Upload
erwan-wijaya-putra-sianipar
View
218
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan kasus
Citation preview
PENDAHULUAN
Gangguan lapangan pengelihatan pada stroke terjadi bila lesi pada nervus optikus dan
lintasan visualnya (khiasama optikus, traktus optikus, radiasi optikus, dan korteks visual).
Manifestasi klinisnya bisa berupa kebutaan satu mata , hemianopia bitemporal, hemianopia
binasal, hemianopia homonim dextra atau sinistra, kuadranopia homonim superior atau
inferior , dan skotoma sentral1. Gangguan tersebut bisa terjadi pada stroke iskemik maupun
hemoragik akibat vaskuler otak anterior maupun posterior2. Dilaporkan bahwa perbandingan
insiden defek lapangan penglihatan stroke iskemik pada sirkulasi anterior dan posterior 7 :
111. Pada stroke hemorargik dilaporkan bahwa 5% insiden terjadi pada lobus occipital ,
sedangkan Ropper dan Davies melaporkan 26 kasus perdarahan lobus, 11 kasus terjadi pada
lobus occiptalis3. Faktor resiko terjadinya stroke adalah hipertensi , diabetes melitus,
hiperkolestrolemia, kelainan darah, usia , merokok, obesitas, kelainan jantung, pemakaian
estrogen , hiperurisemia, dan polisitemia2,3,4. Pemeriksaan defek lapangan penglihatan bisa
dilakukan dengan test konfrontasi, perimeter, kampimeter5.Untuk menentukan letak lesi
gangguan lapangan penglihatan berdasarkan atas pemeriksaan klinis, pemeriksaan lapangan
penglihatan dan CT Scan kepala. Penglihatan merupakan modalitas sensorik yang paling
berkembang dan serbaguna, dan tak terbantahkan lagi, bahwa manusia sangat berkembang
pada penglihatan. Nervus optikus dan retina berkembang dari vesikel primer telensefalon
dan, dengan demikian, dianggap sebgai bagian pertumbuhan otak itu sendiri. Penglihatan
terjadi dengan terbentuknya citra dunia luar pada retina fotoreseptif. Retina menyandi
informasi visual pada neuron-neuron yang melepas muatan listrik yang selanjutnya
berproyeksi menuju ota melalui nervus optikus. Serabut-serabut saraf nervus optikus
mengalami hemidekusasi pada kiasma optikum dan masing-masing berproyeksi menuju
genikulatus lateralis talamus. Neuron-neuron talamokortikal ini selanjutnya berproyeksi
menuju korteks visual primer di lobus oksiptalis hemisfer serebri, di sini terjadi persepsi
penglihatan6
1
LAPORAN KASUS
Berikut akan dilaporkan sebuah kasus hemianopsia homonim pada stroke iskemik yang
dirawat di RSUP Prof.dr. R.D. Kandou Manado
Identitas dan Anamnesis
Seorang laki-laki umur 50 tahun, pekerjaan montir, pendidikan tamat SLTA, agama
Protestan, alamat di Malalayang, , masuk RS tgl 4 Mei 2015 jam 22.00 dengan keluhan
utama kelemahan anggota gerak kanan sejak 2 hari SMRS.
Kelemahan anggota gerak kanan dialami penderita sejak 2 hari SMRS yang terjadi tiba-tiba,
sesaat setelah os bangun tidur pada sore hari,dimana kelemahan terjadi secara bersamaan
pada lengan dan tungkai.Kelemahan diikuti dengan rasa kesemutan pada anggota gerak
sebelah kanan.Selain itu os juga mengeluh pusing,dimana pusing dirasakan seperti bergoyang
namun tidak dipengaruhi posisi. Os merasa pengelihatannya menjadi ganda dan os
mengatakan hanya melihat bayangan gelap apabila melirik ke sebelah kanan. Os juga
bicaranya menjadi pelo, riwayat sulit menelan, penurunan kesadaran, kejang, mual, muntah
disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita tidak pernah mengalami penyakit seperti ini.riwayat penyakit hipertensi, kencing
manis dialami pasien sejak 5 tahun terakhir namun tidak rutin untuk mengkonsumsi obat,
kolesterol, asam urat, jantung disangkal.
Riwayat Keluarga
Orang tua, saudara tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti ini.
Riwayat Sosial
Penderita adalah seorang wiraswasta, pendidikan tamat SLTA,.Penderita pernah merokok
namun sekarang sudah tidak merokok lagi, tidak pernah minum-minum beralkohol.
2
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik umum, keadaan umum sedang, status antropometri berat badan 80 kg,
tinggi badan 165 cm.
