Tgs Dyp Analisis Transaksional

Embed Size (px)

Citation preview

TEORI PENDEKATAN KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONALDiajukan sebagai salah satu syarat memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Pendekatan Konseling Dosen Pengampu Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd. Kons

oleh : MASTUR NADHIFATUZ ZULFA NIM. 0105510007 NIM. 0105510049

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PROGRAM PASCA SARJANA S2 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010KATA PENGANTAR

Bersama ini kami sampaikan karya ilmiah berupa makalah yang berjudul Teori Pendekatan Konseling Analisis Transaksional, untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Pendekatan Konseling pada Program Pasca Sarjana S2 Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang. Substansi dari makalah ini adalah diangkat buku-buku mengenai menjadi judul Teori

Kepribadian Transaksional Analisis yang

makalah

ini, bersumber pada literatur yang berkaitan dengan teori tersebut. Buku utama dalam penulisan ini berjudul Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi, yang ditulis oleh Gerald Corey. Adapun tata cara penulisan makalah ini dalam bab 1 pendahuluan

memaparkan nama teori, konsep dasar, dan asumsi perilaku bermasalah, sedangkan bab 2 memaparkan tujuan konseling dan peran konselor Analisis Transaksional dan bab 3 memaparkan deskripsi proses konseling. Dalam bab 4 memaparkan kelebihan, keterbatasan dan contoh penerapan. Kiranya kesempurnaan adalah milik Tuhan, sehingga kami merasa

perlu mendapatkan masukan untuk menyempurnakan makalah ini.

ii

Atas perhatian dan simpati semua pihak terhadap makalah ini kami ucapkan banyak terimakasih. Para Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar . Daftar Isi ......... BAB 1 1 BAB 2 10 BAB 3 15 BAB 4 KELEBIHAN, KETERBATASAN DAN CONTOH PENERAPAN 21 DAFTAR PUSTAKA.. 24 DESKRIPSI PROSES KONSELING DAN TEKNIK KONSELING TUJUAN KONSELING DAN PERAN KONSELOR. PENDAHULUAN . ii

i

iii

BAB I PENDAHULUAN

Dalam konseling terdapat beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan konseling analisis transaksional. Menurut Corey (1990; 10, 373), analisis transaksional dipelopori oleh Eric Berne (1910 1970 ) sekitar tahun 1950, merupakan model yang bersandar pada aspek kognitif dan behavioral. Didesain untuk menolong orang dalam mengevaluasi keputusan-keputusannya yang telah dibuatnya pada masa yang lalu disesuaikan dengan ukuran yang sesuai dengan masa kini. Pendekatan ini menyediakan kerangka transaksi antar orang, dan dalam diri seseorang, berdasarkan pada konsep dari tiga status ego, yaitu orang tua, orang dewasa dan anak-anak. Penerapan analisa transaksional dalam psikoterapi menekankan pada hubungan transaksional antara konselor dan konseli (interaksi, tindakan yang diambil, tanya jawab) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu. Transaksi merupakan persetujuan jual beli antara dua pihak, pelunasan (pemberesan) pembayaran (seperti dalam bank). Transaksi menurut Berne

iv

merupakan manivestasi hubungan sosial. Berne membagi psikoterapi konvensional menjadi dua kelompok: a. Kelompok yang melibatkan sugesti, dukungan kembali (reassurence),

dan fungsi parental lain. b. Kelompok yang melibatkan pendekatan rasional, dengan

menggunakan konfrontasi dan interpretasi seperti terapi non direktif dan psikoanalisis. Pada prinsipnya, analisis transaksional adalah upaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi yang terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain. Setelah nama pendekatan dipaparkan di atas, selanjutnya dalam bab pendahuluan ini dipaparkan sub bab mengenai konsep dasar dan sub bab mengenai asumsi masalah. Dalam bab 2, dipaparkan tentang tujuan konseling analisis transaksional, dan peran konselor dalam konseling analisis transaksional. Dalam bab 3 dipaparkan tentang diskripsi proses dan teknik konseling, bab 4 dipaparkan tentang kelebihan, keterbatasan dan contoh penerapan konseling analisis transaksional.

A. Konsep Dasar Analisis Transaksional (AT) lebih menekankan pada aspek kognitif,

v

rasional dan behavioral tentang kepribadian serta berorientasi pada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat keputusan-keputusan dan rencana baru bagi kehidupannya. Analisis Transaksional dipandang sebagai sesuatu yang positif, karena manusia secara filosofis dapat ditingkatkan, dikembangkan dan diubah secara langsung melalui proses yang aman, menggairahkan dan bahkan menyenangkan. Secara keseluruhan dasar filosofis Analisis Transaksional bermula dari asumsi bahwa semuanya baik atau OK, artinya bahwa setiap perilaku individu mempunyai dasar menyenangkan dan mempunyai potensi serta keinginan untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Di dalam melakukan hubungan dengan orang lain, sangat perhatian dan mengayomi lawan bicaranya, mengundang individu lain untuk senang, cocok dan saling mengisi, yang di dalam dasar teori dan praktek AT disebut I`m OK and you`re OK (Saya Oke dan Anda Oke). Teori Analisis Transaksional mendasarkan pada decisional model, artinya setiap individu mempelajari perilaku yang spesifik dan memutuskan rencana hidupnya dalam menghadapi hidup dan kehidupannya. Meskipun sewaktu masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang tuanya atau orang lain akan tetapi individu memutuskan sesuatunya secara khas. Adapun konsep pokok dari analisis transaksional menurut Corey (2005) adalah: 1. Pandangan tentang manusia. Analisis transaksional berakar pada filsafat

vi

yang anti determinasi serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemograman awal. 2. Perwakilan perwakilan Ego. Analisis transaksional adalah suatu system terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah; orang tua, orang dewasa dan anak 3. Scenario scenario kehidupan dan posisi psikologi dasar. Adalah ajaran ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan putusan awal yang dibuat oleh kita sebgai anak dewasa. Kebutuhan manusia akan belaian. Pada dasarnya setiap manusia memerlukan belaian dari orang lain, baik itu yang berlainan dalam bentuk fisik maupun emosional. Memahami konsep pokok AT tentang kepribadian manusia tersimpul dalam istilah yang digunakan dalam teori ini. Yaitu Ego State, Transaksional, Games, Stroke, Egogram, dan Skript. 1. Ego State (Keadaan Ego) Ketika Berne menghadapi klien, ia menemukan bahwa kliennya kadang-kadang berfikir, berperasaan dan berperilaku seperti anak-anak, tapi di lain kesempatan terlihat seperti orang tua atau orang dewasa. Berdasarkan pengalamanya dengan klien itu, Berne berkesimpulan bahwa manusia memiliki berbagai bentuk kondisi ego, atau disebutnya dengan ego state. Status ego manusia itu ada tiga macam yaitu :

vii

a.

