Upload
dinhque
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TRANSFORMASI PUSAT PERPUSTAKAAN UIN JAKARTA
DALAM MENDUKUNG UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA MENJADI WORLD CLASS UNIVERSITY
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
PROPOSAL
Oleh:
ROSMIATI
NIM. 11140251000015
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440 H/ 2018 M
i
ABSTRAK
Rosmiati (NIM. 11140251000015). Transformasi Pusat Perpustakaan UIN
Jakarta dalam Mendukung UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World
Class University. Di bawah bimbingan Dr. Ida Farida, MLIS. Program Studi
Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transformasi fungsi, fasilitas, dan SDM
Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam menyokong UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menjadi World Class University dan mengetahui upaya yang dilakukan
dalam mengatasi kendala yang ada. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi
kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
adalah observasi, wawancara dan kajian pustaka. Informan dalam penelitian ini
adalah kepala perpustakaan, koordinator layanan teknis dan pengembangan
kerjasama serta sub. koordinator bidang pengadaan, pengolahan, pemeliharaan
dan koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta. Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
melakukan transformasi sejak tahun 2002 pada saat IAIN berubah menjadi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil dari penelitian ini meliputi 1). a. Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta tidak melakukan transformasi dari segi fungsi
perpustakaan, fungsinya tetap sama yaitu mendukung proses Tri Dharma
Perguruan Tinggi. b. Transformasi fasilitas yang dilakukan dari segi koleksi
seperti menyediakan database online serta dari segi sarana dan prasarana seperti
memiliki gedung baru dengan daya tampung ruang baca yang lebih luas, terdapat
ruang BI corner, terdapat ruang khusus koleksi keislaman maupun multimedia
dan lain sebagainya. c. SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta berjumlah 30 orang
yaitu 14 orang pustakawan dan 16 orang non pustakawan. SDM Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta melakukan perubahan dari segi kompetensi seperti
kompetensi dibidang IT dan layanan dan juga dalam segi pemenuhan SDM seperti
memperhatikan kriteria yang diinginkan. 2). Upaya yang dilakukan dalam
mengatasi kendala di antaranya memaksimalkan anggaran, kerjasama,
meningkatkan kompetensi SDM, mengangkat tenaga non PNS dari Jurusan Ilmu
Perpustakaan, serta mengoptimalkan fasilitas yang ada dan difungsikan sesuai
dengan tujuan.
Kata Kunci: Transformasi, Perpustakaan Perguruan Tinggi, World Class
University.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah
memberikan segala nikmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa penulis haturkan shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad Saw. semoga syafa’atnya dapat diperoleh
diakhirat kelak nanti. Aamiin.
Skripsi ini berjudul “Transformasi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
dalam Mendukung UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class
University”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengetahui benar bahwa masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, baik dalam proses penulisan maupun
bahan referensi yang digunakan. Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tentu
tidak lepas dari dukungan semua pihak yang meluangkan waktunya dalam
membantu penulis. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan,
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing Akademik.
iii
4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu Ida Farida, MLIS, selaku dosen pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktunya di tengah-tengah kesibukannya dalam membantu,
mengarahkan, dan menuntun penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang
bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Seluruh informan dalam penelitian ini, yaitu Bapak Amrullah Hasbana, S.Ag,
SS, MA selaku Kepala Perpustakaan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta, Ibu Siti
Maryam, M.Hum selaku Koordinator Layanan Teknis dan Pengembangan
Kerjasama Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dan Ibu Ulfah Andayani, S.Ag,
SS, M.Hum selaku Sub. Koordinator Bidang Pengadaan, Pengolahan,
Pemeliharaan dan Koleksi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta.
8. Bapak H. Dulmuti dan Ibu Hj. Masriah tercinta yang telah memberikan cinta
dan kasih sayangnya kepada penulis. Selalu memberikan dorongan spirit dan
moril untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Serta kakak-kakakku, Masroni,
Damayanti, Nurul Hidayati dan Adikku M. Nur Kholish yang selalu
memberikan nasihat dan semangat kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan yaitu Sari Wahyuni, Etika Mulia Sari, Fitriani
T.H, Faiz Muhammad, Chairida Saufatunnisa, Armelia Yunita, Intan Indah
iv
Pratiwi, Afifah, serta teman-teman angkatan 2014 khususnya AJIP 2014 yang
memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Kawan-kawan JIPERS UIN Jakarta, Zulfikar Arman, Braja Maulana, Ari
Rama, Rifat Sauqi, Ka Jamilah, dan Kholis yang telah memberikan semangat
maupun motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak baik teman maupun saudara yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, terimakasih untuk semuanya. Semoga Allah Swt. membalas
semua kebaikan yang sudah diberikan kepada penulis. Aamiin.
Jakarta, November 2018
Rosmiati
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................................. 4
D. Definisi Istilah ..................................................................................................... 5
E. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN LITERATUR ............................................................................... 8 A. Transformasi ....................................................................................................... 8
1. Pengertian Transformasi ................................................................................ 8
2. Faktor Terjadinya Transformasi ..................................................................... 9
B. Transformasi Perpustakaan .................................................................................. 9
C. Perpustakaan Perguruan Tinggi.......................................................................... 13
1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi................................................... 13
2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi ........................................................ 13
3. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi ........................................................ 15
4. Sumber Daya Manusia ................................................................................. 17
D. World Class University ...................................................................................... 21
1. Pengertian World Class University ............................................................... 21
2. Lembaga Pemeringkatan Internasional ......................................................... 22
E. Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 33
F. Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 36 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ......................................................................... 36
B. Sumber Data ...................................................................................................... 37
C. Kriteria Informan ............................................................................................... 37
vi
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 38
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 40
F. Jadwal Penelitian ............................................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 43 A. Profil Pusat Perpustakaan UIN Jakarta ............................................................... 43
1. Sejarah Pusat Perpustakaan UIN Jakarta ...................................................... 43
2. Visi dan Misi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta ............................................. 46
3. Struktur Organisasi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta .................................... 48
4. Fasilitas Pusat Perpustakaan UIN Jakarta ..................................................... 48
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ....................................................................... 51
1. Transformasi fungsi, fasilitas dan SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
dalam menyokong UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi World Class University. ................................................................................................... 51
2. Upaya yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta mengatasi kendala
dalam menyokong UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi World Class University. ................................................................................................... 65
BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 68 A. Kesimpulan ....................................................................................................... 68
B. Saran ................................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 71
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Transformasi Fungsi Perpustakaan .................................................... 10
Tabel 2. 2 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 35
Tabel 3. 1 Kriteria Informan............................................................................... 38
Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian ............................................................................... 42
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi ........................................................................ 48
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Transkrip Wawancara
Lampiran 2: Reduksi Data
Lampiran 3: Lembar Observasi
Lampiran 4: Surat Izin Observasi dan Wawancara
Lampiran 5: Surat Tugas Menjadi Pembimbing
Lampiran 6: Surat Izin Penelitian
Lampiran 7: Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 8: Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan merupakan bagian penting dalam lembaga pendidikan
seperti perguruan tinggi, dan keberadaannya sangat menentukan kualitas dari
perguruan tinggi tersebut. Perpustakaan bukan sekedar tempat penyimpanan
koleksi buku-buku tetapi lebih dari itu. Perpustakaan perguruan tinggi
memiliki peran penting yaitu menjadi pusat kegiatan pembelajaran bagi
seluruh sivitas akademika sebagai sarana penunjang mereka melakukan
kegiatan pendidikan maupun penelitian. Berbagai sumber informasi yang
disediakan perpustakaan menjadikan seluruh sivitas akademika menjadi kaya
akan pengetahuan dan mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan.
Dengan begitu, terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi seperti
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dapat dibantu
dengan adanya perpustakaan. Oleh sebab itu, perpustakaan sering disebut
sebagai jantungnya suatu perguruan tinggi.
Pada era globalisasi saat ini, menimbulkan banyak persaingan
diberbagai aspek, salah satunya pada perguruan tinggi. Belakangan ini,
banyak perguruan tinggi yang berlomba-lomba melakukan transformasi atau
perubahan untuk menjadi universitas kelas dunia atau dikenal dengan World
Class University. World Class University merupakan universitas yang
mendapatkan pengakuan global, yang ditandai dengan reputasi akademik
yang unggul, lulusan yang berdaya saing, jumlah sitasi dosen yang tinggi,
2
rasio dosen dan mahasiswa yang ideal, serta jumlah mahasiswa dan dosen
asing yang cukup.1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan salah satu universitas
Islam di Indonesia yang menuju World Class University. Pada tahun 2016,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mencatatkan beberapa pencapaian penting
dalam berbagai pemeringkatan, antara lain peringkat Google Scholar Citation
berada pada urutan 3, peringkat perguruan tinggi versi Webometrics berada
diurutan 32, menduduki rangking ke-32 se-Indonesia dalam konteks publikasi
di jurnal Internasional dengan terindeks Scopus, dan menempati urutan 42 di
University Web Rangking 4 International Colleges and Universities (4ICU)
yang sekarang dikenal dengan UniRank University Ranking.2 Saat ini, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta menuju transformasi dari Satker BLU (Badan
Layanan Umum) menuju satker PTN Badan Hukum dengan penguatan dan
pengokohan sebagai Universitas Riset.
Menjadi World Class University, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
harus mempunyai perpustakaan yang dapat menyokongnya untuk menjadi
kelas dunia. Hal tersebut karena perpustakaan termasuk salah satu indikator
penilaian terhadap kualitas sebuah perguruan tinggi. Sebagai bagian dari
universitas yang ingin mencapai World Class University maka, Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta harus mengikuti lembaga induknya. Dengan
demikian, perpustakaan diharuskan melakukan transformasi. Menurut Diao
1 Dokumen Rencana Strategis (Renstra) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2017-
2021 2 Dokumen Rencana Strategis (Renstra) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2017-
2021
3
Ai Lien, transformasi yang perlu dilakukan meliputi tiga garis besar di
antaranya pada fungsi, fasilitas dan SDM perpustakaan.
Berdasarkan observasi, perubahan yang dilakukan oleh Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta yaitu pada gedung perpustakaannya. Perubahan
tersebut tidak semata perpindahan lokasi saja tetapi menjadikan daya
tampung ruang baca yang lebih luas dengan fasilitas yang bertambah seperti
adanya ruang BI corner. Selain itu, Pusat Perpustakaan UIN Jakarta baru saja
mendapatkan akreditasi A dari Perpustakaan Nasional RI. Hal tersebut
menjadi bukti keseriusan perpustakaan dalam mendukung UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjadi World Class University.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk membahas tentang transformasi yang dilakukan perpustakaan dalam
mendukung universitas yang menaunginya menuju World Class University.
Maka dari itu, penulis menuangkannya dalam sebuah penelitian yang berjudul
“Transformasi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Mendukung UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Upaya menghindari penafsiran yang lebih luas, serta terbatasnya
waktu, tenaga dan biaya, maka penulis memberikan pembatasan masalah
penelitian di antaranya yaitu dibatasi pada transformasi fungsi, fasilitas dan
SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam menyokong UIN Syarif
4
Hidayatullah Jakarta menjadi World Class University serta upaya yang
dilakukan dalam mengatasi kendalanya.
Mengacu pada latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana transformasi fungsi, fasilitas dan SDM Pusat Perpustakaan
UIN Jakarta dalam menyokong UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi
World Class University?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
mengatasi kendala dalam menyokong UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menjadi World Class University?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui transformasi fungsi, fasilitas dan SDM Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta dalam menyokong UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menjadi World Class University.
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN
Jakarta mengatasi kendala dalam menyokong UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menjadi World Class University.
Adapun yang menjadi manfaat penulisan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Dapat menjadi masukan bagi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam
meningkatkan dan merencanakan pengembangan aspek penting yang
5
dimiliki sesuai dengan visi misi perpustakaan, visi misi universitas dan
yang paling utama adalah kebutuhan para pengguna.
2. Dapat menjadi masukan bagi pengembangan Ilmu Perpustakaan
khususnya mengenai transformasi perpustakaan sebagai contoh dinamika
suatu perpustakaan perguruan tinggi.
3. Dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
kompetensi sumber daya manusia di perpustakaan perguruan tinggi.
D. Definisi Istilah
Agar memudahkan dalam memahami dan menganalisa penelitian ini,
penulis menyampaikan definisi istilah yang dibahas seperti di bawah ini:
1. Transformasi
Transformasi merupakan perubahan pada perpustakaan baik dalam
bentuk fisik maupun nonfisik yang dilakukan secara bertahap.
2. Transformasi Perpustakaan
Transformasi perpustakaan merupakan perubahan yang dilakukan
oleh perpustakaan baik dalam segi fungsi, fasilitas maupun SDM yang
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan informasi.
3. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang
berada di perguruan tinggi, dengan tujuan utama yaitu membantu
perguruan tinggi mencapai tujuannya.
6
4. World Class University
World Class University merupakan universitas yang mendapatkan
pengakuan secara global, ditandai dengan reputasi akademik yang
unggul, lulusan yang berdaya saing, jumlah sitasi dosen yang tinggi, rasio
dosen dan mahasiswa yang ideal, serta jumlah mahasiswa dan dosen
asing yang cukup.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulis dan demi mencapai pembahasan yang
bersifat kronologis sehingga memudahkan proses pemahaman isi, maka
penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian, definisi istilah dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Literatur
Bab ini menjelaskan teori-teori yang berasal dari kajian
pustaka yang memiliki kaitan dengan gambaran mengenai
transformasi dan faktornya, transformasi perpustakaan,
perpustakaan perguruan tinggi seperti tujuan, fungsi dan
SDM, serta mengenai World Class University. Pada bab ini
juga terdapat penelitian terdahulu.
7
BAB III Metode Penelitian
Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang
digunakan yaitu terdiri dari jenis dan pendekatan penelitian,
sumber data, kriteria informan, teknik pengumpulan data,
teknik pengolahan dan analisis data serta jadwal penelitian.
BAB lV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini memuat isi dari profil objek penelitian, serta hasil
penelitian dan pembahasan.
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang
dikemukakan penulis serta saran yang berupa masukan dari
penulis.
8
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Transformasi
1. Pengertian Transformasi
Kemajuan teknologi dan komunikasi mengharuskan setiap
individu, kelompok maupun organisasi melakukan berbagai transformasi
atau perubahan agar tetap menjaga eksistensinya dalam bidang apapun.
Transformasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
perubahan bentuk, baik secara fisik maupun non fisik, serta perubahan
sifat maupun fungsinya. Menurut Cook (1997) dalam Ubudiyah Setiawati
(2009) perubahan adalah proses perpindahan yang dilakukan individu,
kelompok maupun organisasi dari kondisi mereka saat ini menuju kondisi
yang mereka inginkan, dengan dukungan kekuatan dinamika internal dan
juga eksternal.3
Lain halnya dengan Danabalan (1999) dalam Diao Ai Lien
(2004), menurutnya transformasi adalah perubahan yang sifatnya
struktural, bertahap, total dan tidak dapat kembali kebentuk semula.4
Jadi, dapat disimpulkan bahwa transformasi merupakan perubahan yang
dilakukan dari kondisi saat ini menuju kondisi yang diinginkan baik
dalam bentuk fisik maupun non fisik yang terjadi secara perlahan-lahan
3 Ubudiyah Setiawati, “Pustakawan Transformasi,” Universitas Komputer Indonesia, 2009,
hal. 2. 4 Diao Ai Lien, “Transformasi Dunia Perpustakaan,” in Perpustakaan dan Layanan
Informasi: Kebutuhan Pengelola Perpustakaan-Pengguna dan Masyarakat (UPT Perpustakaan
ITB dan The British Council, Bandung, 2004), hal. 2.
9
dan tidak dapat kembali kebentuk awal. Perubahan tersebut terjadi
dikarenakan rasa tidak puas akan kondisi pada saat ini, serta dorongan
dari berbagai faktor yang mengharuskan melakukan suatu perubahan
dengan harapan dapat terselesaikannya berbagai persoalan.
2. Faktor Terjadinya Transformasi
Terjadinya sebuah transformasi memiliki suatu proses dan
proses tersebut tidaklah mudah dan cepat, tergantung pada faktor yang
mempengaruhinya. Menurut Habraken (1976) dalam Pakilaran (2006)
yang dikutip oleh Alfiah dan Elsa Supriyani (2016), faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya transformasi yaitu sebagai berikut:5
a. Setiap orang ingin dikenal dan memperkenalkan dirinya dengan
begitu mereka menjadikan identitas diri sebagai kebutuhannya.
b. Perubahan gaya hidup, seperti berubahnya struktur dalam
masyarakat maupun datangnya budaya luar yang mempengaruhi
serta munculnya berbagai penemuan baru.
c. Pengaruh teknologi baru yang menimbulkan rasa ingin mengikuti
mode, dimana bagian yang masih dapat dipakai secara teknis dipaksa
untuk diganti.
B. Transformasi Perpustakaan
Pesatnya perkembangan teknologi saat ini, memberi pengaruh
terhadap pola pekerjaan termasuk yang terjadi pada perpustakaan. Hal ini
5 Alfiah dan Elsa Supriyani, “Perubahan Bentuk Rumah Adat Tongkonan Tana Toraja
Berdasarkan Pendapat Teori Lesesau,” Jurnal Teknosains Vol. 10, no. 1 (2016): hal. 5.
10
menjadikan tantangan tersendiri bagi perpustakaan untuk melakukan
perannya sebagai agen perubahan. Menurut Diao Ai Lien, transformasi yang
perlu dilakukan hanya meliputi tiga garis besar di antaranya:6
1. Transformasi Fungsi Perpustakaan
Perpustakaan perlu melakukan usaha dalam memainkan
peranannya dari segi fungsi dalam menambah nilai informasi maupun
pada perpustakaannya sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
melakukan suatu gagasan atau ide baru. Berikut ini tabel yang
menunjukkan perubahan fungsi perpustakaan sebelum dan sesudah era
internet yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Transformasi Fungsi Perpustakaan
Sebelum Internet Sesudah Internet
Memberikan multi-entry service
atau layanan yang terpisah untuk
pengadaan, pengolahan,
transaksi peminjaman, referensi,
dsb.
Menyediakan one-stop service:
multi-functional libraries
serving multi-tasking customers.
Mengumpulkan informasi dan
pengetahuan (umumnya
tercetak) secara lokal.
Menyediakan koleksi dan akses
informasi dan pengetahuan
dalam multi-format
Menjaga koleksi dan akses
informasi dan pengetahuan.
Menambah nilai pada informasi
dan pengetahuan.
Melayani individu atau
kelompok tanpa melihat potensi
hubungannya dengan individu
atau kelompok lain.
Melayani individu atau
kelompok sebagai anggota
jaringan.
Memberikan pelayanan di
tempat dan sebatas jam
pelayanan.
Memberikan pelayanan online
24 jam.
6 Lien, “Transformasi Dunia Perpustakaan,” hal 2.
11
Manajemen informasi:
memberikan pelayanan sebatas
akses informasi dan
pengetahuan.
Manajemen pengetahuan
misalnya menyediakan fasilitas
untuk diskusi di perpustakaan,
merangkum dan membuat
resensi pada setiap diskusi
tersebut.
Memberikan pendidikan
pemakaian sebatas mengenai
pemanfaatan perpustakaan.
Meningkatkan information skills
and literacy sedemikian rupa
sehingga pengguna dapat
memanfaatkan TIK dalam
mengakses dan memanfaatkan
informasi secara kritis.
2. Transformasi Fasilitas
Perpustakaan perlu mengembangkan fasilitas untuk menjalankan
fungsi-fungsi baru yang telah disebutkan di atas. Berikut ini perubahan
yang harus dilakukan yaitu:
a. Menghubungkan orang-orang yang bekerja dengan topik yang sama
atau serupa. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas
penghubung dengan para ahli yang ada di dalam maupun luar
kampus maupun fasilitas lainnya.
b. Menyambungkan orang dengan informasi yang terdapat di dalam
dan luar kampus, seperti menyediakan pangkalan data dan links
dengan berbagai sumber di luar.
c. Merekam proses dan hasil pertemuan seperti rapat, seminar, kuliah,
dan lain-lain.
d. Mempublikasi dalam berbagai format. Hal ini diperlukan software
untuk video editing, web development, dan lain-lain.
e. Mengunggah file multi-format
12
f. Membuat perpustakaan digital pribadi, dengan memberikan fasilitas
untuk membuat link dengan berbagai sumber di dalam maupun luar
perpustakaan menurut kata kunci dan hubungan antar kata kunci
tersebut, yang ditentukan oleh pengguna sendiri.
g. Membuat modul-modul untuk training literacy skills secara online
maupun offline.
h. Semua transaksi yang dilakukan perpustakaan dan pengguna
direkam sedemikian rupa. Sehingga perpustakaan dapat
memanfaatkan akumulasi pengetahuan dengan mudah agar mutu
pelayanan meningkat secara cepat.
i. Gedung yang memiliki ruang yang lebih banyak untuk training
information skills, ruang pertemuan, dan ruang-ruang lain.
Dengan demikian, perpustakaan dapat terintegrasi dengan
berbagai kegiatan yang dilakukan penggunanya. Hal tersebut dapat
menambah kebutuhan, rasa puas, serta tumbuh rasa percaya pengguna
terhadap perpustakaan dan kerjasama di antara mereka.
3. Transformasi Pustakawan
Pada era pengetahuan saat ini, pustakawan merupakan salah satu
yang paling memerlukan dan yang harus bertransformasi lebih awal.
Pustakawan dituntut harus memiliki kemampuan lebih dari penggunanya
baik dalam hal keterampilan maupun bidang pengetahuan apapun.
Transformasi pustakawan ini mengaitkan perluasan suatu pandangan
pustakawan terhadap posisi dan peranannya dalam meningkatkan nilai
13
informasi dan sumber-sumbernya secara aktif dan inovatif. Akan tetapi,
semua ini membutuhkan suatu komitmen dari pustakawan maupun
pimpinan organisasi tersebut.
C. Perpustakaan Perguruan Tinggi
1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang ada di
perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang berafiliasi
dengan perguruan tinggi, yang membantu tercapainya tujuan dari
perguruan tinggi tersebut.7 Perpustakaan perguruan tinggi juga diartikan
sebagai unit pelaksana teknis perguruan tinggi bersama-sama dengan unit
lain, ikut serta melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara
memilih, menghimpun, mengolah, merawat, serta memberi sumber
informasi khususnya pada lembaga induk dan umumnya pada masyarakat
akademis.8 Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan di
perguruan tinggi yang ikut dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
Tinggi agar tercapainya tujuan perguruan tinggi tersebut.
2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi di Indonesia memiliki tujuan yang dikenal
dengan nama Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian
7 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), hal.
2.17. 8 Purwono, Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013), hal. 18.
14
dan pengabdian kepada masyarakat. Adanya perpustakaan perguruan
tinggi bertujuan untuk menunjang pelaksanaan Tri dharma tersebut.
Berikut ini penjabarannya yaitu sebagai berikut:9
a. Sebagai penunjang pendidikan dan pengajaran maka perpustakaan
perguruan tinggi bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah,
menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi untuk
mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
b. Sebagai penunjang penelitian maka kegiatan perpustakaan perguruan
tinggi adalah mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan
dan menyebarluaskan informasi bagi peneliti baik intern institusi
atau ekstern di luar institusi.
c. Sebagai penunjang pengabdian kepada masyarakat maka
perpustakaan perguruan tinggi melakukan kegiatan dengan
mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan
menyebarluaskan informasi bagi masyarakat.
Hal ini menjadikan perpustakaan perguruan tinggi memiliki
tujuan dalam membantu pelaksanaan dari ketiga dharma perguruan tinggi
tersebut. Berikut ini beberapa tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi
di antaranya:10
a. Mencukupi setiap kebutuhan informasi bagi sivitas akademika,
seperti staf, pengajar dan mahasiswa.
b. Menyediakan materi perpustakaan rujukan (referensi) bagi semua
tingkat akademis, dari mahasiswa tahun pertama hingga mahasiswa
program pascasarjana dan pengajar.
c. Menyediakan ruangan bagi pengguna perpustakaan untuk belajar.
d. Menyediakan jasa peminjaman bagi berbagai jenis pengguna dengan
tepat guna.
9 Triana Santi, “Transformasi Perpustakaan UIN SU Menuju Layanan yang Berkualitas,”
Jurnal Iqra’ Vol. 8, no. 2 (2014): hal.2. 10 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, hal.2.18.
15
e. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak terbatas pada
lingkungan perguruan tinggi saja tetapi juga lembaga industri lokal.
3. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Agar tujuan dapat tercapai dengan sempurna maka, harus
didukung juga dengan fungsinya. Adapun fungsi perpustakaan perguruan
tinggi adalah sebagai berikut:11
a. Fungsi Edukasi
Perpustakaan merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi
sivitas akademika dalam mendukung proses belajar mengajar. Maka
dari itu, perpustakaan harus menyediakan setiap program studi bahan
pembelajaran, koleksi tentang strategi belajar mengajar serta materi
pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Hal tersebut guna
mendukung tercapainya tujuan perpustakaan.
b. Fungsi Informasi
Semua pengguna dapat dengan mudah mencari informasi
yang mereka inginkan, karena perpustakaan merupakan sumber dari
segala informasi
c. Fungsi Riset
Perpustakaan menyediakan berbagai macam bahan primer
maupun sekunder yang terpercaya untuk bahan penelitian serta
pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
11 Mubasyaroh, “Pengaruh Perpustakaan bagi Peningkatan Mutu Pendidikan Perguruan
Tinggi,” Libraria Vol. 4, no. 1 (2016): hal. 10.
