34
BAB I PENDAHULUAN Torsio testis adalah terpelintirnya spermatic cord. Hal ini harus dilakukan pembedahan segera. Pada tahun 1839 torsio testis digambarkan pertama kalinya sebagai akibat undecensus testis. Terpelintirnya testis menyebabkan oklusi aliran darah gonad yang apabila tidak diperbaiki segera akan menyebabkan nekrosis. 1 Insidensi torsio testis adalah 1: 4000 pada laki- laki muda yang berusia kurang dari 25 tahun.Hal ini sering terjadi pada bai baru lahir, anak-anak dan dewasa muda. 5 Torsio sering terjadi secara kebetulan; hanya 4-8 persen kasus terjadi karena trauma. Faktor predisposisinya adalah peningkatan volume testis (sering dikaitkan dengan pubertas), testicular tumor, testis dengan ligament yang horizontal, riwayat kriptochidism, dan spermatic cord dengan intrascrotal yang panjang. 2 Torsio testis adalah kegawat daruratan urologi yang utama dan meskipun didiagnosa dan diobati secara cepat masih juga menimbulkan masalah utama berupa atrofi testis dan kesuburan. 3 Torsio testis memerlukan pembedahan emergency. Diagnosa yang terlambat atau salah dan penatalaksanaan yang benar pada keadaan ini menyebabkan cedera testicular dan subfertility. 4

torsio

Embed Size (px)

DESCRIPTION

torsio

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

Torsio testis adalah terpelintirnya spermatic cord. Hal ini harus dilakukan pembedahan segera. Pada tahun 1839 torsio testis digambarkan pertama kalinya sebagai akibat undecensus testis. Terpelintirnya testis menyebabkan oklusi aliran darah gonad yang apabila tidak diperbaiki segera akan menyebabkan nekrosis.1

Insidensi torsio testis adalah 1: 4000 pada laki-laki muda yang berusia kurang dari 25 tahun.Hal ini sering terjadi pada bai baru lahir, anak-anak dan dewasa muda. 5 Torsio sering terjadi secara kebetulan; hanya 4-8 persen kasus terjadi karena trauma. Faktor predisposisinya adalah peningkatan volume testis (sering dikaitkan dengan pubertas), testicular tumor, testis dengan ligament yang horizontal, riwayat kriptochidism, dan spermatic cord dengan intrascrotal yang panjang. 2

Torsio testis adalah kegawat daruratan urologi yang utama dan meskipun didiagnosa dan diobati secara cepat masih juga menimbulkan masalah utama berupa atrofi testis dan kesuburan.3Torsio testis memerlukan pembedahan emergency. Diagnosa yang terlambat atau salah dan penatalaksanaan yang benar pada keadaan ini menyebabkan cedera testicular dan subfertility.4

Meskipun torsio testis sudah diketahui sejak lama di literature ilmu bedah namun masih banyak laporan tentang penemuan diagnose yang terlambat, diagnose ang salah dan terapi ang tidak tepat menyebabkan testis harus dibuang. Diagnosa yang cepat dan pengobatan secara pembedahan merupakan kunci utama untuk menghindari kehilangan testis. Semua prepubertas dan laki-laki dewasa muda ang mengalami neri scrotal akut harus dicurigai torsio testis sampai dibuktikan bukan.6

Diagnosa banding nyeri skrotum akut meliputi torsio testis, trauma, epidimitis, hernia inkarserata, varicocele, edemaskrotum idiopatik dan torsio appendik testis.2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antioksidan

2.1.1 Definisi

Antioksidan adalah penghambat proses oksidasi, walaupun dengan sedikit konsentrasi dapat berpengaruh untuk tujuan fisiologi tubuh.7 Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih electron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terbentuknya reaksi radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi lipid.8

Radikal bebas didefinisikan sebagai molekul yang memiliki electron yang tidak berpasangan diluar orbitnya. Mereka tidak stabil dan sangat reaktif. Contoh oksigen radikal bebas adalah superoxide, hydroxyl, peroxyl (RO2-). Alkoxyl (RO-) dan hydroperoxyl (HO2-). Nitrit oksida dan nitrogen dioksidase (-NO2) adalah 2 radikal bebas nitrogen. Radikal bebas oksigen dan nitrogen bergabung dengan spesies non-radikal reaktif lain seperti hydrogen peroxidase, asam hypochlorous (HOCI), asam hypobromous (HOBr) dan peroxynitrat (ONOO-). ROS, Reaktif nitrogen spesies (RNS) dan reaktif chlorine spesies diproduksi hewan dan manusia dibawah kondisi fisiologi dan patologi. Dengan demikian ROS dan RNS termasuk dalam spesies radikal dan non-radikal.9

