Upload
hoangkhanh
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
43
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan
Sungai Serindit.
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar bidang studi Aqidah Akhlak telah
sesuai dengan pedoman kurikulum Aqidah Akhlak di MTs, alokasi waktu
pembelajaran Aqidah Akhlak adalah 2 jam pertemuan (2 x 40 menit) dan telah
terjadwal dengan baik sesuai dengan kurikulum, silabus dan perencanaan.
Untuk mengetahi bagaimana secara spesifik pelaksanaan pembelajaran
Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan penulis melakukan wawancara dengan ibu
Dartiana menjelaskan sebagai berikut:
“Pembelajaran Aqidah Akhlak tidak hanya dilakukan pada jam-jam pelajaran atau di dalam kelas saja, tetapi pembelajaran juga dapat berlangsung di luar jam-jam pelajaran di luar kelas, sehingga aktivitas siswa selalu dipantau oleh guru pada umumnya dan oleh guru Aqidah Akhlak pada khususnya. Hal ini untuk mengetahui perkembangan kecakapan siswa dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya juga berpengaruh pada sistem penilaian (evaluasi)”.1
Berdasarkan wawancara di atas, penulis sepaham bahwa pembelajaran
Aqidah Akhlak akan lebih mengena apabila siswa dihadapkan pada sebuah realita
atau pengalaman sehari-hari, baik di dalam ataupun di luar kelas, sehingga materi
yang disampaikan itu lebih bermakna dan lebih mengena bagi siswa, dengan kata
lain siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru, misal
melalui penugasan terhadap siswa tentang pengalamannya di rumah ataupun di
lingkungan sekitarnya dan menyampaikan pengalaman tersebut di sekolah.
1 Wawancara, tanggal 18 April 2009
43
44
Sehingga terjadi pertukaran informasi atau pengalaman, baik antara siswa dengan
siswa atau antara siswa dengan guru.
Pada waktu pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak di dalam kelas,
guru melakukan langkah-langkah sebagamana diungkapkan ibu Dartiana yaitu;
“kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan dan penutup”.
“Ya mba’ langkah-langkah yang saya tempuh dalam memberikanmateri pengajaran Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan ini pertama dengan bincang-bincang sebagai pendahuluan, selanjutnya masuk ke materi pembahasan dan diakhiri dengan penutup bisa dilakukan tutup langsung, bisa juga dengan tanya jabab atau evaluasi, tergantung situasi dan kondisi serta materinya”.2
Langkah-langkah yang ditempuh sebagaimana dikatakan ibu Dartiana
tersebut di atas, sesuai dengan pengamatan penulis. Dalam kegiatan pendahuluan,
didahului dengan berdo’a bersama, mengadakan apersepsi dan presensi.
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti, dimana guru menyampaikan
pengajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang telah
direncanakan. Selanjutnya kegiatan pembelajaran diakhiri dengan penutup.
Sementara buku pokok yang diajarkan kepada siswa bidang studi Aqidah
Akhlak yang digunakan adalah merujuk pada buku Aqidah Akhlak yang dipakai
Madrasah Tsanawiyah Negeri dari Kementrian Agama RI yaitu:
a. “Karangan E. Ibrahim terbitan Tiga Serangkai cetakkan tahun 2008 KTSP
b. Karangan A. Darsono terbitan Tiga Serangkai cetakkan tahun 2008
c. Buku LKS karangan Tim Departemen Agama RI terbitan Putra Nugraha tahun
2008/2009 dan 2009/2010”.3
2 Wawancara, tanggal 18 April 20093 Dartiana, (Guru bid. Studi Aqidah Akhlak), wawancara tanggal 18 April 2009
43
45
Berkaitan dengan buku-buku pelajaran Aqidah Akhlah yang digunakn di
atas, menurut penulis akan lebih baik jika tiambah dengan buku reverensi atau
kitab penunjang misalnya buku-buku yang berakitan dengan pelajaran akhlak
seperti kitab Ihya Ulumuddin. Sehingga guru tidak hanya terpaku dengan materi
yang ada pada buku itu-itu saja. Dan siswa akan lebih berkembang dengan
membanding dan menyocokkan materi tersebut.
Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan Sungai
Serindit digunakan beberapa metode pembelajaran yang dalam penggunaan
metodenya telah disesuaikan dengan kemampuan dasar, tujuan yang hendak
dicapai serta materi/ pokok bahasan yang hendak disampaikan.
Selain metode tanya jawab yang menjadi okok pembahasan penelitian ini,
dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan menggunakan metode
sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah sangat lazim digunakan dalam proses belajar
mengajar. Tidak berlebihan sekiranya penulis katakan bahwa metode ceramah
adalah metode yang sangat pertama sekali. Berdasarkan observasi di kelas
guru lebih sering menggunakan metode ini. Metode ceramah digunakan oleh
guru mulai awal pertemuan sampai dengan akhir pertemuan (mulai awal
kegiatan inti sampai jam pelajaran habis).
2. Metode Diskusi
Merode diskusi ini dilaksanakan pada materi-materi tertentu saja, yang
dianggap manarik untuk dibahas. Itu pun sifatnya tidak rutin minimal dua kali
43
46
dalam satu bulan. Karena metode ini hampir mendekati fungdi dan
manfaatnya dengan metode tanya jawab.4
3. Metode Pemberian Tugas
Dalam memberikan tugas ini ada yang langsung dikerjakan di sekolah
seperti menjawab soal-soal latihan yang ada dibuku, membuat rangkuman dan
sebagainya, dan langsung diselesaikan pada waktu pelajaran tersebut. dan ada
juga pemberian tugas untuk dikerjakan dirumah oleh siswa.
