap prospek
perdagangan di intra regional Asia. Sebagai akibatnya, bursa saham
negara berkembang melemah yang tercermin dari indeks komposit harga
bursa saham negara berkembang (MSCI Emerging Markets) dan emerging
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
9
markets Asia yang mengalami penurunan. Di sisi lain, pasar keuangan AS
masih melanjutkan tren penguatan didorong oleh rilis data ekonomi AS
yang membaik serta laporan keuangan emiten AS yang lebih tinggi dari
prakiraan pelaku pasar. Pasar keuangan Eropa juga membaik seiring
dengan meredanya krisis Eropa sebagaimana laporan EuropeanCommision, ECB, dan IMF yang mengapresiasi perkembangan program
pengetatan fiskal Yunani serta disetujuinya bantuan sebesar 15 miliar Euro
kepada Yunani.
Pengetatan moneter mulai dilakukan di sejumlah negara maju. Pengetatan moneter mulai dilakukan di sejumlah negara maju. Pengetatan moneter mulai dilakukan di sejumlah negara maju. Pengetatan moneter mulai dilakukan di sejumlah negara maju. Pengetatan moneter mulai dilakukan di sejumlah negara maju. Beberapa
bank sentral di negara maju masih mempertahankan suku bunga rendah
untuk memfasilitasi pemulihan ekonomi. Selain mempertahankan suku
bunga pada level yang rendah, beberapa bank sentral seperti Bank of
England (BoE), The Fed, dan Bank of Japan (BoJ) juga melanjutkan
kebijakan quantitative measures dengan membeli surat-surat berharga
Pemerintah. Sebaliknya, bank sentral Swedia menaikkan suku bunganya
sebesar 25bps ke level 1,50% akibat meningkatnya tekanan inflasi
domestik.
Beberapa bank sentral di negara berkembang kembali melanjutkanBeberapa bank sentral di negara berkembang kembali melanjutkanBeberapa bank sentral di negara berkembang kembali melanjutkanBeberapa bank sentral di negara berkembang kembali melanjutkanBeberapa bank sentral di negara berkembang kembali melanjutkan
kebijakan moneter yang ketat disertai dengan penerapan berbagaikebijakan moneter yang ketat disertai dengan penerapan berbagaikebijakan moneter yang ketat disertai dengan penerapan berbagaikebijakan moneter yang ketat disertai dengan penerapan berbagaikebijakan moneter yang ketat disertai dengan penerapan berbagai
kebijakan untuk meredam aliran masuk modal asing (kebijakan untuk meredam aliran masuk modal asing (kebijakan untuk meredam aliran masuk modal asing (kebijakan untuk meredam aliran masuk modal asing (kebijakan untuk meredam aliran masuk modal asing (capital inflowcapital inflowcapital inflowcapital inflowcapital inflow). ). ). ). ). Bank
Sentral di kawasan Asia yang menaikkan suku bunga sepanjang Februari
2011 yaitu PBOC-China (+25 bps) ke level 6,06%. Di kawasan Amerika
Latin, bank sentral yang menaikkan suku bunga di antaranya bank sentral
Chile (+25bps) ke level 3,50%, bank sentral Colombia (+25bps) ke level
3,25%, dan bank sentral Peru (+25 bps) ke level 3,50%. Selain menaikkan
suku bunga acuan, bank sentral di kawasan emerging markets juga
menerapkan bauran kebijakan lainnya untuk meredam aliran masuk
modal. Bank sentral China (PBoC) menaikkan giro wajib minimum (reserverequirement) untuk bank besar sebesar 50bps menjadi 19,5% yang
merupakan kenaikan kelima kalinya dengan total 250bps sejak akhir
Oktober 2010. Sementara itu, bank sentral Brazil per tanggal 1 Juli 2011
akan mengumumkan reference FX rate setiap jam mulai dari jam 10 pagi
sampai dengan jam 1 siang, menggantikan kebijakan sebelumnya yang
mengumumkan reference FX rate pada akhir hari.
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
10
Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaPerekonomian Indonesia pada triwulan I 2011 diprakirakan masih akanPerekonomian Indonesia pada triwulan I 2011 diprakirakan masih akanPerekonomian Indonesia pada triwulan I 2011 diprakirakan masih akanPerekonomian Indonesia pada triwulan I 2011 diprakirakan masih akanPerekonomian Indonesia pada triwulan I 2011 diprakirakan masih akan
tumbuh tinggi. tumbuh tinggi. tumbuh tinggi. tumbuh tinggi. tumbuh tinggi. Sumber pertumbuhan tersebut berasal dari membaiknya
kinerja investasi serta masih kuatnya dukungan dari konsumsi rumah
tangga dan ekspor. Investasi dan konsumsi rumah tangga diprakirakan
tumbuh meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Meningkatnya investasi sejalan dengan semakin baiknya fundamental
perekonomian dan persepsi pasar, meningkatnya pembiayaan, relatif
rendahnya harga barang impor, dan penerapan berbagai kebijakan yang
mendukung investasi. Kinerja ekspor dan impor diprakirakan masih
meningkat meskipun tidak sekuat triwulan sebelumnya, sejalan dengan
masih kuatnya permintaan domestik dan eksternal. Dari sisi penawaran,
perkembangan kinerja sektoral menunjukkan pertumbuhan yang membaik.
Kinerja sektor industri pengolahan membaik terlihat dari aktivitas industri
yang meningkat. Sektor penting lain yang memegang peran utama
perkembangan ekonomi sisi penawaran yaitu sektor perdagangan, hotel
dan restoran (PHR), serta sektor pangangkutan dan komunikasi.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2011 diprakirakanPertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2011 diprakirakanPertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2011 diprakirakanPertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2011 diprakirakanPertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2011 diprakirakan
masih tumbuh cukup kuat. masih tumbuh cukup kuat. masih tumbuh cukup kuat. masih tumbuh cukup kuat. masih tumbuh cukup kuat. Dorongan pertumbuhan konsumsi rumah
tangga ditopang oleh masih baiknya daya beli masyarakat, harga barang
impor yang relatif rendah, dan relatif stabilnya ekspektasi penghasilan ke
depan. Kinerja konsumsi yang masih kuat terindikasi dari perkembangan
berbagai indikator dini seperti penjualan mobil dan motor serta penjualan
eceran yang masih tumbuh tinggi sampai dengan Januari 2011. Penjualan
mobil dan motor pada Januari 2011 tumbuh masing-masing sebesar
39,8% (yoy) dan 32,3% (yoy) (Grafik 2.3). Indeks penjualan eceran
meningkat tipis dari 19,7% (yoy) pada triwulan IV 2010 menjadi sebesar
21,3% (yoy) pada Januari 2011 (Grafik 2.4). Sementara itu, konsumsi
nonmakanan berupa jasa dan konsumsi makanan diperkirakan masih akan
meningkat (Grafik 2.5). Hal tersebut terindikasi dari terus meningkatnya
konsumsi jasa khususnya di bidang komunikasi dan transportasi. Konsumsi
makanan terindikasi meningkat terlihat dari impor konsumsi makanan
yang mengalami kenaikan pada Januari 2011. Kuatnya konsumsi rumah
tangga pada triwulan I 2011 diperkirakan juga didukung oleh sisi
pembiayaan. Transaksi dengan menggunakan kartu kredit dan kartu debit
kembali menunjukkan kenaikan pada Januari 2011 (Grafik 2.6).
