342
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan. i PT. JASAPATRIA GUNATAMA KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan sesuai Surat Perjanjian Kontrak antara Satuan Kerja Perencanaan Pemrograman dan Penganggaran Bidang Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum dengan PT. JASAPATRIA GUNATAMA dengan Nomor : KU.08.08/PPK/Ap/61/2006, Tanggal 13 Juni 2006, maka dapat disusun Laporan Akhir. Dalam laporan ini berisikan uraian pendahuluan, pendekatan dan metodologi, gambaran umum dan wilayah studi, pengolahan dan analisa data, penyusunan pola pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Asahan serta kesimpulan dan rekomendasi. Atas segala arahan dan bantuan dari berbagai pihak terkait demi kelancaran pembuatan laporan ini diucapkan terima kasih. Demikian Laporan Akhir disampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk melaksanakan program selanjutnya. Bandung, Desember 2006 PT. JASAPATRIA GUNATAMA, (Ir. Rini Kosasih) Direktur

Toba asahan 1297764423

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

i PT. JASAPATRIA GUNATAMA

KATA PENGANTAR

Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan sesuai Surat Perjanjian Kontrak antara Satuan Kerja Perencanaan Pemrograman dan Penganggaran Bidang Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum dengan PT. JASAPATRIA GUNATAMA dengan Nomor : KU.08.08/PPK/Ap/61/2006, Tanggal 13 Juni 2006, maka dapat disusun Laporan Akhir. Dalam laporan ini berisikan uraian pendahuluan, pendekatan dan metodologi, gambaran umum dan wilayah studi, pengolahan dan analisa data, penyusunan pola pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Asahan serta kesimpulan dan rekomendasi. Atas segala arahan dan bantuan dari berbagai pihak terkait demi kelancaran pembuatan laporan ini diucapkan terima kasih. Demikian Laporan Akhir disampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk melaksanakan program selanjutnya.

Bandung, Desember 2006 PT. JASAPATRIA GUNATAMA,

(Ir. Rini Kosasih) Direktur

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

ii PT. JASAPATRIA GUNATAMA

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR PUSTAKA xv BAB-I PENDAHULUAN 1 – 1 1.1. Latar Belakang 1 – 1 1.1.1. Wilayah Studi 1 – 4 1.1.2. Permasalahan Umum 1 – 4 1.2. Maksud Dan Tujuan 1 – 5 1.2.1. Maksud 1 – 5 1.2.2. Tujuan 1 – 5 1.3. Sasaran 1 – 6 1.4. Data Umum Pekerjaan 1 – 6 1.5. Lingkup Jasa Pelayanan 1 – 6 1.6. Jangka Waktu Pelaksanaan 1 – 8 1.7. Pelaporan 1 – 9 BAB-II PENDEKATAN DAN METODOLOGI 2 – 1 2.1. Pendekatan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan 2 – 1 2.2. Pendekatan Dan Metodologi 2 – 8 2.2.1. Kerangka Analisis Dalam Penyusunan Pola

Pengelolaan SDA 2 – 8

2.2.2. Metode Analisis Penyusunan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai

2 – 10

2.2.2.1. Pengkajian Data 2 – 10 2.2.2.2. Indentifikasi dan Upaya Strategis 2 – 14 2.2.3. Pertemuan Konsultasi Masyarakat 2 – 14 2.3. Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan SDA Wilayah

Sungai Asahan 2 – 15

2.4. Legalisasi 2 – 16 BAB-III GAMBARAN UMUM DAN WILAYAH STUDI 3 – 1 3.1. Strategi, Arah Kebijakan Dan Program Pembangunan

SDA dan Irigasi Provinsi Sumut 3 – 1

3.2. Aspek Tata Ruang 3 – 3 3.2.1. Gambaran Umum Tata Ruang Provinsi Sumatera

Utara 3 – 3

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

iii PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.2.1.1. Letak Geografis 3 – 3 3.2.1.2. Kondisi Topografi 3 – 5 3.2.1.3. Iklim 3 – 5 3.2.1.4. Geologi 3 – 5 3.2.1.5. Hidrologi 3 – 8 3.2.1.6. Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Hidup 3 – 11

3.2.1.7. Pemanfaatan Ruang 3 – 17 3.2.1.8. Penggunaan Lahan di WS Asahan 3 – 21 3.3. Aspek Sosial Ekonomi 3 – 27 3.3.1. Batas Administrasi Wilayah Studi 3 – 27 3.3.2. Kependudukan 3 – 28 3.3.3. Mata Pencaharian dan Pendapatan Penduduk 3 – 32 3.3.4. Sektor Pertanian 3 – 33 3.3.4.1. Sub Sektor Tanaman Pangan 3 – 34 3.3.4.2. Sub Sektor Perkebunan 3 – 36 3.3.4.3. Sub Sektor Perikanan 3 – 39 3.3.4.4. Sub Sektor Peternakan 3 – 39 3.3.4.5. Sub Sektor Kehutanan 3 – 41 3.3.5. Sektor Energi dan Air Bersih 3 – 43 3.3.5.1. Sub Sektor Listrik 3 – 43 3.3.5.2. Sub Sektor Air Bersih 3 – 44 3.3.6. Sektor Pariwisata 3 – 45 3.3.7. Sektor Industri Pengolahan 3 – 47 3.3.8. Sektor Pertambangan dan Penggalian 3 – 50 3.3.9. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Studi 3 – 50 3.3.9.1. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumut

2002 - 2004 3 – 50

3.4. Aspek Hidrologi 3 – 53 3.4.1. Analisis Curah Hujan, Iklim dan Debit 3 – 53 3.4.2. Analisis Kalibrasi ,Verifikasi dan Perhitungan Debit

Runoff 3 – 64

3.5. Aspek Kualitas Air 3 – 68 3.6. Aspek Konservasi 3 – 73 3.6.1. Keterkaitan Sub Ekosistem Hulu dan Hilir DTA

Danau Toba - WS Asahan 3 – 73

3.6.2. Kondisi Biofisik Wilayah DAS Asahan - Toba 3 – 75 3.6.2.1. Jenis Tanah 3 – 75 3.6.2.2. Curah Hujan dan Erosi Tanah 3 – 80 3.6.2.3. Kemiringan Lereng 3 – 81 3.6.2.4. Penutupan Lahan 3 – 82 3.7. Aspek Pengembangan Sumber Daya Air 3 – 92 3.7.1. Sistem Tata Air 3 – 92 3.7.2. Infrastruktur yang ada (kondisi eksisting) 3 – 92

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

iv PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.7.3. Kebutuhan Air 3 – 92 3.7.4. Rencana Infrastruktur Masa Mendatang 3 – 94 3.7.5. Perhitungan Data Time Series Masukan DSS-

Ribasim 3 – 94

BAB-IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4 – 1 4.1. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air 4 – 1 4.1.1. Visi dan Misi Pengelolaan SDA 4 – 3 4.2. Analisis Arahan Tata Ruang 4 – 5 4.2.1. Aspek Tata Ruang Pada WS Asahan 4 – 5 4.2.1.1. Letak WS Asahan Secara Regional 4 – 6 4.2.1.2. Kawasan Andalan di WS Asahan 4 – 8 4.2.1.3. Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah

Sungai Asahan 4 – 11

4.2.1.4. Permasalahan Lingkungan di WS Asahan 4 – 15 4.2.1.5. Arahan Pemanfaatan Ruang di Wilayah

Sungai Asahan 4 – 19

4.2.1.6. Arahan Struktur Penataan Ruang di WS Asahan / Kawasan Danau Toba

4 – 27

4.3. Analisis Aspek Sosial Ekonomi 4 – 29 4.3.1. Proyeksi Penduduk 4 – 29 4.3.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Studi 4 – 36 4.3.3. Proyeksi Sektor Pertanian WS Asahan 4 – 40 4.3.3.1. Proyeksi Kebutuhan Pangan 4 – 40 4.3.3.2. Proyeksi Produksi Pangan 4 – 41 4.3.3.3. Proyeksi Neraca Pangan 4 – 43 4.3.3.4. Proyeksi Lahan Sawah 4 – 48 4.3.3.5. Proyeksi Populasi Ternak 4 – 49 4.3.4. Proyeksi Sektor Energi dan Air Bersih 4 – 52 4.3.4.1. Sub Sektor Energi 4 – 52 4.3.4.2. Sub Sektor Air Bersih 4 – 56 4.3.5. Proyeksi Sektor Parwisata 4 – 57 4.4. Analisis Aspek Hidrologi 4 – 60 4.4.1. Ketersediaan Air Wilayah Sungai Asahan 4 – 60 4.4.2. Perhitungan Debit Banjir Rencana Sub DAS 4 – 60 4.4.2.1. Hujan Rencana 4 – 61 4.4.2.2. Debit Banjir Rencana 4 – 61 4.5. Analisis Kebutuhan Air Bersih dan Kualitas Air Sungai 4 – 71 4.5.1. Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan dan

Industri (RKI) 4 – 71

4.5.1.1. Analisis RKI di DAS Asahan 4 – 71 4.5.1.2. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Rumah

Tangga dan Industri (RKI) 4 – 79

4.5.2. Kualitas Air DAS Asahan 4 – 84

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

v PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.5.2.1. Kualitas Air Kawasan Danau Toba 4 – 84 4.5.2.2. Kualitas Air Sungai yg Masuk ke Danau

Toba 4 – 92

4.6. Analisis Aspek Konservasi 4 – 94 4.6.1. Erosi dan Sedimentasi 4 – 94 4.6.1.1. Erosi dan Sedimentasi Ekosistem Bagian

Hulu 4 – 96

4.6.1.2. Erosi dan Sedimentasi Ekosistem Bagian Hilir

4 – 116

4.6.2. Strategi Konservasi 4 – 130 4.6.2.1. Pola Konservasi 4 – 130 4.7. Analisis Aspek Pengembangan Sumber Daya Air 4 – 164 4.7.1. Upaya-upaya Pengembangan Sumber Daya air 4 – 168 4.7.1.1. Upaya Peningkatan Pola Operasi

Danau Toba untuk PLTA 4 – 168

4.7.1.2. Upaya Pengembangan Rencana Bendungan

4 – 171

4.8. Analisis Pengendalian Banjir 4 – 171 BAB-V PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SDA WS ASAHAN 5 – 1 5.1. Konsepsi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Asahan 5 – 1 5.1.1. Konservasi SDA 5 – 1 5.1.2. Perlindungan dan Pelestarian SDA 5 – 2 5.1.3. Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian

Pencemaran Air 5 – 3

5.1.4. Pendayagunaan SDA 5 – 3 5.1.4.1. Penatagunaan 5 – 5 5.1.4.2. Penyediaan 5 – 5 5.1.4.3. Penggunaan 5 – 5 5.1.4.4. Pengembangan 5 – 5 5.1.4.5. Pengusahaan 5 – 5 5.1.5. Pengendalian Daya Rusak AIr 5 – 5 5.1.5.1. Pencegahan Daya Rusak Air 5 – 6 5.1.5.2. Penanggulangan Daya Rusak Air 5 – 7 5.1.5.3. Pemulihan Daya Rusak Air 5 – 7 5.1.6. Peran Serta Masyarakat 5 – 7 5.1.7. Sistem Informasi SDA 5 – 8 5.2. Strategi Pengelolaan SDA 5 – 9 5.2.1. Strategi Jangka Pendek (2006 – 2010) 5 – 9 5.2.2. Strategi Jangka Menengah (2011 – 2020) 5 – 12 5.2.3. Strategi Jangka Panjang (2021 – 2030) 5 – 15 5.3. Konsep Rancangan Pola Pengelolaan SDA WS Asahan 5 – 18

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

vi PT. JASAPATRIA GUNATAMA

BAB-VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6 – 1 6.1. Kesimpulan 6 – 1 6.1.1. Aspek Tata Ruang 6 – 1 6.1.2. Aspek Sosial Ekonomi 6 – 2 6.1.3. Aspek Konservasi 6 – 2 6.1.4. Aspek Kualitas Air 6 – 3 6.1.5. Aspek Pengembangan SDA 6 – 4 . 6.1.6. Aspek Pengendalian Banjir 6 – 5 6.2. Rekomendasi 6 – 6 6.3. Penutup 6 – 11

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

vii PT. JASAPATRIA GUNATAMA

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Sumatera Utara 3 – 8 3.2. Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Provinsi SUMUT 3 – 13 3.3. Potensi Kawasan Lindung dan Budidaya Hutan di

Provinsi SUMUT 3 – 15

3.4. Penggunaan Lahan di Prov. SUMUT Tahun 2002 3 – 19 3.5. Pemanfaatan Lahan Setiap Sub Basin WS Asahan 3 – 21 3.6. Luas Wilayah DAS Asahan Per Kabupaten 3 – 27 3.7. Laju Pertumbuhan Penduduk di WS Asahan 3 – 29 3.8. Jumlah Penduduk di WS Asahan Periode Tahun 2004 3 – 29 3.9. Kepadatan dan Penyebaran Penduduk di DAS

Asahan 3 – 31

3.10. Prosentase Penduduk Berumur 10 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di WS Asahan Tahun 2004

3 – 33

3.11. Produksi Tanaman Palawija di WS Asahan Tahun 2004

3 – 34

3.12. Produksi Tanaman Padi di WS Asahan Tahun 2004 3 – 35 3.13. Perkembangan Produksi Padi Sawah di WS Asahan

Tahun 2001 – 2004 3 – 35

3.14. Perkembangan Produksi Padi Ladang di WS Asahan Tahun 2001 – 2004

3 – 35

3.15. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat di WS Asahan Tahun 2004

3 – 36

3.16. Produksi Tanaman Perkebunan PTPN / Swasta di WS Asahan Tahun 2004

3 – 38

3.17. Data Sub Sektor Perikanan Darat di WS Asahan Tahun 2004

3 – 39

3.18. Data Produksi Daging Ternak di WS Asahan Tahun 2004

3 – 40

3.19. Data Produksi Daging Unggas di WS Asahan Tahun 2004

3 – 40

3.20. Data Populasi Ternak di WS Asahan Tahun 2004 3 – 40 3.21. Data Populasi Unggas di WS Asahan Tahun 2004 3 – 41 3.22. Tata Guna Lahan Hutan di WS Asahan Tahun

2004 3 – 42

3.23. Data Sub Sektor Listrik di Wilayah Sungai Asahan Tahun 2004

3 – 43

3.24. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan

3 – 43

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

viii PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.25. Jumlah Produksi dan Pelanggan Air Bersih Tahun 2004 di WS Asahan

3 – 44

3.26. Perkembangan Pelanggan Air Bersih di WS Asahan Tahun 2004

3 – 45

3.27. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air minum

3 – 45

3.28. Perkembangan Jumlah Hotel dan Akomodasi lainnya di WS Asahan Periode Tahun 2000 – 2004

3 – 46

3.29. Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Kelas di WS Asahan Periode Tahun 2004

3 – 47

3.30. Perkembangan Jumlah Industri Besar dan Sedang Periode Tahun 2002 – 2004

3 – 49

3.31. Jumlah Industri Kecil di WS Asahan Tahun 2004 3 – 49 3.32. Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun

2002- 2004 Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah) 3 – 50

3.33. Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002- 2004 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 (Milyar Rupiah)

3 – 51

3.34. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002- 2004

3 – 51

3.35. Perkembangan PDRB Kabupaten/Kota di WS Asahan

3 – 52

3.36. Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten /Kota di WS Asahan

3 – 52

3.37. Daftar Pos Duga Air 3 – 64 3.38. Kualitas Air S.Asahan di Porsea 3 – 69 3.39. Kualitas Air S.Asahan di Siruar 3 – 69 3.40. Kualitas Air S.Asahan di Tangga 3 – 70 3.41. Kualitas Air S.Asahan di Tanjung Balai 3 – 71 3.42. Luas Ekosistem Bagian Hulu dan Hilir 3 – 75 3.43. Penyebaran Jenis Tanah 3 – 76 3.44. Kemiringan Lereng Ekosistem Hulu dan Hilir 3 – 81 3.45. Luas Kawasan Hutan Relevan Dengan DTA Danau

Toba Asahan 3 – 82

3.46. Lahan Kritis Ekosistem Hulu (DTA Danau Toba) 3 – 85 3.47. Pembagian Kawasan Hutan Ekosistem Bagian Hilir 3 – 85 3.48. Lahan Kritis Pada Ekosistem Bagian Hilir 3 – 86 3.49. Kondisi Penutupan Lahan (kerapatan tajuk) Diluar

dan Didalam Kawasan Hutan 3 – 87

3.50. Kegiatan GNRHL Tahun 2003 3 – 88 3.51. Kegiatan GNRHL Tahun 2004 3 – 88 3.52. Kegiatan RL Pada Areal Model Das Mikro (MDM) 3 – 89 3.53. Pembuatan Areal Model Hutan Rakyat dan UP–

Persuteraan Alam 3 – 89

3.54. Kegiatan RHL Tahun 2005 3 – 90 3.55. Biaya Operasi Konservasi tahun (2001- 2005) DTA

Danau Toba 3 – 91

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

ix PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.56. Kebutuhan Air Rumah-Tangga, Perkotaan dan Industri (m3/s)

3 – 93

3.57. Hasil Simulasi Untuk Berbagai Target Outflow 3 – 93

4.1. Rencana Penggunaan Lahan Di Kawasan WS Asahan

4 – 27

4.2. Proyeksi Penduduk di WS Asahan Periode 2006 – 2030

4 – 30

4.3. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 1991 – 2003

4 – 36

4.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2004

4 – 38

4.5. Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi 4 – 38 4.6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 4 – 39 4.7. Proyeksi Kebutuhan Padi di WS Asahan Tahun 2006 –

2030 4 – 40

4.8. Resume Proyeksi Kebutuhan Pangan di WS Asahan Tahun 2006 – 2030

4 – 40

4.9. Proyeksi Produksi Pangan di WS Asahan 2005 – 2030 4 – 41 4.10. Proyeksi Neraca Pangan Padi, Jagung dan Ubi

Kayu di WS Asahan 2006 – 2030 4 – 44

4.11. Proyeksi Neraca Pangan Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kacang Kedelai di WS Asahan 2006 – 2030

4 – 46

4.12. Proyeksi Luas Panen Tanaman Padi Berdasarkan Perkembangan Produksi Tahun 2006-2030

4 – 48

4.13. Proyeksi Jumlah Populasi Ternak Unggas Tahun 2006 – 2030

4 – 51

4.14. Proyeksi Listrik 4 – 53 4.15. Proyeksi Pelanggan Listrik 4 – 54 4.16. Proyeksi Pelanggan Air Minum Tahun 2006-2030 4 – 56 4.17. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Tahun 2006 – 2030 4 – 57 4.18. Proyeksi Jumlah Wisatawan ke Kawasan Danau

Toba Tahun 2006- 2030 4 – 57

4.19. Proyeksi Jumlah Akomodasi/Hotel di Kawasan Danau Toba Tahun 2006 – 2030

4 – 58

4.20 Proyeksi Jumlah Akomodasi/Hotel di Kawasan Danau Toba Tahun 2006 – 2030

4 – 59

4.21. Klasifikasi Hotel di WS Asahan 4 – 59 4.22. Perhitungan Ketersediaan Air 4 – 60 4.23. Curah Hujan Rencana Wilayah Sungai Asahan 4 – 62 4.24. Hidrograf Banjir Rencana Sub DAS 4 – 65 4.25. Wilayah Administratif DAS Asahan 4 – 71 4.26. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per

Hari Menurut Kategori Kota 4 – 72

4.27.

Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per Hari di DAS Asahan berdasarkan Tahap Perencanaan

4 – 73

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

x PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.28. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri Berdasarkan Tahapan Perencanaan di DAS Asahan

4 – 76

4.29. Prediksi Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga- Perkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2006 sampai Tahun 2030

4 – 77

4.30. Prediksi Jumlah Penduduk DAS Asahan Tahun 2006 sampai Tahun 2030

4 – 78

4.31. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2006

4 – 80

4.32. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan, Tahun 2011

4 – 81

4.33. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2021

4 – 82

4.34. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan, Tahun 2030

4 – 83

4.35. Kualitas Air Sungai Yang Masuk ke Danau Toba 4 – 93 4.36. Sungai–Sungai di DTA D. Toba yang mengalir ke

Danau Toba 4 – 95

4.37. Erosi Aktual Masing-Masing Sub Basin WS DTA. D. Toba

4 – 97

4.38. Hubungan Kemiringan Lereng (Slope) Dengan Kelas Tingkat Bahaya Erosi Beserta Luasnya di DTA Danau Toba

4 – 101

4.39. Ringkasan Hasil Penelitian Dampak Konservasi Terhadap Erosi di DTA Danau Toba

4 – 102

4.40. Hasil Prediksi Erosi Tahunan Masing-Masing Sub Basin Asahan Toba

4 – 103

4.41. Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn ) Serta Bobotnya DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030

4 – 104

4.42. Hasil Prediksi Total Erosi (ton/ Km 2) Setiap Sub Basin DTA D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030

4 – 106

4.43. Nilai SDS Menurut Luas Sungai/Sub DAS Yang Masuk ke Danau Toba

4 – 110

4.44. Hasil Prediksi Sedimen (ton/ha/tahun) Masing-Masing Sungai / Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030

4 – 112

4.45. Hasil Prediksi Sedimen Tahunan (sediment yield) Masing-masing Sungai/Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030

4 – 114

4.46. Luas dan Jumlah Land Unit Ekosistem hilir 4 – 117 4.47. Nilai Erosi Aktual per Sub DAS Dirinci Menurut Unit

Ekosistem Hilir 4 – 118

4.48. Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn) Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Bagian Hilir

4 – 121

4.49. Hasil Prediksi Erosi Rata-rata (ton/ha/thn) dan Bobotnya Menurut SUB DAS Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Hilir

4 – 123

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

xi PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.50. Hasil Sedimen Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015, 2030

4 – 126

4.51. Hasil Prediksi Tahunan (Sediment Yield) Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Bagian Hilir

4 – 128

4.52. Kriteria Penetapan Pengembangan Pola Konservasi WS Asahan

4 – 133

4.53. Tingkat Kekritisan Lahan Didalam Kawasan Hutan Yang Termasuk DTA. D.Toba Sebagai Ekosistem Hulu WS Asahan

4 – 137

4.54. Pola Konservasi Lahan Kritis Didalam Kawasan Hutan DTA. D. Toba

4 – 139

4.55. Kondisi Lahan Kritis Diluar Kawasan Hutan Milik Negara Namun Termasuk DTA. D.Toba sebagai Ekosistem Hulu WS Asahan

4 – 142

4.56. Pola Konservasi Lahan Kritis Diluar Kawasan Hutan dan Fungsinya Penting Dalam Pelestarian DTA. D. Toba

4 – 144

4.57. Pola Konservasi Dengan Pendekatan Vegetatif pada Sungai Yang Mengalir ke Danau Toba Sebagai Ekosistem Bagian Hilir WS Asahan

4 – 148

4.58. Pola Konservasi Pendekatan Vegetatif sekitar Danau Waduk

4 – 151

4.59. Data Potensi dan Penyebaran Hutan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara

4 – 152

4.60. Sebaran Lahan Kritis Didalam Kawasan Hutan WS Asahan Bagian Hilir

4 – 157

4.61. Pola Konservasi Lahan Kritis Didalam Kawasan Hutan Ekosistem Hilir WS Asahan

4 – 158

4.62. Sebaran Lahan Kritis Diluar Kawasan Hutan WS Asahan Bagian Hilir

4 – 160

4.63. Pola Konservasi Lahan Kritis Diluar Kawasan Hutan WS Bagian Hilir

4 – 161

4.64. Pola Konservasi Sempadan Sungai Asahan, Silau dan Piasa

4 – 163

4.65. Pola Konservasi Kawasan Hutan Damtolu 4 – 164 4.66. Hasil Simulasi Untuk Berbagai Target Outflow 4 – 168

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

xii PT. JASAPATRIA GUNATAMA

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Wilayah Sungai Asahan 1 – 4 2.1. Pendekatan Dengan Menggunakan Sinergi antara

Prinsip, Metodologi dan Kegiatan (SPMA) 2 – 2

2.2. Bagan Alir Pelaksanaan 2 – 5 2.3. Kerangka Analisis Penyusunan Pola Pengelolaan

Sumber Daya Air 2 – 9

2.4. Skema DSS RIBASIM 2 – 12 2.5. DSS untuk Perencanaan SDA Wilayah Sungai 2 – 13 2.6. Proses Legalisasi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

wilayah Sungai Asahan, Provinsi Sumatera Utara 2 – 16

3.1. Peta Administrasi Provinsi Sumatera Utara 3 – 4 3.2. Peta Karakteristik Fisik Provinsi Sumatera Utara 3 – 7 3.3. Peta SWS Provinsi Sumatera Utara 3 – 10 3.4. Peta RTRW Sumatera Utara 2003 - 2018 3 – 14 3.5. Peta Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya

Hutan 3 – 16

3.6. Peta Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Utara 3 – 20 3.7. Peta Pemanfaatan Lahan di WS Asahan 3 – 26 3.8. Lokasi Pos Hidroklimatologi 3 – 56 3.9. Bar-chart Ketersediaan Data Hujan 3 – 57 3.10. Plotting Time-Series Secara Bersama 3 – 58 3.11. Kurva Massa Ganda Pos Aek Loba 3 – 58 3.12. Kurva Massa Ganda Pos Bandar Pulau 3 – 59 3.13. Kurva Massa Ganda Pos Balige 3 – 59 3.14. Kurva Massa Ganda Pos Dolok Sanggul 3 – 60 3.15. Kurva Massa Ganda Pos Luala Piasa 3 – 60 3.16. Kurva Massa Ganda Pos Pulau Raja 3 – 61 3.17. Kurva Massa Ganda Pos Pangururan 3 – 61 3.18. Kurva Massa Ganda Pos Parapat 3 – 62 3.19. Kalibrasi Rainfall-Runoff Sacramento pada Sungai

Silau di Kisaran Naga 3 – 65

3.20. Verifikasi Model Hujan Aliran di Asahan – Pulau Raja 3 – 66 3.21. Model Hujan – Aliran dan Debit Sintetis 3 – 66 3.22. Water District di WS Asahan 3 – 92 4.1. SWS Asahan Dalam Konstelasi Regional 4 – 7 4.2. Kawasan Andalan di SWS Asahan 4 – 11 4.3. Konflik Pemanfaatan Lahan di SWS Asahan 4 – 13 4.4. Permasalahan Lingkungan di SWS Asahan 4 – 19 4.5. Peta Rencana Penggunaan Lahan WS Asahan 4 – 26

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

xiii PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.6. Populasi dan Proyeksi Ternak Sapi Di WS Asahan 4 – 49 4.7. Populasi dan Proyeksi Ternak Kerbau Di WS Asahan 4 – 50 4.8. Populasi dan Proyeksi Ternak Kambing Di WS

Asahan 4 – 50

4.9. Populasi dan Proyeksi Ternak Babi Di WS Asahan 4 – 51 4.10. Proyeksi Ternak Unggas di WS Asahan 4 – 52 4.11. Proyeksi Ternak Unggas Itik Manila di WS Asahan 4 – 52 4.12. Proyeksi Listrik di Kota Tanjung Balai 4 – 54 4.13. Proyeksi Listrik di Kabupaten Asahan 4 – 54 4.14. Proyeksi Listrik di Kabupaten Toba Samosir 4 – 55 4.15. Proyeksi Listirk di Cabang PLN Rantau Prapat 4 – 55 4.16. Proyeksi Listirk di Cabang PLN Lubuk Pakam 4 – 55 4.17. Hidrograf Banjir Rencana Sub DAS 4 – 68 4.18. Stratifikasi Air Pada Danau 4 – 86 4.19. Stratifikasi Danau Toba - Balige 4 – 86 4.20 Stratifikasi Danau Toba – Parapat 4 – 87 4.21. Stratifikasi Danau Toba - Haronggol 4 – 88 4.22. Peta Erosi Prediksi Tahun 2006, 2010, 2015 dan 2030 4 – 108 4.23. Kerangka Penyusunan Pola Konservasi 4 – 131 4.24. Skematisasi Sistem Tata Air WS Asahan 4 – 165 4.25. Debit Rata-rata WS Asahan 4 – 166 4.26. Debit Minimum WS Asahan 4 – 167 4.27. Muka Air danau untuk berbagai target Outflow 4 – 169 4.28. Muka Air Danau Toba Untuk Outflow 75 m3/s 4 – 169 4.29. Muka Air Danau Toba Untuk Outflow 80 m3/s 4 – 170 4.30. Muka Air Danau Toba Untuk Outflow 90 m3/s 4 – 170 4.31. Muka Air Danau Toba untuk Outflow 100 m3/s 4 – 171 4.32. Pengendalian Banjir Eksisting 4 – 174

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

xiv PT. JASAPATRIA GUNATAMA

DAFTAR TABEL LAMPIRAN Lampiran

L – 1 Sebaran Luas Hutan Lindung di Sekitar Kawasan DTA. D. Toba L – 2 Bobot Erosi Pada 26 Sungai Yang Mengalir ke D.Toba, Dirinci per

Kecamatan Pada Ekosistem Hulu L – 3 Kondis Penutupan Lahan Dari 26 Sungai Yang Mengalir ke DTA

D. Toba Sebagai Ekosistem Hulu WS Asahan

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

xv PT. JASAPATRIA GUNATAMA

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Referensi

1) Arsyad, S, 2000, Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Institut Pertanian Bogor.

2) Asdak, Chay, 2002a, Perspektif Baru Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai: Menuju Solidaritas Daerah Hulu-Hilir, Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran.

3) Asdak, Chay, 2002b, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (edisi revisi), Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

4) BP-DAS Asahan-Barumun, 2005, Data Spasial Lahan Kritis Wilayah BPDAS Asahan Barumun (Buku I).

5) BP-DAS Asahan-Barumun, 1988, Rencana Teknik Lapangan – Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah-Sub DAS Asahan (DTA. D. Toba).

6) BP-DAS Asahan-Barumun, 2003, Review Rencana Teknik Lapangan – Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah-Sub DAS Asahan (DTA. D. Toba).

7) BP-DAS Asahan-Barumun, 2005, Keadaan Umum Danau Toba. 8) Dinas Kehutanan Provinsi Sumut, 2005. Propil Kehutanan Sumut. 9) Dinas Kehutanan Provinsi Sumut, 2005. Sebaran Hutan Lindung Sekitar

Kawasan D. Toba. 10) Dinas Kehutanan Kabupaten Tobasa, 2005. Rencana Rehabilitasi Kawasan

Tahun 2006. 11) Dinas Kehutanan Kabupaten Humbang Hasundutan, 2005. Propil

Kabupaten Humbang Hasundutan 2006. 12) Departemen Kimpraswilnas Kimpraswil, 2005. Bantuan Teknis Penyusunan

RTR Kawasan D. Toba dan Sekitarnya-Provinsi Sumatera Utara Litbang Kehutanan Pematang Siantar, 2005. Proceeding Hasil-hasil Penelitian.

13) Landon, J.R, 1984. Tropical Soil Manual.London England. 14) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2004,

Teknologi Konservasi Tanah Pada Lahan Kering Berlereng. Litbang Pertanian Deptan.

15) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990, Pemantapan Konservasi Tanah dan Evaluasi Tingkat Erosi, Proyek Penyelamatan Hutan Tanah dan Air. Litbang Pertanian Deptan.

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

xvi PT. JASAPATRIA GUNATAMA

16) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990, Proceeding Expose Hasil Survei dan Pemetaan Tanah Dalam Rangka Penunjang Perencanaan Daerah Provinsi Riau. Litbang Pertanian Deptan.

17) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990, Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Solok Sumatera. Litbang Pertanian Deptan.

18) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990, Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Rengat Sumatera. Litbang Pertanian Deptan.

19) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990, Proceeding Expose Hasil Survei dan Pemetaan Tanah Dalam Rangka Penunjang Perencanaan Daerah Provinsi Riau. Litbang Pertanian Deptan.

20) Provinsi Sumatera Utara, 2003, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara nomor: 7 tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2018.

21) Purba, H, 1985, Potensi Keindahan Alam untuk Tujuan Pariwisata Akan Membantu Upaya Pelestarian Danau Toba, Balitbang Kehutanan Dephut.

22) Pusat Penyuluhan Kehutanan, 1999. Informasi Teknis Rehabilitasi dan Konservasi Tanah, 1999. Dephut – Jakarta.

23) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara, 2004, Studi/Kajian Pengalokasian Dana Annual Fee Akibat Pemekaran Kabupaten/Kota di Kawasan DTA Danau Toba, Medan : Laporan Akhir Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara dengan Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

24) Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 1997, Survey dan Pemetaan Sumber Daya Air Pada Daerah Aliran Sungai Toba dan Asahan, Institut Teknologi Bandung. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM-ITB).

25) Nana Terangna, Ratna Hidayat, dkk,2003 “ Pengelolaan Kualitas Air Danau Toba”, Prosiding Kolokium Puslitbang SDA, Bandung , ISBN 979-3197-27-7.

26) Anonimous, 2000, Penelitian Gangguan Ekosistem Wilayah Danau Toba dalam rangka Pengelolaan Lingkungan, Laporan Akhir kerjasama BAPPEDALDA Provinsi Sumatera Utara dengan Fakultas Geografi Universitas Gajahmada.

27) Anonimous, 2001, Pengkajian Teknis Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Danau Toba, Laporan Akhir

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

xvii PT. JASAPATRIA GUNATAMA

kerjasama BAPPEDALDA Provinsi Sumatera Utara dengan Institut Teknologi Bandung.

28) Anonimous, 2000, Prosiding Hasil-hasil Penelition, Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar, Balitbang Kehutanan dan Perkebunan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Medan.

29) Anonimous, 1990, Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor I tahun 1990 dan Petunjuk Pelaksanaan tentang Penataan Kawasan Donau Toba, Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara , Medan.

30) Bungaran Saragih and Satyawan Sunito, 2001, Lake Toba : Need for an Integrated Management System, Lakes & Reservoir ; Research and Management 2001, ILEC, Japan.

31) Jorgensen, S.E and Matsui, S., 1997, Guidelines of Lake Management, The World’s Lake in Crisis, Volume 8, International Lake Environment Committee Foundation, Japan.

32) Jorgensen, S.E and Vollenweider, R.A., 1988, Guidelines of Lake Management, Principles of Lake Management, Volume 1, International Lake Environment Committee Foundation, Japan.

33) Lehmusluoto, P. et. all, 1995, National Inventory of The major Lakes and Reservoirs in Indonesia, Painatuskeskus Oy, Helsinki.

34) Puslitbang Pengairan, 1993, Laporan Penelitian Pengelolaan Kualitas Air Sungai Asahan, Proyek Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Keairan.

35) Straskraba, M and Tundisi, J.G., 1999, Guidelines of Lake Management, Reservoir Water Quality Management, Volume 9, International Lake Environment Committee Foundation, Japan.

2. Dokumen Peraturan Perundang-undangan

1) Undang-undang Dasar 1945 2) Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Perubahan Peraturan

Pembentukan Provinsi Sumatera Utara. 3) Undang-undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. 4) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman 5) Undang-undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

xviii PT. JASAPATRIA GUNATAMA

6) Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, juncto, Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 41 Tentang Kehutanan

7) Undang-undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. 8) Undang-undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 9) Undang-undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah. 10) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 11) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. 12) Undang–undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 13) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Daerah. 14) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan. 15) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air. 16) Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan Dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Pengawasan Kawasan Hutan.

17) Keputusan Presiden RI No. 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Kebijaksanaan Pendayagunaan Sungai dan Pemeliharaan Kelestarian Daerah Aliran Sungai.

18) Keputusan Presiden RI No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional.

19) PP No. 6, tahun 1981, tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi dan Pemeliharaan Prasarana Pengairan

20) PP No. 22, Tahun 1982, tentang Tata Pengaturan Air 21) PP No. 23, Tahun 1982, tentang Irigasi 22) PP No. 20, Tahun 1990, tentang Pengendalian Pencemaran Air. 23) PP No. 35, Tahun 1991, tentang Sungai. 24) PP No. 27, Tahun 1991, tentang Rawa 25) Permen PU No. 39/PRT/1990, tentang Pembagian Wilayah Sungai. 26) Permen PU No. 45/PRT/1990, tentang Pengendalian mutu air pada sumber-

sumber air. 27) Permen PU No. 48/PRT/1990, tentang Pengelolaan atas air dan/atau

sumber air pada wilayah sungai.

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

xix PT. JASAPATRIA GUNATAMA

28) Permen. PU No. 49/PRT/1990, tentang Tata cara dan Persyaratan Izin Penggunaan Air dan/atau Sumber Air.

29) Permen PU No. 63/PRT/1993, tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.

30) Permen. PU No. 64/PRT/1993, tentang Reklamasi Rawa. 31) Peraturan Pemerintah N0. 81 Tahun 2000 tentang Kenavigasian. 32) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 33) Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 2002 tentang Perubahan atas

Keputusan Presiden Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

34) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 1990 tentang Kawasan Danau.

35) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 1994, tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

36) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003, tentang Rencana Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara.

3. Dokumen Lainnya :

1) Manual Mutu Direktorat Jenderal Pengairan 2) Dokumen Direktur Jenderal Pengairan No. 71/KPTS/A/1985, tentang

Pedoman Studi Pengairan, sebagai berikut : PSA-001 : Pedoman Studi Proyek Pengairan PSA-002 : Pedoman Pengelolaan Pengumpulan Data Hidrologi PSA-003 : Pedoman Perkiraan Tersedianya air PSA-004 : Pedoman untuk Disain Banjir di Jawa dan Sumatera PSA-005 : Pedoman Perkiraan Banjir Untuk Perencanaan PSA-006 : Pedoman Pencatatan Banjir Maksimum di Indonesia PSA-008 : Pedoman Penilaian Lahan dalam Studi Proyek Pengairan PSA-009 : Pedoman Kebutuhan Air untuk Tanaman Padi dan Tanaman

lainnya. PSA-011 : Penilaian Kondisi Air Tanah untuk Proyek Pengairan.

3) Pedoman BWRMP (Basin Water Resources Management Plan) 4) Manual Hymos, Ribasim, Sobek, GIS, Flood Control, Urban Drainage 5) BAPEDALDA Provinsi Sumatera Utara, Pengukuran Kualitas Air Sungai

Asahan.

Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

xx PT. JASAPATRIA GUNATAMA

6) BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara, RTRW Provinsi dan Kabupaten. 7) PUSAIR Departemen Pekerjaan Umum, Data Tahunan Kualitas Air, 1995 -

1999. 8) BAKOSURTANAL, Peta Rupa Bumi Digital Indonesia, Skala 1: 50.000, 2001.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

11 -- 11 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

BBAABB –– II PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan sumber daya air berbagai keperluan disatu pihak terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagai dampak pertumbuhan penduduk dan pengembangan aktivitasnya. Padahal dilain pihak ketersediaan sumber daya air semakin terbatas malahan cenderung semakin langka terutama akibat penurunan kualitas lingkungan dan penurunan kualitas air akibat pencemaran. Apabila hal seperti ini tidak diantisipasi, maka dikhawatirkan dapat menimbulkan ketegangan dan bahkan konflik akibat benturan kepentingan manakala permintaan (demand) tidak lagi seimbang dengan ketersediaan sumber daya air untuk pemenuhannnya (supply). Oleh karena itu perlu upaya secara proporsional dan seimbang antara pengembangan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya air baik dilihat dari aspek teknis maupun aspek legal. Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat diberbagai keperluan, diperlukan suatu perencanaan terpadu yang berbasis wilayah sungai guna menentukan langkah dan tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber daya air, melindungi/melestarikan serta meningkatkan nilai sumber daya air dan lahan. Mengingat pengelolaan sumber daya air merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan semua pihak baik sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, tidak dapat dihindari perlu upaya bersama untuk mulai

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

11 -- 22 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

mempergunakan pendekatan “one river, one plan, and one integrated management”. Keterpaduan dalam perencanaan, kebersamaan dalam pelaksanaan dan kepedulian dalam pengendalian sudah waktunya diwujudkan. Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai adalah merupakan suatu pendekatan yang holistik yang merangkum aspek kuantitas dan kualitas air. Perencanaan tersebut merumuskan dokumen inventarisasi sumber daya air wilayah sungai, identifikasi kebutuhan saat ini maupun di masa mendatang, pengguna air dan estimasi kebutuhan mereka baik pada saat ini maupun di masa mendatang, serta analisis upaya alternatif agar lebih baik dalam penggunaan sumber daya air. Termasuk didalamnya evaluasi dampak dari upaya alternatif terhadap kuantitas air, dan rekomendasi upaya yang akan menjadi dasar dan pedoman dalam pengelolaan wilayah sungai di masa mendatang. Sejalan dengan itu, Undang-Undang Nomor 7/2004 tentang Sumber Daya Air dimaksudkan untuk memfasilitasi strategi pengelolaan sumber daya air untuk wilayah sungai di seluruh tanah air untuk memenuhi kebutuhan, baik jangka menengah maupun jangka panjang secara berkelanjutan. Pada Pasal 1 ayat 8 UU Nomor 7/2004 menyebutkan bahwa: “Pola Pengelolaan Sumber Daya Air adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. Pada pasal 11 ayat 1 dan 2 UU no. 7 / 2004 menyebutkan bahwa : “Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan disusun pola pengelolaan sumber daya air. Pola pengelolaan sumber daya air ini disusun berdasarkan wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah”. Undang-undang tersebut (dan Peraturan Pemerintah yang terkait) mencerminkan arah pemikiran yang berkembang saat ini berkaitan dengan penataan ulang tanggung jawab dalam sektor sumber daya air. Undang-undang tersebut mengungkapkan sejumlah aspek dimana pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai dapat ditingkatkan lebih lanjut, antara lain dengan dimuatnya pasal pasal tentang perencanaan pengelolaan sumber daya air.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

11 -- 33 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Dengan terbitnya UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tersebut diatas, jelas bahwa tahapan pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) Wilayah Sungai adalah sebagai berikut :

(1). Sebelum dilakukan penyusunan Rencana Induk (MasterPlan) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai, terlebih dahulu perlu dilakukan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang berisi tentang : a). Tujuan umum pengelolaan SDA. b). Dasar-dasar pengelolaan SDA. c). Prioritas dan strategi dalam mencapai tujuan. d). Konsepsi kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan SDA. e). Rencana pengelolaan strategis.

(2). Sebagai tindak lanjut dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai tersebut, setelah disahkan oleh yang berwenang selanjutnya akan disusun Rencana Induk (Masterplan) Pengelolaan Sumber Daya Air yang merupakan perencanaan secara menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk menyelenggarakan pengelolaan SDA, dimana perencanaan tersebut disusun dengan berpedoman kepada pola pengelolaan SDA untuk wilayah sungai terkait.

(3). Kegiatan selanjutnya secara berurutan setelah penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai adalah : a). Studi Kelayakan (FS). b). Program Pengelolaan. c). Rencana Kegiatan. d). Rencana rinci. e). Pelaksanaan/konstruksi. f). Operasi dan Pemeliharaan.

Untuk hal tersebut diatas, pada tahun anggaran 2006, Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air bermaksud akan melaksanakan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Wilayah Sungai Asahan guna mewujudkan pemanfaatan dan pendayagunaan sumber air di wilayah sungai tersebut secara serasi dan optimal, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai dengan kebijakan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

11 -- 44 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

1.1.1. Wilayah Studi

Wilayah Studi secara administratif terletak di Provinsi Sumatera Utara seperti terlihat pada Gambar 1.1.

Sumber : Atlas Indonesia

Gambar 1.1 : Lokasi Satuan Wilayah Sungai Asahan 1.1.2. Permasalahan Umum

Dalam perkembangan yang terjadi beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan akan air untuk memenuhi berbagai keperluan semakin meningkat, sementara ketersediaan air semakin terbatas. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain: Maraknya penebangan hutan memberikan dampak yang buruk terhadap

ketersediaan sumber daya air dan lingkungan hutan sekitarnya; Pembangunan yang ada masih bersifat parsial dan belum terpadu serta

masih menitik beratkan kepada program pengembangan sektoral;

WS ASAHAN (01.12)

Sungai Asahan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

11 -- 55 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tuntutan kebutuhan akan pembangunan yang berwawasan kelestarian atas pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

Belum tersedianya perencanaan pengembangan sumber-sumber air yang menyeluruh dan terpadu yang mencakup aspek pemanfaatan, pengelolaan, pengendalian dan pelestarian.

Terjadinya bencana alam banjir pada daerah pantai dan permukiman. Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas diperlukan suatu upaya yang merupakan bagian dari konsep pengembangan sumber daya air wilayah sungai Asahan. Upaya tersebut adalah pelaksanaan kegiatan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan. 1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan untuk dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana Induk (Master Plan) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan. 1.2.2. Tujuan

Tujuan dari penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan, adalah untuk merumuskan pola pengelolaan suatu wilayah sungai termasuk menyusun dokumentasi sumber daya air wilayah sungai (air permukaan dan air tanah), menganalisis perimbangan ketersediaan dari kebutuhan air baik untuk saat ini maupun dimasa mendatang, dan mengidentifikasi program-program yang dapat menjadi acuan untuk penyusunan Rencana Induk pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dengan melibatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha. Pola Pengelolaan sumber daya air wilayah sungai berisi program komprehensif dan strategi pengembangan sumber daya air untuk jangka pendek dan jangka panjang. Didalam implementasinya, pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai tersebut nantinya harus disetujui oleh pemerintah setempat, karena perencanaan ini kelak diharapkan akan menjadi acuan semua pihak dan dapat menjadi bingkai/kerangka kerja sama antar daerah di dalam penatagunaan sumberdaya air termasuk di dalam perencanaan, pemanfaatan, pengusahaan, pengendalian

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

11 -- 66 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

dan pelestarian sumber daya air secara terencana, terarah, terpadu dan berkesinambungan sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan. 1.3. Sasaran

Memberikan arahan pengembangan pembangunan pada kawasan-kawasan yang berkaitan dengan sumber daya air.

Memberikan arahan pengembangan kawasan pembangunan antara lain kawasan budidaya, sistem pusat-pusat pemukiman, sistem sarana dan prasarana wilayah dan kawasan yang perlu diprioritaskan berkaitan dengan sumber daya air.

Memberikan arahan kebijaksanaan yang menyangkut tata guna tanah, tata guna air, tata guna sumber daya alam serta kebijakan penataan ruang wilayah yang direncanakan secara hati-hati dan bersinergi.

Menjamin kepentingan masa kini dan generasi yang akan datang. 1.4. Data Umum Pekerjaan

Sesuai dengan dokumen pengadaan jasa konsultansi, data umum pekerjaan ini adalah sebagai berikut : Nama Pekerjaan : Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

Wilayah Sungai Asahan Satuan Kerja : Perencanaan Pemrograman Dan Penganggaran

Bidang Sumber Daya Air Lokasi Pekerjaan : Wilayah Sungai Asahan Sumber Dana : APBN

1.5. Lingkup Jasa Pelayanan

Lingkup jasa pelayanan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai berorientasi pada keluasan wilayah yang menuntut perencanaan maupun pengelolaan berdasarkan batas-batas hidrologis. Dari awal inilah pengelolaan sumber daya air wilayah sungai memerlukan informasi yang dilakukan dengan kerjasama dan koordinasi antar Kabupaten/Kota.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

11 -- 77 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat, dua proses dilakukan sekaligus, yaitu inventarisasi masalah-masalah setempat secara arus bawah-atas (bottom up) dan proses penyadaran masyarakat terhadap isu strategis (jangka panjang) pengembangan wilayah sungai. Untuk pelaksanaan Undang-undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah secara efektif, dalam proses, pengelolaan sumber daya air wilayah sungai, koordinasi antar Kabupaten/Kota dengan Provinsi dan komunikasi dengan para stakeholder menjadi sangat penting. Informasi praktis tentang bagaimana pola pengelolaan wilayah sungai dan tata ruang wilayah Kabupaten/Kota dapat sejalan satu sama lain merupakan hal yang penting untuk menentukan kerjasama secara struktural. Untuk pekerjaan tersebut diatas, beberapa kegiatan dibawah ini perlu dilakukan :

1). Pengumpulan dan analisis data awal berupa hasil studi, kebijakan, data existing proyek, peta (topografi, tata guna lahan, geologi, tata ruang dan sebagainya) serta data sekunder yang mendukung lainnya.

2). Melakukan analisis informasi yang meliputi : a. Data hidrologi (hujan, debit, air tanah dan lain-lain) b. Data kondisi tataguna lahan saat ini (peta tata guna lahan, hasil tata

guna lahan, tata ruang dan lain-lain) c. Populasi dan data sumberdaya manusia d. Data sosio-ekonomi e. Data pertanian (pola tanam, hasil tanam, dan lain-lain) f. Data irigasi g. Data/informasi banjir dan kekeringan h. Kelembagaan berkaitan dengan Sumber Daya Air

3). Merumuskan tujuan dan sasaran pengembangan sumber daya air.

4). Pembelian software DSS RIBASIM dan HYMOS (masing-masing 1 unit).

5). Melatih 10 orang staff dinas provinsi/anggota unit perencanaan Sumatera Utara dalam menggunakan HYMOS dan RIBASIM dalam dua tahap ; Class Training dan On The Job Training

6). Analisa water District dan melakukan set-up DSS sebagai analisa keseimbangan kebutuhan dan ketersediaan air saat ini maupun rencana yang akan datang dengan menggunakan perangkat lunak HYMOS dan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

11 -- 88 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

RIBASIM. Analisa banjir dengan menggunakan modul matematis/software rambatan banjir (software SOBEK atau HEC).

7). Melakukan identifikasi kemungkinan rencana pengembangan sumber daya air.

8). Mengakses kebutuhan pengembangan ke depan dengan berbagai skenario.

9). Mengidentifikasi kendala-kendala dalam mempertemukan kebutuhan dan pasokan air, usaha-usaha yang telah dilakukan dan perbaikan yang harus dilakukan untuk masa mendatang.

10). Analisis awal terhadap kombinasi upaya-upaya strategis dan akses terhadap kendala pada strategi tersebut untuk beberapa skenario yang berbeda, sebagai hasil yang tertuang dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sementara.

11). Menyusun rencana zona pemanfaatan sumber daya air dan rencana peruntukan air pada sumber air, sesuai pasal 27, 28 UU No.7/2004 tentang Sumber Daya Air.

12). Melakukan kegiatan konsultasi publik (PKM) sebanyak 2 (dua) kali yaitu setelah laporan pendahuluan (setelah kegiatan pengumpulan data relatif terkumpul) dan pada saat konsep akhir Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan selesai dikerjakan. PKM dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara.

13). Menyiapkan dokumen Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan untuk bahan legalitas.

1.6. Jangka Waktu Pelaksanaan

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ”Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan” sesuai dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) yaitu mulai dari tahap persiapan, survey lapangan, melakukan analisa sampai dengan pembuatan laporan dan serah terima pekerjaan adalah 6 (enam) bulan terhitung setelah ditandatangani Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

11 -- 99 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

1.7. Pelaporan

Laporan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan terdiri dari :

(A). Laporan Kontrak :

1). Laporan Pendahuluan ( 30 set), diserahkan 1 (satu) bulan setelah SPMK, untuk dibahas/didiskusikan.

2). Laporan penyelenggaraan PKM 1 dan PKM 2 masing-masing 10 set. 3). Laporan Pertengahan (30 set), diserahkan 3 (tiga) bulan setelah SPMK. 4). Konsep Laporan Akhir (30 set), diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu)

bulan sebelum berakhirnya kontrak untuk dibahas/didiskusikan dalam rapat dengan pemberi tugas.

5). Laporan Akhir (30 set), merupakan perbaikan berdasarkan hasil rapat Pembahasan, diserahkan pada akhir kontrak.

6). Executive Summary dalam bahasa Indonesia (30 set)

(B). Laporan Teknis :

1). Hasil HYMOS 10 (sepuluh) rangkap 2). Hasil RIBASIM 10 (sepuluh) rangkap 3). Konsep Pola Pengelolaan SDA WS Asahan 30 (tiga puluh) rangkap 4). Final Pola Pengelolaan SDA WS Asahan 30 (tiga puluh) rangkap 5). Draft Peta Tematik 2 (dua) rangkap 6). Final Peta Tematik 2 (dua) rangkap 7). Rekaman Peta Tematik dalam CD 2 (dua) CD

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 11 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

BBAABB –– IIII PPEENNDDEEKKAATTAANN DDAANN

MMEETTOODDOOLLOOGGII

2.1. Pendekatan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan

Sebelum menguraikan metodologi yang akan digunakan dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan yang akan dibahas secara detail pada Bab ini, terlebih dulu akan diuraikan tentang pendekatan yang diambil dalam perencanaan sumber daya air di wilayah sungai sesuai dengan UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pendekatan dalam penyusunan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai menggunakan konsep Sinergi antara Prinsip, Metodologi dan Aktifitas (SPMA) seperti terlihat pada Gambar 2.1.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 22 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 2.1 :

Pendekatan Dengan Menggunakan Sinergi Antara Prinsip, Metodologi dan Aktifitas (SPMA)

Azas - Keseimbangan fungsi air sebagai

benda sosial, ekonomi dan lingkungan.

- Kemanfaatan umum - Keterpaduan dan keserasian - Kelestarian - Keadilan - Kemandirian - Transparansi dan akuntabilitas

publik Prinsip - Satu Wilayah sungai, satu

rencana,satu manajemen yang terkoordinasi berdasarkan wilayah sungai sebagai kesatuan pengelolaan.

- Pengelolaan sumber daya air mencakup konservasi, pendayagunaan, pengendalian daya rusak, peran serta masyarakat dan sistem informasi SDA

- Keterpaduan antar sektor, antar wilayah, antar instansi tanpa mengurangi kewenangan masing-masing

- Upaya pendayagunaan diimbangi dengan upaya konservasi

- Proses rencana pengelolaan melibatkan seluruh stakeholder

- Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air diselenggarakan secara demokratis, dengan pelibatan semua unsur stakeholder berdasarkan asas tersebut diatas

- Implementasi kebijakan dilaksanakan oleh badan pengelola yang mandiri, profesional, dan akuntabel.

- Pelibatan masyarakat dalam seluruh proses pembangunan

Persiapan Penyusunan Rencana Mutu kontrak

(RMK)

Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai

Kajian Terhadap Studi Terdahulu

Pengumpulan Data di Lapangan

Kajian Wilayah sungai

Analisa Data, Perumusan Strategi dan Pemilihan

Alternatif

Perumusan Potensi dan Faktor Pembatas di Wilayah

Sungai

Analisis Implikasi Kebijakan dan Permasalahan

Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya

Air Wilayah Sungai

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 33 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai, dilakukan pendekatan dengan prinsip sinergi antara prinsip, metodologi dan aktifitas sebagai berikut :

A. Azas dan Prinsip sebagai Panduan

Prinsip yang digunakan dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai adalah azas dan prinsip pengelolaan sumber daya air sesuai dengan paradigma baru yaitu :

Azas : - Kelestarian. - Keseimbangan fungsi air sebagai benda sosial, ekonomi dan

lingkungan. - Kemanfaatan Umum. - Keterpaduan dan keserasian. - Keadilan. - Kemandirian. - Transparansi dan akuntabilitas publik.

Prinsip : - Satu sungai, satu rencana, satu manajemen yang terkoordinasi

berdasarkan wilayah sungai sebagai kesatuan pengelolaan. - Pengelolaan sumber daya air mencakup konservasi,

pendayagunaan, pengendalian daya rusak, peran serta masyarakat dan sistem informasi sumber daya air.

- Keterpaduan antar sektor, antar wilayah, antar instansi tanpa mengurangi kewenangan masing-masing.

- Upaya pendayagunaan diimbangi dengan upaya konservasi. - Proses rencana pengelolaan melibatkan seluruh stakeholder. - Kebijakan pengelolaan sumber daya air diselenggarakan secara

demokratis, dengan pelibatan semua unsur stakeholder berdasarkan asas tersebut diatas.

- Implementasi kebijakan dilaksanakan oleh badan pengelola yang mandiri, profesional, dan akuntabel.

- Pelibatan masyarakat dalam seluruh proses pembangunan

B. Metodologi Pekerjaan

Metodologi pekerjaan diperlukan dalam pekerjaan ini untuk memudahkan dan mengarahkan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 44 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

C. Kegiatan

Salah satu Kegiatan yang penting dalam Penyusunan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Asahan adalah memberikan masukan (Konsep) Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan kepada Pemerintah Daerah Untuk selanjutnya ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah menjadi dokumen Resmi Pemerintah (Peraturan Daerah/ Perda). Secara garis besar, kegiatan yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan pekerjaan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan ini terdiri dari 6 (enam) Kegiatan utama, yaitu :

1. Kegiatan Pendahuluan. 2. Survey dan Investigasi Data. 3. Pengolahan dan Analisis Data. 4. Identifikasi Rencana Pengembangan Sumber Daya Air. 5. Analisa Strategi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai. 6. Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.

Bagan Alir Pelaksanaan kegiatan tersebut diatas dapat dilihat pada Gambar 2.2.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 55 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 2.2 : Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan : Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan

Ya

Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM I)

Survey & Inventarisasi Peta (topografi, tata guna lahan,geologi,tata ruang,dsb). Hasil studi terdahulu Data Potensi dan Prasarana SDA Data hidrologi (hujan, debit, air tanah, dll) Kondisi tata guna lahan saat ini Populasi dan data sumber daya manusia Data Sosial Ekonomi Data Pertanian (pola tanam, hasil tanam,dll) Data Irigasi Data/informasi banjir dan kekeringan Data Kebijakan-kebijakan yang terkait Peraturan Perundangan dan Kelembagaan berkaitan

dengan SDA

START

Diskusi

Pekerjaan Persiapan Persiapan Administrasi, personil dan peralatan Mobilisasi Personil dan Peralatan Pengumpulan dan pengkajian data awal Penyusunan Rencana Mutu Kontrak(RMK)

Penyusunan Rencana Kerja & Draft Lap. Pendahuluan

Tidak

Final Laporan Pendahuluan

Koordinasi/Pembahasan Secara Internal dan antar instansi terkait: BAPPEDA DINAS TERKAIT BAPEDALDA DPRD

Penyiapan Software DSS HYMOS dan RIBASIM

Analisa Water District dan melakukan set-up DSS sebagai analisa keseimbangan

ketersediaan dan kebutuhan air dengan menggunakan perangkat lunak HYMOS &

RIBASIM

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 66 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Ya

Identifikasi Kemungkinan Rencana Pengembangan SDA

Mengakses kebutuhan pengembangan kedepan dengan

beberapa skenario pengembangan

Mengidentifikasi kendala-kendala dalam mempertemukan kebutuhan dan pasokan air, usaha-usaha yang telah dilakukan dan perbaikan yang harus dilakukan untuk masa datang

Analisa awal terhadap kombinasi upaya (struktur dan non struktur)

strategis dan akses terhadap kendala pada strategi tersebut untuk

beberapa skenario yang berbeda

Konsep Laporan Pertengahan

Ya

Diskusi Tidak

Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai

MENGAPLIKASIKAN

VISI PENGELOLAAN SDA WS

Terwujudnya kemanfaatan sumber daya air bagi

kesejahteraan seluruh rakyat

MISI PENGELOLAAN SDA WS Konservasi sumberdaya air

yang berkelanjutan Pendayagunaan sumber

daya air yang adil untuk berbagai kebutuhan masyarakat yang memenuhi kualitas dan kuantiítas

Pengendalian daya rusak air Pemberdayaan dan

peningkatan peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah dalam pengelolaan SDA Peningkatan keterbukaan

dan ketersediaan data serta informasi dalam pengelolaan SDA

PARADIGMA BARU DALAM PENGELOLAAN

SDA Air sebagai benda

sosial,ekonomi dan lingkungan

Desentralisasi pengelolaan sumberdaya air

Pemerintah sebagai enabler dengan mendorong peran serta masyarakat.

Demokratisasi

MERUMUSKAN ARAHAN DAN KEBIJAKAN

PENGELOLAAN SDA WS SESUAI DENGAN

UU No. 7/2004

KONSERVASI SDA PENDAYAGUNAAN

SDA PENGENDALIAN

DAYA RUSAK AIR

ANALISIS TERHADAP IMPLIKASI DARI KEBIJAKAN KONSERVASI SDA :

perlindungan dan pelestarian sda, pengawetan air dan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran.

PENDAYAGUNAAN SDA : zona pemanfaatan sumber air, peruntukan air pada sumber air, pengembangan sumber daya air untuk system irigasi, industri, pertambangan, ketenagaan, perhubungan, pengusahaan sumber daya air.

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR : pencegahan kerusakan dan bencana akibat daya rusak air, penanggulangan kerusakan dan bencana akibat daya rusak air, pemulihan daya

Konsep Laporan Akhir

Pertemuan Konsultasi Masyarakat

(PKM II)

Diskusi Tidak

Peta

Laporan Pertengahan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 77 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Analisisi Permasalahan Untuk Urusan Lintas Batas Administrasi

(Kabupaten/Kota)

Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai

Menyiapkan Dokumen Pola

Pengelolaan SDA Wilayah Sungai

Asahan

Rancangan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Asahan

Laporan Penunjang

HYMOS dan RIBASIM

Pelatihan Class Training dan On the Job Training untuk Program HYMOS dan RIBASIM

SELESAI

Laporan Akhir, Executive Summary dan Lap.Teknis

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 88 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

2.2. Pendekatan dan Metodologi

2.2.1. Kerangka Analisis Dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

Pola pikir penyusunan pengelolaan sumber daya air mencakup beberapa komponen dalam perencanaan wilayah sungai, yang meliputi : Skenario ekonomi dan demografi, perencanaan tata ruang, target kebutuhan (pemenuhan dan permintaan) , proyeksi kebutuhan yang dikaitkan dengan proyeksi sosial ekonomi dan rencana keseluruhan dari pengembangan suatu wilayah. Kerangka analisis dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air seperti terlihat pada Gambar 2.3 pada halaman berikutnya.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 99 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 2.3. Kerangka Analisis Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

Keterangan

Modul analisa

Hub. Sebab akibatUmpan balik

Upaya yang harus dievaluasi dan diubahjadi programpembangunan

Kondisi input(Skenario) analisaatau hasil (output)

Komponen data base

Skenario sosialekonomi

Data demografi

Kendala pelaksanaan

Karakter ruang dan proses :- tataguna lahan- analisa fungsi- kemudahan- lingkungan- perpindahan penduduk

Perkiraan targetpemintaan padawaktu yad

Kajian dampak totalpada programpembangunan

Seleksi proyeksesuai target

Langkah Pengembanganutk strategi terpilih

Tujuan, kriteriadan strategi

Data tataguna lahan Data demografi

Estimasikebutuhan

Aliran sisa

Upaya sanitasidiluarsungai

Data Hidrologi Data Skematisasi Data Kualitas airdan sanitasi

Upaya penge lo laan

PrasaranaO perasi

Peraturan

Desain sistempasokan air

Distribusi polutan di

wilayahsungai

Upaya sanitasi

di sungai

Biaya bangunan

Kajian keterbatasansumber daya (daerah atau

wilayah sungai)

Evaluasi dampaksosial ekonomi proyek

tunggal : nilai padabeberapa kriteria

Proyek proyek yang layak

Data ekonomi

Target nasional/daerahFungsipedoman tata ruangSpesifikasi Zona Proyeksi penduduk

dan kegiatan di daerah

Skenario sosialekonomi

Alokasi ruangutk pendudukdan kegiatan

Evaluasi hasil simulasiKinerja sistem Dampak lingkunganpasokan air - pada badan aiar - pada tata ruang

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 1100 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

2.2.2. Metode Analisis Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai

Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan akan berisi tentang urutan pelaksanaan pekerjaan, hubungannya dengan sistem pelaporan, Jadual kerja dan hubungan antara input dan output dari pekerjaan, alat / software yang digunakan dalam mencapai tujuan pekerjaan dan pendekatan pelaksanaan studi.

2.2.2.1. Pengkajian Data

Kajian terhadap data-data hasil survey lapangan dan inventarisasi data dalam pelaksanaan pekerjaan ini meliputi :

a. Kajian terhadap peta penunjang, yang terdiri dari peta topografi, peta tata guna lahan, peta tata ruang, peta geologi dan lain-lain.

b. Kajian terhadap rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten dan kota.

c. Kajian terhadap kebijakan-kebijakan yang terkait dan hasil studi terdahulu.

d. Kajian terhadap data hidrologi meliputi data curah hujan, data debit, data air tanah dan lain-lain.

e. Kajian terhadap kondisi tata guna lahan saat ini meliputi peta tata guna lahan, hasil tata guna lahan dan tata ruang.

f. Kajian terhadap data kualitas lingkungan keairan yang meliputi kualitas air sungai dan danau, sumber pencemar dan lain-lain.

g. Kajian terhadap konservasi sumber daya air saat ini dan identifikasi dari rencana yang akan datang.

h. Kajian terhadap populasi dan data sumber daya manusia. i. Kajian terhadap data sosial ekonomi yang mendukung terhadap kegiatan

penyusunan pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai. j. Kajian terhadap data pertanian yang meliputi data pola tanam dan lain-

lain. k. Kajian terhadap data irigasi yang meliputi luas daerah irigasi, peta daerah

irigasi, kebutuhan air irigasi. l. Kajian terhadap informasi tentang banjir dan kekeringan yang pernah

terjadi meliputi daerah yang terjadi banjir dan kekeringan, luas genangan banjir, rencana pengendalian banjir dan lain-lain.

m. Kajian terhadap data Kelembagaan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 1111 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Dari hasil survei dan inventarisasi data di Lapangan kemudian dilakukan Kajian terhadap beberapa aspek yaitu :

Kondisi fisik Wilayah Sungai Asahan di Sumatera Utara yang mencakup aspek hidrologi, topografi, geografi, lingkungan dan lain-lain.

Pengembangan wilayah sungai, yang mencakup data kependudukan, sosial, ekonomi, budaya.

Pengelolaan wilayah sungai yang mencakup kelembagaan, organisasi formal dan informal.

Pembangunan daerah dan permasalahan sumber daya air di daerah.

Berdasarkan masukan data dan informasi tersebut di atas, kemudian dilakukan procesing dan analisis dengan menggunakan perangkat lunak HYMOS (Hydrological Model System) adalah suatu perangkat lunak yang merupakan sistem basis data dan pengolahan data hidrologi yang terpadu, RIBASIM ( River Basin Simulation) suatu perangkat untuk melakukan simulasi pengembangan sumber daya air, dan HEC suatu perangkat lunak untuk mensimulasi rencana pengendalian debit banjir. RIBASIM (River Basin Simulation) adalah salah satu perangkat lunak yang diperlukan dalam program DSS (decision support system). RIBASIM merupakan salah satu perangkat lunak yang paling utama dalam DSS sehingga sering disebut DSS RIBASIM. Dalam DSS RIBASIM dilakukan simulasi neraca air dan alokasi air di WS dengan berdasarkan pasokan dan kebutuhan air. RIBASIM Menjelaskan mengenai user interface, data yang diperlukan, format data, prosedur pemasukan, prosedur untuk melakukan running berbagai komponen yang ada, uraian singkat hasil simulasi, berbagai pilihan visual, prosedur penggunaan untuk kepentingan yang lain, detail konsep dasar pembuatan model dan simulasi WS, seperti :

Skematisasi WS Perhitungan kebutuhan air Pengoperasian bangunan waduk dan bangunan pelimpah Pemilihan pengelolaan air.

Skema DSS RIBASIM dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan 2.5.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 1122 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 2.4 Skema DSS RIBASIM

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 1133 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 2.5 DSS untuk Perencanaan SDA Wilayah Sungai

data mentah

* data regional- pertanian- industri- air bersih

* data sub-regional- populasi- topografi- buruh

* data lainnya:- wilayah perencanaan- kota- daerah irigasi

* data hidrologi dan meteorologi

database database

data analisis

* data distrik air- pertanian- perikanan- industri- air bersih- hujan- air tanah

* data jaringan- skema sistem tata air- pola operasi

* data lainnya:- ketersediaan air- ekonomi

Model Hidrologi(HYMOS)

- elaborasi data

- penyusunan data

- rainfall -runoff

Model Proyeksi

- pertumbuhan ekonomi

- populasi

- sektoral

modelpengolahandata mentah

Model Distrik Air

* kebutuhan dan pasokan pada tingkat distrik

- pertanian- perikanan- air bersih

model tingkat distrik air

model tingkat jaringan

Model Alokasi dan Distribusi Air (RIBASIM)

- simulasi sistem tata air- operasi reservoir

model perkiraan dampak

model evaluasiupaya

Model DampakDistrik Air- hasil panen pertanian (AGWAT)- hasil panen perikanan (FISHWAT) - air baku

Model Evaluasi Ekonomi

ModelEvaluasi Multi-kriteria

Model Sedimentasi(SERES, SEFLOW)

Model Banjir(WAFLOW)

Model Erosi

(RUSLE)

Dampak Kualitas Air

Dampak Banjir

Dampak Sedimentasi

dan Erosi

Model Kualitas Air(STRATIF, MODQUAL)

Dampak Listrik

Tenaga Air

SKENARIO UPAYAUPAYA

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 1144 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

2.2.2.2. Identifikasi dan Upaya Strategis

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak HYMOS, RIBASIM, dan HEC, selanjutnya diidentifikasi upaya-upaya strategis yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Asahan. Dalam mengidentifikasi upaya strategis tersebut , dilakukan melalui rangkaian kegiatan sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi skenario pengembangan wilayah sebagai basis untuk proyeksi kebutuhan air.

b. Mengelompokan daerah di wilayah sungai kedalam beberapa kelompok pengguna (demand cluster) yang mengacu pada rencana tata ruang.

c. Menganalisis kebutuhan air antar sektor pada saat ini dan proyeksinya dimasa yang akan datang untuk setiap demand cluster.

d. Membagi wilayah sungai kedalam beberapa distrik air (water district) yang dikaitkan dengan demand cluster nya.

e. Menganalisa ketersediaan air disetiap water district dan seluruh wilayah sungai.

f. Menghitung neraca air bulanan disetiap pasangan water district dan demand cluster juga untuk seluruh wilayah sungai.

g. Menghitung tingkat pemakaian air sekarang dan proyeksinya dengan menggunakan indikator Indeks penggunaan air dan menentukan tingkat kestabilan berupa perbandingan antara debit minimum dan debit maksimum dan indikator coefisient of variation (CV) debit sungai.

h. Menganalisa debit banjir dengan perangkat lunak HEC. 2.2.3. Pertemuan Konsultasi Masyarakat

Dalam Undang-Undang No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air disebutkan bahwa masyarakat dapat berperan serta dalam setiap proses/tahapan dalam penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai. Masyarakat berhak menyatakan keberatan atas rancangan rencana induk yang sudah diumumkan dalam jangka panjang tertentu dan memberikan masukan atas rencana pengelolaan sumber daya air serta ikut serta dalam proses pengambilan keputusan melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat atas rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 1155 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Pertemuan Konsultasi Masyarakat wajib dilaksanakan dalam proses penyusunan rencana dan kegiatan pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dengan ketentuan :

a. Ditujukan untuk memperoleh dan mengkoordinasikan aspirasi masyarakat, serta untuk tercapainya kesepakatan bersama atas pola/rencana yang dirumuskan.

b. Melibatkan pihak-pihak dalam masyarakat yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumber daya air.

c. Informasi tentang rancangan rencana pengelolaan sumber daya air disampaikan terlebih dulu sebelum Pertemuan Konsultasi Masyarakat dilaksanakan.

Apabila dunia usaha akan menggunakan sumber daya air di wilayah sungai, maka dunia usaha harus dilibatkan sejak dari perencanaan, sehingga sebagai komponen masyarakat dunia usaha harus diikutkan dalam pertemuan konsultansi masyarakat. Pengusahaan sumber daya air pada bagian wilayah sungai masih dimungkinkan untuk dilakukan oleh perorangan, badan usaha maupun kerjasama badan usaha, dan rencana pengusahaan ini diharuskan untuk melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat terlebih dahulu. Pertemuan Konsultasi Masyarakat Ke-I (Pertama) telah dilaksanakan di Medan Provinsi Sumatera Utara dan PKM Ke-2 (Kedua) dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara. 2.3. Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Asahan

Berdasarkan hasil-hasil analisis pada sub-bab tersebut di atas selanjutnya disusun Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan. Untuk menentukan alternatif prioritas penanganan dalam Pola Pengelolaan SDA WS Asahan yang sesuai dengan kelima pilar yang tertuang dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang SDA dilakukan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP)

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

22 -- 1166 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

2.4. Legalisasi

Proses legalisasi Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan sebagai Kawasan Strategi Nasional perlu ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam bentuk Keputusan Presiden atau Keputusan Menteri yang ditunjuk. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara. Proses Legalisasi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Asahan dapat digambarkan sebagaimana tertuang pada Gambar 2.6 di bawah ini. Gambar 2.6 : Proses Legalisasi Pola Pengelolaan Sumber Daya air Wilayah

Sungai Asahan, Provinsi Sumatera Utara

Perumusan Akhir Pola PSDA WS

Asahan

Menteri PU

Gubernur Sumatera Utara

Dewan SDA WS Asahan (PPTPA)

Rekomendasi untuk mengajukan

penetapan

Permohonan Penetapan Pola PSDA

WS Asahan

Penetapan Pola Pengelolaan SDA

WS ASAHAN

- UU no.7/2004 Pasal 14 butir (b) - RPP Pasal 11

Saat ini

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 11 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

BBAABB –– IIIIII GGAAMMBBAARRAANN UUMMUUMM

DDAANN WWIILLAAYYAAHH SSTTUUDDII

3.1. Strategi, Arah Kebijakan Dan Program Pembangunan SDA dan Irigasi Provinsi Sumatera Utara

Pembangunan pengairan di Provinsi Sumatera Utara secara umum dilakukan dengan mengembangkan pemanfataan, pelestarian, dan perlindungan air beserta sumbernya dengan perencanaan yang terpadu dan serasi guna mencapai manfaat yang optimal dalam memenuhi hajat hidup dan kehidupan rakyat.

Pelaksanaan pembangunan pengairan dalam pola tata ruang yang serasi dan terkoordinasi dengan sektor lainnya sehingga diperoleh manfaat yang optimal berkaitan dengan tata guna air dan tata guna tanah serta kehutanan secara terpadu sehingga menjamin fungsi kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Potensi sumber daya air melimpah dengan tiga sungai besar dan curah hujan yang cukup tinggi.

Arah kebijakan pembangunan sumber daya air dan irigasi di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut a. Pengelolaan dan pemanfataan sumber daya air dalam rangka menunjang

ketahanan pangan dan kebutuhan air baku. b. Pengamanan sumber daya air dalam rangka melindungi kawasan budidaya

(permukiman, perikanan, industri dan lain-lain).

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 22 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Program Pembangunan sumber daya air Provinsi Sumatera Utara secara umum dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang terus meningkat dan semakin memudahkan rakyat mendapatkan dan memanfaatkan air untuk keperluan hidupnya.

Pemanfaatan dan pengaturan air beserta sumber-sumbernya meliputi usaha penyediaan dan pengaturan air guna menunjang usaha permukiman, pembangunan pertanian, industri, pariwisata, kehutanan, air minum, pencegahan pencemaran dan pengotoran, pengamanan pantai dan pengembangan daerah rawa dan tambak.

Pembangunan pengairan di Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan melalui peningkatan, perluasan, dan pembaharuan usaha pengembangan sumber daya air dan upaya pelestarian serta distribusinya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan memenuhi kebutuhan air untuk hajat hidup orang banyak, konserrvasi dan rehabilitasi lahan kritis.

Secara terinci, program pembangunan sumber daya air Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut; 1) Program pengembangan konservasi sumber daya air untuk meningkatkan

produktivitas pemanfaatan sumber daya air melalui peningkatan penyediaan prasarana pengairan dan mendayagunakan sumber daya air bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2) Program Pengembangan dan Pengelolaan Daerah Rawa. 3) Program Sungai, Danau dan sumber air lainnya untuk melestarikan kondisi

dan fungsi air sekaligus menunjang daya dukung serta meningkatkan nilai dan manfaat sumber air sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan.

4) Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi. 5) Program penyediaan dan pengelolaan air baku untuk meningkatkan

penyediaan air baku serta prasarananya dalam memenuhi air bagi hajat hidup rakyat, baik di daerah kota maupun desa.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 33 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.2. Aspek Tata Ruang

3.2.1. Gambaran Umum Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara

3.2.1.1. Letak Geografis

Secara geografis, Provinsi Sumatera Utara terletak di bagian Utara Pulau Sumatera pada lintang 10 - 40 Lintang Utara dan 980 - 1000

Sebelah Utara, berbatasan dengan Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Bujur Timur yang merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Barat Pasifik. Posisinya memanjang dari arah Barat Laut ke arah Tenggara. Secara administrasi Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 13 (tiga belas) Kabupaten, yaitu Nias, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang, dan Langkat, serta 6 (enam) kota, yaitu Sibolga, Tanjung Balai, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Medan, dan Binjai.

Provinsi Sumatera Utara berbatasan di :

Sebelah Timur, berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Selatan, berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera

Barat Sebelah Barat, berbatasan dengan Samudera Indonesia

Provinsi Sumatera Utara yang meliputi kawasan darat di pantai Timur, dataran tinggi yang melintang di bagian Tengah, dan kawasan pantai Barat mempunyai luas sekitar 71.680 Km2 atau 3,73% dari luas Indonesia. Disamping kawasan darat, Provinsi Sumatera Utara juga mencakup kawasan perairan laut yang berbatasan sejauh 12 mil dari batas pantai.

Letak geografis Sumatera Utara strategis dan merupakan modal dasar bagi pengembangan kegiatan yang bersifat regional dan internasional karena berada pada jalur perdagangan internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura dan Malaysia sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya lebih pesat. Letak Administrasi Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 3.1.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 44 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 3.1. Peta Administrasi Provinsi Sumatera Utara

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 55 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.2.1.2. Kondisi Topografi

Secara topografis wilayah pantai Timur Sumatera Utara relatif datar, bagian Tengah bergelombang dan berbukit yang merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan, dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah pantai Barat potensial untuk pengembangan sektor perikanan laut, perkebunan dan hortikultura; wilayah pantai Timur potensial untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan perkebunan; serta wilayah dataran tinggi potensial untuk pengembangan tanaman hortikultura. Gambar Peta 3.2 memperlihatkan karakteristik fisik Provinsi Sumatera Utara. 3.2.1.3. Iklim

Suhu udara di wilayah Sumatera Utara berkisar antara 18-32 0

3.2.1.4. Geologi

C, yang bervariasi sesuai dengan ketinggian tempat. Musim penghujan berlangsung antara bulan September hingga Februari dan musim kemarau berlangsung antara bulan Maret hingga Agustus. Curah hujan tahunan rata-rata tercatat sebesar 2.100 mm. Pada wilayah kering, curah hujan tahunan rata-rata kurang dari 1.500 mm yang tercatat di beberapa bagian wilayah Simalungun, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara, sedang curah hujan tinggi berkisar antara 2.000 sampai 4.500 mm berlangsung sepanjang tahun di daerah Asahan, Dairi, Deli Serdang, Karo, Labuhan Batu, Langkat, Nias, Tapanuli Tengah, dan sebagian besar Tapanuli Selatan.

Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh formasi Bahorok, formasi tuffa Toba, bentangan alluvial, serta formasi Klue dan Kuantan. Formasi Bahorok didominasi oleh batuan breksi dan konglomeratan yang pada tahap awal akan membentuk tanah litosol.

