Upload
doanlien
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan teori sangat diperlukan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh,
dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error) (Sugiono, 2013: 79).
Adanya landasan teori merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data. Landasan teori yang ditinjau merupakan teori-teori yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
2.1.1 Teori Belajar
Menurut Kurnia dalam Latif (2007: 3), belajar pada hakekatnya salah satu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif
dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diperoleh melalui interaksi
individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar tersebut
terjadi secara sadar, bersifat kontinyu, relatif menetap dan mempunyai tujuan
terarah pada kemajuan yang progresif. Pengertian belajar menurut Slameto (2003:
2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil latihan dan
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
11
Jadi, belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dari latihan dan pengalaman
dengan lingkungannya yang dilakukan secara kontinyu dan berulang-ulang.
2.1.2 Aktivitas Belajar
Menurut Djamarah (2008: 2) aktivitas belajar merupakan aktivitas rangkaian jiwa
raga, psiko fisik, menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya yang
menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa (afektif) dan karsa (psikomotor). Aktivitas
terbagi menjadi: (1) aktivitas fisik adalah siswa giat-aktif dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain, atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan,
melihat atau hanya pasif, dan (2) aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja
sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani,
2004: 6). Hal tersebut diperkuat oleh pandangan yang dikemukakan Piaget
(Rohani, 2004: 7) bahwa seorang anak berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa
berbuat anak tidak berpikir, agar berfikir sendiri (aktif) ia harus diberi kesempatan
untuk berbuat sendiri. Sudirman (2008: 98) menyatakan aktivitas belajar adalah
aktivitas yang bersifat fisik/ jasmani maupun mental/ rohani dan dalam kegiatan
belajar, kedua aktivitas itu harus selalu terkait agar dapat membuahkan aktivitas
belajar yang optimal.
Berasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
merupakan kegiatan siswa dalam belajar baik fisik atau psikis untuk mencapai
hasil belajar.
12
Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Proses
pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas guru dan aktivitas siswa. Menurut
Paul B. Dierdrich sebagaimana dikutip Sudirman (2008: 101) aktivitas siswa
dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Visual activities, yang di dalamnya; membaca, memperhatikan, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, seperti menyatakan, bertanya, memberi sesuatu, mengeluarkan,
pendapat, mengadakan wawancara.
c. Listening activities, seperti mendengarkan, uraian, percakapan, musik dan
pidato.
d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket dan
menyalin.
e. Drawing activities, misalnya, menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.
f. Motor activities, misalnya, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model
persepsi, bermain, berkebun, dan beternak.
g. Mental activities, seperti menganggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat dukungan, mengambil keputusan.
h. Emotional activities, misalnya, menaruh minat, bersemangat, merasa bosan,
berani, tenang, gugup.
Berdasarkan beberapa macam kegiatan siswa yang dikutip dari Sudirman
(2008:101) maka dalam pembelajaran tari halibambang menggunkan metode drill
pada kegiatan ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bhakti Dharma
Pertiwi Kemiling Bandar Lampung akan dilakukan pengamatan 3 kegiatan
aktivitas siswa, yaitu motor activities, visual activities, emotional activities.
13
2.1.3 Pembelajaran
Gegne mendefisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal
yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang
sifatnya internal (Gredler, 1994: 207). Dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud
merupakan pembelajaran pada anak tunarungu, yaitu serangkaian tindakan proses
belajar yang dirancang dan disusun alur proses belajaranya (peristiwa eksternal)
serta dilakukan oleh pengajar, pendidik atau guru dan diberikan kepada siswa agar
siswa dapat memperoleh perubahan dalam diri secara kognitif, afektif, dan
psikomotorik (peristiwa internal).
