109
TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUB (Analisis terhadap QS Al-Mumtahanah[60]:8-9 dalam Tafsir Fi ilalil al-Quran) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag) Oleh: LAILI FITRIANI NIM: 11140340000172 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H/2019M

TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB

(Analisis terhadap QS Al-Mumtahanah[60]:8-9

dalam Tafsir Fi Ẕilalil al-Quran)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag)

Oleh:

LAILI FITRIANI

NIM: 11140340000172

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H/2019M

Page 2: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan
Page 3: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan
Page 4: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan
Page 5: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

iv

Transliterasi

Translitasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman

pada “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” Keputusan Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Kata Arab Kata Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

ẖ h dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

Page 6: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

v

S es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis di bawah ظ

Koma terbalik diatas hadap kanan „ ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ؼ

Q Ki ؽ

K Ka ؾ

L El ؿ

M Em ـ

N En ف

W We ك

H Ha ق

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk

vokal tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut :

Page 7: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

vi

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

_ A Fathah

_ I Kasrah

_ U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i _م

Au a dan u _ك

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu:

Tanda

Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

ا/ل Â a dengan topi

di atas

م Î i dengan topi

di atas

ك Û u dengan topi

di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /1/, baik diikuti huruf

Page 8: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

vii

syamsiah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâlbukanar-rijâl, al-

dîwânbukan ad-dîwân.

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ( ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyah. Misalnya, kata ( لضركرةا ) tidak ditulis ad-darûrah melainkan

al-darurah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbûṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada

kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi

huruf /h/ (lihat contoh 1). Hal ini sama juga berlaku jika ta marbûṯah

tersebut diikuti kata sifat (na’at) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta

marbûṯah tersebut diikuti kata benda (isim), maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

Ṯarîqah طريقة 1

اإلسالمية اجلامعة 2 al-jâmî‟ah al-

islâmiyyah

الوجود كحدة 3 Waẖdat al-wujûd

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan

mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia

(EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal

Page 9: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

viii

nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri

didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital

tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata

sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-

Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring

(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis

dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,

demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis

Abdussamad al-Palimbani, tidak„Abd al-Samad al-Palimbânî,:

Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (isim), maupun huruf

(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih

aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman

pada ketentuan-ketentuan diatas:

Kata Arab Alih Aksara

dzahaba al-ustâdzu ذهب األستاد

tsabata al-ajru ثػبت األجر

العصر يةاحلركة al-ẖarakah al-„aṣriyyah

asyhadu an lâilâhaillâAllâh أشهد أف آلإله إالاهلل

Maulânâ Malik al-Ṣâliẖ موالنا مل ك الصال ح

Page 10: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

ix

yu‟atstsirukumAllâh يػ ؤث ر ك م اهلل

ظاه ر العقل ية al-maẕâhir al-„aqliyyah امل

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.

Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu

dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukanNûr Khâlis Majîd:

Mohamad Roem, bukan Muhammad Rûm: Fazlur Rahman, bukan Fadl

al-Rahmân.

Page 11: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

x

ABSTRAK

LAILI FITRIANI

TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB

(ANALISIS TERHADAP QS AL-MUMTAHANAH[60[:8-9

DALAM TAFSIR FI ẔILALIL AL-QURAN)

Islam sebagai agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat

Indonesia, seyogianya mampu berperan sebagai pemersatu dalam

membangun perdamaian dan kerjasama antar sesama manusia. Namun

pada kenyataannya dalam hal hubungannya antar agama, Islam justru

memperlihatkan sikap intoleran terhadap pemeluk agama lain.

Sehingga memunculkan anggapan bahwa kekerasan atau konflik

agama yang terjadi merupakan ajaran Islam yang Intoleran. Anggapan

tersebut muncul karena masih terdapat sebagian orang Islam yang

hanya memahami al-Quran dengan melihat isi teks tanpa menelususri

sejauh mana pesan teks tersebut dimaksudkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam

bangunan toleransi dengan penafsiran Sayyid Quṯb. Berusaha

menjawab persoalan antar umat beragama yang berangkat dari QS Al-

Mumtahanah, khususnya dalam kitab tafsir Fi Ẕilalil al-Quran.

Dengan menggunakan metode penafsiran Sayyid Quṯb untuk

menganalisis ayat-ayat yang dikaji. Dengan menggunakan penafsiran

Sayyid Quṯb yang memiliki tiga prinsip dalam tafsir nya yaitu Fi

Ẕilalil al-Quran, mawwaḏdah, tabarrû dan tuqsiṯtu, tawallâ dan zalim.

Penelitian ini tergolong dalam penelitian kepustakaan.

Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan tentang

Toleransi Beragama dalam QS Al-Mumtahanah, penelitian ini

menemukan beberapa analisis yang dikemukakan oleh Sayyid Quṯb

berdasarkan Tafsir Fi Ẕilalil al-Quran yaitu mawwaḏdah, tabarrû dan

tuqsittû, tawallâ dan zalim. Dari beberapa kata kunci pada setiap

pembahasan tersebut menunjukkan: Pertama, dalam kata mawwaḏdah

menganjurkan kita untuk saling cinta dan menyayangi pada sesama

umat manusia baik muslim maupun non muslim, seperti yang sudah

terbina sebelumnya yaitu orang tua yang non muslim. Kedua, pada

kata tabarrû dan tuqsitu mengajarkan kita untuk berbuat baik dalam

kewajibannya sebagai anak kepada kedua orang tuanya, serta perintah

berbuat adil kepada kedua orang tua yang non muslim seperti

menerima hadiah yang dibawakan orang tua non Muslim terhadap

anaknya yang Muslim dalam kunjungannya, terlepas dari hal itu juga

bahwa kita juga harus berbuat baik terhadap sesama. Ketiga, pada kata

tawallâ dan zalim juga larangan kaum Muslimin bertolong menolong

dengan orang-orang yang menghambat atau menghalangi manusia

dijalan Allah dan memurtadkan kaum Muslimin sehingga berpindah

kepada agama lain yang memerangi, mengusir dan membantu

pengusiran kaum Muslimin dari negeri mereka.

KATA KUNCI: TOLERANSI, SAYYID QUTHB, FI ẔILALIL AL-

QURAN

Page 12: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

xi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah penulis ucapkan pada kehadirat Allah Swt, segala

puji bagi Allah yang telah melimpahkan taufiq, hidayah, serta nikmat yang tak

terhingga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat

menyusun skripsi yang berjudul “TOLERANSI BERAGAMA PRESPEKTIF

SAYYID QUṮB (ANALISIS TERHADAP QS. AL-MUMTAHANAH[60]:8-9

DALAM TAFSIR FI-ẔILALIL AL-QURAN”ini. Sholawat serta salam semoga

tercurah atas Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya,

serta semoga semua umatnya senantiasa dapat menjalankan syari‟at-syariatnya,

amin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan skripsi ini

banyak sekali kekurangan mengingat terbatasnya kemampuan penulis, kegalauan

penulis namun berkat rahmat Allah SWT, serta pengarahan dan bantuan dari

berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Harapan penulis semoga

skripsi ini dapat bermanfaat untuk kepentingan bersama. Maka sepatutnya penulis

mengucapkan banyak terimakasih sedalam-dalamnya secara khusus kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, MA, selaku

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, selaku ketua program studi Ilmu

Al-Quran dan Tafsir, dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd, selaku

sekretaris program studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir.

4. Seluruh jajaran dosen fakultas Ushuluddin dan civitas academica,

khususnya prodi ilmu al-Quran dan Tafsir yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat, yang telah

mengajarkan dan memberi ilmu dengan tulus, ikhlas dan sabar

membimbing kami menjadi manusia yang berakhlak mulia dan

berguna.

5. Bapak Moh. Anwar Syarifuddin, MA, selaku pembimbing penulis,

terimakasih banyak bapak yang telah memberikan waktu, ilmu,

Page 13: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

xii

nasehat, bimbingan, koreksian terhadap skripsi ini sehingga dapat

terselesaikan dengan baik.

6. Kedua orang tuaku tercinta (Sholechul Hadi dan Istiqomah) yang tak

pernah henti menyayangi dan memberi semangat kepada penulis dalam

suka maupun duka, Terimakasih untuk doa yang telah dipanjatkan

mamah dan ayah dalam sholat malam, doamu adalah pemeran penting

dalam segala keberhasilanku, semoga dengan skripsi ini bisa menjadi

sebuah kebanggaanmu terhadap anakmu.

7. Saudara-saudaraku, adiku tersayang Afif Athoillah dan Muhammad

Ziyaur Rahman yang telah menyemangati penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan pada program Ilmu al-Quran dan Tafsir

angkatan 2014, terkhusus sahabat-sahabatku dan orang-orang yang

kusayangi Ubaidillah, Isni Laila, Anzah Muhimmatul I, Nurul Chusna,

Syifa Dzihni H, Inana Syarifah yang telah menyemangati penulis

dalam hal apapun itu.

9. Sahabat-sahabati PMII Komfuspertum yang telah memberikan wadah

dan banyak pengalaman terhadap penulis selama menuntut ilmu di

kampus tercinta, dan teman- teman KKN Bambusa Melifera

khususnya eva, rubi, dian yang menemani penulis selama sebulan

penuh mengabdi dan mencari pengalaman bersama.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan doa semoga

segala kebaikan semua pihak yang terkait membantu penulis dalam

berjuang selama ini diterima disisi Allah Swt dan mendapatkan pahala

yang dilipat gandakan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

membaca khususnya bagi penulis sendiri.

Ciputat, 24 April 2019

Laili Fitriani

Page 14: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................................... x

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xiii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah .................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 9

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 10

E. Metodologi Penelitian ....................................................................................... 12

F. Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 13

G. Sistematika Penelitian ....................................................................................... 16

BAB II: SEKILAS TENTANG TAFSIR FI ẔILALIL QURAN

A. Biografi Sayyid Quṯb ........................................................................................ 18

B. Karya-karya Sayyid Quṯb .................................................................................. 24

C. Metode dan Corak Tafsir Fi Ẕilalil al-Quran .................................................... 29

D. Latar Belakang Penulisan Tafsir Fi Ẕilalil al-Quran ......................................... 31

BAB III: TINJAUAN UMUM TENTANG TOLERANSI BERAGAMA

DALAM AL-QURAN

A. Definisi Toleransi antar Umat Beragama .......................................................... 39

B. Prinsip-Prinsip Toleransi Beragama dalam Prespektif al-Quran ...................... 44

C. Pemikiran Sayyid Quṯb tentang Keberagamaan Umat Manusia ....................... 55

Page 15: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

xiv

BAB IV: PENAFSIRAN SAYYID QUṮB TERHADAP QS. AL-

MUMTAHANAH (60): 8-9

A. QS Al-Mumtahanah [60]: 8-9 beserta Terjemahannya ..................................... 68

B. Azbabul Nuzul Ayat .......................................................................................... 68

C. Toleransi Islam Terhadap Kaum Dzimmi ......................................................... 74

D. Sikap Kaum Muslim Terhadap Mereka yang Memerangi Islam ...................... 83

BAB V: PENUTUPAN

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 88

B. Saran-saran ........................................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 94

Page 16: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang selalu menekankan adanya kehidupan yang

harmonis terhadap sesama manusia yang diharapkan mampu membangun

masyarakat yang beradab dengan mempunyai sikap yang terbuka, demokratik,

toleran dan damai. Oleh sebab itu, dalam kehidupan bermasyarakat kiranya dapat

menegakkan prinsip-prinsip persaudaraan dan mengikis segala bentuk fanatisme

golongan ataupun kelompok, karna pada dasarnya setiap agama berfungsi

menciptakan kesatuan sosial agar manusia tetap utuh dibawah semangat

ketuhanan.1

Namun dalam tradisi beragama, sangat sering ditemukan adanya klaim

kebenaran, setiap pemeluk merasa bahwa agamanyalah yang benar, sedangkan

agama-agama lain salah, bahkan tidak jarang seseorang merasa pahamnya dalam

beragama adalah paham yang paling benar.2 Salah satu penyebab utama

pemahamannya seperti ini juga bermula dari sikap interaksi sesama, yang mana

masing-masing penganut agama mengklaim sebagai pengikut agama yang lebih

unggul dan beranggapan bahwa agama mereka adalah satu-satunya agama yang

diterima dalam mengantarkan kejalan keselamatan.

1Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h. 148.

2Alwi Shihab, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama (Bandung: Mizan,

1994), h. 92.

Page 17: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

2

Salah satu hal yang biasa terdengar ditengah masyarakat adalah ada

sebagian orang yang tidak adil dalam menyikapi sesuatu atas sikap bertoleransi

dengan agama lain. Misalnya yang terdapat pada Q.S.al-Mumtahanah ini:

م وك ل ت ا ق ي ل ن ي لذ ا ن ع لو ل ا م اك ه ن ي ن ل أ م رك ا ي د ن م م وك يرج ول ن ي د ل ا ف ي ط س ق م ل ا ب ي لو ل ا ن إ م ه ي ل إ وا ط س ق وت م وى ر ب ت

”Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap

orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir

kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku

adil.(8)”

Karena agama merupakan fitrah yang menyertai jiwa manusia, maka ia

tidak dapat dipisahkan dari manusia, hanya tingkatnya berbeda-beda.3

ين القي فأقم وجهك لك الد ها ل ت بديل للق اللو ذ ين حنيفا فطرت اللو الت فطر الناس علي م للدكن أكث ر الناس ل ي علمون ول

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.

Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui”

Agama Islam merupakan satu sistem akidah dan tata akidah yang

mengatur segala kehidupan dan penghidupan manusia dalam pelbagai hubungan,

baik hubungan antara manusia dan Tuhannya, sesama manusia, dan hubungan

antara manusia dan alam lainnya4. Adapun menurut Muhammad Syaltut islam

dalam agama Allah yang diperintahkan untuk mengajarkan pokok-pokok dan

peraturan-peraturannya kepada Nabi Muhammad Saw. Dan menugaskan untuk

menyampaikan agama itu kepada seluruh manusia, lalu mengajak mereka untuk

3Komaruddin Hidayat, Agama Punya Seribu Nyawa, (Jakarta:Noura Books, 2012), h.8.

4Endang Saifuddin Anshari, H. Wawasan Islam, Pokok-pokok pikiran tentang paradigma

dan sistem islam, (Jakarta:Gema Inshani Press, 2004), h. 39.

Page 18: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

3

memeluknya. Agama adalah ketetapan-ketetapan ilahi yang diwahyukan

kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia.5

Perbincangan agama tidak dapat dipisahkan dari pemahaman ketuhanan

karena Tuhan adalah hakikat yang mutlak. Perbincangan tentang Tuhan telah

menjadi kajian bagi kalangan filosof dengan mengemukakan berbagai argumen

untuk membuktikannya. Diantara berbagai argumen itu, argumen etika atau moral

merupakan pemikiran yang paling mendasar. Kehidupan didunia hanya mampu

menghasilkan keadilan relatif sementara manusia membutuhkan keadilan yang

absolut. Dan hal itu hanya bisa diperoleh dari zat maha absolut dan itulah Tuhan.6

Kini mulai terjadi kemunduran atas rasa dan semangat kebersamaan yang

sudah dibangun selama ini. Intoleransi semakin menebal ditandai dengan

meningkatnya rasa benci dan saling curiga diantara sesama anak bangsa. Bahkan

rasa individual semakin melekat dalam kehidupan sosial dan cenderung menutup

diri dari orang lain. Hegemoni mayoritas atas minoritas pun semakin menebal,

mengganti kasih sayang, tenggang rasa, dan semangat untuk berbagi. Intoleransi

muncul akibat hilangnya komitmen untuk menjadikan toleransi sebagai jalan

keluar untuk mengatasi berbagai persoalan yang membuat bangsa terpuruk. Kita

semua tau bahwa setiap agama, baik islam, Kristen dan agama-agama lain

mengajarkan kebaikan dan hidup toleransi, namun pada kenyataannya justru

konflik dan pertikaian sering terjadi yang mengatasnamakan harga diri karena

5M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (fungsi dan peran wahyu dalam

masyarakat), (Bandung:Mizan 1997), h.324. 6Ridwan Lubis, Agama dan Perdamaian (Landasan, Tujuan, dan Realitas Kehidupan

Beragama di Indonesia), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 2017), h. 10.

Page 19: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

4

untuk mempertahankan agama. Padahal agama seharusnya bisa menjadi

energiposistif untuk membangun nilai toleransi guna mewujudkan negara yang

adil dan sejahtera serta hidup berdampingan dalam perbedaan.7

Untuk itu kita perlu menyadari walaupun setiap agama tidak sama, tetapi

agama selalu mengajarkan toleransi, baik dalam beragama maupun hidup dalam

dunia majemuk dan diperlukan kesediaan menerima kenyataan bahwa dalam

masyarakat ada cara hidup, berbudaya, dan berkeyakinan agama yang berbeda.

Keanekaragaman itu indah bila kita menyadari dan mensyukuri setiap perbedaan

yang ada dan menjadikan perbedaan itu sebagai warna-warni kehidupan seperti

halnya pelangi yang terdiri dari warna-warna yang berbeda namun menyatu untuk

memancarkan keindahan.

Setiap pemeluk agama akan memandang benar agama yang dipeluknya.

Karenanya akan amat riskan untuk memaksakan suatu agama terhadap orang yang

sudah beragama. Memberikan kebebasan kepada setiap pemeluk suatu agama

untuk menjalankan agamanya secara patut adalah sikap demokratis di dalam

beragama. Dan memperkenalkan identitas agama yang dipeluk kepada pemeluk

agama lain agar saling memaklumi dan menghormati adalah langkah arif dalam

membina hubungan antar umat beragama.

Tidak dibolehkannya memaksakan suatu agama ialah karena manusia itu

dipandang mampu untuk membedakan dan memilih sendiri mana yang benar dan

mana yang salah. Manusia dianggap sudah dewasa, dan mengerti akan risiko dari

7Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕilalil Quran (dibawah naungan quran), (Jakarta: Gema Insani

Press, 2004), h 849, jilid 11.

Page 20: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

5

pilihannya. Maka dari itu pilihan ditetapkan, adalah menjadi hak manusia untuk

menjalankan ritual-ritual agamanya tanpa ada gangguan dari pihak-pihak lain.

Inilah yang dinamakan dengan pluralisme positif di dalam beragama.

Di mana pertama, adanya pengakuan akan selain agama sendiri, bahwa ada

agama lain yang harus dihormati (pluralisme). Kedua, bahwa masing-masing

pemeluk agama harus tetap memegang teguh agama yang dipeluknya (positif).

Pluralisme ini akan menjadi negatif kalau orang berpandangan bahwa seluruh

agama itu sama, sehingga dengan mudah bergonta-ganti agama, seolah-olah

beragama itu bukan suatu urusan besar. Atau dengan adanya pandangan bahwa

tidak ada keselamatan, kecuali pada agama yang diyakininya. Sehingga misi

utamanya adalah mengajak orang yang sudah beragama untuk berpindah agama.8

Problem seperti ini kiranya dapat dieliminasi sedikit demi sedikit dengan

mengupas nalar agama dan nalar al-Quran, yakni dengan menghadirkan pebacaan

yang objektif, kritis dan dihadapkan dengan realitas sosial. Karena salah satu

peran agama adalah untuk membebaskan umat manusia dari segala bentuk

penindasan, baik itu dalam bentuk fisik maupun struktur kesadaran yang

menghinggapi pikiran manusia.

Oleh karena itu al-Quran sebagai kitab rujukan terpenting dalam Islam,

dan makna serta pembahasannya juga dilihat atas kondisi yang terlihat nyata

dalam kehidupan, agar pesan kemanusiaan dalam al-Quran pun dapat dihidupkan

dalam keberagamaan didunia modern sekarang ini, maka dari itu dibutuhkan

8Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Zhilalil Quran (dibawah naungan quran), (Jakarta: Gema Insani

Press, 2004), h 849, jilid 11.

Page 21: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

6

sebuah metode penafsiran dalam menjawab sebuah problem kehidupan kekinian,

sehingga tidak memahami ayat-ayat al-Quran hanya berdasarkan literaturnya saja.

Salah satu tokoh muslim yang kerap kali dianggap sebagai rujukan

gerakan gerakan radikal dan sekaligus menjadi salah satu tokoh ulama yang akan

penulis tunjuk adalah Sayyid Quṯb. Ia dianggap tokoh yang sangat berpengaruh

dan mengilhami banyak gerakan di dunia Islam. Pikiran-pikirannya menjadi

rujukan berbagai kelompok-kelompok Islam militan, terutama di Mesir. Bahkan,

pemikiran-pemikiran Quṯb ini menjadi perpanjangan dan perkembangangan dari

pemikiran Hasan al-Banna.9 Selain itu, Ia juga memiliki karya tafsir secara utuh

menafsirkan tiga puluh juz. Dia menggugah kesadaran kaum muslimin akan

ketertindasannya atas Barat serta penolakannya terhadap modernisasi, sekularisasi

dan Westernisasi yang dianggapnya sebagai jahiliyyah modern. Pemikiran itu

didasarkan atas pemahaman dan penafsirannya terhadap ajaran agama, sehingga

tafsir Sayyid Quṯb penting untuk dikaji secara mendalam, terutama isu tentang

toleransi.

Toleransi beragama dalam prespektif Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran

menegaskan bahwa konsep toleransi yang ditawarkan oleh Sayyid Quṯb memiliki

batasan yang ketat. Quṯb memandang toleransi sebagai karakter agama Islam

berdasarkan ayat-ayat al-Quran yang menerangkan hubungan antara umat Islam

dengan penganut agama lain. Walaupun Sayyid Quṯb menjadi salah satu rujukan

gerakan radikal keagamaan, ia juga sangat keras terhadap Barat dan orang kafir

dalam hal-hal tertentu. Tetapi disisi lain yang jarang digali dari sosok Sayyid Quṯb

9M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur

Tengahke Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 44-46.

Page 22: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

7

adalah pandangannya terkait Toleransi. Menurutnya, siapa saja diantara Yahudi,

Nasrani yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta beramal saleh, mereka

akan mendapatkan pahala disisi Tuhannya dan tidak merasa khawatir dan tidak

bersedih hati. Akidah bukan fanatisme golongan atau bangsa dn tidak melarang

interaksi sosial dengan penganut agama lain, seperti Yahudi dan Nasrani, karena

merupakan bagian dari pluralitas agama dan suku manusia.10

Pilihan terhadap Tafsir Fi Ẕhilalil al-Qur‟an karya Sayyid Quṯb karena

kitab tafsir ini kontemporer, ditulis pada abad modern, yaitu antara 1952‒1965

dan mengalami cetak ulang ke-17 pada 1992.11

Sayyid Quṯb termasuk pribadi

yang ekspresif dalam mengungkapkan perasaannya dengan menggunakan kata

yang tajam, terutama ketika menggambarkan ancaman yangdihadapi Islam. Ia

juga memiliki ciri khas penafsiran dan susunan yang indah, melebihi kitab-kiab

tafsir lain yang terkenal, dari segi bahasa, hukum, tauhid, filsafat, dan dalam

memberikan interpretasi tentang sistem ekonomi, sosial, dan politik.12

Sayyid

Quṯb sangat piawai dalam melukiskan suatu keadaan atau kondisi dengan bahasa

yang ilustratif dan komunikatif ketika menafsirkan suatu ayat. Selain itu, ia juga

menggunakan berbagai bentuk pendekatan penafsiran dari aspek bahasa, merujuk

kepada ahli sejarah, keadaan masa kini, dan dengan pengalamannya sendiri.