Pertumbuhan investasi pada triwulan I 2011 diprakirakan meningkatPertumbuhan investasi pada triwulan I 2011 diprakirakan meningkatPertumbuhan investasi pada triwulan I 2011 diprakirakan meningkatPertumbuhan investasi pada triwulan I 2011 diprakirakan meningkatPertumbuhan investasi pada triwulan I 2011 diprakirakan meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnyadibandingkan dengan triwulan sebelumnyadibandingkan dengan triwulan sebelumnyadibandingkan dengan triwulan sebelumnyadibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Indikasi peningkatan investasi
Grafik 2.3 Pertumbuhan Penjualan Mobil &Sepeda Motor
Grafik 2.4 Indeks Penjualan Eceran BeberapaKelompok Komoditasn
Grafik 2.5 Perkembangan Konsumsi RumahTangga Makanan dan Nonmakanan
(%,yoy)
Sumber : CEIC
-50
-30
-10
10
30
50
70
90
110
2008 2009 2010 2011
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121
Penjualan Mobil
Penjualan Motor
%, yoy
0,01,02,03,04,05,06,07,08,09,0
10,0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Konsumsi RT
Konsumsi makanan
Konsumsi nonmakanan
% yoy
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
% yoy
2009 2010 2011
-20
-10
0
10
20
30
40
50
INDEKS TOTAL (rhs) Makanan & Tembakau
Pakaian & Perlengkapannya Perlengkapan rumah tangga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112*1**
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
11
terlihat dari beberapa indikator dini khususnya terkait peningkatan
kapasitas produksi dan bangunan. Faktor yang mendukung peningkatan
investasi di antaranya masih tingginya permintaan eksternal, persepsi
pasar yang masih positif terhadap iklim investasi baik dari investor dalam
negeri maupun luar negeri, peningkatan pembiayaan terutama dari pasar
modal serta kemajuan proyek infrastruktur jalan. Pertumbuhan investasi
diperkirakan terjadi hampir di seluruh komponennya. Hingga Januari
2011, aktivitas investasi mengindikasikan peningkatan baik pada investasi
bangunan maupun nonbangunan (Grafik 2.7). Meningkatnya investasi
bangunan terindikasi dari terus meningkatnya konsumsi semen hingga
Januari 2011 (Grafik 2.8). Selain itu, peningkatan investasi mesin
terindikasi dari masih tingginya impor mesin dan impor suku cadang
untuk mesin sampai dengan Januari 2011 (Grafik 2.9). Peningkatan
investasi alat angkut diperkirakan melambat sebagaimana tercermin dari
terus melambatnya impor mobil penumpang dan alat angkut untuk
industri sampai dengan Januari 2011 (Grafik 2.10).
Kinerja ekspor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih mencatatKinerja ekspor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih mencatatKinerja ekspor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih mencatatKinerja ekspor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih mencatatKinerja ekspor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih mencatat
pertumbuhan tinggi meski lebih rendah jika dibandingkan denganpertumbuhan tinggi meski lebih rendah jika dibandingkan denganpertumbuhan tinggi meski lebih rendah jika dibandingkan denganpertumbuhan tinggi meski lebih rendah jika dibandingkan denganpertumbuhan tinggi meski lebih rendah jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnyatriwulan sebelumnyatriwulan sebelumnyatriwulan sebelumnyatriwulan sebelumnya. Lebih rendahnya pertumbuhan ekspor sejalan
dengan volume perdagangan dunia dan perkembangan indeks produksi di
negara maju maupun emerging markets yang mengalami tren
perlambatan. Harga komoditas ekspor sampai dengan Februari 2011 juga
menunjukkan perlambatan kecuali komoditas pertambangan. Selain itu,
sektor-sektor yang menghasilkan produk ekspor juga diperkirakan akan
mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Volume ekspor nonmigas
pada Januari 2011 tumbuh sebesar 3,1%, melambat dibandingkan
dengan rata-rata pertumbuhan pada triwulan IV 2010 yang mencapai
12%. Perlambatan tersebut disebabkan menurunnya ekspor
pertambangan, sementara ekspor pertanian dan industri mengalami
pertumbuhan yang meningkat. Selain itu, melambatnya ekspor nonmigas
juga didorong oleh melambatnya ekspor ke seluruh negara tujuan utama
kecuali India. Perlambatan ekspor nonmigas terbesar terjadi ke Amerika,
Eropa, dan China. Ekspor migas pada triwulan laporan juga diprakirakan
melambat seiring dengan menurunnya produksi minyak pada Januari-
Februari 2011.
Impor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih kuat sejalan dengan masihImpor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih kuat sejalan dengan masihImpor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih kuat sejalan dengan masihImpor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih kuat sejalan dengan masihImpor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih kuat sejalan dengan masih
kuatnya permintaan. kuatnya permintaan. kuatnya permintaan. kuatnya permintaan. kuatnya permintaan. Masih kuatnya impor didukung oleh impor barang
konsumsi yang tumbuh tinggi. Meningkatnya impor barang konsumsi
terutama terjadi pada komoditas makanan bahan mentah maupun
Grafik 2.6 Pertumbuhan Nilai Transaksi KartuDebit/ATM & Kartu Kredit
% yoy Rp Bilion
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2008 2009 2010 2010
Nominal K. Kredit (rhs)
Nominal K. Debit (rhs)
Pert. K. Kredit (Nom)
Pert. K Debit (Nom)
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Grafik 2.7 PMTB - Bangunan
Grafik 2.8 Konsumsi Semen
% yoy % yoy
-40,00
-20,00
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
-5
0
5
10
15
20
I II III IVI II IIIIVI II IIIIVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IV
PMTB (rhs)
Alat Angkutan
Mesin
Bangunan (rhs)
% yoy
-200,0-100,0
0,0100,0200,0300,0400,0500,0600,0700,0800,0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 20102011
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
% yoy
I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIVI*
yoy Bangunan (rhs)
M Manuf. of glass and glass products
M Manuf. of non-metallic mineral productsKonsumsi Semen (rhs)
Kons. Listrik Bisnis (rhs)
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
12
makanan jadi serta barang semi durables. Di sisi lain, impor bahan baku
dan barang modal melambat dan terjadi pada seluruh komponennya
dengan impor kendaraan penumpang mengalami penurunan yang
terbesar. Impor nonmigas pada Januari 2011 tumbuh sebesar 15,8%,
melambat dari rata-rata pertumbuhan pada triwulan IV 2010 sebesar
20,5%.
Kinerja perekonomian dari sisi lapangan usaha pada triwulan I 2011Kinerja perekonomian dari sisi lapangan usaha pada triwulan I 2011Kinerja perekonomian dari sisi lapangan usaha pada triwulan I 2011Kinerja perekonomian dari sisi lapangan usaha pada triwulan I 2011Kinerja perekonomian dari sisi lapangan usaha pada triwulan I 2011
diprakirakan masih berpeluang tumbuh membaik. diprakirakan masih berpeluang tumbuh membaik. diprakirakan masih berpeluang tumbuh membaik. diprakirakan masih berpeluang tumbuh membaik. diprakirakan masih berpeluang tumbuh membaik. Kinerja sektoral yang
membaik didukung oleh kinerja sektor industri pengolahan serta sektor
pengangkutan dan komunikasi. Pada sektortradable, kinerja sektor industri
pengolahan dan pertambangan diprakirakan akan tumbuh tinggi
sementara sektor pertanian tumbuh relatif stabil. Perkembangan terkini
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan kegiatan industri
akan membaik pada triwulan laporan. Selain itu, keyakinan peningkatan
kinerja di sektor industri juga ditopang oleh perkembangan indikator
konsumsi listrik industri yang juga menunjukkan peningkatan. Sektor
pertambangan diprakirakan tumbuh membaik sejalan dengan mulai
beroperasinya beberapa tambang baru minyak bumi dan batubara.
Sementara itu, sektor pertanian tumbuh stabil di tengah masih
berlanjutnya gangguan cuaca.
Pada sektor nontradable, sektor pengangkutan dan komunikasi yang
tumbuh tinggi diprakirakan masih menjadi penopang utama
pertumbuhan. Tingginya pertumbuhan sektor tersebut didukung oleh
perkembangan subsektor angkutan seiring dengan penambahan armada
pesawat dari beberapa maskapai penerbangan. Sektor listri, gas, dan air
bersih diprakirakan juga akan tumbuh membaik didukung oleh tren
meningkatnya konsumsi listrik dan realisasi PLTA baru pada triwulan I
2011. Kinerja sektor bangunan dan perdagangan, hotel, dan restoran
juga berpeluang meningkat sering dengan perkembangan indikator dini
kedua sektor tersebut yang menunjukkan perbaikan.
