42
Oleh AAT SRIATI UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN JATINAGOR 2008

TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

����

����

����

��������������������������������������������������������������������������������

����

Oleh

AAT SRIATI

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

JATINAGOR 2008

Page 2: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

JUDUL : TINJAUAN TENTANG STRES PENYUSUN : AAT SRIATI NIP : 132 148 075

Jatinagor, Desember 2007

Menyetujui : Kepala Bagian Keperawatan Jiwa,

SURYANI, S.Kp., MHSc. NIP. 140 299 262

Page 3: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL …………………………………..…………………

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………….……………

DAFTAR ISI …………………………………………………………..

I. PENGERTIAN STRES …………………………………………..

II. TAHAPAN STRES ……………………….………………..…….

III. PENGUKURAN TINGKAT STRES ….……………………….

IV. REAKSI TUBUH TERHADAP STRES ………………………..

V. REKSI FISIOLOGIS TERHADAP STRES ……………………

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..

I

ii

iii

1

3

7

8

12

13

I. PENGERTIAN STRES

Page 4: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan

menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan

koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau teori Selye,

menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa

mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif. Respons

tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu

(Isaacs, 2004).

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial

(tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara

bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas

berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif

terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu

dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem (WHO,

2003; 158).

Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan

bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap

tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami

gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan

tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia

disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan

penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula

disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyai

Page 5: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan

eustres.

Stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan

menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologik

nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stress

reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul

pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi

akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam

beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping

capacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut

dan keparahannya.

Empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme

respons stres (Papero, 1997):

1) Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stresor

yang mengurangi intensitas respons stres.

2) Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons

stres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat

diprediksi.

3) Persepsi: pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat

ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respons stres.

4) Respons koping: ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat

ansietas dapat menambah atau mengurangi respons stres.

Page 6: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

II. TIPE KEPRIBADIAN YANG RENTAN TERKENA STRES

1) Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan).

2) Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah

(emosional).

3) Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan

(over confidence)

4) Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam.

5) Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic).

6) Pandai berorganisasi, memimpin dan memerintah (otoriter).

7) Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan.

8) Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesa-

gesa.

9) Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan

bila tidak tercapai maksudnya mudah besikap bermusuhan.

10) Tidak mudah dipengaruh, kaku (tidak fleksibel).

11) Bila berlibur pikirannya ke pekerjaannya, tidak dapat santai.

12) Berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali.

III. TAHAPAN STRES

Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena

perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan

bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya

sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan

Page 7: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

sosialnya. Dr. Robert J. an Amberg (1979) dalam penelitiannya terdapat

dalam Hawari (2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :

Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: 1) Semangat

bekerja besar, berlebihan (over acting); 2) Penglihatan “tajam” tidak

sebagaimana biasanya; 3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih

dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”

sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul

keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi

cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat

yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk

mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-

keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres

tahap II adalah sebagai berikut: 1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang

seharusnya merasa segar; 2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang; 3)

Lekas merasa capai menjelang sore hari; 4) Sering mengeluh lambung/perut

tidak nyaman (bowel discomfort); 5) Detakan jantung lebih keras dari

Page 8: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

biasanya (berdebar-debar); 6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa

tegang; 7) Tidak bisa santai.

Stres Tahap III

Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan

keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: 1) Gangguan

lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag”(gastritis), buang

air besar tidak teratur (diare); 2) Ketegangan otot-otot semakin terasa; 3)

Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat;

4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur

(early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur

(middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat

kembali tidur (Late insomnia); 5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa

oyong dan serasa mau pingsan).

Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter

untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi

dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah

suplai energi yang mengalami defisit.

Stres Tahap IV

Gejala stres tahap IV, akan muncul: 1) Untuk bertahan sepanjang hari

saja sudah terasa amat sulit; 2) Aktivitas pekerjaan yang semula

Page 9: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa

lebih sulit; 3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan

kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate); 4)

Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari; 5)

Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan;

Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan

kegairahan; 6) Daya konsentrasi daya ingat menurun; 7) Timbul perasaan

ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres

tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Kelelahan fisik dan

mental yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion); 2)

Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan

dan sederhana; 3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-

intestinal disorder); 4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin

meningkat, mudah bingung dan panik.

Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami

serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang

Page 10: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

yang mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat

bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan

kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai

berikut: 1) Debaran jantung teramat keras; 2) Susah bernapas (sesak dan

megap-megap); 3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat

bercucuran; 4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan; 5) Pingsan atau

kolaps (collapse).

Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas

lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan

faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang

melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

IV. PENGUKURAN TINGKAT STRES

Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres

yang dialami seseorang (Hardjana, 1994). Tingkatan stres ini diukur dengan

menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond

& Lovibond (1995). Psychometric Properties of The Depression Anxiety

Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item. DASS adalah seperangkat skala

subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari

depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk

mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk

Page 11: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran

yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya

digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok

atau individu untuk tujuan penelitian.

Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang,

berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety

Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, yang dimodifikasi dengan

penambahan item menjadi 49 item, penambahannya dari item 43-49 yang

mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. Jumlah

skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal); 30-59

(ringan); 60-89 (sedang); 90-119 (berat); >120 (Sangat berat).

V. REAKSI TUBUH TERHADAP STRES

1) Rambut

Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami

perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut

memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan

rambut.

2) Mata

Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak

jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami

kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.

Page 12: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

3) Telinga

Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).

4) Daya pikir

Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang

menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.

5) Ekspresi wajah

Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik

nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan

kulit muka kedutan (tic facialis).

6) Mulut

Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.

Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia

sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan

mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.

7) Kulit

Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam;

pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat

berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih

kering. Selain daripada itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan

penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan

pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan; juga sering

dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat (basah).

8) Sistem Pernafasan

Page 13: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu

misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada

saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga

dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-

otot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis

sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra

untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma

(asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paru-

paru juga mengalami spasme.

9) Sistem Kardiovaskuler

Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat

terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh

darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang

bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi

(perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit

sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau

seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.

10) Sistem Pencernaan

Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada

sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan

pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan

(hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah

awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada

Page 14: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang

bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau

sebaliknya sering diare.

11) Sistem Perkemihan.

Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat

juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang

air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing

manis (diabetes mellitus).

12) Sistem Otot dan tulang

Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot

dan tulang (musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot

terasa sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu

keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa

ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam

sering mengenal gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.

13) Sistem Endokrin

Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang

mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini

berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit

kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada

wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit

(dysmenorrhoe).

Page 15: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

IV. REAKSI FISIOLOGIS TERHADAP STRES

Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya

mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem

korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari

hipotalamus yaitu :

1) Mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah

pengendaliannya.

2) sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan

mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke

medulla adrenal.

3) Untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran dara.;

4) Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan

CRF, suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak

tepat di bawah hipotalamus.

5) Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang

dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal.

6) Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk

kortisol, yang meregulasi kadar gula darah.

7) ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan

sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang

dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik

dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight.

Page 16: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

2.4 Hubungan Tingkat Tekanan Psikososial dengan Tingkat Stres

Fungsi tumbuh kembang pada remaja memunculkan tekanan-tekanan

baik itu fisik, psikososial, ataupun tekanan keduanya. Hubungan dari adanya

faktor tekanan psikososial pada siswa berupa tekanan persaingan dan

Page 17: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

berprestasi di sekolah, kebutuhan untuk diterima yang berlebihan, terlalu

banyaknya kegiatan yang membuat siswa sibuk, penyesuaian diri dengan

orang-orang dan lingkungan atau situasi baru, dengan rentang dari positif ke

negatif berupa sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah karena

tekanan merupakan hal yang wajar yang terjadi pada manusia, tekanan

tersebut dapat menyebabkan stres yang memiliki rentang dari positif ke

negatif yaitu: normal, ringan, sedang, berat, sangat berat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Pubertas

Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis

yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa

anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat

kelamin dari tahap anak ke dewasa. Sedangkan yang dimaksud dengan

istilah adolesen, dulu merupakan sinonim dari pubertas, sekarang lebih

ditekankan untuk menyatakan perubahan psikososial yang menyertai

pubertas. Walaupun begitu, akselerasi pertumbuhan somatik yang

merupakan bagian dari perubahan fisik pada pubertas, disebut sebagai pacu

tumbuh adolesen (adolescent growth spurt).