Pada tanda vital tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 74x/menit regular isi cukup,
frekuensi nafas 20x/menit, suhu 36,80C. Kepala : tidak ditemukan jejas. Tidak ditemui tanda-
tanda anemis pada konjungtiva maupun ikterik pada sclera. Pada pemeriksaan leher tidak
ditemukan pembesaran kelenjar getah bening, trakea letak ditengah. Pada pemeriksaan dada
dengan inspeksi ditemukan bentuk dada yang normal, simetris, tidak terdapat jejas atau
deformitas dengan permukaan terangkat bersamaan saat inspirasi, tidak ada retraksi.Pada
auskultasi tidak ditemukan ronkhi maupun whezzing pada paru. Pada pemerikaan jantung SI-
II reguler, tidak terdapat bunyi jantung tambahan. Pada pemeriksaanabdomen datar, tidak
terdapat jejas, bising usus normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pekak berpindah, hepar
dan lien tidak teraba. Pada pemeriksaan ekstremitas tidak ditemukan edema, akral hangat
dengan kesan vaskularisasi yang baik.
Pada pemeriksaan fisik status neurologis, GCS : E4M6V5=15, pupil bulat isokor, dengan
diameter kanan dan kiri 3 milimeter, pupil kanan dan kiri reaktif terhadap reaksi cahaya
langsung maupun tidak langsung. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal kaku kuduk tidak
ada, laseque >70, kernig >130. Pada pemeriksaan nervi craniales : N. I: normosmia, N.
II:VOD : 6/30,pH : 6/20,VOS :6/20 pH : 6/20,Kampus OD : 10o temporal kampus OS : 10o
nasal,warna normal FOD : warna jingga, batas,papil tegas, aa:vv = 2:3, CD ratio 1:1 FOS :
warna jinggaa kabur, batas papil tidak tegas, aa:vv = 1:3 CD ratio tidak dievaluasi, N.
III,IV,VI: nistagmus (-), gangguan gaze (-), paresis (-), N. V: tidak dievaluasi, N VII: paresis
(+) sentral kanan, N. VIII: tidak dievaluasi, N. IX,X,XI: normal, N. XII: paresis (+) sentral
kanan. Pada pemeriksaan status motorik : hemiparesis kanan. Kekuatan anggota gerak atas:
3/3/3/3 5/5/5/5, kekuatan anggota gerak bawah: 3/3/3/3 5/5/5/5. Tonus otot pada anggota
gerak kanan menurun dan anggota gerak kiri normal. Refleks fisiologis : bisep +/++ ; trisep
+/++, brachioradialis +/++, KPR +/++, APR +/++, reflex patologis : H-T -/-; babinsky group :
-/-. Status sensorik: hemihipestesia kanan , proprioseptif ekstremitas tidak terganggu. Status
autonom : hidrosis normal; inkontinensia dan retensi (–).
3
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan laboratorium tgl 06 Mei 2015, kadar hemoglobin
15,0gr/dl, leukosit 9.1/mm3, trombosit 214.000/mm3, gula darah sesaat 250 mg/dl, ureum 17
mg/dl, kreatinin 0,7 mg/dl, natrium 136 mmol/L, kalium 3.0 mmol/L, klorida 98 mmol/L.
Pemeriksaan EKG didapatkan normal sinus,.
CT scan kepala : tampak gambaran temporooksipital sinistra
Penderita di diagnosis dengan stroke iskemik, hipokalemia ringan,
Penatalaksanaan adalah bed rest, elevasi kepala 30°, mobilisasi kiri/kanan tiap 2 jam, pasang
jalur intravena Nacl 0.9% 500cc 14 gtt per menit, aspilet 80 mg 0-1-0, citicoline 2 x 500 mg
4
amp (iv), ranitidine 2 x 1 amp (iv),paracetamol 3 x 500 mg (p.o), simvastatin 20 mg 0-0-1
9(p.o), kalium 2 x 1 tab po .
Direncanakan untuk pemeriksaan laboratorium puasa.
Follow Up :
Pada perawatan hari keempat, kelemahan anggota gerak kanan dan kram-kram ada
perbaikan, namun pasien masih memiliki keterbatasan apabila melihat pada sisi kanan, pada
pemeriksaan fisik status generalis ditemukan kesadaran kompos mentis, tekanan darah
130/80 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit regular, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,7,0C.