Menurut penulsi pemberian tugas ini sangat memberatkan murid
meskipun sangat bermanfaat bagi murid. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
oleg salah satu guru di MTs Nurul Wathan bahwa:
“Sebenarnya metode ini memberatkan peserta didik, karena setiap bidang studi juga memberikan tugas yang harus dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu”.5
Selain metode pembelajaran tersebut di atas, dalam pembelajaran
Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan melakukan beberapa pendekatan
terpadu yang berpedoman dengan Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah
Kurikulum KBK meliputi pendekatan:
a. Keimanan, yaitu memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan.
b. Pengalaman, yaitu mengkondisikan peserta didik untuk mempraktikkan
dan merasakan hasil-hasil pengalaman akhlak mulia dalam kehidupan
sehari-hari.
4 Dartiana, (Guru Aqidah Akhlak), wawancara tanggal 22 April 20095 Arsil, (Guru), wawancara pada tanggal 22 April 2009
43
47
c. Pembiasaan, yaitu melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan
sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan hadits serta yang telah dicontohkan oleh para ulama.
d. Rasional, yaitu usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran Aqidah dan Akhlak dengan pendekatan yang memfungsikan
rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah
dipahami dengan penalaran.
e. Emosional, yaitu upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik alam
menghayati aqidah dan akhlak mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa
peserta didik.
f. Fungsional, yaitu menyajikan materi aqidah dan Akhlak yang memberikan
manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
g. Keteladanan, yaitu pembelajaran yang menempatkan dan memerankan
guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan
dari individu (siswa) yang memiliki keimanan teguh dan berakhlak mulia.6
Untuk mengetahui apa saja materi akhlak yang diajarkan penulis
melakukan pengalian melalui wawancara dengan bapak H. Abdurrahman yang
mengatakan sebagai berikut:
“Setiap materi yang diajarkan pada anak mengandung nilai-nilai yang terkait dengan perilaku kehidupan sehari-hari, misalnya dalam mengajarkan tanda-tanda orang beriman kepada Allah, malaikat dan rasul-Nya, selain keharusan menyampaikan ciri-cirinya juga menyampaikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yaitu keadilan, kejujuran, kedisiplinan dan lain-lain. Nilai-nilai inilah yang harus ditanamkam kepada anak didik baik melalui ucapan guru maupun dari perilaku guru yang menjadi cerminan/teladan siswa.7
6 Muhmmad Aini, (Kepala Madrasah), Wawancara tanggal 20 April 20097 Wwawancara, tanggal 18 April 2009
43
48
Menurut penulis selain aspek pengetahuan (kognitif), pembelajaran
Aqidah Akhlak juga diarahkan pada aspek fungsional (aspek sikap), sehingga
kelak seorang muslim mampu bersikap sebagai seorang muslim yang
mempunyai akhlak mulia. Untuk itu diperlukan keteladanan dari guru dan
seluruh komponen madrasah yang lainnya.
Sangat beralasan sekali penulis katakan demikian, karena sesuai
dengan yang terkandung dalam panduan Standar Kompetensi kurikulum 2004
Madrasah Tsanawiyah disebutkan ada 3 keterpaduan dalam pembelajaran
Aqidah Akhlak, yaitu:
a. Keterpaduan Pembinaan, yakni menekankan keterpaduan antara tiga
lingkungan yaitu: lingkungan keluarga, madrasah, dan masyarakat.
b. Keterpaduan isi dan kompetensi, yakni menekankan keterpaduan
keterkaitan aqidah dan akhlak dan keteladanan. Pencapaian kompetensi
pada setiap level/kelas dirancang dapat mengaitkan antara kedua unsur
yaitu: (1) Pendidikan aqidah dan akhlak, dan (2) Unsur keteladanan dan
keterpaduan aspek pengetahuan, sikap dan pengalaman.
c. Keterpaduan lintas kurikulum, yaitu menekankan keterpaduan tanggung
jawab lembaga, kepala madrasah dan guru mata pelajaran lain dalam
pembinaan keimanan dan ketaqwaan peserta didik.
Dalam pembelajaran diperlukan adanya evaluasi yang digunakan untuk
mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar. Sehingga dengan hasil
evaluasi tersebut guru dapat mengetahui kelebihan ataupun kekurangan dalam
proses pembelajaran agar mudah untuk melakukan perbaikan dalam
pembelajaran.
43
49
Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs
Nurul Wathan Sungai Serindit adalah penilaian berbasis kelas yang terdiri atas
ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir. Ulangan harian terdiri atas:
Ulangan Harian Biasa dan Ulangan Harian Terprogram (UHT). Ulangan
Harian biasa dilaksanakan setelah satu atau dua standar kompetensi tercapai,
sedangkan Ulangan Harian Terprogram (UHT) dilaksanakan tiga kali dalam
satu semester. Sebagaimana diungkapkan oleh ibu Dartiana berikut:
“Tujuan Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran. Sedangkan bentuk penilaian dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan”.8
Penilain tersebut dilakukan melalui beberapa aspek seperti
diungkapkan Ibu Khoiliyah sebagai berikut:
“Penilaian berbasis kelas memperhatikan tiga ranah, yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Jadi, dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan penilaian tidak hanya dilakukan melalui paper and pencil test saja, akan tetapi penilaian juga dapat dilakukan melalui pergaulan siswa sehari-hari, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.9
Dari hasil yang nampak dan dari beberapa pihak mengakui bahwa hasil
yang telah nampak pada diri siswa MTs Nurul Wathan seperti dari sisi
pembiasaan, siswa sudah biasa tertib dan rapi sudah sangat terlihat sekali,
berbicara sopan. Siswa sudah terlatih dan memiliki percaya diri tinggi,
memiliki sosial tinggi dan mampu mencari solusi sendiri ketika terdapat
masalah yang terjadi.
