26
SMF/Lab Obstetri dan Ginekologi TUTORIAL KLINIK RSUD Abdul Wahab Sjahranie Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman MOLA HIDATIDOSA Disusun Oleh: Siti Munawaroh 1410029014 Septy Lisdamayanti Ritonga 1410029015 Anindhita Rara Chairani 1410029032 Pembimbing: dr. Samuel Randa Bunga, Sp.OG 1

tk mola

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MH

Citation preview

SMF/Lab Obstetri dan GinekologiTUTORIAL KLINIKRSUD Abdul Wahab SjahranieFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman

MOLA HIDATIDOSA

Disusun Oleh:Siti Munawaroh 1410029014Septy Lisdamayanti Ritonga 1410029015Anindhita Rara Chairani 1410029032

Pembimbing:dr. Samuel Randa Bunga, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik PadaSMF/Lab Obstetri dan GinekologiFakultas Kedokteran Universitas MulawarmanRSUD A.W. Sjahranie Samarinda2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPerdarahan obstetri yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa menyebabkan syok yang fatal. (1).Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum. Umumnya perdarahan antepartum terjadi setelah kehamilan 28 minggu, dimana perdarahan tersebut berbahaya karena banyaknya berasal dari kelainan atau gangguan dari plasenta, serta kelainan yang bukan dari plasenta seperti dari serviks namun relatif tidak berbahaya. Penyebab terseringnya adalah solusio plasenta (19% ), plasenta previa (7%), serta plasenta akreta/inkreta dan perkreta (6%) (1) (3).Insiden perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa berkisar 1,7% sampai dengan 2,9% seperti yang dilaporkan oleh beberapa rumah sakit umum pemerintah. Berbeda dengan negara maju yang insidensinya lebih rendah, yaitu kurang dari 1% (1). Kasus ibu hamil dengan plasenta previa lebih banyak terjadi pada paritas tinggi daripada paritas rendah. Paritas lebih tinggi meningkatkan resiko kematian maternal mencapai 0,9% (2). Selain itu, risiko plasenta previa lebih tinggi pada ibu dengan riwayat seksio sesarea, hamil saat usia tua, dan ibu yang mempunyai kebiasaan merokok(1)(2).Diagnosis mola hidatidosa didasarkan pada anamnesis yang merujuk pada gejala klinis secara teori, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa USG transabdominal.

1.2 Tujuan Pada laporan kasus kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai mola hidatidosa terkait alur penegakan diagnosis, komplikasi, beserta penatalaksanaannya.

BAB IIKASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Rabu, 3 Desember 2014 pukul 10.00 wita di Ruang VK Mawar RSUD AW. Sjahranie Samarinda.

Anamnesis:Identitas pasien:Nama: Ny. DUmur: 18 tahunAgama: IslamPendidikan: SMP Pekerjaan: IRTSuku: Bugis-BanjarAlamat: Jl. Bayur RT. 21 SempajaMasuk RS (MRS): Hari Rabu, 3 Desember 2014 pukul 10.00 wita

Identitas suami:Nama: Tn. KUmur: 21 tahunAgama: IslamPendidikan: SDPekerjaan: Sekuriti Suku: BugisAlamat: Jl. Bayur RT. 21 Sempaja

Keluhan Utama: Keluar darah segar dari jalan lahir sejak 3 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang ke ruang VK Mawar RSUD AWS, sebelumnya pasien datang ke Poliklinik Kebidanan RSUD AWS dan setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik di poli, kemudian pasien direncanakan untuk dirawat inap. Pasien mengatakan keluar darah segar yang deras dari jalan lahir sejak tiga hari yang lalu. Awalnya, sekitar dua minggu yang lalu keluar flek-flek berwarna kecoklatan. Perdarahan makin lama dirasakan makin sering dan lama kelamaan terus menerus keluar seperti sedang haid. Selama tiga hari terakhir ini perdarahan yang keluar deras dan berwarna merah segar. Banyaknya perdarahan sekitar 2-5 kali ganti pembalut per hari. Pasien mengaku perdarahan lebih sering keluar pada malam hari. Pasien tidak merasakan adanya nyeri perut. Pasien mengetahui bahwa dirinya hamil dengan menggunakan PP test saat usia kehamilan 2 bulan. Riwayat HPHT pasien tanggal 10-7-2014.

Riwayat Penyakit Dahulu:Pasien tidak sedang/memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, hepatitis, jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang kronis, atau yang dapat memperberat proses persalinan.

Riwayat Haid: Menarche usia 12 tahun Siklus teratur setiap 28 hari Lama haid 7 hari Hari Pertama Haid Terakhir : 10 Juli 2014 Taksiran Persalinan : 17 April 2015

Riwayat Perkawinan:Perkawinan yang pertama, usia menikah 17 tahun, lama menikah 1 tahun.Riwayat Obstetrik: KehamilanPersalinanAnak

AnakUKPenyJenisPnlgTmptPenyJKBB/PBHMAbnormalitas

1Hamil ini-

Ante Natal Care:.Ini merupakan kunjungan kedua pasien ke Poliklinik RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada kehamilan trimester kedua

Kontrasepsi:Pasien belum pernah menggunakan KB.

Pemeriksaan fisik:1. Berat badan 53,1 kg, tinggi badan 145 cm2. Keadaan Umum: sedang3. Kesadaran: Composmentis, GCS : E4V5M64. Tanda vital:Tekanan darah : 100/70 mmHg Frekuensi nadi : 69 x/menitFrekuensi napas: 20 x/menitSuhu: 36,4C5. Status generalis:Kepala: normochepaliMata: konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)Telinga/hidung/tenggorokan : tidak ditemukan kelainanLeher: Pembesaran KGB (-)Thorax: Jantung: S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-) Paru: vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)Abdomen: hepar: pembesaran (-), limpa: pembesaran (-)6. Ekstremitas: Atas: akral hangat Bawah: edema tungkai (-/-), varices (-/-), refleks patella (+/+)7. Status Obstetrik:1. Inspeksi: flat, linea nigra (-), striae gravidarum (-)2. Palpasi:a. Pemeriksaan leopold sulit dievaluasi, TFU : 2 jari di bawah pusatb. HIS: Tidak ada3. Auskultasi: DJJ sulit dievaluasi4. Pemeriksaan Dalam: tidak dilakukanPemeriksaan Tambahan:1. Laboratorium Darah Lengkap 24 November 2014Jenis PemeriksaanHasil LabNilai Normal

Hb13,2 mg/gl11,0-16,00 mg/dl

Ht36%37-54%

BT22-5

CT95-10

Leu11.000 L4000-10.000 L

Tr156.000 L150.000-450.000 L

GDS84 gr/dl60-150 mg/dl

Ureum20,610-40

Kreatinin0,50,5-1,5

HbsAgNRNR

112NRNR

-HCG168.267 mIu/ml

2. USGKesan : Uterus membesar dengan gambaran mola hidatidosa.Diagnosis kerja:Mola Hidatidosa

Penatalaksanaan :Lapor Sp. OG, anjuran : - Pro kuret tanggal 4 Desember 2014 Menyiapkan darah PRC 2 kolf

Lembar ObservasiWaktuObservasi

10.00Menerima pasien baru dari Poliklinik Kebidanan dengan keluhan keluar darah segar dari jalan lahir sejak tiga hari SMRS.HPHT 10-7-2014; TP 17-4-2015.Dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan:Keadaan umum sedang; kesadaran composmentis. Berat badan 53,1 kg; tinggi badan 145 cm.Tekanan darah : 110/70 mmHg; nadi 69 x/menit; nafas 22 x/menit; suhu 36,40 C.TFU 2 jari di bawah pusat; DJJ sulit dievaluasi; HIS (-); VT tidak dilakukan.

11.00Lapor dr. Sp OG:- Pro kuret tanggal 4 Desember 2014- Menyiapkan darah PRC 2 kolf

Hasil lab:a. Leukosit: 11.000/mm3b. Hb: 13,2 gr/dlc. HCT: 36 %d. Trombosit: 156.000 / mm3e. BT: 2 menitf. CT: 9 menitg. Gula darah sewaktu (GDS): 84h. Ureum: 20,6i. Creatinin: 0,5j. HbsAg: (-)k. 112: (-)l. -HCG : 168.267 mIu/mlA: Mola Hidatidosa

20.00Pasien diantar ke ruang nifas Mawar.

23/11/201407.00Sudah tidak ada perdarahan. DJJ+Bed Rest TotalObservasi DJJ + dan perdarahanR/USG

22.00Perdarahan -, DJJ+, KU : Baik

07.00USG : UK : 35-38 mingguPlasenta previa (letak rendah)EFW : 2850 gr.Taksiran persalinan 22-26 Desember 2014

16.00Perdarahan -, DJJ 128x/iPasien diperbolehkan pulangAdvice :Kontrol 1 minggu lagiObat pulang :Histolan 2x1 tabAsam Traneksamat 3x 500

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA3.1 Definisi

3.2 Klasifikasi3.3 Etiologi

3.4 Patofisiologi

3.5 Gambaran Klinis

3.6 DiagnosisAdanya mola hidatidosa dicurigai bila ada perempuan dengan amenorea, perdarahan pervaginam, uterus lebih besar daripada usia kehamilan dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung anak. Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam urin atau darah, baik secara bioassay, immunoassay amaupun radioimunoassay. Kadar HCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Peningkatan hCG, terutama dari hari ke 100 sangat sugestif. Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Pemeriksaan hCG merupakan cara yang paling bermanfaat baik untuk diagnosis maupun untuk pemantauan pada penderita penyakit trofoblas. Human chorionic gonadotropin adalah hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh plasenta yang memiliki aktivitas biologis mirip LH. Sebagian besar hCG diproduksi di plasenta, tetapi sintesanya juga terjadi pada ginjal janin. Begitu pula ada jaringan janin lain yang membentuk baik molekul hCG maupun molekul total hCG. Molekul hCG memiliki 2 rantai asam amino yakni hCG terdiri atas 92 asam amino dan rantai hCG terdiri atas 145 asam amino yang satu sama lain berikatan secara nonkovalen. Ikatan antara kedua rantai adalah dengan gaya elektrostatik dan hidrofobik dan vitro ikatan itu dapat dipisahkan. Pada kehamilan normal pemeriksaan terhadap hCG dengan pereaksi yang menggunakan antibodi monoklonal terhadap hCG cukup dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan urin sebagai spesimen. Pemeriksaan hCG serum secara kuantitatif pada kehamilan normal menunjukkan kadar hCG menunjukkan kadar hCG mencapai puncaknya pada trimester pertama kehamilan, yakni pada hari ke 60-70 kehamilan sebesar 100.000 mIU/ml. Pada mola hidatidosa dan tumor trofoblas gestasional umumnya kadar hCG jauh lebih tinggi daripada kadar puncak hCG pada kehamilan normal.Pada penderita penyakit trofoblas gestasional pemeriksaan hCG serum harus dilakukan secara kuantitatif baik dengan pemeriksaan radio immunoassay maupun enzyme immunoassay. Pemilihan pereaksi untuk pemeriksaan hCG secara kuantitatif pada penyakit trofoblas gestasional harus spesifik terhadap hCG , karena rantai hCG mirip dengan rantai dari FSH, LH dan TSH yang merupakan hormon-hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis seperti sehinga dapat mengakibatkan terjadinya reaksi silang dengan hormone hipofisis tersebut, dan mengakibatkan kadar yang diperoleh bukan kadar HCG saja (false positive). Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG , dimana kasus mola menunjukkan gambaran yang lebih khas berupa badai salju (snow falk pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb).Diagnosis yang paling tepat bila kita melihat keluarnya gelembung mola. Namun bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien menurun. Terbaik ialah bila dapat mendiagnosis mola sebelum keluar. Pada kehamilan trimester I, gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus atau mioma uteri. Pada kehamilan trimester II gambaran mola hidatidosa umumnya lebih spesifik. Kavum uteri berisi massa ekogenik bercampur bagian-bagian anekoik vesikular berdiameter antara 5-10 mm. Gambaran tersebut dapat dibayangkan seperti gambaran sarang lebah (honey comb) atau badai salju (snow storm). Apabila jaringan mola memenuhi sebagian cavum uteri dan sebagian berisi janin yang ukurannya relatif kecil dari umur kehamilannya disebut mola parsialis. Umumnya janin mati pada bulan pertama, tapi ada juga yang hidup sampai cukup besar atau bahkan aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat vili yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan di tempat lain masih tampak vili yang normal. 3.7 KomplikasiPenyulit mola hidatidosa berupa perdarahan, preeklampsia, hipertiroidisme dan tirotoksikosis sedangkan penyulit lanjut ialah terjadinya tumor trofoblas gestasional pascamola, bisa berupa penyakit trofoblas ganas jenis villosum (mola destruens) ataupun penyakit trofoblas ganas jenis non villosum (koriokarsinoma).Perdarahan sering mengancam akibat terlambatnya diagnosis mola ditegakkan, suatu hal yang sering dijumpai di negara-negara yang pelayanan obstetrinya belum baik seperti Indonesia. Pada penelitian Martaadisoebrata hanya 2,5 % dari 126 kasus mola yang tidadak disertai penyulit perdarahan.Penyulit lain yang mungkin terjadi adalah emboli sel trofoblas ke paru-paru. Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke paru-paru tanpa memberikan gejala apa-apa. Akan tetapi pada mola kadang-kadang jumlah sel trofoblas ini terlalu banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru-paru akut yang dapat mengakibatkan kematian

