7
Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya. Apa Itu Jurnalistik? Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism). Jurnalistik atau jurnalisme, menurut Luwi Ishwara (2005), mempunyai ciri-ciri yang penting untuk kita perhatikan. a. Skeptis Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif. Pengertian/Definisi Jurnalistik secara bahasa, praktis, dan menurut para ahli. JURNALISTIK adalah ilmu, teknik, dan proses yang berkenaan dengan penulisan berita, feature, dan artikel opini di media massa, baik media cetak, media elektronik, maupun media online.

Tips Menulis2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Menjadi penulis

Citation preview

Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya.Apa Itu Jurnalistik?Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).Jurnalistik atau jurnalisme, menurut Luwi Ishwara (2005), mempunyai ciri-ciri yang penting untuk kita perhatikan.a. SkeptisSkeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif.Pengertian/Definisi Jurnalistik secara bahasa, praktis, dan menurut para ahli.

JURNALISTIKadalah ilmu, teknik, dan proses yang berkenaan dengan penulisan berita, feature, dan artikel opini di media massa, baik media cetak, media elektronik, maupun media online.

Pengertian jurnalistik pun terkait erat dengan penulisan dan media.Pengertian Jurnalistik Secara BahasaSecara etimologis, jurnalistik (journalistic, journalism)berakar kata "jurnal" (Inggris), "du jour" (Prancis), dan lebih jauh lagi ke zaman Romawi Kuno, yaitu "diurna".

Jurnalartinya laporan atau catatan.Du Jourartinya hari atau catatan harian, sama dengan pengertiandiurna.Dalam bahasa Belanda,journalistiekartinya "penyiaran catatan harian".

Jadi, secara etimologis (asal-usul kata), jurnalistik adalah laporan tentang peristiwa sehari-hari yang saat ini kita kenal dengan istilah "berita" (news). Berita sendiri adalah laporan peristiwa aktual, faktual, penting, dan menarik yang dipublikasikan (dimuat) di media massa.Pengertian Jurnalistik Menurut Para AhliPengertian jurnalistik secara terminologis (istilah) atau definisi jurnalistik sangat banyak. Berikut ini daftarpengertian jurnalistikyang dikemukakan para ahli dan praktisi jurnalistik.1. Jurnalistik adalah segala bentuk yang terkait dengan pembuatan berita dan ulasan mengenai berita yang disampaikan kepada publik. (F. Fraser Bond).

2. Jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran. (Roland E. Wolseley)

3. Jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, seksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenaran dan keadilan. (Erik Hodgins)

4. Jurnalistik adalah usaha memproduksi kata-kata dan gambar-gambar yang dihubungkan dengan proses transfer ide atau gagasan dengan bentuk suara, inilah cikal bakal makna jurnalistik sederhana. (M. Djen Amar)

5. Jurnalistik adalah suatu kepandaian praktis mengumpulkan, mengedit berita untuki pemberitaan dalam surat kabar, majalah, atau terbitan terbitan berkala lainnya. Selain bersifat ketrampilan praktis, jurnalistik merupakan seni. (M. Ridwan)

6. Jurnalistik adalah teknik mengelola berita sejak dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak. (Onong U. Effendi)

7. Jurnalistik adalah semacam kepandaian karang-mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. (Adinegoro)

8. Jurnalistik adalah segala sesuatu yang menyangkut kewartawanan. (Summanang)

9. Jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari. (Astrid S. Susanto)

10. Jurnalistik adalahproses atau teknik mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi berupa berita (news) dan opini (views) kepada publik melalui media massa. (Asep Syamsul M. Romli).

11. Jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.(Haris Sumadiria).

12. Jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peritiwaatau kejadian sehari-hari yang aktualdan factual dalam waktu yang secepat-cepatnya. (A.W. Widjaya)

13. Jurnalistik adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya. (Kustadi Suhandang)

14. Jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada. (Ensiklopedi Indonesia).

15. Jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah, dan media massa lainnya seperti radio dan televisi. (Leksikon Komunikasi)Dari sejumlah pengertian jurnalistik di atas, dapat diambil kesimpulan, jurnalistik adalah proses mengumpulkan, menulis, menyunting, dan menyebarluaskan berita melalui media massa.

