tugas 1 ilhamusshadry 1104107010033

Embed Size (px)

Citation preview

KULIAH 1Bahan Kuliah Tatap muka 1 Tugas 1A

KULIAH SURVEYING DAN PEMETAAN(Prof. Dr. Ir. H. Munirwansyah, M. Sc) 1.Pengenalan dan Pengertian Survey dan Pemetaan 2.Survey dan Investigasi Tanah OLEH : ILHAMUSSHADRY 1104107010033

Jumat,17 Februari 2012 Jam 09.00 11.30

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2012

Isi Materi yang akan di pelajari : Dasar-dasar pemetaan, meliputi : o o o o o o Sejarah Pemetaan, dan Bentuk rupa bumi, seperti : kemiringan, lembah, dan ketinggian

Ruang lingkup pemetaan, meliputi : Pengambilan data

Dasar-dasar pengukuran, meliputi : Jarak, Sudut, dan Tinggi

Sistem koordinat Peralatan ukur : o o o Theodolit, Water pass, GPS,dll

Judul materi : Kuliah Surveying dan pemetaan

1 .Pengenalan Pengertian Survey dan Pemetaan 2. Survey dan Investigasi Tanah

KULIAH 1 Bahan Kuliah Tatap Muka 1 Tugas 1B KULIAH SURVEYING DAN PEMETAAN (Prof. Dr. Ir. H. Munirwansyah, M. Sc) 1.Pengenalan dan Pengertian Survey dan Pemetaan 2.Survey dan Investigasi Tanah OLEH :ILHAMUSSHADRY NIM : 1104107010033 Jumat,17 Februari 2012 Jam 09.00 11.30

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2012

1. Pengenalan dan Pengertian Survey dan Pemetaan

Surveying secara tradisional didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan pengukuran dan pemetaan posisi relatif di atas, pada atau di bawah permukaan tanah, atau membangun posisi-posisi tersebut dari perencanaan teknis atau dari deskripsi permukaan tanah. Oleh karena itu, Surveying akan selalu berurusan dengan pengukuran dalam aspek fisika dan matematika. Dengan adanya perkembangan teknologi, maka telah terjadi perubahan besar dalam aspek fisika yaitu peralatan pengukuran dan dalam aspek matematik yaitu penggunaan komputer.

Pada umumnya, surveying dilakukan di bidang datar (plane surveying), yakni surveying yang tidak memperhitungkan kelengkungan bumi. Pada proyekproyek surveying, kelengkungan buminya cukup kecil sehingga pengaruhnya dapat diabaikan, dimana perhitungannya menggunakan rumus-rumus yang disederhanakan. Sedangkan pada proyek-proyek dengan jarak-jarak jauh dan kelengkungan bumi harus diperhitungkan, kegiatan ini dimasukkan ke dalam surveying geodetik yang merupakan aplikasi dari Surveying geodesi (Geodetic Surveying).Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (termodiology geodesi) dengan menggunakan cara atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy . tujuan utama dari surveying (pemetaan) adalah penentuan lokasi titik yang terdapat diatas, pada maupun dibawah permukaan bumi. Untuk penentuan lokasi diperlukan adanya suatu kerangka referensi, yang direpresentasikan dengan menggunakan bench mark (alam maupun buatan manusia). Bench mark ini digunakan sebagai titik awal pengukuran. Pada awalnya pemetaan hanya digunakan untuk menandai batas-batas kepemilikan tanah. Sekarang hasil pemetaan digunakan untuk memetakan bumi diatas dan dibawah permukaan laut; menyiapkan peta navigasi udara, darat dan laut; menetapkan batas-batas pemilikan tanah pribadi dan tanah negara; mengembangkan informasi tata guna tanah dan sumber daya alam yang digunakan untuk pengelolaan

lingkungan; menentukan ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnet bumi. Selain itu pemetaan juga mempunyai peranan penting dalam bidang rekayasa untuk desain perencanaan dan pembangunan jalan raya, jalan baja, pembangunan gedung, saluran irigrasi, jalur pipa gas dll. Pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, terestris dan ekstraterestris. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang berpangkal di tanah. Sedangkan pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang, pesawat ulang-alik maupun satelit), Prinsip dasar pemetaan adalah pengukuran sudut dan jarak untuk menentukan posisi dari suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui, maka semua sudut dan jarak dari segitiga tersebut dapat ditentukan. Dengan demikian untuk mendapatkan koordinat suatu titik dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang sudah diketahui koordinatnya.

-

Berbagai macam metode pemetaan1. Metode pemetaan terestris , Penentuan posisi horizontal

Posisi horisontal disini merupakan posisi dua dimensi dari suatu objek di permukaan bumi yang diproyeksikan pada bidang datar. Terdapat tiga metode penentuan posisi horisontal :Poligon

Pada penentuan posisi horisontal dengan metode poligon, untuk menentukan posisi titik yang belum diketahui koordinatnya dari titik yang sudah diketahui koordinatnya, semua jarak dan sudut dalam poligon diukur. Poligon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu poligon tertutup dan poligon terbuka

Triangulasi

Untuk menentukan posisi horisontal dari suatu titik dengan metode triangulasi, semua sudut dalam segitiga dan salah satu sisi segitiga jaraknya harus diketahui.

Trilaterasi Pada metode trilaterasi semua sisi dari segitiga harus diukur jaraknya untuk mendapatkan posisi horizontal dari suatu titik.

Penentuan Posisi Vertikal

Differential Leveling

Penentuan posisi vertikal dengan metode differential leveling dilakukan dengan alat sipat datar.

Trigonometric LevelingAlat yang digunakan untuk penentuan posisi vertikal dengan metode trigonometricleveling adalah theodolit.

Total Station

Total Station merupakan alat pengukur jarak dan arah (sudut horisontal dan sudut vertikal) otomatis. Alat total station dilengkapi dengan chip memori, sehingga data pengukuran sudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian didownload dan diolah secara computerize. Dengan menggunakan total station, human error (kesalahan membaca dan mencatat) dapat diminimalisasi, karena semua data disimpan dalam format digital .

2. Metode Pemetaan Ekstraterestris

Fotogrametri

Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu objek

fisik dan lingkungannya melalui proses perekaman, pengamatan/pengukuran dan interpretasi fotogrametris.

Definisi tersebut mencakup dua bidang kajian, yakni : o o Fotogrametri metrik, berkaitan dengan pengukuran/pengamatan presisi untuk menentukan ukuran dan bentuk objek. Fotogrametri interpretatif, berhubungan dengan pengenalan dan

identifikasi objek.

Pemetaan fotogrametris menggunakan foto udara sebagai sumber data utama. Kualitas peta atau informasi yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas metrik dan gambar (pictorial qualiy) dari sumber data tersebut. Pengadaan foto udara biasanya berawal dari tujuan peruntukannya. Misalnya untuk keperluan feasibility study, informasi yang diperlukan tidak perlu akurat, namun keragaman informasinya lebih diutamakan. Berbeda dengan pembuatan rancangan detail (detail design) atau konstruksi, informasi yang dibutuhkan harus mempunyai tingkat ketelitian geometrik yang baik.

Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji. [Lillesand/Kiefer, 1990]. Alat yang dimaksud adalah alat pengindera atau sensor. Pada umumnya sensor tersebut dipasang diatas wahana yang berupa pesawat terbang, pesawat ulang alik dan satelit.

Pengumpulan dan perekaman data penginderaan jauh dapat dilakukan dengan tiga variasi, yaitu distribusi daya, distribusi gelombang bunyi dan ditribusi energi elektromagnetik, namun yang sering digunakan dan paling dikenal adalah penginderaan jauh denngan energi elektromagnetik.

Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah mengumpulkan data mengenai sumber daya alam dan lingkungan. Informasi tentang objek

disampaikan ke pengamat melalui energi elektromagnetik yang berfungsi sebagai pembawa informasi dan penghubung komunikasi. Data yang dihasilkan dari teknik pengindaraan jauh berupa beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasikan sehingga diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk aplikasi dibidang pertanian, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan, arkeologi dan bidang-bidang lain.