Maka dari uraian tersebut penulis mencoba mengaplikasikannya dalam

Q.S. Al-Mumtahanah ayat 8-9 untuk melakukan penelitian lebih mendalam

10

Sayyid Quṯb, Tafsir FiẔilalilal-Quran (dibawah naungan quran), (Jakarta: Gema Insani

Press, 2004), h. 849, jilid 11 11

Muhammad Chirzin, Kontroversi Jihad di Indonesia: Modernis vs Fundamentalis,

(Yogyakarta: Pilar Media, 2006), h. 125 12

Leonard Binder, Islam Liberal: Kritik terhadap Idologi-ideologi Pembangunan, terj.

Ikhsan Muttaqin (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 256

Page 23: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

8

mengenai metode atau karakteristik penafsiran Sayyid Quṯb, dimana surah ini

membicarakan tentang persoalan hubungan antarumat beragama, yakni bagaimana

sikap seharusnya dibangun oleh seorang Muslim terhadap non Muslim, baik itu

sikap terhadap keluarga, kerabat ataupun yang lainnya. Hubungan antar umat

beragama ini sangatlah penting mengingat hingga saat ini masih sering

memunculkan konflik kekerasan yang mengatasnamakan agama. Salah satunya

pengrusakan rumah ibadah yang mengatasnamakan Islam sebagai agamanya

padahal perilakunya justru tidak mencerminkan ajaran agama Islam.

Hal ini justru melahirkan pandangan tentang Islam sebagai agama yang

intoleran, agama kekerasan, dan seringkali menghadapi sebagian orang dari luar

Islam. Mereka beranggapan kekerasan yang dilakukan sebagian orang Islam

terhadap kelompok diluar mereka dan terhadap penganut diluar Islam yang

muncul dari ajaran Islam yang intoleran. Oleh sebab itu sangat penting untuk

mengungkap pemahaman orang-orang Islam sendiri, maupun orang-orang diluar

Islam. Penulis tertarik untuk membahas permasalahan seputar “Toleransi

Beragama dalam Penafsiran Sayyid Quṯb terhadap QS. Al-Mumtahanah Ayat 8-9

dalam Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran.” Dengan demikian hubungan antarumat

beragama dalam Q.S. Al-Mumtahanah yang penulis kaji dengan menggunakan

penafsiran Sayyid Quṯb diharapkan dapat menghasilkan sebuah penafsiran yang

mencerminkan Islam yang progresif.

B. Pembatasan dan Perumusan masalah

1. Pembatasan Masalah

Page 24: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

9

Supaya pembahasan lebih terarah melihat banyaknya ayat al-Quran yang

membahas tentang toleransi beragama, penulis hanya membatasi masalah pada

QS Al-Mumtahanah[60] dan hanya terfokus pada ayat 8-9 saja dan tidak semua

tafsir yang diambil untuk membandingkan pendapat para ulama, Namun hanya

pandangan Sayyid Quṯb dalam tafsirnya Fi Ẕhilalil al-Quran.

Alasan penulis menentukan ayat-ayat tersebut untuk dijadikan acuan

adalah untuk memudahkan peneliti dan melihat ayat-ayat diatas dalam segi

pandang Sayyid Quṯb, maka penulis sangat perlu untuk menjelaskan menurut

pandangan beliau.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun rumusan masalah yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana penafsiran Sayyid Quṯb

tentang toleransi beragama dalam al-Quran QS. Al-Mumtahanah[60]: 8-9 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian yaitu:

Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan yang diharapkan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk membantu memberikan kontribusi pemahaman toleransi

beragama menurut Sayyid Quṯb dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8-

9.

b. Untuk mengetahui latar belakang penafsiran Sayyid Quṯb tentang

toleransi.

2. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

Page 25: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

10

a. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada

Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

b. Diharapkan mampu menggali konsepsi toleransi beragama dalam

Q.S. Al-Mumtahanah dalam pandangan Sayyid Quṯb.

c. Memperluas khazanah pemikiran khususnya dalam bidang tafsir al-

Qur‟an yang sangat penting guna menjawab persoalan-persoalan

kekinian yang muncul.

Kegunaan dari Penelitian ini secara teoritis dapat memberikan pemahaman

tentang bagaimana suatu al-Quran dan hadits dapat dipahami dengan benar.

Sehingga tidak terlalu kaku dengan pengalaman al-Quran dan hadits yang menjadi

pedoman kita.

D. Metodologi Penelitian

Dalam metode penelitian ini penulis menggunakan enam aspek metodologi

yaitu :

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian karya ilmiah ini penulis menggunakan metode

kualitatif. metode kualitatifyaitu sebuah pemahaman ilmu pengetahuan

dan filsafat yang berasumsi bahwa pengetahuan yang benar adalah

Page 26: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

11

pengetahuan yang didasarkan pada fakta-fakta positif yang diperoleh

melalui pengindraan.13

2. Teknik Pengumpulan Data:

Data yang tersaji dalam penelitian ini dikumpulkan berdasarkan teknik

kepustakaan (library research), yakni dengan mengumpulkan informasi

dari buku-buku, literatur-literatur, ensiklopedi, catatan-catatan, dan

laporan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.14

Karena yang

menjadi sumber peneliti penulis adalah bahan pustaka dan tanpa

melakukan survei atau observasi lainnya. Maka data yang digunakan

hanya data yang tersedia diruang perpustakaan.

3. Sumber Data

Adapun data-data yang hendak diteliti yaitu atas dasar:

a. Data Primer

Yaitu data langsung dari tangan pertama seperti kitab-kitab tafsir,

dan salah satu kitab tafsir yang digunakan penulis sebagai acuan

yaitu Tafsir Fi Zhilalilal-Quran.

b. Data Sekunder

Yaitu buku-buku atau jurnal yang dapat menunjang pembahasan

serta lebih memperkuat penganalisaan penulis seperti buku-buku

yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitiaan.

13

Lihat Eliys Lestari Pambayun, One Stop QualitativeResearch Methodology In

Comunication, (Jakarta:Lentera Ilmu Cendekia, 2013), h. 5. 14

M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2003), h. 27.

Page 27: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

12

4. Metode Pendekatan

Dalam melakukan penelitian diperlukan metode pendekataan yang

tepat dan jelas. Penulis menggunakan metode penafsiran tokoh yaitu

dengan menggunakan penafsiran salah satu tokoh yaitu Sayyid Quṯb

5. Metode Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini sepenuhnya mengacu pada buku pedoman

akademik yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2012.Rujukan yang dipakai dalam penelitian

ini menggunakan kitab tafsir Fi Ẕhilalilal-Quran edisi terjemahan bahasa

Indonesia. Dan agar lebih memudahkannya, beberapa nama dan istilah

tidak menggunakan pedoman bahasa Arab.

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa kajian akademis yang membahas tentang toleransi beragama

seperti jurnal, skripsi, tesis, dan buku. Namun hanya terdapat pada agama antar

daerah tertentu saja dan mengulas tentang terjemahan ayat-ayat toleransi

beragama.

Sebelum penulis mengkaji penelitian ini. Kaitanya dengan toleransi dalam

surat al-mumtahanah memang masih belum banyak yang membahas, tapi berikut

adalah beberapa penelitian yang cukup bersangkutan dengan itu, Diantaranya:

1. Skripsi yang ditulis oleh Rahmalia, yang berjudul Toleransi Beragama

Dalam Perspektif Tafsir Fi Zhilalil Quran. Skripsi ini membahas tentang

toleransi menurut Sayyid Quthb dengan mengumpulkan berbagai macam

Page 28: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

13

ayat serta cara nya bertoleransi menurut syariat dalam al-Quran. Dan

berbeda dengan penulis yang hanya fokus kepada surat al-Mumtahanah

ayat 8 dan 9.15

2. Skripsi yang ditulis oleh Moh. Suhendra, yang berjudul Kerukunan Hidup

Antar Umat Beragama dalam Pengembangan Pendidikan Agama Islam:

Studi Tafsir al-Azhar Q.S. al-Mumtahanah ayat 8-9, dalam pemaparan

skripsi ini ia hanya menjelaskan bagaimana pembinaan kerukunan antar

umat beragama agar perbedaan kepercayaan tidak menjadi penghalang

dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai sesuai dengan

petunjuk Al-Quran yang dijelaskan dalam Q.S. al-Mumtahanah.16

3. Buku Fiqih Hubungan Antar Agama, karya Sayyid Aqil Husain al-

Munawwar. Buku ini membahas tentang beberapa hal pokok mengenai

kerukunan umat beragama dapat tersebar pada semua lapisan masyarakat,

dan baagaimana menciptakan kemesraan agama. Buku ini menjadi salah

satu acuan bagi penulis untuk mengungkapkan dan mewujudkaan nilai

toleransi beragama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan yang

kaya akan kebhinekaan dan keragaman budaya, agama, etnis, suku dll.17

4. Skripsi yang ditulis oleh Muh. Yasir Shidiq, yang berjudul Toleransi Antar

Umat Beragama (Studi Tematik Ayat-ayat Toleransi dalam al-Quran).

Skripsi ini dari penuturannya, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini

15

Rahmalia, Toleransi Beragama Dalam Prespektif Tafsir Fi Zhilalil Quran, Skripsi UIN

Raden Intan Lampung, 2017. 16

Moh. Suhendra, Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama dalam Pengembangan

Pendidikan Agama Islam: Studi Tafsir al-Azhar Q.S. al-Mumtahanah ayat 8-9,Skripsi Fakultas

Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2004. 17

Said Agil Husain al-Munawwar, Fikih Hubungan Antaragama, (Jakarta:Ciputat Press,

2003).

Page 29: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

14

adalah, pertama, menjelaskan tentang prinsip toleransi dalam umat

beragama, kedua, menjelaskan tentang batasan-batasan toleransi dalam

umat beragama. Dan kemudian ia mendapatkan data tentang beberapa

prinsip dan batasan toleransi yaitu dengan mengutip dari beberapa ulama.18

5. Tesis yang ditulis oleh Rahmat Nurdin, yang berjudul Hubungan antar

Umat Beragama dalam surah Al-Mumtahanah. Tesis ini menjelaskan

tentang beberapa pokok permasalahan dalam surat al-Mumtahanah dengan

penafsiran Abdullah saeeed menggunakan tahapan-tahapan mulai dari

analisis linguistik, konteks sosio-historis masa pewahyuan dan makna

otentik ayat serta relevansi makna otentik ayat dalam konteks Indonesia.19

6. Tesis yang ditulis oleh Alifah Ritajuddiroyah, yang berjudul Toleransi

Beragama dalam Al-Quran Menurut Penafsiran Sayyid Quthb, dalam

Tesis ini berisi konsep toleransi terhadap ayat-ayat hubungan dengan

penganut agama lain dan implikasinya terhadap toleransi beragama

menurut penafsiran Sayyid Quthb serta hakikat toleransi dalam

membangun masyarakat yang plural. Dan yang membedakan dengan

penulis bahwa penulis hanya tertuju dengan surat al-Mumtahanah ayat 8

dan 9.20

7. Dalam sebuah karya Jurnal Suhuf yang ditulis oleh Muchlis M. Hanafi ,

dengan judul Hubungan Antar agama. Tulisan ini membahas beberapa

18

Yasir Shidiq, Toleransi Antar Umat Beragama (Studi Tematik Ayat-ayat Toleransi

dalam al-Quran), Skripsi IAIN Ponorogo, 2017. 19

Rahmat Nurdin, Hubungan antar Umat Beragama dalam surat Al-Mumtahanah, Tesis

Paascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2016. 20

Alifah Ritajuddiroyah, Toleransi Beragama dalam Al-Quran Menurut Penafsiran

Sayyid Quthb, Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2015.

Page 30: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

15

pokok permasalahan diantaranya tentang toleransi Islam terhadap agama

lain dan bagaimana merajut hubungan dengan jalan dialog. Dan tulisan ini

memberi sedikit gambaran bagaimana membangun sikap toleran antar

sesama pemeluk agama.21

8. Disertasi yang ditulis oleh Karman, yang berjudul Hubungan Antaragama

dalam Tafsir Al-Quran (Studi Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab),

dalam isi disertasi ini menjelaskan bahwa ia memaparkan enam tema

hubungan antarumat beragama yang ditafsirkan M. Quraish Shihab yang

berkaitan dengan agama, pluralitas agama, keimanan, kebebasan

beragama, dialog dan kerjasama antarumat beragama, serta perkawinan

beda agama, dan dalam kesimpulannya bahwasannya penafsiran M.

Quraish Shihab belum sepenuhnya dapat mentranformasikan kehidupan

keagamaan di Indonesia.22

9. Tesis yang ditulis oleh Kusnadi, yang berjudul Hubungan Antaragama

(Studi komparatif Tafsir at-Thabari dan Tafsir Fahkr al-Razi), dalam tesis

ini ia menjelaskan bahwa seorang muslim boleh melakukan hubungan

politik, persahabatan, dan kerja sama dengan non muslim. Maka dari itu

tesis ini dapat membantu penulis untuk menafsirkan ayat-ayat yang

berkaitan dengan apa yang penulis kaji selain dalam Q.S. al-

Mumtahanah.23

21

Muhclis M. Hanafi , Hubungan Antaragama, SUHUF: Jurnal Kajian al-Quran, Lajnah

Pentashihan Mushaf al-Quran Badan Diklat dan Kementrian Agama RI, No. 1, juli 2008. 22

Karman, Hubungan Antaragama dalam Tafsir al-Quran: Studi Tafsir al-Misbah karya

M. Quraish Shihab, Disertasi Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, 2012. 23

Kusnadi, Hubungan Antarumat Beragama (Studi Komparatif Tafsir at-Thabari dan

Tafsir Fahkr al-Razi ), Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2011.

Page 31: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

16

10. Skripsi yang ditulis oleh Arlan, yang berjudul Kerukunan Hidup Antar

Umat Beragama (Suatu Kajian Tahlili Terhadap Q.S. al-Mumtahanah).

Dari penuturannya ia mempunyai beberaapa tujuan dalam skripsi ini yaitu,

pertama, menjelaskan esensi kerukunan beragama. Kedua, menjelaskan

tentang wujud kerukunan beragama dalam surat al-Mumtahanah ayat 8

dan 9. Ketiga, menjelaskan tentang syarat dan urgensi kerukunan

beragama dalam surah tersebut. Dan dengan menggunakan metode tahlili,

ia kurang menghiraukan ayat-ayat lain dalam surah yang sama yang

mempunyai indikasi masalah yang sama.24

Secara khusus penulis berbeda dengan skripsi di atas, karena dilihat dari

judul yaitu membahas Adapun Kitab yang dijadikan acuan penulis dalam meneliti

skripsi ini yakni Kitab Fi Zhilalil al-Quran karya Sayyid Quthb.

F. Sistematika Penulisan

Agar mencapai pembahasan yang sistematis, maka dalam penelitian ini

perlu ada gambaran singkat tentang bagaimana sistematika pembahasan yang akan

dipaparkan, penyusunan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab dan sub babnya.

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

Bab pertama, yaitu pendahuluan, dalam bab ini berisi uraian tentang latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metodologi masalah, tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

24

Arlan, Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama (Studi Kajian Tahlili Terhadap Q.S. al-

Mumtahanah:8-9), Skripsi UIN Alaudin Makassar, 2017.

Page 32: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

17

Bab kedua, Sekilas tentang Tafsir FiẔhilalilal-Quran, yang membahas

tentang biografi pengarang, karya-karya pengarang, metode dan corak Tafsir Fi

Ẕhilalilal-Quran, latar belakang penulisan Tafsir Fi Ẕhilalilal-Quran.

Bab ketiga, Tinjauan Umun tentang Toleransi Beragama dalam Al-Quran,

yang membahas tentang pengertian Toleransi, Prinsip-prinsip Toleransi Beragama

dalam Perspektif al-Quran dan pendapat Sayyid Quṯb tentang keberagamaan

manusia.

Bab keempat, Penafsiran Sayyid Quṯb terhadap QS Al-Mumtahanah

[60]:8-9, berisi tentang QS. Al-Mumtahanah[60]:8-9 beserta Terjemahannya,

Asbabul Nuzul QS. Al-mumtahanah[60]:8-9, Toleransi terhadap kaum dzimmi

yang tidak memerangi dalam ayat 8, Sikap kaum muslim terhadap kaum yang

memerangi dalam ayat 9.

Bab kelima, merupakan pembahasan penutup yang mencakup pokok-

pokok penelitian yang sekaligus menjadi jawaban bagi permasalahan yang

menjadi inti dari kajian ini. Yaitu berisi kesimpulan dan saran-saran yang

diperlukan dan setelah bab ini peneiti menyajikan daftar pustaka sebagai

pertanggung jawaban referensi atas penelitian ini.

Page 33: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

18

BAB II

SEKILAS TENTANG TAFSIR FI ẔILALIL AL-QURAN

Dalam bab ini penulis akan memaparkan tentang biografi pengarang kitab

tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran yaitu Sayyid Quṯb, seperti riwayat kehidupan Sayyid

Quṯb, karya-karya yang ditulis oleh Sayyid Quṯb dan latar belakang penulisan tafsir

Fi Ẕhilalil Quran.

A. Biografi Sayyid Quṯb

Nama lengkapnya adalah Sayyid Quṯb Ibrahim Husain Ṣadzili. Ia lahir di

perkampungan Musha dekat kota Asyut Mesir.1 Pada tanggal 9 Oktober 1906M/

21 Rajab 1324 H. Sayyid Quṯb adalah seorang kritikus sastra, novelis, pujangga,

pemikir Islam, dan aktivis Islam Mesir paling masyhur pada abad kedua puluh.

Bahkan kemashurannya melebihi pendiri al-Ikhwan al-muslimin, Hasan al-Banna

(1906-1949 M).

Dilihat dari silsilah jalur ayahnya, dalam dirinya mengalir darah India

karena kakek buyutnya yang keenam (jadduh al-sadis) yang bernama al-

faqir2Abdullah memang berasal dari India yang menetap di dataran Mesir saat

1Asyut yaitu nama dataran tinggi Mesir (+325 km dari Kairo) dan antara desa bandar

terbesar di Mesir yang mempunyai sebuah University terkenal disana. Lihat Zainuddin Hasim dan

Ridwan Mohammad Nor, Tokoh-tokoh Gerakan Islam Abad Modern, (Kuala Lumpur, Jundi

Resources, 2009), cet. Ke-1, h. 186. 2al-faqir yaitu nama yang dilekatkan sebelum nama Abdullah sengaja diberikan oleh

orang-orang didesa tersebut sebagai bentuk kecintaan kepadanya karena kesalehan dan

ketaqwaannya, dan bukan karena kekafirannya dalam harta benda, . Lihat Zainuddin Hasim dan

Ridwan Mohammad Nor, Tokoh-tokoh Gerakan Islam Abad Modern, (Kuala Lumpur, Jundi

Resources, 2009), cet. Ke-1, h.49.

Page 34: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

19

setelah menunaikan ibadah haji.3 Ayahnya bernama al-Hajj Quṯb Ibrahim. Ia

seorang anggota al-Hizb al-Watan (Partai Nasional) yang dipimpin oleh Mustafa

Kamil dan juga pengelola majalah al-Liwa. Ibunya bernama Fatimah, Ia berasal

dari keluarga terhormat dan kaya di desanya. Rumahnya sering di jadikan markas

bagi kegiatan politik, dan juga sering dijadikan pusat informasi yang selalu

didatangi oleh orang- orang yang ingin mengikuti berita- berita nasional dan

internasional dengan diskusi-diskusi para aktivis partai yang sering berkumpul di

situ, atau tempat membaca Koran.4

Ayahnya wafat ketika ia masih kuliah. Tidak lama kemudian ibunya pun

menyusul kepergian ayahnya. Wafatnya dua orang yang dicintainya itu

membuatnya sangat kesepian. Tetapi di sisi lain keadaan ini justru memberikan

pengaruh positif dalam karya tulis dan pemikirannya. Ia merupakan anak dari lima

bersaudara, dua laki-laki dan tiga perempuan.5 Yang pertama adalah Nafisah yang

berusia lebih tua tiga tahun darinya. Berbeda dengan saudara-saudaranya yang

lain sebagai penulis. Nafisah tidak, tetapi ia menjadi aktivis islam dan menjadi

syahidah. Kedua, Aminah, ia juga aktivis islam dan aktif menulis buku-buku

sastra. Ketiga, Hamidah. Ia adalah adik perempuan Quṯb yang bungsu. Ia juga

seorang penulis buku. Keempat Muhammad (Quṯb), adik Quṯb dengan selisih umur

sekitar 13 tahun. Ia mengikuti jejak Sayyid Quṯb dengan menjadi aktifis pergerakan

Islam dan penulis tentang masalah Islam dan berbagai aspeknya.

3Shalah Abdul Fattah al-Khalidi, Sayyid Quṯbal-Adib al-Naqid wa Da‟iyah al-Mujahid

wa al-Mufakkir al-Mufassir al-Raid”, h. 50. 4John L, Espocito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Penerjemah: Eva Y. N dkk,

(Bandung: Mizan, 2001), cet. Ke-1, vol 4, h. 69. 5 Nuim Hidayat,Sayyid Quṯb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema

Insani, 2005), cet. Ke 1-, h. 15-16.