Penggunaan istilah untuk menyebutkan masa peralihan dari masa anak

dengan masa dewasa, ada yang memberi istilah : puberty (Inggris), puberteit

Page 18: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

(Belanda), pubertas (Latin), yang berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat

dan tanda-tanda kelaki-lakian. Ada pula yang menggunakan istilah

adulescentio (Latin) yaitu masa muda. Istilah Pubescence yang berasal dari kata

pubis yang dimaksud pubishair atau rambut di sekitar kemaluan. Dengan

tumbuhnya rambut itu suatu pertanda masa kanak-kanak berakhir dan

menuju kematangan/kedewasaan seksual (Rumini, 2004).

2.1.2 Batasan Usia Remaja

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan

psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut : 1)

Masa remaja awal/dini (Early adolescence): umur 11-13 tahun; Masa remaja

pertengahan (Middle adolescence): umur 14-16 tahun; 3) Masa remaja lanjut

(Late adolescence): umur 17-20 tahun.

Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing

individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak

mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara

berkesinambungan.

Batasan masa remaja dari berbagai ahli memang sangat bervariasi, di sini

dapat diajukan batasan: Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak

dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi

untuk memasuki masa dewasa.

Page 19: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Hurlock (1990:184) menggunakan istilah masa puber namun ia

menjelaskan bahwa puber adalah periode tumpang tindih, karena mancakup

tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja.

Pembagiannya sebagai berikut : 1) Tahap prapuber yaitu bagi wanita 11-13

tahun dan pria 14-16 tahun; 2) Tahap puber yaitu wanita 13-17 tahun dan

pria 14-17 tahun 6 bulan; 3) Tahap pasca puber yaitu wanita 17-21 tahun dan

pria 17 tahun 6 bulan-21 tahun.

Jadi, Hurlock membedakan antara wanita dan pria, namun kedua jenis

memerlukan kurun usia puber selama 4 tahun. Dikatakan periode tumpang

tindih karena dua tahun akhir masa anak-anak akhir dan dua tahun awal

masa remaja awal sehingga disebut pula periode unik.

Tinjauan psikologis yang ditujukan pada seluruh proses perkembangan

remaja dengan batas usia 12 sampai dengan 22 tahun. Maka selanjutnya dari

perkembangan kurun waktu dapat disimpulkan : 1) Masa praremaja kurun

waktunya sekitar 11 sampai dengan 13 tahun bagi wanita dan pria sekitar 12

sampai dengan 14 tahun; 2) Masa remaja awal sekitar 13 sampai dengan 17

tahun bagi wanita dan bagi pria 14 sampai dengan 17 tahun 6 bulan; 3) Masa

remaja akhir sekitar 17 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan bagi pria

sekitar 17 tahun 6 bulan sampai dengan 22 tahun.

2.1.3 Perkembangan Mental Masa Pubertas dan Remaja (11-19 tahun).

Page 20: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Dalam masa ini terjadi proses pematangan seksual dan hal ini

diperlukan untuk membentuk ciri-ciri kelakuan dalam pergaulan antara

anak-anak berlainan jenis kelamin. Selain proses ini, juga persamaan hak dari

orang tua merupakan hal yang penting. Persamaan hak ini membawa

perubahan terakhir dalam keseimbangan antara keadaan masih tergantung

dengan kemampuan berdiri sendiri.

