37
LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan. Di era globalisasi dan pembangunan reformasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial. Sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan. Sering kali kita mendengar orang-orang Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau menggunakan kata serapan yang salah. Bahkan dalam penulisanpun masih terjadi kesalahan penggunaan, sehingga mengakibatkan kesalahan makna. Pemerintah Indonesia telah membuat aturan-aturan resmi tentang tata bahasa, baik itu kata serapan maupun penggunaan tanda baca. Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Tapi kesalahan penggunaan bahasa masih sering terjadi. Ketidakpahaman terhadap tata bahasa Indonesialah yang mengakibatkan orang-orang sering melanggar aturan resmi yang telah dibuat pemerintah tentang tata bahasa Indonesia. Ironisnya aturan ini terlalu sering diacuhkan oleh masyarakat Indonesia. Padahal hal ini justru akan berdampak negatif bagi masyarakat Indonesia terlebih lagi oleh anak cucu yang akan menjadi penerus negeri ini.

Tugas b. Indo_2

  • Upload
    sellyae

  • View
    57

  • Download
    14

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas b. Indo_2

LATAR BELAKANG

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan. Di era globalisasi dan pembangunan reformasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial. Sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan.

Sering kali kita mendengar orang-orang Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau menggunakan kata serapan yang salah. Bahkan dalam penulisanpun masih terjadi kesalahan penggunaan, sehingga mengakibatkan kesalahan makna. Pemerintah Indonesia telah membuat aturan-aturan resmi tentang tata bahasa, baik itu kata serapan maupun penggunaan tanda baca.

Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Tapi kesalahan penggunaan bahasa masih sering terjadi. Ketidakpahaman terhadap tata bahasa Indonesialah yang mengakibatkan orang-orang sering melanggar aturan resmi yang telah dibuat pemerintah tentang tata bahasa Indonesia. Ironisnya aturan ini terlalu sering diacuhkan oleh masyarakat Indonesia. Padahal hal ini justru akan berdampak negatif bagi masyarakat Indonesia terlebih lagi oleh anak cucu yang akan menjadi penerus negeri ini.

Page 2: Tugas b. Indo_2

A. TAHAPAN DALAM PROSES PEMBAKUAN BAHASA INDONESIA

Pada tahun 1966, Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan memperkenalkan pembaruan ejaan dengan tujuan memodernisasi sistem ejaan yang telah ada dan menyatukan ejaan Indonesia dengan ejaan Malaysia. Sistem ejaan yang baru itu akhirnya diumumkan secara resmi oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1972. Masa 6 tahun 1966-1972 membuktikan bahwa, berbagai masalah yang dihadapi dalam bentuk suatu ejaan baru bagi sebuah bahasa yang memiliki sistem tradisional sangat berbeda dengan masalah dalam mambentuk ejaan bagi sebuah bahasa yang sama sekali bukan bahasa tulis. Di samping itu, terbukti juga bahwa penciptaan ejaan baru yang didasarkan atas kaidah-kaidah linguistik memang relatif lebih mudah daripada upaya menerapkannya ke dalam praktek pelaksanaan sebenarnya.

Ejaan mempunyai tempat yang unik dalam pengembangan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Sebelum abad ke-20 belum dikenal ortografi yang seragam untuk menuliskan bahasa Melayu. Penulisan bahasa Melayu dalam huruf Romawi oleh seorang penulis berbeda dari penulisan oleh penulis yang lain. Biasanya tulisan tulisan itu bersifat fonetis karena tulisan-tulisan itu dibentuk oleh atau untuk kepantingan orang asing (bukan Indonesia). Ejaan baku pertama bahasa Melayu, yang boleh dikatakan mengakhiri ketakseragaman pengejaan itu, dilembagakan oleh Ch. A. Van Ophuijsen dan diterbitkan dalam karyanya Kitab Logat Melajoe pada 1901, itu menjadi ejaan resmi bahasa Melayu di daerah jajahan Belanda.

Dalam Kongres Bahasa Indonesia I yang diselenggarakan di Surakarta pada tahun 1938, yaitu 10 tahun setelah para pemuda mengucapkan sumpah bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa nasional bagi bangsa Indonesia nanti. Telah diambil sebuah resolusi yang menerima untuk sementara Ejaan Van Ophuijsen, sambil menganjurkan bahwa pengubahan berdasarkan penyederhanaan dan kehematan harus di pertimbangkan untuk masa depan dan bahwa “ejaan internasional” juga harus diajarkan di sekolah.

Dua tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan, yaitu pada tanggal 19 Maret 1947, Soewandi (waktu itu Menteri Pendidikan) mendekritkan ejaan baru bahasa Indonesia yang bertujuan menyederhanakan sistem Van Ophuijsen. Ejaan ini dikenal dengan Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik 1947.Dari tanggal 28 Oktober sampai dengan 2 November 1954 Kongres Bahasa Indonesia II diadakan di Medan dan hasilnya adalah resolusi untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku. Untuk menganggapi resolusi itu, Menteri pendidikan menunjuk sebuah komisi yang diketuai oleh Prijono, dan selanjutnya oleh E. Ketopo. Komisi itu mengajukan saran kepada pemerintah, dan sistem ejaannya dikenal sebagai sistem pembaharuan 1957. Sitem itu tidak pernah diberlakukan.

Sementara itu, ejaan Melayu dengan huruf Romawi di Semenanjung Malaya, karena daerah itu merupakan jajahan Inggris saat itu, telah berkembang dengan pesat mengikuti sejarahnya sendiri. Pada bulan Oktober 1904 sebuah panitia yang dibentuk oleh Pemerintah Persekutuan Tanah Melayu dandiketuai oleh R.J Wilkinson, menghasilkan ejaan yang kemudian dikenal sebagai ejaan Wilkinsin. Kemudian lahir ejaan Za’ba yang sedikit berbeda dari ejaan Wilkinson, di sekolah-sekolah Melayu. Di antara penulis Melayu tahun 50-an tercipta ejaan yang semula dikenal sebagai Ejaan Fajar Asia. Ejaan ini sebenarnya dikarang selama masa kependudukan Jepang.

Pada tahun 1956 dalam Kongres Bahasa di Singapura, suatu keinginan untuk menyatukan sistem ejaa bahasa Melayu dan bahasa Indonesia dilontarkan dan sebuah sistem baru yang diharapkan diterima bagi kedua negara itu pun diajukan. Ini meurpakan permulaan dari segala

Page 3: Tugas b. Indo_2

upaya penyatuan sistem ejaan kedua negara itu. Sebagai tindak lanjut perjanjian persahabatan antara republik Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu, diadakanlah suetu pertemuan antara Komisi untuk pelaksanaan Kerja Sama Bahasa Indonesia-Melayu, yang diketuai oleh Slametmuljana dan Komisi Ejaan Rumi Bar, yang diketuai oleh Syed Nasir Bin Ismail, pada tanggal 4 sampai dengan 7 Desember 1959 di Jakarta. Hasil pertemuan ini adalah sebuah saran bagi penyatuan ejaan bahasa di kedua negara, yang dikenal sebagai Pengumuman Bersama Ejaan Bahasa Melayu-Indonesia (Malindo). Saran itu secara luas dikenal sebagai ejaan Malindo 1959.Dalam pengumuman bersamaitu dinyatakan bahwa kedua pemerintah harus meresmikan pemakaian sistem itu paling lambat januari 1962. Sementara itu, disebabkan oleh terjadinya Konfrontasi, perjanjian itu tidak terealisasi sehingga ejaan Malindo ini seperti halnya Sistem Pembaharuan 1957 tiadak pernah dipakai.