3.8 Penatalaksanaan1. Perbaiki Keadaan UmumDalam proses perbaikan keadaan umum dapat termasuk pemberian pemberian transfusi darah untuk mengatasi syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau tirotoksikosis.

2. Pengeluaran jaringan molaTerdapat beberapa cara yaitu : Vakum kuretaseSetelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase. Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan kuretase dengan menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus dan agar jaringan miometrium yang ditumbuhi jaringan mola ikut terbawa; kerokan perlu dilakukan secara hati-hati karena adanya bahaya perforasi. Sebelum tindakan kuret sebaiknya disediakan darah untuk menjaga apabila terjadi perdarahan yang banyak (11)Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya dilakukan kerokan ulangan dengan kuret tajam agar ada kepastian bahwa uterus sudah benar-benar kosong dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas dan mengetahui ada tidaknya infiltrasi jaringan mola ke miometrium. Makin tinggi tingkat proliferasi, makin perlu waspada terhadap kemungkinan keganasan. HisterektomiTindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup anak. Alasan untuk histerektomi ialah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi terjadinya keganasan. Batasan dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan permeriksaan histopatologi sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa mola invasif/koriokarsinoma.3. Pemeriksaan Tindak LanjutPengamatan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa yang uterusnya dikosongkan sangat penting karena adanya kemungkinan timbulnya tumor ganas (sekitar 20 %). Anjuran untuk semua penderita pascamola dilakukan kemoterapi untuk mencegah timbulnya keganasan, masih belum diterima oleh semua pihak. Pemeriksaan kadar hCG dilaksanakan tiap minggu sampai kadar menjadi negatif selama 3 minggu, dan selanjutnya tiap bulan selama 6 bulan. Sampai kadar hCG menjadi negatif, pemeriksaan Roentgen paru-paru dilakukan tiap bulan. Selama dilakukan pemeriksaan hCG, penderita diberitahukan supaya tidak hamil.Kemoterapi dapat dilakukan dengan memberikan methotrexate atau Dactinomycin , atau kadang-kadang dengan kombinasi 2 obat tersebut. Biasanya cukup hanya dengan memberi satu seri dari obat yang bersangkutan. Pengamatan lanjutan terus dilakukan, sampai kadar hCG menjadi negatif selama 6 bulan.