Hubungan dengan teman-teman sebaya penting dan baik, karena

hubungan ini memberikan rasa aman dan kepastian kepada seorang remaja

dan merupakan hubungan yang tidak diperoleh di dalam rumah. Seorang

remaja yang sedang dalam suasana memberontak terhadap orang tuanya,

mengetahui bahwa ia tidak mau melaksanakan apa yang sebenarnya harus ia

lakukan. Dengan demikian, seorang remaja dapat memperluas pengetahuan

dan pandangannya, tetapi juga dapat mengubah kelakuan yang masih

kekanak-kanakan menjadi kelakuan yang lebih sesuai dengan norma yang

semestinya.

Perkembangan digunakan untuk menunjukkan bertambahnya

keterampilan dan fungsi yang kompleks. Seseorang berkembang dalam

pengaturan neuromuskuler, berkembang dalam mempergunakan tangan

kanannya dan terbentuk pula kepribadiannya. Maturasi dan diferensiasi

sering dipergunakan sebagai sinonim untuk perkembangan.

2.1.4 Tugas Perkembangan Remaja

Page 21: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Setiap tahun perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-

kesulitan yang membutuhkan suatu keterampilan untuk mengatasinya. Pada

masa remaja, mereka dihadapkan pada dua tugas utama, yaitu :

2.1.4.1 Mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua.

2.1.4.2 Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi dan kematangan

pribadi.

Tugas perkembangan masa remaja:

2.1.4.3 Memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara

lebih dewasa dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.

2.1.4.4 Memperoleh peranan sosial.

2.1.4.5 Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif.

2.1.4.6 Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua.

2.1.4.7 Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri

sendiri.

2.1.4.8 Memiliki dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan.

2.1.4.9 Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan

berkeluarga.

2.1.4.10 Mengembangkan dan membentuk konsep-konsep moral.

Erickson meninjau perkembangan kepribadian dari segi psikososial

tertentu yang harus diatasi oleh anak itu agar dapat melewati stadium

selanjutnya dengan atau tanpa konflik. Ia membagi stadium perkembangan

manusia dalam 8 masa, yaitu: 1) Basic trust vs mistrust (oral sensory-infancy); 2)

Page 22: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Autonomy vs shame and doubt (muscular anal-early childhood/toddler); 3)

Initiative vs guilt (locomotor genital-later childhood/pre-school age); 4)

Industriousness vs sense of inferioriy (latency school age); 5) Identity formation vs

diffusion (puberty-adolescence); 6) Intimacy vs isolation (dewasa muda); 7)

Procreation/generativy vs self absorption (dewasa); 8) Ego integrity vs despair

(maturitas).

Anak kelas 1 SMP berada pada masa tumpang tindih yaitu Industriousness

vs sense of inferioriy (latency school age) dengan Identity formation vs diffusion

(puberty-adolescence). Pada stadium Industriousness vs sense of inferiory (latency

school age), sosialisasi anak lebih luas lagi dengan orang di luar keluarganya.

Pengaruh mereka memungkinkan kesempatan identifikasi lagi yang dapat

menghambat, mengubah atau menambah tingkah laku yang telah terbentuk

sebelumnya; juga kesempatan memperoleh keterampilan makin luas.

Keinginan anak untuk berhasil dalam belajar, berbuat dan berkarya sangat

besar, tetapi bila ia gagal maka akan terbentuk perasaan inferior dan

inadekuat. Identifikasi lebih banyak pada orang tua dengan seks yang sama,

jadi perlu sekali hubungan erat dengan mereka atau substitut (seks yang

sama) agar si anak lebih menetapkan maskulinitas atau feminitas. Dalam

masa ini juga cita-cita (ideals) mulai terbentuk.

Identity formation vs diffusion (puberty-adolescence), di dalam masa ini

termasuk masa pubertas, saat maturasi alat kelamin terjadi. Secara emosional

banyak terjadi variasi besar antara alam perasaan, pandangan dan hubungan.

Dependensi pada orang tua dan keinginan untuk kembali (tidak

meninggalkan) kepada masa anak, terbentur keinginan dan kemampuan

Page 23: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

untuk menjadi independen sehingga menimbulkan konflik. Dorongan

instingtual yang makin besar, harus disesuaikan dengan larangan keluarga

dan masyarakat. Ia sangat prihatin terhadap penilaian dirinya sendiri. Ia

sedang dalam masa pembentukan suatu identitas diri, yang identitas biologis

dan psikologisnya harus disesuaikan dengan pekerjaan, keluarga dan

peranan sosial.

2.1.5 Stres pada Remaja

Stres pada remaja sama halnya yang terjadi pada orang dewasa, stres

bisa berefek negatif pada tubuh remaja hanya saja perbedaannya ada pada

sumbernya dan bagaimana mereka merespon penyakit tersebut. Reaksi

mereka tersebut ditentukan oleh suasana dan kondisi kehidupan yang tengah

mereka alami.

Gejala stres pada remaja dapat berupa: menggigit kuku; sulit

memusatkan perhatian; menggertakan gigi; sering menarik-narik telinga,

rambut atau pakaian; prestasi belajar menurun; gagap; makan atau tidur

berlebihan; tidak bergairah, tidak sabar dan terburu-buru; ketakutan dengan

penyebab yang tidak masuk akal; sering mendapat kecelakaan; mencari

perhatian; tegang atau was-was; tertawa-tawa; kagetan; cengeng; kehilangan

minat sekolah; cemas dan gemetaran; serta menarik diri dari kegiatan;

perubahan suasana hati tidak menentu; nyeri leher dan punggung; sulit

Page 24: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

makan atau tidur; mengompol; mual-mual atau muntah-muntah; mimpi

buruk; selalu menuntut pembenaran; sering buang air kecil atau air besar;

sering melamun; membenci sekolah; atau kepala sering pusing.

2.2 Tekanan Psikososial

2.2.1 Pengertian

Stresor psikososial adalah setiap keadaan/peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga seseorang

itu terpaksa mengadakan adaptasi/penyesuaian diri untuk

menanggulanginya. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi

dan mengatasi stresor tersebut, sehingga timbulah keluhan-keluhan antara

lain stres (Hawari, 2001).

2.2.2 Penyebab Tekanan Psikososial pada Siswa

Penyebab tekanan psikososial pada siswa kompleks dan sulit untuk

ditelusuri, diantaranya ketidakmampuan seorang siswa mengerjakan sesuatu

sebagaimana yang dituntut orang tua atau guru (Olivia, 2001), tuntutan

tersebut berupa:

2.2.2.1 Tekanan Persaingan dan Berprestasi di Sekolah

Page 25: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Siswa saling bersaing sejak awal masuk sekolah hingga akhir sekolah.

Mereka harus berusaha untuk bersaing dalam mendapakan nilai yang baik,

mendapatkan teman dan perhatian guru. Siswa selalu merasakan tekanan

dari para orang tua, guru dan masyarakat pada umumnya untuk belajar

dengan baik di sekolah. Meskipun demikian, dewasa ini remaja menghadapi

tekanan yang lebih berat untuk mencapai prestasi belajar karena kepedulian

mereka untuk mendapatkan pendidikan bagus. Tekanan karena persaingan

dapat menyebabkan stres yang terlalu berat bagi beberapa siswa, apalagi jika

orang tua mereka selalu menekan untuk menang atau berada di posisi paling

baik. Selain itu tuntutan kesempurnaan dari lingkungan atau diri sendiri

berperan besar.

2.2.2.2 Kebutuhan untuk diterima yang berlebihan

Hal ini berupa ingin disukai guru atau teman. Sebagian besar remaja

merasakan kebutuhan untuk diterima, mereka ingin disukai oleh para guru,

teman dan diperhatikan oleh orang tua. Jika kebutuhan ini berlebihan,

mereka dapat mengalami stres yang berat.

2.2.2.3 Penyesuaian diri dengan orang-orang dan lingkungan atau situasi

baru.

