29
PERENCANAAN SARANA DAN PRASARANA WILKOT ( moda transportasi) DR,IR.DRS.H.SYAHRIAR TATO.SH.SAB,SSN.MS.MH.MM. IAP

Transportasi Jalan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perencanaan_jalan1

Citation preview

PERENCANAAN SARANA DAN PRASARANA WILKOT ( moda transportasi)

PERENCANAAN SARANA DAN PRASARANA WILKOT( moda transportasi)DR,IR.DRS.H.SYAHRIAR TATO.SH.SAB,SSN.MS.MH.MM.IAPMODA TRANSPORTASISistem Jaringan Transportasi DaratSistem jaringan transportasi terdiri dari sistem jaringan transportasi darat dan udara. Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan dan jaringan jalur kereta api. Strategi pengembangan sistem jaringan transportasi diarahkan pada upaya meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi.

RENCANA JARINGAN JALANBerdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan disebutkan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Penyelenggaraan jalan berdasarkan pada asas kemanfaatan, keamanan dan keselamatan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keadilan, transparansi dan akuntabilitas, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, serta kebersamaan dan kemitraan,dengan tujuan di antaranya adalah untuk:

LANJUTAN 1Untuk menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah. Untuk meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa, dan mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.Untuk menarik dan mengembangkan minat investasi di berbagai sektor pertambangan, perkebunan, pertanian, perikanan, dan pariwisata. Sebagai prasarana untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat berbasis jalan dan memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.Sebagai prasarana untuk mempercepat mobilisasi dalam rangka mempertahankan dan mengikat keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

FUNGSI JALANBerdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan disebutkan bahwa fungsi jalan (berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan) diklasifikasikan menjadi:

SISTEM JARINGAN JALAN PRIMERSistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut:Dalam satu Satuan Wilayah Pengembangan menghubungkan secara menerus kota jenjang ke satu, kota jenjang ke dua, kota jenjang ke tiga, dan kota jenjang di bawahnya sampai ke Persil.Menghubungkan kota jenjang ke satu antar Satuan Wilayah Pengembangan.LANJUTAN 1Sistem jaringan jalan primer terdiri dari jalan arteri primer, kolektor primer, lokal primer, lingkungan primer.Ciri-ciri jalan arteri primer, yaitu:1.Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 11 (sebelas) meter.2.Mempunyai kapasitas jalan yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.3.Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik (commuter), lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.4.Pembatasan jumlah jalan masuk.5.Pengaturan pada persimpangan jalan sebidang.6.Tidak terputus walaupun memasuki kota.

LANJUTAN 1Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang ke dua dengan kota jenjang ke dua atau menghubungkan kota jenjang ke dua dengan kota jenjang ke tiga. Ciri-ciri jalan kolektor primer, yaitu:Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 9 (sembilan) meter.Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar darai volume lalu lintas rata-rata.Pembatasan jumlah jalan masuk.Tidak terputus walaupun memasuki kota.

LANJUTAN 2Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang ke satu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ke dua dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ke tiga dengan kota jenjang ke tiga, kota jenjang ke tiga dengan kota jenjang di bawahnya, kota jenjang ke tiga dengan persil, atau kota di bawah jenjang ke tiga sampai persil. Ciri-ciri jalan lokal primer, yaitu:Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7,5 (tujuh koma lima) meter.Tidak terputus walaupun memasuki desa.Perjalanan jarak dekat.Jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

LANJUTAN 3Jalan lingkungan primer menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. Ciri-ciri jalan lingkungan primer yaitu:Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 (lima belas) kilometer per jam dengan lebar jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.Persyaratan teknis jalan lingkungan primer diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih.Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meterSISTEM JARINGAN JALAN SEKUNDERSistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder ke satu, fungsi sekunder ke dua, fungsi sekunder ke tiga dan seterusnya sampai ke perumahan. LANJUTAN 1Sistem jaringan jalan sekunder terdiri dari jalan arteri sekunder, kolektor sekunder, dan lokal sekunder, dengan ketentuan sebagai berikut:Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder ke satu atau menghubungkan kawasan sekunder ke satu dengan kawasan sekunder ke satu atau menghubungkan kawasan sekunder ke satu dengan kawasan sekunder ke dua.Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan sekunder ke dua atau menghubungkan kawasan sekunder ke dua kawasan sekunder ke tiga.Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder ke satu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder ke dua dengan perumahan, kawasan sekunder ke tiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

LANJUTAN 2Ciri-ciri jalan arteri sekunder, yaitu:Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh) km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 11 (sebelas) meter.Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.Pengaturan pada persimpangan jalan sebidang.

LANJUTAN 3Ciri-ciri jalan kolektor sekunder, yaitu:Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 9 (sembilan) meter.Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.Pengaturan pada persimpangan jalan sebidang.

LANJUTAN 4Ciri-ciri jalan lokal sekunder, yaitu:Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh) km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7,5 (tujuh koma lima) meter.

LANJUTAN 5Ciri-ciri jalan lingkungan sekunder yaitu:Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh) km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 6,5 (enam koma lima) meter.Persyaratan teknik di atas diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih.Yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan tidak kurang dari 3,5 (tiga koma lima) meter.

LANJUTAN 6.Batas Ruang Pengawasan Jalan diukur dari tepi badan jalan dengan jarak berdasarkan ketentuan, yaitu:Jalan arteri primer tidak kurang dari 15 (lima belas) meter.Jalan kolektor primer tidak kurang dari 10 (sepuluh) meter.Jalan lokal primer tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.Jalan lingkungan primer tidak kurang dari 5 (lima) meter.Jalan arteri sekunder tidak kurang dari 15 (lima belas) meter.Jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter.Jalan lokal sekunder tidak kurang dari 3 (tiga) meter.Jalan lingkungan sekunder tidak kurang dari 2 (dua) meter.Jembatan tidak kurang dari 100 (seratus) meter ke arah hilir atau hulu.

STATUS JALANJalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan propinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh Menteri dikelompokkan dalam jalan nasional. Jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah dikelompokkan dalam jalan daerah. Wewenang penyusunan rencana jangka panjang, menengah, dan program perwujudan jaringan jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal pada jaringan jalan primer ada pada pemerintah. Wewenang penyusunan rencana jangka menengah dan program perwujudan jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal pada jaringan jalan sekunder diserahkan kepada pemerintah daerah dan dilimpahkan kepada pejabat atau instansi di pusat atau di daerah.

LANJUTAN 1Termasuk kelompok jalan nasional adalah jalan arteri primer, kolektor primer yang menghubungkan antar ibu kota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis nasional. Termasuk kelompok jalan provinsi adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/kota, jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibu kota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

LANJUTAN 2Termasuk kelompok jalan kabupaten/kota adalah:Jalan kolektor primer yang tidak menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/kota, dan tidak menghubungkan antar ibu kota kabupaten/kota.Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten/kota dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antardesa.Jalan strategis kabupaten/kota.

KELAS JALANKelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas:Jalan bebas hambatan: Spesifikasi jalan bebas hambatan meliputi:pengendalian jalan masuk secara penuh, tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik jalan, dilengkapi dengan median, paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah, lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

LANJUTAN 1Jalan raya: Spesifikasi jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas secara menerus dengan persyaratan sebagai berikut:pengendalian jalan masuk secara terbatas,dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah, lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

LANJUTAN 2Jalan sedang: Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan persyaratan sebagai berikut:pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter.

LANJUTAN 3Jalan kecil:Spesifikasi jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat dengan persyaratan sebagai berikut: paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arahdengan lebar jalur paling sedikit 5,5 (lima koma lima) meter.Spesifikasi penyediaan prasarana jalan meliputi:pengendalian jalan masuk, persimpangan sebidang,jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median, pagar.

LANJUTAN 4Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disebutkan bahwa kelas jalan dikelompokkan berdasarkan:Fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan kelancarana lalu lintas dan angkutan jalan.Daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan.

PENGELOMPOKAN JALANPengelompokan jalan menurut kelas jalan terdiri atas: Jalan kelas I Jalan kelas I merupakan jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan syarat:ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm,ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 mm,muatan sumbu terberat 10 ton.

LANJUTAN 1Jalan kelas IIJalan kelas II merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan syarat:ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm, ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 mm, muatan sumbu terberat 8 ton.

LANJUTAN 2 Jalan kelas III Jalan kelas III merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan syarat:ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm,ukuran tinggi tidak melebihi 3.500 mm,muatan sumbu terberat 8 ton.

LANJUTAN 3Jalan kelas khusus Jalan kelas khusus merupakan jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan syarat:ukuran lebar melebihi 2.500 mm, ukuran panjang melebihi 18.000 mm,ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 mm,muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton