4
B A D A N P E N G A W A S T E N A G A N U K L I R B A P E T E N 2014 Seminar Keselamatan Nuklir Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir 2014 Makalah Penyaji Poster Bidang Instalasi dan Bahan Nuklir TINJAUAN MENGENAI IMPLEMENTASI PERATURAN DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIR DI INDONESIA Wiryono, Gede Ardana Mandala, Nur Rahmad Yusuf, Ardiyani Eka Patriasari Direktorat Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir, Badan Pengawas Tenaga Nuklir e-mail: [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected] ABSTRAK TINJAUAN MENGENAI IMPLEMENTASI PERATURAN DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIR DI INDONESIA. Telah dila- kukan suatu tinjauan mengenai implementasi peraturan dekomisioning instalasi nuklir di Indonesia. Tinjauan ini diperlukan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk memperbaiki peraturan dekomisioning sehingga akan lebih memperjelas operator instalasi nuklir dalam penyusunan program dekomisioning dan menyelaraskan regulasi nasional dengan praktek internasional. Peraturan dekomisioning instalasi nuklir masih membedakan istilah dekomisioing untuk setiap jenis instalasi nuklir, dan belum menyatakan secara jelas perbedaan materi muatan yang ada dalam program dekomisioning untuk setiap tahapan pembangunan instalasi nuklir. Sedangkan praktek internasional telah membedakan antara muatan materi yang ada dalam program dekomisioning awal dengan program dekomisioning akhir. Program deko- misioning awal memuat uraian mengenai strategi dekomisioning dan justifikasi teknis, informasi mengenai dekomisioning, pelaksanaan dekomisioning yang memuat tahapan dekomisioning, dan status akhir yang memuat justifikasi teknis dan penggunaan fasilitas/tapak di masa mendatang. Sedangkan pada program dekomisioning akhir ditambahkan uraian mengenai perencanaan, uraian pekerjaan, proteksi radiasi, pengelolaan limbah, metode clean-up dan justifikasi teknis pada bagian pelaksanaan dekomisioning, serta ketidakpastian dan kajian dampak lingkungan pada bagian status akhir. Sehingga BAPETEN perlu menetapkan secara jelas materi muatan yang harus diuraikan dalam program dekomisioning untuk setiap tahapan pembangunan instalasi nuklir. Di samping itu untuk menghindari kesalahpahaman persepsi mengenai dekomisioning, sebaiknya tidak perlu dibedakan istilah dekomisioning untuk setiap jenis instalasi nuklir. Kata Kunci: peraturan, instalasi nuklir, program dekomisioning, operator ABSTRACT REVIEW OF IMPELEMENTATION OF REGULATION ON NUCLEAR INSTALLATION DECOMMISSIONING IN INDONESIA. e review of implementation regulation on nuclear installation decommissioning in Indonesia has been carried out. is review is needed as a part of consideration material to improve the regulation on decommissioning so this regulation will more easily implemented by the operators of nuclear installation in establish- ment of their decommissioning program and harmonize the regulation with international practices. Regulation on decommissioning of nuclear installation is remain distinguish the terminology for each type of nuclear installation, and do not express clearly the difference content of material that are available in the decommissioning program for each stage of development of nuclear installation. Meanwhile, international practices had distinguished between ma- terial which is available in preliminary decommissioning program and final decommissioning program. Preliminary decommissioning program contains description about decommissioning strategy and engineering justification, information on decommissioning, campaign of decommissioning which comprise of the stages of decommissioning, and final status which includes engineering justification and utilization of facilities or sites in the future era. Meanwhile, the final decommissioning program was added with description of planning, description of work, radiation protection, management of waste, method of clean-up and engineering justification in the section of campaign of decommissioning, also uncertainty and assessment of environmental impact in the sec- tion of final status. erefore, BAPETEN should stipulate clearly the content of material which must be described in the decommissioning program for each stages erection of nuclear installation. Beside of this, in order to avoid misunderstanding in perception about decommissioning, it should not be necessary to distinguishthe terminology of decommissioning for each type of nuclear installation. Keywords: regulation, nuclear installation, decommissioning program, operator 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh operator instalasi nuklir di Indonesia antara lain mengenai penggunaan istilah deko- misioning yang kurang sesuai karena dibedakan berdasarkan objek pengawasan, padahal istilah tersebut merupakan tindakan yang di- lakukan terhadap suatu fasilitas. Sehingga semakin membingung- kan operator, dengan alasan bahwa tindakan yang dilakukan sama hanya berbeda fasilitasnya. Permasalahan lain yang dihadapi oleh operator pada saat penyusunan program dekomisioning terutama belum adanya kejelasan mengenai perbedaan muatan materi yang harus diuraikan dalam program dekomisioning untuk mempero- leh izin konstruksi, komisioning, operasi, dan dekomisioning. Sampai saat ini peraturan nasional mengenai dekomisioning masih membedakan antara istilah dekomisioning instalasi nuklir, dekomisioning, dekomisioning reaktor nuklir, dan dekomisioning instalasi nuklir non reaktor. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran dan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 4 Tahun 2009 tentang Dekomisioning Reaktor Nuklir mengguna- kan istilah dekomisioning untuk reaktor nuklir. Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 6 Tahun 2011 tentang Dekomisioning Instalasi Nuklir Non Reaktor menggunakan istilah dekomisioning INNR. Peraturan Pemerintah Nomor54 Tahun 2012 tentang Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir menggunakan istilah dekomisio-