Page 35: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

20

Sayyid Quṯb terkenal sebagai anak yang cerdas. Ia mampu menghafal al-

Quran pada usia sepuluh tahun.6 Saat umur enam tahun, Ia masuk ke sekolah

Awwaliyah (Pra Sekolah Dasar) di desanya selama empat tahun. Di Madrasah

tersebut, dia menghafal al-Qur‟an. Lalu, ia pindah ke sekolah pemerintah, dan

lulus pada tahun 1918. Setelah terjadi Revolusi Rakyat Mesir pada tahun 1919

melawan pendudukan Inggris, ia berangkat dari desanya menuju Kairo untuk

melanjutkan studi di Al-Halwan (di pinggir kota Kairo). Di Kairo, ia tinggal di

rumah pamannya dari pihak ibu bernama Ahmad Husain Ustman, seorang

wartawan. Pada tahun 1921 M, dia pindah ke Kairo untuk meneruskan belajarnya

hingga tahun 1925. Dari pamannya tersebut ia berkenalan dengan seorang

sastrawan terkenal bernama Abbas Mahmud al-Aqqad.7 Di sini ia memperoleh

pelajaran berharga dalam bidang sastra, kritik, dan kehidupan lewat Aqqad dan

perpustakan pribadinya. Melalui Aqqad pula ia dapat berkenalan dengan Partai

Wafd8 sekaligus menjadi aktivis. Dari kesibukan di partai tersebut, Ia mulai

menulis sajak-sajak, essai-essai sastra, politik dan sebagainya. Di antara artikel

yang diterbitkan di dalam Koran adalah “Turuq al-Tadris” (terj. metode

6Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, “Pengantar Memahami Tafsir Fi Zilalil al-Quran”,

Terjemah: Salafuddin Abu Sayyid, (Surakarta: Era Intermedia, 2001), h. 24. 7Ia dikenal sebagai seorang jurnalis, kritikus, dan sastrawan kenamaan yang lahir di

Aswan, Mesir pada tanggal 28 Juni 1889, dan wafat di Cairo, Mesir, pada tanggal 12 Maret 1964.

Lihat detail biografinya pada, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,(Jakarta: PT

Ichtiar Baru van Hoeve, 1997), jilid 1, cet ke-4, h. 2. 8Partai ini merupakan salah satu partai yang ada di Mesir semasa Sayyid Qutb, yang

berideologi sekuler. Dalam sejarah, partai tersebut tercatat pernah mengalami bentrok fisik dengan

Ikhwanul Muslimin dimana Sayyid Qutb di kemudian hari bergabung dengan jama‟ah ini. Partai

tersebut dibubarkan oleh Pemerintah Kerajaan Mesir pada tahun 1944. Setelah 39 tahun vakum,

tepatnya tahun 1983, partai tersebut kembali dengan nama baru, “The Neo Wafd” yang saat ini

diketuai oleh Mr. Mohammad Fouad Seraguldin dengan media massa, “AlWafd”. Lihat Dewan

Redaksi Ensiklopedi Islam, Jilid 2., hal. 196.

Page 36: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

21

pengajaran) di Koran al-Balagh yang merupakan koran harian milik Partai Wafd

(1921).

Pada tahun 1925, Sayyid Quṯb mengikuti pendidikan keguruan, dan lulus

pada tahun 1928. lalu ia mengikuti kuliah secara informal di tingkat tsanawiyyah

(menengah) pada tahun 1928 hingga tahun 1929 di Dar al-Ulum. Pada tahun

1930, ia kuliah secara formal di Universitas Tajhisziyah Darul Ulum (didirikan

tahun 1872 sebagai universitas Mesir modern model Barat) dan lulus pada tahun

1933 dengan gelar sarjana muda (Lc) dalam bidang sastra dan diploma dalam

bidang pendidikan. Sebagai pengakuan atas prestasinya, ia ditunjuk sebagai dosen

di almamaternya.

Sejak tahun 1933 ia bekerja di Departement Pendidikan dengan tugas

menjadi tenaga pengajar selama enam tahun, setahun di Suwaif, setahun di

Dimyat, dua tahun di Kairo, dua tahun di Madrasah Ibtidaiyyah Halwan. Setelah

itu Ia berpindah kerja sebagai pegawai kantor Departemen Pendidikan untuk

beberapa waktu lamanya. Kemudian dia pindah tugas lagi ke Lembaga

Pengawasan Pendidikan Umum yang terus berlangsung selama delapan tahun

sampai akhirnya kementerian mengirimnya berangkat ke Amerika pada tahun

1948.

Ketika berada di Departemen pendidikan, Sayyid Quṯb adalah seorang

pegawai yang tekun, pemikir yang berani, serta seorang yang mulia. Sifat-sifat ini

akhirnya banyak menyebabkan Sayyid Quṯb mendapat berbagai kesulitan dan

sesudah itu akhirnya Sayyid Quṯb pun melepaskan pekerjaannya. Sayyid

Page 37: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

22

Quṯbmengajukan surat pengunduran diri dari pekerjaannya sekembalinya dari

Amerika, karena pada tahap ini beliau lebih memfokuskan pikiran beliau untuk

dakwah dan pergerakan serta untuk studi dan mengarang.9

Tahun 1948, ia diutus Departemen Pendidikan ke Amerika untuk mengkaji

kurikulum dan sistem pendidikan Amerika. Di Amerika selama dua tahun, lalu

ia pulang ke Mesir tanggal 20 Agustus 1950 M. Setelah itu ia diangkat sebagai

Asisten Pengawas Riset Kesenian di kantor Mentri Pendidikan. Tanggal 18

Oktober 1952, ia mengajukan permohonan pengunduran diri. Dalam masa

tugasnya di Amerika, ia membagi waktu studinya antara Wilson‟s Theacher‟s

College di Washington, Greeley College do Colorado, dan Stanford University di

California.

Setelah kembali ke Mesir, Sayyid Quṯb menolak promosi menjadi

penasehat di Kementrian Pendidikan dan mulai menulis artikel untuk berbagai

surat kabar dengan tema sosial dan politik.10

Pada awal karir politik, Sayyid

Quṯbbergabung pada Partai Wafd hingga tahun 1942. Ia keluar dari partai ini

karena partai tersebut berkhianat demi kepentingan Inggris. Setelah itu ia

bergabung dengan Partai Sa‟diyyin selama 2 tahun lalu keluar. Setelah itu ia

meninggalkan partai–partai politik secara total. Pada tahun 1953 ia secara

resminya bergabung dengan Islam Ikhwanul Muslimin11

. Dan menjadi salah

9Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, “Pengantar Memahami Tafsir Fi-Zilalil al-Quran”,

Terjemah: Salafuddin Abu Sayyid, (Surakarta: Era Intermedia), h. 228-229. 10

John L, Espocito, ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Penerjemah: Eva Y.N dkk,

(Bandung: Mizan, 2001), cet ke-1, vol 4, h. 69. 11

Ikhwanul Muslimin adalah sebuah gerakan islam terbesar di zaman modern ini.

Seruannya ialah kembali kepada islam sebagaimana termaktub didalam al-Quran dan al-Sunnah

serta mengajak kepada penerapan syariat islam dalam kehidupan nyata. Dengan tegar gerakan ini

Page 38: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

23

seorang tokohnya yang berpengaruh, disamping Hasan al-Hudabi dan „Abdul

Qadir Audah.12

Waktu larangan terhadap Ikhwanul Muslimin dicabut 1951, ia

terpilih sebagai anggora panitia pelaksana, dan memimpin bagian dakwah. Selama

tahun 1953 ia menghadiri konferensi di Suriah dan Yordania, dan sering

memberikan ceramah tentang pentingnya akhlak sebagai prasyarat kebangkitan

umat. Juli 1954 ia memimpin redaksi harian Ikhwanul Muslimin, tetapi baru dua

bulan usianya, harian itu ditutup atas perintah Kolonel Gamal Abdul Nasser

(Presiden Mesir), karena mengecam perjanjian Mesir-Inggris 7 Juli 1954.13

Sekitar Mei 1955 Sayyid Quṯbtermasuk salah seorang pemimpin Ikhwanul

Muslimin yang ditahan setelah organisasi itu dilarang oleh presiden Nasser

dengan tuduhan berkomplot untuk menjatuhkan pemerintah. Pada tanggal 13 Juli

1955 Pengadilan Rakyat menghukumnya 15 tahun kerja berat. Ia ditahan di

beberapa penjara di Mesir hingga pertengahan tahun 1964. Ia dibebaskan pada

tahun itu atas permintaan Abdul Salam Arif, presiden Irak, yang mengadakan

kunjungan muhibah ke Mesir. Akan tetapi baru setahun ia menikmati kebebasan,

Ia kembali ditangkap bersama tiga orang saudaranya: MuhammadQuṯb, Hamidah

dan Aminah; juga ikut serta ditahan kira-kira 20.000 orang lainnya, di antaranya

700 wanita. Presiden Nasser lebih menguatkan tuduhannya bahwa Ikhwanul

Muslimin berkomplot untuk membunuhnya. Di Mesir berdasarkan Undang-

Undang Nomor 911 Tahun 1966, presiden mempunyai kekuasaan untuk menahan

telah mampu membendung arus sekularisasi di dunia Arab dan Islam. Lihat Lembaga Pengkajian

dan Penelitian WAMY, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran: Akar Ideologi dan Penyebarannya,

Penerjemah: A. Najiyulloh, (Jakarta: al-I‟tishom Cahaya Umat, 2008), cet ke-6, h. 7. 12

Azyumardi Azra dkk, Ensiklopedi Muslim, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h.

289. 13

John L, Espocito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Penerjemah: Eva Y. N dkk,

(Bandung; Mizan, 2001), cet. Ke-1, vol. 4, h. 145-146.

Page 39: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

24

tanpa proses, siapa pun yang dianggap bersalah, dan mengambil alih

kekuasaannya, serta melakukan langkah-langkah yang serupa itu.14

Pada Ahad Sore, 28 Agustus 1966, seminggu setelah dikeluarkannya

putusan hukuman eksekusi, seluruh pimpinan redaksi media massa dihubungi

melalui sambungan telepon Dari Kantor Sami Syaraf, Sekretaris Abdun Nasher

untuk bidang penerangan, lalu mereka didekte untuk mempublikasikan berita pada

halaman pertama di kantor-kantor mereka yang diterbitkan pada Senin pagi, 29

Agusrtus 1966. Teks berita yang didektekan itu adalah sebagai berikut: ”Pagi ini

telah selesai pelaksanaan eksekusi terhadap Sayyid Quṯb, Abdul Fatah Ismail,

dan Muhammad Yusuf Hawwasy!”.15

Sayyid Quṯb banyak meninggalkan warisan

keilmuan yang tertuang dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisannya terkait dalam

berbagai bidang, di antaranya adalah tafsir al-Qur‟an, sastra, politik, dan kajian

keislaman. Karya-karya tersebut banyak yang diterbitkan dan diterjemahkan dari

bahasa Arab ke dalam berbagai bahasa Persia16

, Turki, Urdu, Inggris dan

Indonesia. Salah satu karya yang monumental adalah Tafsir al-Qur‟an 30 juz Fi

Ẕhilalil al-Qur‟an.

B. Karya-Karya Sayyid Quṯb

Sayyid Quṯb memulai penulisan karya momentalnya, yaitu Tafsir Fi Ẕhilalil

al-Quran dimulai dengan artikel-artikelnya pada akhir tahun 1951 di majalah al-

14

Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Pengantar Memahami al-Quran, h. 34. 15

Sholah Abd. al-Fattah al-Khalidi, Madkhal ila Zilal al-Qur‟an, (Cet. III; AlArdun: Dar

Ammar, 2000), h. 28. Lihat, Charles Tripp, “Sayyid Qutb: The Political Vision”, h. 50. 16

Di Iran, Ali Khomeini seseorang pemimpin revolusi pengganti Khomeini

menerjemahkan beberapa bagian dari tafsir Fi Zilalil al-Quran dalam bahasa Perisa, Lihat Lihat,

Charles Tripp, “Sayyid Qutb: The Political Vision”, h. 50.

Page 40: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

25

Muslimun yang diterbitkan secara bulanan, di bawah pimpinan Said Ramadhan.

Setelah tujuh edisi, dia menghentikan kegiatan itu dan mengatakan bahwa dia

akan mempublikasikan tafsirnya secara tersendiri dalam bentuk beberapa jilid.

Dan juz pertama dari tafsir tersebut kemudian diterbitkan pada Oktober 1952,

yang diikuti oleh juz-juz berikutnya.17

Karya- karya Sayyid Quṯb selain beredar di Negara- negara Islam, juga

beredar di kawasan Eropa, Afrika, Asia dan Amerika. Di mana terdapat pengikut-

pengikut Ikhwanul Muslimin, hampir dipastikan di sana ada buku-bukunya,

karena ia merupakan tokoh Ikhwan terkemuka.

Sayyid Quṯb dalam menulis buku dengan berbagai judul, baik sastra, sosial,

pendidikan, politik, filsafat ataupun agama. Karya-karyanya telah terkenal luas di

Arab dan dunia Islam. Jumlah karangannya sendiri telah mencapai lebih dari dua

puluh buku dan tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran dalam tiga puluh juz adalah salah satu

karya terbesarnya.

Buku-buku tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:18

1. At-Taswīr Al-Fanni fī al-Qur‟an (Kairo:Dar al-Ma‟arif, 1945) atau Seni

Penggambaran dalam al-Qur‟an, diterjemahkan oleh Khadijah Nasution

(Yogyakarta: Nur Cahaya, 1981).

17

K. Salim Bahnasawi, Butir-butir Pemikiran Sayyid Quthb: Menuju Pembaruan Gerakan

Islam, Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2004), cet ke-2, h. 17. 18

Nuim Hidayat, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema

Insani, 2005), cet. Ke 1-, h.22

Page 41: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

26

2. Masyāhid al-Qiyāmah fī al-Qur‟ān (Kairo: Dar al-Ma‟arif, 1947) atau Hari

Akhir Menurut al-Qur‟an, diterjemahkan oleh Abdul Aziz (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1994).

3. Al-Adalah al-Ijtimā‟iyyah fī al-Islām (Kairo: Dar al-Kitab al-Arabi, Dar al-

Maarif, 1948) atau Keadilan Sosial dalam Islam, diterjemahkan oleh Afif

Mohammad (Bandung: Pustaka, 1994).

4. Fī Ẓilāl al-Qur‟ān (Kairo: Dar al-Ihya‟ al-Kutub al-Arabiyah, tanpa tahun)

atau Tafsir di Bawah Naungan al-Qur‟ān, Juz I di terjemahkan oleh Bey

Arifin dan Jamaluddin Kafie (Surabaya: Bina Ilmu, 1982). Manhaj Hubungan

Sosial Muslim Non-Muslim, fī Ẓilāl, Juz IX, diterjemahkan oleh Abu Fahmi,

(Jakarta: Gema Insan Press, 1993). Dasar-Dasar Sistem Ekonomi Sosial

dalam Kitab Tafsir fī Ẓilāl al-Qur‟ān, diterjemahkan oleh Muhammad Abbas

Aula, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1987). Pada tahun 1996 Afif Mohammad

telah menyelesaikan penerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia.

5. Al-Salām al-Alamī wa al-Islām (Kairo: Dar al-Kitab al-Arabi, 1951) atau

Jalan Pembebasan: Rintisan Islam Menuju Perdamaian Dunia, diterjemahkan

oleh Bedril Saleh (Yogyakarta: Shalahuddin Press, 1985).

6. Al-Mustaqbāl lī Haża al-Din (Kairo: Maktabah Wahbah, tanpa tahun) atau

Islam Menyongsong Masa Depan, diterjemahkan oleh Tim Shalahuddin Press,

(Yogyakarta: Shalahuddin Press, 1987).

7. Hadża ad-Din (Kairo: Dar al-Qalam, 1955) yang menjelaskan tentang Hakikat

Agama Islam, diterjemahkan oleh Anwar Wahdi Hasi, (Surabaya: Bina Ilmu,

1986).

Page 42: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

27

8. Al-Islām wa Musykilāt al-Ḥādharah (Kairo: Dar al-Ihya‟ al-Kutub al-

Arabiyyah, 1962) atau Islam dan Problema-Problema Kebudayaan.

9. Khaṣaiṣut at-Taṣawwuril Islāmī wa Muqawwīmatuhu (Kairo:Daru al-Ihya al-

Kutub al-Arabiyah, 1962) atau Karakteristik Konsepsi Islam, diterjemahkan

oleh Muzakir, (Bandung: Pustaka, 1990).

10. Ma‟ālim fiṭ-Ṭāriq (Kairo: Maktabah Wahbah, 1964) atau Petunjuk Jalan,

diterjemahkan oleh A. Rahman Zainuddin, (Jakarta: Media Dakwah, 1994).

11. Ma‟rākatūna Ma‟al Yahūd, (Bairut: Daru asy-Syuruq, 1978) atau Perbenturan

Kita dengan Yahudi.

12. Dirāsat Islāmiyyah, (Kairo: Maktabah Lajtani asy-Syabab al-Muslim, 1953)

atau Beberapa Studi Tentang Islam, diterjemahkan oleh A. Rahman

Zainuddin, (Jakarta: Media Dakwah, 1982).

13. Nahwa Mujtāma Islāmi dalam al-Muslimun, tahun 1953-1954 atau

Masyarakat Islam, diterjemahkan oleh H.A. Muthi‟ Nurdin (Bandung: Al-

Ma‟arif, 1978).

14. An- Naqdul Adābi: Ushuluhu wa Manāhijuhu (Kairo: Daru al-Fikr al-Arabi,

tanpa tahun) atau Kritik Sastra: Prinsip Dasar dan Metode-Metode.

15. Marākah al-Islām wa ar-Rasumaliyah (Kairo: Dar al-Kitab alArabi, 1951)

atau Perbenturan Islam dan Kapitalisme.

16. Fitāri: Fikrah wa Manāhij (Bairut: Daru asy-Syuruq, 1974) atau Teori dan

Metode dalam Sejarah.

17. Muhīmmah Asy-Syāir fī al-Hāyat (Kairo: Lajnatun AL-Nasyr li al-Jami‟iyyin,

tanpa tahun), atau Urgensi Penyair dalam Kehidupan.

Page 43: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

28

18. Naqdu al-Kitāb Mustaqbal aqāfah fī al-Misr (Jeddah: Ad-Dar as-Suudiyyah

li-Nasyr wa-Tauzi, tanpa tahun) atau Kritik Terhadap Buku Masa Depan

Peradaban di Mesir.

19. Thifl min al-Qaryāh (Kairo: Lajnatun Al-Nasyr li al-Jamiiyyah, 1946) atau

Seorang Anak dari Desa. Buku ini merupakan refleksi dari biografi Sayyid

Quthb.

20. Al-Asywak (Kairo: Daru Sa‟d Mishr Bi al-Fuja‟ah, 1947) yang berarti Duri

Duri.

Sedangkan studinya yang bersifat keislaman, yang menyebabkan ia

dieksekusi (dihukum penjara) adalah sebagai berikut:19

1. Ma‟ alim fith-Thariq.

2. Fi- Zhilal as-Sirah.

3. Mûqawwimat at-Tashawwur al-Islami.

4. Fi Maukib al-Iman.

5. Nahwu Mujtama‟ Islami.

6. Hadza al-Qur‟an.

7. Awwaliyat li Hadza ad-Din.

8. Tashwibat fi al-Fikri al-Islami al-Mu‟ashir.

Dalam karya tulisnya, ia mulai menulis beberapa jilid buku al-Taswir al-

Fanni Fi al-Quran (Disiplin Ilmu dalam al-Quran) pada tahun 1939.20

Tulisannya

19

Nuim Hidayat,Sayyid Quṯb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema

Insani, 2005), cet. Ke 1-, h.24.

Page 44: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

29

tersebut menggambarkan keindahan seni yang terdapat didalam ayat-ayat al-

Quran. Pada tahun 1945 ia menulis sebuah kitab bertajuk Masyahidul Qiyamah fi

al-Quran (Kesaksian Hari Kiamat) yang isinya menggambarkan peristiwa hari

kiamat dalam al-Quran. Dan pada tahun 1948, Sayyid Quṯb menghasilkan sebuah

buku berjudul al-„Adalah al-Ijtima‟iyyah Fi al-Islam (Keadilan sosial dalam

islam). Dalam kitab ini, ia tegas menyatakan bahwa keadilan masyarakat sejati

hanya akan tercapai bila masyarakat menerapkan sistem Islam.21

Di samping itu, Sayyid Quṯbjuga menulis beberapa studi dalam bentuk

makalah pada akhirnya ia tarik kembali peredarannya. Dari ini semua, tampak

jelas bahwa karya-karya Quṯbdapat menimbulkan gejolak besar di dunia Islam

khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, terutama sekali buku-buku yang

bertemakan pergerakan Islam.

C. Metode dan Corak Penulisan Tafsir Fi Zhilalil al-Quran

Metode serta sumber dalam penafsiran Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran, Sayyid

Quṯb mengambil metode penafsiran tahlili, sedangkan sumbernya terdiri dari dua

tahapan yaitu: mengambil sumber penafsiran bil ma‟tsur kemudian setelah itu

menggunakan pemikirannya, kutipan atau pendapat untuk memperjelas

argumentasinya. Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran ini tidak menggunakan metode tafsir

tradisional, yakni metode yang selalu merujuk keulasan sebelumnya yang sudah

20

Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul, Keindahan Al-

Quran yang Menakjubkan: Buku Bantu Memahami Tafsir Fi Zilalil al-Quran, Penerjemah: Bahrun

Abu Bakar (Jakarta:Robbani Press, 2004 ). 21

Abu Hasan dalam kata pengantar bukuSayyid Quṯb, Fiqih Dakwah (Maudhu‟at Fi al-

Da‟wah wa al-Harakah), Penerjemah: Suwardi Effendi, Rosyid Asyrofi (Jakarta: Pustaka Amani,

1995), h. 2.

Page 45: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

30

diterima, tetapi Sayyid Quṯb sering kali mengemukakan tanggapan pribadi dan

spontanitasnya terhadap ayat-ayat al-Quran. Dan secara garis besar tafsir yang

ditulis Sayyid Quṯb bersumber pada bil ra‟yi karena memuat pemikiraan sosial

masyarakat dan sastra yang cenderung lebih banyak. Dan selain itu juga kedua

sumber diatas juga mengambil referensi dari berbagai ilmu, yakni sejarah,

biografi, fiqh, bahkan sosial, filsafat dll.22

Dalam upaya untuk memperkaya metode penafsirannya, Sayyid Quṯb

selalu mengutip penafsiran ulama lainnya yang sejalan dengan alur pemikirannya.

Adapun ia mengutip dalam pendapat ulama lain adalah merujuk pada beberapa

karya tafsir ulama yang diklain sebagai karya tafsir bil ma‟tsur dan tafsir bil ra‟yi.

Dari sinilah dapat dipahami bahwa metode penafsiran Sayyid Quṯb ini juga tidak

terlepas dari penggunaan metode tafsir muqaran.

Penafsiran Sayyid Quṯb memiliki keistimewaan yang berbeda dari tafsir

yang lainnya yaitu dengan menggunakan lirik dalam penyampaiannya, dan karna

itu tafsir ini mudah dibaca dan dipahami. Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran ini

mengandung unsur corak adaby ijtima‟i yakni sastra dan sosial kemasyarakatan.

Sifat dari tafsir ini adalah pemaparan yang jelas sehingga dengan mudah

dapat dicurigai sebagai provokatif, bahkan tidak jarang orang menamainya dengan

tafsir corak haraki. Tafsir ini termasuk dalam penafsiran corak baru yang khas dan

unik dan memuat banyak tema penting.

