tonsilitis lia.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Kasus

Tonsillitis Kronik

Olehdr. Harnalia Pohan

Pembimbingdr. Feria Kowira

RSUD Dr. Agoesdjam Ketapang2015

BAB ISTATUS PASIEN

IDENTITAS PASIENNama pasien : An.RUsia: 8 tahun 2 bulanJenis kelamin : Laki-lakiNama orangtua : Tn.SAlamat: ketapangPemeriksaan: 4 Oktober 2015 jam 10.00 WIBI. AUTOANAMNESIS DAN ALOANAMNESISKeluhan Nyeri menelanRiwayat Penyakit SekarangPasien datang ke RSUD Dr.Agoesdjam diantar oleh ibunya mengeluh nyeri saat menelan sejak 2 hari yang lalu, nyeri awalnya dirasakan pasien sejak minum es dan makan gorengan setelah pulang dari sekolahnya 2 hari yang lalu. Pasien merasa ada yang mengganjal saat menelan. Nyeri menelan ini kadang disertai demam. Saat ini pasien tidak demam.Nafsu makan menurun sejak sakit, os merasa lemas, adanya rasa kering pada tenggorokan, pasien menyangkal panas pada tenggorokan, gatal, dan keluhan suara serak, tidur ngorok (+), nafas berbau (-). Pasien mengaku tidak ada keluhan batuk, pilek dan riwayat infeksi telinga sebelumnya.Riwayat Penyakit Dahulu :Ibu OS mengatakan bahwa pasien sering mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun terakhir, keluhan dirasakan hilang timbul, menurut ibu OS hingga saat ini sakit sudah kambuh sebanyak 4 kali. Bila gejala demam dan nyeri menelan ini muncul, pasien dibawa orang tuanya ke mantri dan diberi obat, ibu os lupa obatnya. Gejala demam dan nyeri menelan hilang, tapi kambuh lagi bila pasien sering minum es, keluhan juga dapat timbul apabila pasien merasa kelelahan..Riwayat Asma, TB, Kejang disangkal.Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupaRiwayat Alergi :Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap debu dan udara dingin. Alergi makanan dan obat-obatan (-).Riwayat PengobatanBila keluhan serupa muncul pasien hanya berobat ke mantri. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan.Riwayat ImunisasiIbu pasien mengatakan imunisasi dasar anak lengkap sesuai jadwal.Riwayat makananSehari-hari mengkonsumsi nasi, sayur, lauk, minum susu. Namun pasien sering membeli jajanan es dan gorengan di pinggir jalan.

II. PEMERIKSAAN FISIK1. KU : tampak sakit sedang1. Kesadaran : Compos Mentis1. TTV2. Suhu : 36,5 C2. Nadi : 80x/menit, kuat angkat, reguler, isi cukup.2. RR : 20 x/menit2. BB : 31 kg1. Status generalis3. Kepala: dbn3. Mata: dbn 3. Leher: dbn 3. Paru: dbn3. Jantung: dbn 3. Perut: dbn3. Ekstremitas: dbn

Status THTPemeriksaan Telinga: dbnPemeriksaan Hidung: dbnPemeriksaan TenggorokanBagianKeterangan

Mukosa bukalWarna merah muda, hiperemi (-), massa (-)

Mukosa gusiWarna merah muda, hiperemi (-), massa (-)

Palatum Mole dan Palatum durumHiperemi (-), edema (-), fistula (-)

Mukosa faringHiperemi (-), edema (-), granula (-), ulkus (-)

Tonsil - Besar: T2 / T3- Warna: Hiperemis +/+- Kripta: Melebar +/+- Detritus: Ada +/+- Permukaan:Tidak rata +/+, berbenjol-benjol +/+

GambarTonsil Dekstra: Detritus (+), hiperemis (+), kripte melebar (+)T2Tonsil sinistra: detritus (+), hiperemis (+), kripte melebar (+) T3

III. PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukanSaran Pemeriksaan PenunjangSwab Tenggorokan

IV. DIAGNOSIS BANDING-Tonsilitis kronis eksaserbasi akut-Tonsilitis Difteri

V. DIAGNOSIS KERJATonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut

VI. PENATALAKSANAAN Amoxicillin tablet 3x500mg Paracetamol 3x1 tablet bila demam Betadine kumur Os di sarankan ke Dokter Spesialis THT untuk penindaklanjutan.

VII. PROGNOSISAd Vitam: ad bonamAd Functionam: ad bonam

VIII. EDUKASI Memberikan edukasi kepada pasien dan orangtua bahwa penyakit yang diderita pasien adalah peyakit tonsilitis kronis Anjurkan untuk menjaga hygene mulut Mengurangi konsumsi makanan yang dapat memperberat Untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan kekambuhan maka dianjurkan pada pasien untuk konsul ke spesialis THT.