8 Wawancara pada tanggal 20 April 20099 Wawancara pada tanggal 20 April 2009
43
50
Dan dari banyak hal yang dilakukan dari pihak lembaga, banyak wali
murid yang merasa terbantu dengan sistem yang telah diterapkan oleh MTs
Nurul Wathan. Karena dengan begitu, khususnya bagi wali murid yang
bekerja sampai sore, merasa terbantu dalam mendidik anak-anaknya.
Dengan demikian menurut penulis guru dalam proses ini memegang
peranan penting dalam upaya pencapaian efektifitas proses belajar mengajar.
Jika ditinjau dari segi praktis, guru dalam proses belajar mengajar di MTs
Nurul Wathan Sungai Serindit mempunyai fungsi sebagai pengajar dan
pendidik yang harus diimplementasikan melalui kerja yang optimal.
1) Guru Sebagai Pengajar
Secara mayoritas, guru MTs Nurul Wathan Sungai Serindit
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar dengan disiplin
ilmu yang sesuai dengan kompetensi profesional mereka, dan ada pula
yang mengajar tanpa disiplin ilmu yang ditekuni, tetapi ada upaya dari
guru tersebut untuk membuat siswa mampu memahami materi yang
diajarkan. Untuk itu ada berbagai upaya guru baik melalui pelatihan atau
penataran tentang keguruan dan pendalaman materi secara mandiri bagi
masing-masing guru.
Dalam mengimplementasikan fungsi mengajar, guru MTs Nurul
Wathan Sungai Serindit lebih menekankan fungsinya sebagai penyampai
pengetahuan kepada siswa agar mereka menerapkan seluruh
pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi pengajaran in secara nyata bertujuan pada pembentukan
ranah kognitif yang melalui proses Entry Behavior akan mengarah pada
43
51
pembentukan sikap dan ketrampilan berperilaku sosial maupun religi bagi
siswa. Hal ini dipengaruhi oleh semakin kuat dan jelasnya proses
pengajaran berarti menambah tingkat pemahaman dan pengalaman siswa
semakin meningkat. Dan jika proses pengajaran belum mencapai sisi
praktis dan efektif, maka pemahaman dan pengalaman siswa sulit untuk
dikembangkan kearah yang dinamis.
Proses belajar di MTs Nurul Wathan Sungai Serindit yang identik
dengan komunikasi edukatif antara guru dan siswa mengharuskan guru
untuk menggunakan metode yang tepat guna dan berhasil guna. Hal ini
diungkapkan bapak Muhammad Aini selaku guru Aqidah Akhlak selaigus
sebagai kepala MTs Nurul Wathan, kepada penulis sebagai berikut:
“Dalam penyampaian materi pelajaran di kelas setiap guru diberi kebebasan menggunakan metode pengajaran sesuai dengan psikis dan kebutuhan siswa dalam belajar, tetapi secara umum metode ceramah masih sangat relevan untuk digunakan setiap guru, bahkan metode ini merupakan metode yang paling utama dalam upaya peningkatan mutu interaktif edukatif dalam proses belajar mengajar. Dalam model ini guru menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa secara lisan, siswa mendengarkan dan berusaha memahaminya seterusnya dilanjutkan dengan pemberian keempatan kepada siswa untuk bertanya”.10
Menurut penulis metode cramah memang efektif dalam setiap
pembelajaran, akan tetapi metode ini mempunyai kelemahan, ketika guru
tidak mampu memformulasikan model penyampaian ilmu pengetahuan
dengan bahasa lugas dan mudah dipahami, maka siswa akan pasif dengan
indikator siswa bersikap acuh dan minimnya respon terhadap pelajaran
yang disampaikan guru.
10 Wawancara pada tanggal 20 April 2009
43
52
Dalam proses belajar mengajar di MTs Nurul Wathan Sungai
Serindit guru sebagai seorang pengajar yang tugas utamanya mentransfer
ilmu pengetahuan kepada siswa akan mampu menjalankan fungsinya jika
secara optimal guru berusaha menjadi:
a. Manajer (pengelola proses belajar mengajar)
Sebagai manajer proses belajar mengajar di sekolah secara
teoritis guru dituntut mempunyai kemampuan dalam:
1) Merencanakan yaitu menyusun tujuan belajar yang telah ditentukan
agar dapat tercapai secara optimal.
2) Mengorganisasikan yaitu mengatur dan menghubungkan sumber-
sumber belajar.
3) Mengawasi yaitu menentukan keberhasilan mengorganisasikan dan
memimpin dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam mengelola proses belajar mengajar di MTs Nurul
Wathan Sungai Serindit secara periodik guru merencanakan lesson
Plan (perencanaan pengajaran) dalam satu tahun sekali. Perencanaan
program pengajaran ini merupakan terjemahan kurikulum 2004 yang
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
di sekolah. Tindak lanjut (follow Up) dari perencanaan program
pengajaran di MTs Nurul Wathan Sungai Serindit, guru sebagai
pengajar mempunyai tugas memotivasi semangat belajar siswa melalui
bentuk ranking dalam prestasi maupun perhatian guru terhadap
kebutuhan belajar dan perilaku siswa.
43
53
Dalam upaya implementasi fungsi guru sebagai pengelola
proses belajar mengajar di MTs Nurul Wathan Sungai Serindit adalah
proses pengawasan prestasi dan perilaku siswa melalui evaluasi (tes).
Tes ini dilaksanakan melalui:
Tes lisan yang dilaksanakan selama proses penyampaian materi
pelajaran sebagai upaya penjajakan kemampuan siswa serta tes
tertulis yang dilaksanakan secara terencana yang membutuhkan
persiapan yang mantap.
Pengawasan terhadap akhlak dan etika siswa baik secara langsung
selama proses belajar mengajar di sekolah maupun pengawasan tak
langsung di masyarakat. Pola pengawasan ini jika tidak diimbangi
oleh kerjasama yang baik antara seorang guru dengan orang tua,
atau pun antara sesama guru maka pencapaian tujuan proses belajar
mengajar tidak mudah direalisasikan.