Penyesuaian diri dengan orang-orang dan lingkungan atau situasi

baru bagi remaja dapat merupakan suatu hal yang cukup sulit, contohnya

pindah sekolah, atau baru masuk sekolah.

Page 26: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

2.2.2.4 Terlalu Banyaknya Kegiatan yang Membuat Siswa Sibuk.

Beberapa remaja menempatkan tekanan yang tidak semestinya di

dalam diri mereka dengan melibatkan diri dalam terlalu banyak kegiatan,

contohnya berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti, les dan

hobi.

2.3 Stres

2.3.1 Pengertian Stres

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan

menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan

koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau teori Selye,

menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa

mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif. Respons

tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu

(Isaacs, 2004).

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial

(tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara

bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas

berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan

subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara

Page 27: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem

(WHO, 2003; 158).

Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan

bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap

tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami

gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan

tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia

disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan

penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula

disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyai

konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan

eustres.

Stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan

menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologik

nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stress

reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul

pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi

akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam

beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity)

seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan

keparahannya.

Page 28: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme

respons stres (Papero, 1997):

2.3.1.1 Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap

stresor yang mengurangi intensitas respons stres.

2.3.1.2 Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan

respons stres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang

tidak dapat diprediksi.

2.3.1.3 Persepsi: pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor

saat ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respons

stres.

2.3.1.4 Respons koping: ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat

ansietas dapat menambah atau mengurangi respons stres.

2.3.2 Tipe Kepribadian yang Rentan Terkena Stres

2.3.2.1 Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan).

2.3.2.2 Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah

(emosional).

2.3.2.3 Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan

(over confidence).

2.3.2.4 Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat

diam.

Page 29: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

2.3.2.5 Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic).

2.3.2.6 Pandai berorganisasi, memimpin dan memerintah (otoriter).

2.3.2.7 Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan.

2.3.2.8 Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba

tergesa-gesa.

2.3.2.9 Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati

dan bila tidak tercapai maksudnya mudah besikap bermusuhan.

2.3.2.10 Tidak mudah dipengaruh, kaku (tidak fleksibel).

2.3.2.11 Bila berlibur pikirannya ke pekerjaannya, tidak dapat santai.

2.3.2.12 Berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali.

2.3.3 Tahapan Stres

Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena

perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan

bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya

sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan

sosialnya. Dr. Robert J. an Amberg (1979) dalam penelitiannya terdapat

dalam Hawari (2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :

2.3.3.1 Stres tahap I:

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: 1) Semangat

Page 30: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

bekerja besar, berlebihan (over acting); 2) Penglihatan “tajam” tidak

sebagaimana biasanya; 3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari

biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

2.3.3.2 Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”

sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul

keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi

cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat

yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk

mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-

keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres

tahap II adalah sebagai berikut: 1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang

seharusnya merasa segar; 2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang; 3)

Lekas merasa capai menjelang sore hari; 4) Sering mengeluh lambung/perut

tidak nyaman (bowel discomfort); 5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya

(berdebar-debar); 6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang; 7) Tidak

bisa santai.

2.3.3.3 Stres Tahap III

Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan

keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: 1) Gangguan

Page 31: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag”(gastritis), buang

air besar tidak teratur (diare); 2) Ketegangan otot-otot semakin terasa; 3)

Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat; 4)

Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur

(early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur

(middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat

kembali tidur (Late insomnia); 5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa

oyong dan serasa mau pingsan).

Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk

memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan

tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai

energi yang mengalami defisit.

2.3.3.4 Stres Tahap IV

Gejala stres tahap IV, akan muncul: 1) Untuk bertahan sepanjang hari

saja sudah terasa amat sulit; 2) Aktivitas pekerjaan yang semula

menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa

lebih sulit; 3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan

kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate); 4)

Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari; 5)

Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan;

Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan

Page 32: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

kegairahan; 6) Daya konsentrasi daya ingat menurun; 7) Timbul perasaan

ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

2.3.3.5 Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres

tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Kelelahan fisik dan

mental yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion); 2)

Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan

dan sederhana; 3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-

intestinal disorder); 4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin

meningkat, mudah bingung dan panik.