22

Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Tafsir Metodologi Pergerakan,(Jakarta: Yayasan

Bunga Karang, 1995), h. 19.

Page 46: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

31

D. Latar Belakang Penulisan Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran

Sayyid Quṯb adalah salah satu ulama kontemporer yang sangatpeduli

terhadap penafsiran al-Qur‟an. ia membuktikan dengan menulis kitab tafsir Fi

Ẕhilalil al-Qur‟an yang kemudian menjadi masterpiece di antara karya-karya

lainnya yang dihasilkannya. Para intelektual sangat meminati karyanya karena

memiliki tempat spesial didalam pemikiran sosial kemasyarakatan yang sangat

dibutuhkan oleh generasi muslim kontemporer.23

Di dalam tafsirnya ia

menggunakan metode pemikiran yang bercorak tahlili, yang artinya ia

menafsirkan al-Qur‟an ayat demi ayat, surat demi surat, dari juz pertama hingga

juz terakhir. Di mulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nas.24

Sayyid Quṯb menulis tafsir Fi Ẕhilalil al-Qur‟an dalam rentang waktu

antara tahun 1952-1962. Ia sempat merevisi ketiga belas juz pertama semasa

penahanannya yang panjang. Kitab tafsir ini merupakan sebuah kitab tafsir al-

Qur‟an yang tidak memakai metode tafsir tradisional, yaitu metode yang selalu

merujuk ke ulasan sebelumnya yang sudah diterima, dan merujuk ke otoritas lain

yang mapan. Sebagai gantinya, ia mengemukakan tanggapan pribadi dan

spontanitasnya terhadap ayat-ayat al-Qur‟an.25

Tafsir Fi Ẕhilalil al-Qur‟an merupakan salah satu tafsir yang menjadi

kajian para aktifis Islam. Tafsir ini terbentuk dari perenungan dan pengalaman

23

Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya tafsir Al-Misbah banyak mengutip

pendapat-pendapat Sayyid Quṯbdalam menjelaskan arti kata dan maksud ayat-ayat yang

terkandung dalam Al-Quran. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (jakarta: Lentera Hati,

2002). 24

Nuim Hidayat, Sayyid Quṯb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema

Insani, 2005), cet. Ke 1-, h.24 25

Muhammad Chirzin, Jihad Menurut Sayyid Quṯb dalam Tafsir Fi Ẕhilalil al-Qur‟an

(Solo: Era Intermedia, 2001), h. 134.

Page 47: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

32

Sayyid Quṯb yang memuat dan mempengaruhi kehidupan manusia. Dalam

menerapkan meode penafsirannya Sayyid Quṯb mempunyai pandangan Universal

dan komperhensif terhadap al-Qur‟an. Sayyid Quṯb mulai mempelajari al-Qur‟an

sejak kecil, sebuah kewajaran bagi seorang anak yang hidup pada lingkungan

keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Ibunya seorang perempuan

yang memiliki andil besar pada lahirnya karya-karya besar Sayyid Quṯb terutama

Tafsir Fi Ẕhilalilal-Qur‟an. ia menjadi motivator dan sumber inspirasi terbesar

bagi Sayyid Quṯb dalam berkarya.

Sebelum menulis Tafsir Fi Ẕhilalil al-Qur‟an, buku pertama terfokus pada

at-Tashwir al-Fanniy Fi al-Qur‟an, yang ditulisnya pada tahun 1945 M. Dalam

buku tersebut Sayyid Quṯb mendeskripsikan bagaimana al-Qur‟an berkisah

dengan begitu indahnya. Bagaimana al-Qur‟an mengilustrasikan sejarah para

Nabi, keingkaran suatu kaum dan azabnya, sampai berbagai karakter manusia

dengan terperinci serta begitu jelas. Kisah-kisah yang dipaparkan akan menyentuh

jiwa. Alur-alur tiap surat sampai ayat per ayat, ia bahas secara luas dan ia

tafsirkan secara unik dan komprehensif. Ia menjadikan buku al-Tashwir al-Fanniy

Fi al-Qur‟an sebagai tolak ukur dalam kitab-kitabnya yang membahas al-Qur‟an

dari aspek Bayan, Adab dan keindahannya.26

Beberapa aspek yang menjadi tujuan yang dituliskan Tafsir Fi Ẕhilalil al-

Qur‟an oleh Sayyid Quṯb menurut al- Khalidi adalah sebagai berikut :

Pertama, menghilangkan jurang antara kaum Muslimin sekarang dengan

al-Qur‟an. Sayyid Quṯb menyatakan “Sesungguhnya saya serukan kepada

26

Salafudin Abu Sayyid, Pengantar Memahami Tafsir Fi Ẕhilalilal-Qur‟an Sayyid Quṯb,

Era Intermedia, Surakarta, cet. 1, 2001., h. 55.

Page 48: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

33

pembaca Zhilal, jangan sampai Zhilal ini yang menjadi tujuan mereka. Tetapi

hendaklah mereka membaca Zhilal agar bias dekat kepada al-Qur‟an. Selanjutnya

agar mereka mengambil al-Qur‟an secara hakiki dan membuang Zhilal ini.

Kedua, membekali orang Muslim sekarang ini dengan petunjuk amaliah

tertulis menuju ciri- ciri kepribadian Islami yang dituntut, serta menuju ciri- ciri

Islami yang Qur‟ani.

Ketiga, mendidik orang Muslim dengan pendidikan Qur‟ani yang integral,

membangun kepibadian Islam yang efektif, menjelaskan karakteristik dan ciri-

cirinya, factor-factor pembentukan dan kehidupannya.

Keempat, menjelaskan ciri-ciri masyarakat Islami yang dibentuk oleh al-

Qur‟an, mengenalkan asas-asas yang menjadi panutan masyarakat Islami, Dakwah

secara murni untuk menegakkannya, membangkitkan hasrat para aktivis untuk

meraih tujuan ini, menjelaskan secara terperinci mengenai masyarakat Islami

pertama yang didirikan oleh Rasulullah SAW. Di atas nash-nash al-Qur‟an,

arahan-arahan dan manhaj- manhajnya sebagai bentuk nyata yang bisa dijadikan

teladan atau contoh bagi para aktivis27

Sayyid Quṯb sengaja memilih media keadilan sosial untuk ditulis serta

menjelaskan metode al-Qur‟an di dalam menegakkan keadilan dan kaidah-kaidah

dalam mewujudkannya karena mesir ketika itu sedang melalui fase sosial yang

sulit setelah Perang Dunia II. Di dalam Negara Mesir muncul fenomena-fenomena

sosial yang menyimpang serta kelas-kelas sosial yang saling berlawanan.

27

Nuim Hidayat, Sayyid Quṯb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema

Insani, 2005), cet. Ke 1-, h.28.

Page 49: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

34

Sementara itu mayoritas masyarakat Mesir hidup dalam kemelaratan dan berada

dibawah tekanan ke zhaliman sosial yang sengaja dibuat oleh para tokoh istana

dan kaum feodal dari kalangan para bangsawan dan para tuan tanah. Tapi

kelompok borjuis, para pengusaha dan keluarga istana dalam keadaan hidup yang

berlebihan dan berfoya-foya dalam kemewahan dengan penuh kemaksiatan. Oleh

karena itu, beliau menulis bukunya untuk menjelaskan kepada masyarakat Mesir

bahwa keadilan sosial yang mereka inginkan itu hanya ada di dalam Islam.28

Ketika kembali ke Mesir, Sayyid Quṯb mendapatkan pergolakan pemikiran

yang lebih dasyat lagi antara islam dan jahiliyah. Maka beliau ingin

menyumbangkan pemikiran islam untuk mengalahkan musuhnya dan

menginginkan adanya kekuatan islam yang besar untuk mendapatkan

kemenangan dalam alam pemikiran dan kajian, dalam dunia da‟wah dan informasi

serta dalam dunia jihad dan pergerakan. Dalam fase ini Sayyid Quṯb mempunyai

kepedulian dalam pemikiran yang didapatkan dari inspirasi al-Qur‟an dan hidup

dibawah naungan al-Qur‟an. Beliau ingin menampilkan isi al-Qur‟an seluruhnya

serta ingin menjelaskan karakteristik-karakteristik dan ciri-ciri yang ada di

dalamnya.29

Sayyid Quṯbmemahami lafaldz-lafaldz al-Qur‟an dengan sangat jelas dan

tajam, hingga ia mampu mengeluarkan isi kandungannya dari aspek pemikiran

dan pembaharuan. Adapun bukunya yang berbicara tentang pemikiran Islam

28

Salafudin Abu Sayyid, Pengantar Memahami Tafsir Fi Ẕhilalilal-Qur‟an Sayyid Quṯb,

Era Intermedia, Surakarta, cet. 1, 2001., h. 51-52. 29

Shalah Abdul Fatah Al-Khalidi, Tafsir Metodologi pergerakan, terj. Asmuni Solihan

Zamakhsyari, Yayasan Bunga Karang, Jakarta, cet. I, 1995, h. 18.

Page 50: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

35

adalah al-Adalah al-Ijtimâ‟iyah Fi Islam. Dalam penulisan Tafsir Fi Ẕhilalil al-

Qur‟an dapat dibagi kepada tiga tahap:

a. Tahap pertama Fi Zhilal al-Qur‟an dalam majalah al-Muslimun. Pada

penghujung tahun 1951, Sa‟id Ramadhan menerbitkan majalah al-Muslimun,

sebuah majalah pemikiran Islam yang terbit bulanan. Di dalam majalah ini

pemikir Islam menuangkan tulisannya. Pemilik majalah ini memohon kepada

Sayyid Quṯbagar ikut berpartisipasi menulis artikel bulanan, serta

mengemukakan keinginannya bahwa sebaiknya artikel ini ditulis dalam

sebuah serial atau majalah tetap. Episode pertamanya dimuat dalam majalah

al-Muslimun edisi ketiga yang terbit bulan Februari 1952, dimulai dari surat

al-Fatihah, dan di teruskan dengan surat al-Baqarah dalam episode-episode

berikutnya. Sayyid Quṯb mempublikasikan tulisannya dalam majalah ini

sebanyak tujuh episode secara berurutan. Tafsir ini sampai pada surat al-

Baqarah ayat 103.

b. Tahap kedua, Fi Ẕhilalilal-Qur‟an menjelang ditangkapnya Sayyid Quṯb pada

akhir episode ke tujuh dari episode-episode Fi al-Qur‟an dalam majalah al-

Muslimun mengumumkan pemberhentian episode ini dalam majalah, karena ia

akan menafsirkan al-Qur‟an secara utuh dan dalam kitab (tafsir) tersendiri,

yang akan ia luncurkan dalam juz-juz secara bersambung. Dalam

pengumumannya tersebut Sayyid Quṯb mengatakan dengan kajian (episode

ketujuh) ini, maka berakhirlah serial dalam majalah al-Muslimun.

Tafsir Fi Ẕhilalil al-Qur‟an akan dipublikasikan tersendiri dalam tiga

puluh juz secara bersambung dan masing-masing episode akan diluncurkan pada

Page 51: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

36

awal setiap dua bulan, diterbitkan oleh DârIhya‟ al-Kutub al-Arabîyah milik Isa

al-Halabi dan Co. Sedangkan majalah al-Muslimun mengambil tema lain dengan

judul Nahwa Mujatama‟ Islami (Menuju Masyarakat Islami). Juz pertama dari Fi

Ẕhilalil al-Qur‟an terbit bulan Oktober 1952. Sayyid Quṯb memenuhi janjinya

kepada para pembaca, sehingga ia meluncurkan satu juz dan Fi Ẕhilalil al-Qur‟an

setiap dua bulan. Bahkan terkadang lebih cepat dari waktu yang ditargetkan. Pada

periode antara Oktober 1952 dan Januari 1954, ia telah meluncurkan enam belas

juz dari Fi Ẕhilalilal-Qur‟an.30

c. Tahap ketiga, Sayyid Quṯb menyempurnakan Fi Ẕhilalil al-Qur‟an di penjara.

Sayyid Quṯbberhasil menerbitkan enam belas juz sebelum ia dipenjara.

Kemudian ia dijebloskan ke penjara untuk pertama kalinya, dan tinggal dalam

penjara itu selama tiga bulan, tehitung dari bulan Januari hingga Maret 1954.

Ketika di dalam penjara itu, ia menerbitkan dua juz Fi Ẕhilalil al-Qur‟an.

Setelah ia keluar dari penjara, ia tidak meluncurkan juz-juz yang baru karena

banyaknya kesibukan yang tidak menyisakan waktu sedikitpun untuk ia. Di

samping itu, ia belum sempat tinggal agak lama di luar penjara bersama

puluhan ribu jamaah Ikhwan al-Muslimin pada bulan November 1954 setelah

“Sandiwara” Insiden al-Mansyiyah di Iskandariyah, yang jamaah Ikhwan al-

Muslimin di tuduh berusaha melakukan pembunuhan terhadap pemimpin

Mesir Jamal Abdun Nashir.

30

Salafudin Abu Sayyid, Pengantar Memahami Tafsir Fi Ẕhilalilal-Qur‟anSayyid Quṯb,

(Surakarta, Era Intermedia, 2001), cet. 1, h. 53.

Page 52: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

37

Tahap pertama di penjara, ia tidak menerbitkan juz-juz baru dari Fi

Ẕhilalil al-Qur‟an, karena ia dijatuhi berbagai siksaan yang tidak bisa di

bayangkan pedihnya tanpa henti siang dan malam. Hal itu sangat berdampak pada

tubuh dan kesehatan Sayyid Quṯb. Setelah ia dihadapkan ke pengadilan, akhirnya

ia dijatuhi hukuman lima belas tahun. Penyiksaan terhadap ia pun berhenti, dan ia

tinggal di penjara Liman Thurrah serta berdaptasi dengan Militer yang baru, Ia

mengkonsentrasikan untuk menyempurnakan tafsirnya dan menulis juz-juz Fi

Ẕhilalil al-Qur‟an berikutnya.

Peraturan penjara sebenarnya telah menetapkan bahwa orang yang di

hukum tidak boleh menulis (mengarang) bila sampai ketahuan melakukan hal itu,

maka ia akan disiksa lebih keras lagi. Akan tetapi, Allah SWT, menghendaki Fi

Ẕhilalil al-Qur‟an itu ditulis dan dari dalam penjara sekalipun. Maka Allah pun

melenyapkan segala rintangan itu, membuat kesulitan yang dihadapi Sayyid Quṯb

tersingkir, serta membukakan jalan di hadapannya menuju dunia publikasi.

Kisahnya adalah bahwa Sayyid Quṯb sebelumnya telah membuat kontrak atau

kesepakatan dengan Dar Ihya‟ al-Kutub al-Arabiyah Milik Isa al-Bahi al-Halabi

& CO.31

Untuk menulis Fi Ẕhilalil al-Qur‟an sebagai sebuah kitab tafsir al-Qur‟an

yang utuh. Ketika pemerintah melarang Sayyid Quṯb untuk menulis di dalam

penjara, maka pihak penerbit ini mengajukan tuntutannya terhadap pemerintah

dengan meminta ganti rugi dari nilai Fi Ẕhilalil al-Qur‟an itu sebanyak sepuluh

31

Nuim Hidayat, Sayyid Quṯb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema

Insani, 2005), cet. Ke 1-, h.. 252.

Page 53: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

38

Ribu Pound, karena pihak penerbit mengalami kerugian material dan immaterial

dari larangan tersebut. Akhirnya pemerintah memilih untuk mengizinkan Sayyid

Quṯb untuk menyempurnakan Fi Ẕhilalil al-Qur‟an dan menulis di dalam penjara

sebagai ganti rugi terhadap penerbit.

Demikian sedikit penjelasan tentang profil Sayyid Quṯb beserta latar

belakang Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran, sebagai awal bahasan dalam isi bab

selanjutnya.

Page 54: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

39

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG TOLERANSI BERAGAMA DALAM AL-

QURAN

A. Definisi Toleransi Beragama

Toleransi berasal dari bahasa latin “tolerantia” yang artinya menahan.

Ketika seseorang memiliki “toleransi yang tinggi pada rasa sakit” berarti dia bisa

menahan rasa sakit yang dirasakannya. Dengan demikian toleransi adalah istilah

untuk sebuah sikap menahan dari hal-hal yang dinilai negatif, khususnya dalam

hal perbedaan sikap dan tingkah laku dalam suatu intraksi dalam kehidupan

bermasyarakat.1

Dalam bahasa Arab biasanya dikatakan tasâmuh yang artinya sikap

membiarkan, lapang dada, pengampunan, menyetujui dan memudahkan.2 Bahkan

ada juga yang memberi arti toleransi dengan kesabaran atau membiarkan.3Atau

juga toleran yang selalu menghargai perbedaan cara pandangan dan kemajemukan

identitas budaya masyarakat.

Dalam bahasa Inggris, toleransi berasal dari kata tolerance atau

tolerantion yaitu kesabaran, kelapangan dada, atau suatu sikap membiarkan,

mengakui, dan menghormati terhadap perbedaan orang lain, baik pada masalah

1Abd Muqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama: Membangun Toleransi Berbasis al-

Quran (Depok:Katakita, 2009), h. 5. 2Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia Al-Munawir (Yogjakarta: Balai

Pustaka Progresif, 2005), h. 1098. 3Djohan Efendi & Ismet Nastir, Pergolakan Pemikiran Islam, Catatan Harian Ahmad

Wahib, (Jakarta: LP3ES, 2003), h. 55.

Page 55: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

40

pendapat (opinion), agama/kepercayaan maupun dalam segi ekonomi,

sosial, politik.59

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa toleransi adalah

sifat atau sikap toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,

membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,

kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri,

misalnya toleransi beragama (ideologi, ras, dan sebagainya.).60

Agar lebih menguatkan pengertian di atas, penulis merujuk Ensiklopedi

Lintas Agama (2009), yang mendefinisikan toleransi dengan arti bertenggang

rasa, sama artinya dengan seseorang menahan dari apa yang ia deritakan: baik

derita mengenai fisik maupun derita mengenai perasaan atau kejiwaan. “Jika saya

membiarkan hak saya diganggu orang lain, tapi saya mampu menekan perasaan

amarah saya terhadap kejadian tersebut, atau saya biarkan karena menenngang

perasaan oranglain, walau sebenarnya saya tidak suka, itulah toleransi.”61

Menurut Soerjono Soekanto, seorang sarjana sosiologi, mendefinisikan

toleransi sebagai salah satu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal.

Toleransi ini bisa timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan. Hal ini

disebabkan karena adanya watak orang perorang atau kelompok manusia untuk

sebisa mungkin menghindari diri dari suatu perselisihan.62

Sementara itu, menurut

Sullivian, Pierson, Marcus, sebagaimana dikutip Saiful Mujani toleransi

59

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia,

2007), h. 595. 60

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 2005),

h. 1204. 61

Abujamin Rohan, Ensiklopedi Lintas Agama, (Jakarta:Emerld, 2009), h.692. 62

Sorjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta:Rajawali,1982), h. 65.

Page 56: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

41

didefinisikan sebagai a willingnes to “put up with” those things one reject or

opposes, yang artinya kesediaan untuk menghargai, menerima, atau menghormati

segala sesuatu yang ditolak atau ditentang oleh seseorang.63

Dalam pengertian lain Zuhairi Misrawi menyatakan bahwa toleransi

berarti kelonggaran, kelembutan hati, keringanan, dan kesabaran. Dapat dipahami

bahwa toleransi adalah sikap terbuka untuk mengakui keberadaan orang lain dan

memberikan kesempatan bagi mereka untuk menyampaikan gagasannya sekalipun

berbeda dan salah di mata orang lain.64

Dalam percakapan sehari-hari, kata toleransi juga dipakai dengan kata

“tolerer”. Kata ini adalah bahasa Belanda yang artinya membolehkan,

membiarkan, maksudnya adalah memboleh atau membiarkan pada prinsipnya

tidak perlu terjadi. Jadi toleransi mengandung konsensi, artinya konsensi adalah

pemberian yang hanya didasarkan kepada kemurahan dan kebaikan hati, dan

bukan didasarkan kepada hak. Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena

terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain itu

tanpa mengorbankan prinsip sendiri.65

Yusuf al-Qarḏhawi berpendapat bahwa toleransi sebenarnya tidaklah

bersifat pasif, tetapi dinamis. Sehubungan hal tersebut, al-Qarḏhawi

mengategorikan toleransi dalam tiga tingkatan: Pertama, toleransi dalam bentuk

hanya sebatas memberikan kebebasan kepada orang lain untuk memeluk agama

63

Saiful Mujani, Muslim demokrat: Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca Orde Baru (Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2007), h. 162. 64

Zuhairi Misrawi, Al-Quran Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme,

Multikulturalisme (Jakarta :Fitrah, 2007), h. 181. 65

Said Agil Husain Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: PT Ciputat

Press, 2005), h. 12 .

Page 57: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

42

yang diyakininya, tetapi tidak memberinya kesempatan untuk melaksanakan

tugas-tugas keagamaan yang diwajibkan atas dirinya,Keduamemberinya hak

untuk memeluk agama yang diyakinya, kemudian tidak memaksanya

mengerjakan sesuatu sebagai larangan dalam agamanya, Ketigatidak

mempersempit gerak mereka dalam melakukan hal-hal yang menurut agamanya

halal, meskipun hal tersebut diharamkan menurut agama kita.66

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa toleransi

merupakan sikap saling menghormati, menghargai dengan memberi kebebasan,

membiarkan seseorang melakukan apa yang ia kehendaki dengan tidak

mengkorbankan prinsip-prinsip yang ada.

Dalam kehidupan bersama umat antar agama-agama di Indonesia,

toleransi merupakan salah satu nilai yang diajarkan para pengikutnya, begitu pula

dengan Islam. Dalam ajaran agama Islam, toleransi merupakan salah satu nilai

yang diajarkan kepada kaum muslim. Dalam ajaran agama Islam, toleransi sejajar

dengan ajaran fundamental yang lain, seperti kasih sayang, kebijaksanaan,

kemaslahatan dan keadilan67

Toleransi dalam pergaulan antar umat beragama didasarkan kepada setiap

agama menjadi tanggung jawab pemeluk agama itu sendiri dan mempunyai

bentuk ibadah dengan sistem dan cara tersendiri yang ditaklifkan (dibebankan),

serta menjadi tanggung jawab orang yang memeluk dasar itu, maka toleransi

dalam pergaulan hidup antar umat beragama bukanlah toleransi dalam masalah-

66

Bahari, Toleransi Bertagama Mahasiswa, (Jakarta: Maloho Abadi Press, 2010), h. 53-

59. 67

Amirulloh Syarbini dkk, Al-Quran dan Kerukunan Hidup Umat Beragama, (Bandung:

Quanta, 2011), h. 20-21.

Page 58: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

43

masalah keagamaan, melainkan perwujudan sikap keberagamaan pemeluk suatu

agama dalam pergaulan hidup antara orang yang tidak seagama, dalam masalah-

masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.