Guru sebagai Designer of Instructions (perancang pengajaran)
Guru sebagai Designer of Instructions harus memahami prinsip-
prinsip belajar dalam upaya menyusun rancangan kegiatan belajar
mengajar. Prinsip-prinsip tersebut mengikuti:
- Memilih dan menentukan bahan pelajaran.
- Merumuskan tujuan penyajian bahan pengajaran
- Memilih metode penyajian bahan pelajaran yang tepat
- Menyelenggarakan kegiatan evaluasi prestasi belajar.
43
54
2) Guru Sebagai Motivator Belajar Siswa
Motivasi belajar merupakan hal yang sangat urgen dalam upaya
membangkitkan semangat belajar siswa. Untuk mewujudkan hal ini guru
dituntut cakap membangun motivasi belajar baik secara intrinsik maupun
ekstrinsik. Mengenai hal ini diungkapkan oleh Bapak H. Abdurrahman
sebagai berikut:
“Salah satu usaha yang dilakukan oleh guru-guru agar mampu menjalankan fungsinya sebagai motivator dengan baik dan benar harus disesuaikan dengan kondisi objektif guru MTs Nurul Wathan Sungai Serindit. Cara yang dilakukan dalam upaya membangkitkan reativitas belajar siswa antara lain pemberian hadiah atau hukuman, pemberian tugas-tugas kepada anak didik mengadakan ulangan dan sebagainya”.11
Pemberian hadiah diberikan kepada siswa yang berprestasi setelah
melalui proses evaluasi akhir. Ditinjau dari perspektif Psikologis,
pemberian hadiah ini merupkan motivasi belajar bagi siswa yang
berprestasi agar lebih meningkatkan prestasinya, dan motivasi belajar bagi
siswa yang tidak berprestasi untuk memperbaiki dan berpacu dalam
meraih prestasi belajar secara optimal. Selain pemberian hadiah pemberian
hukuman merupakan bentuk motivasi yang diberikan kepada siswa yang
tidak disiplin dalam belajar maupun tidak disiplin dalam mengerjakan
tugas.
Pemberian hukuman ini tidak dititik beratkan pada pembebanan
fisik tetapi pemberian sanksi yang berorientasi pada perbaikan prestasi
belajar dan pola perilaku siswa, sehingga hukuman digunakan sebagai alat
ekstropeksi dan motivasi belajar siswa yang akan datang.
11 wawancara tanggal 23 April 2009
43
55
Sedangkan dalam proses pemberian tugas pada siswa selanjutnya
diarahkan pada tugas yang berorientasi peningkatan kemandirian siswa.
Hal ini dapat diamati melalui;
1) Pemberian tugas dalam pelaksanaan upacara bendera kepada siswa
secara bergantian.
2) Perkemahan sebagai basic pelatihan siswa untuk bersosialisasi di
masyarakat.
3) Latihan khitobah atau peringatan hari besar Islam di masing-masing
kelas dengan pantauan guru secara langsung.
Sedangkan pemberian tugas kepada siswa yang berorientasi pada
peningkatan kreatifitas siswa dapat ditunjukkan melalui tugas mengerjakan
soal, baik secara kelompok maupun secara mandiri dengan harapkan dapat
menjadikan motivasi berfikir dan kemampuan memecahkan masalah yang
dihadapi siswa.
Sementara Pengadaan ulangan di MTs Nurul Wathan Sungai
Serindit ini meliputi, ulangan yang digunakan sebagai tolak ukur
pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan. Ulangan ini secara
serentak dilaksanakan secara terprogram dan terencana dalam bentuk
ulangan harian, tes semester dan UAN. Selain itu ada ulangan yang
dilaksanakan secara insidentil sebagai upaya penjajakan kemampuan
pemahaman siswa baik dalam bentuk pre test atau pengajaran maupun post
test atau mengetahui pemahaman.
43
56
3) Guru sebagai evaluator belajar siswa.
Guru sebagai evaluator of student learning perlu menyadari bahwa
evaluasi dibutuhkan dalam upaya mendeteksi maupun mengikuti
perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik
dalam kurun waktu pembelajaran. Kemampuan menilai prestasi belajar
mengajar di sekolah meliputi kemampuan mengukur prestasi belajar siswa
maupun kemampuan mengukur efektifitas guru dalam menyusun dan
melaksanakan program pembelajaran.
Evaluasi sebagai bagian dari sistem pendidikan di MTs Nurul
Wathan Sungai Serindit mempunyai peranan yang sangat besar dalam
upaya mewujudkan efektifitas proses belajar mengajar. Evaluasi proses
belajar siswa dilaksanakan dalam bentuk non formal yang berupa ulangan
harian tes semester dan UAN.
Dalam tataran aplikatif pelaksanaan tes atau evaluasi di MTs Nurul
Wathan Sungai Serindit mempunyai berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan kondisi sosio psikis siswa.
B. Kemampuan Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak Dalam Merencanakan
Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai Serindit.
Kemampuan seorang guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) merupakan bagian dari tercapainya suatu pembelajaran suatu
mata pelajaran atau bidang studi. Dan juga mempengaruhi penmahaman dan
pendidikan siswa.
