20
1 Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan KesastraanBalai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016 TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH PERTUNJUKAN; SEBUAH SOLUSI PENGEMBANGAN KREATIVITAS PELESTARIAN BUDAYA LOKAL (Keragaman Sastra Daerah di Sumatera Selatan Peluang Meningkatkan Potensi Berkreasi dan Berpikir Kritis Generasi Penerus) A. Latar Belakang Indonesia dengan berbagai suku bangsa mempunyai keanekaragaman kearifan lokal, yang didalamnya terkandung nilai-nilai etika, moral, norma- norma yang sangat dijunjung tinggi sejak nenek moyang dulu. Nilai-nilai tersebut menyatu dalam kehidupan masyarakat dengan dinamis. Bahkan kearifan lokal menjadi pedoman masyarakat dalam berperilaku dan berinteraksi dengan alam dan sosialnya. Aktivitas kebudayaan dalam masyarakat tidak terlepas dari tatanan nilai yang terbentuk dan disepakati secara bersama melalaui produk budaya. Salah satu produk budaya masyarakat yaitu sastra lisan (tutur) 1 yang diwariskan secara turun menurun. Sebagai produk budaya, sastra lisan sering juga disebut cerita rakyat. Hal ini karena sastra lisan muncul dan berkembang di tengah kehidupan rakyat sejak mereka belum mengenal tulisan, dan disampaikan secara turun temurun dari mulut ke mulut suatu kelompok masyarakat tertentu. Makanya dalam teori sastra, tidak dikenal adanya pemilik tunggal cerita lisan. Setiap masyarakat cerita berhak untuk mengakui bahwa cerita lisan yang ada padanya adalah miliknya. Hal ini disebabkan oleh proses kelahiran sastra lisan itu sendiri. Beberapa daerah yang tersebar di Nusantara ini, memiliki sastra lisan yang menjadi kekayaan budaya. Demikian juga dengan Sumatera Selatan yang memiliki kearifan lokal bermacam-macam lengkap dengan kekhasannya. Misalnya di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat, maka kita mengenal sastra lisannya, andai-andai, pantun, rejung, tadut, guritan, ringit, mantra. Lalu Kabupaten Empat Lawang ada andai-andai (nandai), pantun, rejung, mantra. Ke kabupaten Musi Banyu Asin, selain mantra, pantun, ada senjang. Kabupaten 1 Jenis sastra lisan di Lubuklinggau; cerita rakyat (prosa rakyat), Puisi rakyat; pantun, mantra, senjang, rejung, lagu daerah.

TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

  • Upload
    vokhanh

  • View
    309

  • Download
    9

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

1

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH PERTUNJUKAN;

SEBUAH SOLUSI PENGEMBANGAN KREATIVITAS PELESTARIAN

BUDAYA LOKAL (Keragaman Sastra Daerah di Sumatera Selatan Peluang Meningkatkan

Potensi Berkreasi dan Berpikir Kritis Generasi Penerus)

A. Latar Belakang

Indonesia dengan berbagai suku bangsa mempunyai keanekaragaman

kearifan lokal, yang didalamnya terkandung nilai-nilai etika, moral, norma-

norma yang sangat dijunjung tinggi sejak nenek moyang dulu. Nilai-nilai tersebut

menyatu dalam kehidupan masyarakat dengan dinamis. Bahkan kearifan lokal

menjadi pedoman masyarakat dalam berperilaku dan berinteraksi dengan alam

dan sosialnya.

Aktivitas kebudayaan dalam masyarakat tidak terlepas dari tatanan nilai

yang terbentuk dan disepakati secara bersama melalaui produk budaya. Salah satu

produk budaya masyarakat yaitu sastra lisan (tutur)1 yang diwariskan secara turun

menurun. Sebagai produk budaya, sastra lisan sering juga disebut cerita rakyat.

Hal ini karena sastra lisan muncul dan berkembang di tengah kehidupan rakyat

sejak mereka belum mengenal tulisan, dan disampaikan secara turun temurun dari

mulut ke mulut suatu kelompok masyarakat tertentu. Makanya dalam teori sastra,

tidak dikenal adanya pemilik tunggal cerita lisan. Setiap masyarakat cerita berhak

untuk mengakui bahwa cerita lisan yang ada padanya adalah miliknya. Hal ini

disebabkan oleh proses kelahiran sastra lisan itu sendiri.

Beberapa daerah yang tersebar di Nusantara ini, memiliki sastra lisan yang

menjadi kekayaan budaya. Demikian juga dengan Sumatera Selatan yang

memiliki kearifan lokal bermacam-macam lengkap dengan kekhasannya.

Misalnya di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat, maka kita mengenal sastra

lisannya, andai-andai, pantun, rejung, tadut, guritan, ringit, mantra. Lalu

Kabupaten Empat Lawang ada andai-andai (nandai), pantun, rejung, mantra. Ke

kabupaten Musi Banyu Asin, selain mantra, pantun, ada senjang. Kabupaten

1 Jenis sastra lisan di Lubuklinggau; cerita rakyat (prosa rakyat), Puisi rakyat; pantun, mantra, senjang, rejung, lagu daerah.

Page 2: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

2

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

Musi Rawas, Kota Lubuklinggau, Kabupaten Musi Rawas Utara , ada nandai,

rejung, senjang, mantra, lagu daerah dan lain sebagainya.

Berbicara sastra lisan di Sumatera Selatan, fenomena yang terjadi sastra

lisan-sastra lisan ini tidak terwariskan dengan baik, dan diambang kepunahan.

khususnya cerita rakyat. Kearifan lokal yang paling mencolok mendekati

kepunahan ialah sastra lisannya dalam bentuk cerita daerah. Sebagaimana

dikemukakan peneliti muda bidang sastra di Sumatera Selatan, Ery Agus

Kurnianto, M.Hum yang menyatakan sastra tutur di Sumsel ada 127 jenis yang

diambil dari kota dan kabupaten dan di Sumatera Selatan diambang kepunahan.

Karena di lapangan sulit mencari penutur yang bisa menuturkan dengan baik. Hal

senada disampaikan Ketua Lembaga Budaya Komunitas Batang Hari Sembilan,

Vebri Al Lintani, yang mengatakan saat ini sastra tutur di Sumatera Selatan

hampir punah. Hal itu terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat untuk

mempertahankan tradisi sastra tutur.