Orang tua (Parent = Exteropsyche)

b. Dewasa (Adult = Neopsyche) c. Anak-anak (Child = Archaeopsyche) Kondisi ego orang tua (O) atau disebut oleh Berne dengan Exteropsyche adalah prototype yang ditampilkan seseorang seperti layaknya seorang ayah atau ibu. Yakni penampilan yang terikat kepada sistem nilai, moral dan serangkaian kepercayaan. Bentuk nyatanya berupa pengontrolan, membimbing, membantu mengarahkan, menasehati, menuntun atau dapat pula mengecam, mengkritik, mengumando, melarang, mencegah atau memerintah dsb. Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana orang tuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dikatakan dalam status ego orang tua. Oleh karena setiap individu mempunyai pengalaman pendidikan, sikap, pandangan dan pendapat yang khas dari kedua orang tuanya, maka setiap individu akan berbeda status ego Orang tuanya. Ada dua bentuk sikap orang tua yaitu: Orang tua yang mengkritik-merugikan:

Ditunjukkan dengan sikap yang selalu menuduh, mencela, dan jika menerima dirasa tidak mengenakkan dan mencemaskan. orang tua yang sayang:

Merupakan suatu sikap yang positif, misalnya mendorong,memberi semangat, menerima, memberikan rasa aman, menghargai dan penuh

viii

perhatian. Keadaan ego Dewasa (D) adalah reaksi yang bersifat realistis dan logis. Status ego ini sering disebut komplek Karena bertindak dan mengambil keputusan berdasarkan hasil pemerosesan informasi dari data dan fakta lapangan (realita). Karena itu, Berne menyebut status ego ini dengan Neopsyche. Kata-kata yang sering dipergunakan adalah benar, salah, praktis, dsb. Status ego dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang

bertanggungjawab, tindakan yang rasional dan mandiri. Sifat dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.

Keadaan ego Anak-anak (A) atau archaeopsyche, merupakan keadaaan dan reaksi emosi yang kadang-kadang adaptif, intuitif, kreatif, dan emosional, tetapi kadang-kadang juga bertindak lepas, ingin terbebas dari pengaruh orang lain. Kata-kata yang sering digunakan dapat berupa Wah !, Tidak mau. Tidak bisa, dsb. Ketiga status ego dari Berne ini mempunyai perbedaaan nyata dengan konsep Freud mengenai Id, Ego dan Super Ego. Keunggulan konsep Berne mengenai status ego ini, karena ketiga macam status ini dapat diamati secara nyata, ketimbang konsep Freud yang abstrak. Menurut Berne, ketiga macam statu ego ini, O, D, A, dapat dilihat secara terpisah pada setiap orang. Artinya, dalam keadaan atau waktu yang berbeda orang dapat menampilkan status ego yang berbeda pula. Orang

ix

normal (sehat) adalah orang yang dapat melahirkan status ego yang sesuai dengan keadaan lingkungannya. Berne melukiskan adanya tiga macam bentuk ego yang berada dalam diri seseorang. Normal, Kontaminasi (Campuran) dan Eksklusi. Normal adalah bersifat terpisah, Kontaminasi adalah dua atau lebih status ego tercampur seperti tercampurnya status ego O dengan A. Sedangkan eksklusi yaitu salah satu ego yang menguasai seseorang dalam waktu yang lama sehingga menyingkirkan dua ego lainnyaStruktur Kontaminasi Eksklusi Kepribadian Normal ( Delusion) (Fixation). Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak. Jika individu berbuat, berperasaan, bersikap seperti yang individu lakukan pada waktu masih kecil, maka individu tersebut dalam status ego anak. Setiap individu akan mempunyai pengalaman dan masa kanak-kanak yang berbeda-beda, maka status ego anak untuk setiap individu akan berbeda. Sedangkan status ego anak dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu: Anak yang menyesuaikan: ini diwujudkan dengan tingkah laku yang

dipengaruhi oleh orang tuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak bertindak sesuai dengan keinginan orang tuanya seperti penurut, sopan dan patuh, sebagai akibatnya, anak akan menarik diri, takut, manja. Anak yang wajar: akan terlihat dalam tingkah laku nya seperti lucu,

x

tergantung, menuntut, egois, agresi, kritis, spontan, tidak mau kalah dan pemberontak. 2. Transaksi Transaksi merupakan inti dari konsep AT. Istilah transaksi sebenarnya adalah istilah yang sering dipergunakan dalam lapangan komunikasi. Sesuai dengan teori ini, transaksi diatikan sebagai hubungan stimulus respons atau dua ego state. Transaksi akan terjadi bila seseorang (A) memberikan rangsangan (stimulus) kepada orang lain (B), B memberi respons dan pada gilirannya respons B itu menjadi stimulus bagi A dan begitu seterusnya. Menurut Berne, transaksi itu terjalin antar ego state. Kalau dua orang beraada pada suatu ruanngan, berarti pertemuannya 6 ego state. Dari sudut Ego state ini, Berne mengemukakan adanya 3 macam, yaitu transaksi yang bersifat Komplementer, Crossed (Silang) dan Ulterior (tersamar atau semu). Transaksi Komplementer adalah transaksi antar dua ego state yang sama, seperti O dengan O, D dengan D, atau A dengan A Transaksi O-O lihatlah orang yang tengah bertengkar. Contoh D-D seperti seminar. Contoh A-A orang lagi pacaran. Transaksi silang merupakan transaksi antar dua ego state yang berbeda. Ada tiga bentuk dengan contohnya: OD (ujian skripsi), OA (guru di kelas) DA (dokter-pasien). Transaksi tersamar atau semu adalah transaksi antar dua ego namun