43
57
Sesuai dengan sub pokok bahasan ini, maka untuk mendapatkan data
tentang kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran bidang studi
Aqidah Akhlak, berikut ini penulis tampilkan tiga buah perencanaan pembelajaran
yang telah dibuat oleh masing-masing guru bidang studi Aqidah Akhlak yang di
MTs Nurul Wathan Sungai Serindit yaitu :
1. RPP yang dibuat oleh Bapak Muhammad Aini
2. RPP yang dibuat oleh Bapak H. Abdurrahman
3. RPP yang dibuat oleh Ibu Dartiana
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak2. Tema : Pemahaman Sifat-Sifat Wajib Allah SWT yang
Ma’ani/Ma’nawiyah3. Kelas/Semester : VIII / I (Gazal)4. Pertemuan ke : 1 (satu)5. Waktu : 2 x 45 menit
A. Kompetensi Dasar:Memahami dan meyakini sifat-sifat wajib Allah SWT yang Ma’ani/Ma’nawiyah.
B. Materi Pokok:Memahami dan meyakini sifat-sifat wajib Allah SWT yang Ma’ani/Ma’nawiyah
C. Indikator: Menjelaskan pengertian sifat-sifat wajib Allah SWT yang
Ma’ani/Ma’nawiyah Menjelaskan makna sifat-sifat wajib Allah SWT yang Ma’ani/Ma’nawiyah Menghafalkan sifat-sifat wajib Allah SWT yang Ma’ani/Ma’nawiyah
43
58
D. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan Belajar Waktu(menit)
Keterangan
1 Pendahuluan Guru memberikan apresiasi dan motivasi
belajar Guru memberikan pre test Guru menjelaskan indikator yang akan
dicapai
15 menit
2 Kegtiatan Inti Guru mencontohkan realitas alam dengan
menghubungkan sifat-sifat Allah yang ma’ni/ma’nawiyah
Siswa mendiskusikan dan mengidentifikasi sifat-sifat Allah yang ma’ni/ma’nawiyah
Siswa mengadakan Tanya jawab dengan guru
60 menit ContextualInquiry/quetioning
3 Penutup Guru memberi penjelasan dengan sumber
yang jelas Guru memberikan tugas rumah (menghafal)
15 menit
E. Media/sumber pembelajaran Kitab suci Al-Qur’an Buku pegangan dari DEPAG dan buku penunjang CD tentang ciptaan alam raya Harun Yahya LKS
F. Penilaian Penilaian proses belajar penilaian hasil pembelajaran
Mengetahui: Sungai Serindit, Januari 2010Kepala MTs Nurul Wathan Guru Mata Pelajaran
Muhammad Aini Muhammad Aini
43
59
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Aqidah AkhlakTema : Memahami sifat-sifat wajib bagi Allah, Mustahil dan Jaiz Kelas/Semester : VII / I (Gazal)Pertemuan ke : 1 – III Waktu : 6 x 40 menit
A. Kompetensi Dasar:Meyakini sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah yang nafsiayh dan salbiyah.
B. Materi Pokok:Sifat-sifat Allah SWT
C. Indikator: Menjelaskan pengertian sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bai Allah Hafal sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah Mengklasifiksikan sifat wajib dan mustahil Allah yang Nafsiyah, dan
Ma’ani/Ma’nawiyahD. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan Belajar Waktu(menit)
Keterangan
1 Pendahuluan Bertanya kepada siswa tentang pengertian
sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah. Mengarahkan siswa agar menyimak tentang
sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi allah. 2 Kegtiatan Inti
Siswa menjelaskan pengertian sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah
Siswa menghafal sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah
Siswa mengelompokkan sifat-sifat wajib, bagi Allah yang nafsiyah, Salbiyah, Ma’ani dan ma’nawiyah.
Mengamati siswa yang sedang menghafal sifat-sifat wajib, bagi Allah yang nafsiyah, Salbiyah, Ma’ani dan ma’nawiyah.
Ceramah, demontrasi dan penugasan
3 Penutup Memberikan tugas supaya dicari informasi
sekitar sifat-sifat Allah, dari majalah, tabloid atau dari situs-situs Islam.
Memberi tugas agar menghafal dan menghayati makna yang terkandung dalam sifat-sifat wajib, bagi Allah yang Nafsiyah, Salbiyah, Ma’ani dan ma’nawiyah.
43
60
C. Media/sumber pembelajaran Buku mata pelajaran Aqidah Akhlak Buku pegangan/Modul dari DEPAG dan buku penunjang Internet Ensiklopedi Islam untuk pelajar
D. Penilaian Penilaian proses belajar penilaian hasil pembelajaran (tertulis dan tugas-tugas)
Mengetahui: Sungai Serindit, Januari 2010Kepala MTs Nurul Wathan Guru Mata Pelajaran
Muhammad Aini Dartiana
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Aqidah AkhlakStandar Kompetensi : Memahami dan membiasakan diri untuk menghindari
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi Dasar : Membiasakan diri menghargai akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari Kelas/Semester : VIII / I Pertemuan ke : 1 – IV Alokasi Waktu : 4 x 40 menit
A. TUJUAN PEMBELAJARAN:Setelah selesai mengikuti pelajaran “Menghindari Akhlak tercela”. Siswa dapat menjelaskan pengertian akhlak tercela, (pasif, rendah hati, tidak punya pendirian), ciri-ciri ahlak tercela, menunjukkan dalil aqli dan dalil naqli akhlak tercela, menggolongkan nilai-nilai akhlak tercela, menunjjukkan nilai, sikap dan perilaku tercela, membiasakan menjauhi akhlak tercela.
B. MATERI PEMBELAJARAN:Akhlak tercela terhadap diri sendiri
C. METIDE PEMBELAJARANCeramah, Demonstrasi dan Penugasan
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN: Bertanya kepada siswa tentang pengertian (pasif, rendah hati, tidak punya
pendirian). Mengarahkan siswa agar menyimak tentang berakhlak tercela, (pasif,
rendah hati, tidak punya pendirian).
43
61
Siswa membaca materi tentang akhlak tercela (pasif, rendah hati, tidak punya pendirian).
Siswa menunjukkan ciri-ciri akhlak tercela, (pasif, rendah hati, tidak punya pendirian).
Siswa menunjukkan dalil aqli dannaqli akhlak tercela, (pasif, rendah hati, tidak punya pendirian).
Siswa mengklasifikasi nilai-nilai akhlak tercela, (pasif, rendah hati, tidak punya pendirian).
Siswa menunjukkan nilai, sikap dan perilaku akhlak tercela, (pasif, rendah hati, tidak punya pendirian).
Siswa terbiasa menjauhi akhlak tercela, (pasif, rendah hati, tidak punya pendirian).
Memberikan tugas supaya mencari informasi sekitar akhlak tercela, (pasif, rendah hati, tidak punya pendirian), dari majalah, tabloid atau dari situs-situs Islam.
A. INDIKATOR: Menjelaskan pengertian akhlak tercela (pasif, rendah hati, tidak punya
pendirian). Menunjukkan ciri-ciri akhlak tercela, (pasif, rendah hati, tidak punya
pendirian). Menunjukkan dalil aqli dan naqli akhlak tercela, (pasif, rendah hati, tidak
punya pendirian). Mengklasifiksikan nilai-nilai akhlak tercela, (pasif, rendah hati, tidak
punya pendirian). Menunjukkan nilai, sikap dan perilaku akhlak tercela, (pasif, rendah hati,
tidak punya pendirian). Terbiasa menjauhi akhlak tercela, (pasif, rendah hati, tidak punya
pendirian).
E. MEDIA/SUMBER PEMBELAJARAN Buku mata pelajaran Aqidah Akhlak jilid VIII untuk MTs Modul DEPAG RI Internet Ensiklopedi Islam untuk pelajar
F. PENILAIAN Penilaian proses belajar penilaian hasil pembelajaran (tertulis dan tugas-tugas)
Mengetahui: Sungai Serindit, Januari 2010Kepala MTs Nurul Wathan Guru Mata Pelajaran
43
62
Muhammad Aini H. Abdurrahman
Sesuai dengan data RPP yang dibuat oleh masing-masing guru bidang
studi Aqidah Akhlak MTs Nurul Wathan di atas, maka penulis memperoleh
temuan tentang kemampuan guru dalam membuat atau menyusun perencanaan
pembelajaran bidang studi Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan Sungai Serindit
sebagai berikut:
1. Guru bidang studi Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan
Sungai Serindit yang terdiri dari tiga orang guru, semuanya membuat
Perencanaan Pembelajaran atau biasa disingkat dengan RP setiap kali mau
mengajar.
2. Rencana Pembelajaran Bidang studi Aqidah Akhlak yang telah dibuat oleh
guru di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai Serindit bermacam-
macam. Format Rencana Pembelajaran yang telah dibuat oleh guru satu
dengan yang lain berbeda. Format Rencana Pembelajaran yang telah dibuat
oleh Bapak Muhammad Aini berbeda dengan format rencana pembelajaran
yang dibuat oleh Bapak H. Abdurrahman. Demikian juga dengan format
rencana pembelajaran yang dibuat oleh ibu Dartiana. Antara yang satu dengan
yang lain tidak ada kesamaan.
Disamping dalam hal format pembuatan Rencana Pembelajaran, perbedaan
itu juga terlihat dalam poin-poin yang terkandung dalam Rencana Pembelajaran
yang telah dibuat oleh masing-masing guru. Misalnya Rencana Pembelajaran yang
telah dibuat oleh bapak H. Abdurrahman mencantumkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, tetapi tidak mencantumkan pembagian waktu antara tahapan
43
63
pendahuluan, tahapan inti dan tahapan penutup. Sehingga berapa waktu yang
dibutuhkan masing-masing tahapan tidak bisa diketahui. Dalam RP pelajaran yang
telah dibuat oleh ibu Dartiana tidak tercantum Kompetensi Dasar dan pembagaian
waktu dalam tahapannya. Sedangkan dalam RP yang dibuat oleh bapak
Muhammad Aini formatnya berbeda dengan menggunakan tabel dan pembagian
waktu antara tahapan pendahuluan, tahapan inti dan penutup. Sehingga terlihat
jelas pembagian waktu diantara tiga pembagian kegiatan tersebut.
Tahapan Strategi pembelajaran yang tercantum dalam Rencana
Pembelajaran juga terdapat perbedaan. Rencana Pembelajaran bidang studi
Aqidah Akhlak, skenario pembelajarannya dibagi dalam tiga tahapan. Yaitu
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pendahuluan terdiri dari apersepsi dan
motivasi. Kegiatan inti merupakan petunjuk teknis jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan ketika mengajar. Penutup merupakan kegiatan untuk menutup
kegiatan inti pelajaran tersebut. Bisa dengan evaluasi atau kesimpulan dari
pelajaran yang telah disampaikan.
Skenario pembelajaran dalam RP yang dibuat oleh Bapak H. Abdurrahman
tidak dibagi dalam tiga tahapan. Artinya guru masuk langsung menyampaikan
topik materi tanpa didahului dengan pendahuluan. Kegiatan intinya juga tidak
jelas terdapat pada bagian yang mana. Termasuk penutup dari kegiatan
pembelajaran juga tidak tercantum dengan jelas. Bahkan terkesan tidak ada
penutupnya.
Dari penemuan di atas secara jelas bisa dilihat bahwa tidak adanya
keseragaman dalam membuat RP oleh guru bidang studi Aqidah Akhlak di MTs
43
64
Nurul Wathan yang terdiri dari tiga orang guru yaitu bapak Muhammad Aini,
bapak H. Abdurrahman dan Ibu Dartiana.
Setelah mengamati persyaratan dalam membuat Rencana Pembelajaran
sebagaimana dalam kerangka teori, maka dapat dianalisis bahwa rencana
Pembelajaran yang telah dibuat oleh guru bidang studi Aqidah Akhlak di
Madrasah Nurul Wathan Sungai Serindit adalah sebagai berikut:
1. Rencana Pembelajaran bidang studi Akidah Akhlak yang dibuat bapak
Muhammad Aini telah mengikuti kaidah yang ada. Namun tidak
mencantumkan sistem penilaiannya.