Toleransi dalam pergaulan hidup antar beragama berpangkal dari

penghayatan ajaran agama masing-masing bila toleransi dalam pergaulan hidup

ditinggalkan, berarti kebenaran ajaran agama tidak dimanfaatkan sehingga

pergaulan dipengaruhi oleh saling curiga mencurigai dan saling berprasangka.68

Toleransi agama adalah pengakuan adanya kebebasan setiap warga untuk

memeluk agama yang menjaga keyakinannya dan kebebasan untuk menjalankan

ibadahnya. Toleransi beragama meminta kejujuran. Kebesaran jiwa,

kebijaksanaan dan tanggung jawab, sehingga menumbuhkan solidaritas dan

mengeliminasi egoistis golongan. Toleransi hidup beragama itu bukan suatu

campur-aduk, melainkan terwujudnya ketenangan, saling menghargai bahkan

sebenarnya lebih dari itu, antar pemeluk agama harus dibina gotong royong

didalam membangun masyarakat sendiri dan demi kebahagiaan bersama. Sikap

permusuhan, sikap prasangka harus dibuang jauh-jauh dan digantidengan saling

menghormati dan menghargai setiap menganut agama-agama.69

Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa toleransi antar

umat beragama merupakan suatu bentuk atau perwujudan sikap penghormatan

dan penghargaan terhadap perbedaan keyakinan suatu agama lain dengan

membiarkan apa yang mereka lakukan sesuai dengan ajaran agama masing-

68

Said Agil Husain Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: PT Ciputat

Press, 2005), h. 16. 69

Said Agil Husain Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: PT Ciputat

Press, 2005), h. 17.

Page 59: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

44

masing dan tidak mencampuri keyakinan mereka dalam rangka membangun

kehidupan bersama dan hubungan sosial yang lebih baik. Dalam Islam toleransi

tidak diperbolehkan dalam dua hal, yaitu bidang akidah dan ibadah. Karena hal

tersebut menyangkut persoalan yang tidak boleh dikompromikan.

B. Prinsip-Prinsip Toleransi Beragama dalam Prespektif Al-Quran

Nabi sangat menghargai keyakinan dan agama orang lain. Sikap yang

sangat toleran ini merupakan gambaran pesan Islam terhadap umatnya. Oleh

karena itu, toleransi merupakan bagian dari ajaran Islam yang harus

dikembangkan. al-Quran adalah kitab yang memberi petunjuk kepada umat islam

untuk bertoleransi kepada umat manusia dan agama lain melalui ayat-ayat Allah.

Allah memberikan petunjuk kepada seluruh umat beragama sebagai prinsip untuk

melaksanakannya. Toleransi dalam Islam didasarkan pada prinsip-prinsip dasar

yang digariskan dalam al-Quran yaitu:

1. Tidak adanya pemaksaan dalam beragama

Agama Islam adalah agama yang menebarkan perdamaian, persaudaraan, dan

persamaan. Oleh karena itu, hal-hal yang dapat menjadi pemicu lahirnya

ketidakstabilan dan permusuhan antar manusia harus dihindari. Salah satunya

yang tidak diperkenankan dalam ajaran Islam adalah pemaksaan satu kelompok

kepada kelompok yang lain.

الرشد من الغي فمن يكفر بالطاغوت وي ؤمن باللو ف قد استمسك بالعروة ين قد ت ب ي ل إكراه ف الديع عليم الوث قى ل انفصام لا واللو س

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah

jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang

Page 60: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

45

ingkar kepada Thaghut70

dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia

telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 256)71

Ungkapan “tidak ada paksaan” yang terdapat dalam al-Quran harus

dipahami dalam konteks yang dalam dan luas. Bahwa cara-cara dakwah yang

dilakukan oleh umat islam harus tidak ada motif memaksa. Setiap bentuk

pemaksaan agama adalah bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi dan

kebebasan beragama yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Menganut agama

dalam Islam adalah keyakinan yang harus datang dari kesadaran diri terhadap

eksistensi dan kekuasaan Tuhan. Apa yang baik dan buruk sudah sangat jelas

diperlihatkan Allah dalam ayat-ayat Nya, baik yang tersurat dalam Al-Quran

maupun yang tersirat dalam alam ciptaan Tuhan. Manusia tinggal melihat,

memahami, mempercayai dan meyakininya melalui proses berpikir secara benar.72

Quraish Shihab juga menambahkan “mengapa ada paksaan, padahal Dia

tidak membutuhkan sesuatu, mengapa ada paksaan, padahal sekiranya Allah

menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), sebagaimana (Q.S al-

Maidah;48). Allah menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian, agama-

Nya dinamai Islam, yakni damai. Kedamaian tidak dapat diraih kalau jiwa tidak

damai. Paksaan menyebabkan jiwa tidak damai, karena itu tidak ada paksaan

dalam menganut keyakinan agama Islam.73

70

Thagut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah SWT. 71

Departemen Agama RI, Al-„Aliyy Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (cv. Diponegoro:

Bandung, 2006), h. 33. 72

Ali Anwar Yusuf, Wawasan Islam, (Bandung: CV PustakaSetia, 2002), h. 87. 73

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Quran, Vol. 1,

h. 551-552.

Page 61: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

46

Sayyid Quthb dalam Tafsirnya mengatakan sesungguhnya kebebasan

beraqidah merupakan hak pertama dan utama bagi manusia. Suatu hak yang

menegaskan kemanusiaan manusia. Bila kebebasan beraqidah seseorang dicabut,

maka berarti yang dicabut adalah kemanusiaannya sendiri. Kebebasan beraqidah

diiringi dengan kebebasan berdakwah menyebarkan aqidah itu. Kalau, kebebasan

hanya sebagai nama, tanpa makna dalam kehidupan nyata.74

Islam yang mempunyai pandangan termaju tentang hidup dan kehidupan

dan memiliki sistem terbaik untuk menata kehidupan manusia mengimbau untuk

tidak menggunakan kekerasan dalam meyakinkan seseorang untuk memeluknya.

Islam-lah yang pertama-tama menjelaskan kepada pengikutnya bahwa mereka

dilarang memaksa orang lain untuk memeluk agama ini. Lalu bagaimana dengan

berbagai mazhab dan sistem buatan manusia yang dangkal, yang dipaksakan

kepada masyarakat dengan menggunakan kekuasaan negara, dan melibas semua

orang yang menentangnya? Artinya paksaan ini betul-betul diitiadakan, bukan

sekedar melarang untuk melakukannya.75

Oleh karena itu penulis berpendapat bahwasannya Allah SWT telah

memberikan banyak pelajaran kepada kaum manusia melalui surat Al-Baqarah:

256 ini yang menunjukan bahwa agama islam tidak boleh melakukan paksaan

atau menggunakannya dengan bentuk apapun itu, karena sudah jelas antara hak

dan batil. Dan hanya Allah lah yang maha engetahui dan lebih berkuasa daripada

manusia.

74

Sayyid Quṯb, TafsirFi-Zhilalil al-Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 2, h. 35 75

Sayyid Quṯb, TafsirFi-Zhilalil al-Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 2, h. 36

Page 62: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

47

2. Saling memuliakan antar sesama

ولقد كرمنا بن آدم وحلناىم ف الب ر والبحر ورزق ناىم من الطيبات وفضلناىم على كثري من خلقنا ت فضيل

”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut

mereka didaratan dan dilautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik

dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan

makhluk yang telah kami ciptakan.”(al-Isra:70)

Bahwasannya manusia satu sama lain dilahirkaan dengan permulaan yang

sama yaitu berasal dari air dan dari segumpal tanah dengan segumpal darah

dengan tulang-belulang yang dibungkus daging dan jadilah manusia yaang

sempurna, dan sebab itu antara manusia satu dengan yang lainnya sudah

sepatutnya harus saling memuliakan dan menghargai mengingat dengan asal usul

yang sama.

Hamka mengatakan bahwa banyak sekali kemuliaan yang diberikan

kepada anak Adam yang terutama ialah dia diberi akal dan fikiran, diberi khayal

untuk memikirkan zamannya yang lampau dan yang sekarang serta untuk masa

depan dan diberi ia ilham.76

Pada ayat terakhir ini Hamka berpendapat bahwa kelebihan manusia itu

sebenarnya bisa dilihat dari kemajuan manusia itu sendiri. Bertambah lama

bertambah maju. Dari gua batu, sampai bertani, menagkap ikan, berniaga kepulau-

pulau, kebenua-benua, menyelami lautan dan zaman modern ini bisa mencapai

bulan.

Manusia melupakan rezeki yang baik-baik yang dikaruniakan Allah

kepadanya, karena sudah lama akrab dengannya, sehingga manusia tidak

76

Hamka, Tafsir al-Azẖar juz 15 (Jakarta:PT Pustaka Panjaimas, 1984), h. 101.

Page 63: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

48

mengingat sebagian besar dari rezeki yang baik-baik ini kecuali saat rezeki itu

tidak ada ditangan. Pada saat itulah ia mengetahui nilai rezeki yang selama ini

dinikmatinya, tetapi begitu rezeki kembali maka ia segera lupa. Matahari, udara,

air, kesehatan, kemampuan untuk bergerak, panca indera, akal, makanan,

minuman, pemandangan, alam yang luas dimana ia dijadikan khalifah didalam

kerajaan bumi yang luas, dan juga rezeki-rezeki yang baik yang tidak bisa

dihingganya.77

Jadi, ayat diatas menunjukkan betapa mulianya manusia dibandingkan

dengan makhluk Allah yang lainnya, maka tidak heran mengapa makhluk yang

akan merusak bumi ini harus diciptakan. Dan kemudian Allah menjawab ”Aku

maha tahu apa yang tidak kamu ketahui”, maksudnya bahwa Allahlah yang lebih

tau dari segala galanya tentang kemaslahatan yang timbul dari perbuatan manusia

yang tidak diketahui oleh para malaikat.

Ayat ini memberitahukan kepada umat manusia atas tugasnya yaitu

sebagai pengelola bumi, karna pada kata “Khalifah” bermakna yang

menggantikan , bahwa kata ini dapat dipahami sebagai pengganti Allah untuk

mengelola atau melindungi bumi dan menegakkan ketetapan-Nya dan bukan

berarti Allah tidak mampu untuk mengelolanya melainkan sebagai sarana ujian

dan penghormatan kepada manusia.78

Oleh karena itu degan apa yang telah Allah

berikan kepada manusia seperti kemuliaan yang digambarkan diatas maka

77

Sayyid Quṯb, TafsirFi-Zhilalil al-Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 8, h. 111 78

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mîsbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Quran, Vol. 1,

h. 140.

Page 64: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

49

diharapkan agar untuk saling memuliakan dan menghormati satu sama lain agar

tercipta keharmonisan dan kehidupan bahagia.

3. Kebebasan memilih dan menentukan keyakinan

Manusia dalam prespektif Islam adalah wakil Allah (khalifah) di muka

bumi yang bebas memilih atau menentukan pilihannya sesuai dengan keinginan

hati nuraninya. Firman Allah SWT:

م سرادق ها وقل الق من ربكم فمن شاء ف لي ؤمن ومن شاء ف ليكفر إنا أعتدنا للظالمي نارا أ حاراب وساءت مرت فقا وإن يستغيثو ا ي غاثوا باء كالمهل يشوي الوجوه بئس الش

“Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka

Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa

yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi

orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika

mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti

besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling

buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”(QS Al-Kahfi:29)79

Ayat ini menceritakan semua makhluk (khususnya manusia) bebas

melakukan segala perbuatan yang dikehendaki baik maupun buruk karena

manusia mempunyai keistimewaan yaitu akal yang bisa digunakan untuk bebas

memilih, baik beriman ataukah kafir. Namun Allah memberitahukan bahwa

apapun yang akan dilakukan semuanya akan mendapat pahala masing-masing.

Al-Qurtẖuby menjelaskan bahwa pada ayat ini atas lafadz al-Hâqq, yaitu

katakanlah wahai Muhammad kepada orang-orang yang lupa mengingatkan kami:

Wahai manusia, dari Tuhanmu lah kebenaran dan pertolongan, dan dari kuasanya

lah petunjuk dan kesesatan, ia memberikan petunjuk kepada siapa saja yang

79

Departemen Agama RI, Al-„âliyy Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (cv. Diponegoro:

Bandung, 2006), h. 237.

Page 65: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

50

dikehendaki dan menjadi beriman dan menyesatkan siapapun yang dikehendaki

maka ia kafir. Dari penjelasan tersebut manusia diberi kesempatan untuk memilih

antara beriman ataukah kafir. Barang siapa yang menghendaki untuk beriman

maka berimanlah, dan barang siapa menghendaki untuk kafir maka kafirlah,

karena semua perbuatan tersebut akan mendapatkan balasannya masing-masing.

Yang kafir Allah telah menjanjikan tempat yaitu neraka sedangkan yang beriman

Allah telah menjanjikan tempat pula yaitu surga80

. Oleh sebab itu dalam Islam

selalu menjamin kebebasan beragama, bukan hanya pada agama islam sendiri

melainkan juga terhadap kalangan non-muslim.

Barang siapa yang tidak tertarik dengan kebenaran, hendaklah ia

meninggalkannya. Barang siapa yang tidak menjadikan hawa nafsunya sebagai

panutan atas anjuran yang datang dari Allah maka tidak dibutuhkan lagi basa-basi

dan berpura-pura baik dengan mengorbankan akidah. Dan, barang siapa yang

kehendaknya belum tergerak dan kesombongan belum tunduk dihadapan

kemuliaan dan ketinggian Allah, maka akidah sama sekali tidak butuh kepadanya.

Sesungguhnya akidah itu bukanlah milik seseorang sehingga ia harus

berpura-pura baik di dalam menunjukkannya. Sesungguhnya akidah itu milik

Allah dan Allah Yang MahaKaya tidak membutuhkan apa pun dari semesta alam

ini. 81

Maka dari itu menurut penulis bahwa kebebasan itu sangat dijunjung tinggi

namun harus tetap pada tuntunan yang telah Allah berikan.

80

Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurtuby, Tafsir al-Qurthubi, (t.tp: Dar

al-Sha‟b, 2181), h. 4009-4010. 81

Sayyid Quṯb, TafsirFi-Zhilalil al-Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-8, jilid 8, h. 316

Page 66: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

51

4. Mengaku adanya keragaman

Allah SWT menciptakan manusia dimuka bumi ini dengan bermacam

ragam suku bangsa, ras maupun bahasa, keragaman ini merupakan sunatullah

yang tidak mungkin dihindari dan harus disikapi sebagai sesuatu yang wajar. Oleh

karena itu, hak-hak hidup bagi orang dan pengikut agama yang berbeda harus

diberikan secara wajar dan proporsional. Firman Allah SWT:

يكونوا مؤمني يعا أفأنت تكره الناس حت ولو شاء ربك لم ن من ف الرض كلهم ج “Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang

yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa

manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?

(QS.Yunus: 99)”82

Ayat ini berisi tentang kisaah kaum Yunus yang tadinya enggan untuk

beriman, dengan kasih sayang-lah yang menghantarkan Allah SWT,

memperingatkan dan mengancam mereka, namun kaum Yunus yang tadinya

membangkang atas kehendak mereka sendiri, kini atas kehendak mereka pula

sadar dan beriman, sehingga Allah tidak menurunkan siksa bagi mereka.83

Beberapa mufasir berpendapat mengenai kebebasan yang berkaitan dengan

keimanan terhadap sebuah agama.

Ibnu Katṣir berkata dalam tafsirnya Allah SWT berfirman: “(Jika

Tuhanmu menghendaki) dalam lafadz ini mengandung makna bahwa, Allah

memberikan petunjuk kepada nabi jika Allah menghendaki bumi dan seluruh

isinya beriman dengan kedatangan Nabi Muhammad beserta ajaran yang

82

Departemen Agama RI, Al-„Aliyy Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (cv. Diponegoro:

Bandung, 2006), h. 175. 83

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Quran, Vol. 6,

h. 161-162.

Page 67: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

52

dibawanya, maka sesungguhnya seluruh penduduk bumi akan beriman, tetapi

tidak dengan cara memaksa namun dengan cara berdakwah serta contoh amal

perbuatan tingkah laku yang baik. 84

Pengakuan terhadap keragaman tersebut semakin dikuatkan lagi oleh

berbagai ayat yang memerintahkan kepada umat Islam untuk menjalani hubungan

yang harmonis ditengah-tengah keragaman tersebut.85

Firman Allah SWT:

لو ل ا ل إ م ت ي د ت ى ا ا ذ إ ل ض ن م م رك ض ي ل م ك س ف ن أ م ك ي ل ع وا ن م آ ن ي لذ ا ا ه ي أ ا يون ل م ع ت م ت ن با ك م ك بئ ن ي ف ا ع ي ج م ك ع رج م

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; Tiadalah orang yang

sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat

petunjuk.86

hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, Maka Dia akan

menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS. Al-Maidah:

105)”87

Seandainya Tuhanmu menghendaki, maka diciptakan-Nya jenis manusia ini

sebagai makhluk lain, yang tidak mengetahui jalan lain selain satu jalan yaitu

jalan iman, malaikat misalnya, atau dijadikan untuk mereka satu potensi saja,

yaitu potensi untuk beriman. Demikian pula seandainya ia menghendaki,

niscaya dipaksa-Nya semua manusia terhadapnya. Sehingga, mereka tidak

mempunyai kehendak untuk melakukan pilihan. Dengan demikian urusan iman

dibiarkan oleh Allah untuk dipilih, dan Rasul tidak memaksakan-nya kepada

seorang pun. Karena tidak ada jalan untuk memaksakan ke dalam perasaan hati

84

Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir Juz II (Beirut: Dar al-Fikr, tt), h. 434. 85

Novan Ardy Wijayani, Pendidikan Agama Islaam Berbasis Pendidikan Karakter,

(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 186. 86

Kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, Asal kamu telah

mendapat petunjuk. tapi tidaklah berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat yang ma'ruf dan

mencegah dari yang munkar. 87

Departemen Agama RI, Al-„Aliyy Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (cv. Diponegoro:

Bandung, 2006), h. 99.

Page 68: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

53

dan jalan pikirannya.88

menurut penulis keragaman beragama dimuka bumi ini

memang harus diakui adanya, karna itu kita dapat menjalin silaturahmi dengan

umat yang lainnya serta menjalin hubungan baik selagi tidak melukai satu

sama lain dan memegang teguh apa prinsip yang sudah ditentukan dalam

agama masing-masing manusia.

5. Berdakwah dengan santun

ادع إل سبيل ربك بالكمة والموعظة السن ة وجادلم بالت ىي أحسن إن ربك ىو أعلم بن ضل عن سبيلو وىو أعلم بالمهتدين

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-

Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk.”(An-Nahl:125)

Diatas dasar asas-asas inilah al-Quran menancapkan kaidah-kaidah

dakwah dan prinsip-prinsipnya, menentukan wasilah-wasilah dan metode-

metodenya. Juga menggariskan manhaj kepada rasul yang mulia dan kepada para

dai setelahnya dengan agama yang lurus. Sesungguhnya dakwah ini adalah

dakwah kepada jalan Allah, bukan karena pribadi dai ataupun karena kaumnya.

Tidak ada yang harus dilakukan oleh seorang dai terhadap dakwahnya selain

hanya melaksanakan kewajibannya karena Allah. Tidak ada keutamaan bagi

dirinya ketika ia berdakwah karena dirinya atau orang yang mendapat petunjuk

karenanya, hanya saja pahalanya ada ditangan Allah.

88

Sayyid Quṯb, TafsirFiẔhilalilal-Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah: M.

Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 5, h. 165

Page 69: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

54

Berdakwah juga harus mendebat dengan cara yang lebih baik. Tanpa

bertindak zalim terhadap orang yang menentang ataupun sikap peremehan dan

pencelaan terhadapnya. Sehingga, seorang dai merasa tenang dan merasakan

bahwa tujuannya berdakwah bukanlah untuk mengalahkan orang lain dalam

berdebat.89

Dalam Tafsir al-Misbah disebutkan bahwa ayat ini dipahami oleh sebagian

ulama sebagai tiga macam metode dakwah yaitu cendekiawan yang memiliki

pengetahuan tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan

hikmah,maksudnya berdialog dengan kata-kata sesuai dengan tingkat kepandaian

mereka. Terhadap orang awam diperintahkaan untuk berdakwah dengan

maû‟izah, maksudnya memberikan nasihat atau perumpamaan yang menyentuh

jiwa sesuai dengan kemampuan pengetahuan mereka yang sederhana. Terhadap

Ahl-Kitab dan agama-agama lain diperintahkan untuk berdakwah dengan cara

yang terbaik yakni dengan logika yang halus dan lepas dari kekerasan dan

umpatan.90

Quraish Shihab juga menyebutkaan bahwa dakwah al-Quran dan Nabi

Muhammmad juga menggunakan ketiga mettode diatas dan diterapkan kepada

siapapun sesuai kondisi masing-masing sasaran. Tetapi berbeda hal nya dengan

Thabathaba‟i yang menolak penerapan metode dakwah tingkat kecerdasan,

menurutnya bisa saja dengan ketiga metode ini dipakai dalam satu situasi atau

89

Sayyid Quṯb, Tafsir FiẔhilalilal-Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 13, h. 224 90

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Quran, Vol. 6, h.

774-775.

Page 70: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

55

sasaran atau hanya dua cara atau satu cara, masing-masing sasaran yang dihadapi.

Dan bisa saja cendekiaan tersentuh oleh maû‟izah, dan tidak mustahil pula orang-

orang awam memperoleh dari cara yang baik tersebut.91

Dari ayat diatas, menurut penulis dalam berdakwah menyebarkan syariat

islam tidak asal berbicara dengan siapapun, harus melihat bagaimana sasaran

tersebut dahulu dan saya setuju dengan pendapat Quraish Shihab diatas

bahwasannya menggunakan tiga metode terebut kepada sasaran ketika berdakwah.

C. PEMIKIRAN SAYYID QUṮB TENTANG KEBERAGAMAAN UMAT

MANUSIA

1. Fitrah manusia lahir dalam keadaan bertauhid

Aspek pertama yang menjadi wujud keberagamaan umat manusia yang

akan dibahas di sini dapat dikatakan sebagai fitrah kemanusiaan, bahwa pada

dasarnya manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang sempurna yang

diberikan berbagai kelebihan seperti dianugrahi aspek jasmani dan rohani. Istilah

fitrah sendiri dari sisi agama yaitu bahwa manusia sejak lahirnya telah memiliki

fitrah bertauhid, mengesakan Tuhan.92

Sayyid Quṯb memandang bahwa

sebenarnya manusia itu beriman, ini tercermin terhadap tafsirnya dibawah ini:

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa

mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka

menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami

lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

91

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Quran, Vol. 6, h.