TINJAUAN MENGENAI IMPLEMENTASI PERATURAN …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN MENGENAI IMPLEMENTASI PERATURAN …

BA

DA

N P

ENGAWAS TENAGA NU

KLIR

B A P E T E N 2014

SeminarKeselamatanNuklir

ProsidingSeminar Keselamatan Nuklir 2014Makalah Penyaji Poster

Bidang Instalasi dan Bahan Nuklir

TINJAUAN MENGENAI IMPLEMENTASI PERATURAN DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIR DI INDONESIAWiryono, Gede Ardana Mandala, Nur Rahmad Yusuf, Ardiyani Eka PatriasariDirektorat Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir, Badan Pengawas Tenaga Nuklire-mail: [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]

ABSTRAK

TINJAUAN MENGENAI IMPLEMENTASI PERATURAN DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIR DI INDONESIA. Telah dila-kukan suatu tinjauan mengenai implementasi peraturan dekomisioning instalasi nuklir di Indonesia. Tinjauan ini diperlukan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk memperbaiki peraturan dekomisioning sehingga akan lebih memperjelas operator instalasi nuklir dalam penyusunan program dekomisioning dan menyelaraskan regulasi nasional dengan praktek internasional. Peraturan dekomisioning instalasi nuklir masih membedakan istilah dekomisioing untuk setiap jenis instalasi nuklir, dan belum menyatakan secara jelas perbedaan materi muatan yang ada dalam program dekomisioning untuk setiap tahapan pembangunan instalasi nuklir. Sedangkan praktek internasional telah membedakan antara muatan materi yang ada dalam program dekomisioning awal dengan program dekomisioning akhir. Program deko-misioning awal memuat uraian mengenai strategi dekomisioning dan justifikasi teknis, informasi mengenai dekomisioning, pelaksanaan dekomisioning yang memuat tahapan dekomisioning, dan status akhir yang memuat justifikasi teknis dan penggunaan fasilitas/tapak di masa mendatang. Sedangkan pada program dekomisioning akhir ditambahkan uraian mengenai perencanaan, uraian pekerjaan, proteksi radiasi, pengelolaan limbah, metode clean-up dan justifikasi teknis pada bagian pelaksanaan dekomisioning, serta ketidakpastian dan kajian dampak lingkungan pada bagian status akhir. Sehingga BAPETEN perlu menetapkan secara jelas materi muatan yang harus diuraikan dalam program dekomisioning untuk setiap tahapan pembangunan instalasi nuklir. Di samping itu untuk menghindari kesalahpahaman persepsi mengenai dekomisioning, sebaiknya tidak perlu dibedakan istilah dekomisioning untuk setiap jenis instalasi nuklir.