16
d. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif untuk
membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya
inovasi pengguna perpustakaan.
e. Fungsi Publikasi
Perpustakaan sudah seharusnya membantu dalam melakukan
publikasi karya yang dihasilkan oleh sivitas akademika maupun staf
non-akademik.
f. Fungsi Deposit
Perpustakaan menjadi pusat deposit bagi seluruh karya dan
pengetahuan yang dihasilkan oleh sivitas akademika.
g. Fungsi Interpretasi
Perpustakaan selayaknya melakukan suatu kajian dan dapat
memberi nilai tambah bagi sumber-sumber informasi yang
dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melaksanakan
dharmanya.
Penjelasan di atas memberi simpulan bahwa fungsi perpustakaan
perguruan tinggi merupakan sarana penyediaan fasilitas pengajaran dan
penelitian agar terpenuhinya kebutuhan informasi bagi sivitas akademika
yang memiliki kualitas koleksi memadai dan sesuai dengan kebutuhan
yang dapat memunculkan rasa kepuasan bagi pengguna.
17
4. Sumber Daya Manusia
Keberhasilan suatu perguruan tinggi dapat ditentukan oleh
sumber daya manusianya (SDM). Bentuk keberhasilan yang diperoleh
dapat dilihat dari kompetensi dan kualitas yang dimiliki SDM tersebut.
Salah satu unsur SDM penunjang utama dalam penyelenggaraan
perguruan tinggi yaitu pustakawan. Hal ini dikarenakan pustakawan
merupakan tenaga profesional yang bertugas dalam menunjang
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang ada di perguruan
tinggi.12
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 8,
Pustakawan adalah orang yang mempunyai kompetensi yang didapatkan
melalui pendidikan maupun pelatihan kepustakawanan dan memiliki
tugas serta tanggung jawab dalam melaksanakan pengelolaan dan
pelayanan perpustakaan.
Kemajuan teknologi yang terjadi saat ini bukan hanya
mengalami suatu ledakan informasi yang cukup besar akan tetapi juga
memudahkan pengguna dalam mengakses informasi. Dengan begitu,
pustakawan harus menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK). Pustakawan yang memiliki peranan penting dalam suatu
perguruan tinggi juga dituntut agar selalu meningkatkan kompetensi
maupun kinerjanya dalam melayani pengguna. Selain itu, pustakawan
juga diharuskan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
12 Endang Fatmawati, “Kesiapan Pustakawan UNDIP untuk Mendukung UNDIP Sebagai
Universitas Bertaraf Internasional,” Visi Pustaka Vol. 11, no. 2 (2009): hal. 4.
18
perpustakaan dalam memenuhi kebijakan dan tujuan yang telah
ditetapkan.
Pengembangan SDM (dalam hal ini adalah pustakawan)
berbasis pada kompetensi perlu dilakukan untuk memberikan hasil yang
sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi dengan standar kinerja yang
telah ditetapkan. Kompetensi merupakan suatu pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki serta dikuasai dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi inilah yang
selanjutnya menjadi pendukung utama bagi berjalannya suatu organisasi
termasuk perpustakaan.13
Dapat disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan tolok ukur dalam mengetahui kemampuan seseorang dari
pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Dalam pengembangan SDM
perpustakaan yang bertujuan meningkatkan kinerja dan hasil kerja
pustakawan, dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti on the job
training, konferensi dan seminar, mengikut sertakan diberbagai workshop
dan pelatihan, dan pendidikan formal.14
Menjadi pustakawan ideal harus mempunyai kompetensi
profesional dan individual, agar mengimbangi tuntutan pengguna akibat
perkembangan teknologi. Kepuasan pengguna menjadi tujuan
13 Wiji Suwarno, “Mengembangkan SDM Perpustakaan dalam Rangka Menuju World
Class University,” Libraria Vol. 4, no. 1 (2016): hal. 8. 14 Pungki Purnomo, “Pembinaan dan Pengembangan SDM Perpustakaan pada Lembaga
Pendidikan,” al-Maktabah Vol. 6, no. 1 (2004): hal. 10.
19
pustakawan yang kompeten secara profesional dan individual. Berikut ini
kompetensi profesional yang dibutuhkan pustakawan di antaranya:15
a. Memiliki pengetahuan kepustakawanan dan berbagai sumber
informasi.
b. Membangun, mengembangkan dan mengelola layanan informasi
sehingga mudah diakses, efektif dan efisien.
c. Memberikan bimbingan pemakaian kepada sivitas akademika sesuai
dengan kebutuhannya.
d. Melakukan penelitian tentang kebutuhan pemustaka, layanan
informasi, produk jasa yang dikembangkan, dan manajemen
perpustakaan.
e. Mampu memanfaatkan teknologi bagi kelancaran pelayanan,
pengadaan, dan penyebaran informasi.
f. Menguasai subyek spesifik seperti kedokteran, farmasi, ekonomi,
hukum, politik dan lain-lain, disamping subyek umum dalam ilmu
pengetahuan.
g. Menguasai bahasa asing dan teknologi informasi untuk menjalin
kerjasama lintas negara.
h. Memahami software (program) untuk perpustakaan, khususnya yang
open source.
i. Mampu mengidentifikasi produk layanan perpustakaan dan membuat
SOP (standard operating procedure).
15 Sri Rumani, “Kompetensi Pustakawan Menuju Perguruan Tinggi Bertaraf Internasional,”
Media Pustakawan Vol. 17, no. 1 dan 2 (2010): hal. 4.
20
j. Menguasai manajemen koleksi, manajemen keuangan, manajemen
waktu, manajemen konflik dan manajemen sumber daya manusia.
k. Memiliki kemampuan membuat proposal, anggaran, laporan dan
evaluasi.
l. Mampu membuat program pelatihan, workshop, penelusuran
informasi, penulisan karya ilmiah, memanfaatkan ejurnal, e-book,
library 2.0, Web 2.0, Librarian 2.0 dan sebagainya.
Sedangkan kompetensi individual yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut:16
a. Memiliki kemauan, kemampuan dan kesempatan untuk menuangkan
ide kreatifnya dalam buku, jurnal, majalah dan media massa.
b. Mampu berkomunikasi secara efektif (lisan dan tertulis, cetak dan
maya, vertikal dan horizontal) serta mempunyai jiwa kepemimpinan.
c. Dapat bekerja dalam tim, melakukan koordinasi, maupun kerja
mandiri, serta semangat dan komitmen tinggi untuk mengembangkan
pelayanan.
d. Penampilan menarik, cerdas, responsif, cekatan dalam bertindak,
ramah, murah senyum dan lain-lain.
16 Rumani, hal. 5.
21
D. World Class University
1. Pengertian World Class University
Adanya pasar bebas yang terjadi saat ini mengakibatkan
persaingan situasi secara global, salah satunya dalam dunia pendidikan
tinggi seperti universitas. Mengadopsi program dari UNESCO yang
dimunculkan yaitu World Declaration on Higher Education for the
Twenty-first Century: Vision and Action pada tahun 1998, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) menyusun roadmap
pendidikan tinggi dalam Program Jangka Panjang Pendidikan Tinggi atau
yang dikenal dengan Higher Education Long Term Strategy (HELTS).
Dalam HELTS IV (2003-2010) tertera bahwa bangsa Indonesia
diharuskan mempersiapkan pendidikan tingginya untuk memasuki era
global.17
Sejak saat itu, istilah World Class University (WCU) popular
dikalangan masyarakat khususnya akademik. World Class University
dapat diartikan sebagai penilaian, perankingan serta pengakuan yang
berskala internasional pada universitas di berbagai negara.18
World Class
University juga dapat diartikan sebagai universitas yang mendapatkan
pengakuan global, yang ditandai dengan reputasi akademik yang unggul,
lulusan yang berdaya saing, jumlah sitasi dosen yang tinggi, rasio dosen
17Shelly Andari, Hendyat Soetopo, dan Mustiningsih, “Manajemen Program
Internasionalisasi di International Office (IO) dalam Mewujudkan World Class University,” Jurnal
Pendidikan Humaniora Vol. 4, no. 4 (2016): hal. 1. 18 HS Mastuki, “World Class-University: Obsesi atau Mimpi,” Direktori Pendidikan Tinggi
Keagamaan Islam, 2015,
http://diktis.kemenag.go.id/NEW/index.php?berita=detil&jenis=artikel&jd=498#.WpYF9LOYPIU
.
22
dan mahasiswa yang ideal, serta jumlah mahasiswa dan dosen asing yang
cukup.19
Pada tahun 2009 selain Dirjen Dikti mengukuhkan
internasionalisasi pendidikan tinggi dalam HELTS, Dirjen Dikti juga
menegaskan dukungan penuh terhadap 17 perguruan tinggi yang ditunjuk
sebagai model WCU di Indonesia.20
Akan tetapi, seiring berkembangnya
pendidikan yang terjadi saat ini, menjadikan hampir seluruh perguruan
tinggi bergerak maju dalam menjadi WCU dengan meninjau pada
pencapaian kualitas yang lebih baik. Menjadi World Class University
harus memiliki berbagai keunggulan seperti riset yang diakui masyarakat
akademis internasional melalui publikasi internasional, tenaga pengajar
berkualitas tinggi, reputasi akademik yang unggul, serta fasilitas yang
menunjang seperti perpustakaan, laboratorium serta pendanaan yang
mencukupi untuk menunjang proses kegiatan pendidikan maupun
penelitian.21
2. Lembaga Pemeringkatan Internasional
Bukan hanya memiliki pengertian yang berbeda-beda, World
Class University juga memiliki target maupun kriteria penilaian yang
berbeda. Terdapat beberapa lembaga pemeringkatan internasional yang
khusus menilai universitas yang tersebar di dunia dengan ketentuan
19 Dokumen Rencana Strategis (Renstra) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2017-
2021 20 Andari, Soetopo, dan Mustiningsih, “Manajemen Program Internasionalisasi di
International Office (IO) dalam Mewujudkan World Class University,” hal. 2. 21 Rieka F Hutami, “Research University Sebagai Langkah Awal Menuju World Class
University,” Jurnal Manajemen Indonesia Vol. 11, no. 3 (2011): hal. 2.
23
penilaiannya di antaranya Academic Ranking of World Universities
(ARWU), The Times Higher Education (THE), QS World University
Rankings, Webometrics, dan University Ranking (UniRank). Berikut ini
penjelasan dari masing-masing lembaga pemeringkatan tersebut:
a. ARWU (Academic Ranking of World University)
Academic Ranking of World Universities (ARWU) pertama
kali dipublikasikan pada Juni 2003 oleh The Center for World Class
Universities (CWCU), Graduate School of Education (sebelumnya
Institute of Higher Education), Shanghai Jiao Tong University,
China, dan diperbarui setiap tahunnya. Sejak tahun 2009, ARWU
telah diterbitkan dan dilindungi hak cipta oleh ShanghaiRanking
Consultancy. ShanghaiRanking Consultancy merupakan organisasi
yang sepenuhnya independen pada kecerdasan pendidikan tinggi dan
tidak secara hukum tunduk kepada universitas atau lembaga
pemerintah manapun.22
ARWU memiliki tujuan awal yaitu untuk menemukan
kedudukan global di berbagai universitas top China, akan tetapi
ARWU telah menarik banyak perhatian dari universitas, pemerintah
dan media publik di seluruh dunia. Maka dari itu, ARWU termasuk
pemeringkatan universitas yang dipercaya dan akurat dengan teknik
dan metodologi yang diakui oleh dunia akademis internasional.
Terdapat beberapa kriteria ARWU di antaranya kualitas pendidikan,
22ARWU.(2018).Academic Ranking of World Universities About.
http://www.shanghairanking.com/aboutarwu.html diakses pada 12 Mei 2018.
24
kualitas fakultas, hasil penelitian dan juga kinerja akademik. Hal
tersebut seperti memiliki pemenang penghargaan nobel (Nobel
Prize) serta yang meraih Fiedal Medal, Jumlah peneliti (dosen) yang
mendapatkan nilai sitasi tinggi yang penelitiannya banyak dikutip
oleh peneliti lain dalam 20 kategori subyek berdasarkan publikasi
resmi dari http://isihighlycited.com, serta artikel yang diindeks oleh
Science Citation Index-Expanded dan Social Science Citation
Index.23
b. The Times Higher Education (THE)
The Times Higher Education (THE) merupakan sumber
informasi mengenai perguruan tinggi yang berpusat di UK (United
Kingdom). Berdiri pada tahun 1971 dan telah online sejak 1995.
THE menyediakan informasi, analisis, serta forum untuk bertukar
pikiran bagi kalangan akademis di perguruan tinggi berkaitan dengan
isu-isu pendidikan, penemuan, biaya kuliah, quality assurance,
pengembangan intelektual dan hal lainnya yang berkaitan dengan
pendidikan.24
Pemeringkatan universitas menurut THE menggunakan 13
indikator yang dibagi dalam lima kategori yaitu sebagai berikut:25
1) Perkuliahan, terutama lingkungan belajarnya (30%)
23 Jacek Pietrucha, “Country-Specific Determinants of World University Rankings,”
Scientometrics, 2018, hal. 2. 24
Hutami, “Research University Sebagai Langkah Awal Menuju World Class University,”
hal. 3. 25THE.(2018).The Times Higher Education Methodology.
http://www.timeshighereducation.com/world-university-rankings/methodology-world-university-
rankings-2018. diakses pada 12 Mei 2018.
25
Kategori ini memiliki lima indikator di antaranya
reputation survey (15%), staff to student ratio (4,5%), doctorate
to bachelor’s ratio (2,25%), doctorates awarded to academic
staff ratio (6%), dan institutional income (2,25%).
2) Penelitian, seperti volume, income, dan reputation (30%)
Indikator yang membentuk kategori ini yaitu reputation
survey (18%), research income (6%), dan research productivity
(6%).
3) Kutipan, pengaruh penelitian seperti publikasi yang dikutip
skala internasional (30%)
Hasil pengukuran terhadap indikator ini mencerminkan
tingkat kepercayaan diri universitas terhadap kualitas riset yang
dihasilkan. Salah satu yang menentukan kualitas sebuah riset
yaitu banyaknya hasil penelitian yang dikutip atau dijadikan
referensi oleh peneliti lain.
4) Staf dan mahasiswa internasional (7,5%)
Kategori ini memiliki tiga indikator yaitu international to
domestic student ratio (2,5%), international to domestic staff
ratio (2,5%) dan international collaboration (2,5%).
5) Pemasukan industri, inovasi (2,5%)
Kategori ini mengukur pendapatan riset yang diperoleh
dari industri. Ketika sebuah perusahaan memberikan pendanaan
untuk sebuah universitas yang bersifat komersil, hal ini
26
menunjukan sebuah kualitas dari universitas tersebut. Dari
aktifitas ini dapat terjadi transfer knowledge dari industri ke
universitas maupun sebaliknya.
c. QS World University Rankings
QS World University Rankings merupakan peringkat 500
universitas terbaik di dunia yang dilakukan oleh Quacquarelli
Symonds (QS), yaitu sebuah perusahaan yang bergerak dibidang
pendidikan dalam dan luar negeri. Perusahaan ini ditemukan tahun
1990 oleh Nunzio Quacquarelli seorang lulusan MBA dari Wharton
School. QS menyediakan jasa iklan, informasi, dan kegiatan belajar
ke luar negeri baik untuk program undergraduates, graduates,
Master, PhDs dan MBA.
Sistem perangkat ini diperkenalkan pertama kali pada tahun
2004 dan bekerjasama dengan Times Higher Education yang dikenal
dengan nama Times Higher Education-QS World University
Rankings (THE-QS World University Rankings). Namun, pada tahun
2010, QS mulai melakukan publikasi peringkat dunia secara mandiri
ketika THE memisahkan diri dari QS untuk membuat metode
peringkat sendiri sehingga menjadi Times Higher Education World
University Rankings.26
26 Hutami, “Research University Sebagai Langkah Awal Menuju World Class University,”
hal. 6.
27
Terdapat enam kategori yang digunakan QS yaitu:27
1) Academic Reputation (40%)
Kategori ini dilakukan dengan menggunakan survei yaitu
menanyakan kepada akademisi yang aktif yang tersebar di
seluruh dunia mengenai universitas terbaik yang mereka ketahui
sesuai dengan kriteria yang diminta.
2) Employer Reputation (10%)
Kategori ini hampir sama dengan kategori yang pertama
kecuali responden yang digunakan adalah orang yang
mempekerjakan lulusan dalam skala global. Survei ini percaya
bahwa orang yang mempekerjakan lulusan dapat secara akurat
melihat kualitas lulusan tersebut.
3) Faculty/ Student Ratio (20%)
Ketegori ini melakukan perbandingan rasio jumlah
mahasiswa dengan staf.
4) Citations per Faculty (20%)
Kutipan dari riset yang dipublikasikan oleh universitas.
Indikator ini sering digunakan dalam peringkatan perguruan
tinggi baik nasional maupun internasional.
27QS.(2018).The QS World University Rankings Methodology.
https://www.topuniversities.com/qs-world-university-rankings/methodology. diakses pada 11 Mei
2018.
28
5) International Faculty Ratio (5%)
Indikator ini ingin mengukur sejauh mana internasionalitas
yang dimiliki oleh setiap universitas yang ditandai dengan
jumlah staf asing.
6) International Student Ratio (5%)
Indikator ini juga mengukur sejauh mana internasionalitas
yang dimiliki oleh setiap universitas yang ditandai dengan
jumlah mahasiswa asing.
d. Webometrics
Webometric merupakan salah satu perangkat atau sistem
untuk mengukur atau memberikan penilaian terhadap kemajuan
seluruh perguruan tinggi terbaik di dunia melalui website perguruan
tinggi tersebut. Webomatric sudah mendapat pengakuan dunia
sebagai alat ukur termasuk di Indonesia. Tujuan utama Webometric
yaitu untuk mempromosikan website. Akan tetapi, Webometric juga
bermaksud untuk memotivasi baik lembaga dan akademisi untuk
memiliki keberadaan web yang mencerminkan secara akurat
kegiatan mereka.
Peringkat Webometric pertama kali diterbitkan pada tahun
2004 oleh Laboratorium Cybermetric milik The Consejo Superior de
Investigaciones Cientificas (CSIC). CSIC merupakan lembaga
penelitian terbesar di Spanyol yang didirikan tahun 1939 dari
organisasi sebelumnya Junta para la Ampliacion de Estudios e
29
Investigaciones Cientificas yang berdiri pada tahun 1907 di bawah
kepemimpinan peraih penghargaan Nobel Spanyol Prof Ramon Y.
Cajal. Secara periodik peringkat Webometric akan diterbitkan setiap
enam bulan sekali pada bulan Januari dan Juli. Webometric
digunakan sebagai alat pengukur world wide web (www) atau situs
web untuk dapat mengetahui jumlah hyperlink, jenis hyperlink,
struktur website, dan pola penggunaannya.28
Pengukuran Webometric memang hanya menekankan pada
publikasi secara elektronik melalui website, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Adapun kriteria yang digunakan untuk mengukur
peringkat Webometric adalah sebagai berikut:
1) Size (S) atau ukuran website, yaitu jumlah halaman yang
terindeks oleh empat mesin pencarian utama seperti Google,
Yahoo, Live Search dan Exalead.
2) Visibility (V) atau ketertampakan website, yaitu jumlah
keseluruhan tautan ekternal yang unik dan terdeteksi oleh
Google search, Yahoo Search, Live Search and Exalead.
3) Rich Files (R) atau banyaknya dokumen, yaitu banyaknya file
yang terdeteksi, khususnya file yang memiliki tingkat relevansi
terhadap aktivitas akademik dan publikasi ilmiah dalam bentuk
Adobe Acrobat (.pdf), Adobe PostScript (.ps), Microsoft Word
(.doc), dan Microsoft Powerpoint (.ppt).
28 Dewi Puspitasari dan Novita Dwi Anawati, “Peran Perpustakaan dalam Mendukung
Universitas Airlangga Menuju World Class University melalui Peningkatan Peringkat
Webometric,” Jurnal Palimpsest Vol. 4, no. 2 (2013): hal. 3.
30
4) Scholar (Sc) atau kepakaran, yaitu paper atau karya ilmiah dan
kutipan-kutipan yang ditemukan dalam Google Scholar.
Metode perhitungan nilai Webometric menggunakan rumus:
University Score: (4×V)+(2×S)+(1×R)+(1×Sc). Dalam meranking,
Webometic melibatkan beberapa search engine antara lain:
1) Google yaitu mesin pencari yang pada Desember 2008 telah
menguasai 62% pencarian di seluruh dunia.
2) Yahoo Search, saat ini yahoo memiliki daftar direktori yang
cukup segmentif, karena selain yahoo melibatkan unsur yang
free dalam pendaftaran juga memberikan tarif untuk submitted
sekitar $299.
3) Live Search merupakan mesin pencari group Microsoft.
Google dan Live search menjadi penting di Webometric,
karena dominasinya. Saat ini, termasuk yang utama karena Google
merupakan search default untuk browser Firefox dan Live search
untuk Internet Explorer 7 dan beta 8. Apabila perguruan tinggi ingin
mendapatkan peringkat yang lebih tinggi, maka dalam pengelolaan
website perguruan tinggi tersebut harus memperhatikan 4 unsur di
atas.
Kriteria webometric yang telah dijelaskan tersebut
mengalami perubahan pada bulan Juli 2012. Ada empat komponen
yang menjadi indikator utama dari penilaian webometric saat ini, di
antaranya:
31
1) Presence (20%), yaitu halaman website (html) dan halaman
dinamik yang tertangkap oleh mesin pencari (Google), tidak
termasuk rich files. Parameter Presence ini sebenarnya hanya
perubahan nama dari parameter Size yang digunakan
sebelumnya.
2) Impact (50%), merupakan jumlah eksternal link yang unik
(jumlah backlink) yang diterima oleh domain web universitas
(inlinks) yang tertangkap oleh mesin pencari (Google).
Parameter Impact ini pun hanya perubahan nama dari parameter
Visibility yang digunakan sebelumnya dan merupakan parameter
dengan presentase terbesar (50%).
3) Openness (15%), merupakan jumlah file dokumen (Adobe
Acrobat (.pdf), Adobe PostScript (.ps, .eps), Microsoft Word
(.doc, .docx) dan Microsoft Powerpoint (.ppt, .pptx) yang online
di bawah domain website universitas yang tertangkap oleh
mesin pencari (Google Scholar).
4) Excellence (15%), yaitu jumlah artikel ilmiah publikasi
perguruan tinggi yang bersangkutan yang terindeks di Scimago
Institution Ranking dan di Google Scholar. Parameter
Excellence ini sejatinya perbaikan dari parameter Scholar yang
selama ini hanya berbasis pada artikel ilmiah yang hanya ada di
Google Scholar.
32
Jika dilihat dari parameter baru dan lama, sebenarnya tidak
ada perubahan metode yang signifikan selain hanya perubahan nama
parameter dan istilah yang digunakan dalam definisi parameter.
Hanya parameter Excellence yang menambahkan sumber lain dari
Scimago Institution Ranking sebagai salah satu sumber datanya.
Selain itu, jika sebelumnya Webometrics masih menggunakan acuan
dari sejumlah Search Engine selain Google, seperti: bing, exalead
dan Yahoo SiteExplorer, maka kali ini hanya berbasis pada Search
Engine Google saja.
Agar dapat mengetahui tingkat kemajuan website terutama
dari aspek seberapa banyak jumlah yang mengakses dapat dilihat
melalui situs www.alexa.com. Dari situs tersebut dapat diketahui
“tren” jumlah yang akses terhadap suatu website. Disamping itu juga
dapat mengetahui dari mana dan siapa saja pengunjung web.29
e. Unirank University Ranking
Pemeringkatan UniRank atau sebelumnya dikenal 4
International Colleges & Universities (4ICU), merupakan direktori
pemeringkatan perguruan tinggi dunia yang mengulas 13.000
perguruan tinggi (university dan college) terakreditasi di 200 negara
dengan merujuk pada popularitas web mereka. UniRank memiliki
tujuan yaitu memberikan perkiraan peringkat popularitas perguruan
tinggi dan kolese dunia berdasarkan keberadaan dan popularitas situs
29 Susanto, “Strategi Menuju World Class University (WCU) pada Universitas Semarang,”
Jurnal Transformatika Vol. 11, no. 2 (2014): hal. 5.