Demikian pula sastra lisan yang berada di kota Lubuklinggau dan

sekitarnya, sastra lisan ini pun nyaris punah karena tidak terwariskan dengan baik.

Problemnya sama minim sekali penutur bahkan beberapa daerah sudah tidak ada

lagi penuturnya. Padahal kita tahu sastra lisan merupakan aset budaya.

Salah satu sastra lisan di Lubuklinggau, yaitu cerita rakyat2 yang disebut

nandai. Sesuai dengan sifatnya, cerita rakyat (nandai) di Lubuklinggau umumnya

diwarisi secara turun menurun, dari mulut kemulut. Hal ini sejalan dengan hal

yang diungkapkan Harianto dan Evi Novianti (2004:1) cerita rakyat merupakan

sastra yang pewarisan dan penyebarannya dilakukan secara lisan dari mulut ke

mulut sehingga cerita rakyat disebut sastra lisan.

Sistem pewarisan nandai di Lubuklinggau juga dilakukan secara turun-

temurun kepada anak-anak atau generasi penerusnya. Nandai dilakukan secara

intensif pada saat menjelang tidur, atau pada saat berkumpul ketika ada hajatan,

atau pada waktu istirahat berkebun, berladang, di sawah sembari menjaga padi

2 Cerita rakyat di Lubuklinggau disebut ‘nandai’, cerita daerah yang dituturkan dengan menggunakan bahasa daerah, disampaikan oleh orang-orang tua sebagai penutur. Dari delapan kecamatan wilayah Lubuklinggau, penutur hanya tinggal dua orang saja; Lubuklinggau Barat I yaitu Bapak Komarudin, Lubuklinggau Timur I, bapak Ali Pitah.

Page 3: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

3

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

dari serbuan burung pipit. Dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya, seorang

tukang cerita pada para pendengarnya, nenek atau kakek pada cucu-cucunya,

ataupun antar sesama anggota masyarakat.

Selain itu, nandai-nandi ini merupakan media untuk mendidik. Karena

umumnya nandai yang disampaikan mengandung ajaran moral yang layak

diteladani. Namun saat ini, nandai semakin langka, utamanya di kalangan

keluarga dan masyarakat yang bermukim di Lubuklinggau. Cerita rakyat tidak

lagi menjadi media mendidik bagi anak-anak sekaligus pembentukan karakter

sejak dini. Tuntutan kehidupan saat ini menggiring setiap orang untuk materialis,

hedonistis, individualistis, praktis, dan berusaha memenuhi kebutuhan secara

instant. Jika dulu nandai sebagai sarana hiburan, saat ini masyarakat lebih

memilih media elekrto yang praktis. Akibatnya sastra lisan berupa nandai di

Lubuklinggau semakin kritis, masyarakat penutur semakin sedikit, bahkan

sebagian besar sudah meninggal. Sementara kalangan muda yang idealnya penjadi

pewaris penuturnya tidak berminat samasekali untuk mempelajari apalagi

mengembangkan nandai sebagai warisan nenek moyangnya. Hal di atas hanya

sebagian kecil penyebab nandai di kota Lubuklinggau makin terkubur. Di

samping itu minimnya pemerhati dan kolektor cerita rakyat dan tukang cerita

menjadi penyebab nandai terancam punah. Bisa dipastikan, jika tidak

dikembangkan dan dijaga kelestariannya, masa mendatang masyarakat sudah

tidak kenal nandai sebagai ciri khas daerahnya.

Pudentia dikutip Taum (2011:6) dalam Muhtar (2014:5) menyatakan

bahwa kematian sebuah tradisi lisan bisa berarti kita kehilangan ensiklopedi

sebuah masyarakat. Jika melihat kenyataan, pernyataan tersebut benar adanya,

tentu saja sangat menyakitkan. Maka tidak menutup kemungkinan masa yang

akan datang sastra lisan-sastra lisan itu akan menjadi kenangan. Selanjutnya anak

cucu tidak akan kenal lagi berbagai kekayaan budaya nenek moyangnya.

Ensiklopedi sebuah masyarakat benar-benar mati.

Beradasarkan fenomena di atas, sudah selayaknya masyarakat,

budayawan, pemerhati sastra lisan melakukan tindakan tertentu. Minimal

mempertahankan nandai yang telah terdokumentasi. Sebagian besar nandai ini

Page 4: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

4

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

sudah di dokumenkan oleh budayawan daerah H. Suwandi Syam. Diantaranya

nandai; Bujang Kurap, Dayang Torek, Putri Silampari, Bute Puru, Putri Berias,

Asal Mula Batu Urip, Asal Mula Nama Lubuklinggau, Asal Mula Nama Selangit,

dan beberapa legenda lainnya. Selanjutnya RD Kedum dalam versi yang berbeda

berdasarkan nara sumber yang berbeda pula; Asal Mula Danau Rayo, Putri

Berias, Asal Mula Nama Dusun Kayu Are, Putri Selaka, Legenda Bujang Kurap,

Gentayu Ulak Dalam, Putri Selindang Abang, Selindang Koneng (Peri Mandi

Kasai), dan lain-lain.

Nandai-nandai di atas hanyalah sebagian kecil dari berbagai sastra lisan

yang tersebar di Lubuklinggau dan sekitarnya, karena sebagian besar sudah tidak

ada penuturnya maka harus ada upaya untuk pelestariannya, salah satunya

mentransformasi nandai ke dalam bentuk karya sastra yang lebih menarik.

Transformasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya mengubah

manuskrip nandai menjadi naskah seni pertunjukkan.