Kata Kunci: peraturan, instalasi nuklir, program dekomisioning, operator

ABSTRACT

REVIEW OF IMPELEMENTATION OF REGULATION ON NUCLEAR INSTALLATION DECOMMISSIONING IN INDONESIA. The review of implementation regulation on nuclear installation decommissioning in Indonesia has been carried out. This review is needed as a part of consideration material to improve the regulation on decommissioning so this regulation will more easily implemented by the operators of nuclear installation in establish-ment of their decommissioning program and harmonize the regulation with international practices. Regulation on decommissioning of nuclear installation is remain distinguish the terminology for each type of nuclear installation, and do not express clearly the difference content of material that are available in the decommissioning program for each stage of development of nuclear installation. Meanwhile, international practices had distinguished between ma-terial which is available in preliminary decommissioning program and final decommissioning program. Preliminary decommissioning program contains description about decommissioning strategy and engineering justification, information on decommissioning, campaign of decommissioning which comprise of the stages of decommissioning, and final status which includes engineering justification and utilization of facilities or sites in the future era. Meanwhile, the final decommissioning program was added with description of planning, description of work, radiation protection, management of waste, method of clean-up and engineering justification in the section of campaign of decommissioning, also uncertainty and assessment of environmental impact in the sec-tion of final status. Therefore, BAPETEN should stipulate clearly the content of material which must be described in the decommissioning program for each stages erection of nuclear installation. Beside of this, in order to avoid misunderstanding in perception about decommissioning, it should not be necessary to distinguishthe terminology of decommissioning for each type of nuclear installation.

Keywords: regulation, nuclear installation, decommissioning program, operator

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh operator instalasi nuklir di Indonesia antara lain mengenai penggunaan istilah deko-misioning yang kurang sesuai karena dibedakan berdasarkan objek pengawasan, padahal istilah tersebut merupakan tindakan yang di-lakukan terhadap suatu fasilitas. Sehingga semakin membingung-kan operator, dengan alasan bahwa tindakan yang dilakukan sama hanya berbeda fasilitasnya. Permasalahan lain yang dihadapi oleh operator pada saat penyusunan program dekomisioning terutama belum adanya kejelasan mengenai perbedaan muatan materi yang

harus diuraikan dalam program dekomisioning untuk mempero-leh izin konstruksi, komisioning, operasi, dan dekomisioning.

Sampai saat ini peraturan nasional mengenai dekomisioning masih membedakan antara istilah dekomisioning instalasi nuklir, dekomisioning, dekomisioning reaktor nuklir, dan dekomisioning instalasi nuklir non reaktor. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran dan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 4 Tahun 2009 tentang Dekomisioning Reaktor Nuklir mengguna-kan istilah dekomisioning untuk reaktor nuklir. Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 6 Tahun 2011 tentang Dekomisioning Instalasi Nuklir Non Reaktor menggunakan istilah dekomisioning INNR. Peraturan Pemerintah Nomor54 Tahun 2012 tentang Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir menggunakan istilah dekomisio-

Page 2: TINJAUAN MENGENAI IMPLEMENTASI PERATURAN …

Seminar Keselamatan Nuklir 2014 189

ning untuk Dekomisioning Instalasi Nuklir. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Peman-faatan Bahan Nuklir menggunakan istilah dekomisioning instalasi nuklir untuk dekomisioning dan dekomisioning INNR, sementara istilah dekomisioning digunakan untuk reaktor nuklir.

Selain itu PP 2/2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Pe-manfaatan Bahan Nuklir, belum secara jelas mengatur perbedaan muatan materi yang harus diuraikan dalam program dekomisio-ning untuk setiap tahapan pembangunan instalasi nuklir. Peratur-an Pemerintah tersebut hanya menyatakan bahwa salah satu per-syaratan teknis untuk memperoleh izin konstruksi, komisioning, operasi, dan dekomisioning adalah program dekomisioning. Se-dangkan pada bagian penjelasan dari Peraturan Pemerintah terse-but juga tidak membedakan muatan materi yang harus diuraikan dalam program dekomisioning untuk setiap tahapan pembangu-nan instalasi nuklir.