Setelah mengalami perkembangan lebih lanjut, maka terbentuk tanah podsolik. Pada bahan konglomeratan yang kandungan luasannya di atas 60% akan terbentuk tanah regosol yang umumnya bersifat masam dan bertekstur sedang sampai kasar. Formasi tuffa Toba didominasi oleh abu vulkan. Pada awalnya tanah ini berkembang dari podsolik coklat, podsolik coklat kelabu kekuningan dan regosol, dan di beberapa wilayah akan membentuk tanah andosol coklat. Tanah ini umumnya bersifat agak masam sampai masam dan bertekstur bervariasi mulai dari halus sampai kasar. Formasi bentangan alluvial umumnya

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 66 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

terbentuk di sepanjang pantai Timur Sumatera Utara. Dari bentangan alluvial akan terbentuk tanah-tanah alluvial, regosol, dan organosol. Tekstur tanah alluvial tergantung dari bahan asalnya, pada umumnya sedang sampai kasar, sedangkan tanah regosol bertekstur kasar. Tanah organosol teksturnya tergantung tingkat kematangan gambut dan umumnya bersifat masam. Formasi Klue dan Kelantan umumnya didominasi oleh batu sasak, turbidite, batu pasir, batu gamping, dan lain-lain. Dari bahan ini umumnya terbentuk tanah litosol, podsolik, dan regosol dengan tekstur kasar dan bersifat kimia masam dan miskin unsur hara. Formasi Nias umumnya dibentuk dari batuan kapur akan berkembang menjadi tanah-tanah renzina yang mempunyai tekstur kasar dan sifat kimia agak basis.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 77 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 3.2 Karakteristik Fisik Provinsi Sumatera Utara

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 88 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.2.1.5. Hidrologi

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 39/PRT/1989 tentang pembagian wilayah sungai, maka sungai-sungai di Provinsi Sumatera Utara dapat dikelompokkan ke dalam 6 (enam) Satuan Wilayah Sungai (SWS), yaitu SWS Wampu-Besitang, SWS Belawan-Belumai-Ular, SWS Bah Bolon, SWS Asahan, SWS Barumun Kualuh, dan SWS Batang Gadis-Batang Toru. Selain itu terdapat 2 (dua) satuan wilayah sungai lintas Provinsi sebagian wilayah Sumatera Utara yang merupakan daerah tangkapan sungai, masuk dalam SWS Singkil pada wilayah Provinsi Aceh dan sebagian wilayah Sumatera Utara yang merupakan daerah tangkapan sungai dalam SWS Rokan pada wilayah Provinsi Riau dan Sumatera Barat. Tabel 3.1 menyajikan satuan wilayah sungai di Provinsi Sumatera Utara. Di samping itu terdapat badan air berupa danau yang besar yaitu Danau Toba yang terletak di dataran tinggi di wilayah Tengah dengan luas 110.260 ha. Danau Toba berfungsi sebagai sarana pengairan sawah, pembangkit listrik pada PLTA Lau Renun, peleburan biji nikel PT. Inalum, pelestarian alam, dan daerah tujuan wisata bagi Sumatera Utara. Pada waktu ini kondisi daerah tangkapan air Danau Toba dan DAS Lau Renun sangat memprihatinkan, dimana ketersediaan air di Danau Toba dan Sungai Lau Renun berkurang secara drastis. Hal ini disebabkan oleh penggundulan kawasan hutan dan lahan masyarakat di sekitar Danau Toba. Selanjutnya, dapat dilihat pada Gambar 3.3 tentang peta satuan wilayah sungai dan permukaan air Danau Toba.

Tabel 3.1 Satuan Wilayah Sungai (SWS) di Provinsi Sumatera Utara

No Nama DAS Panjang Debit (m3/det) Wilayah Sungai (km2) Sungai

(km) Min. Rata2 Banjir

I. 1. 2. 3. 4.

1.703,00

422,80

5.658,25

Wampu Besitang S. Besitang S. Lepan S. Btg.Serangan S. Wampu

85,00 80,40 95,00

135,00

2,82 1,39

57,31

10,89 4,66

110,51

241,31 53,45

1.499,75

II. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

160,00 310,75 353,20 278,00 703,20

1.235,00

Belawan Belumai- Ular S.Karang Gading S. Belawan S. Deli S. Percut S. Serdang S. Kenang S. Ular S. Perbaungan

27,00 53,00 74,00 60,00 40,00

75,00

9,79 3,79 5,67 3,10

29,80

15,93 6,34 9,22

15,56

38,30

241,87 92,09

103,04 337,00

227,00

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 99 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

No Nama DAS Panjang Debit (m3/det) Wilayah Sungai (km2) Sungai

(km) Min. Rata2 Banjir

9. 10. 11. 12.

S. Hulu S. Sialang Buah S. Belutu S. Padang

184,90

942,60

14,20

61,00

2,17

8,68

5,75

15,20

113,49

213,86

III. 1. 2. 3. 4.

1.415,00

326,90 21,00

Bah Bolon S. Kiri S. Kuala Tanjung S. Bah Bolon S. Suka

23,00 12,80

110,00 291,40

7,50

4,42

10,74

14,60

165,94

206,00

IV. 1. 2.

6.040,00

803,20

Asahan S. Asahan S. Silau

115,20 114,80

19,84

31,15

430,68

V. 1. 2. 3. 4.

9.329,00 3.949,00 3.492,90

Barumun Kualuh S. Barumun S. Bilah S. Kualuh S. Aek Ledong

55,00

170,00 315,00 60,00

18,22

13,02

42,20

22,47

592,32

333,62

VI. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30

1.250,00 5.069,00

3.320,207 2,50

676,30 1.308,40

213,00

610,00 1.292,50

100,00

324,45 322,00

420,00 927,00

Bt. Gadis Bt. Toru Bt. Gadis S. Aek Batu Mundan S. Aek Bt. Toru S. Batang Angkola S. Bt. Kunkun B.Bintuas B. Natal B. Batahan S. Pinang Sori Aek Badiri Aek Pandan Aek Sibuluhan Aek Sihopo - hopo Aek Doras Aek Muara Mete Aek Hajoran S. Aek Kolang S. Aek Sibundong Aek Sibaru Aek Sirahar Aek Batu Garsi Aek Silang S. Aek Siburuh S. Taping S. Aek.Simangga Lae Ordi Lae Kombih Lae Batu – batu Lae Sembillin Lae Renun

60,00

168,00 142,00

17,50 25,20 57,50

120,10

10,20

53,00 80,00

30,00

46,35 46,00

60,00

103,00

12,13

17,08

17,24 15,53

19,90

17,14 17,80

26,10

37,03

28,05 25,57

36,25

30,30 23,71

361,76

384,16

389,20 464,31

533,05

496,48 358,25

Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 1100 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 3.3 Peta SWS Provinsi Sumatera Utara

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 1111 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.2.1.6. Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

Kawasan lindung di Provinsi Sumatera Utara mencakup : 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya terutama

berkaitan dengan fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi dan sedimentasi, serta mempertahankan fungsi peresapan bagi air tanah. Kawasan ini berada pada ketinggian 1.000 meter d.p.l. dengan kelerengan lebih dari 40 %, bercurah hujan tinggi, dan mampu meresapkan air ke dalam tanah, termasuk di dalamnya kawasan yang ditetapkan sebagai hutan lindung.

2. Kawasan yang berfungsi sebagai suaka alam dan margasatwa untuk melindungi keanekaragaman hayati, ekosistem, dan keunikan alam. Termasuk di dalamnya adalah cagar alam Sibolangit (Deli Serdang); Liang Balik dan Batu Ginurit (Labuhan Batu); Dolok Di samping itu juga suaka margasatwa Karang Gading (Deli Serdang dan Langkat); Siranggas (Dairi); Dolok Surungan (Toba Samosir); Dolok Saut (Tapanuli Utara), Barumun (Tapanuli Selatan) dan Nias serta hutan mangrove di pantai timur. Untuk kawasan pelestarian alam termasuk juga di dalamnya adalah Taman Nasional Gunung Leuser di Langkat; Taman Hutan Raya Bukit Barisan (Deli Serdang, Simalungun, Karo, dan Langkat) Taman Wisata Alam di Sibolangit (Deli Serdang), Holiday Resort (Labuhan Batu), Lau Debuk-debuk (Karo), Deleng Lancuk (Karo), Si Cikeh-cikeh (Dairi), Sijaba Hutan Ginjang (Tapanuli Utara), dan Muara (Tapanuli Utara). Kawasan ini mencakup juga lahan gambut di Kabupaten Asahan, Labuhan Batu, Tapanuli Tengah serta hutan mangrove di Pantai Timur seluas 435 km2

3. Kawasan rawan bencana, yaitu yang mengalami bencana alam seperti gerakan tanah, longsoran, runtuhan, banjir bandang, dan rayapan.

dengan ketebalan rata – rata 325 meter.

Termasuk dalam kawasan ini sekeliling Danau Toba, Tapanuli Selatan bagian Selatan, Utara Sibolga, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Tapanuli Tengah, bagian selatan Mandailing Natal, Asahan, Labuhan Batu, Langkat, Pulau Nias bagian Selatan dan bagian Tengah. Sebagian besar wilayah Sumatera Utara di sekitar Bukit Barisan membujur arah Utara - Selatan pada dasarnya potensial terhadap gerakan tanah, rayapan, longsoran, gelombang pasang dan banjir bandang.

4. Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melestarikan fungsi badan perairan dan kerusakan oleh kegiatan budidaya.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 1122 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Termasuk sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota.

5. Kawasan cagar budaya yaitu kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun yang memiliki bentuk geologi alami yang khas.

6. Pulau-pulau kecil dengan luasan maksimal 10 km2

7. Beberapa lokasi yang berdasarkan proses pemaduserasian pemanfaatan ruang di arahkan sebagai Kawasan lindung.

.

Pada waktu ini sedang dilakukan proses verifikasi luasan kawasan lindung dan budidaya untuk lingkup kabupaten/kota. Kondisi terakhir menunjukkan bahwa kawasan budidaya menjadi lebih luas dari yang direncanakan, dimana penggunaan sektor budidaya kehutanan menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan dengan hasil paduserasi (1997) dan penggunaan lainnya meningkat. Peningkatan ini terjadi adanya perubahan beberapa kawasan budidaya hutan dan atau areal penggunaan lain menjadi budidaya lain yang digunakan untuk pengembangan pantai Barat Provinsi Sumatera Utara (industri dan perkebunan) yang juga merupakan kawasan menurut paduserasi tahun 1980 sebagian areal penggunaan lain dan eks HPH (untuk pelepasannya masih memerlukan penetapan Menteri Kehutanan). Selanjutnya perkembangan luas dan potensi kawasan lindung dan kawasan budidaya Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3. Sedangkan berdasarkan peta RTRWP 2003-2018 telah ditetapkan kawasan lindung seluas 2.076.287,00 Ha dan kawasan budidaya seluas 5.091.513 Ha. Penetapan tersebut belum menjamin dapat dipertahankannya fungsi lindung dari kawasan hutan, oleh karena kondisi di lapangan menunjukkan terjadinya perambahan hutan yang meningkat, sehingga pengurangan luas hutan menjadi lebih luas dari yang tercatat. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara mencatat sekitar 125.000 Ha hutan telah dimutasikan selama periode 1982-1997. Diperkirakan kondisi di lapangan menunjukkan angka yang lebih besar, yaitu sekitar 400.000 Ha. Proses pemaduserasian tata guna hutan dengan kegiatan budidaya skala besar maupun perambahan yang dilakukan masyarakat menjadi kepentingan yang signifikan untuk memperkirakan daya dukung lahan Provinsi Sumatera Utara secara lebih realistis.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 1133 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Permasalahan utama dari penurunan fungsi lindung adalah terancamnya daerah bawahan dan terganggunya spesies yang dilindungi beserta habitatnya. Keadaan seperti itu dapat menggangu keseimbangan lingkungan yang selanjutnya menimbulkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan sebagainya. Gambaran pada peta berikut memberikan perhatian, bahwa pemantapan dan pengawasan terhadap okupasi kawasan lindung perlu diperketat. Alokasi kawasan lindung di setiap kabupaten yang telah disepakati antar-sektor akan menjadi acuan bersama dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang kawasan budidaya. Selanjutnya Peta RTRWP Sumatera Utara Tahun 2003 – 2018 dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Tabel 3.2. Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Provinsi Sumatera Utara

No Fungsi Kawasan Berdasarkan Peta RTRWPSU

Tahun 2003 –2018 (Ha)1)

1.

2.

Kawasan Lindung a. Hutan Lindung b. Lain - lain (HSA, HK)

Kawasan Budidaya a. Hutan (HPT, HP, HPK) b. Lain-lain

2.076.287,00 1.481.737,69

594.549,31 2) 5.091.713,00 1.835.267,43 3.256.445,57

Total Luas 7.168.000,00

Sumber : Kanwil Kehutanan dan Perkebunan Sumatera Utara, 1998 1) Hasil planimetri dari Dinas Kehutanan Propsu & BPKH Wil. I, 2003 2) Termasuk kawasan perlindungan setempat yang tidak tergambar dalam peta

skala 1:250.000 (diperhitungkan) Keterangan : HSA : Hutan Suaka Alam HK : Hutan Konservasi HPT : Hutan Produks i Terbatas HP : Hutan Produksi Tetap HPK : Hutan Produksi Konversi

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 1144 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 3.4 Peta RTRWP Sumatera Utara 2003 – 2018

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 1155 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.3 Potensi Kawasan Lindung dan Budidaya Hutan

di Provinsi Sumatera Utara

Sumber : Hasil Analisis & Perhitungan secara Planimetris Peta RTRWP SU 2003-2018 skala 1:250.000 Dinas Kehutanan Propsu – BPKH Wil - I, 2003 1) Belum termasuk kawasan perlindungan setempat yang tidak tergambar dalam peta

(diperhitungkan)

Potensi kawasan hutan di Popinsi Sumatera Utara mencapai 3.679.338,48 ha yang terdiri dari kawasan lindung seluas 1.844.071,05 ha dan kawasan budidaya hutan seluas 1.835.267,43 Ha. Selanjutnya peta tentang kawasan lindung dan budidaya hutan dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Kabupaten Kawasan Lindung Kawasan Hutan Budi Daya

Jumlah 1) HK HL/KL HPT HP HPK Langkat Deli Serdang Karo Dairi Pakpak Bharat Simalungun Asahan Labuhan Batu Toba Samosir Tapanuli Utara Hbg Hasundutan Tapanuli Tengah Tapanuli Selatan Mandailing Natal Nias Utara Nias Selatan Medan

223.505,00 23.395,00 20.240,00

575,00 5.657,00 2.007,80

- 1.964,56

23.800,00 39,00

500,00 -

52.300,00 - -

8.350,00 -

3.120,90

10.596,07 70.786,29 61.855,65 43.936,61 88.544,25 73.826,54

106.048,69 226.260,37 45.623,60 81.788,27 57.034,00

262.354,48 195.511,06 83.696,98 70.438,85

315,08

54.017,43 17.547,56 4.878,08

71.892,90 48.894,00 10.382,15 21.216,15 60.085,87 14.764,36 98.989,01 25.015,66 51.252,70

154.759,68 171.525.17 24.524,41 21.409,94

-

41.327,12 63.091,82 13.494,63 11.213,73 7.916,71

89.021,57 11.214,16 96.711,17 31.916,43

103.097,07 70.564,87 5.761,90

279.924,74 36.358,84 4.478,97

70.767,39 -

-

1.041,89 - - - -

16.840,54 1.875,88

- - - -

1.421,78 -

7.282,20 18.788,95

-

321.970,45 115.792,34 109.399,00 145.137,28 106.404,32 189.955,77 123.097,39 266.686,17 296.741,16 247.748,68 177.868,80 114.048,60 750.760,68 403.395,07 119.982,56 189.755,13

315,08

T o t a l 362.333,36 1.481.737,69 851.155,07 936.861,12 47.251,24 3.679.338,48

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 1166 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 3.5 Peta Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Hutan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 1177 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.2.1.7. Pemanfaatan Ruang

Provinsi Sumatera Utara memiliki kawasan darat seluas 71.680 km2 serta kawasan laut sepanjang 12 mil laut dari garis pantai ke arah laut lepas. Menurut catatan Kanwil BPN Provinsi Sumatera Utara, pemanfaatan lahan di Provinsi Sumatera Utara tahun 1998 didominasi oleh kegiatan pertanian seluas 31.926,76 km2 atau sekitar 44,54 % dan oleh kegiatan hutan seluas 24.416,10 km2 atau sekitar 34,06 %. Tabel 3.4 menggambarkan penggunaan lahan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2003. Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian terbesar berada di wilayah Pantai Timur, yaitu meliputi areal seluas lebih kurang 57% dari luas areal pertanian Sumatera Utara. Sebagian besar lahan hutan berada di wilayah Pantai Barat, yaitu seluas lebih kurang 69 % dari luas hutan Sumatera Utara. Kegiatan pertanian mendominasi wilayah Pantai Timur, sedangkan wilayah Pantai Barat didominasi oleh kegiatan pertanian dan hutan secara relatif berimbang. Dalam distribusi ruang, wilayah yang pada saat ini masih memiliki kawasan hutan yang juga berfungsi untuk perlindungan daerah bawahannya ataupun fungsi ekologis lainnya, perlu menyiapkan pengendalian terhadap alih fungsi hutan, baik oleh perambahan maupun pemanfaatan untuk usaha ekonomi formal terutama dalam rangka perolehan PAD. Konflik kepentingan dalam kondisi keterbatasan lahan budidaya perlu diatasi melalui kesepakatan yang mengikat dalam pelestarian kawasan hutan yang berfungsi lindung. Untuk itu, salah satu dasar pengendalian adalah menyesuaikan pengembangan kegiatan pada lahan dengan kemampuan yang memadai. Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 26.360 km2 atau 36,8 % dari luas wilayah Sumatera Utara merupakan wilayah yang subur, suhu udara tinggi, kelembaban udara tinggi, dan curah hujan juga relatif tinggi, meliputi Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Kota Binjai, Medan, dan Tebing Tinggi. Wilayah Pantai Barat meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Nias, Nias Selatan dan Kota Sibolga. Kegiatan di wilayah Pantai Timur umumnya heterogen, dengan kawasan perkotaan yang relatif besar dan prasarana wilayah yang memadai. Wilayah ini sesuai untuk pengembangan berbagai jenis kegiatan budidaya, terutama perkebunan dan tanaman pangan. Kegiatan perkotaan juga cenderung berkembang dengan pesat, terutama di daerah Medan dan sekitarnya.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 1188 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Meskipun wilayah Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara saat ini belum dikembangkan secara optimal, namun memiliki potensi yang besar bagi pengembangan berbagai kegiatan budidaya, seperti perikanan laut, perkebunan, dan hortikultura. Sedang wilayah Tengah yang merupakan dataran tinggi dengan tingkat kesuburan yang bervariasi potensial untuk dikembangkan bagi tanaman hortikultura. Selain memiliki enam SWS dan dua SWS lintas Provinsi dimana danau dengan debit air yang cukup besar yang potensial bagi sistem pengairan, Provinsi Sumatera Utara juga memiliki air terjun yang potensial sebagai sumber energi. Jenis tanah di Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh tanah litosol, podsolik, dan regosol (22,34 % luas Provinsi) yang tersebar di Kabupaten Asahan, Dairi, Pakpak Bharat, Deli Serdang, Karo, Labuhan Batu, Langkat, Nias, dan Tapanuli Selatan, Mandailing Natal. Tanah jenis ini sesuai bagi pengembangan budidaya perkebunan.

LLaappoorraann PPeerrtteennggaahhaann PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 1199 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.4 Penggunaan Lahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002 (dalam Ha)

Kabupaten/Kota Permukiman Industri Pertam bangan Persawahan Pert. Tanah

Kering Kebun Perkebunan Semak Hutan Perairan Darat

Tanah Terbuka Lain – lain Luas

Wilayah Asahan 26.725 1.062 207 52.406 20.537 14.108 226.951 4.262 73.144 12250 9.008 17.425 458.075 D a i r i 12.086 1.145 - 14.166 42.209 19.400 43.192 45.658 119.360 104 13.193 4.097 314.610 Deli Serdang Labuhan Batu K a r o Langkat N i a s* Simalungun Tapanuli Selatan* Mandailing Natal Tapanuli Tengah Tapanuli Utara* Toba Samosir Binjai Medan Pematangsiantar Sibolga Tanjungbalai Tebing Tinggi

30.283 2.001 250 92.737 48.686 17.045 187.185 1.021 46.647 4540 - 9.399 439.794 29.894 2.789 - 89.334 46.964 21.085 385.783 33.382 218.274 37557 27.270 29.986 922.318 4.258 601 112 15.196 52.977 20.640 22.584 16.055 58.119 966 13.811 7.406 212.725

39.906 1.171 - 57.361 15.705 20.635 204.411 6.908 256.492 11409 998 11.333 626.329 11.811 621 - 22.335 44.708 29.885 124.835 28.401 214.586 12186 29.562 13.143 532.073 14.976 1.098 - 53.464 50.791 28.978 165.101 34.641 68.912 721 496 19.482 438.660 35.525 1.542 - 49.160 45.661 46.581 239.761 137.851 664.429 5016 23.684 20.972 1.270.182 17.327 752 - 23.978 22.270 22.720 116.941 67.235 324.068 2446 11.552 10.229 619.518 10.591 624 - 17.947 8.772 15.469 55.769 14.245 75.695 10600 1.813 7.275 218.800 23.164 971 81 36.164 43.199 15.020 46.295 111.100 176.621 66.290 3.991 60.396 583.292 18.952 795 67 29.589 35.344 12.289 37.877 90.900 144.508 54.237 3.266 49.414 477.238 2.221 144 - 2.364 413 1.770 1.343 - - 4 - 774 9.033

16.550 360 - 3.100 1.765 832 33 288 669 728 - 2.185 26.510 2.174 202 - 2.252 664 824 877 - - 95 - 911 7.999

888 12 - - - 8 - - - - 46 123 1.077 1.778 184 - 670 186 2.270 - 74 96 42 - 746 6.052 2.015 128 - 424 574 107 - 20 - 112 - 403 3.783

Sumatera Utara 301.124 16.202 717 562.647 481.425 1289.666 1.858.938 592.041 2.441.610 219.303 138.690 265.699 7.168.068 Sumber : Kanwil BPN Provinsi Sumatera Utara, 2003 * Termasuk Kabupaten yang dimekarkan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 2200 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 3.6 Peta Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Utara

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 2211 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.2.1.8. Penggunaan Lahan Di WS Asahan

Penggunaan Lahan Di WS Asahan terdiri dari Hutan, Permukiman, perkebunan, sawah irigasi, sawah tadah hujan, air tawar, rawa, dan tanah ladang. Kemudian di WS Asahan terdiri beberapa Sub Basin yaitu Sub basin Bolon, Asahan, Piasa, Silau, Mandosi, Gopgopan, Tonguran, Naborsamon, Situnggaling, Haranggaol, Sigumbang, Ringgo, Tulas, Perembakan, Bodang, Silang, Siparbue, Sitobu, Halian, Simare, Arun, Simaratuang, Sitiung, Simala, Guluan, Silabung, B. Bolon, dan Sub Basin Sigumbang 2. Apabila dilihat dari luasannya secara keseluruhan di WS Asahan mempunyai luas 613.786,05 Ha yang tersebar di 28 Sub basin dengan penggunaan lahannnya. Untuk pendistribusian luas penggunaan lahan di setiap Sub basin dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan Gambar 3.7 berikut ini.

Tabel 3.5. Pemanfaatan Lahan Setiap Sub Basin WS Asahan

NO SUB BASIN PEMANFAATAN LAHAN LUAS (Ha) KETERANGAN

1 BOLON Hutan 3632.72 Permukiman 580.22 Sawah Irigasi 2399.48 Tanah Ladang 8411.11 Jumlah 15023.53 2 ASAHAN Hutan 38702.74 Permukiman 7728.64 Sawah Irigasi 7703.42 Tanah Ladang 97140.55 Perkebunan 47926.18 Rawa 23324.35 Air Tawar 1795.66 Jumlah 222525.93 3 PAISA Hutan 19007.91 Permukiman 288.94 Tanah Ladang 13552.30 Perkebunan 1578.01 Jumlah 34427.17 4 SILAU Hutan 37401.56 Permukiman 3352.54 Sawah Irigasi 1814.06 Tanah Ladang 29881.25 Perkebunan 7047.61 Sawah Tadah Hujan 1331.71 Jumlah 79497.04

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 2222 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.5. Pemanfaatan Lahan Setiap Sub Basin WS Asahan (Lanjutan)

NO SUB BASIN PEMANFAATAN LAHAN LUAS (Ha) KETERANGAN

5 MANDOSI Hutan 3289.40 Permukiman 528.74 Sawah Irigasi 2270.22 Tanah Ladang 13166.71 Jumlah 19255.08 6 GOPGOPAN Hutan 1667.62 Permukiman 117.59 Tanah Ladang 7261.14 Jumlah 9046.35 7 TONGURAN Hutan 1742.13 Permukiman 83.06 Sawah Irigasi 1339.98 Tanah Ladang 3454.19 Jumlah 6619.36 8 NABORSAMON Hutan 5836.38 Permukiman 302.50 Sawah Irigasi 2952.96 Tanah Ladang 1286.84 Jumlah 10378.68

9 SITUNGGALING Hutan 1699.09

Permukiman 78.36 Air Tawar 0.03 Sawah Irigasi 365.69 Tanah Ladang 3220.01 Jumlah 5363.17

10 HARANGGAOL Hutan 850.25 Permukiman 100.80 Perkebunan 120.54 Tanah Ladang 6749.86 Jumlah 7821.45

11 SIGUMBANG Hutan 2378.26 Permukiman 23.18 Air Tawar 0.01 Tanah Ladang 5852.98 Jumlah 8254.43

12 RINGGO Hutan 3706.50 Permukiman 60.77 Sawah Irigasi 710.84 Tanah Ladang 2567.51 Jumlah 7045.62

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 2233 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.5. Pemanfaatan Lahan Setiap Sub Basin WS Asahan (Lanjutan)

NO SUB BASIN PEMANFAATAN LAHAN LUAS (Ha) KETERANGAN

13 TULAS Hutan 7504.73 Permukiman 48.41 Sawah Irigasi 639.49 Tanah Ladang 3361.35 Jumlah 11553.97

14 PEREMBAKAN Hutan 5274.24 Permukiman 115.00 Sawah Irigasi 586.72 Tanah Ladang 4375.44 Perkebunan 705.95 Air Tawar 0.35 Jumlah 11057.69

15 BODANG Hutan 1952.25 Permukiman 223.95 Sawah Irigasi 640.52 Tanah Ladang 7221.06 Jumlah 10037.78

16 SILANG Hutan 17144.84 Permukiman 605.49 Sawah Irigasi 5593.57 Tanah Ladang 19757.23 Jumlah 43101.12

17 SIPARBUE Permukiman 193.99 Sawah Irigasi 1108.69 Tanah Ladang 3808.99 Jumlah 5111.67

18 SITOBU Hutan 918.82 Permukiman 173.54 Sawah Irigasi 1116.74 Tanah Ladang 5092.09 Jumlah 7301.19

19 HALIAN Hutan 4501.48 Permukiman 612.35 Sawah Irigasi 1269.50 Tanah Ladang 7888.72 Jumlah 14272.05

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 2244 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.5. Pemanfaatan Lahan Setiap Sub Basin WS Asahan (Lanjutan)

NO SUB BASIN PEMANFAATAN

LAHAN LUAS (Ha) KETERANGAN

20 SIMARE Hutan 3775.90 Permukiman 348.41 Sawah Irigasi 1623.49 Tanah Ladang 1771.66 Jumlah 7519.46

21 ARUN Hutan 2534.92 Permukiman 564.55 Sawah Irigasi 2035.00 Tanah Ladang 9491.98 Jumlah 14626.45

22 SIMARATUANG Hutan 1016.41 Permukiman 165.98 Tanah Ladang 7145.23 Jumlah 8327.61

23 SITIUNG Hutan 2018.19 Permukiman 270.21 Sawah Irigasi 1273.38 Tanah Ladang 4109.03 Jumlah 7670.81

24 SIMALA Permukiman 67.37 Tanah Ladang 4878.14 Jumlah 4945.51

25 GULUAN Hutan 3250.33 Permukiman 175.46 Sawah Irigasi 1503.58 Tanah Ladang 5538.99 Jumlah 10468.38

26 SILABUNG Hutan 2382.73 Permukiman 31.27 Sawah Irigasi 494.08 Tanah Ladang 2396.48 Jumlah 5304.56

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 2255 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.5. Pemanfaatan Lahan Setiap Sub Basin WS Asahan (Lanjutan)

NO SUB BASIN PEMANFAATAN LAHAN LUAS (Ha) KETERANGAN

27 B. BOLON Hutan 642.95 Permukiman 41.02 Sawah Irigasi 938.44 Tanah Ladang 5384.79 Jumlah 7007.19

28 SIGUMBANG 2 Permukiman 219.85 Sawah Irigasi 522.75 Tanah Ladang 6042.12 Jumlah 6784.71 T O T A L 600,347.553

Sumber : Hasil Perhitungan dari Peta Digital Bakosurtanal

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 2266 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 3.7.

Peta Pemanfaatan Lahan di WS Asahan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 2277 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.3. Aspek Sosial Ekonomi

3.3.1. Batas Administratif Wilayah Studi

Wilayah studi meliputi Daerah Aliran Sungai Asahan yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, bagian hulu sungai terletak di Kawasan Danau Toba , sungai ini melintasi tiga kabupaten dan satu buah kota, sedangkan bagian hilirnya berada di wilayah pantai Timur Provinsi Sumatera Utara sebagaimana terlihat pada Tabel 3.6. dibawah ini.

Tabel 3.6. Luas Wilayah Daerah Aliran Sungai Asahan per Kabupaten

WS Asahan Luas Administratif

(km2

Luas WS Asahan

(km) 2) I Kab. Asahan 4614.71

1 Kec.BP Mandoge 651 651 2 Kec. Bandar Pulau 735 735 3 Kec. Pulau Rakyat 250.99 250.99 4 Kec. Aek Kuasan 181.01 181.01 5 Kec. Sei Kepayang 454 454 6 Kec. Tanjung Balai 55.91 55.91 7 Kec. Simpang Empat 226.55 226.55 8 Kec. Air Batu 190.71 190.71 9 Kec. Buntu Pane 435.5 435.5 10 Kec. Meranti 284.96 284.96 11 Kec. Air Joman 155 155 12 Kec. Tanjung Tiram 173.79 173.79 13 Kec. Sei Balai 109.88 109.88 14 Kec. Talawi 89.8 89.8 15 Kec. Lima Puluh 239.55 239.55 16 Kec. Air Putih 72.24 72.24 17 Kec. Sei Suka 171.47 171.47 18 Kec. Medang Deras 65.47 65.47 19 Kec. Kisaran Barat 32.96 32.96 20 Kec. Kisaran Timur 38.92 38.92

II Kota Tanjung Balai 61 1 Kec.Datuk Bandar 37.06 37.06

2 Kec. Tanjung Balai Selatan 1.98 1.98

3 Kec. Tanjung Balai Utara 0.84 0.84 4 Kec. Sei Tualang Raso 8.09 8.09 5 Kec. Teluk Nibung 12.55 12.55

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 2288 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.6. Luas Wilayah Daerah Aliran Sungai Asahan per Kabupaten (Lanjutan)

WS Asahan Luas

Administratif (km2

Luas WS Asahan

(km) 2) III Kabupaten Simalungun 738.42

1 Kec.Dolok Pardamean 90.45 90.45 2 Kec. Purba 172 172 3 Kec. Dolok Panribuan 156.48 156.48 4 Kec. Silimakuta 144.9 144.9 5 Kec.Sidamanik 83.56 83.56 6 Kec. Pem Sidamanik 91.03 91.03

IV Kabupaten Toba Samosir 2021.8 1 Kec. Balige 115.5 115.5 2 Kec. Laguboti 73.9 73.9 3 Kec. Habinsaran 732.06 732.06 4 Kec. Borbor 188.79 188.79 5 Kec. Silaen 62.6 62.6 6 Kec. Sigumpar 25.5 25.5 7 Kec. Porsea 109.3 109.3 8 Kec. Pintu Pohan Meranti 386.95 386.95 9 Kec. Lumban Julu 111.5 111.5 10 Kec. Uluan 118.7 118.7 11 Kec. Ajibata 97 97

Total 7435 7435 Sumber: BPS Kabupaten/Kota Terkait Tahun 2004 3.3.2. Kependudukan

Dari segi kependudukan, penduduk yang bermukim di Wilayah Sungai Asahan pada tahun 2004 berjumlah ± 1.435.489 dengan tingkat kepadatan dan penyebaran. Ditinjau dari segi kepadatan penduduk, tingkat kepadatan tertinggi di kota Tanjung Balai, yaitu sebesar 39205 jiwa/km2, dan yang terendah di Kabupaten Toba Samosir, dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 83 jiwa/km2 (jarang) . Laju pertumbuhan penduduk rata-rata di WS Asahan selama periode 2000 - 2003 relatif rendah sebagaimana tersaji pada Tabel 3.7 sampai dengan Tabel 3.9, di Kabupaten Asahan sebesar 2,01 %, Kota Tanjung Balai sebesar 3,24 %, sedangkan pertumbuhan minus terjadi di Kabupaten Simalungun dan Toba Samosir, masing-masing sebesar – 2 % dan - 2.,2 %.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 2299 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Diduga pertumbuhan minus terjadi dikarenakan ada penduduk usia kerja yang pindah dan bekerja di kabupaten/kota lain, baik dalam satu provinsi maupun keluar provinsi.

Tabel 3.7. Laju Pertumbuhan Penduduk di WS Asahan

No. Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan Penduduk per tahun

(%)

1 Kabupaten Asahan 2.01

2 Kota Tanjung Balai 3.24

3 Kabupaten Simalungun -2

4 Kabupaten Toba Samosir -2.2

Tabel 3.8. Jumlah Penduduk di WS Asahan Periode Tahun 2004

Kabupaten /Kota Kecamatan

Data Kependudukan Tahun 2004

Jumlah Penduduk

2004

Luas Wilayah ( Km2)

Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2

Jumlah KK

Rata-rata per KK

2 3 4 5 6 7

Kab. Asahan 1009856 4614.71 219 212978 4.74

1 Kec.BP Mandoge 31627 651 49 7069 4.47 2 Kec. Bandar

Pulau 51707 735 70 11505 4.49

3 Kec. Pulau Rakyat

30754 250.99 123 6789 4.53

4 Kec. Aek Kuasan 42399 181.01 234 8971 4.73 5 Kec. Sei

Kepayang 37960 454 84 7582 5.01

6 Kec. Tanjung Balai

32902 55.91 588 6175 5.33

7 Kec. Simpang Empat

51542 226.55 228 11247 4.58

8 Kec. Air Batu 69192 190.71 363 14674 4.72 9 Kec. Buntu Pane 52117 435.5 120 11829 4.41

10 Kec. Meranti 61102 284.96 214 13474 4.53 11 Kec. Air Joman 58262 155 376 12090 4.82 12 Kec. Tanjung

Tiram 58132 173.79 334 10901 5.33

13 Kec. Sei Balai 33627 109.88 306 7509 4.48

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 3300 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.8. Jumlah Penduduk di WS Asahan Periode Tahun 2004 (Lanjutan)

Kabupaten /Kota Kecamatan

Data Kependudukan Tahun 2004

Jumlah Penduduk

2004

Luas Wilayah ( Km2)

Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2

Jumlah KK

Rata-rata per KK

2 3 4 5 6 7 14 Kec. Talawi 53324 89.8 594 10652 5.01 15 Kec. Lima Puluh 83575 239.55 349 17477 4.78 16 Kec. Air Putih 45931 72.24 636 9967 4.61 17 Kec. Sei Suka 50474 171.47 294 11140 4.53 18 Kec. Medang

Deras 44326 65.47 677 9259 4.79

19 Kec. Kisaran Barat

55900 32.96 1696 11632 4.81

20 Kec. Kisaran Timur

65003 38.92 1670 13036 4.99

Kota Tanjung Balai 150991 60.52 37931 29394 5.14

1 Kec.Datuk Bandar

2 Kec. Tanjung Balai Selatan

21704 1.98 10692 4541 4.78

3 Kec. Tanjung Balai Utara

17059 0.84 20308 3352 5.09

4 Kec. Sei Tualang Raso

21682 8.09 2680 4059 5.34

5 Kec. Teluk Nibung

34314 12.55 2734 6690 5.13

Kab. Simalungun 118191 738.42 160 28293 4.18

1 Kec.Dolok Pardamean

14497 90.45 160 3502 4.14

2 Kec. Purba 18004 172 105 4352 4.14 3 Kec. Dolok

Panribuan 18809 156.48 120 4440 4.24

4 Kec. Silimakuta 21888 144.9 151 4950 4.42 5 Kec.Sidamanik 29551 83.56 354 7155 4.13 6 Kec. Pem

Sidamanik 15442 91.03 170 3894 3.97

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 3311 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.8. Jumlah Penduduk di WS Asahan Periode Tahun 2004 (Lanjutan)

Kabupaten /Kota Kecamatan

Data Kependudukan Tahun 2004

Jumlah Penduduk

2004

Luas Wilayah ( Km2)

Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2

Jumlah KK

Rata-rata per KK

2 3 4 5 6 7

Kab. Toba Samosir 167907 2021.8 83 36749 4.57

1 Kec. Balige 47412 115.5 410 8784 5.40 2 Kec. Laguboti 16945 73.9 229 3973 4.27 3 Kec. Habinsaran 19959 732.06 27 4635 4.31 4 Kec. Borbor 7533 188.79 40 1745 4.32 5 Kec. Silaen 10608 62.6 169 2503 4.24 6 Kec. Sigumpar 6624 25.5 260 1615 4.10 7 Kec. Porsea 24689 109.3 226 5768 4.28 8 Kec. Pintu Pohan

Meranti 7928 386.95 20 1653 4.80

9 Kec. Lumban Julu

11179 111.5 100 2655 4.21

10 Kec. Uluan 8281 118.7 70 1903 4.35 11 Kec. Ajibata 6749 97 70 1515 4.45

JUMLAH TOTAL WS ASAHAN

1446945 7435 195 307414 4.71

Tabel 3.9. Kepadatan dan Penyebaran Penduduk di DAS Asahan

WS Asahan Luas Administratif

(km2

Jumlah Penduduk Th 2004 (Jiwa)

)

Kepadatan Jiw/km2

I Kab. Asahan 4614.71 1009856 219 1 Kec.BP Mandoge 651 31627 49 2 Kec. Bandar Pulau 735 51707 70 3 Kec. Pulau Rakyat 250.99 30754 123 4 Kec. Aek Kuasan 181.01 42399 234 5 Kec. Sei Kepayang 454 37960 84 6 Kec. Tanjung Balai 55.91 32902 588 7 Kec. Simpang Empat 226.55 51542 228 8 Kec. Air Batu 190.71 69192 363 9 Kec. Buntu Pane 435.5 52117 120 10 Kec. Meranti 284.96 61102 214 11 Kec. Air Joman 155 58262 376 12 Kec. Tanjung Tiram 173.79 58132 334 13 Kec. Sei Balai 109.88 33627 306 14 Kec. Talawi 89.8 53324 594 15 Kec. Lima Puluh 239.55 83575 349 16 Kec. Air Putih 72.24 45931 636 17 Kec. Sei Suka 171.47 50474 294 18 Kec. Medang Deras 65.47 44326 677

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 3322 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.9. Kepadatan dan Penyebaran Penduduk di DAS Asahan (Lanjutan)

WS Asahan Luas Administratif

(km2

Jumlah Penduduk Th 2004 (Jiwa)

)

Kepadatan Jiw/km2

19 Kec. Kisaran Barat 32.96 55900 1696 20 Kec. Kisaran Timur 38.92 65003 1670

II Kota Tanjung Balai 61 139535 39205 1 Kec.Datuk Bandar 37.06 47904 1293 2 Kec. Tanjung Balai Selatan 1.98 24327 12286 3 Kec. Tanjung Balai Utara 0.84 17478 20807 4 Kec. Sei Tualang Raso 8.09 19331 2389 5 Kec. Teluk Nibung 12.55 30495 2430

III Kabupaten Simalungun 738.42 118191 160 1 Kec.Dolok Pardamean 90.45 14497 160 2 Kec. Purba 172 18004 105 3 Kec. Dolok Panribuan 156.48 18809 120 4 Kec. Silimakuta 144.9 21888 151 5 Kec.Sidamanik 83.56 29551 354 6 Kec. Pem Sidamanik 91.03 15442 170

IV Kabupaten Toba Samosir 2021.8 167907 83 1 Kec. Balige 115.5 47412 410 2 Kec. Laguboti 73.9 16945 229 3 Kec. Habinsaran 732.06 19959 27 4 Kec. Borbor 188.79 7533 40 5 Kec. Silaen 62.6 10608 169 6 Kec. Sigumpar 25.5 6624 260 7 Kec. Porsea 109.3 24689 226 8 Kec. Pintu Pohan Meranti 386.95 7928 20 9 Kec. Lumban Julu 111.5 11179 100 10 Kec. Uluan 118.7 8281 70 11 Kec. Ajibata 97 6749 70

Total WS Asahan 7435 1435489 195

3.3.3. Mata Pencaharian dan Pendapatan Penduduk

Jenis mata pencaharian utama di Kabupaten Simalungun didominasi lapangan usaha pada sektor pertanian sebesar 62,14 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu sebesar 15,67 , sektor Jasa-jasa sebesar 7,8 % Demikian pula di Kabupaten Asahan didominasi sektor pertanian sebesar 51,18 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu sebesar 17,53 % dan sektor Jasa-jasa sebesar 11,19 %.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 3333 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Di Kota Tanjung Balai, jenis mata pencaharian utama pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (25,54 %) , sektor pertanian (22,5 %), dan sektor Jasa-jasa (21,4 %) . Sedangkan di Kabupaten Toba Samosir tidak tersedia data yang dapat disajikan, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.10 sebagai berikut : Tabel 3.10. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha di WS Asahan Tahun 2004

No. Jenis Lapangan Usaha Kabupaten Simalungun

(%)

Kabupaten Asahan

(%)

Kabupaten Tobasa

(%)

Kota Tanjung Balai (%)

1 Pertanian 62.14 51.18 (*) 22.5 2 Penggalian 0.39 0.14 (*) 0 3 Industri 4.8 8.8 (*) 7.78 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.15 0.14 (*) 0.32

5 Bangunan 4.33 4.79 (*) 4.64 6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 15.67 17.53 (*) 25.54

7 Pengangkutan dan Komunikasi

4.29 5.56 (*) 16.78

8 Keuangan, Asuransi dan Usaha Persewaan

0.43 0.69 (*) 0.94

9 Jasa-jasa 7.8 11.19 (*) 21.4 10 Lainnya 0.11

Sumber : Susenas 2004, BPS Kab/Kota Terkait (*) Tidak tersedia data

3.3.4. Sektor Pertanian

Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam pencapaian PDRB Kabupaten/Kota yang berada di WS Asahan. Di Kabupaten Asahan, sektor pertanian memberikan kontribusi PDRB terbesar kedua yaitu sebesar 35,58 %. Demikian pula halnya di Kabupaten Toba Samosir , sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar kedua yaitu sebesar 31,76 % . Sedangkan di Kabupaten Simalungun sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pertama yaitu sebesar 59,994 %, demikian pula halnya di Kota Tanjung Balai sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pertama yaitu sebesar 25,23 %

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 3344 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.3.4.1. Sub Sektor Tanaman Pangan

Sub Sektor Tanaman Pangan memiliki peranan penting dalam memberikan kontribusi pada sektor Pertanian, yang didominasi oleh padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang hijau dan kacang tanah, adapun luas areal pertanian tanaman pangan dan hasil produksinya sebagaimana tersaji pada Tabel 3.11 dibawah ini.

Tabel 3.11. Produksi Tanaman Palawija di WS Asahan Tahun 2004

No. Jenis Tanaman Luas

Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Rata-rata Prod

(Kw/Ha) I Kab. Asahan 1 Jagung 4859 5189 22401 43.17 2 Ubi Kayu 1076 1127 34073 302.33 3 Kacang Kedelai 275 11.95652 0 195.00 4 Ubi Jalar 195 178 2575 144.66 5 Kacang Tanah 129 138 181 13.12 6 Kacang Hijau 200 197 212 10.76 II Kota Tanjung Balai (* 2002) 1 Jagung 0 27 78.3 29 2 Ubi Kayu 0 20 280 140 3 Kacang Kedelai 0 0 0 0 4 Ubi Jalar 0 0 0 0 5 Kacang Tanah 0 0 0 0 6 Kacang Hijau 0 0 0 0 III Kab. Simalungun 1 Jagung 0 22149 97807 44.16 2 Ubi Kayu 0 1315 28443 216.30 3 Kacang Kedelai 7 14 0 0.00 4 Ubi Jalar 0 905 13426 148.35 5 Kacang Tanah 0 3423 5719 16.71 6 Kacang Hijau 0 118 130 11.02 IV Kab. Toba Samosir 1 Jagung 0 2786 12592 45.20 2 Ubi Kayu 0 1370 19290 140.80 3 Kacang Kedelai 0 0 0 0.00 4 Ubi Jalar 0 0 0 0.00 5 Kacang Tanah 0 373 947 25.39 6 Kacang Hijau 0 0 0 0.00 Total WS Asahan : 1 Jagung 4859 30151 132878.3 44.07 2 Ubi Kayu 1076 3832 82086 214.21 3 Kacang Kedelai 282 25.95652 0 0.00 4 Ubi Jalar 195 1083 16001 147.75 5 Kacang Tanah 129 3934 6847 17.40 6 Kacang Hijau 200 315 342 10.86

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 3355 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Produksi padi di WS Asahan dalam lima tahun terakhir (tahun 2001 s/d 2004) telah mengalami penurunan, pada tahun 2001 total produksi padi sawah di WS Asahan mencapai 913426 ton, dan pada tahun 2004 turun menjadi 491909 ton. Demikian pula untuk padi ladang, pada tahun 2000 produksinya mencapai 62475 ton dan pada tahun 2004 turun menjadi 36045 ton, selengkapnya disajikan pada Tabel 3.12 sampai dengan Tabel 3.14.

Tabel 3.12. Produksi Tanaman Padi di WS Asahan Tahun 2004

No. Jenis Tanaman Luas

Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Rata-rata Prod

(Kw/Ha) I Kab. Asahan 63094 60482 329163 54.42 1 Padi Sawah 62113 59594 325716 54.66 2 Padi Ladang 981 888 3447 38.82 II Kota Tanjung Balai (*) 220 924 42.00 1 Padi Sawah (*) 220 924 42.00 2 Padi Ladang (*) (*) (*) (*) III Kab. Simalungun (*) (*) 91919 38.36 1 Padi Sawah (*) 12471 61857 49.60 2 Padi Ladang (*) 11489 30062 26.17 IV Kab. Toba Samosir (*) (*) 105948 49.31 1 Padi Sawah (*) 20397 103412 50.70 2 Padi Ladang (*) 1091 2536 23.24 Total WS Asahan : 63094 106150 527954 49.74 1 Padi Sawah 62113 92682 491909 196.96 2 Padi Ladang 981 13468 36045 88.23

Catatan : (*) tidak ada data

Tabel 3.13. Perkembangan Produksi Padi Sawah di WS Asahan Tahun 2001-2004 Kabupaten/Kota Perkembangan Produksi Padi Sawah (ton)

2000 2001 2002 2003 2004 1. Kabupaten Asahan 335041 263191 245105 317657 325716 2. Kota Tanjung Balai 4151 1722 390 1062 924 3. Kota Simalungun 398067 411638 413827 438761 61857 4. Kabupaten Toba Samosir 176167 160565 138633 156456 103412 Jumlah WS Asahan 913426 837116 797955 913936 491909

Tabel 3.14. Perkembangan Produksi Padi Ladang di WS Asahan Tahun 2001-2004

Kabupaten/Kota Perkembangan Produksi Padi Ladang (ton) 2000 2001 2002 2003 2004

1. Kabupaten Asahan 4482 3567 4191 4834 3447 2. Kota Tanjung Balai 3. Kota Simalungun 51729 52252 54540 56675 30062 4. Kabupaten Toba Samosir 6264 4983 3861 2684 2536 Jumlah WS Asahan 62475 60802 62592 64193 36045

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 3366 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.3.4.2. Sub Sektor Perkebunan

Komoditi perkebunan rakyat yang dibudidayakan di WS Asahan adalah karet (10332,70 Ha), kelapa sawit ( 24240,30 Ha), kelapa (43118,20 Ha), coklat ( (10118,81 Ha) dan kopi ( 3941,06 ha). Hasil produksi perkebunan rakyat di WS Asahan pada Tahun 2004 ( lihat Tabel 3.15.) antara lain : 5798.30 ton karet 70000,89 ton kelapa sawit , 45540,12 ton kelapa, 9321,43 ton coklat dan 3633,68 ton kopi. Komoditas perkebunan besar yang dikelola oleh pihak swasta/negara, membudidayakan tanaman karet seluas 51710,32 Ha , kelapa sawit seluas 170816,32 Ha, coklat seluas 8744,92 Ha dan teh seluas 8372,75 Ha. Berturut-turut hasil produksi perkebunan swasta/negara pada tahun 2004 : 53579,88 ton karet, 3191197, 90 ton sawit, 444926,00 minyak sawit, 64119 ton industri sawit, 9648,24 ton coklat dan 16141, 25 ton teh (lihat Tabel 3.16). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.15 dan Tabel 3.16 sebagai berikut :

Tabel 3.15. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat di WS Asahan Tahun 2004

No. Tanaman Perkebunan

Luas Areal Perkebunan Rakyat (Ha) Produksi (Ton) TBM TM TTM Jumlah

Total I Kab. Asahan 1 Karet 293.00 7169.00 2145.00 9607.00 5274.00 2 Kelapa Sawit 5643.00 15871.00 1431.00 22945.00 60861.00 3 Kelapa 1141.00 33806.00 7992.00 42939.00 28284.00 4 Coklat 1701.00 8053.00 391.00 10145.00 9206.00 5 Kopi 8.00 13.00 1.00 22.00 5.20 6 Aren 16.00 110.00 22.00 148.00 85.50 7 Kemiri 0.00 11.00 0.00 11.00 48.00 8 Kapuk 9.00 24.50 5.50 39.00 7.70 9 Cengkeh 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 10 Pinang 61.00 266.00 48.00 375.00 225.00 11 Vaneli 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 12 Teh 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 II Kota Tanjung Balai 1 Karet 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2 Kelapa Sawit 0.00 0.00 0.00 0.00 696.00 3 Kelapa 0.00 0.00 0.00 0.00 17137.00 4 Coklat 0.00 0.00 0.00 0.00 88.80

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 3377 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.15. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat di WS Asahan Tahun 2004 (Lanjutan)

No. Tanaman Perkebunan

Luas Areal Perkebunan Rakyat (Ha) Produksi (Ton) TBM TM TTM Jumlah

Total III Kab. Simalungun 1 Karet 0.00 1.20 0.10 1.30 1.10 2 Kelapa Sawit 0.00 16.20 0.00 16.20 307.09 3 Kelapa 0.00 31.00 30.00 61.00 26.82 4 Coklat 11.81 5.00 0.00 16.81 4.63 5 Kopi 1108.15 2806.81 4.00 3919.06 3628.48 6 Aren 7.00 54.10 1.60 62.70 50.47 7 Kemiri 7.00 94.33 10.00 129.44 166.98 8 Kapuk 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9 Cengkeh 162.44 45.00 4.00 211.44 1088.75 10 Pinang 22.90 27.49 0.00 50.39 13.89 11 Vaneli 11.30 0.00 0.00 11.30 0.00 12 Teh 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 IV Kab. Toba Samosir 1 Karet 0.00 724.40 0.00 724.40 523.20 2 Kelapa Sawit 0.00 1279.10 0.00 1279.10 8136.80 3 Kelapa 0.00 118.20 0.00 118.20 92.30 4 Coklat 0.00 27.00 0.00 27.00 22.00 5 Kopi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6 Aren 0.00 36.80 0.00 36.80 4.50 7 Kemiri 0.00 18.80 0.00 18.80 12.40 8 Kapuk 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9 Cengkeh 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 10 Pinang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 11 Vaneli 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 12 Teh 0.00 206.50 0.00 206.50 205.46

TOTAL WS Asahan :

1 Karet 293.00 7894.60 2145.10 10332.70 5798.30 2 Kelapa Sawit 5643.00 17166.30 1431.00 24240.30 70000.89 3 Kelapa 1141.00 33955.20 8022.00 43118.20 45540.12 4 Coklat 1712.81 8085.00 391.00 10188.81 9321.43 5 Kopi 1116.15 2819.81 5.00 3941.06 3633.68 6 Aren 23.00 200.90 23.60 247.50 140.47 7 Kemiri 7.00 124.13 10.00 159.24 227.38 8 Kapuk 9.00 24.50 5.50 39.00 7.70 9 Cengkeh 162.44 45.00 4.00 211.44 1088.75 10 Pinang 83.90 293.49 48.00 425.39 238.89 11 Vaneli 11.30 0.00 0.00 11.30 0.00 12 Teh 0.00 206.50 0.00 206.50 205.46

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 3388 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.16. Produksi Tanaman Perkebunan PTPN/Swasta di WS Asahan Tahun 2004

No.

Tanaman Perkebunan

Luas Area (Ha) Produksi (ton)

I Kab. Asahan 1 Karet/ Rubber 30676.03 29691.39

2 Kelapa Sawit/ Palm Oil

99367.22 2118696.00 Sawit

444926.00 MS

64119.00 IS

3 Coklat / Kakao 576 664 4 Teh 0 0 II Kota Tanjung Balai 1 Karet/ Rubber

2 Kelapa Sawit/ Palm Oil

3 Coklat / Kakao 4 Teh III Kab. Simalungun 1 Karet/ Rubber

2 Kelapa Sawit/ Palm Oil

3 Coklat / Kakao 4 Teh IV Kab. Toba Samosir 1 Karet/ Rubber 21034.29 23888.49

2 Kelapa Sawit/ Palm Oil 71449.10 1072501.90

3 Coklat / Kakao 8168.92 8984.24 4 Teh 8372.75 16141.25

TOTAL WS Asahan :

1 Karet/ Rubber 51710.32 53579.88 0.00 0.00

2 Kelapa Sawit/ Palm Oil

170816.32 3191197.90 Sawit

444926.00 MS

64119.00 IS

3 Coklat / Kakao 8744.92 9648.24 0.00 0.00 4 Teh 8372.75 16141.25 0.00 0.00

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 3399 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Selain karet, komoditi perkebunan lainnya dan merupakan primadona bagi Provinsi Sumatera Utara adalah kelapa sawit. Harga jual output yang relatif menguntungkan, tersedianya dan relatif murahnya bibit, teknologi budidaya yang relatif sederhana, biaya pemeliharaan relatif rendah, serangan hama penyakit relatif kecil, dan harga lahan yang relatif rendah merangsang masyarakat untuk bercocok tanam komoditi kelapa sawit. 3.3.4.3. Sub Sektor Perikanan

Produksi ikan air tawar di WS Asahan sebanyak 852,61 ton , Kabupaten Toba Samosir merupakan kontributor terbesar yaitu sebanyak 655,96 ton . Ikan yang dihasilkan berasal dari dari danau/waduk sebanyak 448,81 ton, sungai/perairan umum sebanyak 82,79 ton, kolam air tenang sebanyak 178,60 ton, kolam air deras sebanyak 3,46 ton, sawah sebanyak 355,36 ton dan jaring apung sebanyak 232,50 ton. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17. Data Sub Sektor Perikanan Darat ( In Land) di WS Asahan Tahun 2004

No.

Kabupaten /Kota

Produksi Perikanan Darat/ In Land (ton)

Danau/ Waduk

Perairan Umum/ Sungai

Budi Daya Ikan Jml Prod

Luas Areal

Kolam+ Sawah

(Ha)

Jml Ko lam

Kolam Air

Tenang

Kolam Air

Deras Sawah Jaring

Apung

I Kab. Asahan 0.00 19.00 0.00 0.00 0.00 53.00 72.00 0.00 338

II

Kota Tanjung Balai 0.00 37.45 0.00 0.00 0.00 28.80 66.25 0.00 0

III

Kab. Simalungun 77.27 5.60 0.00 0.00 0.00 52.80 58.40 63.70 172

IV

Kab. Toba Samosir 371.54 20.74 178.60 3.46 355.26 97.90 655.96 1177.20 0

Total WS Asahan 448.81 82.79 178.60 3.46 355.26 232.50 852.61 1240.90 510.

3.3.4.4. Sub Sektor Peternakan

Sub sektor peternakan ruminansia meliputi empat jenis ternak yang dominan yaitu usaha ternak sapi, kerbau, domba/kambing dan babi Usaha ternak ini umumnya adalah usaha ternak rakyat. Data usaha penggemukan sapi (fattening) ataupun usaha sapi perah di WS Asahan tidak ditemukan ,

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 4400 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

sedangkan usaha ternak kerbau , domba/kambing dan babi hampir seluruhnya usaha ternak rakyat. Produksi daging ternak di WS Asahan pada tahun 2004 tercatat 22723,87 ton daging sapi, 55739,2 ton daging kerbau, dan 30690,97 ton daging kambing/domba. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.18 sampai dengan Tabel 3.21. Tabel 3.18. Data Produksi Daging Ternak di WS Asahan Tahun 2004

No. Kabupaten /Kota Kecamatan

Produksi Daging (Ton)

Sapi Kerbau Kambing/Domba

1 2 3 4 5

I Kab. Asahan 1945.5 317.2 114.2 II Kota Tanjung Balai 20700 55192 30570 III Kab. Simalungun 76.93 123.402 6.768 IV Kab. Toba Samosir 1.44 106.59 0 Total WS Asahan 22723.87 55739.2 30690.97

Tabel 3.19. Data Produksi Daging Unggas di WS Asahan Tahun 2004

No. Kabupaten /Kota Kecamatan

Jumlah Produksi Daging Unggas (Ton) Ayam Ras

Petelur (ekor)

Ayam Ras Pedaging

Ayam Kampung

Itik/Itik Manila

Burung Puyuh

1 2 3 4 5 6 7 I Kab. Asahan 1101000 129.20 17.8 76.52 0 II Kota Tanjung Balai 188375 59.50 0 227.1 0 III Kab. Simalungun 0 5.95 0 199.2 0 IV Kab. Toba Samosir 0 0.00 0 0 0 Total WS Asahan 1289375 194.65 17.8 502.82 0

Tabel 3.20. Data Populasi Ternak di WS Asahan Tahun 2004

No. Kabupaten /Kota Kecamatan

Populasi Ternak (Ekor)

Sapi Kerbau Kuda Sapi Perah Kambing Domba Babi

1 2 3 4 5 6 7 8 9

I Kab. Asahan 35504 4532 0 0 163648 31016 9251 II Kota Tanjung Balai 30 49 6 0 2132 294 421 III Kab. Simalungun 4185 4907 0 0 3386 0 35640 IV Kab. Toba Samosir 757 15707 729 0 2596 108 12469 Total WS Asahan 40476 25195 735 0 171762 31418 57781

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 4411 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.21. Data Populasi Unggas di WS Asahan Tahun 2004

No. Kabupaten /Kota Kecamatan

Jumlah Populasi Unggas (ekor)

Ayam RasPetelur

Ayam Ras Pedaging

Ayam Kampung

Itik/Itik Manila

Burung Puyuh

1 2 3 4 5 6 7 I Kab. Asahan 1101000 1642000 2241174 442300 0 II Kota Tanjung Balai 6300 0 32856 26801 5400 III Kab. Simalungun 77081 37167 3000487 135364 0 IV Kab. Toba Samosir 0 0 322130 35556 0 Total WS Asahan 1184381 1679167 5596647 640021 5400

Pada tahun 2004, populasi ternak sapi di WS Asahan berjumlah 40476 ekor, kerbau berjumlah 25195 ekor, kuda 735 ekor, kambing 171762 ekor, domba 31418 ekor dan babi 57781 ekor. Sedangkan populasi unggas, ayam ras petelur berjumlah 1184381 ekor, ayam ras pedaging 1679167 ekor, ayam kampung 5596647 ekor dan burung puyuh 5400 ekor. 3.3.4.5. Sub Sektor Kehutanan

Luas hutan di WS Asahan sampai pada tahun 2004 berjumlah 196865,30 Ha dimana Kabupaten Simalungun memiliki hutan terluas yakni 105593,70 Ha (53,638%) dan kedua terbesar adalah Kabupaten Toba Samosir dengan luas 48570 Ha (24,672%), ketiga Kabupaten Asahan dengan luas 42701,50 Ha, sedangkan Kota Tanjung Balai tidak memiliki hutan. Luas hutan lindung terbesar di WS Asahan terdapat di Kabupaten Asahan dengan luas 32494 Ha, sementara di Kabupaten Simalungun luas hutan lindung 47615 Ha dan di Kabupaten Toba Samosir luas hutan lindung sebesar 32868 Ha. Luas hutan lindung ini perlu dijaga kelestariannya karena merupakan daerah tangkapan air WS Asahan. Tata guna lahan hutan di WS Asahan dapat dilihat pada Tabel 3.22.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 4422 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.22. Tata Guna Lahan Hutan di WS Asahan Tahun 2004

No. Kabupaten /Kota Kecamatan

Tata Guna Hutan (Ha)

Hutan Produksi

Hutan Lindung

Hutan Konservasi

I Kab. Asahan 10207.50 32494.00 0.00 II Kota Tanjung Balai 0.00 0.00 0.00 III Kab. Simalungun 57810.60 47615.10 168.00 IV Kab. Toba Samosir 3302.00 32868.10 12400.00 Total DAS Asahan 71320.10 112977.20 12568.00

Luas hutan produksi terbatas yaitu hutan yang dapat diproduksi dengan sistim tebang pilih terdapat di Kabupaten Asahan seluas 8061,50 Ha. Luas hutan produksi tetap di Kabupaten Asahan seluas 2146 Ha, Kabupaten Simalungun seluas 57810,60 Ha dan Kabupaten Toba Samosir seluas 3302 Ha. Jenis hutan berdasarkan fungsi lainnya adalah hutan konservasi yang secara langsung juga penting peranannya dalam menjaga konservasi sumberdaya alam. Fungsi utama hutan ini adalah menjaga kelestarian satwa langka yang masih ada. Luas hutan suaka margasatwa pada tahun 2004 di WS Asahan seluas 12568 Ha dimana seluas 168 Ha (1,34 %) berada di Kabupaten Simalungun dan 12400 Ha (98,66 %) berada di Kabupaten Toba Samosir. Untuk menjaga kelestarian hutan di Kabupaten Toba Samosir , pihak pemerintah telah melakukan program penghijauan (reforesting) seluas 60 Ha ( 2002/2003) , 687 Ha ( 2003/2004) dan 544 Ha pada tahun anggaran 2004/2005. Selain itu di kabupaten tersebut telah dilakukan pula reboisasi (reforestation) seluas 2779 Ha pada tahun 2003/2004 dan seluas 703 Ha pada tahun 2004/2005 Dari data yang tersedia produksi hasil hutan di Kabupaten Simalungun tahun 2004 berupa kayu Pinus sebanyak 845,28 m3 , kayu Akasia berjumlah 377,28 m3, kayu Eucaliptus berjumlah 74610,96 m3, rotan sebanyak 17910 batang, kulit kayu sebanyak 47110 ton, arang sebanyak 253 ton dan getah Tusam sebanyak 736 kg. Sedangkan di Kabupaten Toba Samosir pada periode 2004/2005 hasil hutan meliputi Log Pinus sebanyak 19967,98 m3, Pulp sebanyak 176506,6 ton, Eucaliptus sebanyak 64345,18 m3 .

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 4433 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.3.5. Sektor Energi dan Air Bersih

3.3.5.1. Sub Sektor Listrik

Jumlah pelanggan listrik di WS Asahan sebanyak 113715 unit , dimana pelanggan terbesar adalah pelanggan rumah tangga Kabupaten Toba Samosir merupakan pengkonsumsi lisrik terbesar di WS Asahan pada tahun 2004 yaitu 36657067 KVA, kemudian diikuti oleh Kota Tanjung Balai sebesar 19259220 KVA. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.23. Tabel 3.23. Data Sub Sektor Listrik di Wilayah Sungai Asahan Tahun 2004

No. Kabupaten /Kota

Jumlah Pelanggan dan KVA Tersambung

Jumlah Pelanggan

KVA Tersambung

KVA Terjual

Nilai Penjualan

(Rp)

1 Kab. Asahan 40938 24350.3 30893.5 (*) 2 Kota Tanjung Balai 23322 19259220 4639299 2237014067 3 Kab. Simalungun 18638 (*) (*) (*) 4 Kab. Toba Samosir 30817 36657067 (*) (*)

Total WS Asahan 113715 (**) (**) (**) (*), data tidak ada (**), data tidak lengkap

Pada Tabel 3.24. dibawah ini disajikan persentase rumah tangga yang memanfaatkan sumber penerangan baik yang berasal dari PLN,non PLN dan lainnya. Tabel 3.24. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan

No. Kab/Kota Listrik PLN (%)

Listrik Non PLN

(%)

Petromaks/ Aladin

(%)

Pelita, Senter, Obor

(%)

Lainnya (%)

I Kab. Asahan 87,81 2,70 1,51 8,18 0 II Kota Tanjung Balai 93,28 3,43 1,80 1,48 0 III Kab. Simalungun 94.08 0 1,55 3.35 0,12 IV Kab. Toba Samosir 96,35 0 0,16 3,17 0,32

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 4444 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.3.5.2. Sub Sektor Air Bersih

Jumlah konsumsi air bersih yang berasal dari PDAM di WS Asahan pada tahun 2004 ( tidak termasuk Kabupaten Asahan ) sebesar 10397398 m3

Jumlah pelanggan air PAM terbanyak dari Kota Tanjung Balai, yaitu sebanyak 15254 pelanggan, dengan kebutuhan produksi air bersih sebesar 5193061mm

, dengan jumlah pelanggan 20909 unit, dengan nilai penjualan Rp. 11.453.244.100,-

33

Peningkatan jumlah pelanggan di Kabupaten Simalungun pada periode 2002 – 2004 meningkat tajam sebesar 195, 208 %, yang diikuti dengan peningkatan produksi sebesar 0,366 %, dengan kecilnya peningkatan produksi ini,maka diperkirakan peningkatan jumlah pelanggan berasal dari sektor rumah tangga. Selengkapnya tersaji pada Tabel 3.25 sampai dengan Tabel 3.27. Tabel 3.25. Jumlah Produksi dan Pelanggan Air Bersih Tahun 2004 di WS Asahan

.. Pelanggan terbesar berasal dari rumah tangga yaitu sebesar 14094 unit, diikuti hotel dan restoran sebanyak 782 unit dan badan sosial/ rumah sakit sebanyak 231 unit.

No. Kabupaten /Kota

Prosentase Terhadap Cakupan Pelayanan Kabupaten/Kota

Jml Pelanggan dan Produksi Air Bersih Tahun 2004

Jml Pelanggan

Prod. Air Bersih (M3)

Nilai Air Bersih

(1000 Rp)

I Kabupaten Asahan

Kab. Asahan Seluruhnya (*) 3856342 4074010 Pada WS Asahan (*) 3856342 4074010 Prosentase Thd Kabupaten 100 100 100

II Kota Tanjung Balai

Kota Tanjung Balai Seluruhnya 15254 5193061 5982248.14 Pada DAS Asahan 15254 5193061 5982248.14 Prosentase Thd Kota 100 100 100

III Kabupaten Simalungun

Kab. Simalungun Seluruhnya 28706 5431916 2525411 Pada WS Asahan 2258 316571 193668 Prosentase Thd Kabupaten 7.87 5.83 7.67

IV Kabupaten Toba Samosir

Kab. Toba Samosir Seluruhnya 3397 1031424 1203318 Pada WS Asahan 3397 1031424 1203318 Prosentase Thd Kabupaten 100 100 100

Sumber : Data diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 4455 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.26. Perkembangan Pelanggan Air Bersih di WS Asahan Tahun 2004

No. Kabupaten /Kota Kecamatan

Kenaikan Jumlah Pelanggan pada

Periode 2002-2004 (%)

Kenaikan Jumlah Produksi pada

Periode 2002-2004 (%)

I Kab. Asahan (*) (*) II Kota Tanjung Balai 4.766 - 0.006 III Kab. Simalungun 195.208 0.366 IV Kab. Toba Samosir 9.687 9.568

Catatan : (*) tidak tersedia data Sumber : BPS Kabupaten/Kota terkait Tabel 3.27. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air minum

No. Kab/Kota Ledeng (%)

Pompa (%)

Sumur (%)

Mata Air (%)

Lainnya (Sungai, hujan) (%)

I Kab. Asahan 12,58 26,57 45,22 12,28 0.90 II Kota Tanjung Balai 92,51 0,33 0,33 0,83 0 III Kab. Simalungun 27,96 20,99 20,89 1,95 10,27 IV Kab. Toba Samosir 12,81 12,59 21,21 0,79 10,79

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Pada Tabel 3.27. di atas, terlihat bahwa pelayanan air bersih yang berasal dari air PAM di Kabupaten Asahan, Simalungun dan Toba Samosir relatif masih kecil, sebagian besar penduduk masih memanfaatkan air bersih yang berasal dari sumur pompa, sumur gali, mata air dan air sungai serta air hujan. Sedangkan di Kota Tanjung Balai kebutuhan air bersih disuplai dari air PAM. 3.3.6. Sektor Pariwisata

Obyek wisata di WS Asahan pada tahun 2004 yang terdiri dari wisata alam, wisata sejarah, wisata kepurbakalaan dan wisata seni budaya. Di wilayah ini terdapat Danau Toba yang terletak di Kabupaten Toba Samosir, yang merupakan primadona dan merupakan tujuan wisata yang banyak dikunjungi baik oleh wisatawan nusantara maupun wisatawan manca negara.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 4466 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Semakin berkembangnya sektor pariwisata di wilayah ini akan berdampak pula pada semakin meningkatnya kebutuhan air dalam rangka melayani industri pariwisata seperti jasa perhotelan dan restoran, demikian pula dalam rangka penggunaan sumber daya air untuk keperluan olahraga air baik di danau maupun di sungai. Jumlah wisatawan manca negara yang berkunjung ke Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2002 sebanyak 121819 orang, pada tahun 2003 turun menjadi 98336 orang dan pada tahun 2004 meningkat lagi menjadi 112319 orang. Pada Tahun 2004, kunjungan wisatawan terbanyak berasal dari negara-negara Asean, yaitu sebesar 80366 orang ( 71,55 %) . Berdasarkan kebangsaannya jumlah turis asing yang dominan pada tahun 2004 berasal dari Malaysia yaitu sebanyak 68781 orang (61,23 %) , Singapura sebanyak 9458 orang (8,42 %) dan Belanda sebanyak 5400 orang (4,81 %). Untuk mendukung peningkatan jumlah kunjungan wisatawan perlu prasarana pariwisata yang memadai seperti, akomodasi, restoran, prasarana dan sarana transportasi, obyek wisata yang menarik, kemudahan pencapaian ke lokasi obyek wisata, keramahtamahan dan keamanan. Dari observasi lapangan semua prasarana pariwisata ini sudah dimiliki oleh Kabupaten/Kota yang terletak di WS Asahan. Selengkapnya tersaji pada Tabel 3.28 dan Tabel 3.29. Tabel 3.28. Perkembangan Jumlah Hotel dan Akomodasi lainnya di WS Asahan

Periode Tahun 2000 - 2004

No. Kabupaten/Kota Perkembangan Jumlah Hotel 2000 2001 2002 2003 2004

1 2 3 4 5 6 7 1 Kab. Asahan 8 8 8 11 12 2 Kota Tanjung Balai 7 7 7 6 7 3 Kab. Simalungun 51 52 56 50 43 4 Kab. Toba Samosir 77 84 87 86 86

Jumlah WS Asahan 143 151 158 153 148

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 4477 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.29. Jumlah Hotel dan Akomodasi lainnya Menurut Kelas di WS Asahan Periode Tahun 2004

No. Kabupaten/Kota Kelas Hotel

Bintang 1

Bintang 2

Bintang 3

Bintang 4

Bintang 5

Melati

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Kab. Asahan 1 11 2 Kota Tanjung Balai 7 3 Kab. Simalungun 1 5 1 1 35 4 Kab. Toba Samosir 3 3 80

Jumlah WS Asahan 5 8 1 1 0 133

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004 3.3.7. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri dikelompokkan atas industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga, pengelompokan tersebut didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri tersebut. Jumlah usaha industri besar dan sedang yang berada di keempat kabupaten/kota yang berada di Wilayah Sungai Asahan pada tahun 2004 sebanyak 174 buah, dengan penyerapan jumlah tenaga kerja sekitar 25781 orang. Jumlah tenaga kerja mengalalami penurunan sekitar 11,793 % dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja pada tahun 2002. Pada tahun 2004, nilai output industri besar/sedang di Kabupaten Asahan mencapai 11367,44 milyar rupiah , Kota Tanjung Balai mencapai 398,66 milyar rupiah , Kabupaten Simalungun sebesar 2051,62 milyar rupiah dan Kabupaten Toba Samosir mencapai 1227,53 milyqr rupiqh . Nilai output industri besar dan sedang mengalami peningkatan sebesar 15,245 % pada tahun 2003 dan 5,29 % pada tahun 2004, sebagaimana tersaji pada Tabel 3.30. . Industri besar dan sedang tersebut umumnya di klasifikasikan sebagai berikut :

- Industri makanan, minuman , tembakau dan lainnya - Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit - Industri kayu, barang-barang dari kayu termasuk perabot rumah tangga - Industri kertas, barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan - Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara,

karet dan plastik - Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 4488 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

- Industri logam dasar - Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya - Industri pengolahan lainnya.

Pada tahun 2004, jumlah industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Wilayah Sungai Asahan sebanyak 1908 buah, yang mampu menyerap tenaga kerja sekitar 12513 orang. Industri kecil dan kerajinan rumah tangga tersebut umumnya bergerak di bidang aneka industri, pengolahan pangan, kerajinan sandang/kulit, industri kimia/bangunan, industri logam dan kerajinan umum lainnya, secara rinci disajikan pada Table 3.31.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 4499 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.30. Perkembangan Jumlah Industri Besar dan Sedang Periode Tahun 2002 - 2004

No. Kabupaten /Kota

Perkembangan Jumlah Industri Besar & Sedang Tahun 2002 - 2004 2002 2003 2004

Jml Industri

Nilai Input Industri (Milyar Rp.)

Nilai Ouput Industri ( Milyar

Rp.)

Jml Ten. Kerja

Jml Industri

Nilai Input Industri (Milyar Rp.)

Nilai Ouput Industri ( Milyar

Rp.)

Jml Ten. Kerja

Jml Industri

Nilai Input Industri (Milyar Rp.)

Nilai Ouput Industri ( Milyar

Rp.)

Jml Ten. Kerja

I Kab. Asahan 103 9495.68 11328.71 12421 103 8721.34 12206.24 12485 103 8821.66 11367.44 12490 II Kota Tanjung Balai 1 208.21 406.03 1912 1 178.46 307.86 2032 1 188.49 398.66 2030 III Kab. Simalungun 56 1605.64 2037.37 14194 55 1468.93 2039.85 10366 55 1520.29 2051.62 10376 IV Kab. Toba Samosir 14 8.42 11.5 701 15 110.35 1330.99 880 15 112.91 1227.53 885 Jumlah Total 174 11317.95 13783.61 29228 174 10479.08 15884.94 25763 174 10643.35 15045.25 25781

Sumber : Data Diolah

Tabel 3.31. Jumlah Industri Kecil di WS Asahan Tahun 2004

No. Kabupaten /Kota

Jumlah Industri Kecil Tahun 2004 Pengolahan

Pangan Sandang

& Kulit Kimia dan

Bahan Bangunan

Kerajinan Umum

Crumb Rubber,Latex, benang karet

Industri Logam

Jumlah Perus.

Jumlah Tenaga .Kerja

I Kab. Asahan 344 0 216 0 3 449 1012 11044 II Kota Tanjung Balai 57 82 65 33 0 143 380 2098 III Kab. Simalungun 110 14 46 9 3 131 313 4299 IV Kab. Toba Samosir 113 569 81 101 0 32 896 1469 Jumlah Total 457 569 297 101 3 481 1908 12513

Sumber : Data Diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 5500 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.3.8. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian di WS Asahan hampir dapat dikatakan sangat kecil, hanya terbatas pada bahan galian C yaitu batu gunung yang dikelola oleh 2 perusahaan dalam jumlah yang relatif kecil yaitu 1120 m3

3.3.9. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Studi

di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.

3.3.9.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara 2002 – 2004

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2004 berjumlah Rp 114,64729 triliun( termasuk Migas) dan Rp. 113,50568 (tanpa Migas) menurut harga berlaku. Dari jumlah tersebut, sektor pertanian memberikan kontribusi 27,705 %, kemudiaan sektor industri pengolahan 27,498 %, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran 18,91 %. Sektor listrik, gas dan air minum peranannya dalam memberikan kontribusi pendapatan ekonomi Sumatera Utara relatif kecil pada tahun 2004, yaitu sebesar 1,420 %. Rincian tertera pada Tabel 3.32 sampai dengan Tabel 3.36. Selama periode 2002 – 2004, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara rata-rata 14,068 %/tahun menurut harga berlaku (nominal). Sedangkan berdasarkan harga konstan tahun 1993 ( PDRB riil) selama periode 2002 – 2004 ekonomi Provinsi Sumatera Utara bertumbuh rata-rata 4,793 %/tahun. Tabel 3.32. Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002- 2004 Atas

Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah)

Lapangan Usaha 2002 (%) 2003 (%) 2004 (%)

1 Pertanian 26,638.44 30.23 28,634.17 28.26 31,763.44 27.71

2 Penggalian 1,452.25 1.65 1,571.24 1.55 1,711.84 1.49

3 Industri 23,201.30 26.33 27,868.20 27.50 31,526.34 27.50

4 Listrik, Gas dan Air Minum 1,071.76 1.22 1,398.11 1.38 1,628.16 1.42

5 Bangunan 3,693.60 4.19 4,329.64 4.27 5,283.17 4.61

6 Perdagangan, Hotel dan restoran 16,750.02 19.01 19,316.89 19.06 21,680.17 18.91

7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,941.90 5.61 5,895.92 5.82 6,822.76 5.95

8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan & Tanah , Jasa Perusahaan

3,781.63 4.29 4,342.68 4.29 5,196.92 4.53

9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan

6,586.61 7.47 7,966.90 7.86 9,033.89 7.88

PDRB/GDRP Termasuk MIGAS 88,117.51 100.00 101,323.75 100.00 114,647.29 100.00

PDRB/GDRP Tanpa MIGAS 87,074.90 100,248.40 113,505.68

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 5511 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.33. Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002- 2004 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 (Milyar Rupiah)

Lapangan Usaha 2002 (%) 2003 (%) 2004 (%)

1 Pertanian 7,924.48 30.57 8,171.31 30.17 8,479.34 29.65 2 Penggalian 332.98 1.28 347.57 1.28 323.60 1.13 3 Industri 5,665.95 21.85 5,872.16 21.68 6,154.76 21.52 4 Listrik, Gas dan Air Minum 447.09 1.72 474.19 1.75 500.79 1.75

5 Bangunan 1,112.46 4.29 1,209.64 4.47 1,337.05 4.68 6 Perdagangan, Hotel dan

restoran 4,465.33 17.22 4,611.81 17.03 4,842.92 16.93

7 Pengangkutan dan Komunikasi

2,299.19 8.87 2,456.56 9.07 2,704.94 9.46

8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan & Tanah , Jasa Perusahaan

1,737.12 6.70 1,847.85 6.82 2,029.04 7.09

9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan

1,940.75 7.49 2,095.81 7.74 2,226.18 7.78

PDRB/GDRP Termasuk MIGAS 25,925.36 100.00 27,086.90 100.00 28,598.61 100.00

PDRB/GDRP Tanpa MIGAS 25,781.29 26,951.10 28,504.50 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Tabel 3.34. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002- 2004

No. Lapangan Usaha 2002 2003(*) 2004(**)

1 Pertanian 2.26 (%) 3.11 (%) 3.77 (%) 2 Penggalian 7.49 (%) 4.38 (%) -6.9 (%) 3 Industri 5.08 (%) 3.64 (%) 4.81 (%) 4 Listrik, Gas dan Air Minum 8.58 (%) 6.06 (%) 5.61 (%) 5 Bangunan 4.26 (%) 8.73 (%) 10.53 (%) 6 Perdagangan, Hotel dan restoran 4.89 (%) 3.28 (%) 5.01 (%) 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6.65 (%) 6.84 (%) 10.11 (%) 8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan

Bangunan & Tanah , Jasa Perusahaan 2.94 (%) 6.37 (%) 9.81 (%)

9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan 3.21 (%) 7.99 (%) 6.22 (%)

PDRB/GDRP Termasuk MIGAS 4.07 (%) 4.48 (%) 5.58 (%)

PDRB/GDRP Tanpa MIGAS 4.08 (%) 4.54 (%) 5.76 (%) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 5522 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.35. Perkembangan PDRB Kabupaten/Kota di WS Asahan

Atas Dasar Tahun Kabupaten/Kota Asahan Simalungun Tobasa Tanjung Balai

Milyar Rp. Milyar Rp. Milyar Rp. Milyar Rp.

