Upload
nita-elfia
View
311
Download
18
Embed Size (px)
DESCRIPTION
forensik
Citation preview
REFERAT
TRAUMA TAJAM
KTI ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Penguji:
dr. Gatot Suharto, SH, SpF, Mkes
Pembimbing:
dr. Uva Utomo
Oleh:
2011-061-046 Ardy Fenando
2011-061-050 Tia Listyana
2011-061-093 Jenifer Lesmana
2012-061-094 Beatrice Belinda Phang
2012-061-095 Madyline Victorya Katipana
2012-061-096 Prasetya Wibisono
H2A009012 Devi Anggraini
H2A009020 Gharini Sumbaga N.
H2A009026 Juhan Baidowi
H2A009050 Zulfa H.P.
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. KARIADI SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PERIODE 19 AGUSTUS 2013 - 31 AGUSTUS 2013
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan referat ini. Suatu tema yang menarik yang kami ambil untuk menjadi bahan penulisan berkaitan dengan “Luka Benda Tajam”. Dewasa ini, menjadi satu tuntutan penting bagi dokter untuk juga turut dapat bidang medikolegal. Untuk itu, sebagai seorang dokter bukan hanya kemampuan mengobati saja yang diperlukan tetapi juga melakukan penilaian dan menyusun laporan yang dapat menjadi barang bukti sah guna membantu terangnya suatu perkara.
Oleh karena itu, melalui penulisan referat ini, diharapkan untuk dokter umum dapat mengenali dan mengidetifikasi luka, khususnya luka benda tajam. Demikianlah penulisan referat ini, semoga dapat membawa manfaat kepada pembaca.
Semarang, 26 Agustus 2013Hormat kami,
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................................... 1
C. Manfaat ..................................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Trauma Benda Tajam .................................................................................. 3
B. Benda Tajam
1. Sifat dan Jenis Benda Tajam................................................................................ 3
2. Mekanisme Benda Tajam Menimbulkan Trauma pada Tubuh ........................... 4
3. Lokasi Terjadinya Trauma
C. Ciri Umum Luka Benda Tajam ................................................................................. 4
D. Klasifikasi Luka Akibat Benda Tajam ...................................................................... 5
E. Perbedaan Trauma Tajam dan Trauma Tumpul ....................................................... 9
F. Perbedaan Sifat Luka antara Luka Bunuh Diri, kecelakaan, dan Pembunuhan ........ 9
G. Pembagian Derajat Luka ........................................................................................... 11
H. Apek Medikolegal ..................................................................................................... 12
BAB III. KESIMPULAN ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... iii
LAMPIRAN ...................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas
jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue). Logos berarti ilmu. Jadi pengertian dari
traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan
terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup. Kegunaannya selain untuk kepentingan
pengobatan (dalam ilmu kedokteran bedah) juga untuk kepentingan forensic, sebab dapat
diaplikasikan untuk membantu penegak hokum dalam rangka untuk membuat terangnya
tindak pidana kekerasan yang menimpa tubuh seseorang. Raumatologi dapat dimanfaatkan
untuk membantu menentukan jenis penyebab trauma, waktu terjadinya trauma, cara
melakukannya, dan akibat dari trauma tersebut.
Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumai dalam kasus forensik. Di
dalam ilmu forensik, trauma berdasarkan sifat dan penyebabnya diklasifikasikan dalam
beberapa cara, yaitu mekanik, fisika, dan kimia. Trauma mekanik dapat diakibatkan oleh
kekerasan benda tajam, kekerasan benda tumpul, dan tembakan senjata. Jenis senjata atau
alat yang digunakan serta cara melakukannya mempengaruhi jenis luka yang ditimbulkan.