Pada tumbuhan dan hewan radikal bebas ini diinaktifkan oleh antioksidan. Antioksidan ini menghambat proses oksidasi, walaupun relative kecil consentrasi dan demikian memiliki perbedaan peran fisiologi pada tubuh. Antioksidan kontituen dari tindakan material plat yang mengikat radikal dan mengubahnya menjadi spesies yang kurang reaktif terhadap radikal.7

2.1.2 Jenis-jenis Antioksidan

Makluk hidup telah mengembangkan pertahanan terhadap stress oksidatif dengan antioksidan. Sistem antioksidan meliputi sistem enzimatis dan non enzimatis.

a. Sistem enzimatik

Meliputi : Superoxide, dismutase (SOD), katalase (CAT), peroxidase (POX), askorbat peroksidase (APX), glutathione reduktase (GR) dan polyphenol oksidase (PPO) dll.7

b. Sistem non enzimatik

Meliputi : Asam askorbat (vitamin C), -tocopherol, cartenes dll.

Berkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan di klasifikasikan dalam lima tipe antioksidan, yaitu:10

1. Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu memutus rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal ini memberikan atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Senyawa antioksidan yang termasuk kelompok ini, misalnya BHA, BHT, PG, TBHQ, dan tokoferol.

2. Oxygen scavengers, yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa tersebut akan melakukan reaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh dari senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat), askorbilpalminat, asam eritorbat, dan sulfit.

3. Secondary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa yang mempunyai kemampuan untuk berdekomposisi hidroperoksida menjadi produk akhir yang stabil. Tipe antioksidan ini pada umumnya digunakan untuk menstabilkan poliolefin resin. Contohnya, asam tiodipropionat dan dilauril tiopropionat.

4. Antioxidative Enzyme, yaitu enzim yang berperan mencegah terbentuknya radikal bebas. Contohnya glukose oksidase, superoksidase dismutase(SOD), glutation peroksidase, dan katalase.

5. Chelators sequestrants.yaitu senyawa-senyawa yang mampu mengikat logam seperti besi dan tembaga yang mampu mengkatalis reaksi oksidasi lemak. Senyawa yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat, asam amino, ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA), dan fosfolipid.

Antioksidan dapat diklasifikasikan juga berdasarkan sumbernya, yaitu:18

1. Antioksidan endogen merupakan antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh, berupa enzim yang dapat mengubah radikal bebas menjadi radikal bebas lain atau senyawa lainnya yang lebih tidak berbahaya bagi tubuh. Beberapa contoh enzim antioksidan endogen adalah superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase.

2. Antioksidan eksogen adalah senyawa-senyawa yang memiliki daya antioksidan yang berasal dari luar tubuh, contohnya adalah vitamin A, asam askorbat, tokoferol, dan beberapa polifenol Senyawa-senyawa ini dapat diperoleh dari tanaman atau hewan yang kita konsumsi.

Antioksidan juga bisa ditemui pada makanan sehari-hari yang dikonsumsi, seperti sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, herbal dan beberapa jenis minuman (misalnya teh, saribuah, anggur merah), merupakan bahan pangan yang kaya akan antioksidan. Dalam buah-buahan, anggur misalnya, terkandung senyawa polifenol seperti asam kaftarat, ester asam kafeat dengan asam tartarat, Buah jeruk mengandung polifenol asam hidroksinamat, termasuk p-koumarat dan asam ferulat, limonoid dan naringin. Tomat, kacang-kacangan, brokoli, bit, jamur, jagung,kubis putih, kale, bunga kol, bayam, bawang putih, bawang merah dan kedelai, adalah contoh sayuran yang mengandung antioksidan. Kunyit, bangle, jahe, kencur, serai, lengkuas, merupakan contoh rempah-rempah dan herbal yang mengandung antioksidan.4

2.1.3 Fungsi Antioksidan

Fungsi sistem antioksidan adalah untuk membuang produksi radikal toksin selama proses oksidatif dan kemudian menolong makluk hidup untuk bertahan selama kondisi ini. Sejak dahulu antioksidan sudah digunakan sebagai penghambat oksidasi dari radikal bebas dan menghentikan lingkaran oksidasi in-vivo, sehingga mereka dipandang banyak orang sebagai penanggulan dari stres lingkungan dan fisiologi, penuaan, artherosclerosis dan kanker.7

Telah diketahui bahwa komponen phytochemical seperti phenols, flavonoids dan karatenoid berguna untuk melindungi dari O2-, OH-, atau lipid peroxyl radikal LOO- di plasma.

Tabel 1 :Antioksidan berdasarkan kepentingan, cara kerja, kelarutan dan lokasi (Chapple IL. Role of free radical and antioxidants in the pathogenesis of inflammatory periodontal diseases. J Clin Pathol 2006;49:250).