Transformasi adalah suatu proses atau cara mengubah yang ada menjadi

bentuk baru. Bentuk baru ini bisa berupa fisik, bentuk, dan fungsinya. Mengapa

pentingnya transformasi sastra lisan ke dalam bentuk lain? Mengapa tidak

mempertahankannya sesuai dengan pakemnya? Dengan cara mentransformasikan

sastra lisan terutama nandai ke dalam bentuk baru, misalnya naskah drama, maka

kekhawatiran kehilangan sastra lisan nandai ini dapat diminimalisir. Apapun

bentuknya, nama dan jenis sastra lisan di negeri ini, menggambarkan betapa

kayanya warisan nenek moyang dan dapat ditransformasi ke bentuk lain sebagai

salah satu pengembangan sastra daerah. Sekaligus bentuk kreativitas berangkat

pada kearifan lokal. Pertanyaannya upaya apa saja yang harus dilakukan dalam

melestarikan kearifan lokal, terutama sastra lisan nandai? Bagaimana

mentransfortasi nandai menjadi bentuk naskah pertunjukan?

B. Nandai Sastra Lisan Lubuklinggau

Lubuklinggau tidak berbeda dengan daerah lainnya yang ada di Sumatera

Selatan. Lubuklinggau juga memiliki sastra lisan- sastra lisan yang tersebar dan

menjadi milik masyarakat Lubuklinggau. Salah satu sastra lisan yang ada di

Page 5: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

5

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

Lubuklinggau adalah cerita rakyat yang disebut nandai. Cerita rakyat ini pernah

menjadi bagian penting dari kehidupan para pewarisnya. Berkembang sebelum

sastra tulis digunakan sebagai wahana untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan.

Cerita rakyat atau nandai, merupakan bagian dari sastra lisan yang

berbentuk prosa. Wujud kelisanan cerita rakyat sudah berlangsung lama, sehingga

saat ini tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan cerita itu diciptakan dan

siapa penciptanya. Ia tumbuh dan berkembang dalam suatu kelompok masyarakat

tertentu.

Egoff dan Saltman menyatakan bahwa cerita rakyat3 sebagai primitive and

non literate society (1990:228), selanjutnya Bettelheim menyebutkan preliterate

society (1997:25). Artinya, cerita rakyat dapat dipahami sebagai ekspresi budaya

suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan

berbagai aspek budaya, seperti agama dan kepercayaan, undang-undang, kegiatan

ekonomi, sistem kekeluargaan, dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut.

Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya, misalnya sebagai

media pendidikan, pengajaran moral, hiburan, proses sosial dan sebagainya,

bersifat pralogis, yakni mempunyai logika tersendiri yang tidak sesuai dengan

logika ilmu pengetahuan.

Sebagai produk masyarakat kolektif masa lalu nandai memiliki nilai-nilai

yang dapat kita petik dalam penuturannya, antara lain nilai-nilai nilai moral, nilai

religi, nilai budaya, nilai kehidupan, dan nilai kepahlawanan dan lain-lain.

Sehingga kita dapat melihat gagasan-gagasan, pandangan hidupan, sistem

masyarakat, sistem kebudayaan, dan pesan-pesan yang hendak disampaikan dalam

nandai.

3 Mukmin dan Izzah (2010:2) menyatakan umumnya cerita–cerita rakyat mengisahkan tentang

terjadinya alam semesta, manusia pertama, kematian, bentuk khas binatang, bentuk topografi,

gejala alam tertentu, tokoh sakti yang lahir dari perkawinan sumbang, tokoh pembawa

kebudayaan, makanan pokok, (seperti pagi, jagung, sagu, dsb.), asal–mula nama suatu daerah

atau tempat, tarian, upacara, dan binatang tertentu. Adapun tokoh–tokoh dalam cerita rakyat

biasanya ditampilkan dalam berbagai wujud, baik berupa binatang, manusia maupun dewa, yang

kesemuanya disifatkan layaknya manusia.

Page 6: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

6

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

Orang yang bernadai, atu tukang cerita (penutur), biasanya tidak hanya

mampu menuturkan cerita rakyat ini dengan runtut. Akan tetapi, di dalam

penuturannya, tukang cerita akan menyelinginya dengan rejung, senjang, mantra,

pepatah, lagu, pantun, dan lain sebagainya. Di Lubuklinggau dan sekitarnya,

zaman dulu yang menjadi penutur, tidak dibatasi pada jenis kelamin, muda atau

tua. Siapapun bisa menjadi tukang nandai yang penting adalah kemampuan

menyampaikan nandai dengan menarik, menguasai berbagai sastra lisan lainnya,

minimal rejung, senjang dan lagu, dan dapat bertutur dengan lancar.

Biasanya, tukang cerita menuturkan nandai pada waktu-waktu tertentu.

Misalnya pada waktu ada hajatan, usai bekerja di ladang, sawah dan kebun. Atau

dilakukan oleh orang-orang tua sebagai pengantar tidur pada anak atau cucu-

cucunya. Tidaklah berlebihan, jika dikatakan nandai merupakan cermin pribadi

masyarakat Lubuklinggau dan sekitarnya masa lalu. Maka sudah sepatutnyalah

ada upaya menumbuhkembangkan serta melestarikan kearifan lokal ini sebagai

salah sayu kekayaan budaya.

C. Transformasi Nandai dalam Bentuk Naskah Pertunjukkan (Drama)

Di dalam kamus Bahasa Indonesia transformasi dapat diartikan perubahan

rupa bentuk, sifat, fungsi, dan lain sebagainya. Transformasi juga dapat

didefiniskan sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai

pada tahap yang paling sempurna. Berangkat pada definisi di atas, transformasi

nandai ke dalam bentuk naskah drama, artinya mengubah nandai sebagai sastra

lisan ke dalam bentuk naskah pertunjukan. Dalam mentranformasi sastra lisan

nandai ke dalam naskah pertunjukan diharapkan dapat menghidupkan kembali

sastra lisan nandai ini sekaligus menjadi media kreativitas orang-orang yang

bergiat di dalamnya; penulis, pengamat budaya, pemilik cerita, masyarakat,

pendidik, mahasiswa, pelajar, seniman dan lain-lain.

Transformasi nandai ke dalam bentuk naskah drama bukan satu satunya

cara untuk melestarikan dan membuat nandai ini menjadi luntur dari pakemnya.

Akan tetapi sebagai alternatif agar isi nandai yang tumbuh di masyarakat tetap

Page 7: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

7

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

hidup. Sekaligus merupakan kreativitas di dalam pengembangan sastra kearifan

lokal.