33
web mereka yang dinilai dari popularitas lalu lintas. Peringkat
universitas versi UniRank saat ini didasarkan pada algoritma
termasuk 5 metrik web yang tidak bias dan independen dari Moz
Domain Authority, Alexa Global Rank, SimilarWeb Global Rank,
Majestic Referring Domains, Majestic Trust Flow. 30
E. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini, penulis akan mengemukakan hubungan antara
beberapa penelitian terdahulu yang relevan berkaitan dengan topik
pembahasan yang diteliti. Beberapa penelitian itu di antaranya:
1. Irene Fitrianti, 2012. Transformasi Perpustakaan UI dalam Mendukung
Universitas Indonesia Menjadi World Class University. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memahami perpustakaan Universitas
Indonesia melakukan perubahan sebagai bentuk penyesuaian diri
terhadap lingkungan kerja yang berubah yakni Universitas Indonesia
yang dilayaninya. Penelitian ini memiliki persamaan tema yaitu
transformasi perpustakaan dalam mendukung universitas menjadi World
Class University. Sedangkan, perbedaannya yaitu pada tempat penelitian.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus.
Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu observasi, wawancara,
dan analisis dokumen. Hasil dari penelitian ini adalah terjadinya
transformasi fisik dan non-fisik di Perpustakaan Universitas Indonesia.
30UniRank.(2018). UniRank Methodology. https://www.4icu.org/about/index.htm#ranking
diakses pada 13 Agustus 2018.
34
2. Wiji Suwarno (2016). “Mengembangkan SDM Perpustakaan dalam
Rangka Menuju World Class University”. Jurnal Libraria Vol. 4, No. 1,
Juni 2016, hal. 105-126 IAIN Salatiga. Tulisan ini membahas aspek
perpustakaan dalam konteks pengembangan SDM yang ditujukan sebagai
langkah mewujudkan cita-cita menuju perpustakaan yang masuk dalam
kategori World Class University. Penelitian ini memiliki persamaan
pembahasan pada tema yang akan diteliti yaitu menuju World Class
University. Namun, perbedaan pada penelitian ini terletak pada
konteksnya, peneliti sebelumnya hanya memilih konteks pengembangan
SDM sedangkan peneliti memilih konteks pada setiap transformasi yang
dilakukan oleh perpustakaan dalam menuju World Class University.
Hasil penelitian ini adalah untuk menuju perpustakaan yang berlevel
World Class University, perlu meningkatkan kompetensi SDM
perpustakaan serta perlu penyadaran bagi seluruh komponen perguruan
tinggi terhadap peran vital perpustakaan di perguruan tinggi sebagai
center of knowledge.
35
F. Kerangka Pemikiran
Tabel 2. 2 Kerangka Pemikiran
Fungsi
Fasilitas
SDM
Academic Ranking of
World University
Fokus Penelitian
Transformasi fungsi, fasilitas dan SDM yang dilakukan Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta dalam Menyokong UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
Perguruan Tinggi (PT)
Lembaga Pemeringkatan
Perpustakaan PT
World Class University (WCU)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Transformasi Perpustakaan PT
Menurut Diao Ai Lien
The Times Higher
Education
University Ranking
(UniRank)
Webometrics
QS World University
Rangkings
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus.
Penelitian studi kasus adalah penelitian yang berusaha menemukan makna,
menganalisis proses, dan mendapatkan pemahaman yang mendalam dari
individu, kelompok, atau situasi.31
Umumnya, studi kasus merupakan strategi
yang cocok jika pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how
atau why dan fokus penelitiannya terhadap fenomena kontemporer atau masa
kini.32
Pemilihan pendekatan penelitian disesuaikan dengan jenis penelitian
yang digunakan, pada penelitian ini yang digunakan penulis yaitu pendekatan
kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah sebuah strategi dalam penyelidikan
dengan menekankan pada pencarian makna, karakteristik, gejala, maupun
deskripsi tentang fenomena yang bersifat alami dengan menggunakan
beberapa cara dan disajikan secara naratif.33
Dalam penelitian kualitatif,
peneliti harus mempunyai bekal diri seperti teori dan wawasan yang cukup
agar dapat bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksikan obyek yang
diteliti menjadi lebih jelas. Hal tersebut dikarenakan peneliti merupakan
sebuah instrumen kunci.
31
Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta, 2011), hal. 20. 32 Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2008), hal. 1. 33 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
(Jakarta: PrenadaMedia Group, 2015), hal. 329.
37
B. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara
dari sumbernya. Pada penelitian ini, data primer diperoleh melalui
wawancara langsung terhadap Kepala Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
dan beberapa stafnya. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi
langsung di lapangan agar memperoleh data yang dibutuhkan secara
relevan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung
dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen
seperti laporan, karya tulis orang lain, koran, majalah dan sebagainya.
Pada penelitian ini, yang dijadikan sebagai data sekunder oleh peneliti
adalah catatan dokumentasi, buku dan beberapa sumber dari internet
seperti ejournal, artikel dan situs website.
C. Kriteria Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.34
Pemilihan informan
dilakukan berdasarkan metode purposive sampling. Metode purposive
sampling merupakan metode yang menentukan informan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan oleh penulis agar dapat memberikan informasi sesuai
34 Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
hal. 132.
38
dengan fokus penelitian dan dapat menjawab permasalahan penelitian.
Metode purposive sampling tidak menekankan pada jumlah informan, akan
tetapi lebih kepada kualitas informasi, kredibilitas dan kekayaan informasi
yang dimiliki oleh informan.35 Maka dari itu, dalam hal ini penulis akan
mewawancarai tiga orang dengan kriteria yang diberikan yaitu paham
mengenai rencana strategi perpustakaan maupun program pengembangan
perpustakaan, pustakawan yang memiliki latar belakang pendidikan S2,
pegawai tetap di Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dan minimal sudah bekerja
selama lima tahun.
Dengan demikian, berdasarkan kriteria informan yang telah
ditentukan, penulis memilih informan sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Kriteria Informan
No Nama Jabatan
1. Amrullah Hasbana, S.Ag,
SS, MA
Kepala Pusat Perpustakaan UIN
Jakarta
2. Siti Maryam, M.Hum Koordinasi Layanan Teknis dan
Pengembangan Kerjasama
3. Ulfah Andayani, S.Ag, SS,
M.Hum
Sub. Koordinasi Bidang
Pengadaan, Pengolahan,
Pemeliharaan dan Koleksi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
35
J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya
(Jakarta: PT Grasindo, 2010), hal. 49. (Jakarta: PT Grasindo, 2010), hal. 49.
39
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang
menggunakan cara sistematis dan sengaja dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan dan pencatatan dari sebuah gejala-gejala. Peneliti
melakukan pengamatan secara langsung pada Pusat Perpustakaan UIN
Jakarta yang kemudian hasil pengamatan tersebut dicatat untuk dijadikan
sebuah catatan observasi yang berisikan tentang hal-hal yang diamati
secara relevan. Peneliti melakukan observasi sebanyak 2 kali pada
tanggal 03 April 2018 dan pada tanggal 26 September 2018. Hasil
observasi awal dimasukkan ke dalam latar belakang.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk mendapatkan keterangan secara lisan melalui percakapan
antar muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si
peneliti.36
Wawancara juga digunakan peneliti sebagai teknik untuk
mengetahui hal-hal dari responden untuk lebih mendalam. Wawancara
penelitian bukan hanya sebuah percakapan dari informal ke formal saja
melainkan, peneliti cenderung mengarahkan wawancara pada penemuan
perasaan, persepsi, dan pemikiran partisipan.37
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan mendatangi
informan di Pusat Perpustakaan UIN Jakarta. Wawancara ini dilakukan
untuk mengetahui transformasi yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN
36 Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, hal. 6. 37 Imami Nur Rachmawati, “Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif: Wawancara,”
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol. 2, no. 1 (2007): hal. 1.
40
Jakarta dalam mendukung UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi
World Class University.
3. Kajian Kepustakaan
Kajian Kepustakaan adalah mencari, mengkaji, dan
menggunakan sumber-sumber pustaka yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Data-data tersebut biasanya diperoleh dari
buku teks, laporan penelitian, jurnal ilmiah, dan sumber-sumber media
masa lainnya.38
Maka dari itu, data-data kepustakaan harus memiliki
kualitas yang baik, data yang otentik serta data yang up to date. Sehingga
hasil dari penelitian ini dapat terpercaya keakuratannya.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengacu pada kriteria kompetensi
sumber daya manusia dan koleksi perpustakaan kelas dunia. Setelah data
diperoleh maka langkah selanjutnya mengolah dan menganalisis data melalui
beberapa tahap di antaranya yaitu:39
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah membuat rangkuman, memilah hal-hal
yang pokok atau intinya, fokus pada hal-hal penting, mencari tema serta
polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Pada
38 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan, Pemahaman dan
Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008), hal. 111. 39 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 99.
41
tahapan ini, peneliti melakukan pemilihan yang relevan atau tidaknya
data berdasarkan tujuan penelitian. Data yang diperoleh peneliti baik dari
hasil wawancara maupun observasi tidak semuanya digunakan, akan
tetapi data tersebut dipilah terlebih dahulu dalam menentukan yang
relevan dengan tema penelitian. Hasil reduksi data dapat dilihat
dilampiran 2.
2. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk tabel, grafik dan sejenisnya. Melalui penyajian data
tersebut, maka data dapat terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan
yang jelas, sehingga data akan semakin mudah untuk dimengerti.
Penyajian data dilakukan dengan menganalisis data yang ada kemudian
menghubungkan data yang didapat dari hasil wawancara dan observasi.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan adalah pernyataan umum dan logis yang ditarik dari
beberapa kasus dan menunjukan pola yang menggambarkan beberapa ciri
dari kasus tersebut. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan
sebuah penemuan baru yang sebelumnya belum pernah ada yang
menemukan. Penemuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
objek yang sebelumnya masih tidak jelas dan setelah diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Kesimpulan didapat dengan membandingkan, menganalisa, mencari
42
hubungan, persamaan ataupun perbedaan dari subjek penelitian dengan
makna yang terkandung dengan konsep dasar penelitian.
F. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal kegiatan penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Waktu
Mar Apr Mei Jul Agus Sept Okt Nov
1. Penyerahan
Proposal
2. Ujian Proposal
3. Bimbingan Skripsi
4. Menyusun Daftar
Pertanyaan
5. Penelitian
Lapangan
6. Analisis Data dan
Kesimpulan
7. Pengesahan Skripsi
8. Pengajuan Sidang
Skripsi
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
1. Sejarah Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
Pada awalnya perpustakaan UIN merupakan peralihan nama dari
Perpustakaan IAIN Jakarta. Perpustakaan UIN didirikan seiring dengan
berdirinya IAIN Jakarta, yaitu sejak berdirinya ADIA (Akademi Dinas
Ilmu Agama) pada tanggal 1 Juni 1957. Kondisi perpustakaan pada saat
itu hanya terdiri dari satu ruangan dengan koleksi sebanyak 2000
eksemplar, dan hanya dikelola oleh seorang pegawai.
Pada tahun 1960-1964 Perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. A.
Syadali (Rektor IAIN tahun 1984-1993). Di bawah kepemimpinannya
perpustakaan dikelola dengan lebih sistematis. Pada periode ini, koleksi
buku diklasifikasi menurut DDC (Dewey Decimal Classification). Selain
itu, sistem peminjaman sudah mulai tertib dan pegawainya berjumlah 4
orang.
Tahun 1964-1971 Perpustakaan IAIN dipimpin oleh seorang
sarjana muda ilmu perpustakaan dari Universitas Cairo, Mesir yaitu Ny.
Nabilah Lubis. Pada periode ini, Perpustakaan IAIN menerima banyak
sumbangan buku dari berbagai lembaga, khususnya kedutaan Mesir dan
Saudi Arabia, sehingga pada Januari 1969 jumlah koleksi menjadi 1.320
judul dan 10.999 eksemplar buku, 23 skripsi, dan 310 eksemplar majalah.
44
Saat ini, Prof. DR. Nabilah Lubis merupakan guru besar pada Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Jakarta.
Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 1971-1983 Perpustakaan
IAIN dipimpin oleh Ny. Dra. Hj. Halimah Madjid. Di bawah
kepemimpinannya, perpustakaan ditata lebih teratur dan menempati
ruang yang lebih luas (gedung Aula Madya saat ini). Pada periode inilah
puncak prestasi perpustakaan berhasil diraih dan menjadikan
Perpustakaan IAIN Jakarta tercatat sebagai perpustakaan perguruan
tinggi terbaik se-DKI Jakarta pada tahun 1980.
Pada tahun 1983-1984, perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs.
M. Kailani Eryono. Beliau merupakan alumni Jurusan Ilmu Perpustakaan
dari Universitas Indonesia. Pada periode ini, Perpustakaan IAIN
berkembang cukup pesat. Selanjutnya pada tahun 1984-1998
Perpustakaan IAIN dikepalai oleh Drs. Zaenal Arifin Toy, MLIS yang
merupakan alumni jurusan bahasa Inggris dari IAIN Jakarta dan Master
di bidang Ilmu Perpustakaan dari University of Illinois, Urbana-
Champaign. Pada periode ini, perpustakaan sempat pindah ke gedung
baru berlantai tiga di Jl. Kertamukti No.5 Pisangan Ciputat. Saat ini
gedung tersebut menjadi Fakultas Psikologi. Di bawah kepemimpinan
beliau dibentuk sebuah Sekretariat Kerjasama Perpustakaan (SKP) yang
anggotanya terdiri dari seluruh perpustakaan IAIN dan STAIN di
Indonesia. Selanjutnya, SKP ini berubah nama menjadi Jaringan
45
Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam (JPPTI) dan dideklarasikan di
Surabaya pada tahun 2003.
Tahun 1998-2000 Perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. M.
Djuhro S. Pada periode ini, perpustakaan kembali pindah ke gedung yang
lebih baru yang dibangun di atas tanah (dulunya gedung Sanggar
Pravitasari). Sejak tahun 2001 hingga akhir tahun 2006, Perpustakaan
Utama UIN Jakarta dikepalai oleh Dr. H. Udjang Tholib, MA. Beliau
pernah bekerja di perpustakaan ini pada tahun 1975-1985, dan pada tahun
1984 beliau mengikuti Program Sertifikat Tenaga Asisten Perpustakaan
selama 8 bulan di Universitas Indonesia.
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor No.B.III/P/478A tanggal
16 November 2006, Dr. Muhammad Zuhdi, S.Ag,MA diangkat sebagai
kepala Perpustakaan Utama periode 2006-2010. Kepemimpinannya ini
seiring dengan berubahnya status IAIN menjadi UIN (SK Presiden No.
31 tanggal 20 Mei 2002). Sejak itulah, nama perpustakaan berubah
menjadi Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya, pada tahun 2010-2013, Perpustakaan Utama
dipimpin oleh Nuryudi, MLIS dan sejak tahun 2013 sampai saat ini
(2018) Perpustakaan Utama yang sekarang berubah nama menjadi Pusat
Perpustakaan dikepalai oleh seorang pustakawan yaitu Amrullah
Hasbana, S.Ag, SS, MA. Pada masa kepemimpinan beliau, gedung
perpustakaan pindah ke gedung baru berlokasi bersebelahan dengan
46
gedung perpustakaan lama, tepatnya di depan gedung Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi. Gedung baru ini secara resmi ditempati pada
bulan maret 2015.
2. Visi dan Misi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
a. Visi
Perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi berupaya
menjadikan dirinya sebagai sumber referensi terkemuka dalam
berbagai ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kajian keislaman.
Perpustakaan mengemban amanah pencerdasan bangsa melalui
perannya sebagai penyedia berbagai informasi bagi masyarakat
sivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam upayanya
mencerdaskan kehidupan bangsa maka perpustakaan mempunyai
visi yaitu terwujudnya perpustakaan riset yang unggul, handal dan
terdepan sebagai pusat sumber informasi dan referensi terkemuka
dalam pengkajian, pengembangan, pengintegrasian dan penerapan
ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi yang berorientasi pada nilai-
nilai keislaman, kemanusiaan dan keindonesiaan dalam jaringan
informasi Nasional dan Internasional.
b. Misi
1) Menyediakan koleksi yang lengkap dalam bidang keislaman dan
bidang-bidang umum, sebagai pendukung kegiatan perkuliahan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
47
2) Menyediakan berbagai layanan berorientasi riset dan teknologi
yang tepat, akurat dan cepat dalam rangka memenuhi kebutuhan
informasi bagi seluruh civitas akademika UIN Jakarta.
3) Mengembangkan pemanfaatan perpustakaan secara efektif oleh
seluruh sivitas akademika dengan melaksanakan program-
program literasi informasi.
4) Memberikan akses kesumber-sumber elektronik yang
menyajikan hasil-hasil penelitian ilmiah dan memperluas
penggunaan akses kesumber-sumber elektronik lainnya.
5) Membangun kerjasama yang efektif dengan masyarakat kampus
dan institusi atau organisasi lain baik Nasional maupun
Internasional dalam rangka pengembanagn koleksi dan layanan
perpustakaan
6) Mengembangkan kualitas SDM Perpustakaan dalam rangka
meningkatkan mutu layanan perpustakaan menuju perpustakaan
bertaraf dunia
7) Mengembangkan koleksi dan sumber-sumber informasi berbasis
riset dan teknologi untuk mendukung tercapainya produk-
produk riset dikalangan sivitas akademika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
48
3. Struktur Organisasi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
Adapun struktur organisasi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
adalah sebagai berikut:
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi
4. Fasilitas Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
Adapun fasilitas-fasilitas yang secara umum terdapat di Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta adalah sebagai berikut:
a. Ruang Pertemuan
Ruangan ini digunakan untuk kegiatan komunitas
perpustakaan dan sivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah
49
Jakarta. Dalam mendukung pelaksanaan kegiatannya maka ruangan
ini dilengkapi dengan projector, layar dan sound system
b. Ruang Multimedia
Ruangan ini dilengkapi dengan komputer desktop, akses
internet yang dapat dimanfaatkan oleh sivitas untuk mencari koleksi
digital baik ejournal berlangganan, repository institusi, koleksi
multimedia, dan koleksi digital lainnya serta pemustaka dapat
menggunakan komputer untuk membuat tugas-tugas kuliah tanpa
dikenakan biaya.
c. Corner di Perpustakaan
Fasilitas corner yang dapat dimanfaatkan yaitu ruang baca,
akses internet, koleksi, dan berbagai program yang diselenggarakan
oleh corner terutama American Corner seperti pembelajaran bahasa
inggris, perlombaan, seminar, pelatihan, bedah film, dan lain-lain.
Corners yang terdapat di Pusat Perpustakaan UIN Jakarta di
antaranya:
1) American Corner
2) Canadian Corner
3) Saudi Arabian Corner
4) Munawwir Corner
5) BI Corner.
50
d. Mushalla
Terdapat mushalla khusus untuk pria dan wanita terdapat
dilantai empat, lima, enam dan tujuh yang dilengkapi toilet dan
tempat wudhu.
e. Layanan-layanan lain
Selain layanan yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksi,
layanan ruang baca, Pusat Perpustakaan UIN Jakarta juga
menyelenggarakan berbagai program yaitu sebagai berikut:
1) Orientasi atau pengenalan perpustakaan bagi sivitas akademika
baru.
2) Pendidikan pemakai yaitu pengajaran perpustakaan tentang
strategi dan teknik pemanfaatan berbagai sumber daya informasi
perpustakaan.
3) Literasi informasi yang mengajarkan keahlian berinformasi
meliputi keterampilan mencari, menemukan, menggunakan, dan
mengevaluasi informasi.
4) Pelatihan individual dan kelompok untuk memperoleh keahlian
terapan yang dapat digunakan pada institusi perpustakaan di
tempat lain.
5) Magang bagi siswa PKL
6) Magang bagi mahasiswa yang berminat dan mendapat
pengalaman bekerja di perpustakaan.
51
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Mengacu pada tujuan penelitian, peneliti akan memaparkan hasil
penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara kepada informan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada
penelitian ini, peneliti meneliti mengenai transformasi fungsi, fasilitas dan
SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam menyokong UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjadi World Class University dan upaya yang
dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut. Adapun hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
1. Transformasi fungsi, fasilitas dan SDM Pusat Perpustakaan UIN
Jakarta dalam menyokong UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menjadi World Class University.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan salah satu
universitas Islam di Indonesia yang menuju World Class University.
World Class University merupakan universitas yang mendapatkan
pengakuan global, yang ditandai dengan reputasi akademik yang unggul,
lulusan yang berdaya saing, jumlah sitasi dosen yang tinggi, rasio dosen
dan mahasiswa yang ideal, serta jumlah mahasiswa dan dosen asing yang
cukup. Pada 2016, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mencatatkan
beberapa pencapaian penting dalam berbagai pemeringkatan, antara lain
peringkat Google Scholar Citation berada pada urutan 3, peringkat
perguruan tinggi versi Webometrics berada diurutan 32, menduduki
rangking ke-32 se-Indonesia dalam konteks publikasi di jurnal
52
Internasional dengan terindeks Scopus, dan menempati urutan 42 di
University Web Rangking 4 International Colleges and Universities
(4ICU) yang sekarang dikenal dengan UniRank University Ranking.40
Saat ini, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menuju transformasi
dari Satker BLU (Badan Layanan Umum) menuju satker PTN Badan
Hukum dengan penguatan dan pengokohan sebagai Universitas Riset, di
mana seluruh indikator atas pemenuhan kedua status tersebut adalah
langkah-langkah dan strategi kerja ke depan. Dalam merencanakan dan
melaksanakan berbagai kebijakan dan program agar lebih integratif
maka, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuat sebuah Rencana
Strategis atau Renstra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Renstra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta disusun bukan
didasarkan atas daftar keinginan kelembagaan tetapi atas dasar
pertimbangan hasil evaluasi sekaligus memperhatikan kebutuhan strategi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di masa yang akan datang menjadikan
suatu universitas yang semakin dikenal luas dan diakui dunia. Pada
awalnya, rencana strategis (Renstra) periode 2017-2021 ini merupakan
milestone kedua dari rangkaian tiga milestones UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menuju visi jangka panjang menjadi World Class University pada
tahun 2026. Berdasarkan pertimbangan dan masukan dari berbagai pihak
serta evaluasi hasil pencapaian Renstra periode 2012-2016, maka
40 Dokumen Rencana Strategis (Renstra) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2017-
2021
53
diusulkan perpanjangan masa pencapaian visi jangka panjang UIN
menjadi World Class University pada tahun 2036.41
Dalam rangka merealisasi visi tersebut, kerangka pengembangan
jangka panjang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta disusun dalam empat
destinasi dan capaian (milestones) sebagai berikut:42
a. Destinasi Top 50 Perguruan Tinggi di Asia Tenggara (2017-2021)
b. Destinasi Top 25 Perguruan Tinggi di Asia Tenggara (2022-2026)
c. Destinasi Top 100 Perguruan Tinggi di Asia (2027-2031)
d. Destinasi Top 500 Perguruan Tinggi di Ranking Dunia (2032-2036).
Saat ini, rencana yang dijalani yaitu rencana strategis 2017-
2021. Tahap ini difokuskan pada penguatan internal dan pembangunan
karakter kelembagaan. Pembangunan karakter diarahkan pada aspek
substansi akademik melalui pengembangan budaya penelitian dan
penguatan kerangka integrasi keilmuan. Selain itu, penguatan juga
diarahkan pada aspek tata kelola kelembagaan dan keuangan, sebagai
bentuk transformasi dari perguruan tinggi berbasis pengajaran (teaching
university) menjadi perguruan tinggi berbasis riset (research university).
Menjadi kelas dunia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta harus
mempunyai perpustakaan yang berkelas dunia juga selain untuk
memenuhi kebutuhan sivitas akademika, perpustakaan termasuk salah
satu indikator penilaian terhadap kualitas sebuah perguruan tinggi untuk
41 Dokumen Rencana Strategis (Renstra) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2017-
2021 42 Dokumen Rencana Strategis (Renstra) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2017-
2021
54
menjadi kelas dunia. Maka dari itu, setiap perubahan yang dilakukan oleh
universitas akan berdampak pada perpustakaannya karena perpustakaan
memiliki tujuan yaitu untuk membantu lembaga yang menaunginya
mencapai tujuan mereka. Terlebih rencana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang ingin menjadi perguruan tinggi berbasis riset, yang
menjadikan perpustakaan berperan penting dalam menyediakan
kebutuhan sivitas akademika. Menurut Diao Ai Lien, transformasi yang
perlu dilakukan hanya meliputi tiga garis besar di antaranya:43
a. Transformasi fungsi
Perpustakaan berfungsi untuk membantu perguruan tinggi
dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi seperti
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta tidak melakukan transformasi dari segi
fungsi perpustakaan, fungsinya tetap sama yaitu mendukung proses
Tri Dharma Perguruan Tinggi. Berikut hasil wawancara dengan
informan SM sebagai berikut:
“Namanya perpustakaan itu kalau bicara dari aspek fungsi
itu tetap, mau masyarakat yang dilayani itu seperti apapun
fungsi itu tetap. Fungsinya adalah mendukung semua
program dari lembaga induk.”44
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan AH dan
UA yang menyatakan bahwa:
“Jadi baik itu world class atau belum world class saat ini
ya maka fungsinya sama, menunjang proses pengajaran
43 Lien, “Transformasi Dunia Perpustakaan,” hal. 2. 44 Siti Maryam, Hasil wawancara pribadi, 24 Agustus 2018
55
penelitian dan pengabdian masyarakat.”45
“Perpustakaan ya harus sejalan dengan fungsi itu, jadi dia
sebagai pendukung apa Tri Dharma Perguruan Tinggi itu
ya.”46
Walaupun demikian, dalam menjalankan fungsinya itu, Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta melakukan perubahan seperti yang
disampaikan oleh informan UA:
“Memberikan akses yang lebih luas tidak hanya mengakses
di dalam kampus tetapi juga bisa mengakses di luar
kampus. Kemudian menambahkan nilai pada informasi itu
dengan cara mengemasnya menjadi informasi yang lebih
baru (adding value).”47
Berdasarkan hasil wawancara di atas yaitu Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta tidak melakukan transformasi dari segi
fungsi perpustakaan, fungsinya tetap sama yaitu mendukung proses
Tri Dharma Perguruan Tinggi. Walaupun demikian, perkembangan
teknologi yang dialami menjadikan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
melakukan perubahan dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat
informasi, yang mana perubahan tersebut dapat mempermudah
pengguna khususnya sivitas akademika dalam mendapatkan
informasi seperti dengan menyediakan akses informasi yang dapat
diakses di mana saja dan juga memberikan nilai tambah pada
informasi yang disajikan.