Antioksidan

Cara Kerja

Kelarutan

Lokasi

Asam askorbat

(Vitamin C)

Memutuskan ikatan ROS

Mencegah(berikatan

dengan ion logam)

Memproduksi Vitamin E

Larut dalam air

Plasma,Gingival

crevicular

fluid(GSF),

Cerebrosal fluid

(GSF)

Alfa tokoferol

(VitaminE)

Memutuskan ikatan ROS

Larut dalam

Lemak

Plasma,GCF,saliva

Carotenoids

(vitamin A)

Memutuskan ikatan ROS

Larut dalam lemak

Plasma

Albumin

Memutuskan ikatan ROS

Berikatan dengan

bilirubin

Mencegah(berikatan

dengan ion logam)

Larut dalam air

Plasma,GCF,saliva

Bilirubin

Memutuskan ikatan ROS

Melindungi albumin

Larut dalam lemak

Plasma

Caeruloplasmin

Mencegah(berikatan

dengan ion logam)

Larut dalam air

Plasma,GCF,saliva

Haptoglobin

Mencegah(berikatan

dengan ion logam)

Larut dalam air

Plasma,GCF

Transferin

Mencegah (berikatan

dengan ion Fe2+)

Larut dalam air

Plasma,GCF,saliva

Uric acid

Memutuskan ikatan ROS

Larut dalam air

Plasma,GCF,saliva

Reduce glutathione

Memutuskan ikatan ROS,

Substrat untuk enzim

GSH-Px

Larut dalam air

Plasma,saliva,GCF,

lapisan alveolar

pada paru

2.2 Torsio Testis

2.2.1 Definisi

Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran darah pada testis.torsio testis dapat mengakibatkan terjadinya strangulasi dari pembuluh darah, terjadi pada pria yang jaringan di sekitar testis nya tidak melekat dengan baik ke skrotum. Testis dapat infark dan mengalami atrofi jika tidak mendapatkan aliran darah lebih dari enam jam.17

gambar 1. testicular torsion

2.2.2 Etiologi

Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas.pergerakan yang bebas tersebut ditemukan dalam keadaan.18

1.Mesorchium yang panjang

2.Kecenderungan testis untuk berada pada posisi horizontal

3.Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis

Selain gerak yang sangat bebas, pergerakan berlebih pada testis juga dapat menyebabkan terjadinya torsio testis. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan pergerakan berlebihan itu antara lain: perubahan suhu yang mendadak (seperti saat renang), latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi atau trauma yang dapat mengenai skrotum.

Pada masa janin dan neonatus lapisan yang menempel pada muskulus dartos masih belum banyak jaringan penyangganya sehingga testis, epididimis dan tunika vaginalis mudah sekali bergerak dan memungkinkan terpeluntir pada sumbu funikulus spermatikord yang dikenal dengan torsio extravaginal

Gambar 2. Torsio Extravaginal

Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan dengan kelainan sistem penyangga testis. Tunika vaginalis yang seharusnya mengelilingi sebagian dari testis pada permukaan anterior dan lateral testis, pada keadaan ini tunika mengelilingi seluruh permukaan testis sehingga mencegah insesi epididimis ke dinding skrotum.Keadaan ini menyebabkan testis dan epididimis dengan mudahnya bergerak di kantung tunika vaginalis dan menggantung pada funikulus spermatikus. Keadaan ini dikenal dengan deformitas bell-clapper, keadaan ini menyebabkan testis mudah mengalami torsio intravaginal.18

Faktor predisposisi lain terjadinya torsio meliputi peningkatan volume testis (sering dihubungkan dengan pubertas), tumor testis, testis yang terletak horizontal, riwayat kriptorkismus, dan pada keadaan dimana korda spermatika intrascrotal yang panjang.2 Menurut laporan Gabriel,trauma hanya berkontribusi sebanyak 4 persen sebagai etiologi torsio testis.19

2.2.3 Differential Diagnosis

Torsio testis harus didiagnosa secara cepat dan akurat. Keterlambatan dalam diagnosa (dan juga dalam keterlambatan tindakan bedah) bisa mengakibatkan ancaman terhadap testis, sedangkan overdiagnosis menyebabkan operasi yang memberikan hasil tidak menyenangkan pada pasien.Sebuah studi melaporkan antara 16 sampai 42% laki-laki dengan nyeri scrotum akut memiliki torsio testis.

Differential diagnosis dari nyeri scrotum akut termasuk torsio testis, trauma, epididymitis/orchitis, hernia inkarserata, varikokel, idipathic scrotal edema, dan torsio appendix testis. Pada sebuah lapran retrspektive dari 100 orang anak laki laki dibawah 15 tahun yang datang ke UGD dengan nyeri testis akut, dari penelitian ditemukan 70 anak menderita torsio appendiks testis, 12 anak menderita torsio testis, dan 10 anak menderita epididimitis.

Sulit untuk membedakan torsio testis dari torsio appendiks testis dan epididimitis / orchitis hanya berdasarkan riwayat penyakit dahulu. Penulis dari tinjauan retrospektif pada 204 anak dengan torsio, torsio appendiks testis, atau epididimitis/orchitis menemukan tidak ada perbedaan gejala yang sekarang ditemukan dengan yang sebelumnya pernah di temukan selain durasi dari gejala itu sendiri. Serang anak laki-laki dengan torsio tetstis bagaimanapun juga membutuhkan penanganan medis segera (9,5 jam, dibandingkan dengan 48jam pada anak laki-laki dengan torsio pada appendik testis).Penelitian lain pada 90 pasien dengan nyeri testis ditemukan bahwa anak dengan torsio appendik testis cenderung usianya lebih muda daripada usia anak dengan torsio testis. Meskipun epididymitis dapat terjadi pada semua rentang usia, tetapi seringnya pada usia setelah pubertas.

Bila ditemukan riwayat trauma pada testis, ini bisa menjadi penghubung nyeri scrotum seluruhnya pada trauma terdahulu. Bagaimanapun juga, jika nyeri terjadi lebih dari satu jam srelah trauma, sebaiknnya testis diperiksa untuk kemungkinan torsio yang diakibatkan trauma

2.2.4 Manifestasi Klinis

Pasien-pasien dengan torsio testis dapat mengalami gejala sebagai berikut 18

1. Nyeri hebat yang mendadak pada salah satu testis, dengan atau tanpa faktor predisposisi

2. Skrotum yang membengkak pada salah satu sisi

3. Mual atau muntah

4. Sakit kepala ringan

Pada awal proses belum ditemukan pembengkakan pada skrotun. Testis yang infark dapat menyebabkan perubahan pada skrotum. Skrotum akan sangat nyeri kemerahan dan bengkak. Pasien sering mengalami kesulitan untuk menemukan posisi yang nyaman.19

Selain nyeri pada sisi testis yang mengalami torsio, dapat juga ditemukan nyeri alih di daerah inguinal atau abdominal. Jika testis yang mengalami torsio undesendensus testis, maka gejala yang timbul menyerupai hernia stangulata.19

Pemeriksaan fisik dapat membantu untuk membedakan penyebab dari nyeri skrotum akut. Pada epididimitis, kulit skrotum menjadi edema dan kelihatan seperti kulit jeruk. Bagaimanapun perubahan ini terjadi secara lambat sesuai perjalanan dari penyakit. Awalnya, tanda yang muncul hanya epididimis menjadi lembut dan mungkin timbul pyuria.

Pada saat appendik testis mulai mengalami torsio, nodul yang lembut dan keras dengan diameter 2 3 mm mungkin bisa di palpasi pada daerah pole atas dari testis. Pada area ini bisa dapat di temukan daerah yang membiru dan ini sesuai dengan blue dot sign . Edeme pada skrotum dapat terjadi secara cepat dan sering tidak jelas di temukan pada pemeriksaan fisik.

Pada kontras, pasien dengan torsio testis, lokasi epididimis bisa medial, lateral, atau anterior, tergantung pada derajat torsionya. Epididimis bisa berlokasi di posterior dengan sudut torsio 360 derajat. Spermaticord memendek akibat terpuntir sehingga membuat testis lebih tinggi pada skrotum yang terkena. Ini merupakan temuan yang paling spesifik. Bilamana terlihat, ini merupakan bukti adanya torsio testis.

2.3 Peranan Antioksidan Terhadap Torsio Testis

Meskipun mekanisme patologis dasar cedera testis yang mendasari belum sepenuhnya dipahami, tetapi Reactive Oxygen Spesies (ROS) yang terbentuk selama iskemia-reperfusi, berpengaruh penting dalam proses ini. Iskemia dengan reperfusi berturut-turut menyebabkan stres oksidatif, yang ditandai dengan ketidakseimbangan antara ROS dan pertahanan sistem antioksidan.10

Peningkatan stress oksidatif yang signifikan pada torsio testis meningkatkan aktifitas peroksidasi lipid. Iskemik juga dapat memicu pelepasan sitokin yang dapat menarik infiltrasi netrofil ke dalam testis dan menyebabkan radikal bebas yang tidak terkontrol.11 Pada cedera testis, akan dihasilkan peroksidasi lipid sebagai efek dari trauma jaringan testis. Berlebihannya radikal bebas dapat mencederai jaringan testis melalui peroksidasi lipid dalam membran sel.10