xi

diikuti terjadinya transaksi dua ego lain yang tidak kelihatan atau tertutup, namun dirasakan oleh orang yang melakukannya. Transaksi yang tak kelihatan itu mengandung kesan psikologis. Bentuk ketiga transaksi tersebut adalah : Komplementer, Silang, Tersamar Dari ketiga macam transaksi tersebut diatas, maka transaksi yang baik adalah Transaksi antara ego state Dewasa dengan Dewasa, karena lebih bersifat realities dan logis. 3. Permainan (Games) Komunikasi antara dua manusia sebenarnya bagaikan sebuat permainan (games), ada yang kalah (korban) dan ada pula yang menang (penindas). Orang yang kalah atau menang dapat silih berganti. Kalau yang kalah berhasil mencari penyelamatan, dia akan bergerak menjadi penindas dan mengeser lawannya jadi korban, dan begitulah seterusnya. Orang menjadi pemenang akan merasa puas. Penindas diinndikasikan bilamana ia berhasil menggunakan egostate O. Namun bila lawannya berhasil mencari penyelamatan dan kemudian menggunakan egostate O terhadapnya ia akan merasa terhina. Sehingga oleh Compos disebut Orang yang menang disebut pendulang kopon emas, dan yang kalah disebut pengumpul kopon cokelat. Oleh karena itu perilaku seseorang dapat berubah dalam setiap transaksi dengan orang lain. Kadang-kadang dia bersifat penindas, dan

xii

kadang-kadang sebagai korban. Perubahan bentuk peranan ini dapat digambarkan dalam drama segi tiga (threangle) di bawah. Penindas Penyelamat Korban 4. Stroke (Dorongan atau Perhatian ) Dalam teori analisis transaksional, stroke biasa diartikan belaian. Sebuah belaian merupakan bagian dari suatu perhatian yang melengkapi stimulasi yang optimal kepada individu. Belaian ini merupakan kebutuhan dalam setiap interaksi sosial dan menyehatkan. Belaian ini tidak hanya dibutuhkan dan terjadi pada anak, akan tetapi juga pada masa dewasa dan belaian yang diterima atau yang diberikan akan menguatkan posisi hidup seseorang. Menurut Corey (1990: 379), stroke diartikan semacam pengakuan untuk berkomunikasi satu sama lain. Stroke positif berupa ungkapan yang menyejukan, stroke negatif berupa penolakan. Penstrokan positif harus ada dalam konseling demi perkembangan psikologis yang sehat. Interaksi antar manusia membutuhkan stroke atau berupa dorongan atau perhatian agar tercipta perubahan. Stroke ini dapat dibedakan atas stroke negatif dan positif, stroke bersyarat dan tanpa syarat.Stroke positif adalah stroke yang mengakibatkan seseorang merasa dihargai dan diperhatikan sehinga menimbulkan motivasi yang kuat baginya untuk melakukan perubahan. Stroke negatif adalah yang mengakibatkan seseorang merasa kecewa atau penyesalan. "Saya tidak jadi

xiii

berimu hadiah, karena kamu telat" Stroke bersyarat adalah dorongan atau perhatian yang diberikan bila dia berhasil melakukan suatu prasyaratnya terlebih dahulu. Kamu akan saya sayangi bila kamu patuh. Sedangkan stroke tanpa syarat seperti Ibu menyayangimu nak 5. Skript (Script) Istilah skript bagi Berne dipergunakan untuk menunjukan pola kehidupan yang dapat berwujud cara bertingkah laku yang diyakini, sebagai cara, nasib, atau modus bagi dirinya. Tidak jarang pula skript boleh menjadi batas atau standar sukses yang ditanamkan orang tuanya. Skript ini bisa mempengaruhi interaksi seseorang dengan orang lain. Kendatipun hal ini tidak disadarinya. Skript ini bisa mempengaruhi sehat tidaknya (OK tidak OK) seseorang dalam memandang diri dan lingkungannya. Skript ini menurut AT dapat dirubah dengan memahami kembali atau mendefinisikannya kembali melalui interaksi seseorang dengan terapist. 6. Egogram ( Takaran Energi Ego ) Istilah Egogram dikembangkan oleh Dusay yang dipakai untuk menunjukan fungsi dan besarnya kekuatan energi yang terdapat pada masing-masing ego state, terutama yang berhubungan dengan aspek emosional. Kendatipun Berne membagi ego state atas O, D dan A, Dusay membagi Egogram manusia atas 5 macam yang dikembangkan dari Ego state tersebut. Status Ego Egogram

xiv

Parent : Orang tua (O) Critical Parent : Kritikan O (KO) Nurturing Parent : Pemeliharaan O (PO) Adult : Dewasa (D) Adult : (D) Child : Anak-anak (A) Free Child : Kebebasan Anak (KA) Adapted Child : Adaptasi Anak (AA) Kelima macam Egogram ini mempunyai energi yang berbeda untuk setiap orang. Perbedaan energi egogram inilah yang menyebabkan perbedaan kepribadian seseorang. Orang yang rendah energi KO, bersifat mudah tergoda, rendah NO kesepian atau depresi, rendah D kesulitan konsentrasi atau memecahkan masalah, rendah KA kehilangan kreativitas, intuitif dan semangat hidup, sedangkan rendah AA bersikap tidak kompromi atau konfrontasi. Seseorang yang baik jadi Konselor adalah punya D sangat tinggi, PO lebih tinggi dari KO, AA lebih rendah dari KA serta sangat rendah KA

Life Position (posisi hidup) Merupakan akibat dari suatu keputusan yang dibuat dalam rangka merespon bagaimana reaksi figure orang tua terhadap ekspresi awal anak akan kebutuhan dan perasaanya, serta merupakan komponen dasar dari individu.Empat dasar posisi hidup: a. I`m OK-You`re OK Posisi ini merefleksikan bahwa individu mempunyai kepercayaan terhadap diri

xv

sendiri dan percaya pada orang lain. Individu tidak takut berhubungan dengan orang lain. b. I`m OK-You`re not OK Posisi ini merefleksikan bahwa individu membutuhkan orang lain akan tetapi tidak ada yang dianggap cocok, individu merasa superior, merasa mempunyai hak untuk mempergunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadinya. c. I`m not OK-You`re OK Posisi ini merefleksikan bahwa individu merasa tidak terpenuhi kebutuhannya dan merasa bersalah.Posisi ini merupakan posisi yang paling umum yang biasa disebut depresif. Individu merasa bersalah, inferior, depresi, ketidakpercayaan dan rasa takut. a. I`m not OK-You`re not OK Posisi ini merefleksikan bahwa dirinya merasa tidak baik dan orang lain pun juga tidak baik, karena tidak ada sumber belaian yang positif, individu akan menyerah dan merasa tidak berdaya.

B. Asumsi Perilaku Bermasalah Setiap individu dalam kehidupannya tidak ada yang sepi dari masalah. Adanya kekuatan internal dan eksternal dalam perejalanan hidup seseorang akan berpengaruh besar bagi pembentukan dan perkembangan kepribadian seseorang. Jika kedua faktor tersebut dapat dikelola dengan baik, maka individu akan memiliki tingkah laku sehat. Sebaliknya jika ia tidak memfungsikannya

xvi

dengn baik maka ia akan menjadi individu yang bermasalah. Individu bermasalah menurut teori analisis transaksional terjadi karena: a. Ia tidak memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang bermakna bagi dirinya pada awal-awal kehidupannya, karena sangat mudah terkontaminasi oleh faktor-faktor diluar dirinya. Ia tidak kuasa untuk melawan sesuatu yang diluar kekuasaan dirinya. Sehingga ia tidak dapat menjalani kehidupannya sesuai dengan keinginannya. Individu semacam ini akan terbelenggu dengan keputusan yang telah diambilnya karena ia tidak mampu melawan. Faktor eksternal sangat mendominasi dirinya. Kekuatan internal yang dimilikinya tak berfungsi dengan baik. Sehingga ia akan menjadi individu yang lemah, kurang percaya diri dan motivasi menuju kesuksesan rendah. b. Individu tidak mempunyai kemampuan untuk memahami keputusan-keputusan yang mereka buat pada masa lalu. Ia memiliki keterbatasan untuk dapat memahami dirinya sendiri, tentang keputusan yang telah diambilnya. Karena keterbatasan ini biasanya ia sangat kesulitan ketika harus berhadapan dengan sesuatu yang baru yang mengharuskan dia mengubah keputusan yang telah diambilnya. Ia akan menjalani kehidupannya dengan tanpa arah. c. Pengaruh lingkungan yang sangat dominant dalam membentuk perilaku, pikiran dan perasaan individu. Jika ia berada dalam lingkungan yang positif tentu akan menguntungkan bagi dirinya, tetapi bila ia berada dalam lingkungan yang tidak mendukung bagi hidup dan kehidupannya, maka ia akan menjadi individu yang

xvii

bermasalah sepanjang hidupnya. Desakan-desakan orang penting dalam lingkungannya sangat berpengaruh bagi pembentukan kepribadiannya. Asumsi tingkah laku bermasalah akan terjadi jika lingkungan dimana ia tinggal sangat tidak kondusif. d. Individu kurang memiliki kesadaran akan pentingnya sebuah kemandirian. Meski ia punya peluang untuk mempebaiki keputusannya dimasa lalu yang dianggapnya kurang sesuai, tapi ia tidak dapat secara mandiri membuat keputusan yang menguntungkan bagi dirinya. Individu semacam ini biasanya menggantungkan hidupnya pada orang lain. Ia tidak akan merasa memiliki makna hidup tanpa bantuan orang lain. e. Individu yang memiliki ketidakseimbangan diantara ketiga ego state yang dimilikinya. Ia tidak dapat memfungsikan kapan ego orang tua harus diperankan, kapan ego dewasa dan ego anak-anak dijalankan dalam menghadapi masalah yang sedang ia hadapi. Ego orang tua yang pengkritik dan tidak demokratis kadang mendominasi ego dewasa dan ego anak-anak, ego dewasa yang paling realistis kadang mendominasi ego orang tua yang penyayang dan ego anak-anak, atau kadang-kadang ego anak-anak yang mengalahkan ego-ego lainnya. Jika ketiga ego state ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan tidak berperan pada waktu dan tempatnya, maka individu ini akan bermasalah dalam hidupnya.

xviii

BAB II TUJUAN KONSELING DAN PERAN KONSELOR ANALISIS TRANSAKSIONAL

Sasaran dasar dari analisis transaksional, adalah menolong klien untuk membuat keputusan baru mengenai perilaku mereka pada saat ini dan arah hidup mereka. Para individu mempelajari alternatif dari cara hidup yang banci dan deterministik. Esensi dari terapi ini adalah menggantikan suatu gaya hidup yang berciri memainkan permainan dan suratan hidup menaklukkan diri sendiri yang manipulatif dengan gaya hidup yang berciri kesadaran, spontanitas dan keakraban.

Tugas terapis adalah menolong klien mendapatkan perangkat yang diperlukan untuk mendapatkan perubahan. Terapis mendorong serta mengajar klien untuk menaruh kepercayaan pada Orang Dewasa mereka sendiri dan bukan pada Orang Dewasanya terapis. Praktik AT kontemporer menekankan bahwa tugas kunci konselor adalah menolong klien untuk menemukan kekuatan internal mereka untuk mendapatkan perubahan dengan jalan mengambil keputusan yang lebih cocok sekarang, sebagai lawan dari terus saja hidup berdasarkan keputusan yang telah mereka buat pada masa kanak-kanak. Tugas sebenarnya dari terapis adalah membiarkan klien menemukan kekuatan mereka sendiri.

xix

A. Tujuan Konseling Analisis Transaksional Konseling analisis transaksional bertujuan untuk membantu individu mencapai kemandirian. Individu dikatakan mencapai kemandirian bilamana ia memiliki : a. b. Kesadaran, yaitu pemahaman yang realistis tentang dunianya. Spontanitas, yakni kemampuan untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk yang tidak terhalangi dan bebas dari permainan. c. Keakraban, yaitu kemampuan untuk berbagi kasih sayang dan kedekatan dengan orang-orang lain. Menurut Mary Goulding (1987), esensi terapi mengambil keputusan ulang terdiri dari perubahan kontraktual. Dengan melalui kerjasama, konselor dan klien menegakkan sasaran terapi yang spesifik. Kemudian klien dibantu dalam hal memegang kontrol atas pikiran, perasaan dan perbuatan meraka. Berbagai pandangan selain dari sasaran AT yang telah disebutkan, dan beberapa diantaranya tujuan konseling menurut Corey (1990: 385) adalah: a. Menjadi katalisator untuk memungkinkan klien memobilisasikan usaha mereka (Dusay & Dusay, 1989) b. Menolong klien untuk bisa mengadakan perceraian baik-baik dengan orang tua meraka (Berne, 1964)

xx

c.

Menolong klien mendobrak sederetan impas yang bermuara dari injunksi dan keputusan awal (M.Goulding & Goulding, 1979)

d.