Pada tahun 1966, pada akhir Konfrontasi, hasarat mengaktifkan upaya-upaya semula muncul ke permukaan lagi. Namun, tidak terdapat langkah untuk memakai Ejaan Melindo secara keseluruhan karena terdapat kaidah-kaidah yang tidak memuaskan (dari segi linguistik) dan ketidak efisienan (dati segi pemakaian) dalam sistem ejaan itu. Untuk memperbaikai ejaan yang bersama itu, Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia membentuk sebuah komisi pimpinan Anton M. Moeliono untuk merencanakan suatu sistem baru. Konsep itu diajukan untuk dikonsultasikan dengan Jawatankuasa Ejaan Malaysia yang dipimpin oleh syed Nasir Bin Ismail. Sebagai hasilnya, konsep terakhir disampaikan baik kepada Kerajaan Malaysia maupaun kepada Pemerintah Indonesia. Sistem ejaan bersama itu disebut Ejaan Baru Bahasa Malaysia di Malaysia dan Ejaan Baru Bahasa Indonesia di Indonesia. Berbeda dalam nama, tetapi sama dalam isinya.

Reaksi baik positif maupaun negatif, datan dari berbagai pihak terhadap ejaan baru 1966. Beberapa simposium, konferensi, dan pertemuan diadakan untuk menyelesaikan semua reaksi dari masyarakat. Sebagai akibatnya, untuk menyatukan Ejaan Baru dari segala reaksi itu, disusunlah sebuah rencana lain, yaitu Ejaan Yang Disempunakan, yang secara populer disingkat menjadi EYD. Untuk pelaksanaan dan penyebaran sistem ini, dibentuklah sebuah komisi yang diketuai oleh I.B. Mantra. Pada akhir tuga komisi ini, Ejaan Yang Disempurnakan diresmikan berlakunya melalui Peraturan Pemerintah no. 57/1972 dan diumumkan oleh Presiden Soeharto di dean Dewan Perwakilan Rakyat.

Dari pengamatan historis diatas jelas bahwa usaha bagi penyatuan sistem ejaan Melayu/Malaysia dan Indonesia adalah sekadar kelanjutan dan pelaksanaan dari upaya-upaya sebelumnya di kedua negara itu. Bahkan dari sudut konsep pun sebenarnya tidak ada hal yang baru. Fokker Sr. Seharusnya menerima julukan sebagai cendikiawan pertama yang mendukung penyatuan perumawian bahasa Melayu di daerah jajahan Belanda dan Inggris (Fokker 1897). Pada tahun 50-an Denzell Carr mengajukan proposal yang serupa (Carr 1951-1952).

B. SEJARAH PERTUMBUHAN EJAAN DI INDONESIA

Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantara lambang-lambang atau gambar-gambar bunyi. Jadi,apa yang kita kenal sekarang sebagai huruf dan abjad adalah gambar-gambar yang menyatakan suatu bunyi. Dalam ilmu bahasa bunyi tersebut disebut bahasa atau fonem.Menurut kenyataan tidak semua bunyi dapat digambarkan dengan lambang bunyi, sedangkan lambang-lambang bunyi yang telah ada pun tidak dapat mewakili seluruh isi bunyi yang diwakili. Ejaan atau yang sering

Page 4: Tugas b. Indo_2

disebut tulisan itu hanyalah semata-mata merupakan alat untuk mempermudah hubungan antara pembicara dengan yang diajak bicara.

Pernyataan gambar-gambar bunyi harus memperoleh persetujuan bersama terlebih dulu dengan masyarakat bahasanya, malahan mungkin pula negara tempat bahasa itu ikut campur tangan dengan mengeluarkan suatu keputusan untuk mengesahkan pemakaian lambang-lambang bunyi atau ejaan itu diseluruh negara.Demikian pula yang terjadi di negara Indonesia dalam memperoleh keseragaman penggunaan ejaan diseluruh negara. Ejaan yang dimaksud adalah ejaan dengan huruf Latin untuk menuliskan bahasa Indonesia.

Ejaan yang pernah ada, ejaan yang digunakan pada waktu ini, dan ejaan yang pernah direncanakan di negara Indonesia adalah sebagai berikut ini.

1. Ejaan Ophuysen (1901);2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947);3. Ejaan Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan Prijono-Katoppo (1956);4. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia) (1959);5. Ejaan Baru Bahasa Indonesia atau Ejaan Bahasa Indonesia LBK (LBK= Lembaga Bahasa

dan Kesusastraan) (1966);dan6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972).

Uraian Singkat

1. Ejaan Ophuysen

Sebelum tahun 1901 bahasa Melayu masih ditulis dengan huruf Arab Melayu. Di samping itu, karena pengaruh bahasa Belanda yang ditulis dengan huruf Latin, maka pada beberapa daerah di Indonesia bahasa Melayu ada yang sudah ditulis denagan huruf Latin. Namun pemakaian huruf Latin ini mempunyai perbedaan antara daerah yang satu dengan yang lain sehingga tidak terdapat keseragaman dan kesatuan.

Atas prakarsa pemerintah Hindia Belanda, maka pada tahun 1902 Charles Adrian van Ophuysen (1856-1971), seorang yang banyak pengetahuannya tentang bahasa Melayu, dengan tugas pemerintah berhasil menciptakan sebuah ejaan dalam huruf Latin untuk menuliskan bahasa Melayu. Hasil pemikirannya yang disahkan oleh pemerintah dimuat dalam karangannya Kitab Logat Melayu pada tahun 1901. Sejak tahun 1901 itulah baru timbul keseragaman ejaan untuk menuliskan bahasa Melayu.

2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik

Setelah beberapa tahun Ejaan Ophuysen digunakan di Indonesia, maka barulah akhirnya terlihat adanya beberapa kekurangannnya. Kekurangan itu terutama terdapat dalam fonem-fonem yang merupakan fonem asing yang tidak dikenal dalam bahasa Melayu/bahasa Indonesia,umpama fonem: ain dan hamzah.

Dalam Kongres Bahasa Indonesia I di Solo yang berlangsung pada tanggal 25 sambai 28 Juni 1938 timbul gagasan untuk menyempurnakan dan mengadakan perbahan terhadap Ejaan Ophuysen. Dalam kongres tersebut diusulkan agar ejaan baru sebagai pengganti Ejaan Ophuysen hendaklah merupakan ejaan kombinasi yang diambil dan berasal dari berbagi bahasa daerah di Indonesia. Gagasan tersebut mengalami kegagalan.

Baru pada tanggal 1 April 1947 (dengan surat keputusan Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan; dhi. Mr. Soewandi, tanggal 19 Maret 1947, no. 264/Bhg. A. Dan dengan surat keputusan perubahannyatanggal 15 April 1947, no.345/Bhg.A)

Page 5: Tugas b. Indo_2

ajaan baru dengan huruf Latin untuk bahasa Indonesia sebagai hasil pembaharuan Ejaan Ophuysen sudah harus dgunakan untuk surat-menyurat oleh semua bagian, jawatan, dan sebagainya yang masuk dalam lingkungan Kementerian Dalam diktum no.2 diputuskan pula bahwa ejaan baru sekolah pada permulaan tahun ajaran 1947/1948.

Ejaan baru ini kemudian terkanal dengan judul Ejaan Republik (Indonesia) atau Ejaan Soewandi karena jabatan Menteri PKK pada waktu itu ada di tangan Mr. Soewandi. Ejaan baru itu sesungguhnya adalah Ejaan Ophuysen juga, sedang dalam Ejaan Soewandi nyatanya hanya disederhanakan dengan perubahan kecil yang dianggap akan berguna dalam pemakaian praktis. Jadi, dasar tolak Ejaan Republik ini adalah ejaan bahasa Belanda pula sebagai dasar tolak juga dalam Ejaan Ophuysen.

3. Ejaan Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan Prijono-Katoppo

Prasaran/prae-advies Prof.Dr.Prijono, Dasar-dasar Ejaan Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin yang diucapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia (II) di Medan pada tahun 1954 diterima baik oleh kongres untuk mengadakan penyempurnaan ejaan bahasa Indonesia. Penyempurnaan ini dilakukan karena dalam Ejaan Republik terdapat beberapa unsur yang kurang dapat dipertanggungjawabkan menurut ilmu pengetahuan ejaan. Lain daripada itupun kurang pula dapat menggambarkan keadaan kodrati bahasa Indonesia sendiri.

Dalam hasil kerja panitia ini telah memperoleh beberapa kemajuan dalam pembaharuan ejaan untuk bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Teori ejaan yang dikemukakan bertegak di atas satu fonem satu tanda.Mungkin karena beberapa kesulitan, terutama dalam bidang biaya untuk merombak mesin tik yang telah ada di Indonesia, atau untuk membeli mesin tik baru, serta kesulitan-kesuliatan yang lain, maka pemakaian hasil Ejaan Pembaharuan ini tidak sempat diresmikan.

4. Ejaan Melindo

Dalam pertemuan yang diselenggarakan pada tanggal 4 Desember sampai 7 Desember 1959, maka keputusan bersama Panitia Pelaksanaan Kerja Sama bahasa Melayu-Bahasa Indonesia; jelasnya keputusan antara utusan pemerintah dengan Jawatan Kuasa Ejaan Rumi Bharu Persekutuan Tanah Melayu, masing-masing diketuai oleh Prof.Dr. Slametmuljana dan Syed Masir bin Ismail, berhasil melahirkan pengumuman bersama Ejaan Bahasa Melayu Indonesia, disingkat Melindo.

Dalam pengumuman bersama itu ditetapkan bahwa pemakaian Ejaan Melindo akan diresmikan di wilayah kedua pemerintah masing-masing selambat-lambatnya pada bulan Januari 1962. Tetapi perkembangan hubungan politik yang kurang baik antara kedua pemerintah itu yang membatalkan peresmian tersebut.

Dasar pemikiran Ejaan Melindo sejajar dengan Ejaan Pembaharuan yaitu kedua-duanya bertegak di atas satu fonem satu tanda. Namun, Ejaan Melindo senasib dengan Ejaan Pembaharuan. Beberapa huruf dalam mesin tik harus mengalami perombakan pula yang tidak sedikit makan ongkos dan biaya. Lain daripada itu ada beberapa rumpang sela yang kurang dapat dipertanggungjawabkan menurut ilmu pengetahuan, walaupun sudah ada beberapa kemajuan yang terledepankan.

5. Ejaan Baru Bahasa Indonesia atau Ejaan Bahasa Indonesia LBK

Page 6: Tugas b. Indo_2

Pada tanggal 7 Mei 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan atau LBK membentuk sebuah panitia yang akan bergerak dalam penyusunan ejaan baru bahasa Indonesia. Ejaan baru tersebut akan diusahakan untuk lebih dapat memenuhi selera semua perkembangan sosial budaya masyarakat bahasa Indonesia. Usaha serta keinginan LBK menciptakan ejaan baru atau usaha untuk memperbaiki Ejaan Soewandi yang masih sedang digunakan di Indonesia berasas pada dasar pikiran sebagai berikut ini.

a. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang ilmu bahasa, yang memberikan patokan baru bagi penyusunan ejaan yang baik yang dapat dipertanggungjawabkan;

b. Ejaan Soewandi kurang dapat mencerminkan kodrat bahasa Indonesia;c. Peranan bahasa Indonesia yang akan mempunyai kedudukan penting di dunia,

terutama di Asia Tenggara;d. Kondifikasi pemakaian huruf dan tanda baca di seluruh negara;e. Pentingnya pengajaran membaca dan menulis.

Dasar perbandingan panitia adalah Ejaan Pembaharuan 1956ndan Ejaan Melindo 1959; jadi, bertegak pula pada sistem satu fonem satu tanda. Bagi Indonesia semula diharapkan agar mempergunakan Ejaan Baru Bahasa Indonesia sudah akan mulai berlaku dan diresmikan diseluruh wilayah negara Indonesia sebagai satu-satunya ejaan resmi. Nyatanya, masyarakat belum dapat dan belum mau menerima Ejaan Baru Bahasa Indonesia sebagai pengganti Ejaan Republik. Perubahan ejaan belum dianggap begitu mendesak sehingga belum perlu digegas-gegaskan.

A. Beberapa Buah Catatan tentang Ejaan Ophuysen dan Ejaan Soewandi1. Ejaan Ophuysen

a. Kebaikannya1. Ejaan Ophuysen telah berhasil menghindarkan kesulitan penulisan bahasa Melayu

dari huruf Arab-Melayu ke dalam huruf Latin.2. Huruf Latin ikut serta memperpesat perkembangan bahasa Melayu keseluruh

pelosok Nusantara terutama pada tahun-tahun 1990-an.3. Banyak membantu pemerintah Hindia Belanda dalam menjalankan roda

pemerintahan.4. Membantu penyebaran bahasa-bahasa daerah dengan cara yang lebih luas dengan

mencetak buku-buku pelajaran dan buku-buku lain dalam bahasa-bahasa daerah tersebut dengan huruf Latin.

b. Kekurangannya1. Ejaan Ophuysen terlalu bertegak di atas konsep ejaan bahasa Belanda sehingga

kurang memperhatikan kodrat bahasa Melayu dan ilmu pengetahuan ejaan.2. Memasukkan fonem asing yang bukan merupakan fonem bahasa Melayu seperti:

ain, hamzah, z, f, ch, sj, oe, dl, ts sehingga seringkali timbul cara penulisan dan pembacaan yang salah.Contoh:

Hadir sering dibaca had-lir karena kadang-kadang ditulis hadlir(حاضر) Hasil sering dibaca hat-sil karena kadang-kadang ditulis hatsil (حاصل)

Page 7: Tugas b. Indo_2

3. Tanda trema atau umlaut dipakai untuk memisahkan suku akhir yang berakhir dengan vokal a yang disusul dengan akhiran –i (umpama: dimulaiII ) pada hal tanda baca tersebut seyogianya digunakan untuk membedakan bunyi.

2. Ejaan Soewandia. Kebaikannya

1. Lambang oe diubah dengan u yang lebih sesuai dengan ilmu ejaan umum.2. Menundukkan ucapan kata-kata asing pada kebiasaan ucapan dalam masyarakat-

bahasa bahasa Indonesia.Misalnya: export = ekspor

Fractie = fraksi3. Kata-kata asing yang akan dibentuk menjadi kata kerja Indonesia harus dibentuk

lebih dahulu menjadi kata benda. Kata-kata itu tiada lebur oleh awalan me- manakala kata-kata itu berawalan dengan fonem k- p- t- s , namun harus ditambah dengan fonem yang homorgan.

4. Kata-kat baru bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing tidak perlu disisipi dengan e-pepet kalau dalam bahasa aslinya memang tidak mempergunakan e-pepet.

b. Kekurangannya1. Tidak membedakan e-taling dengan e-pepet sehingga kadang-kadang sukar untuk

mengucapkan kata-kata yang jarang dipergunakan sehari-hari.2. Tidak membedakan k-velar/k-penuh dengan k-laringal atau k-tekak/k-hamzah

padahal ada baiknya kalau k-hamzah diganti dengan fonem q sehingga lambang q ini ada fungsinya pula dalam bahasa Indonesia yang ditulis dengan huruf Latin.

3. Tanda trema dibuang begitu saja, padahal masih dapat dipakai untuk membedakan au dan ai sebagai diftong dengan a-u dan a-i yang masing-masing merupakan fonem akhir sebuah suku kata dan fonem permulaan suku kata yang mengikuti.

4. Tanda ulang angka dua diperbolehkan ditulis dalam kata ulang. Dalam hal ini tidak diingat bahwa ada kata yang berulang yang bukan kata ulang yang seyogianya tidak boleh ditulis dengan tanda ulang angka dua.

5. Konsonan rangkap tidak dilambangkan dengan suatu fonem yang lebih dapat dipertanggungjawabkan dalam ilmu ejaan umum seperti dalam rencana Ejaan Pembaharuan dan Melindo.

