15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik. Kegunaan budidaya organik pada dasarnya adalah untuk membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi atau yang seringkali disebut sebagai pertanian konvensional. Meskipun sistem pertanian organik dengan segala aspeknya jelas memberikan keuntungan banyak kepada pembangunan pertanian rakyat dan penjagaan lingkungan hidup, termasuk konservasi sumber daya lahan, namun penerapannya tidak mudah dan akan menghadapi banyak kendala. Faktor-faktor kebijakan umum dan sosio-politik sangat menentukan arah pengembangan sistem pertanian sebagai unsur pengembangan ekonomi (Sutanto, 2002). Sistem pertanian organik mengajak manusia kembali ke alam, sambil tetap meningkatkan produktivitas hasil tani melalui perbaikan kualitas tanah dengan tidak memakai atau

TUGAS 1 SPBO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

spbo

Citation preview

Page 1: TUGAS 1 SPBO

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh

pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih

bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat

dengan slogan Back to Nature telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama

yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan

hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat

diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik.

Kegunaan budidaya organik pada dasarnya adalah untuk membatasi

kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi atau yang

seringkali disebut sebagai pertanian konvensional. Meskipun sistem pertanian organik

dengan segala aspeknya jelas memberikan keuntungan banyak kepada pembangunan

pertanian rakyat dan penjagaan lingkungan hidup, termasuk konservasi sumber daya

lahan, namun penerapannya tidak mudah dan akan menghadapi banyak kendala.

Faktor-faktor kebijakan umum dan sosio-politik sangat menentukan arah

pengembangan sistem pertanian sebagai unsur pengembangan ekonomi (Sutanto,

2002). Sistem pertanian organik mengajak manusia kembali ke alam, sambil tetap

meningkatkan produktivitas hasil tani melalui perbaikan kualitas tanah dengan tidak

memakai atau mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia. Pertanian organik

menghargai kedaulatan dan otonomi petani berdasarkan nilai-nilai lokal.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian pertanian organik?

b. Bagaimana sejarah pertanian organik?

c. Bagaimana peraturan dan sertifikasi pertanian organik?

d. Bagaimana pemasaran produk pertanian organik?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian pertanian organik

b. Untuk mengetahui sejarah pertanian organik

c. Untuk mengetahui peraturan dan sertifikasi pertanian organik

d. Untuk mengetahui pemasaran produk pertanian organik

Page 2: TUGAS 1 SPBO

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertanian Organik

Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang bertujuan untuk tetap

menjaga keselarasan (harmoni) dengan sistem alami, dengan memanfaatkan dan

mengembangkan semaksimal mungkin proses-proses alami dalam pengelolaan usaha

tani (Kasumbogo Untung, 1997). Pertanian organik menghindari penggunaan pupuk

dan pestisida sintetik, ZPT dan perangsang lainnya yang mengandung bahan-bahan

kimia buatan (Saragih. 2008). Dengan kata lain pertanian organik suatu sistem

pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia buatan; mewujudkan sikap dan

perilaku hidup yang menghargai alam; dan berkeyakinan bahwa kehidupan adalah

anugerah Tuhan yang harus dilestarikan (Joko Prayogo dkk., 1999).

Rosenow, et all (1996) menyatakan pertanian organik dalam versi lain, yaitu

merupakan sistem pertanian yang mempromosikan aspek 8 lingkungan, sosial,

ekonomi, dengan memproduksi pangan dan serat. Sistem ini memperhatikan

kesuburan tanah sebagai dasar kapasitas produksi dan sifat alami tanaman, hewan,

biofisik, landscap, sehingga mampu mengoptimalkan kualitas semua faktor-faktor

yang saling terintegrasi atau tergantung tersebut. Pertanian organik menekankan

praktek rotasi tanaman, daur ulang limbah-limbah organik secara alami tanpa input

kimia. Tingkat persediaan optimal bahan-bahan organik tersebut dibutuhkan untuk

mencapai siklus nutrisi unsur hara dalam tanah. Oleh karena itu, pertanian organik bisa

dikatakan sebagai dasar produksi hasil pertanian, dasar untuk peternakan hewan, dasar

untuk keseimbangan ekologi secara alami.