Dengan demikian, maka diperlukan tinjauan mengenai im-plementasi peraturan dekomisioning instalasi nuklir di Indonesia, terutama mengenai penggunaan istilah dekomisioning dan ma-teri muatan yang harus diuraikan dalam program dekomisioning untuk setiap tahapan pembangunan instalasi nuklir.

1.2. Tujuan

Makalah ini membahas tinjauan mengenai implementasi pe-raturan dekomisioning instalasi nuklir di Indonesia. Makalah ini disusun untuk mengidentifikasi akar/sumber permasalahan terda-patnya perbedaan penggunaan istilah dekomisioning dan materi muatan yang harus diuraikan dalam program dekomisioning.

1.3. Metode

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi literatur terhadap Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Bahan Nuklir, Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 4 Tahun 2009 ten-tang Dekomisioning Reaktor Nuklir, Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 6 Tahun 2011 tentang Dekomisioning Instalasi Nuklir Non Reaktor, dan French Nuclear Safety Authority (ASN) Guide No. 6 serta beberapa dokumen terkait dekomisioning yang lain.

2. DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIRBerdasarkan Pasal 1 angka 14 UU 10/1997 tentang Ketenaganuk-

liran dan Pasal 1 angka 1 Perka BAPETEN 4/2009 tentang Dekomi-sioning Reaktor Nuklir dinyatakan bahwa dekomisioning adalah suatu kegiatan untuk menghentikan beroperasinya reaktor nuklir secara tetap, antara lain dilakukan pemindahan bahan bakar nuklir dari teras reaktor nuklir, pembongkaran komponen reaktor, dekon-taminasi, dan pengamanan akhir [1,2]. Jadi penggunaan istilah de-komisioning hanya digunakan untuk dekomisioning reaktor nuklir. Sementara pada Pasal 1 angka 2 Perka BAPETEN 6/2011 tentang Dekomisioning Instalasi Nuklir Non Reaktor dinyatakan bahwa dekomisioning INNR adalah suatu kegiatan untuk menghentikan beroperasinya INNR secara tetap, antara lain dilakukan pemindah-an bahan nuklir dari INNR, pembongkaran komponen instalasi, dekontaminasi, dan pengamanan akhir [3].

Berdasarkan PP 54/2012 tentang Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir dinyatakan bahwa dekomisioning instalasi nuk-lir yang selanjutnya disebut dekomisioning adalah suatu kegiatan untuk menghentikan beroperasinya instalasi nuklir secara tetap, antara lain dilakukan pemindahan bahan nuklir dari instalasi nuk-lir, pembongkaran komponen instalasi, dekontaminasi, dan peng-amanan akhir [4].

Berdasarkan PP 2/2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Bahan Nuklir dinyatakan bahwa dekomisioning instalasi nuklir adalah dekomisioning dan dekomisioning INNR.

Dekomisioning adalah suatu kegiatan untuk menghentikan ber-operasinya reaktor nuklir secara tetap, antara lain, dilakukan pemin-dahan bahan bakar nuklir dari teras reaktor, pembongkaran kompo-nen reaktor, dekontaminasi, dan pengamanan akhir. Dekomisioning instalasi nuklir non reaktor yang selanjutnya disebut dekomisioning INNR adalah suatu kegiatan untuk menghentikan beroperasinya instalasi nuklir nonreaktor secara tetap, antara lain, dilakukan pe-mindahan bahan bakar nuklir dari instalasi nuklir nonreaktor, pem-bongkaran komponen, dekontaminasi, dan pengamanan akhir [5].

Sedangkan U.S.NRC menggunakan istilah dekomisioning tanpa membedakan tempat pelaksanaan dekomisioning tersebut, tetapi hanya menggunakan satu istilah dekomisioning yaitu suatu tindakan administratif dan teknis yang dilakukan untuk melepas-kan fasilitas nuklir sebagian atau semua dari badan pengawas [6].

3. PROGRAM DEKOMISIONINGBerdasarkan Pasal 7 Perka BAPETEN 4/2009 tentang Dekomi-

sioning Reaktor Nuklir dinyatakan bahwa program dekomisioning yang telah disesuaikan dengan status terkini reaktor harus ditetap-kan oleh Pengusaha Instalasi Nuklir (PIN) sebelum mengajukan izin dekomisioning untuk mendapatkan persetujuan dari Kepala BAPETEN.

Sedangkan berdasarkan Perka BAPETEN 8/2012 tentang Pe-nyusunan Laporan Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya dinya-takan bahwa program dekomisioning reaktor nuklir mengacu pada Perka BAPETEN 4/2009 tentang Dekomisioning Reaktor Nuklir [2]. Selain itu berdasarkan PP 2/2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Bahan Nuklir dinyatakan bahwa dekomi-sioning instalasi nuklir adalah dekomisioning dan dekomisioning INNR. Program dekomisioning reaktor nuklir atau program deko-misioning tersebut memuat uraian sebagaimana Tabel 1 [5].

Tabel 1: Program Dekomisioning Reaktor Nuklir

Program Dekomisioning Reaktor Nuklir

(Perka BAPETEN 4/2009)

Program Dekomisioning (PP 2/2014)

6. uraian instalasi; 1. uraian reaktor nuklir; 7. struktur organisasi pelaksana de-

komisioning dan jadwal kegiatan yang merupakan bagian dari ma-najemen dekomisioning;

2. manajemen dekomisioning;

8. metode atau opsi dekomisioning; 3. opsi dekomisioning; 9. rencana survei karakterisasi atau

ringkasannya; 4. rencana survei karakterisasi;

10. perkiraan biaya dekomisioning; 5. perkiraan biaya dekomision-ing;

11. analisis atau kajian keselamatan; 6. analisis keselamatan; 12. kajian lingkungan atau ringkasan-

nya; 7. pengelolaan dan pemantauan

lingkungan; 13. program proteksi radiasi; 8. proteksi radiasi; 14. program keamanan nuklir dan se-

ifgard; 9. rencana proteksi fisik dan sis-

tem safeguards; 15. program kesiapsiagaan nuklir; 10. program kesiapsiagaan nuklir; 16. rencana penanganan limbah ra-

dioaktif; 11. rencana penanganan limbah

radioaktif; 17. kegiatan dekomisioning; 12. kegiatan dekomisioning; 18. surveilan dan perawatan; dan 13. surveilan dan perawatan; dan 19. survei radiasi akhir. 14. survei radiologi akhir.

Berdasarkan Perka BAPETEN 6/2011 tentang Dekomisioning Instalasi Nuklir Non Reaktor dinyatakan bahwa Pemegang izin ha-rus menetapkan program dekomisioning INNR, menyusun ring-kasan program dekomisioning INNR dalam laporan analisis kese-

Page 3: TINJAUAN MENGENAI IMPLEMENTASI PERATURAN …

190 Tinjauan Mengenai Implementasi Peraturan Dekomisioning Instalasi Nuklir di Indonesia

lamatan akhir. Program dekomisioning INNR yang harus dibuat dalam dokumen tersendiri selama tahap konstruksi.

Berdasarkan Perka BAPETEN 10/2006 tentang Penyusunan Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Nuklir Non Reaktor dinya-takan bahwa program dekomisioning instalasi nuklir non reaktor mengacu pada Perka BAPETEN 6/2011 tentang Dekomisioning In-stalasi Nuklir Non Reaktor [3]. Sedangkan berdasarkan PP 54/2012 tentang Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir dinyatakan bahwa dekomisioning instalasi nuklir adalah suatu kegiatan untuk menghentikan beroperasinya instalasi nuklir secara tetap, anta-ra lain dilakukan pemindahan bahan nuklir dari instalasi nuklir, pembongkaran komponen instalasi, dekontaminasi, dan penga-manan akhir. Program dekomisioning tersebut memuat uraian rinci mengenai uraian sebagaimana Tabel 2 [4].