Hal-hal yang dilakukan tersebut sudah memenuhi beberapa
perubahan fungsi berdasarkan perkembangan teknologi menurut
45 Amrullah Hasbana, Hasil wawancara pribadi, 16 Agustus 2018 46 Ulfah Andayani, Hasil wawancara pribadi, 07 September 2018 47 Ulfah Andayani, Hasil wawancara pribadi, 07 September 2018
56
Diao Ai Lien. Dengan mengikutinya perkembangan teknologi saat
ini, itu artinya Pusat Perpustakaan UIN Jakarta selalu berusaha
mengikuti perubahan yang dilakukan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta untuk menjadi World Class University.
b. Transformasi fasilitas
Perpustakaan perlu melakukan perubahan dalam
memaksimalkan fasilitasnya dalam mendukung UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjadi kelas dunia. Pusat Perpustakaan UIN
Jakarta sebenarnya sudah melakukan perubahan sejak dulu, yaitu
dari berubahnya IAIN menjadi UIN pada tahun 2002. Perubahan
yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta pada saat itu yaitu
dari segi koleksinya, seperti dengan menyediakan berbagai sumber
yang sesuai dengan pembukaan jurusan-jurusan baru. Hal ini
disampaikan oleh informan SM yaitu sebagai berikut:
“Pada tahun 2003 (diralat menjadi 2002) itu resmi IAIN
berubah menjadi UIN, kapan perpustakaan kemudian
merubah dirinya? Ketika IAIN with Wider Mandate udah
membuka Jurusan Komputer maka perpustakaan kemudian
mengoleksi buku-buku bidang komputer. Pada saat itu
perpustakaan kemudian menyediakan berbagai sumber yang
sesuai dengan pembukaan jurusan baru tadi dari segi
koleksinya.”48
Pada tahun 2007, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mencanangkan keinginannya menjadi universitas kelas dunia. Maka
dari itu, Pusat Perpustakaan UIN Jakarta mulai membenahi diri
untuk menjadi perpustakaan kelas dunia, salah satunya dengan
48 Siti Maryam, Hasil wawancara pribadi, 24 Agustus 2018
57
membuat satu standar perpustakaan berkelas dunia yang pada saat itu
diharapkan dapat merubah Pusat Perpustakaan UIN Jakarta menjadi
perpustakaan yang bisa mendukung UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menjadi World Class University. Hal ini juga disampaikan oleh
informan SM yaitu:
“Kalo ga salah 2007, saya lupa yang istilahnya ingin
menjadi universitas berkelas dunia. Saya dengan Bu Ida
udah sempet membuat satu standar, yang standar itu ingin
merubah perpustakaan UIN jadi perpustakaan yang bisa
mendukung secara penuh proses tercapainya IAIN atau UIN
menjadi World Class University.”49
Saat ini, perubahan yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN
Jakarta di antaranya sebagai berikut:
1) Koleksi
Terjadinya perkembangan teknologi berdampak pada
perubahan dalam penyediaan koleksi yang dibutuhkan oleh
pengguna khususnya sivitas akademika. Saat ini, dalam
memenuhi penelitian bahan referensi yang diperlukan lebih
banyak di dapatkan dari jurnal online. Maka dari itu, Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta menyediakan koleksi elektronik
dengan melanggan database online dan menyediakan database
online hasil kerjasama seperti Jstor, SpringerLink, Cambridge,
EBSCO, Proquest dan lain-lain. Berikut hasil wawancara
dengan informan UA:
49 Siti Maryam, Hasil wawancara pribadi, 24 Agustus 2018
58
“Kita sudah memiliki 7 databases, seperti Jstor,
SpringerLink, kemudian Cambridge, kemudian yang kita
langgan sendiri ya Oxford Islamic Online, Oxford Islamic
Scholarship, nanti bisa dicek di website kita. Dan ada
juga online databases hasil kerjasama dengan institusi
lain, hasil kerjasama dengan kedutaan Amerika, kita
dilanggankan elibrary USA, elibrary USA itu di dalamnya
ada EBSCO.”50
Berdasarkan hasil observasi peneliti, Pusat Perpustakaan
UIN Jakarta memiliki 22 online database yang dapat diakses
(perpus.uinjkt.ac.id). Hal tersebut tentunya dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan penelitian pengguna seperti sivitas
akademika. Dengan begitu, sivitas akademika dapat dengan
mudah menyelesaikan penelitiannya yang mana hal tersebut
membantu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi World
Class University.
2) Sarana dan Prasarana
Dalam mendukung tercapainya World Class University,
Pusat Perpustakaan UIN Jakarta berusaha untuk menyediakan
tempat yang nyaman bagi sivitas akademika yaitu dengan cara
memiliki gedung baru yang daya tampung ruang bacanya lebih
luas, melakukan pemeliharaan pada AC, ruang administrasi pada
lantai tersendiri yaitu pada lantai 3 terpisah dengan layanan
pemustaka, terdapat ruang BI corner di lantai 4, terdapat ruang
khusus koleksi keislaman pada lantai 5, terdapat ruang
50 Ulfah Andayani, Hasil wawancara pribadi, 07 September 2018
59
penelitian pada lantai 7, menyediakan stopkontak dan internet
24 jam. Berikut hasil wawancara dengan informan AH:
“Ruangan bacanya harus berbeda ya kan, luasnya, daya
tampungnya. Mahasiswa kita kan selalu bertambah,
ruangan kita pun harus bertambah biar nyaman berarti
air conditioner-nya harus dipelihara. Kemudian variasi
dari ruangan kita bangun kalo kemaren itu ruangan di
gedung lama satu ruangan orang mau ke lantai atas ada
acara di lantai tiga harus mengganggu orang yang baca
sekarang kan tidak, punya ruangan sendiri-sendiri.
Terus, karena mahasiswa banyak yang make hotspot kita
sediakan colokan, internet 24 jam”51
Pernyataan yang hampir serupa juga disampaikan oleh
informan UA yaitu:
“Perpustakaan harus menyediakan ruang-ruang baca
sesuai dengan kebutuhan user, mungkin ada mahasiswa
yang ingin berdiskusi kita menyediakan tempat itu ada di
lantai 7, lantai 7 kemudian ada carel atau research room
yang bisa digunakan oleh para dosen. Terus ada juga
area zona ruang santai yang di BI corner di lantai 4, dan
kita juga menyediakan fasilitas ruang dengan akses
internet gitu kan gratis di lantai 5, akses multimedia.”52
Berdasarkan hasil observasi peneliti, perubahan-perubahan
tersebut sesuai dengan keadaan dilapangan salah satunya seperti
disediakannya ruang BI Corner yang sengaja dibuat lesehan
agar pengguna bisa sekaligus menggunakannya sebagai tempat
berdiskusi sambil bersantai. Berbagai perubahan yang
disebutkan di atas sama halnya dengan perubahan fasilitas
menurut Diao Ai Lien yang mengatakan bahwa perpustakaan
perlu menyediakan ruang yang lebih banyak sebagai ruang
51 Amrullah Hasbana, Hasil wawancara pribadi, 16 Agustus 2018 52 Ulfah Andayani, Hasil wawancara pribadi, 07 September 2018
60
multimedia, ruang pertemuan atau diskusi dan ruang lainnya.
Hal ini tentu sangat mendukung dalam pemenuhan kebutuhan
sivitas akademika. Dengan kata lain, Pusat Perpustakaan UIN
Jakarta telah melakukan usaha merubah dirinya dalam
mendukung cita-cita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi
World Class University.
c. Transformasi SDM
Selain fungsi dan fasilitas, SDM perpustakaan seperti
pustakawan perlu melakukan perubahan untuk meningkatkan
kompetensinya. Hal ini dikarenakan SDM merupakan penunjang
utama dalam penyelenggaraan setiap kegiatan yang ada di
perpustakaan. Berikut hasil wawancara dengan informan SM dan
UA:
“Jadi jumlah sekarang ini jumlah pustakawan kita ini kalo di
Perpustakaan Pusat itu pustakawan sekitar 14 orang,
kemudian ditambah tenaga-tenaga lain, administrasi itu
jumlah kita ada 30, jadi dengan pustakawan 14 terus
ditambah administrasi itu kita ada 30 orang.”53
“Tapi saat sekarang itu kita baru memiliki sekitar 35 orang,
tapi 35 orang itu pun tidak semuanya adalah pustakawan, di
dalamnya ya staf administrasi gitu kan dengan tingkat
pendidikan yang juga beragam iya kan.”54
Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat perbedaan
penyebutan dalam jumlah SDM. Melihat dari buku panduan Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta tahun 2017 diketahui bahwa SDM berjumlah
53 Siti Maryam, Hasil wawancara pribadi, 24 Agustus 2018 54 Ulfah Andayani, Hasil wawancara pribadi, 07 September 2018
61
30 orang (tidak termasuk tiga orang yang pensiun). Dari 30 orang
tersebut pustakawan berjumlah 14 orang dan 16 orang non
pustakawan.
Dengan jumlah SDM yang ada, terbilang masih kurang jika
dibandingkan dengan jumlah yang harus dilayani. Jumlah sivitas
akademika (siva) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun
2017/2018 berjumlah 33.707 orang.55
Dengan keterbatasan jumlah
SDM, bukan berarti Pusat Perpustakaan UIN Jakarta tidak
melakukan perubahan. Justru keterbatasan tersebut membuatnya
harus melakukan peningkatan dalam segi kompetensi seperti
kompetensi dibidang IT dan layanan. Berikut hasil wawancara
dengan informan SM:
“Ya paling dari kompetensi ya, SDM yang sekarang mungkin
kompetensinya lebih baik dari pada yang dulu-dulu. Cuma
yang dulu-dulu kan udah pensiun. Misalnya kompetensinya
dibidang IT-nya sudah lebih baik, kompetensi dibidang apa
namanya layanan ada lah peningkatan.”56
1) Kriteria SDM
Pustakawan dituntut harus memiliki kemampuan lebih dari
penggunanya baik dalam hal keterampilan maupun bidang
pengetahuan apapun. Idealnya pustakawan harus mempunyai
kompetensi profesional maupun individual agar dapat
mengimbangi tuntutan pengguna yang diakibatkan oleh
55UIN Jakarta.(2018).Pendataan EMIS 2017-2018 UIN Jakarta Rampung.
http://www.uinjkt.ac.id diakses pada 15 November 2018. 56 Siti Maryam, Hasil wawancara pribadi, 24 Agustus 2018
62
perkembangan teknologi pada saat ini. Berdasarkan hasil
wawancara dengan informan UA mengatakan bahwa:
“Ada kompetensi inti, kompetensi penunjang yang
memang harus dimiliki oleh pustakawan. Selain itu, harus
mampu memberikan pengajaran, ya kategorinya ya
kompetensi profesional, memberikan pengajaran literasi
informasi kepada user dan itu kan tingkat user kita kan
juga berbeda-beda dari mulai S1, S2, S3.”57
Pernyataan yang hampir serupa juga disampaikan oleh
informan AH yaitu sebagai berikut:
“Kriterianya tetap dia harus profesional, punya
background pendidikan perpustakaan kalau mau jadi
pustakawan ya. Jadi, semua itu background pendidikan
iya, kemudian kecakapan iya, keterampilan iya,
penampilan iya, ya bahasa iya, itu semua harus dipenuhi
kriteria itu.”58
Pernyataan yang sedikit berbeda dari informan SM
menyatakan bahwa:
“Oh iya tentu secara standar itu ada. Harusnya satu
orang pustakawan itu minimal didampingi dua orang
tenaga asisten pustakawan standarnya.”59
Dari hasil ketiga wawancara tersebut, kriteria SDM yang
diinginkan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta di antaranya
memiliki kompetensi inti maupun profesional. Kompetensi inti
yang dimaksud di sini seperti mengkatalog buku sedangkan
kompetensi profesional yang dimaksud seperti bahasa,
keterampilan, penampilan, kecakapan dan berlatar belakang
57 Ulfah Andayani, Hasil wawancara pribadi, 07 September 2018 58 Amrullah Hasbana, Hasil wawancara pribadi, 16 Agustus 2018 59 Siti Maryam, Hasil wawancara pribadi, 24 Agustus 2018
63
Ilmu Perpustakaan. Selain itu, Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
ingin memiliki satu orang pustakawan minimal didampingi dua
orang tenaga asisten pustakawan.
Dari hasil tersebut, Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sudah
mulai melakukan perubahan dalam pemenuhan SDM. Mereka
sudah memperhatikan kriteria yang diinginkan agar SDM Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta tetap menjadi sumber utama bagi
pengguna seperti sivitas akademika.
2) Cara Meningkatkan Kualitas SDM
Pustakawan dituntut harus memiliki kemampuan lebih dari
penggunanya baik dalam hal keterampilan maupun bidang
pengetahuan apapun. Maka dari itu, Pusat Perpustakaan UIN
Jakarta sering mengutus pustakawannya untuk mengikuti
pelatihan agar dapat meningkatkan kualitasnya. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara dengan informan AH dan SM
yaitu sebagai berikut:
“Bagaimana cara mengembangkannya, melalui pelatihan,
melalui pendidikan, bagaimana cara pelatihannya diutus
mengikuti workshop, diklat ya, studi banding juga kami
adakan. Di-internal ada continue development, kita
melakukan pelatihan misalnya apa namanya memberikan
pelayanan ramah, memberikan layanan prima, pelatihan
karyawan.”60
“Ada namanya istilah CPD Continuing Professional
Devolepment, misalnya dengan mengikut sertakan para
60 Amrullah Hasbana, Hasil wawancara pribadi, 16 Agustus 2018
64
pustakawan itu ke berbagai pelatihan, berbagai seminar-
seminar, workshop.”61
Pernyataan yang hampir sama juga disampaikan oleh
informan UA yaitu sebagai berikut:
“Kegiatannya ya meningkatkan kualitas ya tadi kan
pelatihan, seminar bisa juga, workshop bisa juga atau
bisa juga kegiatannya itu ya sharing knowledge.”62
Dari hasil wawancara tersebut, cara yang dilakukan Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta dalam meningkatkan SDM yaitu
melalui pendidikan, melakukan sharing knowledge, studi
banding serta melakukan CPD (Continuing Professional
Development) misalnya dengan mengikuti pelatihan, seminar
maupun workshop. Akan tetapi, cara tersebut tidak semuanya
berjalan dengan lancar seperti kegiatan sharing knowledge yang
sudah lama tidak dilakukan lagi.
Pada era pengetahuan saat ini, menurut Diao Ai Lien
pustakawan memang salah satu yang harus melakukan
transformasi lebih awal. Pustakawan dituntut harus memiliki
kemampuan lebih dari penggunanya baik dalam hal
keterampilan maupun bidang pengetahuan apapun. Dalam hal
ini, Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sudah mulai
menerapkannya. Hal itu dilihat dengan dilakukannya CPD
(Continuing Professional Development) atau seperti mengikuti
61 Siti Maryam, Hasil wawancara pribadi, 24 Agustus 2018 62 Ulfah Andayani, Hasil wawancara pribadi, 07 September 2018
65
pelatihan, seminar maupun workshop. Dengan begitu, dapat
dikatakan bahwa SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sudah
bertransformasi mengikuti perubahan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menuju universitas kelas dunia.
2. Upaya yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta mengatasi
kendala dalam menyokong UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menjadi World Class University.
a. Kendala
Setiap lembaga atau organisasi pasti memiliki kendala, begitu
juga pada Pusat Perpustakaan UIN Jakarta. Berdasarkan hasil
wawancara dengan informan AH dan UA yaitu sebagai berikut:
“Kendalanya satu, tidak mau melengkapi koleksi misalnya
melengkapi fasilitas dan semuanya itu kan, semuanya
bergantung pada apa tergantung kepada anggaran ya,
anggaran sehingga kita mainnya skala prioritas. SDM kita
kurang, terus tidak ada pengangkatan PNS pustakawan
sementara setiap tahun ada yang pensiun.”63
“Ya budget ya, yang belum tersebut tadi budget ya, SDM,
artinya SDM itu selain dari manajemennya gitu ya mungkin
perlu dilihat lagi mungkin yang paling utama itu kan budget,
anggaran ya.”64
Pernyataan hampir serupa juga disampaikan oleh informan
SM yaitu sebagai berikut:
“Kendala yang dihadapi misalnya tadi kurangnya SDM,
kurangnya fasilitas meskipun tidak disebutkan secara jelas
kurangnya berapa tapi kamu kan bisa ngeliat sendiri lah ya
ruangan yang ada, fasilitas terbatas bahkan perabotnya pun
perabot jadul.”65
63 Amrullah Hasbana, Hasil wawancara pribadi, 16 Agustus 2018 64 Ulfah Andayani, Hasil wawancara pribadi, 07 September 2018 65 Siti Maryam, Hasil wawancara pribadi, 24 Agustus 2018
66
Dari hasil wawancara tersebut, terdapat beberapa kendala
yang dihadapi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta di antaranya
kurangnya anggaran, SDM dan fasilitas.
b. Upaya Mengatasi Kendala
Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, begitupun dengan
kendala yang dihadapi oleh Pusat Perpustakaan UIN Jakarta.
Berdasarkan hasil wawancara dengan AH dan UA yaitu sebagai
berikut:
“Gimana caranya di situlah kita aktif di FPPTI, kita aktif di
FKP2TN, kita aktif di APPTIS, kita aktif di pengurus IPI
pusat. Dikti langganan 14,5 Milyar tahun ini kita bisa akses
semua Proquest, Ebsco, terus kita sekarang ini Scopus dan
Sciencedirect. SDM ya mengatasinya mengangkat tenaga-
tenaga non PNS, dari jurusan IP.”66
“Caranya memaksimalkan anggaran yang ada terus ya
paling menambah kerjasama dengan institusi lain. kalo dari
sisi SDM ya memaksimalkannya dengan cara apa namanya
memanfaatkan kolega yang expert gitu kan untuk berbagi
dengan kita gitu paling gitu ya. Yang lain ya seharusnya
memang ya dari diri individunya itu sendiri solusinya.”67
Pernyataan yang sedikit berbeda disampaikan oleh informan
SM yaitu sebagai berikut:
“Untuk mengatasi kekurangan fasilitas ya kita dengan
mengakali fasilitas yang seadanya kita fungsikan sesuai
dengan tujuan. Kalo kekurangan SDM yang dilakukan
adalah tadi meningkatkan kompetensi.”68
66 Amrullah Hasbana, Hasil wawancara pribadi, 16 Agustus 2018 67 Ulfah Andayani, Hasil wawancara pribadi, 07 September 2018 68 Siti Maryam, Hasil wawancara pribadi, 24 Agustus 2018
67
Dari hasil wawancara tersebut, upaya yang dilakukan Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta dalam mengatasi kurangnya anggaran
yaitu memaksimalkan anggaran yang ada dengan melakukan
kerjasama di berbagai lembaga seperti Dikti maupun Perpustakaan
Nasional RI. Selain itu, Pusat Perpustakaan UIN Jakarta juga aktif
dalam forum-forum seperti FPPTI (Forum Perpustakaan Perguruan
Tinggi Indonesia), APPTIS (Asosiasi Perpustakaan Perguruan
Tinggi Islam) dan masih banyak lagi.
Sedangkan upaya dalam mengatasi kurangnya SDM yaitu
dengan meningkatkan kompetensi SDM tersebut seperti melakukan
pelatihan, seminar maupun workshop. Hal ini dilakukan agar SDM
memiliki kompetensi yang cukup dengan begitu, jumlah SDM yang
kurang akan tertutupi. Selain itu, upaya lain yaitu dengan
mengangkat tenaga non PNS dari Jurusan Ilmu Perpustakaan,
memanfaatkan kolega yang expert untuk berbagi ilmu dan kesadaran
individu. Adapun kurangnya fasilitas dapat dilakukan seperti
mengoptimalkan fasilitas yang ada dan difungsikan sesuai dengan
tujuan.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, mengenai transformasi Pusat Perpustakaan
UIN Jakarta dalam mendukung UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi
World Class University dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Transformasi fungsi, fasilitas dan SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
dalam menyokong UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi World Class
University yaitu:
a. Transformasi Fungsi
Pusat Perpustakaan UIN Jakarta tidak melakukan
transformasi dari segi fungsi perpustakaan, fungsinya tetap sama
yaitu mendukung proses Tri Dharma Perguruan Tinggi. Walaupun
demikian, perkembangan teknologi yang dialami menjadikan Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta melakukan perubahan dalam menjalankan
fungsinya sebagai pusat informasi, yang mana perubahan tersebut
dapat mempermudah pengguna khususnya sivitas akademika dalam
mendapatkan informasi seperti dengan menyediakan akses informasi
yang dapat diakses di mana saja dan juga memberikan nilai tambah
pada informasi yang disajikan.
69
b. Transformasi Fasilitas
Pusat Perpustakaan UIN Jakarta melakukan perubahan dalam
segi koleksi yaitu dengan menyediakannya database online baik
yang dilanggan maupun hasil kerjasama seperti Jstor, SpringerLink,
Cambridge, EBSCO, Proquest dan lain-lain. Sedangkan perubahan
yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dari segi sarana dan
prasarana di antaranya memiliki gedung baru yang daya tampung
ruang bacanya lebih luas, melakukan pemeliharaan pada AC, ruang
administrasi pada lantai tersendiri yaitu pada lantai 3 terpisah dengan
layanan pemustaka, terdapat ruang BI corner di lantai 4, terdapat
ruang khusus koleksi keislaman pada lantai 5, terdapat ruang
penelitian pada lantai 7, menyediakan stopkontak dan internet 24
jam.
c. Transformasi SDM
SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta berjumlah 30 orang
yaitu 14 orang pustakawan dan 16 orang non pustakawan. SDM
Pusat Perpustakaan UIN Jakarta melakukan perubahan dari segi
kompetensi seperti kompetensi dibidang IT dan layanan. Selain itu,
Pusat Perpustakaan UIN Jakarta juga sudah mulai melakukan
perubahan dalam pemenuhan SDM. Dengan kata lain, mereka sudah
memperhatikan kriteria yang diinginkan agar SDM Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta tetap menjadi sumber utama bagi
pengguna seperti sivitas akademika.
70
2. Upaya yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta mengatasi
kendala dalam menyokong UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi
World Class University yaitu:
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi Pusat Perpustakaan
UIN Jakarta di antaranya kurangnya anggaran, SDM dan fasilitas. Akan
tetapi, Pusat Perpustakaan UIN Jakarta melakukan berbagai upaya untuk
mengatasi kendala tersebut, di antaranya memaksimalkan anggaran yang
ada, kerjasama, meningkatkan kompetensi SDM, mengangkat tenaga non
PNS dari Jurusan Ilmu Perpustakaan, mengoptimalkan fasilitas yang ada
dan difungsikan sesuai dengan tujuan, memanfaatkan kolega yang expert
untuk berbagi ilmu dan kesadaran individu.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka ada beberapa
saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu sebagai berikut:
1. Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sebaiknya memperhatikan perlengkapan
(contohnya meja dan kursi) yang sudah lama dan usang. Jadi bukan
hanya gedungnya saja yang baru tetapi perlengkapannya juga.
2. Sebaiknya Pusat Perpustakaan UIN Jakarta lebih memaksimalkan
upayanya dalam meningkatkan kualitas SDM. Seperti mengaktifkan
kembali kegiatan sharing knowledge.
3. Pusat Perpustakaan UIN Jakarta seharusnya banyak menambah SDM
yang berlatar belakang Ilmu Perpustakaan.
71
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah, dan Elsa Supriyani. “Perubahan Bentuk Rumah Adat Tongkonan Tana
Toraja Berdasarkan Pendapat Teori Lesesau.” Jurnal Teknosains Vol. 10,
no. 1 (2016): 183–96.
Andari, Shelly, Hendyat Soetopo, dan Mustiningsih. “Manajemen Program
Internasionalisasi di International Office (IO) dalam Mewujudkan World
Class University.” Jurnal Pendidikan Humaniora Vol. 4, no. 4 (2016):
200–208.
ARWU. 2018. Academic Ranking of World Universities About.
http://www.shanghairanking.com/aboutarwu.html diakses pada 12 Mei
2018.
Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta, 2011.
Fatmawati, Endang. “Kesiapan Pustakawan UNDIP untuk Mendukung UNDIP
Sebagai Universitas Bertaraf Internasional.” Visi Pustaka Vol. 11, no. 2
(2009): 15–19.
Hutami, Rieka F. “Research University Sebagai Langkah Awal Menuju World
Class University.” Jurnal Manajemen Indonesia Vol. 11, no. 3 (2011):
162–71.
Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan, Pemahaman dan
Penguasaan Metodologi Penelitian. Malang: UIN Malang Press, 2008.
Diao Ai Lien. “Transformasi Dunia Perpustakaan.” In Perpustakaan dan Layanan
Informasi: Kebutuhan Pengelola Perpustakaan-Pengguna dan
Masyarakat. Bandung, 2004.
Mastuki, HS. “World Class-University: Obsesi atau Mimpi.” Direktori
Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, 2015.
http://diktis.kemenag.go.id/NEW/index.php?berita=detil&jenis=artikel&jd
=498#.WpYF9LOYPIU.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007.
Mubasyaroh. “Pengaruh Perpustakaan bagi Peningkatan Mutu Pendidikan
Perguruan Tinggi.” Libraria Vol. 4, no. 1 (2016): 77–103.
72
Naibaho, Kalarensi. “Perpustakaan sebagai Salah Satu Indikator Utama dalam
Mendukung Universitas Bertaraf Internasional.” Perpustakaan Universitas
Airlangga, 2007, 8–17.
Pietrucha, Jacek. “Country-Specific Determinants of World University Rankings.”
Scientometrics, 2018, 1129–39.
Purnomo, Pungki. “Pembinaan dan Pengembangan SDM Perpustakaan pada
Lembaga Pendidikan.” al-Maktabah Vol. 6, no. 1 (2004): 125–39.
Purwono. Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2013.
Puspitasari, Dewi, dan Novita Dwi Anawati. “Peran Perpustakaan dalam
Mendukung Universitas Airlangga Menuju World Class University
melalui Peningkatan Peringkat Webometric.” Jurnal Palimpsest Vol. 4, no.
2 (2013): 1–7.
Rachmawati, Imami Nur. “Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif:
Wawancara.” Jurnal Keperawatan Indonesia Vol. 2, no. 1 (2007).
Raco, J. R. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya
(Jakarta: PT Grasindo, 2010), hal. 49. Jakarta: PT Grasindo, 2010.
Ratnaningsih. “Menuju Perpustakaan Perguruan Tinggi Berkelas Dunia.” In
Sidang Pengukuhan Pustakawan Utama. Surabaya: ADLN-Perpustakaan
Universitas Airlangga, 2008.
Rumani, Sri. “Kompetensi Pustakawan Menuju Perguruan Tinggi Bertaraf
Internasional.” Media Pustakawan Vol. 17, no. 1 dan 2 (2010): 26–30.
Santi, Triana. “Transformasi Perpustakaan UIN SU Menuju Layanan yang
Berkualitas.” Jurnal Iqra’ Vol. 8, no. 2 (2014).
Setiawati, Ubudiyah. “Pustakawan Transformasi.” Universitas Komputer
Indonesia, 2009.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka,
2010.
Susanto. “Strategi Menuju World Class University (WCU) pada Universitas
Semarang.” Jurnal Transformatika Vol. 11, no. 2 (2014): 87–95.
73
Suwarno, Wiji. “Mengembangkan SDM Perpustakaan dalam Rangka Menuju
World Class University.” Libraria Vol. 4, no. 1 (2016): 105–26.
THE. 2018. The Times Higher Education Methodology.
http://www.timeshighereducation.com/world-university-
rankings/methodology-world-university-rankings-2018. diakses pada 12
Mei 2018.
UniRank. 2018. UniRank Methodology.
https://www.4icu.org/about/index.htm#ranking diakses pada 13 Agustus
2018.
QS.(2018).The QS World University Rankings Methodology.
https://www.topuniversities.com/qs-world-university-
rankings/methodology. diakses pada 11 Mei 2018.
Yin, Robert K. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008.
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: PrenadaMedia Group, 2015.
LAMPIRAN
Lampiran 1
TRANSKRIP WAWANCARA
Transformasi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Mendukung UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
Nama : Amrullah Hasbana, S.Ag, SS. MA
Jabatan : Kepala Perpustakaan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
Tempat Wawancara : Kantor Kepala Perpustakaan Pusat Perpustakaan UIN
Jakarta
Tanggal dan Waktu : 16 Agustus 2018/ Pukul 12.00-12.30 WIB.
A. Transformasi Fungsi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Menyokong UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
1. Bagaimana fungsi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta berdasarkan Tri
Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat) sebelum dan sesudah melakukan perubahan menuju
World Class Library?
Jawaban: Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa perpustakaan ini
adalah bagian integral dari sebuah institusi termasuk di dalamnya
adalah institusipen didikan tinggi dalam hal ini UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Maka perpustakaan itu bagian yang tidak
terpisahkan dengan perpustakaan sesuai dengan misi dari universitas.
Maka, perpustakaan juga mengemban misi universitas ya manjadi eee…
misi perpustakaan itu mewujudkan perpustakaan yang lengkap yang
menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi, itulah fungsinya ya itulah
menunjang penelitian, pengabdian masyarakat, menunjang pendidikan
dan pengajaran. Bagaimana dia menjalankan fungsi ini, fungsi itu
harus berjalan dengan menggunakan sumber-sumber informasi yang
lengkap baik itu tercetak maupun tidak tercetak ya baik yang diakses
secara physically di perpustakaan maupun yang diakses secara open
melalui website yang secara terbuka jadi baik itu world class atau
belum world class saat ini ya maka fungsinya sama, menunjang proses
pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
2. Misalkan dalam fungsi pendidikan yaitu menyediakan berbagai koleksi
yang dibutuhkan jika fungsinya tidak ada perubahan tapi apakah dalam
bentuknya ada yang berubah?
Jawaban: Nah itu dia, ketika ini menjadi world class maka
perpustakaan juga harus menjadi world class artinya koleksinya itu tadi
selengkap mungkin, koleksinya itu se-update mungkin, bagaimana
update yaitu kita harus mengadakan apa buku-buku teks, buku-buku
referensi yang terbaru, yang terkini, kemudian untuk mendukung
perkembangan pengetahuan, ilmu pengetahuan yang sangat cepat ya di
zaman sekarang dalam hitungan detik udah ada teori-teori baru,
penemuan baru dan sebagainya itu udah melalu pelangganan jurnal
online. Jurnal database online itu selalu up to date apapun temuan
baru dipublikasikan melalui jurnal. Nah itu lah yang dimaksud
dengan world class. World class yaitu fasilitas lengkap kalo sekarang
itu masih Ciputat class misalnya ya kan, masih kelas Ciputat, kursinya
masih kursi koantas bima gitu kan kita menuju sana kita perkuatkan
kapasitas kita namanya capacity building, membangun kapasitas baik
itu SDM, baik itu sumber daya koleksi, fasilitas gedung dan sebagainya.
Kita beruntung kan sekarang udah punya gedung yang sudah bisa
dibanggakan dan menjadi ya engga inilah udah world class lah ya.
B. Transformasi Fasilitas Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Menyokong
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
1. Bagaimana fasilitas Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sebelum dan
sesudah melakukan perubahan menuju World Class Library?
Jawaban: Ya fasilitasnya ruangan bacanya harus berbeda ya kan,
luasnya, daya tampungnya gitu loh kan, mahasiswa kita kan selalu
bertambah, ruangan kita pun harus bertambah biar nyaman ya biar
nyaman ya berarti harus air conditioner-nya harus dipelihara bukan
sekali install kemudian didiamkan dan rusak iya kan tapi ya harus di-
maintain istilahnya dijaga, dipelihara, continuity kontinuitasnya harus
dibangun tetap nyaman sampai kapan pun gitu loh, tidak siang kita
harus apa buka kaca gitu loh malam tutup kaca biar ga keanginan dan
sebagainya tapi diatur dengan air conditioner. Kemudian variasi dari
ruangan kita bangun kalo kemaren itu ruangan di gedung lama satu
ruangan orang mau ke lantai atas ada acara di lantai tiga harus
mengganggu orang yang baca sekarang kan tidak, punya ruangan
sendiri-sendiri. Lantai tiga dia nyaman, orang mau ke lantai 4 tidak
harus mengganggu orang di lantai 3, di lantai 4 lantai 5 ya lantai 4
ya lantai 3 kan ini administrasi ga harus mengganggu orang ribut-ribut
agak ribut dikit gak ganggu di sana di atas. Terus lantai 4 itu orang
yang baca koleksi umum lebih nyaman meskipun fasilitas masih kurang,
ya meja-meja jadul ga variatif meskipun bagi orang lain meja jati itu
justru antik susah ditemukan di luar, lebih awet. Tapi ya kita pengen
juga berubah indah meskipun tidak terlalu kuat ya, yang modern-
modern itu belum tentu kuat karena bukan kayu, kena air aja ini
langsung rusak (sambil menunjuk meja) jadi gitu. Lantai 4 (yang
dimaksud lantai 5) kita punya ruangan khusus untuk koleksi keislaman,
ada ruang lesehan, pengen ke depan gitu kan ruang rapat di sini. Lantai
6 pengennya ruang yang lebih sunyi karena di situ tempat skripsi
kemudian carel-carel lantai 7 saya ada ruang penelitian ada ruang
literasi gitu ada ruang sidangnya di sebelahnya ada ruang-ruang buat
para peneliti ya untuk khusyuk tidak diganggu. Nanti di lantai 8, 9 juga
begitu ke depannya. Jadi itulah fasilitas-fasilitas secara fisik ya, gedung,
ruangan, fasilitas ini itu harus dilengkapi, di sesuaikan, world class
istilahnya. Nah, di antaranya adalah selain fasilitas fisik itu maka,
eee.. jangan lupa itu bagian dari facility juga ketika kita menyediakan
fasilitas untuk akses ya. Internet kita sediakan komputer karena
mahasiswa banyak yang make hotspot kita sediakan colokan, kita
sediakan temen- temen untuk apa lesehan, itu bagian dari fasilitas kita,
internet 24 jam itu fasilitas layanan untuk mempermudah layanan,
jangan hanya melihat hanya fisik saja tapi variasi layanan yang di
tawarkan termasuk panduan-panduan literasi informasi, cara membikin
apa mengutip cara membikin data bibliografi melalui zotero, mendeley.
C. Transformasi SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Menyokong UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
1. Bagaimana kriteria SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sebelum dan
sesudah melakukan perubahan menuju World Class Library?
Jawaban: Ya dulu dan sekarang sebenernya prinsipnya sama yaitu
menempatkan orang-orang tepat sesuai dengan kebutuhan, ya iya dari
dulu sampai sekarang. Masalahnya dulu lebih susah untuk
memenuhinya. Susah untuk memenuhinya karena sekolah-sekolah atau
kuliah-kuliah S1 Perpustakaan masih sangat terbatas sehingga kami
sendiri ini prodak di sekolahkan oleh pemerintah di UI, dikasih
beasiswa, dikasih uang saku untuk kuliah perpustakaan kemudian
kembali ke Kementerian Agama mengembangkan perpustakaan
termasuk saya, Bu Maryam, Bu Ulpah. Kalo sekarang sekolah-sekolah
sudah banyak, kapan pun kita mau buka lowongan kita bisa menyaring
sesuai dengan kriteria yang kita inginkan. Sayangnya, tamatan kita aja
bahasa inggrisnya lemah apalagi bahasa arabnya, padahal buku yang
diolah di sini banyak berbahasa arab jadi karena itu ya kriterianya
tetap dia harus profesional, punya background pendidikan perpustakaan
kalau mau jadi pustakawan ya, karena di sini kan bukan pustakawan
semua ada yang istilahnya supporting tenaga non pustakawan di
perpustakaan.
2. Apakah tidak masalah jika bukan dari pendidikan Ilmu Perpustakaan?
Jawaban: Ya gapapa kita perlu, emang kita ga perlu orang IT? Emang
kita gak perlu orang TU tata usaha dan ini ya kan? Masa iya
pustakawan harus jadi resepsionis? ga tega dong gitu loh kan. Apa iya
pustakawan harus jaga loker? Itu kan meremehkan posisi seorang
pustakawan, seorang sarjana mangkanya semua diperlukan. Kalau
saya tidak strictly semua orang yang kerja di perpustakaan adalah
pustakawan tetapi sesuai dengan MENPAN ya, bahwa yang kerja
perpustakaan adalah pustakawan dan tenaga non pustakawan, siapa
mereka? sesuai dengan kebutuhan.
3. Apakah minimal harus S1?
Jawaban: Enggak, sesuai kebutuhan. kita priority pustakawan sesuai
analisis jabatan yang diperlukan kita butuh pustakawan berapa ya kita
ajukan, minta pustakawan sekian, kriterianya apa, kita mau butuh apa,
ya selama ini saya merasa ga ada yang bisa bahasa arab, maka
penyaringan berikutnya harus tamatan UIN Jakarta bisa berbahasa
arab, pustakawan bisa karena dia mengkatalog nanti. Jadi, semua itu
background pendidikan iya, kemudian kecakapan iya, keterampilan iya,
penampilan iya, ya bahasa iya, itu semua harus dipenuhi kriteria itu.
Pinter tapi jutek ngapain, iya kan , tar pada gamau datang.
4. Bagaimana cara meningkatkan kualitas SDM?
Jawaban: Ya, kalau SDM itu sendiri pertama ya kita itu tadi, kita harus
tau sumber apa namanya bukan sumber tapi dari mana SDM yang kita
cari itu kita harus tau, kira-kira bisa kita kembangkan apa tidak.
Bagaimana cara mengembangkannya, melalui pelatihan, melalui
pendidikan ya kan, pinter kita utus untuk mengambil ke pendidikan
lanjut ga mau, susah ya kan, sesuai dengan kebutuhan. Oh kita ini
butuh loh generasi kita ini ke depan itu harus ada pustakawan yang
minimal S2 untuk melanjutkan, minimal ya melanjutkan generasi kepala
perpustakaan. Jadi itu, harus melalui pendidikan, ya pendidikannya ya
harus disesuaikan dengan job yang perlu kita butuhkan, kemudian
melakukan pelatihan- pelatihan bagaimana cara pelatihannya diutus
mengikuti workshop, diklat ya. Kemenag kan apa namanya ee...
perpusnas mengadakan diklat kita harus ikut, ada seminar dan secara
bergantian sesuai dengan kapasitas masing-masing kita utus. Di-internal
kita namanya ada continue development-nya kita melakukan pelatihan
misalnya apa namanya memberikan pelayanan ramah, memberikan
layanan prima, pelatihan karyawan, ya berhadapan orang gimana.
5. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pengembangan SDM? Bagi
mereka yang diutus, bagaimana cara mereka membagikan ilmu yang
didapatkan?
Jawaban: Iya workshop, diklat, seminar, pendidikan formal, kalau ada
kita utus, semua kita lakukan ini. Di-share melalui diskusi-diskusi
melalui Whatsaap, kita kan ada grup, kita kan punya pertemuan secara
rutin, rapat evaluasi kita sampaikan, bahwa ini loh orak orang itu
begini loh bentuknya gitu loh. Setelah mereka ini, studi banding juga
kami adakan untuk mengetahui apa, bagaimana pengelolaan
perpustakaan di luar.
D. Upaya yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta Mengatasi Kendala
dalam Menyokong UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class
University
1. Kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan perubahan tersebut?
Jawaban: Kendalanya ya banyak lah, kendalanya satu, tidak mau
melengkapi apa namanya koleksi misalnya melengkapi fasilitas dan
semuanya itu kan, semuanya bergantung pada apa tergantung kepada
anggaran ya, anggaran sehingga kita mainnya skala prioritas jangan
bilang di mana-mana orang pasti anggaran kurang tapi skala prioritas
yang kita mainkan. Ya okelah kita tidak bisa membeli jurnal kaya UI,
14 Milyar, 18 Milyar, kita hanya 1 Milyar, tetapi tidak berarti bahwa
akses kita lebih kecil dari mereka. Gimana caranya di situlah kita aktif
di FPPTI, kita aktif di FKP2TN, kita aktif di APPTIS, kita aktif di
pengurus IPI pusat gitu loh kan. Alhamdulillah mendapat kemudahan,
buku kita dibantu dari Perpusnas, 5.000 judul, 10.000 eksemplar buku
baru, terus Dikti langganan 14,5 Milyar tahun ini kita bisa akses semua
Proquest, Ebsco, terus kita sekarang ini Scopus dan Sciencedirect. Itu
istilahnya adalah ada jalan, jalan bagi kita untuk meningkatkan fasilitas
kalau masalah dana, ya tapi tetap saja istilahnya kalau namanya
sumbangan belum tentu sesuai dengan kebutuhan keinginan kita pengen
juga support dana mudah-mudahan seiring waktu ini semakin
bertambah dana kita apalagi tambahan bayaran mahasiswa kan
meningkat yang dari kemaren kamu ga UKT sekarang UKT kan. Lebih
mahal lagi, nah harusnya dikembalikan ke mahasiswa melalui apa?
melalui fasilitas di antara fasilitas yang mahasiswa nikmati adalah
fasilitas perpustakaan. Perpustakaannya harus bagus biar dateng ke
sini ga kecewa, bisa ngadem, bisa apa sejuk di sini, betah. Kalau
fasilitasnya ga diperbaiki perpustakaan mereka mau manja di mana,
mau manja-manja di mana, di lapangan di bawah SC sumpek gini gini
panas dsb mending di perpustakaan. Mereka baca jadi di situ ininya
dana iya, SDM, SDM kita secara kuantitas aja kurang apalagi kualitas,
kualitas ya itu tadi sesuai kebutuhan, kadang-kadang kita tumpang
tindih, orang A di dapatkan posisi ini tapi dia mengerjakan berbagai
bidang. Orang B kerjanya di sini, di sini ga tuntas, taro di sana ga
tuntas, taro di sana ga bisa juga ya kan, ya itulah akhirnya yang nge-
backup orang tadi yang bisa ini tapi kan harus dibagi, saya harus di
sini sebagai kepala meskipun kadang-kadang saya harus mengerjakan
mislanya ngolah bahasa arab gituloh kan, bantuin yang lain bikin
proposal dsb. Mestinya kan udah selesai semua, SDM kita kurang, terus
tidak ada pengangkatan PNS pustakawan, sudah sekian lama karena
kebijakan pemerintah yang non guru, dosen, tenaga kesehatan, kita ga
kebagian dari tahun ke tahun. Sementara setiap tahun ada yang
pensiun, tahun ini aja beberapa bulan yang lalu pensiun pak, eee..
bulan Juli akhir Agustus Pak Supiadi pensiun kemudian bulan ini nanti
Pak Nurhaidi Nurhadi pensiun. Terus karna di syariah juga pensiun bu
lupa saya agak lama dia pensium hampir setahun pindah ke ini, jadi
tiga saya kurang dalam sebulan ini. Ga ada pengganti. Mangkanya
saya cari orang-orang pinter dari jurusan ini yang IPK-nya 3,7. Jadi
gitu, banyaklah di antaranya kendala dana, SDM, tapi yang lainnya
itu bersumber dana sebenarnya, tapi ya itu tadi meskipun kita kendala
dana tapi kamu liat seolah-olah ga ada kendala di sini, berjalan dengan
lancar bisa ditutupi dengan kerjasama, kita melalui kerjasama dari
forum ke forum kita tertutupi kekurangannya.
2. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
Jawaban: Kerjasama, SDM ya mengatasinya mengangkat tenaga-tenaga
non PNS, eee.. dari jurusan IP, tapi tahun ini kita baru dapat kabar
tambahan satu Pak Nur Hakim, alumni sini.
TRANSKRIP WAWANCARA
Transformasi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Mendukung UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
Nama : Siti Maryam, M.Hum
Jabatan : Koordinator Layanan Teknis dan Pengembangan
Kerjasama Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
Tempat Wawancara : Ruang Dosen Fakultas Adab dan Humaniora
Tanggal dan Waktu : 24 Agustus 2018/ Pukul 12.27-13.00 WIB.
A. Transformasi Fungsi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Menyokong UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
1. Bagaimana fungsi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta berdasarkan Tri
Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat) sebelum dan sesudah melakukan perubahan menuju
World Class Library?
Jawaban: Sebenarnya gini Ros, namanya perpustakaan itu kalau bicara
dari aspek fungsi itu tetap, mau masyarakat yang dilayani itu seperti
apapun fungsi itu tetap. Fungsinya adalah mendukung semua program
dari lembaga induk. Nah kalau lembaga induknya perguruan tinggi,
tadi kan udah Tri Dharma Perguruan Tinggi ada pengajaran, ada
pendidikan, ada penelitian dan ada pengabdian masyarakat, sampai
kapan pun baik perguruan tingginya itu menjadi world class maupun
apa tetap fungsi itu tetap sama. Perpustakaan berfungsi untuk
mendukung semua program dari perguruan- perguruan tinggi tersebut.
2. Jika fungsinya tidak ada perubahan tapi apakah dalam penyediaannya
ada yang berubah?
Jawaban: Oh iya pasti, pasti jadi untuk menunjang emm.. pendidikan
terutama sekali berarti perpustakaan harus menyediakan berbagai
sumber daya yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku di seluruh
fakultas, itu untuk pengajaran atau pendidikan. Di samping itu, juga
menyediakan sumber-sumber pengayaan yang memperkaya kurikulum
yang berjalan meskipun tidak sesuai betul dengan kurikulum tapi
memperkaya. Kemudian untuk penelitian juga sama berarti
perpustakaan tugas utamanya adalah menyediakan berbagai resources
sumber-sumber tercetak maupun digital atau elektronik ebook maupun
ejournal yang dapat mendukung proses penelitian. Begitu juga untuk
pengabdian masyarakat tentu perpustakaan juga sekali lagi tugas
utamanya adalah menyediakan berbagai sumber informasi yang
sekiranya diperlukan dan mendukung proses kegiatan pengabdian pada
masyarakat. Di samping perpustakaan juga saat ini itu sudah mulai
menampung bukan hanya saat ini ya tapi dari dulu juga berbagai
laporan-laporan hasil pengabdian kepada masyarakat. Jadi bukan hasil
penelitian saja tetapi termasuk hasil pengabdian kepada masyarakat.
Kalo sekarang kamu udah KKN dulu kan ya, membuat buku laporan nah
itu sekarang bukunya sudah dikelola di perpustakaan nah itu bentuk-
bentuk dari penginjauan tahap dari fungsi perpustakaan baik fungsi
sebagai penyedia sumber, fungsi sebagai apa namanya penyedia akses,
iya kan khusus terkait dengan tadi Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Seperti yang ibu sebutkan tadi, kalo misalkan sumber informasinya kalo
zaman dulu mungkin hanya tercetak karena memang zamannya seperti
itu, kalo sekarang zamannya tidak lagi seperti itu, terlepas apakah
universitasnya mau menjadi world class ataupun tidak tetap kita
menyajikan berbagai sumber informasi yang sifatnya elektronik digital
dan yang lain karena itu tuntutan.
B. Transformasi Fasilitas Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Menyokong
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
1. Bagaimana fasilitas Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sebelum dan
sesudah melakukan perubahan menuju World Class Library?