I n f l a s iTingkat inflasi Februari 2011 lebih rendah dari bulan sebelumnya, namunTingkat inflasi Februari 2011 lebih rendah dari bulan sebelumnya, namunTingkat inflasi Februari 2011 lebih rendah dari bulan sebelumnya, namunTingkat inflasi Februari 2011 lebih rendah dari bulan sebelumnya, namunTingkat inflasi Februari 2011 lebih rendah dari bulan sebelumnya, namun
risiko tekanan inflasi ke depan masih cukup tinggi. risiko tekanan inflasi ke depan masih cukup tinggi. risiko tekanan inflasi ke depan masih cukup tinggi. risiko tekanan inflasi ke depan masih cukup tinggi. risiko tekanan inflasi ke depan masih cukup tinggi. Inflasi IHK Februari
2011 tercatat sebesar 0,13% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya
sebesar 0,89%. Secara tahunan, inflasi Februari juga menurun menjadi
6,84% dari bulan sebelumnya yang sebesar 7,02%. Deflasi yang terjadi
pada kelompok volatile food menjadi penyebab menurunnya laju inflasi
Grafik 2.9 Impor Mesin dan Suku Cadang
% yoy
-100
-50
0
50
100
150
% yoy
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 20102011
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
yoy Mesin IPI Machinery and Equipments
M Suku Cadang & PerlengkapanBarang Modal
M Barang Modal KecualiAlat Angkutan
Kons. Listrik Bisnis (rhs)
Grafik 2.10 Impor Mobil Penumpang & AlatAngkut
% yoy
-200
-100
0
100
200
300
400
500
600
yoy Alat Angkut (rhs) Penj. Kendaraan Niaga
M Mobil Penumpang M Suku Cadang & PerlengkapanAlat Angkutan
M Alat Angkutan Untuk Industri
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 20102011
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
% yoy
I II IIIIVI II IIIIVI II IIIIVI II IIIIVI II IIIIVI II IIIIVI II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIVI*
Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi
% yoy
24
18
12
6
-1
-7
2007 2008 2009 2010 20111 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2
CPI
Core
Volatile Food
Administered Prices16,51
6,84
4,35
5,34
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
13
Februari terhadap Januari 2011. Deflasi tersebut disebabkan oleh koreksi
harga akibat membaiknya kondisi pasokan beberapa komoditas bahan
pangan. Namun di sisi lain, dampak kenaikan harga bahan pangan
internasional semakin terasa tercermin pada kenaikan harga sejumlah
komoditas pangan domestik yang memiliki kandungan impor.
Peningkatan harga komoditas internasional tersebut juga memberikan
tekanan pada inflasi inti meski dampaknya sebagian dapat diredam oleh
penguatan nilai tukar rupiah. Sementara itu, tekanan inflasi dari kelompok
administered prices masih relatif stabil sejalan dengan tidak adanya
kebijakan penyesuaian harga administered yang dilakukan oleh
Pemerintah.
Laju inflasi Laju inflasi Laju inflasi Laju inflasi Laju inflasi volatile food volatile food volatile food volatile food volatile food pada Februari 2011 menurun secara signifikanpada Februari 2011 menurun secara signifikanpada Februari 2011 menurun secara signifikanpada Februari 2011 menurun secara signifikanpada Februari 2011 menurun secara signifikan
didukung oleh membaiknya pasokan beberapa komoditas bahandidukung oleh membaiknya pasokan beberapa komoditas bahandidukung oleh membaiknya pasokan beberapa komoditas bahandidukung oleh membaiknya pasokan beberapa komoditas bahandidukung oleh membaiknya pasokan beberapa komoditas bahan
makananmakananmakananmakananmakanan. Kelompok tersebut mencatat deflasi sebesar 0,48% (mtm) atau
16,51% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang
mencatat inflasi sebesar 2,42% (mtm) dan 18,25% (yoy, Grafik 2.12).
Penurunan tekanan inflasi volatile food tersebut tidak terlepas dari koreksi
harga pada sejumlah komoditas seperti aneka cabai dan beras. Pasokan
yang meningkat akibat kenaikan produksi domestik dan tambahan dari
impor mendorong penurunan harga komoditas cabai. Sementara itu,
penurunan harga komoditas beras didukung oleh meningkatnya pasokan
seiring dengan datangnya musim panen di beberapa sentra produksi serta
gencarnya operasi pasar dan penyaluran Raskin. Upaya Pemerintah
melakukan impor beberapa komoditas bahan pangan pada awal tahun
2011 turut berkontribusi terhadap menurunnya inflasi kelompok volatilefood. Di sisi lain, pengaruh kenaikan harga komoditas internasional
terhadap komoditas pangan domestik semakin menyebar. Kenaikan harga
akibat pengaruh global tidak hanya terjadi pada komoditas minyak
goreng, beberapa komoditas turunan dari kedelai, gandum, dan jagung
juga telah menunjukkan kenaikan harga (seperti tahu, tempe, mie instan,
dan pakan ternak). Namun, dampak kenaikan harga internasional tersebut
dapat diredam sebagian oleh penguatan nilai tukar rupiah.
Tekanan inflasi Tekanan inflasi Tekanan inflasi Tekanan inflasi Tekanan inflasi administered pricesadministered pricesadministered pricesadministered pricesadministered prices minimal seiring dengan tidak adanya minimal seiring dengan tidak adanya minimal seiring dengan tidak adanya minimal seiring dengan tidak adanya minimal seiring dengan tidak adanya
kebijakan strategis yang dilakukan Pemerintah. kebijakan strategis yang dilakukan Pemerintah. kebijakan strategis yang dilakukan Pemerintah. kebijakan strategis yang dilakukan Pemerintah. kebijakan strategis yang dilakukan Pemerintah. Inflasi administered pricespada Februari 2011 tercatat sebesar 0,32% (mtm) atau 5,34% (yoy),
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang
sebesar 0,24% (mtm) atau 5,21% (yoy). Komoditas administered yang
berkontribusi pada inflasi bulan laporan ialah rokok, tarif PAM, dan
bensin. Sumbangan inflasi dari komoditas bensin bersumber dari bensin
Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi MenurutKelompok Barang dan Jasa (%, mtm)
0,6
0,4
0,2
0
-0,2
-0,4
-0,6Feb»11
(mtm,%)Rata-rataInflasi Feb
2003-2010
Feb»11(mtm,%)
Rata-rataInflasi Feb
2002-2010
Feb»11(mtm,%)
Rata-rataInflasi Feb
2003-2010(excl. 2009)
Inti Vol. Food Adm. Prices
Grafik 2.13 Inflasi Inti, Inti Tradable danMitra Dagang
%, yoy
20
15
10
5
0
-5
-10
%, yoy
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
-1,0
-2,0
-3,0
Inflasi Mitra Dagang (rhs)
Inflasi Inti (rhs)
Core Tradeable (lhs)
2 4 6 81012 2 4 6 81012 2 4 6 81012 2 4 6 81012 2 4 6 81012 2 4 6 81012 212005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
14
nonsubsidi sejalan dengan peningkatan harga minyak dunia. Program
konversi energi yang masih terus berlanjut pada tahun 2011 sejauh ini
belum menimbulkan tekanan harga karena pendistribusian gas elpiji 3kg
yang berjalan dengan baik.
Secara umum, tekanan inflasi inti mulai meningkat. Secara umum, tekanan inflasi inti mulai meningkat. Secara umum, tekanan inflasi inti mulai meningkat. Secara umum, tekanan inflasi inti mulai meningkat. Secara umum, tekanan inflasi inti mulai meningkat. Sumbangan inflasi
kelompok ini terutama bersumber dari sektor konstruksi (batu bata, besi
beton), otomotif (mobil), serta obat-obatan. Tekanan inflasi inti yang
bersumber dari eksternal masih cukup tinggi terkait dengan kenaikan
harga komoditas internasional dan inflasi negara mitra dagang (inflasi
impor) (Grafik 2.13). Tingginya tekanan eksternal tercermin pada inflasi
kelompok inti tradable yang meningkat lebih tajam dibandingkan dengan
kelompok nontradable. Namun, apresiasi nilai tukar rupiah membantu
meredam sebagian dampak eksternal tersebut. Sementara itu,
meningkatnya permintaan masih dapat direspons oleh sisi penawaran.
Kenaikan permintaan tercermin pada penjualan riil berbagai macam
kelompok barang meskipun belum mengindikasikan tekanan yang berarti
pada inflasi. Hal tersebut diperkirakan akibat respons penawaran yang
masih cukup memadai tercermin dari penggunaan kapasitas produksi yang
meningkat (Grafik 2.14). Meskipun demikian, patut dicermati level
kapasitas utilisasi saat ini telah mendekati titik level tertinggi yang pernah
dicapai, terutama pada subsektor pupuk, kimia dan karet, semen dan
barang galian nonlogam, serta logam dasar besi dan baja. Lebih lanjut,
sumber tekanan inflasi yang perlu juga dicermati ialah ekspektasi inflasi
yang masih menunjukkan peningkatan terutama di pasar barang.
Kenaikan BI Rate yang ditempuh bulan lalu belum dapat memperbaiki
ekspektasi inflasi masyarakat. Hasil survei pedagang eceran dan konsumen
yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan masih adanya kenaikan
ekspektasi inflasi. Dengan perkembangan tersebut, inflasi inti pada
Februari 2011 mencapai 0,31% (mtm) atau 4,36% (yoy), atau secara
tahunan meningkat dibandingkan dengan 4,18% (yoy) bulan sebelumnya.
Nilai Tukar RupiahTren penguatan nilai tukar rupiah yang sempat tertahan pada Januari 2011Tren penguatan nilai tukar rupiah yang sempat tertahan pada Januari 2011Tren penguatan nilai tukar rupiah yang sempat tertahan pada Januari 2011Tren penguatan nilai tukar rupiah yang sempat tertahan pada Januari 2011Tren penguatan nilai tukar rupiah yang sempat tertahan pada Januari 2011
kembali berlanjut pada Februari 2011.kembali berlanjut pada Februari 2011.kembali berlanjut pada Februari 2011.kembali berlanjut pada Februari 2011.kembali berlanjut pada Februari 2011. Di samping kembali masuknya
aliran modal asing karena positifnya persepsi investor asing terhadap
kuatnya fundamental ekonomi Indonesia, penguatan rupiah juga sebagai
respons positif terhadap kenaikan BI Rate dan kebijakan Bank Indonesia
untuk memberikan ruang bagi penguatan rupiah sebagai komitmen kuat
Grafik 2.14 Inflasi Inti dan Kapasitas Utilisasi
yoy, %
15
12
9
6
3
0
Indeks
100
80
60
40
20
0
Inflasi Inti
Kapasitas Produksi Terpakai Industri Pengolahan, rhs
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 20111 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1
Grafik 2.15 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.16 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
Rata - rata
8800
8900
9000
9100
9200
9300
94009335
9175
9090
90138949
906090358925
9034 9048
9010
89388822
2010Jan Mar Mei Jul Sep Nov 31
Jan2
Feb4
Feb7
Feb8
Feb9
Feb10Feb
11Feb
14Feb
16Feb
17Feb
18Feb
21Feb
22Feb
23Feb
24Feb
25Feb
28Feb
% IDR/USD
-0,20,40,60,81,01,21,41,61,82,0
Vol harian
Rata2 Volatilitas
Kurs Harian (Rp/USD)-rhs
8800
8900
9000
9100
9200
9300
9400
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
2010 2011
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
15
Bank Indonesia untuk pengendalian inflasi. Nilai tukar rupiah pada
Februari 2011 secara rata-rata terapresiasi sebesar 1,4% menjadi Rp8.911
per dolar AS (Grafik 2.15). Pada akhir bulan ditutup pada level Rp8.822
per dolar AS atau menguat 2,6% (point to point) dari level penutupan
bulan sebelumnya. Perkembangan rupiah terutama dipicu oleh faktor
global. Tekanan inflasi yang tinggi menyebabkan negara emergingmarkets menerapkan kebijakan moneter ketat yang berdampak pada
aliran dana investor ke negara emerging marketsntersebut. Selisih suku
bunga (yield spread) yang meningkat, disertai dengan risiko Credit DefaultSwap (CDS) yang membaik, semakin menambah daya tarik bagi investor.
Hal tersebut pada akhirnya mengakibatkan rupiah terapresiasi. Namun,
penguatan rupiah pada bulan laporan tersebut diikuti dengan volatilitas
yang meningkat menjadi sebesar 0,5%, lebih tinggi dari bulan
sebelumnya yang sebesar 0,2% (Grafik 2.16).
Dari sisi domestik, minat investor asing terhadap aset berdenominasiDari sisi domestik, minat investor asing terhadap aset berdenominasiDari sisi domestik, minat investor asing terhadap aset berdenominasiDari sisi domestik, minat investor asing terhadap aset berdenominasiDari sisi domestik, minat investor asing terhadap aset berdenominasi
rupiah membaik selama Februari 2011rupiah membaik selama Februari 2011rupiah membaik selama Februari 2011rupiah membaik selama Februari 2011rupiah membaik selama Februari 2011. Hal tersebut ditunjukkan
oleh«spread negatif antara NDF rate (offshore) dengan«forward rate(onshore) yang berarti imbal hasil berinvestasi di pasar onshore (domestik)
lebih menguntungkan dibandingkan dengan offshore. Membaiknya minat
investor juga didukung oleh perbaikan risiko secara keseluruhan yang
terlihat dari indikator CDS yang terus menurun sepanjang Februari 2011
(Grafik 2.17). Meski demikian, risiko inflasi dan ekspektasinya ke depan
yang sempat memicu penyesuaian aliran modal asing selama Januari 2011
tampaknya masih tetap menjadi perhatian utama investor. Hal tersebut
terindikasi dari masih meningkatnya pergerakan yield spread selama
Februari.
Tingginya imbal hasil investasi rupiah diprakirakan masih menjadi dayaTingginya imbal hasil investasi rupiah diprakirakan masih menjadi dayaTingginya imbal hasil investasi rupiah diprakirakan masih menjadi dayaTingginya imbal hasil investasi rupiah diprakirakan masih menjadi dayaTingginya imbal hasil investasi rupiah diprakirakan masih menjadi daya
tarik masuknya modal asing ke depan. tarik masuknya modal asing ke depan. tarik masuknya modal asing ke depan. tarik masuknya modal asing ke depan. tarik masuknya modal asing ke depan. Indikator imbal hasil rupiah yang
tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP -
Uncovered Interest Parity) relatif tinggi di kawasan regional Asia (Grafik
2.19). Bahkan jika memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi
dalam rupiah masih tetap tinggi. Hal tersebut tercermin dari tren indikator
Covered Interest Parity (CIP) yang terus meningkat sejak tahun 2010
(Grafik 2.18). Masih solidnya fundamental ekonomi domestik serta aliran
masuk modal asing ke Indonesia mengakibatkan posisi cadangan devisa
tetap mencatat level yang tinggi. Cadangan devisa hingga akhir Februari
2011 mencapai 99,6 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor
dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.
Grafik 2.17 Indikator Persepsi RisikoIndonesia
Grafik 2.18 UIP (Uncovered Interest Parity)
%
Risk Worsen Risk Worsen3,02,82,62,42,22,01,81,61,41,21,0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
2010 2011Sumber : Bloomberg
bps
100
120
140
160
180
200
220
240Yield Spread
CDS Ind (rhs)
%
-3,0
-1,0
1,0
3,0
5,0
7,0
9,0
11,0
Malaysia Korea
Filipina
Indonesia
2008 2009 2010 2011Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb
Grafik 2.19 CIP (Covered Interest Parity)
%
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0Indonesia Philippinnes Malaysia Korea
2008 2009 2010 2011Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
16
Transmisi Kebijakan Moneter
Suku BungaKebijakan Bank Indonesia menaikkan BI Rate sebesar 25 bps pada 4Kebijakan Bank Indonesia menaikkan BI Rate sebesar 25 bps pada 4Kebijakan Bank Indonesia menaikkan BI Rate sebesar 25 bps pada 4Kebijakan Bank Indonesia menaikkan BI Rate sebesar 25 bps pada 4Kebijakan Bank Indonesia menaikkan BI Rate sebesar 25 bps pada 4
Februari 2011 diikuti oleh peningkatan suku bunga PUAB O/N meski masihFebruari 2011 diikuti oleh peningkatan suku bunga PUAB O/N meski masihFebruari 2011 diikuti oleh peningkatan suku bunga PUAB O/N meski masihFebruari 2011 diikuti oleh peningkatan suku bunga PUAB O/N meski masihFebruari 2011 diikuti oleh peningkatan suku bunga PUAB O/N meski masih
minimal. minimal. minimal. minimal. minimal. Suku bunga PUAB O/N pada akhir bulan laporan tercatat hanya
meningkat sebesar 6 bps dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya.
Terbatasnya respons suku bunga PUAB O/N terhadap kenaikan BI Rate
tersebut mencerminkan masih tingginya ekses likuiditas jangka pendek
perbankan. Di sisi lain, suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang dari
O/N meningkat«dengan besaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan
suku bunga PUAB O/N. Sementara itu, persepsi risiko likuiditas PUAB masih
terbilang tinggi sebagaimana tercermin pada rata-rata spread suku bunga
PUAB O/N tertinggi dan terendah yang berada pada level 34 bps. Persepsi
risiko tersebut di antaranya terkait dengan tingginya kebutuhan likuiditas
perbankan khususnya untuk memenuhi ketentuan GWM LDR dan
peningkatan GWM valas pada 1 Maret 2011 serta masih cenderung
kontraktifnya ekspansi neto pemerintah di awal tahun.
Di sisi suku bunga perbankan, respons atas kenaikan BI Rate belum terlihat.Di sisi suku bunga perbankan, respons atas kenaikan BI Rate belum terlihat.Di sisi suku bunga perbankan, respons atas kenaikan BI Rate belum terlihat.Di sisi suku bunga perbankan, respons atas kenaikan BI Rate belum terlihat.Di sisi suku bunga perbankan, respons atas kenaikan BI Rate belum terlihat.
Data sementara mengindikasikan belum adanya tanda-tanda peningkatan
suku bunga kredit dan suku bunga deposito pada Februari 2011.
Sementara itu, data per Januari 2011 menunjukkan penurunan yang masih
berlanjut pada suku bunga kredit dan suku bunga deposito. Suku bunga
kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK)
masing-masing menurun sebesar 8,n3 dan 5bps menjadi 12,75%, 12,25%
dan 14,48% (Tabel 2.1). Sementara itu, suku bunga deposito 1 bulan juga
turun sebesar 11bps menjadi 6,72% (Grafik 2.20).
Penurunan suku bunga kredit, khususnya KMK, terjadi di seluruh kelompokPenurunan suku bunga kredit, khususnya KMK, terjadi di seluruh kelompokPenurunan suku bunga kredit, khususnya KMK, terjadi di seluruh kelompokPenurunan suku bunga kredit, khususnya KMK, terjadi di seluruh kelompokPenurunan suku bunga kredit, khususnya KMK, terjadi di seluruh kelompok
bank. bank. bank. bank. bank. Pada Januari 2011, kelompok bank asing dan campuran tercatat
paling agresif dalam menurunkan suku bunga KMK (79 bps) dan KI (126
bps), sedangkan kelompok bank swasta paling aktif menurunkan suku
bunga KK (13 bps). Sementara itu, rata-rata penurunan suku bunga kredit
terbesar terjadi pada kelompok bank asing dan campuran (64bps),
sedangkan rata-rata penurunan suku bunga kredit pada kelompok bank
swasta, BPD dan Persero relatif minimal (5 bps, 5 bps dan 4 bps). Di sisi lain,Di sisi lain,Di sisi lain,Di sisi lain,Di sisi lain,
penurunan suku bunga deposito 1 bulan terbesar terjadi pada kelompokpenurunan suku bunga deposito 1 bulan terbesar terjadi pada kelompokpenurunan suku bunga deposito 1 bulan terbesar terjadi pada kelompokpenurunan suku bunga deposito 1 bulan terbesar terjadi pada kelompokpenurunan suku bunga deposito 1 bulan terbesar terjadi pada kelompok
bank asing dan campuran, sedangkan kelompok bank swasta sudah mulaibank asing dan campuran, sedangkan kelompok bank swasta sudah mulaibank asing dan campuran, sedangkan kelompok bank swasta sudah mulaibank asing dan campuran, sedangkan kelompok bank swasta sudah mulaibank asing dan campuran, sedangkan kelompok bank swasta sudah mulai
menaikkan suku bunga depositonya.menaikkan suku bunga depositonya.menaikkan suku bunga depositonya.menaikkan suku bunga depositonya.menaikkan suku bunga depositonya. Pada bulan Januari 2011, kelompok
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
17
bank asing dan campurannmenurunkan suku bunga deposito 1 bulan
sebesar 195 bps, sedangkan kelompok bank BPD dan Persero juga
menurunkan suku bunganya namun dengan besaran yang lebih rendah
(115 bps dan 4 bps). Sebaliknya, kelompok bank swasta justru sudah mulai
menaikkan suku bunga deposito 1 bulan sebesar 98 bps.
Dana, Kredit, dan Uang BeredarPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) menurun sejalan dengan polaPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) menurun sejalan dengan polaPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) menurun sejalan dengan polaPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) menurun sejalan dengan polaPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) menurun sejalan dengan pola
historis di awal tahun terkait penyerapan pajakhistoris di awal tahun terkait penyerapan pajakhistoris di awal tahun terkait penyerapan pajakhistoris di awal tahun terkait penyerapan pajakhistoris di awal tahun terkait penyerapan pajak. Pertumbuhan DPK per
Januari 2011 tercatat sebesar 18,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan
dengan bulan sebelumnya sebesar 18,5% (Grafik 2.21). Sampai dengan
Februari 2011, data sementara pertumbuhan DPK masih menunjukkan
penurunan. Perlambatan pertumbuhan DPK tersebut sejalan dengan pola
historis penurunan DPK di awal tahun terkait dengan penyerapan pajak.
Perlambatan pertumbuhan DPK bersumber dari pertumbuhan uang kuasiPerlambatan pertumbuhan DPK bersumber dari pertumbuhan uang kuasiPerlambatan pertumbuhan DPK bersumber dari pertumbuhan uang kuasiPerlambatan pertumbuhan DPK bersumber dari pertumbuhan uang kuasiPerlambatan pertumbuhan DPK bersumber dari pertumbuhan uang kuasi
yang menurun sejalan dengan pola awal tahunyang menurun sejalan dengan pola awal tahunyang menurun sejalan dengan pola awal tahunyang menurun sejalan dengan pola awal tahunyang menurun sejalan dengan pola awal tahun. Data sementara
pertumbuhan deposito per Februari 2011 mengiindikasikan penurunan,
sedangkan pertumbuhan giro dan tabungan menunjukkan peningkatan.
Perkembangan tersebut sesuai dengan pola historisnya yakni terkait
besarnya penyerapan pajak di awal tahun.....
Di sisi kredit, masih mencatat pertumbuhan yang meningkat.Di sisi kredit, masih mencatat pertumbuhan yang meningkat.Di sisi kredit, masih mencatat pertumbuhan yang meningkat.Di sisi kredit, masih mencatat pertumbuhan yang meningkat.Di sisi kredit, masih mencatat pertumbuhan yang meningkat.
Pertumbuhan kredit hingga Januari 2011 mencapai 24,6% (yoy) (GrafikPertumbuhan kredit hingga Januari 2011 mencapai 24,6% (yoy) (GrafikPertumbuhan kredit hingga Januari 2011 mencapai 24,6% (yoy) (GrafikPertumbuhan kredit hingga Januari 2011 mencapai 24,6% (yoy) (GrafikPertumbuhan kredit hingga Januari 2011 mencapai 24,6% (yoy) (Grafik
2.21)2.21)2.21)2.21)2.21). Sampai dengan akhir tahun 2011, angka pertumbuhan kredit
diperkirakan masih sesuai dengan Rencana Bisnis Bank tahun 2011. Masih
akseleratifnya perkembangan kredit tersebut juga mencerminkan belum
teresponsnya kenaikan BI Rate yang dilakukan pada awal bulan laporan.
