6
TRAUMA URETER Cedera ureter agak jarang ditemukan karena ureter merupakan struktur yang fleksibel yang mudah bergerak didaerah retroperitoneal dengan ukuran kecil dan terlindung dengan  baik oleh tulang dan otot. Trauma ureter disebabkan oleh trauma tajam dan trauma tumpul , dari luar maupun iatrogenik , terutama pada pembedahan rektum, uterus, pembuluh darah panggul atau tindakan endoskopik. Trauma tajam ureter disebabkan luka tembak atau tusuk. Cedera ureter umumnya tidak bediri sendiri sering disertai cedera organ lain seperti kolon, duodenum dan pembuluh darah besar. Gambaran Klinis Pada umumnya tanda dan gejala klinis tidak spesifik. Hematuria menunjukkan cedera  pada saluran kemih. Bila terjadi ekstravasasi urin, dapat timbul urinom pada pinggang atau abdomen, fistel uretero-kutan melalui luka atau tanda rangsang peritoneum bila urin masuk ke rongga intraperitoneal. Pada trauma tumpul, gejalanya sering kurang jelas sehingga diagnosis sering tertunda. Pada cedera ureter bilateral ditemukan anuria. Diagnosis Pada cedera ureter akibat trauma tajam biasanya ditemukan hematuria mikroskopik. Pada cedera ureter bilateral terdapat peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah. Pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum dari cairan fistel dapat memastikan apakah cairan tersebut urin atau bukan. Pemeriksaan pielografi intravena dapat menunjukkan ekstravasasi kontras serta lokasi cedera ureter. Apabila pielografi intravena tidak memberi keterangan yang jelas , pielografi retrograde dapat menunjukkan cedera serta letaknya. Terapi Pada setiap trauma tajam harus dilakukan tindakan eksplorasi untuk menilai adanya cedera ureter dan cedera ikutan yang lain. Yang paling penting adalah melakukan tindakan  penyaliran urin yang ekstravasasi dan menghilangkan obstruksi. Rekonstruksi ureter  bergantung pada jenis, bentuk , luas serta letak cedera. Prinsip rekonstruksi ureter adalah debridemen ,spatulasi, isolasi anastomosis dari kontaminasi bila disertai cedera usus,  pemakaian bidai dalam anastomosis bila perlu dan penyaliran daerah retroperitoneum.

Trauma Ureter

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/26/2018 Trauma Ureter

    1/6

    TRAUMA URETER

    Cedera ureter agak jarang ditemukan karena ureter merupakan struktur yang fleksibel

    yang mudah bergerak didaerah retroperitoneal dengan ukuran kecil dan terlindung dengan

    baik oleh tulang dan otot.

    Trauma ureter disebabkan oleh trauma tajam dan trauma tumpul , dari luar maupun

    iatrogenik , terutama pada pembedahan rektum, uterus, pembuluh darah panggul atau

    tindakan endoskopik.

    Trauma tajam ureter disebabkan luka tembak atau tusuk. Cedera ureter umumnya

    tidak bediri sendiri sering disertai cedera organ lain seperti kolon, duodenum dan pembuluh

    darah besar.

    Gambaran Klinis

    Pada umumnya tanda dan gejala klinis tidak spesifik. Hematuria menunjukkan cedera

    pada saluran kemih. Bila terjadi ekstravasasi urin, dapat timbul urinom pada pinggang atau

    abdomen, fistel uretero-kutan melalui luka atau tanda rangsang peritoneum bila urin masuk ke

    rongga intraperitoneal. Pada trauma tumpul, gejalanya sering kurang jelas sehingga diagnosis

    sering tertunda. Pada cedera ureter bilateral ditemukan anuria.

    Diagnosis

    Pada cedera ureter akibat trauma tajam biasanya ditemukan hematuria mikroskopik.

    Pada cedera ureter bilateral terdapat peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah.

    Pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum dari cairan fistel dapat memastikan apakah cairan

    tersebut urin atau bukan. Pemeriksaan pielografi intravena dapat menunjukkan ekstravasasi

    kontras serta lokasi cedera ureter. Apabila pielografi intravena tidak memberi keterangan

    yang jelas , pielografi retrograde dapat menunjukkan cedera serta letaknya.

    Terapi

    Pada setiap trauma tajam harus dilakukan tindakan eksplorasi untuk menilai adanya

    cedera ureter dan cedera ikutan yang lain. Yang paling penting adalah melakukan tindakan

    penyaliran urin yang ekstravasasi dan menghilangkan obstruksi. Rekonstruksi ureter

    bergantung pada jenis, bentuk , luas serta letak cedera. Prinsip rekonstruksi ureter adalah

    debridemen ,spatulasi, isolasi anastomosis dari kontaminasi bila disertai cedera usus,

    pemakaian bidai dalam anastomosis bila perlu dan penyaliran daerah retroperitoneum.

  • 5/26/2018 Trauma Ureter

    2/6

    Untuk cedera ureter bagian atas dapat dilakukan uretero-ureterostomi, nefrostomi,

    uretero-kutaneostomi ,autotransplantasi, dan nefroktomi bila rekonstruksi tidak mungkin

    dilakukan. Pada cedera ureter bagian tengah, dapat dilakukan uretero-ureterostomi,

    transuretero-ureterostomi. Alternatif rekonstruksi ureter distal adalah uretero-ureterostomi,

    uretero-neosistostomi, misalnya melalui tabung yang dibuat dari dinding kandung kemih yang

    disebut Boari flap atau nefrostomi.

    Cedera Iatrogenik

    Beberapa tindakan pembedahan terbuka, seperti pembedahan ginekologi, bedah

    rektum, bedah kelenjar limfe atau pembuluh darah di daerah retroperitoneum tidak jarang

    menyebabkan cedera ureter. Tindakan endoskopi urologi seperti uretero renoskopi dan

    litotripsi intarureteral juga dapat menyebabkan cedera ureter. Tipe cedera ureter akibatpembedahan terbuka berupa ruptur total akibat tergunting, perforasi akibat tertusuk jarum atau

    hancur akibat terikat atau terklem.

    Diagnosis

    Diagnosis cedera iatrogenik dapat diketahui pada saat pembedahan atau tidak

    diketahui sampai timbul komplikasi. Pada tindakan endoskopik urologik cedera ureter

    umumnya telah diketahui selama tindakan. Bila ureter terikat total atau parsial , penderita

    mengeluh demam, disertai nyeri pinggang atau perut atau gejala ileus paralitik. Bila kedua

    ureter terikat, ditemukan anuria. Tanda rangsangan peritoneal dapat timbul bila terjadi

    ekstravasasi urin ke rongga intraperitoneal. Gejala lain berupa fistel uretero vaginal atau

    uretero kutan ,yang biasanya terbentuk sepuluh hari pertama setelah cedera. Pengeluaran

    cairan melalui vagina atau vistel di kulit harus ditentukan apakah urin atau bukan.

    Pemeriksaan radiologik yang dapat membantu menentukan diagnosis cedera ureter pasca

    bedah adalah pielografi intravena, pielografi retrograde atau pielografi antegrade.

    Pemeriksaan ultrasonografi pada cedera ureter yang baru diketahui beberapa hari setelah

    pembedahan dapat memberi gambaran pelebaran sistem pelviokaliks.

    Terapi

    Bila cedera sudah diketahui selama pembedahan ,dilakukan rekonstruksi segera seperti

    pada trauma tajam. Bila cedera baru diketahui beberapa hari pasca bedah dan tidak ditemukan

    komplikasi demam, infeksi atau sepsis dilakukan eksplorasi pelepasan jahitan atau

    rekonstruksi bila terputus. Bila terdapat komplikasi sehingga rekonstruksi segera tidak

    memungkinkan dilakukan tindakan sementara berupa diversi urin melalui nefrostomi.

