21
TRAUMA ABDOMEN Klp 6

Trauma Abdomen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Trauma Abdomen

Citation preview

Page 1: Trauma Abdomen

TRAUMA ABDOMENKlp 6

Page 2: Trauma Abdomen

Apa itu Trauma

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).

Page 3: Trauma Abdomen

Apa itu abdomen?

Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.

Page 4: Trauma Abdomen

Di dalam abdomen

EsophagusLambungusus halususus besarHatipankreasEmpeduPeritoneumginjal

Page 5: Trauma Abdomen

Epidemologi

Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.

trauma tumpul abdomen paling sering menciderai organ limpa (40- 55%), hati (35-45%), dan usus halus (5-10%) (Cho et al, 2012). Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling sering cedera adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah pankreas dan ureter (Demetriades, 2000).

Pada trauma tajam abdomen paling sering mengenai hati(40%), usus kecil (30%), diafragma (20%), dan usus besar (15%) (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).

Page 6: Trauma Abdomen

Etiologi dan klasifikasi

Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium). Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak dan benda tajam.

Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium). Disebabkan oleh : Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh

( ledakan, benturan atau pukulan ), Hancur (tertabrak mobil), Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut, Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga.

Page 7: Trauma Abdomen

Trauma Abdomen

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

Page 8: Trauma Abdomen

WOC

Page 9: Trauma Abdomen

Manifestasi Klinis

1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :

Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organRespon stres simpatisPerdarahan dan pembekuan darahKontaminasi bakteriKematian sel

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).

Kehilangan darah.Memar/jejas pada dinding perutKerusakan organ-organ.Nyeri tekan, nyeri ketok, dan kekakuan dinding perut.Iritasi cairan usus

Page 10: Trauma Abdomen

Komplikasi

Segera : hemoragi, syok, dan cedera. Lambat : infeksi Trombosis Vena Emboli Pulmonar Stress Ulserasi dan perdarahan Pneumonia Tekanan ulserasi Atelektasis Sepsis

Page 11: Trauma Abdomen

Pemeriksaan Diagnostik

• Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.• Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan

laparatomi.• IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada

kecurigaan terhadap trauma saluran kencing.• Foto thoraks: Untuk melihat adanya trauma pada

thorak.• Pemeriksaan Laparoskopi• rekto-sigmoidoskopi, Bila dijumpai perdarahan

dan anus

Page 12: Trauma Abdomen

Penatalaksanaan

Page 13: Trauma Abdomen

Pre Hospital

AirwayDengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.

BreathingDengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).

CirculationDengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).

Page 14: Trauma Abdomen

Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul) :• Stop makanan dan minuman• Imobilisasi• Kirim kerumah sakit.

Penetrasi (trauma tajam) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam

lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan

dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.

Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.

Imobilisasi pasien. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan

menekang. Kirim ke rumah sakit

Page 15: Trauma Abdomen

hospital

Trauma penetrasi Skrinning pemeriksaan rontgen Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan

kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retro peritoneum.

IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning: Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.

Uretrografi: Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra. Sistografi: Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera

pada kandung kencing, contohnya pada :Fraktur pelvis dan Traumanon – penetrasi

Page 16: Trauma Abdomen

trauma tumpul Pengambilan contoh darah dan urine Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan

laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.

Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan

pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.

Study kontras urologi dan gastrointestinal Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon

ascendens atau decendens dan dubur.

Page 17: Trauma Abdomen

Penanganan lainnya pada trauma abdomen yaitu:

Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.

Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).

Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut)

Page 18: Trauma Abdomen

kasus

Tn Y usia 30 tahun, dibawa ke UGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pada pasien ditemukan dan jejas pada pelvis , kemerahan pada abdomen kuadran kanan atas. Pasien sadar tapi letargi dan tampak pucat, pasien merasa nyeri pada abdomen ketika dilakukakan palpasi, Akral terasa dingin. Menurut saksi di tempat kejadian, ia melihat sebuah mobil melaju kencang ke arah sepeda motor yang dikendarai pasien sehingga pasien tertabrak, sedangkan mobil tersebut tetap melaju kencang tanpa menghiraukan keadaan pasien. Data pendukung sebagai berikut:TD: 80/50, Nadi: 115, RR: 24, Suhu : 36 oC

Page 19: Trauma Abdomen
Page 20: Trauma Abdomen
Page 21: Trauma Abdomen