Bicara tentang kegiatan pembelajaran terkandung tiga peranan besar, yaitu
planning for learning and instruction, fasilitatory of learning and evaluation of
learning (Jarolemek dalam Suryosubroto, 2009: 15). Hal-hal berkaitan dengan
tiga peranan besar dalam pembelajaran tersebut, akan diuraikan dalam
pembahasan di bawah ini.
a. Merencanakan Pengajaran (Planning for Learning and Instruction)
Pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu maka tujuan
dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan berhasil. Itulah sebabnya seorang
guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran.
Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang direncanakan untuk
disampaikan, untuk menggiatkan dan mendorong belajar peserta didik yang
merupakan proses merangkai situasi belajar agar belajar menjadi lebih mudah
(Suryosubroto, 2009: 23). Kemampuan dalam merencanakan pembelajaran
adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan merencanakan proses belajar mengajar.
14
2. Kemampuan mempersiapkan bahan pengajaran.
3. Kemempuan merencanakan media dan sumber.
4. Kemampuan merencanakan penilaian terhadap prestasi siswa.
Perencanaan dalam pembelajaran dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol
terhadap dirinya sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya
b. Melaksanakan Proses Belajar-Mengajar ( Fasilitatory of learning)
Yang dimaksud dengan proses belajar-mengajar adalah proses
berlangsungnya belajar-mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan
pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pengajaran adalah pelaksanaan strategi-
strategi yang telah diracang untuk mencapai tujuan pengajaran (Lefrancois
dalam Suryosubroto, 2009: 30). Kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran
adalah sebagai berikut.
1. Menguasai bahan yang direncanakan dan disesuaikan.
2. Mengelola proses belajar-mengajar.
3. Mengelola kelas.
4. Menggunakan metode dan sumber.
5. Melaksanakan interaksi belajar-mengajar.
6. Melaksanakan penilaian terhadap hasil pembelajaran.
7. Mengadministrasikan kegiatan belajar-mengajar.
c. Mengevaluasi (Evaluasi of Learning)
Evaluasi merupakan penentuan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan dan
pengajaran perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan untuk menilai
hasil belajar. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar
peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari
15
dengan tujuan yang telah ditetapkan (Suryosubroto, 2009: 44). Penilaian
dalam proses belajar-mengajar meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah penilaian yang dilakukan guru setelah satu
pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik (Arikunto, 2008: 50).
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah
satu jangka waktu tertentu (Arikunto, 2008: 53).
c. Pelaporan hasil penilaian
Setelah memberi evaluasi formatif maupun sumatif, setiap akhir
caturwulan atau akhir semester setiap guru harus mengelola nilai akhir
dan memasukannya dalam buku rapor.
d. Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan
Program perbaikan nilai dan pengayaan sangat diperlukan dalam rangka
pelaksanaan pola belajar tuntas. Ketuntasan belajar adalah pencapaian
taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan bagi setiap unit bahan
pelajaran, baik secara perseorangan atau kelompok (Suryosubroto 2009:
47), sedangkan bentuk pelaksanaan pengayakan dapat berupa membaca/
mempelajari bahan pelajaran baru atau penyelesaian tugas pekerjaan
rumah (PR).
2.1.4 Metode Pembelajaran
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada anak didik.
Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping
mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada
16
siswa yang merupakan proses pembelajaran (proses belajar-mengajar) itu
dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara atau metode-metode
tertentu.
Metode pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran,
atau soal bagaimana teknis sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid
di sekolah (Surakhmad dalam Suryosubroto, 2009: 141). Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan metode, di antaranya, anak didik, tujuan, situasi,
fasilitas, dan guru (Winarno Surakhmad dalam Djamarah dan Zain, 2010: 77).
2.1.5 Metode Drill atau Latihan
Seorang peserta didik perlu memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam
sesuatu, misalnya dalam lari cepat, atletik, berenang atau berkebun. Sebab itu di
dalam proses belajar-mengajar, perlu diadakan latihan untuk menguasai
keterampilan tersebut. Salah satu teknik penyajian pelajaran untuk memenuhi
tuntutan tersebut ialah teknik latihan atau drill. Menurut Roestiyah (2008: 125)
teknik latihan atau drill merupakan suatu teknik yang dapat diartikan sebagai
suatu cara mengajar di mana peserta didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan
agar peserta didik memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari
apa yang telah dipelajari. Latihan yang praktis, mudah dilakukan, serta teratur
melaksanakannya dapat membina anak dalam meningkatkan penguasaan
keterampilan itu, bahkan mungkin peserta didik dapat memiliki ketangkasan itu
dengan sempurna. Hal ini menunjang peserta didik berprestasi dalam bidang
tertentu.
17
Tujuan penggunaan metode drill adalah sebagai berikut.
a. Memiliki keterampilan motorik atau gerak; seperti menghafalkan kata-kata,
menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda; melaksanakan gerak
dalam olahraga atau tari.
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,
menjumlah dan mengurangi. Mengenal benda atau bentuk dalam pelajaran
matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal
lain, seperti hubungan sebab – akibat banyak hujan – banjir; antara tanda huruf
dan bunyi – ng –ny dan sebagainya; penggunaan lambang atau simbol di
dalam peta dan lain-lain (Roestiyah, 2008: 125).
Kelebihan metode drill adalah sebagai berikut.
1. Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf,
kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, mengunakan alat-alat (mesin
permainan dan atletik), dan terampil menggunakan peralatan olahraga.
2. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian,
menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol), dan
sebagainya.
3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti
hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta, dan
sebagainya.
4. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan kompleks,
rumit, menjadi lebih otomatis.
18
5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam
pelaksanaannya (Djamarah dan Zain, 2010: 96).
Kelemahan metode drill adalah sebagai berikut.
1. Dapat menghambat bakat dan inisiatif murid.
2. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara beruang-ulang merupakan
hal yang monoton.
3. Membentuk kebiasaan yang kaku.
4. Dapat menimbulkan verbalisme (Segala, 2013:218).
Untuk kesuksesan pelaksanaan metode drill dalam pembelajaran, instruktur/ guru
perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Siswa harus diberi pengertian sebelum diadakan latihan tertentu.
2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula
kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih
sempurna.
3. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
4. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
5. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.
(Roestiyah, 2008: 127-128).
2.1.6 Metode Komunikasi
Berikut metode komunikasi pada anak tunarungu menurut Sastrawinata dalam
bukunya yang berjudul pendidikan anak tunarungu.
19
1. Motode isyarat adalah metode komunikasi dengan menggunakan ejaan jari
(finger spending) dan bahasa tubuh. Ejaan jari merupakan jenis isyarat yang
dibentuk dengan jari tangan untuk menggambarkan abjad atau untuk mengeja
huruf atau angka. Bahasa tubuh meliputi keseluruhan ekspresi tubuh, seperti
sikap tubuh, ekspresi muka, pantomikik atau gerakan secara wajar dan alami.
2. Metode oral adalah metode komunikasi dengan cara yang lazim digunakan
oleh orang mendengar. Metode oral ini sama halnya dengan membaca ujaran,
metode ini dilakukan melalui indera penglihatan untuk menyimak
pembicaraan orang lain melalui gerak bibir dan mimik si pembicara. Oleh
sebab itu, ada persyaratan untuk pelaksanaan metode ini, yaitu harus selalu
berhadapan muka langsung dengan jarak yang dekat, penerangan yang cukup
serta ucapan yang jelas (Sastrawinata, 1975: 36-99).
Berdasarkan beberapa paparan metode komunikasi di atas dalam pembelajaran
tari halibambang pada ekstrakurikuler anak tunarungu di PK-PLK Dharma Bakti
Dharma Pertiwi Kemiling, Bandar Lampung guru juga menerapkan kedua metode
tersebut untuk memperlancar proses pembelajaran tari dan membantu siswa agar
dapat menarikan tarian.