Jurnalistik bisa pula diartikan sebagai proses komunikasi dan pemberitaan melalui media massa. (www.komunikasipraktis.com).*

Referensi:1. Asep Syamsul M. Romli,Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan, Bandung, Batic Press, 2005.2. Asep Syamsul M. Romli,Kamus Jurnalistik.Bandung, Simbiosa, 2009.3. AS Haris Sumadiria,Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2005.4. A. Muis,Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Dharu Annutama. 1999.5. Jafar Assegaff,Jurnalistik Masa Kini: Pengantar ke Praktek Kewartawanan, Jakarta:Ghalia Indonesia, 1982.6. Kustadi Suhandang,Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung:Penerbit Nuansa, 2004.Disapa "Anda" Malah TersinggungSuatu ketika di sebuah sekolah, seorang kepala sekolah dipusingkan oleh sebuah masalah. Satu orang tua siswa mengadu kepadanya tentang wali kelas anaknya. Dia merasa tersinggung oleh ucapan wali kelas itu. Kemudian kepala sekolah memanggil si wali kelas yang kebetulan guru bahasa Indonesia. Kepala sekolah merasa heran mengapa seorang guru bahasa Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa yang baik sehingga membuat lawan bicaranya tersinggung. Dia berniat mempertemukan wali kelas dan orang tua murid itu.Artikel Terkait Menentukan Pemilihan Kata (Diksi) Menyoal Etika Menulis Di Media Massa Penggunaan Tanda Koma Tanda Petik ("...") dan Tanda Petik Tunggal ('...') Bahasa dalam Pemakaian Kontemporer Memaksimalkan Kaidah Bahasa Pentingnya Berbahasa Indonesia BakuSetelah dipertemukan, ternyata yang menjadi masalah bukanlah isi pembicaraan yang disampaikan wali kelas, melainkan kata "Anda" yang digunakan wali kelas dalam berbicara. Menurut orang tua siswa itu, dengan kata "Anda", wali kelas sengaja menjaga jarak dengannya sehingga dia merasa menjadi orang asing dan tidak nyaman. Dia juga menganggap wali kelas anaknya itu sombong dan memandang rendah dirinya.Sementara, sang wali kelas yang guru bahasa Indonesia itu terheran-heran. Menurut kamus dan pengetahuan santun berbahasanya, kata "Anda" adalah kata ganti orang kedua yang digunakan untuk menghormati lawan bicara.Setelah permasalahan antarpersonal diselesaikan, dilakukan penelitian kecil dengan menanyakan tanggapan para orang tua siswa. Ternyata hal tersebut dirasakan oleh mayoritas orang tua siswa yang mendapat kata "Anda" dalam sapaan. Maka segeralah kepala sekolah mengimbau para wali kelas untuk tidak menggunakan kata "Anda" ketika berbicara dengan orang tua siswa. Para wali kelas disarankan menggunakan kata sapaan "Bapak" atau "Ibu" saja.Peristiwa tersebut hanyalah satu dari sekian peristiwa yang muncul dengan permasalahan yang sama. Dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia, ternyata kata "Anda" telah mengalami pergeseran makna. Selama ini diketahui bahwa kata "Anda" menimbulkan konotasi positif, sopan, dan resmi. Konotasi ini berbeda dengan konotasi yang ditimbulkan kata "kamu" atau "engkau".Modifikasi memang penting untuk keberhasilan kehidupan suatu bahasa. Tetapi dalam penggunaannya, bahasa tetap milik masyarakat penutur. Ketentuan tinggallah ketentuan, masyarakat penuturlah yang menentukan pemakaiannya. Walaupun dalam ketentuan suatu kata memiliki konotasi positif, apabila masyarakat merasakan lain, konotasi versi masyarakatlah yang terus hidup.Hal itu merupakan bukti baru kehidupan bahasa Indonesia. Bahasa yang hidup akan terus bergerak mengikuti perkembangan budaya penuturnya. Apabila ternyata kata sapaan memang lebih pantas dan nikmat bagi pengguna, mengapa tidak. Merunut asal-usulnya pun, kata sapaan merupakan kata yang digunakan untuk memunculkan keakraban di antara pemakai bahasa. Dengan adanya sapaan, lawan bicara akan merasa lebih diakui oleh pembicara.Kata sapaan seperti "Bapak", "Ibu", dan sapaan kekerabatan lainnya menimbulkan kesan hormat atau hangat. Sementara kata sapaan yang menyangkut profesi atau kedudukan juga mendatangkan hal positif bagi orang yang diajak bicara. Kata sapaan "Dokter", "Suster", "Profesor", dan sebagainya akan menimbulkan kesan pengakuan pembicara terhadap posisi lawan bicaranya.Mencermati fenomena baru ini tentu saja ada kesimpulan yang dapat ditarik. Pertama, tidak selamanya sesuatu yang dirumuskan oleh ahli bahasa dapat sesuai dengan selera penutur bahasa. Kedua, bahasa tidak berhenti pada satu titik, tetapi terus bergerak sehingga para pembina bahasa terus mencermati dan terus melakukan penyesuaian. Ketiga, semua orang yang paham kebahasaan dan tata aturannya tetap harus mencermati perkembangan budaya di sekelilingnya. Dalam pelaksanaannya, penggunaan bahasa yang benar tidak selalu merupakan bahasa yang baik.Diambil dan disunting seperlunya dari:Judul majalah:Intisari, Maret 2007

Penulis:Idham Hamdani

Penerbit:PT Intisari Mediatama, Jakarta 2007

Halaman:86 -- 87