HARGA KONSTAN

2000 - - 829,175.55 372,986.770 2001 - - 845,749.81 393,796.520 2002 3,449.69 2,225,567.03 892,195.15 415,889.650 2003 3,647.05 2,335,466.89 1,535,669.55 440,052.860 2004 3,863.40 - 1,285,571.32 -

HARGA BERLAKU

2000 - - 829,175.55 849,525.07 2001 - - 921,427.29 976,458.66 2002 10,585.39 4,610,352.57 1,040,894.02 1,122,409.24 2003 12,555.76 4,881,555.37 2,014,705.76 1,338,631.66 2004 14,482.39 - 1,748,167.51 -

Sumber : BPS Kabupaten/Kota Terkait Tabel 3.36. Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten/Kota di WS Asahan

Atas Dasar Tahun Kabupaten/Kota Asahan Simalungun Tobasa Tanjung Balai

(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.)

HARGA KONSTAN

2000 - - 4,754,937.72 2,816,312.310 2001 - - 4,784,816.50 2,818,186.840 2002 3,510,091.66 2,225,567.03 5,008,533.70 2,925,730.400 2003 3,683,030.21 2,335,466.89 9,190,232.98 3,022,922.400 2004 3,825,696.93 - 7,656,448.63 -

HARGA BERLAKU

2000 - - 4,754,937.72 6,414,511.47 2001 - - 5,212,960.67 6,987,981.88 2002 10,770,733.79 4,610,352.57 5,843,287.51 7,896,005.18 2003 12,679,636.04 4,881,555.37 12,057,030.96 9,195,667.16 2004 14,341,042.68 - 10,411,522.51 -

Sumber : BPS Kabupaten/Kota Terkait

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 5533 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.4. Aspek Hidrologi

3.4.1. Analisis Curah Hujan, Iklim dan Debit

Analisis Ketersediaan Air

Analisis perilaku hidroklimatologi dilakukan berdasarkan statistik data historis, antara lain rata-rata, simpangan baku, minimum, maksimum, dan koefisien variasi. Angka koefisien variasi menyatakan seberapa besar variabilitas debit. Semakin besar variabilitas debit aliran sungai berarti sungai tersebut memerlukan perhatian khusus, yaitu misalnya pembangunan tampungan air (embung). Analisis ketersediaan air, atau analisis potensi air

a) Berdasarkan data runtut-waktu (time-series) dari data yang ada (

dilakukan dengan menggunakan berbagai alternatif data dasar sebagai berikut:

historis

b) Jika tidak tersedia data debit, atau jika ternyata data debit yang ada hanya mencakup kurang dari lima tahun, maka perkiraan potensi sumber daya air dilakukan berdasarkan

), bilamana data tersebut tersedia;

data curah hujan

Dari kedua cara tersebut diatas, maka akan diperoleh data debit aliran bulanan yang cukup panjang sehingga dapat dilakukan analisis dengan tahapan sebagai berikut:

, iklim dan kondisi DAS dengan menggunakan model hujan-aliran (rainfall-runoff model).

Konversi Satuan debit aliran sungai dari satuan meter-kubik/detik menjadi satuan milimeter/hari, sehingga dapat diterapkan pada sembarang titik di DAS, misalnya di muara sungai, batas kabupaten, dan lokasi bendung atau pengambilan air. Analisis statistik dari data debit tersebut, juga analisis durasi dan analisis frekuensi

- tingkat keandalan Q80%, atau boleh gagal sekali dalam lima tahun, untuk memasok irigasi; dan

sehingga akan diperoleh debit aliran dengan berbagai tingkat keandalan sebagai berikut:

- tingkat keandalan Q90%, atau boleh gagal sekali dalam 10 tahun, untuk memasok air bersih rumah-tangga, perkotaan dan industri.

Ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya air pada dasarnya terdiri atas tiga jenis, yaitu air hujan, air permukaan, dan air tanah. Air hujan pada umumnya hanya berkontribusi untuk mengurangi kebutuhan air irigasi yaitu dalam bentuk hujan efektif, meskipun pada beberapa daerah air hujan yang ditampung dengan baik juga menjadi sumber air yang cukup berarti untuk keperluan rumah tangga.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 5544 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Sumber air yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan adalah sumber air permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran, danau, dan tampungan lainnya. Penggunaan air tanah yang kenyataannya sangat membantu pemenuhan kebutuhan air baku maupun air irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air permukaan harus dijaga agar pengambilannya tetap berada di bawah debit aman (safe yield). Ketersediaan air dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Dalam hal lokasi ketersediaan air dapat berlaku pada suatu titik, misalnya pada suatu lokasi pos duga air, bendung tempat pengambilan air irigasi, dan sebagainya dimana satuan yang kerap digunakan adalah berupa nilai debit aliran dalam meter kubik atau liter per-detik. Banyaknya air yang tersedia dapat juga dinyatakan berlaku dalam suatu areal tertentu, misalnya pada suatu wilayah sungai, daerah pengaliran sungai, daerah irigasi, dan sebagainya, dimana satuan yang kerap digunakan adalah berupa banyaknya air yang tersedia pada satu satuan waktu misalnya juta meter kubik per tahun atau milimeter per hari. Analisis ketersediaan air menghasilkan perkiraan ketersediaan air di suatu wilayah sungai atau suatu sistem tata air, secara spasial maupun dalam waktu. Analisis ini pada dasarnya terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:

1. analisis data debit aliran; 2. analisis data hujan dan iklim; 3. pengisian data debit yang kosong serta memperpanjang data debit runtut

waktu; dan 4. analisis frekuensi mengenai debit aliran rendah.

Analisis Curah Hujan

Analisis curah hujan dalam pengembangan sumberdaya air terutama dilakukan untuk:

a) sebagai masukan model hujan-aliran (rainfall-runoff model), untuk ini diperlukan data hujan runtut waktu (time-series); dan

b) sebagai masukan dalam perhitungan kebutuhan air irigasi dan tambak, dalam bentuk hujan efektif.

Analisis curah hujan meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut: • uji konsistensi data; • penyaringan terhadap data yang salah atau diragukan; melengkapi data

hujan yang kosong; • perhitungan hujan kawasan; dan • perhitungan hujan andalan R80% untuk perkiraan besarnya hujan efektif.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 5555 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Uji konsistensi Data Curah Hujan Data curah hujan yang akan dianalisis harus konsisten. Data yang tidak konsisten dapat disebabkan karena tumbuhnya pohon di dekat alat penakar hujan, pergantian alat, dan perubahan metode pencatatan. Salah satu cara untuk menguji konsistensi data adalah dengan analisis kurva massa ganda (double mass curve analysis), yaitu dengan menggambarkan kumulatif curah hujan dari pos yang diperiksa terhadap kumulatif rata-rata curah hujan pos tetangganya. Melengkapi Data Hujan yang Kosong Kondisi data hujan bulanan di Indonesia pada umumnya dapat dikatakan cukup baik, akan tetapi masih selalu terdapat data yang kosong atau tidak terisi (missing data). Hal ini dapat disebabkan antara lain oleh karena alat ukur yang rusak atau mandor yang lupa mencatat. Jika data hujan akan digunakan sebagai masukan utama model rainfall-runoff, maka diperlukan data hujan yang berkesinambungan dan lengkap. Pengisian data yang kosong tersebut adalah berdasarkan data pos hujan tetangganya yang berkorelasi tinggi, dengan rumus sebagai berikut:

Rx = Nx/Na * Ra

dimana: Rx = hujan di Pos X yang besarnya akan diperkirakan Ra = hujan pada bulan dan tahun yang sama pada pos hujan tetangga yang

berkorelasi tertinggi Nx = rata-rata curah hujan tahunan jangka panjang (long term annual) di Pos X Na

Perhitungan Hujan Kawasan (Areal Rainfall)

= rata-rata curah hujan tahunan jangka panjang di Pos tetangga terdekat yang berkorelasi tinggi

Perhitungan hujan kawasan dilakukan untuk memberi nilai curah hujan secara time-series pada setiap kawasan (areal rainfall) yang dapat berupa Daerah Aliran Sungai (DAS) atau sub-SWS berdasarkan data hujan dari pos-pos yang ada (point rainfall). Perhitungan hujan kawasan pada studi ini akan dilakukan dengan cara Metode Poligon Thiessen, dimana bobot dari setiap pos hujan berbanding dengan luas areal pengaruh pos hujan tersebut. Areal tersebut dibentuk dari poligon yang sisi-sisinya adalah garis tegak lurus pada garis yang menghubungkan dua buah pos hujan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 5566 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Pada wilayah studi ini terdapat beberapa pos hujan dengan data yang cukup lengkap sebagai berikut:

- Aek Loba - Bandar Pulau - Pulau Raja - Kuala Piasa - Porsea - Balige - Dolok Sanggul - Pangururan - Parapat

Lokasi dari pos hidroklimatologi dapat dilihat pada Gambar 3.8 berikut.

Gambar 3.8. Lokasi Pos Hidroklimatologi

Bar-chart ketersediaan data pada Gambar 3.9 di bawah ini menunjukkan data yang merupakan time-series tak terputus dari tahun 1985 sampai dengan 1996.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 5577 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

AEK LOBAPANGURURANB. PULAUPARAPATBALIGEPORSEAD.SANGGULPIASAP.RAJAPINTU POHANMARANTISIRIA RIALUMBAN

Gambar 3.9. Bar-chart Ketersediaan Data Hujan

Screening dan Uji Konsistensi Data Hasil pengujian konsistensi data dengan analisis kurva massa ganda dari Gambar 3.11 sampai dengan Gambar 3.18 menunjukkan bahwa semua pos hujan tersebut memiliki data yang konsisten. Demikian pula dari hasil pengeplotan time-series pada Gambar 3.10. tidak ada indikasi kesalahan data yang sistemik. Dengan demikian data hujan bulanan dari semua pos ini dapat digunakan dalam analisis hujan-aliran.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 5588 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Time Series

AEK LOBA PH B.PULAU PH BALIGE PH D.SANGGUL PH K.PIASA PHP.RAJA PH PANGURURAN PH PARAPAT PH PORSEA PH

Time07-12-199407-12-199307-12-199208-12-199108-12-199008-12-198908-12-198809-12-198709-12-198609-12-1985

Rai

nfal

l his

toric

al

[mm

]

900

850

800

750

700

650

600

550

500

450

400

350

300

250

200

150

100

50

0

Gambar 3.10. Plotting Time-Series Secara Bersama

Aek Loba

Base100%95%90%85%80%75%70%65%60%55%50%45%40%35%30%25%20%15%10%5%0%

Test

105%

100%

95%

90%

85%

80%

75%

70%

65%

60%

55%

50%

45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

-5%

Gambar 3.11. Kurva Massa Ganda Pos Aek Loba

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 5599 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Bandar Pulau

Base100%95%90%85%80%75%70%65%60%55%50%45%40%35%30%25%20%15%10%5%0%

Test

105%

100%

95%

90%

85%

80%

75%

70%

65%

60%

55%

50%

45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

-5%

Gambar 3.12. Kurva Massa Ganda Pos Bandar Pulau

Balige

Base100%95%90%85%80%75%70%65%60%55%50%45%40%35%30%25%20%15%10%5%0%

Test

105%

100%

95%

90%

85%

80%

75%

70%

65%

60%

55%

50%

45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

-5%

Gambar 3.13. Kurva Massa Ganda Pos Balige

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 6600 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Dolok Sanggul

Base100%95%90%85%80%75%70%65%60%55%50%45%40%35%30%25%20%15%10%5%0%

Test

105%

100%

95%

90%

85%

80%

75%

70%

65%

60%

55%

50%

45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

-5%

Gambar 3.14. Kurva Massa Ganda Pos Dolok Sanggul

Kuala Piasa

Base100%95%90%85%80%75%70%65%60%55%50%45%40%35%30%25%20%15%10%5%0%

Test

105%

100%

95%

90%

85%

80%

75%

70%

65%

60%

55%

50%

45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

-5%

Gambar 3.15. Kurva Massa Ganda Pos Luala Piasa

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 6611 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Pulau Raja

Base100%95%90%85%80%75%70%65%60%55%50%45%40%35%30%25%20%15%10%5%0%

Test

105%

100%

95%

90%

85%

80%

75%

70%

65%

60%

55%

50%

45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

-5%

Gambar 3.16. Kurva Massa Ganda Pos Pulau Raja

Pangururan

Base100%95%90%85%80%75%70%65%60%55%50%45%40%35%30%25%20%15%10%5%0%

Test

105%

100%

95%

90%

85%

80%

75%

70%

65%

60%

55%

50%

45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

-5%

Gambar 3.17. Kurva Massa Ganda Pos Pangururan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 6622 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Prapat

Base100%95%90%85%80%75%70%65%60%55%50%45%40%35%30%25%20%15%10%5%0%

Test

105%

100%

95%

90%

85%

80%

75%

70%

65%

60%

55%

50%

45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

-5%

Gambar 3.18. Kurva Massa Ganda Pos Parapat

Analisis Klimatologi

Data iklim yang berupa suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan angin, lama penyinaran dan radiasi matahari digunakan untuk memperkirakan besaran evapotranspirasi acuan (reference evapotranspiration). Besaran ini jika dikalikan dengan koefisien tanaman (crop coefficient) akan menghasilkan evapotranspirasi aktual, yang merupakan informasi penting pada perhitungan kebutuhan air irigasi. Salah satu cara perhitungan evapotranspirasi acuan yang dianjurkan adalah dengan menggunakan rumus Modifikasi Penman (FAO, 1977) atau Penman Monteith (FAO, 1990) yang telah diimplementasikan pada program komputer CROPWAT.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 6633 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Variabilitas ketersediaan air

Analisis Debit aliran sungai

Air yang tersedia pada suatu lokasi tidak pernah tetap jumlahnya melainkan selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Untuk dapat menyatakan ketersediaan air secara sempurna maka data debit aliran haruslah bersifat runtut waktu (time series). Data runtut waktu inilah yang menjadi masukan utama dalam model simulasi wilayah sungai, dan menggambarkan secara lengkap variabilitas data debit aliran. Jika kita akan menyatakan ketersediaan air dengan menggunakan sebuah angka, maka angka tersebut adalah rata-rata data debit yang ada. Cara ini tidak memberi informasi mengenai variabilitas data. Menyajikan data sebagai 12 angka yang menyatakan rata-rata bulanan lebih memberikan informasi mengenai variabilitas data dalam setahun, akan tetapi belum memberi informasi mengenai berapa debit yang dapat diandalkan. Angka yang menunjukkan variabilitas ketersediaan air sekaligus menunjukkan seberapa besar debit yang dapat diandalkan adalah debit andalan.

Debit andalan Debit andalan adalah debit yang dapat diandalkan untuk suatu reliabilitas tertentu. Untuk keperluan irigasi biasa digunakan debit andalan dengan reliabilitas 80%. Artinya dengan kemungkinan 80% debit yang terjadi adalah lebih besar atau sama dengan debit tersebut, atau sistem irigasi boleh gagal sekali dalam lima tahun. Untuk keperluan air minum dan industri maka dituntut reliabilitas yang lebih tinggi, yaitu sekitar 90% sampai dengan 95%. Jika air sungai ini digunakan untuk pembangkitan listrik tenaga air maka diperlukan reliabilitas yang sangat tinggi, yaitu antara 95% sampai dengan 99%. Nilai debit rata-rata, maupun debit andalan sebaiknya dihitung dari data debit pengamatan yang cukup panjang. Permasalahan yang kerapkali terjadi adalah bahwa data debit yang diukur tidak lengkap, yaitu banyak pengamatan yang kosong atau salah, untuk itu perlu dilakukan analisis hujan-aliran untuk melengkapi data debit yang kosong dan memperpanjang data debit runtut waktu yang kurang panjang. Analisis ketersediaan air ini bertujuan untuk memperoleh besaran ketersediaan air dalam bentuk time-series yang cukup panjang sebagai masukan dari program DSS-Ribasim. Data primer utama untuk analisis ketersediaan air ini berasal dari pos

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 6644 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

duga air. Pada wilayah sungai Asahan terdapat beberapa pos duga air sebagai berikut pada Tabel 3.37 di bawah ini.

Tabel 3.37. Daftar Pos Duga Air

Kode Pos Nama Pos Luas DAS (km2) Periode Data 01-053-00-03 01-053-00-04 01-053-00-05 01-053-00-07 01-053-00-09 01-053-00-09

Asahan-Porsea Asahan-Siruar Asahan-Simorea Silau-Buntupane Silau-Kisaran Naga Asahan-Pulau Raja

3.568,0 3.782,0 3.850,0 482,5 1.046,3 4.669,4

1956 -1979 1956 -1979 1956 – 1979 1993 – 1997 1972 – 1997 1977 – 1997

Pos duga air Silau-Kisaran Naga dan Asahan-Pulau Raja memiliki data bulanan yang cukup panjang, untuk itu pada tahap selanjutnya analisis hujan-aliran akan menggunakan kedua pos duga air tersebut dalam kalibrasi dan verifikasinya. 3.4.2. Analisis Kalibrasi, Verifikasi dan Perhitungan Debit Runoff

Untuk melengkapi atau memperpanjang data debit, jika tersedia data curah hujan yang lengkap dan cukup panjang, maka dapat digunakan model hujan-aliran yang menghitung debit aliran berdasarkan data hujan, evapotranspirasi, dan parameter model. Diagram model hujan-aliran dapat dilihat pada Gambar 3.21 berikut. Penggunaan model-model hujan aliran (rainfall-runoff) meliputi tiga tahap sebagai berikut:

Pemodelan Hujan-aliran

Kalibrasi sistem Dilakukan pada sebuah daerah pengaliran sungai yang telah terdapat data debit hasil pengukuran di lapangan. Tujuan dari proses kalibrasi ini adalah untuk mendapatkan parameter model. Kriteria keberhasilan kalibrasi antara lain adalah jumlah kuadrat data terukur dan sintetis, serta konservasi volume air. Kalibrasi model dilakukan pada pos duga air Kisaran Naga di Sungai Silau pada Gambar 3.19 memberikan hasil yang cukup baik.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 6655 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Time Series

QS_Segment_1 QM_Segment_1

Time07-12-199407-12-199307-12-199208-12-199108-12-199008-12-198908-12-198809-12-198709-12-198609-12-1985

Tim

e se

ries

145140135130125120115110105100

959085807570656055504540353025201510

5

Gambar 3.19. Kalibrasi Rainfall-Runoff Sacramento Pada Sungai Silau di Kisaran

Naga Verifikasi Dengan menggunakan parameter model hasil kalibrasi maka model diterapkan pada lokasi daerah pengaliran sungai yang telah terdapat data pengukuran untuk dibandingkan hasilnya. Jika hasilnya baik, maka dapat dilanjutkan pada tahap pembangkitan data sintetis. Jika hasilnya belum baik, maka dilakukan kalibrasi ulang dengan mempertimbangkan hasil-hasil verifikasi model. Berdasarkan parameter model yang diperoleh dari proses kalibrasi, maka dilakukan verifikasi model, yang dilaksanakan di Sungai Asahan pada pos duga air Pulau Raja yang dapat dilihat pada Gambar 3.20. Hasil verifikasi model ini juga memberikan hasil yang cukup baik.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 6666 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Time Series

QS_Segment_1 QM_Segment_1

Time07-12-199507-12-199308-12-199108-12-198909-12-198709-12-1985

Tim

e se

ries

550

500

450

400

350

300

250

200

150

100

50

Gambar 3.20. Verifikasi Model Hujan-Aliran di Asahan-Pulau Raja

Pembangkitan data sintetis Dengan data hujan, evapotranspirasi dan parameter-parameter model maka dilakukan pembangkitan data debit sintetis untuk semua sub-DAS yang belum ada data pengukurannya, sehingga untuk semua sub-DAS didapatkan data debit bulanan untuk kurun waktu yang cukup panjang. Data debit aliran bulanan pada kurun waktu yang cukup panjang tersebut akan menjadi data masukan utama dalam neraca air dan simulasi alokasi air, yaitu pada simpul-simpul inflow. Dari data debit runtut waktu sintetis tersebut dapat dilakukan analisis frekuensi mengenai debit aliran rendah, yaitu debit aliran pada musim kemarau di tahun kering rata-rata, kering 5 tahunan (Q80%) dan kering 10 tahunan (Q90%).

Gambar 3.21. Model Hujan – Aliran dan Debit Síntesis

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 6677 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Perhitungan Debit Runoff Berdasarkan parameter model pada kalibrasi dan verifikasi, maka dilakukan perhitungan debit runoff sintetis yang diturunkan dari curah hujan. Debit runoff time-series dari tahun 1985 sampai dengan 1996 ini selanjutnya akan digunakan sebagai masukan untuk pemodelan simulasi sistem tata air dengan DSS-Ribasim dan menyatakan ketersediaan air khususnya untuk Daerah Aliran Sungai yang terletak pada Pulau Samosir.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 6688 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.5. Aspek Kualitas Air

Kualitas air WS Asahan dipantau pada lima lokasi dari hulu ke hilir, yaitu : (1).S.Asahan di Porsea; (2).S.Asahan di Siruar; (3).S.Asahan di Tangga; (4). S.Asahan di Tanjung Balai ; dan Danau Toba. Evaluasi Kualitas Air

Evaluasi kualitas pada sumber air di DAS Asahan sementara dilakukan terhadap Baku Mutu Kelas I dari PP 82/2001 ( apabila diketahui di Propinsi Sumatera Utara telah ada baku mutu yang dikeluarkan oleh Pemda Provinsi, maka evaluasi dapat disesuaikan). Selain itu dievaluasi juga terhadap baku mutu air bersih dari Permenkes 460/1990 karena kemungkinan penduduk sepanjang sungai memakai air sungai untuk keperluan air rumah tangga. Evaluasi kualitas air Danau Toba,sungai yang masuk dan keluar danau dilakukan terhadap Baku Mutu Kelas I dari PP 82 82/2001. Evaluasi kualitas air danau dilakukan pula dengan membandingkan terhadap pengukuran tahun 1992 yaitu kerjasama antara Puslitbang Sumber Daya Air dengan Universitas Helsinki, Finlandia. Khususnya untuk kualitas air danau dibuat Stratifikasi, yaitu perubahan suhu berdasarkan hasil pengukuran temperatur dari kedalaman danau. Untuk parameter plankton dihitung dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman (IK) 1. Kualitas Air S.Asahan di Porsea.

Berdasarkan data pemantauan kualitas S.Asahan di Porsea dari tahun 1990 sampai tahun 1999, dengan jumlah pengukuran ( n) 30 kali, dibandingkan dengan air baku air minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : Amoniak total, Detergent, Fosfat Total, BOD, COD, Nitrit dan Koli tinja dapat dilihat pada Tabel 3.38. Sedangkan bila dievaluasi terhadap Air bersih dari Permenkes 460/1990 ternyata angka kekeruhan dan Zat organik KMn O4 tidak memenuhi walaupun persentasenya kecil .

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 6699 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.38. Kualitas Air S.Asahan di Porsea

No Parameter Satuan Baku Mutu Kadar Data yang Tidak

memenuhi Total Data Klas I

PP82/2001 Air Bersih

Permenkes 460/1990

Min Maks Jumlah Persen

1 DHL µmhos/cm - 92 174 - - 2 Kekeruhan mg/L 25 1,2 32,2 1 3,3% 30 3 Zat Tersuspensi mg/L 50 2,4 22 - - 4 Amoniak Total mg/L 0.50 0,008 0,53 2 6,7% 30 5 Detergent mg/L 0.20 0,004 0,785 4 13,3% 30 6 Fosfat Ortho mg/L - 0,005 0,49 - - 7 Fosfat Total mg/L 0.20 0,009 3,72 4 13,3% 30 8 BOD mg/L 2 0,28 2,2 1 6,7% 15 9 COD mg/L 10 1,2 15 2 10,5% 19

10 Nilai K MnO mg/L 4 10 2 16 13 50% 26 11 Nitrat mg/L 10 0,01 1,67 - - 12 Nitrit mg/L 0.05 0,001 0,085 1 3,3% 30 13 Nitrogen Organik mg/L - 0,009 0,621 - - 14 Oksigen Terlarut mg/L 6 6,3 7,6 - - 15 p H 6-9 6,2 8,2 - - 16 Koli Tinja Jml/100 m L 100 550 900 6 100% 6

Sumber : BAPEDALDA Sumatera Utara

2. Kualitas Air S.Asahan di Siruar.

Berdasarkan data pemantauan kualitas S.Asahan di Siruar, dari tahun 1989 sampai tahun 1999, dengan jumlah pengukuran ( n) 35 kali, dibandingkan dengan air baku air minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : Amoniak total, Detergent, Fosfat Total, BOD, COD, Oksigen terlarut dan Koli tinja dapat dilihat pada Tabel 3.39. Sedangkan bila dievaluasi terhadap Air bersih dari Permenkes 460/1990 ternyata angka kekeruhan dan Zat organik KMn O4 tidak memenuhi walaupun persentasenya kecil .

Tabel 3.39. Kualitas Air S.Asahan di Siruar

No Parameter Satuan Baku Mutu Kadar Data yang Tidak

memenuhi Total Data Klas I

PP82/2001 Air Bersih Permenkes

460/1990 Min Maks Jumlah Persen

1 DHL µmhos/cm - 118 241 - - - 2 Kekeruhan mg/L 25 2 29 1 2,9% 35 3 Zat Tersuspensi mg/L 50 2.6 40 - - - 4 Amoniak Total mg/L 0.50 0.01 0.81 3 8,6% 35 5 Detergent mg/L 0.20 0.005 0.545 3 8,6% 35 6 Fosfat Ortho mg/L - 0.009 0.52 - - - 7 Fosfat Total mg/L 0.20 0.017 0.88 3 8,6% 35 8 BOD mg/L 2 0.34 6.2 15 78,9% 19 9 COD mg/L 10 3.7 20 13 39,4% 33

10 Nilai K MnO mg/L 4 10 4.8 31 13 37,1% 35 11 Nitrat mg/L 10 0.01 2.46 - - -

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 7700 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.39. Kualitas Air S.Asahan di Siruar (Lanjutan)

No Parameter Satuan Baku Mutu Kadar Data yang Tidak

memenuhi Total Data Klas I

PP82/2001 Air Bersih Permenkes

460/1990 Min Maks Jumlah Persen

12 Nitrit mg/L 0.05 0.002 0.032 - - - 13 Nitrogen Organik mg/L - 0.009 0.72 - - - 14 Oksigen Terlarut mg/L 6 5.9 7.3 1 4 % 25 15 p H 6-9 6 8.1 - - - 16 Koli Tinja Jml/100 m L 100 480 1300 9 100 % 9

Sumber : BAPEDALDA Sumatera Utara

3. Kualitas Air S.Asahan di Tangga.

Berdasarkan data pemantauan kualitas S.Asahan di Tangga dari tahun 1990 sampai tahun 1999, dengan jumlah pengukuran ( n) 29 kali, dibandingkan dengan air baku air minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : Amoniak total, Detergent, Fosfat Total, BOD, COD dan Koli tinja dapat dilihat pada Tabel 3.40. Sedangkan bila dievaluasi terhadap Air bersih dari Permenkes 460/1990 ternyata angka kekeruhan dan Zat organik KMn O4 tidak memenuhi walaupun persentasenya kecil .

Tabel 3.40. Kualitas Air S.Asahan di Tangga

No Parameter Satuan Baku Mutu Kadar Data yang Tidak

memenuhi Total Data Klas I

PP82/2001 Air Bersih Permenkes

460/1990 Min Maks Jumlah Persen

1 DHL µmhos/cm - 118 201 - - - 2 Kekeruhan mg/L 25 1.5 13 - - - 3 Zat Tersuspensi mg/L 50 2.4 24 - - - 4 Amoniak Total mg/L 0.50 0.011 0.56 2 6,90% 29 5 Detergent mg/L 0.20 0.003 0.427 4 13,79% 29 6 Fosfat Ortho mg/L - 0.011 0.84 - - - 7 Fosfat Total mg/L 0.20 0.007 1.2 3 10,34% 29 8 BOD mg/L 2 0.55 5.5 5 55,56% 9 9 COD mg/L 10 2.5 19 2 8,33% 24

10 Nilai K MnO mg/L 4 10 2.9 34 13 44,83% 29 11 Nitrat mg/L 10 0.01 2.05 - - - 12 Nitrit mg/L 0.05 0.004 0.013 - - - 13 Nitrogen Organik mg/L - 0.008 0.951 - - - 14 Oksigen Terlarut mg/L 6 6 8 - - - 15 p H 6-9 6.5 8.3 - - - 16 Koli Tinja Jml/100 m L 100 700 1300 6 100% 6

Sumber : BAPEDALDA Sumatera Utara

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 7711 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4. Kualitas Air S.Asahan di Tanjung Balai

Berdasarkan data pemantauan kualitas S.Asahan di Tanjung Balai dari tahun 1991 sampai tahun 1999, dengan jumlah pengukuran ( n) 29 kali, dibandingkan dengan air baku air minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : Kekeruhan, Zat tersuspensi, Amoniak total, Detergent, Fosfat Total, BOD, COD, pH dan Koli tinja dapat dilihat pada Tabel 3.41. Sedangkan bila dievaluasi terhadap Air bersih dari Permenkes 460/1990 ternyata angka kekeruhan dan Zat organik KMn O4 tidak memenuhi walaupun persentasenya kecil .

Tabel 3.41. Kualitas Air S.Asahan di Tanjung Balai

No Parameter Satuan Baku Mutu Kadar Data yang Tidak

memenuhi Total Data Klas I

PP82/2001 Air Bersih Permenkes

460/1990 Min Maks Jumlah Persen

1 DHL µmhos/cm - 118 201 - - - 2 Kekeruhan mg/L 25 1.5 13 6 20,69% 29 3 Zat Tersuspensi mg/L 50 2.4 24 7 25,93% 27 4 Amoniak Total mg/L 0.50 0.011 0.56 8 27,59% 29 5 Detergent mg/L 0.20 0.003 0.427 1 3,45% 29 6 Fosfat Ortho mg/L - 0.011 0.84 - - - 7 Fosfat Total mg/L 0.20 0.007 1.2 5 17,24% 29 8 BOD mg/L 2 0.55 5.5 13 86,67% 15 9 COD mg/L 10 2.5 19 17 80,95% 21

10 Nilai K MnO mg/L 4 10 2.9 34 25 96,15% 26 11 Nitrat mg/L 10 0.01 2.05 - - - 12 Nitrit mg/L 0.05 0.004 0.013 - - - 13 Nitrogen Organik mg/L - 0.008 0.951 - - - 14 Oksigen Terlarut mg/L 6 6 8 - - - 15 p H 6-9 6.5 8.3 1 3,57% 28 16 Koli Tinja Jml/100 m L 100 700 1300 5 100% 5

Sumber : BAPEDALDA Sumatera Utara

5. Kualitas Air Danau Toba

Lokasi Pengukuran

Lokasi pengukuran kualitas air Danau Toba yang dilakukan pada tahun 2002 oleh team peneliti Puslitbang Sumber Daya Air, meliputi beberapa lokasi di danau dan pada sungai yang masuk ke Danau Toba.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 7722 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Lokasi dan Karakteristik Pengukuran Kualitas Air di danau, adalah:

1) Danau Toba di Balige 2) Danau Toba di Parapat 3) Danau Toba di Haranggaol

Dalam pengukuran kualitas air danau, pengambilan contoh air dilakukan menurut berbagai kedalaman termasuk pada permukaan air danau (SNI 06-2412-1991,tentang Metoda Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air). Untuk mengambil contoh air danau dipergunakan alat pengambil contoh khusus, yaitu berupa Vertical Water Sampler. Alat ini merupakan kesatuan dengan gulungan tali baja karena merupakan sarana pengukuran kualitas air berdasarkan kedalaman danau/waduk. Pemakaian alat tersebut, yaitu dengan cara menurunkan alat ke dalam danau, kemudian diamati kedalaman yang diperlukan dengan cara melihat tali baja yang diturunkan, kemudian ditekan dan kualitas air telah mewakili kedalaman yang diperlukan karena water sampler yang dicelupkan ke dalam waduk langsung menutup. Baru kemudian alat tersebut ditarik ke permukaan untuk dilakukan pengukuran parameter lapangan, dan sebagian contoh air dimasukan ke dalam botol contoh untuk diukur kemudian di laboratorium. Parameter kualitas air yang diukur:

• Pengambilan contoh air dilakukan pada kedalaman: permukaan danau, 5 m, 10 m, 20 m, 30 m,40 m,50 m,100 m, 200 m, 300 m, 400 m dan 500 m.

• Parameter lapangan, yaitu yang harus segera diukur karena cepat berubah adalah: temperatur, Oksigen terlarut(DO), pH, Bakteri (Koli Tinja dan Koli Total)

• Parameter laboratorium : BOD,COD, K MnO4

, Fosfat, Ortho Fosfat, Total Fosfat, Nitrat dan Nitrogen Organik, dan plankton (Fitoplankton dan Zooplankton)

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 7733 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.6. Aspek Konservasi

3.6.1. Keterkaitan Sub Ekosistem Hulu dan Hilir DTA. Danau Toba – WS Asahan

Dalam menelaah laporan bidang konservasi lebih lanjut agar persepsi kita sama. Ada tiga hal pokok yang perlu dipahami, Pertama. Daerah Tangkapan Air Danau Toba (DTA Danau Toba) dan WS Asahan merupakan suatu ekosistem yang saling terkait. Air yang berasal dari daerah tangkapan (catchment area) di sekitar danau Toba akan mengalir ke danau tersebut atau tinggi rendahnya air permukaan atau banyak tidaknya hasil air (water yield) pada Danau Toba sangat tergantung konservasi daerah tangkapannya. Dengan demikian DTA atau catchment area Danau Toba dapat dipandang sebagai satu sub ekosistem konservasi. Kedua. Air yang ada di Danau Toba akan mengalir melalui satu-satunya sungai, yaitu sungai Asahan. Melalui sungai Asahan inilah air yang berasal dari Danau Toba mengalir menuju Tanjung Balai dan selanjutnya ke Selat Malaka. Ketiga. Air yang berasal dari daerah tangkapan (catchment area) Wilayah Sungai atau WS Asahan juga mengalir melalui sungai Asahan menuju Tanjung Balai dan seterusnya bermuara di selat Malaka. Stabil tidaknya aliran sungai Asahan ini juga sangat tergantung pada konservasi daerah tangkapannya, makin baik konservasi kawasan hutannya makin stabil alirannnya dan sebaliknya. Jadi daerah tangkapan WS Asahan juga merupakan satu sub ekosistem dilihat dari sisi konservasi. Ke empat. Air yang mengalir dari daerah tangkapan WS Asahan menyatu dengan air yang berasal dari Danau Toba yang keluar dari S. Asahan dan bersama-sama mengalir ke arah T, Balai dan bermuara di Selat Malaka. Berpijak/ tolak dari penjelasan ini, pembahasan ekosistem WS Asahan tidak boleh dipisahkan dari DTA Danau Toba. Dari sisi konservasi kawasan hutan, yang dimaksud ekosistem bagian hulu adalah Daerah Tangkapan Danau Toba, yaitu daerah sekitar danau Toba yang airnya mengalir ke D, Toba. Sedangkan yang dimaksud ekosistem bagian hilir adalah daerah tangkapan air di sekitar Sungai Asahan, yaitu daerah yang airnya mengalir ke WS Asahan. Sebagaimana diuraikan diatas Sungai Asahan merupakan saluran penyambung antara sub ekosistem hulu (DTA Danau Toba) dan sub ekosistem hilir (WS Asahan) dan dalam laporan ini digunakan istilah DAS/WS Asahan – Toba.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 7744 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Ekosistem Bagian Hulu

Ekosistem bagian hulu terdiri dari perairan danau Toba dan daerah tangkapan Danau Toba Luas perairan danau 110,260 ha, sedangkan luas DTA.Danau Toba 259,600 ha. Menurut lokasinya terhadap Danau Toba, Daerah tangkapan danau tersebut dibedakan menjadi (a) yang mengelilingi Danau Toba seluas 194,721 ha atau 75.01 % dari luas DTA. Danau Toba, dan (b) daerah tangkapan yang dikelilingi Danau Toba, yaitu Pulau Samosir seluas 64,879 Ha atau sekitar 24.99 % dari luas DTA Danau Toba. Secara administrasi pemerintahan ekosistem bagian hulu sebagai DTA Danau Toba meliputi 7 kabupaten, yaitu : ● Kabupaten Humbang Hasundutan ● Kabupaten Tobasa ● Kabupaten Tapanuli Utara ● Kabupaten Samosir ● Kabupaten Dairi ● Kabupaten Simalungun ● Kabupaten Karo ● Kabupaten Asahan Ekosistem Bagian Hilir

Ekosistem bagian hilir (WS Asahan) terdiri seluas 333,21 ha yang terdiri dari DAS Asahan seluas 216,40 ha, DAS Silau 83,82 ha, dan DAS Piasa 32,99 ha. Secara administrasi pemerintahan, daerah tangkapan air pada ekosistem bagian hilir meliputi :

● Kabupaten Toba Samosir ● Kabupaten Simalungun

● Kabupaten Asahan ● Kota Tanjung Balai Luas sub ekosistem bagian hulu dan bagian hilir diperlihatkan pada Tabel 3.42.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 7755 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.42. Luas Ekosistem Bagian Hulu dan Hilir

No Uraian Luas (Ha)

Persen terhadap per sub ekosistem

(%)

Persen terhadap total Total Hulu Hilir

(%) ,(1) ,(2) ,(3) ,(4) ,(5) A Ekosistem Bagian Hulu

1 DTA Danau Toba di dalam P. samosir 64,879 24.99 10,94

2 DTA. Danau Toba di luar /mengelilingi Danau Toba 194,721 75.01 32,85

Jumlah A 259,600 100.00 43,79 B Ekosistem Bagian Hilir 1 Sub DAS Asahan 216,400 64.94 36,50 2 Sub DAS Silau 83,820 25.16 14,14 3 Sub DAS Piasa 32,990 9.90 5,57 Jumlah B 333,210 100.00 56,21 Total (A + B) 592.810 100,00

Keterangan : Hasil Pengukuran dan data BPDAS Asahan - Barumun 3.6.2. Kondisi Biofisik Wilayah DAS Asahan - Toba

Fokus penjelasan data biofisik disini adalah pada data yang mempengaruhi erosi dan sedimentasi, maksud uraian ini agar kita memperoleh gambaran data biofisik yang nantinya digunakan sebagai informasi dalam memprediksi pola data biofisik terkait dengan erosi eksisting dan prediksi erosi dan sedimentasi ke depan. Erosi mengakibatkan menurunnya produktifitas lahan dan perubahan lingkungan lainnya. Laju besarnya erosi dipengaruhi oleh, keadaan iklim terutama curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, penutupan vegetasi dan tindakan konsevasi.

3.6.2.1. Jenis Tanah

Satuan lahan (land unit), yaitu kesamaan fisiografi, bahan induk, bentuk wilayah (geomorfologi), lereng dan liputan lahan. Areal DTA Danau Toba dideliniasi kedalam 486 satuan lahan (land unit) yang terbagi ke dalam tujuh kategori fisiografi (Aluvial, Tuf Toba Masam, Volkan, Karst, Perbukitan, Pegunungan dan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 7766 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Plato), serta satu kategori yang merupakan lahan dengan lereng tunggal yang terjal (BPDAS, 2005). Jenis tanah dominan di wilayah DTA D.Toba (bagian hulu) dan bagian hilir (DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa) adalah, aluvial, regosol, litosol, kambisol, mediteran, Gleisol, dan organosol. Penyebaran jenis tanah tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.43.

Tabel 3.43. Penyebaran Jenis Tanah

No. Jenis tanah Luas (ha) Persen (%) (1) (2) (3) (4)

A Bagian Hulu 1 Aluvial 12512,72 4,82 2 Regosol 59422,44 22,89 3 Litosol 27050,32 10,42 4 Kambisol 124036,88 47,78 5 Mediteran 5114,12 1,97 6 Organosol 31463,52 12,12

Jumlah 259600,00 100,00 B Bagian Hilir 1 Hidromarf podsolik merah kuning 16060,72 4,82 2 Kompleks podsolik merah kuning 76271,77 22,89 3 Hidromorf kelabu 34720,48 10,42 4 Podsolik coklat kelabu 159207,74 47,78 5 Mediteran 6564,24 1,97 6 Organosol 40385,05 12,12 Jumlah 333210,00 100,00

Sumber : Diolah dari BPDAS Asahan Barumun (2005) dan PU (2003) Sifat Umum Tanah

a. Aluvial

Sifat umum setiap jenis tanah di wilayah ekosistem hulu (DTA. Danau Toba) dan wilayah ekosistem bagian hilir adalah sebagai berikut:

Pada tanah ini sifat-sifat horisonisasi belum terbentuk lanjut. Tekstur dan warna dari lapisan permukaan sampai pada kedalarnan 150 cm atau sampai bahan/batuan induk relatif seragam. Struktur tanah umumnya

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 7777 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

granular clay gumpal tetapi tidak jelas (belum berkembang). Tanah ini mempunyai permeabilitas lambat sampai sedang. Umumnya dijumpai di sekitar pinggiran danau dengan lereng datar sampai landai dan banyak dimanfaatkan penduduk sebagai lahan budidaya tanaman baik lahan kering maupun lahan basah. Tingkat kepekaan terhadap erosi tanah termasuk tidak peka apabila letaknya pada daerah datar.

b. Rogosol Tanah ini tersebar cukup luas dijumpai di Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Mempunyai sifat-sifat warna dan tekstur tanah yang relatif seragam. Teksturnya kasar (pasir, pasir berlempung, lempung berpasir atau bahkan berkerikil) menjadi ciri khas tanah ini. Struktur tanahnya belum berkembang dengan horisonisasi tidak jelas. Mempunyai sifat konsistensi sangat gembur dan tidak berstruktur. Umumnya menempati daerah-daerah perbukitan dengan bahan induk tufa kasar atau batu pasir. Permeabilitasnya sedang sampai cepat. Dari segi fisik tanah-tanah ini tidak baik untuk digunakan sebagai lahan pertanian, namun di lapangan masih terlihat penduduk yang masih mengusahakannya sebagai lahan budidaya. Tingkat kepekaan terhadap erosi tanah sangat peka ini menyebar didaerah-daerah tangkapan air Danau Toba

c. Litosol Tanah ini merupakan tanah yang solumnya dangkal dan lapisan dibawah solumnya merupakan batuan induk. Di lapangan dijumpai dengan solum berkisar 2 sampai 20 cm. Teksturnya berkisar lempung sampai pasir. Karena keadaan yang demikian dangkalnya, maka penggunaan lahan diatas tanah ini umumnya semak belukar dan sebagian merupakan hutan sekunder. Umumnya dijumpai pada perbukitan dan di lahan-lahan dengan kemiringan yang curam sampai sangat curam (diatas 60 %).

d. Kambisol Tanah ini mempunyai tingkat perkembangan belum lanjut. Horisonisasi dan struktur tanah sudah menampakkan arah yang agak jelas, yaitu berbentuk gumpal membulat, atau gumpal bersudut tetapi lemah. Teksturnya dari lempung berliat sampai lempung berpasir. Pada pengamatan panampang profll dijumpai adanya horison penciri, yaitu horison kambik. Pada beberapa satuan lahan ada yang menunjukkan satu lapisan tanah dengan kandungan bahan organik tinggi atau Humic

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 7788 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

(dicirikan dengan warna tanah yang gelap/hitam dan berat jenisnya relatif lebih ringan dibanding dengan tanah mineral umumnya) dan dibeberapa lokasi ditunjang dengan adanya epipedon Mollik. Permeabilitasnya agak lambat sampai sedang. Ketebalan solumnya bervariasi dari 30 cm sampai 100 cm. Pada lahan yang agak datar dibeberapa lokasi banyak yang dibudidayakan. Tanah kambisol ini menyebar diseluruh DTA Danau Toba .

e. Mediteran Ditemukan dalam luasan yang kecil, terutama di daerah dengan batuan induk Karst (turfa berkapur) yaitu sekitar Parapat dan sebelah selatan Balige. Tanah ini mempunyai horison kambik. Dengan bahan induk dari bahan karst, sehingga kejenuhan basanya lebih dari 50 persen. Tanah ini termasuk peka terhadap erosi.

f. Gleisol Merupakan tanah yang sering tergenang. Tanah ini rnempunyai warna kelabu akibat pengaruh lamanya penjenuhan oleh air. Drainasenya terhambat dan permeabilitas lapis bawahnya lambat. Umumnya tanah ini dipergunakan oleh penduduk sebagai tanah pertanian lahan basah (sawah).

g. Organosol Penyebaran tanah ini tidak terlalu luas, dijumpai disekitar Dolok Sanggul dan Siborong-borong. Merupakan tanah organik hasil pengendapan disebabkan oleh fisiografi wilayah yang cekung dan tertutup (Topogen), sehingga tanah ini sering dalam keadaan tergenang. Tanah ini tidak peka erosi apabila berada didaerah datar/cekungan (lahan basah), dan sangat peka erosi apabila berada dilahan berlereng. Tingkat pelapukannya adalah sedang (hemik) dan lanjut (saprist).

Kesuburan tanah DTA Danau Toba secara umum tergolong rendah. Kapasitas Tukar Kation tanah di daerah-daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar 7,88 sampai 64,57 ms/100 g. Kejenuhan basa berkisar 2 sampai 77 persen.

Sifat Kimia Tanah (Kesuburan)

Kesuburan tanah merupakan salah satu pendukung produktifitas tanah, yang berperan dalam proses produksi tanaman. Penilaian atau evaluasi kesuburan didasarkan kepada peruntukannya bagi tanaman pertanian.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 7799 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Kandungan C organik berkisar 0,39 sampai 16,15 persen, P205 berkisar 0,6 sampai 6,0 ppm, dan K2

c. Kedalaman efektif

0 berkisar 0,05 sampai 1,05 me/100 g. Kandungan hara yang dimaksud yaitu hara makro dan hara mikro dan ketersediaannya. Dalam hal ini perlu diperhatikan tingkat ketersediaan hara dalam tanah yang erat hubungannya dengan sifat fisik dan kimia tanah. Untuk mengetahui kandungan hara tanah dalam lokasi studi harus dilakukan penelitian lebih detail melalui analisa laboratorium tanah

Sifat Fisik Tanah

a. Solum tanah Tingkat bahaya Erosi ada kaitannya dengan kedalaman solum tanah. Kedalaman solum tanah yang dominan adalah kelas yang kurang dari 30 cm dan kelas 30 sarnpai 60 cm (± 60%) Berdasarkan keadaan solum tanah maka di duga tingkat erosi di daerah ini cukup berat, terutama pada lahan-lahan dengan kemiringan lebih dari 40 %, dan dibeberapa lokasi terjadi longsor (landslide).

b. Tekstur tanah Tekstur tanah adalah perbandingan antara fraksi-fraksi tanah seperti pasir, debu dan tanah liat. Tekstur tanah menentukan keadaan aerasi tanah. Tekstur tanah yang baik berarti keseimbangan antara bahan penyusun tanah, dalam arti keadaan aerasi tanah yang baik, sehingga akar tanaman dan kehidupan jasad renik didalam tanah memungkinkan. Untuk lokasi perencanaan tekstur tanah terdiri dari lempung liat berpasir, liat dan lempung liat berdebu. Sifat tekstur ini tidak menjadi kendala dalam pengembangan budidaya.

Kedalaman efektif tanah menentukan jauhnya/dalamnya jangkauan akar suatu tanaman. Berarti kesempatan akar tanaman untuk menyerap unsur-unsur hara yang tersedia dalam tanah dapat dilihat dari kedalaman efektif tanah. Oleh sebab itu makin dalam batas kedalaman efektif tanah, kemampuan pertumbuhan tanaman yang tumbuh di atasnya akan lebih baik. Tanah diukur dari permukaan tanah sampai horizon bahan induk atau lapisan tanah yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Beberapa kawasan perbukitan mempunyai kedalaman efektif tanah yang kurang < 50 cm. Kondisi tanah demikian kurang layak dikembangkan untuk kegiatan budidaya.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 8800 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

d. Drainase Drainase merupakan sifat tanah (frekuensi) dan lamanya tanah bebas dari kejenuhan air (tergenang air), atau kecepatan perpindahaan air dari suatu permukaan tanah, baik aliran permukaan maupun penyerapan dalam tanah, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk tanah yang sering tergenang, cocok diusahakan untuk kegiatan pertanian lahan basah. Sedangkan untuk lahan yang drainase baik cocok diusahakan untuk tanaman pangan lahan kering dan tanaman keras/perkebunan.

3.6.2.2. Curah Hujan dan Erosi Tanah

Kawasan Danau Toba mempunyai bulan basah yaitu 3-7 bulan (antara bulan September hingga Februari) dan bulan kering antara 2-4 bulan (antara bulan Mei–Agustus). Menurut pembagian iklim Schimdt dan Ferguson, Kawasan Danau Toba memiliki tipe iklim B dan C dimana iklim tipe B berada di kawasan Simalungun dan tipe C di kawasan lainnya. Kawasan Danau Toba memiliki perbedaan yang nyata sepanjang tahun. Stasiun hujan Porsea menunjukkan curah hujan 1.115 mm/tahun dengan hari hujan terpendek yaitu 85 hari hujan, sedangkan hari hujan terpanjang dimiliki oleh wilayah stasiun hujan Sidamanik (191 hari hujan) dengan curah hujan tahunan terbesar yaitu 2.966 mm/tahun. Curah hujan rata-rata tahunan adalah 1.936 mm dengan jumlah hari hujan rata–rata sekitar 142 hari. Musim hujan berlangsung antara bulan September hingga Januari, dan musim kemarau antara bulan April hingga Agustus. Data curah hujan telah diuraikan panjang lebar pada bagian hidrologi. Curah hujan merupakan elemen penting dalam menentukan erosi. Erosi tanah merupakan suatu proses yang cenderung merusak dan menurunkan kesuburan tanah, karena pada proses inilah terjadi pemindahan sebagian dari lapisan tanah oleh air . Lapisan yang pertama berpindah adalah lapiasan atas pada hal lapisan atas (top soil) adalah lapisan yang paling subur untuk pertanian. Besar kecilnya erosi yang terjadi pada ekosistem bagian hilir (DTA Danau Toba) baik yang lokasinya mengelilingi Danau Toba maupun yang lokasinya dikelilingi Danau Toba atau di pulau Samosir tergantung dari pengukuran curah hujan terdekat dengan wilayah tersebut. Demikian juga halnya dengan besarnya erosi

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 8811 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

yang terjadi di ekosistem bagian hilir sangat tergantung dari pengukuran curah hujan pada stasiun terdekat dengan wilayah DAS atau Sub DAS. 3.6.2.3. Kemiringan Lereng

Kondisi kemiringan lereng merupakan salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya erosi, semakin besar kemiringan akan semakin besar juga erosi. DTA Danau Toba mempunyai lereng sangat curan (> 40 %) seluas 31.918,15ha atau 12,30 %, sedangkan berlereng 26 % - 40 % (curam sampai sangat curam) seluas 105.559,31 ha atau kurang lebih 40,66 %, selengkapnya kelas lereng disajikan pada Tabel 3.44. Ekosistem bagian hilir berkemiringan lebih dari 40 % seluas 116.108,36 ha atau 34,85 %, sedangkan berkemiringan 26 - 40 % seluas 214.428.92 ha atau 64,35 %. Tabel 3.44. Kemiringan Lereng Ekosistem Hulu dan Hilir

No Kelas lereng Luas (Ha) Persentase (%) ,(1) ,(2) ,(3) ,(4) A Ekosistem Bag. Hulu 1 Darar (0-8%) 102.129,50 39,34 2 Landai (9-15%) 51.142,15 19,70 3 Agak curam (16 -25 %) 769,03 0,30 4 Curam (26-40 %) 73.641,16 28,37 5 Sangat curam ( > 40 %) 31.918,15 12,30 Total 259600 100,00 Jumlah >26 % 105.559,31 40,66 B Ekosistem Bag. Hilir 1 Darar (0-8%) 34.865,28 10,46 2 Landai (9-15%) 41.611,51 12,49 3 Agak curam (16 -25 %) 42.304,30 12,70 4 Curam (26-40 %) 98.320,55 29,51 5 Sangat curam ( > 40 %) 116.108,36 34,85 Total 333210 100,00 Jumlah >26 % 214.428.92 64,35

Sumber : Diolah dari data spasial BPDAS Asahan–Barumun (2005)

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 8822 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.6.2.4. Penutupan Lahan

Menurut Tata Guna Hutan Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan SK Menhut No. 44/ Menhut-II/2005 tanggal 16 pebruari 2005. luas kawasan hutan di kabupaten sekitar Danau Toba terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagaimana Tabel 3.45. Tabel 3.45. Luas Kawasan Hutan Relevan Dengan DTA Danau Toba Asahan

NO KABUPATEN

LUAS KAWASAN HUTAN (ha) JUMLAH KAWASAN LINDUNG KAWASAN BUDIDAYA

HK HL HPT HP HPK 1 Tanah Karo 22.880,20 76.498,47 14.919,66 14.522,34 - 128820,51 2 Dairi - 60.463,89 64.701,31 12.802,83 - 137.968,03 3 Simalungun 2.031,41 27.668,09 10.841,74 98.200,48 - 138.741,72 4 Asahan - 61.969,25 29.248,90 34.677,60 20.611,93 146.507,68 5 Toba

Samosir 23.800,00 122.084,08 17.708,10 16.781,40 - 180.373,58

6 Tapanuli Utara

1.834,76 47.771,52 95.436,36 88.853,00 - 233.895,64

7 Humbang 500,00 72.749,02 27.226,37 74.049,00 - 174.524,39 JUMLAH

Ket: HK = Hutan Konservasi, HL = Hutan Lidung, HPT = Hutan Produksi Terbatas, HP= Hutan Produksi Tetap, HPK = Hutan Produksi Konversi

Kawasan Lindung

Menurut RTRWP Sumut, kawasan Danau Toba secara legal diperuntukkan sebagai kawasan lindung dan budidaya. Secara garis besar, kawasan lindung meliputi 4 fungsi perlindungan yaitu :

a. Memberikan perlindungan kawasan bawahannya yang memiliki fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi, dan sedimentasi serta mempertahankan persediaan sumberdaya air. Yang termasuk dalam fungsi ini meliputi Huta Ginjang (Tobasa) dan Muara (Taput) .

b. Sebagai Suaka alam dan Suaka Margasatwa untuk melindungi keanekaragaman hayati, ekosistem dan keunikan alam. Yang termasuk dalam fungsi ini tidak terdapat dalam Kawasan Danau Toba.

c. Kawasan rawan bencana yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor, dan sebagainya. Yang termasuk dalam fungsi ini yaitu meliputi sekeliling Danau Toba.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 8833 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

d. Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melestarikan/melindungi kerusakan fisik setempat akibat kegiatan budidaya. Yang termasuk dalam fungsi ini meliputi seluruh sempadan sungai, sempadan pantai, sekitar mata air di kawasan Danau Toba.

Kawasan Budidaya

Pemanfaatan kawasan budidaya terdiri dari pemanfaatan kawasan hutan, kawasan pertanian dan kawasan non pertanian.

a. Kawasan budidaya kehutanan terdiri dari kawasan hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi tetap (HP) dan hutan konversi (HPK). Yang termasuk HPT pada kawasan Danau Toba terdapat di Kabupaten Simalungun bagian selatan dan Asahan. Yang termasuk HP meliputi Kabupaten Simalungun bagian barat, Tapanuli Utara bagian Danau Toba dan Dairi Bagian Danau Toba. Sedangkan yang termasuk HPK terdapat di Kabupaten Simalungun.

b. Kawasan budidaya pertanian terdiri dari Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan dan budidaya perikanan. Pertanian tanaman pangan meliputi pertanian lahan basah dan lahan kering yang terdapat di Kabupaten Karo, Taput, Tobasa, Dairi dan Simalungun. Pertanian tanaman perkebunan dengan jenis tanaman seperti kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, coklat dan tebu terdapat di Karo, Dairi, Taput dan Tobasa. Pertanian budidaya peternakan dengan jenis ternak besar, ternak kecil dan unggas dikembangkan di Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Karo dan Simalungun. Sedangkan Pertanian budidaya perikanan khususnya perikanan darat dikembangkan di seluruh kabupaten/kota pada kawasan Danau Toba.

c. Kawasan budidaya non pertanian terdiri dari kawasan pertambangan, industri dan pariwisata. Kawasan pertambangan meliputi jenis-jenis tambang galian golongan C, migas dan mineral yang terdapat di seluruh kabupaten di Kawasan Danau Toba. Kawasan pengembangan industri di kawasan Danau Toba meliputi pengembangan industri kecil baik industri pengolahan hasil pertanian maupun jenis industri rumah tangga lainnya yang terdapat di seluruh kabupaten. Kawasan pariwisata yang potensial secara keseluruhan terdapat di Kawasan Danau Toba dengan spesifikasi wisata alam dan budaya masing-masing.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 8844 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.6.2.4.1. Penutupan Lahan Ekosistem Bagian Hulu

a). Vegetasi Vegetasi di daerah DTA Danau Toba dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang bersifat alami dan yang dibudidayakan penduduk/perusahaan. Vegetasi Alami Vegetasi yang bersifat alami sekitar DTA Toba terdiri dari jenis pohon pinus, pohon-pohon pada hutan sekunder, belukar, rumput dan alang-alang. Pohon pinus, hutan sekunder, semak dan belukar banyak menyebar di sebelah Barat, Utara dan Timur DTA Danau Toba, sedangkan rumput dan alang-alang sebagian besar menempati sepanjang tebing sisi Danau Toba dan pada bukit-bukit yang mempunyai kelerengan lebih dari 40%. Selain pada tempat-tempat tersebut vegetasi ini juga banyak dijumpai pada lahan-lahan yang menjadi enclave penduduk setempat. Vegetasi yang Dibudidayakan Vegetasi yang dibudidayakan penduduk setempat terdiri dari tanaman pangan lahan kering berupa holtikultura yaitu, jagung, cabe, bawang merah, kacang kapri, tomat, jahe dan kol. Tanaman-tanaman tersebut ditanam dengan sistem monokultur maupun polikultur. Pada beberapa lokasi pertanaman terdapat juga padi gogo, jeruk dan mangga yang ditanam dengan pola tumpang sari. Vegetasi budidaya lainnya adalah tanaman pangan lahan basah berupa padi sawah. Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan yang paling banyak dibudidayakan masyarakat. tanaman perkebunan yang juga diminati masyarakat adalah karet, kemenyan, kelapa sawit, kemiri dan cengkeh. Hutan Tanaman Industri (HTI) Pada beberapa lahan yang dulunya merupakan bekas pertumbuhan pohon pinus, diganti dan ditanam dengan jenis pertanaman pohon Eucalyptus yang sengaja ditanam oleh perusahaan pulp PT. Toba Pulp Lestari (PT. Indorayon). Tanaman Pohon Makadame Tanaman makadame (Macadamia hildebrandii) merupakan tanaman tahan api atau relatif tahan terhadap api, mampu hidup dengan baik dikiri-kanan sungai. Buahnya banyak dan dimakan ternak, penutupan tajuknya rapat. Sifat yang demikian ini mengakibatkan jenis pohon makadame sesuai digunakan untuk tanaman penghijauan dan sebagai tanaman konservasi.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 8855 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

b). Lahan Kritis Pada Tabel 3.46 disajikan jumlah lahan kritis di bagian hulu (DTA Danau Toba) atau ekosistem bagian hulu seluas 26.566,60 ha atau 10,23 % termasuk lahan kritis dan sangat kritis. Tetapi lahan agak kritis sangat besar, yautu seluas 220.654,98 ha atau 85 %.

Tabel 3.46. Lahan Kritis Ekosistem Hulu (DTA Danau Toba)

No Lahan Kritis Luas (Ha) Persentase (%) (1) (2) (3) (4)

1 Tidak kritis 0 0,00 2 Potensial kritis 12.378,42 4,77 3 Agak kritis 220.654,98 85,00 4 Kritis 20.492,45 7,89 5 Sangat kritis 6.074,14 2,34

Total 259600 100,00 kritis dan sangat kritis 26.566,60 10,23

Sumber : Data Spesial Lahan Kritis (BPDAS Asahan Barumun tahun 2006) 3.6.2.4.2. Penutupan Lahan Ekosistem Bagian Hilir

Penggunaan lahan pada ekosistem bagian hilir dapat dibagi menjadi hutan lindung, kawasan lindung dan kawasan budidaya, luas masing-masing kawasan tersebut diperlihatkan pada Tabel 3.47. Tabel 3.47. Pembagian Kawasan Hutan Ekosistem Bagian Hilir

No Fungsi Hutan Luas (Ha) Persentase

(%) (1) (2) ,(3) ,(4)

1 Hutan Lindung (Ha) 59.304,44 0,18

2 Hutan Lindung Kawasan Hutan (Ha)

86.654,27 0,26

3 Budi Daya Pertanian 187.251,29 0,56

Total 333.210,00 1,00

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 8866 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

a). Lahan Kritis Kerusakan tanah diartikan sebagai sebidang tanah yang telah mengalami kerusakan sehingga tidak marnpu mendukung pertumbuhan vegetasi atau tanaman secara normal. Tanah yang lebih lanjut mengalami kerusakan demikian disebut sebagai lahan kritis. Kondisi lahan kritis pada ekosistem bagian hilir (DAS Asahan, Silau dan Piasa) diperlihatkan pada Tabel 3.48. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa ekosistem bagian hilir termasuk kritis dan sangat kritis seluas 162.903,81 ha atau sekitar 48,89 %. Tabel 3.48. Lahan Kritis Pada Ekosistem Bagian Hilir

No Lahan Kritis Luas (Ha) Persentase

(%) (1) (2) (3) (4)

1 Tidak kritis 0 0,00 2 Potensial kritis 399,34 0,12 3 Agak kritis 169.906,84 50,99 4 Kritis 124.200,32 37,27 5 Sangat kritis 38.703,49 11,62

Total 333210 100,00 Kritis dan Sangat Kritis 162.903,81 48,89

Sumber : Data Spesial Lahan Kritis (BPDAS Asahan Barumun tahun 2006) b). Penutupan Tajuk pada Kawasan Lindung

Kawasan lindung pada ekosistem bagian hilir ada yang berada di luar kawasan hutan dan ada yang berada di dalam kawasan hutan. Kondisi penutupan atau kerapatan tajuk hutan pada kedua kawasan lindung diperlihatkan pada Tabel 3.49.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 8877 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.49. Kondisi Penutupan Lahan (Kerapatan Tajuk) di Luar dan di Dalam Kawasan Hutan.

No Kelas lereng Luas (Ha) Persentase (%) (1) (2) (3) (4)

A Didalam kawasan hutan 1 Sangat baik (>80%) 0 0,00 2 Baik (60-80%) 55800 87,2 3 Sedang (41-60 %) 6838 10,7 4 Buruk (21-40%) 0 0,00 5 Sangat buruk (<20%) 1375 2,1

Total 1375 100,0 Jumlah buruk dan sgt buruk 2,1

B Di luar kawasan hutan 1 Sangat baik (>40%) 0 ,00 2 Baik (31-40%) 25841 27,6 3 Sedang (21-30 %) 50783 54,3 4 Buruk (10-20%) 5474 5,9

5 Sangat buruk (<10%) 11435 12,2

Total 93533 100,0 Jumlah buruk dan sgt buruk 16909 18,1

Kegiatan Penanaman Lahan Kritis

Diatas telah dijelaskan kondisi biofisik wilayah ekosistem bagian hulu yang berfungsi sebagai DTA Danau Toba dan kondisi biofisik ekosistem bagian hilir yang termasuk DTA atau catchment wilayah DAS Asahan, Silau dan Piasa. Berikut ini akan diuraikan kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka mempertahankan Ekosistem bagian hulu dan hilir.

Kegiatan GNRHL

Semakin tahun semakin bertambah luas lahan kritis di wilayah DTA. Danau Toba–Asahan, dalam rangka mengeliminasi kecenderungan ini, BPDAS Asahan–Barumun telah melakukan beberapa kegiatan GNRHL (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan), pada tahun 2003 dan 2005 seperti Tabel 3.50 sampai Tabel 3.54.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 8888 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.50. Kegiatan GNRHL Tahun 2003

Kabupaten/ Kota

Realisasi (Ha) Jumlah (Ha)

Sipil Teknis (Unit)

Dalam Kawasan

Luar Kawasan

Dam Penahan

Dam Pengendali

1 2 3 4 5 6 Asahan 386 180 566 - - Tobasa 3.934 1.396 5.330 - 6 Dairi 1.000 200 1.200 - 4 Karo 500 250 750 - - Tapanuli Utara 424 0 424 - - Simalungun 175 810 985 2 2 Tanjung Balai 0 150 150 - - KSDA I 76 0 76 - - KSDA II 50 0 50 - - TOTAL 6.545 2.986 9.531 2 12

Sumber : BPDAS Asahan Barumun (2005) Tabel 3.51. Kegiatan GNRHL Tahun 2004

No. Kabupaten/ Kota

Rencana (Ha) Total (Ha) Reboisasi Hutan

Rakyat 1 2 3 4 5 1 Asahan 200 250 450 2 Toba Samosir 580 100 680 3 Tanah Karo 550 300 850 4 Tapanuli Utara 100 400 500 Jumlah 1.430 1.050 2.480

Sumber : BPDAS Asahan Barumun (2005)

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 8899 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.52. Kegiatan RL pada Areal Model Das Mikro (MDM)

No. Jenis Kegiatan Lokasi Volume Unit Luas

1 2 3 4 5 1 Aneka Usaha Kehutanan a. Desa Motung, Simarata

Kec. Ajibata Kab. Toba Samosir b. Desa Motung Pardamean Sibisa Kec. Ajibata Kab. Toba Samosir

1 1

10

10

2 Areal Model Hutan Rakyat a. Desa Motung, Simarata Kec. Ajibata Kab. Toba Samosir

1 10

Sumber : BPDAS Asahan Barumun (2005) Tabel 3.53. Pembuatan Areal Model Hutan Rakyat dan UP–Persuteraan Alam

No. Jenis Kegiatan Lokasi Volume Unit Luas

1 2 3 4 5 1 Areal Model Hutan Rakyat a. Desa Motung,

Lumban Bulu Kec. Ajibata Kab. Toba Samosir

1

25

2 Persuteraan Alam a. Desa Sionggang Utara, Aek Natolu Kac. Lumban Julu Kab. Toba Samosir

1 8

Sumber : BPDAS Asahan Barumun (2005)

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 9900 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 3.54. Kegiatan RHL tahun 2005

No. Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Total Reboisasi P.Reboisasi Hutan Rakyat P. Htn.Rakyat Mangrove Green Belt Phj.Lingk (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Tapanuli Utara 250 - 450 - - 50 -

750

2 Toba Samosir 900 - 950 - - 50 -

1,900

3 Asahan 909 - - - 150 - -

1,059

4 Tanjung Balai - - 50 50 - 25 25

150

5 Humbang Hasundutan 1,800 - 900 - - 50 -

2,750

Samosir 875 - 1,875 - - 50 -

2,800

Sumber : BPDAS Asahan Barumun (2005)

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 9911 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.6.2.4.3. Biaya konservasi

Biaya konservasi yang digunakan BPDAS Asahan–Barumun dalam pengendalian erosi, pengembangan SDM dan kegiatan penunjang diperlihatkan Tabel 3.55. Tabel 3.55. Biaya Operasi Konservasi Tahun (2001- 2005) DTA Danau Toba

No Jenis Kegiatan Biaya Tahun (dalam juta Rp) 2001 2002 2003 2004 2005

A. Pengendalian Erosi

1 Teras Kredit / gulud 5,990.40 6,140.16 6,289.92 6,439.68 6,589.44

2 Teras gunung 769.00 788.23 807.45 826.68 845.90

3 Teras bangku 2,674.00 2,740.85 2,807.70 2,874.55 2,941.40 4 Reboisasi 2,739.60 2,808.09 2,876.58 2,945.07 3,013.56

5 Suksesi / Pemeliharaan 1,596.48 1,636.39 1,676.30 1,716.22 1,756.13

6 Tanaman permanen / perkebunan

3,682.80

3,774.87

3,866.94

3,959.01

4,051.08

7 Agroforestry 1,287.00 1,319.18 1,351.35 1,383.53 1,415.70

8 Tanaman Berganda 391.76 401.55 411.35 421.14 430.94

(Multiple cropping) - - - -

9 Rotasi Tanaman (Crop ration)

89.44

91.68

93.91

96.15

98.38

10 Dam pengendali 910.00 932.75 955.50 978.25 1,001.00

11 Dam penahan 750.00 768.75 787.50 806.25 825.00

12 Gully Plug 75.00 76.88 78.75 80.63 82.50

Sub Jumlah 20,955.48 21,479.37 22,003.25 22,527.14 23,051.03

B Pengembangan SDM

1 Kursus Tani / Kontak Tani 5.00 5.13 5.25 5.38 5.50

2 Latihan Petugas RLKT 3.00 3.08 3.15 3.23 3.30

Sub Jumlah 8.00 8.20 8.40 8.60 8.80

C. Kegiatan Penunjang :

1 Pembinaan Kelembagaan

3.00 3.08 3.15 3.23 3.30

2 Sosial Masyarakat 4.80 4.92 5.04 5.16 5.28

3 Sarana Teknis Operasional

5.00

5.13

5.25

5.38

5.50

Sub Jumlah 12.80 13.12 13.44 13.76 14.08

Total Biaya (A + B + C) 20,976.28 21,500.69 22,025.09 22,549.50 23,073.91

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 9922 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.7. Aspek Pengembangan Sumber Daya Air

3.7.1. Sistem Tata Air

Sistem tata air di Wilayah Sungai Asahan dapat dilihat pada Gambar 3.22.

Gambar 3.22. Water District di WS Asahan 3.7.2. Infrastruktur yang ada (kondisi eksisting)

Pada saat ini bangunan air penting yang ada di WS Asahan adalah:

- Danau Toba

- PLTA Siguragura

- PLTA Tangga

3.7.3. Kebutuhan Air

Kebutuhan Air Rumah-tangga, Perkotaan dan Industri Perhitungan kebutuhan air rumah-tangga, perkotaan dan industri, dilakukan berdasarkan jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, dan indeks kebutuhan air sesuai dengan Pedoman Perencanaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai (Ditjen Sumber Daya Air, 2004) dapat dilihat pada Tabel 3.56.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 9933 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air rumah-tangga, perkotaan dan industri pada 4 Kabupaten di wilayah studi, disajikan pada Tabel berikut ini, dimana digunakan sebagai masukan pada simpul Public Water Supply Node di program DSS-Ribasim. Tabel 3.56. Kebutuhan Air Rumah-tangga, Perkotaan dan Industri (m3/s)

No Kabupaten/Kota 2006 2011 2021 2030

1 Kab. Asahan 3.856 4.775 6.449 8.498 2 Kab. Simalungun 0.342 0.327 0.259 0.24 3 Kab. Toba Samosir 0.483 0.469 0.418 0.325 4 Kota Tanjung Balai 0.484 0.605 0.933 1.375

Jumlah 5.165 6.176 8.059 10.438 Kebutuhan air PLTA Danau Toba

Data sejak tahun 2000 menunjukkan bahwa outflow rata-rata dari danau adalah sekitar 100 m3/s, dan terjadi penurunan muka air danau. Oleh karena itu simulasi dilakukan dengan outflow yang bervariasi antara 70 m3/s sampai dengan 100 m3/s dapat dilihat pada Tabel 3.57. Parameter yang digunakan sebagai indikator kinerja pengoperasian danau adalah besarnya defisit; realisasi target outflow (atau prosentase suksesnya outflow dipenuhi); dan prosentase muka air waduk tetap berada diatas 902,5 yang merupakan syarat agar PLTA tetap dapat beroperasi.

Tabel 3.57. Hasil Simulasi Untuk Berbagai Target Outflow

Target Outflow (m3/s)

Realisasi Outflow (%)

Defisit (m3/s)

Prosentase diatas 902.5 m

70 100.00 0.00 100.00 75 100.00 0.00 100.00 80 99.80 0.47 98.98 90 96.90 1.83 96.94 100 88.40 6.78 89.12

Dengan demikian disimpulkan bahwa hasil simulasi model DSS-Ribasim untuk kondisi kebutuhan air saat ini (tahun 2006) menunjukkan bahwa ternyata semua kebutuhan air untuk PLTA masih dapat dipenuhi secara utuh atau 100 persen.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

33 -- 9944 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3.7.4. Rencana Infrastruktur Masa Mendatang

Rencana infrastuktur yang akan dibangun pada masa mendatang antara lain

adalah Cekdam, rorak dan Embung, yang direncanakan oleh JICA ( PT. Indokoei

International) dan PLTA Asahan III yang direncanakan oleh PT. Inallum.

3.7.5. Perhitungan Data Time-Series Masukan DSS-Ribasim

Simulasi suatu sistem tata air sangat bergantung pada jumlah air yang ada pada

setiap lokasi strategis atau water district, yang dinyatakan dalam data runtut

waktu (time-series) minimum 10 tahun data. Permasalahan klasik yang selalu

muncul adalah bahwa data debit aliran sungai dari pos duga air sangat terbatas

jumlahnya, sehingga perlu dilakukan simulasi hujan-aliran (rainfall-runoff).

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 11 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

BBAABB –– IIVVPPEENNGGOOLLAAHHAANN DDAANN

AANNAALLIISSAA DDAATTAA

4.1. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air

Pengelolaan sumber daya air meliputi dua aspek yaitu tentang sumber daya air dan irigasi, aspek sumber daya air terdiri dari kelembagaan pengelolaan sumber daya air dan wilayah sungai, pengelolaan kualitas dan kuantitas air, sedangkan aspek irigasi meliputi pengelolaan irigasi, pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air, pola operasi dan pemeliharaan infrastruktur irigasi serta pola pendanaan rehabilitasi infrastruktur irigasi. Pengelolaan sumber daya air merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa sub sistem yaitu mereka yang berkepentingan atas sumber air maupun pemanfaatannya, sehingga dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air perlu mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu sumber air dan air, nilai sosial ekonomi air, lingkungan, ketersediaan air baik secara kuantitas maupun kualitas, pengguna air (stakeholder) serta kebijakan pemerintah dalam pengaturan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air. Kebijakan pengelolaan sumber daya air tersebut meliputi kebijakan pengaturan pemanfaatan, pengembangan dan konservasi sumber daya air yang saling terkait satu sama lain dan menjadi suatu kesatuan dengan sub sistem siklus hidrologi dalam suatu sistem DAS. Kebijakan pengembangan sumber daya air mengatur pengembangan pemanfaatan sumber daya air yang ada dan sudah dimanfaatkan serta potensi-potensi sumber air yang dapat dimanfaatkan. Sedangkan kebijakan konservasi sumber daya air mengatur usaha dan kegiatan yang terkait dengan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 22 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

perlindungan air dan sumber air termasuk didalamnya pengaturan pengembangan sumber daya air yang memperhatikan kelestarian daya dukung lingkungan. Kebijakan pengembangan dan konservasi sumber daya air tidak dapat dilakukan secara terpisah, akan tetapi perlu dilaksanakan secara terpadu sebagai salah satu upaya dalam rangka mendukung pengelolaan wilayah DAS secara terpadu. Untuk mendukung kebijakan Pengelolaan DAS secara terpadu (termasuk didalamnya sumber daya air ), telah diterbitkan UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan ruang, dan UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Kontinuitas ketersediaan sumber air sangat bergantung pada kualitas pengelolaan hutan yang berfungsi sebagai penyangga tata air dan perikehidupan, sehingga keberadaan dan kondisi hutan merupakan hal yang penting dalam upaya pelestarian sumber daya air. Pengembangan suatu wilayah sungai terkait dengan penataan ruang, maka untuk memenuhi kebutuhan air sebagai konsekwensi dari suatu perkembangan wilayah diperlukan adanya usaha pengembangan sumber daya air. Kebijakan nasional dalam pengaturan sumber daya tertuang dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 yang merupakan pembaharuan dari Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Pada undang-undang tersebut dijelaskan bahwa usaha konservasi sumber daya air berdasarkan pada asas-asas pengelolaan sumber daya air, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas. Sesuai dengan UU No.7 Tahun 2004 tentang SDA, maka komponen sumber daya air terdiri dari : 1. Perlindungan dan pelestarian sumber air 2. Pengawetan air 3. Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 33 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.1.1. Visi dan Misi Pengelolaan SDA

Visi merupakan pandangan jauh kedepan, suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan dalam kaitan pengelolaan sumber daya air. Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh segenap tingkatan pemerintahan, lembaga/instansi serta stakeholder lainnya sesuai dengan Visi yang telah ditetapkan, agar pencapaian tujuan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan Misi tersebut diharapkan seluruh stakeholder mengenal kewenangan dan posisinya serta mengetahui peran dan fungsinya, program dan kegiatan yang harus dilaksanakan serta hasil yang harus dicapai pada masa-masa yang akan datang. Visi Nasional Pengembangan SDA:

“ Penggunaan Air dan Sumber Air bagi Kesejahteraan Rakyat”

Misi Nasional Pengembangan SDA: 1. Konservasi sumber daya air yang berkesinambungan; 2. Manajemen sumber daya air yang lebih terkoordinasi dan terintegrasi; 3. Penggunaan sumber daya air secara tepat guna dan adil; 4. Penanganan bencana alam banjir yang lebih responsif; 5. Pemberdayaan peran pemerintah, masyarakat dan swasta; 6. Peningkatan ketersediaan dan aksesibilitas data dan informasi yang lebih

konsisten dalam manajemen dan pengembangan sumber daya air

Visi Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara :

“Masyarakat yang sejahtera dengan dukungan perekonomian yang dinamis dan berorientasi global, dalam wilayah Provinsi yang tumbuh berimbang, dengan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan”

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 44 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Misi Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara :

1. Mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera 2. Mendorong terciptanya perekonomian yang dinamis dan mengglobal 3. Menciptakan kondisi antar bagian di wilayah provinsi yang lebih

berimbang 4. Membangun lingkungan yang lestari dan berkelanjutan

Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Simalungun : “Kabupaten Simalungun yang Mandiri, Sejahtera melalui Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Institusi yang Prima pada Lima Tahun Mendatang”

Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Simalungun :

1. Meningkatkan hasil pertanian 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana air 3. Peningkatan ketahanan pangan

Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Toba Samosir :

“Mewujudkan Kabupaten Toba Samosir sebagai wilayah pembangunan pertanian, pariwisata dan industri yang ramah lingkungan dengan meningkatkan sumber daya manusia untuk melaksanakan pembangunan secara merata dan transparan dalam memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana dan berwawasan lingkungan”

Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Toba Samosir : 1. Memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi daerah

terutama pengusaha kecil. 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Toba Samosir untuk siap

dalam persaingan pada era globalisasi. 3. Meningkatkan pembangunan pertanian. 4. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta untuk saling bahu-

membahu dalam pembangunan. 5. Meningkatkan kemampuan aparatur. 6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 55 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

7. Memanfaatkan lahan kosong untuk tujuan pengembangan sektor pertanian.

8. Mewujudkan Daerah Toba Samosir menjadi daerah tujuan wisata. 9. Pemanfaatan dan meningkatkan potensi sumber daya alam. 10. Menjadi sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga. 11. Mewujudkan iklim investasi yang kondusif terhadap investor dalam dan

luar negeri.