BAB IITINJAUAN PUSTAKATONSILITIS KRONIKA. DEFINISITonsilitis kronik merupakan peradangan pada tonsil yang persisten yang berpotensi membentuk formasi batu tonsil. Terdapat referensi yang menghubungkan antara nyeri tenggorokan yang memiliki durasi 3 bulan dengan kejadian tonsilitis kronik. Tonsilitis kronis merupakan salah satu penyakit yang paling umum dari daerah oral dan ditemukan terutama di kelompok usia muda. Kondisi kronis klinis didefinisikan oleh kehadiran infeksi berulang dan obstruksi saluran napas bagian atas karena peningkatan volume tonsil. Kondisi ini mungkin memiliki dampak sistemik, terutama ketika dengan adanya gejala seperti demam berulang, odynophagia, sulit menelan, halitosis dan limfadenopati servikal dan submandibulaB. EPIDEMIOLOGITonsilitis paling sering terjadi pada anak anak, namun jarang terjadi pada anak-anak dengan usia lebih dari 2 tahun. Tonsilitis yang disebabkan oleh spesies Streptococcus biasanya terjadi pada anak usia 5 15 tahun. Data epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit tonsilitis kronik merupakan penyakit yang sering terjadi pada usia 5 10 tahun dan dewasa muda usia 15 25 tahun.C. ETIOLOGITonsilitis kronik yang terjadi pada anak mungkin disebabkan oleh karena sering menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) atau karena tonsilitis akut yang tidak diobati dengan tepat atau dibiarkan saja. Tonsilitis kronik disebabkan oleh bakteri yang sama yang terdapat pada tonsilitis akut, dan yang paling sering adalah bakteri gram positif. Dari hasil penelitian Suyitno dan Sadeli (1995) : Streptokokus alfa merupakan penyebab tersering dan diikuti Stafilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup A, Stafilokokus epidermis dan kuman gram negatif yaitu enterobakter, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella dan E. coli yang didapat ketika dilakukan kultur apusan tenggorok.D. FAKTOR PREDISPOSISIBeberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis, yaitu : Rangsangan kronis (rokok, makanan) Higiene mulut yang buruk Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah- ubah) Alergi (iritasi kronis dari allergen) Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik) Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat

E. PATOFISIOLOGIFungsi tonsil adalah sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik melalui hidung atau mulut. Kuman yang masuk disitu akan dihancurkan oleh makrofag yang merupakan sel-sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi akibat dari penjagaan higiene mulut yang tidak memadai serta adanya faktor-faktor lain, maka pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh kuman-kuman semuanya, akibat kuman yang bersarang di tonsil dan akan menimbulkan peradangan tonsil yang kronik. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi atau fokal infeksi.Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripta tonsil. Karena proses radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripta akan melebar. Secara klinis kripta ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripta berupa eksudat berwarna kekuning kuningan). Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Sewaktu-waktu kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan imun yang menurun.

F. MANIFESTASI KLINISPada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang berulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau.Tonsila akan memperlihatkan berbagai derajat hipertrofi dan dapat bertemu di garis tengah. Nafas penderita bersifat ofensif dan kalau terdapat hipertrofi yang hebat, mungkin terdapat obstruksi yang cukup besar pada saluran pernafasan bagian atas yang dapat menyebabkan hipertensi pulmonal.G. PEMERIKSAAN FISIKPada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-kadang atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau detritus baru tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat membesar tetapi tidak terdapat nyeri tekan.Ukuran Tonsil

T0 : bila sudah dioperasiT1 : ukuran yang normal adaT2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengahT3 : pembesaran mencapai garis tengahT4 : pembesaran melewati garis tengah

H. DIAGNOSISAdapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut:1. AnamnesaAnamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50% diagnose dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, rasa mengganjal di tenggorok, nafas bau, malaise, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher.2. Pemeriksaan FisikTampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut, permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Sebagian kripta mengalami stenosis, tepi eksudat (purulent) dapat diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta.3. Pemeriksaan PenunjangDapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat keganasan yang rendah, seperti Streptococcus haemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus, atau Pneumokokus.

I. DIAGNOSIS BANDING Terdapat beberapa diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah sebagai berikut :1. Penyakit-penyakit dengan pembentukan Pseudomembran atau adanya membran semu yang menutupi tonsil (Tonsilitis Membranosa)a. Tonsilitis DifteriDisebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin dalam darah. Gejalanya terbagi menjadi tiga golongan besar, umum, lokal dan gejala akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu demam subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan keluhan nyeri menelan.Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan membentuk pseudomembran yang melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Gejala akibat eksotoksin dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai dekompensasi kordis, pada saraf kranial dapat menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan dan pada ginjal dapat menimbulkan albuminuria.b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi. Pada pemeriksaan tampak membran putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan prosesus alveolaris. Mukosa mulut dan faring hiperemis. Mulut yang berbau (foetor ex ore) dan kelenjar submandibula membesar.c. Mononukleosis InfeksiosaTerjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral. Membran semu yang menutup ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran kelenjar limfe leher, ketiak dan regio inguinal. Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul Bunnel).2. Penyakit Kronik Faring Granulomatusa. Faringitis TuberkulosisMerupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien adalah buruk karena anoreksi dan odinofagi. Pasien juga mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri di telinga (otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.b. Faringitis LuetikaGambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer, sekunder atau tersier. Pada penyakit ini dapat terjadi ulserasi superfisial yang sembuh disertai pembentukan jaringan ikat. Sekuele dari gumma bisa mengakibatkan perforasi palatum mole dan pilar tonsil.c. Lepra (Lues)Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring kemudian menyembuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya jaringan ikat.

d. Aktinomikosis FaringTerjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri, bisa mengalami ulseasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan ulserasi faring yang ireguler, superfisial, dengan dasar jaringan granulasi yang lunak. Penyakit-penyakit diatas umumnya memiliki keluhan berhubungan dengan nyeri tenggorokan (odinofagi) dan kesulitan menelan (disfagi). Diagnosa pasti berdasarkan pada pemeriksaan serologi, hapusan jaringan atau kultur, foto X-ray dan biopsi jaringan.

J. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan Komprehensif (Plan) 1. Istirahat cukup 2. Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan yang mengiritasi3. Menjaga kebersihan mulut 4. Pemberian obat topikal dapat berupa obat kumur antiseptik 5. Pemberian obat oral sistemik Pada tonsilitis viral istirahat, minum cukup, analgetika, antivirus diberikan bila gejala berat. Antivirus metisoprinol (isoprenosine)diberikan pada infeksi virus dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak