6
TRANSAKSI REPO SURAT UTANG NEGARA DENGAN SKEMA MRA Oleh: Diana Muina Rosa (Biro TLE) Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, SUN menjadi salah satu Efek primadona di pentas Pasar Modal Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan peminat lelang SUN di pasar perdana yang selalu oversubscribe dan juga memiliki tingkat likuiditas yang relatif tinggi dalam perdagangan di pasar sekunder. Nilai rata-rata transaksi perhari SUN pada bulan Maret 2005 mencapai Rp 2,7 triliun dengan rata-rata frekuensi perhari mencapai 123 kali, sedangkan nilai rata-rata transaksi perhari SUN pada bulan April 2005 meningkat menjadi Rp 3,8 triliun dengan rata-rata frekuensi perhari mencapai 142 kali. Faktor utama yang mendorong meningkatnya pembelian SUN tersebut antara lain karena masyarakat semakin aware terhadap kepastian dan perlindungan hukum sebagaimana diatur dalam UU nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, dan juga tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang semakin tinggi. SUN adalah surat utang berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya. Perdagangan SUN dapat dilaksanakan baik di Bursa Efek maupun di luar Bursa Efek. Bursa Efek yang saat ini menjadi tempat pencatatan dan pelaporan Transaksi SUN adalah BES, sedangkan pihak yang menyelenggarakan perdagangan SUN di luar Bursa Efek adalah Perhimpunan Pedagang Surat Utang Negara (Himdasun). Himdasun dibentuk dengan tujuan untuk menghimpun dan mempersatukan Bank umum dan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan perdagangan SUN, menciptakan likuiditas perdagangan SUN dan menyelenggarakan perdagangan SUN dengan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli SUN yang dilakukan oleh Anggota Himdasun serta melakukan pengawasan terhadap kegiatan anggotanya. Untuk mendukung pengembangan pasar sekunder SUN dan meningkatkan likuiditas perdagangan SUN bagi pelaku (Bank, Sekuritas, Reksadana, Dana Pensiun dan Asuransi) maka Himdasun mengembangkan transaksi jual beli dengan pembelian kembali (Repurchase Agreement/Repo). Repo adalah transaksi dengan kesepakatan bahwa penjual sepakat untuk menjual Efek kepada pembeli dan pembeli sepakat

Transaksi Repo

  • Upload
    uswahul

  • View
    38

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

transaksi repo

Citation preview

  • TRANSAKSI REPO SURAT UTANG NEGARA DENGAN SKEMA MRA

    Oleh: Diana Muina Rosa (Biro TLE)

    Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, SUN menjadi salah satu Efek primadona di

    pentas Pasar Modal Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan peminat lelang SUN di pasar

    perdana yang selalu oversubscribe dan juga memiliki tingkat likuiditas yang relatif

    tinggi dalam perdagangan di pasar sekunder. Nilai rata-rata transaksi perhari SUN

    pada bulan Maret 2005 mencapai Rp 2,7 triliun dengan rata-rata frekuensi perhari

    mencapai 123 kali, sedangkan nilai rata-rata transaksi perhari SUN pada bulan April

    2005 meningkat menjadi Rp 3,8 triliun dengan rata-rata frekuensi perhari mencapai

    142 kali. Faktor utama yang mendorong meningkatnya pembelian SUN tersebut

    antara lain karena masyarakat semakin aware terhadap kepastian dan perlindungan

    hukum sebagaimana diatur dalam UU nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang

    Negara, dan juga tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang semakin

    tinggi.

    SUN adalah surat utang berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata

    uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh

    Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya. Perdagangan SUN dapat

    dilaksanakan baik di Bursa Efek maupun di luar Bursa Efek. Bursa Efek yang saat ini

    menjadi tempat pencatatan dan pelaporan Transaksi SUN adalah BES, sedangkan pihak

    yang menyelenggarakan perdagangan SUN di luar Bursa Efek adalah Perhimpunan

    Pedagang Surat Utang Negara (Himdasun). Himdasun dibentuk dengan tujuan untuk

    menghimpun dan mempersatukan Bank umum dan Perusahaan Efek yang melakukan

    kegiatan perdagangan SUN, menciptakan likuiditas perdagangan SUN dan

    menyelenggarakan perdagangan SUN dengan menyediakan sistem dan sarana untuk

    mempertemukan penawaran jual dan beli SUN yang dilakukan oleh Anggota

    Himdasun serta melakukan pengawasan terhadap kegiatan anggotanya.

    Untuk mendukung pengembangan pasar sekunder SUN dan meningkatkan likuiditas

    perdagangan SUN bagi pelaku (Bank, Sekuritas, Reksadana, Dana Pensiun dan

    Asuransi) maka Himdasun mengembangkan transaksi jual beli dengan pembelian

    kembali (Repurchase Agreement/Repo). Repo adalah transaksi dengan kesepakatan

    bahwa penjual sepakat untuk menjual Efek kepada pembeli dan pembeli sepakat

  • untuk membeli Efek tersebut pada harga tertentu, diikuti dengan kesepakatan bahwa

    pada tanggal tertentu pembeli akan menjual Efek tersebut kepada penjual dan penjual

    sepakat untuk membeli kembali Efek tersebut pada harga tertentu. Visi

    pengembangan pasar Repo adalah menciptakan pasar Repo yang aktif, aman dan

    efisien. Aktif artinya nilai transaksi lebih besar setidaknya 2 x volume transaksi SUN,

    aman artinya adanya perlindungan hukum (dalam hal default), efisiensi artinya tidak

    memerlukan pengulangan pembuatan perjanjian setiap kali bertransaksi.

    Saat ini transaksi Repo sebenarnya sudah dilakukan para pihak sesuai dengan

    kesepakatan masing-masing pihak. Agar transaksi Repo dapat berlangsung lebih

    teratur, Himdasun menyiapkan suatu standar transaksi Repo bagi pelaku melalui MRA

    (Master Repurchase Agreement). MRA adalah suatu perjanjian induk yang akan

    digunakan oleh anggota Himdasun dalam melakukan transaksi Repo atas SUN atau

    Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dengan MRA perjanjian transaksi Repo hanya

    ditandatangani sekali saja dan transaksi selanjutnya hanya dalam bentuk konfirmasi

    saja.

    Kajian rencana transaksi jual beli dengan pembelian kembali (Repo) sebenarnya sudah

    dimulai sejak lama sekitar tahun 2000 oleh pelaku pasar yang tergabung dalam IFIDA

    (Indonesian Fixed Income Dealers Association) dan diperkuat dengan adanya

    rekomendasi NRI (Nomura Research Institute) agar pasar SUN perlu di dukung oleh

    adanya transaksi Repo. Rencana ini kemudian dilanjutkan oleh Himdasun dan BI

    dengan mencari format standar MRA berdasarkan Global MRA yang berlaku dalam

    praktek Internasional. Dengan dibantu oleh Konsultan Hukum Hadiputranto, Hadinoto

    & Partners dan Konsultan Akuntansi dan Pajak Ernst & Young, tahun 2003 selesai

    disusun suatu draft MRA yang kemudian menjadi bagian dari peraturan perdagangan

    Himdasun. Pada tanggal 11 Januari 2005, Himdasun mengajukan permohonan

    persetujuan perubahan peraturan perdagangan dan draft MRA kepada Bapepam.

    Bapepam bersama dengan Himdasun telah melakukan pembahasan intensif terhadap

    perubahan peraturan dan draft MRA tersebut, dan melalui surat nomor

    S-900/PM/2005 tanggal 27 April 2005 Bapepam telah menyetujui perubahan

    peraturan dan draft MRA yang diajukan oleh Himdasun.

  • Dalam pengembangan transaksi Repo terdapat beberapa kendala yang dihadapi antara

    lain :

    1. Aspek Akuntansi, PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia) & PSAK 31

    (Pedoman Standar Akuntansi) hanya baru mengakomodir pencatatan transaksi

    Repo dengan model Classic Repo, dimana aset tetap dicatatkan pada penjual;

    2. Aspek Hukum, bilamana pihak-pihak yang bertransaksi bersengketa di pengadilan

    di kemudian hari, ada resiko hakim di Indonesia akan mengkarakterisasikan

    transaksi Repo sell/buy back sebagai transaksi pinjam meninjam dengan jaminan

    (collateralized borrowing);

    3. Aspek Perpajakan, potensi pengenaan pajak dua kali (1st leg dan 2nd leg), karena

    seolah-olah transaksi dilakukan dua kali.

    Dalam transaksi Repo terdapat 2 metode yang digunakan yaitu metode Classic Repo

    dan metode Sell/Buy Back. Pada metode Classic Repo tidak terjadi perpindahan

    kepemilikan, sedangkan pada metode sell/buy back kepemilikan berpindah kepada

    pihak pembeli. Transaksi Repo berdasarkan MRA Himdasun menggunakan konsep

    Sell/Buy Back dimana secara hukum terjadi perpindahan kepemilikan, sehingga

    memberikan kepastian hukum dan dapat dilakukan Repo lebih lanjut, sedangkan

    secara akuntansi menggunkan konsep Classic Repo (tidak terjadi perpindahan asset).

    Pembayaran dan penyerahan dilakukan secara Delivery versus Payment (DvP) melalui

    sistem BI yaitu sistem Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) untuk pembayaran, dan

    sistem Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) untuk penyerahan Surat

    Berharga.

    Ilustrasi Transaksi Repo

    Berikut contoh ilustrasi transaksi Repo (selama 10 hari)

    Tahap I. 1 April 2005

    A Seller

    B Buyer

    Obligasi

    Cash

  • Tahap II. 10 April2005

    Pokok-pokok Isi MRA

    1. Tata Cara Transaksi

    Transaksi dapat disepakati secara lisan maupun tulisan atas inisiatif salah satu

    pihak, baik sebagai Pembeli atau Penjual. Kesepakatan transaksi ini wajib

    dituangkan dalam Konfirmasi tertulis (sesuai formulir yang telah ditentukan), dan

    Konfirmasi merupakan bukti utama dalam transaksi yang bersangkutan. Penjual

    wajib mengalihkan Surat Berharga kepada pembeli dan pembeli wajib membayar

    sejumlah tertentu ditambah bunga yang terhutang kepada penjual pada Tanggal

    Pembelian, pembeli wajib mengalihkan kembali Surat Berharga Ekuivalen kepada

    penjual dan penjual wajib menyerahkan sejumlah uang sesuai kesepakatan pada

    Tanggal Pembelian kembali.

