TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    1/22

    MAKALAH

    KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL

    Diajukan sebagai pemenuhan tugas matakuliah Kepemimpinan Islam

    Dosen Pengampu:Dr. Ririn Tri Ratnasari, SE., M.Si.

    Dr. Ari Prasetyo, SE., M.Si.

    Prof. Dr. H. Muslich Anshori, SE., M.Si.

    Dr. Gancar, CP

    Oleh:Laila Masruro Pimada 091514553007

    Irfan Jauhari 091514553008

    Rani Puspitaningrum 091514553016

    MAGISTER SAINS EKONOMI ISLAM

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS AIRLANGGGASURABAYA

    2015

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    2/22

    i

    KATA PENGANTAR

    Segala puji hanya untuk Allah Azza Wa Jalla, yang telah memberikansegala karunia, limpahan rahmat dan hidayah-Nya, serta kepada junjungan kita

    Nabi Besar Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya,

    yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas matakuliah kepemimpinan

    Islam ini.

    Dalam penyelesaian tugas pembuatan makalah mengenai kepemimpinan

    transaksional ini tentunya penulis memerlukan bimbingan dan arahan dari dosen-

    dosen pengampu, sehingga penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada

    Dr. Ririn Tri Ratnasari, SE., M.Si., Dr. Ari Prasetyo, SE., M.Si., Prof. Dr. H.

    Muslich Anshori, SE., M.Si., Dr. Gancar, CP. selaku dosen pengampu matakuliah

    kepemimpinan Islam ini. Tak lupa kepada teman-teman magister sains ekonomi

    Islam Unair angkatan 2015 yang senantiasa mendukung satu sama lain.Selanjutnya, tentu saja makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan

    sehingga penulis mengharapkan kritikan dan saran demi mendapatkan hasil

    makalah yang lebih baik dan maksimal yang bisa bermanfaat bagi para

    pembacanya.

    Surabaya, 25 September 2015

    Penulis

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    3/22

    ii

    Daftar Isi

    Kata Pengantar ........................................................................................................ i

    Daftar Isi ................................................................................................................. ii

    BAB I: PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

    C. Tujuan Pembahasan ..................................................................................... 2

    BAB II: PEMBAHASAN

    A. Definisi Kepemimpinan Transaksional ....................................................... 3

    B. Karakteristik Kepemimpinan Transaksional ............................................... 5

    C. Karakteristik Pemimpin Transaksional ....................................................... 6

    D. Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan Transaksional ........................ 8

    E.

    Ayat-ayat Al-Qur'an & Hadist Mengenai Kepemimpinan Transaksional .. 8

    F.

    Mind MappingMakalah Kepemimpinan Transaksional ........................... 13

    BAB III: PENUTUP

    Kesimpulan .................................................................................................... 14

    Daftar Pustaka ........................................................................................................ 15

    Lampiran Pertanyaan ............................................................................................. 16

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    4/22

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Manusia secara individual maupun komunal merupakan sosok yang

    diciptakan (makhluk) untuk mengabdi kepada Tuhan sebagai hamba/ karyawan/

    anggotabersama makhluk-makhluk Tuhan yang lainnya. Namun diantara seluruh

    makhluk yang ada di bumi ini manusia telah mendapatkan perintah untuk

    menjadi khalifah/pengelola/pemimpin. Sehingga baik secara individual maupun

    komunal manusia mempunyai potensi ganda yaitu menjadi pemimpin sekaligus

    rakyat, ketua-anggota, manejer-karyawan, khalifah-abdun/ hamba.

    Tata cara pengabdian manusia kepada Tuhannya (hablum minallah)

    melalui manusia yang lain (hablum minannas) tentunya melalui banyak hal

    termasuk proses kepemimpinan. Kepemimpinan yang merupakan salah satu

    elemen penting dalam suatu kehidupan sosial muncul karena adanya berbagai

    perbedaan dalam kehidupan manusia yang heterogen yang selanjutnya butuh

    untuk diselaraskan dan diarahkan agar perbedaan yang ada tidak menimbulkan

    konflik.

    Selanjutnya, kepemimpinan yang dipimpin oleh seorang manusia yang

    memiliki perbedaan antara satu sama lain tentulah menimbulkan perbedaan gaya

    kepemimpinan dan hal ini merupakan hal yang wajar. Namun pada dasarnya

    setiap pemimpin yang baik memiliki tujuan dasar yang sama yakni mencapai

    maslahah bagi dirinya dan bagi apa-apa yang dipimpinnya. Oleh karena itu,

    bukanlah hal yang aneh ketika muncul berbagai macam jenis dan tipe

    kepemimpinan yang selanjutnya dilakukan pengelompokan oleh para ahli terkait

    keanekaragaman cara memimpin seseorang agar lebih mudah dipelajari.

