Translet Jurnal Hpp Daoni

Embed Size (px)

DESCRIPTION

obsgyn

Citation preview

Perdarahan Pasca PersalinanAbstrak

Perdarahan Paska Persalinan adalah salah satu penyebab utama kematian ibu di negara maju dan negara berkembang. Hal ini muncul akibat adanya kelainan pada salah satu dari empat faktor, terutama yang paling sering adalah atoni uteri. Pendekatan multidisiplin dalam menangani hal ini sangat penting. Oksitosin dan prostaglandin termasuk misoprostol akan dibahas. Akhir-akhir ini baru dikembangkan pengobatan yang kurang invasif , seperti tamponade uteri dan kompresi sutura menjadi alternatif .Pendahuluan

Komplikasi kehamilan dan melahirkan tetap menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan diantara wanita usia reproduktif di negara berkembang. Perkiraan jumlah kematian ibu di seluruh dunia di tahun 2000 sekitar 529.000. Kematian ini hampir sama dengan di Afrika (251.000) dan Asia (253.000) ; sekitar 4% (22.000) terjadi di Amerika Latin dan Karibia dan kurang dari 1% (2500) di negara maju.

Secara global, perdarahan post partum (PPH) adalah penyebab paling penting dari kematian ibu, sekitar 25% dari total dan sekitar 150.000 jiwa di tiap tahunnya. Mayoritas akibat dari kematian ini (88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah kelahiran, tahap ketiga dari kelahiran. Predisposisi seperti anemia memiliki prevalensi yang tinggi di Negara-negara berkembang.

Perdarahan Post Partum

PPH diartikan sebagai kehilangan darah sekitar 500 ml atau lebih dari alat reproduksi. PPH primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, dan sekunder PPH terjadi setelah lebih dari 24 jam. Kemampuan perempuan untuk mengatasi kerugian darah tergantung pada beberapa faktor, termasuk riwayat penyakit dahulu, ada tidaknya anemia, dan ada tidaknya kontraksi akibat dehidrasi atau preeclampsia. Estimasi kerugian darah itu subjektif dan sering dianggap remeh. Langkah-langkah darurat harus dimulai jika ada kehilangan lebih dari sepertiga dari volume darah ( darah volume ml = berat badan kg x 80 ) atau berkurangnya 1000 ml atau terdapat perubahan tanda-tanda vital.

Perdarahan yang berlebihan terjadi karena kelainan di salah satu dari empat dasar proses, yaitu 4ts mnemonik baik secara individual atau dalam kombinasi: tone (ada tidaknya kontraksi rahim setelah melahirkan ), jaringan ( dipertahankan produk konsepsi atau gumpalan darah ), trauma ( untuk saluran genital ), atau trombin (kelainan koagulasi). Banyak faktor risiko yang terkait dengan PPH mungkin dikaitkan dengan kelainan di salah satu dari empat mekanisme fisiologis. Pencegahan PPH

Prediksi PPH menggunakan penilaian antenatal : hanya 40% wanita dengan faktor resiko yang dapat berkembang menjadi PPH. Namun dengan adanya perubahan jumlah pasien kebidanan (contohnya ; meningkatnya usia ibu saat melahirkan , meningkatnya jumlah perempuan dengan gangguan medis saat hamil)dan kemajuan dalam teknologi. Grand multipara dianggap beresiko tinggi PPH tetapi dari beberapa penelitian mereka tidak lebih besar dari permpuan dengan paritas yang rendah. Prempuan dengan faktor resiko ini harus segera dirujuk untuk mendapatkan sarana dari sebuah pusat kesehatan untuk ditempatkan diruang ICU.

Manajemen tahap ketiga untuk meminimalkan resiko PPH dibahas secara keseluruhan. Terapi dini oksitosin, penjepitan tali pusat, dan pengeluaran plasenta secara terkontrol dapat mengurangi terjadinya insidensi dan keparahan dari PPH. Sintometrin (kombinasi dari oksitosin dan ergometrin) lebih baik jika dibandingkan dengan oksitosin untuk mengurangi PPH lebih dari 500 ml , tetapi lebih bagi pada yang lebih dari 1000 ml. Sintometrin dapat menyebabkan hipertensi. Profilaksi prostaglandin , seperti prostaglandin intramuskular atau misoprostol. Manajemen PPH

Resusitasi dan pemulihan volume sirkulasi darah dan stimulasi serta penanganan adalah kunci dalam pengelolaan PPH.

Resusitasi dan Etiologi

Bantuan dari sebuah tim multidisipliner ini penting pada tahap awal PPH, seperti PPH dapat menyebabkan sangat berkurangnya peredaran darah dalam beberapa menit. Tim multidisipliner itu terdiri dari kebidanan tim, konsultan kandungan, , anastesi, bank darah, hematologis,, rumah sakit dan intensive care unit. Penilaian tanda-tanda vital (tingkat kesadaran, denyut nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen jika tersedia) dan jumlah kehilangan darah harus dibuat secara terus menerus disepanjang resusitasi. Hilangnya 1 L darah memerlukan penggantian 4 sampai 5 L kristaloid (0,9% NS atau RL) atau koloid sampai terjadinya cross matched, dan terjadinya perpindahan cairan dari intravascular ke interstisial. MedikamentosaOksitosin. Sebagian besar wanita dengan PPH dapat dikelola tanpa intervensi bedah, kecuali jika terjadi ruptur uteri ataupun trauma pada alat reproduksi. Jika rahim tetap atoni setelah terapi awal oksitosin, Syntometrine atau ergometrine harus diulang, atau oksitosin 10 unit dapat diberikan secara bolus IV. Lakukan pemijitan secara manual (tangan pada fundus) atau bimanual . Bimanual mengurangi perdarahan bahkan jika uterus tetap atoni. Infus oksitosin (40 unit dalam 500 mL 0.9% normal saline dengan kecepatan 125 mL/jam) dapat digunakan untuk menjaga kontraksi uterus. Prostaglandin. Tradisional second-line untuk atoni uteri adalah 15-methyl prostaglandin F2 ( PGF 2 ), 0,25 mg IM dan diulang setiap 15 menit sampai maksimumnya 2 mg.

Hemostatik lainnya. Penggunaan asam traneksamat secara IV digunakan dalam oenanganan menoragia.

Intervensi BedahTamponade Uteri.

Kompresi Sutura . Jika tamponade tidak berhasil dilakukan atau perdarahan ini mengancam jiwa maka laparotomi perlu dilakukan. Laparotomi lebih baik dilakukan lebih cepat dibandingkan terlambat.

Histerektomi Total atau Sub total. Histerektomi merupakan kuratif dan merupakan pilihan terakhir dalam pengelolaan PPH. Histerektomi mungkin lebih efektif untuk menghentikan perdarahan yang disebabkan oleh atoni uteri dan berhubungan dengan mengurangi kematian dan kesakitan, tetapi kurang efektif untuk mengontrol perdarahan yang berasal dari segmen bawah, serviks, atau forniks vagina, tetapi tetap saja histerektomi lebih dianjurkan.Intervensi Radiologi. Tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa embolisasi atoni uteri efektif dalam penanganan PPH Embolisasi arteri mungkin lebih bermanfatat pada keadaan dimana ada persiapan untuk pembuahan.