Sebagai warisan budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan

estetika budaya. Dengan mentransformasi nandai menjadi naskah pertunjukan

maka pemahaman isi cerita lisan akan hadir lebih hidup karena dikemas

sedemikian rupa sesuai dengan tujuannya sebagai seni pertunjukan. Maka

mentfansformasinyapun ada kriteria-kriteria yang harus dipahami sebagai seni

pertunjukan dengan tidak mengurangi keajekan nandai. Hal ini dianggap perlu

sehingga akan terbentuklah sebuah mekanisme perawatan sastra lisan nandai

sebagai salah satu kekayaan budaya.

Metransfortasi naskah lisan nadai ke dalam naskah drama bukanlah satu-

satunya bentuk baru pelestraian sastra tutur nandai. Akan tetapi bisa juga

ditransformasikan ke dalam bentuk sendra tari, tari daerah, lagu daerah, pantun,

dan sebagainya. Sehingga yang semula hanya dituturkan, akhirnya menjadi seni

yang divisualkan. Inilah yang dikatakan kreativitas.

Berkaitan dengan kreativitas, menurut Munandar (1995: 25) kreativitas

adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai

kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan

dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-

hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

Dijelaskan lebih lanjut, kreativitas adalah sebuah kemampuan yang

dimiilki oleh individu atau seseorang untuk memahami keadaan dalam

meninterprestasikan pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara yang

baru dan asli, sehingga terciptalah menciptakan suatu hal yang baru dan manfaat.

D. Naska Petunjukan (Drama)

Naskah drama adalah karya fiksi yang memuat kisah atau lakon. Naskah

yang lengkap terdiri atas babak dan adegan-adegan. Ada beberapa kategori naskah

pentas, yaitu : a) Naskah yasan, artinya teks drama yang sengaja diciptakan sejak

awal sudah berupa naskah drama. Naskah semacam ini biasa ditulis oleh seorang

sutradara. b) Naskah garapan, artinya teks drama yang berasal dari olahan cerita

Page 8: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

8

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

prosa atau puisi diubah ke dunia drama. Biasanya penggarapan naskah terikat oleh

jalan cerita sebelumnya. sehingga bagian kecil saja yang diubah. Hal ini memang

lebih mudah. Sebab penggarap tidak perlu berimajinasi dari awal. c) Naskah

terjemahan artinya naskah yang berasal dari bahasa lain, diperlukan adopsi dan

penyesuaian dengan budanyanya. (Endraswara. 2011: 37).

Berdasarkan pandangan di atas, transformasi nandai menjadi naskah

drama masuk ke dalam kategori garapan. Sebab naskah pertunjukan ini berasal

dari sastra lisan atau prosa lisan. Sesuai dengan kriteria naskah pertunjukan, maka

ketika mengubah nandai menjadi naskah pertunjukan perlu rancangan kretivitas

dan pemahaman tentang seni pertunjukan ini. Artinya, dibutuhkan pemahaman

dasar tentang karya sastra seni pertunukan (drama) secara mumpuni. Sebab,

ketika seseorang menulis naskah pertunjakan, maka imajinasinya harus bermain

pada wilayah panggung dengan berbagai macam peristiwanya. Hal ini agar

menghasilkan naskah yang baik.

Menurut Arifin (1980:15), naskah yang baik apabila naskah itu kaya

dengan ide-ide baru, baik dilihat dari filsafat, sosial, kulturil, politis dan asli

(bukan jiplakan). Selanjutnya bagaimana nilai sastranya, bagaimana bahasa yang

dipakai, segar atau penuh klise. Derek Bowskill dalam bukunya menyebutkan

naskah yang baik; Pertama, mencetuskan kegembiraan dan ketakutan-ketakutan

manusia yang akan berbaur dengan kegembiraan dan ketakutan yang ada pada

penonton. Kedua, memberikan kekayaan batin, membebaskan manusia dari

prasangka-prasangka dan memberikan rasa senang. Ketiga, menciptakan situasi

yang membutuhkan jawaban, mendorong imajinasi dan dan menyediakan

pengalaman-pengalaman yang intens, kuat dan hebat. Keempat, tidak membuat

pertanyaan-pertanyaan dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan atau malah tak

terjawabkan. Kelima, dialog-doalognya enak, bahasanya mudah untuk

menyatakan perasaan hingg tema yang dikandung dapat terwujudkan. Keenam,

jika dibaca berulang-ulang, dan digali akan menimbulkan pengertian-pengertian

yang lebih jelas. Tujuh, yang dilontarkan adalah kebenaran-kebenaran dari

pandangan seseorang tentang kondisi manusia. Asli, luas, mendalam, dan tidak

palsu atau dibikin-bikin.

Page 9: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

9

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

Berbicara tentang kriteria naskah drama yang baik, maka tidak lepas

berbicara struktur. Endraswara (2011: 21) membagi struktur drama yang baku

yaitu; pertama, ada babak yang akan membentuk keutuhan kisah kecil, lengkap

dengan petunjuknya. Kedua, adegan. Setiap babak biasanya akan dibagi-bagi

menjadi beberapa adegan yang dibatasi oleh perubahan peristiwa. Ketiga,

merupakan bagian yang sangat penting dan secara lahiria membedakan sastra

drama dengan jenis fiksi lainnya. Keempat, prolog. Sebagaimana prosa maka

drama pun mengenal bagian awal, tengah dan solusi serta peleraian. Prolog dalam

drama tidak terlalu dianggap penting. Prolog biasanya bagian naskah yang ditulis

pengarang pada bagian awal yang memuat pengenalan pemain. Kelima, epilog.

Yaitu penutup drama yang biasanya cukup disampaikan oleh pembawa acara atau

narator di belakang panggung.

Contoh Transformasi Nandai Menjadi Naskah Drama

P u t r i S e l a k a (Legenda Sungai Temam Kota Lubuklinggau)

Di sebuah perkampungan kecil jauh di dalam hutan, ada sebuah kelompok

kehidupan yang bersahaja, damai, sejuk, subur, memiliki aliran sungai yang

jernih, bernama Lubuk Timang yang dipimpin oleh seorang Kepala Suku Gindo

Redam. Kampung Lubuk Timang berasal dari nama salah satu lubuk dalam

yang mengalir mengelilingi dusun.

Kehidupan masyarakatnya, sebagian ada yang sudah memilki ladang, sebagian

lagi hanya mengandalkan hasil hutan, makan umbi-umbian; gadung, ketela, ubi

kayu, dan buah rotan. Meski berada jauh di tengah rimba, Gindo Redam memiliki

seorang putri yang cantik luar biasa. Namanya Putri Selaka. Selain cantik, putri

Selaka juga pandai berejung, bersenjang, dan menari. Setiap petang, ia bersama

gadis-gadis (dehe-dehe) di kapungnya akan belajar menari senjang.

Ternyata, kecantikan Putri Selaka, sudah tersohor ke dusun-dusun lainnya. Baik

ke hulu sungai, maupun ke wilayah hilir. Tidak ketinggalan Rantana, anak

kepala suku hulu Air. Sudah lama ia mendengar kalau di salah satu dusun

rimba ini, ada seoranng putri yang cantik luar biasa. Rentana Air Kati, yang

terletak hulu sungai, mulai mencari dusun tempat Putri Selaka berada. Tidak sulit

baginya, dalam waktu singkat ia menemukan dusun yang terletak di hilir dusun.

Angin telah membawa suara merdu Putri Selaka yang tengah bersenjang.

Ayah Rantana, Gindo Sangsang Lubuk Kati, sebenarnya saudara Gindo Redam.

Mereka adik dan kakak. Namun Gindo Sangsang Lubuk Kati diusir dari dusun

dan disumpah nenek moyang, karena kelakuannya yang tak lazim. Sikapnya

Page 10: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

10

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

yang kejam, suka membunuh hewan dan memakan dagingnya mentah-mentah,

membuat nenek moyangnya marah.

Demi melihat kecantikan Putri Selaka, Rentana langsung hendak menjadikannya

istri. Tentu saja Putri Selaka menolak. Apalagi kedatangan Rantana yang tiba-

tiba, sungguh tidak beradat.

Kedatangan Rentana ke Lubuk Timang, benar-benar membawa petaka. Rentana

dengan berani ingin mempersunting Putri Selaka. Putri Selaka, gadis Lubuk

Timang itu tidak pernah bermimpi jika ia akan menjadi sumber segalanya.

Penolakkannya terhadap Rantana, telah membuat pemuda itu mengamuk, dan

mengancam akan menghancurkan Lubuk Timang. Gindo Redam, ayah Putri

Selaka jelas tidak suka dengan cara Rantana. Apalagi ketika ia mengetahui

kalau Rantana adalah keponakannya. Anak kakaknya yang sengaja di usir dari

sukunya.

Marah karena ditolak mentah-mentah, Rantana menancapkan sebatang aur

gading di pinggir dusun dan berkata, tidak ada satu kekuatan pun yang dapat

mengubah sumpahku, selagi aur ini masih tertancap, tidak ada satupun yang

bisa mempersunting Putri Selaka, kecuali aku. Lalu jika menolak maka semua

gadis Lubuk Timang pun, tidak akan menemukan jodohnya.

Akhirnya Gindo Redam berusaha menyatukan kekuatan untuk melawan Rantana

yang sakti. Jalan satu-satunya untuk menawarkan kekuatan aur gading yang

ditanam Rantara, Gindo Redam harus menyatukan kekuatan bersama Tetua

adat Intan Lanang. Dusun Lubuk Timang akan disilamkan dari pandangan

Rantana.

Menjelang malam purnama, ritual dilaksanakan. Namun belum usai ritual

Rantana datang. Rantana tahu jika Gindo Redam berniat menyilamkan dusun

dari padangannya. Rantana naik pitam. Ia menyerang Tetua Intan Lanang

dengan pusala yang terselip di pinggangnya. Tanpa di duga, senjatanya

mengenai Putri Selaka yang berlindung di belakang ayahnya. Putri Selaka tewas

seketika. Menyadari hal itu, Rantana terkejut. Dia ambil tubuh Putri Selaka, lalu

dibawanya pergi entah kemana. Gindo Redam, dan penduduk panik. Mereka

berlari berusaha mengejar Rantana. Namun gagal. Putri Selak tak tahu dibawa

Rantana kemana.

Akhirnya, sejak saat itu, untuk melindungi kampungnya dari ganguan orang

jahat, akhirnya Gindo Redam benar-benar menyilamkan dusunnya. Sejak itu,

dusun Lubuk Timang silam dari pandangan. Yang ada hanya air terjun yang

mirip seperti tirai. Sejak itu, orang menamakan air terjun Temam, terletak kurang

lebih 12 km dari Kota Lubuklinggau, dan menjadi salah satu objek wisata kota

Lubuklinggau.***

Sumber : Kusem (alm)-65 tahun, petani dari Desa Jukung Kota Lubuklinggau. Tidak ada pewarisnya.

Teks cerita di tulis RD Kedum

Page 11: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

11

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

PUTRI SELAKA (Legenda Air Terjun Temam)

Karya; RD.Kedum

Putri Selaka (Anak Gindo Redam-Kepala Suku Lubuk Timang)

Gindo Redam

(Kepala Suku Lubuk Timang)

Intan Lanang

(Tetuo Adat Lubuk Timang)

Rantana Lubuk Katti

(Putra Gindo Muara Katti)

Penduduk 1,2

SINOPSIS

Putri Selaka, gadis Lubuk Timang itu tidak pernah bermimpi jika ia akan menjadi

sumber malapetaka. Penolakkannya terhadap Rantana, telah membuat pemuda itu

mengamuk, dan mengancam akan menghancurkan Lubuk Timang. Gindo Redam, ayah

Putri Selaka tidak setuju. Sebab, Gindo Sangsang Lubuk Katti, ayah Rantana adalah

saudara kandungnya yang dikucilkan dan disumpah nenek moyang, karena kebiasaan

anehnya-membunuh hewan lalu memakan dagingnya mentah-mentah.

Rantana menancapkan sepotong aur gading di pinggir dusun dan berkata, tidak ada satu

kekuatan pun yang dapat mengubah sumpahnya, dan tidak ada satupun yang bisa

mempersunting Putri Selaka, kecuali Dia. Lalu semua gadis Lubuk Timang pun, tidak

akan menemukan jodohnya.