Filosofi pertanian organik adalah siklus kehidupan menurut hukum alam,

kembali ke alam, selaras dengan alam, melayani alam secara ikhlas, utuh, holistik,

sehingga alam pun akan memberikan hasil produksi pertanian yang maksimal kepada

manusia. Jadi, hubungan ini bersifat timbal balik. Terdapat perbedaan yang mencolok

antara pertanian organik dan konvensional, baik secara anatomi maupun ekonomi.

2.2 Sejarah Pertanian Organik

Pertanian tradisional dalam berbagai bentuk, yang telah dilakukan sejak ribuan

tahun di seluruh dunia, merupakan pertanian organik yang tidak menggunakan bahan

kimia sintetik. Pertanian dengan memanfaatkan ekologi hutan (kebun hutan, forest

Page 3: TUGAS 1 SPBO

gardening) merupakan salah satu sistem produksi pangan pada masa prasejarah yang

dipercayai merupakan pemanfaatanekosistem pertanian yang pertama.

Pupuk sintetis telah dibuat pada abad ke 18, berupa superfosfat. Lalu pupuk

berbahan dasar amonia mulai diproduksi secara masal ketika proses

Haberdikembangkan semasa Perang Dunia I. Pupuk ini murah, bernutrisi, dan mudah

ditransportasikan dalam bentuk curah. Perkembangan juga terjadi pada pestisidakimia

pada tahun 1940an, yang memicu penggunaan bahan kimia pertaniansecara besar-

besaran di seluruh dunia. Namun sistem pertanian baru yang mulai berkembang ini

membawa dampak serius secara jangka panjang pada pemadatan tanah, erosi,

penurunan kesuburan tanah secara keseluruhan, juga dampak kesehatan pada manusia

akibat bahan kimia beracun yang masuk ke bahan pangan.

Para pakar biologi tanah mulai mengembangkan teori mengenai bagaimana

ilmu biologi dapat digunakan pada pertanian untuk menanggulangi dampak negatif

bahan kimia pertanian tanpa mengurangi hasil produksi pertanian. Biodinamika

biologi berkembang pada tahun 1920an dan menjadi versi awal dari pertanian organik

yang dikenal sekarang. Sistem ini berdasarkan filosofi antroposofi dari Rudolf Steiner.

Pada tahun 1930an dan awal 1940an, pakar botani terkemuka Sir Albert

Howard dan istrinya Gabriel Howard mengembangkan pertanian organik. Howard

terinspirasi dari pengalaman mereka mengenai metode pertanian tradisional di India,

pengetahuan mereka mengenai biodinamika, dan latar belakang pendidikan

mereka. Sir Albert Howard dapat dikatakan sebagai "bapak pertanian organik" karena

ia yang pertama kali menerapkan prinsip ilmiah pada berbagai metode pertanian

tradisional dan alami.

Meningkatnya kesadaran lingkungan secara umum pada populasi manusia pada

masa modern telah mengubah gerakan organik yang awalnya dikendalikan oleh suplai,

kini dikendalikan oleh permintaan pasar. Harga yang tinggi dan subsidi dari

pemerintah menarik perhatian petani. Di negara berkembang, berbagai produsen

pertanian yang bekerja dengan prinsip tradisional dapat dikatakan setara dengan

pertanian organik namun tidak bersertifikat dan tidak mengikuti perkembangan ilmiah

dalam pertanian organik. Sehingga beberapa petani tradisional dapat berpindah

menjadi petani organik dengan mudah, yang terdorong oleh alasan ekonomi.