Jawaban: Sejak menjadi universitas, kita menjadi universitas itu kan
tahun 2003, yang tadinya IAIN, IAIN itu kemudian pada tahun 1999
menjadi IAIN UIN with Wider Mandate dulu ada istilah itu, jadi dulu
pertamanya ADIA itu tahun 1957 ya Akademi Dinas Ilmu Agama. Abis
itu berubah menjadi IAIN Institut Agama Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Kemudian 1999 atau 1998 saya rasa 1999 ya itu
ada istilah IAIN with Wider Mandate, IAIN dengan mandat yang lebih
luas apa yang dimaksud dengan mandat yang lebih luas?. Waktu itu
IAIN sudah mempunyai rencana pengen berubah menjadi UIN nah mulai
membuka jurusan-jurusan umum sebelumnya agama semua, Institut
Agama Islam. Namanya institut itu hanya satu ilmunya, misalnya kamu
kenal Institut Teknologi, maka yang dipelajari semuanya adalah
teknologi, Institut Pertanian maka yang dipelajari semua adalah
pertanian. Jadi institut itu hanya mengembangkan satu, nah ketika akan
berubah menjadi UIN maka tidak langsung berubah menjadi UIN tetapi
ada proses jeda, di mana di situ disebut IAIN with Wider Mandate,
mandat yang lebih luas apa bentuk mandat yang lebih luas itu? Yaitu
dengan diberikannya izin IAIN membuka jurusan baru. Nah kenapa
waktu itu jurusannya komputer karena belum membentuk fakultas lain
namanya jurusannya Ilmu Komputer ya kemudian dibuka dengan
Psikologi. Awalnya Psikologi bagian dari Fakultas Tarbiyah jadi
jurusan sendiri kalo ga salah 2001 ibu ga inget pasti kamu bisa liat
disejarah UIN. Nah, dengan dibukanya program studi baru dan
membentuk fakultas baru, membentuk Fakultas Sainteknologi FST
membentuk lagi Fakultas Ekonomi, Fakultas Psikologi. Baru pada tahun
2003 itu resmi IAIN berubah menjadi UIN, kapan perpustakaan
kemudian merubah dirinya? Sebenarnya perubahanitu terus dilakukan
terlepas dari membentuk apa berencana menjadi world class atau tidak
tetep perpustakaan mengikuti perkembangan dari UIN. Ketika IAIN with
Wider Mandate udah membuka Jurusan Komputer maka perpustakaan
kemudian mengkoleksi buku-buku bidang komputer ketika membuka
Jurusan Psikologi sudah mulai menyediakan berbagai sumber bidang
psikologi. 2005 apa 2004 ya Farmasi, Farmasi dibuka setelah Komputer,
eee.. saya lupa, itu perpustakan sudah mulai menyediakan buku-buku
bidang farmasi. Nah dari farmasi itu kemudian membentuk menjadi
Fakultas Kedokteran yang sekarang itu kan. Nah maka pada saat itu
perpustakaan kemudian menyediakan berbagai sumber yang sesuai
dengan pembukaan jurusan-jurusan baru tadi dari segi koleksinya,
meskipun waktu itu masih dominan koleksi tercetak karena memang
waktu itu perguruan tinggi lain pun masih sama. Belom banyak koleksi
yang digitalnya. Resmi 2003 itu SK presiden Megawati waktu itu ya,
IAIN menjadi UIN. Kemudian berjalan terus, dibuka tadi fakultas yang
baru ya, ada Ekonomi ada apa namanya Kedokteran ada Fisip Fakultas
Ekonomi. Kemudian tahun berapa saya juga lupa mulai dicanangkan
kalo ga salah 2007 saya lupa yang istilahnya ingin menjadi universitas
berkelas dunia. Nah untuk melayani, mendukung universitas yang
berkelas dunia tentu perpustakaan pun harus berubah membenahi
dirinya menjadi World Class Library juga. Jadi dulu kita motonya
adalah World Class Library for World Class University gitu ya jadi
World Class Library perpustakaan kelas dunia untuk perguruan tinggi
atau universitas berkelas dunia. 2000 yang saya inget 2007 itu saya
dengan Bu Ida udah sempet membuat satu standar, standar
perpustakaan berkelas dunia waktu itu, saya, Bu Ida satu tim waktu itu
lupa, kita membuat satu standar yang standar itu ingin merubah
perpustakaan UIN jadi perpustakaan yang bisa mendukung secara penuh
proses tercapainya IAIN atau UIN menjadi World Class University. Nah
kemudian terus UIN makin kencang dengan mencanangkan dirinya
untuk menjadi World Class University maka yaudah perpustakaan
kemudian perpindahan gedung itu, sebenarnya gedung yang lama itu
baru pindah 2000 sebelumnya di Kertamukti yang sekarang Gedung
Pasca Sarjana dulu perpustakaan di sana. Tahun 1999 akhir sehingga
kita pindah tahun 2000 di gedung perpustakaan yang lama, nah itu
tahun 2000. Kemudian melihat perkembangan mahasiswa yang
bertambah banyak dengan adanya koleksi umum yang semakin banyak
mengundang mahasiswa semakin banyak perpustakaan juga semakin
sempit dari ruangannya. Kemudian koleksinya juga harus terus menerus
dikembangkan, otomatis membutuhkan ruang yang lebih besar kan.
Maka, kemudian kita mengajukan untuk dibuatkan gedung baru seperti
kamu sekarang liat ya, alhamdulillah paling tinggi. Udah banyak yang
berubah meskipun tidak selamanya perubahan langsung semuanya
berubah gitu kan, semuanya kan by proses.
C. Transformasi SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Menyokong UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
1. Bagaimana kondisi SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sebelum dan
sesudah melakukan perubahan menuju World Class Library?
Jawaban: Sebenernya SDM mah sama aja ya harusnya namanya
perpustakaan itu SDM harusnya yang berlatang belakang pendidikan
perpustakaan, memiliki jumlah perpustakaan yang memadai, rasio
antara jumlah pustakawan dan jumlah pemustaka itu seimbang gitu kan,
itu kan ideal ya, dari dulu, dari kapan pun, sampai kapan pun harusnya
begitu. Tapi dalam kenyataannya sebelum bercita-cita menjadi
universitas berkelas dunia maupun sesudah bercita-cita kondisi SDM
sama aja. Artinya karna apa kita tuh instansi negeri, instansi negeri
itu jumlah pegawai itu kan diatur, di apa ya bukan hanya diatur, tapi
ditentukan oleh kebijakan secara rasional. Ya kan, misalkan jumlah
pegawai baru yang diterima berapa, itu kan tidak bisa kita minta gitu
aja, berdasarkan kebijakan. Misalkan kebijakan menteri aparatur apa
misalnya tahun ini menerima berapa PNS katakanlah lalu, dibagi di
seluruh Indonesia jadi kita tidak bisa langsung meminta “pak kita minta
banyak” gabisa, jadi jumlah sekarang ini jumlah pustakawan kita ini
kalo di perpustakaan pusat itu pustakawan sekitar 14 orang, kemudian
ditambah tenaga-tenaga lain, administrasi itu jumlah kita ada 30, jadi
dengan pustakawan 14 terus ditambah administrasi itu kita ada 30
orang. Jadi sekitar 16 yang bekerja di perpustakaan tetapi bukan
pustakawan. Dan tugas utamanya juga adalah melakukan pekerjaaan-
pekerjaan yang sifatnya administratif, karna diperpus tidak hanya
melayani pemustaka tapi banyak hal. Nah artinya jumlah tenaga
administrasinya lebih banyak kan dibanding pustakawannya, okelah kita
bandingkan 30 orang anggap aja yang 30 orang ini semuanya melayani
pemustaka meskipun tidak dalam prakteknya ya, 30 orang harus
melayani sekitar 23-25 ribu mahasiswa, belom lagi kondisi tersebut
ditambah dengan jumlah pegawai atau pustakawan yang pensiun, ini
kemaren ada 1 orang yang pensiun bulan Juli, bulan Agustus 1 orang
lagi itu 2, bulan Januari 1 udah 3, nah yang tadi pensiun itu kan ga
ada penggantinya.
2. Adakah kriteria tertentu yang harus dimiliki SDM?
Jawaban: Oh iya tentu secara standar itu ada. Harusnya satu orang
pustakawan itu minimal didampingi dua orang tenaga asisten
pustakawan standarnya. Standar itu sesuatu yang seharusnya tetapi
yang seharusnya itu jarang terjadi jadi artinya gini kalo ada 14 atau 15
pustakawan didampingi masing- masing oleh 2 orang berarti harusnya
kan minimalnya tenaga asistennya 30, itu jumlah minimalnya, 30
ditambah tadi 15 jadi 45 kan gitu, tapi ya itu berbagai reality banyak
faktornya.
3. Bagaimana cara meningkatkan kualitas SDM?
Jawaban: Oh banyak, yang dilakukan kita melakukan yang namanya apa
ya istilahnya ada namanya tau ga istilah CPD Continuing Professional
Devolepment, jadi semua pustakawan itu emang mau gamau harus terus
meningkatkan kompetensinya apalagi dengan SDM yang terbatas satu
orang melayani banyak hal kadang-kadang. Tugas utamanya apa tapi
harus melakukan tugas yang lain, jadi kita ga bisa hanya mampu
melakukan satu hal ga bisa, harus banyak hal yang dilakukan oleh
pustakawan. Nah tentu yang dilakukan itu CPD itu misalnya dengan
mengikut sertakan para pustakawan itu ke berbagai pelatihan, misalnya
yang di Perpusnas kan banyak pelatihan bisa meningkatkan kompetensi
dari para pustakawan maupun tenaga non pustakawan kan tidak
semuanya pustakawan. Emm.. kemudian berbagai seminar-seminar yang
dapat membuka wawasan meningkatkan pengetahuan baik yang sifatnya
di jakarta maupun yang di luar-luar daerah, kemudian workshop di
samping itu juga melibatkan temen-temen itu dalam organisasi. Kan ada
IPI Ikatan Pustakawan Indonesia, kemudian perpustakaan perguruan
tinggi kita ada APTIS Asosiasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam.
Nah itu kita secara rutin itu emm.. apa namanya sering mengadakan
pelatihan bersama, pelatihan bersama dalam berbagai hal terutama
untuk peningkatan pustakawan dalam mendukung proses research,
karna perguruan tinggi itu kan utamanya research, pustakawan harus
bisa mendampingi para pe-research itu melakukan research-nya.
4. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pengembangan SDM?
Jawaban: ada seminar, ada pelatihan, ada workshop.
D. Upaya yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta Mengatasi Kendala
dalam Menyokong UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class
University
1. Kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan perubahan tersebut
dan cara mengatasinya?
Jawaban: Iya karna kendala kan di mana-mana ya Ros ya, ga hanya
di perpustakaan di mana pun di lembaga, di mana pun organisasi pasti
ada kendala, tadi sebenarnya secara tidak langsung sudah ibu katakan
ya kendala yang dihadapi misalnya tadi kurangnya SDM, kurangnya
fasilitas meskipun tidak disebutkan secara jelas kurangnya berapa tapi
kamu kan bisa ngeliat sendiri lah ya ruangan yang ada, fasilitas
terbatas bahkan perabotnya pun perabot jadul gedungnya sudah
mentereng eh perabotnya perabot Ciputat. Itu kan istilahnya gedung
Thamrin perabot Ciputat gitu, apa namaya tapi ya kekurangan selalu
ada ya, salah satunya fasilitas layanan, konter-konter layanan kan itu
belom ada, masih kurang. Ketika ros kelantai 3 itu kan sebenarnya
ada layanan terpadu, itu mulai dari orang daftar anggota, orang
menyerahkan skripsi sampai orang bebas pustaka itu kan, itu kan belom
ada konternya itu kan hanya meja yang kita taro-taro aja yang penting
layanan bisa jalan nah itu salah satu uapaya kita emm.. untuk
mengatasi kekurangan fasilitas ya kita dengan mengakali fasilitas yang
seadanya kita fungsikan sesuai dengan tujuan misalnya tadi, konter
yaudah meja seolah-olah kita gantikan kaya semacam konter. Nah
kemudian kalo kekurangan SDM tadi ya kita memang kemudian salah
satu yang dilakukan adalah tadi meningkatkan kompetensi kan, dengan
adanya kompetensi yang beragam satu orang itu jadi memiliki bisa
mengerjakan beberapa tugas, kalo seseorang pustakawan atau tenaga
perpustakaan bisa mengerjakan beberapa tugas artinya meskipun
jumlahnya sedikit kan bisa tertutupi seratus persen tidak tapi agak bisa
berjalanlah ya begitu. Misalnya tugas perpustakaan sekarang makin
banyak, kalo dulu kan hanya menghimpun sumber, kemudian
melayankan udah gitu, kalo sekarang kan Repository harus dikelola,
online jurnal harus dikelola perpustakaan, Plagiarism Checker harus
dilakukan oleh perpustakaan. Nah ini banyak pekerjaan-pekerjaan
tambahan yang harus dilakukan dan itu dengan keterbatasan SDM kita
ga boleh nyerah kan tapi harus SDM yang ada itu harus kita maksimal
kan.
Wawancara lanjutan
Tempat Wawancara : Ruang Dosen Fakultas Adab dan Humaniora
Tanggal dan Waktu : 30 Oktober 2018/ Pukul 13.22-13.42 WIB.
1. Pada tahun 2007, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mencanangkan dirinya
menjadi World Class University. Maka pada saat itu juga Pusat Perpustakaan
UIN Jakarta membuat standar perpustakaan yang dapat mendukung
tercapainya keinginan tersebut. Apakah standar itu digunakan sebagai acuan
oleh Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam mendukung UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjadi World Class University?
Jawaban: Gimana ya, dibilang dipakai ya dipakai, dibilang engga ya engga.
Artinya itu memang dibikin pada saat itu, sekarang perkembangan itu jauh
lebih cepat dari standar itu. Sehingga yang secara tidak langsung
sebenarnya gini Ros, kita mengikuti aja perkembangan yang terjadi.
Misalnya distandar itu mungkin kita belum ada tentang layanan plagiarism,
pengecekan plagiarism, standar itu belum ada. Tapi sekarang kan meskipun
tidak ada distandar ya kita harus lakukan itu, pustakawan harus bisa itu.
Jadi, bisa dikatakan kita sudah melampaui standar itu. Artinya yang kita
kejar adalah tuntutan kebutuhan sivanya sivitas akademikannya. Sebenernya
gini, agak susah ya kalau kita mengacu ke standar sepenuhnya, misalnya
tadi kaya standar perpustakaan nasional untuk perguruan tinggi. Di sana
tidak disebutkan secara detail, secara rinci, misalnya kompetensi untuk
pustakawannya seperti apa gitu kan, itu kan adanya ditempat lain. Misalnya
standar kompetensi pustakawan harus ada kompetensi bidang managerial,
ada kompetensi bidang pengelolaan database, ada kompetensi bidang TI.
Itukan tidak ada distandar yang ada di Perpustakaan Nasional tapi itu
adanya di standar-standar yang lain, tapi mau ga mau itu yang kita kejar.
Dari semua aspek kita sudah melampaui standar, meskipun standar
Perpustakaan Nasional, seperti ya standar SNP untuk perguruan tinggi gitu.
Itu udah melampaui semua, mangkanya. Nah kalopun misalnya yang mau
kita kejar adalah standar perpustakaan bertaraf internasional, tapi
standarnya juga belum ada, minimal saya belum tau “ini loh
standarnya”gitu, meskipun pernah denger dari katakanlah dari salah
seorang pakar dulu. “oh kalau untuk perpustakaan bertaraf internasional
harus minimal 300 database gitu katakanlah gitu ya, tapi itu hanya ucapan
yang tidak tertulis. Kan kita ga bisa jadikan acuan. Jadi kita mengadakan
transformasi itu sesuai dengan tuntutan dari sivitas itu, karna tadi kita
sudah melampaui standar.
2. Perubahan SDM yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sampai
saat ini?
Jawaban: Ya paling dari kompetensi ya, SDM yang sekarang mungkin
kompetensinya lebih baik dari pada yang dulu-dulu. Cuma yang dulu-dulu
kan udah pensiun. Misalnya kompetensinya dibidang IT-nya sudah lebih
baik, kompetensi dibidang apa namanya layanan ada lah peningkatan. Tapi
itu kalo bidang layanan itu kan khususnya ketika terkait dengan sikap itu
pun bukan kompetensi ya. Nah kalo misalnya kurang ya memang, kita
kurang. Kenapa? Jumlah pustakawan kita atau jumlah tenaga perpustakaan
kita belum sebanding dengan jumlah yang dilayani dari segi jumlah
kekurangannya itu. Kalo dari segi kompetensinya ya memang sudah ada
yang sangat menonjol, meskipun ada yang biasa-biasa saja, ada yang
memang perlu terus menerus di-upgrade, itu mah biasalah. Tapi paling ga
tadi, dengan adanya Repository kan semua pustakawan sudah bisa misalnya
mengolah data di Repository meng-upload dan seterusnya. Kemudian
melayankan pengecekan plagiarism meskipun itu tidak ada di standar, tapi
itu harus bisa, karena harus berkompeten.
TRANSKRIP WAWANCARA
Transformasi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Mendukung UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
Nama : Ulfah Andayani, S.Ag, SS, M.Hum
Jabatan : Sub. Koordinator Bidang Pengadaan, Pengelolaan,
Pemeliharaan, dan Koleksi Perpustakaan Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta
Tempat Wawancara : Lantai 3 Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
Tanggal dan Waktu : 07 September 2018/ Pukul 09.20-10.15 WIB.
A. Transformasi Fungsi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Menyokong UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
1. Bagaimana fungsi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta berdasarkan Tri
Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat) sebelum dan sesudah melakukan perubahan menuju
World Class Library?
Jawaban: Itu kan fungsi perguruan tinggi, fungsi perguruan tinggi kan
menjalankan tri dharma itu kan pendidikan, penelitian dan eee.. apa
tuh satu lagi, pengabdian masyarakat, pendidikan, penelitian,
pengabdian masyarakat itu fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka
perpustakaan ya harus harus sejalan dengan fungsi itu, jadi dia sebagai
pendukung apa Tri Dharma Perguruan Tinggi itu ya dalam hal
pendidikan ya dia harus menyediakan berbagai resources kan yang
sesuai dengan kurikulum universitas gitu kan ya. Kemudian kalo
penelitian ya harus mendukung apa namanya berbagai sumber juga
untuk pendukung riset universitas karna kan penelitian ya berarti
menyediakan bukan hanya menyediakan sumber termasuk akses, kan
yang paling penting itu kan akses ya karna kan sekarang itu kan apa
namanya ya kita harus mengikuti perkembangan teknologi kan dan
harus memahami juga segmentasi pasar user kita sekarang itu kan
memang adalah digital native yang mereka lebih nyaman mungkin
dengan sumber-sumber ini kan digital, sumber-sumber online, di
samping memang itu juga memberikan akses yang unlimited yang lebih
luas kan, lebih luas sehingga orang lebih mudah mengakses jadi ga
harus secara fisik dateng ke perpustakaan. Kalo dulu kan orientasi
layanan perpustakaan itu kan secara fisik orang harus dateng ke
perpustkaan mengakses fisik koleksi, kalo sekarang kan bisa apa
namanya akses dari mana aja gitu. Nah jadi kalau dulu perpus itu
hanya pada fungsinya itu hanya menyediakan resource bersifat fisik
maka sekarang itu kalo transformasinya itu ya kita tidak lagi
menyediakan apa namaya sumber, menyediakan sumber tapi
menyediakan akses yang seluas-luasnya, sebesar-besarnya kepada
berbagai sumber yang tersebar di seluruh dunia gitu kan. Jadi ga hanya
terbatas pada buku tetapi banyak sekalilah kekayaan resource itu kan.
Sekarang aja hasil-hasil penelitian aja sudah kita digitalkan bisa di
akses di Repository iya kan, bisa diakses dari rumah. Kita sudah
melanggan berbagai online databases yang itu sangat mendukung
kebutuhan riset, jadi untuk fungsi penelitian itu ya kita perpustakaan itu
sangat sangat mendukung gitu.
2. Kalau berdasarkan pengabdian pada masyarakat bu, kalau dalam
konteks perpustakaan itu lebih ke fungsi informasi, adakah yang
berubah pada fungsi tersebut, misalkan dalam penyediaannya bu?
Jawaban: Ya kaya yang ibu bilang tadi jadi fungsi informasinya kan
tidak lagi terbatas apa ya pada sumber-sumber ini kan maksudnya
tertentu seperti buku gitu kan tapi kita bisa memberikan informasi
yang lebih luas akses yang lebih luas kepada masyarakat pada sivitas
akademika artinya penyediaan informasi itu ya sivitas akademika itu
tidak hanya mengakses di dalam kampus tetapi juga bisa mengakses
di luar kampus. Kemudian ya kita bisa memberikan apa ya informasi
yang lebih value yang lebih apa ya adding value kepada informasi itu
jadi kalo dulu kan kita tuh orientasinya hanya mengumpulkan ya
collect, collecting apa information jadi mengumpulkan sebanyak-
banyaknya sumber buku dan itu pun tidak banyak juga si terbatas ya,
jadi sifatnya hanya collecting kalo sekarang itu kan bagaimana kita
collecting kemudian menambahkan nilai pada informasi itu dengan
cara mengemasnya menjadi informasi yang lebih baru. Mangkanya
dulu kan, kalo dulu itu kan manajemen informasi kalo sekarang lebih
pada manajemen pengetahun gitu loh jadi bagaimana informasi itu
bisa di repackaging dikemas lebih apa ya menjadi satu pengetahuan yg
lebih bukan pengetahuan yang baru karna kita pustakawan ga bisa
menciptakan satu pengetahuan yang baru, tapi bagaimana kita bisa
adding value of information menambahkan nilai pada informasi
tersebut menjadi satu apa namanya ya informasi bernilai yang itu bisa
sangat digunakan oleh user kita terutama oleh scholar ya para ilmuan
untuk melakukan riset. Jadi sebagai contoh itu yang kalo saya pribadi
lakukan itu saya sering melakukan pemetaan ya terhadap eee.. riset-
riset dibidang tertentu. Misalnya riset-riset ekonomi misalnya untuk
subjek ekonomi, riset apa si yang banyak digunakan gitu kan eh yang
banyak diteliti gitu kan dalam eee.. dalam tahun belakangan ini gitu
kan nah itu saya kumpulkan saya lakukan pemetaan, terus apa saja
riet yang dilakukan, bagaimana dia melakukannya, apa metode
penelitian yang digunakan, bagaimana dia melakukan analisis data,
apa riset finding-nya, itu luar biasa bagi mahasiswa. Jadi kamu
misalnya tinggal datang ke perpustakaan “bu boleh tau ga ya bu riset-
riset dibidang perpustakaan apa saja sih bu yang lima tahun
belakangan ini yang diteliti orang” ya emang si kamu bisa kan akses
yang lewat ini kan repository atau kamu secara fisik datang ke
perpustakaan ke lantai atas gitu kan, kamu cari ke lantai 6, tapi kan
kamu take time iya kan, kamu butuh waktu, bagi peneliti yang dia
memiliki keterbatasan waktu misalnya bukan untuk keperluan apa
lah dia mau bikin apa ya namanya riset untuk konferensi atau dia mau
publish dijurnal internasional gitu kan. Nah jadi preliminary research-
nya itu bisa dia dapatkan dari ini. Mangkanya perpustakaan itu dia
bukan lagi fungsinya itu sebagai sumber informasi jadi dia harus bisa
menjadi big data. Big data menyediakan data besar untuk kebutuhan
riset apalagi kaya kita ini, indikator apa world class university itu
banyak, indikator world class university universitas bertaraf
internasional itu di antanya itu adalah harus memiliki publikasi riset
yang bukan hanya secara kuantitatif banyak tapi secara quality dia ya
nah itu kualitasnya baik gitu. Jadi mangkanya sekarang ini kan kaya
kita UIN ini kan berlomba-lomba kan untuk bagaimana menghasilkan
publikasi riset yang ini gitu kan yang banyak nah mangkanya
anggaran riset itu diperbesar gitu kan, giat untuk ber- risetnya itu
semakin tinggi dan semakin besar tuntutannya saat sekarang ini ya
kemudian ya seiring dengan itu yang dengan adanya tuntutan
peningkatan riset output bagi universitas, maka perpustakaan kan harus
bergerak ke arah sana, harus seirama gitu, harus bisa mendukung itu.
Bagaimana riset output itu bisa eee.. meningkat maka, perpustakaan
ya harus tadi menyediakan berbagai akses, informasi, dia
bertransformasi menjadi research center, dia akan menyediakan big
data gitu bagi scholar bagi sivitas. Dari sisi layanan, perpustakaan itu
harus apa merubah fungsi layanannya ya, kalo dulu itu kan hanya
terbatas pada jam layanan tertentu, jam kunjung perpustakaan itu
terbatas sama waktu kan, masuk jam setengah 9 selesai jam 4
misalnya. Sekarang alhamdulilah sudah meningkat sampai jam 8
malam. Tapi seharusnya kalo mau world class university itu ya no
limite access ya 24 jam one stop servis seharusnya, dan ini apa
namanya tuh selain dari one stop servis itu, jadi 24 jam one search
servis kalo perlu senin sampe minggu buka, kalo di negara lain saya
liat seperti itu. Jadi, kita mengibaratkan akan orang butuh akan
layanan kita itu seperti halnya orang sakit, yang dia tiba-tiba butuh
ini tengah malam, ya walaupun tadi kan ga harus secara fisik datang
ya tapi kalo kadang-kadang yang saya liat mereka menyediakan
tempat bagi researcher itu untuk nginep di situ.
B. Transformasi Fasilitas Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Menyokong
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
1. Bagaimana fasilitas Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sebelum dan
sesudah melakukan perubahan menuju World Class Library?
Jawaban: Iya jadi ya tadi kita kan menyadari (suara handphone), koleksi
kita dulu belum banyak melanggan yang elektronik, kita lebih banyak
printed. Dulu jadi hanya terbatas pada buku-buku fisik kaya gitu eee..
belum menyediakan koleksi elektronik gtu, nah sekarang ya seiring
dengan perkembangan teknologi kaya tadi tuntutan user kita gitu kan,
perubahan visi universitas, maka kan kita harus mendukung. Jadi dalam
hal penyediaan koleksi yang kita langgan yang mendukung keperluan
riset itu kan, karna kebutuhan riset itu kan koleksinya banyak di
ejournal, elektronik jurnal, karna elektronik jurnal itu kan eee.. apa ya
banyak berisi tentang hasil- hasil riset dan eee.. publikasinya juga yang
current gitu ya. Yaudah jadi dari sisi koleksi saat sekarang kita eee..
sekalipun belum memenuhi standar gitu kan, kan kalo standar
world class university itu kita harus memiliki 300 databases gitu untuk
menjadi world class university. At least harus memiliki itu. Walaupun
beberapa standar yang lain kaya BAN-PT mungkin berbeda ya satu
sama lain. Nah itu masih jauh sangat jauh kita memang gitu kan, tapi
paling tidak ya jauh lebih baik gitu. Jadi, kita sudah memiliki 7
databases, seperti Jstor, SpringerLink, kemudian Cambridge, kemudian
yang kita langgan sendiri ya Oxford Islamic Online, Oxford Islamic
Scholarship, nanti bisa dicek di website kita, itu ada di home tuh yang
sudah kita langgan gitu. Dan ada juga online databases hasil
kerjasama dengan institusi lain, hasil kerjasama dengan
kedutaan Amerika, kita dilanggankan elibrary USA, elibrary USA itu
di dalamnya ada EBSCO, ada juga langganan elektronik magazine
seperti national geographic gitu, banyak majalah- majalah yang bagus-
bagus di situ, ya mendukung pengajaran pembelajaran bagi siswa.