Jalan satu-satunya untuk menawarkan kekuatan aur gading yang ditanam Rantara,

Gindo Redam harus menyatukan kekuatan bersama Tetua adat Intan Lanang. Dusun

Lubuk Timang akan disilamkan dari pandangan Rantana.

Menjelang malam purnama, ritual dilaksanakan. Namun belum usai ritual Rantana

datang. Rantana menyerang Tetua Intan Lanang. Tanpa di duga, senjatanya mengenai

Putri Selaka yang berlindung di belakangnya. Putri Selaka tewas seketika. Menyadari hal

itu, Rantana terkejut. Dia ambil tubuh Putri Selaka, lalu dibawanya pergi entah kemana.

Gindo Redam, dan penduduk panik. Mereka berlari berusaha mengejar Rantana.

SETTING

Suasana petang hari. Musik etnik mengalun tenang. Beberapa gadis bercengkrama

gembira. Samar-samar terdengar rejung;

Oii… tiang boloh ditetak empat

Seje di unde ke ulu doson

Putri Selaka namea royat

Dere tekenal beparas anggon

Page 12: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

12

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

Dusun kami si Lubuk Timang

Mengalir ayow jenih ke ilir

Royat kami perlu dikenang

Anak cucung jan ian mangkir

…………………..

Musik etnik berubah, satu dere menari pisau, bergerak gemulai. Beberapa penduduk yang

melintas tertegun kagum.

BABAK I

Penduduk 1

Wow!! Luar biasa. Ternyata dere-dere kita masih ada yang bisa menari. Tari pisau ini warisan nenek moyang kita. Tidak banyak yang bisa menarikan tari mistis ini.

Penduduk 2

Benar sekali sanak. Aku tidak bisa bayangkan. Ternyata budaya nenek moyang kita

jaman dulu luar biasa. Tapi, mengapa tari ini dikatakan tari mistis?

Penduduk 1

Sebab, tari ini biasa dilakukan oleh nenek moyang kita ketika melakukan ritual tolak

bala, menjaga dusun. Sekaligus menggambarkan kekuatan dan keberanian batin nenek

moyang kita, yang tidak tembus dengan senjata tajam.

Penduduk 2

Oo…camtu…(manggut-manggut) Artinya, nenek moyang kita dulu kebal. (Beranjak keluar

panggung)

Putri Selaka

Sanak, aghai sudah petang. Mari kita pulang. Besok kita lanjutkan lagi permainan kita.

Lihatlah, burung enggang sudah hendak pulang ke sarangnya. Pertanda malam sudah

makin dekat. Tapi, mengapa dusun kita bekabut. Padahal lembayung masih tampak gerah menerangi

alam. Ah, sudahlah..mudah-mudahan ini bukan pertanda buruk. (Semua bergegas- out stage- empty stage)

Babak II

(Pagi hari. Putri Selaka masuk dan duduk mengayam tikar, sembari bersenjang;

Ooi Alangkah anggon burung seriti

Terbang ke ilir kadang ke ulu

Bedan hebatang nak di tangisi

Lum ade lananga lum ade judu

( tiba-tiba Rantana sudah berada di hadapan Putri Selaka)

Rantana

Ahai…tak salah rupanya angin senjangmu membawaku kemari, ternyata benar kalau di dusun ini ada seorang peri, berparas cantik luar biasa. Engkaukah yang bernama Putri

Selaka itu dehe? (mendekat dan memegang dagu Putri Selaka)

Putri Selaka

Hei…siapa engkau anak lanang? Kurang ajar sekali. Tak diajarkan sopan santunkah engkau bagaimana caranya masuk ke dusun orang?

Page 13: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

13

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

Rantana

(tertawa) Bukankah aku sudah menyapamu lebih dulu?

Kurang sopankah itu, Putri cantik?

Putri Selaka

Sikapmu menunjukkan jika kau tidak beradat anak lanang.

Rantana

Hei…dari tadi kau memanggiku anak lanang-anak lanang. Apakah itu sopan? Aku

Rantana. Anak gindo ayow ulu. Gindo Sangsang Lubuk Katti.

Putri Selaka (Kaget) Gindo Sangsang Lubuk Katti?

Rantana

Iya..kenapa? Mengapa terkejut? Nama Bakku memang menggetarkan tanah Silampari

ini, Sangsang Lubuk Katti. (tertawa) Kau kenal?

Gindo Redam

(Tiba-tiba) Siapa yang menyebut-nyebut Sangsang Lubuk Katti?

Anak lanang. Siapa kau? Bisakah kau bersikap sedikit sopan.

Rantana

Akulah yang menyebut-nyebut Sangsang Lubuk Katti. Mengapa?

Tiap kali aku masuk dusun asing, semua heran dan menyatakan takut mendengar nama

Bakku.

Gindo Redam

Ow..jadi kau anak Sangsang Lubuk Katti? Ia adalah saudaraku yang diusir dari dusun dan disumpah nenek moyang, karena kelakuannya yang tak lazim. Ia kejam, suka

membunuh hewan dan memakan dagingnya mentah-mentah.

Rantana

(Terbahak) Sampai sekarang kebiasaan itu masih Gindo. Jangankan hewan, manusia

pun bisa dimakannya hidup-hidup. Kau takut? Kau juga ikut-ikutan menyumpah Bakku, bukan?

Gindo Redam

Itu urusan Bakmu. Ada apa engkau datang kemari. Siapa namamu?

Rantana Rantana. Namaku Rantana Lubuk Katti. Angin senjang Putri Selaka telah membawaku

kemari, Gindo. Sudah lama aku mendengar kecantikannya. Ahaiii…ternyata benar. Putri

Selaka cantik luar biasa. Aku hendak menjadikannya istriku.

Putri Selaka

Tutup mulutmu Rantana, kau sedang berbicara dengan siapa?

Rantana

Dengan Bakmu Putri Selaka. Calon mertuaku. Siapa namanya?

(bersikap biasa-biasa saja)

Gindo Redam Rantana, aku pamanmu, Redam. Saudara Bakmu. Mana mungkin kau mempersunting

putriku. Putri Selaka saudaramu.