2.3 Peraturan dan Sertifikasi Pertanian Organik

2.3.1 Peraturan Pertanian Organik

Page 4: TUGAS 1 SPBO

Sistem produksi organik didasarkan pada standar produksi yang spesifik dan tepat

yang bertujuan pada pencapaian agroekosistem yang optimal yang berkelanjutan baik

secara sosial, ekologi maupun ekonomi. Penggunaan perisitilahan seperti “biologis” dan

“ekologis” juga dilakukan untuk mendiskripsikan sistem organik agar lebih jelas.

Secara lengkap peraturan tentang pertanian organik telah tertulis dan tercantum dalam

PERMENTAN No. 64 tahun 2013. Selain itu, terdapat peraturan yang mengatur tentang

tatacara dan aturan penggunaan bahan yang dilarang, diperbolehkan dan yang

diperbolehkan secara terbatas dicantumkan di dalam SNI 6729:2013.

Tebel 1. Bahan yang dibolehkan, dibatasi dan dilarang menurut SNI 7629:2013 (BSN,

2013)

2.3.2 Sertifikasi Pertanian Organik

Tujuan dari sertifikasi pertanian organik adalah untuk memfasilitasi produsen produk

pertanian organik di Indonsia yang akhir-akhir ini semakin marak agar mempunyai acuan

di dalam pelabelan produknya. Mendapatkan sertifikat SNI tidak mudah karena harus

dilakukan terlebih dahulu serangkaian kegiatan sertifikasi organik oleh lembaga sertifikasi

organik.

Page 5: TUGAS 1 SPBO

Menurut Djazuli (2014), dalam proses sertifikasi, ada lima tahapan kegiatan yang perlu

dilaksanakan antara lain:

1. Pengajuan permohonan sertifikasi produk organik oleh pelaku usaha bisa melalui

pendaftaran secara on line ataupun langsung datang ke LSO sekaligus menyertakan

lingkup sertifikasi yang diinginkan oleh Pelaku Usaha.

2. Selanjutnya LSO akan memberikan formulir pendaftaran yang harus diisi dan

dikirimkan kembali oleh Pelaku Usaha ke LSO untuk dilakukan audit kecukupan

oleh LSO.

3. Apa bila hasil audit menyatakan cukup dan layak, maka LSO akan memberikan

penawaran biaya sertifikasi sekaligus memberikan jadwal dan nama petugas

inspektor yang akan melakukan inspeksi.

4. Pelaksanaan inspeksi dilakukan sesuai dengan SNI 6729:2013 yang terdapat pada

Lampiran C yang intinya ada dua kegiatan utama antara lain pelaksanaan audit

dokumen dan inspeksi lapang. Tugas utama dari Inspektor adalah memotret dan

merekam semua proses sistem organik yang dilakukan oleh Pelaku Usaha. Apabila

ada hal-hal yang kurang sesuai dengan SNI 6729:2013 maka akan dicatat dalam

lembaran ketidak sesuaian (LKS) dan diberikan ke Pelaku Usaha untuk diperbaiki.

5. Hasil inspeksi di lapang dan tindakan perbaikan oleh Pelaku Usaha akan

dipresentasikan oleh Inspektor di Sidang Komisi Sertifikasi untuk mendapatkan

keputusan lulus atau tidaknya proses sertifikasi dari Pelaku Usaha. Apabila Komisi

Sertifikasi meluluskan, maka LSO akan menerbitkan sertifikat kelulusan yang

berlaku tiga tahun dan sertifikat tersebut akan diserahkan oleh Pimpinan LSO

kepada pelaku usaha sekaligus pemberian hak penggunaan logo Organik Indonesia.

Sertifikat Organik berlaku selama tiga tahun dan minimal sekali setahun dilakukan

surveilen.

2.4 Pemasaran Produk Pertanian Organik

Usaha pertanian yang baik, sebelum menentukan budidaya yang akan

dikembangkan, harus melihat dulu tren kebutuhan pasar dan dibuat perencanaan yang

matang. Saat ini konsep pemasaran sudah modern. Produsen harus memahami kebutuhan

pasar sehingga dapat menentukan dan menyesuaikan target pemasaran produknya.