Tabel 2.1Perkembangan Berbagai Suku Bunga
BI Rate 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50Penjaminan Deposito 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00Dep 1 bulan (Weighted Average) 7,09 6,93 6,77 6,89 6,76 6,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72Base Lending Rate 12,65 12,66 12,58 12,62 12,58 12,50 12,39 12,38 12,21 12,07 11,98 11,98 11,96Kredit Modal Kerja (KMK) 13,75 13,68 13,54 13,42 13,26 13,17 13,21 13,19 13,00 13,01 12,96 12,83 12,75Kredit Investasi (KI) 13,24 13,21 12,72 12,62 12,59 12,70 12,60 12,40 12,41 12,38 12,35 12,28 12,25Kredit Konsumsi (KK) 16,32 16,36 15,42 15,34 15,23 14,99 14,92 14,83 14,75 14,65 14,53 14,53 14,48
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan
2 0 1 0Suku Bunga (%)
2011
Grafik 2.21 Pertumbuhan Kredit, DPK,dan BI Rate
%
0
5
10
15
20
25
30
35
40Kredit
DPK
BI Rate22,1
18,5
%
3
4
5
6
7
8
9
10
2008 2009 2010Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov
Grafik 2.20 Perkembangan BerbagaiSuku Bunga
%
6
8
10
12
14
16
18
20
2008 2009 2010 20111 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1
6,72
12,75
12,25
14,48
BI Rate Deposito 1 bulan Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi Kredit Konsumsi
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
18
Selain itu, ekspansi kredit tersebut juga patut diwaspadai dannrisiko kredit
perbankan, baik dari sisi Non Performing Loan (NPL) maupun kualitas
kredit, harus terus dijaga.
Berdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan KMK terhadap total kreditBerdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan KMK terhadap total kreditBerdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan KMK terhadap total kreditBerdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan KMK terhadap total kreditBerdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan KMK terhadap total kredit
tercatat lebih tinggitercatat lebih tinggitercatat lebih tinggitercatat lebih tinggitercatat lebih tinggi. Hal itu menunjukkan kualitas penyaluran kredit
semakin membaik. Sampai dengan Januari 2011 penyaluran kredit
sebagian besar dalam bentuk kredit modal kerja (KMK), sedangkan
penyaluran dalam bentuk kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK)
relatif lebih kecil. Sementara itu, pertumbuhan kredit berdasarkan sektor
yang tercatat positif pada Januari 2011 adalah kredit ke sektor Lain-lain,
sektor Jasa Dunia Usaha, sektor Jasa Sosial dan sektor Listrik. Sementara
itu berdasarkan valutanya, pertumbuhan kredit valas masih tetap tinggi
walau kontribusinya terhadap total kredit relatif minimal.
Pertumbuhan-uang primer sedikit melambat sesuai dengan polaPertumbuhan-uang primer sedikit melambat sesuai dengan polaPertumbuhan-uang primer sedikit melambat sesuai dengan polaPertumbuhan-uang primer sedikit melambat sesuai dengan polaPertumbuhan-uang primer sedikit melambat sesuai dengan pola
historisnyahistorisnyahistorisnyahistorisnyahistorisnya. Pada Februari 2011 uang primer tumbuh sebesar 19,8% (yoy),
sedikit melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 20,3%
(yoy) (Grafik 2.22). Hal tersebut sejalan dengan pola historisnya yang
antara lain terkait dengan penyerapan pajak pada awal tahun. Meskipun
secara bulanan melambat, pertumbuhan uang primer tersebut telah
kembali pada kisaran sebelum krisis yang menandakan aktivitas ekonomi
sedang berada dalam tren yang membaik. Sementara itu, perlambatan
yang sesuai dengan pola historisnya juga terjadi pada pertumbuhan uang
kartal. Uang kartal pada Februari 2011 tumbuh sebesar 14,6% (yoy)
menurun dibandingkan bulan sebelumnya 16,8% (yoy) (Grafik 2.22).
Likuiditas perekonomian M1 dan M2 akseleratif dan telah kembali padaLikuiditas perekonomian M1 dan M2 akseleratif dan telah kembali padaLikuiditas perekonomian M1 dan M2 akseleratif dan telah kembali padaLikuiditas perekonomian M1 dan M2 akseleratif dan telah kembali padaLikuiditas perekonomian M1 dan M2 akseleratif dan telah kembali pada
kisaran rata-rata pertumbuhan sebelum periode krisis. kisaran rata-rata pertumbuhan sebelum periode krisis. kisaran rata-rata pertumbuhan sebelum periode krisis. kisaran rata-rata pertumbuhan sebelum periode krisis. kisaran rata-rata pertumbuhan sebelum periode krisis. Pada Januari 2011,
likuiditas perekonomian M1 meningkat sebesar Rp2,3 triliun menjadi
Rp617 triliun, sedangkan M2 menurun sebesar Rp31 triliun menjadi
Rp2.501 triliun. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan likuiditas
perekonomian M1 maupun M2 masing-masing mencapai 22,0% (yoy) dan
19,6% (yoy) meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan
sebelumnya sebesar 17,8% (yoy) dan 18,8% (yoy) (Grafik 2.23).
Pertumbuhan kedua likuiditas perekonomian tersebut telah kembali pada
kisaran rata-rata pertumbuhan selama periode sebelum krisis dan
menunjukkan kondisi perekonomian yang semakin kondusif namun tetap
perlu terus dipantau.
Grafik 2.22 Pertumbuhan Uang Primer danUang Kartal
Grafik 2.24 IHSG dan BI Rate
Grafik 2.23 Pertumbuhan Uang Beredar
19,8
35,6
14,2
% yoy
Rata-ratasblm Krisis Mei 06 -Sept 08-10
-505
1015202530354045
Rata-rata Ccy:20,5%Rata-rata Mo:19,7%
2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan
M0 (GWM 5%)
M0
Currency
Y-o-Y %
0
4
8
12
16
20
24
28
2007 2008 2009 2010 20111 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 12 3 5 7 9 11 1
Rata-rata M1:21,5%
Rata-rata M2:15,6% M1
M2
19,6
21,5
IHSG
4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
2008 2009 2010 2011Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan
BI Rate (%)
55,5
6,5
6
7,57
8
8,59
9,510
IHSGBI Rate
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
19
Pasar sahamPerkembangan di pasar saham pada Februari 2011 kembali stabil setelahPerkembangan di pasar saham pada Februari 2011 kembali stabil setelahPerkembangan di pasar saham pada Februari 2011 kembali stabil setelahPerkembangan di pasar saham pada Februari 2011 kembali stabil setelahPerkembangan di pasar saham pada Februari 2011 kembali stabil setelah
sempat menurun pada bulan sebelumnya. sempat menurun pada bulan sebelumnya. sempat menurun pada bulan sebelumnya. sempat menurun pada bulan sebelumnya. sempat menurun pada bulan sebelumnya. Pasca pengumuman kenaikan
BI Rate, IHSG tercatat menguat tipis sebesar 1,8% dan ditutup pada level
3.470,2 (Grafik 2.24). Penguatan tersebut tidak terlepas dari
perkembangan kondisi fundamental makroekonomi yang positif. Kondisi
fundamental makroekonomi yang kuat tercermin antara lain dari stabilitas
nilai tukar yang terjaga, prospek pertumbuhan ekonomi yang positif dan
perbaikan rating menuju investment grade. Di samping prospek
makroekonomi yang baik, aksi beli investor asing juga menopang
pertumbuhan IHSG selama Februari 2011. Perilaku investor asing tersebut
berkaitan erat dengan stabilnya fundamental mikro emiten yang ditandai
oleh pertumbuhan laba yang cukup tinggi pada beberapa emiten,
khususnya di sektor keuangan. Indikator Earning Before Interest Tax andDepreciation (EBITDA) indeks yang mencerminkan kondisi fundamental
emiten juga bergerak stabil mengiringi pertumbuhan IHSG. Dengan
perkembangan tersebut, investor asing pada Februari mampu
membukukan beli neto sebesar Rp2,12 Triliun atau naik dari bulan
sebelumnya yang hanya mencatat jual neto sebesar Rp2,61 Triliun (Grafik
2.25).
Dari sisi sektoral, penopang utama pertumbuhan IHSG selama FebruariDari sisi sektoral, penopang utama pertumbuhan IHSG selama FebruariDari sisi sektoral, penopang utama pertumbuhan IHSG selama FebruariDari sisi sektoral, penopang utama pertumbuhan IHSG selama FebruariDari sisi sektoral, penopang utama pertumbuhan IHSG selama Februari
2011 yaitu sektor perdagangan dan sektor berbasis industri. 2011 yaitu sektor perdagangan dan sektor berbasis industri. 2011 yaitu sektor perdagangan dan sektor berbasis industri. 2011 yaitu sektor perdagangan dan sektor berbasis industri. 2011 yaitu sektor perdagangan dan sektor berbasis industri. Penguatan
pada sektor tersebut didorong oleh nilainya yang cenderung undervalued,
kecuali sektor industri barang konsumsi yang tengah mengalami
pertumbuhan cukup tinggi pada tahun 2010.