3.9 PrognosisKematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis. Di Negara maju kematian karena mola hampir tidak ada lagi. Akan tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2 % dan 5,7 %. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Persentase keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-beda, berkisar antara 5,56 % BAB IVPEMBAHASAN

Pasien Ny. D, 18 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama keluar darah segar dari jalan lahir sejak tiga hari SMRS. Hari pertama haid terakhir 10 Juli 2014 Didiagnosis dengan Mola Hidatidosa. Penegakkan diagnosis pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 4.1 Anamnesis Kasus Teori

Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan utama keluar darah segar dari jalan lahir sejak tiga hari SMRS. Hari pertama haid terakhir 10 Juli 2014. Awalnya, sekitar dua minggu yang lalu keluar flek-flek berwarna kecoklatan. Perdarahan makin lama dirasakan makin sering dan lama kelamaan terus menerus keluar seperti sedang haid. Selama tiga hari terakhir ini perdarahan yang keluar deras dan berwarna merah segar. Banyaknya perdarahan sekitar 2-5 kali ganti pembalut per hari. Plasenta previaGejalanya berupa amenorea dan perdarahan pervaginam. Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bisa intermiten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian.[1]

4.2 Pemeriksaan FisikKasusTeori

Palpasi:a. Pemeriksaan leopold sulit dievaluasi, TFU : 2 jari di bawah pusatb. AuskultasiDJJ sulit dievaluasi

Pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan kehamilan biasa yaitu mual, muntah, pusing dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan. Ada pula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya jenis dying mole. [1] Tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung anak. [1]

4.3 Pemeriksaan penunjangKasusTeori

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar -HCG 168.267 mIu/ml Pada pasien dilakukan pemeriksaan USG dengan hasil uterus membesar dan gambaran mola hidatidosa. Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam urin atau darah, baik secara bioassay, immunoassay amaupun radioimunoassay. Kadar HCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Peningkatan hCG, terutama dari hari ke 100 sangat sugestif. Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG , dimana kasus mola menunjukkan gambaran yang lebih khas berupa badai salju (snow falk pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb). [1].

4.4 Diagnosis

KasusTeori

Penegakan diagnosis pasien berdasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yaitu Mola Hidatidosa Perdarahan merupakan gejala utama mola. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bisa intermiten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. [1] .Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung anak, pada umumnya uterus lebih besar dari umur kehamilan. [1] Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam urin atau darah. Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG, dimana kasus mola menunjukkan gambaran yang lebih khas berupa badai salju (snow falk pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb). [1]

4.5 Penatalaksanaan

KasusTeori

Dilakukan penatalaksaan berupa kuretase.

Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase dilanjtkan dengan kuretase dengan menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul. Tindakan kuret cukup dilakukan 1 kali saja asal berrsih. Kuret kedua hanya dilakukan bila ada indikasi. [1]

BAB VPENUTUP

5.1.KesimpulanPasien Ny. D, 18 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama keluar darah segar sejak 3 hari SMRS. Hari pertama haid terakhir 10 Juli 2014. Keluhan pasien adalah keluar darah segar dari jalan lahir 3 hari SMRS.Pada pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil kadar -HCG 168.267 mIu/ml dan pemeriksaan USG dengan hasil : uterus membesar dengan gambaran mola hidatidosa. Pada pasie dilakukan tindakan kuretase.Diagnosis pasien pulang adalah Mola Hidatidosa.5.2 SaranAnte Natal Care (ANC) pada ibu hamil sangat diperlukan terutama untuk deteksi dini masalah-masalah kehamilan termasuk Mola Hidatidosa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono, et al. Ilmu Kebidanan.Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2007.

11