4.2. Analisis Arahan Tata Ruang

4.2.1. Aspek Tata Ruang Pada WS Asahan

Ruang menurut definisinya adalah wadah yang meliputi daratan, ruang lautan dan ruang udara yang termasuk di dalamnya tanah, air, udara, dan benda lainnya serta daya, keadaan (sumberdaya alam, sumberdaya buatan) sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dengan makhluk hidup lainnya untuk melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Sedangkan tata ruang adalah wujud pola pemanfaatan ruang wilayah yang mencakup wilayah perkotaan dan pedesaan baik dengan direncanakan maupun tidak.

Rencana Tata Ruang Wilayah adalah hasil perencanaan tata ruang berupa arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang terpadu untuk berbagai kegiatan. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW merupakan hasil kebijakan yang dapat mewujudkan keterkaitan antar kegiatan yang memanfaatkan ruang dan kebijakan-kebijakan mengenai kawasan yang harus dilindungi, pengembangan mengenai kawasan budidaya termasuk kawasan produksi dan kawasan permukiman serta wilayah-wilayah yang diprioritaskan pengembangannya. Dalam studi Pola Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Air ini, aspek tata ruang merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dari pengembangan pemanfaatan ruang untuk pemanfaatan sumber daya air bagi keperluan kegiatan masyarakat perkotaan dan perdesaan khususnya Di Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya dalam bahasan aspek tata ruang ini akan melihat gambaran secara makro dari Provinsi Sumatera Utara, yang berkaitan dengan : 1. Letak WS Asahan Secara Regional 2. Konflik Pemanfaatan Ruang

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 66 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3. Permasalahan Lingkungan 4. Rencana Pemanfaatan Ruang WS Asahan. 4.2.1.1. Letak WS Asahan Secara Regional;

Posisi Ws Asahan apabila dilihat secara konstelasi regional maupun nasional tidak terlepas dari Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara, dimana untuk ini dapat di kategorikan menjadi kawasan tertentu dan kawasan andalan. Untuk kawasan tertentu Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, kawasan tertentu adalah kawasan yang secara nasional ditetapkan mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan. Untuk mendukung terciptanya struktur ruang Provinsi Sumatera Utara yang dikehendaki serta mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi yang mantap, maka beberapa kawasan di Provinsi Sumatera Utara ditetapkan sebagai kawasan tertentu yang akan berperan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya bagi Provinsi Sumatera Utara. Wewenang pengelolaan kawasan tersebut berada pada Pemerintah dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Kawasan tertentu secara nasional di Provinsi Sumatera Utara adalah kawasan perkotaan Mebidang (Medan, Binjai, dan Deli Serdang), dan kawasan lainnya yang diarahkan dalam skala regional Sumatera. Dalam arahan pengembangan rencana tata ruang wilayah Sumatera, Kawasan Danau Toba dan sekitarnya dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) ditetapkan sebagai kawasan tertentu. Sedangkan untuk Kawasan andalan di Provinsi Sumatera Utara ditetapkan sebagai berikut : 1. Kawasan andalan darat meliputi 6 (enam) kawasan, yaitu : Kawasan Medan

dan sekitarnya, Kawasan Rantau Prapat-Kisaran dan sekitarnya, Kawasan Pematang siantar dan sekitarnya, Kawasan Tapanuli dan sekitarnya, Kawasan Danau Toba dan sekitarnya, serta Kawasan Nias dan sekitarnya.

2. Kawasan andalan laut meliputi 3 (tiga) kawasan, yaitu : Kawasan Laut Lhokseumawe-Medan dan sekitarnya, Kawasan Selat Malaka dan sekitarnya, serta Kawasan Nias dan sekitarnya. Pengembangan kawasan andalan laut terintegrasi dan terkait dengan pengembangan kawasan andalan darat.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 77 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Letak WS Asahan secara Regional dapat dilihat Pada Gambar Peta 4.1. sebagai berikut :

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 88 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.2.1.2. Kawasan Andalan di WS Asahan

Kawasan Andalan yang dimaksud disini adalah kawasan-kawasan sepanjang Wilayah Sungai Asahan yang mempunyai potensi pengembangan bagi sektor unggulan. Kawasan Andalan merupakan kawasan strategis yang ditentukan berdasarkan potensi yang ada, mempunyai sektor-sektor unggulan berdasarkan sumberdaya alam kawasan, memiliki aglomerasi pusat-pusat permukiman perkotaan dan kegiatan produksi serta mempertimbangkan perkembangan daerah sekitarnya. Sedangkan Kawasan Andalan Cepat Tumbuh adalah kawasan strategis yang mempunyai potensi sektor unggulan dan memiliki keterkaitan dengan aglomerasi pusat-pusat permukiman perkotaan dan kegiatan produksi, kawasan tersebut berpotensi untuk mempercepat pertumbuhan daerah sekitarnya dan merupakan suatu kesatuan ekonomi dan sosial budaya dalam suatu struktur wilayah nasional. Dalam Pedoman Pengembangan Kawasan Andalan telah ditetapkan kriteria kawasan andalan cepat tumbuh, yaitu kawasan yang : - memiliki potensi pengembangan kawasan (lebih dari 1 sektor unggulan) yang

dapat dijual dan secara ekonomis dapat memacu pertumbuhan wilayah/kawasan yang bersangkutan.

- mempunyai potensi sebagai kota/pusat permukiman/pertumbuhan yang termasuk dalam aglomerasi kawasan andalan/cepat tumbuh.

- mempunyai Rencana Tata Ruang (umum atau detail) sebagai arahan kebijakan pembangunan kawasan.

- mempunyai fasilitas sosial ekonomi kawasan, dan PDRB rata-ratanya diatas PDRB Nasional.

- mempunyai fasilitas prasarana dan sarana perkotaan yang memadai. - mempunyai kebijakan investasi yaitu kemudahan perizinan, kemudahan

kredit dan permodalan. Kajian terbaru dari Review RTRW Nasional telah menetapkan klasifikasi dan kriteria baru tentang kawasan andalan, dalam hal ini ada 3 (tiga) jenis kawasan andalan menurut review tersebut , yaitu : - Kawasan Andalan Berkembang - Kawasan Andalan Prospektif Untuk Berkembang - Kawasan Andalan Laut

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 99 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Kawasan dengan uraian seperti di atas diklasifikasikan menjadi kawasan andalan. Adapun arahan pengembangan untuk Kawasan Andalan adalah sebagai berikut : o Keseimbangan pertumbuhan nasional dan daerah harus dijadikan perhatian

utama dalam pengembangan kawasan andalan o Keselarasan pertumbuhan antar wilayah dan antar sektor harus tetap

memperhatikan semua kebijakan yang menyangkut kawasan-kawasan strategis lainnya yang telah ada.

o Pengembangan kawasan andalan harus merupakan pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan yang diharapkan dapat mempengaruhi kawasan di sekitarnya.

o Pengembangan kawasan andalan harus ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertimbangkan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta meningkatkan daya dukung lingkungan.

o Pengembangan kawasan andalan harus berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan itu sendiri dan kawasan di sekitarnya untuk memeratakan pemanfaatan ruang wilayah nasional serta pengembangan antar wilayah.

o Pengembangan kawasan andalan merupakan kebijakan dalam memeratakan pembangunan nasional sesuai dengan potensi wilayah dalam bentuk sektor unggulan.

o Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka dalam pengembangan kawasan andalan dilakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala.

o Hasil pemantauan dan evaluasi perkembangan kawasan andalan dapat menjadi masukan bagi perumusan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan andalan berikutnya.

Berkaitan dengan kriteria seperti bahasan diatas, maka yang terdapat pada WS Asahan di tetapkan 2 (dua) kawasan andalan dengan pusat pelayanannya masing-masing, sebagai pola pengembangan dan penggerak ekonomi wilayah. Kedua kawasan andalan dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kawasan Andalan Rantau Prapat – Kisaran dan sekitarnya, dimana Kota Tanjungbalai dikembangkan sebagai pusat pelayanan sekunder A dan diarahkan untuk menjadi pusat bagi pengembangan kawasan andalan Rantau Prapat-Kisaran dan sekitarnya. Sektor unggulan yang dikembangkan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 1100 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

meliputi perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan industri. Kawasan andalan Rantau Prapat - Kisaran didukung pula oleh pengembangan kawasan andalan laut Selat Malaka dan sekitarnya. Sektor unggulan kawasan laut tersebut adalah perikanan dan pertambangan. Pelabuhan Tanjungbalai dikembangkan sebagai pelabuhan regional untuk mendukung pengembangan kawasan andalan Rantau Prapat - Kisaran.

2. Kawasan Andalan Danau Toba dan Sekitarnya, dimana Kota Balige dikembangkan sebagai pusat pelayanan sekunder B dan diarahkan sebagai pusat pengembangan kawasan andalan Danau Toba dan sekitarnya. Sektor unggulan yang dikembangkan adalah pariwisata, pertanian tanaman pangan, dan industri.

Untuk lebih jelasnya, Pengembangan Kawasan Andalan di WS Asahan dapat dilihat pada Gambar Peta 4.2 sebagai berikut:

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 1111 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar Peta 4.2

4.2.1.3. Konflik Pemanfaatan Ruang di WS Asahan

Arahan pemanfaatan ruang dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah sepanjang Sungai Asahan masih mengacu dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi, dimana dalam arahannya terjadi beberapa konflik pemanfatan ruang. Konflik pemanfaatan ruang ini berpengaruh terhadap kondisi lingkungan yang berakibat banjir longsor dan sedimentasi serta bencana alam yang tidak diinginkan. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Dalam rangka mengendalikan pemanfaatan lahan serta untuk mencapai keseimbangan kepentingan sosial, ekologi dan ekonomi, perlu diarahkan penggunaan areal untuk kepentingan budidaya dan areal yang harus tetap dipertahankan sebagai kawasan lindung.

Kawasan AndalanRantau Prapat - Kisaran

Kawasan AndalanDanau Toba Dan Sekitarnya

Kawasan Andalan di SWS Asahan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 1122 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Akan tetapi seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan laju pembangunan, perencanaan pemanfaatan ruang tersebut sangat sulit untuk tetap dipertahankan. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk kehidupan masyarakat maupun untuk kepentingan pembangunan non kehutanan yakni dilakukan dengan mengkonversikan areal-areal yang sebetulnya layak untuk tetap dipertahankan sebagai kawasan lindung.

Di WS Asahan khususnya di Kawasan Danau Toba, dapat ditemui adanya konflik lahan, dimana Tutupan lahan (vegetasi) sangat penting untuk menjaga kelestarian alam, menyangkut konservasi tanah dan air, menjaga keseimbangan ekosistem dan juga keindahan alam.

Dikawasan Danau Toba saat ini vegetasi merupakan salah satu masalah karena lebih dari 70 % disekitar pinggiran Danau Toba telah gundul, padahal kemiringan lereng dominan >25 %.

Dan yang paling mengkhawatirkan lagi pada kondisi tutupan lahan yang dominan gundul tersebut masih terjadi lagi penebangan yang terus berlangsung saat ini seperti yang terjadi di Pulau Samosir (Kecamatan Onan Runggu), diperkirakan dalam tempo 2 (dua) tahun mendatang kawasan pinggiran Danau Toba ini akan habis/gundul, sementara reboisasi yang dilakukan tidak berhasil karena sering terbakar. Diharapkan penebangan pohon pinus yang masih berlangsung saat ini, bila tidak ditindak tegas akan terus terjadi secara berulang-ulang, karena untuk menghutankan kembali jauh lebih sulit dilakukan. Hutan umumnya dijumpai di puncak perbukitan dan gunung serta pada lahan berlereng terjal, semak dan padang rumput dijumpai berselang-seling membentuk mosaic mulai dari puncak gunung sampai ke tepi danau, sedang lahan terbuka umumnya dijumpai pada tebing.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 1133 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Berkembangnya Hutan ProduksiMengakibatkan terjadinya DiversifikasiTanaman Pangan dan Perkebunan

Adanya Kegiatan Untuk Kawasa n BudidayaPada Kawasan Lindung Disekitar Danau Toba

G b r Pe ta 4 .3Konflik Pe m a nfa a ta n La ha n d i SWS Asa ha n

Penanganan Kawasan Pemanfaatan Ruang yang Bermasalah

Untuk memperoleh kepastian dalam penetapan pemanfaatan ruang di wilayah Provinsi Sumatera Utara, telah dilakukan pemaduserasian pemanfaatan ruang yang ditetapkan Gubernur Sumatera Utara melalui keputusan nomor 650/458/BPSU/1997. Dalam implementasinya, ketepatan pemanfaatan ruang di beberapa lokasi tidak dapat dicapai, sehingga menimbulkan ketidaksesuaian kepentingan antara upaya pelestarian lingkungan dengan pengembangan kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya perkebunan, pertanian lahan kering, dan sebagainya telah memanfaatkan kawasan yang diarahkan berfungsi lindung, yang antara lain ditetapkan sebagai hutan lindung.

Untuk memberikan kepastian pemanfaatan ruang sesuai dengan skala ruang, ketersediaan data dan informasi, serta penyesuaian kepentingan para pihak, maka dalam RTRWP Sumatera Utara 2003-2018 dilakukan identifikasi kawasan yang pemanfaatan ruangnya bermasalah.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 1144 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Penangguhan penetapan pemanfaatan ruang pada kawasan ini ditujukan untuk : 1. Memperoleh dukungan dan informasi yang lebih lengkap dan akurat bagi

delineasi kegiatan yang menimbulkan ketidaksesuaian kepentingan. 2. Memperoleh data dan informasi yang lebih lengkap dan akurat untuk

mengkaji dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan budidaya yang sedang berlangsung.

3. Memperoleh kesepakatan para pihak sesuai dengan kepentingan dan kewenangan masing-masing untuk keputusan pemanfaatan ruang.

4. Memperoleh ketepatan pengambilan keputusan sesuai dengan skala ruang perencanaan, dimana pemanfaatan ruang untuk beberapa kawasan perlu ditetapkan pada rencana tata ruang yang lebih rinci.

Ruang bermasalah yang dalam kerangka waktu dan kedalaman substansinya belum diatur dalam RTRWP Sumatera Utara 2003-2018 akan memperoleh penetapan pemanfaatan ruangnya melalui mekanisme pembangunan lainnya. Namun dalam RTRWP Sumatera Utara 2003-2018 dilakukan penetapan pemanfaatan ruang sementara (temporary use) sesuai dengan kriteria tertentu. Pada hakekatnya, keputusan perencanaan ruang bermasalah ini menyangkut substansi pengaturannya, juga menyangkut kewenangan kelembagaan yang mengaturnya seperti untuk proses pelepasan kawasan hutan harus melalui Pemerintah Pusat.

Beberapa kriteria yang dipertimbangkan dalam menetapkan pemanfaatan ruang yang bermasalah untuk sementara meliputi :

1. Pemanfaatan sementara tidak menimbulkan dampak negatif terhadap ruang yang bersangkutan maupun di sekitarnya.

2. Pemanfaatan sementara tidak ditujukan bagi investasi jangka panjang dalam jumlah besar.

3. Pemanfaatan sementara menjamin pemulihan (reversible) kondisi lingkungan setempat dan sekitarnya.

4. Pemanfaatan sementara dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum.

5. Pemanfaatan sementara menjamin kemungkinan perubahan menuju pemanfaatan ruang yang lebih pasti.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 1155 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Dalam kerangka waktu perencanaan RTRWP Sumatera Utara 2003-2018, pemanfaatan sementara yang dimungkinkan untuk suatu pemanfaatan ruang kawasan yang bermasalah adalah :

1. Kondisi status quo hingga terbit keputusan yang mengatur pemanfaatannya. 2. Pertanian lahan kering dan sejenisnya dengan pengawasan yang ketat. 3. Melalui reboisasi, jika dana untuk kegiatan tersebut memungkinkan. Untuk menuju pemanfaatan ruang dengan ketetapan yang mengikat para pihak, beberapa alternatif tindakan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan kelengkapan data dan informasi untuk memperoleh kesepakatan atau keputusan yang berwenang.

2. Merumuskan dampak negatif, implikasi biaya, dan eksternalitas yang ditimbulkan oleh pemanfaatannya saat ini.

3. Merumuskan kesepakatan antar pihak yang berwenang untuk memutuskan pemanfaatan ruang dan memberikan ketetapan akhir.

4. Melakukan mediasi antar pihak untuk memperoleh solusi yang dapat diterima masing-masing pihak.

5. Mengatur pemanfaatan ruangnya dalam rencana tata ruang yang lebih rinci sesuai dengan skala ruang.

Keputusan pemanfaatan ruang yang bermasalah melibatkan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah Kabupaten/Kota dan mempedomani kriteria dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam rangka :

1. Penetapan keputusan yang mengikat para pihak. 2. Perencanaan tata ruang wilayah dan kegiatan. 3. Pemanfaatan ruang dan pengelolaan kegiatan. 4. Pengawasan pemanfaatan ruang dan kegiatan. 5. Pengendalian pemanfaatan ruang dan kegiatan. 4.2.1.4. Permasalahan Lingkungan di WS Asahan

Di dalam konteks penataan ruang wilayah, ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan dan penataan kawasan, permasalahan ini sangatlah berpengaruh dalam arahan pemanfaatan ruang yang akan datang seperti Gambar 4.4.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 1166 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Permasalahan lingkungan di WS Asahan salah satunya yang menonjol adalah permasalahan lingkungan disekitar Danau Toba, secara tidak langsung kegiatan-kegiatan masyarakat dalam rangka menunjang/memenuhi penghidupan yang cenderung merusak lingkungan sudah terjadi. Konflik-konflik kepentingan dalam berusaha sudah terjadi. Sebagai contoh, untuk usaha penghidupan masyarakat, tumbuh kegiatan budidaya perikanan dengan keramba/jaring apung. Untuk usaha ini tidak ada penataan, dimana seharusnya usaha itu dilakukan. Akibat yang timbul, kegiatan wisata air seperti berenang pada tempat-tempat tertentu tidak dapat lagi dilakukan karena kualitas airnya sudah kotor. Lebih lanjut, tumbuhnya budidaya ikan di keramba yang tidak tertata mendorong tumbuhnya enceng gondok secara lebih merata/meluas yang merusak keindahan Danau Toba. Kegiatan penebangan pohon pinus masih berlangsung sehingga hutan semakin gundul dan erosi meningkat, dimana sungai-sungai yang mengalir ke danau dari pulau Samosir sudah tidak jernih lagi karena erosi yang terjadi akibat penggundulan hutan, disamping itu pada musim kemarau terdapat daerah-daerah kekeringan di pulau Samosir. Bahwa ketidakmampuan sektor pariwisata memberikan penghidupan masyarakat dan terjadinya penurunan kualitas lingkungan memerlukan suatu langkah terobosan yang dapat mendobrak hambatan-hambatan yang ada seperti koordinasi antar daerah dan tidak terintegrasinya kegiatan wisata yang ada. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan pemerintah dimana peran pemerintah pusat diperlukan dalam rangka memperkuat koordinasi dan juga dalam upaya pengembangan dan pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan pariwisata. Didalam amandemen PP 47/1997 sudah diusulkan untuk menetapkan Kawasan Danau Toba sebagai Kawasan Tertentu. Dengan penetapan ini maka peran serta aktif pemerintah pusat untuk mendorong pembangunan Kawasan Danau Toba dapat dilakukan. Hal ini juga sejalan dengan permasalahan yang ada tidak lagi pada persoalan ekonomi dimana pengembangan kawasan andalan didasari oleh pengembangan sektor ekonomi, tetapi juga terdapat masalah penurunan kualitas lingkungan yang sudah cukup memprihatinkan dimana upaya untuk penanganan masalah lingkungan sudah berada “diluar” konsep pengembangan kawasan andalan. Dalam upaya pembangunan Kawasan Danau Toba, langkah-langkah yang diambil harus sejalan dengan program Propenas dimana beberapa program Propenas yang perlu mendapat perhatian serius adalah dalam upaya

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 1177 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

pengembangan ekonomi wilayah harus diorientasikan pada pemberdayaan masyarakat dimana peran aktif masyarakat harus ditumbuhkembangkan, pengembangan usaha pariwisata harus seiring sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan, dan perlu penguatan lembaga-lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah dalam mengembangkan Kawasan Danau Toba. Dilihat dari sudut pandang kebijakan Provinsi Sumatera Utara, Kawasan Danau Toba diarahkan sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya. Secara tegas kebijakan yang ada lebih mengarah pada penataan pemanfaatan ruang sehingga jelas kawasan lindung, penyangga dan budidaya. Fokus hanya pada upaya pelestarian lingkungan tanpa juga memberikan solusi pada persoalan kehidupan ekonomi masyarakat, maka dikuatirkan upaya-upaya pelestarian yang diharapkan tidak berhasil. Dibentuknya Lembaga/Badan Koordinasi Pelestarian Ekosistem Danau Toba tidak salah, tetapi akan sulit untuk berhasil jika upaya pelestarian ekosistem itu tidak ditumbuhkembangkan didalam masyarakat itu sendiri. Badan ini dengan berbagai keterbatasan dan kendala yang ada akan sulit untuk bergerak jika terfokus pada upaya pelestarian ekosistem semata. Persoalan yang dihadapi masyarakat sudah sangat jelas yaitu usaha-usaha yang mereka lakukan bahkan sampai merusak ekosistem juga belum mampu memenuhi kebutuhan kehidupannya. Menghadapi persoalan pengembangan pariwisata di Kawasan Danau Toba ini, pihak pemerintah Provinsi juga harus masuk kepada persoalan lokal masyarakat yaitu persoalan penghidupan ekonomi. Membantu mengembangkan usaha ekonomi masyarakat sambil membangun kesadaran dalam masyarakat bahwa kelestarian ekosistem Danau Toba merupakan asset mereka dan dapat menjadi sumber penghidupan harus terus ditumbuhkembangkan. Untuk itu peran aktif pemerintah Provinsi sebagai koordinasi dan integrasi lintas daerah dan lintas sektor harus dijalankan. Telah terjadi penurunan kualitas lingkungan dan sediaan sumber daya alam di Kawasan Danau Toba akibat adanya aktivitas manusia baik yang dilakukan oleh pihak-pihak swasta maupun oleh kegiatan masyarakat setempat. Sering terjadi kebakaran hutan dan lahan di kawasan Danau Toba khususnya di daerah Kawasan tangkapan air terbesar Danau Toba yaitu Pulau Samosir. Kebakaran tersebut lebih dipicu akibat pembukaan lahan perkebunan, HTI, perambahan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 1188 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

hutan dan aktivitas lainnya yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungannya sehingga ketika musim kemarau tiba, lahan menjadi kering dan mudah terbakar. Keadaan ini akan signifikan mencemarkan udara, tanah, air, dan bakan terjadi bencana alam seperti banjir pada wilayah tertentu di kawasan Danau Toba, tanah longsor khususnya pada bukit-bukit yang memiliki derajat kemiringan > 40%. Kemudian dari permasalahan lingkungan tersebut, maka perlu adanya suatu pemulihan yang sifatnya kebijakan operasional, untuk itu dibawah ini akan digambarkan beberapa Kebijakan operasional dalam pemulihan dan pelestarian Kawasan Danau Toba untuk itu dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Aspek Lingkungan Hidup

a. Memulihkan kondisi lahan melalui usaha konservasi yaitu : 1) Upaya reboisasi pada lahan (kawasan) hutan atau non budidaya 2) Upaya penghijauan pada lahan budidaya 3) Upaya pembuatan bangunan teknik sipil konservasi berupa waduk,

chekdam, rorak, guludan dsb. 4) Pengembangan sistem pertanian yang akrab lingkungan pada lahan

budi daya dan penghijauan sempadan sungai. 5) Menghentikan kegiatan perambahan hutan dan penebangan liar.

b. Memulihkan kondisi dan melestarikan lingkungan kawasan Danau Toba dengan upaya :

1) Memelihara volume air Danau Toba pada ketinggian 904 s/d 905 m dpl. Dengan cara meningkatkan debit air yang masuk ke dalam Danau Toba sebagai hasil upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah.

2) Mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 1199 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Adanya Kegiatan PembakaranAkibat Pembukaan Lahan Perkebunan,HTI dan Perambahan Hutan

Telah terjadinya Penurunan Kualitas Lingkungandi Kawasan Danau Toba akibat ada nyaAktifitas Manusia

G b r Pe ta 4 .4Pe rm a sa la ha n Ling kung a n d i SWS Asa ha n

4.2.1.5. Arahan Pemanfaatan Ruang di WS Asahan

Undang-undang No: 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang menjelaskan bahwa rencana tata ruang merupakan penjabaran strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang ke dalam bentuk pemanfaatan ruang yang lebih rinci. Arahan pemanfaatan ruang WS Asahan terdiri dari :

1). Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 2200 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu kawasan hutan lindung, dan kawasan resapan air.

b. Kawasan perlindungan setempat, meliputi; sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air, kawasan terbuka hijau kota (termasuk di dalamnya hutan kota).

c. Kawasan suaka alam yang meliputi : kawasan cagar alam dan suaka marga satwa.

d. Kawasan pelestarian alam yang meliputi : taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

e. Kawasan cagar budaya. f. Kawasan rawan bencana alam yang meliputi kawasan rawan gempa bumi,

kawasan tanah longsor, kawasan banjir. g. Kawasan lindung lainnya yang meliputi : kawasan pantai berhutan bakau.

untuk kawasan lindung jenis pemanfaatan lahannya terdiri dari Hutan, Danau sekitar mata air.

2). Kawasan Budidaya

Arahan yang ada tentang kawasan budidaya adalah PP No. 47 Tahun 1997 dan Keppres No.57 tahun 1989. Menurut PP dan Keppres ini yang dimaksud dengan kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya meliputi : a. Kawasan hutan produksi b. Kawasan hutan rakyat c. Kawasan pertambangan d. Kawasan permukiman yang tersebar sepanjang WS Asahan Arahan pola pemanfaatan ruang yang dikembangkan adalah dengan menggunakan pendekatan cekungan aliran sungai dan pendekatan cekungan air tanah. Cekungan aliran sungai Kawasan Danau Toba terdiri dari 26 sub-DAS, dan pada pada masing-masing sub-DAS yang masih alami minimal 30% dari luasnya dipertahankan sebagai kawasan lindung yang ditempatkan pada bagian hulunya, sedangkan bagi sub-DAS yang telah dibudidayakan perlu dilakukan rehabilitasi fungsi lindung hingga tercapai ketentuan tersebut. Kawasan budidaya dimanfaatkan untuk kehutanan, pertanian dan pariwisata serta untuk

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 2211 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

permukiman dan prasarana pada tempat tertentu sesuai dengan struktur tata ruang yang diinginkan.

Pola pemanfaatan ruang secara umum menunjukkan suatu kesatuan ruang yang digunakan untuk jenis pemanfaatan tertentu dan saling terkait antar pola keruangan yang diharapkan dapat serasi dan terpadu. Pola pemanfaatan ruang ini memiliki beberapa jenis pengelompokan diantaranya berupa pemanfaatan ruang untuk area terbangun seperti permukiman, perkantoran, area komersil, dan lain-lain. Selain itu pemanfaatan ruang dapat juga dikelompokkan untuk area hutan, pertanian, dan pariwisata. Untuk menjaga kelestarian dan kestabilan lingkungan/ekosistem, pemanfaatan ruang biasanya dibedakan untuk pemanfaatan kawasan budidaya dan pemanfaatan kawasan lindung.

1. Kawasan Budidaya

Pemanfaatan lahan untuk kawasan budidaya cukup beraneka ragam dari mulai untuk permukiman sampai pemanfaatan untuk pertanian, perkebunan bahkan hutan. Yang terpenting adalah pemanfaatan lahan untuk budidaya tidak melanggar batasan dan kriteria kawasan lindung. Berbagai aktivitas yang memanfaatkan lahan yang tergolong kawasan budidaya secara tidak langsung akan menimbulkan kebutuhan akan luasan lahan.

a. Perumahan

Perkiraan kebutuhan lahan untuk hunian dihitung berdasarkan standar untuk menentukan luas perpetakan tanah untuk rumah (Buku Petunjuk perencanaan Kawasan Perumahan PU 1987). Untuk menentukan luas minimum rata-rata dari perpetakan tanah harus dipertimbangkan faktor-faktor kehidupan manusia, faktor alam, dan peraturan bangunan setempat. Kebutuhan lahan di Kawasan Danau Toba, untuk perumahan pada tahun 2013 diperkirakan dibutuhkan lahan sekitar 3.437 Ha. Pengalokasian lahan untuk perumahan ini ditujukan di kawasan budidaya dengan tingkat kemiringan lahan yang sesuai dan memenuhi aspek keamanan (bukan rawan bencana). b. Kawasan budidaya kehutanan

Kawasan budidaya hutan ini terdiri dari kawasan hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap dan hutan konversi. Yang termasuk hutan produksi terbatas pada kawasan Danau Toba terdapat di Kabupaten Simalungun bagian selatan dan Asahan. Yang termasuk hutan produksi tetap meliputi Kabupaten Simalungun

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 2222 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

bagian barat, Taput bagian Danau Toba dan Dairi Bagian Danau Toba. Sedangkan yang termasuk hutan konversi terdapat di Kabupaten Simalungun. c. Kawasan budidaya pertanian

Terdiri dari Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan dan budidaya perikanan. Pertanian tanaman pangan meliputi pertanian lahan basah dan lahan kering yang terdapat di Kabupaten Karo, Taput, Tobasa, Dairi dan Simalungun. Pertanian tanaman perkebunan dengan jenis tanaman seperti kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, coklat dan tebu terdapat di Karo, Dairi, Taput dan Tobasa. Pertanian budidaya peternakan dengan jenis ternak besar, ternak kecil dan unggas dikembangkan di kabupaten Taput, Tobasa, Dairi, Karo dan Simalungun. Sedangkan Pertanian budidaya perikanan khususnya perikanan darat dikembangkan di seluruh kabupaten/kota pada kawasan Danau Toba. Selain kawasan budidaya pertanian, terdapat juga kawasan budidaya non pertanian terdiri dari kawasan pertambangan, industri dan pariwisata. Kawasan pertambangan meliputi jenis-jenis tambang galian golongan C, migas dan mineral yang terdapat di seluruh Kabupaten di Kawasan danau Toba. Kawasan pengembangan industri di Kawasan Danau Toba meliputi pengembangan industri kecil baik industri pengolahan hasil pertanian maupun jenis industri rumah tangga lainnya yang terdapat di seluruh Kabupaten. 2. Kawasan Lindung

Beberapa jenis Kawasan lindung beserta fungsinya yang dapat dikembangkan di Kawasan Danau Toba adalah sebagai berikut :

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

Kawasan lindung ini memiliki fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi, dan sedimentasi serta mempertahankan persediaan sumberdaya air. Yang termasuk dalam fungsi ini meliputi Huta Ginjang (Tobasa) dan Muara (Taput).

b. Suaka alam dan Suaka Margasatwa

Ditujukan untuk melindungi keanekaragaman hayati, ekosistem dan keunikan alam. Yang termasuk dalam fungsi ini tidak terdapat dalam Kawasan Danau Toba. (sumber RTRWP Sumut)

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 2233 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

c. Kawasan rawan bencana

Kawasan yang tergolong rawan bencana adalah kawasan yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor, dan sebagainya. Yang termasuk dalam fungsi ini meliputi sekeliling Danau Toba. (sumber RTRWP Sumut)

d. Kawasan perlindungan setempat

Kawasan ini berfungsi melestarikan/melindungi kerusakan fisik setempat akibat kegiatan budidaya. Yang termasuk dalam fungsi ini meliputi seluruh sempadan sungai, sempadan pantai, sekitar mata air di kawasan Danau Toba. (sumber RTRWP Sumut). Kawasan perlindungan setempat terdiri dari tiga klasifikasi yaitu sempadan pantai, sempadan sungai dan kawasan sekitar danau/waduk/dam.

1. Sempadan Pantai

Sempadan pantai sekurang-kurangnya adalah 100 meter dari titik tertinggi muka air ke arah darat. Langkah-langkah pengelolaan ruang yang disusun bagi kawasan ini terutama adalah perlindungan terhadap kawasan sempadan pantai, yaitu : Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang pantai

sehingga kelestarian fungsi pantai terjaga. Pengembalian fungsi lindung pantai yang mengalami kerusakan. Pengembangan pariwisata pantai tetap menjamin fungsi lindung

sepanjang sempadan pantai.

2. Sempadan Sungai Kawasan sempadan sungai terdapat di sepanjang sungai-sungai yang ada di wilayah Kawasan Danau Toba. Kebijaksanaan pemanfaatan ruang diutamakan bagi perlindungan kawasan sempadan sungai yang meliputi : Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang

dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 2244 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Selanjutnya penetapan lebar sempadan sungai adalah sebagai berikut : Sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter di kiri kanan sungai besar dan 50

(lima puluh) meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman.

Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 (sepuluh) meter sampai 15 (lima belas) meter.

3. Perlindungan terhadap Kawasan Sekitar Danau

Perlindungan dilakukan untuk melindungi danau dari kegiatan budidaya atau aktifitas pembangunan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau.

Kriteria kawasan sekitar danau/kolong adalah daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau kolong antara 50 (lima puluh) meter sampai 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

a. Perlindungan Kawasan Sekitar Waduk dan Mata Air

Perlindungan terhadap sekitar waduk dilakukan untuk melindungi waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian waduk. Kriteria kawasan sekitar waduk adalah daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional dalam bentuk dan kondisi antara 50 – 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi

mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Kriteria kawasan sekitar mata air adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.

b. Perlindungan Kawasan Hutan Kota

Dilakukan dalam rangka konservasi sumber daya alam untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan dan berfungsi sebagai sarana rekreasi.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 2255 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Kriteria kawasan hutan kota :

Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai 175 (seratus tujuh puluh lima).

Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % atau lebih Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2000

meter atau lebih

c. Perlindungan Kawasan Hijau

Kawasan hijau adalah kawasan yang dapat berfungsi sebagai paru-paru kota, fasilitas dan untuk keindahan kota, taman, lapangan olah raga, penghijauan di jalur jalan, zona penyanggah areal konservasi dan daerah bantaran sungai. Kriteria kawasan hijau adalah : kawasan alam, menarik, mudah dikunjungi dan nilai pelestariannya rendah. d. Kawasan Cagar Budaya

Merupakan perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa. Dalam wilayah Kawasan Danau Toba yang perlu ditetapkan sebagai cagar budaya adalah makam/monument Sisingamangaraja, Kompleks Nonmensen, dan lain-lain. e. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan yang berbahaya baik karena ancaman bahaya longsor, rawan banjir ataupun potensi bencana lainnya.

Rencana penggunaan lahan WS Asahan dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Tabel 4.1.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 2266 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 4.5. Peta Rencana Penggunaan Lahan WS Asahan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 2277 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.1. Rencana Penggunaan Lahan Di Kawasan WS Asahan

No

Pemanfaatan Lahan

Luas ( Ha )

1 Hutan Lindung 205.983,73

2 Hutan Produksi Sementara 21.039,87

3 Hutan Produksi Terbatas 8.781,88

4 Hutan Produksi Tetap 32.438,18

5 Hutan Suaka Alam 6.319,16

6 Perkebunan Besar 133.349,22

7 Perkebunan Rakyat 90.986,41

8 Pertanian Lahan Basah 71.866,11

9 Pertanian Lahan Kering 27.757,70

10 Permukiman 9.012,66

11 Rawa 6.251.14

JUMLAH 613.786,05 Sumber : Hasil Perhitungan dari Peta RTRWP Sumut 4.2.1.6. Arahan Struktur Penataan Ruang di WS Asahan / Kawasan Danau

Toba

Struktur tata ruang Wilayah sungai Asahan khususnya Kawasan Danau Toba yang ada saat ini masih lemah, terutama tingkat pelayanan fungsi pusat-pusat permukiman masih rendah dan keterkaitan antar pusat masih lemah, dan hal ini merupakan kendala dalam pengembangan wilayah. Untuk menjawab tantangan pengembangan wilayah di masa depan perlu melakukan restrukturisasi tata ruang sehingga dapat lebih sesuai dan serasi untuk mengatasi masalah otonomi, kemiskinan, permukiman, prasarana, lingkungan, pengembangan pariwisata, globalisasi dan lain lain.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 2288 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Restrukturisasi tata ruang Kawasan Danau Toba dilakukan dengan menetapkan tata jenjang pusat-pusat permukiman serta keterkaitan antar pusat permukiman yang sesuai dengan kondisi dan tantangan di masa depan, didukung oleh pengembangan kegiatan sosial-ekonomi dan penyediaan prasarana dan sarana untuk penyelenggaraan masing-masing fungsi pusat permukiman. Kegiatan sosial-ekonomi yang perlu dikembangkan antara lain kegiatan yang berbasis pada pariwisata, pertanian dan kehutanan. Dengan kata lain, konsep struktur ruang kawasan Danau Toba adalah berupa pembentukan pusat dan sub pusat pengembangan yang satu sama lain memiliki keterkaitan sehingga lebih sinergis dan terintegrasi. Restrukturisasi tata ruang kawasan dilakukan dengan mengubah dari struktur tata ruang yang berpola linier (uni corridor) menjadi struktur tata ruang yang berpola lingkar (multi corridor). Untuk membentuk struktur tata ruang multi corridor tersebut ada dua korridor yang perlu di kembangkan yang mengikuti jalan lingkar dalam dan luar, yang dibagi ke dalam beberapa zona-zona pengembangan. Zona-zona pengembangan ini perlu dibentuk dan dikembangkan untuk mewadahi proses keterkaitan antara pusat dan sub pusat pengembangan di kawasan Danau Toba. Dua korridor yang mengikuti jalan lingkar dalam dan luar tersebut adalah :

1 Koridor lingkar luar /Kawasan Danau Toba, (Parapat-Porsea-Balige-Siborong-borong-Dolok Sanggul-Sidikalang-Merek)

2 Koridor lingkar dalam/Pulau Samosir (Pangururan-Simanindo-Tuktuk-Tomok- Onan Runggu- Nainggolan).

Kawasan Danau Toba tersebut dihubungkan dari/ke luar dengan 7 pintu gerbang (gate) yaitu :

1 Jalan arteri primer/jalan nasional yang merupakan jalan penghubung lintas Parapat-Pematang Siantar-Tebing Tinggi-Medan (ke jalan lintas timur/bandar udara Polonia/Pelabuhan laut Belawan dan antar provinsi/negara/IMT-GT).

2 Jalan kolektor primer/jalan provinsi yang menghubungkan Porsea-Tanjung Balai (pelabuhan laut/jalan lintas timur/IMT-GT).

3 Jalur kolektor primer/jalan provinsi yang menghubungkan Silimbat/Silaen-Parsoburan-Labuhan Batu- terus ke Riau(jalan lintas timur/arteri primer).

4 Jalan arteri primer/jalan nasional yang menghubungkan Siborong-borong- Tarutung-Sibolga- terus ke Sumbar (ke jalan lintas barat/pelabuhan laut).

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 2299 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

5 Jalan kolektor primer/jalan provinsi yang menghubungkan Dolok Sanggul- Barus ( ke jalan lintas barat/pelabuhan laut).

6 Jalan kolektor primer/jalan provinsi yang menghubungkan Sidikalang - Singkil-terus ke NAD (ke jalan lintas barat/pelabuhan laut).

7 Jalan kolektor primer/jalan provinsi yang menghubungkan Merek-Kabanjahe-Berastagi-Medan/IMT-GT (ke jalan lintas timur/bandar udara Polonia/pelabuhan laut Belawan).

4.3. Analisis Aspek Sosial Ekonomi

4.3.1. Proyeksi Penduduk

Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk selama periode 1980- 2004 maka dapat dibuat proyeksi penduduk untuk 25 tahun yang akan datang, adapun hasil proyeksi jumlah penduduk tersebut tertera dalam Tabel 4.2 pada halaman berikutnya. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk seluruh kabupaten/kota di WS Asahan pada tahun 2030 berjumlah 2,204,223 jiwa, yang terdiri dari penduduk Kabupaten Asahan berjumlah 1,694,224 jiwa, Kota Tanjung Balai berjumlah 345,939 jiwa , Kabupaten Simalungun berjumlah 69,898 jiwa dan Kabupaten Toba Samosir berjumlah 94,163 jiwa.

Berdasarkan data BPS Provinsi Sumatera Utara , pertumbuhan penduduk minus diperkirakan terjadi di Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Toba Samosir, diperkirakan hal tersebut terjadi karena ada penduduk di kabupaten tersebut yang pindah ke kota lain di dalam provinsi, merantau ke luar provinsi baik untuk melanjutkan studi maupun mencari pekerjaan (ke Pulau Jawa, Malaysia dan Singapura).

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 3300 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.2. Proyeksi Penduduk di WS Asahan Periode 2006 – 2030

No. Kabupaten /Kota Kecamatan

Angka (**) Pertumb.

2000 - 2003 (%)

Proyeksi Penduduk Wilayah Sungai Asahan Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2030

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

I Kab. Asahan 2.01 1 BP Mandoge 31627 32263 32911 33573 34248 34936 35638 36354 37085 37831 38591 39367 40158

2 Bandar Pulau 51707 52746 53807 54888 55991 57117 58265 59436 60631 61849 63092 64361 65654

3 Pulau Rakyat 30754 31372 32003 32646 33302 33972 34654 35351 36061 36786 37526 38280 39049

4 Aek Kuasan 42399 43251 44121 45007 45912 46835 47776 48737 49716 50715 51735 52775 53835

5 Sei Kepayang 37960 38723 39501 40295 41105 41931 42774 43634 44511 45406 46318 47249 48199

6 Tanjung Balai 32902 33563 34238 34926 35628 36344 37075 37820 38580 39356 40147 40954 41777

7 Simpang Empat 51542 52578 53635 54713 55813 56934 58079 59246 60437 61652 62891 64155 65445

8 Air Batu 69192 70583 72001 73449 74925 76431 77967 79534 81133 82764 84427 86124 87855

9 Buntu Pane 52117 53165 54233 55323 56435 57570 58727 59907 61111 62340 63593 64871 66175

10 Meranti 61102 62330 63583 64861 66165 67495 68851 70235 71647 73087 74556 76055 77583

11 Air Joman 58262 59433 60628 61846 63089 64357 65651 66971 68317 69690 71091 72520 73977

12 Tanjung Tiram 58132 59300 60492 61708 62949 64214 65505 66821 68164 69534 70932 72358 73812

13 Sei Balai 33627 34303 34992 35696 36413 37145 37892 38653 39430 40223 41031 41856 42697

14 Talawi 53324 54396 55489 56605 57742 58903 60087 61295 62527 63783 65065 66373 67707

15 Lima Puluh 83575 85255 86968 88717 90500 92319 94174 96067 97998 99968 101977 104027 106118

16 Air Putih 45931 46854 47796 48757 49737 50736 51756 52797 53858 54940 56045 57171 58320

17 Sei Suka 50474 51489 52523 53579 54656 55755 56875 58019 59185 60374 61588 62826 64089

18 Medang Deras 44326 45217 46126 47053 47999 48963 49948 50952 51976 53020 54086 55173 56282

19 Kisaran Barat 55900 57024 58170 59339 60532 61748 62990 64256 65547 66865 68209 69580 70978

20 Kisaran Timur 65003 66310 67642 69002 70389 71804 73247 74719 76221 77753 79316 80910 82537

1009856 1030154 1050860 1071982 1093529 1115509 1137931 1160803 1184136 1207937 1232216 1256984 1282249

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 3311 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.2. Proyeksi Penduduk di WS Asahan Periode 2006 – 2030 (Lanjutan)

No. Kabupaten /Kota Kecamatan

Angka (**) Pertumb.

2000 - 2003 (%)

Proyeksi Penduduk Wilayah Sungai Asahan Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2030

2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

1 2 3 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

I Kab. Asahan 2.01

1 BP Mandoge 40965 41788 42628 43485 44359 45251 46160 47088 48035 49000 49985 50990 52015 53060

2 Bandar Pulau 66974 68320 69693 71094 72523 73981 75468 76985 78532 80111 81721 83363 85039 86748

3 Pulau Rakyat 39834 40635 41452 42285 43135 44002 44886 45789 46709 47648 48605 49582 50579 51596

4 Aek Kuasan 54918 56021 57147 58296 59468 60663 61882 63126 64395 65690 67010 68357 69731 71132

5 Sei Kepayang 49168 50156 51164 52193 53242 54312 55404 56517 57653 58812 59994 61200 62430 63685

6 Tanjung Balai 42617 43473 44347 45238 46148 47075 48021 48987 49971 50976 52000 53045 54112 55199

7 Simpang Empat 66760 68102 69471 70867 72292 73745 75227 76739 78281 79855 81460 83097 84768 86471

8 Air Batu 89621 91423 93260 95135 97047 98998 100988 103017 105088 107200 109355 111553 113795 116083

9 Buntu Pane 67505 68862 70246 71658 73098 74567 76066 77595 79155 80746 82369 84024 85713 87436

10 Meranti 79143 80734 82356 84012 85700 87423 89180 90973 92801 94666 96569 98510 100490 102510

11 Air Joman 75464 76981 78528 80107 81717 83359 85035 86744 88488 90266 92081 93932 95820 97746

12 Tanjung Tiram 75296 76809 78353 79928 81535 83173 84845 86551 88290 90065 91875 93722 95606 97527

13 Sei Balai 43556 44431 45324 46235 47164 48112 49080 50066 51072 52099 53146 54214 55304 56416

14 Talawi 69068 70457 71873 73317 74791 76294 77828 79392 80988 82616 84276 85970 87698 89461

15 Lima Puluh 108251 110427 112646 114911 117220 119577 121980 124432 126933 129484 132087 134742 137450 140213

16 Air Putih 59492 60688 61908 63152 64422 65717 67038 68385 69760 71162 72592 74051 75540 77058

17 Sei Suka 65377 66691 68031 69399 70794 72217 73668 75149 76659 78200 79772 81375 83011 84680

18 Medang Deras 57414 58568 59745 60946 62171 63420 64695 65995 67322 68675 70055 71464 72900 74365

19 Kisaran Barat 72405 73860 75345 76859 78404 79980 81588 83227 84900 86607 88348 90123 91935 93783

20 Kisaran Timur 84196 85888 87614 89375 91172 93004 94874 96781 98726 100710 102735 104800 106906 109055

1308022 1334314 1361133 1388492 1416401 1444870 1473912 1503538 2E+06 1564588 1596036 1628116 1660841 1694224

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 3322 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.2. Proyeksi Penduduk di WS Asahan Periode 2006 – 2030 (Lanjutan)

No. Kabupaten /Kota Kecamatan

Angka (**) Pertumb.

2000 - 2003 (%)

Proyeksi Penduduk Wilayah Sungai Asahan Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2030

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

II Kota Tanjung Balai 3.24

1 Datuk Bandar 56232 58054 59935 61877 63882 65951 68088 70294 72572 74923 77351 79857 82444

2 Tanjung Balai Selatan 21704 22407 23133 23883 24657 25455 26280 27132 28011 28918 29855 30822 31821

3 Tanjung Balai Utara 17059 17612 18182 18771 19380 20008 20656 21325 22016 22729 23466 24226 25011

4 Sei Tualang Raso 21682 22384 23110 23859 24632 25430 26254 27104 27982 28889 29825 30791 31789

5 Teluk Nibung 34314 35426 36574 37759 38982 40245 41549 42895 44285 45720 47201 48730 50309 150991 155883 160934 166148 171531 177089 182826 188750 194866 201179 207697 214427 221374

III Kab. Simalungun -2

1 Dolok Pardamean 14497 14207 13923 13644 13372 13104 12842 12585 12334 12087 11845 11608 11376

2 Purba 18004 17644 17291 16945 16606 16274 15949 15630 15317 15011 14711 14416 14128

3 Dolok Panribuan 18809 18433 18064 17703 17349 17002 16662 16329 16002 15682 15368 15061 14760

4 Silimakuta 21888 21450 21021 20601 20189 19785 19389 19002 18622 18249 17884 17526 17176

5 Sidamanik 29551 28960 28381 27813 27257 26712 26178 25654 25141 24638 24145 23662 23189

6 Pem Sidamanik 15442 15133 14830 14534 14243 13958 13679 13406 13137 12875 12617 12365 12118

118191 115827 113511 111240.4 109016 106835 104699 102605 100553 98541 96571 94639 92746

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 3333 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.2. Proyeksi Penduduk di WS Asahan Periode 2006 – 2030 (Lanjutan)

No. Kabupaten /Kota Kecamatan

Angka (**) Pertumb.

2000 - 2003 (%)

Proyeksi Penduduk Wilayah Sungai Asahan Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2030

2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

1 2 3 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 II Kota Tanjung Balai 3.24

1 Datuk Bandar 85115 87873 90720 93659 96694 99827 103061 106400 109848 113407 117081 120875 124791 128834

2 Tanjung Balai Selatan 32852 33917 35015 36150 37321 38530 39779 41068 42398 43772 45190 46654 48166 49726

3 Tanjung Balai Utara 25821 26658 27522 28413 29334 30284 31266 32279 33324 34404 35519 36670 37858 39084 4 Sei Tualang Raso 32819 33882 34980 36113 37283 38491 39738 41026 42355 43728 45144 46607 48117 49676 5 Teluk Nibung 51939 53622 55359 57153 59005 60917 62890 64928 67032 69203 71446 73760 76150 78618 228547 235952 243596 251489 259637 268049 276734 285700 294957 304514 314380 324566 335081.9 345939

III Kab. Simalungun -2

1 Dolok Pardamean 11149 10926 10707 10493 10283 10077 9876 9678 9485 9295 9109 8927 8748 8573 2 Purba 13845 13569 13297 13031 12771 12515 12265 12020 11779 11544 11313 11087 10865 10647 3 Dolok Panribuan 14465 14175 13892 13614 13342 13075 12813 12557 12306 12060 11819 11582 11351 11124 4 Silimakuta 16832 16496 16166 15842 15526 15215 14911 14613 14320 14034 13753 13478 13209 12944 5 Sidamanik 22725 22271 21825 21389 20961 20542 20131 19728 19334 18947 18568 18197 17833 17476 6 Pem Sidamanik 11875 11638 11405 11177 10953 10734 10520 10309 10103 9901 9703 9509 9319 9132 90892 89074 87292 85546 83835 82159 80516 78905 77327 75781 74265 72780 71324 69898

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 3344 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.2. Proyeksi Penduduk di WS Asahan Periode 2006 – 2030 (Lanjutan)

No. Kabupaten /Kota Kecamatan

Angka (**) Pertumb.

2000 - 2003 (%)

Proyeksi Penduduk Wilayah Sungai Asahan Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2030

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

IV Kab. Toba Samosir -2.2

1 Balige 47412 46369 45349 44351 43375 42421 41488 40575 39683 38809 37956 37121 36304

2 Laguboti 16945 16572 16208 15851 15502 15161 14828 14502 14182 13870 13565 13267 12975

3 Habinsaran 19959 19520 19090 18670 18260 17858 17465 17081 16705 16338 15978 15627 15283

4 Borbor 7533 7367 7205 7047 6892 6740 6592 6447 6305 6166 6031 5898 5768

5 Silaen 10608 10375 10146 9923 9705 9491 9283 9078 8879 8683 8492 8305 8123

6 Sigumpar 6624 6478 6336 6196 6060 5927 5796 5669 5544 5422 5303 5186 5072

7 Porsea 24689 24146 23615 23095 22587 22090 21604 21129 20664 20209 19765 19330 18905

8 Pintu Pohan Meranti 7928 7754 7583 7416 7253 7093 6937 6785 6636 6490 6347 6207 6071

9 Lumban Julu 11179 10933 10693 10457 10227 10002 9782 9567 9357 9151 8949 8752 8560

10 Uluan 8281 8099 7921 7746 7576 7409 7246 7087 6931 6778 6629 6484 6341

11 Ajibata 6749 6601 6455 6313 6174 6039 5906 5776 5649 5524 5403 5284 5168

167907 164213 160600 157067 153612 150232 146927 143695 140533 137442 134418 131461 128569

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 3355 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.2. Proyeksi Penduduk di WS Asahan Periode 2006 – 2030 (Lanjutan)

No. Kabupaten /Kota Kecamatan

Angka (**) Pertumb.

2000 - 2003 (%)

Proyeksi Penduduk Wilayah Sungai Asahan Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2030

2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

1 2 3 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

IV Kab. Toba Samosir -2.2

1 Balige 35505 34724 33960 33213 32482 31768 31069 30385 29717 29063 28424 27798 27187 26589

2 Laguboti 12690 12410 12137 11870 11609 11354 11104 10860 10621 10387 10159 9935 9717 9503

3 Habinsaran 14947 14618 14296 13982 13674 13373 13079 12791 12510 12235 11966 11702 11445 11193

4 Borbor 5641 5517 5396 5277 5161 5047 4936 4828 4722 4618 4516 4417 4320 4225

5 Silaen 7944 7769 7598 7431 7268 7108 6951 6798 6649 6503 6360 6220 6083 5949

6 Sigumpar 4960 4851 4745 4640 4538 4438 4341 4245 4152 4060 3971 3884 3798 3715

7 Porsea 18489 18082 17684 17295 16915 16543 16179 15823 15475 15134 14801 14476 14157 13846

8 Pintu Pohan Meranti 5937 5806 5679 5554 5432 5312 5195 5081 4969 4860 4753 4648 4546 4446

9 Lumban Julu 8372 8187 8007 7831 7659 7490 7326 7164 7007 6853 6702 6554 6410 6269

10 Uluan 6201 6065 5932 5801 5673 5549 5427 5307 5190 5076 4965 4855 4748 4644

11 Ajibata 5054 4943 4834 4728 4624 4522 4423 4325 4230 4137 4046 3957 3870 3785

125740 122974 120268 117623 115035 112504 110029 107608 105241 102926 100661 98447 96281 94163

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 3366 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.3.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Studi

Berdasarkan data PDRB atas harga konstan Provinsi Sumatera Utara tahun 1990–2003, selanjutnya dapat dihitung pertumbuhan ekonomi seperti diperlihatkan pada Tabel 4.3. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada kurun waktu 1991–1996 cukup tinggi diatas 6 % pertahun. Pada tahun 1997–1999 pertumbuhan ekonomi menurun drastis yang dipicu krisis moneter pada bulan Mei 1997, dampak paling nyata dari krisis ini terjadi pada tahun 1998 dengan kontraksi ekonomi sebesar negatif 13,13 %. Pada tahun 2000-2003 pertumbuhan ekonomi Sumut mulai meningkat.

Tabel 4.3. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 1991 – 2003

No. Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) (1) (2) (3) 1 1991 7,20 2 1992 6,21 3 1993 6,49 4 1994 7,54 5 1995 8,22 6 1996 7,82 7 1997 4,70 8 1998 - 13,13 9 1999 0,79 10 2000 4,90 12 2001 3,32 13 2002 3,30 14 2003 4,50

Keterangan : Diolah dari PDRB harga kostan Sumut (1990 -2003) Jika dilihat dari peranan masing-masing sektor terhadap perekonomian Sumatera Utara sebelum terjadinya krisis berbeda dengan setelah krisis, sektor yang memberikan kontribusi yang paling besar sebelum krisis adalah sektor industri pengolahan sedangkan setelah krisis diduduki oleh sektor pertanian. Secara umum perekonomian Sumatera Utara pada periode tahun 1997–2000, didominasi oleh sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Ketiga sektor ini memberikan kontribusi masing-masing pada tahun 1997, 1998, 1999 dan tahun 2000 berturut-turut sebesar 71,96 %, 76,25 %, 78,4 % dan 77,22 %, yang menggambarkan bahwa perekonomian Sumatera Utara sangat tergantung pada ketiga sektor tersebut.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 3377 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Pada pelita V dan VI sektor industri pengolahan merupakan sektor pemimpin dan diikuti dengan sektor pertanian pada posisi kedua, sedangkan pada tahun 1999 sektor pertanian kembali unggul menggeser posisi industri pengolahan. Besarnya peranan sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara juga disebabkan oleh daya serapnya terhadap tenaga kerja, dimana sebanyak 53,57 % penduduk Sumatera Utara bekerja disektor pertanian. Perkembangan subsektor perkebunan didukung oleh perkembangan perkebunan-perkebunan besar yang dikelola oleh pemerintah dan swasta sehingga subsektor ini menjadi primadona perekonomian Sumatera Utara. Arah pembangunan Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2001-2005 diarahkan pada sektor pertanian, agro-industri dan sektor pariwisata yang berwawasan lingkungan, untuk dapat memberikan sumbangan yang optimal dalam pertumbuhan ekonomi untuk mendukung pembangunan daerah. Kedudukan sektor pertanian dan sektor industri pengolahan memiliki hubungan yang saling terkait, bahwa sektor pertanian merupakan pasar bagi sektor industri pengolahan sekaligus menjadi penyedia bahan baku. Sehingga pembangunan agroindustri di Sumatera Utara sudah barang tentu mendukung pertumbuhan sektor pertanian dan sebaliknya sektor pertanian akan mendukung pertumbuhan sektor agro-industri. Proyeksi pertumbuhan ekonomi mempertimbangkan pula laju pertumbuhan ekonomi kabupaten /kota , serta pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara tahun 2002 – 2004, berdasarkan harga konstan tahun 1993 sebagaimana Tabel 4.4 sampai dengan Tabel 4.6.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 3388 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2004

No. Kabupaten/Kota

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Peningkatan Rata-rata per tahun (%) Asumsi

Penetapan Kenaikan per tahun

(%) 2002 2003 2004 2002-2003 2003-2004 Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Kab. Asahan 5.51 5.72 5.93 0.21 0.21 0.21 0.21 2 Kota Tanjung Balai 5.61 5.81 5.88 0.2 0.07 0.135 0.135 3 Kab. Simalungun 4.4 4.94 5.11 0.54 0.17 0.355 0.17 4 Kab.Toba Samosir 5.95 6.18 5.97 0.23 -0.21 0.01 0.23

5 Provinsi Sumatera Utara

Dengan Migas 4.07 4.48 5.58 0.41 1.1 0.755 0.41 Tanpa Migas 4.08 4.54 5.76 0.46 1.22 0.84 0.46

Sumber : Data diolah

Tabel 4.5. Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi

No. Kabupaten/Kota Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 2006 2010 2015 2020 2025 2030

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Kab. Asahan 6.35 7.19 8.24 9.29 10.34 11.39 2 Kota Tanjung Balai 6.15 6.69 7.37 8.04 8.72 9.39 3 Kab. Simalungun 5.45 6.13 6.98 7.83 8.68 9.53 4 Kab.Toba Samosir 6.43 7.35 8.50 9.65 10.80 11.95

5 Provins Sumatera Utara

Dengan Migas 6.40 8.04 10.09 12.14 14.19 16.24 Tanpa Migas 6.68 8.52 10.82 1.84 15.42 17.72

Sumber : Data diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 3399 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

No. Kabupaten/Kota Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Uraian 2006 2010 2015 2020 2025 2030 I Kab. Asahan

a PDRB adh Konstan (Juta Rp) 4,343,782.47 5,622,786.72 8,113,467.44 12,289,858.73 19,533,047.67 32,559,440.94 b Target Pertumb. ekonomi 6.35 7.19 8.24 9.29 10.34 11.39 c ICOR 22.94 23.34 23.85 24.35 24.86 25.36 d PDRB adh Berlaku (Juta Rp) 16,283,142.90 21,077,630.00 30,414,218.65 46,069,877.41 73,221,762.04 122,052,619.60 e Investasi Yang Dibutuhkan 3,734,860.51 4,919,724.47 7,252,567.15 11,218,464.60 18,199,983.29 30,953,735.06

II Kab. Simalungun a PDRB adh Konstan (Juta Rp) 2,776,060,487.36 3,593,457,121.38 5,185,221,991.73 7,854,304,733.40 12,483,341,926.41 20,808,357,256.88 b Target Pertumb. ekonomi 6.35 7.19 8.24 9.29 10.34 11.39 c ICOR 22.94 23.34 23.85 24.35 24.86 25.36 d PDRB adh Berlaku (Juta Rp) 5,802,477,028.28 7,510,986,339.75 10,838,067,697.20 16,416,941,560.22 26,092,480,727.24 43,493,294,014.63 e Investasi Yang Dibutuhkan 1,330,912,739.25 1,753,137,487.69 2,584,442,976.87 3,997,685,431.00 6,485,540,638.87 11,030,323,675.80

III Kota Tanjung Balai a PDRB adh Konstan (Juta Rp) 520,054,762.90 673,182,194.60 971,376,310.33 1,471,390,340.53 2,338,573,476.78 3,898,144,636.52 b Target Pertumb. ekonomi 6.35 7.19 8.24 9.29 10.34 11.39 c ICOR 22.94 23.34 23.85 24.35 24.86 25.36 d PDRB adh Berlaku (Juta Rp) 1,288,234,652.85 1,667,548,674.95 2,406,209,332.57 3,644,800,816.72 5,792,911,835.38 9,656,146,546.23 e Investasi Yang Dibutuhkan 295,482,067.79 389,222,129.07 573,784,089.95 887,544,556.97 1,439,884,751.41 2,448,892,967.96

IV Kab. Toba Samosir a PDRB adh Konstan (Juta Rp) 1,445,420,569.21 1,871,017,170.36 2,699,806,634.94 4,089,526,748.49 6,499,742,810.02 10,834,355,997.46 b Target Pertumb. ekonomi 6.35 7.19 8.24 9.29 10.34 11.39 c ICOR 22.94 23.34 23.85 24.35 24.86 25.36 d PDRB adh Berlaku (Juta Rp) 1,965,536,441.32 2,544,278,467.47 3,671,297,087.18 5,561,089,985.26 8,838,591,081.70 14,732,958,686.83 e Investasi Yang Dibutuhkan 450,834,613.64 593,859,415.89 875,456,607.03 1,354,179,664.53 2,196,918,041.25 3,736,422,055.39

Sumber : Data diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 4400 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.3.3. Proyeksi Sektor Pertanian WS Asahan

4.3.3.1. Proyeksi Kebutuhan Pangan

Berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan BPS diperoleh data neraca ketersediaan pangan yakni tingkat konsumsi per kapita masing-masing jenis pangan. Tingkat konsumsi padi pada tahun 2002 untuk wilayah perdesaan sebesar 180.264 kg/kapita/tahun, wilayah perkotaan 137.761 kg/kapita/tahun dan perkotaan pedesaan sebesar 161.899 kg/kapita/tahun. Sebagai dasar perhitungan dalam memproyeksikan kebutuhan pangan digunakan tingkat konsumsi padi sebesar 161.899 kg/kapita/tahun. Kebutuhan jenis pangan padi pada tahun 2006 di WS Asahan berjumlah 240,566 ton. Pada tahun 2030 kebutuhan pangan akan menjadi 356,861 ton. Proyeksi kebutuhan padi untuk setiap kabupaten/kota dijelaskan secara rinci pada Tabel 4.7. Kebutuhan setiap jenis tanaman pangan lainnya dan daging ternak dijelaskan secara rinci pada Tabel Tabel 4.8.

Tabel 4.7. Proyeksi Kebutuhan Padi di WS Asahan Tahun 2006 – 2030

No. Kabupaten /Kota Proyeksi Kebutuhan Padi di WS Asahan

2006 2010 2015 2020 2025 2030 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Kab. Asahan 170,133 184,229 203,504 224,795 248,313 274,292 2 Kota Tanjung Balai 26,055 29,599 34,715 40,716 47,753 56,007 3 Kab. Simalungun 18,377 16,951 15,322 13,850 12,519 11,316 4 Kab.Toba Samosir 26,001 23,787 21,283 19,043 17,038 15,245

Jumlah Total WS Asahan 240,566 254,567 274,825 298,403 325,624 356,861 Sumber : Data diolah Tabel 4.8. Resume Proyeksi Kebutuhan Pangan di WS Asahan Tahun 2006 – 2030

No. Jenis Tanaman Pangan Proyeksi Kebutuhan Pangan (ton)

2006 2010 2015 2020 2025 2030 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Padi 240,566 254,567 274,825 298,403 325,624 356,861 2 Jagung 44,676 47,277 51,039 55,418 60,473 66,274 3 Ubi Kayu 12,840 13,587 14,668 15,927 17,380 19,047 4 Ubi Jalar 15,241 16,128 17,412 18,905 20,630 22,609 5 Kacang Kedelai 2,212 2,341 2,528 2,744 2,995 3,282 6 Kacang Tanah 1,620 1,715 1,851 2,010 2,193 2,403 7 Daging Ternak 4,252 4,499 4,857 5,274 5,755 6,307 8 Ikan 33,727 35,690 38,530 41,836 45,652 50,031 9 Daging Unggas 2,675 2,831 3,056 3,318 3,621 3,968

Sumber : Data diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 4411 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.3.3.2. Proyeksi Produksi Pangan

Berdasarkan data seri produksi pangan di WS Asahan periode 1992 – 2004 dapat dibuat proyeksi pangan, adapun hasil ringkasnya dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut. Produksi padi di WS Asahan pada tahun 2006 diperkirakan 912,098 ton, dan pada tahun 2030 diproyeksikan menurun menjadi 744,511 ton. Penurunan produksi terjadi di Kota Tanjung Balai, Kabupaten Toba Samosir dan Simalungun, sedangkan produksi di Kabupaten Asahan meningkat dari 335,106 ton pada tahun 2006 menjadi 421,569 ton pada tahun 2006. Tabel 4.9. Proyeksi Produksi Pangan di WS Asahan 2006 – 2030

No. Jenis Komoditas

Tanaman Pangan Kabupaten/Kota

Proyeksi Produksi Pangan (ton) Tahun

2006 2010 2015 2020 2025 2030 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Padi

Kab. Asahan 335,106

350,581

366,945 384,215 402,414 421,569

Kota Tanjung Balai 883 787 702 626 559 498

Kab.Simalungun 474,572

420,508

372,602 330,154 292,542 259,215

Kab. Toba Samosir 101,537 91,473 82,695 75,108 68,638 63,228

Jumlah WS Asahan 912,098

863,349

822,944 790,104 764,153 744,511

2 Jagung

Kab.Asahan 22,770

23,719

24,707

25,737

26,810

27,927

Kota Tanjung Balai 65

40

25

15

9

6

Kab. Simalungun 369,149

537,397

782,328

1,138,893

1,657,970

2,413,629

Kab.Toba Samosir 13,104

14,478

15,996

17,673

19,526

21,573

Jumlah WS Asahan 405,088

575,634

823,056

1,182,318

1,704,315

2,463,135

3 Ubi Kayu

Kab.Asahan 34,186

34,471

34,758

35,047

35,339

35,634

Kota Tanjung Balai 256

205

164

131

105

84

Kab. Simalungun 269,014

290,662

314,052

339,324

366,630

396,134

Kab.Toba Samosir 19,897

21,498

23,228

25,097

27,116

29,298

Jumlah WS Asahan 323,353

346,835

372,201

399,599

429,191

461,149

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 4422 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.9. Proyeksi Produksi Pangan di WS Asahan 2005 – 2030 (Lanjutan)

No. Jenis Komoditas

Tanaman Pangan Kabupaten/Kota

Proyeksi Produksi Pangan (ton) Tahun

2006 2010 2015 2020 2025 2030 1 2 3 4 5 6 7 8

4 Ubi Jalar

Kab.Asahan 3,352

6,478

12,520

24,199

46,771

90,397

Kota Tanjung Balai -

-

-

-

-

-

Kab. Simalungun 70,326

148,092

311,849

656,685

1,382,834

2,911,944

Kab.Toba Samosir 13,038

27,456

57,815

121,746

256,371

539,861

Jumlah WS Asahan 86,716

182,025

382,185

802,630

1,685,976

3,542,201

5 Kacang Kedelai

Kab.Asahan 230

147

94

60

39

25

Kota Tanjung Balai 65

40

25

15

9

6

Kab. Simalungun 50

32

21

13

8

5

Kab.Toba Samosir 41

26

17

11

7

4

Jumlah WS Asahan 386

246

156

100

63

40

6 Kacang Tanah

Kab.Asahan 196

239

291

354

431

525

Kota Tanjung Balai 65

40

25

15

9

6

Kab. Simalungun 34,441

54,990

87,799

140,185

223,826

357,371

Kab.Toba Samosir 873

713

582

475

388

317

Jumlah WS Asahan 35,574

55,981

88,696

141,029

224,654

358,219

7 Kacang Hijau

Kab.Asahan 216

227

238

249

261

274

Kota Tanjung Balai -

-

-

-

-

-

Kab. Simalungun 1,690

1,899

2,134

2,398

2,695

3,028

Kab.Toba Samosir -

-

-

-

-

-

Jumlah WS Asahan 1,906

2,126

2,372

2,647

2,956

3,302

Sumber : Data diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 4433 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.3.3.3. Proyeksi Neraca Pangan

Dari proyeksi kebutuhan dan produksi pangan dapat dibuat proyeksi neraca pangan sehingga diketahui pada tahun berapa jenis pangan tertentu akan defisit atau sampai tahun berapa akan surplus. Secara total proyeksi jenis pangan padi di WS Asahan akan mengalami surplus sebanyak 387,650 ton pada tahun 2030, surplus tersebut didukung oleh surplus produksi padi di Kabupaten Asahan sebanyak 147,276 ton , Kabupaten Simalungun sebanyak 247,899 ton dan Kabupaten Toba Samosir sebanyak 47,983 ton. Pada tahun 2006 Kota Tanjung Balai sudah mengalami defisit padi sebanyak (25,172) ton , defisit tersebut akan terus bertambah dan pada tahun 2030 diproyeksikan angka defisit padi akan mencapai (55,508) ton . Kota Tanjung Balai merupakan kota perdagangan, jasa dan industri, luas areal pesawahan sekitar 758 Ha atau 12,52 % dari luas total Kota Tanjung Balai, lahan pesawahan yang ada relatif kecil dibandingkan kabupaten tetangganya, sehingga ketergantungan untuk mendatangkan beras dari luar Kota Tanjung Balai sangat besar. Selain itu,tanah pertanian tersebut semakin lama semakin menyusut ,karena banyak pertanian lahan basah yang telah beralih fungsi menjadi fungsi lain seperti permukiman penduduk, pusat-pusat perdagangan dan industri. Dari proyeksi pada tahun 2006 WS Asahan surplus beras sebanyak 671,533 ton dan trendnya menurun relatif kecil yang mana pada tahun 2030 surplus mencapai 387,650 ton. Hal ini karena laju pertumbuhan konsumsi lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan produksi. Selain defisit beras, pada tahun 2030, Kota Tanjung Balai juga akan mengalami defisit pada komoditas tanaman pangan lainnya, yaitu defisit jagung sebanyak (2,096)ton, ubi kayu sebanyak (520) ton, ubi jalar (717)ton, kacang kedelai (98) ton, kacang tanah sebanyak (70)ton dan kacang kedelai sebanyak (100) ton

Selain surplus padi, pada tahun 2030 WS Asahan juga akan mengalami surplus jagung sebanyak 2,396,861 ton, ubi kayu sebanyak 442,102 ton, ubi jalar sebanyak 3,519,592 ton, kacang tanah sebanyak 355,815 ton, dan kacang hijau sebanyak 153 ton.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 4444 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Pada tahun 2030 WS Asahan akan mengalami defisit kacang kedelai mencapai (3,242) ton, dengan jumlah produksi hanya sekitar 40 ton tidak akan mampu memenuhi kebutuhan kedelai sebanyak 3,282 ton, sebagai bahan baku pembuatan tahu, tempe, cereal, kecap, susu nabati dan lain-lain. Proyeksi Neraca Pangan untuk tanaman pangan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Tabel 4.11. Tabel 4.10. Proyeksi Neraca Pangan Padi, Jagung dan Ubi Kayu di WS Asahan

2006 - 2030

No. Jenis Pangan /

Kabupaten Kota di WS Asahan

Tahun 2006 Tahun 2010 Tahun 2015

Butuh Produksi Surplus/ Defisit Butuh Produksi Surplus/

Defisit Butuh Produksi Surplus/ Defisit

(ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

I Padi `

1 Kab. Asahan

170,133

335,106

164,974

184,229

350,581

166,351

203,504

366,945

163,441

2 Kota Tanjung Balai

26,055

883

(25,172)

29,599

787

(28,812)

34,715

702

(34,013)

3 Kab.Simalungun

18,377

474,572

456,195

16,951

420,508

403,557

15,322

372,602

357,280

4 Kab.Toba Samosir

26,001

101,537

75,536

23,787

91,473

67,686

21,283

82,695

61,412

Jumlah WS Asahan

240,566

912,098

671,533

254,567

863,349

608,782

274,825

822,944

548,120

II Jagung

1 Kab. Asahan

31,596

22,770

(8,826)

34,214

23,719

(10,495)

37,794

24,707

(13,086)

2 Kota Tanjung Balai

3,413

65

(3,348)

3,148

40

(3,108)

2,846

25

(2,821)

3 Kab.Simalungun

4,839

369,149

364,310

5,497

537,397

531,900

6,447

782,328

775,881

4 Kab.Toba Samosir

4,829

13,104

8,276

4,418

14,478

10,061

3,953

15,996

12,043

Jumlah WS Asahan

44,676

405,088

360,411

47,277

575,634

528,357

51,039

823,056

772,018

III Ubi Kayu

1 Kab. Asahan

9,081

34,186

25,106

9,833

34,471

24,638

10,862

34,758

23,896

2 Kota Tanjung Balai

981

256

(725)

905

205

(700)

818

164

(654)

3 Kab.Simalungun

1,391

269,014

267,623

1,580

290,662

289,082

1,853

314,052

312,199

4 Kab.Toba Samosir

1,388

19,897

18,509

1,270

21,498

20,228

1,136

23,228

22,092

Jumlah WS Asahan

12,840

323,353

310,513

13,587

346,835

333,248

14,668

372,201

357,533

Sumber : Data diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 4455 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.10. Proyeksi Neraca Pangan Padi, Jagung dan Ubi Kayu di WS Asahan 2006 - 2030 (Lanjutan)

No. Jenis Pangan /

Kabupaten Kota di WS Asahan

Tahun 2020 Tahun 2025 Tahun 2030

Butuh Produksi Surplus/ Defisit Butuh Produksi Surplus/

Defisit Butuh Produksi Surplus/ Defisit

(ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) 1 2 12 13 14 15 16 17 18 19 20

I Padi

1 Kab. Asahan

224,795

384,215

159,420

248,313

402,414

154,100

274,292

421,569

147,276

2 Kota Tanjung Balai

40,716

626

(40,089)

47,753

559

(47,194)

56,007

498

(55,508)

3 Kab.Simalungun

13,850

330,154

316,305

12,519

292,542

280,023

11,316

259,215

247,899

4 Kab.Toba Samosir

19,043

75,108

56,065

17,038

68,638

51,599

15,245

63,228

47,983

Jumlah WS Asahan

298,403

790,104

491,701

325,624

764,153

438,529

356,861

744,511

387,650

II Jagung

1 Kab. Asahan

41,748

25,737

(16,010)

46,115

26,810

(19,305)

50,940

27,927

(23,013)

2 Kota Tanjung Balai

2,572

15

(2,557)

2,325

9

(2,316)

2,102

6

(2,096)

3 Kab.Simalungun

7,561

1,138,893

1,131,331

8,868

1,657,970

1,649,101

10,401

2,413,629

2,403,227

4 Kab.Toba Samosir

3,537

17,673

14,136

3,164

19,526

16,362

2,831

21,573

18,742

Jumlah WS Asahan

55,418

1,182,318

1,126,900

60,473

1,704,315

1,643,842

66,274

2,463,135

2,396,861

III Ubi Kayu

1 Kab. Asahan

11,998

35,047

23,049

13,253

35,339

22,086

14,640

35,634

20,993

2 Kota Tanjung Balai

739

131

(608)

668

105

(564)

604

84

(520)

3 Kab.Simalungun

2,173

339,324

337,151

2,549

366,630

364,082

2,989

396,134

393,145

4 Kab.Toba Samosir

1,016

25,097

24,080

909

27,116

26,207

814

29,298

28,485

Jumlah WS Asahan

15,927

399,599

383,672

17,380

429,191

411,811

19,047

461,149

442,102

Sumber : Data diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 4466 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.11. Proyeksi Neraca Pangan Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kacang Kedelai di WS Asahan 2006 - 2030

No. Jenis Pangan /

Kabupaten Kota di WS Asahan

Tahun 2006 Tahun 2010 Tahun 2015

Butuh Produksi Surplus/Defisit Butuh Produksi Surplus/

Defisit Butuh Produksi Surplus/Defisit

(ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

IV Ubi Jalar

1 Kab. Asahan

10,779

3,352

(7,427)

11,672

6,478

(5,194)

12,893

12,520

(373)

2 Kota Tanjung Balai

1,164

-

(1,164)

1,074

-

(1,074)

971

-

(971)

3 Kab.Simalungun

1,651

70,326

68,676

1,875

148,092

146,217

2,199

311,849

309,650

4 Kab.Toba Samosir

1,647

13,038

11,391

1,507

27,456

25,949

1,348

57,815

56,467

Jumlah WS Asahan

15,241

86,716

71,475

16,128

182,025

165,897

17,412

382,185

364,773

V Kacang Kedelai

1 Kab. Asahan

1,565

230

(1,335)

1,694

147

(1,547)

1,872

94

(1,777)

2 Kota Tanjung Balai

169

65

(104)

156

40

(116)

141

25

(116)

3 Kab.Simalungun

240

50

(189)

272

32

(240)

319

21

(299)

4 Kab.Toba Samosir

239

41

(198)

219

26

(193)

196

17

(179)

Jumlah WS Asahan

2,212

386

(1,827)

2,341

246

(2,096)

2,528

156

(2,371)

VI Kacang Tanah

1 Kab. Asahan

1,146

196

(950)

1,241

239

(1,002)

1,371

291

(1,080)

2 Kota Tanjung Balai

124

65

(59)

114

40

(74)

103

25

(79)

3 Kab.Simalungun

175

34,441

34,265

199

54,990

54,790

234

87,799

87,566

4 Kab.Toba Samosir

175

873

698

160

713

553

143

582

439

Jumlah WS Asahan

1,620

35,574

33,954

1,715

55,981

54,266

1,851

88,696

86,845

VII Kacang Hijau

1 Kab. Asahan

1,501

216

(1,285)

1,626

227

(1,399)

1,796

238

(1,558)

2 Kota Tanjung Balai

162

-

(162)

150

-

(150)

135

-

(135)

3 Kab.Simalungun

230

1,690

1,460

261

1,899

1,638

306

2,134

1,828

4 Kab.Toba Samosir

229

-

(229)

210

-

(210)

188

-

(188)

Jumlah WS Asahan

2,123

1,906

(217)

2,246

2,126

(121)

2,425

2,372

(54)

Sumber : Data diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 4477 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.11. Proyeksi Neraca Pangan Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kacang Kedelai di WS Asahan 2006 - 2030 (Lanjutan)

No. Jenis Pangan /

Kabupaten Kota di WS Asahan

Tahun 2020 Tahun 2025 Tahun 2030

Butuh Produksi Surplus/Defisit Butuh Produksi Surplus/

Defisit Butuh Produksi Surplus/Defisit

(ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) 1 2 12 13 14 15 16 17 18 19 20

IV Ubi Jalar

1 Kab. Asahan

14,242

24,199

9,957

15,732

46,771

31,039

17,378

90,397

73,019

2 Kota Tanjung Balai

877

-

(877)

793

-

(793)

717

-

(717)

3 Kab.Simalungun

2,580

656,685

654,106

3,025

1,382,834

1,379,809

3,548

2,911,944

2,908,395

4 Kab.Toba Samosir

1,206

121,746

120,540

1,079

256,371

255,291

966

539,861

538,895

Jumlah WS Asahan

18,905

802,630

783,725

20,630

1,685,976

1,665,346

22,609

3,542,201

3,519,592

V Kacang Kedelai

1 Kab. Asahan

2,067

60

(2,007)

2,284

39

(2,245)

2,523

25

(2,498)

2 Kota Tanjung Balai

127

15

(112)

115

9

(106)

104

6

(98)

3 Kab.Simalungun

374

13

(361)

439

8

(431)

515

5

(510)

4 Kab.Toba Samosir

175

11

(164)

157

7

(150)

140

4

(136)

Jumlah WS Asahan

2,744

100

(2,645)

2,995

63

(2,931)

3,282

40

(3,242)

VI Kacang Tanah

1 Kab. Asahan

1,514

354

(1,160)

1,672

431

(1,241)

1,847

525

(1,322)

2 Kota Tanjung Balai

93

15

(78)

84

9

(75)

76

6

(70)

3 Kab.Simalungun

274

140,185

139,911

322

223,826

223,504

377

357,371

356,994

4 Kab.Toba Samosir

128

475

347

115

388

273

103

317

214

Jumlah WS Asahan

2,010

141,029

139,019

2,193

224,654

222,461

2,403

358,219

355,815

VII Kacang Hijau

1 Kab. Asahan

1,984

249

(1,735)

2,191

261

(1,930)

2,420

274

(2,147)

2 Kota Tanjung Balai

122

-

(122)

110

-

(110)

100

-

(100)

3 Kab.Simalungun

359

2,398

2,039

421

2,695

2,273

494

3,028

2,534

4 Kab.Toba Samosir

168

-

(168)

150

-

(150)

135

-

(135)

Jumlah WS Asahan

2,633

2,647

14

2,873

2,956

82

3,149

3,302

153

Sumber : Data diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 4488 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.3.3.4. Proyeksi Lahan Sawah

Proyeksi lahan sawah irigasi teknis untuk WS Asahan di Kabupaten Asahan, Simalungun dan Toba Samosir, karena data yang tidak lengkap, maka tidak dapat dilakukan. Data yang tersedia hanya ada di Kota Tanjung Balai, berdasarkan data yang ada, di kota tersebut tidak ditemukan lahan sawah yang beririgasi teknis, yang ada sawah beririgasi setengah teknis, tadah hujan dan sawah pasang surut. Luas sawah irigasi setengah teknis di kota ini trendnya menurun, pada tahun 2002 luasnya tercatat 550 Ha dan pada tahun 2004 telah berkurang menjadi 500 Ha. Sawah tadah hujan dari 450 Ha pada tahun 2002 telah bertambah menjadi 485 Ha pada tahun 2004, sedangkan lahan pesawahan pasang surut trendnya menurun dari 172 Ha pada tahun 2002 menjadi 125 Ha pada tahun 2004. Mengingat keterbatasan lahan di wilayah perkotaan, maka luas pesawahan tersebut perlu dipertahankan. Walaupun data yang tersedia kurang lengkap, pihak Konsultan berupaya untuk melakukan perhitungan proyeksi luas panen sawah yang diturunkan berdasarkan hasil proyeksi produksi padi di WS Asahan dari tahun 2006 - 2030, dengan asumsi lahan sawah beririgasi teknis , 3 kali tanam dalam setahun, dengan produksi rata-rata 5 ton per hektar. Hasil proyeksi lahan sawah beririgasi teknis di tampilkan pada Tabel 4.12 , sebagai berikut : Tabel 4.12. Proyeksi Luas Panen Tanaman Padi Berdasarkan Perkembangan

Produksi Tahun 2006 – 2030.

No. Kabupaten/Kota Luas Panen Tanaman Padi Sesuai Perkembangan Produksi

(Ha) 2006 2010 2015 2020 2025 2030

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Kab. Asahan 22,340.42

23,372.05

24,462.98

25,614.32

26,827.58

28,104.59

2 Kota Tanjung Balai 58.85

52.49

46.82

41.76

37.25

33.23

3 Kab.Simalungun 31,638.16

28,033.85

24,840.16

22,010.30

19,502.82

17,281.01

4 Kab. Toba Samosir 6,769.14

6,098.20

5,513.01

5,007.23

4,575.85

4,215.22

Jumlah WS Asahan 60,806.56

57,556.59

54,862.96

52,673.61

50,943.51

49,634.04

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 4499 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.3.3.5. Proyeksi Populasi Ternak

Berdasarkan proyeksi jumlah ternak sapi di WS Asahan berjumlah 44,307 ekor pada tahun 2006 dan trendnya meningkat sehingga pada tahun 2030 diproyeksikan menjadi 137,703 ekor (meningkat 310.79 %). Perkembangan populasi sapi di Kabupaten Asahan sangat tinggi, pada tahun 2030 mencapai 121,972 ekor, kabupaten Simalungun 14,377 ekor, kabupaten Toba Samosir 1,250 ekor, sedangkan di Tanjung Balai perkembangannya sangat kecil, proyeksi pada tahun 2030 hanya sebanyak 103 ekor, pada Gambar 4.6 terlihat bahwa trend perkembangan populasi sapi di kabupaten hampir mendatar.

Populasi dan Proyeksi Ternak Sapi di WS Asahan

0

50000

100000

150000

Jum

lah P

opul

asi (E

kor)

Kab. Asahan 20948 21838 23204 24322 24935 25203 25468 23505 25468 25568 26626 30200 35504 37,165 38903 48892 61446 77223 97052 121972

Kota Tanjung Balai 20 28 30 31 33 41 52 65 82 103

Kab.Simalungun 512 523 401 252 276 240 242 2670 2456 2562 2818 3098 4185 4,381 4586 5763 7243 9103 11440 14377

Kab. Toba Samosir 5145 5369 5583 5750 5530 757 771 786 862 946 1038 1139 1250

Jumlah WS Asahan 21,460 22,361 23,605 24,574 25,211 25,443 25,710 31,320 33,293 33,713 35,214 38,856 40,476 42,348 44,307 55,558 69,687 87,430 109,71 137,70

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2010 2015 2020 2025 2030

Gambar 4.6. Populasi dan Proyeksi Ternak Sapi di WS Asahan Jumlah ternak kerbau di WS Asahan pada tahun 2006 diproyeksikan berjumlah 21,929 ekor dan trendnya menurun sehingga populasinya diproyeksikan berjumlah 5,333 ekor (menurun 75,68 %). Usaha ternak kerbau mengalami penurunan yang signifkan, kemungkinan hal ini disebabkan penggunaan kerbau untuk membajak sawah oleh para petani sudah mulai berkurang, dengan kemajuan teknologi masyarakat membajak sawah dengan menggunakan peralatan bajak mekanis seperti tractor. Penurunan populasi kerbau di Kabupaten Asahan sangat tajam, dari sebanyk 4259 ekor pada tahun 2006, menurun menjadi 1962 ekor pada tahun 2030. Sedangkan di Kota Tanjung Balai dari 45 ekor pada tahun 2006, proyeksi pada tahun 2030 menjadi 16 ekor. Pada Gambar 4.7 berikut menjelaskannya secara rinci.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 5500 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Populasi dan Proyeksi Ternak Kerbau di WS Asahan

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

Jum

lah P

opul

asi E

kor

Kab. Asahan 8505 9455 10405 11148 11584 11640 12606 12653 12701 6325 6330 6347 4532 4,394 4259 3648 3124 2675 2291 1962

Kota Tanjung Balai 38 56 56 48 49 47 45 37 30 24 20 16

Kab.Simalungun 481 497 564 264 564 408 396 5977 5497 5565 5843 5757 4907 4,757 4611 3946 3377 2890 2473 2116

Kab. Toba Samosir 34880 36623 38087 39607 41190 15707 14,29 13014 8131 5081 3174 1983 1239

Jumlah WS Asahan 8986 9952 10969 11412 12148 12048 13002 53510 54859 50033 51836 53342 25195 23494 21929 15761 11610 8763 6767 5333

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2010 2015 2020 2025 2030

Gambar 4.7. Populasi dan Proyeksi Ternak Kerbau di WS Asahan

Jumlah ternak kambing/domba di WS Asahan diproyeksikan pada tahun 2006 sebanyak 210,284 ekor dan trendnya meningkat dan akan berjumlah 418,064 ekor pada tahun 2030. Sebaliknya di Kota Tanjung Balai perkembangan populasi ternak menurun , pada tahun 2030 jumlah ternak akan turun menjadi 1081 ekor dari jumlah 2285 ekor pada tahun 2006. Secara terinci disajikan pada Gambar 4.8 sebagai berikut.

Populasi dan Proyeksi Ternak Kambing di WS Asahan

050000

100000150000200000250000300000350000400000450000

Jum

lah P

opul

asi (

Ekor

)

Kab. Asahan 176953 190827 214521 222198 222868 223319 243728 182692 183052 184169 184626 193585 194664 197720 200824 217092 234677 253687 274237 296451

Kota Tanjung Balai 2230 2293 2289 2357 2426 2354 2285 1967 1694 1458 1255 1081

Kab.Simalungun 2005 1656 2194 360 480 360 348 1894 2017 2123 2527 3068 3386 3860 4401 8478 16331 31457 60594 116720

Kab. Toba Samosir 19746 15041 16172 16700 16646 2704 2739 2774 2956 3150 3357 3577 3812

Jumlah WS Asahan 178958 192483 216715 222558 223348 223679 244076 204332 202340 204757 206142 215656 203180 206674 210284 230493 255851 289959 339664 418064

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Gambar 4.8. Populasi dan Proyeksi Ternak Kambing di WS Asahan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 5511 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Jumlah ternak babi di WS Asahan diproyeksikan pada tahun 2006 sebanyak 63,753 ekor dan trendnya meningkat dan akan berjumlah 386,068 ekor pada tahun 2030. Dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Populasi dan Proyeksi Ternak Babi di WS ASahan

050000

100000150000200000

250000300000350000400000450000

Jum

lah P

opul

asi (E

kor)

Kab. Asahan 62524 64376 66792 55164 47168 40023 20572 22635 22698 10422 10539 10562 9251 8,910 8581 7110 5891 4881 4044 3351

Kota Tanjung Balai 980 1960 340 357 421 463 510 824 1331 2151 3475 5614

Kab.Simalungun 8612 8401 8344 1252 1344 3132 3132 23348 24235 24548 27002 29685 35640 38,854 42357 65222 100431 154646 238128 366675

Kab. Toba Samosir 14320 15499 16274 17091 19662 12469 12,387 12305 11904 11517 11141 10779 10428

Jumlah WS Asahan 71136 72777 75136 56416 48512 43155 23704 60303 63412 53204 54972 60266 57781 60613 63753 85060 119170 172820 256426 386068

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2010 2015 2020 2025 2030

Gambar 4.9. Populasi dan Proyeksi Ternak Babi di WS Asahan

Perkembangan populasi unggas di WS Asahan pada tahun 2006 diproyeksikan jumlah ayam petelur 1,313,464 ekor, itik manila 636,146 ekor dan ayam buras sebanyak 5,569,572 ekor. Jumlah tersebut pada tahun 2030 akan meningkat menjadi, ayam petelor sebanyak 4,749,089 ekor, itik manila 807,422 ekor dan ayam buras sebanyak 6,732,372 ekor. Populasi ayam pedaging akan meningkat dari 1,876,185 pada tahun 2006, menjadi 6,740,711 pada tahun 2030 dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.10 dan Gambar 4.11.

Tabel 4.13. Proyeksi Jumlah Populasi Ternak Unggas Tahun 2006 - 2030

Jenis Unggas Proyeksi Jumlah Populasi ( Ekor)

2006 2010 2015 2020 2025 2030

Ayam Petelur

1,313,464

1,698,425

2,196,244

2,840,009

3,672,512

4,749,089

Ayam Pedaging

1,876,185

2,420,493

3,124,918

4,036,360

5,215,477

6,740,711

Itik Manila

636,146

635,687

649,832

680,917

732,075

807,422

Ayam Kampung

5,569,572

5,586,628

5,714,573

5,947,439

6,285,209

6,732,372 Sumber : Data diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 5522 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Proyeksi Ternak Unggas Di WS Asahan

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

Jum

lah P

opul

asi (

Ekor

)

Ayam Petelur 1,313,464 1,698,425 2,196,244 2,840,009 3,672,512 4,749,089

Ayam Pedaging 1,876,185 2,420,493 3,124,918 4,036,360 5,215,477 6,740,711

Itik Manila 636,146 635,687 649,832 680,917 732,075 807,422

Ayam Kampung ( Buras) 5,569,572 5,586,628 5,714,573 5,947,439 6,285,209 6,732,372

2006 2010 2015 2020 2025 2030

Gambar 4.10. Proyeksi Ternak Unggas di WS Asahan

Populasi dan Proyeksi Ternak Unggas Itik Manila di WS Asahan

-

100,000200,000

300,000400,000

500,000600,000

700,000800,000

900,000

Ju

mla

h P

op

ula

si (

Ek

or)

Kab. Asahan 372,852 410,567 459,758 499,854 500,223 501,332 409,250 411,800 414,350 425,500 435,705 442,241 442,300 434,710 427,251 391,829 359,344 329,553 302,231 277,174

Kota Tanjung Balai 25,800 27,392 25,392 26,153 26,801 27,092 27,386 28,906 30,510 32,203 33,990 35,876

Kab.Simalungun 29,384 14,056 37,583 38,645 52,582 52,582 63,183 107,382 108,993 110,628 112,182 123,378 135,364 141,889 148,728 188,197 238,140 301,338 381,307 482,498

Kab. Toba Samosir 48,814 51,117 53,162 55,179 59,492 35,556 34,141 32,781 26,756 21,837 17,823 14,547 11,873

Jumlah WS Asahan 402,236 424,623 497,341 538,499 552,805 553,914 472,433 567,996 600,260 616,682 628,458 651,264 640,021 637,831 636,146 635,687 649,832 680,917 732,075 807,422

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2010 2015 2020 2025 2030

Gambar 4.11. Proyeksi Ternak Unggas Itik Manila di WS Asahan

4.3.4. Proyeksi Sektor Energi dan Air Bersih

4.3.4.1. Sub Sektor Energi

Berdasarkan proyeksi pada Tabel 4.14, Tabel 4.15 dan Gambar 4.12 sampai dengan Gambar 4.16, Jumlah pelanggan total di WS Asahan pada tahun 2004 berjumlah 278,309 unit, pada tahun 2006 diperkirakan sekitar 301,192 unit, dan kecenderungannya meningkat signifikan dengan jumlah pelanggan total pada tahun 2030 berjumlah sekitar 842,291 unit .

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 5533 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Jumlah konsumsi listrik di WS Asahan trendnya juga meningkat Listrik tersambung dari 164,866 MWH pada tahun 2006 menjadi 608,747 MWH pada tahun 2030. Jumlah produksi listrik di Cabang PLN Rantau Prapat juga trendnya meningkat dari 354,122.635 MWH pada tahun 2006 menjadi 1,940,926.372 MWH pada tahun 2030. Demikian pula halnya di Cabang PLN Lubuk Pakam dari 828,672.457 MWH pada tahun 2006 menjadi 2,034,971.241 MWH pada tahun 2030. Tabel 4.14. Proyeksi Listrik

Kabupaten/Kota Uraian Listrik 2006 2010 2015 2020 2025 2030

1. Kab .Asahan Produksi Listrik

(KWH)

152,286,222

214,088,811

300,972,855

423,117,206

594,831,617

836,233,194

KVA

Tersambung

84,539

109,778

142,553

185,114

240,381

312,149

Kebutuhan

KWH

370,279,248

480,828,965

624,384,149

810,798,839

1,052,869,06

6

1,367,211,22

2

Jml Pelanggan

106,145

127,179

152,382

182,579

218,760

262,110

KWH Terjual

126,856,457

172,527,018

234,639,787

319,114,248

434,001,005

590,249,019 2. Kota Tanjung

Balai Produksi Listrik

(KWH) Tidak ada

data Tidak ada

data Tidak ada

data Tidak ada

data Tidak ada

data Tidak ada

data

KVA

Tersambung

39,632

51,465

66,830

86,782

112,692

146,337

Kebutuhan

KWH

173,588,903

225,415,205

292,714,648

380,106,858

493,590,683

640,955,977

Jml Pelanggan

32,198

45,328

63,814

89,837

126,473

178,049

KWH Terjual

6,121,447

8,325,276

11,322,522

15,398,829

20,942,679

28,482,413 3. Kab.

Simalungun Jml Pelanggan

129,721

155,427

186,227

223,131

267,348

320,327 4. Kab. Toba

Samosir Produksi Listrik

(KWH)

22,655,005

31,837,228

44,741,065

62,874,913

88,358,528

124,170,819

KVA

Tersambung

40,695

52,845

68,622

89,110

115,714

150,262

Kebutuhan

KWH

178,244,576

231,460,865

300,565,286

390,301,363

506,828,836

658,146,483

Jml Pelanggan

33,128

39,693

47,559

56,983

68,275

81,805

KWH Terjual Tidak ada

data Tidak ada

data Tidak ada

data Tidak ada

data Tidak ada

data Tidak ada

data

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 5544 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.15. Proyeksi Pelanggan Listrik

Kabupaten/Kota

Proyeksi Jumlah Pelanggan Listrik 2006 2010 2015 2020 2025 2030

1. Kab Asahan

106,145

127,179

152,382

182,579

218,760

262,110 2. Kota Tanjung

Balai

32,198

45,328

63,814

89,837

126,473

178,049

3. Kab. Simalungun

129,721

155,427

186,227

223,131

267,348

320,327 4. Kab. Toba

Samosir

33,128

39,693

47,559

56,983

68,275

81,805

WS Asahan

301,192

367,628

449,982

552,530

680,856

842,291

Proyeksi Listrik di Kota Tanjung Balai

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

2006 2010 2015 2020 2025 2030

Proyeksi Tahun

KW

H

KWH Terjual Kebutuhan

Gambar 4.12. Proyeksi Listrik di Kota Tanjung Balai

Proyeksi Listrik Di Kab. Asahan

-

200,000,000

400,000,000

600,000,000

800,000,000

1,000,000,000

1,200,000,000

1,400,000,000

1,600,000,000

2006 2010 2015 2020 2025 2030

Proyeksi Tahun

KW

H Produksi

Kebutuhan

KWHTerjual

Gambar 4.13. Proyeksi Listrik di Kabupaten Asahan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 5555 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Proyeksi Listrik di Kab. Toba Samosir

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

2006 2010 2015 2020 2025 2030Proyeksi Tahun

KW

H Produksi

Kebutuhan

Gambar 4.14. Proyeksi Listrik di Kabupaten Toba Samosir

Proyeksi Listrik Di Cabang PLN Rantau Prapat

-

500,000,000

1,000,000,000

1,500,000,000

2,000,000,000

2,500,000,000

3,000,000,000

3,500,000,000

2006 2010 2015 2020 2025 2030Proyeksi Tahun

Jum

lah K

WH

Produksi Kebutuhan KWH Terjual Gambar 4.15. Proyeksi Listrik di Cabang PLN Rantau Prapat

Proyeksi Listrik PLN Cabang Lubuk Pakam

-

500,000,000

1,000,000,000

1,500,000,000

2,000,000,000

2,500,000,000

3,000,000,000

3,500,000,000

4,000,000,000

4,500,000,000

5,000,000,000

2006 2010 2015 2020 2025 2030

Proyeksi Tahun

KW

H

Produksi Kebutuhan KWH Terjual

Gambar 4.16. Proyeksi Listrik di Cabang PLN Lubuk Pakam

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 5566 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang ada di WS Asahan adalah PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga. PLTA Sigura-gura menghasilkan tenaga listrik (normal) sebesar 203 MW , dalam kondisi puncak sebesar 244 MW dan kapasitas terpasang 286 MW ( 71,5 x 4 unit) dengan energi tahunan sebesar 1868 GWh. Sedangkan PLTA Tangga menghasilkan tenaga listrik (normal) sebesar 223 MW , dalam kondisi puncak sebesar 269 MW dan kapasitas terpasang 317 MW ( 79,2 x 4 unit) dengan energi tahunan sebesar 2054 GWh. Berdasarkan data yang ada , kebutuhan listrik untuk industri aluminium PT INALUM tercatat meningkat dari 20,720,000 KWH pada tahun 2000 menjadi 75,080,000 KWH pada tahun 2004. 4.3.4.2. Sub Sektor Air Bersih

Jumlah total pelanggan PDAM pada tahun 2006 berdasarkan hasil proyeksi berjumlah 50.391 unit ( belum termasuk Kab. Asahan) , trendnya meningkat dan diproyeksikan pada tahun 2030 berjumlah 167.131 unit, dijelaskan lebih rinci pada Tabel 4.16. sebagai berikut.

Tabel 4.16. Proyeksi Pelanggan Air Minum Tahun 2006-2030.

No. Kabupaten/Kota Proyeksi Jumlah Pelanggan Air Bersih

2006 2010 2015 2020 2025 2030 1 Kab. Asahan (*) (*) (*) (*) (*) (*)

2 Kota Tanjung Balai 16,808

24,389

35,390

51,352

74,515

108,125

3 Kab.Simalungun 30,030

33,613

37,624

42,113

47,138

52,762

4 Kab. Toba Samosir 3,554

3,978

4,452

4,984

5,578

6,244

WS Asahan 50,391

61,980

77,466

98,449

127,231

167,131

(*) = tidak tersedia data

Sumber : Data diolah

Kebutuhan air bersih di WS Asahan pada tahun 2006, diproyeksikan sebesar 18.585.422 m3, trendnya meningkat dan diproyeksikan pada tahun 2030 akan mencapai 152.650.929 m3, lebih rinci dijelaskan pada Tabel 4.17. sebagai berikut.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 5577 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.17. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Tahun 2006 – 2030

No.

Kabupaten/Kota

Proyeksi Kebutuhan Air Bersih 2006 2010 2015 2020 2025 2030

1 Kab. Asahan 4,795,146

7,206,931

10,831,757

16,279,740

24,467,861

36,774,312

2 Kota Tanjung Balai 6,112,274

9,186,528

13,807,019

20,751,452

31,188,682

46,875,463

3 Kab.Simalungun 6,393,409

9,609,062

14,442,074

21,705,915

32,623,207

49,031,502

4 Kab. Toba Samosir 1,284,593

2,223,753

3,849,529

6,663,901

11,535,848

19,969,652

WS Asahan 18,585,422

28,226,274

42,930,379

65,401,008

99,815,598

152,650,929

Sumber : Data diolah

4.3.5. Proyeksi Sektor Pariwisata

Berdasarkan proyeksi di Kawasan Danau Toba , jumlah wisatawan pada tahun 2006 berjumlah 26.463 jiwa yang terdiri dari 20.366 (23,04 %) wisatawan domestik/wisatawan Nusantara dan 6.097 (76,96 %) lagi adalah wisatawan mancanegara/wisman (turis asing) dan dengan laju pertumbuhan rata-rata 2 %/tahun diproyeksikan akan menjadi 43.514 jiwa pada tahun 2030 yang mana 76,785 % wisnu dan 23,215 % wisman. Tabel 4.18. berikut menjelaskannya secara rinci. Tabel 4.18. Proyeksi Jumlah Wisatawan ke Kawasan Danau Toba Tahun

2006- 2030

No.

Asal Wisatawan

Proyeksi Jumlah Wisatawan

2006 2010 2015 2020 2025 2030

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Wisman

6,097

6,745

7,462

8,255 9,132

10,102

2 Wisdom

20,366

22,486

24,826

27,410 30,263

33,412

Jumlah Wisatawan

26,463

29,231

32,288

35,664 39,394

43,514

Sumber : Data diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 5588 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Berdasarkan hasil proyeksi pada Tabel 4.19, prasarana dan sarana pariwisata di kawasan Danau Toba cenderung meningkat, namun tingkat pertumbuhannya sangat kecil, yaitu tingkat pertumbuhan jumlah hotel sebesar 0,72 %, jumlah kamar sebesar 0,69 % dan jumlah tempat tidur sebesar 0,53 %. Jumlah hotel di Kawasan Danau Toba pada tahun 2004 berjumlah 87 buah dimana 9 diantaranya berada di Kabupaten Toba Samosir. Jumlah hotel pada tahun 2030 diproyeksikan akan menjadi 104 buah, dengan jumlah kamar 1630 buah dan jumlah tempat tidur 2970 buah. Tabel 4.19. Proyeksi Jumlah Akomodasi/Hotel di Kawasan Danau Toba Tahun

2006 - 2030

No.

Kabupaten/Kota

Proyeksi Jumlah Akomodasi /Hotel

2006 2010 2015 2020 2025 2030

1 2 3 4 5 6 7 8

Kab. Toba Samosir

1 Jumlah Hotel

9

9

10

10

11

11

2 Jumlah Kamar

149

154

160

165

171

177

3 Jumlah Tempat Tidur

302

310

319

327

336

345

Kawasan Danau Toba

1 Jumlah Hotel

87

90

94

97

101

104

2 Jumlah Kamar

1.373

1.421

1.470

1.522

1.575

1.630

3 Jumlah Tempat Tidur

2.602

2.672

2.744

2.817

2.893

2.970

Sumber : Data diolah

Pada Tabel 4.20, menjelaskan perkembangan jumlah hotel di WS Asahan, yang mana pada tahun 2003 jumlah totel sebanyak 153 buah, namun karena adanya pemekaran wilayah di Kabupaten Toba Samosir , maka pada tahun 2004 jumlah hotel di Kabupaten Toba Samosir hanya ada 9 buah, sehingga jumlah hotel di WS Asahan menjadi 71 buah.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 5599 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.20. Proyeksi Jumlah Akomodasi/Hotel di Kawasan Danau Toba Tahun 2006 - 2030

No. Kabupaten/Kota Perkembangan Jumlah Hotel

2000 2001 2002 2003 20041 2 3 4 5 6 7 1 Kab. Asahan 8 8 8 11 122 Kota Tanjung Balai 7 7 7 6 73 Kab. Simalungun 51 52 56 50 434 Kab. Toba Samosir 77 84 87 86 9

Jumlah WS Asahan 143 151 158 153 71

Sumber : Data diolah

WS Asahan memiliki 15 hotel berbintang dan 56 buah hotel melati. Hotel berbintang terdiri dari hotel berbintang satu sebanyak 5 buah, bintang dua sebanyak 8 buah, bintang tiga sebanyak 1 buah dan bintang empat sebanyak 1 buah dapat dilihat pada Tabel 4.21. Tabel 4.21. Klasifikasi Hotel di WS Asahan

No.

Kabupaten/Kota

Kelas Hotel

Jumlah

Bintang *

Bintang **

Bintang ***

Bintang ****

Bintang *****

Melati

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Kab. Asahan 1 11 122 Kota Tanjung Balai 7 73 Kab. Simalungun 1 5 1 1 35 434 Kab. Toba Samosir 3 3 3 9

Jumlah WS Asahan 5 8 1 1 0 56 71

Sumber : Data diolah

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 6600 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.4. Analisis Aspek Hidrologi

4.4.1. Ketersediaan Air Wilayah Sungai Asahan

Berikut ini adalah ketersediaan air di WS Asahan pada beberapa titik kontrol, yaitu :

1) Inflow Danau Toba, dikaji dengan metode neraca air danau 2) Pos Duga Air Silau – Simalungun, dikaji berdasarkan data debit di pos duga air 3) Pos Duga Air Silau-Kisaran Naga, dikaji berdasarkan data debit di pos duga air 4) Pos Duga Air Asahan-Pulau Raja, dikaji berdasarkan data debit di pos duga air 5) Tanjung Balai, yang merupakan outlet Sungai Asahan, dikaji berdasarkan

analisis hujan-aliran (rainfall-runoff) model Sacramento pada Hymos. Perhitungan ketersediaan air tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.22. Tabel 4.22. Perhitungan Ketersediaan Air

Titik Kontrol Luas CA (km2)

Qrata (m3/s)

Q80% (m3/s)

Inflow Danau Toba (Kab. Toba Samosir) 3.464,0 112.67 74.15

Pos Silau-Simalungun (Kab. Simalungun) 482,5 15.78 9.10

Pos Silau-Kisaran Naga (Kab. Asahan) 1046,3 55.7 33.42

Pos Asahan Pulau Raja (Kab. Asahan) 4.669,4 151.04 105.23

Tanjung Balai 6.973,0 200.88 130.88 4.4.2. Perhitungan Debit Banjir Rencana Sub DAS

Debit banjir rencana disuatu daerah pengaliran sungai dapat ditentukan melalui dua cara yaitu analisa frekuensi debit maksimum tiap tahun hasil pengamatan dan analisa curah hujan maksimum tiap tahun hasil pengamatan selanjutnya merupakan input kedalam model hidrologi untuk diproses menjadi debit banjir rencana. Sehubungan dengan data pengamatan debit banjir pada setiap pos duga air di sungai sangat terbatas, sedangkan data hujan yang tersedia cukup lengkap dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2006, maka debit banjir rencana dihitung dari curah hujan jam-jaman.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 6611 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.4.2.1. Hujan Rencana

Berdasarkan data curah hujan maksimum tiap tahun di 6 lokasi Pos Hujan yang tersebar di daerah aliran Sungai Asahan dapat dianalisa frekuensi dengan beberapa metode dan didistribusikan ke dalam hujan jam-jaman, hasil perhitungan hujan rencana untuk periode ulang 2 th, 5 th, 10 th, 25 th, 50 th dan 100 th di masing-masing Pos Hujan dapat dilihat pada Tabel 4.23. 4.4.2.2. Debit Banjir Rencana

Untuk mendapatkan debit banjir rencana pada setiap Sub DAS diperlukan curah hujan rata-rata kawasan dengan mengaplikasikan bobot setiap Pos Hujan terhadap masing-masing Sub DAS. Curah hujan rata-rata kawasan masing-masing Sub DAS bersama-sama dengan karakteristik daerah pengaliran sungai merupakan input ke dalam model hidrologi untuk mendapatkan debit banjir rencana sesuai dengan perode ulang yang dikehendaki. Hasil perhitungan hidrograf debit banjir rencana sub DAS dapat dilihat pada Tabel 4.24 dan Gambar 4.17.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 6622 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.23. Curah Hujan Rencana Wilayah Sungai Asahan

Jam ke 2 5 10 25 50 100( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % )74.56 89.72 98.83 109.56 117.11 124.32

1 3.73 4.49 4.94 5.48 5.86 6.22

2 20.88 25.12 27.67 30.68 32.79 34.81

3 46.97 56.52 62.26 69.02 73.78 78.32

4 2.98 3.59 3.95 4.38 4.68 4.97

Jam ke 2 5 10 25 50 100( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % )

105.87 156.27 189.64 231.81 263.09 294.13

1 5.29 7.81 9.48 11.59 13.15 14.71

2 29.64 43.76 53.10 64.91 73.66 82.36

3 66.70 98.45 119.47 146.04 165.74 185.30

4 4.23 6.25 7.59 9.27 10.52 11.77

Jam ke 2 5 10 25 50 100( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % )

101.12 121.81 134.25 148.92 159.23 169.10

1 5.06 6.09 6.71 7.45 7.96 8.45

2 28.31 34.11 37.59 41.70 44.58 47.35

3 63.71 76.74 84.58 93.82 100.32 106.53

4 4.04 4.87 5.37 5.96 6.37 6.76

Jam ke 2 5 10 25 50 100( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % )57.09 78.40 92.50 110.33 123.55 136.68

1 2.85 3.92 4.63 5.52 6.18 6.83

2 15.98 21.95 25.90 30.89 34.59 38.27

3 35.97 49.39 58.28 69.51 77.84 86.11

4 2.28 3.14 3.70 4.41 4.94 5.47

Periode Ulang

Periode Ulang

Periode Ulang

Periode Ulang

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 6633 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Jam ke 2 5 10 25 50 100( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % )85.54 126.49 153.59 187.84 213.25 238.47

1 4.28 6.32 7.68 9.39 10.66 11.92

2 23.95 35.42 43.00 52.60 59.71 66.77

3 53.89 79.69 96.76 118.34 134.35 150.24

4 3.42 5.06 6.14 7.51 8.53 9.54

Jam ke 2 5 10 25 50 100( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % )37.00 54.00 66.00 80.00 92.00 103.00

1 1.85 2.70 3.30 4.00 4.60 5.15

2 10.36 15.12 18.48 22.40 25.76 28.84

3 23.31 34.02 41.58 50.40 57.96 64.89

4 1.48 2.16 2.64 3.20 3.68 4.12

Jam ke 2 5 10 25 50 100( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % )28.00 34.00 38.00 43.00 47.00 51.00

1 1.40 1.70 1.90 2.15 2.35 2.55

2 7.84 9.52 10.64 12.04 13.16 14.28

3 17.64 21.42 23.94 27.09 29.61 32.13

4 1.12 1.36 1.52 1.72 1.88 2.04

Jam ke 2 5 10 25 50 100( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % )37 51 61 73 82 91

1 1.85 2.55 3.05 3.65 4.10 4.552 10.36 14.28 17.08 20.44 22.96 25.483 23.31 32.13 38.43 45.99 51.66 57.334 1.48 2.04 2.44 2.92 3.28 3.64

Periode Ulang

Periode Ulang

Periode Ulang

Periode Ulang

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 6644 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Jam ke 2 5 10 25 50 100( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % )

106.15 171.86 215.36 270.33 311.11 351.59

1 5.31 8.59 10.77 13.52 15.56 17.582 29.72 48.12 60.30 75.69 87.11 98.453 66.87 108.27 135.67 170.31 196.00 221.504 4.25 6.87 8.61 10.81 12.44 14.06

Jam ke 2 5 10 25 50 100( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % )

1 4.29 5.32 5.95 6.71 7.25 7.772 24.03 29.79 33.33 37.57 40.58 43.503 54.08 67.03 74.99 84.52 91.32 97.884 3.43 4.26 4.76 5.37 5.80 6.21

Periode Ulang

Periode Ulang

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 6655 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.24. Hidrograf Banjir Rencana Sub DAS S.ASAHAN ~ P.RAJA

2 Thn 5 Thn 10 Thn 25 Thn 50 Thn 100 Thn

137.9 137.9 137.9 137.9 137.9 137.9

138.0 138.0 138.0 138.0 138.0 138.1

138.8 139.0 139.0 139.2 139.2 139.3

141.8 142.5 142.6 143.1 143.2 143.3

148.1 149.4 149.6 150.6 150.8 150.9

156.9 159.0 159.5 161.1 161.3 161.4

166.8 169.9 170.5 172.9 173.1 173.4

176.6 180.6 181.5 184.6 185.0 185.4

185.6 190.5 191.7 195.4 195.9 196.4

193.4 199.1 200.5 204.8 205.4 206.1

199.8 206.1 207.7 212.5 213.3 214.1

204.6 211.5 213.3 218.5 219.4 220.3

208.1 215.3 217.3 222.8 223.9 224.9

210.1 217.7 219.8 225.6 226.7 227.9

211.0 218.8 221.1 226.9 228.2 229.5

210.9 218.8 221.2 227.1 228.5 229.9

209.9 217.9 220.3 226.3 227.8 229.3

208.2 216.2 218.7 224.7 226.3 227.8

205.9 213.9 216.5 222.4 224.1 225.8

203.3 211.1 213.8 219.7 221.5 223.2

200.3 208.1 210.8 216.6 218.5 220.3

197.1 204.8 207.6 213.3 215.3 217.2

193.9 201.4 204.3 209.9 212.0 213.9

190.6 198.0 201.0 206.5 208.6 210.7

187.3 194.6 197.7 203.1 205.3 207.4

184.2 191.3 194.4 199.7 202.1 204.3

181.1 188.2 191.3 196.6 199.0 201.3

178.2 185.2 188.4 193.6 196.1 198.5

175.4 182.3 185.6 190.7 193.3 195.8

172.8 179.7 183.1 188.1 190.8 193.4

170.4 177.2 180.7 185.7 188.5 191.2

168.2 175.0 178.5 183.5 186.4 189.1

166.2 172.9 176.5 181.5 184.5 187.3

164.3 171.1 174.8 179.7 182.8 185.7

162.6 169.4 173.2 178.1 181.3 184.3

161.1 167.9 171.8 176.7 180.0 183.1

159.8 166.6 170.5 175.5 178.9 182.1

158.5 165.4 169.5 174.5 177.9 181.2

157.5 164.4 168.5 173.6 177.1 180.5

156.5 163.5 167.8 172.9 176.5 180.0

155.7 162.8 167.1 172.2 176.0 179.5

155.0 162.1 166.6 171.8 175.6 179.2

154.4 161.6 166.1 171.4 175.3 179.0

153.9 161.2 165.8 171.1 175.1 178.9

153.4 160.8 165.5 170.9 175.0 178.9

153.0 160.5 165.3 170.8 174.9 178.9

152.7 160.3 165.2 170.7 175.0 179.0

152.5 160.2 165.1 170.7 175.0 179.2

Periode UlangDebit Banjir ( m3/dtk )

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 6666 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

+-S.SILAU-TANJ.BALAI

2 Thn 5 Thn 10 Thn 25 Thn 50 Thn 100 Thn

16.9 16.9 16.9 16.9 16.9 16.9

17.0 17.0 17.0 17.1 17.1 17.1

18.0 18.3 18.5 18.6 18.7 18.8

22.0 23.0 23.7 24.3 24.5 24.7

30.8 32.9 34.3 35.5 36.0 36.2

43.4 46.9 49.2 51.1 52.0 52.3

57.9 62.7 66.0 68.7 70.0 70.4

72.5 78.5 82.6 86.2 87.9 88.5

86.2 92.9 97.9 102.3 104.4 105.2

98.4 105.4 111.2 116.2 118.7 119.7

108.4 115.7 122.1 127.7 130.5 131.7

116.3 123.6 130.5 136.6 139.6 141.0

121.9 129.2 136.5 142.9 146.2 147.8

125.6 132.7 140.2 146.9 150.3 152.1

127.4 134.3 142.0 148.8 152.4 154.3

127.5 134.2 142.0 149.0 152.6 154.6

126.3 132.8 140.6 147.6 151.3 153.4

124.0 130.2 137.9 145.0 148.8 151.0

120.7 126.8 134.4 141.4 145.2 147.5

116.8 122.7 130.2 137.1 140.9 143.3

112.3 118.1 125.4 132.3 136.1 138.6

107.6 113.2 120.3 127.1 130.9 133.5

102.6 108.1 115.1 121.7 125.6 128.2

97.5 103.0 109.8 116.3 120.2 122.9

92.5 97.9 104.5 110.9 114.8 117.6

87.5 92.9 99.3 105.7 109.5 112.4

82.7 88.1 94.4 100.7 104.5 107.5

78.1 83.5 89.6 95.8 99.7 102.7

73.7 79.1 85.1 91.3 95.2 98.3

69.6 75.1 80.9 87.1 90.9 94.2

65.7 71.3 77.0 83.1 87.0 90.4

62.1 67.8 73.5 79.5 83.5 86.9

58.8 64.5 70.2 76.2 80.2 83.7

55.7 61.6 67.2 73.2 77.2 80.8

52.9 58.9 64.5 70.5 74.6 78.3

50.4 56.5 62.0 68.1 72.2 76.0

48.1 54.3 59.8 66.0 70.2 74.0

46.0 52.4 57.9 64.1 68.3 72.3

44.2 50.7 56.2 62.4 66.7 70.8

42.5 49.2 54.7 61.0 65.4 69.5

41.0 47.9 53.4 59.8 64.2 68.5

39.7 46.7 52.3 58.7 63.2 67.6

38.6 45.7 51.3 57.8 62.4 66.9

37.6 44.8 50.5 57.1 61.8 66.3

36.7 44.1 49.8 56.5 61.2 65.9

36.0 43.5 49.3 56.1 60.8 65.6

35.3 43.0 48.8 55.7 60.6 65.4

34.8 42.6 48.5 55.4 60.4 65.3

Debit Banjir ( m3/dtk )Periode Ulang

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 6677 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

*-S.ASAHAN Tj. BALAI

2 Thn 5 Thn 10 Thn 25 Thn 50 Thn 100 Thn

172.7 172.7 172.7 172.7 172.7 172.7

172.9 173.0 173.0 173.1 173.1 173.2

175.3 176.0 176.4 177.0 177.3 177.6

185.0 187.7 189.2 191.0 192.0 192.8

206.5 212.5 215.4 219.2 221.2 222.8

237.4 247.7 252.5 258.8 262.1 264.7

272.7 287.5 294.4 303.3 308.1 311.8

308.1 327.1 336.0 347.7 353.9 358.8

341.1 363.5 374.4 388.5 396.1 402.1

369.8 395.1 407.6 423.9 432.8 439.8

393.5 420.9 434.8 452.9 462.9 470.8

411.8 440.7 455.8 475.4 486.2 494.8

424.9 454.7 470.7 491.4 503.0 512.2

433.0 463.3 480.0 501.4 513.6 523.3

436.7 467.2 484.2 506.2 518.7 528.8

436.5 466.8 484.1 506.4 519.2 529.6

433.1 463.0 480.4 502.7 515.7 526.3

427.0 456.4 473.7 495.9 509.0 519.7

418.7 447.5 464.7 486.7 499.8 510.6

408.9 436.9 453.9 475.6 488.6 499.5

397.9 425.1 441.9 463.2 476.1 487.0

386.2 412.5 429.0 449.9 462.7 473.6

374.0 399.5 415.7 436.1 448.9 459.8

361.6 386.3 402.2 422.2 434.9 445.8

349.2 373.2 388.8 408.4 421.0 431.9

337.2 360.5 375.8 394.9 407.4 418.3

325.5 348.1 363.2 382.0 394.4 405.3

314.2 336.3 351.2 369.6 382.0 393.0

303.6 325.2 339.8 358.0 370.3 381.4

293.6 314.7 329.2 347.1 359.4 370.5

284.2 305.0 319.3 337.0 349.3 360.6

275.5 295.9 310.2 327.7 340.1 351.4

267.4 287.6 301.9 319.2 331.6 343.1

260.1 280.1 294.3 311.5 324.0 335.6

253.3 273.2 287.4 304.6 317.2 329.0

247.2 267.0 281.2 298.4 311.1 323.0

241.6 261.4 275.7 292.9 305.7 317.8

236.6 256.4 270.8 288.0 301.0 313.3

232.1 252.0 266.4 283.8 296.9 309.4

228.1 248.0 262.6 280.1 293.3 306.1

224.6 244.6 259.3 276.9 290.3 303.3

221.4 241.6 256.4 274.2 287.8 301.0

218.7 239.0 254.0 271.9 285.7 299.1

216.2 236.7 251.9 270.0 284.0 297.6

214.1 234.8 250.2 268.4 282.7 296.5

212.3 233.2 248.7 267.2 281.6 295.7

210.7 231.8 247.6 266.2 280.9 295.2

209.3 230.7 246.6 265.5 280.4 294.9

Debit Banjir ( m3/dtk )Periode Ulang

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 6688 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 4.17. Hidrograf Banjir Rencana Sub DAS

S. Asahan - P. Raja

130

140

150

160

170

180

190

200

210

220

230

240

0 10 20 30 40 50

Q (

m3/

dtk

)

2 Thn

5 Thn

10 Thn

25 Thn

50 Thn

100 Thn

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 6699 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

S. Silau - Tj. Balai

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

0 10 20 30 40 50

Q (

m3/

dtk

)

2 Thn

5 Thn

10 Thn

25 Thn

50 Thn

100 Thn

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 7700 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

S. Asahan - Tj. Balai

170

180

190

200

210

220

230

240

250

260

270

280

290

300

310

320

330

340

350

360

370

380

390

400

410

420

430

440

450

460

470

480

490

500

510

520

530

540

0 10 20 30 40 50

Q (

m3/

dtk

)

2 Thn

5 Thn

10 Thn

25 Thn

50 Thn

100 Thn

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 7711 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.5. Analisis Kebutuhan Air Bersih dan Kualitas Air Sungai

4.5.1. Kebutuhan Air Rumah Tangga,Perkotaan dan Industri (RKI)

4.5.1.1. Analisis RKI di DAS Asahan

Wilayah Sungai Asahan terletak pada 3 Kabupaten dan 1 Kota, yang meliputi 42 kecamatan, dapat dilihat pada Tabel 4.25.

Tabel 4.25. Wilayah Administratif DAS Asahan

No Wilayah Administratif No Wilayah Administratif

I Kab. Asahan III Kab. Simalungun 1 Kec.BP Mandoge 1 Kec.Dolok Pardamean 2 Kec. Bandar Pulau 2 Kec. Purba 3 Kec. Pulau Rakyat 3 Kec. Dolok Panribuan 4 Kec. Aek Kuasan 4 Kec. Silimakuta 5 Kec. Sei Kepayang 5 Kec.Sidamanik 6 Kec. Tanjung Balai 6 Kec. Pem Sidamanik 7 Kec. Simpang Empat IV Kab. Toba Samosir 8 Kec. Air Batu 1 Kec. Balige 9 Kec. Buntu Pane 2 Kec. Laguboti

10 Kec. Meranti 3 Kec. Habinsaran 11 Kec. Air Joman 4 Kec. Borbor 12 Kec. Tanjung Tiram 5 Kec. Silaen 13 Kec. Sei Balai 6 Kec. Sigumpar 14 Kec. Talawi 7 Kec. Porsea 15 Kec. Lima Puluh 8 Kec. Pintu Pohan Meranti 16 Kec. Air Putih 9 Kec. Lumban Julu 17 Kec. Sei Suka 10 Kec. Uluan 18 Kec. Medang Deras 11 Kec. Ajibata 19 Kec. Kisaran Barat 20 Kec. Kisaran Timur II Kota Tanjung Balai 1 Kec.Datuk Bandar 2 Kec. Tanjung Balai Selatan 3 Kec. Tanjung Balai Utara 4 Kec. Sei Tualang Raso 5 Kec. Teluk Nibung

Sumber : BPS

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 7722 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Perkiraan kebutuhan air bersih DAS Asahan dan prediksinya direncanakan dalam 4 tahap, yaitu : Tahun 2006, Tahun 2011, Tahun 2021 dan Tahun 2030 Perhitungan perkiraan kebutuhan air bersih mengacu pada Kebutuhan Air Rumah Tangga Perkotaan dan Industri (RKI) berdasarkan Pedoman Perencanaan Sumber Daya Air Buku 3, tentang ”Proyeksi Penduduk dan Kebutuhan Air RKI (DPU,2004). Komponen kebutuhan air, terdiri dari kebutuhan air rumah tangga, kebutuhan air perkotaan, dan kebutuhan air industri.

1). Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga

Air bersih adalah air yang diperlukan untuk rumah tangga, biasanya diperoleh secara individu dari sumber air yang dibuat oleh masing masing rumah tangga berupa sumur dangkal, atau dapat diperoleh dari layanan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) PDAM. Dalam DAS Asahan akan diperhitungkan kebutuhan air bersih rumah tangga yang berasal dari SPAM PDAM dengan sumber air baku dapat berasal dari air sungai, mata air, sumur dalam atau kombinasinya.

Kebutuhan air bersih rumah tangga, dinyatakan dalam satuan Liter/Orang/ Hari (L/O/H), besar kebutuhan tergantung dari kategori kota berdasarkan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.26 yaitu :

Tabel 4.26. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per Hari Menurut Kategori Kota

No Kategori Kota Jumlah

Penduduk(Jiwa) Kebutuhan Air Bersih (L/O/H)

1 Semi Urban (Ibu Kota Kecamatan/Desa) 3.000 – 20.000 60 - 90

2 Kota Kecil 20.000 – 100.000 90 - 110

3 Kota Sedang 100.000 – 500.000 100- 125

4 Kota Besar 500.000 – 1.000.000 120 - 150

5 Metropolitan > 1.000.000 150 - 200 Sumber:Dirjen Cipta Karya,DPU,2006,”Unit Pelayanan”, Materi Pelatihan Penyegaran SDM Sektor Air Minum(Peningkatan Kemampuan Staf Profesional Penyelenggara SPAM) DAS Asahan berada pada 4 Kabupaten, yaitu :

(1). Kabupaten Asahan dengan penduduk 1,009,856 jiwa (Tahun 2004), menga lami peningkatan pada prediksi perencanaan 4 tahap, yaitu : (1). Tahun 2006 menjadi 1,050,860 jiwa ; (2) Tahun 2011, menjadi 1,160,803 jiwa; (3). Tahun 2021, menjadi 1,416,401 jiwa dan (4). Tahun 2030, menjadi 1,694,224 jiwa.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 7733 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

(2). Kota Tanjung balai dengan penduduk 150,991 jiwa (Tahun 2004), menga lami peningkatan pada prediksi perencanaan 4 tahap, yaitu : (1). Tahun 2006 menjadi 160,934 jiwa ; (2) Tahun 2011, menjadi 188,750 jiwa; (3). Tahun 2021, menjadi 259,637 jiwa dan (4). Tahun 2030, menjadi 345,939 jiwa.

(3). Kabupaten Simalungun dengan penduduk 118,191 jiwa (Tahun 2004), mengalami peningkatan pada prediksi perencanaan 4 tahap, yaitu : (1). Tahun 2006 menjadi 113,511 jiwa; (2) Tahun 2011, menjadi 102,605 jiwa; (3). Tahun 2021, menjadi 83,835 jiwa dan (4). Tahun 2030, menjadi 69,898 jiwa.

(4). Kabupaten Toba Samosir dengan penduduk 167,907jiwa (Tahun 2004), mengalami peningkatan pada prediksi perencanaan 4 tahap, yaitu : (1). Tahun 2006 menjadi 160,600 jiwa ;(2).Tahun 2011, menjadi 143,695 jiwa; (3). Tahun 2021, menjadi 115,035 jiwa dan (4). Tahun 2030, menjadi 94,163 jiwa.

Mengacu pada ketentuan dari Dirjen Cipta Karya ditinjau dari jumlah penduduk DAS Asahan dalam tahun 2006 serta prediksinya pada tahun 2011, 2021 dan 2030 maka termasuk pada kategori kota kecil dan kota sedang, dengan keperluan air bersih yang berbeda untuk setiap kabupaten dan kota. Kebutuhan air bersih diasumsi terjadi kenaikan sebesar 1 % per tahun, maka pada setiap tahapan terjadi kenaikan kebutuhan air bersih rumah tangga, diuraikan pada Tabel 4.27 sebagai berikut :

Tabel 4.27. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per Hari

di DAS Asahan berdasarkan Tahap Perencanaan

No Tahap Perencanaan Kriteria Kota Kriteria Rentang

Penduduk

Kebutuhan Air Bersih Rumah

Tangga (L/O/H)

1 Tahun 2006 Kota Kecil 20.000 – 100.000 jiwa Kota Sedang 100.000 - 500.000 jiwa 120 Metropolitan >1.000.000 jiwa 150 2 Tahun 2011 Kota Kecil 20.000 – 100.000 jiwa Kota Sedang 100.000 - 500.000 jiwa 126 Metropolitan >1.000.000 jiwa 158 3 Tahun 2021 Kota Kecil 20.000 – 100.000 jiwa Kota Sedang 100.000 - 500.000 jiwa 139 Metropolitan >1.000.000 jiwa 174 4 Tahun 2030 Kota Kecil 20.000 – 100.000 jiwa Kota Sedang 100.000 - 500.000 jiwa 152 Metropolitan >1.000.000 jiwa 190

Keterangan: Hasil Perhitungan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 7744 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

2). Kebutuhan Air Perkotaan

Kebutuhan Air Perkotaan yaitu untuk memenuhi kebutuhan air komersial dan sosial. Pada umumnya hampir semua pelayanan PDAM antara 15% sampai dengan 35% dari total air perpipaan untuk kebutuhan air komersial dan sosial seperti: toko, gudang, bengkel, sekolah, rumah sakit, hotel dsb. Ternyata makin besar dan padat penduduknya cenderung lebih banyak daerah komersial dan sosial, sehingga kebutuhan untuk air komersial dan sosial akan lebih tinggi jika penduduk makin banyak. Dalam perencanaan DAS Asahan kebutuhan air untuk perkotaan diasumsi sebesar 35 % dari kebutuhan air bersih rumah tangga, dengan nilai konstan dari masing masing tahapan perencanaan, sehingga sampai proyeksi kebutuhan tahun 2030 nilainya sama sebesar 35 %. Selain itu kebutuhan air bersih rumah tangga diperhitungkan pula untuk kehilangan air yang terdiri dari : (1).Kehilangan dalam proses sebesar 6 %; (2).Kehilangan air tidak terhitung yaitu sebesar 25 %. 3). Kebutuhan Air Industri

Kebutuhan air untuk industri sangat kompleks, biasanya sesuai dengan klasifikasi jenis dan ukuran industrinya, namun korelasi antara jenis dan ukuran industri dengan kebutuhan air tersebut kurang nyata. Air yang digunakan setiap pabrik berbeda untuk masing masing jenisnya (pabrik tekstil berbeda dengan pabrik elektronik), selain itu tergantung pula pada ukuran pabrik, teknologi yang dipergunakan (umumnya yang lebih modern akan lebih efisien dalam penggunaan air), bahkan untuk setiap produk yang dikerjakan pada setiap saat. Sehingga, akan sulit menentukan perkirakan kebutuhan air untuk industri secara lebih akurat. Banyak pabrik mengambil air tanah dari sumur dalamnya sendiri dan untuk tambahan diperoleh dari PDAM walaupun masih dalam jumlah yang sedikit.

Besar kebutuhan air bersih industri diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk terhadap kebutuhan per pekerja dan rata rata pelayanan, yaitu :

KAI= %Px AP x RL........ ( Formula 1)

Dimana :

KAI = Kebutuhan Air Industri , L/O/H % Penduduk diasumsi pada tahap perencanaan awal, tahun 2006

sebesar 6 %, terjadi peningkatan sebesar 0,5 % setiap tahun, sehingga

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 7755 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

ada kenaikan pada tahap perencanaan tahun 2011 menjadi sebesar 6,31 % tahun 2021 menjadi sebesar 6,97 % dan tahun 2030 menjadi sebesar 7,62 %

% P = Persentase asumsi penduduk AP = Kebutuhan air industri per tenaga kerja, pada tahap awal diperhitungkan

sebesar 500 L/O/H, terjadi peningkatan sebesar 1 % setiap tahun, sehingga ada kenaikan pada tahap perencanaan tahun 2011 menjadi sebesar 526 L/O/H; tahun 2021 menjadi sebesar 580 L/O/H dan tahun 2030 menjadi sebesar 635 L/O/H.

RL = Rerata Layanan, diperhitungkan konstan sebesar 70 %. Selain itu kebutuhan air industri diperhitungkan pula untuk kehilangan air yang terdiri dari : (1). Kehilangan dalam proses sebesar 6 %; (2). Kehilangan air tidak terhitung yaitu sebesar 25 %.

Penjelasan kebutuhan air bersih rumah tangga dan perkotaan (RK) dan untuk kebutuhan air Industri untuk setiap tahapan, diuraikan dalam Tabel 4.28.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 7766 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.28. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri Berdasarkan Tahapan Perencanaan di DAS Asahan

No Tahapan Perencanaan

dan Kriteria Jumlah Penduduk

Rumah Tangga (L/O/H)

Perkotaan

Rumah Tangga

Perkotaan(RK) Netto

Rumah Tangga Perkotaan(RK) dg

Kehilangan

Asumsi Penduduk

(%)

AP,Air per Pekerja (L/O/H)

Kebutuhan Air Industri = %PxAPxRL

(L/O/H)

Kebutuhan Air Industri

dg, Kehilangan

(1)=R (2)=35%x R (3)=(1)+(2) (4)=(RK)/(1-KP)/(1-KT) (5)=P (6)=AP (7)=RI (8)=(RI)/(1-

KP)/(1-KT) I Tahun 2006, dg. penduduk: 1 20.000 - 100.000 jiwa 100 35 135 191 6% 500 21 30 2 100.000 - 500.000 jiwa 120 42 162 230 6% 500 21 30 3 >1.000.000 jiwa 150 53 203 287 6% 500 21 30 II Tahun 2011, dg . Penduduk 1 20.000 - 100.000 jiwa 105 37 142 201 6.31% 526 23 33 2 100.000 - 500.000 jiwa 126 44 170 242 6.31% 526 23 33 3 >1.000.000 jiwa 158 55 213 302 6.31% 526 23 33

III Tahun 2021, dg . Penduduk 1 20.000 - 100.000 jiwa 116 41 157 222 6.97% 580 28 40 2 100.000 - 500.000 jiwa 139 49 188 267 6.97% 580 28 40 3 >1.000.000 jiwa 174 61 235 333 6.97% 580 28 40

IV Tahun 2030, dg . Penduduk 1 20.000 - 100.000 jiwa 127 44 171 243 7.62% 635 34 48 2 100.000 - 500.000 jiwa 152 53 206 292 7.62% 635 34 48 3 >1.000.000 jiwa 190 67 257 365 7.62% 635 34 48

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 7777 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Prediksi air bersih sesuai tahapan perencanaan dari setiap kecamatan dihitung menurut jumlah penduduk kabupaten di DAS Asahan dimana kecamatan tersebut terletak, dalam Tabel 4.29 diuraikan besarnya konsumsi air bersih rumah tangga dan perkotaan, serta industri menurut setiap tahapan perencanaan berdasarkan kabupaten. Tabel 4.30 ringkasan penduduk dan kebutuhan air bersih saat ini dan prediksinya yang akan memudahkan untuk perhitungan RKI di DAS Asahan untuk masing masing tahapan.

Tabel 4.29. Prediksi Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga-Perkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2006 sampai Tahun 2030

No. Karaketeristik per Kabupaten Tahapan Perencanaan

Tahun 2006

Tahun 2011

Tahun 2021

Tahun 2030

I Kab. Asahan a Jumlah Penduduk, Jiwa 1,050,860 1,160,803 1,416,401 1,694,224

b Konsumsi Air Bersih Rumah tangga dan Perkotaan , L/O/H 287 302 333 365

c Konsumsi Air Bersih Industri 30 33 40 48

II Kota Tanjung Balai a Jumlah Penduduk, Jiwa 160,934 188,750 259,637 345,939

b Konsumsi Air Bersih Rumah tangga dan Perkotaan , L/O/H 230 242 267 292

c Konsumsi Air Bersih Industri 30 33 40 48

III Kab. Simalungun a Jumlah Penduduk, Jiwa 113,511 102,605 83,835 69,898

b Konsumsi Air Bersih Rumah tangga dan Perkotaan , L/O/H 230 242 222 243

c Konsumsi Air Bersih Industri 30 33 40 48

IV Kab. Toba Samosir

a Jumlah Penduduk, Jiwa 160,600 143,695 115,035 94,163

b Konsumsi Air Bersih Rumah tangga dan Perkotaan , L/O/H 230 242 267 243

c Konsumsi Air Bersih Industri 30 33 40 48

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 7788 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.30. Prediksi Jumlah Penduduk DAS Asahan Tahun 2006 sampai Tahun 2030

No Kabupaten/Kota/Kec Jumlah Penduduk ( Jiwa) di WS Asahan Tahun 2006 Tahun 2011 Tahun 2021 Tahun 2030

1 Kab. Asahan 1 Kec.BP Mandoge 32,911 36,354 44,359 53,060 2 Kec. Bandar Pulau 53,807 59,436 72,523 86,748 3 Kec. Pulau Rakyat 32,003 35,351 43,135 51,596 4 Kec. Aek Kuasan 44,121 48,737 59,468 71,132 5 Kec. Sei Kepayang 39,501 43,634 53,242 63,685 6 Kec. Tanjung Balai 34,238 37,820 46,148 55,199 7 Kec. Simpang Empat 53,635 59,246 72,292 86,471 8 Kec. Air Batu 72,001 79,534 97,047 116,083 9 Kec. Buntu Pane 54,233 59,907 73,098 87,436

10 Kec. Meranti 63,583 70,235 85,700 102,510 11 Kec. Air Joman 60,628 66,971 81,717 97,746 12 Kec. Tanjung Tiram 60,492 66,821 81,535 97,527 13 Kec. Sei Balai 34,992 38,653 47,164 56,416 14 Kec. Talawi 55,489 61,295 74,791 89,461 15 Kec. Lima Puluh 86,968 96,067 117,220 140,213 16 Kec. Air Putih 47,796 52,797 64,422 77,058 17 Kec. Sei Suka 52,523 58,019 70,794 84,680 18 Kec. Medang Deras 46,126 50,952 62,171 74,365 19 Kec. Kisaran Barat 58,170 64,256 78,404 93,783 20 Kec. Kisaran Timur 67,642 74,719 91,172 109,055

Total 1,050,860 1,160,803 1,416,401 1,694,224 2 Kota Tanjung Balai

1 Kec.Datuk Bandar 59,935 70,294 96,694 128,834

2 Kec. Tanjung Balai Selatan 23,133 27,132 37,321 49,726

3 Kec. Tanjung Balai Utara 18,182 21,325 29,334 39,084 4 Kec. Sei Tualang Raso 23,110 27,104 37,283 49,676 5 Kec. Teluk Nibung 36,574 42,895 59,005 78,618

Total 160,934 188,750 259,637 345,939 3 Kab. Simalungun

1 Kec.Dolok Pardamean 13,923 12,585 10,283 8,573 2 Kec. Purba 17,291 15,630 12,771 10,647 3 Kec. Dolok Panribuan 18,064 16,329 13,342 11,124 4 Kec. Silimakuta 21,021 19,002 15,526 12,944 5 Kec.Sidamanik 28,381 25,654 20,961 17,476 6 Kec. Pem Sidamanik 14,830 13,406 10,953 9,132

Total 113,511 102,605 83,835 69,898

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 7799 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.30. Prediksi Jumlah Penduduk DAS Asahan Tahun 2006 sampai Tahun 2030 (lanjutan)

No Kabupaten/Kota/Kec Jumlah Penduduk ( Jiwa) di WS Asahan Tahun 2006 Tahun 2011 Tahun 2021 Tahun 2030

4 Kab. Toba Samosir 1 Kec. Balige 45,349 40,575 32,482 26,589 2 Kec. Laguboti 16,208 14,502 11,609 9,503 3 Kec. Habinsaran 19,090 17,081 13,674 11,193 4 Kec. Borbor 7,205 6,447 5,161 4,225 5 Kec. Silaen 10,146 9,078 7,268 5,949 6 Kec. Sigumpar 6,336 5,669 4,538 3,715 7 Kec. Porsea 23,615 21,129 16,915 13,846 8 Kec. Pintu Pohan Meranti 7,583 6,785 5,432 4,446 9 Kec. Lumban Julu 10,693 9,567 7,659 6,269

10 Kec. Uluan 7,921 7,087 5,673 4,644 11 Kec. Ajibata 6,455 5,776 4,624 3,785

Total 160,600 143,695 115,035 94,163

4.5.1.2. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga dan Industri (RKI)

Proyeksi kebutuhan air bersih rumah tangga dan industri (RKI) untuk DAS Asahan dari setiap tahapan perencanaan ditunjukkan pada Tabel dihitung berdasarkan jumlah proyeksi penduduk yang ada di DAS Asahan wilayah administratif kecamatan yang dilaluinya dapat dilihat pada Tabel 4.31 sampai dengan 4.34.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 8800 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.31. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2006

Jml OrangTahun 2006 Kriteria Kebutuhan Kriteria Kebutuhan

L/O/H L/H L/O/H L/H1 Kab. Asahan

1 Kec.BP Mandoge 32,911 287 9,445,510 30 987,335 10,432,845 1212 Kec. Bandar Pulau 53,807 287 15,442,469 30 1,614,195 17,056,664 1973 Kec. Pulau Rakyat 32,003 287 9,184,785 30 960,082 10,144,867 1174 Kec. Aek Kuasan 44,121 287 12,662,603 30 1,323,617 13,986,221 1625 Kec. Sei Kepayang 39,501 287 11,336,881 30 1,185,040 12,521,921 1456 Kec. Tanjung Balai 34,238 287 9,826,293 30 1,027,139 10,853,431 1267 Kec. Simpang Empat 53,635 287 15,393,191 30 1,609,044 17,002,235 1978 Kec. Air Batu 72,001 287 20,664,423 30 2,160,044 22,824,467 2649 Kec. Buntu Pane 54,233 287 15,564,917 30 1,626,995 17,191,911 199

10 Kec. Meranti 63,583 287 18,248,317 30 1,907,490 20,155,807 23311 Kec. Air Joman 60,628 287 17,400,142 30 1,818,830 19,218,972 22212 Kec. Tanjung Tiram 60,492 287 17,361,317 30 1,814,772 19,176,088 22213 Kec. Sei Balai 34,992 287 10,042,816 30 1,049,772 11,092,588 12814 Kec. Talawi 55,489 287 15,925,391 30 1,664,675 17,590,066 20415 Kec. Lima Puluh 86,968 287 24,959,954 30 2,609,054 27,569,008 31916 Kec. Air Putih 47,796 287 13,717,447 30 1,433,879 15,151,327 17517 Kec. Sei Suka 52,523 287 15,074,229 30 1,575,703 16,649,933 19318 Kec. Medang Deras 46,126 287 13,238,108 30 1,383,774 14,621,883 16919 Kec. Kisaran Barat 58,170 287 16,694,722 30 1,745,093 18,439,815 21320 Kec. Kisaran Timur 67,642 287 19,413,364 30 2,029,271 21,442,635 248

1,050,860 - 301,596,878 - 31,525,806 333,122,684 3,856 2 Kota Tanjung Balai

1 Kec.Datuk Bandar 59,935 230 13,785,019 30 1,798,046 15,583,065 1802 Kec. Tanjung Balai Selatan 23,133 230 5,320,637 30 693,996 6,014,633 703 Kec. Tanjung Balai Utara 18,182 230 4,181,936 30 545,470 4,727,406 554 Kec. Sei Tualang Raso 23,110 230 5,315,244 30 693,293 6,008,536 705 Kec. Teluk Nibung 36,574 230 8,411,921 30 1,097,207 9,509,128 110

160,934 - 37,014,756 - 4,828,012 41,842,767 484 3 Kab. Simalungun

1 Kec.Dolok Pardamean 13,923 230 3,202,271 30 417,688 3,619,959 422 Kec. Purba 17,291 230 3,976,940 30 518,731 4,495,671 523 Kec. Dolok Panribuan 18,064 230 4,154,758 30 541,925 4,696,683 544 Kec. Silimakuta 21,021 230 4,834,884 30 630,637 5,465,521 635 Kec.Sidamanik 28,381 230 6,527,579 30 851,423 7,379,003 856 Kec. Pem Sidamanik 14,830 230 3,411,014 30 444,915 3,855,929 45

113,511 - 26,107,446 - 3,405,319 29,512,765 342 4 Kab. Toba Samosir

1 Kec. Balige 45,349 230 10,430,228 30 1,360,465 11,790,693 1362 Kec. Laguboti 16,208 230 3,727,753 30 486,229 4,213,982 493 Kec. Habinsaran 19,090 230 4,390,807 30 572,714 4,963,521 574 Kec. Borbor 7,205 230 1,657,195 30 216,156 1,873,350 225 Kec. Silaen 10,146 230 2,333,668 30 304,391 2,638,059 316 Kec. Sigumpar 6,336 230 1,457,223 30 190,073 1,647,295 197 Kec. Porsea 23,615 230 5,431,366 30 708,439 6,139,805 718 Kec. Pintu Pohan Meranti 7,583 230 1,744,091 30 227,490 1,971,581 239 Kec. Lumban Julu 10,693 230 2,459,283 30 320,776 2,780,059 32

10 Kec. Uluan 7,921 230 1,821,748 30 237,619 2,059,367 2411 Kec. Ajibata 6,455 230 1,484,721 30 193,659 1,678,381 19

160,600 - 36,938,083 - 4,818,011 41,756,093 483 1,485,905 - 401,657,163 - 44,577,148 446,234,311 5,165

(L/H) (L/det) Kabupaten/Kota,

Kecamatan

Total DAS Asahan Th.2006

Air Rumah TanggaPerkotaan Air Industri Kebutuhan Air Rumah

Total

Total

Total

Total

No.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 8811 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.32. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan, Tahun 2011

Jml OrangTahun 2011 Kriteria Kebutuhan Kriteria Kebutuhan

L/O/H L/H L/O/H L/H1 Kab. Asahan

1 Kec.BP Mandoge 36,354 302 10,979,035 33 1,199,696 12,178,731 1412 Kec. Bandar Pulau 59,436 303 18,009,067 34 2,020,819 20,029,886 2323 Kec. Pulau Rakyat 35,351 304 10,746,683 35 1,237,283 11,983,965 1394 Kec. Aek Kuasan 48,737 305 14,864,650 36 1,754,516 16,619,166 1925 Kec. Sei Kepayang 43,634 306 13,352,017 37 1,614,460 14,966,476 1736 Kec. Tanjung Balai 37,820 307 11,610,740 38 1,437,160 13,047,900 1517 Kec. Simpang Empat 59,246 308 18,247,830 39 2,310,602 20,558,431 2388 Kec. Air Batu 79,534 309 24,576,136 40 3,181,377 27,757,512 3219 Kec. Buntu Pane 59,907 310 18,571,216 41 2,456,193 21,027,409 243

10 Kec. Meranti 70,235 311 21,843,139 42 2,949,877 24,793,016 28711 Kec. Air Joman 66,971 312 20,894,848 43 2,879,739 23,774,587 27512 Kec. Tanjung Tiram 66,821 313 20,915,047 44 2,940,134 23,855,181 27613 Kec. Sei Balai 38,653 314 12,137,158 45 1,739,402 13,876,560 16114 Kec. Talawi 61,295 315 19,307,787 46 2,819,550 22,127,337 25615 Kec. Lima Puluh 96,067 316 30,357,269 47 4,515,163 34,872,433 40416 Kec. Air Putih 52,797 317 16,736,491 48 2,534,232 19,270,723 22317 Kec. Sei Suka 58,019 318 18,449,903 49 2,842,910 21,292,812 24618 Kec. Medang Deras 50,952 319 16,253,558 50 2,547,580 18,801,138 21819 Kec. Kisaran Barat 64,256 320 20,561,795 51 3,277,036 23,838,831 27620 Kec. Kisaran Timur 74,719 321 23,984,886 52 3,885,402 27,870,289 323

1,160,803 - 362,399,253 - 50,143,130 412,542,382 4,775 2 Kota Tanjung Balai

1 Kec.Datuk Bandar 70,294 242 17,011,197 33 2,319,709 19,330,905 2242 Kec. Tanjung Balai Selatan 27,132 242 6,565,852 34 922,475 7,488,328 873 Kec. Tanjung Balai Utara 21,325 242 5,160,656 35 746,376 5,907,032 684 Kec. Sei Tualang Raso 27,104 242 6,559,197 36 975,748 7,534,945 875 Kec. Teluk Nibung 42,895 242 10,380,605 37 1,587,117 11,967,723 139

188,750 - 45,677,508 - 6,551,425 52,228,933 605 3 Kab. Simalungun

1 Kec.Dolok Pardamean 12,585 242 3,045,622 33 415,312 3,460,934 402 Kec. Purba 15,630 242 3,782,395 33 515,781 4,298,176 503 Kec. Dolok Panribuan 16,329 242 3,951,515 33 538,843 4,490,358 524 Kec. Silimakuta 19,002 242 4,598,371 33 627,051 5,225,421 605 Kec.Sidamanik 25,654 242 6,208,263 33 846,581 7,054,844 826 Kec. Pem Sidamanik 13,406 242 3,244,154 33 442,385 3,686,538 43

102,605 - 24,830,319 - 3,385,953 28,216,272 327 4 Kab. Toba Samosir

1 Kec. Balige 40,575 242 9,819,189 33 1,338,980 11,158,169 1292 Kec. Laguboti 14,502 243 3,523,870 34 493,052 4,016,921 463 Kec. Habinsaran 17,081 244 4,167,740 35 597,832 4,765,571 554 Kec. Borbor 6,447 245 1,579,451 36 232,083 1,811,533 215 Kec. Silaen 9,078 246 2,233,267 37 335,898 2,569,165 306 Kec. Sigumpar 5,669 247 1,400,197 38 215,415 1,615,612 197 Kec. Porsea 21,129 248 5,239,950 39 824,024 6,063,975 708 Kec. Pintu Pohan Meranti 6,785 249 1,689,410 40 271,391 1,960,801 239 Kec. Lumban Julu 9,567 250 2,391,745 41 392,246 2,783,992 32

10 Kec. Uluan 7,087 251 1,778,806 42 297,649 2,076,454 2411 Kec. Ajibata 5,776 252 1,455,499 43 248,359 1,703,858 20

143,695 - 35,279,123 - 5,246,928 40,526,052 469 1,595,853 - 468,186,203 - 65,327,436 533,513,639 6,175

(L/det) Kabupaten/Kota,

Kecamatan

Total DAS Asahan Th.2011

No.Air Rumah TanggaPerkotaan Air Industri Kebutuhan Air Rumah

(L/H)

Total

Total

Total

Total

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 8822 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.33. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2021

Jml OrangTahun 2021 Kriteria Kebutuhan Kriteria Kebutuhan

L/O/H L/H L/O/H L/H1 Kab. Asahan

1 Kec.BP Mandoge 44,359 333 14,771,648 40 1,774,372 16,546,020 1922 Kec. Bandar Pulau 72,523 334 24,222,698 41 2,973,445 27,196,143 3153 Kec. Pulau Rakyat 43,135 335 14,450,176 42 1,811,664 16,261,839 1884 Kec. Aek Kuasan 59,468 336 19,981,202 43 2,557,118 22,538,320 2615 Kec. Sei Kepayang 53,242 337 17,942,494 44 2,342,640 20,285,134 2356 Kec. Tanjung Balai 46,148 338 15,597,885 45 2,076,641 17,674,526 2057 Kec. Simpang Empat 72,292 339 24,506,860 46 3,325,415 27,832,275 3228 Kec. Air Batu 97,047 340 32,996,016 47 4,561,214 37,557,230 4359 Kec. Buntu Pane 73,098 341 24,926,454 48 3,508,709 28,435,163 329

10 Kec. Meranti 85,700 342 29,309,489 49 4,199,313 33,508,801 38811 Kec. Air Joman 81,717 343 28,028,911 50 4,085,847 32,114,758 37212 Kec. Tanjung Tiram 81,535 344 28,047,904 51 4,158,265 32,206,169 37313 Kec. Sei Balai 47,164 345 16,271,737 52 2,452,552 18,724,289 21714 Kec. Talawi 74,791 346 25,877,691 53 3,963,924 29,841,615 34515 Kec. Lima Puluh 117,220 347 40,675,469 54 6,329,900 47,005,369 54416 Kec. Air Putih 64,422 348 22,418,774 55 3,543,197 25,961,971 30017 Kec. Sei Suka 70,794 349 24,706,991 56 3,964,446 28,671,437 33218 Kec. Medang Deras 62,171 350 21,759,720 57 3,543,726 25,303,445 29319 Kec. Kisaran Barat 78,404 351 27,519,823 58 4,547,435 32,067,258 37120 Kec. Kisaran Timur 91,172 352 32,092,443 59 5,379,131 37,471,574 434

1,416,401 - 486,104,383 - 71,098,953 557,203,336 6,449 2 Kota Tanjung Balai

1 Kec.Datuk Bandar 96,694 267 25,817,294 40 3,867,759 29,685,053 3442 Kec. Tanjung Balai Selatan 37,321 268 10,002,084 41 1,530,170 11,532,254 1333 Kec. Tanjung Balai Utara 29,334 269 7,890,814 42 1,232,023 9,122,836 1064 Kec. Sei Tualang Raso 37,283 270 10,066,512 43 1,603,185 11,669,698 1355 Kec. Teluk Nibung 59,005 271 15,990,298 44 2,596,211 18,586,509 215

259,637 - 69,767,003 - 10,829,348 80,596,351 933 3 Kab. Simalungun

1 Kec.Dolok Pardamean 10,283 222 2,282,834 40 411,322 2,694,156 312 Kec. Purba 12,771 223 2,847,850 41 523,596 3,371,446 393 Kec. Dolok Panribuan 13,342 224 2,988,526 42 560,349 3,548,874 414 Kec. Silimakuta 15,526 225 3,493,268 43 667,602 4,160,870 485 Kec.Sidamanik 20,961 226 4,737,224 44 922,291 5,659,515 666 Kec. Pem Sidamanik 10,953 227 2,486,410 45 492,901 2,979,310 34

83,835 - 18,836,112 - 3,578,060 22,414,172 259 4 Kab. Toba Samosir

1 Kec. Balige 32,482 267 8,672,815 40 1,299,298 9,972,113 1152 Kec. Laguboti 11,609 268 3,111,264 41 475,977 3,587,241 423 Kec. Habinsaran 13,674 269 3,678,338 42 574,313 4,252,651 494 Kec. Borbor 5,161 270 1,393,453 43 221,920 1,615,373 195 Kec. Silaen 7,268 271 1,969,533 44 319,777 2,289,310 266 Kec. Sigumpar 4,538 272 1,234,383 45 204,218 1,438,600 177 Kec. Porsea 16,915 273 4,617,710 46 778,076 5,395,786 628 Kec. Pintu Pohan Meranti 5,432 274 1,488,246 47 255,283 1,743,529 209 Kec. Lumban Julu 7,659 275 2,106,183 48 367,625 2,473,808 29

10 Kec. Uluan 5,673 276 1,565,858 49 277,997 1,843,855 2111 Kec. Ajibata 4,624 277 1,280,795 50 231,190 1,511,986 17

115,035 - 31,118,578 - 5,005,673 36,124,251 418 1,874,908 - 605,826,076 - 90,512,034 696,338,110 8,059

(L/H) (L/det) Kabupaten/Kota,

Kecamatan

Total DAS Asahan Th.2021

No.Air Rumah TanggaPerkotaan Air Industri Kebutuhan Air Rumah

Total

Total

Total

Total

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 8833 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.34. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan, Tahun 2030

Jml OrangTahun 2030 Kriteria Kebutuhan Kriteria Kebutuhan

L/O/H L/H L/O/H L/H1 Kab. Asahan

1 Kec.BP Mandoge 53,060 365 19,366,998 48 2,546,893 21,913,890 2542 Kec. Bandar Pulau 86,748 366 31,749,864 49 4,250,665 36,000,528 4173 Kec. Pulau Rakyat 51,596 367 18,935,602 50 2,579,782 21,515,384 2494 Kec. Aek Kuasan 71,132 368 26,176,698 51 3,627,749 29,804,447 3455 Kec. Sei Kepayang 63,685 369 23,499,791 52 3,311,624 26,811,415 3106 Kec. Tanjung Balai 55,199 370 20,423,749 53 2,925,564 23,349,313 2707 Kec. Simpang Empat 86,471 371 32,080,905 54 4,669,458 36,750,363 4258 Kec. Air Batu 116,083 372 43,182,746 55 6,384,546 49,567,292 5749 Kec. Buntu Pane 87,436 373 32,613,670 56 4,896,422 37,510,093 434

10 Kec. Meranti 102,510 374 38,338,796 57 5,843,078 44,181,874 51111 Kec. Air Joman 97,746 375 36,654,567 58 5,669,240 42,323,807 49012 Kec. Tanjung Tiram 97,527 376 36,670,307 59 5,754,117 42,424,424 49113 Kec. Sei Balai 56,416 377 21,268,698 60 3,384,939 24,653,637 28514 Kec. Talawi 89,461 378 33,816,290 61 5,457,126 39,273,416 45515 Kec. Lima Puluh 140,213 379 53,140,671 62 8,693,197 61,833,868 71616 Kec. Air Putih 77,058 380 29,282,013 63 4,854,650 34,136,663 39517 Kec. Sei Suka 84,680 381 32,262,955 64 5,419,499 37,682,453 43618 Kec. Medang Deras 74,365 382 28,407,521 65 4,833,741 33,241,262 38519 Kec. Kisaran Barat 93,783 383 35,918,817 66 6,189,666 42,108,482 48720 Kec. Kisaran Timur 109,055 384 41,877,048 67 7,306,672 49,183,721 569

1,694,224 - 635,667,706 - 98,598,627 734,266,332 8,498 2 Kota Tanjung Balai

1 Kec.Datuk Bandar 128,834 292 37,619,609 48 6,184,045 43,803,654 5072 Kec. Tanjung Balai Selatan 49,726 293 14,569,857 49 2,436,597 17,006,454 1973 Kec. Tanjung Balai Utara 39,084 294 11,490,761 50 1,954,211 13,444,972 1564 Kec. Sei Tualang Raso 49,676 295 14,654,441 51 2,533,480 17,187,920 1995 Kec. Teluk Nibung 78,618 296 23,270,781 52 4,088,110 27,358,891 317

345,939 - 101,605,448 - 17,196,443 118,801,891 1,375 3 Kab. Simalungun

1 Kec.Dolok Pardamean 8,573 243 2,083,351 48 411,526 2,494,877 292 Kec. Purba 10,647 244 2,597,986 49 521,727 3,119,713 363 Kec. Dolok Panribuan 11,124 245 2,725,271 50 556,178 3,281,449 384 Kec. Silimakuta 12,944 246 3,184,338 51 660,168 3,844,506 445 Kec.Sidamanik 17,476 247 4,316,653 52 908,769 5,225,422 606 Kec. Pem Sidamanik 9,132 248 2,264,817 53 484,013 2,748,831 32

69,898 - 17,172,416 - 3,542,381 20,714,797 240 4 Kab. Toba Samosir -

1 Kec. Balige 26,589 243 6,461,075 48 1,276,262 7,737,337 902 Kec. Laguboti 9,503 244 2,318,684 49 465,637 2,784,322 323 Kec. Habinsaran 11,193 245 2,742,301 50 559,653 3,301,954 384 Kec. Borbor 4,225 246 1,039,234 51 215,451 1,254,685 155 Kec. Silaen 5,949 247 1,469,402 52 309,348 1,778,750 216 Kec. Sigumpar 3,715 248 921,260 53 196,882 1,118,142 137 Kec. Porsea 13,846 249 3,447,570 54 747,666 4,195,236 498 Kec. Pintu Pohan Meranti 4,446 250 1,111,511 55 244,532 1,356,044 169 Kec. Lumban Julu 6,269 251 1,573,573 56 351,076 1,924,649 22

10 Kec. Uluan 4,644 252 1,170,290 57 264,708 1,434,999 1711 Kec. Ajibata 3,785 253 957,569 58 219,522 1,177,091 14

94,163 - 23,212,470 - 4,850,738 28,063,207 325 2,204,223 - 777,658,040 - 124,188,189 901,846,228 10,438

(L/det) (L/H)Kabupaten/Kota,

Kecamatan

Total DAS Asahan Th.2030

No.Kebutuhan Air Rumah Air Rumah TanggaPerkotaan Air Industri

Total

Total

Total

Total

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 8844 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.5.2. Kualitas Air DAS Asahan

4.5.2.1. Kualitas Air Kawasan Danau Toba

4.5.2.1.1. Gambaran Umum Kawasan Danau Toba (KDT)

Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia, bahkan merupakan danau caldera tektonic terbesar di dunia, yang juga merupakan danau ke 9 terdalam di dunia (Lehmusluoto et.all 1995). Danau Toba terletak ± 176 km selatan kota Medan dan secara geografi berada antara kordinat 2°.10’ - 3°.0’ LU dan antara 98°.24' - 99°.20' BT. Daerah tangkapan air Danau Toba ± 2,269 km2 dan luas permukaan 1,786 km2 termasuk Pulau Samosir seluas ± 640 km di tengahnya. Elevasi muka air danau tertinggi ± 905 m diatas permukaan laut. Panjang danau sekitar 87 km dan lebar maksimum 31,5 km dengan elevasi danau ± 905 m di atas permukaan laut (Joesron, 2000). Secara administratif pada kawasan Danau Toba terdapat 5 kabupaten yaitu Toba Samosir, Tapanuli Utara, Simalungun, Karo dan Dairi. Sebanyak ± 202 sungai bersumber dari Danau Toba, yang terbesar dan terpanjang adalah sungai Asahan. Panjang garis pantai Danau Toba total 441,7479 km, dengan panjang pada masing-masing kabupaten adalah sebagai berikut : Kabupaten Toba Samosir 312,8201 km, Kabupaten Simalungun 73,7088 km, Kabupaten Tapanuli Utara 33,5045 km, Kabupaten Dairi 19,2516 km dan Kabupaten Karo 12,4630 km (Fakultas Geografi UGM, 2000). Potensi ekologi dan ekonomi danau sangat penting untuk menunjang pengembangan sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik sehingga potensi danau tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, namun kelestarian ekosistem danau tetap terjaga. 4.5.2.1.2. Debit Aliran Masuk dan Keluar Danau Toba

Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba seluas 2.595,94 km2 meliputi 19 sub DTA, diantaranya sebanyak 5 sub DTA berada di Pulau Samosir, yaitu :

1. Sigubang (Samosir) 2. Bah Bolon (Samosir) 3. Guloan(Samosir) 4. Arun (Samosir) 5. Tomok (Samosir) 6. Pulau Kecil

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 8855 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

7. Halian 8. Simare 9. Aek Bolon 10. Mandosi 11. Gopgopan 12. Tongguran 13. Mongu 14. Kijang 15. Sinabung 16. Ringo 17. Prembakan 18. Sipultakhuda 19. Silang

Debit aliran masuk dan keluar Danau Toba telah diteliti oleh berbagai lembaga penelitian dan universitas. Menurut hasil kegiatan Fakultas Geografi UGM (tahun 2000), debit aliran masuk dari sub DTA berdasarkan curah hujan rata-rata sebesar 3.877,6 juta M3 atau 122,96 m3/detik. Pada tahun terbasah, debit rata-rata sebesar 8.704,6 juta m3 atau 276 m3/detik, sedangkan pada tahun terkering debit rata-rata 909,3 juta m3 atau 28,83 m3 /detik. Sungai Asahan merupakan satu-satunya pelepasan (outlet) Danau Toba. yang dimanfaatkan untuk PLTA Asahan mulai tahun 1982. Tinggi muka air minimal (normal) yang diperlukan adalah 904 m. Pada musim kering tahun 1997-1998 terjadi penurunan tinggi muka air dibawah normal yaitu mencapai 902,28 m. Mulai tahun 1996-1998, tinggi muka air Danau Toba mengalami penurunan sampai mencapai batas terendah pada tahun 1998. Hal ini disebabkan karena menurunnya debit masukan efektif (Joesron, 2000). 4.5.2.1.3. Stratifikasi Danau

Stratifikasi termal merupakan suatu fenomena yang terjadi di air alam karena proses Turbulensi tidak cukup merata untuk mengatasi pemanasan pada lapisan air bagian atas. Pemanasan lapisan muka air merupakan hasil akhir dari energi surya, "black body radiasion" pemindahan panas antara air dan atmosfir dan penguapan (Hurley Octavia Et.all, 1997) stratifikasi suhu ditandai dengan gradasi suhu secara vertikal. Lapisan permukaan air yang relatif lebih panas disebut epilimnion dan lapisan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 8866 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

bawahnya yang relatif lebih dingin disebut hypolimnion. Garis pembatas kedua lapisan tersebut dinamakan termoklin, dan lapisan ini berada pada bagian yang paling curam (Gambar 4.18).