Pasar Surat Berharga Negara (SBN)Di pasar SBN, Di pasar SBN, Di pasar SBN, Di pasar SBN, Di pasar SBN, yieldyieldyieldyieldyield bergerak menurun, meski relatif terbatas pada bergerak menurun, meski relatif terbatas pada bergerak menurun, meski relatif terbatas pada bergerak menurun, meski relatif terbatas pada bergerak menurun, meski relatif terbatas pada
Februari 2011.Februari 2011.Februari 2011.Februari 2011.Februari 2011. Setelah mengalami kenaikan selama beberapa bulan
terakhir, yield SBN mampu bergerak turun meski masih minimal pasca
pengumuman kenaikan BI Rate pada awal bulan laporan. Yield SBN
dengan tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing masing
bergerak turun sebesar 6 bps, 5 bps dan 10 bps. Secara umum, yield SBN
bergerak turun sebesar 6 bps dan ditutup pada level 8,6% (Grafik 2.26).
Dari sisi domestik, cukup stabilnya pergerakan Dari sisi domestik, cukup stabilnya pergerakan Dari sisi domestik, cukup stabilnya pergerakan Dari sisi domestik, cukup stabilnya pergerakan Dari sisi domestik, cukup stabilnya pergerakan yieldyieldyieldyieldyield SBN juga berkaitan SBN juga berkaitan SBN juga berkaitan SBN juga berkaitan SBN juga berkaitan
dengan sentimen kesinambungan fiskal yang masih terjagadengan sentimen kesinambungan fiskal yang masih terjagadengan sentimen kesinambungan fiskal yang masih terjagadengan sentimen kesinambungan fiskal yang masih terjagadengan sentimen kesinambungan fiskal yang masih terjaga. Hal itu
berkaitan dengan kecenderungan volatilitas harga minyak dunia saat ini
Grafik 2.25 IHSG dan Beli/Jual Neto Asing
IHSG
4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
-1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
2008 2009 2010 2011
Net Beli/Jual Asing, (Rp. T /hari)
0,4
0,3
0,2
0,1
-
(0,1)
(0,2)
Net Beli/Jual Asing, (Rata-rata) IHSG
Grafik 2.26 Yield SBN dan BI Rate
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2008 2009 2010 2011Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan
Yield SUN 10 Tahun
BI Rate
Grafik 2.27 Perubahan Yield SBN Bulanan
Perubahan Bulanan (rhs)28 Februari 201131 Januari 2011
%
1YR 2YR 3YR 4YR 5YR 6YR 7YR 8YR 9YR 10YR 15YR 20YR 30YR
100bps
11
10
9
8
7
6
5
4
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
-0,2
-0,4
-0,6
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
20
yang diperkirakan memiliki dampak terbatas pada kondisi kesinambungan
fiskal (fiscal sustainability). Di samping itu, penurunan yield juga
dipersepsikan positif terhadap perubahan biaya untuk menutup defisit
fiskal Kedua faktor tersebut pada akhirnya meredakan sentimen yang
sempat mengganggu kesinambungan fiskal pada Januari 2011.
Pasar ReksadanaPada Januari 2011, perkembangan kinerja reksadana bervariasi antaraPada Januari 2011, perkembangan kinerja reksadana bervariasi antaraPada Januari 2011, perkembangan kinerja reksadana bervariasi antaraPada Januari 2011, perkembangan kinerja reksadana bervariasi antaraPada Januari 2011, perkembangan kinerja reksadana bervariasi antara
jenis produk. jenis produk. jenis produk. jenis produk. jenis produk. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam Nilai
Aktiva Bersih (NAB) lebih rendah dibandingkan dengan bulan
sebelumnya. Penurunan NAB reksadana tersebut disebabkan oleh koreksi
produk reksadana pendapatan tetap dan terproteksi. Penurunan tersebut
relatif minimal jika dibandingkan dengan kinerja Exchange Traded Fund(ETF) Saham dan syariah yang mengalami koreksi masing-masing sebesar
24,1% dan 13,8% (Tabel 2.2). Meskipun mengalami koreksi, kinerja
reksadana ETF Saham dan Syariah masih lebih baik dari kinerja aset yang
menjadi basisnya (benchmark). Hal tersebut mencerminkan pengelolaan
risiko portofolio investasi yang lebih baik.
Tabel 2.2Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)
1 -2,8% 16,7% -11,4% -9,7% -0,7% -0,8% -20,4% 2,4% 0,7% -3,5%2 1,7% 3,7% 1,0% -0,1% 0,1% -34,1% -2,9% -39,6% 0,8% 0,6%3 0,8% 10,4% 5,9% 2,1% -3,9% 4,3% 8,8% 3,6% -2,9% 0,6%4 5,2% 10,1% 4,1% 11,1% 6,7% 5,1% 6,3% 2,9% 4,8% 6,7%
2010 5 -1,6% -2,5% 0,9% -0,1% 1,5% -5,8% -5,2% -1,2% -6,4% -0,3%6 -4,4% -1,2% -1,6% 10,8% 2,8% -5,1% 4,8% 3,2% 3,6% 1,1%7 -1,8% 2,1% -1,8% -0,6% 0,3% -3,6% 4,7% 2,4% 0,9% -0,6%8 -1,1% 0,7% 0,7% 7,5% 6,0% 10,8% -1,5% 0,6% -2,8% 2,9%9 9,4% 0,8% 7,8% 6,4% 4,4% 14,2% 10,3% 2,3% 2,8% 6,3%
10 5,5% -2,2% 3,4% 10,5% 1,1% 9,2% -11,4% 3,2% -1,8% 4,2%11 2,1% -2,0% 5,1% -4,5% 2,8% 3,1% -21,1% -15,4% -1,0% 0,9%12 8,6% 0,6% -0,1% -3,3% -0,8% -30,6% 0,0% 0,0% 17,1% 2,1%
2011 1 1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1%
YTD 28,5% 28,5% 32,9% 41,0% 20,3% -12,2% -32,6% -43,5% -1,5% 27,0%
SahamBulan
Sumber: BAPEPAM (diolah)
PasarUang Campuran
PendapatanTetap Terproteksi Indeks
ETF-Saham
ETF-Pendapatan
TetapSyariah Total
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
21
Kondisi PerbankanStabilitas sistem keuangan relatif terjaga yang ditopang oleh kinerjaStabilitas sistem keuangan relatif terjaga yang ditopang oleh kinerjaStabilitas sistem keuangan relatif terjaga yang ditopang oleh kinerjaStabilitas sistem keuangan relatif terjaga yang ditopang oleh kinerjaStabilitas sistem keuangan relatif terjaga yang ditopang oleh kinerja
perbankan yang cukup stabilperbankan yang cukup stabilperbankan yang cukup stabilperbankan yang cukup stabilperbankan yang cukup stabil. Kinerja perbankan yang stabil sebagaimana
tercermin pada angka rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/
CAR) perbankan yang tetap stabil pada level 17,0% dan terjaganya rasio
kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross di bawah 5% (Tabel
2.3). Selain indikator-indikator utama yg baik, fungsi intermediasi
perbankan juga terus membaik. Pertumbuhan kredit per Januari 2011
telah mencapai 24,6% (yoy) atau masih sejalan dengan Rencana Bisnis
Bank 2011.