Dalam pemasaran produk pertanian organik terdapat beberapa strategi yang harus

diterapkan. Strategi – strategi tersebut adalah sebagai berikut :

Page 6: TUGAS 1 SPBO

1. Melakukan pencerdasan terhadap konsumen

- Memperkenalkan pertanian organik pada konsumen dapat melalui publikasi

atau mengadakan event tentang pertanian organic

- Memberitahukan kaitan pertanian organik dengan kesehatan

2. Benahi dan kembangkan di sisi supply :

- Membangun dan memelihara kepercayaan konsumen

- Melakukan pengontrolan sistem internal

- Melakukan sertifikasi organic

- Menggalang kerja sama yang kuat antara supplier dan supermarket atau gerai

organic lainnya.

3. Gunakan jalur kekuasaan/institusi

- Menerapkan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang sifatnya mendukung

atau pro terhadap perkembangan produk pertanian organik.

4. Door to door marketing

Memasarkan produk pertanian organik langsung ke konsumen.

2.4.1. Contoh Pemasaran Produk Pertanian Organik

Salah satu produk pertanian organik yang memiliki keunggulan komparatif dan

keunggulan kompetitif adalah padi organik. Secara komparatif, padi organik merupakan

padi yang unik karena dihasilkan dari budidaya tanpa menggunakan atau sedikit bahan

kimia, jika dibandingkan dengan beras yang ada dipasaran, maka padi organik lebih sehat.

Sedangkan untuk keunggulan kompetitifnya tergantung dari pengelola produksinya apakah

produk tersebut murni atau setengah organik, atau dibedakan dari rasa beras yang lebih

enak, atau dari segi layanan yang akan diberikan (consumer satisfaction).

Segmentasi

Segmentasi merupakan proses yang berisi identifikasi segmen, penentuan dan

pemilihan segmen, dan menciptakan target pasar dari target segmen tersebut, hasil dari

penentuan segmentasi harus merupakan segmen yang nyata dan memang membutuhkan

produk yang akan kita jual.

Segmentasi pasar yang diambil untuk produk beras organik ini antara lain:

Berdasarkan personal karakteristik, maka beras organik akan dipasarkan kepada

orang atau komunitas yang memiliki kesadaran terhadap kesehatan, atau kalangan

yang memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan, biasanya orang-orang

Page 7: TUGAS 1 SPBO

tersebut merupakan orang-orang yang secara ekonomi memiliki daya beli yang

lebih (menengah-atas).

Berdasarkan geodemographic, segmen untuk beras organik akan dipasarkan untuk

semua umur, atau dengan kata lain merupakan segmen keluarga menengah ke atas

atau bisa dikatakan segmen keluarga mapan yang memiliki daya beli tinggi dan

sadar akan kesehatan.

Targeting

Setelah ditentukan segmentasinya maka langkah kedua adalah menentukan

targeting, targeting merupakan upaya perusahaan dalam memasarkan produknya dan

membedakannya dari produk lainnya. Produsen dalam usaha beras organik relatif masih

sedikit dan pasif (umumnya konsumen mencari) bukan produsen mencari, kebutuhan pasar

modern seperti Hero, Giant, atau supermarket lain juga sangat tinggi, hal yang harus

diperhatikan adalah stabilitas kualitas produk dan stabilitas kontiunitas produk dalam

memenuhi kebutuhan pasar.

Positioning

Menurut Brooksbank (1994), dalam strategi penempatan ini harus termasuk 3

komponen target didalamnya, yaitu mempelajari seluk beluk produk, target pemasaran

produk lainnya, dan keunggulan produk lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, pemain untuk beras organik masih relatif sedikit,

sedangkan kebutuhan pasar akan beras organik cukup tinggi, sehingga pasar masih terbuka

lebar, dan persaingan masih relatif sedikit. Kendati demikian keunggulan kompetitif tetap

diperlukan. Produk beras organik yang dipasarkan merupakan beras yang murni organik.