Pada pemeriksaan neurologis, GCS : E4M6V5=15, pupil bulat isokor, dengan diameter kanan
dan kiri 3 milimeter, pupil kanan dan kiri reaktif terhadap reaksi cahaya langsung maupun
tidak langsung.TRM: kaku kuduk tidak ada , laseque >70, kernig >135. Nervi craniales:
paresis N.VII dan N.XII sentral kanan. Status Motorik : hemiparesis kanan. Kekuatan
anggota gerak atas: 4/4/4/4 5/5/5/5, kekuatan anggota gerak bawah: 4/4/4/4 5/5/5/5. Tonus
otot pada anggota gerak kanan menurun dan anggota gerak kiri normal. Refleks fisiologis :
bisep +/++ ; trisep +/++, brachioradialis +/++, KPR +/++, APR +/++, reflex patologis : H-T
-/-; babinsky group : -/-. Status sensorik: hemihipestesia dextra, proprioseptif ekstremitas
tidak terganggu. Status autonom : hidrosis normal; inkontinensia dan retensi (–).
Hasil pemeriksaan laboratorium : albumin 3,55 g/dl, gula darah puasa 263 mg/dl, SGOT 11
U/L, SGPT 8 U/L, kolesterol total 168 HDL : 29 LDL : 113 mg/dl
Hasil x-foto thorax AP : kesan cor dan pulmo normal.
Hasil konsul rehabilitasi medik : fisioterapi.
Hasil konsul Neuro-Oftalmologi : Hemianopsia Homonim Dextra,Gangguan refraksi OD
Pada hari ke lima pasien direncanakan untuk rawat jalan
5
Diagnosis
Klinis : Hemiparesis dextra, Hemihipestesia dextra,Paresis N VII dan Paresis N XII
dextra tipe sentral , hemianopsia homonim dextra
Topis : Radiasio Optika
Etiologis : Stroke Iskemik
Patologis :Infark
Tambahan : hipokalemia
Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
6
PEMBAHASAN
Vaskularisasi Otak
Anatomi sistem vaskular otak dapat dibagi menjadi 2 bagian : anterior (carotid
circulation) dan posterior (vertebrobasiler circulation).
Arteri karotis interna pada kedua sisi menghantarkan darah ke otak melalui percabangan
utamanya, arteri serebri media dan arteri serebri anterior serta arteri choroidalis anterior
(sirkulasi anterior). Kedua arteri vertebralis bergabung di garis tengah pada batas kaudal pons
untuk membentuk arteri basilaris, yang menghantarkan darah ke batang otak dan serebellum,
serta sebagian hemisfer serebri melalui cabang terminalnya, arteri serebri posterior (sirkulasi
posterior). Sirkulasi anterior dan posterior berhubungan satu dengan lainnya melalui sirkulus
arteriosus Willisi.9,10,11
Arteri serebri anterior berasal dari bifurkasio arteri karotis interna dan kemudian
berjalan kearah medial dan rostal. Arteri serebri anterior kedua sisi terletak berdekatan satu
dengan lainnya pada garis tengah di depan lamina terminalis, kedua arteri berjalan secara
pararel ke atas dan ke posterior. Tempat ini juga merupakan tempat hubungan anastomosis
antara kedua arteri serebri anterior melalui arteri komunikans anterior. Arteri ini mensuplai
permukaan medial hemisfer serebri.9,10,12
Arteri serebri media merupakan cabang terbesar arteri karotis interna. Arteri ini
mensuplai seluruh permukaan lateral hemisferi serebri. Arteri serebri media memiliki
hubungan anastomosis kortikal dengan arteri serebri anterior dan arteri serebri posterior.9,10,12
.
Gambar sirkulasi darah serebri, sirkulasi anterior (putih), sirkulasi posterior (biru)
7
Arteri serebri posterior melengkung ke arah lateral dan belakang di sekeliling
mesencephalon, kemudian bergabung dengan ramus kommunikan posterior arteria karotis
interna. Cabang-cabang kortikal menyuplai permukaan inferolateral dan medial lobus
temporalis serta permukaan lateral dan medial lobus occipitalis. Jadi arteri serebri posterior
memperdarahi korteks visual. Cabang-cabang sentral menembus substansia otak dan
memperdarahi talamus, nucleus lentiformis, glandula pinealis, corpus genikulatum.9,10,12
Gambar suplai arteri bagian dalam otak
Arteri Serebri Anterior13
Cabang Struktur Suplai Fungsi Gejala Klinik
Permukaan Motor cortex (lower
limb)
Mengatur gerakan
lower limbContralateral Leg:
UMN weakness
and cortical
sensory loss,
frontal lobe
behavioral
abnormalities
Sensory cortex ( lower
limb)
Menerima sensory
lower limb
Suplemental motor
area (dominant
hemisphere)
Motivation,planning
, organizing of
complex behavior
Prefrontal cortex
Lentikulostriata Internal capsule
(anterior limb)