B. Beberapa Buah Catatan tentang Ejaan Bahasa Iindonesia yang Disempurnakan (=EYD)1. Kebaikannya

a. Kalau dibandingkan dengan Ejaan Ophuysen dan Ejaan Soewandi, maka EYD jauh lebih memperoleh kemajuan yang dapat dipertanggungjawabkan pula dari sudut ilmu ejaan umum.

b. Aturan-aturan penulisan kata serta huruf, pemakaian huruf, dan tanda baca jauh lebih tegas pula diatur dalam pedoman ejaannya sehingga kemudian akan benar-benar tercipta ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia.

c. Pikiran yang mengarah bahwa pemerintah Republik Indonesia akan banyak mengeluarkan biaya dengan adanya EYD ini, namun nyatanya tidak demikian. Keputusan Presiden No.57/1972 diterima oleh rakyat Indonesia tanpa kegoncangan apapun, walaupumn masyarakat harus belajar dan melatih lagi

Page 8: Tugas b. Indo_2

menulis dalam beberapawaktu lamanya dengan menyesuaikan diri pada pedoman ejaan yang ditetapkan.

d. EYD sudah berhasil membedakan “di dan ke” sebagai imbuhan dan kata depan yang lebih dapat dibenarkan menurutilmu tata bahasa.

2. Kekurangannya a. Masih belum berhasil membedakan penulisan k-velar/k-penuh dengan k-hamzah.

Akan lebih baik bila k-hamzahyang tertulis dengan fonem k diganti dengan fonem q sehingga fonem q yang diakui ada dalam abjad dapat diberi fungsi yang lebih wajar.

C. CANGKUPAN PEMBAKUAN EJAANDalam Penyusunan ejaan, Ejaan Baru 1966 mengetengahkan hal-hal berikut. Masalah

ejaan mempunayi tiga aspek sebagai berikut.1. Aspek Fonologis, Yang melibatkan inventarisasi fonem Indonesia, pemilihan huruf yang

melambangkannya, dan komposisi suatu abjad.2. Aspek Morfologis, yang melibatkan perlambang unitu-unit morfemik seperti dasar,

derivasi, reduplikasi, pemajemukan, partikel, dan juga ejaan yang terbakukan untuk unsur pinjaman.

3. Aspek sintaksis, yang melibatkan penanda ujaran dan kalimat yang dilambangkan dengan tanda baca.

Kaidah yang menyatakan bahwa ejaan tidak hanya melambangkan fonem suatu bahasa dan tidak melibatkan hanya penggunaan huruf seperti yang diuraikan di atas terlihat jelas dalam semua sistem yang ditelaah. Namun, terdapat tingkat kemendalaman yang bebeda dalam upaya masing-masing dalam membicaraka semua aspek pembakuan ejaan.

Sebagai contoh, muangkin akan berguna kalau kita mendaftar butir-butir yang dibicarakan oleh Ejaan Yang Disempurnakan sebagai berikut.1. Abjad bahasa Indonesia dan penamaan huruf2. Vokal, konsonan, diftong3. Penyukuan4. Fonotaktik5. Nama diri6. Kapitalisasi7. Gaya kursif8. Morfologi:

a. Dasarb. Turunanc. Reduplikasid. Kata majemuke. Partikelf. Preposisi

9. Bilangan10. Penyerapan kata pinjaman

a. Grafem dan fonemb. Satuan gramatikal

11. Tanda baca

Page 9: Tugas b. Indo_2

Peraturan Pemerintah no. 57/1972 tidak membicarakan penyukuan, fonotaktik, dan penyeraan kata pinjaman. Ketiganya baru dibicarakan dalam versi Ejaan Yang Disempurnakan yang dirampungkan setelah diresmikannya Ejaan Yang Disempurnakan, yang substansinya telah disetujui bersama oleh kedua panitia tetap Indonesia dan Malaysia. Namun, pelaksanaan pedoman itu masih harus disetujui oleh Menteri Pendidikan kedua negara.

Sistem pembaruan 1957 menjelaskan tentang penulisan siengkatan dan akronim, tetapi tidak berhasil secara sistematis. Sebaliknya di dalam Ejaan Yang Disempurnakan 1972, singkatan dan akronim dibicarakan dalam subbab-subbab kapitalisasi dan tanda baca.

Ketentuan Umum

1. Istilah dan Tata IstilahIstilah adalah kata yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat

mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Tata istilah (terminologi) adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya.

2. Istilah Umum dan Istilah Khususa. Istilah Umum

Istilah Umum adalah istilah yang berasal dari bidang tetentu, yang karena digunakan secara luas sehingga menjadi unsur kosakata umum, misalnya : radio dan takwa.

b. Istilah KhususIstilah Khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja, misalnya : apendektomi dan kurtosis.

3. Persyaratan Istilah yang BaikPembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata

Bahasa Indonesia sebagai berikut ini :a. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep

termaksud dan tidak menyimpang dari makna tersebutb. Istilah yang diplih adalah kata atau frasa yang paling singkat diantara pilihan yang tersedia

yang mempunyai rujukan samac. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang berkonotasi baikd. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang enak didengar (eufonik)e. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya sesuai dengan kaidah Bahasa

Indonesia

Proses Pembentukan Istilah

1. Konsep Ilmu Pengetahuan dan PeristilahannyaPara ilmuwan dan pelajar akan terus menghasilkan konsep ilmiah yang

pengungkapannya dituangkan dalam perangkat peristilahan. Terdapat istilah yang sudah tetap dan terdapat pula istilah yang masih perlu diciptakan. Konsep ilmiah yang sudah dihasilkan ilmuwan dan pelajar Indonesia dengan sendirinya mempunyai istilah yang tetap. Akan tetapi, sebagian besar konsep ilmu pengetahuan modern yang dipelajari, digunakan dan dikembangkan oleh pelaku ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia datang dari luar negeri dan sudah dilambangkan dengan istilah bahasa asing. Di samping itu, terdapat kemungkinan bahwa kegiatan ilmuwan dan pelajar Indonesia akan mencetuskan konsep ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang baru sehingga akan diperlukan penciptaan istilah baru.

Page 10: Tugas b. Indo_2

2. Bahan Baku IstilahTidak ada satu bahasa pun yang sudah memiliki kosakata yang lengkap dan tidak

memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau rekacipta yang baru. Sejalan dengan itu, bahan istilah Indonesia diambil dari berbagai sumber, terutama dari tiga golongan bahasa yang penting, yakni (1) bahasa Indonesia, termasuk unsur serapannya, dan bahasa Melayu, (2) bahasa Nusantara yang serumpun, termasuk nahasa Jawa Kuno, dan (3) bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab.

3. Pemadanan IstilahPemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia dilakukan melalui penerjemahan,

penyerapan atau gabungan dari penerjemahan dan penyerapan. Demi keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan adalah istilah Inggris yang pemakaiannya bersifat Internasional karena sudah dilazimkan oleh para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah serapan itu dilakukan dengan atau tanpa penyesuaiaan ejaannya berdasarkan kaidah fonotaktik, yakni hubungan urutan bunyi yang dizinkan dalam Bahasa Indonesia.

a. Penerjemahan1. Penerjemahan Langsung

Istilah indonesia dapat dibentuk melalui penerjemahan berdasarkan kesesuaian makna, tetapi bentuknya tidak sepadan, misalnya :

supermarket → pasar swalayanPenerjemahan dapat pula dilakukan berdasarkan kesesuaian bentuk dan makna, misalnya :

bonded zone → kawasan berikatPenerjemahan istilah asing memiliki beberapa keuntungan. Selain memperkaya kosakata Indonesia dengan sinonim, istilah terjemahan juga meningkatkan daya ungkap bahasa Indonesia. Jika timbul kesulitan dalam penyerapan istilah asing yang memiliki perbedaan antara lafal dan ejaannya, maka penerjemahan merupakan solusi terbaik. Dalam pembentukan istilah melalui penerjemahan perlu diperhatikan peduman berikut ini.a. Penerjemahan tidak harus berasas satu kata diterjemahkan dengan satu kata, misalnya :

psychologist → ahli psikologib. Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk

positif, sedangkan istilah bentuk negatif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk negatif juga, misalnya :

inacceptable → tidak dapat diterimac. Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya dipertahankan pada

istilah terjemahannya, misalnya ;transparent (adjektiva) → bening (adjektiva)

(to) filter (verba) → menapis (verba)d. Dalam penerjemahan istilah asing bentuk plural, pemarkah kejamakannya ditinggalkan

pada istilah Indonesia, misalnya :master of ceremonies → pengatur acara

2. Penerjemahan dengan PerekaanTerkadang upaya pemadanan istilah asing perlu dilakukan dengan menciptakan istilah baru. Istilah invention, misalnya, sulit diterjemahkan atau diserap secara utuh. Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia terdapat bentuk reka dan cipta, sehingga direka istilah rekacipta sebagai padanan istilah invention.