Terus Proquest dengan Dikti, kita juga punya akses ke Scopus, eee..
ini gitu tapi tidak di publish yang Scopus itu, jadi itu dari sisi koleksi
ya. Kemudian dari segi layanan, eee.. ruang baca ini kan kita ya
salah satu hal yang harus kita capai mau menjadi world class library
itu ya kita harus banyak memberikan apa ya area membaca yang
nyaman bagi user learning spaces yang apa namanya ya sangat
diperlukan oleh mahasiswa karna itu mahasiswa itu kan belajar itu
kan tidak hanya di dalam kelas sesungguhnya, tetapi dia bisa
memanfaatkan perpustakaan itu sebagai ya tempat belajar, kemudian
interaksi apa berinteraksi dan berkomunikasi ilmiah dengan teman-
temannya. Jadi kita harus ya perpustakaan itu harus menyediakan
ruang-ruang baca sesuai dengan kebutuhan user, mungkin ada
mahasiswa yang ingin berdiskusi kita menyediakan tempat itu ada
di lantai 7, lantai 7 kemudian ada carel atau research room ya yang
bisa digunakan oleh para dosen kalo misalnya mereka mau secara
intensif ingin menyendiri mengerjakan risetnya itu ada di lantai 7 itu
ruangnya. Itu ruang research room, harus pesan dulu tapi ya ke kita.
Terus ada juga area zona ini ya ruang santai yang di BI corner tau
kan lantai 4 ya, dan kita juga menyediakan fasilitas ruang dengan
akses internet gitu kan gratis di lantai 5, akses multimedia, jurnal
dan seterusnya, ya setidaknya ya walaupun mungkin belum terlalu
maksimal, perpustakaan itu udah mencoba untuk bertransformasi
berubah ya menjadi lebih baik.
C. Transformasi SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dalam Menyokong UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class University
1. Bagaimana kondisi SDM Pusat Perpustakaan UIN Jakarta sebelum dan
sesudah melakukan perubahan menuju World Class Library?
Jawaban: Ya berbicara SDM agak sulit ya, karna itu kan terkait
dengan banyak faktor juga gitu ya, kalo dari sisi kuantitas kita belum
terpenuhi memang ya SDM kurang dari dulu sampe sekarang, kan
kalo rasio SDM itu kalo versi BAN-PT itu, itu satu mahasiswa itu
1:40, jadi kalo world class library itu 1:1000 mana mungkin, nah
kalo kita kemarin itu melakukan analisis kebutuhan eee.. SDM yang
dilihat dari titik akses layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Maka
kita mengidentifikasikan bahwa kebutuhan tenaga akan perpustakaan
itu berjumlah 90 orang. Tapi saat sekarang itu kita baru memiliki
sekitar 35 orang, tapi 35 orang itu pun tidak semuanya adalah
pustakawan, di dalamnya ya staf administrasi gitu kan dengan tingkat
pendidikan yang juga beragam iya kan, jadi ada pendidikannya yang
eee.. SMU, masih SMU, yang belum sarjana masih ada di sini
kemudian yang sarjana ada yang sarjana ilmu perpustakaan ada juga
yang non ilmu perpustakaan. Jadi, memang dari sisi ketenaga kerjaan
ya masih eee.. kurang ya, dari sisi kuantitas nya. Kalo dari sisi quality
ya seharusnya dengan tuntutan yang semakin besar menuju world class
library memang pustakawan itu harus memiliki kompetensi yang banyak
ya yang luas ya jadi kompetensi yang dimiliki itu ya bukan hanya
kompetensi yang terkait dengan kompetensi inti tentang ilmu
perpustakaan ya, tapi juga kompetensi pendukung lainnya seperti
kompetensi bahasa, kompetensi komunikasi agar bisa melayani orang
lebih baik mampu mengkomunikasikan dengan lebih baik kemudian ya
bahasa ya namanya kita world class university nantikan mahasiswanya
juga ya mahasiswa asing ya, sekarang aja sudah banyak juga
mahasiswa asing yang datang. Kalo misalnya kita tidak mampu
berbahasa, ya tidak bisa melayani mereka juga gitu. Selain dari
eee.. semua koleksi kita sekarang kan memang banyak berbahasa
asing, online database itu semuanya berbahasa asing, nah bagaimana
kita mampu misalnya menyajikan informasi atau memberikan adding
value terhadap informasi itu sendiri kalo kita sendiri ga paham bahasa
dari apa bahasa informasi itu sendiri kita ga paham pun ga bisa gitu
kan. Kemudian ya sampe dalam apa namanya eee.. kita tuh pustakawan
ya bukan hanya sekedar mengetahui apa ya tadi, mampu misalnya
menseleksi, menyediakan informasi, mengumpulkan, menyediakan tetapi
kan harus bisa apa ya memberikan keahlian berinformasi kepada
user mengajarkan mangkanya itu kalo isu sekarang itu kan, ada ini isu
lain si ya kalo transformasi academic librarian menjadi blended
librarian saat sekarang itu ya pustakawan itu memang semakin
akademik, terutama yang bekerja di lingkungan akademik itu sangat
tinggi tuntutannya, mangkanya ya kualifikasi pendidikan itu harus tinggi,
harus S2. Di sini itu, di UIN Jakarta yang tenaga pustakawan yang S2
itu hanya beberapa orang ya, termasuk saya kemudian eee.. bu Maryam
dulu temen bareng tapi sekarang udah beralih fungsional menjadi
dosen tidak pustakawan lagi, eee.. bu Lolita lah ya yang di Tarbiyah
itu, bu Lilik Istiqoriyah hanya 3 gitu pustakawannya yang S2 gitu, oh pak
Amrullah tapi pak Amrullah S2-nya Islamic studies ya, S1-nya ilmu
perpustakaan. Nah jadi itu harus mendukung itu gitu kan jadi harus
memahami juga eee.. karna kita apa memberikan keahlian berinformasi,
kemudian mengajarkan bagaimana menggunakan teknologi karna
semuanya kan basisnya udah teknologi, online database itu kan ya
basisnya teknologi, kalo misalnya kita ga paham ya gimana mau
mengajarkannya ya keterampilan- keterampilan itu harus dimiliki ya
bukan hanya yang sifatnya keterampilan ya tapi pengetahuan bagaimana
cara menggunakannya dan mengajarkannya kepada user melalui
kegiatan literasi informasi itu.
2. Adakah kriteria tertentu yang harus dimiliki SDM?
Jawaban: Ya seharusnya itu tadi, jadi sebetulnya tidak hanya di sini, itu
kan kompetensi yang eee.. apa ya ada kompetensi inti, kompetensi
penunjang yang memang harus dimiliki oleh pustakawan, kaya ketika dia
ingin bekerja di perguruan tinggi ya dia harus mau, wajib kan
memiliki kompetensi inti di bidang ilmu kepustakawanan, mampu
mengatalog, melakukan kegiatan katalogisasi mangkanya ketika ada staf
kita yang ditempatkan di bagian pengolahan dia katakana “aduh saya
ga bisa ngolah bu” sarjana S1 ga ilmu perpustakaan?, berarti diragukan
sarjananya, saya bilang “masa ga bisa ngolah buku” gitu kan, jangan
ngaku alumni juruan ilmu perpustakaan karna kita UIN itu kan yang
membedakan kita dari perguruan lain, kemampuan alumni jurusan
ilmu perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu harus mampu
membuat katalogisasi bidang bahasa Arab, ya walaupun dia alumninya
mau SMA bukan pesantren, “saya bukan pesantren bu” orang kan
gamau tahu, yang penting ketika anda bekerja di sini ya mampu
mengolah itu, ya itu sebetulnya kriteria pokok itu ketika mau menerima
orang bekerja di sini. Jadi, selain dari yang itu tadi kan tadi kompetensi
inti lainnya tadi sebetulnya harus mampu ini tadi eee.. apa namanya
memberikan apa ya pengajaran kompetensi apa ya itu namanya ya
pendidikan ya ada beberapa kompetensi, itu kompetensi profesional ya
kategorinya ya kategorinya kompetensi profesional, memberikan
pengajaran literasi informasi kepada user dan itu kan tingakt user
kita kan juga berbeda-beda dari mulai S1, S2, S3. Kita beberapa kali
tuh diundang pernah diundang ke para psikologi waktu itu memberikan
literasi informasi untuk mahasiswa yang program magister, nah
bagaimana kita bisa mengajarkan mereka kalo kita sendiri ga paham
dan ga memiliki keahlian dan kemampuan, jadi eee.. ya harus bisa
tidak sekedar mengenali online database yang sudah kita langgan itu
tetapi juga bagaimana menggunakannya dan eee.. apa mengajarkan
mereka, menelusuri eee.. sumber-sumber riset di dalam jurnal itu dan
kita pustakawan harus tau juga proses riset itu seperti apa, jadi itu
manajemen pengetahuan itu dari mulai proses dia penciptaannya
kemudian eee.. sampai kemudian eee.. dia dipublikasikan sampai kita
harus tau, tau proses penelitian itu seperti apa dari mulai proposalnya
kemudian proses penelitiannya itu harusnya juga dimiliki oleh
pustakawan, jadi kalo kita melihat pada perpustakaan-perpustakaan lain
gitu saya pernah berkunjung ke Queensland Library di Australia,
pernah juga ke eee.. apa namanya eee.. Nanyang ya Universitas
Singapura, DM library Technology Malaysia itu di sana itu ada eee..
apa ya namanya consultant librarian untuk bidang riset, jadi peran
pustakawan itu tidak lagi seperti dulu dia bukan the guardian of
library ya penjaga buku ya. Saya marah sekali kalo orang bilang oh
penjaganya ga ada, loh emang perpustakaan harus dijagain, ngapain
dijagain emang ada yang maling buku, tapi itu pustakawan tadi dia
harus ini apa namanya jadi ya ada trust terhadap keilmuan bagi
seorang pustakawan itu, sehingga para akademisi yang lain itu seperti
dosen itu emang memerlukan kita, mangkanya saya bilang ya
pustakawan itu harus seperti itu kalo memang dia mau duduk dan
berdiri sejajaran dengan para akademisi lainnya. Jadi tidak ada
misalnya dosen merasa lebih tingi secara keilmuan, pustakawan adalah
second profession gitu kan atau tugas-tugas kita diambil alih oleh dosen
yang dianggap kita tidak memiliki kemampuan untuk melakukan itu,
nanti kalo kamu bekerja di perpustakaan nanti baru akan tau seperti apa
pengalaman bekerja diperpustakaan terutama di sekolah yang
pustakawan itu hanya second dari kelas, kepala perpustakaannya yang
ini gitu kan.
3. Bagaimana cara meningkatkan kualitas SDM?
Jawaban: Ya idealnya harus diberikan pelatihan, jadi ada program apa
namanya jangka pendek, program jangka panjang untuk peningkatan
mutu SDM itu, karna kan SDM itu sebetulnya SDM itu kan aset, SDM
itu kan aset jadi aset itu jangan dimaknai adalah objek atau barang yang
tak bergerak seperti komputer, meja kerja. SDM itulah aset bagi kita
kalo kita mau maju. Misalkan oh iya 5 tahun yang akan datang ini
UIN mau berubah menjadi world class university indikatornya di
antaranya tadikan 75% dosen tuh harus doktor kan begitu, jadi yang
belom S2 semua di-push untuk ngambil S3 kan 75% harus doktor.
Kemudian profesornya sekian, publikasi internasional harus sekian
persen misalnya gitu jumlah mahasiswa asing sekian persen itu
indikator world class university. Lalu bagaimana dengan kita
pustakawan, misalnya berhasil dosen doktor terus pustakawannya
misalnya S1, bagaimana kita mau bisa memberikan layanan yang terbaik
kepada mereka, bagaimana pustakawan bertranformasi kalo misalkan
tidak didukung oleh itu. Nah itu mangkanya saya bilang perlu rencaan
jangka panjang itu ya berarti eee.. sebagaimana halnya adanya apa
namanya keharusan bagi dosen untuk studi lanjut ya kan itukan apa
ya, harus ada pengembangan yang berkelanjutan juga bagi eee..
SDM pustakawan yang SMA di S1, yang S1 di S2 kan, yang S2 di S3
kan, kan begitu, ini kan ga pernah UIN berpikir untuk itu. UIN tuh ga
pernah punya perencanaan oh iya bagaimana nih SDM ini kita
pustakawannya ada berapa, oh kurang, bagaimana pendidikannya, ga
ada, ga pernah berpikir ke arah sana. Jadi kita kaya saya, S2 karna
saya sendiri bukan karna hehe. Saya S1 khusus dapet beasiswa dari
Kemenag kerjasama dengan UI itu dengan bu Alfida, saya, bu Alfida,
bu Maryam itu satu kelas, pak Yudi itu adek kelas saya, pak Amrullah
ini adek kelas saya ketika S1 khusus di UI saya dapat beasiswa
Kemenag saya angkatan pertama. Kemudian setelah selesai dari situ
saya melanjutkan S2 di UI juga, saya dapat beasiswa silang BBPS
waktu itu dari eee.. Kemendikbud ya, saya ikut Short Course di McGill
2005 itu kan masih juga dapat beasiswa. Kemudian yang Queensland
University, Australia itu juga dapat beasiswa dari Kemenag sehingga
karna diri kita sendiri yang maju bergerak secara individu karena ini ya
ingin mendapatkan pengalaman. Jadi seharusnya maksud saya ada
program yang terkoor terencana gitu ya, yang memang direncanakan
oleh universitas terhadap semua SDM yang dianggap aset bagi UIN kalo
menurut saya. Jadi dilihat semuanya, sehinggga nanti gausah mikir
“aduh” jadi yang keluar itu ga hanya komplen, “aduh SDM-nya
kurang, aduh kualitasnya begini”, loh gimana solusinya, ini kan udah
lama, dari mulai perpustakaan di gedung lama misalnya, kan sudah bisa
direncanakan dipetakan ya kalo misalkan kita gamau kehilangan, nanti
kalo misalnya dia kuliah nanti kita kurang dong, loh yang dipikirkan
nanti masa depan, oke saat sekarang kita kehilangan 4 staf misalnya
atau 3 staf yang studi, tapi ketika dia kembali dia memberikan
sesuatu untuk UIN, jangka pendek ya diberikan pelatihan yang
terprogram itu Perpusnas itu mempunyai Pusdiklat. Pusdiklat yang
bisa diikuti oleh seluruh eee.. instansi di Indonesia dari manapun itu
oleh semua pustakawan dalam berbagai jenjang pelatihan, tapi ada juga
memang yang berbayar. Ada yg CPDA bagi yang SMA, tenaga SMA dia
mau menjadi pustakawan, ada sekarang nih dalam waktu saya yang
pernah ikut itu pelatihan tim penilai, tim penilai pustakawan eee..
yang alhamdulillah sih masih jadi tim penilai untuk pustakawan naik
pangkat gitu. Itu waktu itu kurang lebih 2 bulan ya diselenggarakan oleh
Perpusnas dan itu free sama sekali ga bayar. Yang sekarang ini
pelatihan RDA, seperti deskripsi bibliografi, katalogisasi deskriptif tapi
menggunakan ini RDA, itu ada sekarang pelatihannya saya belum
sempet melihat ininya apa namanya untuk daftar, itu caranya mendaftar
dari website-nya tapi harus pustakawan ya kalo mahasiswa ga diterima,
hehehe.Terus ada pelatihan manajemen, ada pelatihan preservasi,
macem-macem. Jadi harusnya diprogramkan misalnya tahun 2018,
pelatihan apa nih yg harus diikuti untuk latihan bidang teknis apa
misalnya cataloging, kalo cataloging kita harus ikut RDA ya, kita
kan harus update juga, nih perkembangan apa namanya pengolahan
bahan pustaka yang terbaru ini menggunakan RDA ini, kita udah
ketinggalan nih misalnya ga pake AACR lagi tapi pakenya RDA yang
basisnya udah teknologi. Jadi kita kan harus update pustakawan, potensi
inti kita walaupun misalnya kita bersertifikat ini, tapi kan ilmu itu harus
bertambah, berubah, kalo kita harus update, nah itu harus ini tadi
mangkanya perpustakaan juga berkoneksi berjejaring dengan instansi
lain eee.. Perpustakaan Pembina yang bisa memfasilitasi kita
pustakawan untuk bisa eee.. apa namanya ya berubah gitu ya
pegetahuannya melalui palatihan atau apa.
4. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pengembangan SDM?
Jawaban: Kegiatannya ya meningkatkan kualitas ya tadi kan pelatihan,
seminar bisa juga, workshop bisa juga. Jadi ya kalo tadi kan dengan
bekerjasama dengan ini ya Pusdiklat, ya melalui seminar kan bisa juga,
atau bisa juga kegiatannya itu ya sharing knowledge. Sharing
knowledge kalo misalkan terbatas dengan anggaran budget bisa juga
sharing knowledge dengan memperdayakan ini eee.. apa namanya ya
individual expert ya apa seseorang yang kita anggap ahli dibidang
tertentu kemudian kita ber-sharing pengetahuan gitu, kan punya ini
di sini tuh, tapi hidup segan mati tak mau. Apa namanya asosi
bukan asosiasi, forum pustakawan UIN ya, ah ko jadi lupa saya
singkatan namanya tuh. Nah itu kan salah satu kegiatannya gitu
saling eee.. berbagi gitu ya, jadi bisa saja misalnya mengisi materi, saya
berbagi dengan staf yang lain, mungkin bu Maryam, mungkin pak
Amru, mungkin pak Azwar , mungkin pak Yudi, bu Alfida gitu kan,
untuk eee.. apa berbagi pengetahun kepada staf-staf perpustakaan
sehingga mereka meningkat ilmu pengetahuannya dan keahliannya.
5. Apakah masih sering melakukan sharing knowledge tersebut?
Jawaban: Engga, ya itu tadi pernah tapi sangat jarang, ya paling kita
ikut tadi workshop, yang diadakan oleh instansi, kaya kita punya
APPTIS (Asosiasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam), itu aktif juga
melalui asosiasi itu waktu itu ada pelatihan academic writing, sambil
raker rakernas APPTIS kita mengadakan pelatihan- pelatihan. Jadi
pustakawan-pustakawan dari PTKIN itu hadir dan ya mereka melakuakn
pelatihan untuk apa tuh manajemen referensi menggunakan zotero
wktu itu. Terus abis itu academic writing menulis ilmiah gitu kan, yang
sekarang dalam waktu dekat ini karna kita juga tergabung di
FKP2TN Forum Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negerti
atau FKP2TN namanya. Itu nanti dalam waktu dekat ini mau
diselenggarakan di Surabay, temanya tentang perpustakaan sebagai
mitra riset dalam industri 4.0. Nah itu kan nantikan ada apa ya
namanya sharing knowledge dan kalo dia workshop berarti pelatihan.
Sebelumnya juga ada di FKP2TN waktu itu ada juga pelatihan. Nah jadi
mangkanya perpustakaannya perlu bekerjasama bersinergi dengan
institusi lain, tergabung dalam asosiasi, forum perpustakaan, ikatan
untuk itu tadi, untuk menambah apa namanya eee.. wawasan dan
pengetahuan kita sekaligus sebagai alat untuk memfasilitasi eee..
peningkatan SDM kita gitu.
D. Upaya yang dilakukan Pusat Perpustakaan UIN Jakarta Mengatasi Kendala
dalam Menyokong UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi World Class
University
1. Kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan perubahan tersebut
dan cara mengatasinya?
Jawaban: Ya budget ya, yang belum tersebut tadi budget ya, SDM,
artinya SDM itu selain dari manajemennya gitu ya mungkin perlu di
eee.. dilihat lagi mungkin yang paling utama itu kan budget, anggaran
ya, misalnya kaya kita mau menambah ejournal, melanggan ejournal itu
kan bagaimana kita mau menambah kalo anggarannya tetep seperti
itu. Kaya sekarang kan anggarannya untuk melanggan ejournal itu
katakanlah 1,2 M kaya gitu kan, kita sebetulnya ingin menambah pada
ejournal yang lain gitu. Jadi kalo anggaran ini kan mencakup semua
hal bukan hanya untuk mendukung koleksi tetapi juga sanpras, sarana
dan prasarana fasilitas, mendukung SDM, SDM mau ikut pelatihan kan
perlu dana, harusnya ya memang keterlibatan pustakawan itu tidak
hanya skala nasional tapi juga ikut dalam ajang- ajang internasional
seperti konferensi, seperti kaya kemaren internasional IFLA, kegiatan
IFLA, jadi ketika kita bertemu orang itu kan kita berjejaring, kita ber-
sharing pengetahuan gitu, nah itu tapi karna anggarannya itu terbatas
sehingga itu menjadi kendala gitu. Ya cara mengatasinya kalo anggaran
susah ya, hehe Kalo cara mengatasinya anggaran itu ya kita caranya
memaksimalkan anggaran yang ada terus ya paling menambah
kerjasama dengan eee.. institusi lain, seperti kaya kita kan tidak
melanggan Proquest, tapi kita akhirnya mendapatkan akses ke Proquest
gitu ya dengan bekerjasama, dengan Kemenriset Dikti gitu kan, masuk
dalam asosiasi FKP2TN itu jalan bagi kita sehingga ketika Kemenriset
Dikti melanggan Proquest. Maka, semua perpustakaan perguruan
tinggi yang tergabung di dalam FKP2TN itu mendapat hak akses. Nah
mungkin itu caranya begitu ya, jadi menambah networking, kerjasama
dengan lembaga-lembaga lain, ya kalo dari sisi SDM ya
memaksimalkannya dengan cara apa namanya tadi apa itu istilahnya
pelatihan apa local training ada istilahnya tuh bukan local training ya
tadi memanfaatkan eee.. kolega yang expert gitu kan untuk berbagi
dengan kita gitu paling gitu ya. Yang lain ya seharusnya memang ya
dari diri individunya itu sendiri solusinya yang dia harus apa ya, punya
keinginan kemauan yang keras, punya dorongan, nah yang sulitnya
dikita ini udah secara individu kompetensinya terbatas kemudian
sikap kerja juga begitu ya keinginanya juga begitu, yang sulit tuh di
situ. Tapi kalo misalnya dia terbatas kemampuannya, pengetahuannya
tapi dia punya dorongan untuk maju nah itu lebih mudah, tapi kalo
ga memiliki semuanya itu yang sulit.
Lampiran 2
REDUKSI DATA
No. Kategori Sub. Kategori 1 Sub. Kategori 2 Sub. Kategori 3 Hasil Wawancara
1. Fungsi
Perpustakaan
- Menunjang penelitian,
pengabdian masyarakat,
menunjang pendidikan dan pengajaran.
- “Menunjang tri dharma
perguruan tinggi, itulah fungsinya
ya itulah menunjang penelitian, pengabdian masyarakat,
menunjang pendidikan dan
pengajaran.”-AH
- Mendukung semua
program dari lembaga
induk. Seperti
perguruan tinggi ada
pendidikan, penelitian
dan pengabdian
masyarakat.
- “Fungsinya adalah mendukung
semua program dari lembaga
induk. Nah kalau lembaga
induknya perguruan tinggi, tadi
kan udah Tri Dharma Perguruan
Tinggi ada pengajaran, ada
pendidikan, ada penelitian dan
ada pengabdian masyarakat.”-
SM
- Sebagai pendukung Tri Dharma Perguruan
Tinggi.
- Pendidikan - Menyediakan berbagai sumber daya yang sesuai
dengan kurikulum yang
berlaku diseluruh
fakultas
- “Perpustakaan harus menyediakan berbagai sumber
daya yang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku di seluruh
fakultas, itu untuk pengajaran
atau pendidikan.”-SM
- Menyediakan sumber-
sumber pengayaan yang memperkaya kurikulum
yang berjalan.
- “Di samping itu, juga
menyediakan sumber-sumber pengayaan yang memperkaya
kurikulum yang berjalan
meskipun tidak sesuai betul
dengan kurikulum tapi
memperkaya.”-SM
- Menyediakan berbagai
resources sesuai dengan
kurikulum universitas.
- “Maka perpustakaan ya harus
sejalan dengan fungsi itu, jadi dia
sebagai pendukung eee.. apa Tri
Dharma Perguruan Tinggi itu ya.
Dalam hal pendidikan ya dia
harus menyediakan berbagai
resources kan yang eee.. sesuai
dengan kurikulum universitas gitu
kan ya.”-UA
- Penelitian - Menyediakan berbagai resource sumber-sumber
tercetak maupun digital
atau elektronik ebook
maupun ejournal yang
dapat mendukung proses
penelitian.