Corticopontine dan
thalamocortical
8
Arteri Serebri Media7
Cabang Struktur Suplai Fungsi Gejala Klinik
Permukaan kiri Area Broca Expressive speech Right face, arm:
UMN weakness,
cortical sensory loss,
aphasia
Area Wernicke Receptive speech
Motor cortex Movement from head,
neck, trunk, arm
Sensory cortex Sensation
Permukaan kanan Motor cortex Movement Left face, arm: UMN
weakness,
hemineglect, cortical
sensory loss
Sensory cortex Sensation
Anterior
choroidal
Internal capsule
(posterior
limb), globus
pallidus, optic
tract, medial
parts of
temporal lobe
Corticospinal,
thalamocortical,
visual, limbic related
to fear, memory,
emotion
UMN hemiparesis,
sensory
abnormalities,
homonym
hemianopsia, change
in memory, emotion
Lentikulostriata Striatum
(caudate and
putamen)
Received cortical
input relayed to basal
ganglia
Movement disorders
Globus pallidus Site of origin of
output from basal
ganglia
Movement disorders
Internal capsule
(anterior limb)
Corticopontine and
thalamocrtical
Pure UMN
hemiparesis
Internal capsule
(genu)
Corticobulbar tract Pure UMN
hemiparesis
Arteri Serebri Posterior7
9
Cabang Struktur Suplai Fungsi Gejala Klinik
Permukaan Occipital lobe Primary and
secondary visual
Homonymous
hemianopsia,
hemisensory
loss, alexia
without
agraphia
Splenium of corpus
callosum
Connecting visual
association
Inferior and medial
parts of temporal
lobe
Recognition and
interpretation of face
Deep Thalamus Relay center for
descending and
ascending information;
integration of cerebral
cortex and rest of the
CNS
Internal capsule
(posterior limb)
Corticospinal lateral
and anterior tracts
Arteri choroidal anterior mensuplai tiga struktur dalam radiasio optik, traktus optikus, korpus
genikulatum lateral), dan bagian proksimal dari traktus genikulo-kalkarina di bagian
retrolentikular dari kapsul interna.14
Arteri khoridalis anterior (Acha) adalah arteri yang relatif kecil (7-20 mm) yang berasal dari
dinding posterior arteri karotis interna terletak distal dari asal arteri komunikans posterior.
Acha berjalan posterolateral karena terletak inferior dan lateral traktus optikus Kemudian
berjalan terus ke sisi medial dari traktus optikus; pedunkulus serebri di otak tengah bagian
medial dan lobus temporal dari medial hingga lateral Acha.. Arteri ini berakhir di pleksus
koroid dari ventrikel lateral dan korpus genikulatum lateral memasuki inti lateral dan inferior
dan mensuplai hilus dan bagian anterolateral. Kuadran atas dari lapang pandang diwakili
pada korpus genikulatum lateral bagian anterolateral. Korpus genikulatum anterolateral
disusun di kolom proyeksi berorientasi vertikal yang mewakili sektor paralel lapang pandang
ke meridian horizontal.14
10
Defek lapang pandang yang dihasilkan dari oklusi dari Acha tergantung pada struktur yang
terlibat. Infark traktus optikus yang telah terjadi merupakan dalil penyebab untuk terjadinya
hemianopia kongruen disertai dengan pupil hemianopia Wernicke (yaitu kegagalan reaksi
pupil ketika cahaya ditunjukkan dari sisi hemianopia). Iskemia pada bagian proksimal dari
saluran genikulo-kalkarina menyebabkan hemianopia homonim kongruen dengan reaksi pupil
normal. Makula bisa saja tidak terkena. Hemianopia pada daerah Acha yang teroklusi sering
bersifat sementara. Iskemia di bagian Acha dari korpus genikulatum lateral menyebabkan
quadranopia superior atau disebut quadrupel sektoranopia di mana ada cacat visual sama dan
sebangun baik di kuadran atas dan bawah tapi wilayah sekitar meridien horizontal tidak
terlibat (disediakan oleh posterior lateral yang cabang arteri choroidal dari PCA). Lapisan
serat retina sesuai dengan defek kuadran sektoral mengalami atrofi lanjut ketika korpus
genikulatum lateral mengalami infark. Defisit umum lainnya adalah kerugian hemisensorik
karena gangguan dari serat aferen ke nukleus somatosensorik thalamus.14 Sesuai dengan
kepustakaan terjadi lesi pada arteri khoroidalis anterior sinistra dimana pada pemeriksaan
klinis didapatkan hemianopsia homonim dextra dan hemihipestesi dextra pada pemeriksaan
penunjang didapatkan lesi hipodens di daerah parieto oksipital kiri.