Mengajar klien untuk bergerak bebas diantara status anak-anak, Orang Dewasa dan Orang Tua (Haris, 1967)

Tujuan konseling analisis Transaksional : 1. Membantu klien dalam memprogram pribadinya. 2. Klien dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain, dan menjadi orang mandiri dalam memilih apa yang mereka inginkan. 3. Klien dibantu mengkaji keputusan yang telah dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran. 4. Teknik-teknik daftar cek, analisis script atau kuisioner digunakan untuk mengenal keputusan yang telah dibuat sebelumnya. 5. Klien berpartisipasi aktif dalam diagnosis dan diajar untuk membuat tafsiran dan pertimbangan nilai sendiri. 6. Teknik konfrontasi juga dapat digunakan dalam analisis transaksional dan pengajuan pertanyaan merupakan pendeatan dasar. Untuk berlangsungnya konseling kontrak antara konselor dan klien sangat diperlukan.

Jadi dari beberapa pemapaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa

xxi

tujuan konseling analisis transaksional dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Tujuan umum konseling Analisis Transaksional adalah

menyadarkan klien akan hambatan-hambatan yang diciptakannya sendiri dalam bertransaksi dengan orang lain, dan kemudian mengembangkan pola-pola interaksi sosial yang sesuai dengan situasinya. b. Tujuan khusus konseling Analisis Transaksional adalah (1)

membantu klien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan, (2) membantu mengembangkan kepastian diri dalam menggunakan status ego yang cocok, (3) membantu klien

mengembangkan status ego dewasa yang rasional, obyektif dan logis, (4) membantu klien membebaskan dari rencana hidup (spirit) yang kurang cocok dan menggantinya dengan rencana hidup yang baru dan lebih produktif.

B. Peran Konselor Menurut Corey (1990: 385), Analisis transaksional didesain untuk mendapatkan pemahaman emosional dan juga intelektual, tetapi dengan difokuskan pada aspek-aspek yang jelas dan rasional, peranan terapis sebagian besar terletak pada menaruh perhatian pada isu kognitif dan didaktis. Konselor

xxii

berperan membantu klien dalam hal menemukan kondisi masa lalu yang tidak menguntungkan, yaitu yang menentukan keputusan awal, menggunakan rencana hidup, serta mengembangkan strategi dalam hal menangani orangorang pada saat ini ingin mereka pertimbangkan kembali. Tugas konselor adalah menolong konseli mendapatkan media yang diperlukan untuk mendapatkan perubahan, mendorong serta mengajar konseli untuk menaruh kepercayaan pada Orang Dewasa mereka sendiri dan bukan pada Orang Dewasanya terapis, menemukan kekuatan internal mereka untuk mendapatkan perubahan dengan jalan mengambil keputusan yang lebih cocok saat ini. Selanjutnya peran konselor dalam konseling, menurut Corey (1990: 387), adalah menjalin hubungan penyembuhan antara Terapis/konselor dan Klien/konseli. Dusay dan Dusay dalam Corey (1990: 387) menulis bahwa terapi AT didasarkan pada persetujuan Orang Dewasa dan Orang Dewasa antara terapis dan klien mengenai sasaran dan proses. Terapis mengajukan pertanyaan yang merupakan bagian dasar dari terapi kontraktual: Bagaimana saya dan Anda tahu pada waktu Anda telah mendapatkan apa yang Anda cari dengan datang kemari? Sikap dasarnya adalah bahwa mereka itu bersekutu dan mau kerja sama untuk mencapai sasaran yang sama-sama disetujui. Selama kegiatan terapi itu berjalan, demikian Dusay dan Dusay menulis, terapis dan klien

xxiii

menentukan pertanggungan jawab mereka dalam hal mencapai sasaran. Terapis tidak menganggap dirinya pemegang peran yang pasif dan sebagai penonton, dan si klien pun tidak duduk secara pasif dan menunggu terapis dan memberikan mukjizat penyembuhan. Penekanan yang diberikan pada kontrak spesifik merupakan salah satu dari sumbangan AT yang utama pada konseling dan terapi. Pendekatan kontraktual dari AT didasarkan pada suatu harapan bahwa klien memfokus pada sasaran mereka dan ada komitmen. Pendekatan itu menekankan pada bagian dari pertanggungjawaban dan menyediakan tumpuan untuk memulai pekerjaan. Dengan jelas pendekatan kontraktual menyertakan dengan

pertanggungjawaban bersama. Dengan berbagi tanggungjawab

terapis maka klien menjadi rekan dalam tugas perawatannya. Ada beberapa implikasi yang terkait dengan hubungan ini. Pertama, tidak ada kesenjangan yang tidak bisa dijembatani mengenai saling pengertian antara klien dan terapis. Mereka saling memiliki kosa kata dan konsep yang sama dan memiliki pemahaman terhadap situasi yang ada. Kedua, selama dalam kegiatan terapi ada persamaan hak antara klien dan terapis. Ini berarti bahwa klien tidak dipaksa untuk mengungkapkan kata apapun yang tidak ingin ia ungkapkan. Ketiga, kontraknya mengurangi status diferensialnya dan menekankan kesamaan hak antara klien dan terapis.

xxiv

BAB III DESKRIPSI PROSES KONSELING DAN TEKNIK KONSELING

Berikut ini adalah deskripsi singkat dari proses dan prosedur dalam praktek Konseling Analisis Transaksional. Selanjutnya juga dipaparkan tentang teknik konseling Analisis Transaksional.