Jenis luka yang disebabkan oleh trauma akibat benda tajam sendiri dapat digolongkan
menjadi luka iris, luka tusuk, dan luka bacok.1,2
Berdasarkan hasil penelitian statistik hasil otopsi didapati bahwa rongga dada
merupakan lokasi paling sering menjadi sasaran trauma tajam, dibandingkan dengan
trauma tumpul yang paling sering mengenai kepala. Mayoritas korban yang meninggal
akibat tindakan yang tidak disengaja disebabkan oleh trauma tumpul, sedangkan tindakan
kriminal relatif lebih sering menggunakan benda tajam untuk membunuh korban.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Mengenali dan mengatahui luka/trauma benda tajam
Tujuan khusus :
1. Mengetahui jenis-jenis luka akibat trauma benda tajam
2. Mengetahui mekanisme terjadinya trauma benda tajam
3. Mengetahui akibat trauma benda tajam
4. Mengetahui pemeriksaan post mortem akibat trauma benda tajam
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa Klinik
Dapat menjadi tambahan pengetahuan forensic mengenai luka/trauma benda tajam,
yang berguna dalam praktik sehari-hari sebagai dokter umum
2. Bagi penulis
Bermanfaat untuk memperluas wawasan dan pengalaman penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Trauma Benda Tajam
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan
dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.1
Trauma benda tajam adalah bentuk luka yang mudah dikenali karena berciri seperti
garis batas luka yang teratur, tepinya rata, sudut lukanya tajam, tidak adanya jembatan
jaringan, tebing luka rata, bila ditautkan akan menjadi rapat karena benda tersebut hanya
memisahkan tidak menghilangkan jaringan dan membentuk garis lurus atau melengkung,
serta daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar atau luka lecet. Benda-benda yang
dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi
tajam, baik berupa garis maupun benda dengan ujung yang runcing, contohnya bervariasi
dari alat-alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, bahkan
tepi kertas ataupun rumput.6
B. Benda Tajam
Benda tajam adalah benda yang mempunyai sisi yang tajam minimal di salah satu
sisinya dan dapat memotong. Contoh yang popular adalah pisau, dimana pisau merupakan
senjata yang paling sering dianggap bertanggung jawab atas terjadinya trauma akibat benda
tajam, tetapi alat-alat lainnya seperti pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet juga dapat
mengakibatkan luka yang dapat dikenali orang.3
Bentuk dari luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh korban,
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Sifat-sifat dari benda tajam
Sifat benda tajam meliputi :
a. Bentuk
b. Ketajaman ujungnya
c. Ketajaman tepinya, baik yang bermata satu maupun yang bermata dua.
Contoh-contoh benda tajam lain yang termasuk didalamnya adalah seperti sebuah
pahat, sepotong kawat, logam yang tajam atau sebuah kayu yang ujungnya tajam.
Pada intinya semua benda sesuatu yang mempunyai ujung yang tajam yang dapat
mengakibatkan penetrasi pada kulit sampai ke jaringan yang ada dibawahnya,
dikategorikan sebagai benda tajam.
2. Bagaimana sentaja tajam mengenai dan masuk ke dalam tubuh
Jarang pisau masuk ke dalam tubuh dan keluar lagi dengan sudut dan arah yang sama,
dengan demikian setiap luka tusuk merupakan perpaduan antara tusukan dan irisan.
Oleh karena kenyataan tersebut ukuran luka dimana pisau itu masuk akan lebih besar
dari ukuran lebar pisau itu sendiri. Kekuatan mengayunkan pisau dapat membuat
perbedaan bentuk luka yang terjadi yaitu bila dilakukan dengan kekuatan yang besar
luka yang terjadi akan menjadi luka bacok.
3. Tempat dimana terdapat luka
Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketegangan kulit tidak sama pada
seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat-serat elastiknya sejajar yaitu pada lipatan-
lipatan kulit, maka tusukan yang sejajar dengan lipatan tersebut dapat mengakibatkan
luka yang tertutup, sempit, dan berbentuk celah. Akan tetapi bila tusukan pisau itu
melintasi serta memotong lipatan kulit, maka luka yang terjadi akibat pisau terseut
kan terbuka lebar.
C. Ciri Umum Luka Benda Tajam
Ciri umum luka benda tajam meliputi :1
1. Garis batas luka teratur, tepi luka rata dan sudutnya runcing.
2. Bla ditautkan akan menjadi rapat ( karena benda tersebut hanya memisahkan, tidak
menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus atau sedikit lengkung).
3. Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan
4. Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar
D. Klasifikasi Luka Akibat Benda Tajam
Ciri-ciri suatu luka dapat menunjukkan cara benda penyebabnya digunakan. Hal ini
tergantung dari jenis benda penyebab luka tersebut. Cara penggunaan senjata tajam dapat
dibedakan, yaitu diiriskan, ditusukan, dan dibacokkan.6
1. Luka Iris
Luka iris merupakan luka yang terjadi jika benda tajam yang mengenai tubuh
hampir sejajar dengan permukaan tubuh. Luka iris dapat ditandai dengan panjang
luka lebih besar dari dalamnya, tepi rata, disekitar luka umumnya tidak ditemukan
memar dan luka lecet, dinding luka tidak terdapat jembatan jaringan, dan sudut luka
runcing.
Jenis luka ini umumnya lebih sering ditemukan pada kecelakaan dan bunuh diri.
Bila luka mengenai pembuluh darah besar, maka kematian korban dapat disebabkan
oleh perdarahan atau masuknya udara kedalam pembuluh darah (emboli darah).
Pada bunuh diri sering ditemukan luka-luka sayat yang khas yang disebut luka
sayat percobaan. Lokasi luka percobaan hampir selalu pada lengan-pergelangan
tangan atau leher merupakan irisan-irisan yang berkelompok dengan arah yang
hampir sejajar.4
2. Luka Tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban
yang terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka
salah satu sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau
bermata dua, maka kedua sudutnya tajam.
Deskripsi luka tusuk pada umumnya sama dengan diskripsi luka tusuk pada
umumnya sama dengan deskripsi luka lainnya yaitu berdasarkan jumlah, letak,
bentuk, ukuran dan sifat.
Bentuk luka tusuk tidak sepenuhnya tergantuk bentuk senjata. Jaringan elatis
dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk
senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis berbentuk garis lengkung pada
seluruh area tubuh, sehingga jika ditusuk tegak lurus garis tersebut, maka lukanya
akan lebar dan pendek. Sedangkan bila ditusuk parallel dengan garis tersebut, luka
yang terjadi sempit dan panjang.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya
adalah reaksi korban saat ditusuk atau pisau keluar, dimana hal tersebut dapat
menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Manipulasi yang dilakukan pada
saat penusukan, juga akan mempengaruhi bentuk luka tusuk, misalnya:
a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian dan kemudian ditusukan
kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai
dengan gambaran biasanya
b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarah ke salah satu sudut,
sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan
kulit seperti ekor.
c. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain
menyebabkan saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih
luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.
d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan menggunakan titik
terdalam sebagai landasan menyebabkan saluran luka sempit pada titik terdalam
dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar
dibandingkan lebar senjata yang digunakan.
e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk
ireguler dan besar. Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat
ditemukan kontusio minimal pada luka tusuk tersebut. Hal ini juga dapat
diindikasikan adanya pukulan.
Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimum dari senjata
yang digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda
dengan saat autopsi. Memanipulasi tubuh sesuai dengan posisi saat ditusuk sulit
dilakukan atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Hal
lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota
tubuh pada saat penusukkan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-
ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.
Pisau yang ditusukan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan
mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata
paling baik dilihat melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu
kuat dapat rusak atau patah pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga
dapat dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada tulang dengan pasangannya.
3. Luka Bacok (Chop Wound)
Luka akibat benda tajam dapat pula disebabkan oleh benda tajam yang
ukurannya besar dan berat, seperti luka akibat golok, kapak, sabit dan celurit. Luka
yang disebabkan benda atau senjata yang ukurannya besar akan lebih hebat dan berat,
disebut sebagai luka bacok. Pada dasarnya terletak pada bagaimana senjata atau
benda tajam tersebut mengenai tubuh, yaitu tepi tajam yang pertama kali mengenai
tubuh serta tenaga yang dipakai sedemikian besarnya.