Arteri serebri media (MCA) mensuplai saluran genikulo-kalkarina karena terletak berdekatan
dengan tanduk temporal ventrikel lateral. Daerah ini disuplai oleh divisi lebih inferior dari
MCA terutama cabang sudut temporal dan posterior. Hemianopia terjadi hanya bila ada
infark bagian dalam yang sangat besar di seluruh distribusi MCA, dan di divisi inferior yang
besarinfark dariwilayah MCA. Oklusi dari divisi superior tidak menyebabkan hemianopia
atau quadranopia inferior. Infark region temporo posterior substansia alba di wilayah divisi
inferior menyebabkan hemianopia atau quadranopia superior. Visual neglek hampir selalu
disertai hemianopia. Jalur dari target visual bergerak menuju sisi infark yang sering
terganggu.14
Infark regio MCA lebih mungkin menyebabkan neglek dari ruang visual kontralateral
dibandingkan hemianopia.Pasien dengan visual neglek selalu menyadari masalah visual,
mengabaikan objek dalam ruang visual kontralateral, sering gagal untuk merespon ancaman
visual dari sisi yang diabaikan, dan memiliki respon optokinetik normal ketika rekaman itu
dipindahkan dari lapang pandang kontralateral. Arteri serebri posterior mensuplai radiasi
genikulo-kalkarina, striate korteks visual pada kedua bagian atas dan bawah dari sulkus
kalkarina, dan beberapa dari korteks peristriate di lobus temporal dan oksipital.14
11
Hal yang umum dari defek lapang pandang disebabkan oleh iskemia pada saluran genikulo
kalkarina atau korteks striate adalah hemianopia homonim kongruen. Ketika hemianopia
membagi makula maka lesi kemungkinan besar dalam radiasi optik sebelum mereka
mencapai korteks striata. Pasien dengan lesi kortikal mungkin memiliki defek lapang
pandang parsial. Mereka mungkin dapat membedakan gerak, bentuk dan ukuran benda, atau
warna dalam bidang hemianopic atau dalam kuadran atas atau bawah dari bidang itu.
Sebaliknya, lesi yang mempengaruhi radiasi optik genikulo-kalkarina menyebabkan, defek
lapang pandang yang lengkap untuk semua rangsangan visual dalam bintik buta.14
Arteri khoroidalis posterior berasal dari posterior ke anterior yang mensuplai pulvinar,
sebagian dari korpus genikulatum lateral dan nuleus anterior. Infark di medial dan posterior
bagian dari korpus genikulatum lateral kadang-kadang menyebabkan sektoranopia homonym
yang melibatkan daerah tepat di atas dan di bawah meridian horisontal. Seperti di wilayah
Acha, infark region korpus genilulatum lateral mungkin ada atrofi optik yang melibatkan
serat yang membantu sektor tersebut. Hemianopia dan kuadranopia superior dan inferior juga
dapat terjadi14.
12
Cahaya yang bersumber dari objek di lapangan pandang, melalui celah sempit pupil yang
memencarkan cita ke retina. Suatu objek di lapangan pandang, yang merupakan pusat
perhatian, memencarkan citra yang dipusatkan ke dekat kutub posterior mata di ujung garis
sumbu penglihatan. Di titik ini, yang dikenal sebagai fovea sentralis, dan area 1 cm di
sekelilingnya dikenal sebagai bintik kuning, retina disini dimodifikasi secara spesifik untuk
ketajaman penglihatan (kekuatan resolusi). Sifat-sifat optis dasar mata ini, dianalogikan
dengan kamera lubang jarum menunjukkan bahwa citra yang terbentuk terbalik baik dimensi
lateral maupun vertikalnya. Selain itu, objek yang terletak di separuh lapangan pandang kiri
membentuk citra pada separuh lapangan pandang kanan membentuk citra pada separuh nasal
(kanan) retina kiri dan separuh temporal (kanan) retina kanan, dan dengan demikian. Di
medial makula lutea yaitu area tempat terakumulasinya akson-akson retina ini, selanjutnya
meninggalkan retina melalui nervus optikus. Area ini dikenal sebagai diskus optikus. Area ini
tidak mengandung fotoreseptor, oleh karena itu area ini disebut bintik buta6.
13
Retina adalah reseptor permukaan untuk informasi visual. Seperti nervus optikus, retina
merupakan bagian otak, meskipun likasi fisiknya di perifer sistem saraf pusat. Komponen
retina yang paling penting adalah sel-sel reseptor sensorik, atau fotoreseptor, dan berbagai
tipe neuron jaras visual. Lapisan seluler retina yang terdalam mengandung fotoreseptor
(batang dan kerucut) ; dua lapisan yang lebih superfisial mengandung neuron bipolar dan sel-
sel ganglion7.