Tabel 2: Program Dekomisioning Instalasi Nuklir Non Reaktor

Program Dekomisioning Instalasi Nuklir Non Reaktor

(Perka BAPETEN 6/2011)

Program Dekomisioning Instalasi Nuklir

(PP 54/2012)

1. uraian instalasi; 1. struktur organisasi pelaksana dekomisioning dan jadwal keg-iatan;

2. struktur organisasi pelaksana dekomisioning INNR dan jad-wal kegiatan yang merupakan bagian dari manajemen deko-misioning INNR;

2. uraian instalasi nuklir;

3. opsi dekomisioning INNR; 3. metode/opsi dekomisioning;

4. rencana survei karakterisasi atau ringkasannya;

4. rencana survei karakterisasi atau ringkasannya;

5. perkiraan biaya dekomisioning INNR;

5. perkiraan biaya dekomisioning;

6. analisis atau kajian keselamatan; 6. analisis atau kajian keselamatan;

7. kajian lingkungan atau ringkas-annya;

7. kajian lingkungan atau ring-kasannya;

8. proteksi radiasi; 8. program proteksi radiasi;

9. rencana proteksi fisik dan seif-gard;

9. program seifgard dan proteksi fisik;

10. kesiapsiagaan nuklir; 10. program kesiapsiagaan nuklir;

11. rencana penanganan limbah ra-dioaktif;

11. rencana penanganan limbah ra-dioaktif;

12. kegiatan dekomisioning INNR; 12. kegiatan dekomisioning;

13. surveilan dan perawatan; dan 13. surveilan dan perawatan; dan

14. survei radiologi akhir. 14. survei radiasi akhir.

Menurut Badan Pengawas Amerika (U.S. NRC) kegiatan de-komisioning dibedakan antara sebelum dan sesudah pemadaman akhir (final shutdown). Kegiatan dekomisioning yang dilakukan sebelum final shutdown pada tahap desain, konstruksi & start-up berdasarkan program dekomisioning awal (initial decommissioning plan) dan pada tahap operasi berdasarkan program dekomisioning yang terkini (update decommissioning plan).

Sedangkan kegiatan dekomisioning yang dilakukan setelah fi-nal shutdown dan sebelum tahap Decontamination & Dismantling (D&D) berdasarkan program dekomisioning akhir yang terkini (up-date final decommissioning plan). Kegiatan dekomisioning yang di-lakukan untuk setiap tahapan fasilitas ditunjukan pada Tabel 3 [6].

Tabel 3: Kegiatan dekomisioning sebelum dan sesudah pemadaman akhir

Facility Stage Decommissioning Activity

Design, Construction

& Start-up Phase

Initial Decommissioning Plan

Operating Phase

Update De-commission-

ing Plan

Finalize Safe Enclosure Plan & Prepare Shutdown Plan

Transition Phase

Source Term Reduction&

Waste Condi-tion

Prepare SitePreparation Plan & S&M

Plan

Preparation Phase Site Preparation & Initial Dismantling

Deferred Dismantling

Period

Update Final Decomission-

ing Plan

Surveillance & Maintenance Implementation

Decon-tamination & Dismantling

Phase

Decontamination & Dismantling Activities

Final Phase Final Survey & License Termination

Sedangkan berdasarkan French Nuclear Safety Authority (ASN) Guide No. 6 “Lifecycle of a Basic Nuclear Installation” dinyatakan bahwa program dekomisioning awal (initial decommissioning plan) dan program dekomisioning akhir (final decommissioning plan) me-muat uraian sebagaimana Tabel 4 [7].

Tabel 4: Program Dekomisioning Awal dan Program Dekomisioning Akhir

Program Dekomisioning Awal (initial decommissioning plan) & Program Dekomisioning Akhir (final decommissioning plan)

1. Uraian mengenai strategi dekomisioning dan alasan pembenaran (jus-tification)

2. Informasi Umum mengenai dekomisioninga. Metode, status akhir (end-state), pemantauan.b. Desain fasilitas yang memudahkan dekomisioning.c. Penyimpanan Catatan dan Rekaman.d. Skills and knowledge management.e. Pengelolaan limbah hasil dekomisioning.