    2. Pemeliharaan Margin

    pemintaan Transfer Marjin dilakukan oleh satu pihak kepada pihak lain jika

    dianggap perlu. Pembayaran margin dilakukan secara tunai, dan pembayarannya

    dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Pembayaran Marjin Tunai menjadi hutang

    dari pihak yang menerima pembayaran terhadap pihak yang melakukan

    pembayaran.

    3. Pembayaran dan Pengalihan

    segala pembayaran dilakukan melalui sistem BI-RTGS, dan penyerahan Surat

    Berharga dilakukan BI-SSSS. Pembayaran dan penyerahan dilakukan secara

    Delivery versus Payment (DvP), atau secara Free of Payment (FoP) apabila para

    pihak sepakat dan dapat dilaksanakan. Penyelesaian dilakukan secara per transaksi,

    A Seller

    B Buyer

    Obligasi

    Cash + interest

  • namun apabila sistem BI-RTGS dan BI-SSSS sudah memungkinkan penyelesaian

    transaksi dilakukan secara netting.

    4. Kejadian Wanprestasi

    Hal-hal yang dianggap sebagai Kejadian Wanprestasi yaitu:

    9 gagal bayar 9 gagal serah (sesuai dengan pilihan para pihak)

    9 gagal membayar suatu jumlah kerugian atas transaksi pengganti oleh pihak lain

    9 gagal melakukan pemeliharaan Marjin, adanya kejadian kepailitan 9 adanya pernyataan atau jaminan palsu, pengakuan tidak mau atau tidak dapat

    melakukan kewajiban-kewajibannya

    9 izin atau keanggotaan dicabut oleh pihak berwenang, gagal melakukan kewajiban lainnya dalam jangka waktu 7 hari

    9 cross default dengan perjanjian lain (sesuai dengan pilihan para pihak) 9 cross default dengan pihak lain (sesuai dengan pilihan para pihak)

    Dengan adanya Kejadian Wanprestasi maka Tanggal Pembelian kembali langsung

    terjadi pada saat kejadian tersebut atau saat pemberitahun. Pihak Yang Tidak

    Wanprestasi akan menetapkan Nilai Pasar Wanprestasi atas semua transaksi sejak

    Tanggal Pembelian Kembali sampai dengan hari kelima setelah Kejadian

    Wanprestasi. Pihak Yang Wanprestasi diwajibkan membayar denda sebesar dua kali

    Repo Rate atau lebih sesuai kesepakatan para pihak. Transaksi Repo menjadi batal

    jika Kejadian Wanprestasi terjadi sebelum Tanggal Pembelian. Apabila Kejadian

    Wanprestasi terjadi setelah Tanggal Pembelian, maka transaksi yang batal adalah

    transaksi pembelian kembali, dan transaksi sebelumnya tetap sah dan mengikat

    para pihak. Apabila gagal serah bukan merupakan Kejadian Wanprestasi, maka

    dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: pihak yang mempunyai Eksposur Bersih

    dapat minta pihak lain membayar Marjin Tunai, para pihak dapat menentukan

    tanggal lain untuk penyerahan Surat Berharga, Penjual wajib membayar sejumlah

  • tertentu kepada pembeli yang merupakan selisih antara Harga Pembelian Kembali

    dengan Harga Pembelian.

    5. Pengakhiran Perjanjian

    Perjanjian dapat diakhiri dengan diberikannya pemberitahuan tertulis dari salah

    satu pihak kepada pihak lainnya, namun perjanjian tetap berlaku terhadap

    Transaksi yang belum selesai.

    6. Penyelesaian Sengketa

    Penyelesaian dilakukan dengan cara :

    9 musyawarah mufakat;

    9 penyelesaian oleh Komite Bylaws BI-RTGS/BI-SSSS yang dibentuk para pihak; 9 Badan Arbitrase, baik BANI atau BAPMI.

    7. Lampiran-lampiran

    Lampiran I berisi Tambahan Syarat-sayarat dan Kondisi berisi pilihan-pilihan para

    pihak sepanjang diperbolehkan oleh perjanjian MRA, antara lain pemberlakuan

    Marjin, pilihan gagal serah atau cross default sebagai Kejadian Wanprestasi,

    besarnya denda, besarnya bunga, dan pilihan arbitrase.

    Lampiran II berisi Bentuk Konfirmasi berisi standar minimum isi Konfirmasi yang

    antara lain berisi tanggal kontrak, nama Surat Berharga, Tanggal Pembelian, Harga

    Pembelian, Tanggal Pembelian Kembali, Harga Pembelian Kembali, Rasio Marjin,

    Repo Rate, dan jangka waktu pemindahbukuan Marjin Tunai. (dn)