2.2 Tari
Tari adalah gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan
jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan gerak
(wiraga), ketetapan irama (wirama), dan ekspresi (wirasa) (Mustika, 2012: 21).
Pada dasarnya seni tari bukan merupakan kegiatan yang dilakukan semata-mata
untuk mengekspresikan diri, tetapi seni memiliki tujuan untuk mengungkapkan
20
gerak dengan menggunakan rasa agar mencapai suatu keindahan. Seni tari yang
diajarkan di dalam dunia pendidikan berdasarkan bertujuan untuk melestarikan
budaya dan memberikan pengalaman estetik kepada siswa melalui kegiatan
belajar bergerak dan menyelaraskan gerak dengan musik.
2.2.1 Sejarah Tari Halibambang
Tari halibambang memiliki dua pengertian, yaitu hali diartikan seperti dan
bagaikan, sedangkan halibambang adalah kupu-kupu. Tari halibambang dapat
diartikan sebagai tarian yang menggambarkan kupu-kupu yang sedang
berterbangan dan mengibas-ngibaskan sayapnya di alam yang bebas dan berayun-
ayun di bunga. Makna yang terkandung dalam tari halibambang adalah sifat
keagungan dan keindahan serta kesopanan gadis atau putri dalam menyapa para
tamu. Tarian ini terdapat di Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat dan
tumbuh dan berkembang di daerah tersebut (Mustika, 2013: 62).
2.2.2 Unsur dan Bentuk Tari Halibambang
a. Penari
Jumlah penari dalam tari halibambang ini ditarikan oleh 6 (enam) orang penari
wanita. Tari halibambang hanya ditarikan oleh penari wanita tidak ada penari
laki-laki.
b. Busana dan Aksesoris Tari Halibambang
1. Kumbang Gijekh (Kumbang Goyang) sebagai lambang keagungan dan
keindahan.
2. Sanggul (keindahan)
21
3. Tali Galah (tali leher) yang diberi kumbang tabokh (keindahan)
4. Kipas (properti) lambang sayap kupu-kupu
5. Gelang Kana (kemakmuran)
6. Gajah Minung (kemakmuran)
7. Busung/ ikat pinggang (kemakmuran)
8. Kawai/ baju beludru (kesucian)
9. Injang bumpe
c. Musik Iringan Tari Halibambang
1. Musik penggiring tari halibambang menggunakan talo balak, nada yang
dihasilkan dari bunyi tabuhan talo balak ini dapat disimpulkan pada kunci
nada= G (sedikit sumbang).
2. Gong besar berbunyi nada= 1 (do)
3. Gong kecil berbunyi nada = 2/3 (ri)
4. Talo Balak
5. Gendang
d. Ragam Gerak Tari Halibambang
Tari halibambang mempunyai 13 ragam gerak. Berikut ini bentuk 13 ragam gerak
tari halibambang dan keterangan yang telah diuraikan dalam tabel di bawah ini.
22
Tabel 2.1 Ragam Gerak Tari Halibambang
No RagamGerak Gambar Gerak
1 LapahTebeng
Inti gerakanini adalahberjalan/melangkahdengan posisibadan tegap,arah hadap kedepan, tangandirentangkanke samping
2 LapahInjing
1 2
Inti gerakanini adalahberjalan/melangkahdengan caraberjinjit,posisi badantegap, arahhadap kedepan, tangandirentangkanke samping
1.jalan berjinjitdimulai kakikananbergantiandengan kakikiri sampaiitungan 8
3 GubuGaghang
1 2 3
kaki kanandisilang saatmelangkah kedepan,dengan posisibadanmerendah,arah hadap kedepan, tanganyangdirentangkanke sampingdanbersamaandenganlangkah kakitangan
23
4 5
diayunkan kearah depandalamhitungan 1x4,kemudianberganti kakikirimelangkahdan tangankembali keposisi awaldalamhitungan 1x4.
1.kaki kananmelangkahke depan
2.diikutidenganmengayun-kan tanganke depan.
3.badanmerendahtanganproses di-ayun kebawah
4.tangandiayun kebawah posisitangan sudahdi samping
5.posisi tangansudah disampingkanan kiri.
4 Giser
1
kaki bergeserke kanan 1x4hitungan dankembali kekiri 1x4hitungan, saatbergeser kakimembentuksegitiga(tumitbertemutumit, jarikaki bertemujari kaki),posisi tanganberada di
24
sampingkanan lurussejajar denganbahu,bersamaandengan kakiyang bergeserpergelangantangan kanandigerakkan keatas dan kebawah, danarah hadapbadan kedepan,dilakukanjugasebaliknyasaat kakibergeser kearah kiri.
5 Sesayak
1 2 3
4 5 6
Inti darigerakan iniadalah kakikananmelangkah kearah sampingkanan, tangandiayunkanbersamaandenganlangkah kakidalamhitungan 1x4dengan posisibadanmerendah,kemudiankaki bergerakkembalimenghadapke arah depandiikutibersamaandenganpergelangantangan yangdigerakkan keatas dan kebawah dalamhit 1x4
1.kaki kanan
25
7
melangkahke kanan.
2.badanmenghadapke sudut
3.badanmenghadapke samping
4.badanmerendahmenghadapke sampingkaki kiriberjinjit
5.badan prosesmenghadapsudut
6.badanmenghadapsudut
7. badanmengahadapdepan
6 Melayang
1 2 3
4 5 6
Inti darigerakan iniadalah posisibadan tegap,kakimelangkahberputar,dengan posisitangan kanandirentangkanselebar 75derajat dantangan kiridirentangkandan saaatbeputarpergeralangantangan di-gerakkan keatas dan kebawah, arahhadapmengikutiarah putaran.
1.kaki kanandiarahkan kekanan, keduatangandiagonal
26
7 8
2.prosesmenghdapsudut
3.menghadapsudut
4.prosesmenghadapbelakang
5.kaki bergeserke arahdepandengantangan disampingbadan
6.menghadapsudut
7.prosesmenghadapdepan
8.menghadapdepan
7 JongSimpuh
1 2 3
Inti darigerakan iniadalah posisitangandirentangkanke samping,kemudianposisi kakidan badanditekuk turunperlahanmenyentuhlantai denganarah hadap kedepan.
1.proses turun2.badan
merendahsambilproses turun
3.lututmenyentuhlantai
27
8 JongSembah
1 2 3
5 6 7
Inti darigerakan iniadalah tanganyangdirentangkandi satukanbersamaandengan kakiyangmembentukduduk sila,kemudianbadanmerunduk kearah depan.
1.badan mulaimerunduk kedepan keduatanganprosessembah kakidisilangkan
2.proses duduksila
3.duduk di ataskaki sila
4.duduk sila5.kipas sembah
denganbadan prosesmerunduk
6.prosesmerunduk
7.duduk siladenganbadan dankepalamerunduk
9 Timbang-an
1 2 3
Inti darigerakan iniadalahberputardengan posisitangandirentangkanke samping,posisi badanmerendah,saat berputarpergelangantanganbergerak ke
28
4 5 6
7 8
atas dan kebawah padasetiaphitunganganjil, danarah hadapmengikutiarah putaran
1.kaki kananmelangkahke kiri badanmenghadapsudut
2.prosesmenghadapsamping
3.prosesmenghadapbelakang
4.menghadapbelakang
5.prosesmenghadapsamping
6.menghadapsamping
7.menghadapsudut
8.menghadapdepan
10 Ngelap
1 2
3 4
inti darigerakan iniadalah posisikaki jongkok,badan tetaptegap, arahhadap kedepan, danposisi tangankanandiayunkanlurus kedepan dantangan kiritetap beradadi samping,pergelangantanganbergerak kekanan kiri,diikuti kepaladilakukan
29
5 6
7
pada 3 arahyaitu depan,kanan, depan,kiri kembalilagi depan
1.dudukjongkok,tangan kananproses kedepan
2.prosestangan
3.prosestangan
4.tangan kanandi depantangan kirisamping