- “Untuk penelitian juga sama berarti perpustakaan tugas
utamanya adalah menyediakan
berbagai resource sumber-sumber
tercetak maupun digital atau
elektronik ebook maupun ejournal
yang dapat mendukung proses
penelitian.”-SM
- Mendukung berbagai
sumber untuk pendukung riset
universitas seperti
menyediakan sumber
maupun akses informasi.
- “Kalo penelitian ya harus eee..
mendukung apa namanya berbagai sumber juga untuk
pendukung riset universitas karna
kan eee.. penelitian ya berarti
menyediakan bukan hanya
menyediakan sumber termasuk
akses.”-UA
- Tidak hanya
menyediakan resource
bersifat fisik tapi menyediakan akses yang
seluas-luasnya, sebesar-
besarnya pada berbagai
sumber yang tersebar di
- “Dulu perpus itu hanya pada
fungsinya itu hanya menyediakan
resource bersifat fisik maka sekarang itu kalo transformasinya
itu ya kita tidak lagi menyediakan
eee.. apa namaya sumber,
menyediakan sumber tapi
seluruh dunia. menyediakan akses yang seluas-
luasnya, sebesar-besarnya kepada
berbagai sumber yang tersebar di
seluruh dunia gitu kan.”-UA
- Hasil-hasil penelitian di-
digitalkan dan bisa
diakses di repository.
- “Sekarang aja hasil-hasil
penelitian aja sudah kita
digitalkan bisa di akses di
repository iya kan, bisa diakses
dari rumah.”-UA
- Melanggan berbagai online database
- “Kita sudah melanggan berbagai online databases yang itu sangat
mendukung kebutuhan riset, jadi
untuk fungsi penelitian itu ya kita
perpustakaan itu sangat sangat
mendukung gitu.”-UA
- Pengabdian kepada
masyarakat
- Menampung dan
mengelola berbagai
laporan-laporan hasil
pengabdian kepada
masyarakat
- “Saat ini, itu sudah mulai
menampung bukan hanya saat ini
ya tapi, dari dulu juga berbagai
laporan-laporan hasil pengabdian
kepada masyarakat. Jadi, bukan
hasil penelitian saja tetapi termasuk hasil pengabdian kepada
masyarakat.”-SM
- Memberikan akses
informasi yang lebih luas
kepada masyarakat
sivitas akademika
dengan cara bisa diakses
di mana saja.
- “Memberikan eee.. informasi yang
lebih luas akses yang lebih luas
kepada masyarakat pada sivitas
akademika artinya penyediaan
informasi itu ya sivitas akademika
itu tidak hanya mengakses di
dalam kampus tetapi juga bisa
mengakses di luar kampus.”-UA
- Memberikan adding
value atau
menambahkan nilai pada
- “Memberikan apa ya informasi
yang lebih value yang lebih apa ya
adding value kepada informasi”-
informasi. UA
2. Indikator menjadi
World Class
Library
- Koleksi
- Koleksi lengkap dan
up-to-date
Pengadaan
buku-buku teks
dan buku-buku
referensi terbaru
Melanggan
jurnal/ database
online
- “Koleksinya itu tadi selengkap
mungkin, koleksinya itu se-update
mungkin, bagaimana update yaitu
kita harus mengadakan apa buku-
buku teks, buku-buku referensi
yang terbaru, yang terkini,
kemudian untuk mendukung
perkembangan eee.. pengetahuan,
ilmu pengetahuan yang sangat
cepat ya di zaman sekarang dalam
hitungan detik udah ada teori-teori baru, penemuan baru dan
sebagainya itu udah melalu
pelangganan jurnal online. Jurnal
database online itu selalu up to
date apapun temuan baru
dipublikasikan melalui jurnal.”-
AH
- Memiliki 300 database online
- “Kan kalo standar world class
university itu kita harus memiliki
300 databases gitu untuk menjadi
world class university”-UA
- Memiliki publikasi
riset yang bukan
hanya secara
kuantitatif banyak
tapi secara quality
baik.
- “Indikator World Class University
eee.. universitas bertaraf
internasional itu di antanya itu
adalah harus memiliki publikasi
riset yang bukan hanya secara
kuantitatif banyak tapi secara
quality dia ya nah itu kualitasnya
baik gitu.”-UA
- Fasilitas - Fasilitas lengkap. - “World class yaitu fasilitas
lengkap juga harus ya kalo
sekarang itu masih Ciputat class
misalnya ya kan, masih kelas
Ciputat, kursinya masih koantas
bima gitu kan kita menuju sana.”-
AH
- Menyediakan area
yang nyaman bagi
user learning space.
- “Salah satu hal yang harus kita
capai mau menjadi world class
library itu ya kita harus banyak
memberikan apa ya area
membaca yang nyaman bagi user
learning spaces yang apa
namanya ya sangat diperlukan oleh mahasiswa karna itu
mahasiswa itu kan belajar itu kan
tidak hanya di dalam kelas
sesungguhnya, tetapi dia bisa
memanfaatkan perpustakaan itu
sebagai ya tempat belajar,
kemudian interaksi apa
berinteraksi dan berkomunikasi
ilmiah dengan teman-temannya.”-
UA
- SDM - Memperkuat
kapasitas SDM
- “Kita perkuatkan kapasitas kita
namanya capacity building
membangun kapasitas baik itu sdm baik itu sumber daya koleksi
baik itu eee… apa namanya
fasilitas gedung dan
sebagainya.”-AH
- Rasio SDM 1:1000 - “Jadi kalo world class library itu
1:1000”-UA
- Pustakawan harus
memiliki banyak
kompetensi
- “Tuntutan yang semakin besar
menuju World Class Library
memang pustakawan itu harus
memiliki kompetensi yang banyak
ya yang luas ya”-UA
- Layanan - No limite access/ 24
jam
- Buka dari Senin-
Minggu
- “Tapi seharusnya kalo mau
World Class University itu ya
unlimited access ya 24 jam non
stop servis seharusnya, dan ini
apa namanya tuh selain dari non
stop servis itu, jadi 24 jam one
search servis kalo perlu senin
sampe minggu buka.”-UA
3. Fasilitas
Perpustakaan
- Sebelum
bertransformasi
menuju World Class Library
- Gedung lama tidak
memiliki ruangan
sendiri-sendiri yang mengakibatkan
terganggunya
kegiatan orang yang
sedang membaca.
- “Kalo kemaren itu ruangan di
gedung lama satu ruangan orang
mau ke lantai atas ada acara di lantai tiga harus mengganggu
orang yang baca sekarang kan
tidak, punya ruangan sendiri-
sendiri.”-AH
- Sumber informasi
hanya tercetak atau
terbatas pada buku-
buku fisik.
- “Sumber informasinya kalo zaman
dulu mungkin hanya tercetak
karena memang zamannya seperti
itu.”-SM
- “Dulu jadi hanya terbatas pada
buku-buku fisik kaya gitu eee..
belum menyediakan koleksi
elektronik gitu.”-UA
- Terbatas pada jam
layanan tertentu.
- “Kalo dulu itu kan hanya terbatas
pada jam layanan tertentu, jam kunjung perpustakaan itu terbatas
sama waktu kan, masuk jam
setengah 9 selesai jam 4
misalnya.”-UA
- Sesudah
bertransformasi
menuju World Class
- Daya tampung ruang
baca yang lebih luas
- “Ya fasilitasnya ruangan
bacanya harus berbeda ya kan,
luasnya, daya tampungnya gitu
Library
loh kan, mahasiswa kita kan selalu
bertambah, ruangan kita pun
harus bertambah biar nyaman”-
AH
- Pemeliharaan
fasilitas seperti pada
AC.
- “ya biar nyaman ya berarti harus
air conditioner-nya harus
dipelihara bukan sekali install
kemudian didiamkan dan rusak
iya kan tapi ya harus di-maintain
istilahnya dijaga, dipelihara,
continuity kontinuitasnya harus
dibangun tetap nyaman sampai kapan pun gitu loh”-AH
- Ruang administrasi
pada lantai tersendiri
yaitu pada lantai 3,
terpisah dengan
layanan pemustaka.
- “Sekarang kan tidak, punya
ruangan sendiri-sendiri. Lantai
tiga dia nyaman, orang mau ke
lantai 4 tidak harus mengganggu
orang di lantai 3, lantai 3 kan ini
administrasi ga harus
mengganggu orang ribut-ribut
agak ribut dikit gak ganggu di
sana di atas.”-AH
- Terdapat ruang
khusus koleksi
keislaman yaitu pada
lantai 5.
- “Lantai 4 (yang dimaksud lantai
5) kita punya ruangan khusus
untuk koleksi keislaman”-AH
- Ruang multimedia - “Kita juga menyediakan fasilitas ruang dengan akses internet gitu
kan gratis di lantai 5, akses
multimedia, jurnal dan
seterusnya”-UA
- Ruang BI corner - “Terus ada juga area zona ini ya
ruang santai yang di BI corner tau
kan lantai 4 ya”-UA
- Ruang penelitian - “Lantai 7 saya ada ruang
penelitian ada ruang literasi gitu
ada ruang sidangnya di
sebelahnya ada ruang-ruang buat
para peneliti ya untuk khusyuk
tidak diganggu.”-AH
- “Lantai 7 kemudian ada carrel
atau research room ya yang bisa
digunakan oleh para dosen kalo
misalnya mereka mau secara
intensif ingin menyendiri mengerjakan risetnya itu ada di
lantai 7 itu ruangnya.”-UA
- Stopkontak - “Karena mahasiswa banyak yang
make hotspot kita sediakan
colokan”-AH
- Internet 24 jam - “Internet 24 jam itu fasilitas
layanan untuk mempermudah
layanan”-AH
- Jam layanan lebih
panjang
- “Sekarang alhamdulilah sudah
meningkat sampai jam 8 malam.”-
UA
- Menyediakan koleksi
elektronik dengan
melanggan database
online dan
menyediakan online database hasil
kerjasama
- “Jadi dalam hal penyediaan
koleksi yang kita langgan yang
mendukung keperluan riset itu
kan, karna kebutuhan riset itu kan
koleksinya banyak di ejournal, elektronik jurnal, karna elektronik
jurnal itu kan eee.. apa ya banyak
berisi tentang hasil-hasil riset dan
publikasinya juga yang current
gitu ya. Kita sudah memiliki 7
databases, seperti Jstor,
SpringerLink, kemudian
Cambridge, kemudian yang kita
langgan sendiri ya Oxford Islamic
Online, Oxford Islamic
Scholarship. Dan ada juga online
databases hasil kerjasama dengan
institusi lain, hasil kerjasama
dengan kedutaan Amerika, kita
dilanggankan elibrary USA,
elibrary USA itu di dalamnya ada
EBSCO, ada juga langganan
elektronik magazine seperti national geographic gitu. Terus
Proquest dengan Dikti, kita juga
punya akses ke Scopus, eee.. ini
gitu tapi tidak di publish yang
Scopus itu, jadi itu dari sisi koleksi
ya.”-UA
4. SDM
Perpustakaan
- Kriteria
- Memiliki kompetensi
inti dan kompetensi
profesional
- “Tamatan kita itu tamatan kita aja
bahasa inggrisnya lemah apalagi
bahasa arabnya padahal buku
yang diolah di sini banyak ber.. berbahasa arab jadi karena itu ya
kriterianya tetap dia harus
profesional”-AH
- “Selain dari yang itu tadi kan tadi
kompetensi inti lainnya tadi
sebetulnya harus mampu apa
namanya memberikan pengajaran
kompetensi apa ya itu namanya
kategorinya kompetensi profesional.”-UA
- Background
pendidikan
perpustakaan (untuk
- “Punya background pendidikan
perpustakaan kalau mau jadi
pustakawan ya.”-AH
pustakawan) - “Harusnya namanya
perpustakaan itu SDM harusnya si
yang berlatang belakang
pendidikan perpustakaan.”-SM
- Kecakapan - “Kemudian kecakapan iya,
keterampilan iya, penampilan iya,
ya bahasa iya, itu semua harus dipenuhi kriteria itu. Pinter tapi
jutek ngapain, iya kan, tar pada
gamau datang.”-AH
- Keterampilan - “Kemudian kecakapan iya,
keterampilan iya, penampilan iya,
ya bahasa iya, itu semua harus
dipenuhi kriteria itu. Pinter tapi
jutek ngapain, iya kan, tar pada
gamau datang.”-AH
- Penampilan - “Kemudian kecakapan iya, keterampilan iya, penampilan iya,
ya bahasa iya, itu semua harus
dipenuhi kriteria itu. Pinter tapi
jutek ngapain, iya kan, tar pada
gamau datang.”-AH
- Bahasa
- “Kemudian kecakapan iya,
keterampilan iya, penampilan iya,
ya bahasa iya, itu semua harus
dipenuhi kriteria itu. Pinter tapi
jutek ngapain, iya kan, tar pada
gamau datang.”-AH - “Kemudian ya bahasa ya
namanya kita World Class
University nantikan
mahasiswanya juga ya mahasiswa
asing ya, sekarang aja sudah
banyak juga mahasiswa asing
yang datang. Kalo misalnya kita
tidak mampu berbahasa, ya tidak
bisa melayani mereka juga gitu.”-
UA
- Memiliki jumlah
pustakawan yang
memadai
- “Memiliki jumlah perpustakaan
yang memadai, rasio antara
jumlah pustakawan dan jumlah
pemustaka itu seimbang gitu
kan.”-SM
- 1 orang pustakawan
minimal didampingi
2 orang tenaga
asisten pustakawan.
- “Harusnya satu orang
pustakawan itu minimal
didampingi dua orang tenaga
asisten pustakawan standarnya.”-SM
- Sebelum
bertransformasi
menuju World Class
Library
- Dulu lebih susah
dalam memenuhi
kebutuhan SDM
- “Ya dulu dan sekarang
sebenernya prinsipnya sama yaitu
menempatkan orang-orang tepat
sesuai dengan kebutuhan.
Masalahnya dulu lebih susah
untuk memenuhinya, ya.. susah
untuk memenuhinya karena
sekolah-sekolah atau kuliah-
kuliah S1 Perpustakaan masih
sangat terbatas sehingga kami
sendiri ini prodak disekolahkan
oleh pemerintah.”-AH
- Sesudah
bertransformasi
menuju World Class
Library
- SDM berjumlah 30-
35 orang
- “Kalo di perpustakaan pusat itu pustakawan sekitar 14 orang,
kemudian ditambah tenaga-tenaga
lain, administrasi itu jumlah kita
ada 30, jadi dengan pustakawan
14 terus ditambah administrasi itu
kita ada 30 orang. Jadi sekitar 16
yang bekerja di perpustakaan
tetapi bukan pustakawan.”-SM
- “Tapi saat sekarang itu kita baru
memiliki sekitar 35 orang, tapi 35
orang itu pun tidak semuanya
adalah pustakawan, di dalamnya
ya staf administrasi gitu kan.”-
UA
- Lebih mudah dalam
memenuhi kebutuhan SDM
- “Kalo sekarang sekolah-sekolah
sudah banyak, ya.. kapan pun kita mau buka lowongan kita bisa
menyaring sesuai dengan dengan
kriteria yang kita inginkan.”-AH
- Kompetensi
pustakawan yang
memiliki
peningkatan
- “Ya paling dari kompetensi ya,
SDM yang sekarang mungkin
kompetensinya lebih baik dari
pada yang dulu-dulu. Cuma yang
dulu-dulu kan udah pensiun.
Misalnya kompetensinya dibidang
IT-nya sudah lebih baik,
kompetensi dibidang apa namanya
eee.. layanan ada lah
peningkatan.”-SM
- Cara meningkatkan kualitas SDM
- Melalui Pelatihan
- “Bagaimana cara mengembangkannya, melalui
pelatihan, kemudian bagaimana
cara pelatihannya diutus
mengikuti workshop, diklat ya.”-
AH
- “Ya idealnya harus diberikan
pelatihan, jadi ada program apa
namanya jangka pendek, program
jangka panjang untuk peningkatan
mutu SDM itu.”-UA
- Melalui pendidikan
- “Jadi itu, harus melalui
pendidikan, ya pendidikannya ya
harus disesuaikan dengan job
yang perlu kita butuhkan.”-AH
- Melakukan CPD
(Continuing
Professional
Devolepment)
- “Di-internal kita namanya ada
continue development-nya kita
melakukan pelatihan misalnya
memberikan pelayanan ramah,
memberikan layanan prima,
pelatihan karyawan, ya
berhadapan orang gimana.”-AH
- “Kita melakukan yang namanya apa ya… istilahnya CPD
(Continuing Professional
Devolepment), jadi semua
pustakawan itu emang mau gamau
harus terus meningkatkan
kompetensinya. Nah tentu yang
dilakukan itu CPD itu misalnya
dengan mengikut sertakan para
pustakawan itu ke berbagai
pelatihan, misalnya yang di
Perpusnas kan banyak pelatihan
bisa meningkatkan kompetensi dari para pustakawan maupun
tegana non pustakawan.”-SM
- Melakukan sharing
knowledge
- “Kalo misalkan terbatas dengan
anggaran budget bisa juga
sharing knowledge dengan
memperdayakan ini eee.. apa
namanya ya individual expert ya
apa seseorang yang kita anggap
ahli dibidang tertentu kemudian
kita ber-sharing pengetahuan
gitu.”-UA
- Melakukan studi
banding
- “Studi banding juga kami adakan
untuk mengetahui apa, bagaimana
pengelolaan perpustakaan di
luar.”-AH
5. Kendala - Kurangnya anggaran
- “Kendalanya ya banyak lah,
kendalanya satu, tidak mau
melengkapi apa namanya koleksi
misalnya melengkapi fasilitas dan
semuanya itu kan, eee... semuanya
bergantung pada apa tergantung
kepada anggaran ya.”-AH
- “Yang paling utama itu kan budget, anggaran ya, misalnya
kaya kita mau menambah
ejournal, melanggan ejournal itu
kan bagaimana kita mau
menambah kalo anggarannya
tetep seperti itu.”-UA
- Kurangnya SDM
- “SDM kita secara kuantitas aja
kurang apalagi kualitas, kualitas
ya itu tadi sesuai kebutuhan,
kadang-kadang kita tumpang
tindih.”-AH
- “Tadi sebenarnya secara tidak
langsung sudah ibu katakan ya kendala yang dihadapi misalnya
tadi kurangnya SDM.”SM
- “Kalo dari sisi kuantitas kita
belum terpenuhi memang ya SDM
kurang dari dulu sampe
sekarang.”-UA
- Kurangnya fasilitas - “Kurangnya fasilitas meskipun
tidak disebutkan secara jelas
kurangnya berapa tapi kamu kan
bisa ngeliat sendiri lah ya
ruangan yang ada, fasilitas
terbatas bahkan perabotnya pun
perabot jadul.”-SM
6. Cara mengatasi
kendala
- Memaksimalkan
anggaran yang ada
- “Ya cara mengatasinya kalo
anggaran susah ya, hehe Kalo
cara mengatasinya anggaran itu
ya kita caranya memaksimalkan
anggaran yang ada.”-UA
- Kerjasama
- “Gimana caranya di situlah kita
aktif di FPPTI, kita aktif di
FKP2TN, kita aktif di APPTIS, kita aktif di pengurus IPI pusat
gitu loh kan. Alhamdulillah
mendapat kemudahan, buku kita
dibantu dari Perpusnas, 5.000
judul, 10.000 eksemplar buku
baru, terus Dikti langganan 14,5
Milyar tahun ini kita bisa akses
semua Proquest, Ebsco, terus kita
sekarang ini Scopus dan
Sciencedirect.”-AH
- “Menambah kerjasama dengan
institusi lain, seperti kaya kita kan tidak melanggan Proquest, tapi
kita akhirnya mendapatkan akses
ke Proquest gitu ya dengan
bekerjasama, dengan Kemenriset
Dikti gitu kan, masuk dalam
asosiasi FKP2TN itu jalan bagi
kita sehingga ketika Kemenriset
Dikti melanggan Proquest maka
semua perpustakaan perguruan
tinggi yang tergabung di dalam
FKP2TN itu mendapat hak akses.
Nah mungkin itu caranya begitu
ya, jadi menambah networking,
kerjasama dengan lembaga-
lembaga lain.”-UA
- Meningkatkan
kompetensi SDM
- “Kemudian kalo kekurangan SDM
tadi ya kita memang kemudian
salah satu yang dilakukan adalah
tadi meningkatkan kompetensi
kan, dengan adanya kompetensi
yang beragam satu orang itu jadi memiliki bisa mengerjakan
beberapa tugas, kalo seseorang
pustakawan atau tenaga
perpustakaan bisa mengerjakan
beberapa tugas artinya meskipun
jumlahnya sedikit kan bisa
tertutupi seratus persen tidak tapi
agak bisa berjalan lah ya
begitu.”-SM
- Mengangkat tenaga
non PNS dari Jurusan
Ilmu Perpustakaan
- “SDM ya mengatasinya
mengangkat tenaga-tenaga non
PNS, eee... dari Jurusan Ilmu
Perpustakaan.”-AH
- Mengoptimalkan fasilitas yang ada dan
difungsikan sesuai
dengan tujuan
- “Untuk mengatasi kekurangan fasilitas ya kita dengan mengakali
fasilitas yang seadanya kita
fungsikan sesuai dengan tujuan
misalnya tadi emm… konter
yaudah meja seolah-olah kita
gantikan kaya semacam konter.”-
SM
- Memanfaatkan kolega
yang expert untuk
berbagi ilmu.
- “Ya kalo dari sisi SDM ya
memaksimalkannya dengan cara
apa namanya tadi eee.. apa itu
istilahnya pelatihan apa local
training ada istilahnya tuh bukan
local training ya tadi
memanfaatkan eee.. kolega yang
expert gitu kan untuk berbagi
dengan kita gitu paling gitu ya.”-
UA
- Kesadaran individu - “Yang lain ya seharusnya
memang ya dari diri individunya itu sendiri solusinya yang dia
harus apa ya, punya keinginan
kemauan yang keras, punya
dorongan.”-UA
Lampiran 3
Lembar Observasi
Di Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
No. Tanggal Aspek Pengamatan Hasil Observasi
1. 03 April 2018 Perubahan Pusat
Perpustakaan UIN
Jakarta
Pusat Perpustakaan memiliki
gedung baru dengan daya
tampung ruang baca yang
lebih luas. Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta
juga baru saja mendapat
akreditasi A dari
Perpustakaan Nasional RI.
2. 26 September
2018.
Fasilitas di setiap
lantai Pusat
Perpustakaan UIN
Jakarta
Memiliki berbagai ruangan
berdasarkan fungsinya
masing-masing. Lantai 3
terdapat ruang kepala
perpustakaan, tata usaha,
layanan teknis (pengadaan,
pengolahan dan
pemeliharaan) dan layanan
bebas pustaka. Lantai 4
terdapat koleksi buku umum,
BI corner, layanan sirkulasi,
mushalla dan toilet. Lantai 5
terdapat koleksi buku Islam,
koleksi referensi, layanan
multimedia, mushalla dan
toilet. Lantai 6 terdapat
koleksi skripsi, tesis dan
disertasi, koleksi UIN-
Syahidania, koleksi majalah,
jurnal dan Koran, mushalla
dan toilet. Lantai 7 terdapat
American corner, Canadian
corner, Saudi Arabian
corner, Munawir corner,
ruang serba guna, ruang
pertemuan, ruang peneliti,
mushallah dan toilet.
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
DOKUMENTASI
Gedung Pusat Perpustakaan UIN Jakarta
Ruang Administrasi
di Lantai 3
Ruang BI Corner
di Lantai 4
Layanan Multimedia
di Lantai 5
Ruang Koleksi Skripsi
di Lantai 6
Ruang Munawir Corner dan Saudi Arabian
Corner
di Lantai 7
Wawancara dengan Kepala Pusat Perpustakaan
UIN Jakarta
Wawancara dengan Koordinator Layanan
Teknis dan Pengembangan Kerjasama Pusat
Perpustakaan UIN Jakarta
BIODATA PENULIS
ROSMIATI. Lahir di Tangerang, pada tanggal 21
Agustus 1996, putri keempat dari Bapak H. Dulmuti
dengan Ibu Hj. Masriah. Bertempat tinggal di Kp.
Kawidaran RT. 019/04 No. 50 Des. Cibadak Kec.
Cikupa Kab. Tangerang-Banten. Menyelesaikan
pendidikan dasar di SDN Cibadak II (2002-2008), Kemudian melanjutkan
Sekolah Menengah Pertama di MTs. Nurul Haq Balaraja (2008-2011), dan
Sekolah Menengah Atas SMAN 1 Kabupaten Tangerang (2011-2014).
Kemudian melanjutkan pendidikan pada program studi (S1) Jurusan Ilmu
Perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014). Pada saat kuliah pernah
menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Divisi
Keislaman. Pernah mengikuti magang di Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama satu semester pada
saat semester dua. Penulis pernah melakukan PKL di Perpustakaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. KKN di Desa Cibitung
Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Pada akhir studi penulis
menyusun skripsi yang berjudul “Transformasi Pusat Perpustakaan UIN
Jakarta dalam Mendukung UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menjadi
World Class University”