Global Positioning System (GPS)

GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi dengan menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Keamanan Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi dan informasi mengenai waktu secara kontinu. GPS terdiri dari tiga segmen utama, segmen angkasa (space segmen) yang terdiri dari satelitsatelit GPS, segmen sistem kontrol (control segment) yang terdiri dari stasionstasion pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segment) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal data GPS. Sistem GPS terdiri dari 24 satelit. Konstelasi 24 satelit GPS tersebut menempati 6 orbit yang mengelilingi bumi dengan sebaran yang telah diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai probalitas kenampakan setidaknya 4 satelit yang bergeometri baik dari setiap tempat di permukaan bumi di setiap saat. Satelit GPS mempunyai ketinggian rata-rata di atas permukaan bumi sekitar 20.200 km. Satelit GPS memiliki berat lebih dari 800 kg, bergerak dengan kecepatan sekitar 4 km/detik dan mempunyai periode 11 jam 58 menit. Konsep dasar pada penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan kebelakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Pada pelaksanaan pengukuran penentuan posisi dengan GPS, pada dasarnya ada dua jenis/tipe alat penerima sinyal satelit (receiver) GPS yang dapat digunakan, yaitu :

Tipe Navigasi digunakan untuk penentuan posisi yang tidak menuntut ketelitian tinggi.

Tipe Geodetik digunakan untuk penentuan posisi yang menuntut ketelitian tinggi.

Kelebihan penentuan posisi dengan menggunakan GPS antara lain : o GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca. o GPS dapat digunakan oleh banyak orang pada waktu yang sama dan pemakaiannya tidak bergantung pada batas politik dan alam. o Penggunaan GPS dalam penentuan posisi secara relatif tidak bergantung dengan kondisi topografis daerah survey. o Posisi yang ditentukan dengan GPS mengacu ke datum global yang dinamakan World Geodetic System 1984 (WGS84). Dengan kata lain posisi yang diberikan oleh GPS akan selalu mengacu ke datum yang sama. o Pemakaian sistem GPS tidak dikenakan biaya, setidaknya sampai saat ini. o Receiver GPS cenderung lebih kecil ukurannya, lebih murah harganya dan kualitas data yang diberikan lebih baik. o Pengoperasian alat GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif lebih mudah dan tidak mengeluarkan biaya banyak. o o Data pengamatan GPS sukar untuk dimanipulasi. Semakin banyak bidang aplikasi yang dapat ditangani dengan menggunakan GPS dan di Indonesia semakin banyak instansi yang menggunakan GPS.

2. Survey dan Investigasi Tanah 1 . Survey TopografiSurvey topografi dilakukan untuk menentukan titik-titik trace dan shoot point dengan akurat sesuai dengan desain rencana yang diberikan oleh klien. Survey topografi dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan drilling dan recording. Output dari topografi di lapangan adalah berupa patok-patok titik trace dan shoot point, output lainnya adalah berupa peta, sketch line, dan elevasi. Survey topografi dalam seismik merupakan suatu proses untuk menentukan koordinat di lapangan (X,Y,Z) berdasarkan koordinat yang ada di peta (koordinat teoritik), dalam hal ini koordinat teoritik yang ada hanyalah koordinat planimetris, sedangkan elevasinya ditentukan berdasarkan pengukuran di lapangan. Kordinat teoritik sendiri dibuat berdasarkan parameter-parameter yang diberikan oleh client. Biasanya client hanya akan memberikan koordinat awal dan akhir line, interval trace, dan interval shot point.

Pengukuran topografi Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode stake out, dengan menggunakan electronic total station (ETS). Metode ini menempatkan posisi titik-titik di lapangan berdasarkan data koordinat teoritis. Pengukuran terikat pada titik-titik kontrol, hal ini bertujuan untuk menjaga agar titik-titik tersebut tidak melenceng terlalu jauh dengan koordinat teoritisnya, Pada pengukuran lintasan baru, penentuan titik dilakukan dengan menjadikan titik BM terdekat sebagai titik ikat. Pengukuran arah dan jarak patok didapat dari pembacaan pada ETS yang merupakan posisi dari stick prisma. Stick prisma ditempatkan pada posisi sesuai dengan koordinat teoritik. Selama pengukuran kita menggunakan tiga buah stick prisma, satu buah untuk back shoot, satu untuk fore shoot, dan satu untuk point shoot. Back shoot dan fore shoot dalam posisi diam sedangkan point shoot bergeser sesuai dengan titik-titik yang ingin diukur. Setelah itu posisi fore shoot dijadikan sebagai posisi ETS, atau biasa disebut dengan sentring paksa. Sedangkan posisi ETS sebelumnya dijadikan posisi back shoot. Data yang diambil adalah berupa jarak miring, karena dari jarak miring kita bisa memperoleh ketinggian. Dilakukan pengukuran azimut matahari minimal sebanyak satu kali pada awal atau akhir pengukuran. Tujuan pengamatan azimut