2.3.3.6 Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami

serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang

yang mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat

bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan

kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai

berikut: 1) Debaran jantung teramat keras; 2) Susah bernapas (sesak dan

megap-megap); 3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat

Page 33: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

bercucuran; 4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan; 5) Pingsan atau

kolaps (collapse).

Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas

lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan

faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang

melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

2.3.4 PengukuranTingkat Stres

Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang

dialami seseorang (Hardjana, 1994). Tingkatan stres ini diukur dengan

menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond &

Lovibond (1995). Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stress Scale

42 (DASS) terdiri dari 42 item. DASS adalah seperangkat skala subyektif yang

dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan

dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara

konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih

lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di

manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan

sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu

untuk tujuan penelitian.

Page 34: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat,

sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stress Scale 42

(DASS) terdiri dari 42 item, yang dimodifikasi dengan penambahan item

menjadi 49 item, penambahannya dari item 43-49 yang mencakup 3

subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. Jumlah skor dari

pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal); 30-59 (ringan); 60-

89 (sedang); 90-119 (berat); >120 (Sangat berat).

2.3.5 Reaksi Tubuh terhadap Stres

2.3.5.1 Rambut

Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami

perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut

memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan

rambut.

2.3.5.2 Mata

Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak

jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami

kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.

2.3.5.3 Telinga

Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).

2.3.5.4 Daya pikir

Page 35: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun.

Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.

2.3.5.5 Ekspresi wajah

Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik

nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan

kulit muka kedutan (tic facialis).

2.3.5.6 Mulut

Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.

Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia

sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan

mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.

2.3.5.7 Kulit

Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam; pada

kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat

berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih

kering. Selain daripada itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan

penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan

pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan; juga sering

dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat (basah).

Page 36: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

2.3.5.8 Sistem Pernafasan

Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu

misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada

saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga

dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-

otot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis

sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk

menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma

bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paru-paru juga

mengalami spasme.

2.3.5.9 Sistem Kardiovaskuler

Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat

terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh

darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang

bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi

(perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit

sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau

seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.

2.3.5.10 Sistem Pencernaan

Page 37: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada

sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan

pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan

(hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah

awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada

lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang

bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau

sebaliknya sering diare.

2.3.5.11 Sistem Perkemihan.

Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat

juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang

air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing

manis (diabetes mellitus).

2.3.5.12 Sistem Otot dan tulang

Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot

dan tulang (musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa

sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu

keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa

Page 38: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam

sering mengenal gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.

2.3.5.13 Sistem Endokrin

Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang

mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini

berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit

kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada

wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit

(dysmenorrhoe).

2.3.6 Reaksi Fisiologis terhadap Stres

Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya

mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem

korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari

hipotalamus yaitu : 1) Mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang

berada di bawah pengendaliannya; 2) sebagai contohnya, ia meningkatkan

kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga

memberi sinyal ke medulla adrenal; 3) Untuk melepaskan epinefrin dan

norepinefrin ke aliran darah; 4) Sistem korteks adrenal diaktivasi jika

hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar

hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus; 5) Kelenjar hipofisis

Page 39: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran darah

ke korteks adrenal; 6) Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok

hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah; 7) ACTH juga

memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30

hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran

darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik

berperan dalam respons fight or flight.