2. Rencana Pembelajaran bidang studi bidang studi Akidah Akhlak yang telah
bibuat oleh bapak H. Abdurrahman telah sesuai dengan kaidah yang ada. Poin-
poin yang menjadi komponen minimal dalam pembuatan Rencana
Pembelajaran telah tercantum. Tatapi pembagian tahapan atau sekenario
kegiatan tidak jelas serta waktunya dari tahapan-tahapan tersebut tidak
dicantumkan.
3. Rencana Pembelajaran bidang studi bidang studi Akidah Akhlak yang dibuat
oleh ibu Dartiana telah sesuai dengan peraturan yang ada. Namun tidak
mencantumkan kompetensi dasar, tujuan pembelajaran dan pembagian waktu
dalam tahapannya sehingga tidak jelas berapa waktu yang dibutuhkan dari
masing-masing tahapan.
Dari beberapa temuan di atas, penulis berkesimpulan bahwa kemampuan
guru Bidang Studi Aqidah Akhlah di MTs Nurul Wathan Sungai Serindit dalam
membuat perencanaan pembelajaran atau RP adalah sudah mendekati
kesempurnaan. Hanya saja tidak ada kesamaan dalam bentuk dan formatnya.
43
65
C. Hambatan Bagi Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah
Nurul Wathan Sungai Serindit Dalam Membuat Perencanaan Pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran erat kaitannya dengan penciptaan lingkungan
yang memungkinkan siswa belajar secara aktif, pengembangan aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa, penyesuaian dengan rencana kegiatan
dan pengelolaan kelas.
Proses belajar mengajar harus berorientasi kepada lingkungan tanpa
mengabaikan prinsip-prinsip kepribadian, dan hasil pendidikan harus bermanfaat
dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil
dari proses apabila peserta didik terlibat secara aktif baik fisik maupun mental
dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru Bidang Studi Aqidah
Akhlak MTs Nurul Wathan Sungai Serindit. Bahwa dalam penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang masing-masing guru memiliki alasan yang
hampir memiliki kesamaan. Adapun beberapa permasalahan atau kendala antara
lain: keterbatasan waktu, kekurangan sarana dan prasarana dan kemampuan
menyusun rancangan RPP itu sendiri.
Di bawah ini penulis akan paparkan beberapa hasil wawancara penulis
dengan tiga orang guru bidang studi Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan Sungai
Serindit dengan pertanyaan yang sama “Apa kendala dan permasalahan yang
bapak/ibu temui dalam menyusun RPP bidang studi Aqidah Akhlak?, sebagai
berikut:
43
66
Dari wawancara penulis dengan Bapak Muhammad Aini dalam
penyusunan RPP bahwa beliau terkendala dengan kesempatan dan keterbatasan
waktu di samping tugas mengajar di MTs Nurul Wathan beliau juga mengajar di
MI Nurul Wathan, dan berkerja juga sebagai petani. Sehingga untuk membuat
RPP pada setiap materi bahasan tidak semuanya bisa terlaksana. Sebagaimana
ungkapan beliau berikut:
“Saya sebagai kepala MTs Nurul Wathan sekaligus juga sebagai guru dan mengajar juga di MI Nurul Wathan ini, ditambah lagi dengan kesibukan dengan pekerjaan lain, jadi waktu untuk membuat RPP pelajaran pada setiap materi bahasan terkadang tidak sempat, seandainya terbuatpun tidak lengkap sesuai petunjuk sebenarnya”.12
Sementara permasalahan yang dihadapi oleh bapak H. Abdurrahman
dalam menyusun RPP beliau juga terkendala oleh waktu dan peralatan. Berikut
ungkapan beliau kepada penulis:
“Kita selalu terkendala oleh waktu dan peralatan dalam membuat RPP sebelum mengajarkan kepada siswa, yang jelas banyak tidak sempatnya peralatan penunjang juga tidak ada seperti komputer atau rental komputr di sekitar sini, sehingga kita membuat RPP tersebut terkadang hanya seperti bentuk catatan atau garis besar materi pelajaran itu saja. Bahkan terakadang tidak terbuat sama sekali”.13
Menurut penulis dari permasalahan yang dihadapi oleh bapak Muhammad
Aini dan Bapak H. Abdurrahman adalah terkendala oleh waktu dalam membuat
RPP, yangmana mereka ini selain sebagai guru di MTs Nurul Wathan juga
sebagai guru di MI Nurul Wathan. Sehingga mereka merasa kesempatan untuk
membagi waktu membuat perencanaan pembelajaran terkendala. Disamping itu
mereka juga terkendala dengan kesibukan mereka dengan pekerjaan pribadi untuk
menghidupi keluarganya.
12 Wawancara, tanggal 23 Maret 201013 Wawancara, tanggal 23 Maret 2010
43
67
Disamping keterbatasan waktu mereka juga kekurangan sarana penunjang
seperti mesin ketik dan komputer. Disamping tidak memiliki alat tersebut mereka
juga tidak dapat mengoperasikan komputer yang terkendala dengan pengetahuan
teknologi tentang komputer.
Dari tiga orang guru bidang studi Aqidah Akhlak MTs Nurul Wathan
tersebut, mereka semuanya tidak bisa menggunakan komputer. Dan di MTs Nurul
Wathan sendiri juga baru memiliki satu unit komputer dan operatornyapun belum
terbiasa mengoperasikannya. Generator yang diharapkan sebagai sumber listrik
hanya disel dan tidak bisa sewaktu-waktu untuk menyalakan komputer tersebut.
Kecuali hanya pada jam-jam tertentu.