Page 11: Tugas b. Indo_2

3. Penyerapan1. Penyerapan Istilah

Penyerapan istilah asing untuk menjadi istilah Indonesia dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut ini.a. Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa

Indonesia secara timbal balik mengingat keperluan masa depanb. Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman teks asing oleh pembaca

Indonesia karena dikenal lebih dahuluc. Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan terjemahan

Indonesianyad. Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan antar pakar jika padanan

terjemahannya terlalu banyak sinonimnyae. Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan lebih tepat karena tidak mengandung

konotasi buruk

Proses penyerapan istilah asing dilakukan dengan cara sebagai berikut ini.

a. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafalMisalnya : microphone → mikrofon

b. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi penyesuaian lafalMisalnya : photocopy → fotokopi

c. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafalMisalnya : bias → bias

d. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal1. Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika ejaan dan lafal

istilah asing tersebut tidak berubah dalam banyak bahasa modern, istilah tersebut dicetak dengan huruf miring.Misalnya : in vitro

2. Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika istilah tersebut juga digunakan secara luas dalam kosakata umum. Istilah tersebut dicetak dengan huruf tegak.Misalnya : golf dan internet

2. Penyesuaian Ejaan PrefiksPrefiks asing dapat dipertimbangkan pemakaiannya di dalam peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya, misalnya :co-, com-, con- menjadi ko-, kom-, kon-coordination → koordinasicommission → komisiconcentrate → konsentrat

3. Penyesuaian Ejaan SufiksSufiks asing dalam bahasa Indonesia diserap sebagai bagian dari kata berafiks yang utuh, misalnya :-ate (Inggris) menjadi –atprivate → privat-ist (Inggris) menjadi –isreceptionist → resepsionis

-y (Inggris) menjadi –iphilosophy → filosofi

Page 12: Tugas b. Indo_2

ber- D ber-D pe(r)-D

pe(r)-D-an

4. Gabungan Penerjemahan dan PenyerapanIstilah bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan menerjemahkan dan menyerap istilah asing sekaligus, misalnya :subdivision → subbagianclay colloid → koloid lempung

4. Perekaciptaan IstilahKegiatan ilmuwan, budayawan, dan seniman yang bergerak di baris terdepan ilmu,

teknologi, dan seni dapat mencetuskan konsep yang belum ada selama ini. Istilah baru untuk mengungkapkan konsep tersebut dapat direkacipta sesuai dengan lingkungan dan corak bidang kegiatannya. Misalnya rekacipta fondasi cakar ayam, penyangga sosrobahu, dan tebang pilih telah masuk ke dalam khazanah peristilahan.

5. Pembakuan dan Kodifikasi IstilahIstilah yang diseleksi lewat penerjemahan, penyerapan, dan perekaciptaan dibakukan

melalui kodifikasi yang mengusahakan keteraturan bentuk sesuai kaiadah pemakaian bahasa. Kodifikasi tersebut tercapai dengan tersusunnya sistem ejaan, buku tata bahasa, dan kamus yang merekam dan menetapkan bentuk bakunya.

ASPEK TATA BAHASA DAN PERISTILAHAN

Istilah dapat berupa (1) bentuk dasar, (2) bentuk berafiks, (3) bentuk ulang, (4) bentuk majemuk, (5) bentuk analogi, (6) hasil metanalisis, (7) singkatan, dan (8) akronim.

1. Istilah Bentuk DasarIstilah bentuk dasar dipilih di antara kelas kata utama, seperti nomina, verba, adjektiva,

dan numeralia.Misalnya:Nomina: kaidah rule Adjektiva: kenyal elastic

busur bow acak randomVerba: keluar out Numeralia: gaya empat four force

uji test (pukulan) satu-dua one-two

2. Istilah Bentuk BerafiksIstilah bentuk berafik disusun dari bentuk dasar dengan penambahan prefiks, infiks,

sufiks, dan konfiks seturut kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia, misalnya dari bentuk pirsa menjadi pemirsa bukan pirsawan; dari hantar menjadi keterhantaran,bukan kehantaran. Istilah bentuk berafiks menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya. Istilah bentuk berafiks tersebut mengikuti paradikma berikut, yang unsur-unsurnya demi kejelasan dimasukkan dalam berbagai kotak.

a. Paradigma Bentuk Berafiks ber-

(pelaku)

(ihwal)

Page 13: Tugas b. Indo_2

meng-ber-D-kan

pember(r)-D(pelaku)

pember(r)-D-an(perbuatan)

per-D-an(hasil)

meng-

pem-(per-D-an)(perbuatan)

pem-(per-D)(pelaku)

per-D-kan

(per-D)

(per-D-i)

ber- tani bertani petani pertanianber- ajar belajar pelajar pelajaran

Istilah berafiks petani, pelajar yang mengacu kepada pelaku atau alat, dan pertanian, pelajaran yang mengacu ke hal, keadaan, atau tempat dibentuk dari verba bertani, belajar yang berasal dari bentuk dasar tani dan ajar.

b. Paradigma Bentuk Berafiks meng-a)

(proses, tindakan) (hasil)

men- tulis menulis penulis penulisan tulisan

meng- ubah mengubah pengubah pengubahan ubahan

Istilah berafiks penulis, pengubah yang mengacu kepada pelaku atau alat dan penulisan, pengubahan, yang mengacu ke proses atau perbuatan serta tulisan, ubahan, yang mengacu ke hasil dijabarkan dari verba menulis, mengubah yang berasal dari bentuk dasar tulis dan ubah.

b)

mem- berdayakan memberdayakan pemberdaya pemberdayaanmem- berhentikan memberhentikan pemberhenti pemberhentian

Istilah berafiks pemberdaya, pemberhenti yang mengacu kepada pelaku pemberdayaan, pemberhentian yang mengacu ke perbuatan dibentuk dari verba memberdayakan, memberhentikan yang dibentuk dari berdaya, berhenti yang berasal dari bentuk dasar daya dan henti.

c)

mem persatukan mempersatukan pemersatu pemersatuan persatuan

meng-

-D-

D-kan-D-i

meng-DD-kanD-i

peng-D

peng-D-an D-an

Page 14: Tugas b. Indo_2

ke--an

D(ber-D)(ter-D)(se-D)

ke-(D)-anke-(ber-D)-anke-(ter-D)-anke-(se-D)-an

mem peroleh memperoleh pemeroleh pemerolehanperolehan

Istilah berafiks pemersatu, memeroleh yang mengacu kepada pelaku dan pemersatuan, pemerolehan yang mengacu ke perbuatan atau proses serta persatuan, perolehan yang megavu ke hasil dibentuk dari verba mempersatukan, meperoleh, mempelajari yang dibentuk dari bersatu, beroleh yang berasal dari bentuk dasar satu dan oleh.

c. Paradigma Bentuk Berkonfiks ke—an

ke—an saksi kesaksianke—an bermakna kebermaknaanke—an terpuruk keterpurukanke—an seragam keseragaman

Istilah berkonfiks ke--an yang mengacu ke hal atau keadaan dibentuk dari pangkal yang berupa bentuk dasar atau bentuk ynag berprefiks ber-, ter-, se-, seperti saksi, bermakna, terpuruk dan seragam.

d. Paradigma Bentuk Berinfiks -er-, -el-, -em-, -in-

sabut serabut gigi gerigi sambung sinambungtunjuk telunjuk gembung gelembung getar gemetarkerja kinerja

Istilah berinfiks -er-, -el-, -em-, -in- seperti serabut, gerigi, telunjuk, gelembung, gemetar, kinerja, sinambung, yang mengacu ke jumlah, kemiripan atau hasil dibentuk dari dasar sabut, gigi, tunjuk, gembung, getar, kerja, dan sambung.