2.4 Hubungan Tingkat Tekanan Psikososial dengan Tingkat Stres

Fungsi tumbuh kembang pada remaja memunculkan tekanan-tekanan

baik itu fisik, psikososial, ataupun tekanan keduanya. Hubungan dari adanya

faktor tekanan psikososial pada siswa berupa tekanan persaingan dan

berprestasi di sekolah, kebutuhan untuk diterima yang berlebihan, terlalu

banyaknya kegiatan yang membuat siswa sibuk, penyesuaian diri dengan

orang-orang dan lingkungan atau situasi baru, dengan rentang dari positif ke

negatif berupa sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah karena

tekanan merupakan hal yang wajar yang terjadi pada manusia, tekanan

tersebut dapat menyebabkan stres yang memiliki rentang dari positif ke

negatif yaitu: normal, ringan, sedang, berat, sangat berat.

2.5 Sekolah Standar Nasional

2.5.1 Pengertian

Page 40: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP) telah dinyatakan bahwa:

Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional yang harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan, yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP tersebut mencakup standar isi, proses pengelolaan, penilaian dan kompetensi lulusan.

2.5.2 Cakupan Standar Nasional Pendidikan

2.5.2.1 Standar Kompetensi lulusan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan kemampuan minimal peserta didik, yang mencakup

kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif, yang harus dimilikinya

untuk dapat dinyatakan lulus dari satuan pendidikan;

2.5.2.2 Standar isi pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan keluasan dan pendalaman materi pelajaran pada satuan

pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan;

2.5.2.3 Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk

mencapai standar kompetensi;

2.5.2.4 Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah standar nasional

pendidikan yang berkaitan dengan persyaratan minimal yang harus

dipenuhi oleh setiap pendidik dan tenaga kependidikan;

2.5.2.5 Standar prasarana dan sarana pendidikan adalah standar nasional

yang berkaitan dengan persyaratan minimal tentang lahan, ruang kelas,

Page 41: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

tempat berolahraga, tempat berekreasi, perabot, alat dan media pendidikan,

buku, dan sumber belajar lain, yang diperlukan untuk mencapai standar

kompetensi lulusan;

2.5.2.6 Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan

pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,

kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas

penyelengaraan pendidikan;

2.5.2.7 Biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan

yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar

dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan;

2.5.2.8 Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan

yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian

prestasi peserta didik.

Berdasarkan standar-standar di atas, maka menurut pendapat penulis

Sekolah Standar Nasional (SSN) intinya memuat aspek-aspek layanan

pendidikan minimum yang seharusnya diberikan oleh jenjang Sekolah

Menengah Pertama (SMP), sesuai atau menuju Standar Nasional Pendidikan

(SNP) tersebut. Dengan demikian, maka SMP SSN adalah SMP yang akan

dan atau telah memenuhi SNP, yang berarti memenuhi tuntutan Standar

Pendidikan Minimal (SPM), sehingga diharapkan mampu memberikan

Page 42: TINJAUAN TENTANG STRES.pdf

layanan pendidikan kepada peserta didik sesuai dengan standar minimal

yang ditetapkan serta memenuhi harapan masyarakat.

SSN ini dikategorikan dalam jalur pendidikan formal mandiri, sesuai

dengan PP Nomor 19 Tahun 2005. Oleh karena itu, SSN pada dasarnya dapat

berfungsi sebagai sekolah model, artinya dapat dijadikan model bagaimana

menyelenggarakan sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang

ditetapkan secara nasional. Dengan pengertian tersebut, maka dimungkinkan

dalam satu kabupaten/kota terdapat lebih dari satu SMP yang memenuhi

kriteria sebagai SSN. Sebaliknya mungkin ada kabupaten/kota yang tidak

memiliki sekolah yang memenuhi kriteria sebagai SSN.

2.6 Peran Perawat Jiwa

Penanganan stres dapat dilakukan dengan pendekatan proses

keperawatan. Dalam pengkajian, perawat perlu mengidentifikasi stresor

yaitu kondisi yang menyebabkan terjadinya stres dan koping pada masalah

yang ditemukan pada klien. Untuk asuhan keperawatan disesuaikan dengan

masalah keperawatan yang terjadi. Sehingga peran educator, caregiver,

manager, dan peran lainnya dalam upaya promotif, preventif, caretif dan

rehabilitatif dapat dilakukan sebaik mungkin.