Gambar 4.18. Stratifikasi Air Pada Danau 1. Stratifikasi Danau Toba di Balige

Perubahan temperatur air Danau Toba di Balige dari permukaan sampai dasar sangat kecil sekali, hampir tidak terlihat perubahan suhu yang nyata, sehingga sulit untuk menentukan termoklin, lapisan epilimnion dan lapisan hypolimnion. Hasil pengukuran menunjukan termoklin berada pada kedalaman 50 m, sehingga dari permukaan sampai pada kedalaman 50 m merupakan lapisan epilimnion dan dari 50 m sampai ke dasar merupakan lapisan hypolimnion (Gambar 4.19). Perubahan suhu yang tidak mencolok ini menunjukan penetrasi sinar matahari cukup jauh kedalam, termasuk tidak subur hal ini ditandai dengan kecerahan yang mencapai 11,5 m.

Gambar 4.19. Stratifikasi Danau Toba - Balige

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 8877 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

2. Stratifikasi Danau Toba di Parapat

Seperti halnya di Balige, perubaban suhu Danau Toba di Parapat dari permukaan sampai dasar danau sangat kecil, tidak terdapat perubahan suhu yang ekstrim. Berdasarkan hasil pengukuran suhu garis termoklin berada pada 20 m sehingga pada kedalaman antara permukaan air sampai pada kedalaman 20 m merupakan lapisan epilimnion dan dari 20 m sampai kedasar merupakan lapisan hypolimnion, kecerahan pada daerah ini mencapai 14 m (Gambar 4.20).

Gambar 4.20. Stratifikasi Danau Toba - Parapat 3. Stratifikasi Danau Toba di Haranggaol

Penentuan garis termoklin pada Danau Toba di Haranggaol lebih sulit lagi karena tidak terdapat perubahan suhu yang ekstrim, keadaan ini disebabkan penetrasi sinar matahari yang cukup dalam dan dapat dilihat dari hasil pengukuran kecerahan, pengukuran kecerahan mencapai 15,0 m (Gambar 4.21). Berdasarkan pengukuran, garis thermoklin berada pada kedalaman 20 m, sehingga dari permukaan sampai pada kedalaman 20 m merupakan daerah epilimnion dan dari 20 m sampai ke dasar merupakan daerah hypolimnion.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 8888 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 4.21. Stratifikasi Danau Toba - Haranggaol 4. Kualitas Air Danau Toba

Secara umum sifat fisik, kimia dan biologi Danau Toba di tiga lokasi di tengah danau (sekitar 500m dari pantai Haranggaol, Balige dan Parapat) pada tahun 2002 (Puslitbang SDA) tidak banyak berubah dibandingkan sepuluh tahun lalu yaitu tahun 1992 (Puslitbang SDA bekerjasama dengan Universitas Helsinki, Finlandia). Kecerahan air mencapai 11 m – 14 m, dan kadar nutrisi (senyawa N dan P) masih relatif rendah sehingga perairan danau masih tergolong oligotrofik. Oksigen terlarut masih terdeteksi sampai ke dasar danau dengan kedalaman antara 200 m – 500 m. Indek keanekaragaman hayati masih cukup tinggi dan fitoplankton didominasi oleh spesies yang biasa terdapat pada perairan alami seperti Diatomea. Kualitas air Danau Toba tergolong oligotropik dengan termoklin tinggi. Kejernihan air mencapai 13,5 - 15,0 m, kadar oksigen terlarut terdapat pada seluruh kedalaman. Kadar nitrogen terdeteksi antara 0,1 - 1,186 mg/l N dan total fosfor antara tidak terdeteksi sampai dengan 0,061 mg/l. Kadar khlorofil-a antara 1,21 - 1,93 mg/m3 . Komunitas phitoplankton sangat beragam. Ganggang yang dominan pada danau ini adalah Denticula tenuis. Meskipun demikian pada beberapa tempat disekitar permukiman dan jaring apung (Parapat, Haranggaol, Muara dan Pangururan) terlihat gejala eutrofikasi dengan pertumbuhan eceng

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 8899 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

gondok. Meskipun Danau Toba tergolong oligotropik namun sangat sensitive terhadap penambahan nitrogen dan fosfor. (Lehmusluoto et all, 1995). Keadaan ini sangat berbeda dengan kualitas air pada pesisir permukiman dan Keramba Jala Apung di Parapat, Haranggaol, Muara, dan Pangururan, terdeteksi kadar nutrisi yang lebih tinggi dan pertumbuhan eceng gondok yang cukup subur. Memburuknya kualitas air pada perairan danau sekitar permukiman dan KJA ini disebabkan kurangnya pengendalian terhadap sumber pencemaran dari saluran limbah peternakan dan permukiman serta kurangnya pengawasan terhadap penataan lokasi KJA dan pemberian pakan ikan pada KJA. a. Kualitas Air Danau Toba di Balige

Kualitas air tahun 2002, menunjukkan pH air berkisar dari netral sampai basa yaitu dari 7,08 sampai 8,0. Kadar oksigen terlarut (DO) masih baik, hal ini ditunjukan dari kadar oksigen terlarut yang masih tinggi. Kadar DO diatas 6,0 mg/L terjadi dari permukaan air sampai pada kedalaman 30 meter dan turun menjadi 4,0 mg/L pada kedalaman 50 m. Sedangkan pada kedalaman 100 sampai 200 m kadar DO turun menjadi 1,15 mg/L. Kandungan bahan organik yang dinyatakan sebagai BOD, COD dan nilai KMn04, dari permukaan sampai pada kedalaman 200 m relatif kecil yaitu BOD berkisar antara 0,43-1,4 mg/L, COD tidak terdeteksi (dibawah 5 mg/L) serta nilai KMn04 antara 3,0-4,5 mg/L. Hasil analisis kadar golongan fosfat dan nitrat juga relatif kecil, kadar orto fosfat berkisar antara 0,016 - 0,042 mg/L, total fosfat antara 0,028-0,092 mg/L. Kadar nitrat berkisar dari tidak terdeteksi sampai 0,089 mg/L dan nitrogen organik berkisar antara 0,004 sampai 0,120 mg/L. Logam yang terdeteksi hanya logam besi, mangan dan seng. Dapat disimpulkan kualitas air Danau Toba di Balige belum tercemar dan kondisinya tidak jauh berbeda dengan hasil pemantauan kualitas air selama sepuh tahun , dimana pada tahun 1992 pada lokasi yang sama, pH air berkisar antara. 7,1 sampai 8,2. Kadar DO diatas 6,0 mg/L terjadi dari permukaan air sampai pada kedalaman 50 meter dan turun menjadi 3,49 mg/L pada kedalaman 100 m. Sedangkan pada kedalaman 200 sampai 400 m, kadar DO menjadi 0,4 mg/L. Kandungan bahan organik yang dinyatakan sebagai COD dari permukaan sampai pada kedalaman 400 m tidak terdeteksi (kadar<5 mg/L). Hasil analisis kadar golongan fosfat dan nitrat juga relatif kecil, kadar orto fosfat berkisar antara tidak terdeteksi sampai 0,02 mg/L dan total fosfat antara 0,01-0,03 mg/L. Kadar nitrat berkisar dari 0,02-0,05 mg/L dan nitrogen organik berkisar

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 9900 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

antara 0,08 sampai 0, 120 mg/L. Logam yang terdeteksi sama dengan hasil pemantauan tahun 2002 yaitu logam besi, mangan dan seng. b. Kualitas Air Danau Toba di Parapat

Kualitas air Danau Toba di Parapat sama halnya seperti di Balige (Tahun 2002). Air danau dari permukaan sampai ke dasar mempunyai pH berkisar antara normal sampai sedikit basa yaitu antara 7,17 - 8,2. Kadar DO lebih besar dari 6 mg/L terjadi pada permukaan sampai pada kedalaman 20 m, kemudian kadar DO antara 5 – 6 mg/L mulai dari 25 m sampai 50 m, pada kedalaman 100 m kadar DO berkisar antara. 1,5 - 2,88 mg/L. Kadar BOD, COD dan nilai KMn04 yang menggambarkan banyaknya zat organik relatif kecil. Kadar BOD dari permukaan-dasar waduk berkisar antara 0,29 - 2,3 mg/L, COD tidak terdeteksi (lebih kecil dari 5 mg/L) serta nilai KMn04 berkisar antara 2,38 - 13,60 mg/L. Kadar orto fosfat dan total fosfat dari permukaan sampai dasar masing-masing berkisar antara 0,012 - 0,35 mg/L dan 0,22 - 0,070 mg/L. Kadar nitrat dan nitrit pada lokasi dari permukaan sampai dasar tidak terdeteksi. Kadar organik nitrogen berkisar antara tidak terdeteksi sampai 0,007 mg/L. Kadar logam yang terdeteksi hanya logam besi, mangan dan seng. c. Kualitas Air Danau Toba di Haranggaol

Nilai pH air Danau Toba di Haranggaol tahun 2002 seperti di lokasi lainnya berkisar antara netral sampai sedikit basa yaitu berkisar antara 7,70 sampai 8,1. Kadar DO di daerah ini cukup tinggi yaitu lebih dari 6 mg/L terjadi dipermukaan waduk sampai pada kedalaman 30 m, sedangkan antara. 30 - 50 m kadar DO lebih kecil dari 5,0 mg/L, setelah itu mulai dari 50 m kadar DO turun terus sampai 1,92 pada kedalaman 400 m. Kandungan zat organik yang dinyatakan dengan nilai BOD, COD dan nilai KMn04, juga relatif kecil yaitu BOD berkisar antara 1,4 - 4,58 mg/L, kadar COD tidak terdeteksi (lebih kecil dari 5 mg/L) dan nilai KMn04 berkisar antara 1,47 - 4,80 mg/L. Kadar orto fosfat dan total fosfat masing-masing, berkisar antara 0,05 - 0,042 mg/L dan 0,010 - 0,066. Senyawaan nitrat dan nitrit pada lokasi ini tidak terdeteksi, nitrogen total 0,006 - 0,007 mg/L. Hasil pemantauan kualitas air pada lokasi ini tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan hasil pemantauan yang dilaksanakan pada tahun 1992, dimana pH air berkisar antara netral sarnpai sedikit basa yaitu berkisar antara 7,3 sampai 8,2. Kadar DO di daerah ini cukup tinggi yaitu lebih dari 6 mg/L terjadi dipermukaan waduk sampai pada kedalaman 50 m, sedangkan antara 100 - 200 m kadar DO lebih kecil dari 5,0 mg/L, setelah itu mulai dari 200 m kadar DO turun terus sampai 0,07 pada

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 9911 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

kedalaman 495 m. Kandungan zat organik yang dinyatakan dengan nilal tidak terdeteksi (lebih kecil dari 5 mg/L). Kadar orto fosfat dan total fosfat masing-masing berkisar antara tidak terdeteksi sampai 0,02 mg/L dan tidak terdeteksi sampai 0,03. Senyawaan nitrat 0,04 - 0,08 mg/I dan nitrit pada lokasi ini tidak terdeteksi, sedangkan nitrogen total 0, 13 - 0,26 mg/L. 5. Hidrobiologi danau (Bakteri koli tinja dan koli total )

a. Danau Toba

Jumlah bakteri koli tinja yang merupakan indikator pencemaran limbah tinja dari manusia dan hewan berkiasar antara 0 - 4,0 x 101 Jml/100 ml dan jumlah koli total berada antara 1,2 x 101 - 8,0 x 102 Jml/100 ml. Hal ini menunjukkan bahwa perairan Danau Toba masih tergolong baik dan pencemaran oleh limbah tinja belum mengkhawatirkan. Dengan jumlah bakteri koli tinja tertinggi 4,0 x 101 jml/100ml dan koli total 8,0 x 102 jml/10 ml di lokasi Parapat, secara keseluruhan menggambarkan bahwa perairan Danau Toba masih layak digunakan sebagai sumber air baku air minum sesuai dengan standar kelas I menurut PP No 82 tahun 2001. b. Kualitas Air Sungai yang Masuk ke Danau Toba

Diantara 5 (lima) sungai yang masuk ke Danau Toba yang diteliti, Sungai Halian yang terletak di Balige Kabupaten Tapanuli Utara merupakan sungai yang mengandung jumlah bakteri koli tinja dan koli total tertinggi masing-masing sebesar 2,5 x 104 sel/100ml dan 5,8 x 105 sel/100ml. Sedangkan S. Asahan yang merupakan satu-satunya sungai yang mengalir keluar dari Danau Toba jumlah bakterinya paling kecil yaitu bakteri koli tinja 2,0 x 102 set/100ml dan koli total 1,0 X 104 sel/100ml. Pada umumnya sungai-sungai yang diteliti lainnya yang mengalir menuju Danau Toba seperti Aek Limboto, S. Suhat, S. Binanga 3, dan S.Naborosahan jumlah bakterinya cukup tinggi rata-rata lebih dari 103 sel/100ml. Secara visual di lapangan, tingginya jumlah bakteri tersebut dikarenakan lokasi sungai berada di daerah pemukiman dan perkotaan (seperti Aek Limboto yang melalui pasar) dan lebar badan sungai relatif sempit.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 9922 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

c. Plankton (fitoplankton dan zooplankton)

Kelompok ganggang hijau (Chlorophyta) merupakan kelompok fitoplakton dengan jumlah jenis spesies terbanyak dijumpai yaitu 10 jenis, diikuti oleh kelompok diatom (Bacillariophyceae-Crysophyta) sebanyak 6 jenis, Cyanophyta 5 jenis, Pyrrophyta, Rhodophyta, Xantophyceae dan Crysophyceae (Crysophiyta) masing-masing 1 jenis spesies. Untuk kelompok zooplankton ditemukan 5 jenis spesies yang termasuk ke dalarn kelas Crustacea, Rotifera, Ciliata dan Nematoda. Jika ditinjau dari jenis spesies yang didapatkan di tiga lokasi perairan Danau Toba terutama untuk kelompok Diatoma seperti Melosira, Diatoma vulgare, Diatoma sp, Cyclotella, Nitschia dan Surirella serta Staurastrum dari kelompok Chlorophyta menunjukkan bahwa perairan tersebut masih tergolong kondisi oligotrofik alfa. Namun untuk lokasi Parapat, perairannya sudah mulai menuju kondisi oligotrofik beta. Keadaan ini ditunjang oleh sedikitnya jenis diatoma yang ditemukan disamping dijumpainya kelompok Crustacea seperti Nauplius yang relatif banyak dan Cyclops, juga terdapatnya Mycrocytis dan Anabaena. Kehadiran kelompok Crustacea ini menandakan bahwa pada lokasi tersebut mengandung cukup banyak zat organik. Pada lokasi Haranggaol ditemukan fitoplankton Mycrocystis dalam jumlah relatif banyak, sehingga kualitas airnya perlu dicermati dengan baik. Hasil perhitungan Indeks Keanekaragaman (IK) menunjukkan bahwa nilai IK tertinggi didapatkan di Balige sebesar 2,42 dan terendah di Parapat yaitu 2,10. Adapun nilai IK di Haranggaol adalah 2,19 dimana nilai ini tidak berbeda jauh dengan IK di Parapat. Dengan nilai-nilai IK yang cukup tinggi ini menunjukkan beraneka ragamnya biota air yang terkandung di perairan Danau Toba, mengisyaratkan belum tercemarnya perairan tersebut. 4.5.2.2. Kualitas Air Sungai yang Masuk Ke Danau Toba

Kualitas air sungai yang masuk ke danau yaitu sungai Binanga Tiga, Halian, Silambat, Suhat dan Naborsahan pada umumnya masih cukup baik dapat dilihat pada Tabel 4.35, kecuali sungai Binanga Tiga di Haranggaol, jika dilihat dari kadar DO. Kadar DO di Binanga Tiga sebesar 4,8 mg/L, kemudian di Silimbat 5,86 mg/L, sedangkan yang lainnya lebih besar dani 6,0 mg/L. Kadar BOD relatif kecil yaitu

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 9933 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

berkisar antara 1,0 - 4,64 mg/L, namun COD cukup tinggi yaitu berkisar antara 7,5 - 31,0 mg/L, tertinggi terjadi di S. Suhat dan dan terendah di S. Halian. Nilai KMn04 yang terendah terjadi di S. Halian sebesar 7,80 mg/L dan tertinggi di S. Suhat sebesar 33,0 mg/L. Kadar orto fosfat dan fosfat total yang cukup besar terjadi di S. Binanga 3 dan S. Suhat masing-masing 0,266 mg/L dan 0,477 mg/L untuk orto fosfat 0,559 mg/L dan 0,886 mg/L untuk total fosfat. Kandungan nitrat hanya terdeteksi di S. Silimbat dan S. Suhat masing-masing 0,010 mg/L dan 0,018 mg/L, air sungai hampir semuanya mengandung nitrit, kecuall S. Halian. Logam yang terdeteksi hanya besi, mangan dan seng.

Tabel 4.35. Kualitas Air Sungai yang Masuk ke Danau Toba

No. Sungai Orto-P (mg/L)

Tot-P (mg/L)

DO (mg/L)

BOD (mg/L)

COD (mg/L)

Kmn04 (mg/L)

Debit (mg/L)

1. S. Halian 0,042 ,078 6,70 1,5 7,5 7,8 2,52 2. S. Silimbat 0,124 0,234 5,86 2,4 29 30 0,3487 3. S. Binaga Tiga 0,299 0,599 4,80 4,6 21 20 0,0790 4. S. Suhat 0,477 0,886 6,50 2,4 31 33 0,1262 5. S. Naborsahan 0,072 0,138 7,10 2,3 8,9 9,4 3,4029

Kualitas air sungai yang keluar dari D. Toba

Kualitas S. Asahan yang merupakan outflow Danau Toba menunjukan pH air 7,8; kandungan oksigen cukup tinggi yaitu 6,91; BOD cukup rendah 1,0 mg/l namun COD cukup tinggi yaitu 26 mg/L dan KMnO4 sebesar 27 mg/L. Kadar nitrat dan nitrit tidak terdeteksi dan nitrogen organik sebesar 0,26 mg/L, logam yang terdeteksi besi, mangan dan seng.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 9944 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.6. Analisis Aspek Konservasi

4.6.1. Erosi Dan Sedimentasi

Erosi merupakan proses pengikisan dan perpindahan partikel tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh tenaga air. Erosi akan menyebabkan hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur dan mengakibatkan kerusakan lahan. Jika proses ini terus berlangsung, dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas lahan dan perubahan lingkungan. Faktor yang menentukan laju besarnya erosi dapat dipengaruhi, keadaan iklim terutama curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, vegetasi dan tindakan manusia. Keterkaitan antara ekosistem bagian hulu dan hilir sangat penting dilihat dari sisi konservasi. Dari aspek konservasi maka tempat-tempat yang diprioritaskan dikelola adalah lokasi bagian hulu, baik bagian hulu sungai maupun bagian hulu anak sungai. Hal ini disebabkan makin ke arah hulu makin besar wilayah yang akan dipengaruhinya. Ekosistem bagian hulu (DTA. D. Toba) sebenarnya terdiri dari banyak sungai dan anak sungai, namun demikian dapat dikelompokkan menjadi 26 sungai besar, dengan rincian 18 sungai berada mengelilingi Danau Toba (diluar D. Toba) dan 8 sungai berada di pulau Samosir (dikeliligi D.Toba) sebagaimana diperlihatkan Tabel 4.36. Demikian juga halnya dengan ekosistem bagian hilir banyak sungai-sungai kecil yang mengalir ke sungai Asahan dan seterusnya ke Tanjung Balai dan bermuara di Selat Malaka. Ekosistem bagian hilir seluas 333.210 ha, dapat dikelompokkan menjadi menjadi 3 Sub DAS, yaitu : (1) DAS Piasa 32.990 ha atau 9,90 %, (2) DAS Silau seluas 83.820 ha atau 25,16 %, dan (3) DAS Asahan seluas 216.40076 ha atau 64,94 %. Pada ketiga DAS tersebut mengalir beberapa sungai, sungai-sungai tersebut merupakan sub DAS dari ketiganya, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.37. Uraian erosi dan sedimentasi akan dibagi kedalam ekosistem hulu (DTA. D.Toba) dan ekosistem bagian hilir, yaitu WS Asahan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 9955 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.36. Sungai–Sungai di DTA D. Toba Yang Mengalir ke Danau Toba

No, Nama sungai Luas (ha) Persen (%) (1) (2) (3) (4) I Ekosistem Hulu (DTA. D. Toba) A Luar D.Toba 1 A. Sigumbang 9,349 0.05 2 A. Haranggaol 8,298 0.04 3 A. Situnggaling 3,796 0.02 4 A. Naborsahon 10,960 0.06 5 B. Tongguran 7,266 0.04 6 A. Gopgopan 7,929 0.04 7 A. Mandosi 19,660 0.10 8 A. Bolon 11,066 0.06 9 A. Simare 9,482 0.05

10 B. Halian 14,027 0.07 11 A. Sitobu 7,147 0.04 12 B. Siparbue 6,327 0.03 13 Pulau Kecil 721 0.00 14 A. Silang 36,510 0.19 15 B. Bodang 9,665 0.05 16 L. Parembakan 9,814 0.05 17 L. Tulas 14,910 0.08 18 A. Ringgo 7,794 0.04

Jumlah (A) 194,721 1.00 B Pulau Samosir 19 B. Simala 5,565 0.09 20 B. Sigumbang 7,444 0.11 21 B. Bolon 5,402 0.08 22 B. Silabung 6,184 0.10 23 B. Guluan 11,874 0.18 24 B. Arun 11,251 0.17 25 B. Simaratuang 8,694 0.13 26 B. Sitiung-tiung 8,465 0.13 Jumlah (B) 64,879 1.00 Jumlah I 259,600 II Ekosistem Hilir 1 DAS Piasa 32.990 9,90 2 DAS Silau 83.820 25,16 3 DAS Asahan 216.400 64,94 Jumlah II 333,210,00 100,00

Sumber : Hasil pengukuran dan analisis Tim dan BPDAS Asahan Barumun (2005)

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 9966 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.6.1.1. Erosi dan Sedimentasi Ekosistem Bagian Hulu

4.6.1.1.1. Erosi Eksisting DTA. Toba Tahun 2006

Nilai erosi merupakan informasi yang diperlukan dalam menyusun kebijakan pengelolaan suatu sub basin. Besar kecilnya erosi dalam kajian ini ditentukan dari erodibilitas tanah (K), erosivitas hujan (R), kemiringan (LS) dan penutupan lahan dan manajemen konservasi tanah (CP), dengan menggunakan data tersebut dihitung erosi dengan USLE. Erodibilitas dipengaruhi jenis tanah. Jenis–jenis tanah di DTA D. Toba menurut kepakaan terhadap erosi baik yang mengelilingi D. Toba, maupun di Pulau Samosir, jika diurutkan jenis tanah secara umum urutan yang paling peka terhadap erosi adalah tanah regosol, tanah aluvial, tanah andosol, tanah litosol, tanah podsolik dan tanah latosol. Erodibilitas mengandung makna peka tidaknya tanah terhadap daya hancur butiran curah hujan dan gerusan partikel yang terbawa oleh aliran permukaan. Makna angka erodibilitas adalah semakin tinggi nilai erodibilitas tanah, maka makin mudah tanah tererosi. Erosi yang diakibatkan curah hujan pada ekosistem bagian hulu menurut kabupaten yang termasuk sebagai DTA Danau Toba berturut-turut adalah : pada kabupaten Humbang Hasundutan didekati dari data curah hujan pada stasiun Siborong-borong; pada kabupaten Tobasa diprediksi dari data curah hujan di stasiun Balige dan Porsea; pada kabupaten Samosir menggunakan data stasiun Pangururan, Mogang dan Ambarita: pada kabupaten Simalungun menggunakan data stasiun Parapat, Sidamanik dan Aek Nauli/Tj. Dolok; pada kabupaten Dairi dan Karo menggunakan data dari stasiun Situnggaling. Hasil penentuan erosi permukaan eksisting

Nilai erosivitas (R) curah hujan ditentukan pada setiap sub DAS berdasarkan curah hujan rata-rata dari sejumlah stasiun pengamat curah hujan terdekat dengan suatu sub basin / Sub DAS. Nilai erodiblitas tanah merupakan kepekaan tanah terhadap erosi (K) untuk setiap sub DAS basin DTA. D.Toba. Nilai indeks kemiringan lereng juga (LS) merupakan rata-rata lereng suatu basin. Nilai faktor penutupan lahan ditentukan berdasarkan rata-rata penutupan lahan pada suatu basin/Sub DAS.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 9977 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Berdasarkan nilai-nilai indeks erosi diatas, ditentukan nilai erosi rata-rata aktual pada setiap sub basin sebagaimana disajikan pada Tabel 4.37. Penentuan Bobot Erosi untuk Kedalaman Efektif kurang dari 30 Cm berpedoman pada kriteria berikut.

Kelas

Kisaran Erosi (to/ha/th)

Bobot

1 0 s/d < 5 Ringan 2 5 s/d < 10 Sedang 3 10 s/d < 15 Berat

4 > 15 Sangat Berat

Tabel 4.37. Erosi Aktual Masing-Masing Sub Basin WS DTA. D. Toba

Sub basin Nama Sungai Luas

(Ha) Nilai R Nilai K

Nilai LS

Nilai Cp

Erosi Aktual (ton/ha/thn)

Bobot Erosi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) A Diluar DTA D. TOBA

1 Aek. Gopgopan

7.935

125.846,94

0,171 0,0108

0,020

4,630 Rendah

2 Aek. Sigumbang

9.356

120.174,74

0,643 0,0230

0,010

17,784 Sangat Berat

3 Aek. Haranggaol

8.304

118.090,06

0,329 0,0026

0,100

9,926 Sedang

4 Aek. Naborsahon

10.968

120.365,21

0,331 0,0019

0,130

9,900 Sedang

5 Aek. Situnggaling

3.799

107.777,27

0,617 0,0006

0,630

25,059 Sangat Berat

6 Aek. Ringgo

7.800

138.973,69

0,311 0,0014

0,180

10,578 Sedang

7 Aek. Parembakan

9.822

116.238,23

0,181 0,0199

0,011

4,604 Rendah

8 Aek. Tulas

14.920

113.855,38

0,173 0,0139

0,013

3,552 Rendah

9 Aek. Silang

36.536

101.027,44

0,471 0,0007

0,430

15,263 Berat

10 Aek. Bodang

9.672

107.777,27

0,133 0,0126

0,020

3,600 Rendah

11 Aek. Tonguran

7.271

115.704,49

0,102 0,0179

0,014

2,964 Sangat rendah

12 Aek. Mandosi

19.674

99.355,63

0,121 0,0163

0,020

3,910 Rendah

13 Aek. Bolon

11.074

118.379,69

0,297 0,0008

0,280

8,191 Sedang

14 Aek. Simare

9.489

103.121,15

0,273 0,0121

0,020

6,835 Rendah

15

Aek. Halian 14.037 117.464,25 0,339 0,0004 0,360 6,383 Sedang

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 9988 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.37. Erosi Aktual Masing-Masing Sub Basin WS DTA. D. Toba (Lanjutan)

Sub basin Nama Sungai

Luas (Ha) Nilai R

Nilai K

Nilai LS

Nilai Cp

Erosi Aktual (ton/ha/thn)

Bobot Erosi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

16 Aek. Togu

721

118.379,69

0,151 0,0112

0,020

4,014 Rendah

17 Aek. Siparbue

6.331

110.411,42

0,309 0,0009

0,280

8,480 Sedang

18 Aek. Sitobu

7.152

94.021,69

0,167 0,0206

0,023

7,443 Rendah

Jumlah A

194.861

2.046.964,24

5,119 0,1676

2,561

153,12

Rata-rata A

10.826

113.720,24

0,284 0,0093

0,142

8,51 B Didalam DTA P. SAMOSIR

1 Bah. Simala

5.553

77.640,28

0,341

0,0182

0,021

10,118 Sedang

2 Bah. Sigumbang

7.428

77.640,28

0,583

0,0001

0,650

2,059 Sangat Berat

3 Bah. Bolon

5.390

77.640,28

0,487

0,0007

0,510

13,783 Berat

4 Bah. Silabung

6.171

108.079,05

0,480

0,0007

0,430

14,865 Berat

5 Bah. Guluan

11.848

102.798,56

0,479

0,0005

0,591

13,393 Berat

6 Bah. Arun

11.227

82.478,76

0,171

0,0165

0,025

5,821 Rendah

7 Bah. Simaratuang

8.675

77.640,28

0,131

0,0331

0,021

7,068 Rendah

8 Bah. Sitiung-tiung

8.447

87.393,59

0,187

0,0085

0,027

3,764 Rendah

Jumlah B

64.739

691.311,08

2,859

0,0782

2,275

70,87

Rata-rata B

8.092

86.413,89

0,357

0,0098

0,284

8,86

Rata-rata A + B

18.918

200.134

0,642

0,0191

0,427

17,37 Keterangan : Erosi Permukaan (Sheet Erotion) Erosi Permukaan Pada Kedalam Efektif 0 SD 30 Cm

4.6.1.1.2. Prediksi Erosi dan Sedimentasi Sub Ekosistem Hulu

Perkiraan atau prediksi erosi dimasa yang akan datang penting dalam mengelola wilayah sungai serta dalam menentukan kebijakan. Dalam kajian ini pengelolaan D. Toba akan lebih terarah dengan adanya pola pengelolaan masing-masing sub basin, yang terdiri dari 26 sub basin pada ekosistem bagian hulu ( DTA. D. Toba).

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 9999 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

(a) Dasar dan Asumsi Yang Digunakan dalam Prediksi

Prediksi erosi dan sedimentasi pada masing masing sub basin berdasarkan waktu merupakan informasi yang berharga dalam pengelolaan sub basin dilihat dari sisi konservasi. Berhubung data time series erosi tidak tersedia, maka perkiraan erosi dilakukan dengan asumsi : (1) Erosivitas hujan relatif tetap sampai tahun 2030, (2) sifat erodiblitas tanah relatif konstan sampai tahun 2030, (3) Faktor kelerengan tetap sampai 2030, Salah satu faktor penting dalam menentukan besar kecilnya erosi dan sedimentasi (tidak bisa diasumsikan tetap) adalah tindakan konservasi tanah dan penutupan lahan. Variabel konservasi lahan sangat tergantung tata guna lahan, sedangkan variabel penutupan lahan sangat tergantung dari upaya rehablitasi dan penghijauan yang akan dilakukan. Baik variabel tindakan konservasi lahan maupun penutupan lahan sangat dipengaruhi kebijakan tata ruang wilayah kawasan D. Toba .

(b) Faktor Kecenderungan Alokasi Tata Guna Lahan Kurang Tepat

- Sebagian jenis tanah yang merupakan jenis-jenis tanah yang mempunyai tingkat perkembangan relatif muda, dimana struktur dan konsistensi tanahnya belum terbentuk secara maksimum atau kompak sehingga mengakibatkan nilai erodibilitas tanah-tanah di sekitar Danau Toba relatif tinggi terutama pada lahan-lahan berbukit dan berlereng curam sampai sangat curam.

- Banyak dijumpai lahan atau tanah yang mempunyai kedalaman solum dangkal (30–60 cm) bahkan sangat dangkal (< 30 cm), dimana diantaranya telah terbuka bagian bahan induk tanahnya. Kondisi ini ditemui pada lahan datar sampai agak landai, misalnya lahan-lahan antara Dolok Sanggul sampai Tele.

- Terdapat lahan-lahan yang tererosi berat, justru hanya ditumbuhi oleh pohon-pohon atau perdu yang kurang dapat menekan erosi, bahkan sebagian hanya ditumbuhi oleh rumput teki atau gundul, sedangkan pada lahan tingkat erosi rendah justru ditumbuhi oleh pohon yang dapat menekan laju erosi.

- Aktifitas manusia relatif cukup tinggi pada lahan-lahan yang berlereng curam dan bersolum tipis sehingga menyebabkan tingginya laju erosi. Kondisi ini banyak dijumpai terutama pada Pulau Samosir.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 110000 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Faktor Kecenderungan Penggunaan Lahan Kurang Optimal

- Penggunaan lahan belum optimal sehingga banyak dijumpai penggunaan alang-alang yang sebagian besar tersebar di daerah marjinal.

- Banyaknya kondisi lahan pada kelerengan curam (>40 %) dan solum tanah tipis sehingga kondisi tanah kurang subur dan tidak produktif.

- Pada kelerengan tidak terlalu curam (<25 %) penduduk masing berusaha memanfaatkan lahan dengan penanaman palawija, dengan praktek-praktek konservasi tanah yang tidak memadai. Bahkan sering dijumpai penduduk melakukan pembukaan alang-alang dengan cara pembakaran untuk mendapatkan tumbuhnya rumput-rumput/tumbuhan muda yang dapat dimakan oleh ternak.

Faktor Kecenderungan Permasalahan Sosial Ekonomi

- Adaya Enclave usaha tani di wilayah hutan lindung (wilayah konservasi), tanaman yang diusahakan adalah tanaman palawija.

- Pengolahan lahan kering yang menggunakan traktor, mengganggu guludan dan teras yang dibuat. Hal ini dilakukan oleh penduduk karena adanya anggapan bahwa guludan atau teras dapat mengurangi produksi.

- Adanya usaha tani palawija pada kemiringan > 40 % di wilayah kawasan lindung.

- Kebiasaan penduduk membakar alang-alang untuk pengembalaan ternak, akan mengganggu upaya konservasi dengan sistem vegetatif, sedangkan kemampuan penduduk untuk melakukan secara mandiri sangat kecil jika tidak ada bantuan dari pihak luar.

(c) Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian BPDAS Asahan–Barumun berkerja sama dengan UNPAD (2000), memperlihatkan nilai erodibilitas disekitar DTA. D. Toba bervariasi mulai dari 0,181 sampai 0,541. Kemiringan lereng merupakan salah satu komponen penentu erosi, pada lahan curam dan sangat curam, erosi akan tinggi. Kawasan DTA D. Toba sebagian besar berlereng curam sampai sangat curam. Terkait dengan kemiringan lereng, hasil penelitian BPDAS dengan UNPAD (2000) menemukan hal yang sama sebagaimana pada Tabel 4.38.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 110011 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.38. Hubungan Kemiringan Lereng (Slope) Dengan Kelas Tingkat Bahaya Erosi Beserta Luasnya di DTA Danau Toba

No. Urut

Kemiringan Lereng (%)

Kelas TBE

L u a s

Ha

%

1 > 40 % B + SB 28.319 10.89 S 538 0.20 R + SR 79 0.03

2 25 - 40 % B + SB 25.875 9.95 S 5.031 2.0 R + SR 727 0.28

3 15 - 25 % B + SB 9.911 3.81 S 3.490 1.34 R + SR 2.377 0.90

4 8 - 15 % B + SB 33.325 12.81 S 21.169 8.14 S + SR 27.169 10.44

5 0 - 8 % B + SB 22.901 8.80 S 27.072 10.41 R + SR 52.174 20.05 Jumlah 260.150 100.00

Sumber : BPDAS Asahan–Barumun (2000) Keterangan: SB = Sangat Berat, B = Berat, S = Sedang; R= Ringan;

SR = Sangat Ringan

Hasil Penelitian yang dilakukan Balai Litbang Kehutanan Pematang Siantar, mengemukakan jika lahan ditanami dengan cara mencampur tanaman semusim dapat menurunkan erosi secara nyata. Lebih lanjut, hasil penelitian yang dilakukan BPDAS Asahan Barumun bekerja sama dengan UNPAD memperlihatkan hasil bahwa dengan melakukan tindakan konservasi yang benar erosi dapat menurunkan erosi secara signifikan seperti diperlihatkan Tabel 4.39.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 110022 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.39. Ringkasan Hasil Penelitian Dampak Konservasi Terhadap Erosi di DTA Danau Toba

I Uraian

1.1 Eksisting 1998 Tanpa konservasi

a DTA D. Toba Luas (Ha) Erosi total (ton/ha/thn) Keterangan

b Luas erosi berat s/d sangat berat 129.424,5

c Luas sangat ringan, ringan, sedang 130.741,5

d Luas total 260.166,0 -

e Erosi rata-rata (ton/ha/thn) 330,0 85.854.780

85,47 juta ton /thn (260.166 ha)

1.2 Prediksi dengan upaya konservasi (RTL)

Erosi rata-rata (ton/ha/thn) 15,7 4084606,2 4,08 juta ton/thn (260.166 ha)

1.3 Perbaikan jika RTL dilakukan (-314,3)

(erosi turun)

(81.770.174)

84 jutan ton/thn turun erosi

II LITBANG SIANTAR- DAS Naborasaon

2.1 (Penggunaan lahan tanaman semusim)

a Eksisting 1998 Tanpa campuran Luas (Ha)

Erosi total (ton/ha/thn) Keterangan

DTA D. Toba 260.166,0

b Erosi eksisting tanaman semusim 22,53 5861539,98

5,86 juta ton/thn (260.166 ha)

2.2 Penggunaan lahan campuran 300 ha

a Uraian Luas (Ha) Erosi total (ton/ha/thn) Keterangan

DTA D. Toba 260.166,0

b Hasil penelitian (erosi turun) 16,72 4349975,52 4,3 juta ton/thn (260.166 ha)

c Perbaikan 5,8 1511564,46 1,5 juta ton/thn (260.166 ha)

Sumber : Disarikan dari berbagai hasil penelitian BPDAS Asahan Barumun dan Balai Litbang Kehutanan P. Siantar

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 110033 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Hasil Prediksi Erosi Tahun 2010, 2015 dan 2030

Berpijak tolak dari asumsi dan uraian diatas, maka prediksi peningkatan laju erosi per tahun per basin seperti disajikan pada Tabel 4.40 Berdasarkan nilai prediksi laju erosi per tahun seperti Tabel 4.40, dapat dibuat proyeksi erosi :

Besarnya erosi dan bobotnya/tingkatannya dalam ton/ha/thn pada Tahun

2010, 2015 dan 2030 sebagaimana Tabel 4.41.

Total erosi tahunan dari setiap sub basin pada Tahun 2010, 2015 dan 2030

sebagaimana Tabel 4.42.

Perkembangan erosi dari tahun 2005 dan prediksi tahun 2010, tahun 2015

dan tahun 2030 disajikan Gambar Peta 4.22.

Tabel 4.40. Hasil Prediksi Erosi Tahunan Masing-masing Sub Basin Asahan Toba

No. Nama Sungai Nilai Peningkatan Erosi

(ton/ha/thn) A Diluar DTA D. Toba 1 Aek. Gopgopan 0,457 2 Aek. Sigumbang 0,633 3 Aek. Haranggaol 0,521 4 Aek. Naborsahon 0,511 5 Aek. Situnggaling 0,611 6 Aek. Ringgo 0,517 7 Aek. Parembakan 0,452 8 Aek. Tulas 0,455 9 Aek. Silang 0,553

10 Aek. Bodang 0,457 11 Aek. Tonguran 0,409 12 Aek. Mandosi 0,453 13 Aek. Bolon 0,511 14 Aek. Simare 0,456 15 Aek. Halian 0,523 16 Aek. Togu 0,458 17 Aek. Siparbue 0,517 18 Aek. Sitobu 0,527 B Didalam DTA P. Samosir 1 Bah. Simala 0,528 2 Bah. Sigumbang 0,635 3 Bah. Bolon 0,554 4 Bah. Silabung 0,553 5 Bah. Guluan 0,541 6 Bah. Arun 0,454 7 Bah. Simaratuang 0,456 8 Bah. Sitiung-tiung 0,452

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 110044 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.41. Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn ) Serta Bobotnya DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030

No Nama Sungai Luas (Ha)

Prediksi Prediksi Erosi 2006 Prediksi Erosi 2010 Predisi Erosi 2015 Prediksi Erosi 2030 Peningkatan

Erosi (ton/ha/th) Bobot (ton/ha/th) Bobot (ton/ha/th) Bobot (ton/ha/th) Bobot (ton/ha/th)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) A Diluar DTA D. TOBA 1 Aek. Gopgopan 7.935 0,457 4,630 Rendah 6,458 Rendah 8,743 Sedang 15,598 Berat 2 Aek. Sigumbang 9.356 0,633 17,784 Sangat

Berat 20,316 Sangat

Berat 23,481 Sangat

Berat 32,976 Sangat

Berat 3 Aek. Haranggaol 8.304 0,521 9,926 Sedang 12,010 Berat 14,615 Berat 22,430 Sangat

Berat 4 Aek. Naborsahon 10.968 0,511 9,900 Sedang 11,944 Berat 14,499 Berat 22,164 Sangat

Berat 5 Aek. Situnggaling 3.799 0,611 25,059 Sangat

Berat 27,503 Sangat

Berat 30,558 Sangat

Berat 39,723 Sangat

Berat 6 Aek. Ringgo 7.800 0,517 10,578 Sedang 12,646 Berat 15,231 Berat 22,986 Sangat

Berat 7 Aek. Parembakan 9.822 0,452 4,604 Rendah 6,412 Rendah 8,672 Rendah 15,452 Berat 8 Aek. Tulas 14.920 0,455 3,552 Rendah 5,372 Rendah 7,647 Rendah 14,472 Berat 9 Aek. Silang 36.536 0,553 15,263 Berat 17,475 Sangat

Berat 20,240 Sangat

Berat 28,535 Sangat

Berat 10 Aek. Bodang 9.672 0,457 3,600 Rendah 5,428 Rendah 7,713 Sedang 14,568 Berat 11 Aek. Tonguran 7.271 0,409 2,964 Sangat

rendah 4,600 Rendah 6,645 Rendah 12,780 Berat

12 Aek. Mandosi 19.674 0,453 3,910 Rendah 5,722 Rendah 7,987 Sedang 14,782 Berat 13 Aek. Bolon 11.074 0,511 8,191 Sedang 10,235 Sedang 12,790 Berat 20,455 Sangat

Berat 14 Aek. Simare 9.489 0,456 6,835 Rendah 8,659 Sedang 10,939 Sedang 17,779 Sangat

Berat 15 Aek. Halian

14.037 0,523 6,383 Sedang 8,475 Sedang 11,090 Sedang 18,935 Sangat

Berat

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 110055 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.41. Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn ) Serta Bobotnya DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030 (Lanjutan)

No Nama Sungai Luas (Ha) Prediksi Prediksi Erosi 2006 Prediksi Erosi 2010 Predisi Erosi 2015 Prediksi Erosi 2030

Peningkatan Erosi (ton/ha/th) Bobot (ton/ha/th) Bobot (ton/ha/th) Bobot (ton/ha/th) Bobot (ton/ha/th)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 16 Aek. Togu 721 0,458 4,014 Rendah 5,846 Rendah 8,136 Sedang 15,006 Berat 17 Aek. Siparbue 6.331 0,517 8,480 Sedang 10,548 Sedang 13,133 Berat 20,888 Sangat

Berat 18 Aek. Sitobu 7.152 0,527 7,443 Rendah 9,551 Sedang 12,186 Berat 20,091 Sangat

Berat Jumlah A 194.861 9,021 153,116 189,200 234,305 369,620

Rata-rata A 10.826 0,501 8,506 Sedang 10,511 Sedang 13,017 Berat 20,534 Sangat Berat

B Didalam DTA P. SAMOSIR

1 Bah. Simala 5.553 0,528 10,118 Sedang 12,230 Berat 14,870 Berat 22,790 Sangat Berat

2 Bah. Sigumbang 7.428 0,635 2,059 Sangat Berat

4,599 Rendah 7,774 Sedang 17,299 Sangat Berat

3 Bah. Bolon 5.390 0,554 13,783 Berat 15,999 Berat 18,769 Sangat Berat

27,079 Sangat Berat

4 Bah. Silabung 6.171 0,553 14,865 Berat 17,077 Sangat Berat

19,842 Sangat Berat

28,137 Sangat Berat

5 Bah. Guluan 11.848 0,541 13,393 Berat 15,557 Berat 18,262 Sangat Berat

26,377 Sangat Berat

6 Bah. Arun 11.227 0,454 5,821 Rendah 7,637 Sedang 9,907 Sedang 16,717 Sangat Berat

7 Bah. Simaratuang 8.675 0,456 7,068 Rendah 8,892 Sedang 11,172 Sedang 18,012 Sangat Berat

8 Bah. Sitiung-tiung 8.447 0,452 3,764 Rendah 5,572 Rendah 7,832 Sedang 14,612 Berat Jumlah B 64.739 4,173 70,871 87,563 108,428 171,023

Rata-rata B 8.092 0,522 8,859 Sedang 10,945 Sedang 13,554 Berat 21,378 Sangat Berat

Rata-rata A + B 18.918 1,023 17,365 21,456 26,570 41,912

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 110066 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.42. Hasil Prediksi Total Erosi (ton/ Km 2) Setiap Sub Basin DTA D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030

No. Nama Sungai Luas (Ha) Prediksi Erosi Existing 2006 Prediksi Erosi 2010 Erosi Erosi 2015 Prediksi Erosi 2030

Pening. Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) A Di luar D. Toba 1 Aek. Gopgopan 7.935 0,457 4,630 36,7 6,458 51,2 8,743 69,376 15,598 123,8 2 Aek. Sigumbang 9.356 0,633 17,784 166,4 20,316 190,1 23,481 219,688 32,976 308,5 3 Aek. Haranggaol 8.304 0,521 9,926 82,4 12,010 99,7 14,615 121,363 22,430 186,3 4 Aek. Naborsahon 10.968 0,511 9,900 108,6 11,944 131,0 14,499 159,025 22,164 243,1 5 Aek. Situnggaling 3.799 0,611 25,059 95,2 27,503 104,5 30,558 116,090 39,723 150,9 6 Aek. Ringgo 7.800 0,517 10,578 82,5 12,646 98,6 15,231 118,802 22,986 179,3 7 Aek. Parembakan 9.822 0,452 4,604 45,2 6,412 63,0 8,672 85,176 15,452 151,8 8 Aek. Tulas 14.920 0,455 3,552 53,0 5,372 80,2 7,647 114,093 14,472 215,9 9 Aek. Silang 36.536 0,553 15,263 557,6 17,475 638,5 20,240 739,489 28,535 1.042,6

10 Aek. Bodang 9.672 0,457 3,600 34,8 5,428 52,5 7,713 74,600 14,568 140,9 11 Aek. Tonguran 7.271 0,409 2,964 21,6 4,600 33,4 6,645 48,316 12,780 92,9 12 Aek. Mandosi 19.674 0,453 3,910 76,9 5,722 112,6 7,987 157,136 14,782 290,8 13 Aek. Bolon 11.074 0,511 8,191 90,7 10,235 113,3 12,790 141,636 20,455 226,5 14 Aek. Simare 9.489 0,456 6,835 64,9 8,659 82,2 10,939 103,800 17,779 168,7 15 Aek. Halian 14.037 0,523 6,383 89,6 8,475 119,0 11,090 155,670 18,935 265,8 16 Aek. Togu 721 0,458 4,014 2,9 5,846 4,2 8,136 5,866 15,006 10,8 17 Aek. Siparbue 6.331 0,517 8,480 53,7 10,548 66,8 13,133 83,145 20,888 132,2 18 Aek. Sitobu 7.152 0,527 7,443 53,2 9,551 68,3 12,186 87,154 20,091 143,7

Jumlah A 8 153,116 189,200 234,305 369,620 Rata-rata A - 0 8,506 10,511 13,017 20,534

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 110077 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.42. Hasil Prediksi Total Erosi (ton/ Km 2) Setiap Sub Basin DTA D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030 (Lanjutan)

No. Nama Sungai Luas (Ha) Prediksi Erosi Existing 2006 Prediksi Erosi 2010 Erosi Erosi 2015 Prediksi Erosi 2030

Pening. Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) B P. Samosir 1 Bah. Simala 5.553 0,528 10,118 56,2 12,230 67,9 14,870 82,573 22,790 126,6 2 Bah. Sigumbang 7.428 0,635 2,059 15,3 4,599 34,2 7,774 57,745 17,299 128,5 3 Bah. Bolon 5.390 0,554 13,783 74,3 15,999 86,2 18,769 101,165 27,079 146,0 4 Bah. Silabung 6.171 0,553 14,865 91,7 17,077 105,4 19,842 122,445 28,137 173,6 5 Bah. Guluan 11.848 0,541 13,393 158,7 15,557 184,3 18,262 216,368 26,377 312,5 6 Bah. Arun 11.227 0,454 5,821 65,4 7,637 85,7 9,907 111,226 16,717 187,7 7 Bah. Simaratuang 8.675 0,456 7,068 61,3 8,892 77,1 11,172 96,917 18,012 156,3 8 Bah. Sitiung-tiung 8.447 0,452 3,764 31,8 5,572 47,1 7,832 66,157 14,612 123,4

Jumlah B 64.739,00 4,173 70,871 87,563 108,428 171,023 Rata-rata B 8.092,38 0,522 8,859 10,945 13,554 21,378

Rata-rata A + B 8.092,38 0,994 17,365 21,456 26,570 41,912

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 110088 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 4.22. Peta Erosi Prediksi Tahun 2006, 2010, 2015 dan 2030

Danau Toba 28

9

27

268

7

4

121

2 3

13

23

15

6 5

22

10

24

25

14

17

2019

11

16

1821

Prediksi Erosi Tahun 2010 NO NAMA SUBDAS

1 Sub Das A. Gopgopan

2 Sub Das A. Sigumbang

3 Sub Das A. Haranggaol

4 Sub Das A. Naborsahon

5 Sub Das A. Situnggaling

6 Sub Das A. Ringgo

7 Sub Das A. Parembakan

8 Sub Das A. Tulas

9 Sub Das A. Silang

10 Sub Das A. Bodang

11 Sub Das A. Tonguran

12 Sub Das A. Mandosi

13 Sub Das A. Bolon

14 Sub Das A. Simare

15 Sub Das A. Halian

16 Sub Das A. Siparbue

17 Sub Das A. Sitobu

18 Sub Das B. Simala

19 Sub Das B. Sigumbang

20 Sub Das B. Bolon

21 Sub Das B. Silabung

22 Sub Das B. Guluan

23 Sub Das B. Arun

24 Sub Das B. Simaratuang

25 Sub Das B. Sitiung-tiung

26 Sub Das Piasa

27 Sub Das Silau

28 Sub Das Asahan

N

EW

S

20 0 20 40 Km

KONDISI EROSIRinganSedangBeratSangat Berat

Danau Toba 28

9

27

268

7

4

121

2 3

13

23

15

6 5

22

10

24

25

14

17

2019

11

16

1821

Kondisi Erosi Tahun 2006 NO NAMA SUBDAS

1 Sub Das A. Gopgopan

2 Sub Das A. Sigumbang

3 Sub Das A. Haranggaol

4 Sub Das A. Naborsahon

5 Sub Das A. Situnggaling

6 Sub Das A. Ringgo

7 Sub Das A. Parembakan

8 Sub Das A. Tulas

9 Sub Das A. Silang

10 Sub Das A. Bodang

11 Sub Das A. Tonguran

12 Sub Das A. Mandosi

13 Sub Das A. Bolon

14 Sub Das A. Simare

15 Sub Das A. Halian

16 Sub Das A. Siparbue

17 Sub Das A. Sitobu

18 Sub Das B. Simala

19 Sub Das B. Sigumbang

20 Sub Das B. Bolon

21 Sub Das B. Silabung

22 Sub Das B. Guluan

23 Sub Das B. Arun

24 Sub Das B. Simaratuang

25 Sub Das B. Sitiung-tiung

26 Sub Das Piasa

27 Sub Das Silau

28 Sub Das Asahan

N

EW

S

20 0 20 40 KmKONDISI EROSI

Ringan --> 0 - 5 (ton/ha/th)Sedang --> 5 - 10 (ton/ha/th)Berat --> 10 - 15 (ton/ha/th)Sangat Berat --> >15 (ton/ha/th)

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 110099 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Danau Toba 28

9

27

268

7

4

121

2 3

13

23

15

6 5

22

10

24

25

14

17

2019

11

16

1821

NO NAMA SUBDAS

1 Sub Das A. Gopgopan

2 Sub Das A. Sigumbang

3 Sub Das A. Haranggaol

4 Sub Das A. Naborsahon

5 Sub Das A. Situnggaling

6 Sub Das A. Ringgo

7 Sub Das A. Parembakan

8 Sub Das A. Tulas

9 Sub Das A. Silang

10 Sub Das A. Bodang

11 Sub Das A. Tonguran

12 Sub Das A. Mandosi

13 Sub Das A. Bolon

14 Sub Das A. Simare

15 Sub Das A. Halian

16 Sub Das A. Siparbue

17 Sub Das A. Sitobu

18 Sub Das B. Simala

19 Sub Das B. Sigumbang

20 Sub Das B. Bolon

21 Sub Das B. Silabung

22 Sub Das B. Guluan

23 Sub Das B. Arun

24 Sub Das B. Simaratuang

25 Sub Das B. Sitiung-tiung

26 Sub Das Piasa

27 Sub Das Silau

28 Sub Das Asahan

N

EW

S

20 0 20 40 Km

KONDISI EROSIRinganSedangBeratSangat Berat

Prediksi Erosi Tahun 2030

Danau Toba 28

9

27

268

7

4

121

2 3

13

23

15

6 5

22

10

24

25

14

17

2019

11

16

1821

Prediksi Erosi Tahun 2015 NO NAMA SUBDAS

1 Sub Das A. Gopgopan

2 Sub Das A. Sigumbang

3 Sub Das A. Haranggaol

4 Sub Das A. Naborsahon

5 Sub Das A. Situnggaling

6 Sub Das A. Ringgo

7 Sub Das A. Parembakan

8 Sub Das A. Tulas

9 Sub Das A. Silang

10 Sub Das A. Bodang

11 Sub Das A. Tonguran

12 Sub Das A. Mandosi

13 Sub Das A. Bolon

14 Sub Das A. Simare

15 Sub Das A. Halian

16 Sub Das A. Siparbue

17 Sub Das A. Sitobu

18 Sub Das B. Simala

19 Sub Das B. Sigumbang

20 Sub Das B. Bolon

21 Sub Das B. Silabung

22 Sub Das B. Guluan

23 Sub Das B. Arun

24 Sub Das B. Simaratuang

25 Sub Das B. Sitiung-tiung

26 Sub Das Piasa

27 Sub Das Silau

28 Sub Das Asahan

N

EW

S

20 0 20 40 Km

KONDISI EROSIRinganSedangBeratSangat Berat

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 111100 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.6.1.1.3. Sedimentasi DTA. D. Toba

Sedimentasi dan Prediksinya Tahun 2010, 2015 dan 2030

Sedimentasi dapat juga dikatakan akumulasi bahan-bahan terlarut yang berasal dari pengelolaan lahan. Jumlah sedimen yang terangkut dipengaruhi oleh besar kecilnya erosi, besaran longsoran tanah dan rusaknya tebing-tebing sungai. Sedangkan jumlah sedimen yang diendapkan di suatu tempat juga dipengaruhi oleh luas daerah tangkapan dan karakteristik sungainya yang meliputi panjang sungai, kekasaran, bentuk dan ukuran partikel tanah yang terangkut. Perbandingan sedimen yang lewat suatu titik keluaran dengan hilangnya lahan yang terangkut dalam derah tangkapan disebut dengan Sedimen Delivey Ratio (SDR). Nilai sedimen merupakan hasil perkalian antara erosi yang terjadi di suatu daerah aliran sungai dengan besarnya SDR. Pada Tabel 4.43 disajikan nilai SDR menurut sungai yang masuk ke DTA Danau Toba.

Tabel 4.43. Nilai SDR Menurut Luas Sungai/Sub DAS Yang Masuk ke Danau Toba

No. Nama Sungai Luas (Ha) Luas (Km2) Nilai SDR (1) (2) (3) (3) (4) A Mengelilingi D. TOBA

1 Aek. Gopgopan 7.935 79,35 0,15 2 Aek. Sigumbang 9.356 93,56 0,14 3 Aek. Haranggaol 8.304 83,04 0,14 4 Aek. Naborsahon 10.968 109,68 0,12 5 Aek. Situnggaling 3.799 37,99 0,18 6 Aek. Ringgo 7.800 78,00 0,12 7 Aek. Parembakan 9.822 98,22 0,13 8 Aek. Tulas 14.920 149,20 0,13 9 Aek. Silang 36.536 365,36 0,16

10 Aek. Bodang 9.672 96,72 0,13 11 Aek. Tonguran 7.271 72,71 0,14 12 Aek. Mandosi 19.674 196,74 0,11 13 Aek. Bolon 11.074 110,74 0,13 14 Aek. Simare 9.489 94,89 0,13 15 Aek. Halian 14.037 140,37 0,12 16 Aek. Togu 721 7,21 0,26 17 Aek. Siparbue 6.331 63,31 0,14 18 Aek. Sitobu 7.152 71,52 0,13

Jumlah A 194.862 1.948,62 19,49 Rata-rata A 10.826 108,26 1,08

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 111111 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.43. Nilai SDR Menurut Luas Sungai/Sub DAS Yang Masuk ke Danau Toba (Lanjutan)

No. Nama Sungai Luas (Ha) Luas (Km2) Nilai SDR (1) (2) (3) (3) (4) B Didalam DTA P. SAMOSIR

1 Bah. Simala 5.553 55,53 0,15 2 Bah. Sigumbang 7.428 74,28 0,14 3 Bah. Bolon 5.390 53,90 0,15 4 Bah. Silabung 6.171 61,71 0,14 5 Bah. Guluan 11.848 118,48 0,12 6 Bah. Arun 11.227 112,27 0,13 7 Bah. Simaratuang 8.675 86,75 0,14 8 Bah. Sitiung-tiung 8.447 84,47 0,12

Jumlah B 64.738 647,38 6,47 Jumlah A + B 259.600 2.596,00 25,96

Berdasarkan nilai prediksi erosi dengan bantuaan tabel nilai SDR, dapat diproyeksikan nilai sedimen :

Besarnya sedimentasi (ton/ha/thn) pada tahun 2010, 2015 dan 2030 sebagaimana Tabel 4.44.

Total sedimentasi tahunan (sediment yield) dari setiap sub basin pada Tahun 2010, 2015 dan 2030 sebagaimana Tabel 4.45.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 111122 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.44. Hasil Prediksi Sedimen (ton/ha/tahun) Maing-Masing Sungai / Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030

No. Nama Sungai Luas (Ha)

Prediksi Existing Tahun 2006 Prediksi sedimen 2010 Prediksi sedimen 2015 Prediksi sedimen 2030 Pening Erosi Erosi Sedimentasi Erosi Sedimentasi Erosi Sedimentasi Erosi Sedimentasi

(ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) A Diluar Danau Toba

1 Aek. Gopgopan 7.935 0,46 4,63 0,69 6,46 0,97 8,74 1,31 15,60 2,34 2 Aek. Sigumbang 9.356 0,63 17,78 2,49 20,32 2,84 23,48 3,29 32,98 4,62 3 Aek. Haranggaol 8.304 0,52 9,93 1,39 12,01 1,68 14,62 2,05 22,43 3,14 4 Aek. Naborsahon 10.968 0,51 9,90 1,19 11,94 1,43 14,50 1,74 22,16 2,66 5 Aek. Situnggaling 3.799 0,61 25,06 4,51 27,50 4,95 30,56 5,50 39,72 7,15 6 Aek. Ringgo 7.800 0,52 10,58 1,27 12,65 1,52 15,23 1,83 22,99 2,76 7 Aek. Parembakan 9.822 0,45 4,60 0,60 6,41 0,83 8,67 1,13 15,45 2,01 8 Aek. Tulas 14.920 0,46 3,55 0,44 5,37 0,67 7,65 0,96 14,47 1,81 9 Aek. Silang 36.536 0,55 15,26 2,44 17,48 2,80 20,24 3,24 28,54 4,57

10 Aek. Bodang 9.672 0,46 3,60 0,47 5,43 0,71 7,71 1,00 14,57 1,89 11 Aek. Tonguran 7.271 0,41 2,96 0,41 4,60 0,64 6,65 0,93 12,78 1,79 12 Aek. Mandosi 19.674 0,45 3,91 0,43 5,72 0,63 7,99 0,88 14,78 1,63 13 Aek. Bolon 11.074 0,51 8,19 1,06 10,24 1,33 12,79 1,66 20,46 2,66 14 Aek. Simare 9.489 0,46 6,84 0,89 8,66 1,13 10,94 1,42 17,78 2,31 15 Aek. Halian 14.037 0,52 6,38 0,77 8,48 1,02 11,09 1,33 18,94 2,27 16 Aek. Togu 721 0,46 4,01 1,04 5,85 1,52 8,14 2,12 15,01 3,90 17 Aek. Siparbue 6.331 0,52 8,48 1,19 10,55 1,48 13,13 1,84 20,89 2,92 18 Aek. Sitobu 7.152 0,53 7,44 0,97 9,55 1,24 12,19 1,58 20,09 2,61

Jumlah A 194.861 9,02 153,12 22,26 189,20 27,39 234,31 33,80 369,62 53,04 Rata-rata A 10.826 0,50 8,51 1,24 10,51 1,52 13,02 1,88 20,53 2,95

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 111133 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.44. Hasil Prediksi Sedimen (ton/ha/tahun) Maing-Masing Sungai / Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030 (Lanjutan)

No. Nama Sungai Luas (Ha)

Prediksi Existing Tahun 2006 Prediksi sedimen 2010 Prediksi sedimen 2015 Prediksi sedimen 2030 Pening Erosi Erosi Sedimentasi Erosi Sedimentasi Erosi Sedimentasi Erosi Sedimentasi

(ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) B Pulau Samosir

1 Bah. Simala 5.553 0,53 10,12 1,52 12,23 1,83 14,87 2,23 22,79 3,42 2 Bah. Sigumbang 7.428 0,64 2,06 0,29 4,60 0,64 7,77 1,09 17,30 2,42 3 Bah. Bolon 5.390 0,55 13,78 2,07 16,00 2,40 18,77 2,82 27,08 4,06 4 Bah. Silabung 6.171 0,55 14,87 2,08 17,08 2,39 19,84 2,78 28,14 3,94 5 Bah. Guluan 11.848 0,54 13,39 1,61 15,56 1,87 18,26 2,19 26,38 3,17 6 Bah. Arun 11.227 0,45 5,82 0,76 7,64 0,99 9,91 1,29 16,72 2,17 7 Bah. Simaratuang 8.675 0,46 7,07 0,99 8,89 1,24 11,17 1,56 18,01 2,52 8 Bah. Sitiung-tiung 8.447 0,45 3,76 0,45 5,57 0,67 7,83 0,94 14,61 1,75

Jumlah B 64.739 4,17 70,87 9,76 87,56 12,04 108,43 14,90 171,02 23,45 Rata-rata B 8.092 0,52 8,86 1,22 10,95 1,51 13,55 1,86 21,38 2,93

Rata-rata A + B 18.918 1,02 17,37 2,46 21,46 3,03 26,57 3,74 41,91 5,88

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 111144 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.45. Hasil Prediksi Sedimen Tahunan (Sediment Yield) Maing-Masing Sungai/Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030

No. Nama Sungai Luas (Ha) Existing Tahun 2006 Prediksi sedimen 2010 Prediksi sedimen 2015 Prediksi sedimen 2030

(ton/ha/th) (ton/ha/th) Sedimen

Yield (ton/ha/th) (ton/ha/th) Sedimen

Yield (ton/ha/th) (ton/ha/th) Sedimen

Yield (ton/ha/th) (ton/ha/th) Sedimen

Yield (Ton/Km2) (Ton/Km2) (Ton/Km2) (Ton/Km2)

(1) (2) (3) (5) (6) (7) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) A Mengelilingi D. TOBA

1 Aek. Gopgopan 7.935 4,63 0,69 5,51 6,46 0,97 7,69 8,74 1,31 10,41 15,60 2,34 18,57 2 Aek. Sigumbang 9.356 17,78 2,49 23,29 20,32 2,84 26,61 23,48 3,29 30,76 32,98 4,62 43,19 3 Aek. Haranggaol 8.304 9,93 1,39 11,54 12,01 1,68 13,96 14,62 2,05 16,99 22,43 3,14 26,08 4 Aek. Naborsahon 10.968 9,90 1,19 13,03 11,94 1,43 15,72 14,50 1,74 19,08 22,16 2,66 29,17 5 Aek. Situnggaling 3.799 25,06 4,51 17,14 27,50 4,95 18,81 30,56 5,50 20,90 39,72 7,15 27,16 6 Aek. Ringgo 7.800 10,58 1,27 9,90 12,65 1,52 11,84 15,23 1,83 14,26 22,99 2,76 21,51 7 Aek. Parembakan 9.822 4,60 0,60 5,88 6,41 0,83 8,19 8,67 1,13 11,07 15,45 2,01 19,73 8 Aek. Tulas 14.920 3,55 0,44 6,62 5,37 0,67 10,02 7,65 0,96 14,26 14,47 1,81 26,99 9 Aek. Silang 36.536 15,26 2,44 89,22 17,48 2,80 102,15 20,24 3,24 118,32 28,54 4,57 166,81

10 Aek. Bodang 9.672 3,60 0,47 4,53 5,43 0,71 6,82 7,71 1,00 9,70 14,57 1,89 18,32 11 Aek. Tonguran 7.271 2,96 0,41 3,02 4,60 0,64 4,68 6,65 0,93 6,76 12,78 1,79 13,01 12 Aek. Mandosi 19.674 3,91 0,43 8,46 5,72 0,63 12,38 7,99 0,88 17,28 14,78 1,63 31,99 13 Aek. Bolon 11.074 8,19 1,06 11,79 10,24 1,33 14,73 12,79 1,66 18,41 20,46 2,66 29,45 14 Aek. Simare 9.489 6,84 0,89 8,43 8,66 1,13 10,68 10,94 1,42 13,49 17,78 2,31 21,93 15 Aek. Halian 14.037 6,38 0,77 10,75 8,48 1,02 14,28 11,09 1,33 18,68 18,94 2,27 31,89 16 Aek. Togu 721 4,01 1,04 0,75 5,85 1,52 1,10 8,14 2,12 1,53 15,01 3,90 2,81 17 Aek. Siparbue 6.331 8,48 1,19 7,52 10,55 1,48 9,35 13,13 1,84 11,64 20,89 2,92 18,51 18 Aek. Sitobu 7.152 7,44 0,97 6,92 9,55 1,24 8,88 12,19 1,58 11,33 20,09 2,61 18,68

Jumlah A 194.861 153,12 22,26 244,31 189,20 27,39 297,89 234,31 33,80 364,87 369,62 53,04 565,81 Rata-rata A 10.826 8,51 1,24 13,57 10,51 1,52 16,55 13,02 1,88 20,27 20,53 2,95 31,43

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 111155 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.45. Hasil Prediksi Sedimen Tahunan (Sediment Yield) Maing-Masing Sungai/Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030 (Lanjutan)

No. Nama Sungai Luas (Ha) Existing Tahun 2006 Prediksi sedimen 2010 Prediksi sedimen 2015 Prediksi sedimen 2030

(ton/ha/th) (ton/ha/th) Sedimen

Yield (ton/ha/th) (ton/ha/th) Sedimen

Yield (ton/ha/th) (ton/ha/th) Sedimen

Yield (ton/ha/th) (ton/ha/th) Sedimen

Yield (Ton/Km2) (Ton/Km2) (Ton/Km2) (Ton/Km2)

(1) (2) (3) (5) (6) (7) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) B Didalam P. SAMOSIR

1 Bah. Simala 5.553 10,12 1,52 8,43 12,23 1,83 10,19 14,87 2,23 12,39 22,79 3,42 18,98 2 Bah. Sigumbang 7.428 2,06 0,29 2,14 4,60 0,64 4,78 7,77 1,09 8,08 17,30 2,42 17,99 3 Bah. Bolon 5.390 13,78 2,07 11,14 16,00 2,40 12,94 18,77 2,82 15,17 27,08 4,06 21,89 4 Bah. Silabung 6.171 14,87 2,08 12,84 17,08 2,39 14,75 19,84 2,78 17,14 28,14 3,94 24,31 5 Bah. Guluan 11.848 13,39 1,61 19,04 15,56 1,87 22,12 18,26 2,19 25,96 26,38 3,17 37,50 6 Bah. Arun 11.227 5,82 0,76 8,50 7,64 0,99 11,15 9,91 1,29 14,46 16,72 2,17 24,40 7 Bah. Simaratuang 8.675 7,07 0,99 8,58 8,89 1,24 10,80 11,17 1,56 13,57 18,01 2,52 21,88 8 Bah. Sitiung-tiung 8.447 3,76 0,45 3,82 5,57 0,67 5,65 7,83 0,94 7,94 14,61 1,75 14,81

Jumlah B 64.739 70,87 9,76 74,49 87,56 12,04 92,37 108,43 14,90 114,72 171,02 23,45 181,76 Rata-rata B 8.092 8,86 1,22 9,31 10,95 1,51 11,55 13,55 1,86 14,34 21,38 2,93 22,72

Rata-rata A + B 18.918 17,37 2,46 22,88 21,46 3,03 28,10 26,57 3,74 34,61 41,91 5,88 54,15

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 111166 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.6.1.2. Erosi dan Sedimentasi Ekosistem Bagian Hilir

4.6.1.2.1. Erosi Eksisting Ekosistim Bagian Hilir Tahun 2006

Sama halnya pada penentuan erosi pada ekosistem bagian hulu, penghitungan erosi pada ekosistem bagian hilir, juga ditentukan faktor erodibilitas tanah, erosivitas curah hujan, kelerengan dan faktor manajemen konservasi tanah. Ekosistem bagian hilir terdiri dari 3 DAS, yaitu DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa. Untuk mengetahui tingkat erosi eksisting pada setiap sub DAS, didekati dari penelusuran tingkat erosi yang terjadi pada land unit pada setiap sub DAS. Adapun jumlah land unit pada DAS Piasa adalah 5 unit, DAS Silau 8 land unit, dan DAS Asahan 14 land unit. Luas masing-masing land unit pada setiap DAS seperti diperlihatkan pada Tabel 4.46. Dengan menghitung nilai erosivitas (R), erodibilitas tanah (K), indeks kelerengan (LS) dan faktor pengelolaan konservasi tanah serta penutupan lahan (CP), dapat ditentukan besarnya erosi yang terjadi pada tahun 2006 seperti Tabel 4.47. Dari Tabel 4.45 dapat dilihat bahwa erosi rata-rata per tahunnya ; pada DAS Piasa sebesar 13,398 ton/ha/thn dan termasuk berat; pada DAS Silau 18,883 ton/ha/tahun dan termasuk sangat berat; dan pada DAS Asahan sebesar 27,590 ton/ha/tahun termasuk sangat berat. Adapun kriteria yang digunakan untuk menilai bobot erosi tersebut adalah sebagai berikut:

Kelas Kisaran Erosi Bobot (to/ha/th)

1 0 s/d < 5 Ringan 2 5 s/d < 10 Sedang 3 10 s/d < 15 Berat

4 > 15 Sangat Berat

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 111177 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.46. Luas dan Jumlah Land Unit Ekosistem Hilir

No.