Akan tetapi menurut penulis keterbatasan waktu dan alat penunjang
tersebut datap saja diatasi dengan cara membuat perencanaan tersebut jauh-jauh
hari, sekiranya tidak sempat untuk mengerjakan sendiri bisa diberikan tugas
tersebut kepada orang lain. Seperti minta bantuan rental komputer. Jadi kita hanya
membuat garis besarnya saja. Sehingga kita tidak habis waktu hanya membuat
perencanaan saja.
Dari kedua kendala tersebut di atas, seringkali menjadi hambatan guru
dalam membuat perencanaan pembelajaran sebelum menyampaikan bahan ajarnya
kepada siswa. Sehingga mengakibatkan pemberian materi atau bahan ajar kepada
siswa tidak menggunakan RPP. Hal ini sebagaimana hasil pengamatan penulis
ketika melakukan penelitian di kelas II saat pelajaran Aqidah Akhlak sedang
belangsung yang diajarkan oleh ibu Dartiana bahwa pada saat itu beliau tidak
menggunakan RPP saat mengajar, yang ada hanya cacatan kecil sebagai garis-
garis besar pengajaran dengan alasan tidak sempat membuat RPP tersebut. Dan
43
68
garis-garis besar dalam catatan dimaksud nantinya akan dibuat dalam format RPP.
Berikut ungkapannnya:
“Saya tidak sempat membuat perencanaan pembelajaran pada materi ini, tetapi saya tetap membuat catatan kecil sebagai acuan saya dalam mengajar, yang nantinya catatan ini akan saya buat dalam format RPP sebagaimana RPP sebenarnya”.14
Menurut penulis meskipun menggunakan catatan kecil atau catatan dasar
sebagai acuan mengajar guru karena tidak sempat membuat perencanaan
pengajaran (RP) bisa dikatakan bagus. Karena guru memiliki pedoman, namun hal
ini kurang baik dimana kita tidak tau mana yang Standar Kompetensi, kompetensi
dasar, sekenario kegiatannya tidak jelas mana yang pendahuluan, mana yang
kegiatan inti dan mana yang kegiaatan penutup dan apa saja item-item di
dalamnya, pembagian waktunya juga tidak jelas, serta media dan metode yang
digunakan saat menyajikan materi bahan ajar juga tidak jelas.
Selain beberapa ketidak jelasan yang ditimbulkan karena tidak dibuatnya
perencanaan pembelajaran tersebut yang hanya berdasar pada catatan kecil yang
dijadikan sebagai poedoman mengajar. Menurut penulis ini terkesan bahwa materi
pelajaran telah disampaikan atau diajarkan baru dibuar perencanannya (RP). Dan
bisa saja berindikasi standar kompetensi suatu materi ajar tidak tercapai atau tidak
sesuai dengan yang seharusnya.
Jadi menurut penulis, meskipun guru tidak sempat membuat perencannan
pembelajaran yang terbentuk sebagaimana format standar RPP, dan hanya
membuat catatan kecil sebagai acuan mengajar, setidaknya harus berpedoman
pada Silabus dan RPP yang sebenarnya. Alasannya agar materi ajar yang
diberikan kepada peserta didik tidak mengambang.14 Wawancara, tanggal 23 Maret 2010
43
69
Selain terkendala dengan waktu, kesempatan dan sarana penunjangnya.
Ternyata para guru bidang studi Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan juga
terkendala dengan pengetahuan dan latar belakang pendidikannya yang buka dari
pendidikan keguruan. Sebagaimana terlihat dari data guru pada bab III dapat
dilihat bahwa dua orang guru yaitu Bapak Muhamamd Aini dan Bapak H.
Abdurrahman berlatar belakang pendidikan Aliyah Pesantren. Dan ibu Dartiana
Deploma II IAIIN atau PGSD. Kondisi ini sedikit mempengaruhi mereka dalam
penyusunan Perencanaan Pembelajaran.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak H. Abdurrahman sebagai
berikut:
“Memang saya merasa belum memahami sepenuhnya mengenai membuat perencanaan pembelajaran. Selain karena masih baru diterapkannya, saya juga memang bukan dari pendidikan keguruan”.15
Hal demikian juga diungkapkan oleh bapak Muhammad Aini belai selaku
kepala madrasah juga merangkap guru mengatakan masih merasa kesulitan dalam
mnenyusun perencanaan suatu materi pelajaran yang akan diajarkan kepada anak
didik. Sebagaimana ungkapan beliau berikut:
“Ya saya sendiri masinh binggung belum terbiasa dalam menyusun RP ini. Walaupun sudah beberapa kali mengukuti pelatihan dan sosialisasi. Sehingga tidak semua materi ajar saya sempat membuat perencanannya sebelum mengajarkan kepada anak didik”.16
Menurut penulis dari keterangan wawancara dengan bapak Muhamamd
Aini dan Bapak H. Abdurrahman di atas, permasalahan latar belakang pendidikan
bbukan suatu permasalahan utama, akan tetapi dipengaruhi oleh kebiasaan.
Dengan kata lain bahwa pembembuatan perencanaan pembelajaran ini baru saja
15 Wawancara, tanggal 23 Maret 201016 Wawancara, tanggal 23 Maret 2010
43
70
diterapkan di MTs Nurul Wathan seiring diterapkannya Kurikulum Tingkat
Satuan Pengajaran (KTSP). Sehingga mereka merasa belum terbiasa dengan
pembuatan perencanaan pembelajaran tersebut sebelum menyampaikan materi
pelajaran kepada anak didik.
Untuk mengatasi masalah tersebut MTs Nurul Wathan dapat melakukan
dengan cara mensosialisasikan pembuatan perencanaan pengajaran seperti yang
ditentukan dalam juklak atau juknis pembuatan Standar Format Perencanaan
pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dan ini merupakan tugas utam kepala
madrasah. Sehingga dalam pembuatan RPP tidak ada lagi perbedaan antara guru
yang satu dengan guru yang lain.
43