  • 5/26/2018 Trauma Ureter

    3/6

    Hematoma

    retroperitoneal

    meluas / berdenyut

    Hematomatidak luas

    ObservasiEksplorasiObservasiEksplorasi

    NormalAbnormal

    atau tidak

    informatif

    Laparatomi eksplorasi

    Tidak stabil

    IVP

    stabil

    Hematuria

    Trauma tembus

  • 5/26/2018 Trauma Ureter

    4/6

    Trauma tumpul

    Hematuria mikroskopik

    Pemeriksaan

    pencitraan tidak

    diperlukan kecuali ada

    trauma penyerta dan

    trauma deselerasi

    cepat

    Stabil

    IVP

    Tidak stabil

    Laparatomi eksplorasi

    Hematuria nyata atau

    mikrohematuria dengan syok

    Abnormal normal

    Eksplorasi

    Observasi

    Trauma

    penyerta (-)

    Trauma

    penyerta (+)

    Eksplorasi

    Observasi

    Hematoma

    retroperito

    neal luas

    Hematoma

    retroperito

    neal tidak

    luas

    Eksplorasi Observasi

    Tidak

    informatif

  • 5/26/2018 Trauma Ureter

    5/6

    Trauma Buli-Buli

    Trauma buli-buli merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan

    segera. Bila tidak ditanggulangi segera, dapat menimbulkan komplikasi seperti peritonitis dan

    sepsis. Secara anatomik, buli-buli terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang

    pelvis sehingga jarang mengalami cedera.

    Trauma kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja

    yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-buli. Fraktur tulang panggul

    dapat menimbulkan kontusio atau ruptur kandung kemih. Pada kontusio buli-buli hanya

    terjadi memar pada dinding buli-buli dengan hematuria tanpa ekstravasasi urin.

    Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Ruptur

    kandung kemih ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada

    dinding depan kandung kemih yang penuh. Pada kejadian ini terjadi ekstravasasi urin di

    rongga perivesikal. Trauma tumpul dapat menyebabkan ruptur buli-buli, terutama bila

    kandung kemih penuh atau terdapat kelainan patologik seperti tuberkulosis , tumor atau

    obstruksi sehingga trauma kecil sudah menyebabkan ruptur. Trauma tajam akibat luka tusuk

    atau tembak lebih jarang ditemukan . Luka dapat melalui daerah suprapubik ataupun

    transperineal. Penyebab lain adalah instrumentasi urologik.

    Gambaran klinis

    Umumnya fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat sehingga tidak jarang penderita

    datang dalam keadaan anemia bahkan syok.

    Pada abdomen bagian bawah tampak jejas atau hematom dan terdapat nyeri tekan di

    daerah suprapubik di tempat hematom. Pada ruptur buli-buli intraperitoneal, urin masuk ke

    rongga peritoneum sehingga memberi tanda cairan intraabdomen dan rangsang peritoneum.

    Lesi ekstraperitoneal memberikan gejala dan tanda infiltrat urin di rongga peritoneal yang

    sering menyebabkan septisemia. Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil. Kadang

    keluar darah dari uretra.

    Cedera kandung kemih

    Penyebab :

    - cedera dari luar- cedera iatrogenik- patah tulang panggul

  • 5/26/2018 Trauma Ureter

    6/6

    Gejala :

    - nyeri suprapubik- ketegangan otot dinding perut bagian bawah- hematuria- ekstravasasi kontras pada sistogram

    Diagnosis. Diagnosis ditentukan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta hematuria. Pada

    foto pelvis atau foto polos perut terlihat fraktur tulang pelvis. Pemeriksaan radiologik lain

    untuk menunjang diagnosis adalah sistogram, yang dapat memberi keterangan ada tidaknya

    ruptur kandung kemih, dan lokasi ruptur apakah intra- atau ekstraperitoneal.

    Pemeriksaan sistogram dilakukan dengan memasukkan medium kontras ke

    kandung kemih sebanyak 300-400ml, kemudian dibuat foto anterior-posterior. Kandung

    kemih lalu dikosongkan dan dibilas, dan dibuat foto sekali lagi. Bila tidak dijumpai

    ekstravasasi, diagnosisnya adalah kontusio buli-buli. Pada ruptur ekstraperitoneal, gambaran

    ekstravasasi terlihat seperti nyala ap pada daerah perivesikal, sedangkan pada ruptur

    intraperitoneal terlihat kontras masuk ke rongga abdomen.

    Pada ruptur kecil sistokopi dapat membantu diagnosis.

    Pengobatan. Bila penderita datang dalam keadaan syok, harus diatasi dengan pemberian

    cairan intravena atau darah. Bila sirkulasi telah stabil, baru dilakukan reparasi bulu-buli.