adalah untuk mengontrol koreksi pengukuran pada hari itu. Stake out koordinat merupakan kegiatan utama di lapangan pada survei topografi. Pada pekerjaan ini digunakan alat Sokkia SET303R, di mana alat ini digunakan untuk menentukan titik-titik trace dan shoot point di lapangan yang datanya bersumber dari koordinat teoritik. Selain itu ditentukan juga elevasi dari MSL untuk titik-titik trace dan shoot point. Biasanya untuk membedakan antara trace dan shoot point digunakan patok yang berbeda. Untuk trace patok yang digunakan adalah berwarna biru sedangkan untuk sp patoknya berwarna merah.

Selanjutnya untuk start dan ending koordinat line sudah ditentukan oleh client, kemudian selanjutnya dapat ditentukan jumlah source dari koordinat yang diberikan oleh client. Biasanya untuk source pada 2D hanya ada pada SP ganjil. Akan tetapi apabila medan yang akan dilewati tidak memungkinkan diproduksi SP ganjil (seperti perkampungan, sungai, dan sebaginya) maka dibuat SP genap untuk kompensasi SP yang hilang, sehingga jarak antara SP normal dengan SP kompensasi menjadi 30 m. Secara geometrik perbedaan antara seismik 3D dan 2D terletak pada penempatan source dan trace.

Untuk 2D source dan trace terletak pada satu line, sedangkan pada 3D source dan trace terletak pada line yang berbeda, di mana terdapat Source Line (SL) dan Receiver Line (RL).Untuk optimalisasi pengukuran maka awal pengukuran (start line) tidak dilakukan di awal atau akhir line. Hal ini disebabkan belum tersedianya akses menuju awal atau akhir line. Untuk mengatasi hal tersebut maka ada beberapa cara yang dilakukan:

1. Pengukuran traverse. Pengukuran ini pada dasarnya adalah membuat suatu poligon terikat sempurna dari titik-titik GPS yang sudah diamati, di mana titik tersebut dijadikan kontrol. Penempatan titik-titik traverse ditempatkan sepresisi mungkin dengan perpotongan line, untuk memudahkan start line.

2. Translock koordinat. Pada prinsipnya proses ini sama dengan pengikatan ke muka pada poligon, di mana ditentukan 2 buah titik GPS yang sudah fix untuk dijadikan titik ikat dalam menentukan titik translock.Sebelum melakukan pengukuran topografi, terlebih dahulu dilakukan koordinasi dengan departemen maupun sub pekerjaan yang lain, terutama yang waktu pekerjaannya berdekatan dengan pengukuran topografi, seperti rintis, bridging dan drilling. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi kejar-kejaran waktu pekerjaan apalagi sampai terjadi overlap waktu pekerjaan. Setelah didiskusikan maka dibuat program dari pengukuran topografi, yang selanjutnya akan diikuti oleh rintis, bridging, drilling, dan recording. Departemen Topo juga melakukan pendampingan terhadap departemen yang lain seperti penjelasan akses lokasi, eksistensi patok-patok trace dan Sp, sampai terjadinya offset dan kompensasi.

Secara teknis sebelum melakukan pengukuran stake out, maka terlebih dahulu dilakukan pengukuran sunshot untuk medefinisikan azimuth awal dari titik start line. Selanjutnya dilakukan pengukuran stake out, di mana koordinat teoritik yang sudah ada dan dimasukkan pada memory alat dan dipanggil untuk menentukan koordinat trace dan shoot point di lapangan.

Titik-titik trace dan shoot point ditentukan dari titik-titik ikat poligon yang sudah fix atau dengan kata lain titik-titik poligon ini adalah titik-titik kerangka dasar utama. Pada sesi akhir pengukuran dilakukan kembali sun shot sebagai kontrol azimuth akhir. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya distorsi dari line yang diukur.

Selanjutnya pada waktu pengukuran ketika terjadi perpotongan antar line (crossing) maka pengukuran diikatkan pada titik fix line tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh koordinat titik-titik ikat tersebut melalui proses perataan. Sedangkan pada proses stake out koordinat seismik 3D pengukuran dilakukan dari start line yang kemudian diikatkan dalam 1 blok, untuk mendapatkan koordinat titik-titik blok dari tiap loop. Blok-blok ini biasanya dipisahkan atas beberapa swath sesuai dengan banyaknya SL dan RL. Biasanya lebar blok ini disesuaikan dengan ketelitian jarak. Jadi, setiap ketelitian tutupan blok berbanding terbalik dengan jaraknya, di mana apabila jarak blok panjang maka koreksinya kecil, sedangkan apabila jarak blok pendek, maka koreksinya besar. Sebisa mungkin blok ini menutup pada tiap-tiap ujung SL dan RL supaya koordinat titik-titik blok yang dihasilkan lebih bagus. Pada waktu pengukuran dilakukan juga penanaman BM seismik. BM ini dibuat untuk merekonstruksi titik-titik line yang dibutuhkan ataupun ketika ada program pengembangan survei. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan BM seismik ini adalah:

- Distribusi BM merata (mengcover) keseluruhan line. - Akses jalan menuju BM.

- Melakukan pensosialisasian kepada masyarakat sekitar bahwasannya BM tersebut sangat penting dan tidak boleh diganggu, bahkan kalau perlu diberikan sanksi apabila ada yang mengganggu.

Hal lain yang tak kalah penting pula adalah dalam hal pemasangan. BM seismik dipasang berpasangan, baik itu dengan BM GPS maupun dengan sesama BM seismik sendiri. Hal ini dilakukan untuk pendefinisian datum apabila akan dilakukan rekonstruksi.

2 . Geo-electric (Geolistrik)

Geolistrik adalah metode geofisika aktif yang menggunakan arus listrik untuk menyelidiki material di bawah permukaan bumi. Metode ini dikenal dengan geolistrik, atau geoelectric. Istilah electrical resistivity, DC resistivity, dan VES (vertical Electric Sounding) juga mengacu kepada metode geofisika aktif ini. Revolusi dan evolusi dalam teknologi instrumentasi dan teknik prosesing komputer telah

menyumbangkan andil yang sangat besar dalam perkembangan dari survey geolistrik ini. Perkembangan terakhir dari "multi-channel electrical resistivity system" and "computerprocessing modeling" telah menigkatkan fleksibilitas, kecepatan, dan efesiensi pekerjaan di lapangan pada survey geolistrik konvensional. Selain itu, perkembangan terakhir metode ini juga dapat memfasilitasi aplikasi geofisika ini untuk menyelidiki lingkungan di bawah permukaan bumi yang lebih kompleks. Sehingga dapat dikatakan bahwa survey geolistrik dapat membantu dalam memotong waktu dan biaya yang diperlukan dalam eksplorasi mineral.

3. Deep Boring (Bor)

Pemboran tanah/boring adalah pekerjaan yang paling umum dan akurat untuk mengetahui lapisan stratigrafi dan litologi batuan di bawah permukaan dalam kegiatan eksplorasi sumber daya alam dan keperluan investigasi geoteknik. Yang dimaksud dengan pemboran tanah adalah membuat lubang kedalam tanah dengan menggunakan alat bor manual maupun alat bor mesin .