A. Deskripsi Proses Konseling Deskripsi proses konseling dalam analisis transaksional menurut Corey (1990: 388) adalah sebagai berikut. 1. Analisis struktural. Analisis struktural menolong mereka untuk menyelesaikan pola yang dirasakan telah menjeratnya. Analisis itu menjadikan mereka dapat menemukan pada status ego di mana dia berpijak. Dua problema yang berhubungan dengan struktur kepribadian dapat dijadikan pertimbangan oleh analisis struktural. Kontaminasi ada manakala

xxv

isi dari sebuah status ego bercampur dengan yang lain. Kontaminasi dari si Orang Tua biasanya dimanifestasikan dalam bentuk gagasan serta sikap yang berdasar prasangka, kontaminasi dari pihak Anak-anak mencakup persepsi realitas yang rancu. Contoh dari ungkapan yang merefleksikan kontaminasi dari Orang Tua adalah Jangan bergaul dengan orang-orang di luar kelompok kita; mereka akan selalu mengakalimu; Anak muda tidak bisa kita handalkan. Contoh adanya kontaminasi dari Anak-anak adalah ungkapan-ungkapan sebagai berikut Semuanya selalu menyalahkan saya. Orang yang mengalaminya mungkin terbatas dalam hal mengadakan hubungan terutama sebagai Orang Tua, sebagai Anak-anak, sebagai Orang Dewasa. Mereka sering berperilaku dengan cara mendominasi dan otoriter. Anak-anak Konstan yang mengeklusi Orang Dewasa dan Orang Tua, dalam keadaan yang ekstrim, adalah seorang psikopat yang tanpa hati nurani. 2. Analisis transaksional. Analisis transaksional pada dasarnya adalah suatu dekripsi tentang apa yang dikerjakan dan dikatakan orang itu tentang dirinya sendiri dan tentang orang lain. Ada tiga jenis transaksi: komplementer, lintas dan tersembunyi. Transaksi komplementer terjadi manakala pesan yang dikirim dari status ego yang sebelumnya dari status ego spesifik dari orang lain. Contohnya ialah transaksi Anak-anak/Anak-anak seperti yang dilukiskan

xxvi

pada Gambar 9-4 (Corey, h.390). Transaksi lintas terjadi mana kala suatu tanggapan yang tidak diramalkan diberikan terhadap pesan yang dikirimkan seseorang. Transaksi itu menyangkut lebih dari dua status ego, dan sebuah pesan terselubung dikirimkan.

3.

Pemodelan keluarga. Pemodelan keluarga, satu pendekatan lagi yang dipakai dengan analisis sruktural, terutama berguna untuk menangani Orang Tua Konstan. Diskusi, perbuatan, dan evaluasi yang kemudian menyusul akan bisa meningkatkan kesadaran tentang situasi yang spesifik dan makna personal yang oleh klien masih dianggap berlaku.

4.

Analisis dari ritual dan waktu senggang Analisis atas suatu transaksi mencakup identifikasi ritual dan masa senggang yang digunakn untuk menstrukturkan waktu. Orang yang mengisi hari-harinya terutama dengan ritual dan masa senggang mungkin mengalami kekurangan stroke, dan oleh karenanya dia tidak memiliki keakraban dalm bertransaksi dengan orang lain.

5.

Analisis permainan dan raket Analisis dari permainan dan raket merupakan aspek penting untuk memahami transaksi dengan orang lain. Bagi sebagian besar permainan, yang menjadi klimks adalah perasaan tidak enak yang

xxvii

dialami si pemain. Belajar memahami raket seseorang dan bagaimana raket itu berkaitan dengan permainan, keputusan, dan suratan hidup orang itu merupakan proses yang penting dalam terapi AT. Manakala dia akhirnya bisa menyimpulkan perasaan depresi dalam hal ini bagi orang yang telah mengikutsertakan pesan Jangan ada di dunia ini. Seseorang mungkin belajar untuk mengkonversikan amarah menjadi kepedihan dan pada akhirnya depresi setelah bertahun-tahun berbenturan dalam keadaan marah, tidak pernah menyuruh agresor itu untuk berhenti. Raket mencakup pengumpulan perangko yang dihari kemudian diperdagangkan untuk dibayar dengan harga psikologis. Pendekatan murni macam apapun yang datang dari orang lain akan langsung ditamengi oleh penolakannya untuk menerima apapun dari siapapun. Raket sama pentingnya dengan permainan dalam hal memanfaatkan orang lain, oleh karena raket merupakan metode utama dalam hal menopengi manusia dari dunia nyata kompeten untuk bisa memilah-milah antara amarah, kesedihan, dan rasa takut yang digunakan sebagai raket dengan ungkapan emosi yang jujur. 6. Analisis suratan Aspek penting dari suratan hidup adalah pemaksaan kualitas yang menggiring orang untuk memainkannya. Pada mulanya penyuratan terjadi secara non verbal pada masa balita,

xxviii

dari pesan-pesan orang tua. Kemudian, penyuratan terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, dalam suatu keluarga pesanpesan seperti berikut ini mungkin bisa diberikan: Di keluarga ini, orang laki-laki menjadi tuan di rumah. Kalau kau seperti itu, kau tak akan pernah bisa naik ke bukit kacang. Jangan pernah mempertanyakan hak kekuasaan saya, dan kau harus berusaha untuk bersikap hormat dan patuh. Analisis suratan merupakan bagian dari proses terapeutik yang akan bisa mengidentifikasi pola hidup yang diikuti oleh klien. Analisis itu bisa menunjukkan kepada klien suatu proses yang darinya bisa didapatkan suratan dan jalan di mana mereka bisa menghalalkan perbuatan suratan meraka. Analisis suratan membuka kemungkinan dipilihnya alternatif baru pada saat orang menjalani kehidupan, mereka tidak perlu lagi merasa dipaksa untuk melakukan permainan demi terkumpulnya pembayaran upah untuk menghalalkan suatu tindakan tertentu yang dihadirkan dalam suratan hidup mereka. Analisis suratan bisa dilaksanakan dengan sarana daftar isian suratan yang berisi butir-butir yang ada hubungannya dengan posisi hidup, raket, dan permainan yang kesemuanya merupakan komponen fungsional kunci dari suratan hidup orang itu.

B. Teknik Konseling Analisis Transaksional

xxix

Menurut Corsini (2003: 373), manajemen teknik konseling analisa transaksional meliputi beberapa hal, yang dipaparkan sebagai berikut : 1. Pengaturan (Setting) Tempat pertemuan untuk konseling TA dapat menggunakan ruang-ruang dalam rumah, dalam kantor ataupun di tempat-tempat formal lainnya. Berne lebih menyukai tempat atau ruangan yang indah, cahayanya terang, dan tidak gaduh. Alat perekam diperlukan terutama berkaitan dengan supervisi, pelatihan dan penilaian terhadap konselor. 2. Hubungan Konselor harus menjaga hubungan terutama dalam hal kerahasiaan konseli dalam proses konseling dan konselor telah menyediakan alat untuk pengungkapan diri konseli misalnya data konseli, panduan wawancara, dan kuesioner. Konselor harus bersikap ramah, gaul dan nyantai , serta bersikap informal dengan konselinya, menggunakan bahasa seharihari. 3. Problem-problem Konseli Karena problem-problem konseli tidak dapat dikelompokan, maka dalam melaksanakan konseling analisis transaksional, konselor harus menggunakan status atau sifat ego Dewasa dan diharapkan

xxx

pihak konseli menyesuaikan dengan menggunakan status ego Dewasa sehingga hubungan antara konselor dan konseli berkualitas dan mengarah pada target-target tertentu.