Page 14: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

14

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

Rantana

Aaah !!! Aku tak peduli! Sumpah nenek moyang telah memutuskan tali darah Bakku dan

engkau Gindo Redam. Aku benci dengan orang yang menghalangi keinginanku.

Termasuk engkau!

Putri Selaka

Siapa yang sudi mejadi istrimu, Rantana. Kuharamkan diriku di persunting manusia

binatang sepertimu.

Intan Lanang

(Masuk) Hmmm…ada tamu yang tak beradat rupanya. Tak kau ukur tingginya langit dan

dalamnya laut anak lanang. Panjang rotan ada batasnya. Kuat akar pun ada putusnya.

Jangan kau inginkan jadi tunggul tercancang di tengah subur hutan.

Rantana Ahai..siapa pula kau pak Tua. Pandai sekali kau berbicara. Tak akan aur mati sia-sia,

selagi tertancap di tanah basah. Aku kemari berniat baik, hendak mempersunting Putri

Selaka jadi istriku.

Putri Selaka

Kau tak berotak Rantana. Apa kurang jelas yang telah disampaikan Bakku?

Rantana

Jelas…sangat jelas!! Putri Selaka calon istriku!! Kuncinya satu, kau harus mau!

(menyambar tubuh Putri Selaka, Putri Selaka menjerit, memberontak. Intan Lanang menyerang secepat kilat. Putri Selaka terlepas dan berlari mendekati Baknya.)

Intan Lanang

Rantana, beraninya kau berlaku kurang ajar di hadapan orang tua. Pergilah dari sini

sebelum habis kesabaran kami. Kau salah alamat anak lanang. Aur gading tetap jadi

aur gading. Tak akan berubah jadi aur betung. Keputusan Gindo Redam ibarat tebing,

tak akan terbis karena angin.

Rantana

Baik, Orang tua! Aku belum kalah. Aku akan datang tepat malam bulan purnama. Ini

hinaan! Akan ku tantang kau orang tua. (berpaling ke Gindo Redam) Pikirkan baik-baik

lamaranku Gindo. (mengambil sepotong bambu lalu menancapkannya) Ingat!! Aur ini akan menjadi saksi. Putri Selaka tidak akan pernah menikah kecuali

dengan Rantana. Dan gadis dusun inipun tidak akan ada yang menikah, sebelum Putri

Selaka menjadi istriku. (Menghilang)

Putri Selaka

Bak,(cemas) Bagaimana dengan sumpahnya? Jika benar-benar terjadi, sungguh hidupku

tidak ada artinya. Aku telah membuat semua dehe dusun ini menjadi dehe tua, Bak.

(menangis)

Gindo Redam

Tidak usah cemas anakku…di atas langit masih ada langit. Meski ancamannya

menakutkan. Kita mampu melawan tantangannya. Yakinlah itu.

Intan Lanang, kita harus melakukan sesuatu sebelum Rantana datang purnama

mendatang. (di sambut anggukan oleh Intan Lanang - Out stage)

Page 15: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

15

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

Babak III

(Beberapa penduduk sibuk menyiapkan bahan ritual. Putri Selaka tampak sedih dipapah

beberapa orang, diikuti Intan Lanang dan Gindo Redam)

Putri Selaka

(Menerawang) Jika sumpah Rantana benar-benar terjadi. Maka petaka besar untuk

dusun kita. Kalian akan menjadi perawan tua. Tak akan kita dengar lagi dendang rejung,

senjang, dan tabuhan besindo di dusun kita. Dusun kita akan jadi dusun mati (menangis

sedih)

Intan Lanang

Untuk itulah Putri Selaka, dusun kita akan kita pagari, agar Rantana tidak bisa kemari

lagi. (memandang ke atas) Purnama sudah dekat.

Putri Selaka

Tapi aur itu sudah tertancap Tetua. Bukankah kekuatan bumi telah memaku ucapan

Rantana?

Intan Lanang

(Ragu, sembari bersiap-siap melakukan ritual) Tidak Selaka. Kita mampu melawan

kekuatan Rantana yang tak beradat itu. Mari Gindo Redam, kita satukan kekuatan. Kita

cabut sumpah Rantana yang tertanam di aur gading. Kita kumpulkan kekuatan para

mambang penunggu dusun. Roh nenek moyang akan berpihak pada kebenaran

Gindo Redam

Mari Tetua..sebelum bulan naik di atas kepala (keduanya bersedekap, yang lain

menunggu harap-harap cemas)

Intan Lanang

Sungsang sangkarat getah betih getah limau

Kayu cendane kayu paku kayu bumi tembesi tembesu

Pirak ganting pirak gantung yap,,yap selayap upai

Upai abis tiang bejenjang jenjang kido jenjang kanan

Lang beketek lang betakup lang lang..lang

Uuuwah!!

Beting segale beting, bukit, gunung, langit, bumi,

Mate aghai, mate ayow mate segale mate silap mpuk dusun kami

(Intan Lanang memercikan air ke seluruh penjuru. Belum usai tiba-tiba Rantana datang

dengan muka merah)

Rantana

Kurang ajar, Tetua! Lancang sekali kau menghalangi aku (pedang terhunus) Memagari

dusun agar silam dalam pandangan mataku.

(Demi melihat kedatangan Rantana yang tiba-tiba, Putri Selaka berlindung di belakang

Tetua Intan Lanang)

Orang tua! Berapa tinggi ilmu yang kau punya sehingga berani-beraninya kau hendak

menyilamkan Lubuk Timang. Kau belum tahu siapa Rantana. Kau harus mati

tetua…Hiaaat…

Page 16: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

16

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

(menebaskan pisau besarnya. Tetua menghindar dengan lincah. Pisaupun mengenai Putri

Selaka. Putri Selaka terpekik tumbang berlumuran darah. Semua panik. Rantana yang

tidak menduga peristiwa itu pun ikut terkejut)

Putri Selaka! Putri!! Aku akan bawa Selaka pergi, tak dapat mempersuntingnya, jasadnya

pun jadi. Hiiiiat!!