3. Pelaksanaan Dekomisioninga. Tahapan dekomisioning.b. Perencanaan.c. Uraian pekerjaan dan peralatan yang diperlukan untuk dekomi-

sioning.d. Tujuan keselamatan dan proteksi radiasi.e. Pengelolaan limbah, discharge, resiko konvensional.f. Metode clean-up yang digunakan untuk bangunan dan tanah

(soils, civil engineering).g. Pembenaran teknis dari sudut pandang keselamatan nuklir

(nuclear safety), proteksi radiasi, pengelolaan limbah, pelepasan efluen (effluent discharges) dan resiko konvensional (conven-tional risk).

4. Status Akhir (Final End-State)a. Uraian mengenai status akhir (final end-state) dan pembe-

narannya.b. Perkiraan penggunaan fasilitas/tapak di masa mendatang.c. Ketidakpastian terkait dengan uraian mengenai status akhir (fi-

nal end-state).d. Pengkajian dampak lingkungan.

4. HASIL DAN PEMBAHASANSampai saat ini peraturan nasional mengenai dekomisioning

masih membedakan antara istilah dekomisioning instalasi nuklir, dekomisioning, dekomisioning reaktor nuklir, dan dekomisioning instalasi nuklir non reaktor. Perbedaan penggunaan istilah deko-misioning tersebut secara jelas dinyatakan dalam beberapa pera-turan nasional mengenai dekomisioning. Sebagai contoh dalam

Page 4: TINJAUAN MENGENAI IMPLEMENTASI PERATURAN …

Seminar Keselamatan Nuklir 2014 191

UU 10/1997 tentang Ketenaganukliran dan Perka BAPETEN 4/2009 tentang Dekomisioning Reaktor Nuklir menggunakan istilah deko-misioning untuk reaktor nuklir. Juga pada Perka BAPETEN 6/2011 tentang Dekomisioning Instalasi Nuklir Non Reaktor mengguna-kan istilah dekomisioning INNR. Sementara itu pada PP 54/2012 tentang Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir mengguna-kan istilah dekomisioning untuk dekomisioning instalasi nuklir. Sedangkan pada PP 2/2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Bahan Nuklir menggunakan istilah dekomisioning instalasi nuklir untuk dekomisioning dan dekomisioning INNR, sementara istilah dekomisioning itu sendiri digunakan untuk reak-tor nuklir. Sehingga untuk menghindari kesalahpahaman persepsi mengenai dekomisioning, sebaiknya tidak perlu dibedakan istilah dekomisioning untuk setiap objek pengawasan instalasi nuklir.

Peraturan dekomisioning instalasi nuklir belum menyatakan secara jelas perbedaan materi muatan yang ada dalam program de-komisioning untuk setiap tahapan pembangunan instalasi nuklir. Peraturan hanya menyatakan bahwa program dekomisioning me-muat uraian mengenai struktur organisasi pelaksana dekomisio-ning dan jadwal kegiatan; uraian instalasi nuklir; metode atau opsi dekomisioning; rencana survei karakterisasi atau ringkasannya; perkiraan biaya dekomisioning; analisis atau kajian keselamatan; kajian lingkungan atau ringkasannya; program proteksi radiasi; program safeguards dan proteksi fisik; program kesiapsiagaan nuklir; rencana penanganan limbah radioaktif; kegiatan dekomisi-oning; surveilan dan perawatan; dan survei radiasi akhir.

Sedangkan praktek internasional telah membedakan antara muatan materi yang ada dalam program dekomisioning awal de-ngan program dekomisioning akhir. Program dekomisioning awal memuat uraian mengenai strategi dekomisioning dan justifikasi teknis, informasi mengenai dekomisioning, pelaksanaan dekomisi-oning yang memuat tahapan dekomisioning, dan status akhir yang memuat justifikasi teknis dan penggunaan fasilitas/tapak di masa mendatang. Sedangkan pada program dekomisioning akhir ditam-bahkan uraian mengenai perencanaan, uraian pekerjaan, proteksi radiasi, pengelolaan limbah, metode clean-up dan justifikasi teknis pada bagian pelaksanaan dekomisioning, serta ketidakpastian dan kajian dampak lingkungan pada bagian status akhir.