BAB IV KELEBIHAN DAN KETERBATASAN SERTA CONTOH PENERAPAN

Dalam semua teori pendekatan konseling, terdapat kelebihan dan keterbatasan. Dalam teori pendekatan konseling analisis transaksional ini dipaparkan contoh penerapan. A. Kelebihan dan Keterbatasan 1. Kelebihan Menurut Corey (1999: 396), kelebihan atau manfaat pendekatan Analisis Transaksional adalah : a. Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah

xxxi

menggunakannya. b. Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka. c. Integrasi antara konsep dan praktek AT dengan konsep tertentu dari terapi Gestalt amat berguna karena konselor bebas bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain. d. Memberikan sumbangan kepada konseling multi kultural karena konseling diawali dengan larangan mengkaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri. Dengan melihat Konsepsi, penekanan, pelaksanaan serta penerimaan pada klien, maka ada beberapa kebaikan dari AT: a. Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia. Seperti telah disebutkan pada bab terdahulu, AT memandang manusia dapat berubah bila dia mau. Manusia punya kehendak dan kemauan. Kemauan inilah yang memungkinkan manusia berubah, tidak statis. Sehingga manusia bermasalah sekalipun dapat berubah lebih baik, bila kemauannya dapat tumbuh. Karena itu AT lebih Optimis dan realistis memandang manusia.Bila kita bandingkan dengan Psikoanalisa, Freud, AT nampak selangkah lebih maju. Psikoanalisis memandang manusia deterministik. Perilaku manusia bagaikan suatu rotasi dari pengalaman masa kecil, kendatipun pengalaman masa kecil itu tak diingatnya lagi

xxxii

(Unconscious). AT tidak menolak adanya pengaruh masa kecil ini. Konsepnya tentang skript kehidupan mengakui adanya kontribusi pengalaman masa kecil atas kehidupan sekarang. Tapi karena manusia punya kehendak dan kemauan untuk bebas, pengalaman itu dapat dirubah (Shertzer & Stone, 1982, 237). Skript kehidupan manusia diakui AT bersisi dua, ada yang negatif dan ada yang positif. Sesuai dengan nilai-nilai yang diterimanya dari orang tuanya atau interaksinya dengan lingkungan. Karena skrip itu mempengaruhi seseorang untuk mengambil kesimpulan, maka keputusan orang itu dapat Oke atau Tidak Oke terhadap diri dan lingkungannya. Hal ini juga lebih realitis dari konsep Rogers yang memandang manusia baik, rasional dapat dipercaya, dapat mengubah dirinya lebih baik atau dapat

merealisasikan dirinya menjadi makhluk Insanul Kamil. b. Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini. Tujuan pokok terapi AT adalah mengatasi masalah klien agar dia punya kemampuan dan memiliki rasa bebas untuk menentukan pilihannya. Untuk mengatasi masalah klien itu, AT berusaha membangkitkan kemauan dan kemampuan orang dengan melakukan analisis interaksinya dengan orang lain. Hal ini dimulai dengan mennganalisis interaksinya dengan terapist. Analisis seperti di atas,

xxxiii

analisis interaksi klien dengan terapist atau orang lain, adalah persoalan interaksi sekarang. Kini dan di sini (here and now). Metoda analisis struktur, status ego dengan egogram, analisis permainan semuanya merupakan analisis terhadap perilaku yang di tampilkan klien pada saat ini, di sini di hadapan konselor. Kalau analisis itu (struktur, ego state, dan mainan) tidak mencapai hasil baru AT menggunakan analisis skrip, yang orientasinya pada masa lalu. Alternatif ini dipergunakan AT sebagai cara terakhir, bila analisis sebelumnya gagal merenggut hasil

c. Mudah Diobservasi.Banyak teori yang lahir dibelakang labor ilmiah, tak terkecuali untuk teori-teori Psikologi. Pada umumnya teori yang muncul dari laboratorium itu sulit diamati karena itu terlihat abstrak, sehingga kadang-kadang tak jarang pula yang hanya merupakan konstruk pikiran manusia penemunya. Berbeda dengan AT, ajaran Berne tentang status ego ( O, D dan A) adalah konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap interaksi atau komunikasi manusia.Status ego Berne jauh lebih observable dari teori Freud mengenai Id, Ego dan Super Ego, yang hanya dapat dijadikan konstruk pikiran kita atas perilaku seseorang. Lain dengan Ego Orang tua, Dewasa dan Anak, dia dapat diamati

xxxiv

secara jelas tanpa menggunakan laboratorium. Begitu juga dengan sikap dasar manusia yang memilah manusia atas 4 posisi (saya tidak oke-kamu yang oke, saya dan kamu tidak oke, saya oke-kamu tidak oke, dan saya dan kamu oke) yang dikembangkan Harris, jauh lebih maju dari konsep karen Horney yang hanya mengemukakan 3 disposisi manusia. Helpless (minta pertolongan), hostility

(menyerang) dan issolation (mengasingkan diri) (Bischof, 1970, 212). Horney membagi 3 disposisi ini dari sudut orang lain. Helpless, punya arah gerak kepada orang lain (Moving toward people). Menyerang merupakan arah menentang orang lain (moving againts people), sedangkan isolasi punya arah melarikan diri dari orang lain (moving away from people).Sedangkan Harris membagi sikap dasar manusia itu atas dasar pandangan terhadap diri sendiri dan orang lain. Karena itu, konsep ini lebih maju dari Horney yang hanya melihat dari orang lain saja, pandangan terhadap diri sendiri juga mempengaruhi hubungan dengan orang lain. d. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Fokus AT terpusat pada cara bagaimana klien berinteraksi, maka treatment juga mengacu pada interaksi, cara bebicara, kata-kata yang dipergunakannya dalam berkomunikasi. Analisis terhadap interaksi klien pada ruangan