777.

92

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 148.

Page 71: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

56

"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah

terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Al-A‟raf:172)

Dalam tafsirnya ia menegaskan ayat ini adalah persoalan fitrah dan akidah

yang ditampilkan oleh al-Quran dalam bentuk pemandangan, sebagaimana

galibnya metode yang dipergunakan oleh al-Quran. Ini merupakan pemandangan

yang unik. Pemandangan tentang anak keturunan manusia yang masih di alam

ghaib yang sangat jauh, yang tersembunyi di dalam sulbi anak-anak adam

sebelum mereka lahir kealam nyata. Anak keturunan yang masih dalam

genggaman sang Maha Pencipta lagi Maha Pemelihara. Lalu, diambil perjanjian

dari mereka dengan mengatakan “Bukankah aku ini Tuhanmu?”

Maka, mereka mengakui rububiyah Allah, mengakui bahwa hanya Dia

yang berhak diibadahi. Mereka bersaksi bahwa Dia adalah Maha Esa mereka

bertebaran bagaikan butiran atom, namun dikumpulkan dalam genggaman Tuhan

Yang Maha Pencipta lagi Maha Agung.93

Ia mengutip sebuah riwayat yang dikutip dari Ibnu Jarir yang

meriwayatkannya dari Ibnu „Abbas, ia berkata:

“Tuhanmu mengusap punggung Adam, lalu keluarlah setiap ruh yang

diciptakan-Nya hingga hari kiamat. Lalu Allah mengambil sampah mereka dan

Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka:”Bukankah Aku ini

Tuhanmu?”mereka menjawab, Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi.”

Riwayat ini diriwayatkan baik secara marfu‟ maupun mauqûf dari Ibnu

„Abbas, namun menurut Ibnu Katsir riwayat yang mauquf lebih banyak dan lebih

pasti.

93

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 5 h. 434-

435.

Page 72: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

57

Mengenai bagaimana peristiwa ini terjadi, mengenai bagaimana Allah

mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan mengambil

kesaksian terhadap jiwa mereka, mengenai bagaimana Allah berbicara kepada

mereka, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” dan bagaimana mereka menjawab,

“Betul (Engkau Tuhan kami)”, kami menjadi saksi” jawabannya, menuurutnya,

merupakan cara-cara tentang perbuatan Allah SWT merupakan perkara ghaib,

sama seperti Dzat-Nya. Nalar manusia tidak mampu mengetahui cara-cara

bagaimana perbuatan Allah. Karena persepsi tentang cara merupakan cabang dari

presepsi tentang esensi. Setiap perbuatan yang dinisbatkan kepada Allah seperti

yang dituturkan oleh firman Allah Ta‟ala: “kemudian Dia menuju langit dan

langit itu masih merupakan asap.” (Fushshilat:11)

Dan juga perbuatan-perbuatan Allah yang lain yang dituturkan nash-nash

shahih. Tidak ada pilihan kecuali harus mempercayai kejadiannya, tanpa berusaha

mengetahui caranya. Karena presepsi tentang cara merupakan cabang dari

presepsi tentang esensi seperti yang kami sebutkan, lagipula tidak ada sesuatu

yang serupa dengan Allah, sehingga tidak ada cara untuk mengetahui Dzat-Nya

dan mengetahui cara-cara perbuatan-Nya. Karena tidak ada jalan untuk

menyerupakan perbuatan-Nya dengan perbuatan sesuatu, selama tidak ada sesuatu

yang serupa dengannya. Setiap usaha untuk menggambarkan cara-cara

perbuatannya sama seperti cara-cara perbuatan makhluk-Nya adalah merupakan

usaha yang menyesatkan, karena esensi Allah berbeda dengan esensi ciptaan-Nya.

Perbedaan ini mengimplikasikan perbedaan cara-cara perbuatan-Nya dengan cara-

cara perbuatan ciptaan-Nya, begitu juga setiap filosuf atau ahli Kalam yang

Page 73: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

58

berusaha menyifati cara-cara perbuatan Allah adalah bodoh, sesat dan melakukan

kesalahan yang parah.94

Sayyid Quṯb mengutip dari Ibnu Katṣir dalam tafsirnya mengatakan,

“Ulama salaf dan khalaf berpendapat bahwa yang dimaksud dengan pengambilan

sumpah adalah Allah memberi mereka fitrah tauhid, seperti yang telah dijelaskan

dalam Hadits Abu Hurairah, Iyadh bin Hammar al-Mujasyi dan dari riwayat

Hassan al-Bashri dari Aswad bin Sari. Hasan al-Bashri menafsirkan ayat tersebut

demikian mereka mengatakan, “Karena itu Allah berfirman, Dan (ingatlah), ketika

Tuhanmu mengeluarkan dari anak-anak Adam, bukan dari Adam, Dari sulbi

mereka, bukan dari sulbinya, keturunan mereka” maksudnya Allah menjadikan

keturunan mereka dari generasi ke generasi, dari abad ke abad, seperti firman

Allah: “Dialah yang telah menjadikan kamu sebagai khalifah dibumi ” (al-An‟am:

165).95

Sayyid Quṯb juga mengutip dari kitab Shahih Muslim yang diriwayatkan

dari „Iyadh bin Hammar, ia berkata,”Rasulullah bersabda, Allah berfirman:

“Sesungguhnya aku menciptakan hamba-hambaku dalam keadaan lurus.

Lalu datanglah syetan kepada mereka, lalu syetan itu memalingkan mereka dari

agama mereka dan mengharamkan bagi mereka apa yang aku halalkan bagi

mereka.”

Terlepas dari apa yang terjadi bahwa ada perjanjian dari Allah atas fitrah

manusia untuk mengesakan-Nya dan bahwa hakikat tauhid ini terpusat pada fitrah

94

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil al- Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 5 h. 437 95

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 5 h. 438.

Page 74: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

59

ini. Setiap bayi yang muncul ke alam wujud membawa fitrah ini. Ia tidak

melenceng dari fitrah ini, kecuali setelah dirusak oleh faktor eksternal yaitu faktor

yang memanfaatkan kesiapan manusia tersembunyi dan bisa diaktualisasikan oleh

berbagai situasi dan kondisi yang melingkupinya.

Hakikat tauhid tidak hanya terpusat pada fitrah manusia saja, tetapi juga

terpusat pada fitrah alam wujud di sekitarnya. Fitrah manusia hanyalah sepenggal

dari fitrah seluruh alam ini. Di saat yang sama fitrah manusia juga menerima

berbagai gema dan ketukan alam semesta yang mengekspresikan pengaruh dan

pengakuannya terhadap hakikat alam semesta yang besar tersebut. Di sini, fitrah

kemanusiaan mengantarkan kesempurnaan manusia dengan takwa di hadapan

Tuhannya.

2. Taqwa sebagai ukuran keberagamaan di hadapan Allah

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat: 13)

Ayat di atas memaparkan berbagai hakikat besar, yang nyaris mampu

dengan sendirinya melukiskan rambu-rambu dunia yang tinggi, mulia, bersih, dan

sehat ini. Setelah itu, surat ini menetapkan rambu-rambu iman, yang dengan

namanya orang-orang mukmin diajak untuk menegakkan dunia tersebut, dan

dengan namanya pula mereka diseru untuk merespon panggilan Allah yang

mengajak mereka kepada beban-beban kewajiban-Nya dengan gambaran yang

indah ini, yang mendorong untuk merespon dan menerimanya; “Wahai orang-

orang yang beriman....” Itulah panggilan penuh cinta yang karenanya orang yang

Page 75: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

60

dipanggil merasa malu sekiranya tidak menjawab seruan itu, disamping

memudahkan setiap perintah, meringankan setiap beban berat, dan memancing

kerinduan hati, sehingga ia mendengar dan meresponnya. 96

Taqwa juga menjadi wujud bagi setiap pribadi manusia dalam meneguhi

fitrah keberagamaan, sebagaimana Allah memerintahkan manusia untuk

menghadapkan wajahnya dengan lurus meneguhi agama Allah.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.

tidak ada peubahan pada fitrah Allah.97

(Itulah) agama yang lurus; tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Al-Rum:30)

Arahan untuk meluruskan wajah kepada agama yang lurus ini disampaikan

tepat pada waktunya dan pada tempatnya, setelah berbagai putaran didalam esensi

alam semesta dan pemandangan-pemandangannya, serta didalam lubuk jiwa dan

fitrahnya, arahan tersebut disampaikan pada waktunya, saat hati yang fitrahnya

lurus itu siap untuk menerimanya, sebagaimana hati yang menyimpang telah

kehilangan setiap argumen dan dalilnya, serta berdiri dalam keadaan tanpa

perbekalan dan senjata. Inilah argumen kuat yang disuarakan al-Quran dengan

lantang. Argumen yang tidak bisa dibendung oleh hati, dan tidak bisa ditolak oleh

jiwa.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah)”

Menghadaplah kepadanya dengan lurus, karena agama inilah yang melindungi

96

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Zhilalil al-Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 11 h. 256. 97

Fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri

beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah

wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

Page 76: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

61

dari hawa nafsu yang terpecah,tidak bersandar pada kebenaran, dan tidak

bersumber dari pengetahuan, melainkan mengikuti selera dan kecenderungan

tanpa pedoman dan argumen. Hadapkanla wajahmu dengan lurus kepada agama

ini, dengan mengabaikan setiap agama selainnya, dan dengan konsisten diatas

larangannya, bukan pada selainnya.98

“(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.”

Dengan kalimat ini al-Quran menghubungkan antara fitrah jiwa manusia

dan watak agama ini. Allah yang menciptakan hati manusia, dan Dialah yang

menurunkan agama ini kepadanya untuk mengaturnya, mengobati penyakitnya,

dan meluruskannya dari penyimpangan. Allah Maha Mengetahui ciptaan-Nya,

dan Maha Lembut lagi Maha Mengenal. Fitrah bersifat konstan, dan agama juga

bersifat konstan. “Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” Apabila jiwa telah

menyimpang dari fitrah, maka tidak ada yang bisa mengembalikan kepadanya

selain agama yang serasi dengan fitrah ini, yaitu fitrah manusia dan fitrah alam

semesta.

“(itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui...” Sehingga mereka mengikuti hawa nafsu tanpa didasari

pengetahuan dan tersesat dari jalan lurus yang mengantar sampai tujuan.

Meskipun arahan untuk menghadapkan wajah dengan lurus kepada agama

yang lurus ini ditunjukkan kepada Rasulullah SAW, namun yang dimaksud adalah

98

Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil al-Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 9 h.559.

Page 77: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

62

semua orang mukmin. Karena itu, arahan kepada mereka itu dilanjutkan dengan

merinci makna menghadapkan wajah dengan lurus kepada agama ini.99

Fitrah berarti kembali kepada Allah dalam setiap urusan. Fitrah berarti

takwa, perasaan yang sensitif, perasaan diawasi oleh Allah diwaktu sendiri dan

ditengah keramaian, merasakan kehadiran Allah dalam setiap gerak dan diam.

Fitrah berarti mendirikan sholat untuk beribadah secara murni kepada Allah.

Fitrah juga berarti tauhid murni yang dapat membedakan orang-orang mukmin

dari orang-orang musyrik.

al-Quran menyebut orang-orang musyrik sebagai “orang-orang yang

memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.” Karena

kemusyrikan memiliki banyak warna dan corak. Diantara mereka ada yang

menyekutukan jin, menyekutukan malaikat, menyekutukan nenek moyang,

menyekutukan raja-raja, menyekutukan dukun dan pendeta, menyekutukan pohon

dan batu, menyekutukan bintang-bintang, menyekutukan api, menyekutukan siang

dan malam, menyekutukan nilai-nilai palsu dan ambisi. Bentuk dan corak

kemusyrikan tidak ada habis-habisnya. “Tiap-tiap golongan merasa bangga

dengan apa yang ada pada golongan mereka.” Sementara agama yang lurus itu

hanya satu, tidak berganti-ganti, tidak terpecah belah, dan tidak menuntun para

pemeluknya selain kepada Allah Yang Maha Esa, yang langit dan bumi adalah

milik-Nya, dan setiap dari mereka tunduk kepada-Nya.100

99

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah: M.

Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 9 h.660. 100

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah: M.

Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 9 h.61.

Page 78: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

63

Sungguh, jika sampai ada pertanyaan mengapa manusia tidak menyembah

Tuhan yang satu, seperti firmannya:

“mengapa aku tidak menyembah (tuhan) yang telah menciptakanku dan

yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan?QS. Yasin: 22”,

makaitu merupkan pertanyaan fitrah kemanusiaan yang benar-benar merasakan

adanya pencipta, yang menariknya kepada sumber eksistensi satu-satunya.

“mengapa aku tidak menyembah (Tuhan yang telah menciptakanku)” apa yang

memalingkanku dari jalan alami yang terdetik dalam jiwa pertama kali?

Sesungguhnya fitrah itu tertarik kepada yang menciptakannya, serta mengarah

kepadanya sejak semula. Fitrah tidak menyimpang darinya kecuali karna faktor

lain yang bersifat eksternal. Dan ia tidak melenceng kecuali lantaran pengaruh

lain yang bukan bagian dari wataknya. Orientasi kepada pencipta itulah yang

utama dan yang pertama. Dalam orientasinya itu ia tidak membutuhkan unsur

diluar watak jiwa dan ketertarikannya yang fitri. Laki-laki mukmin itu merasakan

hal ini dari lubuk hatinya, sehingga ia mengungkapkannya dengan ungkapan yang

jelas dan sederhana ini tanpa dibuat-buat, tanpa berputar-putar, dan tanpa berbelit-

belit.

Dengan fitrahnya yang benar dan jernih, ia juga merasakan bahwa pada

akhirnya makhluk pasti kembali kepada khaliq, sebagaimana setiap sesuatu

kembali kepada sumber orisinilnya. Maka, ia berkata: “dan yang hanya kepada-

nya lah kamu (semua) akan dikembalikan”

Page 79: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

64

Ia bertanya-tanya: mengapa aku tidak menyebah tuhan yang

menciptakanku dan kepada-Nya segala sesuatu dikembalikan? Ia berbicara

tentang kembalinya mereka kepada Allah, karena Allah juga pencipta mereka, dan

sudah sepatutnya mereka menyembah-Nya.

Kemudian laki-laki itu memaparkan manhaj laain yang bertentangan

dengan manhaj fitrah yang lurus, sehingga ia melihat sebagai kesesatan yang

nyata.101

3. Tidak ada toleransi dalam ibadah

“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,aku tidak akan menyembah apa yang

kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, dan aku

tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,dan kamu tidak pernah

(pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, untukmu agamamu, dan

untukkulah, agamaku." (Al-Kafirun:1-6)

Sayyid Quṯb menafsirkan kata perintah “Katakanlah....” merupakan

perintah ilahi yang tegas dan mengisyaratkan bahwa perkara aqidah ini adalah

perintah Allah semata. Tidak ada campur tangan Muhammad sedikit pun di

dalamnya. Yang memerintahkannya hanyalah Allah yang tiada seorang pun

mampu menolak perintah-Nya, Yang Maha Menentukan hukum yang tiada

seorang pun mampu menolak hukum-Nya.

“Katakanlah, Hai orang-orang kafir.” Allah memanggil mereka dengan

hakikat yang ada pada diri mereka dan memberi sifat kepada mereka dengan sifat

yang ada pada diri mereka. Sesungguhnya mereka bukan penganut agama dan

101

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 9 h.61.

Page 80: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

65

mereka juga bukan orang-orang yang beriman. Mereka hanyalah orang-orang

kafir. Sehingga tidak ada titik temu antara kamu dan mereka disuatu jalan.

Demikianlah permulaan surat dan pembukaan pembicaraan ini

memberikan isyarat tentang hakikat pemutusan yang tidak dapat diharap bisa

tersambung, “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah”

Karena ibadahku tidak sama dengan ibadahmu, dan Tuhan yang aku

sembah tidak sama dengan tuhan yang kamu sembah.102

“Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.”

Karena ibadahmu tidak sama dengan ibadahku dan Tuhan yang kamu

sembah tidak sama dengan Tuhan yang aku sembah.

“Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.”

Ayat ini menegaskan pernyataan yang pertama dalam bentuk jumlah

ismiyah (nominal clause) yang lebih kuat dalam memberikan kesan kelekatan dan

kelanggengan sifat.103

“Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku

sembah.”

Ini merupakan pengulangan untuk menegaskan pernyataan yang kedua,

agar tidak ada lagi keraguan dan prasangka. Setelah penegasan yang diulang

dengan menggunakan sarana pengulangan dan penegasan ini tidak ada lagi ruang

untuk ragu dan prasangka.

102

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalilal- Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 13 h. 645. 103

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah:

M. Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 13 h.645.

Page 81: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

66

Kemudian di sampaikan secara global tentang hakikat perpisahan yang

tidak bisa dipertemukan, perbedaan yang tidak bisa disamakan, pemutusan yang

tidak bisa disambung, dan ciri khas yang tidak bisa dicampur aduk.104

“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Saya disini dan kamu disana. Tidak ada seberangan, tidak ada jembatan

dan tidak ada jalan. Pemisahan total dan menyeluruh. Ciri khas yang jelas dan

detil.

Penulis menyimpulkan bahwa, hikmah yang dapat diambil dari kelima

ayat diatas yang menggambarkan tentang kefitrahan atau keberagamaan manusia

dalam penafsiran Sayyid Quṯb tersebut adalah bahwasannya manusia diciptakan

dengan acuan fitrah Allah yaitu agama yang lurus dan agama tauhid (agama yang

mengesakan Allah) yang menjadi kekuatan untuk membangun Islam, khususnya

bagi kehidupan dimasa modern seperti sekarang. Kekuatan Islam mengalami

kelemahan dalam segi menjaga kesatuan antar sesama muslim, dimana antar umat

Islam saja saling terjadi konflik. Maka, kondisi seperti ini perlu untuk diperbaiki,

mengingat Islam sebagai agama rahmatan lil „alamin. Dan oleh sebab itu

dijelaskan bahwa fitrah itu milik Allah yang diberikan manusia melalui proses

penciptaannya.

Di dalam menyikapi perbedaan agama, Sayyid Quṯbmenegaskan bahwa

tidak ada toleransi dalam ibadah, namun toleransi antar umat beragama

dibolehkan dalam hal lain yang menyangkut hubungan anak dan orang tuanya,

dalam rangka berbuat baik kepada kedua orang tua yang menjadi kewajiban anak.

104

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil Quran ( Di Bawah Naungan al-Quran), penerjemah: M.

Misbah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2006), cet ke-1, jilid 10 h.29-30.

Page 82: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

67

Demikian juga dalam meneguhi prinsip-prinsip keadilan seperti yang akan

dibahas dalam bab selanjutnya.

Page 83: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

68

BAB IV

Penafsiran Sayyid Quṯb terhadap QS. Al-Mumtahanah Ayat 8-9 dalam

TafsirFi Ẕhilalil al-Quran.

A. Ayat dan Terjemahnya

ن أ م رك ا ي د ن م م وك يرج ول ن ي د ل ا ف م وك ل ت ا ق ي ل ن ي لذ ا ن ع لو ل ا م اك ه ن ي ل ب ي لو ل ا ن إ م ه ي ل إ وا ط س ق وت م وى ر ب ن ت ي لذ ا ن ع لو ل ا م اك ه ن ي نا إ ) ( ي ط س ق م ل ا

م ولوى ت ن أ م ك ج را خ إ ى ل ع روا ى ا وظ م رك ا ي د ن م م وك رج خ وأ ن ي د ل ا ف م وك ل ت ا ق) ( ون م ل ظا ل ا م ى ك ئ ول أ ف م ول ت ي ن م و

”Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap

orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir

kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku

adil.(8) Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu

orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari

negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa

menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang

zalim”(9)

B. Munasabah Ayat dan Asbabul Nuzul

Surat Al-Mumtahanah ini termasuk surah madaniyah yang ayat-ayat yang

diturunkan setelah hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah, walaupun

diturunkan dikota Mekkah dan sekitarnya, seperti di Badar, Uhud, Arafah, Dan

Mekah.

Dalam membahas munasabah serta asbabul nuzul dari ayat 8-9 ini tidak

ditemukan penjelasan tentang asbabul nuzul ayai ini dalam Tafsir Fi Zhilali al-

Quran, tetapi berdasarkan informasi sumber lain dikatakan bahwa ayat ini turun

Page 84: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

69

berkenaan dengan cerita Asma‟ mengenai ibunya yang datang hendak

bersilaturahmi.

Turunnya ayat ke-8, al-Bukẖari meriwayatkan dari Asma‟ binti Abû Bakr

yang berkata, “Suatu hari, ibu saya mengunjungi saya. Ketika itu, ia terlihat dalam

kondisi telah cenderung (kepada Islam). Saya lalu bertanya kepada Rasulullah

tentang apakah saya boleh meneyambung silaturahmi dengannya? Nabi saw. lalu

menjawab, „Ya, boleh.‟ Berkenaan dengan kejadian inilah, Allah lalu menurunkan

ayat ini.1

Sebagai informasi, dapat dituliskan di sini bahwa Asma‟ lahir di Makkah

ketika ayahnya, Abû Bakr al-Shiddiq berusia dua puluh tahun lebih. Usia Asma‟

17 tahun lebih tua daripada Aisyah, saudarinya.2

Muhammad bin Ibraẖim al-Anmathi menceritakan kepadaku, dia berkata:

Harun bin Ma‟ruf menceritakan kepada kami, dia berkata: Bisyr bin As-Sirri

menceritakan kepada kami, dia berkata: Mush‟ab bin Tṣabit menceritakan kepada

kami dari pamannya Amir bin Abdullah bin Az-Zubair, dari ayahnya, dia berkata,

“Ayat ini turun berkenaan dengan Asma binti Abu Bakr, dia punya ibu pada masa

Jahiliyah yang bernama Qatilah binti Abdul „Uzza. Ibunya ini datang ke Madinah

membawakan berbagai macam hadiah berupa aqith (roti), dan minyak samin.

Asma berkata, „aku tidak bisa menerima hadiah dari ibu dan memohonnya untuk

tidak masuk menemuiku sampai Rasulullah SAW mengizinkan.Hal itu

1Jalaluddin Al-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al-Qur‟an, Ter. dari

Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzul oleh Tim Abdul Hayyie, (Jakarta: Gema Insani, 2009), cet.

2, h. 566. 2Abu Muhammad Abdul Malik bin Hishām, Sīrah al-Nabawiyah Ibnu Hishām , Terj.

Fadhli Bahri (Jakarta: Darul Falah, 2000), 214-215.

Page 85: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

70

disampaikannya melalui Aiṣyah kepada Rasulullah SAW lalu turunlah ayat, Al-

Mumtahanah ayat 8.3

Dikemukakan bahwa Qatilah (ibu kandung Asma seorang kafir) datang

kepada Asma binti Abû Bakar (anaknya). Setelah itu Asma bertanya kepada

Rasulullah SAW: “Bolehkah saya berbuat baik kepadanya”? Rasulullah SAW.

menjawab: “Ya” (boleh).4

Mayoritas Ahli Takwil (ulama yang selalu melakukan interpetasi atas teks

ayat) menegaskan “ayat ini adalah ayat muhkamat.” Mereka berargumentasi

dengan menyatakan bahwa Asma binti Abû Bakar pernah bertanya kepada Nabi

SAW apakah dia boleh membina hubungan silaturrahim dengan ibunya yang

datang kepadanya dalam keadaan musyrik? Beliau kemudian menjawab, “Ya,

(boleh). Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukẖari dan Muslim.5

Imam Ahmad danal-Bazzar serta al-Hakim telah mengetengahkan sebuah

hadis yang dinilai sebagai hadis sahih oleh al-Hakim dengan melalui jalan

Abdûllah ibnu Zubair yang telah menceritakan bahwa Qatilah datang menemui

anak perempuannya, yaitu Asma binti Abu Bakar. Qatilah ini adalah bekas istri

Abu Bakar yang telah ditalak pada masa jahiliah. Qatilah datang menemui anak

perempuannya dengan membawa hadiah-hadiah, tetapi Asma menolak menerima

hadiah itu dan bahkan ia tidak mempersilahkannya masuk ke dalam rumah. Lalu

3Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, Ter. dari Jami‟Al

Bayan an Ta‟wil Ayi Al Qur‟an oleh Faturozi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet. 1, h. 944. 4A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur‟an, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2002), cet. 1, h. 809. 5Imam Al-Qurhtubi, Tafsir Al Qurthubi, Jil. 18, Ter. dari al- Jami‟ Li Ahkam al-Qur‟an

oleh Dedi Rosyadi, dkk, (Jakarta: Pustaka Azam, 2009), cet. 1, h. 361.

Page 86: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

71

Asma mengirim utusan kepada Siti Aiṣyah RA. untuk menanyakan kepada

Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW kemudian memerintahkan supaya Asma

menerima hadiah-hadiah ibunya itu dan mempersilahkannya masuk ke dalam

rumah. Lalu Allah SWT. menurunkan firman-Nya:

ين ول يرجوك م من دياركم أن ت ب روىم وت قسطوا إليهم هاكم اللو عن الذين ل ي قاتلوكم ف الد ل ي ن ب المقسطي إن اللو ي

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak

pula mengusirmu dari negerimu, Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang berlaku adi.l”(Q.S. 60 Al-Mumtahanah, 8).6

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt membebaskan kota Mekkah

dengan tangan Rasul-Nya, kemudian para pendudukanya masuk Islam semunya

kecuali hanya beberapa orang saja yang menolak masuk Islam. Sesungguhnya

rasa cinta, sikap loyal dan persaudaraan di antara mereka adalah bukti kebenaran.

Firman Allah (ين ول يرجوكم من دياركم هاكم اللو عن الذين ل ي قاتلوكم ف الد (ل ي ن

bermakna bahwaAllah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusir

kamu dari negerimu, dengan bermacam-macam tekanan maka kamu dibolehkan

berbuat baik kepada mereka, seperti memberi makanan, pakaian, dan kendaraan

serta berbuat adil kepada mereka.

6Jalaluddin Al-Suyutẖi, Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al-Qur‟an, Ter. dari

Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzul oleh Tim Abdul Hayyie, (Jakarta: Gema Insani, 2009), cet.

2, h. 566.

Page 87: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

72

Sementara sebagian ulama bermaksud membatasi ayat tersebut hanya

ditujukan kepada kaum musyrikin Mekah, tetapi ulama-ulama sejak masa Ibn

Jarir al-Tẖabari telah membantahnya. Thahir Ibn Asyur menulis bahwa pada masa

Nabi SAW. sekian banyak suku-suku Musyrik yang justru bekerjasama dengan

Nabi SAW. serta menginginkan kemenangan beliau menghadapi suku Quraiys di

Mekkah. Al-Hasan dan Abu Salih mengatakan bahwa mereka itu adalah

Khuza‟ah, Bani Al-Hârist, ibn Ka‟âb dan Muzainah. 7

Firman Allah, ( ب المقسطي ditafsirkan oleh Jabir al-Jaza‟iri (إن اللو ي

bahwa sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Potongan

ayat ini merupakan anjuran untuk kaum Muslimin untuk senantiasa berlaku adil

walaupun terhadap orang-orang kafir.

Allah Swt berfirman ( ا هاكم اللو إن ي ن ) Sesungguhnya Allah hanya melarang

kamu, yaitu Allah melarang kamu bersikap loyal terhadap orang-orang yang

memerangimu dan mengusirmu dari kampung halamanmu dan ikut berperan dan

membantu orang lain dalam mengusirmu. ( م فأولئك هالظالمون ومن ي ت ول ) barangsiapa

yang menjadikan mereka (orang-orang kafir) sebagai kawan, maka mereka itulah

termasuk orang-orang yang dzalim terhadap diri mereka sendiri dan menghadang

7Mustahfa Maraghi, Tafsir Maraghi (Semarang: Toha Putra, 1992), Cet. II, JIlid 28, hal.

11.

Page 88: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

73

siksa dan murka dari Allah karena telah meletakkan sikap loyal bukan pada

tempatnya setelah memahami dan mengetaui hukum-hukumnya.8

وأخرج البخاري عن أساء بنت أيب بكر قالت : أتتن أمي راغبة فسألت النيب صلى اهلل عليو و سلم : أأصلها ؟ قال : نعم فأنزل اهلل فيها : )ل ينهاكم اهلل عن الذين ل يقاتلوكم ف الدين(

Artinya: Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukẖari dari Asma binti Abu Bakar

berkata : saya dikunjungi oleh ibu kandungku (Siti Qutailah). Setelah itu

Asma bertanya kepada Rasulullah saw: bolehkah saya berbuat baik

kepadanya? Rasululah menjawab: ”ya” (boleh) Turunlah ayat ini yang

berkenaan dengan peristiwa tersebut yang menegaskan bahwa Allah tidak

melarang berbuat baik kepada orang yang tidak memusuhi agama Allah. (HR.

Bukhari dari Asma binti Abu Bakar)”9

Setelah mendapat jawaban dengan turunnya ayat ke-8 dari surah al-

Mumtahanah ini maka Asma‟ mempersilahkan masuk ibu kandungnya yang tidak

masuk Islam ke dalam rumahnya, dan Asma pun juga bersedia menerima hadiah-

hadiah pemberiannya. Riwayat ini di dapatkan dari al-Hakim Abû Abdillah yang

meriwayatkan didalam kitab shahihnya, dari Abu al-Abbas as-Sayyari, dari

Abdullah al-Gẖazali, dari Ibnu Syaqiq, dari Ibnu al-Mubarak.10

Bahwasannya dari surah al-Mumtahanah ayat ke-8 ini dapat disimpulkan

bahwa ayat ini menjadi jawaban bagi persoalan yang dihadapi Asma binti Abu

Bakar yang meminta kejelasan tentang kebolehan menerima hadiah dan membawa

masuk ibundanya yang tidak beragama Islam ke dalam rumahnya, dalam arti

bahwa ia hendak menyenangkan ibu kandung yang bertamu ke rumahnya. Di sini,

8Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsir al-Quran al-Aisar terj. Azhari Hatim dan Mukti

(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2006), cet. I, hal. 401-402. 9Jalaluddin al-Suyuti, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul (Beirut: Darr al-Kitab al-Araby,

2011M/1432 H), hal. 234. 10

Al-Wahidin Al-Nisaburi, Penerjemah Moh. Syamsi, Asbabun Nuzul (sebab-sebab

turunnya ayat-ayat al-Quran), (Surabaya : Amelia Surabaya, 2014), Cet 1, h. 664-665.

Page 89: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

74

toleransi dibolehkan sepanjang menyangkut persoalan social dan hubungan

kemanusiaan.

Di dalam ayat ke-9 juga dijelaskan bahwa Allah hanya melarang kaum

Muslimin tolong-menolong dengan orang-orang yang menghambat atau

menghalangi manusia beribadah di jalan Allah, dan memurtadkan kaum Muslimin

sehingga mengakibatkania berpindah kepada agama lain, yang memerangi,

mengusir, dan membantu pengusir kaum Muslimin dari negeri mereka. Dengan

orang yang semacam itu, Allah dengan tegas melarang kaum Muslimin untuk

berteman dengan mereka.

Di akhir ayat ini, Allah mengingatkan kaum Muslimin yang menjadikan

musuh-musuh mereka sebagai teman dan tolong-menolong dengan mereka,

bahwa jika mereka melanggar larangan ini, maka mereka adalah orang-orang yang

zalim.11

C. Toleransi terhadap Kaum Dzimmi yang Tidak Memerangi Islam

Ada beberapa prinsip toleransi yang dapat diungkapkan dalam menggali

penafsiran terhadap ayat ke-8 dari surah al-Mumtahanah ini, secara khusus

menegaskan konteks bolehnya menjalani hubungan baik dengan kaum non

muslim yang termasuk dalam kategori kaum Dzimmi, mereka yang mendapat

perlindungan untuk hidup bersama sebagai bangsa dalam sebuah pemerintahan

Islam. Bahwa toleransi antar umat beragama dibolehkan bagi kaum muslimin

kepada kaum non muslim yang tidak memusuhi mereka. Di antara beberapa

11

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid x,

(Yogyakarta:Menara Kudus, 1990), h.53.

Page 90: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

75

prinsip kemanusiaan yang menjadi dasar dari kebolehan toleransi ini adalah rasa

saling cinta (mawaḏdah) yang sudah terbina sebelumnya, seperti cinta kepada

kedua orang tua yang non muslim atau juga prinsip perintah untuk berbuat baik

(tabarrû) sebagai kewajiban anak kepada kedua orang tuanya, serta perintah

untuk berbuat adil (tuqṣitu) seperti menerima hadiah yang dibawakan orang tua

non Muslim kepada anaknya yang muslim dalam kunjungannya. Bahwasannya

dalam penafsiran Sayyid Quṯb terhadap Tafsir Fi Ẕhilalil Quran ini selaras

dengan ulama yang dicantumkan penulis pada isi skripsi dibawah ini, yang mana

untuk memperkuat penafsiran Sayyid Quṯb yang berpendapat sedemikian

1. Mawaḏdah

Islam adalah agama perdamaian, akidah yang berlandaskan kasih sayang

dan sistem yang bertujuan melindungi seluruh alam semesta didalam naungannya,

menegakkan manhaj-nya dalam lindungannya dan menghimpun seluruh manusia

dibawah panji Allah sebagai saudara yang saling mengenal dan mencintai. Tidak

ada penghalang yang merintangi orientasi ini, kecuali permusuhan para musuhnya

terhadap Islam dan terhadap para pemeluknya. Dan sedangkan apabila musuh-

musuh Islam mengajak untukberdamai, maka Islam tidak menyukai permusuhan

dan tidak pula menganjurkannya. Bahkan pada saat permusuhan, Islam masih

menjaga sebab-sebab kasih sayang dalam jiwa dan perilaku yang bersih serta

sikap adil dalam bermuamalah.12

12

Sayyid Quṯhb, Tafsir Fi-Zhilalil Quran (dibawah naungan Al-Quran), pen: Misbah

Aunur Rfiq Shaleh (Jakarta:Rabbani Press, 2009), cet 1, h, 849.

Page 91: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

76

Ditegaskan di dalam ayat ke-7 surah al-Mumtahanah bahwa ور واهلل غف

Allah Maha Pengampun lagi Maha Peyayang”. Fasilah ayat ini ditafsirkan“رحيم

sebagai sifat pengampun segala kesalahan masa lalu seperti syirik dan dosa-dosa

lainnya. Hingga terwujudnya janji Allah seperti diindikasikan oleh lafazh harapan,

Allah membolehkan kasih sayang terhadap orang-orang yang tidak memerangi

mereka karna agama dan tidak mengusir mereka dari negeri mereka. Allah

mengangkat kesulitan dengan menganjurkan berbuat baik terhadap mereka dan

berperilaku adil dalam berinteraksi bersama mereka dengan tidak menodai sedikit

pun hak-hak mereka. Namun Allah juga melarang keras bersahabatan dengan

orang yang memusuhi mereka karena agama, mengeluarkan mereka dari negeri

mereka atau terhadap orang-orang yang membantu dalam mengusir

mereka.13

Sayyid Quṯb ketika menafsirkan ayat ini lebih lanjut menjelaskan bahwa

Islam adalah agama dan aqidah cinta yaitu sistem yang menaungi seluruh alam

dengan naungan cinta, tidak ada yang menghalangi kearah itu kecuali tindakan

agresi dari pihak musuh.14

Rasa cinta dan keterikatan dalam pertalian kerabat merupakan sesuatu

tidak dapat dipungkiri, seperti ditegaskan M. Yunan Yusuf, bahwa setiap orang

memiliki rasa kerinduan terhadap kaum kerabat untuk selalu berhubungan secara

persaudaraan hubungan darah. Suasana seperti itulah yang terdapat pada ayat ke-7

13

Sayyid Quṯb, Tafsir FiẔhilalil Quran (dibawah naungan Al-Quran), pen: Misbah Aunur

Rfiq Shaleh (Jakarta:Rabbani Press, 2009), cet 1, h, 850. 14

Sayyid Quṯb, Tafsir FiẔhilalil Quran (dibawah naungan Al-Quran), pen: Misbah Aunur

Rfiq Shaleh (Jakarta:Rabbani Press, 2009), cet 1, vol 6, h, 3544.

Page 92: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

77

ini agar kaum Muslimin dapat mengendalikan perasaan mereka secara

proposional terhadap orang-orang kafir.15

Bahkan Ibn Katṣir juga merinci dengan

jelas dasar cinta yang menjadi kebolehan toleransi bermuaalah dengan kerabat

yang non-Muslim dengan menjelaskan, “Mudah-mudahan Allah menumbuhkan

kasih sayang antara kamu dengan orang-orang yang kamu musuhi diantara

mereka”, maksudnya adalah kasih sayang setelah kebencian, kasih sayang setelah

permusuhan dan kerukunan setelah pertikaian.16

Kalimat antara kamu dan antara mereka orang-orang yang telah kamu musuhi

dari mereka atas kata mawaḏdah/ kasih sayang adalah untuk menekankan

terjadinya kasih sayang diantara mereka. Hal ini karna mereka merasakan secara

langsung pahitnya pemutusan hubungan dengan sesama keluarga. Penyambutan

hati mereka akibat hubungan kasih yang terjadi antara mereka dengan orang lain,

tidak akan disambut semeriah dan segembira jika jalinan kasih itu terjadi antara

mereka dengan keluarga.17

Frase yang menjadi kalimat kunci dalam ayat ke-7 “Semoga Allah akan

menanamkan rasa kasih sayang dan persahabatannya”dijelaskan M. Yunan

Yusuf bahwa maksudnya bahwa kebencian agama, permusuhan atau

penganiayaan timbul karna kebodohan atau semangat yang berlebihan dalam jiwa

seseorang, yang oleh Allah akan diampuni dan yang akhirnya malah menjadi

15

M.Yunan Yusuf, Tafsir Al-Qur‟an Juz XXVIII Juz Qad Sami‟Allah “Bun-yanun

MarshuhBangunan Kokoh Rapi,” (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2014), cet. 1, h. 252. 16

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir,

Ter. Lubaabut Tafsiir Min Ibnu Katsiir oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan al-Atsari, Jilid 8,

(Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2005), cet. 1, h. 141. 17

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Voleme.

14,(Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2007), cet . 13, hl. 167.

Page 93: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

78

pembela-Nya, seperti halnya yang terjadi dengan Umar bin Kattab, antara kau

dengan mereka yang sekarang menjadi musuh kamu. Di antara alasannya ia

menjelaskan bahwa frase“Allah Maha kuat Allah Maha Pengampun dan Allah

Maha Pengasih” merupakan kemaha aslian ampunan Allah dan kemaha dalaman

kasih sayang-Nya mampu mengalahkan kemurkaan-Nya. Siapapun yang mau

bertaubat dari seluruh kesalahannya yang dilakukan, niscaya mendapatkan

ampunan dari Allah.18

Ketika penaklukan Mekkah orang-orang musyrik masuk ke dalam agama

Allah secara berbondong-bondong. Dan terjadi pula diantara mereka itu

perpaduan dan hubungan kekeluargaan karna ikatan perkawinan, serta hubungan

yang paling kuat sebagaimana difirmankan-Nya ;19

ب ي ق لوبكم يعا ول ت فرقوا واذكروا نعمت اللو عليكم إذ كنتم أعداء فأ ل واعتصموا ببل اللو ج اللو لكم آياتو لك ي ب ي ها كذ فأصبحتم بنعمتو إخوانا وكنتم على شفا حفرة من النار فأن قذكم من

لعلكم ت هتدون “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,

dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah

kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,

Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat

Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi

jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu

mendapat petunjuk(Al-Imran; 103)”20

18

M. Yunan Yusuf, Tafsir Al-Qur‟an Juz XXVIII Juz Qad Sami‟Allah “Bun-yanun

MarshuhBangunan Kokoh Rapi,” (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2014), cet. 1, h. 253. 19

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz 28, (Mesir: Maktabah Mustafa al-

Babial-Halabi wa Awladih, 1946), h. 113. 20

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid x,

(Yogyakarta:Menara Kudus, 1990), h. 63.

Page 94: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

79

) ( ي ن م ؤ م ل ا وب ره ص ن ب ك يد أ ي لذ ا و ى لو ل ا ك ب س ح ن إ ف وك ع يد ن أ وا د ري ي ن إ و

ن ك ول م و ل ق ي ب ت لف أ ا م ا ع ي ج رض ل ا ف ا م ت ق ف ن أ و ل م و ل ق ي ب ل وأم ي ك ح ز زي ع نو إ م ه ن ي ب ل أ لو ل ا

“Dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka Sesungguhnya cukuplah

Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan

pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin,dan yang mempersatukan hati

mereka (orang-orang yang beriman)21

. walaupun kamu membelanjakan

semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat

mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati

mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana." (Al-Anfal

:62-63)”22

Kemudian Allah memperbolehkan mereka berhubungan dengan orang-

orang kafir yang tidak memerangi mereka.23

2. Perintah Tabarrû dan Tuqṣitu

Dalam ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa ia tidak melarang orang-

orang yang beriman berbuat baik, mengadakan hubungan persaudaraan, tolong

menolong dan bantu-membantu dengan orang-orang kafir selama mereka tidak

mempunyai niat menghancurkan Islam dan kaum Muslimin, tidak mengusir dari

negeri-negeri mereka dan tidak pula berteman akrab dengan orang-orang yang

hendak mengusir itu.24

Allah mengangkat kesulitan dengan menganjurkan berbuat baik terhadap

mereka dan berperilaku adil dalam berinteraksi sesama mereka dengan tidak

21

Penduduk Madinah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj selalu bermusuhan sebelum

Nabi Muhammad s.a.w hijrah ke Medinah dan mereka masuk Islam, permusuhan itu hilang. 22

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid x,

(Yogyakarta:Menara Kudus, 1990), h. 185. 23

Ahmad Mustafa Al-Maragẖi, Tafsir al-Marghi, Juz 28, (Mesir: Maktabah Mustafa al-

Babial-Halabi wa Awladih, 1946), h. 113. 24

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid x,

(Yogyakarta:Menara Kudus, 1990), h. 110.

Page 95: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

80

menodai sedikit pun hak-hak mereka. Namun Allah juga melarang keras

bersahabat dengan orang yang memusuhi mereka atau terhadap orang-orang yang

membantu dalam mengusir mereka.25

Kaidah interaksi dengan non muslim merupakan kaidah paling adil dan

sesuai dengan karakter agama ini, sesuai dengan arahan dan pandangannya

tentang kehidupan manusia, bahkan pandangannya secara menyeluruh terhadap

alam semesta yang bersumber dari tuhan yang satu dan saling membantu dalam

perencanaan dan takdir yang azali dibalik berbagai perbedaan dan perselisihan.26

Kaidah yang sesuai dengan presepsi Islam yang menjadikan permasalahan

antara orang mukmin dengan penentang mereka adalah permasalahan akidah

bukan yang lainnya dan nilai yang dipertahankan dan dibela hingga melalui

peperangan oleh seorang muslim hanyalah masalah akidah. Sehingga tidak ada

sesuatu yang menjadikan manusia saling bermusuhan dan saling menyerang

kecuali menyangkut masalah kebebasan berdakwah, kebebasan keyakinan,

realisasi manhaj Allah dimuka bumi dan penegakan kalimat Allah.27

Sesungguhnya seorang muslim hidup dibumi ini demi membela akidahnya

dan menjadikannya sebagai permasalahan antara dirinya dengan manusia

disekelilingnya. Jadi tidak ada permusuhan demi suatu kepentingan, dan tidak ada

jihad demi fanatisme apa pun, baik fanatisme ras, negeri, keluarga atau keturunan.

25

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil Quran (dibawah naungan Al-Quran), pen: Misbah

Aunur Rfiq Shaleh (Jakarta:Rabbani Press, 2009), cet 1, vol 6, h, 850. 26

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil Quran (dibawah naungan Al-Quran), pen: Misbah

Aunur Rfiq Shaleh (Jakarta:Rabbani Press, 2009), cet 1, vol 6, h, 851. 27

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil Quran (dibawah naungan Al-Quran), pen: Misbah

Aunur Rfiq Shaleh (Jakarta:Rabbani Press, 2009), cet 1, vol 6, h, 851.

Page 96: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

81

Jihad hanya ada untuk menegakkan kalimat Allah dan menjadikan akidahnya

sebagai manhaj yang diterapkan dalam kehidupan.28

Sekalipun orang-orang kafir, kecuali jika mereka memusuhi dan hendak

menghancurkan kita dan agama kita, kita harus memperlakukan meraka dengan

baik dan adil, seperti diperlihatkan oleh Rasulullah sendiri.29

Allah tidak melarang

kamu berbuat baik dalam bentuk apapun bagi mereka dan tidak juga melarang

kamu berlaku adil terhadap mereka. Kalau demikian, jika dalam interaksi sosial

mereka berada di pihak yang benar, sedangkan salah seorang dari kamu berada

dipihak yang salah, maka kamu harus membela dan memenangkan meraka. 30

Firman Allah Ta‟ala م وى ر ب ت ن berada أن untuk berbuat baik.” Lafazh“ أ

pada posisi jarr karena menjadi Badal dari lafazh . الذين Maksudnya, Allah tidak

melarang kalian untuk berbuat baik kepada orang-orang yang tidak memerangi

kalian, yaitu kabilah Khuza‟ah, dimana mereka telah berdamai dengan Nabi

dimana meraka tidak akan memerangi beliau dan tidak pula akan membantu

seseorang menantang beliau. 31

28

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil Quran (dibawah naungan Al-Quran), pen: Misbah

Aunur Rfiq Shaleh (Jakarta:Rabbani Press, 2009), cet 1, vol 6, h, 852. 29

Abdullah Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali Teks, Terjemahan dan Tafsir Qur‟an 30 Juz,

(Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa, 2009), cet. 3, h. 1456. 30

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Voleme.