3. Istilah Bentuk UlangIstilah bentuk ulang dapat berupa ulangan bentuk dasar seutuhnya atau sebagiannya

dengan atau tanpa pengimbuhan atau pengubahan bunyi.

a. Bentuk Ulang UtuhIstilah bentuk ulang utuh yang mengacu ke kemiripan dapat dilihat dalam contoh berikut.

ubur-ubur paru-paru anai-anai langit-langitundur-undur kanak-kanak kunang-kunang kuda-kuda

b. Bentuk Ulang Suku AwalIstilah bentuk ulang suku awal (dwipurwa) yang dibentuk melalui pengulangan konsonan awal dengan penambahan ‘pepet’ dapat dilihat pada contoh berikut.

laki lelaki rata rerata

K1 (-er-) (-el-) (-em-) (-in-) VK2 (VK3)

D+D

K1 e K2 V K3

Page 15: Tugas b. Indo_2

D K1 e K2 V2 K2 V3 K3 -an

D D + DD D + D

tangga tetangga buku bebuku

c. Bentuk Ulang BerafiksIstilah bentuk ulang dengan afiksasi dibentuk melalui paradigm berikut.

daun dedaunanpohon pepohonan

Istilah bentuk ulang diatas mengacu ke berbagai macam dan keanekaragaman.

d. Istialah Ulang Salin SuaraIstilah bentuk ulang salin suara dibentuk melalui pengulangan dengan perubahan bunyi. Perhatikan contoh berikut.

sayur sayur-mayur warna warna-warniberas beras-petas teka teka-tekiDari segi makna, perulangan dengan cara itu mengandung makna ‘bermacam-macam’.

4. Istilah Bentuk MajemukIstilah bentuk majemuk atau kompositum merupakan hasil penggabunagn dua bentuk

atau lebih, yang menjadi satuan leksikal baru. Gabungan kata itu berupa (1) gabungan bentuk bebas dengan bentuk bebas, (2) bentuk bebas dengan bentuk terikat, atau (3) bentuk terikat dengan bentuk terikat.

a. Gabungan Bentuk BebasIstilah majemuk bentuk bebas merupakan penggabungan dua unsure atau lebih, yang

unsur-unsurnya dapat berdiri sendiri sebagai bentuk bebas, yang meliputi: Gabunagn Bentuk Dasar

Istilah majemuk gabungan bentuk dasar merupakan penggabungan dua bentuk dasar atau lebih.

garis lintang kereta api listrikmasa depan rumah sangat sederhana

Gabungan Bentuk Dasar dan Bentuk BerafiksIstilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk dasar dan bentuk berafiks dan sebaliknya.

proses berdaur menembak jatuhsistem pencemaran tertangkap tangan

Gabungan Bentuk Berafiks dan Bentuk Berafiks

(Prefiks-D) + DD + (prefiks-D) (konsfiks-D)

D + D D + D + D

Page 16: Tugas b. Indo_2

Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk berafiks dan bentuk berafiks.Misalnya: kesehatan lingkungan

perawatan kecelakaan Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat

Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan dua bentuk, atau lebih, yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri. Ada sejumlah bentuk terikat yang dapat digunakan dalam pembentukan istilah yang berasal dari bahasa Jawa Kuno dan Melayu.Misalnya: adi- adikarya masterpiece

adikuasa superpower

b. Gabungan Bentuk TerikatIstilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk terikat, dan

bentuk terikat unsur itu ditulis serangkai, tidak diberi tanda hubung.Misalnya: dasawarsa decade

swatanta selfgovernment

5. Istilah Bentuk AnalogiIstilah bentuk analogi bertolak dari pola bentuk istilah yang sudah ada, seperti

berdasarkan pada pola bentuk pegulat, tata bahasa, juru tulis, pramugari, dengan pola analogi pada istilah tersebut dibentuk istilah yang lain.Misalnya: Pegolf (golfer) peselancar (surfer)

Tata graham (housekeeping) tata kelola (govermance)

6. Istilah Hasil MetanalisisIstilah hasil metanalisis terbentuk melalui analisis unsur yang keliru.Misalnya:Kata mupakat (mufakat) diuraikan menjadi mu + pakat; lalu ada kata sepakat.

7. Istilah Bentuk Singkatan Istilah bentuk singkatan ialah bentuk yang penulisannya dipendekkan menurut tiga cara

berikut.a. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang dilisankan sesuai

dengan bentuk istilah lengkapnya.Misalkan: cm yang dilisankan sentimeter

l yang dilisankan literb. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim dilisankan

huruf demi huruf.Misalnya:

DDT (diklorodifeniltrikloroetana) yang dilisankan de-de-teKVA (kilovolt-ampere) yang dilisankan ka-ve-a

c. Istilah yang semagian unsurnya ditanggalkan

Page 17: Tugas b. Indo_2

Misalnya: ekspres yang berasal dari kereta api ekpreskawat yang berasal dari surat kawat

8. Istilah Bentuk AkronimIstilah bentuk akronim ialah istolah pemendekan bentuk majemuk yang berupa gabungan

huruf awal suku kata, ataupun gabungan huruf awal dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.Misalnya: air susu ibu asi

bukti pelanggaran tilang

ASPEK SEMANTIK PERISTILAHAN

1. Pemberian Makna BaruIstilah baru dapat dibentuk lewat penyempitan dan perluasan makna kata yang lazim dan

yang tidak lazim. Artinya, kata itu dikurangi atau ditambah jangkauan maknanya sehingga penerapannya menjadi lebih sempit atau lebih luas. a. Penyempitan Makna

Kata gaya yang mempunyai makna ‘kekuatan’ dipersempit’ maknanya menjadi dorongan atau tarikan yang akan menggerakkan benda bebas (tak terikat)’ dan menjadi istilah baru untuk padanan istilah Inggris force.

b. Perluasan MaknaKata garam yang semula bermakna ‘garam dapur’ (NaCl) diperluas maknanya

sehingga mencakupi semua jenis senyawaan dalam bidang kimia.

2. Istilah SinonimDua istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip, tetapi bentuknya berlainan,

disebut sinonim. Di antara istilah sinonim itu salah satunya ditentukan sebagai istilah baku atau yang diutamakan.Misalnya:hutan bakau sebagai padanan mangrove forest lebih baik daripada hutan payaupartikel sebagai padanan particle lebih baik daripada bagian kecil atau zarah

3. Istilah HomonimIstilah homonim berupa dua istilah, atau lebih, yang sama ejaan dan lafalnya, tetapi

maknanya berbeda karena asalnya berlainan. Istilah homonim dapat dibedakan menjadi homograf dan homofon.

a. HomografIstilah homograf adalah istilah yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafalnya.

Misalnya: apel buah apelapel upacara

b. Homofon

Page 18: Tugas b. Indo_2

Istilah homofon adalah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya.Misalnya: bank dengan bangmassa dengan masa

4. Istilah PolisemiIstilah polisem adalah bentuk yang mempunyai makna ganda yang bertalian. Misalnya,

kata kepala (orang) ‘bagian teratas’ dipakai dalam kepala (jawatan), kepala (sarung). Bentuk asing yang sifatnya polisem diterjemahkan sesuai dengan arti dalam konteksnya. Karena medan makna yang berbeda, suatu istilah asing tidak selalu berpadanan dengan kata Indonesia yang sama. Misalnya: (cushion) head topi (tiang-pancang)

head (gate) (pintu air) atas

Contoh lainnya dari bahasa Indonesia, yaitu: jatuh jatuh sakit

jatuh cintajatuh dari lantai atas

5. Istilah HiponimIstilah hiponim adalah bentuk yang maknanya erangkum dalam hiperonim, atau

superordinatnya, yang mempunyai makna yang lebih luas. Kata mawar melati, cempaka, misalnya, masing-masing disebut hiponim terhadap kata bunga yang menjadi hiperonim atau superordinatnya.