    Di antara jenis kepemimpinan yang ada, jenis kepemimpinan transaksional

    merupakan kepemimpinan yang pertama kali diungkapkan oleh Burn di tahun

    1978 dalam konteks politik yang selanjutnya dikembangkan oleh Bass (1985) dan

    membawanya dalam konteks organisasional yang akan di bahas oleh penulis pada

    bab selanjutnya.

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    5/22

    2

    B. Rumusan Masalah

    Melalui latar belakang yang telah dibahas di atas maka berikut ini rumusan

    masalah yang perlu dijawab pada bab selanjutnya:

    1.

    Apa definisi kepemimpinan transaksional?

    2. Apa saja karakteristik dari kepemimpinan transaksional?

    3. Apa saja karakter dari pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan

    transaksional?

    4. Apa kelebihan dan kekurangan dari gaya kepemimpinan transaksional?

    C. Tujuan Pembahasan

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan

    dalam makalah ini ialah:

    1.

    Untuk mengetahui definisi kepemimpinan transaksional

    2. Untuk mengetahui karakteristik kepemimpinan transaksional

    3. Untuk mengetahui karakter pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan

    transaksional

    4.

    Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari gaya kepemimpinan

    transaksional.

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    6/22

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Definisi Kepemimpinan Transaksional

    Gagasan awal mengenai gaya kepemimpinan transaksional ini

    dikembangkan oleh James Mac Gregor Burns yang menerapkannya dalam

    konteks politik. Burns (1978) mendefinisikan kepemimpinan transaksional

    sebagai bentuk hubungan yang mempertukarkan jabatan atau tugas tersebut. Jadi,

    kepemimpinan transaksional menekankan proses hubungan pertukaran yang

    bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis sesuai

    dengan kontrak yang telah mereka setujui bersama. Gagasan ini selanjutnya

    disempurnakan serta diperkenalkan ke dalam kontes organisasional oleh Bernard

    Bass.

    Bernard Bass berpendapat bahwa teori kepemimpinan transaksional berdiri

    berdasarkan pada gagasan bahwa hubungan pemimpin-pengikut didasarkan pada

    serangkaian pertukaran atau tawar-menawar implisit antara pemimpin dan

    pengikut. sehingga Bass (1985) mendefinisikan kepemimpinan transaksional

    sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses pertukaran yang

    menyebabkan bawahan mendapat imbalan serta membantu bawahannya

    mengidentifikasikan apa yang harus dilakukan untuk memenuhi hasil yang

    diharapkan seperti kualitas pengeluaran yang lebih baik, penjualan atau pelayanan

    yang lebih dari karyawan, serta mengurangi biaya produksi.

    Sejalan dengan Burn dan Bass, Bycio, dkk. (1995) mengartikan

    kepemimpinan transaksional sebagai gaya kepemimpinan yang memfokuskan

    perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang

    melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada

    kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan

    penghargaan. Ketiga definisi tersebut juga disetujui oleh Robbins (2007) dengan

    mendefinisikan gaya kepemimpinan traksaksional sebagai gaya kepemimpinan

    dimana pemimpin yang memimpin menggunakan pertukaran sosial sebagai

    transaksi.

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    7/22

    4

    Adapun Yukl (2010: 291) menjelaskan bahwa kepemimpinan

    transaksional dapat melibatkan nilai-nilai, tetapi nilai tersebut relevan dengan

    proses pertukaran seperti kejujuran, tanggung jawab, dan timbal balik. Pemimpin

    transaksional membantu para pengikut mengidentifikasi apa yang harus

    dilakukan, dalam identifikasi tersebut pemimpin harus mempertimbangkan kosep

    diri dan self esteemdari bawahan (Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, 2006:

    213). Berikut ini peraga yang menggambarkan kepemimpinan transaksional yang

    dikutip melalui Bass (1985):

    L : Mengetahui apa yang

    harus dilakukan F untuk

    mencapai hasil yang

    diinginkan

    L : Mengklarifikasi peran F

    F : Merasa yakin dalam

    memenuhi kebutuhan dari

    peran tersebut

    (kemungkinan

    kesuksesan subjektif)

    L : Mengetahui apa yang

    dibutuhkan F

    L : Mengklarifikasi bagaimana

    kebutuhan F akan dipenuhi

    sebagai ganti dari

    keterlibatan dlm peran ygdibutuhkan untuk mencapai

    hasil yang diinginkan

    F : menyadari nilai dari hasil

    yang diinginkan (nilai

    pemenuhan kebutuhan

    bagi dirinya/F)