Bila pada pisau digerakkan menusuk dengan ujung pisau, faktor yang paling
penting diperhatikan adalah faktor tenaga atau kekuatan yang disertai serta faktor
ketajaman bagian benda tajam yang mengenai tubuh. Pada senjata seperti celurit,
maka luka akan diperberat dengan adanya gerakan untuk menarik clurit dari tubuh
korban, selain faktor gerakan dari korban sendiri.
Istilah ‘dibacokkan’ mengandung pengertian bahwa senjata yang digunakan
adalah senjata tajam yang ukurannya relatif besar dan diayunkan dengan tenaga yang
kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut mengenai suatu bagian dari tubuh.
Tulang-tulang di bawahnya biasanya berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut
menderita luka.
Makin tajam instrumen makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet
yang dibuat oleh instrumen tajam yang lebih kecil, luka akibat penapisan dapat terjadi
pada tempat dimana bacokan dibuat. Abrasi lanjutan dapat ditemukan pada sisi di
seberang tempat penapisan, yang disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada
instrumen pembacok yang diarahkan pada kepala, sudut besaran bilah terkadang
dapat dinilai dari bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi pipih bilah bias meninggalkan
cekungan pada salah satu sisi patahan, sementara sisi yang lain dapat tajam atau
menipis.
Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga tulang di
bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan
menggunakan instrument yang lebih berat. Ketebalan tulang tengkorak dapat
dikalahkan dengan menggunakan instrument yang lebih berat. Perlu dicatat
kemungkinan dilakukannya pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya
melepaskan senjata. Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan tekanan dapat
mengakibatkan pergeseran tulang, umumnya di dekat kaki-kaki luka bacok.
Terdapat dua tipe luka yang dapat disebabkan oleh instrumen tajam baik dengan
benda atau senjata tajam yang dapat dikenal dengan baik dan memiliki ciri yang dapat
dikenali dari aksi korban. Yang pertama merupakan “tanda percobaan”, yaitu insisi
dangkal yang dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh
diri. Luka percobaan tersebut seringkali terletak parallel dan terletak dekat dengan
luka dalam di daerah pergelangan tangan atau leher. Meskipun jarang sekali
dilaporkan, luka bacok superfisial ini di kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang
keras dan menyebabkan kehilangan kesadaran dan/ atau kematian. Bentuk lainnya
merupakan “luka perawatan” yang dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan
bawah (jarang di tempat lain) dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi diri
dari ayunan senjata, contohnya dengan menggenggam bilah dari instrument tajam.
Luka-luka yang merupakan luka bacok (chop wound) memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Ciri-ciri umum luka akibat benda tajam
b. Ukuran luka besar dan menganga
c. Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka
d. Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka
e. Jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka di sekitar garis batas luka
terdapat memar.
Kematian pada luka bacok biasanya terjadi pada kasus pembunuhan dan
kecelakaan. Sebab kematian pada luka bacok, yaitu perdarahan, rusaknya organ vital,
emboli udara, infeksi dan sepsis, dan refleks vagal pada luka bacok di daerah leher.
E. Perbedaan Trauma Tajam dan Trauma Tumpul
Tabel 1. Perbedaan antara luka akibat benda tajam dan benda tumpul:5
Benda tumpul Benda tajam
Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi
luka tidak rata
Garis batas luka tegas
Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena
sebagian jaringan hancur)
Bila ditautkan membentuk garis lurus
Tebing luka tidak rata dan terdapat
jembatan jaringan
Tebing luka rata, tidak ada jembatan
jaringan
Disekitar garis batas luka ditemukan memar Biasa tidak ditemukan memar
Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah
yang dekat tulang (misalnya daerah kepala,
muka dan ekstremitras) dan bentuk luka
tidak menggambarkan bentuk dari benda
penyebabnya.