xxxv

konseling,

memberi

kesempatan

kepada

klien

untuk

memperbaiki cara interaksinya dan komunikasinya baik di dalam ruangan Konseling. Karena itu, AT tidak hanya berusaha memperbaiki sikap, persepsi, atau pemahamannya tentang dirinya tetapi sekaligus mempunyai sumbangan positif terhadap keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. Hal semacam ini tidak dimilliki oleh pendekatan lainnya. 2. Keterbatasan Disamping decak kagum orang atas ajaran Berne ini, yang telah berhasil merekrut teori-teori komunikasi kelapangan psikologi, bukanlah berarti teori ini tidak punya kelemahan, banyak kritik dilontarkan pada AT, diantaranya : a. Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment AT mengharapkan, kontrak treatment antara konselor-klien harus terjadi antara status ego Dewasa-dewasa. Artinya menghendaki bahwa klien mengikat kontrak secara realistis, sebagai orang yang membutuhkan pertolongan. Tetapi dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui bahwa banyak klien yang punya anggapan jelek terhadap dirinya, atau tidak realistis. Karena itu, sulit tercapainya kontrak, karena ia tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang sebenarnya diinginkannya. Sehingga

xxxvi

memerlukan beberapa kali pertemuan. Hal semacam ini dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya. b. Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego. Apakah ungkapan klien termasuk status Ego Orang tua, Dewasa, atau Anak-anak merupakan penilaian yang subyektif. Mungkin dalam hal yang ekstrim tidak ada perbedaan dalam menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu mendekati dua macam status ego akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Kesalahan atau perbedaan dalam menafsirkan status ego ini telah dibuktikan oleh Thomson dalam Dusay (Corsini, 1984) yang telah merekam suatu wawancara konseling, kemudian kepada konselor dan calon konselor AT disuruh menganalisis wawancara itu dari 3 macam status ego. Hasilnya memperlihatkan adanya perbedaan penafsiran diantara konselor dan calon konselor tadi. Di pihak lain error dari pihak klien mungkin pula muncul kepermukaan. Secepat ia memasuki ruangan konseling secepat itu pula terjad perubahan pola komunikasinya. Interaksinya diluar ruangan konseling tidak sama dengan didalam ruangan konseling. Bisa diluar lebih baik dengan menampilkan status ego dewasa, tapi di dalam ruangan konseling lebih banyak menampilakn status ego Anak-anak. Latar belakang kebudayaan serta bahasa sangat mempengaruhi

xxxvii

pemahaman mengenai status ego ini. Karena itu analisis terhadap status ego ini bila antara konselor dengan klien punya latar belakang kebudayaan dan bahasa yang sama. Dan adalah sangat sulit terciptanya penafsiran yang sama pada masyarakat yang punya strata sosial berbeda, paternalis dsb. Perbedaan dalam memahami status ego ini, menyebabkan sulitnya kesamaan dalam menakar egogram klien. c. Kurang Petunjuk Mengenai Tingkah laku Konselor Bagi orang yang ingin mempraktikkan AT ini perlu petunjuk bagaimana menganalisis transaksi itu secara tepat dan hemat. Termasuk persoalan bentuk-bentuk responsnya, dan konten dari ungkapan klien. Mungkin di atas telah disebutkan adanya analisis struktur, permainan, Skrip dengan penggunaan beberapa teknik, namun teknik mana yang dipakai dalam menganalisis itu tidak / belum dikembangkan secara khusus dalam teori AT ini. Karena belum adanya petunjuk khusus ini, orang menganggap AT kurang terinci, karena tidak ada petunjukanya Menurut Corey (1990: 398), keterbatasan pendekatan konseling AT adalah: a. Banyak terminologi atau istilah yang digunakan dalam Transaksional cukup membingungkan.

Analisis b.

Penekanan AT pada struktur merupakan aspek yang

meresahkan.

xxxviii

c.

Konseli bisa mengenali semua benda, namun mungkin

tidak merasakan dan menghayati aspek-aspek diri mereka sendiri. d. Konsep serta prosedurnya, dipandang dari perspektif

behavioral, tidak dapat diuji keilmiahannya. B. Penerapan Yang ideal adalah bahwa praktek AT itu diterapkan pada kelompok. Mereka bisa memahami struktur dan berfungsinya kepribadian mereka masing-masing dan belajar bagaimana mereka bertransaksi dengan orang lain. Keseluruhan proses mengamati orang lain yang maju dalam kecepatan serta tingkat perubahan yang berbedabeda ini akan membenarkan tingkat laju perubahan si klien itu sendiri. Interaksi dengan anggota kelompok lain memberikan kepada mereka kesempatan yang amat luas untukk memraktekkan tugas dan memenuhi kontrak. Transaksi dalam kelompok memungkinkan anggauta kelompok untuk meningkatkan kesadaran mereka baik tentang diri mereka sendiri maupun tentang orang lain dan oleh karenanya memfokuskan pada perubahan serta keputusan ulang yang akan mereka lakukan dalam hidup mereka. Dipandang dari perspektif keputusan ulang terapi kelompok adalah suatu pengobatan tentang penentuan pilihan. Banyak kesamaannya dengan fungsi kelompok Gestalt dalam masa sekarang dan di sini, kelompok AT meminta klien untuk

xxxix

menghidupkan kembali skenario masa silam seolah-olah terjadi pada masa sekarang. Dengan adanya interaksi dalam kelompok, para anggauta diberikan banyak kesempatan untuk meninjau kembali serta menantang keputusan mereka di mana dan bereksperimen dengan keputusan yang baru. Salah satu rasional dari konseling kelompok adalah bahwa konseling kelompok ini bisa memberikan pengalaman hidup yang bisa diimplementasikan oleh peserta dalam interaksi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses kelompok anggauta menghayati suatu titik di mana mereka merasa terbelenggu. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka membuat keputusan lebih awal, yang beberapa diantaranya sudah tidak fungsional lagi, dan mereka belajar membuat keputusan baru yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 1990. Teori dan Praktik dari Konseling dan Psikoterapi, Semarang: IKIP Seamarang Press (1995). Corsini, Raymond. 1972. Psikoterapi Dewasa Ini.Surabaya : Ikon Teralitera (2003). http://rwiewied.blogspot.com/2011/03/pendekatan-konseling-analisa.html http://eko13.wordpress.com/2011/04/14/analisis-transaksional-teori-dan-praktikdalam-konseling-dan-psikoterapi/

xl

http://konselorindonesia.blogspot.com/2011/04/analisis-transaksional.html http://nyanaviriya.multiply.com/journal/item/1 http://iqbalmarisali.blogspot.com/2010/01/mengenal-analisis-transaksionaldalam.html

xli