    F : mengembangkan motivasi

    untuk mencapai hasil yang

    diinginkan (usaha yang

    diharapkan)

    Keterangan:

    L =Leader

    F =Follower

    Gambar 1. Kepemimpinan Transaksional Menurut Bass (1985)

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    8/22

    5

    Melalui berbagai macam penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan

    bahwa kepemimpinan transaksional merupakan kepemimpinan yang melibatkan

    atau menekankan pada imbalan untuk memotivasi bawahan, artinya gaya

    kepemimpinan transaksional ini memiliki karakteristik perilaku memotivasi

    bawahan dengan cara memberi penghargaan yang sesuai (contingent reward) dan

    manajemen dengan pengecualian (management by exception).

    B. Karakteristik Kepemimpinan Transaksional

    Terdapat beberapa karakteristik yang dapat mengakibatkan suatu

    kepemimpinan dikatakan bersifat transaksional. Weber dalam Pasolong (2008:127-128) menerangkan beberapa karakteristik terkait kepemimpinan yang bersifat

    transaksional yaitu:

    1. Berdasarkan transaksi: kepemimpinan birokrasi transaksional

    bertindak atas dasar transaksi atau pertukaran antara jabatan dan

    kinerja, gaji dan pekerjaan, kerja keras dan bonus, dll.

    2. Kejelasan aturan: pedoman dan aturan pelaksanaan tugas dan

    pekerjaan disusun jelas dan ditetapkan untuk ditaati oleh setiap

    pegawai.

    3. Orientasi pada pengawasan yang ketat: mengawasi dan memantau

    tugas dan pekerjaan secara ketat dalam rangka mencapai tujuan jangka

    pendek.

    4. Anti perubahan: menolak setiap perubahan yang berasal dari luar

    sistem organisasi karena khawatir akan merusak tatanan kelembagaan

    yang telah ditetapkan.

    5.

    Orientasi pada jabatan dan kekuasaan: mengembangkan budaya

    kekuasaan, loyalitas pada atasan, hierarki hubungan antara atasan

    bawahan dan komunikasi bottom-up.

    6. Fokus pada pekerjaan: mengarahkan pegawai untuk fokus pada

    penyelesaian tugas dan pekerjaan sehingga mereka tidak memiliki

    kesempatan untuk mengembangkan diri.

    7. Kewenangan atasan mutlak: tidak ada pemberdayaan pegawai karena

    kewenangannya untuk mengambil keputusan mutlak pada pimpinan

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    9/22

    6

    8.

    Pemasungan kreativitas pegawai: pegawai diatur dalam pelaksanaan

    tugas dan pekerjaan, sehingga mereka tidak dapat mengembangkan

    kreativitas dan inovasi.

    9.

    Individualitas kerja: kerjasama antar pegawai tidak dianjurkan

    sehingga muncul persaingan tidak sehat dan saling mencurigai di

    antara mereka.

    10.

    Diharmonisasi organisasi: hierarki kekuasaan, formalitas hubungan,

    komunikasi bottom-up dan tidak adanya kerjasama antara pegawai

    mengakibatkan tidak kondusifnya organisasi.

    C. Karakteristik Pemimpin Transaksional

    Adapun karakteristik seorang pemimpin dalam kepemimpinan

    transaksional di terangkan oleh Bass (1990) melalui empat hal yaitu: 1)contingent

    reward; 2) management by exception (active); 3) management by exception

    (passive); dan 4) Laissez-Faire. Adapun penjelasan mengenai empat hal tersebut

    adalah sebagai berikut:

    1. Contingent reward(Imbalan kontingen)

    Contingent reward dimaksudkan bahwa bawahan memperoleh

    pengarahan dari pemimpin mengenai prosedur pelaksanaan tugas dan

    target-target yang harus dicapai. Bawahan akan menerima imbalan dari

    pemimpin sesuai dengan kemampuannya dalam mematuhi prosedur tugas

    dan keberhasilannya mencapai target-target yang telah ditentukan. Bass

    (1998) menjelaskan bahwa contingent reward cukup efektif untuk

    mencapai tingkat yang lebih tinggi dari pembangunan kinerja. Dengan

    metode ini, pemimpin menugaskan atau mendapatkan kesepakatan tentang

    apa yang perlu dilakukan dan menjanjikan imbalan yang memuaskan

    dalam penyertaan pelaksanaan tugas.

    2. Active management by exception (manajemen eksepsi aktif)

    Maksudnya dari manajemen eksepsi aktif ialah pemimpin selalu

    melakukan pengawasan secara langsung terhadap bawahannya. Hal ini

    bertujuan untuk mengantisipasi dan meminimalkan tingkat kesalahan yang

    timbul selama proses kerja berlangsung. Seorang pemimpin transaksional

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    10/22

    7

    tidak segan mengoreksi dan mengevaluasi langsung kinerja bawahan

    meskipun proses kerja belum selesai. Tindakan tersebut dimaksud agar

    bawahan mampu bekeja sesuai dengan standar dan prosedur kerja yang

    telah ditetapkan.

    3. Passive management by exception(manajemen eksepsi pasif)

    Adapun manajemen eksepsi pasif ialah pemimpin hanya turun

    tangan ketika terdapat standar yang tidak terpenuhi atau pemimpin akan

    memberikan peringatan dan sanksi kepada bawahannya apabila terjadi

    kesalahan dalam proses yang dilakukan oleh bawahan yang bersangkutan.

    Namun apabila proses kerja yang dilaksanakan masih berjalan sesuai

    standar dan prosedur serta belum mendapatkan laporan adanya kesalahan

    maka pemimpin transaksional tidak memberikan evaluasi apapun kepada

    bawahan.

    4. Laissez Faire

    Merupakan bentuk kepemimpinan yang memungkinan kebebasan

    dalam memilih tujuan dan perilaku peserta organisasi. Ini bukan gaya

    kepemimpinan yang sebenarnya, karena pemimpin cendrung menghindari

    tanggung jawab atas pengambilan keputusan dan karena itu dia sering

    menciptakan hubungan organisasi yang tidak efisien dan tidak

    menguntungkan.

    Selanjutnya, Bass (1990) juga mengemukakan bahwa hubungan pemimpin

    transaksional dengan karyawan dapat tercermin dari tiga hal berikut ini:

    a. Pemimpin mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan

    menjelaskan apa yang akan mereka dapatkan apabila kerjanya sesuai

    dengan harapan.

    b. Pemimpin menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh karyawan

    dengan imbalan.

    c. Pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi karyawan selama

    kepentingan tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah

    dilakukan karyawan.

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    11/22

    8

    D. Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan Transaksional

    Dari pembahasan pada poin-poin di atas dapat disimpulkan bahwa tipe

    kepemimpinan transaksional memiliki kelebihan sekaligus kekurangan yang ada

    di dalamnya, adapun kelebihan tersebut ialah:

    1. Terdapat kejelasan mengenai standar kerja, pembagian kerja dan tugas

    yang telah diarahkan.

    2.

    Kedua pihak baik atasan maupun bawahan sama-sama mendapatkan

    apa yang dibutuhkan melalui kontrak perjanjian.

    3. Cocok untuk kepemimpinan yang bersifatshort-term.

    Sedangkan kelemahan atau kekurangan dari tipe kepemimpinan

    transaksional ini adalah:

    1. Pegawai bekerja tanpa kepercayaan secara emosional dan hanya

    berdasarkan kontrak saja.

    2. Kreativitas pegawai terbatasi.

    3. Kepemimpinan bersifat tetap dan tidak menerima perubahan terlebih

    lagi yang berasal dari luar organisasi.

    4.

    Tidak bisa digunakan sebagai landasan kepemimpinan yang bersifat

    long-term.

    5.

    Adanya individualitas yang tinggi sehingga dapat menyebabkan ketidak

    harmonisan dalam sebuah organisasi dengan tipe kepemimpinan ini.

    E. Ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist Mengenai Kepemimpinan

    Transaksional

    Dalam Islam kepemimpinan merupakan sunnatullah atau tradisi Allah

    dalam menjalankan ketetapan-Nya. Selanjutnya, kepemimpinan dalam Islam

    melibatkan proses penginspirasian dan pendekatan kepada para pengikut secara

    sukarela dalam upaya untuk memenuhi visi bersama yang jelas (Altalib 1993,

    Chowdhury, 2002). Lebih jauh lagi, seorang pemimpin Islam tidak bebas untuk

    bertindak sebagaimana yang ia inginkan, juga tidak tunduk pada keinginan

    kelompok manapun, dia hanya harus bertindak untuk menerapkan hukum-hukum

    Allah di muka bumi. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk yang diciptakan

    sempurna karena akalnya telah memiliki tanggung jawab yang besar untuk

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    12/22

    9

    menjadi seorang khalifah di bumi Allah ini yang mana sejalan hal ini dengan

    firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 30 berikut ini:

    Terjemahan: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para

    Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah

    di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak

    menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat

    kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami

    Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan

    Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa

    yang tidak kamu ketahui."