Selain itu juga sebagai perusahaan atau produsen berusaha lebih dekat dengan konsumen

dengan melakukan interaksi pasar misal sosialisasi produk organik di komunitas pecinta

pangan organik dan sosialisasi kesehatan dan lain sebagainya.

Taktik Pasar

Page 8: TUGAS 1 SPBO

Taktik pasar dalam pemasaran produk beras organik antara lain, untuk memuaskna

konsumen maka produk haruslah terus diperbaiki kualitas produknya, terutama penampilan

dan kualitas kemasan. Perlu diperhatikan juga tingkat kemurnian organik dari produk

tersebut, apakah produk tersebut sudah betul-betul organik atau masih kurang. Untuk

kepuasan konsumen juga sebaiknya perusahaan/produsen melakukan pendekatan persuasif

kepada konsumennya misal dengan membentuk komunitas pecinta organik atau

bekerjasama dengan komunitas yang ada untuk terus melakukan sosialisasi sadar akan

produk organik dan mencintai produk dalam negeri.

Selain itu untuk keberlajutan, produk juga harus dijaga. Oleh karena itu perlu

adanya pengelolaan produksi yang baik. Bahkan jika diperlukan, lakuakan kerjasama

dengan petani yang memiliki lahan untuk membudidayakan beras organik, agar pasokan

dapat terus terjaga. Untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada konsumen, selain

dijual digerai supermarket, perusahaan juga sebaiknya membuka gerai, atau café resto

produk organik, atau juga menyiapkan penjualan on line.

Jaga Loyalitas Konsumen

Banyaknya petani yang bergabung adalah potensi besar, tetapi juga melahirkan

tantangan: belum meratanya standar kualitas produk dan sulitnya kontrol. Alhasil, kadang

ada keluhan konsumen tentang kualitas produk. produsen berusaha mengatasi dengan

menyelenggarakan pelatihan pertanian organik dan penanganan pascapanen bagi petani.

Produsen juga terus berupaya memperkuat komunitas produsen dan konsumen serta

menjembatani kebutuhan produsen dan konsumen.

BAB III

PENUTUP

Page 9: TUGAS 1 SPBO

3.1 Simpulan

Kegunaan budidaya organik pada dasarnya adalah untuk membatasi

kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi atau yang

seringkali disebut sebagai pertanian konvensional. Filosofi pertanian organik adalah

siklus kehidupan menurut hukum alam, kembali ke alam, selaras dengan alam,

melayani alam secara ikhlas, utuh, holistik, sehingga alam pun akan memberikan hasil

produksi pertanian yang maksimal kepada manusia. Jadi, hubungan ini bersifat timbal

balik. Terdapat perbedaan yang mencolok antara pertanian organik dan konvensional,

baik secara anatomi maupun ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: TUGAS 1 SPBO

Joko Prayogo, Toni Suyono, Michael Berney. 1999.  Apa itu pertanian Organik? Pusat

Pengembangan Penataran Guru Pertanian (VEDCA) Cianjur. Indah Offset

Malang.

Kasumbogo Untung. 1997. Pertanian Organik Sebagai Alternatif Teknologi dalam

Pembangunan Pertanian. Diskusi Panel Tentang Pertanian Organik. DPD

HKTI Jawa Barat, Lembang 1996.

Rosenow, Soltysiak, dan Verschuur. 1996. Organic Farming, Sustainable Agriculture Put

Into Practice. Jerman: IFOAM.

Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif dan

Berkelanjutan. Jakarta: Kanisius. ISBN 979-21-0187-X, 9789792101874.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian_organik

Djazuli, Muhamad. 2014. Manfaat dan Proses Sertiifikasi Pertanian Organik. Lembaga

Sertifikasi Organik INOFICE. Bogor

BSN. 2013. SNI 6729:2013 Sistem pertanian organik. Badan Standardisasi Nasional.

Jakarta. 43 hlm.