Membran sel sperma tersusun dari polyunsaturated fatty acids dimana membran sel sperma tersebut sensitif terhadap kerusakan akibat radikal bebas. lipid peroksidase yang dipicu oleh radikal bebas dapat menyebabkan spermatozoa tidak dapat melakukan reaksi akrosomal dan menyebabkan gangguan motilitas sperma. Spermatozoa dan seminal plasma mempunyai antioksidan alami sebagai mekanisme perlindungan terhadap ROS akibat kerusakan sel. Beberapa penelitian menunjukkan adanya enzim-enzim antioksidan alami seperti katalase, superokside dismutase (SOD) dan glutathione peroxide yang terdapat pada cairan semen. Selain enzim-enzim tersebut, terdapat beberapa komponen antioksidan yang terdapat pada cairan semen, antara lain, Albumin, taurin dan hipotaurin, piruvat, vitamin C dan E, dan beta-karoten, yang berperan penting pada perlindungan jaringan terhadap radikal bebas.

Proses metabolisme Reactive Oxygen Spesies

Antioksidan memiliki efek pada trauma testis, antioksidan terbatas dalam menurunkan radikal bebas yang berlebihan dikarenakan oleh peroksidasi lipid dalam sel dan membrane mitokondria. Peroxidasi pada lipid dalam membrane dapat mengubah permeabilitas membrane atau kerusakan integritas membrane dan integritas sel. Antioksidan dipercaya digunakan sebagai terapi awal yang dapat melindungi/memproteksi testis terhadap paparan ulang ROS.12 Salah satunya adalah -Lipoic acid (LA), merupakan salah satu antioksidan dari jenis oxygen scavengers. Pada manusia disintesis di hati, jantung, dan ginjal. LA memiliki kemampuan dalam menekan ROS dengan cara meningkatkan regenerasi antioksidan endogen, kemampuan dalam regenerasi antioksidan seperti glutation, vitamin C, dan vitamin E.13

Lycopene, salah satu betakaroten yang terkandung dalam buah tomat, merupakan antioksidan yang sudah diteliti dapat melawan peroksidasi lipid, denaturasi protein,dan kerusakan DNA, yang disebabkan oleh stress oksidatif akibat radikal bebas. Dilaporkan bahwa mengkonsumsi lycopene dalam 9 bulan pada pasien dengan oligoastenospermia dapat merubah fungsi sperma menjadi lebih baik. Selain itu lycopene memiliki fungsi protektif spermatogenesis akibat stress oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas. Fungsi proteksi dari lycopene saat testicular IR injury terhadap peningkatan ROS adalah karena kemampuannya dalam bereaksi dengan proses metabolisme oksigen.14

Berikut adalah peranan beberapa antioksidan pada torsio testis :

a. Vitamin E

Vitamin E terbukti dapat memperbaiki motilitas sperma kalkun dan kelangsungan hidup di dalam ruang penyimpanan selama 48 jam pada suhu 5C. Vitamin E dapat meningkatkan kualitas spermatozoa kalkun secara signifikan (P < 0.05) pada dosis 40 g/ml.

Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat memutuskan rantai ikatan radikal bebas terutama a-tocoferol. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan yang mencegah perkembangan lebih lanjut dari reaksi radikal bebas dan selanjutnya melindungi sel dari kerusakan. Vitamin E berperan penting dalam melawan radikal bebas yang menyerang asam lemak dan menyebabkan kerusakan struktural pada membran dan hasilnya terbentuk malondialdehyde dan 4-hidroxy, 2-nonenal (4-HNE). Indikator tersebut yang biasa digunakan untuk mengetahui radikal bebas menyerang lipid (lipid peroxidation).

Stres oksidasi pada spermatozoa merupakan penyebab utama disfungsi spermatozoa dengan menghambat proses oksidasi fosforilasi. Oksidasi fosforilasi yang terganggu menyebabkan peningkatan reactive oxygen species (ROS) spermatozoa. Kadar ROS yang tinggi dalam sel dapat mengoksidasi lipid, protein, dan DNA. Lipid membran plasma spermatozoa memiliki fosfolipid dengan kadar yang tinggi sehingga menyebabkan spermatozoa sangat rentan terhadap ROS. Hal ini menunjukkan bahwa membran spermatozoa adalah target utama ROS dan lipid merupakan sasaran yang potensial. Oksidasi lipid (lipid peroksidase) pada membran spermatozoa menghasilkan senyawa alondialdehyde (MDA), yang bersifat toksik pada sel sehingga menyebabkan kerusakan membran spermatozoa. Membran spermatozoa yang rusak akan menyebabkan penurunan integritas membran spermatozoa, sehingga pada akhirnya menyebabkan penurunan kualitas sperma. Malondialdehyde (MDA) adalah suatu senyawa yang merupakan hasil dari oksidasi lipid. Pengukuran kadar MDA merupakan cara pengukuran aktivitas radikal bebas secara tidak langsung, sebab yang diukur adalah produk dari reaksi radikal bebas bukan pengukuran radikal bebas secara langsung. Vitamin E berfungsi untuk memutus rantai peroksida lemak dengan menyumbangkan ion hidrogen ke dalam reaksi, sehingga dapat menurunkan kadar lemak peroksida darah. Mekanisme kerja vitamin E dalam mendonorkan ion hidrogen untuk menetralkan atau mengurangi kadar lemak peroksida darah dimulai dengan kerja a-tocoferol radikal yang kemudian berubah menjadi atocoferol perokside. Dari dua a-tocoferol radikal berubah menjadi a-tocoferol dimer dan akhirnya menjadi a-tocoquinone yang oleh vitamin C dapat diregenerasi kembali menjadi a-tocoferol.15