    Al Shabuni (1999: 48) menjelaskan bahwa ayat ini merupakan perintah

    Allah kepada Nabi Muhammad saw. untuk menyampaikan dan mengingatkan

    kembali umatnya tentang tugas yang pernah dibebankan kepada manusia pada

    awal penciptaannya. Nabi Muhammad saw. dan umatnya disuruh untuk

    mengingat suatu peristiwa ketika Allah SWT berfirman kepada para Malaikat

    terkait rencananya menciptakan dan mengangkat seorang khalifah di muka bumi.

    Khalifah itu, dalam rencana Allah SWT, dimaksudkan untuk menggantikan peran

    Allah SWT dalam melaksanakan hukum-hukum-Nya. Khalifah itu adalah Nabi

    Adam as. dan juga kaum-kaum sesudahnya yang sebagian menggantikan sebagian

    lainnya di kurun waktu dan generasi yang berbeda. Sehingga menjadi wajar ketika

    Rasulullah saw bersabda sebagai berikut:

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    13/22

    10

    (

    )

    Terjemahan: Ibn umar r.a berkata: saya telah mendengar Rasulullah

    saw bersabda: ketahuilah setiap orang adalah pemimpin dan akan

    diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang

    kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat

    yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga

    yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga

    suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya.

    Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas

    memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari halyang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya

    (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya.

    (HR. Bukhari Muslim)

    Melalui ayat dan hadis di atas jelaslah bahwa kepemimpinan dalam Islam

    telah dikehendaki oleh Allah dan Nabi Muhammad saw. telah menjelaskan etika

    kepemimpinan dalam Islam yakni harus bertanggung jawab karenanya seorang

    pemimpin sudah seharusnya dapat bertangguung jawab sekurang-kurangnya

    terhadap dirinya sendiri. Namun, tanggung jawab di sini bukan semata-mata

    bermakna melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai dan tidak menyisakan

    dampak bagi yang dipimpin. Melainkan lebih dari itu, yang dimaksud tanggung

    jawab di sini adalah lebih berarti upaya seorang pemimpin untuk mewujudkan

    kesejahteraan bagi pihak yang dipimpinnya.

    Selanjutnya, kayo (2006) menerangkan gaya yang harus dimilki seorang

    pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya:

    1.

    Selalu ramah dan gembira

    2.

    Menghargai orang lain

    3. Mempelajari tindakan perwira yang suses dan menjadi ahli dalam

    hubungan antar manusia

    4.

    Mempelajari bentuk kepribadian yang lain untuk mendapatkan

    pengetahuan dalam sifat dan kebiasaan manusia

    5. Mengembangkan kebiasaan bekerjasama, baik moral maupun spiritual

    6.

    Memelihara sikap toleransi (tenggang rasa)

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    14/22

    11

    7.

    Memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan

    8. Mengetahui bilamana harus terlihat secara resmi sebagai pemimpin

    dan bilaman sebagai masyarakat, agar kehadirannya tidak

    mengganggu orang lain dan dirinya sendiri

    Dalam Islam, memberikan imbalan atas pekerjaan seseorang merupakan

    kewajiban yang haris disegerakan.Dari Abdullah bin Umar, Nabi shallallahu

    alaihi wa sallambersabda,

    Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya

    kering. (HR. Ibnu Majah, shahih).

    Maksud hadits ini adalah bersegera menunaikan hak si pekerja setelah

    selesainya pekerjaan, begitu juga bisa dimaksud jika telah ada kesepakatan

    pemberian gaji setiap bulan. Al Munawi berkata, Diharamkan menunda

    pemberian gaji padahal mampu menunaikannya tepat waktu. Yang dimaksud

    memberikan gaji sebelum keringat si pekerja kering adalah ungkapan untuk

    menunjukkan diperintahkannya memberikan gaji setelah pekerjaan itu selesai

    ketika si pekerja meminta walau keringatnya tidak kering atau keringatnya telah

    kering. Menunda penurunan gaji pada pegawai padahal mampu termasuk

    kezholiman. Sebagaimana Nabishallallahu alaihi wa sallambersabda:

    Menunda penunaian kewajiban (bagi yang mampu) termasukkezholiman (HR. Bukhari no. 2400 dan Muslim no. 1564)

    Bahkan orang seperti ini halal kehormatannya dan layak mendapatkan

    hukuman, sebagaimana sabda Nabishallallahu alaihi wa sallam:

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    15/22

    12

    Orang yang menunda kewajiban, halal kehormatan dan pantas

    mendapatkan hukuman (HR. Abu Daud no. 3628, An Nasa-i no.

    4689, Ibnu Majah no. 2427, hasan).