DAS (land unit)

Luas (Ha) Persentase (%)

(1) (2) (3) (4) I DAS Piasa

1,1 P.Sb.Al.Ls 7.228,10 22 1,2 P.P.O.Lsb 5.202,53 16 1,3 P.Sb.Hk.Ld 9.115,14 28 1,4 P.Sb.Lsb 5.776,54 18 1,5 P.Sbl.Lsb 5.667,69 17 Jumlah 32.990,00 100

II DAS Silau 2.1 S.L.A.Ls 12.508,35 15 2.2 S.Sb.P.Lsb 10.108,67 12 2.3 S.P.O.Lsb 14.768,05 18 2.4 S.Sb.O.Lsb 8.461,55 10 2.5 S.L.O.Lsb 518,31 1 2.6 S.Sb.Hk.Ls 12.768,32 15 2.7 S.H.R.Ld 11.658,47 14 2.8 S.Sb.Hk.Ld 13.028,28 16

Jumlah 83.820,00 100 III DAS Asahan 3.1 A.Sb.R.Lsb 15.450,96 7 3.2 A.H.P.,Lss 21.185,56 10 3.3 A.Sb.Al.Ls 11.534,12 5 3.4 A.lb.K.Lst 23.825,64 11 3.5 A.Pm.M.ld 6.903,16 3 3.6 A.Sb.L. lsb 22.592,16 10 3.7 A.L.A.Ls 9.283,56 4 3.8 A.Sb. P.Lsb 14.953,24 7 3.9 A.P.O.Lsb 18.740,24 9

3.10 A. Hs. L.Ls 20.687,84 10 3.11 A.P.L.Ls 9.759,64 5 3.12 A. Sb. O. Lsb 19.973,72 9 3.13 A. L. O. Lsb 10.733,44 5 3.14 A. Sb. Hk. Ls 10.776,72 5 Jumlah 216.400,00 100

Sumber : Analisis peta-peta

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 111188 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.47. Nilai Erosi Aktual per Sub DAS Dirinci Menurut Unit Ekosistem Hilir

Nama Das Land unit Nilai R Nilai K Nilai LS Nilai Cp Erosi Aktual

(ton/ha/thn) Bobot

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) PIASA P.Sb.Al.Ls 96.710,05 0,130 0,057 0,014 10,033 Sedang

P.P.O.Lsb 70.434,08 0,230 0,041 0,020 13,284 Berat P.Sb.Hk. Ld 44.152,12 0,331 0,101 0,010 14,760 Berat P. Sb. Hk. Ls 71.339,17 0,311 0,080 0,009 15,974 Sangat berat P.Sb.L. lsb 69.113,79 0,121 0,091 0,017 12,937 Berat Total 351.749,21 1,123 0,370 0,070 66,989 Rata—rata 70.349,84 0,225 0,074 0,014 13,398 Berat

SILAU S.L.A.Ls 82.332,49 0,447 0,023 0,010 8,465 Sedang S.Sb. P.Lsb 81.876,39 0,213 0,006 0,217 22,706 Sangat berat S.P.O.Lsb 79.783,71 0,211 0,013 0,159 34,797 Sangat berat S. Sb. O. Lsb 82.332,49 0,471 0,021 0,017 14,088 Berat S. L. O. Lsb 81.876,39 0,201 0,006 0,207 20,440 Sangat berat S. Sb. Hk. Ls 79.783,71 0,187 0,011 0,137 22,484 Sangat berat S.H.R. Ld 79.783,71 0,167 0,010 0,137 18,254 Sangat berat S.Sb.Hk. Ld 82.332,49 0,519 0,023 0,010 9,828 Sedang Jumlah 650.101,38 2,416 0,113 0,894 151,061 Rata-rata 81.262,67 0,302 0,014 0,112 18,883 Sangat berat

ASAHAN A.Sb.R.Lsb 101.642,23 0,183 0,067 0,017 21,186 Sangat berat A.H.P.,Lss 44.152,12 0,311 0,039 0,020 10,710 Sedang A.Sb.Al.Ls 111.283,85 0,441 0,013 0,019 12,122 Berat A.lb.K.Lst 118.379,69 0,377 0,083 0,017 62,972 Sangat berat A.Pm.M.ld 93.864,47 0,121 0,091 0,014 14,470 Berat A.Sb.L. lsb 101.642,23 0,130 0,070 0,041 37,923 Sangat berat A.L.A.Ls 44.152,12 0,230 0,041 0,029 12,074 Berat A.Sb. P.Lsb 111.283,85 0,229 0,101 0,011 28,313 Sangat berat A.P.O.Lsb 118.379,69 0,377 0,080 0,009 32,133 Sangat berat A. Hs. L.Ls 93.864,47 0,211 0,079 0,031 48,503 Sangat berat A.P.L.Ls 44.152,12 0,319 0,041 0,022 12,704 Berat A. Sb. O. Lsb 93.864,47 0,125 0,102 0,029 34,706 Sangat berat A. L. O. Lsb 93.864,47 0,129 0,101 0,021 25,682 Sangat berat A. Sb. Hk. Ls 93.864,47 0,131 0,111 0,024 32,757 Sangat berat Jumlah 1.264.390,25 3,314 1,019 0,304 386,256 Rata-rata 90.313,59 0,237 0,073 0,022 27,590 Sangat berat

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 111199 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.6.1.2.2. Prediksi Erosi Ekosistim Bagian Hilir Tahun 2010, 2015 dan 2030

(a) Dasar dan Asumsi Yang Digunakan Dalam Prediksi Berhubung data time series erosi tidak tersedia, maka perkiraan erosi dilakukan dengan asumsi : (1) Erosivitas hujan relatif tetap sampai tahun 2030, (2) Sifat erodiblitas tanah relatif konstan sampai tahun 2030, (3) Faktor kelerengan tetap sampai 2030, Tindakan manajemen konservasi tanah, yang dicerminkan oleh kondisi penutupan lahan tidak bisa diasumsi sama. Dua faktor yang mempengaruhinya adalah manajemen konservasi tanah dan kebijakan penggunaan lahan. Manajemen konservasi tanah melibatkan berbagai pihak. Petani mengolah lahan dengan membuat terasering pada lahan berlereng akan menurunkan indeks CP (komponen erosi). Kebijakan tata ruang wilayah akan tata guna lahan akan menentukan besar kecilnya prediksi erosi dan sedimentasi dimasa yang akan datang.

(b) Kecenderungan Perkembangan Penutupan Lahan Kawasan Lindung Dari 93.533, 08 ha kawasan lindung yang berada di luar kawasan hutan seluas 16.909 ha atau 18,15 (ha) termasuk jelek sampai sangat jelek. Diperkirakan tingkat penurunan penutupan lahan pada kawasan lindung ini akan semakin jelek (data spasial BPDAS Asahan Barumun 2005).

(c) Kecenderungan Perkembangan Lahan Kritis Dari 333.210 ha Daerah Tangkapan air ekosistem bagian hilir, sebesar 34.099,6 ha atau sebesar 10,23 % termasuk lahan kritis sampai kritis (BPDAS Asahan Barumun, 2005). Lahan kritis ini diperkirakan akan meningkat di masa yang akan datang .

(d) Kecenderungan Konversi Lahan di Bagian Hilir Pembangunan perkebunan sawit merupakan faktor penting dalam prediksi erosi dan sedimentasi pada ekosistem bagian hilir. Semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit mengakibatkan alih fungsi lahan semakin tinggi, diperkirakan pertambahan alih fungsi lahan sebesar 4 % per tahun (BPDAS Asahan barumun, 2005).

(e) Kecenderungan Perkembangan Pemukiman di Bantaran Sungai Manusia dalam kesehariannya sangat tergantung dengan air, hal inilah yang mengakibatkan bantaran sungai menjadi tempat yang menarik sebagai pemicu awal perkembangan pemukiman di bantaran sungai. Kesadaran yang kurang akan konservasi bantaran sungai mengakibatkan longsor dan pendangkalan pada sungai-sungai tersebut.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 112200 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

(f) Hasil Prediksi Erosi Tahun 2010, 2015 dan 2030 Berpijak tolak dari asumsi dan uraian diatas dapat ditentukan peningkatan erosi pada tahun 2010, 2015 dan 2030 sebagaimana Tabel 4.48. Besar kecilnya (bobot) erosi yang akan terjadi pada sub DAS ekosistem hilir ditunjukkan pada Tabel 4.49.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 112211 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.48. Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn) Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Bagian Hilir

No. DAS Luas (Ha) Prediksi Erosi Existing 2006 Prediksi Erosi 2010 Prediksi Erosi 2015 Prediksi Erosi 2030

Peningkatan Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi

(land unit) (ton/ha/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) I DAS Piasa 1,1 P.Sb.Al.Ls 7.228,10 0,457 10,033 72,5 11,861 85,7 14,146 102,249 21,001 151,8 1,2 P.P.O.Lsb 5.202,53 0,633 13,284 69,1 15,816 82,3 18,981 98,749 28,476 148,1 1,3 P.Sb.Hk.Ld 9.115,14 0,521 14,760 134,5 16,844 153,5 19,449 177,280 27,264 248,5 1,4 P.Sb.Lsb 5.776,54 0,511 15,974 92,3 18,018 104,1 20,573 118,841 28,238 163,1 1,5 P.Sbl.Lsb 5.667,69 0,611 12,937 73,3 15,381 87,2 18,436 104,490 27,601 156,4 Total 32.990,00 2,73 66,99 441,77 77,92 512,81 91,59 601,61 132,58 868,01 Rta-rata 6.598,00 0,55 13,40 88,35 15,58 102,56 18,32 120,32 26,52 173,60

II DAS Silau 2.1 S.L.A.Ls 12.508,35 0,553 8,465 105,9 10,677 133,6 13,442 168,137 21,737 271,9 2.2 S.Sb.P.Lsb 10.108,67 0,457 22,706 229,5 24,534 248,0 26,819 271,104 33,674 340,4 2.3 S.P.O.Lsb 14.768,05 0,409 34,797 513,9 36,433 538,0 38,478 568,245 44,613 658,8 2.4 S.Sb.O.Lsb 8.461,55 0,453 14,088 119,2 15,900 134,5 18,165 153,704 24,960 211,2 2.5 S.L.O.Lsb 518,31 0,511 20,440 10,6 22,484 11,7 25,039 12,978 32,704 17,0 2.6 S.Sb.Hk.Ls 12.768,32 0,456 22,484 287,1 24,308 310,4 26,588 339,484 33,428 426,8 2.7 S.H.R.Ld 11.658,47 0,523 18,254 212,8 20,346 237,2 22,961 267,690 30,806 359,2 2.8 S.Sb.Hk.Ld 13.028,28 0,458 9,828 128,0 11,660 151,9 13,950 181,745 20,820 271,2 Total 83.820,00 3,82 151,06 1.607,03 166,34 1.765,28 185,44 1.963,09 242,74 2.556,51 Rta-rata 10.477,50 0,48 18,88 200,88 20,79 220,66 23,18 245,39 30,34 319,56

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 112222 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.48. Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn) Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Bagian Hilir (Lanjutan)

No. DAS Luas (Ha) Prediksi Erosi Existing 2006 Prediksi Erosi 2010 Prediksi Erosi 2015 Prediksi Erosi 2030

Peningkatan Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi

(land unit) (ton/ha/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) III DAS Asahan 3.1 A.Sb.R.Lsb 15.450,96 0,528 21,186 327,3 23,298 360,0 25,938 400,767 32,274 498,7 3.2 A.H.P.,Lss 21.185,56 0,635 10,710 226,9 13,250 280,7 16,425 347,973 24,045 509,4 3.3 A.Sb.Al.Ls 11.534,12 0,554 12,122 139,8 14,338 165,4 17,108 197,326 23,756 274,0 3.4 A.lb.K.Lst 23.825,64 0,553 62,972 1.500,3 65,184 1.553,1 67,949 1.618,928 74,585 1.777,0 3.5 A.Pm.M.ld 6.903,16 0,541 14,470 99,9 16,634 114,8 19,339 133,500 25,831 178,3 3.6 A.Sb.L. lsb 22.592,16 0,454 37,923 856,8 39,739 897,8 42,009 949,074 47,457 1.072,2 3.7 A.L.A.Ls 9.283,56 0,456 12,074 112,1 13,898 129,0 16,178 150,189 21,650 201,0 3.8 A.Sb. P.Lsb 14.953,24 0,528 28,313 423,4 30,425 455,0 33,065 494,429 39,401 589,2 3.9 A.P.O.Lsb 18.740,24 0,635 32,133 602,2 34,673 649,8 37,848 709,281 45,468 852,1

3.10 A. Hs. L.Ls 20.687,84 0,554 48,503 1.003,4 50,719 1.049,3 53,489 1.106,572 60,137 1.244,1 3.11 A.P.L.Ls 9.759,64 0,553 12,704 124,0 14,916 145,6 17,681 172,560 24,317 237,3 3.12 A. Sb. O. Lsb 19.973,72 0,541 34,706 693,2 36,870 736,4 39,575 790,460 46,067 920,1 3.13 A. L. O. Lsb 10.733,44 0,454 25,682 275,7 27,498 295,1 29,768 319,513 35,216 378,0 3.14 A. Sb. Hk. Ls 10.776,72 0,456 32,757 353,0 34,581 372,7 36,861 397,241 42,333 456,2

Total 216.400,00 7,44 386,26 6.737,98 416,02 7.204,57 453,23 7.787,81 542,54 9.187,58 Rta-rata 15.457,14 0,53 27,59 481,28 29,72 514,61 32,37 556,27 38,75 656,26

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 112233 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.49. Hasil Prediksi Erosi Rata-Rata (ton/ha/thn) dan Bobotnya Menurut SUB DAS Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Hilir

No.

DAS (land unit)

Luas (Ha)

Prediksi Peningkatan

Erosi (ton/ha/th)

Erosi Existing 2006 Prediksi Erosi 2010 Prediksi Erosi 2015 Prediksi Erosi 2030

(ton/ha/th) Bobot

(ton/ha/th) Bobot

(ton/ha/th) Bobot

(ton/ha/th) Bobot

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) I DAS Piasa

1,1 P.Sb.Al.Ls 7.228,10 0,457 10,033 sedang 11,861 Berat 14,146 Berat 21,001 Sangat berat 1,2 P.P.O.Lsb 5.202,53 0,633 13,284 Berat 15,816 Sangat berat 18,981 Sangat berat 28,476 Sangat berat 1,3 P.Sb.Hk.Ld 9.115,14 0,521 14,760 Berat 16,844 Sangat berat 19,449 Sangat berat 27,264 Sangat berat 1,4 P.Sb.Lsb 5.776,54 0,511 15,974 Sangat berat 18,018 Sangat berat 20,573 Sangat berat 28,238 Sangat berat 1,5 P.Sbl.Lsb 5.667,69 0,611 12,937 Berat 15,381 Sangat berat 18,436 Sangat berat 27,601 Sangat berat

Rata-rata 6.598,00 0,55 13,40 Berat 15,58 Sangat berat 18,32 Sangat berat 26,52 Sangat berat II DAS Silau

2.1 S.L.A.Ls 12.508,35 0,553 8,465 Sedang 10,677 Berat 13,442 Berat 21,737 Sangat berat 2.2 S.Sb.P.Lsb 10.108,67 0,457 22,706 Sangat berat 24,534 Sangat berat 26,819 Sangat berat 33,674 Sangat berat 2.3 S.P.O.Lsb 14.768,05 0,409 34,797 Sangat berat 36,433 Sangat berat 38,478 Sangat berat 44,613 Sangat berat 2.4 S.Sb.O.Lsb 8.461,55 0,453 14,088 Berat 15,900 Sangat berat 18,165 Sangat berat 24,960 Sangat berat 2.5 S.L.O.Lsb 518,31 0,511 20,440 Sangat berat 22,484 Sangat berat 25,039 Sangat berat 32,704 Sangat berat 2.6 S.Sb.Hk.Ls 12.768,32 0,456 22,484 Sangat berat 24,308 Sangat berat 26,588 Sangat berat 33,428 Sangat berat 2.7 S.H.R.Ld 11.658,47 0,523 18,254 Sangat berat 20,346 Sangat berat 22,961 Sangat berat 30,806 Sangat berat 2.8 S.Sb.Hk.Ld 13.028,28 0,458 9,828 Sedang 11,660 berat 13,950 berat 20,820 Sangat berat

Rata-rata 10.477,50 0,48 18,88 Sangat berat 20,79 Sangat berat 23,18 Sangat berat 30,34 Sangat berat

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 112244 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.49. Hasil Prediksi Erosi Rata-Rata (ton/ha/thn) dan Bobotnya Menurut SUB DAS Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Hilir (Lanjutan)

No.

DAS (land unit)

Luas (Ha)

Prediksi Peningkatan

Erosi (ton/ha/th)

Erosi Existing 2006 Prediksi Erosi 2010 Prediksi Erosi 2015 Prediksi Erosi 2030 (ton/ha/th)

Bobot (ton/ha/th) Bobot (ton/ha/th)

Bobot (ton/ha/th) Bobot

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) III DAS Asahan 3.1 A.Sb.R.Lsb 15.450,96 0,528 21,186 Sangat berat 23,298 Sangat berat 25,938 Sangat berat 32,274 Sangat berat 3.2 A.H.P.,Lss 21.185,56 0,635 10,710 sedang 13,250 Berat 16,425 Sangat berat 24,045 Sangat berat 3.3 A.Sb.Al.Ls 11.534,12 0,554 12,122 Berat 14,338 Berat 17,108 Sangat berat 23,756 Sangat berat 3.4 A.lb.K.Lst 23.825,64 0,553 62,972 Sangat berat 65,184 Sangat berat 67,949 Sangat berat 74,585 Sangat berat 3.5 A.Pm.M.ld 6.903,16 0,541 14,470 Berat 16,634 Sangat berat 19,339 Sangat berat 25,831 Sangat berat 3.6 A.Sb.L. lsb 22.592,16 0,454 37,923 Sangat berat 39,739 Sangat berat 42,009 Sangat berat 47,457 Sangat berat 3.7 A.L.A.Ls 9.283,56 0,456 12,074 Berat 13,898 Berat 16,178 Sangat berat 21,650 Sangat berat 3.8 A.Sb. P.Lsb 14.953,24 0,528 28,313 Sangat berat 30,425 Sangat berat 33,065 Sangat berat 39,401 Sangat berat 3.9 A.P.O.Lsb 18.740,24 0,635 32,133 Sangat berat 34,673 Sangat berat 37,848 Sangat berat 45,468 Sangat berat

3.10 A. Hs. L.Ls 20.687,84 0,554 48,503 Sangat berat 50,719 Sangat berat 53,489 Sangat berat 60,137 Sangat berat 3.11 A.P.L.Ls 9.759,64 0,553 12,704 Berat 14,916 Berat 17,681 Sangat berat 24,317 Sangat berat 3.12 A. Sb. O. Lsb 19.973,72 0,541 34,706 Sangat berat 36,870 Sangat berat 39,575 Sangat berat 46,067 Sangat berat 3.13 A. L. O. Lsb 10.733,44 0,454 25,682 Sangat berat 27,498 Sangat berat 29,768 Sangat berat 35,216 Sangat berat 3.14 A. Sb. Hk. Ls 10.776,72 0,456 32,757 Sangat berat 34,581 Sangat berat 36,861 Sangat berat 42,333 Sangat berat

Rata-rata 15.457,14 0,53 27,59 Sangat berat 29,72 Sangat berat 32,37 Sangat berat 38,75 Sangat berat

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 112255 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.6.1.2.3. Sedimentasi Ekosistem Hilir

Sedimentasi dan Prediksinya Tahun 2010, 2015 dan 2030

Sedimentasi merupakan akumulasi bahan-bahan terlarut yang berasal dari pengelolaan lahan. Perbandingan sedimen yang lewat suatu titik keluaran dengan hilangnya lahan yang terangkut dalam derah tangkapan disebut dengan Sedimen Delivey Ratio (SDR). Nilai sedimen merupakan hasil perkalian antara erosi yang terjadi di suatu daerah aliran sungai dengan besarnya SDR. Hasil perhitungan sedimen eksisting tahun 2006 dan prediksi peningkatan sedimentasi tahun 2010, 2015 dan 2030 diperlihatkan pada Tabel 4.50. Sedangkan hasil prediksi sedimen tahunan (sediment yield) eksisting tahun 2006 serta hasil prediksinya tahun 2010, 2015 dan 2030 diperlihatkan pada Tabel 4.51.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 112266 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.50. Hasil Sedimen Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015, 2030

No DAS (land unit)

Luas (Ha) Prediksi

peningkatan erosi

(ton/ha/thn)

Erosi Existing 2006 Prediksi Sedimen 2010 Prediksi Sedimen 2015 Prediksi Sedimen 2030 Erosi Sedimentasi Erosi Sedimentasi Erosi Sedimentasi Erosi Sedimentasi

(ton/ha/th) (ton/km2/th) (ton/ha/th) (ton/km2/th) (ton/ha/th) (ton/km2/th) (ton/ha/th) (ton/km2/th) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) I Piasa 1,1 P.Sb.Al.Ls 7.228,10 0,457 10,033 1,505 11,861 1,779 14,146 2,122 21,001 3,150 1,2 P.P.O.Lsb 5.202,53 0,633 13,284 1,993 15,816 2,372 18,981 2,847 28,476 4,271 1,3 P.Sb.Hk.Ld 9.115,14 0,521 14,760 2,214 16,844 2,527 19,449 2,917 27,264 4,090 1,4 P.Sb.Lsb 5.776,54 0,511 15,974 2,396 18,018 2,703 20,573 3,086 28,238 4,236 1,5 P.Sbl.Lsb 5.667,69 0,611 12,937 1,941 15,381 2,307 18,436 2,765 27,601 4,140

Total 32.990,00 2,733 66,988 10,048 77,920 11,688 91,585 13,738 132,580 19,887 Rata-rata 6.598,00 0,547 13,398 2,010 15,584 2,338 18,317 2,748 26,516 3,977

II Silau 2.1.1 S.L.A.Ls 12.508,35 0,553 8,465 1,100 10,677 1,388 13,442 1,747 21,737 2,826 2.1.2 S.Sb.P.Lsb 10.108,67 0,457 22,706 2,498 24,534 2,699 26,819 2,950 33,674 3,704 2.1.3 S.P.O.Lsb 14.768,05 0,409 34,797 4,524 36,433 4,736 38,478 5,002 44,613 5,800 2.1.4 S.Sb.O.Lsb 8.461,55 0,453 14,088 1,972 15,900 2,226 18,165 2,543 24,960 3,494 2.2.1 S.L.O.Lsb 518,31 0,511 20,440 5,519 22,484 6,071 25,039 6,761 32,704 8,830 2.2.2 S.Sb.Hk.Ls 12.768,32 0,456 22,484 2,923 24,308 3,160 26,588 3,456 33,428 4,346 2.2.3 S.H.R.Ld 11.658,47 0,523 18,254 2,373 20,346 2,645 22,961 2,985 30,806 4,005 2.2.4 S.Sb.Hk.Ld 13.028,28 0,458 9,828 1,278 11,660 1,516 13,950 1,814 20,820 2,707 Total 83.820,00 3,82 151,06 22,19 166,34 24,44 185,44 27,26 242,74 35,71 Rata-rata 10.477,50 0,48 18,88 2,77 20,79 3,06 23,18 3,41 30,34 4,46

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 112277 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.50. Hasil Sedimen Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015, 2030 (Lanjutan)

No DAS (land unit)

Luas (Ha) Prediksi

peningkatan erosi

(ton/ha/thn)

Erosi Existing 2006 Prediksi Sedimen 2010 Prediksi Sedimen 2015 Prediksi Sedimen 2030 Erosi Sedimentasi Erosi Sedimentasi Erosi Sedimentasi Erosi Sedimentasi

(ton/ha/th) (ton/km2/th) (ton/ha/th) (ton/km2/th) (ton/ha/th) (ton/km2/th) (ton/ha/th) (ton/km2/th) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) III Asahan

3.1.1 A.Sb.R.Lsb 15.450,96 0,528 21,186 2,754 23,298 3,029 25,938 3,372 33,858 4,402 3.1.2 A.H.P.,Lss 21.185,56 0,635 10,710 1,178 13,250 1,458 16,425 1,807 25,950 2,855 3.2.1 A.Sb.Al.Ls 11.534,12 0,554 12,122 1,576 14,338 1,864 17,108 2,224 25,418 3,304 3.2.1 A.lb.K.Lst 23.825,64 0,553 62,972 6,927 65,184 7,170 67,949 7,474 76,244 8,387 3.3.1 A.Pm.M.ld 6.903,16 0,541 14,470 3,618 16,634 4,159 19,339 4,835 27,454 6,864 3.3.2 A.Sb.L. lsb 22.592,16 0,454 37,923 4,172 39,739 4,371 42,009 4,621 48,819 5,370 3.4.1 A.L.A.Ls 9.283,56 0,456 12,074 1,570 13,898 1,807 16,178 2,103 23,018 2,992 3.4.2 A.Sb. P.Lsb 14.953,24 0,528 28,313 3,964 30,425 4,260 33,065 4,629 40,985 5,738 3.5.1 A.P.O.Lsb 18.740,24 0,635 32,133 3,535 34,673 3,814 37,848 4,163 47,373 5,211 3.5.2 A. Hs. L.Ls 20.687,84 0,554 48,503 5,335 50,719 5,579 53,489 5,884 61,799 6,798 3.6.1 A.P.L.Ls 9.759,64 0,553 12,704 1,652 14,916 1,939 17,681 2,299 25,976 3,377 3.6.2 A.Sb. O.Lsb 19.973,72 0,541 34,706 3,818 36,870 4,056 39,575 4,353 47,690 5,246 3.7.1 A. L. O. Lsb 10.733,44 0,454 25,682 3,339 27,498 3,575 29,768 3,870 36,578 4,755 3.7.2 A.Sb.Hk. Ls 10.776,72 0,456 32,757 4,258 34,581 4,496 36,861 4,792 43,701 5,681

Total 216.400,00 7,44 386,26 47,69 416,02 51,57 453,23 56,43 564,86 70,98 Rata-rata 15.457,14 0,53 27,59 3,41 29,72 3,68 32,37 4,03 40,35 5,07

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 112288 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.51. Hasil Prediksi Tahunan (Sediment Yield) Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Bagian Hilir

No DAS (land unit)

Luas (Ha) Erosi Existing 2006 Prediksi Sedimen 2010 Prediksi Sedimen 2015 Prediksi sedimen 2030 Sedimentasi Sedimentasi

(ton/km2/th) Sedimentasi Sedimentasi

(ton/km2/th) Sedimentasi Sedimentasi

(ton/km2/th) Sedimentasi Sedimentasi

(ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) I Piasa 1,1 P.Sb.Al.Ls 7.228,10 1,50 108,78 1,78 128,60 2,12 153,37 3,15 227,70 1,2 P.P.O.Lsb 5.202,53 1,99 103,67 2,37 123,42 2,85 148,12 4,27 222,22 1,3 P.Sb.Hk.Ld 9.115,14 2,21 201,81 2,53 230,30 2,92 265,92 4,09 372,77 1,4 P.Sb.Lsb 5.776,54 2,40 138,41 2,70 156,12 3,09 178,26 4,24 244,68 1,5 P.Sbl.Lsb 5.667,69 1,94 109,98 2,31 130,76 2,77 156,73 4,14 234,65 Rata-rata 6.598,00 2,01 132,53 2,34 153,84 2,75 180,48 3,98 260,40 II Silau 2.1 S.L.A.Ls 12.508,35 1,10 137,65 1,39 173,62 1,75 1.417,89 2,83 353,46 2.2 S.Sb.P.Lsb 10.108,67 2,50 252,48 2,70 272,81 2,95 2.657,52 3,70 374,44 2.3 S.P.O.Lsb 14.768,05 4,52 668,05 4,74 699,46 5,00 5.158,31 5,80 856,50 2.4 S.Sb.O.Lsb 8.461,55 1,97 166,89 2,23 188,35 2,54 9.414,20 3,49 295,68 2.5 S.L.O.Lsb 518,31 5,52 28,60 6,07 31,46 6,76 18.647,92 8,83 45,77 2.6 S.Sb.Hk.Ls 12.768,32 2,92 373,21 3,16 403,48 3,46 37.295,84 4,35 554,87 2.7 S.H.R.Ld 11.658,47 2,37 276,66 2,64 308,36 2,98 73.173,79 4,00 466,90 2.8 S.Sb.Hk.Ld 13.028,28 1,28 166,45 1,52 197,48 1,81 143.690,05 2,71 352,62 Rata-rata 10.477,50 2,77 258,75 3,06 284,38 3,41 36.431,94 4,46 412,53

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 112299 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.51. Hasil Prediksi Tahunan (Sediment Yield) Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Bagian Hilir (Lanjutan)

No DAS (land unit)

Luas (Ha) Erosi Existing 2006 Prediksi Sedimen 2010 Prediksi Sedimen 2015 Prediksi sedimen 2030

Sedimentasi Sedimentasi (ton/km2/th)

Sedimentasi Sedimentasi (ton/km2/th)

Sedimentasi Sedimentasi (ton/km2/th)

Sedimentasi Sedimentasi (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) III Asahan 3.1 A.Sb.R.Lsb 15.450,96 2,75 425,55 3,03 467,97 3,37 544.751,29 4,40 680,08 3.2 A.H.P.,Lss 21.185,56 1,18 249,59 1,46 308,78 1,81 1.016.328,80 2,85 604,74 3.3 A.Sb.Al.Ls 11.534,12 1,58 181,76 1,86 214,99 2,22 1.888.967,55 3,30 381,13 3.4 A.lb.K.Lst 23.825,64 6,93 1.650,38 7,17 1.708,36 7,47 3.486.479,58 8,39 1.998,22 3.5 A.Pm.M.ld 6.903,16 3,62 249,72 4,16 287,07 4,83 6.936.527,22 6,86 473,80 3.6 A.Sb.L. lsb 22.592,16 4,17 942,44 4,37 987,57 4,62 13.873.054,44 5,37 1.213,22 3.7 A.L.A.Ls 9.283,56 1,57 145,72 1,81 167,73 2,10 27.201.357,58 2,99 277,80 3.8 A.Sb. P.Lsb 14.953,24 3,96 592,72 4,26 636,93 4,63 53.386.386,37 5,74 858,00 3.9 A.P.O.Lsb 18.740,24 3,53 662,40 3,81 714,76 4,16 104.883.805,19 5,21 976,56

3.10 A. Hs. L.Ls 20.687,84 5,34 1.103,76 5,58 1.154,19 5,88 206.281.130,80 6,80 1.406,34 3.11 A.P.L.Ls 9.759,64 1,65 161,18 1,94 189,25 2,30 405.625.734,38 3,38 329,57 3.12 A. Sb. O. Lsb 19.973,72 3,82 762,53 4,06 810,07 4,35 797.378.414,31 5,25 1.047,80 3.13 A. L. O. Lsb 10.733,44 3,34 358,35 3,57 383,69 3,87 1.567.555.471,04 4,76 510,39 3.14 A. Sb. Hk. Ls 10.776,72 4,26 458,92 4,50 484,47 4,79 3.081.724.555,72 5,68 612,24

Rata-rata 15.457,14 3,41 567,50 3,68 608,27 4,03 447.984.497,45 5,07 812,13

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 113300 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.6.2. Strategi Konservasi

4.6.2.1. Pola Konservasi

Dalam penyusunan pola konservasi yang akan diuraikan dibagian depan digunakan alur pemikiran sebagai berikut :

Analisis data biofisik, penekanannya pada : (a) sebaran penutupan lahan, (b) sebaran lahan kritis, (b) sebaran kemiringan lereng, (c) sebaran luas serta berat-tidaknya erosi.

Analisis penguasaan lahan, tekanannya pada : (a) lahan kritis didalam kawasan atau dikuasai negara, (b) lahan kritis diluar kawasan hutan/ lahan milik masyarakat.

Analisis kemiringan lereng, tekanannya kepada : (a) lahan berlereng curam > 40 %, dan (b) lahan berlereng 15-40 %.

Analisis peraturan-peraturan terkait dengan tataguna lahan. Hal ini perlu untuk sinkronisasi berbagai payung kebijakan mulai dari tingkat nasional, Provinsi dan kabupaten.

Alur analisis dan penyusunan pola konservasi adalah dapat dilihat pada diagram dibawah ini. Dalam penyusunan pola konservasi ini, berdasarkan analisa aspek biofisik seperti digambarkan pada Gambar Diagram 4.23. Penyusunan juga mengacu pada :

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Undang-undang Pokok Kehutanan No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan,

Khususnya pasal-pasal terkait dengan konservasi, seperti bagian ke empat dan ke lima dari UU tersebut. Bagian ke empat tentang Rehablitasi Dan Reklamasi. Bagian ke lima tentang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, secara khusus pada pasal 50 yang mengatur konservasi sumber-sumber air, yakni waduk/danau, mata air, kiri kanan tepi sungai di daerah rawa, kiri kanan tepi sungai, kiri kanan tepi anak sungai, tepi jurang, pasang surut.

Keputusan Menteri Kehutanan No. 353 / Kpts-II/1986 Tentang Penetapan Radius/Jarak Larangan Penebangan Pohon Dari Mata Air, Tepi Jurang, Waduk/danau, Sungai dan anak sungai, Hutan Cadangan dan Hutan Lainnya.

Keputusan–keputusan Dirjen RLPS yang terkait dengan konservasi lahan kritis Peraturan Daerah Provinsi sumatera Utara No. 7 tahun 2003. Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Sumatera Utara Tahun 2003 – 2018.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 113311 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Wilayah Sungai Asahan

Daerah Tangkapan Air (DTA)

Sistem Penguasaan lahan

Di luar kawasan hutan / lahan milik penduduk

ARAHAN POLA KONSERVASI

Analisis biofisik kawasan Bobot erosi Lahan kritis Kemiringan lahan

Di dalam kawasan hutan/hutan negara

Analisis Sosial Ekonomi Tekanan terhadap kawasan hutan Sistem penggarapan lahan Sistem konservasi

Peraturan-peraturan Bidang Konservasi

Masukan dari PKM I dan PKM II

STRATEGI KONSERVASI

PROGRAM

Gambar Diagram 4.23. Kerangka penyusunan pola konservasi

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 113322 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Pengembangan SDA dan Arahan Pola Konservasi

Untuk menanggulangi permasalahan krisis sumberdaya air (fluktuasi aliran sungai, debit banjir, dan ketersediaan air) dalam proyeksinya agar dapat menanggulangi permasalahan fisik dan sosial ekonomi di WS Asahan dapat dilakukan dengan sistem penguasaan lahan, sistem penggarapan, dan sistem usaha tani konservasi. Penentuan system-sistem tersebut didasarkan pada kriteria teknis pada Tabel 4.52. Pada dasarnya kegiatan pengendalian erosi juga merupakan pengendalian sedimentasi, namun pada kenyataannya keberhasilan pengendalian erosi memakan waktu yang cukup lama dan kegiatan tersebut tidak dapat secara langsung menghentikan terjadinya erosi. Berdasarkan hal tersebut untuk mengendalikan adanya sedimentasi sebagai akibat dari erosi yang masih berlangsung diperlukan bangunan pengendali sedimentasi. Adapun fungsi dan manfaat dari bangunan sedimentasi adalah untuk menampung hasil-hasil erosi yang masih terjadi di daerah tangkapannya (daerah hulu) sehingga dapat dicegah atau dihambat untuk masuk sungai utama dan apabila dibiarkan akan menimbulkan berbagai dampak di daerah hilir seperti pendangkalan sungai, banjir, dan kekeringan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 113333 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.52. Kriteria Penetapan Pengembangan Pola Konservasi WS Asahan

No Pola Konservasi Arahan Lokasi (1) (2) (3) A Diluar Kawasan Hutan 1. Agroforestry diluar kawasan hutan

ada masyarakat/kelembagaan bisa dilaksanakan tumpangsari

2. Hutan Rakyat diluar hutan kawasan negara lahan kurang produktif ada kepemilikan/status lahannya jelas luas minimal 0,4 ha tanaman kayu-kayuan

3 Penghijauan diluar kawasan hutan kritis/tidak produktif ada pemilikan/pengusaan lahan

4. Teras diluar kawasan hutan kemiringan berkisar 15 – 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tingi

5 Alley Cropping dikawasan pemukiman terdapat lebih dari 2 jenis tanaman (tahunan dan pangan) run off tinggi

6 Wanatani/wanafarma diluar kawasan hutan jenis tanaman pangan dan obat-obatan lahan kurang produktif

B Di Dalam Kawasan Hutan 1. Reboisasi kawasan hutan negara : HL, HSAW, HPT, HPK

tidak dikuasai masyarakat penutupan lahan terbuka/semak belukar lokasi jauh potensi hutan rendah

2. Pengkayaan Tanaman didalam kawasan hutan negara vegetasi sekunder (log over area) potensi kawasan menurun/rendah tanaman yang ditanam merupakan jenis tanaman komersil

3 Hutan Kemasyarakatan kawasan hutan negara ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan tinggi penutupan lahan terbuka atau semak belukar ada kelembagaan formal (misalnya: koperasi, dll) maupun non formal (misalnya: masyarakat adat, dll)

C Di dalam dan Diluar Kawasan Hutan

1 Grass Barrier diluar/didalam kawasan hutan negara terutama tebing sungai run off tinggi lahan kritis atau lahan terbuka

2 Aneka Usaha Kehutanan kegiatan didalam dan diluar kawasan hutan negara ada masyarakat tersedia tanaman pokok : kayu-kayuan dan mpts komoditi yang dikembangkan cenderung tanaman semusim hasil yang diharapkan adalah non kayu

3 Dam Penahan diluar/didalam kawasan hutan penutupan lahan jelek (lahan kritis) kemiringan berkisar 15 – 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tinggi luas daerah tangkapan maksimal 75 ha.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 113344 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.6.2.1.1. Pola Konservasi Ekosistem DTA D. Toba (Ekosistem Hulu)

Dari penentuan erosi eksisting pada tahun 2006 sebagaimana telah diuraikan pada bagian erosi, dapat dilihat bahwa erosi pada masing-masing sub basin/sungai saat ini (tahun ini) antara sangat ringan sampai berat dengan sebaran luas lahan tertentu, tetapi secara keseluruhan dari 26 sub basin (16 mengelilingi/diluar danau Toba dan 8 sungai di pulau Samosir/dikelilingi danau Toba) jika dirata-ratakan erosinya tergolong sedang. Meskipun saat ini termasuk sedang, tapi hasil prediksinya tahun 2010, 2015 dan 2030 memperlihatkan erosi dengan kategori berat sampai sangat berat. Kondisi erosi yang demikian mengindikasikan bahwa betapa pentingnya perhatian akan upaya konservasi dilakukan. Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam melakukukan konservasi pada ekosistem WS Asahan bagian hulu atau daerah tangkapan Air (DTA) Danau Toba adalah sebagai berikut :

Masalah Tata Guna Lahan :

Sebagian jenis tanah yang merupakan jenis-jenis tanah yang mempunyai tingkat perkembangan relatif muda, dimana struktur dan konsistensi tanahnya belum terbentuk secara maksimum atau kompak sehingga mengakibatkan nilai erodibilitas tanah-tanah di sekitar Danau Toba Relatif Tinggi terutama pada lahan-lahan berbukit dan berlereng curam sampai sangat curam.

Banyak dijumpai lahan atau tanah yang mempunyai kedalaman solum dangkal (30 – 60 cm) bahkan sangat dangkal (< 30 cm), dimana diantaranya telah terbuka bagian bahan induk tanahnya. Kondisi ini ditemui pada lahan datar sampai agak landai dibagian atas Danau Toba misalnya lahan-lahan antara Dolok Sanggul sampai Tele.

Terdapat lahan-lahan yang tererosi berat, justru hanya ditumbuhi oleh pohon-pohon atau perdu yang kurang dapat menekan erosi, bahkan sebagian hanya ditumbuhi oleh tumput teki atau gundul, sedangkan pada lahan tingkat erosi rendah justru ditumbuhi oleh pohon yang dapat menekan laju erosi.

Aktifitas manusia relatif cukup tinggi pada lahan-lahan yang berlereng curam dan bersolum tipis sehingga menyebabkan tingginya laju erosi. Kondisi ini banyak dijumpai terutama pada Pulau Samosir.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 113355 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Masalah Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan belum optimal sehingga banyak dijumpai penggunaan alang-alang yang sebagian besar tersebar di daerah marjinal.

Banyaknya kondisi lahan pada kelerengan curam (>40 %) dan solum tanah tipis sehingga kondisi tanah kurang subur dan tidak produktif.

Pada kelerengan tidak terlalu curam (<25 %) penduduk masih berusaha memanfaatkan lahan dengan penanaman palawija, dengan praktek-praktek konservasi tanah yang tidak memadai. Bahkan sering dijumpai penduduk melakukan pembukaan alang-alang dengan cara pembakaran untuk mendapatkan tumbuhnya rumput-rumput/tumbuhan muda yang dapat dimakan oleh ternak.

Masalah Sosial Ekonomi

Adanya Enclave usaha tani diwilayah hutan lindung (wilayah konservasi), tanaman yang diusahakan adalah tanaman palawija.

Pengolahan lahan kering yang menggunakan traktor, mengganggu guludan dan teras yang dibuat. Hal ini dilakukan oleh penduduk karena adanya anggapan bahwa guludan atau teras dapat mengurangi produksi.

Adanya Usaha tani Palawija pada kemiringan > 40 % diwilayah lindung. Kebiasaan penduduk membakar alang-alang untuk pengembalaan ternak,

akan mengganggu upaya RLKT dengan sistem vegetatif, sedangkan kemampuan penduduk untuk melakukan RLKT secara mandiri sangat kecil jika tidak ada bantuan dari pihak luar.

Lembaga sosial/Lembaga Adat kurang berjalan secara optimal yang diharapkan.

Berikut ini akan diuraikan pola pengelolaan konservasi yang perlu dilakukan dalam rangka meminimalisasi erosi dan sedimentasi yang pada gilirannya diharapkan :(a) meminimalisasi perbedaan debit maksimum dan minimum, (b) meningkatkan kualitas dan kuantitas air di Danau Toba. 1. Pola Konservasi Lahan Kritis Di Dalam Kawasan Hutan DTA D. Toba

Seperti telah diuraikan pada bagian perhitungan erosi ada 26 sungai yang mengalir ke Danau Toba, 18 diantaranya mengelilingi atau berada di luar danau tersebut dan 8 diantaranya berada di Pulau Samosir atau dikelilingi Danau Toba. Bobot erosi dari dari 26 sub basin serta luasnya menurut kecamatan per kabupaten.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 113366 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Berkurang tidaknya erosi dan sedimentasi dari pada ke 26 sub basin tersebut sangat tergantung dari tindakan konservasi yang dilakukan pada daerah tangkapan airnya (DTA). Kondisi lahan kritis di dalam kawasan hutan yang termasuk DTA D.Toba diperlihatkan pada Tabel 4.53. Berdasarkan informasi pada Tabel 4.53 dapat disusun pola konservasi pada kawasan lindung yang berada dalam kawasan hutan sebagaimana Tabel 4.54. Dari Tabel 4.54, dapat dilihat bahwa :

pada kabupaten Tobasa, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis di dalam kawasan hutan berturut-turut kecamatan Lumban Julu, Silaen dan Balige.

pada kabupaten Samosir, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis di dalam kawasan hutan berturut-turut kecamatan Harian Boho, Pangururan dan Simanindo.

pada kabupaten Dairi, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan berturut-turut adalah kecamatan Sumbul dan Parbuluan.

Pada kabupaten Tanah Karo, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan adalah kecamatan Tiga Panah.

Pada kabupaten Humbang Hasundutan, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan berturut-turut adalah kecamatan Dolok sanggul dan Lintong Nihuta.

Pada kabupaten Tapanuli Utara, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan adalah kecamatan Muara.

Pada kabupaten Simalungun, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan berturut-turut adalah kecamatan Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, dan Purba, serta Silima Kuta.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 113377 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.53. Tingkat Kekritisan Lahan didalam Kawasan Hutan Yang Termasuk DTA. D.Toba Sebagai Ekosistem Hulu WS Asahan

NO. Kec. Masuk dalam Ekosistem Hulu

Tingkat Kekritisan Lahan (ha) Total (ha)

Jumlah Kritis dan S.Kritis (ha) Tidak Kritis Potensi Kritis Agak Kritis Kritis Sangat Kritis Jumlah (ha) Persentase (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)=(9)/(8)*100 I Kab. Asahan Bandar Pasir Mandoge 0,00 0,00 346,90 0,74 0,00 347,64 0,74 0,21 Jumlah I 0,00 0,00 346,90 0,74 0,00 347,64 0,74 0,21 Persentase 0,00 0,00 99,79 0,21 0,00 100,00 0,21 II Kab. Toba Samosir Lumban Julu 0,00 0,00 15.568,84 4.904,87 1.539,79 22.013,50 6.444,66 29,28 Habinsaran 0,00 0,00 1.104,07 82,10 0,00 1.186,17 82,10 6,92 Porsea 0,00 0,00 3.677,18 469,98 34,77 4.181,93 504,75 12,07 Silaen 0,00 0,00 1.271,72 636,77 72,69 1.981,18 709,46 35,81 Laguboti 0,00 0,00 5.654,14 82,07 153,81 5.890,02 235,88 4,00 Balige 0,00 0,00 6.098,59 5.254,70 266,39 11.619,68 5.521,09 47,51 Jumlah II 0,00 0,00 33.374,54 11.430,49 2.067,45 46.872,48 13.497,94 135,60 Persentase 0,00 0,00 71,20 24,39 4,41 100,00 28,80 III Samosir Harian Boho 0,00 0,00 15.441,51 2.831,14 7.205,27 25.477,92 10.036,41 39,39 Onan Rungu 0,00 0,00 3.726,06 4.704,87 746,36 9.177,29 5.451,23 59,40 Palipi 0,00 85,04 4.693,18 4.134,98 1.692,71 10.605,91 5.827,69 54,95 Pangururan 0,00 0,00 225,05 4.001,88 1.302,27 5.529,20 5.304,15 95,93 Sianjur mula-mula 0,00 0,00 9.663,28 7.496,28 4.317,03 21.476,59 11.813,31 55,01 Siamnindo 0,00 164,93 9.940,32 5.458,80 4.069,76 19.633,81 9.528,56 48,53 Jumlah III 0,00 249,97 43.689,40 28.627,95 19.333,40 91.900,72 47.961,35 52,19 Persentase 0,00 0,27 47,54 31,15 21,04 100,00 52,19 Jumlah III 0,00 249,97 43.689,40 28.627,95 19.333,40 91.900,72 47.961,35 52,19 Persentase 0,00 0,27 47,54 31,15 21,04 100,00 52,19

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 113388 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.53. Lanjutan

IV Dairi Pegagan Hilir 0,00 0,00 1.195,97 130,46 0,00 1.326,43 130,46 9,84 Sumbul 0,00 0,00 3.786,75 2.041,73 67,14 5.895,62 2.108,87 35,77 Parbuluan 0,00 0,00 3.445,31 862,36 232,56 4.540,23 1.094,92 24,12 Jumlah IV 0,00 0,00 8.428,03 3.034,55 299,70 11.762,28 3.334,25 69,72 Persentase 0,00 0,00 71,65 25,80 2,55 100,00 28,35 V Tanah Karo Tiga Panah 0,00 0,00 2.639,29 1.330,99 329,88 4.300,16 1.660,87 38,62 Jumlah V 0,00 0,00 2.639,29 1.330,99 329,88 4.300,16 1.660,87 38,62 Persentase 0,00 0,00 61,38 30,95 7,67 100,00 38,62 VI Humbang Hasundutan Dolok Sanggul 0,00 0,00 709,46 3.731,59 5.212,61 9.653,66 8.944,20 92,65 Lintong Ni Huta 0,00 0,00 12,86 1.134,90 25,42 1.173,18 1.160,32 98,90 Parlilitan 0,00 0,00 32,48 0,00 0,00 32,48 0,00 0,00 Jumlah VI 0,00 0,00 754,80 4.866,49 5.238,03 10.859,32 10.104,52 191,55 Persentase 0,00 0,00 6,95 44,81 48,24 100,00 93,05 VII Tapanuli Utara Muara 0,00 0,00 525,60 9.040,41 2.234,66 11.800,67 11.275,07 95,55 Siborong-borong 0,00 1,61 1.681,94 331,55 0,00 2.015,10 331,55 16,45 Jumlah VII 0,00 1,61 2.207,54 9.371,96 2.234,66 13.815,77 11.606,62 112,00 Persentase 0,00 0,01 15,98 67,84 16,17 100,00 84,01 VIII Simalungun Girsang Sipangan Bolon 0,00 0,00 3.488,97 939,06 188,41 4.616,44 1.127,47 24,42 Sidamanik 0,00 0,00 396,35 1.001,21 0,00 1.397,56 1.001,21 71,64 Dolok Pardamean 0,00 0,00 601,84 791,10 37,62 1.430,56 828,72 57,93 Tanah Jawa 0,00 0,00 377,66 0,00 0,00 377,66 0,00 0,00 Purba 0,00 4,87 2.827,13 2.599,44 143,92 5.575,36 2.743,36 49,21 Silima Kuta 0,00 0,00 299,87 641,80 11,80 953,47 653,60 68,55 Jumlah VII 0,00 4,87 7.991,82 5.972,61 381,75 14.351,05 6.354,36 271,75 Persentase 0,00 0,03 55,69 41,62 2,66 100,00 44,28

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 113399 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.54. Pola Konservasi Lahan Kritis di Dalam Kawasan Hutan DTA. D. Toba .

No Pola

Konsrvasi Arahan Lokasi Arahan Lokasi

(1) (2) (3) (4) 1. Reboisasi kawasan hutan negara : HL,

HSAW, HPT, HPK tidak dikuasai masyarakat penutupan lahan

terbuka/semak belukar lokasi jauh potensi hutan rendah

Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta.

2. Pengkayaan Tanaman

didalam kawasan hutan negara

vegetasi sekunder (log over area)

potensi kawasan menurun/rendah

tanaman yang ditanam merupakan jenis tanaman komersil

Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta.

3 Grass Barrier diluar/didalam kawasan hutan negara terutama tebing sungai

run off tinggi lahan kritis atau lahan

terbuka

Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta.

4 Alley Cropping

dikawasan pemukiman terdapat lebih dari 2 jenis

tanaman (tahunan dan pangan)

run off tinggi

Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 114400 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.54. Pola Konservasi Lahan Kritis di Dalam Kawasan Hutan DTA. D. Toba

(Lanjutan)

5 Aneka Usaha Kehutanan

kegiatan didalam dan diluar kawasan hutan negara

ada masyarakat tersedia tanaman pokok :

kayu-kayuan dan mpts komoditi yang

dikembangkan cenderung tanaman semusim

hasil yang diharapkan adalah non kayu

Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta.

6 Teras diluar kawasan hutan kemiringan berkisar 15 – 35 % solum tanah sedang sampai

dalam tingkat laju erosi lahan tingi

Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta.

7 Dam Penahan

diluar/didalam kawasan hutan

penutupan lahan jelek (lahan kritis)

kemiringan berkisar 15 – 35 % solum tanah sedang sampai

dalam tingkat laju erosi lahan tinggi luas daerah tangkapan

maksimal 75 ha.

Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta.

2. Pola Konservasi Lahan Kritis Di Luar Kawasan Hutan

Tidak semua daerah tangkapan air dari 26 sungai yang mengalir ke danau toba berada dalam kawasan hutan, sebagian berada di luar kawasan hutan. Lahan kritis yang beada di luar kawasan hutan milik negara yang penting fungsinya dalam rangka perlindungan hidro-orologis Danau Toba diperlihatkan pada Tabel 4.55. Berdasarkan informasi pada Tabel 4.55 dapat disusun pola konservasi lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan milik negara sebagaimana Tabel 4.56. Dari Tabel 4.55, memperlihatkan lahan kritis dan sangat kritis paling besar adalah sebagai berikut:

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 114411 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

pada kabupaten Tobasa, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis di luar kawasan hutan berturut-turut kecamatan Laguboti dan Balige.

pada kabupaten Samosir, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis di luar kawasan hutan berturut-turut kecamatan Harian Boho, Onan Runggu, Palipi, Pangururan dan Simanindo.

Pada kabupaten Tanah Karo, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan adalah kecamatan Tiga Panah.

Pada kabupaten Humbang Hasundutan, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan adalah kecamatan Dolok Sanggul dan Lintong Nihuta

Pada kabupaten Tapanuli Utara, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan adalah kecamatan Muara.

Pada kabupaten Simalungun, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan adalah kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Purba dan Silima Kuta.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 114422 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.55. Kondisi Lahan Kritis di Luar Kawasan Hutan Milik Negara Namun Termasuk DTA. D.Toba Sebagai Ekosistem Hulu WS Asahan

NO. Kec. Masuk dalam Ekosistem Hulu

Tingkat Kekritisan Lahan (ha) Total (ha)

Jumlah Kritis dan S.Kritis (ha) Tidak Kritis Potensi Kritis Agak Kritis Kritis Sangat Kritis Jumlah

(ha) Persentase (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)=(9)/(8)*100 I Kab. Toba Samosir Balige 0,00 0,00 2.174,92 1.253,40 32,54 3.460,86 1.285,94 37,16 Habinsaran 0,00 0,00 478,47 13,30 0,00 491,77 13,30 2,70 Laguboti 0,00 0,00 6.765,28 175,42 38,19 6.978,89 213,61 3,06 Lumban Julu 0,00 0,00 6.043,90 1.890,36 184,63 8.118,89 2.074,99 25,56 Porsea 0,00 0,00 6.882,46 448,70 0,40 7.331,56 449,10 6,13 Silaen 0,00 0,00 5.296,50 360,18 8,99 5.665,67 369,17 6,52 Jumlah II 0,00 0,00 27.641,53 4.141,36 264,75 32.047,64 4.406,11 81,12 Persentase 0,00 0,00 86,25 12,92 0,83 100,00 13,75 II Samosir Harian Boho 0,00 0,00 109,96 871,29 0,26 981,51 871,55 88,80 Onan Rungu 0,00 0,00 829,22 4.203,07 526,21 5.558,50 4.729,28 85,08 Palipi 0,00 32,41 946,31 3.747,98 533,28 5.259,98 4.281,26 81,39 Pangururan 0,00 0,00 552,73 7.918,57 154,87 8.626,17 8.073,44 93,59 Sianjur mula-mula 0,00 0,00 1.486,74 976,97 1,11 2.464,82 978,08 39,68 Siamnindo 0,00 0,00 451,50 4.229,87 248,87 4.930,24 4.478,74 90,84 Jumlah III 0,00 32,41 4.376,46 21.947,75 1.464,60 27.821,22 23.412,35 84,15 Persentase 0,00 0,12 15,73 78,89 5,26 100,00 84,15 84,15 III Dairi Sumbul 0,00 0,00 0,00 0,15 0,10 0,25 0,25 100,00 Parbuluan 0,00 0,00 0,00 0,13 0,00 0,13 0,13 100,00 Jumlah IV 0,00 0,00 0,00 0,28 0,10 0,38 0,38 200,00 Persentase 0,00 0,00 0,00 73,68 26,32 100,00 100,00

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 114433 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.55. Kondisi Lahan Kritis di Luar Kawasan Hutan Milik Negara Namun Termasuk DTA. D.Toba Sebagai Ekosistem Hulu WS Asahan (Lanjutan)

IV Tanah Karo Tiga Panah 0,00 0,00 0,00 1.504,51 80,69 1.585,20 1.585,20 100,00 Jumlah V 0,00 0,00 0,00 1.504,51 80,69 1.585,20 1.585,20 100,00 Persentase 0,00 0,00 0,00 94,91 5,09 100,00 100,00 V Humbang Hasundutan Dolok Sanggul 0,00 0,00 759,43 2.327,72 0,00 3.087,15 2.327,72 75,40 Lintong Ni Huta 0,00 0,00 4.611,94 2.564,31 13,57 7.189,82 2.577,88 35,85 Jumlah VI 0,00 0,00 5.371,37 4.892,03 13,57 10.276,97 4.905,60 111,25 Persentase 0,00 0,00 52,27 47,60 0,13 100,00 47,73 VI Tapanuli Utara Muara 0,00 0,00 1.060,05 1.219,77 24,15 2.303,97 1.243,92 53,99 Siborong-borong 0,00 0,00 2,90 0,00 0,00 2,90 0,00 0,00 Jumlah VII 0,00 0,00 1.062,95 1.219,77 24,15 2.306,87 1.243,92 53,99 Persentase 0,00 0,00 46,08 52,88 1,05 100,00 53,92 2,34 VII Simalungun Dolok Pardamean 0,00 0,00 96,51 6,55 0,00 103,06 6,55 6,36 Girsang Sipangan Bolon 0,00 0,00 1.344,92 1.625,18 104,75 3.074,85 1.729,93 56,26 Purba 0,00 0,00 697,87 1.149,88 131,76 1.979,51 1.281,64 64,75 Silima Kuta 0,00 0,00 319,73 1.538,94 0,00 1.858,67 1.538,94 82,80 Jumlah VII 0,00 0,00 2.459,03 4.320,55 236,51 7.016,09 4.557,06 210,16 Persentase 0,00 0,00 35,05 61,58 3,37 100,00 64,95

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 114444 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.56. Pola Konservasi Lahan kritis di Luar Kawasan Hutan dan Fungsinya Penting Dalam Pelestarian DTA. D. Toba .

No Pola

Konsrvasi Arahan Lokasi Arahan Lokasi

(1) (2) (3) (4) 1. Agroforestry Diluar kawasan hutan

Ada masyarakat/kelembagaan Bisa dilaksanakan tumpangsari

Kecamatan, Laguboti, Balige,

Harian Boho, Onan Runggu, Palipi,

Pangururan ,Simanindo, Tiga

Panah, Dolok Sanggul, Lintong

Nihuta, Muara, Girsang Sipangan

Bolon, Purba dan Silima Kuta

2. Hutan Rakyat diluar hutan kawasan negara lahan kurang produktif ada kepemilikan/status lahannya jelas luas minimal 0,4 ha tanaman kayu-kayuan

Kecamatan, Laguboti, Balige,

Harian Boho, Onan Runggu, Palipi,

Pangururan ,Simanindo, Tiga

Panah, Dolok Sanggul, Lintong

Nihuta, Muara, Girsang Sipangan

Bolon, Purba dan Silima Kuta

3 Penghijauan diluar kawasan hutan kritis/tidak produktif ada pemilikan/pengusahaan lahan

Kecamatan, Laguboti, Balige,

Harian Boho, Onan Runggu, Palipi,

Pangururan ,Simanindo, Tiga

Panah, Dolok Sanggul, Lintong

Nihuta, Muara, Girsang Sipangan

Bolon, Purba dan Silima Kuta

4 Wanatani/wanafarma

diluar kawasan hutan jenis tanaman pangan dan obat-

obatan lahan kurang produktif

Kecamatan, Laguboti, Balige,

Harian Boho, Onan Runggu, Palipi,

Pangururan ,Simanindo, Tiga

Panah, Dolok Sanggul, Lintong

Nihuta, Muara, Girsang Sipangan

Bolon, Purba dan Silima Kuta

5 Grass Barrier diluar/didalam kawasan hutan negara terutama tebing sungai

run off tinggi lahan kritis atau lahan terbuka

Kecamatan Lumban Julu, Silaen,

Kecamatan, Laguboti, Balige,

Harian Boho, Onan Runggu, Palipi,

Pangururan, Simanindo, Tiga

Panah, Dolok Sanggul, Lintong

Nihuta, Muara,Girsang Sipangan

Bolon, Purba dan Silima Kuta

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 114455 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.56. Pola Konservasi Lahan kritis di Luar Kawasan Hutan dan Fungsinya Penting Dalam Pelestarian DTA. D. Toba (Lanjutan)

6 Alley

Cropping dikawasan pemukiman terdapat lebih dari 2 jenis

tanaman (tahunan dan pangan)

run off tinggi

Kecamatan, Laguboti, Balige,

Harian Boho, Onan Runggu,

Palipi, Pangururan ,Simanindo,

Tiga Panah, Dolok Sanggul,

Lintong Nihuta, Muara,

Girsang Sipangan Bolon,

Purba dan Silima Kuta

7 Aneka Usaha Kehutanan

kegiatan didalam dan diluar kawasan hutan negara

ada masyarakat tersedia tanaman pokok : kayu-

kayuan dan mpts komoditi yang dikembangkan

cenderung tanaman semusim hasil yang diharapkan adalah

non kayu

Kecamatan, Laguboti, Balige,

Harian Boho, Onan Runggu,

Palipi, Pangururan ,Simanindo,

Tiga Panah, Dolok Sanggul,

Lintong Nihuta, Muara,

Girsang Sipangan Bolon,

Purba dan Silima Kuta

8 Teras diluar kawasan hutan kemiringan berkisar 15 – 35 % solum tanah sedang sampai

dalam tingkat laju erosi lahan tingi

Kecamatan, Laguboti, Balige,

Harian Boho, Onan Runggu,

Palipi, Pangururan ,Simanindo,

Tiga Panah, Dolok Sanggul,

Lintong Nihuta, Muara,

Girsang Sipangan Bolon,

Purba dan Silima Kuta

9 Dam Penahan

diluar/didalam kawasan hutan penutupan lahan jelek (lahan

kritis) kemiringan berkisar 15 – 35 % solum tanah sedang sampai

dalam tingkat laju erosi lahan tinggi luas daerah tangkapan

maksimal 75 ha.

Kecamatan, Laguboti, Balige,

Harian Boho, Onan Runggu,

Palipi, Pangururan ,Simanindo,

Tiga Panah, Dolok Sanggul,

Lintong Nihuta, Muara,

Girsang Sipangan Bolon,

Purba dan Silima Kuta

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 114466 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3. Pola Konservasi Vegetatif Sempadan Sungai

a). Permasalahan

Pada bagian kondisi biofisik ekosistem hilir atau daerah tangkapan air Danau Toba, telah disebutkan terdapat 26 sungai yang mengalir ke danau tersebut, 18 sungai berada diluar atau mengelilingi danau dan 8 sungai terdapat di pulau Samosir. Sungai-sungai tersebut catchment areanya tidak terlalu besar, yang menjadi persoalan adalah kemiringan sungainya cukup curam/tajam, sehingga sering terjadi banjir bandang. Banjir tersebut terjadi tiba-tiba dan waktunya singkat jika terjadi hujan.

b). Pengertian sempadan sungai

Sempadan sungai adalah wilayah sekitar sungai yang perlu dikonservasi untuk melindungi sungai tersebut. Departemen Kehutanan menetapkan untuk sungai yang lebarnya > 30 m sempadannya 100 m kiri kanan sungai, sedangkan sungai yang lebarnya < 30 m ditetapkan sempadan sungai 50 m kiri kanan sungai. Dalam perhitungan luas areal yang ditanami untuk pemeliharaan sempadan sungai digunakan lebar 200 m. Lahan sempadan sungai seluas panjang kali lebarnya, ditanamani dengan pohon.

c). Pemilihan jenis tanaman

Ada dua aspek penting perlu dipertimbangkan terkait korservasi pada 26 sungai yang ada di DTA D. Toba, yaitu: (a) jenis tanaman dominan yang akan ditanam di kiri kanan sungai, (b) jenis tanaman yang akan ditanam peda lereng–lereng sungai untuk menahan longsor secara vegetatif. Jenis tanaman tersebut sebaiknya memenuhi persayaratan: (a) mampu berasosiasi atau dapat hidup dengan air, (b) tahan atau relatif tahan terhadap api, (c) kerapatan tajuk tinggi atau rimbun, (d) memberikan hasil sampingan bagi masyarakat. Tanaman makadame (Makadamia hildebrandii) merupakan tanaman yang mampu tumbuh berasosiasi dengan air, tanaman ini relatif tahan terhadap api, buahnya saat ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Saat ini Bappeda Samosir sedang meneliti kemungkinan buah tanaman tersebut diolah menjadi berbagai produk. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna meningkatkan ekonomi masyarakat/penduduk. Tanaman makadame biasanya ditanam dengan jarak tanam 5 m x 5 m dan pada umur 5 tahun tajuknya sudah rapat/rimbun. Dengan menggunakan tanaman makadamia sebagai tanaman konservasi pada sempadan sungai

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 114477 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

diharapkan dapat mengurangi erosi dan longsor pada ke 26 sungai yang mengalir ke danau Toba Jenis tanaman campuran (ditanaman dengan tanaman pokok makadame) yang dianjurkan adalah tanaman yang bernilai ekonomi, seperti petai, durian, dan kemiri. Pada lereng-lereng atau tebing pada ke 26 sungai idealnya ditanami dengan alley cropping yang akan berfungsi mengurangi erosi longsor pada saat musim hujan. Tanaman lain yang lebih praktis adalah tanaman bambu, tanaman ini dapat tumbuh di bantaran sungai dan mudah pengerjaannya.

d). Dam penahan

Tidak semuanya sempadan sungai dapat diatasi dengan pendekatan vegetatif, sebagian harus ditangani dengan pendekatan sivil teknis berupa bangunan pengendali. Bangunan dam pengendali diperlukan pada penutupan lahan yang sangat jelek, kemiringan lahan berkisar anatara 15-35 %, solum tanah sedang sampai dalam, tingkat laju erosi tinggi, dengan luas daerah tangkapan maksimal 75 ha.

e). Pola konservasi vegetatif

Berdasarkan uraian diatas dapat disarankan pola konservasi vegetatif pada sungai-sungai yang termasuk pada daerah tangkapan danau Toba, yaitu 18 sungai mengelilingi atau berada di luar danau Toba dan 8 sungai lainnya berada di Pulau Samosir sebagaimana Tabel 4.57.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 114488 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.57. Pola Konservasi Dengan Pendekatan Vegetatif Pada Sungai Yang Mengalir ke Danau Toba Sebagai Ekosistem Bagian Hilir WS Asahan

No. Nama Sungai Pola konservasi Jenis tanaman Direkomendasikan

Panjang sungai (m)

Luas sempadan akan ditanam (ha)

Kebutuhan Tanaman pokok

makadamia (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) A Luar D. Toba

1 A. Sigumbang -Grass Barier

-Cominity development -Penghijauan

Makadamia, kemiri, bamboo, kemiri, dll

2 A. Haranggaol -Alley Cropping

-Comunity development -Penghijauan

Makadamia, kemiri, bamboo, kemiri, dll

3 A. Mandosi -Penghijauan -Comunity development

Makadamia, kemiri, bamboo, kemiri, dll

4 A. Naborsahon -Penghijauan -Comunity development

Makadamia, kemiri, bamboo, kemiri, dll

5 B. Tongguran -Penghijauan

-Comunity development -Aneka usaha kehutanan

Makadamia, kemiri, bamboo, kemiri, dll

6 A. Gopgopan -Penghijauan

-Comunity development -Wana tani

Makadamia, kemiri, bamboo, kemiri, dll

7 A. Mandosi -Penghijauan -Comunity development

Makadamia, kemiri, petai bamboo, kemiri, dll

8 A. Bolon -Penghijauan

-Comunity development -Aneka usaha kehutanan -Dam pengendali

Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 114499 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.57. Pola konservasi Dengan Pendekatan Vegetatif Pada Sungai Yang Mengalir ke Danau Toba Sebagai Ekosistem Bagian Hilir WS Asahan (Lanjutan)

9 A. Simare -Penghijauan -Comunity development

Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll

10 B. Halian -Penghijauan -Comunity development -Aneka usaha kehutanan

Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll

11 A. Sitobu -Penghijauan -Comunity development -Aneka usaha kehutanan

Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll

12 B. Siparbue -Penghijauan

-Comunity development -Aneka usaha kehutanan

Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll

13 Pulau Kecil -Aneka usaha kehutanan

-Penghijauan -Comunity development

Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll

14 A. Silang -Wana tani

-Penghijauan -Comunity development -Dam pengendal

Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll

15 B. Bodang -Wana tani

-Penghijauan -Comunity development

Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll

16 L. Parembakan -Wana tani

-Penghijauan -Comunity development

Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll

17 L. Tulas -Penghijauan

-Comunity development -Hutan rakyat

Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll

18 A. Ringgo -Hutan rakyat

-Penghijauan -Comunity development

Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 115500 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.57. Pola konservasi Dengan Pendekatan Vegetatif Pada Sungai Yang Mengalir ke Danau Toba Sebagai Ekosistem Bagian Hilir WS Asahan (Lanjutan)

B Pulau samosir

1 A. Simala -Comunity development -Penghijauan

Makadamia, kemiri, bamboo, kemiri, dll

2 A. Sigumbang -Comunity development -Penghijauan

Makadamia, kemiri, bamboo, kemiri, dll

3 A. Bolon -Penghijauan -Comunity development

Makadamia, kemiri, bamboo, kemiri, dll

4 A. Silabung -Penghijauan -Comunity development

Makadamia, kemiri, bamboo, kemiri, dll

5 S. Guluan -Penghijauan

-Comunity development -Aneka usaha kehutanan

Makadamia, kemiri, bamboo, kemiri, dll

6 S.Arun -Penghijauan

-Comunity development -Wana tani

Makadamia, kemiri, bamboo, kemiri, dll

7 A. Simaratuang -Penghijauan -Comunity development

Makadamia, kemiri, petai bamboo, kemiri, dll

8 A. Sitiung-tiung -Penghijauan

-Comunity development -Aneka usaha kehutanan

Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll

Keterangan : Jarak tanam pokok M. Hildebrandii 5 x 5 m

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 115511 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4. Pola Konservasi Waduk dan Danau

Semakin rusaknya kawasan hutan, mengakibatkan sebagian besar waduk yang dulunya berfungsi dengan baik, sekarang ini semakin parah kondisinya. Sementara itu, demand akan air semakin tinggi untuk keperluan berbagai pembangunan. Perkembangan kebutuhan air yang demikian tersebut mengharuskan kita akan upaya peningkatan suply air. Waduk dan danau harus dikonservasi dalam rangka peningkatan pasokan air. Konservasi waduk dan danau yang dimaksudkan disini adalah konservasi dengan pendekatan vegetatif. Di kabupaten Samosir misalnya terdapat waduk Aek aritonang, dan danau Sidikoni. Danau dan waduk ini dapat dilestarikan dengan pola konservasi vegetatif. Pola konservasi yang disarankan pada waduk dan danau dengan menanami pohon mengelilingi danau dengan radius minimal 500 m. Jenis tanaman yang disarankan adalah tanaman berdaun lebar atau tanaman campuran. Tanaman makadamia merupakan satu pilihan yang tepat. Apabila lahan sekitar danau bukan milik negara tapi merupakan milik masyarakat, maka pola konservasi dengan pendekatan vegetatif dapat dilakukan dengan pola agroforestri yatu merupakan kombinasi antara tanaman pohon dengan tanaman pertanian yang dapat memberikan hasil sampingan pada masyarakat. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menanam hutan rakyat yang bernilai ekonomis terhadap masyarakat sekitar. Pada Tabel 4.58. Tabel 4.58. Pola Konservasi Pendekatan Vegetatif Sekitar Danau Waduk.

No. Pola konservasi Keberadaan waduk Jenis tanaman yang diusulkan 1 -Reboisasi

-Hutan kemasyarakatan -Pengayaan tanaman

Didalam kawasan hutan

-Tanaman makadame -Tanaman campuran pohon dengan pertanian

2 - Hutan Rakyat -Aneka usaha kehutanan

Lahan masyarakat -Durian,Kemiri, karet, melinjo, kemenyaan, jengkol petai dan bambu.

3 Community development

-Lahan di kawasan hutan negara- -lahan masyarakat/diluar kawasan hutan

Menggerakkan peran serta masyarakat sekitar danau dan waduk

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 115522 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Jenis komoditi hutan rakyat yang banyak dijumpai di wilayah Sumatera Utara disesuaikan dengan kondisi ekologi wilayah masing-masing. Umumnya jenis tanaman untuk hutan rakyat yang banyak dijumpai di wilayah Sumatera Utara merupakan jenis lokal dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Penyebaran komoditi tersebut, maka potensi hutan rakyat yang ada di wilayah Sumatera Utara disajikan seperti Tabel 4.59.

Tabel 4.59. Data Potensi dan Penyebaran Hutan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara

No. Kabupaten Jenis Tanaman Yang Dominan

1 Langkat Durian dan Bambu 2 Karo Kemiri 3 Dairi Durian, Karet 4 Tapanuli Utara Pinus, Kemenyan 5 Tapanuli

Selatan Karet Kulit Manis, Durian Pinus

6 Simalungun Pinus, Kemiri, Bambu 7 Labuhan Batu Karet 8 Asahan Karet Jumlah

Sumber : BPDAS Asahan Barumun

5. Pola Konservasi Lainnya

a. Pola Konservasi Vegetatif pada Lahan berlereng > 30 % Apabila kita melintasi kawasan danau Toba dari arah Medan menuju Porsea, nampak di sebelah kiri kita pegunungan terjal. Masalah pemukiman penduduk yang ada di sekitar tepian Danau Toba, lahan lereng-lereng yang curam, perlu segera diperhatikan, karena penggunaan tanah dengan berbagai jenis tanaman setahun pada lereng 30% ternyata menghasilkan erosi dan run-of yang lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman hutan. Konservasi pada lahan berlereng curam rata-rata > 30 % lebih baik dilakukan dengan metode vegetatif. Menurut penelitian yang dilakukan Litbang kehutanan Siantar, bahwa pola konservasi dengan metode vegetatif jauh lebih baik dan murah. Jenis yang direkomendasikan adalah tanaman campuran daun lebar dengan berbagai tanaman hutan rakyat dan tanaman agroforestri. Tanaman pokok yang direkomendasikan adalah makadamia (M. Hildebrandii). Pola konservasi dengan pergiliran tanaman sangat disarankan. Dengan pergiliran

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 115533 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

tanaman pada lereng > 30 % dapat mengurangi erosi, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan litbang Kehutanan P. Siantar di Sungai Naborsahon, Kec Lumban Julu.

b. Pola Konservasi Vegetatif Mengatasi Kebakaran

Salah satu persoalan utama dalam pelestarian kawasan hutan di sekitar danau Toba selama ini adalah kebakaran hutan. Pada musim kemarau potensi kebakaran hutan sangat tinggi, hal ini diakibatkan serasah di lantai hutan sangat kering dan mudah terbakar. Kondisi yang demikian ini akan, besar peluangnya sebagai pemicu kebakaran manakala masyarakat membuang puntung rokok di pinggir jalan. Selama ini tanaman pinus banyak ditanam di sekitar danau Toba. Namun tanaman pinus mudah terbakar sehingga kurang baik. Apabila musim kemarau tanaman ini cepat terbakar. Selain tanaman ini kurang baik ditinjau dari kesuburan tanah. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan dan diganti dengan jenis lainnya. Salah satu jenis tanaman yang memenuhi keempat syarat diatas adalah tanaman daun lebar Macadamia Hildebrandii. Hamzah (1985), mengemukakan agar tanaman makadamia digunakan sebagai tanaman pokok disekitar danau Toba. Tanaman makadame biasanya ditanam dengan jarak tanam 5 m x 5 m dan pada umur 5 tahun tajuknya sudah rapat/rimbun. Buah tanaman ini dimanfaatkan untuk makanan ternak. Tegakan tanaman M. Heldebrandii mampu menekan pertumbuhan beberapa jenis tumbuhan bawah, hal ini memungkinkan untuk memperkecil bahaya kebakaran terutama kebakaran permulaan. Intensitas cahaya, suhu dan kelembaban udara mungkin berpengaruh terhadap perubahan komposisi tumbuhan bawah. Intensitas cahaya dan suhu udara di bawah tekanan M. Heldebrandii lebih rendah daripada di bawah tegakan Pinus merkusii maupun pada areal terbuka, sebaliknya kelembaban udara di bawah tegakan M. Heldebrandii lebih tinggi. Kondisi yang demikian ini akan dapat mengurangi bahaya kebakaran.

c. Pola Konservasi pada Hutan Tanaman Industri

Kehadiran TPL atau PT. Toba Pulp Lestari (dulu bernama PT Inti Indorayon Utama atau IIU) kadang-kadang membawa dilema, disatu sisi kita memerlukan kelestarian danau Toba dan disisi lain kita memerlukan pembangunan ekonomi. Dari sisi pembangunan ekonomi kita mengharapkan kehadiran PT. TPL, perannya terhadap pendapatan daerah di kabupaten sekitar danau Toba, penyerapan tenaga kerja dan lain sebagainya. Namun di

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 115544 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

lain pihak lokasi HTI yang berada di daerah tangkapan air danau Toba, menjadikan perusahaan ini agak berbeda dengan perusahaan lainnya. Dalam konteks pelestarian danau Toba, perhatian masyarakat sekitar danau Toba, nasional dan internasional terhadap perusahaan ini wajar berlebihan. Permasalahnnya adalah bagaimana mengoptimalkan fungsi konservasi dengan fungsi ekonomi dari aktifitas PT. TPL. Optimalisasi fungsi itu dapat berjalan seimbang dengan pola konservasi sebagai berikut : (a) Konsesi yang diberikan jangan berada di hulu sungai yang masuk ke

danau Toba (b) Menghindarkan sedapat mungkin pohon-pohon yang ber-zat allelophaty,

yaitu zat yang menghambat/menekan pertumbuhan tanaman penutup tanah lainnya, misalnya jenis pinus. Itulah sebabnya kalau kita saksikan disekeliling tanaman pinus selalu bersih dari tumbuhan bawah. Dengan tidak adanya/berkurang tanaman tumbuhan bawah tersebut, maka run off menjadi besar dan infiltrasi menjadi kecil dan akibatnya kemampuan menahan air hujan menjadi sangat rendah. Dan pada gilirannya sumur penduduk cepat kering dimusim kemarau.

(c) Berpartisipasi aktif membina comunity development dengan cara memberikan bantuan pada masyarakat yang berada di hulu sungai yang masuk ke danau Toba (lihat 26 sungai yang mengalir ke danau Toba)

(d) Perusahaan ini perlu meningkatkan bantuan langsung ke masyarakat

d. Pola konservasi hutan lindung

Fungsi hutan lindung sangat peting dalam pengaturan tata air ekosistem bagian hulu atau yang kita sebut sebagai daerah tangkapan air Danau Toba (DTA. D. Toba). Pada Tabel 4.54 diperlihatkan hutan lindung disekitar kawasan danau Toba. Kondisi vegetasi di hutan lindung tersebut harus diprioritaskan pelaksanaan konservasinya, mengingat peranannya yang sangat besar akan fungsi hidro orologis. Pola konservasi jenis pertama adalah dilakukan adalah dengan melakukan reboisasi pada lahan kosong atau semak belukar dan alang-alang yang terdapat/tersebar di lahan hutan lindung. Pola konservasi lainnya adalah adalah pengayaan (enrichment plannting) pada hutan sekunder atau hutan berkerapatan jarang atau penutupan tajuknya termasuk kategori jelek sampai sangat jelek.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 115555 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.6.2.1.2. Pola Konservasi Ekosistem Hilir (DAS, Asahan, Silau dan Piasa)

Dari penentuan erosi eksisting pada tahun 2006 sebagaimana telah diuraikan pada bagian erosi, dapat dilihat bahwa erosi pada ekosistem bagian hilir, yaitu DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa tergolong berat pada DAS Piasa dan tergolong sangat besart pada DAS Asahan dan DAS Silau. Sudah barang tentu erosi pada ketiga DAS tersebut sangat berat dimasa yang akan datang sebagaimana diperlihatkan hasil prediksi tahun 2010, 2015 dan 2030 yang telah diuraikan dibagian depan. Untuk meminimalisasi atau menguranginya diperlukan berbagai upaya konservasi. Keterkaitan antara ekosistem hulu dan hilir, lagi-lagi penting dijadikan dalam pengelolaan WS Asahan secara terpadu. Hulu sungai Asahan adalah daerah tangkapan air danau Toba (DTA. Toba). Sedangkan hulu sungai Silau adalah Kabupaten Asahan, Kabupaten Simalungun. Dengan demikian dengan melakukan upaya konservasi di DTA D. Toba akan berdampak positif pada daerah bawahannya, yaitu DAS Asahan, dan DAS Silau dan DAS Piasa. Demikian juga halnya, apabila dilakukan konservasi yang baik pada DAS Asahan akan berdampak positip pada DAS dibawahnya, yaitu DAS Silau. Berikut ini akan diuraikan pola pengelolaan konservasi yang perlu dilakukan dalam rangka meminimalisasi erosi dan sedimentasi pada DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa. 1. Pola Konservasi Lahan Kritis Di Dalam Kawasan Hutan Ekositem Hilir

Salah satu parameter kondisi ekosistem berfungsi atau tidak adalah erosi, semakin kecil erosi biasanya penutupan lahannya semakin baik. Penutupan lahan yang jelek dapat dilihat dari kondisi lahan kritis dari suatu tangkapan air. Sebaran lahan kritis pada ekosistem bagian hilir yang mencakup Kabupaten Asahan, Tobasa, Simalungun dan Tanjung Balai disajikan pada Tabel 4.60. Dari Tabel 4.60, jumlah lahan kritis dan sangat sangat kritis yang perlu diupayakan penanganannya adalah:

Pada kabupaten Asahan, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis dan sangat kritis di dalam kawasan hutan berturut-turut kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 115566 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Pada kabupaten Toba Samosir, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis dan sangat kritis di dalam kawasan hutan berturut-turut kecamatan Habinsaran, Porsea dan Silaen.

