10
Toksikologi Toksisitas Formaldehid Oleh: Ni Putu Ika Sukmadewi 13.131.0506 KELAS VII OFF A Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKes Wira Medika PPNI Bali 2015

TOKSISITAS FORMALDEHID

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Formaldehida

Citation preview

ToksikologiToksisitas Formaldehid

Oleh:Ni Putu Ika Sukmadewi13.131.0506KELAS VII OFF A

Program Studi D3 Analis KesehatanSTIKes Wira Medika PPNI Bali2015

TOKSISITAS FORMALDEHID

A. PengertianSenyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan aldehida dengan rumus kimiaH2CO, yang berbentukgas, ataucairyang dikenal sebagai formalin, ataupadatanyang dikenal sebaga paraformaldehydeatau trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawanRusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun1867. Formaldehida terbentuk akibat reaksi katalitik pada methanol. Oleh sebab itu formaldehida dapat dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formalin digunakan untuk tujuan desinfektan, mencegah berkembangnya mikroba dan jamur, sehingga banyak dimanfaatkan industri untuk campuran produk kebutuhan sehari-hari seperti sabun, pasta gigi, bahkan pembuatan vaksin. Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai -pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.

B. Sifat Fisika KimiaFormaldehida mempunya sifat fisika kimia antara lain :

Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal) merupakan senyawa aldehida dengan rantai karbon tunggal yang mempunyai peran dalam metabolisme rantai karbon tunggal. Formaldehidapada suhu ruangan berbentuk gas, tidak berwarna. Formaldehid bersifat oksidasi kuat pada asam dan basa, phenol dan urea.Senyawa-senyawa kimia yang berkaitan antara lain adalah asetaldehida, benzaldehida, keton, asam karboksilat. Formaldehida bersifat sangat reaktif. Baru-baru ini formaldehid dianggap berperan penting pada siklus methlglyoxal yang terbentuk dari glyseraldehydes-3-phosphate.Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan senyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Karena keadaannya katalis basa, formaldehid bisa mengalami reaksi Cannizaro menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksan atau polimer linier polioksimetilen. Formasi zat ini menjadikan tingkah laku gas formaldehida berbeda dari hukum gas ideal, terutama dalam tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara. Formaldehida secara kimiawi bereaksi dengan molekul-molekul biologis seperti asam amino, nukleosida, nukleotida, DNA, Protein dan membentuk ikatan DNA-protein. Formaldehid juga dikenal sebagai mutagen dan karsinogen Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37 % menggunakan merk dagang formalin atau formol). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi, sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya.

C. Daya KerjaBagi manusia, larutan ini merupakan zat racun, bersinogen (penyebab kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh), karosit, dan iritatif.Formaldehida yang terdapat pada formalin jika termakan manusia melalui sistem pencernaan, zat tersebut akan diserap, kemudian mengendap dan berkumpul dalam jaringan system peredaran darah dan akan berhenti di beberapa organ pencernaan, seperti pada hati, ginjal, dan usus besar. Oleh sebab itu, formalin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia baik dalam jangka pendek maupun pada rentan waktu yang lama.

D. Gejala KlinisApabila kadar formaldehid yang ditemukan di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan reaksi alergi pada orang yang terkena kontak baik secara langsung maupun tidak langsung. Reaksi alergi akan tergantung pada jenis paparan dan kondisi seseorang. Reaksi alergi yang ditimbulkan antara lain mual, muntah, iritasi kulit, sensasi terbakar dan susah bernapas karena formaldehid mempengaruhi reseptor peregangan paru paru yang berfungsi membantu ,mengatur pola pernafasan, selain itu efek yang ditimbulkan adalah iritasikepaladanmembran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, gangguan saraf berupa susah tidur, menjadi sensitif, mudah lupa, dan sulit konsentrasi serta kegerahan. Pada wanita, bahan itu bisa menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitasi. Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadiasam formatyang meningkatkan keasaman darah, tarikan napas menjadi pendek dan sering,hipotermia, jugakoma, atau sampai kepada kematiannya.

E. TerapiPertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar korban muntah, karena akan menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cernaatas. Di rumah sakit biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung (gastric lavage), memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan pada saatendoskopi). Endoskopi adalah tindakan untuk mendiagnosis terjadinyatrauma esofagus dan saluran cerna. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukanhemodialisis(cuci darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tandaasidosis metabolikberat.

F. Cara Analisa

1. Uji Kualitatifa. Dengan FenilhidrazinaMenimbang seksama 10 gram sampel kemudian memotong kecil-kecil, dan memasukkan ke dalam labu destilat, menambahkan aquadest 100 ml kedalam labu destilat, mendestilasi dan menampung filtrat dengan menggunakan labu ukur 50 ml. Mengambil 2-3 tetes hasil destilat sampel, menambahkan 2 tetes Fenilhidrazina hidroklorida, 1 tetes kalium heksasianoferat (III), dan 5 tetes HCl. Jika terjadi perubahan warna merah terang menandakan bahwa sampel positif mengandung formalin (Ditjen POM, 1979).b. Dengan Asam KromatofatMencampurkan 10 gram sampel dengan 50 ml air dengan cara menggerusnya dalma lumpang. Campuran dipindahkan ke dalam labu destilat dan diasamkan dengan H3PO4. Labu destilat dihubungkan dengan pendingin dan didestilasi. Hasil destilasi ditampung.Larutan pereaksi Asam kromatofat 0,5% dalam H2SO4 60% (asam 1,8 dihidroksinaftalen 3,6 disulfonat) sebanyak 5 ml dimasukkan dlam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml larutan hasil destilasi sambil diaduk. Tabung reaksi dimasukkan dalam penagas air yang mendidih selam 15 menit dan amati perubahan warna yang terjadi. Adanya HCHO ditunjukkan dengan adanya warna ungu terang sampai ungu tua (Cahyadi, 2008).c. Dengan Larutan SchiftMenimbang 10 gram sampel dan dipotong kemudian dimasukan ke dalam labu destilat, ditambahkan 50 ml air, kemudian diasamkan dengan 1 ml H3PO4. Labu destilat dihubungkan dengan pendingin dan didestilasi. Hasil destilasi ditampung labu ukur 50 mL. Diambil 1 ml hasil destilat dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat 1 :1 lewat dinding, kemudian ditambahkan 1 ml larutan Schiff, jika terbentuk warna ungu maka positif formalin.

2. Uji Kuantitatifa. Dengan Metode AsidialkalimetriDipipet 10,0 ml hasil destilat dipindahkan ke erlenmeyer, kemudian ditambah dengan campuran 25 ml hidrogen peroksida encer P dan 50 ml natrium hidroksida 0,1 N. Kemudian dipanaskan di atas penangas air hingga pembuihan berhenti, dan dititrasi dengan asam klorida 0,1 N menggunakan indikator larutan fenolftalein P. Dilakukan penetapan blanko, dipipet 50,0 ml NaOH 0,1 N, ditambah 2-3 tetes indikator fenolftalein, dititrasi dengan HCl 0,1 N. Dimana 1 ml natrium hidroksida 0,1 N ~ 3,003 mg HCHO (Ditjen POM, 1979).b. Dengan Metode Spektrofotometri1. Asam KromatofatDibuat larutan baku induk dari konsentrasi 1000 ppm dari formalin 37 %, kemudian diencerkan dalam labu takar 100 ml dengan aquadest sampai tanda batas, kemudian larutan tersebut dibuat larutan baku standar. Larutan pereaksi asam kromatofat 5 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml larutan standar formalin sambil diaduk tabung reaksi ditangas selam 15 menit dalam penangas air yang mendidih, angkat dan didinginkan. Penetapan kadar formalin sampel, mencampurkan 10 g sampel dengan 50 ml aquadest dengan cara menggerusnya didalam lumpang. Kemudian didestilat dan diasamkan dengan H3PO4, ditampung dengan labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml asam kromatofat. Kemudian diukur absorbansi sampel dan standar dengan panjang gelombang 560 nm dan dihitung kadar formalinnya (Cahyadi, 2008).

2. Larutan SchiffDiambil 5,0 ml hasil destilat kemudian ditambahkan ditambahkan 1 ml H2SO41:1 (H2SO4pekat) lewat dinding, kemudian ditambahkan 1,0 ml larutan schift. Dibaca dengan spektrofotometri. Dibuat juga blanko serta baku seri. Dengan dicari panjang gelombang optimum, lama waktu kestabilan pada spektrofotometer, dan kurva baku standar formalin.

Daftar Pustaka :

http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehidahttp://heniprahesti.blogspot.com/2014/08/laporan-formalin.html http://www.easytestinfo.com/2010/11/cara-untuk-melakukan-pengujian.html http://okupasi.blogspot.com/2009/04/sifat-kimia-formaldehida.htmlhttp://sobatbaru.blogspot.com/2009/07/apa-itu-formalin.html