b. Vitamin C

Vitamin C sangat esensial untuk pembentukan sperma. Kekurangan vitamin C pada manusia dapat menghambat dalam memperoleh keturunan. Perbaikan untuk hal ini memerlukan waktu satu bulan dengan meningkatkan konsumsi vitamin C sebanyak 500 miligram. Kualitas dan kuantitas sperma serta aktivitasnya dapat ditingkatkan dengan menambah konsumsi vitamin C.Dalam suatu penelitian membuktikan pemberian vitamin C dosis tertentu selama 15 hari dapat meningkatkan jumlah spermatozoa pada Mus musculus yang dipapar gelombang ultrasonik.15

c. Melatonin

Melatonin, diketahui dapat mengikat radikal bebas dan menghambat enzim lipid peroxidation pada membran sel, melatonin juga diketahui dapat menstimulasi enzim antioksidan gluthathione peroxidase. Melatonin dapat berikatan (binding) pada reseptor membran sel, dan lipofilisitas dari melatonin menyebabkan melatonin secara cepat dapat masuk kedalam sel dan dapat berakumulasi dalam inti nukleus. Melatonin menurunkan kalsium dalam sel dan konsentrasi cAMP dan meningkatkan enzim antioksidan dalam sel.16 Efek protektif melatonin pada enzim peroksida lipid menunjukan pada beberapa investigasi dan penelitian pada iskemia-reperfusi torsio testis, dalam beberapa jaringan dan melatonin efektif melindungi dengan cara mengikat radikal bebal.16 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aktas et al, untuk pencegahan cedera iskemik-reperfusi, melatonin diberikan dengan dosis efektif yaitu 100 mg/kg BB.15

d. Dexpanthenol (DXP) (Provitamin B5)

Merupakan Alkohol aktif secara alami pada pantothenic acid (PA) (vitamin B5) dan ketika diberikan secara oral atau parenteral maka dikonversikan menjadi PA pada jaringan mencit dan mamalia. PA meningkatkan pengurangan glutathione (GSH), Coenzyme A (CoA) dan sintesis ATP di sel. GSH dan glutathione dependent peroxidases ((GPX) merupakan system pertahanan utama terhadap lipid peroxidase dan stress oksidatif. Phospholipid hydroperoxide (GPX-4) adalah antioksida utama pada jaringan testis terhadap lipid peroxidase. 3

Penyebab utama kerusakan jaringan setelah torsio testis adalah ROS. ROS menyebabkan kerusakan pada DNA, melemahnya fungsi protein dan lipid peroksidase. Lipid oksidase dianggap sebagai perusak utama konsekuensi keadaan iskemik-reperfusi. Lipid peroxidase merusak membrane dan menyebabkan perubahan pada fungsi dan struktur testis.3

Hal ini telah terbuktikan bahwa DXP memiliki efek melindungi secara signifikan terhadap atrofi testis setelah terjadi torsio testis dengan dosis 500 mg/kg.3

Gambar 2 : Histopatologi C: Kelompok Kontrol, Td: Torsion + detersion, Sal : Torsion + saline treatment + detersion, Dxp : Torsion + Dxp 500 mg/kg + detorsion

2.2.6 Penatalaksanaan

a. Reduksi Manual

Pada beberapa kasus torsio testis, detorsi manual dari funikulus spermatikus dapat mengembalikan aliran darah.20

Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan memutar testis ke arah lateral terlebih dahulu, kemudian jika tidak ada perubahan, dicoba detorsi ke arah medial.20

Metode tersebut dikenal dengan metode open book ( untuk testis kanan, karena gerakannya seperti membuka buku. Bila berhasil, nyeri yang dirasakan dapat menghilang pada kebanyakan pasien. 19

Dalam pelaksanaanya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di emergency unit, pada anak dengan skrotum yang bengkak dan nyeri, tindakan ini sulit dilakukan tanpa anestesi. Pada umumnya terapi dari torsio testis tergantung pada interval dari onset timbulnya nyeri hingga pasien datang. Jika pasien datang dalam 4 jam timbulnya onset nyeri, maka dapat diupayakan tindakan detorsi manual dengan anestesi lokal. Prosedur ini merupakan terapi non invasif yang dilakukan dengan sedasi intravena menggunakan anestesi lokal (5 ml Lidocain atau Xylocaine 2%). Sebagian besar torsio testis terjadi ke dalam dan ke arah midline, sehingga detorsi dilakukan keluar dan ke arah lateral. Selain itu, biasanya torsio terjadi lebih dari 360o, sehingga diperlukan lebih dari satu rotasi untuk melakukan detorsi penuh terhadap testis yang mengalami torsio.

Tindakan non operatif ini tidak menggantikan explorasi pembedahan. Jika detorsi manual berhasil, maka selanjutnya tetap dilakukan orchidopexy elektif dalam waktu 48 jam. Dalam literatur disebutkan bahwa tindakan detorsi manual hanya memberikan angka keberhasilan 26,5%. Sedangkan penelitian lain menyebutkan angka keberhasilan pada 30-70% pasien. Sebagai tambahan, mengetahui ke arah mana testis mengalami torsio adalah hampir tidak mungkin, yang menyebabkan tindakan detorsi manual akan memperburuk derajat torsio. 19

b. Operatif

Dalam hal detorsi manual tidak dapat dilakukan, atau bila detorsi manual tidak berhasil dilakukan maka tindakan eksplorasi pembedahan harus segera dilakukan. Pada pasien-pasien dengan riwayat serangan nyeri testis yang berulang serta dengan pemeriksaan klinis yang mengarah ke torsio sebaiknya segera dilakukan tindakan pembedahan. Hasil yang baik diperoleh bila operasi dilakukan dalam 4 jam setelah timbulnya onset nyeri. Setelah 4 hingga 6 jam biasanya nekrosis menjadi jelas pada testis yang mengalami torsio.

Eksplorasi pembedahan dilakukan melalui insisi scrotal midline untuk melihat testis secara langsung dan guna menghindari trauma yang mungkin ditimbulkan bila dilakukan insisi inguinal. Tunika vaginalis dibuka hingga tampak testis yang mengalami torsio. Selanjutnya testis direposisi dan dievaluasi viabilitasnya. Jika testis masih viabel dilakukan fiksasi orchidopexy, namun jika testis tidak viabel maka dilakukan orchidectomy guna mencegah timbulnya komplikasi infeksi serta potensial autoimmune injury pada testis kontralateral. Oleh karena abnormalitas anatomi biasanya terjadi bilateral, maka orchidopexy pada testis kontralateral sebaiknya juga dilakukan untuk mencegah terjadinya torsio di kemudian hari.

2.2.7. Komplikasi

Torsio dari testis dan korda spermatika akan berlanjut sebagai salah satu kegawat daruratan dalam bidang urologi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau detorsi manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi testis.12 Atrofi dapat terjadi beberapa hari hingga beberapa bulan setelah torsio dikoreksi. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih.

Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi :

Infark testis

Hilangnya testis

Infeksi

Infertilitas sekunder

Deformitas kosmetik

Gambar testis yang mengalami nekrosis

2.2.8. Prognosis

Jika torsio dapat didiagnosa secara dini dan dilakukan koreksi segera dalam 5-6 jam, maka akan memberikan prognosis yang baik dengan angka pertolongan terhadap testis hampir 100%. Setelah 6 jam terjadi torsio dan gangguan aliran darah, maka kemungkinan untuk dilakukan tindakan pembedahan juga meningkat. Namun, meskipun terjadi kurang dari 6 jam, torsio sudah dapat menimbulkan kehilangan fungsi dari testis. Setelah 18-24 jam biasanya sudah terjadi nekrosis dan indikasi untuk dilakukan orchidectomy. Orchidopexy tidak memberikan jaminan untuk tidak timbul torsio di kemudian hari, meskipun tindakan ini dapat menurunkan kemungkinan timbulnya hal tersebut.

Keberhasilan dalam penanganan torsio ditentukan oleh penyelamatan testis yang segera serta insiden terjadinya atrofi testis, dimana hal tersebut berhubungan secara langsung dengan durasi dan derajat dari torsio testis. Keterlambatan intervensi pembedahan akan memperburuk prognosis serta meningkatkan angka kejadian atrofi testis

BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan ini adalah :

1. Torsio testis merupakan suatu keadaan gawat darurat dalam urologi karena dapat menyebabkan kematian testis dan gangguan fertilitas pada pria. Dimana apabila tidak dilakukan penegakan diagnosa dan penanganan secara tepat dapat berakibat fatal.