5.kipasdikibaskanke kanan di-ikuti kepala
6.kipas ke kiri7.kipas ke
kanan11 Injak
Lado
1 2
3 4
Inti darigerakan iniadalah kakikanan dan kiriyang bergerakmembentukhuruf Lsecarabergantian,dengan posisibadanmerendah,dan tangandirentangkanke sampingkemudianpergelangantanganbegerak keatas dan kebawahbersamaandengangerakan kakiyangmembentukhuruf L
30
5 6
7 8
1.badanmerendah,tumit kakikanan prosesbergerak kedepan
2.tumitbergerak kedepan
3.tumit prosesbergerak kebelakang
4.tumitbergerak kebelakang
5.tumit kakikiri prosesbergerak kedepan
6.tumitbergerak kebelakang
7.tumit proseske belakang
8.tumit kebelakang
12 Salimpat
1 2 3
4 5
Inti darigerakan iniadalah posisiawal kaki di-silangkandan berputardi tempat,dengantangandirentangkan ,arah hadapmengikutiputaran dantangan kananperlahan naiksaat putaranselesai awaltangan kanankembali keposisi awal.
1.kaki kananmelangkahke sudut
2.prosesmemutar
3.menghadap
31
belakang4.menghadap
samping5.menghadap
depan13 Tolak
Tebing
1 2
inti darigerakan iniadalahmenyilangkankaki kanandankiri kedepan diikutitangan kanankiri dan kananyangmembentukseperti hurufL.
1.tangan kirike depan,tangan kirilurussampingbadan, kakikanan kedepan
2.tangan kirike depan,tangan kirilurussampingbadan, kakikanan
Tabel 2.2 Urutan Ragam Gerak Tari Halibambang dengan Hitungan
No Nama Ragam Gerak Hitungan
1 a. Lapah Tebengb. Lapah Injing
1 x 41 x 4
2 a. Gubu Gaghangb. Kaki Giser, Seluang Mudikc. Gubu Gaghangd. Kaki Giser, Seluang Mudike. Gubu Gaghangf. Kaki Giser, Seluang Mudikg. Gubu Gaghang
2 x 81 x 82 x 81 x 82 x 81 x 82 x 8
3 a. Kaki Sesayak, Tangan Seluang Mudik Kananb. Kaki Sesayak, Tangan Seluang Mudik Kiric. Kaki Sesayak, Tangan Seluang Mudik Kanan
1 x 81 x 81 x 8
32
Ragam gerak tari halibambang yang digunakan dalam penelitian ini,
menggunakan ragam gerak tari halibambang yang sudah dikreasikan, tetapi tidak
keluar dari ragam gerak tari halibambang yang asli.
d. Melayang 1 x 84 a. Jong Simpuh + Timbangan
b. Jong Sembahc. Kibas Depand. Kibas Proses ke Timbangane. Kibas Depanf. Jong Sembahg. Kibas Proses ke Timbangan
1 x 41 x 81 x 41 x 41 x 41 x 81 x 4
5 a. Ngelapb. Kibas Depanc. Kibas Kirid. Kibas Depane. Kibas kananf. Kibas Depang. Kibas Sampai Proses Naik
1 x 41 x 41 x 81 x 81 x 81 x 81 x 8
6 a. Timbanganb. Melayang Kananc. Melayang Kirid. Kaki Injak Lado, Tangan Timbangan
1 x 41 x 81 x 82 x 8
7 a. Tangan Melayang Kanan, Kaki Salimpatb. Tangan Melayang Kiri, Kaki Salimpatc. Tangan Timbangan, Kaki Salimpat
1 x 81 x 81 x 8
8 a. Jong Simpuhb. Jong Sembahc. Kibas Depand. Kibas sampai Proses Timbangane. Kibas Depanf. Sembahg. Kibas sampai Proses Timbanganh. Timbangan Proses Naik
1 x 41 x 81 x 41 x 41 x 41 x 41 x 41 x 8
9 a. Tangan Timbangan, Kaki Salimpatb. Melayang kananc. Melayang Kirid. Melayang Depan
1 x 81 x 81 x 81 x 8
33
2.3 Tunarungu
Secara medis tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar yang disebabkan oleh kerusakan dan mal-/ dis-/ non-fungsi dari
sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran. Secara pedagosis tunarungu ialah
kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam
perkembangan sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus
(Sastrawinata, 1997: 10).