    Maksud halal kehormatannya, boleh saja kita katakan pada orang lain

    bahwa majikan ini biasa menunda kewajiban menunaikan gaji dan zholim. Pantas

    mendapatkan hukuman adalah ia bisa saja ditahan karena kejahatannya tersebut.

    Allah Taalaberfirman,

    Terjemahan: Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan

    (yang dahsyat) (1), Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban

    berat (yang dikandung)nya (2), Dan manusia bertanya: "Mengapa

    bumi (menjadi begini)?" (3), Pada hari itu bumi menceritakan

    beritanya (4), Karena Sesungguhnya Tuhanmu telah

    memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya (5). Pada hari itu

    manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam,

    supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka

    (6), Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,

    niscaya Dia akan melihat (balasan)nya (7). Dan Barangsiapa yang

    mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan

    melihat (balasan)nya pula (8).[Q.S. Al Zalzalah: 1-8]

    Terjemahan:Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan

    hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang

    menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai:tumbuh

    seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    16/22

    13

    Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha

    Mengetahui.(QS. Al Baqarah 261)

    Berdasarkan ayat-ayat dan hadist-hadist di atas dijelaskan bahwa seorang

    pemimpin yang mempekerjakan orang lain haruslah orang yang bertanggung

    jawab dan segera memberikan hak-hak bawahannya ketika kewajiban telah di

    tunaikan.

    F. Mind Mapping Makalah Kepemimpinan Transaksional

    Dalam poin ini akan digambarkan alur pembahasan mengenai kepemimpinan

    transaksional. Berikut ini mind mapping terkait pembahasan yang telah dilakukan:

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    17/22

    14

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Berikut ini kesimpulan yang dapat diambil melalui pembahasan yang telah

    dibahas pada bab sebelumnya:

    1. Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang melibatkan atau

    menekankan pada imbalan untuk memotivasi bawahan, artinya gaya

    kepemimpinan transaksional ini memiliki karakteristik perilaku

    memotivasi bawahan dengan cara memberi penghargaan yang sesuai

    (contingent reward) dan manajemen dengan pengecualian (management

    by exception).

    2. Terdapat 10 karakteristik kepemimpinan transaksional yakni: a)

    berdasarkan transaksi; b) kejelasan aturan; c) orientasi pada pengawasan

    yang ketat; d) anti perubahan; e) orientasi pada jabatan dan kekuasaan; f)

    fokus pada pekerjaan; g) kewenangan atasan mutlak; h) pemasungan

    kreativitas pegawai; i) individualitas kerja; dan j) diharmonisasi

    organisasi.

    3. Adapun karakteritis pemimpin transaksional ialah 1)contingent reward; 2)

    management by exception (active); 3) management by exception (passive);

    dan 4)Laissez-Faire.

    4. Kelebihan kepemimpinan transaksional: 1) pembagian tugas dan kerja

    diatur dengan jelas; 2) terpenuhinya kebutuhan sesuai kontrak; 3) cocok

    untuk kepemimpinan short term. Adapun kekurangannya ialah: 1)

    kurangnya kepercayaan antara atasan dan bawahan; 2) kreativitas pegawai

    terbatas; 3) kepemimpinan monoton (tetap); 4) tidak cocok digunakan

    dalam kepemimpinan long-term; 5) dapat menyebabkan disharmonisasi

    organisasi.

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    18/22

    15

    Daftar Pustaka

    Al-Sarhi, N.Z., L. M. Salleh, Mohamed Z.A., & Amini, A.A. 2014. The West and

    Islam Perspective of Leadership. International Affrais dan Global

    Strategy, 18, 42-56.

    Al-Shabuni, M.A. 1999. Shafwa al Tafasir: Tafsir lil Qur'an al Karim . Jilid 1.

    Jakarta: Dar Al Kutub Al Islamiyyah.

    Altalib, H. 1993. Training guide for Islamic workers : International Islamic

    Federation of Student Organizations.

    Bass, B. M. 1985.Leadership and Performance Beyond Expectations. New York:Free Pass.

    1990. From Transactional to Transformational Leadership: Learning

    to Share the Vision. Organizational Dynamics, 18, January: 19-33.

    Burns, J.M. 1978.Leadership. New York: Harper & Row.

    Bycio, P., Hackett, R.D., & Allen, J.S. 1995. Further Assessment of Basss (1985)

    Conceptualization of Transactional and Transformational Leadership.

    Journal of Applied Psychology, 80 (4), 468-478

    Chowdhury, N. 2002. Leadership strategies and global unity for the 21st century:

    An Islamic perspective.Leadership & Unity in Islam, 23.

    Ivancevich, Konopaske, Matteson. 2006. Perilaku Dan Manajemen Organisasi.