6. Istilah TaksonimIstilah taksonim adalah iponim dalam sistem klasifikasi konsep bawahan dan konsep

atasan yang betingkat-tingkat. Kumpulan taksonim membangun taksonimi sebagaimana takson mebangun taksonimi. Berikut ini adalah bagan taksonimi makhluk.

makhluk

bakteri hewan tumbuhan

mamalia burung ikan serangga

anjing sapi unggas manuk teri tongko semut capung

pudel herde itik ayamYang dimaksud dengan hubungan antara kelas atasan dan kelas bawahan dalam bagan

diatas ialah hubungan makhluk dengan bakteri, hewan, dan tumbuhan atau hubungan hewan dengan mamalia, burung, ikan, dan serangga. Sementara itu, hubungan kelas bawahan dan

Page 19: Tugas b. Indo_2

kelas atasan ialah hubungan bakteri, hewan, dan tumbuhan dengan mkhluk, atau hubungan mamalia, burung, ikan, dan serangga dengan hewan.

7. Istilah MeronimIstilah meronim ialah istilah yang maujud (entity) yang ditunjuknya merupakan bagian

dari maujud lain yang menyeluruh. Istilah yang menyeluruh itu disebut holonim. Berikut ini adalah bagan meronimi tubuh.

tubuh

kepala leher dada lengan tungkai

rambut dahi mata hidung telinga mulut

lidah gigi bibir

bibir atas bibir bawahBagan di atas memperlihatkan kata yang mengandung makna keseluruhan yang memiliki

kedudukan lebih tinggi daripada kata bagiannya atau makna keseluruhan dianggap meliputi makna bagian. Kata tubuh mengandung makna keseluruhan yang mencakupi makna kata bagiannya, yaitu tangan, kaki, kepala, leher, dada, lengan, dan tungkai.hubungan tubuh dan bagiannya disebut hubungan kemeroniman. Hubungan kemeroniman dibedakan atas hubungan tubuh degan bagiannya, hubungan kumpulan dengan anggotanya, serta hubungan massa dengan unsurnya. Tubuh adalah keseluruhan yang terjadi dari gabungan seluruh anggotanya; massa merupakan keseluruhan yang terjadi dari peleburan seluruh unsurnya.

H. MASALAH EJAANa. Huruf ‘f’,’v’, dan ‘p’

Sering kita melihat penulisan kata yang hurufnya bertukar-tukar. Maksudnya, kata yang seharusnya ditulis dengan huruf f dan v ditulis dengan p; atau kata yang seharusnya ditulis dengan v ditulis dengan f; kata yang seharusnya ditulis dengan p ditulis dengan f. Jadi bertukar-tukar.

Kesalahan penulisan seperti itu tentu saja terjadi karena orang tak tahu dengan pasti huruf mana yang seharusnya digunakan. Dalam ejaan baru, huruf f,v sudah masuk dalam sistem ejaan kita, maksudnya, huruf-huruf itu tidak lagi dianggap sebagai huruf asing. Karena itu,

Page 20: Tugas b. Indo_2

ada kata yang ditulis dengan f dan ada juga dengan v. Pendirian kita ialah kata baru bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing dieja (ditulis) sedapat-dapatnya jangan jauh dari ejaan asalnya. Yang diubah hanya yang betul-betul perlu diubah. Misalnya:coordination (Ing.) menjadi koordinasi

standardization(Ing) menjadi standardisasi

Perhatikan huruf c pada coordination yang berbunyi /k/ diganti dengan k. Bunyi akhir-tion ditetapkan diganti dengan -si. Huruf yang lain tetap sehingga hasil pengindonesiaannya: koordinasi. Begitu juga pada standardization.Kata itu kita ambil secara utuh dan hanya ejaannya yang kita sesuaikan dengsn ejaan bahasa kita. Itu sebabnya bentuk standardisasi bukan bentuk yang benar. Kita tidak mengambil standar (dari standart) lalu kita tambah dengan –isasi menjadi standarisasi, tetapi mengindonesiakan kata Inggris di atas. Karena itu, /d/ pada –disasi tidak usah dibuang.

Sekarang kita kembali pada huruf f,v,dan p. Dikatakan dalam pedoman ejaan bahwa kata-kata dari bahasa Inggris yang berakhir dengan –ive (Belanda –ief) dalam bahasa Indonesia menjadi kata berakhir –if. Contoh:

Active menjadi aktif

Productive menjadi produktif

University menjadi universitas

Survey menjadi survai

Phrase menjadi frasa

Productivity menjadi produktivitas

Mari kita lihat hasil pengindonesiaan kata-kata asing di atas. Bunyi /k/ yang dalam bahas asing ditulis dengan c kita ganti dengan k. Huruuf v tidak kita ubah: survai dan universitas. Bunyi –ey (survey) dijadikan –ai (survai) beranalogi kepada kata-kata seperti partai, sampai, lambai yang bunyi akhir –ai pada kata-kata itu cenderung berbunyi /ei/. Huruf ph yang berbunyi /f/ diganti dengan dengan f (frasa). Dalam kamus Besar BI Pusat Bahasa ditulis pada entri frasa (frase) sehingga kita tahu mana bentuk yang baku: frasa atau frase, ataukah kedua-duanya sama benar.

Kata yang salah kaprah tetapi frekuensi pemakaiannya tinggi ialah fihak. Kata ini bukan berasal dari bahasa Arab,melainkan bahasa Indonesia asli, karena itu bentukannya haruslah memfihak. Tidak, bentuk bakunya memihak, dipihak, di pihak lain, di pihak yang benar.

Kamus Besar Bahasa Indnesia Pusat Bahasa memakai pendirian tidak memuat bentuk nonbaku itu. Jadi, dalam kamus ini anda tidak bertemu dalam entrinya bentuk-bentuk nonbaku seperti fihak, faham, fikir, anggauta, standarisasi, positip, aktip. Kalau tidak ada, berarti bentuk itu nonbaku dan Anda harus mencari makna kata itu pada bentuk bakunya.

b.Bentuk ‘Efektivitas’ yang Dipermasalahkan

Page 21: Tugas b. Indo_2

Dalam bahasa Indonesia, banyak sekali kata yang kita gunakan kita serap dari bahasa Belanda. Kata-kata itu tidak kita carikan padanannya, tetapi kita Indonesiakan saja dengan menyesuaikan lafal dan ejaannya dengan memperhatikan sifat bahasa Indonesia sendiri.Kita kembali kepada kata efektivitas yang dipermasalahkan. Anton M.Moeliono dalam siaran Pembinaan Bahasa Indonesia mengatakan bentuk itu salah sebab dalam bahasa Inggris tidak terdapat bentuk effectivity. Yang ada effectiveness, effectively, effectual, effectually. Karena itu, tidak ada alasan untuk menerima bentuk efektivitas sebab –tas itu dari –ty.

Namun, dalam hal ini ada pertimbangan lain. Menghilangkan sesuatu yang sudah berakar dan melembaga dalam bahasa agak sukar. Buktinya, bentuk efektivitas terus dipakai orang. Menghilangkan suatu kebiasaan memang tidak mudah. Hanya dengan kesungguhan dan kehati-hatian berbahasa suatu yang baru dapat diterima dan yang lama ditinggalkan. Itu pun harus didasarkan kepada keyakinan bahwa yang baru itu benar dibandingkan dengan yang lama. Tanpa keyakinan, orang tidak akan mematuhinya.

Sebenarnya kita dapat mencari jalan keluar yang aman, yaitu tidak menggunakan bentuk asing yang diindonesiakan itu, tetapi membentuknya sesuai dengan kaidah bahasa kita. Kita ambil hanya bentuk dasarnya saja yaitu efektif. Kemudian bentuk ini kita bentuk menjadi mengefektifkan, diefektifkan, pengefektifan, terefektif, seefektif-efektifnya, dan keefektifan. Dengan demikian, kita tidak usah berbantah-bantah dengan bentuk serapan itu.

Usul Anton M. Moeliono menggunakan kata baru sebagai padanannya, yaitu sangkil, kesangkilan, dan sebagainya, masih harus diuji melalui waktu apakah kata baru yang diusulkan ini akan diterima atau tidak. Kalau kata sangkil itu tidak digunakan orang, kata itu akan tenggelam sendiri. Untuk amannya, kita dapat menggunakan bentuk Indonesia yang diusulkan tadi seperti di dalam kalimat berikut ini.