BAPETEN perlu menetapkan secara jelas materi muatan yang harus diuraikan dalam program dekomisioning untuk setiap tahapan pembangunan instalasi nuklir, sehingga akan mempermudah operator pada saat penyusunan program tersebut.

5. KESIMPULAN1. Adanya pembedaan penggunaan istilah dekomisioning untuk

setiap jenis instalasi nuklir.2. Terdapat perbedaan pengaturan yang cukup signifikan antara

PP 2/2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Bahan Nuklir dengan Perka BAPETEN 4/2009 tentang Deko-misioning Reaktor Nuklir terutama mengenai materi muatan yang harus diuraikan dalam program dekomisioning untuk reaktor nuklir sehingga memberikan informasi yang kurang jelas bagi operator instalasi nuklir.

3. Muatan materi yang harus diuraikan dalam Program dekomisi-oning untuk INNR secara jelas mengacu pada Perka BAPETEN 6/2011 tentang Dekomisioning Instalasi Nuklir Non Reaktor.

6. SARAN1. Perlu dilakukan pendefinisian ulang istilah dekomisioning ter-

utama definisi dalam UU 10/1997 tentang Ketenaganukliran yang mencerminkan tindakan atau kegiatan, bukan cenderung membedakan jenis instalasinya.

2. Perlu dilakukan penyelarasan Perka BAPETEN 4/2009 tentang Dekomisioning Reaktor Nuklir dengan PP 2/2014 tentang Peri-

zinan Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Bahan Nuklir sehingga muatan materi yang harus diuraikan dalam program dekomisi-oing untuk reaktor nuklir lebih jelas.

DAFTAR PUSTAKA[1] Republik Indonesia (1997); Undang-undang Nomor 10 Tahun

1997 tentang Ketenaganukliran.[2] BAPETEN (2009); Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga

Nuklir Nomor 4 Tahun 2009 tentang Dekomisioning Reaktor Nuklir.

[3] BAPETEN (2011); Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2011 tentang Dekomisioning Instalasi Nuklir Non Reaktor.

[4] Republik Indonesia (2012); Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir.

[5] Republik Indonesia (2014); Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Bahan Nuklir.

[6] Boing, E.L. (2014); Introduction to Decommissioning, Nuclear Engineering Division; U.S. Department of Energy.

[7] French Nuclear Safety Authority, ASN (2010); Mise a l’arret definitive, demantelement et declassement des installations nucleaires de base en France, Guide De L’ASN INB No. 6; ASN, France.

[8] IAEA (2000); IAEA Safety Standards Series No. WS-R-2 Predisposal Management of Radioactive Waste, including Decommissioning of Nuclear Power Plants and Research Reactors; IAEA, Vienna.

[9] IAEA (2006); IAEA Safety Standards Series No. WS-R-5 Decommissioning of Facilities; IAEA, Vienna.

[10] IAEA (1999); IAEA Safety Standards Series No. WS-G-2.1 Decommissioning of Nuclear Power Plants and Research Reactors; IAEA, Vienna.

[11] IAEA (2001); IAEA Safety Standards Series No. WS-G-2.4 Decommissioning of Nuclear Fuel Cycle Facilities; IAEA, Vienna.

[12] IAEA (2008); IAEA Safety Standards Series No. WS-G-5.1 Release of Sites from Regulatory Control on Termination of Practices; IAEA, Vienna.

[13] IAEA (2008); IAEA Safety Standards Series No. WS-G-5.2 Safety Assessment for the Decommissioning of Facilities Using Radioactive Material; IAEA, Vienna.

[14] IAEA (2013); IAEA Safety Reports Series No. 77 Safety Assessment for the Decommissioning; IAEA, Vienna.

[15] Meck, A.R. (2013); Approaches used for clearance of Lands from Nuclear Facilities among Several Countries; Swedish Radiation Safety Authority.