Retina terdiri atas dua bagian yaitu bagian saraf dan bagian non saraf. Bagian non saraf
diwakili oleh epitel pigmen, selapis sel-sel berpigmen yang menyerap cahaya. Sel-sel pigmen
ini terletak di dekat koroid. Bagian saraf retina mengandung baik fotoreseptor maupun
neuron dan neuroglia dan kaya akan anyaman kapiler6. Sel-sel fotoreseptor terletak di bagian
terdalam retina dan saling beranyaman dengan epitel pigmen. Cahaya yang masuk ke dalam
mata, dengan demikian melintasinya, kemudian sebagian direfraksikan dan sebagian lagi
diasborbsi oleh unsur tambahan ini sebelum mencapai fotorespetor. Dengan perantaraan
serangkaian reaksi fotokimiawi dan perubahan fisikokimiawi, fotoresptor retina mengubah
(mentransduksi) energi cahaya menjadi energi listrik (perubahan-perubahan potensial
membran)6. Fotoresptor retina terdiri atas dua macam sel,batang dan kerucut, jumlah reseptor
batang 20 kali lebih banyak. Sel-sel ini menunjukkan banyak kesamaan struktur meskipun
cahaya dalam kondisi suram. Kerucut bertanggung jawab dalam melihat warna dan ,
disebabkan oleh tatanan dan hubungan sarafnya, sel-sel tersebut bertanggung jawab atas
ketajaman penglihatan6.
Sel batang dan kerucut terdistribusi secara homogen di seluruh retina. Sel batang sangat
dominan di bagian perifer retina tetapi jumlahnya ke arah makula lutea relatif semakin
berkurang, sedangkan sel kerucut makin banyak, Di fovea sentralis hanya terdapat sel
kerucut. Lebih lanjut, di fovea sentralis tidak ada neuron dan kapiler yang dilalui cahaya
untuk bisa sampai ke fotoreseptor ,sehingga sel kerucut secara langsung terpapar cahaya.
Gabungan tatanan semacam ini menghasilkan ketajaman penglihatan menjadi maksimal6.
14
Kiasma optikum terletak pada pertemuan dinding anterior dengan lantai ventrikulus lateralis.
Sudut anterolateralnya bersambung dengan nervus optikus dan sudut posterolateral
dilanjutkan menjadi traktus optikus8. Di dalam kiasma optikus, serabut dari setengah bagian
sisi nasal setiap retina termasuk setengah bagian nasal makula menyilang garis tengh dan
masuk ke traktus optikus sisi kontralateral, sedangkan serabut serabut dari setengah bagian
temporal setiap retina termasuk setengah bagian temporal makula berjalan ke posterior di
dalam traktus optikus sisi yang sama8.
Traktus optikus muncul dari kiasma optikus dan berjalan ke arah posterolateral di sekitar
pedunkulus serebri. Sebagian besar serabut berakhir dan bersinaps dengan sel-sel di dalam
korpus genikulatum lateral, yang merupakan penonjolan kecil dari bagian posterior talamus.
Beberapa serabut saraf menuju ke nukleus pretektalis dan kolikulus superior mesensefali
serta mengurus refleks cahaya8.
Traktus optikus berakhir di korpus genikulatum lateral, yang mengandung enam lapisan
selular. Sebagian besar serabut traktus optikus berakhir disini, membentuk sinaps dengan
neuron genikulatum lateral. Serabut ini kemudian keluar dan berjalan di bagian paling
belakang kapsula interna dan kemudian membentuk pita lebar yang berjalan mengelilingi
15
kornu temporal dan oksipital ventrikel lateral, yang disebut radiasio optika7. Serabut –serabut
radiasio optika berakhir di korteks visual, yang terletak di permukaan medial lobus oksipital
di dalam, di atas, dan di bawah fisura kalkarina (area brodmann 17)7. Serabut yang berasal
dari makula menempati area terbesar korteks visual. Area 17 juga dikenal sebagai korteks
striata karena mengandung sripe of Genari, pita putih yang terdiri dari serabut-serabut yang
tersususn secara horizontal,yang dapat dilihat dengan mata telanjang pada potongan spesimen
anatomi7. Meskipun serabut-serabut jaras visual sebagian menyilang di kiasma optikum,
organisasi somatotropik satu-satu pada setiap serabut saraf secara ketat tetap terjaga di
sepanjang perjalanan dari retina hingga korteks visual7.
Informasi visual dihantarkan ke arah sentral sebagai berikut. Objek yang terletak di lapang
pandang kiri membentuk gambaran pada separuh bagian nasal retina kiri dan separuh bagian
temporal retina kanan7. Serabut nervus optikus yang berasal dari separuh bagian nasal retina
kiri menyilang ke sisi kiri kiasma optikum dan bergabung dengan serabut dari separuh bagian
temporal retina kanan di traktus optikus kanan7. Serabut tersebut kemudian melewati stasiun
relay di korpus genikulatum laterale kanan dan kemudian melalui radiasio optika kanan ke
korteks visual kanan7. Dengan demikian, korteks visual kanan berperan untuk persepsi objek
di lapang pandang kiri ; secara analogi, semua impuls visual yang berkaitan dengan lapang
pandang kanan dihantarkan melalui traktus dan radiasio optika kiri ke korteks visual kiri7.