14,(Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2007), cet . 13, h. 168. 31

Imam Al Qurhṯubi, Tafsir Al Qurthubi, Jil. 18, Ter. dari AL Jami‟ Li Ahkaam AL-

Qur‟an oleh Dedi Rosyadi, dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet. 1, h. 362.

Page 97: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

82

Firman-Nya م ه ي ل إ وا ط س ق ت Dan berlaku adil terhadap orang-orang yang“ و

tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari

negerimu.” Maksdunya adalah memberikan kepada sebagian dari harta kalian

sebagai upaya membina hubungan silaturrahim. Yang dimaksud oleh firman Allah

itu bukanlah bersikap adil. Sebab bersikap adil adalah sebuah keharusan, baik

terhadap orang yang memerangi maupun terhadap orang yang tidak memerangi.

Demikianlah yang dikatakan oleh Ibnu Al Arabi sebagaimana yang dikutib oleh

Imam Qurtẖubi.32

Jadi ada suatu prinsip yang perlu diingat dalam hubungan orang-orang Islam

dengan orang-orang kafir, yaitu : “Boleh mengadakan hubungan baik, selama

pihak yang bukan Islam melakukan yang demikian pula”. Hal ini hanya dapat

dibuktikan dalam sikap dan perbuatan kedua belah pihak.

Di Indonesia prinsip ini dapat dilakukan, selama tidak ada pihak agama lain

bermaksud memurtadkan orang Islam atau menghancurkan Islam dan kaum

Muslimin.33

Ahli-ahli tafsir menyatakan bahwa ayat ini adalah “muhkamah”,

artinya berlaku buat selama-lamanya, tidak dimansukhkan. Dalam segala zaman

hendaklah kita berbuat baik dan bersikap adil dan jujur kepada orang yang tidak

memusuhi kita dan tidak mengusir kita dari kampung halaman kita. Kita

32

Imam Al Qurhṯubi, Tafsir Al Qurthubi, Jil. 18, Ter. dari AL Jami‟ Li Ahkaam AL-

Qur‟an oleh Dedi Rosyadi, dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet. 1, h. 363. 33

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid x,

(Yogyakarta:Menara Kudus, 1990), h. 110.

Page 98: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

83

diwajibkan menunjukkan budi Islam yang tinggi.34

Allah mentukan syarat-syarat

orang-orang kafir mana yang tidak boleh dimusuhi oleh Islam:

1. Orang-orang kafir itu tidak memusuhi kaum Muslimin. Mereka mau bekerja

sama dalam membangun masyarakat, hidup berdampingan secara damai,

serta saling bantu-membantu dalam mewujudkan kemaslahatan di tengah

masyarakat. Dalam kondisi seperti ini kaum Muslimin hendaknya dapat

menyisihkan persoalan perbedaan agama dengan interaksi pergaulan sehari-

hari. Masalah keyakinan agama sudah jelas, yakni lakumdinukum wa liya diin

(bagimu agamamu dan bagiku agamaku).

2. Orang-orang kafir itu tidak mengusir kaum Muslim dari negeri mereka

sendiri. Kaum Muslim merasa aman, tidak merasa cemas dan takut diusir

oleh orang-orang kafir itu. Rasa aman dari terusir ini dimanifestasikan dalam

bentuk kenangan berdiam di tempat kediaman sendiri, tanpa dibayangi rasa

takut sedikit pun dari keterusiran. Berbuat adil terhadap orang-orang kafir

tentulah dalam arti kemampuan membedakan mana orang kafir yang boleh

mendapatkan perlakuan baik dari kaum Muslim, dan mana orang kafir yang

tidak boleh memperoleh perlakuan baik dari kaum Muslimi.35

D. Sikap Kaum Muslim terhadap Mereka yang Memerangi

Apakah toleransi boleh menjadi sikap kaum muslim terhadap kaum non

muslim yang memerangi? Pada ayat ke-9 dari surah al-Mumtahanah ini

menjelaskan beberapa alasan terhadap sikap yang harus diambil terhadap mereka

34

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XXVIII, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2000), cet. 2, h. 106. 35

M. Yunan Yusuf, Tafsir Al-Qur‟an Juz XXVIII Juz Qad Sami‟Allah “Bun-yanun

Marshuh Bangunan Kokoh Rapi,” (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2014), cet. 1, h. 256-257.

Page 99: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

84

yang memerangi kaum muslimin. Kata kunci yaang bisa diambil dari ayat ini

adalah tawâlla (berkawan) dengan mereka yang memusuhi dan berlaku zhalim.

Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah SWT hanya melarang kaum

Muslimin bertolong-tolongan dengan orang-orang yang menghambat atau

menghalangi manusia di jalan Allah, dan memurtadkan kaum Muslimin, sehingga

ia berpindah kepada agama lain, yang memerangi, mengusir dan membantu

pengusir kaum Muslimin dari negeri mereka. Dengan orang yang semacam itu

Allah melarang dengan sangat kaum Muslimin berteman dengan mereka. Pada

ayat sembilan ini Allah SWT mengancam kaum Muslimin yang menjadikan

musuh-musuh mereka sebagai teman bertolong-tolongan dengan mereka, jika

mereka melanggar larangan Allah ini, maka mereka adalah orang-orang yang

zalim. ”.Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan“ومن يتولم36

Maksudnya, menjadikan mereka sebagai kawan, penolong dan kekasih. Maka,

kesimpulan akhirnya adalahفألئك ىم الظلموان “Maka mereka itulah orang-orang

yang zalim”37

Allah menetapkan orang-orang yang berteman dengan orang musyrik

sebagai orang yang zalim. Dan orang yang zalim bisa berarti syirik dengan

merujuk pada firman Allah:”Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar kezaliman yang besar” ini adalah ancaman yang menakutkan dan

36

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid x,

(Yogyakarta:Menara Kudus, 1990), h 111. 37

Imam Al Qurhtubi, Tafsir Al Qurthubi, Jil. 18, Ter. dari AL Jami‟ Li Ahkaam AL-

Qur‟an oleh Dedi Rosyadi, dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet. 1, h. 364-365.

Page 100: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

85

menggetarkan orang-orang yang beriman dan takut termasuk dalam indikasinya

yang menakutkan tersebut.38

Kaidah itu merupakan dasar syariat islam tentang kenegaraan yang

menjadikan kondisi damai antara seseorang Muslim dan seluruh manusia sebagai

keadaan yang permanen. Keadaan ini tidak ada berubah kecuali terjadi

penyerangan, atau ada keharusan untuk melawan serangan, atau ada kekhawatiran

terjadinya pengkhianatan terhadap perjanjian damai. Yaitu ancaman permusuhan

atau hambatan kebebasan berdakwah dan kebebasan berkeyakinan. Hal ini juga

merupakan suatu ancaman. Bila semua itu tidak ada, maka kaidah yang ditetapkan

adalah perdamaian, kasih sayang, kebajikan dan berbuat adil terhadap manusia.39

Pada saat itu meliputi Jazirah Arab dari ancaman para musuh yang

menunggu kesempatan untuk menyerang kaum Muslimin dan tinggal disekitaran

mereka baik dari golongan kaum musyrik maupun Ahli Kitab yang senantiasa

berulang kali mengkhianati dan membatalkan perjanjian mereka. Ini adalah

kondisi permusuhan yang sebenarnya.khususnya setelah dua imperium yang ada

disekitar bumi Islam telah menghimpun kekuatan untuk menghadapinya dan

merasakan ancamannya. Lalu kerajaan-kerajaan Arab yang berada dibawah

kekuasaan Romawi dan Persia itu mengerahkan pasukan untuk menghadapi Islam.

Sehingga tidak ada pilihan lain selain membersihkan front Islam dari sisa musuh-

38

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil Quran (dibawah naungan Al-Quran), pen: Misbah

Aunur Rfiq Shaleh (Jakarta:Rabbani Press, 2009), cet 1, vol 6, h, 851. 39

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil Quran (dibawah naungan Al-Quran), pen: Misbah

Aunur Rfiq Shaleh (Jakarta:Rabbani Press, 2009), cet 1, vol 6, h, 851.

Page 101: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

86

musuhnya sebelum musuh-musuh itu bergabung dalam pertempuran-pertempuran

eksternal yang diprediksikan pada saat itu.40

Firman-Nya, ومن يتولم“Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai

kawan.” maksudnya adalah, mereka yang menjadikan pembelaselain yang

diperbolehkan Allah, atau menempatkan pertemanan itu bukan pada tempat

seharusnya, berarti telah menyelisihi perintah Allah.41

Ayat ini sangat jelas mengatakan bahwa kaum Muslim tidak boleh menjalin

hubungan baik dengan orang-orang non-Muslim. “sesungguhnya Allah hanya

melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi

kamu dalam agama.” Memusuhi di sini dipahami dalam arti mengganggu

ketenteraman kaum Muslim secara fisik. Kata inna-ma mengandung arti tidak

memukul rata semua yang disebut kemudian. Kata tersebut hanya menegaskan

perbuatan-perbuatan yang memenuhi syarat-syarat yangdisebut saja, yakni bila

yang bersangkutan memerangi karenapertimbangan perbedaan agama tersebut.

Artinya kebencian dan permusuhan mereka kepada kaum Muslim disebabkan oleh

kebenaran ajaran agama yang dibawa oleh Islam itu sendiri.42

Orang yang membuat hubungan baik dengan musuh yang nyata jelas

memusuhi Islam, memerangi dan bahkan sampai megusir ataumembantu

40

Sayyid Quṯb, Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran (dibawah naungan Al-Quran), pen: Misbah

Aunur Rfiq Shaleh (Jakarta:Rabbani Press, 2009), cet 1, vol 6, h, 853. 41

Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, Ter. dari Jami‟Al

Bayanan Ta‟wil Ayi Al Qur‟an oleh Faturrozi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet. 1, h.947. 42

M. Yunan Yusuf, Tafsir Al-Qur‟an Juz XXVIII Juz Qad Sami‟Allah “Bun-yanun

Marshuh Bangunan Kokoh Rapi,” (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2014), cet. 1, h. 259.

Page 102: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

87

pengusiran, jelaslah dia itu orang yang aniaya. Sebab diatelah merusak strategi,

atau siasat perlawanan Islam terhadap musuh. Tandanya orang yang membuat

hubungan ini tidak teguh imannya,tidak ada ghairahnya dalam mempertahankan

agama. Sama juga halnya dengan orang yang mengaku dirinya seorang Islam

tetapi dia berkata:”Bagi saya segala agama itu adalah sama saja, karena sama-

sama baik tujuannya.” Orang yang berkata begini nyatalah bahwa tidak ada agama

yang mengisi hatinya. Kalau dia mengatakan dirinya Islam sejati, agama yang

sebenarnya itu hanya Islam.43

Dilihat dari pembahasan diatas penulis menyimpulkan toleransi menurut

Sayyid Quṯb adalah dibagi menjadi tiga bagian yaitu mawaḏdah, tabarrû dan

tuqṣittu, dan tawallâ dan zalim. Semua agama menghargai manusia dan karena

semua umat beragama juga wajib saling menghormati dan menghargai satu sama

lain serta ibadah agama dan kepercayaan yang dianut, Maka dari itu dalam

toleransi bukanlah hanya dari satu pihak saja tetapi hendaknya kedua belah pihak

yang saling mengisi dan memberi serta berbuat adil dengan sesama, jangan ada

yang mengkhianati antar satu sama lain karna akan ada resiko dalam agama satu

sama lain dan dalam agama islam akan disebut musyrik atau zalim.

43

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu XXVIII, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2000), cet. 2, h. 107.

Page 103: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

88

BAB V

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Dari serangkaian bab-bab yang sudah dijelaskan diatas, penulis

menyimpulkan bahwa point-point diatas adalah jawaban dari rumusan

masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan penulis mengenai toleransi beragama dalam QS. al-

Mumtahanah[60]:8-9 yang mana menggunakan penafsiran Sayyid Quṯb. Maka

akan didapati beberapa kesimpulan berikut:

- Dalam hal ini bahwa Sayyid Quṯb tidak condong menjelaskan

pendapatnya dalam kitab Tafsir Fi Ẕhilalil Quran tetapi lebih

menggunakan pendapat ulama-ulama yang memperkuat pendapat nya

dalam QS. al-Mumtahanah ini,

- Analisis dalam ayat 8 dan 9 surat al-Mumtahanah ini dilakukan atas

beberapa ayat, khususnya mengenai Toleransi Beragamadalam

memperkuat penafsiran Sayyid Quṯb.

- Dalam Tafsir Fi Ẕhilalil al-Quran disitu terdapat pendapat Sayyid Quṯb

yang terbagi menjadi beberapa prinsip yaitu Mawaḏdah (kasih sayang),

Tabarrû dan Tuqṣitu (bersikap adil dan baik ), Tawallâ dan Zalim

(berkawan dan zalim).

- Di antara beberapa prinsip kemanusiaan yang menjadi dasar dari

kebolehan toleransi ini menurut Sayyid Quṯb adalah rasa saling cinta

Page 104: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

89

(mawaḏdah) yang sudah terbina sebelumnya, seperti cinta kepada kedua

orang tua yang non muslim atau juga prinsip perintah untuk berbuat baik

(tabarrû) sebagai kewajiban anak kepada kedua orang tuanya, serta

perintah untuk berbuat adil (tuqṣitu) seperti menerima hadiah yang

dibawakan orang tua non Muslim kepada anaknya yang muslim dalam

kunjungannya. Dan juga larangan kaum Muslimin bertolong menolong

dengan orang-orang yang menghambat atau menghalangi manusia dijalan

Allah dan memurtadkan kaum Muslimin (tawallâ) sehingga berpindah

kepada agama lain yang memerangi, mengusir dan membantu pengusiran

kaum Muslimin dari negeri mereka (zalim).

B. SARAN

Dari hasil penelitian ini semoga bisa mendatangkan manfaat bagi

masyarakat pada umumnya dan khususnya penulis sendiri. Dan dari penelitian

ini pula semoga:

1. Dari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis semoga dengan

hasil penelitian ini menjadikan penulis semakin menambah khazanah

pengetahuan khususnya pengetahuan agama agar bisa menyikapi

kehidupan majemuk yang baik dan benar.

2. Hasil dari penerapannya tentu memiliki keterbatasan dan kekurangan

serta belum tentu benar- benar sesuai dengan yang dikehendaki oleh

Sayyid Quṯb. Maka dari itu penelitian tentang ayat-ayat yang

berhubungan tentang Toleransi Beragama dalam al-quran masih perlu

dikembangkan ke depannya.

Page 105: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

90

3. Bagi para pembaca khususnya yang berjuang dalam agama atau

sebagai panutan agama bisa lebih berhati-hati dalam membawa dan

membimbing umatnya agar tidak terjadi benturan dengan agama lain.

Page 106: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

91

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Malik, Abu Muhammad bin Hishām, Sīrah al-Nabawiyah Ibnu Hishām,

Terj. Fadhli Bahri. Jakarta: Darul Falah, 2000

Abdurrahman, Moelim, Islam Transformatif . Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997

Abu Sayyid, Salafudin, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilal al-Qur‟an Sayyid

Quthb. Surakarta:Era Intermedia , 2001

Asmawi. Konseptualisasi Teori Maslahah, dalam jurnal salam: filsafat dan

budaya

Azra, Azyumardi dkk, Ensiklopedi Muslim. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve,

1994

Bahari, Toleransi Bertagama Mahasiswa. Jakarta: Maloho Abadi Press, 2010

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami. Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007

Bahnasawi, K. Salim Butir-butir Pemikiran Sayyid Quthb: Menuju Pembaruan

Gerakan Islam, Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani dkk. Jakarta: Gema

Insani, 2004

Baidan, Nasruddin, Metodologi Penafsiran Al-Quran. Yogjakarta: Pustaka

Pelajar, 1998

Binder, Leonard, Islam Liberal: Kritik terhadap Idologi-ideologi Pembangunan,

terj. Ikhsan Muttaqin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Tafsirnya. Jakarta: Departemen Agama

RI, 2007

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2016

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru

van Hoeve, 1997, jilid 1

Espocito, John L, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Penerjemah: Eva Y.

N dkk,. Bandung: Mizan, 2001

Ghazali, Abd Muqsith, Argumen Pluralisme Agama: Membangun Toleransi

Berbasis al-Quran. Depok: Katakita, 2009

Hamka, Tafsir al-Azhar juz 15. Jakarta:PT Pustaka Panjaimas, 1984

Page 107: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

92

Hasan, Abu, dalam kata pengantar buku Sayyid Quthb, Fiqih Dakwah

(Maudhu‟at Fi al-Da‟wah wa al-Harakah), Penerjemah: Suwardi Effendi,

Rosyid Asyrofi. Jakarta: Pustaka Amani, 1995

Hasim, Zainuddin dan Ridwan Mohammad Nor, Tokoh-tokoh Gerakan Islam

Abad Modern. Kuala Lumpur, Jundi Resources, 2009

Hidayat, Komaruddin, Agama Punya Seribu Nyawa. Jakarta:Noura Books, 2012

Hidayat, Nuim, Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya. Jakarta:

Gema Insani, 2005

Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir Juz II. Beirut: Dar al-Fikr, tt

Imdadun Rahmat, Muhammad, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme

Islam Timur Tengah ke Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2005

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia, 2007

Al-Kaṣshaf, Abi al-Qasim Jaranah Mahmud Ibn „Umar al-Zamakhshari al-

Khawarizmy, al-Kasshaf . Bairut:Dar al-Ma‟rifah

Al-Kẖalidi, Shalah Abdul Fatah , Pengantar Memahami Tafsir Fi-Zilalil al-

Quran, Terjemah: Salafuddin Abu Sayyid. Surakarta: Era Intermedia,

2001

_______, Shalah Abdul Fatah, Madkhal ila Zilal al-Qur‟an, Cet. III; Al-Ardun:

Dar Ammar, 2000

_______, Shalah Abdul Fatah, Tafsir Metodologi Pergerakan. Jakarta: Yayasan

Bunga Karang, 1995

_______, Shalah Abdul Fattah, Sayyid Quthb al-Adib al-Naqid wa Da‟iyah al-

Mujahid wa al-Mufakkir al-Mufassir al-Raid

Lubis, Ridwan, Agama dan Perdamaian (Landasan, Tujuan, dan Realitas

Kehidupan Beragama di Indonesia). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

2017

Malik, Syekh Abdul bin Abdul Karim amrullah, Tafsir al-Azhar. Jakarta; Gema

Insani, 2015

Mahali, A. Mudjab, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur‟an. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2002

Page 108: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

93

Al- Mâraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghi. Mesir: Mustafa al-Babi al-

Hilbi, 1946 M

Misrawi, Zuhairi, Al-Quran Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme,

Multikulturalisme. Jakarta :Fitrah, 2007

Mujani, Saiful, Muslim demokrat: Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi

Politik di Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum,

2007

Munawir, Ahmad Warson, Kamus Arab Indonesia Al-Munawir. Yogjakarta:

Balai Pustaka Progresif, 2005

Al-Munawar, Said Agil Husain, Fikih Hubungan Antar Agama. Jakarta: PT

Ciputat Press, 2005

Nazir, Muhammad, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003

Al-Nisaburi, Al-Wahidin, Penerjemah Moh. Syamsi, Asbabun Nuzul (sebab-

sebab turunnya ayat-ayat al-Quran). Surabaya : Amelia Surabaya, 2014

Pambayun, Eliys Lestari , One Stop Qualitative Research Methodology In

Comunication. Jakarta:Lentera Ilmu Cendekia, 2013

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka,

2005

Al-Qurẖtubi, Imam, Tafsir Al Qurthubi, Jil. 18, Ter. dari al- Jami‟ Li Ahkam al-

Qur‟an oleh Dedi Rosyadi, dkk. Jakarta: Pustaka Azam, 2009

_______, Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshari, Tafsir al-Qurthubi. t.tp:

Dar al-Sha‟b, 2181

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Quran (dibawah naungan quran). Jakarta: Gema

Insani Press, 2004

Rohan, Abujamin, Ensiklopedi Lintas Agama. Jakarta:Emerld, 2009

Saifuddin Anshari, Endang, Wawasan Islam, Pokok-pokok pikiran tentang

paradigma dan sistem islam. Jakarta: Gema Inshani Press, 2004

Shihab, Alwi, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Bandung:

Mizan, 1994

_______, M. Quraish, al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Quran. Jakarta:

Lentera Hati, 2002

_______, M. Quraish, Lentera al-Quran: Kisah dan Hikmah Kehidupan.

Bandung: Mizan, 2008

Page 109: TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF SAYYID QUṮB (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45597... · 2019-05-24 · Berdasarkan hasil akhirnya, dari beberapa persoalan

94

_______, M. Quraish, Membumikan Al-Quran (fungsi dan peran wahyu dalam

masyarakat). Bandung:Mizan 1997

Soekanto, Sorjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Rajawali,1982

Al-Sheikh , Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq, Tafsir Ibnu

Katsir, Ter. Lubaabut Tafsiir Min Ibnu Katsiir oleh M. Abdul Ghoffar &

Abu Ihsan al-Atsari, Jilid 8. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2005

Al-Suyuthi, Jalaluddin, Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al-Qur‟an, Ter.

dari Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzul oleh Tim Abdul Hayyie.

Jakarta: Gema Insani, 2009

Syarbini, Amirulloh dkk, Al-Quran dan Kerukunan Hidup Umat Beragama.

Bandung: Quanta, 2011

Ath-Tẖabari, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir, Tafsir Ath-Thabari, Ter. dari

Jami‟Al Bayan an Ta‟wil Ayi Al Qur‟an oleh Faturozi. Jakarta: Pustaka

Azzam, 2009

Wijayani, Novan Ardy, Pendidikan Agama Islaam Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: Alfabeta, 2013

Yasir, Muhammad. “Makna Toleransi dalam al-Quran,” Jurnal Ushuluddin, vol.

Xxii No.2 Juli, 2014

Yusuf Ali, Abdullah, Tafsir Yusuf Ali Teks, Terjemahan dan Tafsir Qur‟an 30 Juz.

Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa, 2009

Yusuf, Ali Anwar, Wawasan Islam. Bandung: CV PustakaSetia, 2002

Yusuf, M.Yunan, Tafsir Al-Qur‟an Juz XXVIII Juz Qad Sami‟Allah “Bun-yanun

MarshuhBangunan Kokoh Rapi,”. Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2014

Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari‟ah wa al-Manhaj,

Beirut: Dar al-Fikr al-Mu‟ashir, 1991 M/1411H