Transplatasi Organ PRINT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askep CHF

Citation preview

Transplatasi Organ

Nama : Dewi Risna Yuniati2420132215Ida Herfiana2420132229Ratna Indriyani2420132249Kelas: 1A

BAB IPendahuluan

A. Latar BelakangMasalah transplantasi organ tubuh merupakan masalah ijtihadiyah yang terbuka kemungkinan untuk didiskusikan. Seiring perubahan zaman yang semakin lama semakin maju dan modern ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih menimbulkan masalah-masalah baru yang belum diterangkan dalam Al-Qur`an, Hadits dan hasil ijtihad ulama-ulama terdahulu.Jadi tidak heran jika ada perbedaan tingkahlaku mengenai penanganan para ahli bidang kesehatan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi seperti transplantasi organ tubuh, yang mana jika di lihat dari kacamatan Hukum Islam mengandung banyak petanyaan apakah hal semacam itu diperbolehkan ataukah di larang oleh hukum Agama.Dengan latar belakang inilah kami penulis mengangkat tema Transplantasi Anggota Badan karena sebelumnya tidak ditemukan khususnya pada masa Rasulullah SAW.

B. Rumusan masalah1. Apakah pengertian Transplantasi Organ Tubuh Manusia?2. Organ dan jaringan apa saja yang dapat ditransplantasikan?3. Bagaimana pandangan Transplantasi Organ Tubuh Manusia menurut pandangan Hukum Islam?

BAB IIANALISA

A. Pengertian Transplatasi OrganTransplatasi atau pencangkokan organ adalah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik antara manusia satu dengan manusia yang lain. Contoh pencangkokan organ tubuh pada manusia diantaranya : mata, ginjal, jantung dan lain-lain. Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima dapat dibedakan menjadi :1. Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.2. Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatau jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.3. Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies ke tubuh spesies lainnya.Ada tiga pihak yang terkait dengan pelakanaan transplatasi :1. Orang yang anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor (pen-donor) 2. Orang yang menerima disebut repisien3. Para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak donor kepada resipien.Berkaitan dengan donor, transplantasi dapat dikategori kepada tiga tipe, yaitu :1. Donor dalam keadaan hidup sehatDalam tipe ini diperlakukanpemeriksaan kesehatan yang lengkap dan menyeluruh baik terhadap donor, maupun terhadap resipien. Hal ini dilakukan demi untuk menghindari kegagalan transplantasi.2. Donor dalam keadaan komaApabila donor dalam keadaan koma,atau diduga kuat akan meninggal segera, maka dalam pengambilan organ tubuh memerlukan alat kontrol, misalnya dengan bantuan alat pernapasan khusus.

3. Donor dalam keadaan meninggalDalam tipe ini, organ tubuh yang akan dicangkokkan diambil ketika donor sudah meninggal berdasarkan ketentuan medis dan yuridis.

B. Organ dan Jaringan yang Ditransplantasikan1. Organ Thoracic: Jantung dan Paru paru2. Organ Abdomen: Ginjal,usus, hati, perut / lambung dan pankreas3. Organ, sel, cairan: Tangan, transfusi darah, kornea, kulit, sel pancreas, sumsung tulang, pembuluh darah, katip jantung dan tulang.

C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Organ Tubuh Sebagaimana dijelaskan ada tiga keadaan transplantasi dilakukan, yaitu pada saat donor masih hidup sehat, donor ketika sakit (koma) dan diduga kuat akan meninggal dan donor dalam keadaan sudah meninggal. Berikut hukum transplantasi sesuai keadaannya masing-masing. 1. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup.Apabila pencangkokan tersebut dilakukan dalam keadaan sehat wal afiat. Tidak diperkenankan seseorang mendonorkan organ tubuh yang cuma satu-satunya dalam tubuhnya. Misal: hati, jantung, karena seseorang tidak dapat hidup tanpa adanya organ tersebut.a. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 195

Artinya:Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan Ayat tersebut mengingatkan agar jangan gegabah dalam melakukan sesuatu, tetapi harus perhatikan akibatnya. Karena bisa berakibat fatal bagi diri donor, meskipun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan luhur. Orang yang mendonorkan organ tubuhnya pada waktu ia masih hidup dan sehat kepada orang lain, ia akan menghadapi resiko, sewaktu-waktu akan mengalami tidak normalnya atau tidak berfungsinya mata atau ginjalnya yang tinggal sebuah itu . karena mustahil Allah menciptakan mata atau ginjal secara berpasangan kalau tidak ada hikmah dan mamfaatnya.b. Kaidah hukum IslamDalam kasus ini, seseorang harus lebih mengutamakan memelihara dirinya dari kebinasaan, dari pada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri, sehingga ia tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam melaksanakan ibadah. Misalnya pendonor mengorbankan dirinya dengan cara melepas organ tubuhnya untuk diberikan kepada orang lain dan demi kemaslahatan orang lain, yakni resipien. Sehingga berakibat fatal bagi dirinya, ini tidak dibolehkan dalam Islam.

2. Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan KomaApabila transplantasi dilakukan terhadap donor yang dalam keadaan sakit (koma) atau hampir meninggal, maka hukum Islam pun tidak membolehkan, karena hal ini dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah. Tidak etis apabila melakukan transplantasi bagi orang yang sekarat. Seharusnya berusaha untuk menyembuhkan orang yang sedang koma, meskipun menurut dokter sudah tidak ada lagi harapan untuk sembuh. Sebab ada juga orang yang dapat sembuh kembali walaupun hanya sebagian kecil. Oleh karena itu, mengambil organ tubuh donor dalam keadaan koma tidak boleh menurut Islam berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :a. Manusia wajib berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya demi mempertahankan hidupnya, karena hidup dan mati itu urusan Allah SWT. Orang tidak boleh menyebabkan matinya orang lain. Dalam kasus ini orang yang sedang sakit (koma) akan meninggal dengan diambil organ tubuhnya tersebut. Sekalipun tujuan dari pencangkokan tersebut adalah mulia, yakni untuk menyembuhkan sakitnya orang lain (resipien).

3. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Telah Meninggal Apabila pencangkokan dilakukan ketika pendonor telah meninggal, baik secara medis maupun yuridis, maka menurut hukum Islam ada yang membolehkan dan ada yang mengharamkan. Yang membolehkan menggantungkan pada tiga syarat sebagai berikut: a. Resipien dalam keadaan darurat yang dapat mengancam jiwanya bila tidak dilakukan transplantasi itu, sedangkan ia sudah menempuh pengobatan secara medis dan non medis, tapi tidak berhasil. Hal ini berdasarkan qaidah fiqhiyah: Darurat akan membolehkan yang diharamkan. b. Pencangkokan cocok dengan organ resipien dan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih berat bagi repisien dibandingkan dengan keadaan sebelum pencangkokan. c. Harus ada wasiat dari donor kepada ahli warisnya untuk menyumbangkan organ tubuhnya bila ia meninggal, atau ada izin dari ahli warisnya.Demikian ini sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 29 Juni 1987, bahwa: Dalam kondisi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, maka pengambilan katup jantung orang yang telah meninggal untuk kepentingan orang yang masih hidup dapat dibenarkan oleh hokum Islam dengan syarat ada izin dari yang bersangkutan (wasiat ketika masih hidup) dan izin keluarga atau ahli waris1) Al-Quran Surat Al-Baqarah 195 seperti yang di atas. Bahwa ayat tersebut secara analogis dapat difahami, bahwa Islam tidak membenarkan pula orang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya atau tidak berfungsi organ tubuhnya yang sangat vital baginya, tanpa ausaha-usaha penyembuhannya secara medis dan non-medis termasuk pencangkokan organ tubuh yang secara medis memberi harapan kepada yang bersangkutan untuk bisa bertahan hidup2) Surat Al-Maidah: 32

Artinya;Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia seluruhnya. Ayat ini menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai tindakan kemanusiaan yang dapat menyelamatkan jiwa manusia. misalnya dalam kasus ini seseorang yang dengan ikhlas menyumbangkan organ tubuhnya setelah meninggal, maka Islam membolehkan. Bahkan memandangnya sebagai amal perbuatan kemanusiaan yang tinggi nilainya, lantaran menolong jiwa sesama manusia atau membantu berfungsinya kembali organ tubuh sesamanya yang tidak berfungsi.3) Surah Al-Maidah ayat 2:

Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.4) Hadits Nabi SAW yang artinya:Berobatlah wahai hamba Allah, karen sesungguhnya Allah tidak meletakkan penyakit kecuali Dia meletakkan jua obatnya, kecuali satu penyakit yang tidak ada obatnya, yaitu penyakit tua. Hadits ini menunjukkan bahwa wajib hukumnya berobat bila sakit, apapun jenis penyakitnya, kecuali penyakit tua. Dalam kasus ini, pengobatannya adalah dengan cara transplantasi organ tubuh, sebagai upaya untuk menghilangkan penyakit hukumnya mubah asalkan tidak melanggar norma ajaran Islam5) Kaidah hukum Islam

Artinya: Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.Oleh karena itu, kita harus mengormati jasad manusia walaupun sudah meninggal. Karena Allah SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai kehormatan yang wajib dipelihara sebagaimana kehormatan orang hidup. Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah menetapkan pula bahwa menganiaya mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang hidup. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan dari Aisyah Ummul Muminin RA yang artinya: Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang orang hidup. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).Akan tetapi menurut pemakalah, meskipun pekerjaan transplantasi itu ada yang mengharamkan walau pada orang yang sudah meninggal. Demi kemaslahatan karena membantu orang lain yang sangat membutuhkannya, maka hukumnya boleh selama dalam pekerjaan transplantasi itu tidak ada unsur merusak tubuh mayat sebagai penghinaan kepadanya. Hal ini berdasarkan qaidah fiqhiyah: Apabila bertemu dua hal yang mendatangkan mafsadah maka dipertahankan yang mendatangkan mudharat yang paling besar, dengan melakukan perbuatan yang paling ringan madhratnya dari dua mudharat.

BAB IIIKESIMPULAN

Dari karya tulis yang kami sampaikan ini, kami dapat mengambil kesimpulan bahwasannya transplatasi atau pencangkokan organ adalah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik antara manusia satu dengan manusia yang lain. Organ dan Jaringan yang Ditransplantasikan:1. Organ Thoracic: Jantung dan Paru paru2. Organ Abdomen: Ginjal,usus, hati, perut / lambung dan pankreas3. Organ, sel, cairan: Tangan, transfusi darah, kornea, kulit, sel pancreas, sumsung tulang, pembuluh darah, katip jantung dan tulang.Pandangan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Organ Tubuh diperbolehkan jika pada pendonor yang sudah meninggal, pada pendonor yang koma atau hampir meninggal maka hukum Islam pun tidak membolehkan, karena hal ini dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah.

Daftar Pustaka

1. Al-Quran dan terjemahnya, Jakarta, 19712. Hasan, Muhammad Ali, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 20003. Surat Al-Maidah: 32 - Google Search