    Edisi 7 Jilid 2. Alih bahasa: Dharma Yuwono. Jakarta: Erlangga.

    Kayo, R.B.K.P. 2006.Kepemimpinan Islam & Dakwah. Jakarta: CV. Amzah.

    Pasolong, Harbani. 2008.Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta.

    Robbins, S. P., Judge, T. A. &Sanghi, S. 2007. Organizational Behavior. (12thed.). N.J.: Pearson: Prentice Hall.

    Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam Organisasi. Edisi Lima. Terjemahan.

    Jakarta: PT. Indeks

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    19/22

    16

    LAMPIRAN PERTANYAAN DAN JAWABAN

    1.

    Contoh pengimplementasian kepemimpinan transaksional! (Riana Afliha-

    091514553002)

    Jawaban: Kepemimpinan transaksional baik digunakan pada perusahaan-

    perusahaan besar, perusahaan berskala multinasional dimana tidak semua

    pegawai berbicara dengan bahasa yang sama. Ketiak struktur dan syarat-

    syarat kerja telah dipelajari, maka akan sangat mudah bagi para pegawai

    untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Model kepemimpinan ini juga banyak

    digunakan pada institusi-institusi kemiliteran dan kepolisian dan juga sangat

    mudah digunakan pada saat situasi krisis, dimana setiap orang dalam suatu

    organisasi harus tahu dengan pasti apa yang dibutuhkan dan bagaimana

    tugas dapat terselesaikan dalam kondisi yang menekan. Contoh perusahaan

    yang mengadopsi model kepemimpinan ini antara lain: Microsoft Corp.

    (owner: Bill Gates) dan Starbucks Cofee Tea and Spice Company (owner:

    Howard Schultz). Sedangkan contoh pemimin dengan model kepemimpinan

    transaksional antara lain Eugene McCarthy (mantan senator AmerikaSerikat) dan Politisi Perancis Charles deGaulle, yang keduanya memiliki

    latar belakang dibidang kemiliteran.

    Tanggapan: (Riana)

    Dalam makalah disebutkan bahwa model kepemimpinan transaksional

    berlaku untuk jangka pendek (short-term), sementara kita tahu dari contoh

    institusi maupun perusahaan yang disebutkan diatas merupakan institusi atau

    perusahaan yang bertahan dalam jangka waktu yang lama

    Jawaban: Mengacu pada penyebutan jangka pendek (short-term), yang

    menjadi permasalahan bukanlah pada rentang waktu kepemimpinan

    transaksional tersebut mampu bertahan, melainkan lebih menitikberatkan

    bahwa model kepemimpinan transaksional ini lebih sesuai diimplementasikan

    pada pencapaian tujuan jangka pendek dalam suatu organisasi (short-term

    goals)

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    20/22

    17

    2.

    Penjelasan mengenai skema kepemimpinan transaksional menurut Bass, 1985

    (M Ivansyah-091514553001)

    Jawaban: Dalam diagram peraga yang digambarkan Bass mengenai

    kepemimpinan transaksional dapat dilihat dengan jelas pemimpin atau

    atasan mengetahui apa yang harus dilakukan pengikut atau bawahan untuk

    mencapai suatu tujuan organisasi dengan melakukan analisa kebutuhan

    pengikut. Kemudian langkah selanjutnya sebagai pemimpin, mengklarifikasi

    peran dan bagaimana kebutuhan pengikut akan dipenuhi sebagai ganti dari

    keterlibatan dalam perannya. Sementara itu, pengikut atau bawahan

    haruslah merasa yakin akan memenuhi harapan dari pemimpin akan

    perannya dan mengembangkan motivasi dalam pencapaian suatu tujuan

    organisasi.

    3. Disebutkan dalam sebuah konsep kepemimpinan, seorang pemimpin harus

    tahu secara menyeluruh karakteristik maupun permasalahan daerah yang

    dipimpinnya. Sementara kita dapat meliha contoh dari gubernur DKI Jakarta

    Ahok, beliau bukanlah berasal dari wilayah DKI Jakarta, bagaimana menuruttanggapan kelompok anda! (Ahmad Munir-091514553014)

    Jawaban: Kelompok kami setuju dengan pernyataan anda bahwa beliau

    memang bukanlah berasal dari wilayah DKI Jakarta, akan tetapi hal ini tidak

    menjadikan beliau tidak tahu menahu mengenai karakteristik maupun

    permasalahan kota tersebut. Sebagaimana suatu pemimpin dipilih untuk

    memimpin suatu wilayah karena kapabilitas atau kemampuannya maka

    kelompok kami pun berpendapat bahwa beliau pun memahami dengan pasti

    seperti apa wilayah yang dipimpinnya.