Serabut visual yang berasal dari makula ditemukan di bagian temporal diskus optikus dan di
bagian sentral nervus optikus. Kerusakan pada serabut ini dapat dilihat melalui oftalmoskop
sebagai atrofi diskus bagian temporal7.
Akson sel-sel ganglion menyatu di cakram optik dan masuk ke dalam nervus optikus,
selanjutnya masuk ke dalam rongga otak melalui kanalis optikus. Kedua nervus optikus
saling menyilang membentuk kiasma optikum di dasar otak6. Kiasma ini terletak tepat di
rostral tuber sinereum di hipotalamus di antara berakhirnya kedua arteri karotis interna6. Di
kiasa, akson-akson berasal dari separuh nasal kedua retina saling menyilang dan melanjutkan
ke dalam traktus optiku kontralateral, sedangkan akson-akson berasal dari hemiretina
temporal tetap berjalan ipsilateral. Kedua traktus optikus saling berpisah satu sama lain
(divergensi) dari kiasma dan melewati sejumlah relatif kecil serabut-serabut saraf tersebut
meninggalkan nervus optikus, sebelum mencapai nukleus genikulatus lateralis, untuk
berakhir di area pretektalis dan kolikulus superior6. Serabut-serabut saraf ini terlibat dalam
mediasi refleks pupil cahaya. Dari nukleus genikulatus lateralis, neuron peringkat tiga
talamokortikal melanjutkan diri melalui bagian retrolentikular kapsula interna dan
16
membentuk radiasi optikum, yang berakhir di korteks visualis primer terletak di permukaan
medial hemisfer di daerah atas dan di bawah sulkus kalkarina6. Di sekitar daerah ini, bagian
lobus oksipital selebihnya membentuk korteks asosiasi visualis. Bagian korteks ini terlibat
dalam interpretasi citra visual,pengenalan persepsi dalam dan penglihatan warna6.
Terlihat adanya relasi titik ke titik yang sangat akurat antara retina dan korteks visualis.
Betapa pentingnya makula ini dalam penglihatan, ditunjukkan oleh sangat tidak
proporsionalnya volume nukleus genikulatum lateralis dan korteks visualis6. Di korteks
visualis makula direpresentasikan di bagian paling posterior, di daerah polus oksipitalis6.
Seperti apa yang telah diuraikan sebelumnya, objek-objek baik di separuh (kiri atau kanan)
area visualis menghasilkan citra di hemiretina nasal mata ipsilateral dan hemiretina temporal
mata kontralateral. Dengan demikian, tiap-tiap nervus optikus membawa mengangkut
informasi mengenai kedua paruhan lapangan pandang6. Tetapi, karena serabut-serabut yang
saling menyilang dari hemiretina nasal di kiasma optikum, tiap-tiap traktus optikus, nukleus
genikulatum lateralis dan korteks visualis menerima informasi yang berkaitan hanya dengan
separuh lapangan pandang kontralateral6. Gabungan citra dari kedua mata ini diperlukan
untuk penglihatan stereoskopik (persepsi dalam). Separuh atas lapangan pandang membentuk
citra di hemiretina atas6. Ketika traktus talamokortikalis meninggalkan nukleus genikulatus
lateralis serabut-serabut tersebut berjalan mengelilingi ventrikel lateralis, serabut-serabut
yang mempresentasikan bagian bawah lapangan pandang berjalan di superior untuk berakhir
di korteks visualis di atas sulkus kalkarina6. Berkas serabut-serabut yang mempresentasikan
bagian atas lapangan pandang bagian atas melengkung (membentuk jerat) ke lobus
temporalis (jerat dari meyer) sebelum berakhir di bawah sulkus kalkarina6.
Lapangan pandang dapat dianggap terdiri dari empat kuadran (kiri/kanan/atas/bawah), yang
masing berproyeksi ke kuadrannya masing-masing di korteks visualis primer (kiri/kanan
hemisfer, atas/bawah sulkus kalkarina)6. Terlihat adanya baik inversi lateral maupun inversi
vertikal pada proyeksi lapangan pandang di korteks visualis sedemikian rupa sehingga,
misalnya, kuadran atas kiri lapangan pandang direpresentasikan kuadran kanan bawah
korteks visualis6.
Nervus optikus dapat mengalami kerusakan di papila, di segmen anteriornya, atau di segmen
retrobulbarnya ( yaitu, di belakang mata). Lesi di papila (misalnya papiledema yang
disebabkan hipertensi intrakranial dan oleh berbagai gangguan metabolik) dapat terlihat
seacar oftalmoskopi. Lesi di segmen anterior nervus optikus sering disebabkan oleh vaskulitis
17
(misalnya, arteritis temporalis). Lesi retrobulbar adalah temuan utama pada multipel
sklerosis. Lesi pada salah satu lokasi tersebut dapat menyebabkan gangguan penglihatan
jangka panjanng atau kebutaan mata yang terkena. Gangguan penglihatan dalam epsiode
singkat pada satu mata, yang berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa menit
(“transient monucular blindness”), disebut amarousis fugax dan biasanya disebabkan oleh
mikroemboli di retina. Pada kasus-kasus tersebut, arteri karotis interna sering menjad sumber
emboli dan sebaiknya diselidiki kemungkina adanya stenosis
Seperti yang disebabkan oleh tumor hipofisis, kraniofaringioma atau meningioma tuberkulum
sellae ; umumnya serabut yang menyilang di bagian sentral kiasma7. Akibatnya adalah buta
parsial untuk objek yang berada di separuh bagian temporal lapangan pandang pada masing-
masing mata, yaitu hemianopsia bitemporal (“fenomena blinker “), dianalogikan dengan
kacamata kuda)7. Serabut di bagian bawah kiasma, berasal dari bagian bawah kiasma,
umumnya terkena terlebih dahulu oleh proses-proses tersebut; dengan demikian,
kuadranopsia bitemporal atas merupakan temuan dini yang tersering. Hanya penglihatan
warna yang terganggu pada awalnya7. Namun kadang-kadang, suatu lesi di kiasma dapat
menimbulkan binasal, misalnya ketika tumor berkembang di sekitar kiasma dan menekannya
dari kedua sisi (sehingga terutama mengenai lokasi serabut yang berada di lateral dan tidak
18
menyilang yang berasal dari separuh bagian temporal kedua retina, yang berperan untuk
persepsi setengah lapang pandang nasal masing-masing mata). Aneurisma arteri karotis
interna dan meningitis basilaris adalah penyebab lainnya, tetapi hemianopsia binasal pada
kasu-kasus ini jarang bersifat murni6. Hemianopsia bitemporal dan binasal keduanya disebut
heteronimus, karena mengenai setengah bagian lapang pandang kontralateral pada kedua
mata ; yang pertama mengenai separuh lapang pandang sisi kanan mata kanan dan setengah
lapang pandang sisi kiri mata kiri, sedangkan gangguan kedua mengenai lapang pandang kiri
mata kanan dan lapang pandang sisi kanan mata kiri7.
Sebaliknya, menyebabkan hemianopsia homonim, yaitu separuh lapang pandang sisi yang
sama terkena pada masing-masing mata. Bila traktus optikus kanan terputus, misalnya tidak
ada impuls visual yang berasal dari sisi kanan masing-masing retina yang dapat mencapai
korteks visual. Akibatnya adalah kebutaan pada separuh bagian kiri lapang pandang setiap
mata. Lesi traktus optikus biasanya disebabkan oleh tumor atau meningitis basilaris, jarang
disebabkan oleh trauma7. Karena gangguan traktus optikus juga mengenai serabut nervus
optikus yang berjalan ke kolikulus superior dan area pretektalis, kerusakaan ini menyebabkan
gangguan pada refleks cahaya pupil dalam merespon cahaya yang dijatuhkan pada sisi retina
ipsilateral lesi. Secara teori, uji refleks cahaya hemianopik dapat digunakan untuk
membedakan lesi traktus optikus dari lesi jaras visual yang terletak lebih distal6. Namun pada
prakteknya, sangat sulit untuk menyinari cahaya hanya ke separuh bagian retina, dan uji ini
tidak berguna untuk diagnosis klinis6.
Lesi yang mengenai bagian proksimal radiasio optika juga menyebabkan hemianopsia
homonim, yang meskipun demikian, sering tidak total karena serabut-serabut radiasio optika
tersebar di area yang luas7. Kuadranopsia homonim atas menunjukkan lesi di lobus
temporalis anterior yang mengenai bagian radiasio yang dikenal sebagai lengkung meyer7.
Kuadranopsia homonim bawah menunjukkan lesi di bagian parietal atau oksipital radiasio
optika7.Sesuai dengan kepustakaan terjadi lesi pada radiasio optika sinistra dimana pada
pemeriksaan klinis didapatkan hemianopsia homonim dextra dan pada pemeriksaan
penunjang didapatkan lesi hipodens di daerah parietooksipital kiri.
19
20