1. Cara kerja semacam itu sangat efektif.2. Mengefektifkan cara kerja perlu dipikirkan agar hasil yang diperoleh meningkat.3. Cara kerja kita perlu diefektifkan lagi.4. Cara kerja kita haruslah ditingkatkan sampai seefektif-efektifnya. (= seefektif mungkin)5. Cara kerja menurut metode inilah yang terefektif.6. Pengefektitifan cara kerja untuk meninggikan produksi memang sudah dipikirkan.

c.Mana Yang Betul, ‘Istri’ atau ‘Isteri’

Banyak sekali bentuk kembar yang muncul dalam penulisan kata-kata. Yang satu kita sebut bentuk baku dan yang lain disebut bentuk nonbaku. Timbulnya bentuk nonbaku bermacam-macam sebabnya. Ada yang karena salah kaprah. Misalnya, ahli ditulis akhli, anggota ditulis anggouta. Ada karena ketidaktahuan orang akan kaidah. Misalnya, memasukkan ditulis memasukan; sebaliknya kemasukan ditulis orang kemasukkan. Kesalahan itu timbul karena penulis tidak tahu akhiran mana yang harus digunakan dalam bentuk itu: -an atau –kan. Ada juga karena pengaruh bahasa daerah atau dialek setempat. Kata kursi ditulis korsi atau krosi. Bentuk dinikahkan ditulis ditikahkan. Masih banyak lagi penyebab lain yang menimbulkan bentuk kembar itu.

Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa kesatuan dan bahasa nasional kita ini berasal dari bahasa Melayu. Struktur fonem bahasa melayu sangat sederhana. Dalam suku bahasa Melayu tidak terdapat gugus konsonan. Tidak ada suku kata tra,sla,kla,sta,kra,pra misalnya. Kalau ada kata pungut yang bersuku kata bergugus konsonan seperti itu, disisipkan vocal

Page 22: Tugas b. Indo_2

diantaranya sehingga gugus konsonan itu terpisah. Salah satu caranya ialah dengan menyisipkan huruf e di antara kedua konsonan berurutan itu.

Dari bahasa Sanskerta kita ambil kata stri. Kata inidiberi tambahan I di depannya sehingga menjadi istri. Kemudian, di antara t dan r disisipkan e sehingga menjadi isteri. Kalau dipenggal atas sukunya menjadi is-te-ri. Gugus konsonan str tadi hilang.Sekarang soal pokok yang akan kita bahas, yaitu mana bentuk yang baku: istri atau isteri. Menurut ejaan lama, Ejaan van Ophuysen, yang baku ialah isteri. Menurut EYD ditetapkan bahwa kata-kata asing yang asalnya bergugus konsonan seperti istri, putra, putri, tantra, sastra, pabrik gugus konsonannya tak usah disisipi dengan e. begitu juga dilakukan dengan kata-kata baru: praktek, struktur, klasifikasi. Tidak dijadikan peraktek, setruktur, kelasifikasi. Alasannya, penggunaan gugus konsonan seperti itu tidak menimbulkan kesukaran bagi bahasa Indonesia. Juga, dengan demikian pengindonesiaan kata-kata asing tidak jauh menyimpang dari bentuk asalnya.

Gugus konsonan pada kata istri, putra, putri, tantra, sastra, pabrik, terdapat di tengah kata sehingga tidak menimbulkan kesukaran dalam membentuk kata-kata itu dengan menimbulkan. Yang bergugus konsonan pada suku awal saja tidak disisipkan e di antara gugus konsonan itu , apalagi yang konsonannya di tengah kata seperti istri, dan lain-lain.Gugus konsonan pada akhir kata pun ada yang dibuang konsonan keduanya seperti export dan import dijadikan ekspor dan impor; transport dijadikan transport, dividend dijadikan dividen. Namun, ada juga yang dibiarkan saja seperti film, teks, kompleks, golf, mars, bank. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata-kata yang nonbaku tidak dimuat. Yang ada hanya bentuk baku. Misalnya, tidak terdapat kata fihak. Yang ada hanya pihak. Tidak ada kata faham. Yang ada hanya paham.Mengganti istilah asing dengan istilah Indonesia akan memperkaya khazanah kosa kata bahasa Indonesia

Asing Indonesia

Abrogation Pembatalan,Pencabutan

Absurd Ekonomi

Accomplice Pelaku Serta

Brainstorming Sumbang Saran

Discourse Wacana

Failure kegagalan

Insigh Wawasan

Gap Kesenjangan

Directive Arahan

I. PEMANFAATAN UNSUR LAMA DALAM PENERJEMAHAN BAHASA ASING

Terdapat banyak unsure lama dalam bahasa Indonesia yang dapat dimanfaatkan dalam menerjemahkan istilah asing yang masuk ke dalam bahsa Indonesia. Unsur tersebut antara lain sebagai berikut ini.

1. Unsur alih yang digunakan untuk menerjemahkan awalan bahsa inggris trans-yang berati pindah.

Page 23: Tugas b. Indo_2

Contoh:

Asing Indonesia

Translation Alih bahasaTransform MengalihragamkanTransfer of technology Alih TeknologiTranscript Alih tulisTransshipment alih kapalTransformation Alih ragamTransitional Alih kapal

2. Unsur antar- diguanakan menerjemahkan awalan inggris inter- dan intra- yang berarti di antara.

Contoh:

Asing Indonesia

Intercontinental antarbenuaInterisland antarpulauInternational antarbangsaIntercellular antarselulerInterface antarmukaInterstellar antarbinatangInterstate antarnegara

3. Unsur awa- digunakan untuk menerjemahkan awalan bahasa inggris de- dan dis- yang berati menghilangkan.

Contoh:

Asing Indonesia

Disinfection awahamaDisinfect mengawahamakanDecentralization awapusatDeodorant pengawabauDehydration awaairDetoxification awaracunDevaluation awanilaiDiscolor mengawawarnakan

Page 24: Tugas b. Indo_2

4. Unsur bawah digunakan untuk menerjemahkan awalan inggris sub- atau under- yang berarti di bawah.

Contoh:

Asing Indonesia

Subconsciousness bawah sadarUnderage bawah umurUnderground bawah tanahSubsoil bawah tanahUnderhanded bawah tanganSubcutaneous bawah kulitSubhuman bawah insaniSubmarine bawah lautUndercharge bawah harga

5. Unsur atau bentuk digunakan untuk menerjemahkan akhiran inggris shaped- dan form yang berarti berbentuk.

Contoh:

Asing Indonesia

Ringshaped bentuk cincinCushionshaped bentuk bantalHorseshoe-shaped bentuk ladamFungiform bentuk cendawanCalcariform bentuk tajiHalbertshaped bentuk tombakUrnshaped bentuk buyung

J. PEMANFAATAN IMBUHAN LAMA DALAM PENERJEMAHAN ISTILAH ASING

Terdapat sejumlah imbuhan lama bahasa Indonesia yang dapat dimanfaatkan dalam menerjemahkan istilah asing yang yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Imbuhan tersebut antara lain, sebagai berikut ini.

1. Awalan dwi- digunakan untuk menerjemahkan awalan inggris di-, bi-, re-, atau two- yang berati dua.

Page 25: Tugas b. Indo_2

Contoh:Asing Indonesia

Bilingualism dwibahasaDuplicate dwigandaTwofold dwilipatReduplication dwipurwa;dwilinggaDipole dwikutubDichromatic dwiwarnaDimorphous dwibentukTwo-way traffic lalulintas dwiarah

2. Awalan pasca- digunakan untuk menerjemahkan awalan inggris post- yang berarti sesudah.

Contoh:Asing Indonesia

Postmortem pascamatiPostgraduate pascasarjanaPostmeridian pascarembangPostnatal pascalahirPostoperative pascabedah

3. Awalan pra- digunakan untuk menerjemahkan awalan inggris ante- dan pre- atau bentuk lain yang berarti di muka.

Contoh:Asing Indonesia

Prehistory prasejarahPrecondition prasyaratAntebellum praperangPresumption pradugaAntemeridian prarembangAntenatal pralahirPreview pratinjauPrename pranamaPrefabricate memprakilangkan