Bentuk luka bergantung dari cara
benda tajam tersebut mengenai sasaran
F. Perbedaan Sifat Luka Akibat Bunuh Diri, Pembunuhan, dan Kecelakaan
Pada kasus bunuh diri dengan benda atau senjata tajam, maka cara yang terbanyak
dijumpai adalah dengan cara memotong (mengiris) tenggorokan. Bila korban menggunakan
tangan kanan untuk maksud tersebut maka pada umumnya luka iris akan dimulai dari
bawah telinga sebelah kiri dan berjalan di bawah dagu ke sebelah kanan, dengan demikian
luka tersebut berjalan dari kiri atas belakang ke kanan bawah depan. Bila korban
menggunakan tangan kirinya atau orang yang kidal akan terdapat keadaan yang
sebaliknya.6
Pada pemeriksaan yang teliti dari luka akan sering didapatkan satu atau lebih luka
yang lebih dangkal dan berjalan sejajar disekitar luka utama, luka-luka tersebut adalah luka
percobaan (hesitation mark). Luka-luka percobaan dapat pula ditemukan pada bagian lain
dari tubuh, seperti pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki, lipat siku atau pada
daerah perut. Luka-luka tersebut umumnya yang terjangkau oleh tangan korban serta
biasanya tidak menembus pakaian karena umunya korban menyingkap pakaian terlebih
dahulu.6
Selain daerah leher, daerah dada merupakan daerah tersering, dalam hal ini sesuai
dengan letak jantung, serta pada daerah perut biasanya daerah lambung. Lokasi-lokasi
tersebut merupakan lokasi yang sering dipilih oleh korban di dalam kasus bunuh diri; di
dalam kasus-kasus tersebut biasanya bentuk luka yang didapatkan adalah luka tusuk. Luka-
luka percobaan tentunya dapat pula dijumpai. Luka-luka yang menunjukkan adanya tanda-
tanda perlawanan pada kasus bunuh diri dengan sendirinya tidak akan didapatkan.
Pada kasus bunuh diri selain luka-luka utama yaitu luka yang fatal, yang terdapat baik
pada daerah leher, dada atau daerah lambung serta adanya luka-luka percobaan; pada
tangan korban tidak jarang akan ditemukan pisau yang tergenggam dengan sangat kuatnya,
ini disebabkan adanya kekakuan yang terjadi seketika pada otot-otot tangan korban yang
menggenggam pisau. Kekakuan seketika tersebut dikenal dengan istilah “cadaveric
spasm”, yang mencerminkan adanya faktor stres emosional dan intravitalitas. Dengan
demikian adanya senjata yang tergenggam erat tersebut pada korban, hampir dapat
ditentukan dengan pasti bahwa korban telah melakukan bunuh diri; dan mengingat bahwa
faktor stres emosional atau ketegangan jiwa merupakan faktor yang memungkinkan
terjadinya “cadaveric spasm”.
Pada keadaan dimana pisau tidak tersedia, seperti didalam rumah tahanan atau
lembaga permasyarakatan, maka bunuh diri dapat pula dengan mempergunakan benda-
benda tajam lainnya seperti : pecahan kaca, pecahan botol, dan kepingan kaleng. Dengan
demikian kelainan yang didapatkan pada pemeriksaan lebih bervariasi.
Pada kasus pembunuhan, sulit untuk membunuh seseorang hanya dengan satu
tusukan saja, kecuali bila korbannya sedang tidur atau dalam keadaan sangat lemah atau
bila korban diserang secara mendadak dan yang terkena adalah organ tubuh yang vital.
Jumlah luka umumnya lebih dari satu, tidak mempunyai tempat atau lokasi tertentu,
seringkali didapatkan luka-luka yang didapat sewaktu korban melakukan perlawanan, luka-
luka yang terakhir tadi disebut luka tangkis. Luka-luka tangkis dapat ditemukan pada
daerah lengan bawah bagian dalam atau pada telapak tangan. Luka-luka pada telapak
tangan dimungkinkan bila korban berusaha menangkap atau merebut ataupun menangkis
serangan lawannya.
Luka mematikan biasanya pada daerah leher, dada, dan pada daerah perut dimana
terdapat organ-organ vital. Sebagai dokter, diharapkan dapat membedakan kasus
pembunuhan dimana korban digorok lehernya dengan kasus bunuh diri. Terdapat
perbedaan-perbedaan pokok, diantaranya arah atau letak luka yang mendatar, tidak adanya
luka-luka percobaan dan didapatkan luka-luka tangkis.