4. CPT Penetrasi kerucut test (CPT) adalah gouda cpt metode pengujian digunakan untuk menentukan rekayasa geoteknik sifat-sifat tanah dan tanah menggambarkan stratigrafi . Pada awalnya dikembangkan pada tahun 1950 di Laboratorium Mekanika Tanah Belanda di Delft untuk menyelidiki tanah lunak. Berdasarkan sejarah ini juga telah disebut "kerucut uji Belanda". Saat ini, CPT adalah salah satu yang paling digunakan dan diterima dalam metode tanah untuk penyelidikan tanah di seluruh dunia. Metode uji terdiri dari mendorong es diinstrumentasi, dengan ujung menghadap ke bawah, ke dalam tanah pada tingkat yang terkendali (dikontrol antara 1.5-2.5cm / s yang diterima). Resolusi CPT dalam melukiskan lapisan stratigrafi berhubungan dengan ukuran ujung kerucut, dengan tips kerucut khas memiliki luas penampang 10 atau 15 cm , sesuai dengan diameter 3,6 dan 4,4 cm.

Standar dan penggunaan CPT untuk aplikasi geoteknik adalah standar pada tahun 1986 oleh ASTM Standard D 3441 (ASTM, 2004). ISSMGE memberikan standar internasional tentang CPT dan CPTU. Kemudian Standar ASTM telah membahas penggunaan CPT untuk berbagai lingkungan karakterisasi lapangan, serta air tanah kegiatan pemantauan. Khusus untuk penyelidikan geoteknik tanah, CPT adalah mendapatkan popularitas dibandingkan dengan pengujian penetrasi standar sebagai metode investigasi geoteknik tanah dengan meningkatkan akurasi, kecepatan penyebaran, profil tanah yang lebih berkelanjutan dan mengurangi biaya atas metode uji tanah lainnya. Kemampuan untuk memajukan tambahan dalam alat pengujian situ menggunakan CPT langsung mendorong rig pengeboran , termasuk alat seismik dijelaskan di atas, mempercepat proses ini.

4. Ground water monitoring Selama ini alat pengukuran dan sistem monitoring eksploitasi air tanah (Groundwater Monitoring System) masih menggunakan sistem manual. Tingkat akurasi masih kurang tepat dan proses analisis datanya masih lambat serta cakupan daerah monitoringnya relatif masih sempit, sehingga upaya pengelolaan sumber daya air tanah masih kurang optimal. Dengan demikian perlu adanya upaya untuk meningkatkan alat pengukuran dan sistem monitoring terhadap kegiatan eksploitasi air tanah. Salah satu upayanya adalah dengan membuat alat pengukuran dan monitoring eksploitasi air tanah dengan teknologi telemetri GSM modul (Global System For Mobile) yaitu memanfaatkan fasilitas satelit, sehingga cakupan daerah monitoringnya dapat lebih luas. Dengan menggunakan teknologi telemetri GSM ini, maka besar debit aliran air tanah yang telah diambil (liter/dtk atau m3/dtk) dan kondisi fluktuasi muka air tanah (water level fluctuation) secara cepat dan akurat dapat diketahui.

5 . InclinometerDigital inclinometer adalah salah satu bentuk dari alat ukur yang mampu mengukur suatu kemiringan bidang. Digital inclinometer ini dapat digunakan untuk keperluan sipil seperti mengukur kemiringan jalan, keperluan arsitektur untuk mengukur kemiringan suatu bangunan dan lain-lain. Digital Inclinometer ini mampu mengukur sudut suatu bidang pada dua sumbu, antara lain sumbu x dan sumbu y secara bersamaan. Digital inclinometer ini mampu mengukur sudut dari range -50? sampai 50? tiap sumbunya. Proses penggunaan digital inclinometer untuk mengukur kemiringan suatu bidang ini sangat mudah. Digital inclinometer diletakkan pada suatu bidang yang hendak diukur, nilai sudut kemiringan dapat dilihat melalui LCD. Sebagai otak dalam sistem ini digunakan microcontroller ATMega8. Sedangkan sensor yang digunakan untuk mengukur sudut berjenis MX2125. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh pengukuran dengan mode kedua lebih baik daripada pengukuran dengan mode pertama. Dengan tingkat persentasi error untuk pengukuran pada sumbu X sebesar 5.84% dan error untuk

pengukuran sumbu Y sebesar 9.80% terhadap papan licin. Dan pengukuran pada sumbu X sebesar 0.85% dan error untuk pengukuran sumbu Y sebesar 3.00% terhadap busur mekanik.