2. Antioksidan merupakan suatu molekul yang dapat mengurangi kerusakan jaringan terutama yang mengalami kerusakan akibat torsio testis

3. Beberapa antioksidan yang sudah diteliti bermanfaat untuk menguramgi terjadinya atrofi testis setelah terjadinya torsio testis adalah vitamin E, vitamin C, melatonin dan Dexpanthenol.

4. Dengan pemberian antioksidan yang tepat dapat mengurangi kerusakan sperma pada testis

DAFTAR PUSTAKA

1.R.T.Kuremu. 2004. Testicular Torsion : Case Report, East African Medical Journal, vol.81, no.5 May 2004

2. Ringdahi.E, Teague,L. 2006. Testicular Torsion, Annual Clinical ocus on caring for children dan adolescents.

3. Etensel,B, dkk. 2007. The Protective Effect Of Dexpanthenol On Testicular Atrophy At 60th day Following Experimental Testiclar Torsion, Pediatr Surg Int (2007) 23:271-275

4. Koksal.M, dkk. 2012.Effects Of Melatonin on Testis Histolog, Oxidative Stress

and Spermatogenesis After Experimental Testis Ischemia-Reperffusion in Rats, European Review for Medical and Pharmacological Sciences 2012;16:582-588

5. Hamed.G, dkk. 2012. Effect of Erythropoietin on Experimental Unilateral

Testicular Torsion Detorsion in Rat Model, Life Science Journal, 2011;8(2)

6. Gabriel.EN. 2012. Testicular Torsion : Needless Testicular Loss Can Be Prevented, Nigerian Journal Of Clinical Practice, Apr-Jun 2012, Vol 15, Issue 2

7. Mandal.S.dkk. 2009.Antioxidants : A Review, Journal Of Chemical and Pharmaceutical Research,1 (1) : 102-104

8. Usman,D. 2010.Karakteristik Dan Aktivitas Antioksidan Bunga Rosela Kering. Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional, Surabaya

9. Fang,Y,dkk. 2002. Free Radicals, Antioxidants, and Nutrition From the Department of Biochemistry and Molecular Biology, Beijing Institute Of Radiation Medicine, Beijing, China; The Division Of Animal Nutrition, Department Of Animal Science, China Agricultural University, Beijing, China; and the Department Of Animal Science and FFaculty Of Nutrition, Texas A&M University,Texas USA , 18:87-879

10. .Ollero, M., Perez-Pe, R., Muino-Blanco, T. & Cebrian-Perez, J.A.1998. Improvement of ram sperm cryopreservation protocolsassessed by sperm quality parameters and heterogeneity analysis.Cryobiol.,37, 1-12.

11. Henkel, R. 2005. The impact of oxidants on sperm function.Andrologia, 37, 205-206.

12. Orozco, T.J., Wang, J.F. & Keen, C.L. (2003) Chronic consumptionof a flavanol- and procyanindin-rich diet is associated with reduced levels of 8-hydroxy-2 deoxyguanosine in rat testes. J.Nutr.Biochem.,14, 104-110.

13. Moustafa, M.H., Sharma, R.K., Thornton, J., Mascha, E.,Abdel-Hafez, M.A., Thomas, A.J. Jr. & Agarwal, A. (2004)Relationship between ROS production, apoptosis and DNAdenaturation in spermatozoa from patients examined for infertility.Hum. Reprod.,19, 129-138.

14. Askin Hekimoglu at al. 2009. Lycopene, an Antioxidant Carotenoid, Attenuates Testicular Injury Caused by Ischemia/Reperfusion in Rats. Tohoku J. Exp. Med., 218, 141-147.

15. S. Azizollahi, H. Babaei, A. Derakhshanfar and M.M. Oloumi. 2010. Effects of co-administration of dopamine and vitamin Con ischaemia-reperfusion injury after experimental testicular torsion-detorsion in rats. First International Journal of Andrology.

16. S. Pentyala, J. Lee, P. Yalamanchili, S. Vitkun, and S. A. Khan. 2001.Testicular torsion: a review, Journal of Lower Genital TractDisease, vol. 5, no. 1, pp. 3847.

17. Erika R, at al. 2007. Testicular Torsion. American Academy of Family Physicians

18. P. M. Cuckow and J. D. Frank. 2000. Torsion of the testis, BritishJournal of Urology International, vol. 86, no. 3, pp. 349353,2000.

19. Srinivasan, A.Kat al . 2007. Climaticconditions and the risk of testicular torsion in adolescentmales. J. Urol., 178, 2585-2588.