Perlu diingat pula bahwa terdapat banyak benda atau senjata tajam yang bentuknya
runcing-runcing, misalnya pisau saku dan ganco. Dengan menggunakan benda atau senjata
yang demikian, pembunuhan dapat dilakukan dengan cara menghantam benda atau senjata
tajam tersebut ke kepala korban, menembus tulang dan masuk kedalam otak. Sehingga
akan didapati luka-luka yang terjadi seperti kasus-kasus diatas tadi, hanya ukurannya kecil
dan berbentuk celah saja, maka pada pemeriksaan luar dari korban haruslah dilakukan
dengan seteliti dan secermat mungkin.
Tabel 2. Perbedaan Sifat Luka Pembunuhan, Bunuh Diri, Kecelakaan
Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/Banyak
Pakaian Terkena Tidak Terkena Terkena
Luka tangkis Ada Tidak Ada Tidak Ada
Luka percobaan Tidak Ada Ada Tidak Ada
Cedera sekunder Mungkin Ada Tidak Ada Mungkin Ada
G. Pembagian Derajat Luka
Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau tidak
disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma. Bila ditinjau dari sudut hukum, luka
merupakan kelainan yang disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat
intentional (sengaja), recklessness (ceroboh), atau negligence (kurang hati-hati). Untuk
menentukan berat ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka.
Kebijakan hukum pidana di dalam penentuan berat ringannya luka tersebut didasarkan atas
pengaruhnya terhadap kesehatan jasmani, kesehatan rohani, kelangsungan hidup janin
dalam kandungan, estetika jasmani, pekerjaan/jabatan atau pekerjaan mata pencaharian,
serta fungsi alat indera.
1. Luka Ringan
Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan
jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya.
2. Luka Sedang
Luka yang dapat menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan
jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya untuk sementara waktu (sementara
waktu harus dinyatakan beberapa hari atau bulan).
3. Luka Berat
a. Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan sembuh dengan sempurna
b. Luka yang datang mendatangkan bahaya maut
c. Rintangan tetap menjalan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya.
d. Kehilangan salah satu dari panca indera
e. Cacat besar atau kudung
f. Mengakibatkan kelumpuhan
g. Mengakibatkan gangguan daya pikir empat minggu lamanya atau lebih
h. Mengakibatkan keguguran atau matinya janin dalam kandungan
H. Aspek Medikolegal
Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat
kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari
permasalahan sebagai berikut:3
a. Jenis luka apakah yang terjadi?
b. Jenis kekerasan atau senjata apakah yang menyebabkan luka?
c. Bagaimanakah kualifikasi luka?
Pengertian kualifikasi luka semata-mata pengertian llmu Kedokteran Forensik, yang
hanya baru dipahami seielah mempelajan pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, yang bersangkutan dengan Bab XX (Tentang Penganiayaan), terutama pasal 351
dan pasal 352; dan Bab IX (Tentang Arti Beberapa Istilah Yang Dipakai Dalam Kitab
Undang-Undang), yaitu pasal 90.
Pasal 351
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau denda paling banyak tiga ratus rupiah
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama lima tahun
3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Pasal 352
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan, jabatan,
atau pencaharian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. Pidana dapat
ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang
yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Pasal 90
Luka berat berarti:
1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
2. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan pekerjaan
pencaharian
3. Kehilangan salah satu panca indera
4. Mendapat cacat berat (vermin king)
5. Menderita sakit lumpuh
6. Terganggunya daya pikir selama empat minggu
7. Gugurya atau matinya kandungan seorang perempuan.
8. Oleh karena istilah "penganiayaan" merupakan istilah hukum, yaitu. dengan
sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang, maka di dalam
Visum et Repertum yang dibuat dokter tidak boleh mencantumkan istilah
penganiayaan, oleh karena dengan sengaja atau tidak itu merupakan urusan hakim.
Demikian pula dengan menimbulkan perasaan nyeri sukar sekali untuk dapat
dipastikan secara obyektif, maka kewajiban dokter di dalam membuat Visum et
Repertum hanyalah menentukan secara obyektif adanya luka, dan bila ada luka,
dokter harus menentukan derajatnya.
BAB III
KESIMPULAN
Penulisan referat ini menjawab tujuan yang diinginkan dalam penulisan ini. Referat ini
dapat memberikan informasi yang baik tentang trauma benda tajam yang dinilai dari segi
forensik dan medikolegalnya. Dapat disimpulkan bahwa trauma benda tajam merupakan suatu
kekerasan berupa luka atau cedera yang disebabkan oleh trauma mekanik benda tajam.
Dalam pemeriksaan luar maupun dalam harus dapat dilakukan secara teliti, karena dari
pemeriksaan yang baik, dapat disimpulkan jenis senjata yang digunakan, jenis dan sifat luka,
motif trauma tersebut, derajat luka, serta waktu kejadiannya. Hal tersebut dapat digunakan baik
untuk penilaian medik, juga untuk penilaian dan kepentingan peradilan.
Oleh karena itu, sebagai tenaga medis, seorang dokter umum perlu untuk mengetahui
dasar-dasar traumatologi yang baik, serta mampu mengaplikasikannya dalam praktik sehari-hari
dengan tetap berpegang pada hukum dan undang-undang yang berlaku di Indonesia.
Daftar Pustaka
1. Dahlan, Sofwan. Kedokteran Forensik : “Traumatologi”. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.
2. Dahlan, Sofwan. Petunjuk Praktikum Pembuatn Visum et Repertum. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.
3. Idris, Abdul Mun’im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta : Binarupa Aksaraa, 1997.
4. Kepolisian Negara Republik Indonesia Dinas Kedokteran Dan Kesehatan. Atlas Kedokteran Forensik Tentang Perlukaan. Cetakan II. Jakarta: Dinas Kedokteran dan Kesehatan Polri Lembaga Kedokteran Kepolisian Unit Kedokteran Forensik, 1995
5. Abraham S, Arif Rahman, Bambang PN, Gatot S, Hadi Bin Salim, et al. Ilmu Kedokteran Forensik.Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.Cetakan Kedua.2012.
6. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan II. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.
7. Dix, J. Color Atlas of Forensic Pathology. CRC Press : 2000 : 134-145
Lampiran Gambar7
Gambar 1. Pisau dan Komponen-komponennyaGambar 1. Pisau dan Komponen-komponennya
Gambar 2. Luka Tusuk. Sisi kiri merupakan bagian tumpul dan sisi kanan bagian tajam (panah tebal)
Gambar 4. Luka tusuk multiple pada dada yang disebabkan oleh pisau yang sama.
Gambar 3. Elastisitas kulit dapat menyebabkan luka memiliki bentuk yang berbeda.
Gambar 5. Luka tusuk multiple. Dan luka tusuk dalam pada rongga perut yang menyebabkan keluarnya isi perut
Gambar 7. Luka insisi yang dalam pada leher dapat terjadi karena motif pembunuhan (tidak ada luka percobaan)
Gambar 6. Luka insisi yang dalam pada leher dapat terjadi karena motif bunuh diri (adanya luka percobaan di leher)
Gambar 8. Luka tusuk pada lengan bawah
Gambar 9 . Luka iris dalam di lengan dengan banyak luka percobaan (tanda bunuh diri) Gambar 10 . Luka iris dalam di leher yang
disebabkan oleh gergaji
Gambar 11 . Luka iris postmortem pada genitalia eksterna dan payudara
Gambar 12 . Luka tusuk multiple pada leher dan dada
Gambar 13. Luka tusuk pada dada
Gambar 14. Luka tusuk pada jantung ditemukan sudut luka tusuk tumpuh (anak panah)
Gambar 15. Luka Tusuk multiple pada paru
Gambar 15. Gambaran Luka Tusuk multiple pada dinding dada.
Gambar 16. Gambaran luka iris superficial dan luka iris dalam