2.3.1 Ciri Khas Anak Tunarungu
a. Ciri khas dalam segi fisik
1. Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk.
2. Gerakan matanya cepat.
3. Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat dan lincah.
4. Pernafasannya pendek dan agak terganggu (Sastrawinata, 1975: 15-16).
b. Ciri khas dalam segi intelegensi
Intelegensi pada anak tunarungu ditentukan dengan sifat ketunaanya karena
sesuai dengan sifat ketunaannya pada umunya anak tunarungu sukar dapat
menangkap pengertian yang abstrak, sabab untuk dapat menangkap
pengertian abstrak diperlukan pemahaman yang baik akan bahasa lisan
maupun bahasa tulisan (Sastrawinata, 1975: 16).
c. Ciri khas dalam segi emosi
Emosi anak tunarungu selalu bergolak karena kekurangan pemahaman akan
bahasa lisan atau tulisan sering kali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan
sesuatu yang negatif atau salah dan hal ini sering mengakibatkan tekanan pada
emosinya, misalnya resah, gelisah, dan marah. Hal tersebut dapat menghambat
34
perkembangan pribadinya dengan menampilakan sikap menutup diri,
bentindak secara agresif, atau sebaliknya menampakan kebimbangan dan
keragu-raguan (Sastrawinata, 1975: 16).
d. Ciri khas dalam segi sosial
Kehidupan sosial dapat dilihat dari lingkungan hidup di mana anak
berinteraksi, yaitu interaksi individu dengan individu, individu dengan
kelompok, dengan keluarga dan dengan lingkungan masyarakat yang lebih
luas. Berdasarkan kepentingan anak tunarungu, seluruh anggota keluarga,
guru dan anggota masyarakat di sekitarnya hendaknya mempelajari dan
memahami keadaannya dan mereka harus mencegah faktor-faktor negatif
yang dapat menghambat perkembangan kepribadian anak tunarungu
(Sastrawinata, 1975: 17).
e. Ciri khas dalam segi bahasa
1. Miskin kosakata.
2. Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung kiasan.
3. Sulit mengartikan kata-kata yang abstrak.
4. Kurang menguasai irama dan gaya bahasa (Sastrawinata, 1975: 17).
2.3.2 Klasifikasi Anak Tunarungu
Ketajaman pendengaran seseorang diukur dan dinyatakan dalam satuan bunyi
deci-Bell (disingkat dB). Penggunaan satuan terebut untuk membantu dalam
interpretasi hasil tes pendengaran dan mengelompokan dalam jenjangnya. Ditinjau
dari kepentingan tujuan pendidikannya, secara terinci anak tunarungu dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut.
35
1. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB (slight
losses).
2. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB (mild losses).
3. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-40 dB (moderate
losses).
4. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB (severe
losses).
5. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 675 dB ke atas
(profoundly losses) (Efendi, 2006: 59-61).
2.3.3 Penerapan Metode Pembelajaran Tari pada Siswa Tunarungu
Metode Penyampaian Materi Tari di SLB-B menurut Agustiningrum (2013: 10-11)
adalah: (a) penyampaian materi dengan mempergunakan bahasa simbol sehari-
hari bagi anak tuna rungu-wicara. Percakapan yang biasa dilakukan dalam
pembelajaran sehari-hari bagi siswa-siswi tuna rungu-wicara adalah percakapan
bahasa Indonesia dengan sistem isyarat yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktur Pendidikan Luar Biasa. Bahasa
tersebut dinamakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI), berwujud tatanan
yang sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai gerak yang
melambangkan kosakata Bahasa Indonesia. SIBI dilakukan dalam
pembelajaran seni tari khususnya sebagai pengantar materi dan instruksi-instruksi
yang diinginkan oleh guru pengajar, misalnya apabila guru mengucapkan salam,
menanyakan kondisi siswa-siswi, menyuruh mengulang materi dan beberapa
hal lain yang terkait materi pembelajaran, (b) penyampaian materi dengan
mempergunakan bahasa isyarat untuk menyimbolkan aba-aba tertentu dalam
36
penyampaian tari. Dalam seni tari terdapat beberapa simbol kosakata yang
melambangkan gerak tertentu yang penggunaan istilah tersebut hanya digunakan
dalam bahasa tari. Contoh dari simbol kosakata tersebut adalah trisig, kengser,
panggel dan beberapa istilah lainnya. Untuk memudahkan penyampaian materi
guru pengajar membuat beberapa istilah agar mempermudah penyampaian materi.
Simbol yang dipergunakan mirip dengan SIBI yang intinya mempergunakan jari
dan tangan untuk mengganti bahasa verbal atau menyimbolkan pernyataan
tertentu, (c) penyampaian gerak dengan metode pengenalan gerak dasar tari.
Pembelajaran seni tari di SLB-B juga melakukan beberapa kegiatan yang
sama seperti pembelajaran tari bagi siswa-siswi yang tidak berkebutuhan
khusus. Kesamaan tersebut nampak pada metode yang dipakai, yaitu metode
pengenalan gerak dasar tari. Pengenalan gerak dasar adalah tahapan pembelajaran
yang dilakukan diawal pelajaran yang berfungsi untuk mengenalkan gerak-
gerak dasar yang dilakukan dalam pembelajaran seni tari bagi siswa-siswi tuna
rungu-wicara SLB-B. Pengenalan Gerak tersebut meliputi: (1) gerak-gerak
dasar/posisi tubuh, tangan, kaki, kepala, (2) gerak-gerak dasar dalam bentuk
sekaran, (d) penyampaian materi melalui metode imitasi adalah metode yang
dilakukan dalam pembelajaran tari dengan cara guru memberi contoh
gerakannya dan siswa menirukan gerakan yang dicontohkan guru. Biasanya
metode Imitasi terkait dengan metode pengenalan gerak dasar.
2.4 Program Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan salah satu bidang
pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olah raga, kesenian,
37
berbagai macam keterampilan dan kepramukaan diselenggarakan di sekolah di
luar jam pelajaran biasa. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu sekolah
dan sekolah yang lain bisa saling berbeda. Variasinya sangat ditentukan oleh
kemampuan guru, siswa dan kemampuan sekolah (Suryosubroto, 2009:286).
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program yang
pada umumnya merupakan kegiatan pilihan (Suharsimi dalam Suryosubroto, 2009
:286). Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014,
pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang
dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin
setiap minggu. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan tambahan diluar struktur program yang dilaksanakan di luar jam
pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan
kemampuan siswa.
2.4.1 Tujuan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan seperangkat pengalaman belajar
memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa. Adapun tujuan
dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menurut Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Kegiatan Ekstrakurikuler harus dapat
meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju
manusia seutuhnya yang positif, dan dapat mengetahui, mengenal serta
38
membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lain
(Suryosubroto, 2009:287).
2.4.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang dan dapat mendukung program intrakurikuler, yaitu mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan
minatnya serta pengembangan sikap yang ada pada program intrakurikuler
(Suryosubroto, 2009: 288).