Tabel 2.3Kondisi Umum Perbankan
Total Aset (T Rp) 2.501,8 2.517,0 2.563,7 2.576,3 2.604,4 2.678,3 2.683,5 2.700,2 2.758,1 2.769,4 2.856,3 3.008,9 2.990,7
DPK (T Rp) 1.948,6 1.931,6 1.982,2 1.980,5 2.013,2 2.096,0 2.082,6 2.092,8 2.144,1 2.173,9 2.212,2 2.338,8 2.302,1
Kredit (T Rp) 1.435,7 1.459,7 1.485,9 1.516,0 1.561,2 1.615,8 1.627,4 1.670,6 1.689,1 1.705,8 1.736,1 1.796,0 1.776,1
LDR (%) 73,7 75,6 75,0 76,5 77,5 77,1 78,1 79,8 78,8 78,5 78,5 76,8 77,2
NPLs Gross* (%) 3,9 4,0 3,8 3,5 3,6 3,3 3,4 3,4 3,3 3,6 3,4 2,9 3,1
NPLs Net * (%) 1,1 1,0 1,0 0,9 1,0 0,8 0,9 0,7 0,7 0,9 1,0 0,7 0,9
CAR (%) 19,2 19,3 19,1 19,2 17,8 17,4 16,5 16,2 16,4 16,4 16,3 17,0 17,0
NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
ROA (%) 3,1 2,9 3,0 2,9 2,9 2,9 2,9 2,8 2,8 2,9 2,8 2,7 3,0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt1) Nov1) Des1) Jan1)
2 0 10IndikatorUtama
* dengan channeling1) Angka sementara
2 0 11
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
22
III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 4 Maret 2011 memutuskanRapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 4 Maret 2011 memutuskanRapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 4 Maret 2011 memutuskanRapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 4 Maret 2011 memutuskanRapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 4 Maret 2011 memutuskan
untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Keputusan ini tidak
mengubah arah kebijakan moneter Bank Indonesia yang cenderung ketat
sebagai upaya untuk pengendalian tekanan inflasi yang masih tinggi. Bank
Indonesia akan terus mewaspadai perkembangan inflasi ke depan dan
menyesuaikan tingkat BI Rate secara terukur pada waktunya. . . . . Upaya
pengendalian inflasi, khususnya tekanan imported inflation dari kenaikan
komoditas internasional, juga diperkuat dengan terbukanya ruang
penguatan nilai tukar rupiah lebih lanjut sejalan dengan membaiknya
fundamental ekonomi global. Di samping itu, langkah pengendalian
likuiditas melalui penerapan kebijakan makroprudensial dan operasi
moneter juga terus diperkuat dengan tetap memerhatikan kebutuhan
likuiditas perbankan yang sehat, termasuk dengan mulai berlakunya
ketentuan GWM LDR dan GWM Valas per 1 Maret 2011. Melalui bauran
kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut, serta komitmen
Pemerintah yang kuat untuk mengatasi tingginya harga komoditi pangan,
Bank Indonesia meyakini inflasi IHK dapat dijaga pada sasarannya yakni
5%±1% untuk 2011 dan 4,5%±1% di 2012.
Bank Indonesia memandang sangat penting upaya memperkuat koordinasiBank Indonesia memandang sangat penting upaya memperkuat koordinasiBank Indonesia memandang sangat penting upaya memperkuat koordinasiBank Indonesia memandang sangat penting upaya memperkuat koordinasiBank Indonesia memandang sangat penting upaya memperkuat koordinasi
kebijakan dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi.kebijakan dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi.kebijakan dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi.kebijakan dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi.kebijakan dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi. Menghadapi
risiko tekanan inflasi ke depan yang masih cukup tinggi, terutama
bersumber dari tingginya harga komoditas internasional dan rencana
kebijakan Pemerintah terkait dengan sejumlah komoditas strategis antara
lain pengurangan subsidi BBM, koordinasi kebijakan tersebut sebagai
bagian penting pengendalian kestabilan harga secara bersama-sama oleh
Bank Indonesia dan Pemerintah, termasuk melalui forum Tim Pengendalian
Inflasi (TPI) di tingkat Pusat maupun Daerah (TPID). Bank Indonesia
memberikan apresiasi akan upaya yang telah dilakukan Pemerintah dalam
stabilitas harga pangan dan berharap upaya Pemerintah tersebut akan
terus diperkuat. Dalam kaitan ini, Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS)
ke-2 TPID yang akan segera diselenggarakan, dimaksudkan untuk
menyatukan gerak langkah kebijakan dalam rangka memperkuat sisi
pasokan dan distribusi komoditas strategis.
Tinjauan Kebijakan Moneter - Maret 2011
23
* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
SEKTOR KEUANGAN
Indikator Terkini
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 6 bln 1)
Suku bunga SBI 9 bln 1)
Suku bunga deposito 1 bln 2)
Suku bunga deposito 3 bln 2)
JIBOR satu minggu 2)
IHSG Indeks 3)
BESARAN MONETER (miliar Rp)Base MoneyM1(C+D)
Uang Kartal (C)Uang giral (D)
Broad Money (M2 = C+D+T)Uang kuasi (T)
Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas)
M2 - Rupiah
Tagihan pada Dunia UsahaKredit-Bank Umum
Inflasi bulanan (%, mtm)Inflasi tahunan (%, yoy)
Rp/USD (akhir periode, nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4)
Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4)
Net International Reserve (juta USD)
Pertumbuhan PDB (%, yoy)**KonsumsiInvestasi (PMTB)Perubahan StokEksporImpor
INDIKATOR KUARTALAN
H A R G A
SEKTOR EKSTERNAL
6,69 6,68 6,67 6,68 6,72 6,72 6,72 6,73 6,73 6,42 6,26 6,08 -- - - - - - 6,83 6,84 6,84 6,70 6,60 6,50 -
6,93 6,77 6,89 6,76 6,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 - -7,08 6,99 6,98 6,95 6,95 6,95 6,96 6,69 6,99 7,03 7,06 - -6,40 6,38 6,30 6,30 6,34 6,32 6,33 6,30 6,16 5,68 5,83 6,21 -
2.549 2.777 2.971 2.797 2.914 3.069 3.082 3.501 3.635 3.531 3.704 3.409 3.470
380.145 374.406 385.431 391.848 401.435 408.967 426.867 423.809 418.884 483.922 518.447 512.192 -490.084 494.461 494.718 514.005 545.405 539.735 555.495 549.490 555.931 571.874 612.918 - -211.708 205.083 211.390 214.695 222.828 228.228 241.166 229.832 236.104 239.036 267.735 247.799 -278.376 289.378 283.327 299.310 322.577 311.507 314.328 319.657 319.827 332.837 345.184 - -
1.936.273 1.972.683 1.981.457 2.011.683 2.082.394 2.070.246 2.097.385 2.129.985 2.170.197 2.206.025 2.328.684 - -1.446.189 1.478.222 1.486.739 1.497.677 1.536.988 1.530.511 1.541.891 1.580.495 1.614.266 1.634.151 1.715.766 - -1.317.102 1.347.094 1.359.591 1.373.918 1.412.917 1.402.699 1.410.754 1.448.446 1.479.398 1.499.869 1.585.633 - -
744.823 772.718 780.475 789.142 808.099 792.881 789.119 808.463 833.819 842.061 871.902 - -572.280 574.376 579.116 584.776 604.818 609.818 621.635 639.983 645.579 657.808 713.730 - -129.086 131.128 127.148 123.759 124.072 127.812 131.137 132.050 134.868 134.282 130.133 - -
1.807.186 1.841.555 1.854.309 1.887.923 1.958.322 1.942.434 1.966.248 1.997.935 2.035.329 2.071.743 2.198.551 - -
1.557.520 1.592.410 1.616.541 1.658.263 1.718.368 1.728.382 1.771.390 1.794.187 1.807.847 1.842.465 1.909.044 - -1.378.227 1.399.757 1.411.582 1.460.007 1.509.671 1.521.268 1.559.824 1.583.371 1.598.263 1.625.732 1.683.232 - -
0,30 -0,14 0,15 0,29 0,97 1,57 0,76 0,44 0,06 0,60 0,92 0,89 0,133,81 3,43 3,91 4,16 5,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96 7,02 6,84
9.335 9.115 9.012 9.180 9.083 8.952 9.041 8.924 8.928 9.013 8.991 9.057 8.8239.058 11.054 9.727 10.032 10.538 10.815 11.841 10.106 11.455 13.151 13.620 - -7.490 8.981 8.737 8.136 9.045 10.067 9.939 7.552 9.427 10.138 10.730 - -62,14 63,60 70,75 68,54 69,68 70,86 73,93 76,76 79,69 80,72 83,59 82,18 85,05
6,1 5,8 6,9 6,13,4 5,1 4,9 4,08,0 9,2 8,7 8,5
254,0 59,7 -28,7 463,114,6 9,6 16,1 14,918,4 12,2 16,9 17,3
2 0 1 0
2010
Tw-II Tw-III Tw-IV
2 0 11
2010