Pada kabupaten Simalungun, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan adalah kecamatan Simalungun.

Berdasarkan kondisi lahan kritis dan sangat kritis di daerah tangkapan air WS Asahan bagian hilir sebagaimana Tabel 4.60 diatas dapat disusun pola konservasi dalam mengentaskan lahan kritis di dalam kawasan hutan sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 4.61.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 115577 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.60. Sebaran Lahan Kritis di Dalam Kawasan Hutan WS Asahan Bagian Hilir

NO. Kec. Masuk Dalam Ekosistem Hilir

Tingkat Kekritisan Lahan (ha) Total (ha)

Jumlah Kritis dan S.Kritis (ha) Tidak Kritis Potensi Kritis Agak Kritis Kritis Sangat Kritis Jumlah (ha) Persentase (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) I Kab. Asahan Air Batu 0,00 0,00 407,44 0,00 0,00 407,44 0,00 0,00 Air Joman 0,00 0,39 2.879,96 36,64 0,00 2.916,99 36,64 1,26 Bandar Pasir Mandoge 0,00 0,00 31.318,58 1.863,45 1.327,52 34.509,55 3.190,97 9,25 Bandar Pulau 0,00 0,00 27.066,27 3.175,96 5.920,69 36.162,92 9.096,65 25,15 Buntu Pane 0,00 0,00 650,20 0,00 0,00 650,20 0,00 0,00 Pulau Rakyat 0,00 5.182,60 15.664,59 2.062,67 210,17 23.120,03 2.272,84 9,83 Sei Kepayang 0,00 11.965,78 11.088,51 1.414,17 0,00 24.468,46 1.414,17 5,78 Simpang Empat 0,00 0,00 70,79 17,53 0,00 88,32 17,53 19,85 Tanjung Tiram 0,00 0,00 3.526,42 762,52 0,00 4.288,94 762,52 17,78 Jumlah I 0,00 17.148,77 92.672,76 9.332,94 7.458,38 126.612,85 16.791,32 88,89 persentase 0,00 13,54 73,19 7,37 5,89 100,00 13,26 II Kab. Toba Samosir Lumban Julu 0,00 0,00 1.157,73 0,00 0,00 1.157,73 0,00 0,00 Habinsaran 0,00 0,00 14.792,37 673,43 307,66 15.773,46 981,09 6,22 Porsea 0,00 0,00 7.671,94 172,64 55,75 7.900,33 228,39 2,89 Silaen 0,00 0,00 798,93 25,84 0,00 824,77 25,84 3,13 Jumlah II 0,00 0,00 24.420,97 871,91 363,41 25.656,29 1.235,32 12,24 persentase 0,00 0,00 95,19 3,40 1,42 100,00 4,81 III Kab. Simalungun Tanah Jawa 0,00 0,83 4.597,07 75,81 592,79 5.266,50 668,60 12,70 Girsang Sipangan Bolon 0,00 0,00 10,43 0,00 0,00 10,43 0,00 0,00 Jumlah III 0,00 0,83 4.607,50 75,81 592,79 5.276,93 668,60 12,70 persentase 0,00 0,02 87,31 1,44 11,23 100,00 12,67 Total I + II + III 0,00 17.149,60 121.701,23 10.280,66 8.414,58 157.546,07 18.695,24 113,83

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 115588 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.61. Pola Konservasi Lahan Kritis di Dalam Kawasan Hutan Ekosistem Hilir WS Asahan .

No Pola

Konsrvasi Arahan Lokasi Arahan Lokasi

(1) (2) (3) (4) 1. Reboisasi kawasan hutan negara : HL,

HSAW, HPT, HPK tidak dikuasai masyarakat penutupan lahan terbuka/semak

belukar lokasi jauh potensi hutan rendah

Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram, Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun

2. Pengkayaan Tanaman

didalam kawasan hutan negara vegetasi sekunder (log over area) potensi kawasan

menurun/rendah tanaman yang ditanam

merupakan jenis tanaman komersil

Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram, Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun

3 Grass Barrier diluar/didalam kawasan hutan negara terutama tebing sungai

run off tinggi lahan kritis atau lahan terbuka

Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram, Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun

4 Alley Cropping

dikawasan pemukiman terdapat lebih dari 2 jenis

tanaman (tahunan dan pangan) run off tinggi

Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram, Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun

5 Aneka Usaha Kehutanan

kegiatan didalam dan diluar kawasan hutan negara

ada masyarakat tersedia tanaman pokok: kayu-

kayuan dan mpts komoditi yang dikembangkan

cenderung tanaman semusim hasil yang diharapkan adalah

non kayu

Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun

6 Teras diluar kawasan hutan kemiringan berkisar 15 – 35 % solum tanah sedang sampai

dalam tingkat laju erosi lahan tingi

Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun

7 Dam Penahan

diluar/didalam kawasan hutan penutupan lahan jelek (lahan

kritis) kemiringan berkisar 15 – 35 % solum tanah sedang sampai

dalam tingkat laju erosi lahan tinggi luas daerah tangkapan maksimal

75 ha.

Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 115599 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

2. Pola Konservasi Lahan Kritis Di Luar Kawasan Hutan WS Hilir

Tidak semua daerah tangkapan air DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa berlokasi dalam dalam kawasan hutan, tetapi sebagian berada di luar kawasan hutan. Lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan diperlihatkan pada Tabel 4.62. Berdasarkan informasi pada Tabel 4.62 dapat disusun pola konservasi lahan kritis yang berada di luar kawasan sebagaimana Tabel 4.63. Dari Tabel 4.62 memperlihatkan lahan kritis dan sangat kritis paling besar adalah sebagai berikut:

Pada kabupaten Asahan, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis dan sangat kritis di luar kawasan hutan berturut-turut kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung Tiram dan Sei Kepayang.

Pada kabupaten Toba Samosir, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan agak kritis di luar kawasan hutan adalah kecamatan Habinsaran.

Pada kabupaten Simalungun, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan agak kritis yang berada di luar kawasan hutan adalah kecamatan Tanah Jawa.

Pada kabupaten Tanjung Balai, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan agak kritis yang berada di luar kawasan hutan adalah kecamatan Tanjung Balai.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 116600 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.62. Sebaran Lahan Kritis di Luar Kawasan Hutan WS Asahan Bagian Hilir

NO. Kec. Masuk dalam Ekosistem Hilir

Tingkat Kekritisan Lahan (ha) Total (ha)

Jumlah Kritis dan S.Kritis (ha) Tidak Kritis Potensi Kritis Agak Kritis Kritis Sangat Kritis Jumlah (ha) Persentase (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) I Kab. Asahan Air Batu 0,00 0,00 16.467,95 0,00 0,00 16.467,95 0,00 0,00 Air Joman 0,00 0,00 16.683,11 0,00 0,58 16.683,69 0,58 0,00 Bandar Pasir Mandoge 0,00 0,00 27.855,84 3.489,94 0,00 31.345,78 3.489,94 11,13 Bandar Pulau 0,00 0,00 26.907,18 11.164,74 0,00 38.071,92 11.164,74 29,33 Buntu Pane 0,00 0,00 21.645,15 0,00 0,00 21.645,15 0,00 0,00 Kisaran 0,00 0,00 10.024,09 0,00 0,00 10.024,09 0,00 0,00 Pulau Rakyat 0,00 0,00 9.686,65 33,29 0,00 9.719,94 33,29 0,34 Sei Kepayang 0,00 0,00 23.857,25 2.869,77 0,20 26.727,22 2.869,97 10,74 Simpang Empat 0,00 0,00 20.401,91 552,72 0,00 20.954,63 552,72 2,64 Tanjung Tiram 0,00 0,00 1.685,73 0,00 0,00 1.685,73 0,00 0,00 Jumlah I 0,00 0,00 175.214,86 18.110,46 0,78 193.326,10 18.111,24 54,18 persentase 0,00 0,00 90,63 9,37 0,00 100,00 9,37 II Kab. Toba Samosir Habinsaran 0,00 0,00 84,71 0,00 0,00 84,71 0,00 0,00 Jumlah II 0,00 0,00 84,71 0,00 0,00 84,71 0,00 0,00 persentase 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 0,00 III Kab. Simalungun Tanah Jawa 0,00 0,00 709,90 0,00 0,00 709,90 0,00 0,00 Jumlah III 0,00 0,00 709,90 0,00 0,00 709,90 0,00 0,00 persentase 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 0,00 IV Kab. Tanjung Balai Tanjung Balai 0,00 0,00 7.995,00 0,00 0,02 7.995,02 0,02 0,00 Jumlah III 0,00 0,00 7.995,00 0,00 0,02 7.995,02 0,02 0,00 persentase 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Total I + II + III + IV 0,00 0,00 184.004,47 18.110,46 0,80 202.115,73 18.111,26 54,18

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 116611 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.63. Pola Konservasi Lahan Kritis di Luar Kawasan Hutan WS Bagian Hilir

No Pola Konservasi

Arahan Lokasi Arahan Lokasi

(1) (2) (3) (4) 1. Agroforestry Diluar kawasan hutan

Ada masyarakat/kelembagaan Bisa dilaksanakan tumpangsari

Kecamatan, Bandar Pasir

Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung

Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran,

Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..

2. Hutan Rakyat diluar hutan kawasan negara lahan kurang produktif ada kepemilikan/status lahannya

jelas luas minimal 0,4 ha tanaman kayu-kayuan

Kecamatan, Bandar Pasir

Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung

Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran,

Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..

3 Penghijauan diluar kawasan hutan kritis/tidak produktif ada pemilikan/pengusahaan lahan

Kecamatan, Bandar Pasir

Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung

Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran,

Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..

4 Wanatani/wanafarma

diluar kawasan hutan jenis tanaman pangan dan obat-

obatan lahan kurang produktif

Kecamatan, Bandar Pasir

Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung

Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran,

Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..

5 Grass Barrier diluar/didalam kawasan hutan negara terutama tebing sungai

run off tinggi lahan kritis atau lahan terbuka

Kecamatan, Bandar Pasir

Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung

Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran,

Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..

6 Alley Cropping

dikawasan pemukiman terdapat lebih dari 2 jenis tanaman

(tahunan dan pangan) run off tinggi

Kecamatan, Bandar Pasir

Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung

Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran,

Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..

7 Aneka Usaha Kehutanan

kegiatan didalam dan diluar kawasan hutan negara

ada masyarakat tersedia tanaman pokok : kayu-

kayuan dan mpts komoditi yang dikembangkan

cenderung tanaman semusim hasil yang diharapkan adalah non

kayu

Kecamatan, Bandar Pasir

Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung

Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran,

Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 116622 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Tabel 4.63. Pola Konservasi Lahan Kritis di Luar Kawasan Hutan WS Bagian Hilir

(Lanjutan) 8 Teras diluar kawasan hutan

kemiringan berkisar 15 – 35 %

solum tanah sedang sampai dalam

tingkat laju erosi lahan tingi

Kecamatan, Bandar Pasir

Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung

Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran,

Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..

9 Dam

Penahan

diluar/didalam kawasan hutan

penutupan lahan jelek (lahan kritis)

kemiringan berkisar 15 – 35 %

solum tanah sedang sampai dalam

tingkat laju erosi lahan tinggi

luas daerah tangkapan maksimal

75 ha.

Kecamatan, Bandar Pasir

Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung

Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran,

Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..

3. Pola Konservasi Vegetatif Sempadan Sungai Asahan, Silau dan Piasa

a. Permasalahan

Pemasalahan sempadan sungai pada WS Asahan adalah peningkatan alih fungsi lahan menjadi tanaman perkebunan kelapa sawit. Penduduk yang bermukim di sepanjang sungai masih kurang menyadari pentingnya fungsi sempadan sungai, umumnya masyarakat yang tergolong berpendapatan kurang, sehingga solusi utamanya adalah bagaimana meningkatkan pendapatan alternatif dari tanaman yang akan di tanam di semapadan sungai. Dimana tanaman tersebut dapat memberikan hasil sampingan pada masyarakat. Dengan demikian diharapkan masyarakat setempat merasa memiliki, dan pada gilirannya ikut menanam demi mengambil hasilnya, tanpa mengorbankan fungsi perlindungan.

b. Pemilihan jenis tanaman

Tanaman yang sesuai ditanam sepanjang sungai Asahan, Silau dan Piasa adalah jenis yang dapat memberikan hasil sampingan pada masyarakat, serta species site maching memerlukan air yang banyak. Tanaman yang disarankan adalah campuran yang memberikan fungsi perlindungan secara hidro-orologis dengan yang memberikan hasil sampingan. Jenis-jenis tersebut antara lain, tanaman bambu, rotan, mangga, petai, nangka, kemiri, alpukat dan lain sebagainya,

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 116633 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

c. Pola konservasi vegetatif

Berdasarkan uraian diatas dapat disarankan pola konservasi vegetatif pada sungai Asahan, Silau dan Piasa adalah dengan pola penghijauan, comunity development sebagaimana Tabel 4.64.

d. Comunity development

Semakin kearah hilir semakin kompleks permasalahan pada sempadan sungai, seperti pada sempadan sungai Silau dan arah Tanjung Balai, pada sempadan ini banyak penduduk bermukim. Konservasi dengan pendekatan vegetatif dan teknis sipil saja tidak akan cukup, sehingga upaya konservasi melalui peningkatan peran serta masyarakat/penduduk (comunity development) memegang peranan penting dalam konservasi sempadan sungai semakin ke arah hilir WS Asahan.

Tabel 4.64. Pola Konservasi Sempadan Sungai Asahan, Silau dan Piasa

No Nama

Sungai

Pola Konservasi Jenis yang disarankan

(1) (2) (3) (4)

1. Asahan Penghijauan

Alley Cropping

Aneka usaha kehutanan

Agroforestry

Penanaman sesuai kontor

Comunity development

Tanaman bambu, rotan,

petai, nangka, mangga,

kemiri, sotul, sirsak, dan durian

2. Silau Penghijauan

Alley Cropping

Agroforestry

Comunity development

Tanaman bambu, rotan,

petai, nangka, mangga,

kemiri, sotul, sirsak, dan durian

3 Piasa Penghijauan

Alley Cropping

Agroforestry

Comunity development

Tanaman bambu, rotan,

petai, nangka, mangga,

kemiri, sotul, sirsak, dan durian

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 116644 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4. Pola Konservasi Kawasan Hutan Damtolu

Apabila disimak Tabel 4.58 sebaran lahan kritis pada kawasan hutan dengan Tabel 4.60 dapat dilihat bahwa lahan kritis dan sangat kritis justru paling luas pada kawasan hutan. Hal ini mengindikasikan banyaknya kawasan hutan yang parah, padahal fungsi kawasan hutan terutama hutan lindung sangat penting bagi WS Asahan. Salah satu hulu sungai silau adalah kawasan hutan Damtolu yang terletak pada kecamatan Pulau Rakyat, Sei Kepayang, Aek Kuasa, kondisinya sudah parah. Padahal kawasan ini sangat vital fungsinya bagi perlindungan sungai Silau. Upaya alih fungsi kawasan ini menjadi lahan sawit seyogyanya dihindarkan. Pola konservasi kawasan hutan Damtolu diperlihatkan pada Tabel 4.65.

Tabel 4.65. Pola Konservasi Kawasan Hutan Damtolu

No. Pola konservasi Kondisi Kawasn hutan Jenis tanaman yang diusulkan

1 - Reboisasi - Hutan kemasyarakatan

-Lahan kososng -Lahan alang-lang

-Vegetasi asli

2 Pengayaan tanaman

Permudaan tanaman sangat kurang baik tingkat seedling, pole, tiang dan pohon

Jenis asli setempat

3 Hutan kemasyarakan Ketergantungan masyarakat hutan tinggi

Jenis mangga, magka, kemiri, durian petai, dll.

4 Aneka usaha kehutanan Penduduk sekitar kawasan rendah pengasilannya

Campuran tanaman kayu-kayuan yang bersifat multi porpuse tree species

4.7. Analisis Aspek Pengembangan Sumber Daya Air

Skematisasi sistem tata air pada Wilayah Sungai Asahan dapat dilihat pada Gambar 4.24 sebagai berikut.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 116655 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 4.24. Skematisasi Sistem Tata Air WS Asahan

Hasil simulasi model DSS-Ribasim untuk kondisi kebutuhan air saat ini (tahun 2006) pada Gambar 4.25 dan Gambar 4.26 menunjukkan bahwa ternyata semua kebutuhan air masih dapat dipenuhi secara utuh atau 100 persen. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa pada saat ini tidak ada permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan air.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 116666 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 4.25. Debit Rata-Rata (m3/s) di WS Asahan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 116677 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 4.26. Debit Minimum (m3/s) di WS Asahan

Dari simulasi ini terungkap bahwa jumlah potensi sumber daya air di WS Asahan adalah sekitar 8,2 milyar meter kubik per-tahun, dimana 37 persen diantaranya atau sekitar 3 milyar meter kubik per-tahun merupakan air masuk (inflow) ke Danau Toba.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 116688 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

4.7.1. Upaya-upaya Pengembangan Sumber Daya Air

4.7.1.1. Upaya Peningkatan Pola Operasi Danau Toba untuk PLTA

Wilayah Sungai Asahan memiliki Danau Toba dengan fungsinya yang sangat strategis dalam memasok daya listrik industri Inalum dan telah terjadi penurunan muka air, maka dilakukan simulasi operasi waduk dalam menentukan outflow yang paling optimal. Simulasi dilakukan berdasarkan data air masuk ke dalam danau Toba dari tahun 1957 sampai dengan pertengahan tahun 2006. Data air masuk danau ini diperoleh dari perhitungan neraca air danau yang komponennya adalah air keluar (outflow), tinggi muka air serta evaporasi dan hujan. Data sejak tahun 2000 menunjukkan bahwa outflow rata-rata dari danau adalah sekitar 100 m3/s, dan terjadi penurunan muka air danau. Oleh karena itu simulasi dilakukan dengan outflow yang bervariasi antara 70 m3/s sampai dengan 100 m3/s. Parameter yang digunakan sebagai indikator kinerja pengoperasian danau adalah besarnya defisit; realisasi target outflow (atau prosentase suksesnya outflow dipenuhi); dan prosentase muka air waduk tetap berada diatas 902,5 yang merupakan syarat agar PLTA tetap dapat beroperasi. Hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 4.66 sebagai berikut.

Tabel 4.66. Hasil Simulasi Untuk Berbagai Target Outflow

Target Outflow

(m3/s)

Realisasi Outflow

(%)

Defisit

(m3/s) Prosentase diatas 902.5 m

70 100.00 0.00 100.00

75 100.00 0.00 100.00

80 99.80 0.47 98.98

90 96.90 1.83 96.94

100 88.40 6.78 89.12

Ternyata agar muka air danau selalu berada diatas elevasi 902,5 meter, maka air keluar danau (outflow) yang ditargetkan adalah 75 m3/s. Jika terpaksa, maka outflow tersebut masih dapat ditingkatkan sampai ke 90 m3/s, sebab pada tingkat ini realisasi outflow masih diatas 90%. Akan tetapi pada target outflow sebesar 100 m3/s, kegagalan pemenuhan target maupun kondisi muka air yang di bawah 902,5 meter terjadi sudah lebih besar dari 10%, yang berarti sudah tidak dapat ditolerir lagi dengan tingkat keandalan 90%.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 116699 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Gambar 4.27 sampai dengan Gambar 4.31 berikut menyajikan kondisi muka air danau Toba untuk berbagai tingkat target outflow.

Muka Air Danau Toba untuk berbagai Outflow

902.5

903.0

903.5

904.0

904.5

905.0

Dec-56 Dec-61 Dec-66 Dec-71 Dec-76 Dec-81 Dec-86 Dec-91 Dec-96 Dec-01

Waktu (tahun)

Mu

ka a

ir (

m)

70 m3/s

80 m3/s

90 m3/s

100 m3/s

Gambar 4.27. Muka air Danau Untuk Berbagai Target Outflow

Lvl at ts end D. Toba

Graph for location D. Toba

SW reservoir node results

12/5/200312/6/199912/7/199512/8/199112/9/198712/10/198312/11/197912/12/197512/13/197112/14/196712/15/196312/16/1959

Sup

ply

905

904

903

Gambar 4.28. Muka air Danau Toba (m) Untuk Outflow 75 m3/s

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 117700 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Lvl at ts end D. Toba

Graph for location D. Toba

SW reservoir node results

12/5/200312/6/199912/7/199512/8/199112/9/198712/10/198312/11/197912/12/197512/13/197112/14/196712/15/196312/16/1959

Sup

ply

905

904

903

Gambar 4.29. Muka Air Danau Toba (m) Untuk Outflow 80 m3/s

Lvl at ts end D. Toba

Graph for location D. Toba

SW reservoir node results

12/5/200312/6/199912/7/199512/8/199112/9/198712/10/198312/11/197912/12/197512/13/197112/14/196712/15/196312/16/1959

Sup

ply

905

904

903

Gambar 4.30. Muka Air Danau Toba (m) Untuk Outflow 90 m3/s

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 117711 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Lvl at ts end D. Toba

Graph for location D. Toba

SW reservoir node results

12/5/200312/6/199912/7/199512/8/199112/9/198712/10/198312/11/197912/12/197512/13/197112/14/196712/15/196312/16/1959

Sup

ply

905

904

903

Gambar 4.31. Muka Air Danau Toba (m) Untuk Outflow 100 m3/s

4.7.1.2. Upaya Pengembangan Rencana Bendungan

Menurut PT. Inalum akan ada rencana pembangunan bendungan PLTA Asahan 3 yang masih dalam studi kelayakan . 4.8. Analisis Pengendalian Banjir

Berdasarkan hasil perhitungan Banjir Rencana yang dihitung dengan Model HEC dapat disimpulkan bahwa banjir yang terjadi di Bagian Hilir Sungai Asahan disebabkan oleh besarnya debit anak-anak sungai yang masuk ke Sungai Asahan Bagian Hilir antara lain : Sungai Piasa, Sungai Silau, Lokal Sungai Asahan bersamaan dengan pengeluaran debit air Danau Toba diatas + 905,2 m yang bermuara keseluruhannya di Sungai Asahan – Tanjung Balai, sehingga banjir di bagian hilir sungai asahan masih dipengaruhi oleh pola operasi Danau Toba apabila terjadi curah hujan yang tinggi secara bersamaan. Setelah dilakukan simulasi dengan Model HEC hasilnya untuk Pengendalian Banjir di Sungai Asahan Bagian Hilir dapat disimpulkan sebagai berikut :

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 117722 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

1). Infrastruktur Pengendali Banjir Eksisting

URAIAN DESKRIPSI

S. SILAU

1 Tanggul

* Panjang : Sisi kiri 18.3 km , Sisi kanan 17.75 km

* Tinggi : 1.2 m

* Lebar puncak : 2.0 m

* Kemiringan : 1 : 1.5

2 Perlindungan lereng Tiang kayu pada 17 lokasi

3 Struktur

* Free intake : 5 buah

Lokasi Pasar Baru, Sijambi, T.Malaya

S. Silau dan Si Umbut umbut

* Stasiun Pompa : 2 lokasi

* Outlet Drainase : 7 titik

* Jembatan : 5 buah

* Terminal ferry : 2 lokasi

( Sumber : Masterplan Study on Lower Asahan River Basin Development , JICA 1990 )

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 117733 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

2) Program Pengendalian Banjir Masa Mendatang

NO URAIAN DESKRIPSI

Bangunan Pengedali Banjir

- Normalisasi Sungai- Tanggul- Dinding Parapet- Revertment

(1) Sungai ASAHANLokasi : dari Pd. Mahondang sampai S.Nantal (19 km)Q desain = Q 10 thn debit banjir P.Raja = 1100 m3/dtkTipe pekerjaan :- Pengerukan ( volume = 3,345,000.- m3 )- Pembuatan tanggul banjir ( volume = 560,000 m3 )

(2) Sungai SILAULokasi : dari Jembatan KA sampai ke S. Asahan (20 km)Q desain = Q 10 thn debit banjir Kisaran = 600 m3/dtkTipe pekerjaan :- Pengerukan ( volume = 2,220,000.- m3 )- Pembuatan tanggul banjir ( volume = 1,250,000 m3 )- Revetment ( volume = 4,130 m )- Parapet wall ( 3,130 m )

(3) Sungai LEBAH

Tipe pekerjaan :- Pengerukan ( volume = 220,000.- m3 )- Pembuatan tanggul banjir ( volume = 220,000 m3 )

( Sumber : Masterplan Study on Lower Asahan River Basin Development , JICA 1990 )

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

44 -- 117744 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Lokasi pengendalian banjir di Sungai Asahan Bagian Hilir dapat dilihat pada Gambar 4.32.

Gambar 4.32. Pengendalian Banjir Eksisting ( Sumber : Masterplan Study on Lower Asahan River Basin Development, JICA 1990 )

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 11 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

BBAABB –– VVPPEENNYYUUSSUUNNAANN PPOOLLAAPPEENNGGEELLOOLLAAAANN SSDDAA

WWSS AASSAAHHAANN

5.1. Konsepsi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Asahan

5.1.1. Konservasi SDA

Konservasi SDA merupakan upaya perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengawetan dan pengendalian pencemaran dengan tujuan menjaga kelangsungan daya dukung, daya tampung dan fungsi sumber air disesuaikan dengan undang-undang. Perlindungan dan pelestarian sumber air dapat dilakukan dengan kegiatan fisik dan non fisik. Untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan kegiatan pemberdayaan dan peran serta masyarakat dan dalam upaya menyeimbangkan fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi pengembangan SDA, maka kegiatan non fisik perlu di utamakan antara lain: monitoring kualitas air wilayah sungai Asahan secara rutin untuk mengetahui adanya penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh pencemaran limbah. Pola Pengelolaan Sumber Daya air pada aspek Konservasi SDA di Wilayah Sungai Asahan diarahkan untuk dapat : 1. Mengupayakan selalu tersedianya air dengan kualitas dan kuantitas yang

memadai. 2. Melestarikan sumber-sumber air dengan memperhatikan kearifan lokal/adat

istiadat setempat. 3. Melindungi sumber air dengan lebih mengutamakan kegiatan rekayasa sosial,

peraturan Perundang-undangan, monitoring kualitas air dan kegiatan vegetatif.

4. Mengembangkan budaya pemanfaatan air yang efisien.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 22 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

5. Mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang berada pada sumber sumber air.

6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan konservasi SDA. 5.1.2. Perlindungan dan Pelestarian SDA

1. Reboisasi dan perlindungan hutan. 2. Pola rehabilitasi hutan. 3. Penghijauan lahan kritis dan penutupan lahan terbuka/semak belukar. 4. Pembangunan hutan rakyat dengan jenis tanaman keras produktif pada

lahan kurang produktif. 5. Menetapkan kawasan di wilayah sungai yang perlu dikonservasikan dan

dipelihara kelestariannya. 6. Agroforestri, Aneka usaha kehutanan, Alley cropping dan Teras. 7. Pendekatan vegetatif pada DTA Danau Toba disarankan dengan

menggunakan tanaman Macadamia hildebrandii sebagai tanaman pokok atau dominan.

8. Diperlukan adanya penyesuaian peraturan daerah tentang penetapan kawasan Danau Toba dengan Undang-Undang dan Peraturan tentang Otonomi Daerah.

9. Rehabilitasi dan pengayaan tanaman di kawasan hutan Damtolu perlu dilakukan dengan segera, mengingat kawasan ini sangat besar fungsinya untuk menjaga kelestarian DAS Silau.

10. Pada lahan berlereng > 30 % di DTA Danau Toba sebaiknya dilakukan pendekatan konservasi vegetatif dengan menanam tanaman makadamia sebagai tanaman dominan.

11. Tidak memberi ijin usaha HTI, IUPHH, Perkebunaan dan indsutri di hulu sungai, sub basin atau sub DAS.

12. Mensinkronkan implementasi UU, PP, KPTS menteri Perda, SK Gub, SK Bupati, dalam pemberian ijin HTI, perkebunan, IUPHH, Pertambangan dan Konservasi.

13. Pengendalian dan pengawasan perlindungan sempadan sungai, danau, dan mata air.

14. Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat.

15. Perlu penyuluhan bagi masyarakat yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan, tetapi masih termasuk daerah tangkapan Wilayah Sungai Asahan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 33 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

5.1.3. Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air

1. Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara individu atau terpusat.

2. Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air. 3. Pengendalian dan pengawasan pembuangan limbah domestik, limbah non

domestik dan industri. 4. Pengelolaan limbah industri secara terpadu. 5. Pengelolaan sampah domestik secara terpadu. 6. Pengelolaan limbah cair domestik secara terpadu. 7. Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat sepanjang bantaran sungai. 8. Audit lingkungan 5.1.4. Pendayagunaan SDA

Pendayagunaan SDA merupakan upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan Sumber Daya Air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna. Sumber air mengandung arti tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat pada, diatas, ataupun dibawah permukaan tanah. Sumber air memiliki fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi bagi kehidupan manusia yang perlu dipelihara keselarasannya. Pengelolaan sumber daya air sampai saat ini belum memberikan kejelasan dalam hal proporsi antar fungsi sumber daya air, sehingga pendayagunaan lebih lanjut dari sumberdaya air dapat mengakibatkan ketidakseimbangan fungsi yang menjurus pada kerusakan atau menjadi bencana dikemudian hari dari sumber air. Didalam penyelarasan fungsi-fungsi tersebut, akan diperlukan sistem pengkajian, pemantauan dan evaluasi yang dapat memberikan data dan informasi yang transparan yang diperlukan didalam pengembangan pengelolaan sumber air lebih lanjut secara berkesinambungan. Transparansi dan akuntabilitas dari suatu pengelolaan sumber air akan menjamin keberlanjutan dari penyelengaraan pengelolaan sumber air. Salah satu kunci di dalam upaya meningkatkan transparasi dan akuntabilitas dari suatu pengelolaan sumber air adalah dengan merumuskan, menentukan dan menetapkan ”Zona pemanfaatan sumber air” sebagai suatu unit terkecil didalam pengelolaan sumber air.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 44 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Bupati/Walikota dan Gubernur wilayah terkait, sesuai dengan kewenangannya bekerjasama merumuskan rencana Zona pemanfatan sumber air. Penetapan Zona pemanfaatan sumber air di koordinasikan melalui wadah koordinasi sumber air (PPTPA) pada wilayah sungai Asahan. Penetapan rencana Zona pemanfaatan sumber air merupakan bagian dari proses penyusunan pola pengelolaan SDA. Kebutuhan masyarakat terhadap air semakin meningkat mendorong lebih meningkatnya nilai ekonomi air dibanding fungsi sosial. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antar sektor, antar wilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Untuk mengantisipati terjadinya hal tersebut akan diperlukan penetapan peruntukan air pada sumber air. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menyelenggarakan berbagai upaya untuk menjamin ketersediaan air bagi setiap orang yang tinggal di wilayahnya. Jaminan tersebut menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, termasuk didalamnya menjamin akses setiap orang ke sumber air untuk mendapatkan air. Jaminan penataan sumber air secara layak akan mendorong peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat : Pola Pengelolaan Sumber Daya air pada aspek Pendayagunaan SDA di WS Asahan diarahkan untuk dapat.

1. Mendayagunakan fungsi atau potensi yang terdapat pada sumber air secara berkelanjutan.

2. Mengupayakan penyediaan air untuk berbagai kepentingan secara proporsional dan berkelanjutan.

3. Mengupayakan penataan sumber air secara layak. 4. Memanfaatkan sumber daya air dan prasarananya sebagai media/materi

sesuai prinsip penghematan penggunaan, ketertiban dan keadilan, ketepatan penggunaan, keberlanjutan penggunaan, dan saling menunjang antara sumber air dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan.

5. Meningkatkan kemanfaatan fungsi sumber daya air, dan atau peningkatan ketersediaan dan kualitas air.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 55 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

6. Meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dengan prinsip meningkatkan efisiensi alokasi dan distribusi kemanfaatan sumber air.

5.1.4.1. Penatagunaan

1. Penetapan zona pemanfaatan air. 2. Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air

baku untuk keperluan air bersih. 3. Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air. 5.1.4.2. Penyediaan

1. Penyediaan air baku untuk keperluan rumah tangga perkotaan dan industri bagi kabupaten dan kota di wilayah sungai Asahan berasal dari air sungai, danau, mata air, sumur dalam atau kombinasinya.

2. Penyediaan air baku dan PLTA di Wilayah Sungai Asahan, dengan peningkatan operasi Danau Toba.

5.1.4.3. Penggunaan

1. Optimasi penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time.

5.1.4.4. Pengembangan.

1. Pengembangan angkutan sungai dalam wilayah provinsi. 2. Pengembangan kelistrikan tenaga air (PLTA). 5.1.4.5. Pengusahaan.

Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, industri, dan lainnya. 5.1.5. Pengendalian Daya Rusak Air

Pengendalian Daya Rusak Air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air. Daya rusak air dapat berupa banjir, kekeringan, erosi dan sedimentasi, longsoran tanah, banjir lahar dingin, amblesan tanah, perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi dan fisika air, terancamnya kepunahan jenis

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 66 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

tumbuhan dan/atau satwa, dan/atau wabah penyakit. Hal tersebut telah banyak menimbulkan kerugian baik yang terhitung maupun yang tidak terhitung. Dampak daya rusak air terhadap kondisi sosial-ekonomi yang utama adalah terganggunya aktifitas masyarakat dalam menjalankan kehidupannya. Pemerintah dan masyarakat telah banyak melakukan upaya pengendalian baik yang bersifat upaya pencegahan sebelum terjadi bencana, upaya penanggulangan pada saat terjadi bencana dan upaya pemulihan akibat bencana. Sejalan dengan kepentingan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota yaitu untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui upaya peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, maka upaya peningkatan sistem pencegahan dan penanggulangan bencana dan pemulihan fungsi sarana dan prasarana berkaitan dengan daya rusak air perlu dilaksanakan. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air pada aspek Pengendalian Daya Rusak Air di Wilayah Sungai Asahan diarahkan untuk dapat :

1. Mengupayakan Keberlangsungan aktifitas masyarakat dan terlindungnya sarana dan prasarana pendukung aktifitas masyarakat.

2. Mengupayakan sistem pencegahan bencana akibat daya rusak air. 3. Meningkatkan sistem penanggulangan bencana 4. Memulihkan fungsi sarana dan prasarana guna pemenuhan kebutuhan

pokok sehari-hari. 5. Meningkatkan peran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan

daya rusak air. 5.1.5.1. Pencegahan Daya Rusak Air

1. Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai. 2. Pengembangan dan pembangunan bendungan. 3. Program pengelolaan bendungan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 77 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

5.1.5.2. Penanggulangan Daya Rusak Air

1. Perlindungan tebing sungai. 2. Pelurusan sungai. 3. Pembangunan kolam/rawa retensi banjir 5.1.5.3. Pemulihan Daya Rusak Air

1. Rehabilitasi bangunan bendungan. 2. Rehabilitasi konstruksi tebing sungai. 3. Rehabilitasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). 4. Pengerukan sedimen sungai. 5. Normalisasi sungai 5.1.6. Peran Serta Masyarakat

Untuk terselenggaranya tata pengaturan air yang baik, pengelolaan sumber daya air harus dilakukan secara melembaga sampai pada tingkat wilayah sungai termasuk didalamnya perencanaan pengembangan sumber daya air. Disamping beberapa hal posistif berupa keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan, perubahan-perubahan tersebut menyebabkan pula timbulnya keragaman dinamika masyarakat beserta permasalahannya baik berupa skala ruang maupun waktu termasuk permasalahan akibat krisis keuangan, politik, maupun penyimpangan iklim yang dihadapi Negara kita akhir-akhir ini. Timbulnya keragaman-keragaman tersebut menyebabkan konteks pembinaan masyarakat tidak dapat digenerasikan lagi. Dinamika pembangunan yang terjadi dalam masyarakat telah merubah pelaksanaan pembangunan yang semula bersifat sentralistik menjadi pembangunan bersifat desentralistik berwawasan partisipatif. Secara perlahan, perencanaan bahkan seluruh tahapan dalam proses pembangunan mulai melibatkan masyarakat atau yang dikenal dengan ”bottom up approach development”, masyarakat mendapat kesempatan untuk mengutarakan kepentingan dan kebutuhan mereka berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air setempat.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 88 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air, dapat diwujudkan melalui :

1. Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, bendungan dan mata air.

2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI dan IUPHH.

3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hidup (LH). 4. Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH. 5. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola SDA WS yang secara struktural

berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggungjawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai yang bersangkutan.

6. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan kehutanan.

7. Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai. 5.1.7. Sistem Informasi SDA

Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelengarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air sesuai dengan kewenangannya. Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis, hidrometeorologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air. Sistem informasi sumber daya air merupakan jaringan informasi sumber daya air yang tersebar dan dikelola oleh berbagai instansi, dengan terselenggaranya sistem informasi wilayah sungai diharapkan upaya-upaya pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi dan hidrologi pada setiap wilayah sungai pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota dapat terwujud. Dalam rangka mewujudkan sistem informasi sumber daya air diperlukan dukungan sebagai berikut : 1. Penyusunan nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan

forum koordinasi. 2. Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan

tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 99 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian hutan.

3. Pembangunan sistem informasi SDA. 4. Pengelolaan sistem informasi SDA. 5.2. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air

Strategi Pengelolaan Sumber Daya air Wilayah Sungai Asahan disusun berdasarkan 3 (tiga) kerangka waktu, yaitu Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang. Strategi jangka Pendek merupakan strategi yang dilaksanakan pada tahun pertama setelah Pola Pengelolaan Sumber Daya Air ini ditetapkan. Strategi Jangka Menengah merupakan strategi yang dilaksanakan sampai rentang waktu 15 tahun kedepan. Strategi Jangka Panjang merupakan strategi yang dilaksanakan sampai rentang waktu 25 tahun kedepan. Dalam implementasinya nanti berbagai strategi tersebut akan dijabarkan kedalam berbagai program kegiatan yang disusun sesuai dengan kebutuhan nyata dan kondisi nyata yang dituangkan dalam Pola Pengelolaan sumber Daya air wilayah sungai Asahan. 5.2.1. Strategi Jangka Pendek ( 2006 – 2010)

Strategi Jangka Pendek dalam Pola Pengelolaan SDA WS Asahan adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan Pengelolaan Kualitas Air Danau Perlu diterapkan peraturan dan petunjuk pelaksanaan tentang penataan kawasan danau Toba, dengan terlebih dahulu membentuk tim teknis dan tim pelaksana yang terdiri dari instansi teknis pemerintah Provinsi Sumatera Utara terhadap peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor I tahun 1990, yang mengatur tentang penataan lingkungan hidup dan pernbangunan di kawasan Danau Toba meliputi Daerah Tangkapan Air dan Perairan Danau Toba. Tujuan peraturan ini untuk memelihara, mengendalikan dan meningkatkan mutu lingkungan hidup serta mengoptimasikan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan di kawasan Danau Toba Sasarannya adalah : a). Meningkatkan fungsi lindung terhadap, tanah, air, udara, flora dan fauna; b). Meningkatkan fungsi budidaya kepariwisataan, perindustrian, pertanian

tanaman pangan, perikanan,peternakan, perkebunan, kehutanan,

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 1100 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

perhubungan, pertambangan, pemukiman pedesaan dan pemukiman perkotaan;

c). Meningkatkan disiplin penghuni. 2. Diperlukan adanya penyesuaian peraturan daerah tentang penetapan

kawasan Danau Toba dengan Undang-Undang dan Peraturan tentang Otonomi Daerah.

3. Perlu disusun suatu pedoman teknis secara menyeluruh mengenai pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan Kawasan Danau Toba, termasuk didalamnya Pedoman Teknis Pengelolan Kualitas Air Danau Toba, yang meliputi penetapan baku mutu perairan Danau Toba, pengendalian pencemaran, pemantauan kualitas air, dan sistem basis data Danau Toba.

4. Penanaman lahan sangat kritis di dalam kawasan hutan seperti : di kab Tobasa 2.419 ha ; di kab Samosir; 19.333 ha; kab Dairi 299 ha; di kab humbang hasundutan 5.2338 ha; Kab Taput 2.234 ha; di kab Simalungun 531ha; kab Asahan 7.453 ha.

5. Penanaman lahan sangat kritis di luar kawasan hutan seperti : di kab Tobasa 264 ha ; di kab Samosir; 248 ha; kab Dairi 26 ha; Tanah Karo 5 ha; kab humbang hasundutan 13 ha; Kab Taput 24 ha; di kab Simalungun 236 ha.

6. Menggalang kerjasama antar intansi untuk pemerintah dalam rangka mengatasi lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan, yaitu Kab Tobasa, Samosir, Taput, Humbang Hasundutan, Tanah Karo, Simalungun, Asahan dan Kota Tanjung Balai. Dengan demikian dapat diambil kebijakan terpadu dari ekosistem hulu (DTA D. Toba) dan ekosistem hilir (DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa) dalam rangka melestarikan sumberdaya air WS Asahan.

7. Penanaman sepanjang kiri kanan sungai selebar 200 m pada sub basin yang tingkat erosinya sangat berat dengan tanaman pokok/dominan Macadamia hildebrandii, yaitu pada DTA Danau Toba, sungai/aek Silang, sungai Bolon, sungai Bundolok, sungai asahan dan sungai Silau, serta sungai Piasa.

8. Melakukan reboisasi dan pengayaan (encichment planting) pada kawasan hutan Damtolu (kecmatan Sei Kepayang, Bandar Pulau dan Pulau rakyat).

9. Penyuluhan berbagai jenis metode trasering pada lahan berlereng 15-25 %, bagi penduduk yang lahannya termasuk DTA D. Toba di luar kawasan hutan

10. Menanam tanaman Macadamia hildebrandii pada tempat-tempat rawan kebakaran.

11. Penyuluhan terhadap penduduk yang melakukan aktivitas perikanan di danau toba. Penyadaran fungsi utama danau Toba perlu dingatkan pada

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 1111 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

masyarakat. Oleh karena perlu penataan ruang untuk lokasi perikanan di danau Toba.

12. Pembangunan hutan rakyat dengan jenis tanaman keras produktif pada lahan kurang produktif.

13. Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat.

14. Menetapkan kawasan di wilayah sungai yang perlu dikonservasikan dan dipelihara kelestariannya.

15. Pengendalian dan pengawasan perlindungan sempadan sungai, danau, dan mata air.

16. Mensinkronkan implementasi UU, PP, KPTS menteri Perda, SK Gub, SK Bupati, dalam pemberian ijin HTI, perkebunan, IUPHH, Pertambangan dan Konservasi.

17. Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara indvidu atau terpusat.

18. Pengelolaan sampah domestik secara terpadu. 19. Pengelolaan limbah industri secara terpadu. 20. Pengelolaan Limbah cair domestik secara terpadu. 21. Pengendalian dan pengawasan pembuangan limbah domestik, limbah non

domestik dan industri. 22. Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air. 23. Sosialisasi dan pemerdayaan masyarakat sepanjang bantaran sungai. 24. Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air

baku untuk keperluan air bersih. 25. Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air. 26. Penetapan zona pemanfaatan air. 27. Optimasi penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real

time. 28. Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, Industri, dan

lainnya. 29. Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai. 30. Perlindungan tebing sungai. 31. Rehabilitasi bangunan bendungan. 32. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan,

perkebunan, HTI, dan IUPHH. 33. Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan,

sempadan sungai, danau dan mata air. 34. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengelola SDA WS yang secara struktural

berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana wilayah (atau dengan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 1122 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

nama lain) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai.

35. Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai. 36. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan Kehutanan. 37. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Lingkungan Hidup. 38. Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH. 39. Pembangunan sistem informasi SDA. 40. Pengelolaan sistem informasi SDA. 41. Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan

tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian.

42. Penyusunan nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi.

5.2.2. Strategi Jangka Menengah ( 2011 – 2020)

Strategi Jangka Menengah dalam Pola Pengelolaan SDA WS Asahan adalah sebagai berikut : 1. Untuk melaksanakan upaya Sumber daya alam dan lingkungan di DAS

Asahan termasuk Danau Toba, diperlukan suatu pedoman pengelolaan kualitas air danau yang meliputi: a). Penetapan baku mutu air danau dan DAS Asahan. b). Pengendalian Pencemaran Air di Danau Toba dan DAS Asahan. c). Pemantauan kualitas air danau. d). Sistem basis data kualitas air.Danau Toba dan DAS Asahan.

2. Pedoman pengendalian pencemanan air meliputi: a). Identifikasi sumber dan bahan pencemaran pada DTA danau dan DAS

Asahan. b). Pemetaan lokasi dan beban pencemaran pada DTA danau dan DAS

Asahan. c). Perhitungan potensi beban pencemaran yang masuk kedalarn danau

dan DAS Asahan. d). Persyaratan Baku Mutu Limbah Cair (kadar dan beban). e). Petunjuk teknis pengolahan limbah dan sistem penyalurannya. f). Pengawasan dan pemantauan sumber pencemaran yang masuk ke

danau dan DAS Asahan

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 1133 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

3. Baku Mutu Air Danau perlu ditetapkan untuk menjamin pemanfaatan multifungsi air danau serta mempertahan kondisi oligotrofik danau. Oleh karena itu Baku Mutu Air Danau disusun berdasarkan: a). Kriteria mutu air kelas I pada Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air. b). Kriteria fisik, kimia dan biologi untuk mempertahankan kondisi oligotrofik

danau, antara lain: kejernihan, khlorofil-a, produktifitas primer, indek keanekaragaman, identifikasi phytoplankton, dII.

4. Dalam rangka globalisasi, danau-danau di Indonesia perlu masuk dalam jaringan organisasi danau-danau di dunia. Oleh karena itu sistem basis data kualitas air dan informasi danau perlu disusun dengan menggunakan sistem tabulasi atau spreadsheet mengacu kepada sistem yang telah dikembangkan oleh International Lake Environmental Comittee (ILEC). Struktur penyimpanan data dan informasi danau ini meliputi: a). Gambaran umum danau (nama, lokasi, dimensi fisik, geografi/iklim,

Kualitas air, dll). b). Sosial ekonomi ( kependudukan, mata pencaharian, dll). c). Lingkungan (pemanfaatan, tata guna lahan, dll).

5. Pemantauan kualitas air danau diperlukan untuk mengetahui perubahan mutu air yang terjadi pada air danau secara berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan cara pemantauan yang standar agar perubahan kualitas air yang terjadi dapat diketahui secara akurat. Beberapa petunjuk teknis yang diperlukan dalam pemantauan kualitas air danau adalah: a). Pengambilan contoh air danau. b). Penguiian kualitas air danau. c). Penilaian mutu air danau.

6. Penanaman lahan kritis di dalam kawasan hutan seperti : di kab Tobasa 12.301 ha ; di kab Samosir; 28.627 ha; kab Dairi 3.034 ha; di kab humbang hasundutan 4.866 ha; Kab Taput 9.371 ha; di kab Simalungun 6.047 ha; kab Asahan 9.32 ha.

7. Penanaman lahan kritis di luar kawasan hutan seperti : di kab Tobasa 414 ha ; di kab Samosir; 21947 ha; kab Dairi 73 ha; Tanah Karo 94 ha; kab humbang hasundutan 4.892 ha; Kab Taput 52 ha; di kab Simalungun 4.320 ha.

8. Untuk mengatasi lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan/ lahan mayarakat / hak adat / ulayat. Perlu digalang kerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat, adat, punguan marga, tokoh agama pada 7 kabupaten dan satu kota sekitar WS Asahan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 1144 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

9. Penanaman sepanjang kiri kanan sungai selebar 200 m pada sub basin yang tingkat erosinya termasuk sedang sampai berat dengan tanaman pokok/dominan Macadamia hildebrandii, yaitu pada 23 sungai yang mengalir ke danau toba (jenis sungai dan bobot erosi).

10. Mencari mata pencaharian alternatif bagi penduduk melakukan usaha tani berupa enclave pada kawasan hutan lindung (kawasan konservasi).

11. Penyuluhan penduduk yang memiliki lahan diluar kawasan hutan negara, tetapi merupakan DTA. Danau Toba tentang berbagai cara pergiliran tanaman pada lahan berlereng 25-40 %

12. Penyuluhan akan bahaya kebakaran bagi peternak yang membakar lahan dengan tujuan memperoleh rumput segar bagi ternaknya.

13. Penyusunan zonasi peruntukan lokasi untuk berbagai kepentingan di danau Toba

14. Pembangunan hutan rakyat dengan jenis tanaman keras produktif pada lahan kurang produktif.

15. Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat.

16. Menetapkan kawasan di wilayah sungai yang perlu dikonservasikan dan dipelihara kelestariannya.

17. Pengendalian dan pengawasan perlindungan sempadan sungai, danau, dan mata air.

18. Mensinkronkan implementasi UU, PP, KPTS menteri Perda, SK Gub, SK Bupati, dalam pemberian ijin HTI, perkebunan, IUPHH, Pertambangan dan Konservasi.

19. Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara indvidu atau terpusat.

20. Pengelolaan sampah domestik secara terpadu. 21. Pengelolaan limbah industri secara terpadu. 22. Pengelolaan Limbah cair domestik secara terpadu. 23. Pengendalian dan pengawasan pembuangan limbah domestik, limbah non

domestik dan industri. 24. Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air. 25. Sosialisasi dan pemerdayaan masyarakat sepanjang bantaran sungai. 26. Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air

baku untuk keperluan air bersih. 27. Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air. 28. Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, Industri, dan

lainnya. 29. Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 1155 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

30. Perlindungan tebing sungai. 31. Rehabilitasi bangunan bendungan. 32. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan,

perkebunan, HTI, dan IUPHH. 33. Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan,

sempadan sungai, danau dan mata air. 34. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengelola SDA WS yang secara struktural

berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai.

35. Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai. 36. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan Kehutanan. 37. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Lingkungan Hidup. 38. Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH. 39. Pembangunan sistem informasi SDA. 40. Pengelolaan sistem informasi SDA. 41. Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan

tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian.

42. Penyusunan nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi.

5.2.3. Strategi Jangka Panjang ( 2021 – 2030)

Strategi Jangka Panjang dalam Pola Pengelolaan SDA WS Asahan adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan IPAL penduduk sekitar DAS Asahan dan Danau Toba 2. Pembuatan IPAL Industri, Peternakan sekitar DAS Asahan dan Danau Toba

Pembangunan hutan rakyat dengan jenis tanaman keras produktif pada lahan kurang produktif.

3. Penanaman lahan agak kritis di dalam kawasan hutan seperti : di kab Tobasa 57.794 ha ; di kab Samosir 43.689 ha; kab Dairi 8.428 ha; di kab humbang hasundutan 754 ha; Kab Taput 2.207 ha; di kab Simalungun 12.598 ha; kab Asahan 7.991 ha.

4. Penanaman lahan agak kritis di luar kawasan hutan seperti : di kab Tobasa 27.735 ha ; di kab Samosir 4.376 ha; kab humbang hasundutan 82 ha; Kab

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 1166 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

Taput 1.062 ha; di kab Simalungun 1.368 ha; kab Asahan 175.214 ha; kab Tanjung Balai 7.995 ha.

5. Membuat rencana dan program comunity development, yaitu suatu program peningkatan peran serta masyarakat dalam pelestarian/konservasi WS Asahan (baik ekosistem hulu/DTA D. Toba maupun ekosistem hilir / DAS Asahan, Silau dan Piasa) secara konsisten dan berkesinambungan. Hal ini dapat dilakukan jika institusi pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat sudah satu persepsi.

6. Menyusun perda tentang sempadan sungai, dalam rangka mengantisipasi perkembangan pemukiman di sempadan sungai.

7. Melakukan resetlement penduduk dari kawasan konservasi. Hal ini dilakukan setelah ada jalan keluar peningkatan pendapatan alternatif.

8. Membangun kelembagaan yang bergerak di bidang konservasi tanah dan air dalam rangka pelestarian SDA WS sungai asahan yang difasilitasi pemerintah.

9. Membuat tata ruang dan perda tentang lokasi penggembalaan ternak. 10. Penyusunan perda, melibatkan kabupaten terkait dengan perairan danau

Toba. 11. Pemanfaatan lahan tidur dan terlantar disepanjang wilayah sungai sebagai

lahan produktif. 12. Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang

pertumbuhannya cepat. 13. Menetapkan kawasan di wilayah sungai yang perlu dikonservasikan dan

dipelihara kelestariannya. 14. Reboisasi dan perlindungan hutan. 15. Penghijauan lahan kritis dan penutupan lahan terbuka/semak belukar. 16. Pengendalian dan pengawasan perlindungan sempadan sungai, danau, dan

mata air. 17. Tidak memberi ijin usaha HTI, IUPHH, Perkebunan dan industri di hulu sungai,

sub basin atau sub DAS. 18. Singkronisasi RTRW di wilayah perbatasan antar Provinsi, Kabupaten dan Kota. 19. Mensinkronkan impelementasi UU, PP, KPTS menteri Perda, SK Gub, SK Bupati,

dalam pemberian ijin HTI, perkebunan, IUPHH, Pertambangan dan Konservasi. 20. Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara indvidu atau

terpusat. 21. Pengelolaan sampah domestik secara terpadu. 22. Pengelolaan limbah industri secara terpadu. 23. Pengelolaan limbah cair domestik secara terpadu.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 1177 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

24. Pengendalian dan pengawasan pembuangan limbah domestik, non domestik dan industri.

25. Audit lingkungan. 26. Pemantauan, penyelidikan , pelanggaran, dan evaluasi kualitas. 27. Sosialisasi dan pemerdayaan masyrakat sepanjang bantaran sungai. 28. Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air

baku untuk keperluan air bersih. 29. Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air. 30. Pengembangan kelistrikan tenaga air. 31. Pengembangan daerah irigasi. 32. Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, Industri, dan

lainnya. 33. Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai. 34. Pengembangan dan pembangunan bendungan. 35. Pengelolaan bendungan, 36. Perlindungan tebing sungai. 37. Pembangunan kolam/rawa retensi banjir. 38. Rehabilitasi bangunan bendungan. 39. Pengerukan sedimen sungai. 40. Rehabilitasi konstruksi tebing sungai. 41. Rehabilitasi bangunan bendungan. 42. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan,

perkebunan, HTI, dan IUPHH. 43. Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan,

sempadan sungai, danau dan mata air. 44. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengelola SDA Wilayah Sungai yang

secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai.

45. Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai. 46. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan Kehutanan. 47. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Lingkungan Hidup. 48. Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH. 49. Pengelolaan sistem informasi SDA.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

55 -- 1188 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

5.3. Konsep Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan

Berdasarkan uraian tersebut di atas dan dalam rangka pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Asahan yang lestari, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut, maka perlu dibuat suatu pedoman yang menjadi acuan bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Asahan. Penyusunan konsep Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan yang mengacu pada ketentuan kebijakan yang tertuang dalam Undang-undang No. 7 Tahun 2004. Adapun rumusan konsep rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan disusun secara terpisah dalam bentuk lampiran khusus.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

66 -- 11 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

BBAABB –– VVIIKKEESSIIMMPPUULLAANN DDAANN

RREEKKOOMMEENNDDAASSII

Berdasarkan hasil analisis serta kajian pada BAB IV, V dan VI tersebut di atas serta hasil rumusan pada Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) 1 telah diselenggarakan beberapa waktu yang lalu, maka dapat dirumuskan kesimpulan serta rekomendasi sebagai berikut :

6.1. KESIMPULAN

6.1.1. Aspek Tata Ruang

1. Dalam mewujudkan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai lintas provinsi/kabupaten/kota yang lestari, berwawasan lingkungan dan berkesinambungan perlu adanya keterpaduan dan sinkronisasi dalam penataan ruang di wilayah perbatasan.

2. Diperlukan suatu kesepakatan, keterpaduan dan kesinambungan dalam pengelolaan sumber daya air yang berbasis wilayah sungai.

3. Perubahan pemanfaatan fungsi ruang di daerah tangkapan air WS Asahan telah semakin memprihatinkan, hal ini telah mengakibatkan menurunnya kualitas air, meningkatnya pencemaran air sungai, tingginya laju erosi dan sedimentasi yang menyebabkan terjadinya bencana banjir dan pendangkalan sungai, kekeringan pada musim kemarau serta menurunnya kualitas lingkungan keairan, Kebakaran akibat pembukaan lahan perkebunan, HTI, perambahan hutan dan aktivitas lainnya yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungannya.

4. Adanya konflik kepentingan antar sektor dalam pemanfaatan lahan sehingga pelaksanaan di lapangan tidak konsisten dengan rencana tata ruang,

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

66 -- 22 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

6.1.2. Aspek Sosial Ekonomi

Berdasarkan hasil analisis trend perkembangan dan proyeksi pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan, potensi ekonomi di Wilayah Sungai Asahan sampai tahun 2030, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Mata pencaharian sebagian besar penduduk pada sektor pertanian, sehingga ketergantungan penduduk terhadap sumber daya alam dan ketersediaan air baku sangat besar.

2. Semakin berkembangnya industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan hasil hutan akan berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan air untuk keperluan industri termasuk kebutuhan air bersih untuk karyawannya

3. Hasil proyeksi Konsumsi listrik pada tahun 2006 berjumlah 204,117 dan pada tahun 2030 diproyeksikan defisit akan meningkat menjadi 13373,256 MWH.

4. Jumlah pelanggan PAM diproyeksikan akan menjadi 167.131 Unit pada tahun 2006 dan Tahun 2030 menjadi 50.391 Unit, kebutuhan air bersih pada tahun 2006 berjumlah 18.585.422 m3 dan trendnya meningkat dan diproyeksikan pada tahun 2030 mencapai 152.650.929 m3.

5. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba pada tahun 2006 diproyeksikan akan menjadi 26.463 jiwa yang terdiri dari 76.96% wisnu dan 23.04% wisman.

6.1.3. Aspek Konservasi

Berdasarkan analisis biofisik dan sosial ekonomi pada wilayah Sungai Asahan, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Pada ekosistem bagian hilir atau DTA Danau Toba, banyak sungai kecil-kecil yang termasuk daerah tangkapan air (DTA) danau Toba. Sungai tergolong besar ada 26 sungai, 18 diantaranya mengeliligi danau Toba dan 8 lainnya dikelilingi danau Toba atau berada di Pulau samosir. Erosi eksisting pada tahun 2006 pada ke 26 sungai tersebut termasuk rendah sampai berat dengan rata-rata sedang. Erosi terbesar terdapat pada sungai/aek Bolon dan Aek Silang. Hasil prediksi memperlihatkan pada tahun 2010 erosi pada ke 26 sunagi termasuk sedang sampai sangat berat dengan rata-rata berat. Pada tahun 2015 dan 2030 hasil prediksi memperlihatkan pada semua sungainya erosi tergolong sangat berat.

2. Pada ekosistem bagian hilir, yaitu pada DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa, erosi eksisting tahun 2006 termasuk berat sampai sangat berat. Erosi paling berat adalah di DAS Asahan, disusul DAS Silau dan DAS Piasa. Mulai tahun

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

66 -- 33 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

2010, pada ketiga sub DAS tersebut erosi termasuk besar sampai sangat besar.

3. Erosi dapat dikurangi dengan berbagai pola konservasi antara lain, pola rehabilitasi, pengayaan penghijauan, agroforestri, aneka usaha kehutanan, alley cropping, teras, hutan rakyat.

4. Pendekatan teknis vegetatif saja tidak memadai untuk menangani jumlah lahan kritis, tetapi harus melibatkan peran serta aktif masyarakat. Untuk itu perlu digali keinginan penduduk yang termasuk daerah tangkapan WS Asahan dan ditampung dalam program community development yang konsisten serta berkesinambungan.

5. Pendekatan vegetatif pada DTA Danau Toba disarankan dengan menggunakan tanaman Macadamia hildebrandii sebagai tanaman pokok atau dominan.

6. Pada DAS Asahan lahan kritis paling luas justru berada pada kawasan hutan, dibandingkan dengan lahan kritis di luar kawasan hutan. Hal ini mengindikasikan betapa rusaknya kondisi pentupan lahan pada ekosistem bagian hilir, yaitu pada DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa.

7. Rehabilitasi dan pengayaan tanaman di kawasan hutan Damtolu perlu dilakukan dengan segera, mengingat kawasan ini sangat besar fungsinya untuk menjaga kelestarian DAS Silau.

8. Pada lereng > 30 % di DTA Danau Toba, seperti di Muara, Aek Nauli dan Balige perlu dilakukan pergiliran tanaman, antara tanaman setahun dengan tanaman daun lebar untuk mengurangi erosi dan longsor. Tanaman daun lebar yang dianjurkan adalah tanaman makadame.

6.1.4. Aspek Kualitas Air

Berdasarkan hasil analisis terhadap kualitas air Sungai Asahan,diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara umum kualitas perairan Danau Toba masih cukup baik dan tingkat trofik danau masih tergolong oligotrofik, dengan kadar unsur hara dan nutrien rendah. Kadar Oksigen terlarurt masih dapat terdeksi sampai dasar danau dengan kedalaman 200 m - 500 m. Kecerahan air sangat tinggi mencapai 15 m - 50 m. Indek keanekaragaman masih tinggi dan didominasi oleh spesies Diatomea. Keadaan ini tidak banyak berubah dari pengukuran sepuluh tahun yang lalu (1992). Namun demikian terlihat adanya peningkatan kadar nutrisi pada daerah permukiman/hotel, daerah Keramba Jala Apung (KJA), dan outlet pembuangan limbah ternak.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

66 -- 44 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

2. Kualltas air Danau Toba di sekitar permukiman dan Keramba Jala Apung (KJA) menunjukkan kadar nutrien (senyawa N dan P) yang cukup tinggi, dan melebihi batas limit pencegahan terjadinya eutrofikasi. Sebagai dampaknya terlihat pertumbuhan eceng gondok yang cukup subur pada lokasi-lokasi masuknya limbah di sekitar permukiman/hotel, KJA dan outlet peternakan.

3. Sistem pembuangan limbah tersebut telah menyimpang dari peraturan pemerintah daerah propinsi Sumatera Utara No. I tahun 1990 tentang penataan kawasan Danau Toba, yang antara lain melarang pembuangan limbah ke dalam Danau Toba.

4. Untuk menjamin terjaganya keseimbangan ekosistem perairan serta multifungsi pemanfaatan air Danau Toba, maka perlu dipertahankan kondisi oligotrofik Danau Toba dengan cara pengendalian bahan-bahan pencemaran yang masuk kedalam danau, baik melalui saluran (point sources) maupun yang merembes secara tersebar (non point sources).

6.1.5. Aspek Pengembangan Sumber Daya Air

Dari hasil simulasi DSS-Ribasim untuk kasus dasar 2006, 2021, 2031 dan masing-masing upaya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pada studi ini telah dilakukan dua jenis simulasi DSS-Ribasim, yaitu: a). Simulasi untuk mengkaji potensi sumber daya air dan pemenuhan

kebutuhan air, yang merupakan suatu hal yang lazim dilakukan pada setiap pekerjaan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air.

b). Khususnya untuk Wilayah Sungai Asahan dimana termasuk Danau Toba dengan fungsinya yang sangat strategis dalam memasok daya listrik industri Inalum dan untuk menjaga penurunan muka air, maka dilakukan simulasi operasi waduk dalam menentukan outflow yang paling optimal.

2. Hasil simulasi model DSS-Ribasim untuk kondisi kebutuhan air saat ini (tahun 2006) menunjukkan bahwa ternyata semua kebutuhan air masih dapat dipenuhi secara utuh atau 100 persen. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa pada saat ini tidak ada permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan air.

3. Dari simulasi ini terungkap bahwa jumlah potensi sumber daya air di WS Asahan adalah sekitar 8,2 milyar meter kubik per-tahun, dimana 37 persen diantaranya atau sekitar 3 milyar meter kubik per-tahun merupakan air masuk (inflow) ke Danau Toba.

4. Data sejak tahun 2000 menunjukkan bahwa outflow rata-rata dari danau adalah sekitar 100 m3/s, dan terjadi penurunan muka air danau. Oleh karena

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

66 -- 55 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

itu simulasi dilakukan dengan outflow yang bervariasi antara 70 m3/s sampai dengan 100 m3/s.

5. Parameter yang digunakan sebagai indikator kinerja pengoperasian danau adalah besarnya defisit; realisasi target outflow (atau prosentase suksesnya outflow dipenuhi); dan prosentase muka air waduk tetap berada diatas 902,5 yang merupakan syarat agar PLTA tetap dapat beroperasi.

6. Ternyata agar muka air danau selalu berada diatas elevasi 902,5 meter, maka air keluar danau (outflow) yang ditargetkan adalah 75 m3/s. Jika terpaksa, maka outflow tersebut masih dapat ditingkatkan sampai ke 90 m3/s, sebab pada tingkat ini realisasi outflow masih diatas 90%. Akan tetapi pada target outflow sebesar 100 m3/s, kegagalan pemenuhan target maupun kondisi muka air yang di bawah 902,5 meter terjadi sudah lebih besar dari 10%, yang berarti sudah tidak dapat ditolerir lagi dengan tingkat keandalan 90%.

Target Outflow (m3/s)

Realisasi Outflow (%)

Defisit (m3/s)

Prosentase diatas 902.5 m

70 100.00 0.00 100.00 75 100.00 0.00 100.00 80 99.80 0.47 98.98 90 96.90 1.83 96.94 100 88.40 6.78 89.12

6.1.6. Aspek Pengendalian Banjir

Berdasarkan analisis dan hasil simulasi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Banjir yang terjadi di WS Asahan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : a). Penyempitan dibeberapa ruas sungai/kapasitas saluran sungai yang kecil

karena sedimentasi. b). Sungai yang berbelok-belok. c). Tebing sungai rendah di bagian hilir sungai asahan. d). Landaian sungai yang kecil pada daerah hilir sampai muara sungai

asahan. e). Pengaruh pasang surut air laut. f). Perubahan tata guna lahan yang mengakibatkan koefisien aliran makin

meningkat di anak sungai asahan.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

66 -- 66 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

2. Berdasarkan tahapan penanganan banjir yang diuraikan pada di atas, maka upaya tindakan secara struktural yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : a). Jangka pendek

i) Melanjutkan program pengerukan, pembuatan tanggul banjir, revetment, parapet well di sungai asahan bagian hilir, sungai silau, sungai lebah .

ii) Normalisasi sungai pada ruas yang meandering. b). Jangka menengah/panjang

i) Pembangunan bendungan pengendali banjir di sebelah hulu. ii) Penghijauan pada kawasan yang telah mengalami perubahan tata

guna lahan yang tidak terkendali. iii) Pembangunan retarding basin.

3. Upaya penanganan secara fisik/struktural tidak akan optimal, apabila tidak didukung dengan upaya penanganan secara non struktural. Upaya non struktural yang dapat diidentifikasi selama studi ini, dan dirasa sangat efektif apabila dapat dilaksanakan dalam upaya pengendalian banjir di WS. Asahan.

Upaya non struktural tersebut antara lain : i) Penurunan laju sedimentasi. ii) Perbaikan fungsi daerah hulu, untuk dijadikan daerah resapan air.

6.2. REKOMENDASI

1. Perlu diterapkan peraturan dan petunjuk pelaksanaan tentang penataan kawasan danau Toba, dengan terlebih dahulu membentuk tim teknis dan tim pelaksana yang terdiri dari instansi teknis pemerintah Propinsi Sumatera Utara terhadap peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor I tahun 1990, yang mengatur tentang penataan lingkungan hidup dan pernbangunan di kawasan Danau Toba meliputi Daerah Tangkapan Air dan Perairan Danau Toba.

2. Baku Mutu Air Danau perlu ditetapkan untuk menjamin pemanfaatan multifungsi air danau serta mempertahan kondisi oligotrofik danau. Oleh karena itu Baku Mutu Air Danau disusun berdasarkan : a). Kriteria mutu air kelas I pada Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

66 -- 77 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

b). Kriteria fisik, kimia dan biologi untuk mempertahankan kondisi oligotrofik danau, antara lain: kejernihan, khlorofil-a, produktifitas primer, indek keanekaragaman, identifikasi phytoplankton, dII

3. Secara umum kualitas perairan Danau Toba masih cukup baik dan tingkat trofik danau masih tergolong oligotrofik, dengan kadar unsur hara dan nutrien rendah. Kadar Oksigen terlarurt masih dapat terdeksi sampai dasar danau dengan kedalaman 200 m - 500 m. Kecerahan air sangat tinggi mencapai 15 m - 50 m. Indek keanekaragaman masih tinggi dan didominasi oleh spesies Diatomea. Keadaan ini tidak banyak berubah dari pengukuran sepuluh tahun yang lalu (1992). Namun demikian terlihat adanya peningkatan kadar nutrisi pada daerah permukiman/hotel, daerah Keramba Jala Apung (KJA), dan outlet pembuangan limbah ternak.

4. Kualltas air Danau Toba di sekitar permukiman dan Keramba Jala Apung (KJA) menunjukkan kadar nutrien (senyawa N dan P) yang cukup tinggi, dan melebihi batas limit pencegahan terjadinya eutrofikasi. Sebagai dampaknya terlihat pertumbuhan eceng gondok yang cukup subur pada lokasi-lokasi masuknya limbah di sekitar permukiman/hotel, KJA dan outlet peternakan Perlu dilakukan upaya-upaya tindakan pengendalian yang efektif dan pencegahan pembuangan limbah padat dan cair langsung ke Danau.

5. Perlu dilakukan audit lingkungan secara komprehensif baik secara biogeofisik maupun sosial budaya dan ekonomi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kebijakan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai.

6. Pentingnya keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air wilayah sungai perlu disosialisasikan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota kepada masyarakat di sepanjang wilayah sungai serta stakeholder lainnya yang berkepentingan dan terkait dengan pengelolaan sumber daya air.

7. Untuk mengatasi defisit beras yang diproyeksikan akan terjadi di Wilayah Sungai Asahan pada tahun 2030, maka perlu dikembangkan daerah irigasi baru sebelum tahun 2029, serta perlu dilakukan penyuluhan dan peningkatan teknologi budi daya sawah untuk meningkatkan produksi padi.

8. Untuk mengatasi defisit listrik pada tahun 2011, maka pemerintah perlu membangun dan mengembangkan bendungan selain untuk pembangkit listrik tenaga air, juga memasok air baku untuk pertanian, serta air bersih untuk keperluan domestik dan industri.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

66 -- 88 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

9. Dalam mengatasi jumlah limbah cair RKI yang terus meningkat dari tahun ke tahun dengan kuantitas yang banyak dan memilki potensi untuk mencemari WS Asahan, maka perlu pengolahan limbah, yaitu : a). Air Limbah Rumah Tangga dan Perkotaan, dengan alternatif pengolahan :

i) Untuk permukiman dengan kepadatan penduduk yang tinggi menggunakan ”Off Site System”, yaitu dengan menggunakan jaringan perpipaan air limbah untuk menampung air limbah dari setiap sumber pencemar, selanjutnya disalurkan dan diolah di IPAL terpusat;

ii) Untuk areal permukiman terpencar dilakukan secara komunal di daerah bersangkutan, sehingga jaringan perpipaan lebih sederhana dan kapasitas IPAL terpusat bisa lebih kecil;

iii) Untuk permukiman yang terpisah dengan pertimbangan daya dukung lahan masih memadai dapat diolah secara individu dengan tangki septik untuk tinjanya, tetapi untuk grey water ( air bekas mandi, cuci dan dapur) dapat diolah dengan konsep ekoteknologi yang menggunakan tanaman ( wetland system) atau Echo Garden yang dapat menyerap unsur pencemar, selanjutnya effluent Echo Garden dapat dibuang ke badan air.

b). Air Limbah Industri,

i) Harus diolah sebelum dibuang ke badan air, ini sesuai Ps.38 ayat (2) butir (a) dari PP 82/2001 (”Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air”), tentang kewajiban untuk mengolah limbah dari industri. Alternatif pengolahan, terdiri dari :

(1) Dengan pengolahan individu di masing masing industri (2) Untuk areal industri yang memiliki limbah sejenis dan terkumpul

dalam suatu area dapat dilakukan Pengolahan Terpusat , dimana setiap industri biasanya diwajibabkan melakukan Pra Pengolahan, sehingga limbah cair yang disalurkan ke jaringan pengumpul limbah memiliki mutu tertentu sesuai dengan ketentuan yang diberikan dari Badan Pengelola, selanjutnya disalurkan dan diolah di IPAL terpusat;

ii) Limbah industri harus dipantau secara kontinyu, sesuai dengan Ps.38 ayat (2) butir (e) : dari PP 82/20012001 (”Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air”),tentang Persyaratan melakukan pemantauan mutu dan debit air limbah;

c). Menerapkan Aspek Hukum yaitu sangsi dan penghargaan bagi industri yang belum dan telah memenuhi Ketentuan Baku Mutu Limbah Cair.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

66 -- 99 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

10. Meningkatkan kemampuan lembaga pengelolaan sumber daya air (capacity building) serta meningkatkan tingkat kesadaran serta peran serta masyarakat, swasta dan LSM dalam upaya memelihara dan melindungi sempadan sungai.

11. Upaya-upaya konservasi yang perlu segera dilakukan di WS Asahan adalah sebagai berikut : a). Pada DTA Toba perlu diprioritaskan program penangulangan lahan kritis

yang berada di dalam kawasan hutan, yaitu: (a) Pada kabupaten Tobasa, yaitu pada kecamatan Lumban Julu, Silaen dan Balige, (b) pada kabupaten Samosir, yaitu pada kecamatan Harian Boho, Pangururan dan simanindo; (c) pada kabupaten Dairi, yaitu pada kecamatan Sumbul dan Parbuluan; (d) pada kabupaten Tanah Karo, yaitu pada kecamatan Tiga Panah; (e) pada kabupaten Humbang Hasundutan, yaitu pada kecamatan Dolok Sanggul dan Lintong Nihuta, (f) pada kabupaten Tapanuli Utara, yaitu pada kecamatan Muara; (g) pada kabupaten Simalungun, yaitu pada kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Sidamanik, Purba dan silima Kuta.

b). Untuk lahan kritis yang terdapat di luar kawasan hutan atau lahan milik masyarakat/adat DTA Toba perlu diprioritaskan program penanganannya, yaitu pada: (a) kabupaten Tobasa, yaitu pada kecamatan Laguboti dan Balige; (b) kabupaten Samosir, yaitu pada kecamatan Harian Boho, Onan Runggu, Pangururan dan Palipi serta Simanindo; (c) pada kabupaten Dairi, yaitu pada kecamatan Sumbul dan Parbuluan; (d) kabupaten Tanah Karo, yaitu pada kecamatan Tiga Panah; (e) kabupaten Humbang Hasundutan, yaitu pada kecamatan Dolok Sanggul dan Lintong Nihuta, (f) kabupaten Tapanuli Utara, yaitu pada kecamatan Muara; (g) kabupaten Simalungun, yaitu pada kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Purba dan Silima Kuta.

c). Lahan kritis yang terdapat di dalam kawasan hutan di DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa, perlu diprioritaskan program penanganannya, yaitu pada: (a) Pada kabupaten Asahan, yaitu pada kecamatan Bandar Pasir Mandoge, Bandar Pulau, Pulau Rakyat, Sei Kepayang, dan Tanjung Tiram; (b) pada kabupaten Samosir, yaitu pada kecamatan Habinsaran, Porsea dan silaen; (c) pada kabupaten Simalungun, yaitu pada kecamatan Simalungun.

d). Lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan/lahan milik penduduk pada DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa, perlu diprioritaskan program penanganannya, yaitu: (a) Pada kabupaten Asahan, yaitu pada

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

66 -- 1100 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

kecamatan Bandar Pasir Mandoge, Bandar Pulau, Sei Kepayang, dan Tanjung Tiram; (b) pada kabupaten Samosir, yaitu pada kecamatan Habinsaran; (c) pada kabupaten Simalungun, yaitu pada kecamatan Tanah Jawa; (d) pada kabupaten Tanjung Balai, yaitu pada kecamatan Tanjung Balai.

e). Perlu dilakukan upaya konsevasi terasering pada lahan berlereng >15 % di bagian hulu sungai.

f). Perlu koordinasi antar instansi terkait pada kab Tobasa, Samosir, Taput, Humbang Hasundutan, Dairi, Simalungun, Tana Karo, Asahan dan Tanjung Balai dalam rangka pelaksanaan berbagai upaya konservasi WS Asahan.

g). Pada lahan berlereng > 30 % di DTA Danau Toba sebaiknya dilakukan pendekatan konservasi vegetatif dengan menanam tanaman makadamia sebagai tanaman dominan.

h). Perlu penyuluhan bagi masyarakat yang berada di luar kawasan hutan, tetapi masih termasuk daerah tangkapan WS Asahan.

12. Upaya-upaya pengendalian banjir yang perlu segera dilakukan di WS Asahan adalah sebagai berikut : a). Penanganan banjir supaya dilakukan secara menyeluruh, dengan

memperhatikan faktor penyebab yang paling dominan dan optimasi penanganannya baik yang dilakukan secara struktural maupun non struktural.

b). Rasionalisasi alur sungai dan drainase kota merupakan upaya penanganan banjir Wilayah Sungai Asahan yang harus mendapatkan perhatian yang memadai dari Pemerintah Daerah.

c). Tidak kalah pentingnya upaya penataan penggunaan bantaran dan alur sungai serta kegiatan konservasi untuk daerah hulu untuk mencegah adanya trend kenaikan debit banjir akibat kerusakan daerah resapan air.

13. Untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat, perlu diupayakan sosialisasi penerapan rumah panggung di daerah rawan banjir di Sungai Asahan Bagian Hilir, mengingat banjir yang terjadi di wilayah tersebut tidak bisa dihindarkan.

14. Perlu dilakukan pengaturan tanggung jawab dan wewenang pada sektor/dinas/instansi di daerah yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Asahan serta pengkoordinasiannya agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaannya.

LLaappoorraann AAkkhhiirr PPeennyyuussuunnaann PPoollaa PPeennggeelloollaaaann SSuummbbeerr DDaayyaa AAiirr WWiillaayyaahh SSuunnggaaii AAssaahhaann..

66 -- 1111 PT. JASAPATRIA GUNATAMA

6.3. PENUTUP

Sumber Daya Air perlu dikelola secara bijaksana dan lestari dengan memperhatikan nilai-nilai keberlanjutan , keterbukaan, kesadaran, kepekaan, keadilan dan kesejahteraan. Visi Pengelolaan SDA WS Asahan “Terwujudnya pemanfaatan SDA di Wilayah Sungai Asahan yang lestari, berwawasan lingkungan dan berkesinambungan secara kualitas dan kuantitas bagi kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sumatera Utara”, hanya akan dapat terwujud bila pengelolaan sumber daya air wilayah sungai tersebut mengacu pada Kebijakan Nasional SDA, dan didukung oleh komitmen kebijakan dalam regulasi Penataan Ruang antar wilayah provinsi/kabupaten/kota yang mampu bersinergi dalam mengendalikan pemanfaatan ruang. Perubahan perilaku masyarakat yang membabibuta dalam merambah dan melakukan penebangan/penggundulan/perusakan hutan, upaya larangan/ mencegah pembuangan limbah padat dan cair langsung ke sumber air/danau/sungai serta perairan terbuka lainnya serta tingkat kesadaran masyarakat dalam memperlakukan lingkungan hidup (ekosistem) secara arif , bijaksana dan beretika sangatlah penting, karena merupakan upaya pencegahan perusakan lingkungan yang paling efektif dan murah. Dengan demikian maka dalam memelihara keberlangsungan ekosistem dan lingkungan hidup di wilayah sungai akan berpulang kepada peran serta masyarakat itu sendiri. Demikian Laporan Antara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan, disusun dengan segala keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Semoga laporan ini akan dapat bermanfaat bagi perumusan dan penetapan kebijakan lebih lanjut baik di tingkat Pusat maupun Daerah.