    4.

    Pada poin B karakteristik kepemimpinan transaksional disebutkan adanya

    disharmonisasi organisasi: hierarki kekuasaan, formalitas hubungan,

    komunikasi bottom-up dan tidak adanya kerjasama antara pegawai

    mengakibatkan tidak kondusifnya organisasi. Apakah disharmonisasi ini

    terjadi antara atasan-bawahan atau antar sesama bawahan? (Reza Fetrian-

    091514553006)

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    21/22

    18

    Jawaban: Disharmonisasi dimungkinkan terjadi antara pimpinan dan

    bawahan maupun antar bawahan. Disharmonisasi antara pimpinan dan

    bawahan dikarenakan kurangnya kedekatan emosional sebagai implikasi

    dari bentuk kepemimpinan yang mengedepankan transaksi sebagai pertukaan

    (reward and punishment) sebgai ganti dari sebuah kerja keras atau

    kesalahan. Sedangkan disharmonisasi antar bawahan lebih diakibatkan

    karena implikasi reward and punishment sehingga persaingan sangat

    mungkin terjadi. Terlebih jika masing-masing individu pegawai mempunyai

    motivasi dan kebutuhan yang berbeda-beda.

    Tanggapan: (Reza dan Ivan)

    Menyanggah bahwa jika terjadi disharmonisasi dalam suatu organisasi maka

    pencapaian visi, misi dan tujuan tidak mungkin bisa tercapai (kaitannya

    dengan poin-komunikasi bottom up halaman 6 poin 10)

    Jawaban: Yang dimaksud dengan disharmonisasi dikarenakan komunikasi

    bottom up (bawahan kepada atasa) adalah dalam karakteristikkepemimpinan transaksional cenderung kurang adanya bahkan meniadakan

    komunikasi karena sudah terklasifikasinya tugas dan tanggung jawab

    masing-masing pegawai sementara atasan hanya melakukan monitoring

    maupun tindakan koreksi jika segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana

    mestinya (MBE-active dan MBE-passive) kondisi ini mengakibatkan

    keterikatan emosional kurang. Sebagai contoh kasusnya:

    Perusahaan yang merekrut pekerja borongan (musiman) pada suatu

    kesempatan ketika memenangkan sebuah tender, maka perusahaan tersebut

    membuthkan banyak pegawai dengan cepat dan manajer selaku pimpinan

    memberi tahu kesepakatan kerja yang meliputi deskripsi kerja, waktu

    penyelesaikan tugas, reward dan punishmentnya. Dikarenakan hal ini hanya

    berlaku secara jangka pendek saja maka kedekatan hubungan manajer dan

    pekerja borongan tidak tercapai dengan baik. Mengenai tidak adanya

    kerjasama bukanlah dalam arti keseluruhan struktural dalam suatu

  • 7/24/2019 TRANSAKSIONAL [KELOMPOK 6]

    22/22

    19

    organisasi (seperti yang disampaikan oleh penanya) akan tetapi lebih kepada

    tidak adanya kerjasama antara pegawai atau pekerja yang memiliki job

    description yang berbeda atau diluar lini kepemimpinan manajer pekerja

    borongan tersebut. Ketika semua persyaratan kerja yang sudah disepakati

    dimuka telah disampaikan maka tidak ada alasan pekerja borongan tersebut

    meminta bantuan atau kerjasama dari staff kantor bagian marketing,

    finansial, dan sebagainya.

    5. Laissez Faire pada kegiatan ekonomi diartikan sebagai bebas sebebas-

    bebasnya dalam pengambilan keputusan ekonomi, bagaimana penerapan

    konsep tersebut dalam kepemimpinan transaksional? (Fauzie Senoaji-

    091514553004)

    Jawaban: Konsep Laissez Faire mengacu pada karakteristik pemimpinnya

    dimana ia bebas menentukan tujuan dan perilaku peserta organisasi.

    Sehingga hal tersebut membatasi ide-ide, kreatifitas dan inovasi pegawai

    yang mana prinsip Laissez Faire ini tidak berlaku pada pegawai yang

    dipimpin dalam model kepemimpinan transaksional ini.

    Tanggapan: (Fauzie)

    Apakah reward yang diberikan hanya berbentuk uang atau gaji?

    Jawaban: Sejauh dari literatur yang kelompok kami kaji sebagai referensi

    dari makalah, iya benar. Reward atas kerja dan pencapaian tujuan yang

    dilakukan pegawai umumnya dalam bentuk uang, gaji, bonus dan benda-

    benda materiil lainnya.