(Rantana membopong tubuh Putri Selaka, lalu dibawanya pergi. Semua baru tersadar

lalu mengejar)

Koor: (riuh)

Selaka…Putri Selaka….Putri Selaka Putri Selakaaaa…..Putri.. (Semua berlari-mengejar.

Musik etnik kembali hingar bingar. Rejung/lagu penutup terdengar menyayat. Stage

kembali sepi)

Tamat

Lubuklinggau, 12 April 2014

Catatan:

Aghai = hari

Bak = ayah

Besindo = berkenalan/bercinta

Camtu = seperti itu

Dere = gadis

Gindo = kepala suku

Rejung = lagu daerah

Sanak = saudara

Senjang = pantun dilagukan

Silam = hilang/ghaib

Terebis = longsor

Tetuo = tokoh adat/dituakan

Page 17: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

17

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

Simpulan

Bergesernya minat masyarakat terhadap cerita rakyat, menggambarkan

bergesernya pula fungsi cerita rakyat. Cerita rakyat bukan lagi sebagai media

hiburan. Generasi muda bayak tidak kenal lagi sastra lisan nandai sebagai bagian

budaya leluhurnya. Sehingga semakin hari sastra lisan ini semakin tergerus karena

sudah tidak ada lagi penuturnya. Akibatnya peran sastra lisan di masyarakat pun

menjadi pudar. Generasi muda umumnya tidak mengenal dan enggan untuk lebih

jauh mendalami cerita rakyat ini. Sehingga, lambat laun cerita rakyat ini akan

hilang sama sekali.

Transformasi nandai menjadi naskah pertujukkan, hanya sebagai alternatif

bagi siapapun, menjadikan sastra lisan khusunya nandai menjadi bentuk lain.

Masih banyak kearifan-kearifan lokal yang bisa di transformasi ke dalam bentuk

naskah drama ini. Misalnya misalnya adat perkawinan, ritual pengobatan, tata cara

adat lainnya yang tersebar luas di Sumatera Selatan.

Sastra lisan -satra lisan yang tersebar, idealnya menjadi sumber inspiratif

dan kreasi bagi pengamat, pecinta, kearifan lokal. Hal tersebut bukan saja sebagai

upaya melestarikan dan mengembangkan sastra lisan dalam bentuk lain, namun

juga sebagai ajang krativitas bagi penulis, pelajar, dan pendidik. Kreativitas

dalam berkarya ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajar. Misalnya

untuk di Perguruan Tinggi sebagai materi pendukung mata kuliah Apresiasi

Drama, Sanggar Teater, Perencanaan Pementasan Drama, Keterampilam

Menulis, Sastra Daerah, dan lain sebagainya. Termasuk juga bagi guru dan

pelajar sebagai materi mata pelajaran yang berkaitan dengan seni pertunjukan

atau drama.

---0000--

Page 18: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

18

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

REFERENSI

Agus DS. 2008.Mendongeng Bareng Kak Agus Ds Yuk. Yokyakarta. Kanisius.

Arifin. Max. 1980. Teater Sebuah Perkenalan Dasar. Flores: Nusa Indah

Danandjaja, James. 2003. Folklor Amerika: Cermin Multikultural yang

Manunggal. Jakarta: Grafiti.

Egoff. Shella dan Judith Saltman.1990. The New republic of Chidhood: A Critical

Guide to Canadian Children,s Literature in English. Toronto: Oxford

University Press.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Epistomologi, Model,

Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: MedPress.

-------- 2011. Metode Pembelajaran Drama. Apresisi, Ekspresi, dan Pengkajian.

Yogyakarta: Buku Seru

Fuadi Aziz. Cerita Rakyat Peran dan fungsinya. Dalam Koran Merdeka, 5 Mei

1993.

Hutomo. Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan, Pengantar Studi Satra

Lisan. Surabaya. HISKI.

Harianto, Evi Novianti. 2004. Mantra Muar Wayek (Analisis Struktur dan

Fungsi). Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Kedum, RD. Kumpulan Cerita Rakyat Lubuklinggau-koleksi pribadi belum

dipublikasikan secara Nasional.

Mukmin, Suhadi dan Izzah. Menjadikan Cerita rakyat Bangka sebagai Industri

kreatif dan Media Pembelajaran yang Integratif. Bangka Belitung. Makalah

Internasional Lisan VII, tanggal 19-22 nopember 2010.

Munandar.Utami. 2004. Pengembangan Emosi dan Kreativitas. Jakarta : Rineka

Cipta

Pundentia. 2008. Metodologi kajian Tradisi Lisan. Jakarta: ATL

Page 19: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

19

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

Pradotokusumo, Partini Sarjono.2005. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT.Gramedia

Pustaka Utama.

Rusyana Yus. 200. Prosa Tradisional; Pengertian Klasifikasi, dan Teks, Jkaarta:

Pusat Bahasa , Departemen Pendididkan Nasional.

Sukatman. 2009. Butir-butir Tradisi Lisan Indonesia: Pengantar Teori dan

Pembelajarannya. Yogyakarta: LaksBang PRESSSindo.

Syam, Suwandi. Kumpulan Cerita Rakyat Musi Rawas (tidak ada tahun-

manuskrip)

Taum, Yosep Yapi. Studi Sastra Lisan: Sejarah, teori, Metode dan Pendekatan

Disertasi Contoh Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Lamera.

Wellek, Rene dan Austin Waren. 1995. Teori Kesusatraan. Jakarta. PT Gramedia.

Internet:

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/1

98104252005012-HALIMAH/INTEERTEKSTUAL_ks.pdf (diakases 18 April 2016)

https://dkpalembang.wordpress.com/2015/08/20/sastra-tutur-sumsel-punah-

bergurulah-pada-metode-iqra/

http://forumlintangempatlawang.blogspot.co.id/2008/08/sastra-tutur-di-sumsel-

hampir-punah.html

Page 20: TRANSFORMASI NANDAI KE DALAM NASKAH …stkippgri-lubuklinggau.ac.id/media/pdf/naskah_nandai.pdf · ... misalnya naskah drama, maka ... Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam masyarakatnya,

20

Disampaikan dalam “Seminar Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan rusmana dewi Hasil Karya dan Pikiran Kritis Tenaga Kebahasaan dan Kesastraan” Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 20 April 2016

l k