Upload
reza
View
223
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pariwisata
Citation preview
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri terbesar dan terkuat
dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor pariwisata akan menjadi pendorong utama
perekonomian dunia pada abad ke-21. Dan menjadi salah satu industri yang mengglobal.
Pariwisata telah memberikan devisa yang cukup besar bagi berbagai negara. Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau atau disebut juga
sebgai nusantara atau negara maritim, telah menyadari pentingnya sektor pariwisata terhadap
perekonomian Indonesia dikarenakan pariwisata Indonesia selalu di atas pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Salah satu destinasi wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah Pulau
Kenawa, Pulau Kenawa merupakan sebuah pulau indah tidak berpenduduk di Kabupaten
Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, tepatnya di dekat Pelabuhan Laut Poto Tano di Pulau
Sumbawa. Pulau Kenawa adalah satu dari 8 gugusan pulau atau dikenal dengan nama Gili
Balu yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Sumbawa Barat menjadi Kawasan
Konservasi. Pulau-Pulau yang termasuk dalam Gili Balu sendiri yaitu Pulau Kenawa, Pulau
Kalong, Pulau Paserang, Pulau Ular, Pulau Mandiki, Pulau Namo, Pulau Kambing dan Pulau
Belang.
Meskipun Pulau Kenawa memiliki potensi yang bagus pada objeknya, kenyataannya
Pulau Kenawa masih banyak kekurangan baik dari aspek sarana, prasarana maupun
aksesibilitasnya, yang dimana ketiga aspek tersebut dapat digunakan untuk menunjang
destinasi wisata tersebut. Maka dari itu perlunya gagasan konsep baru bagi perkembangan di
Pulau Kenawa agar dapat menjadi tempat wisata yang lebih menarik.
ISI
1. Gambaran Umum
Pulau Kenawa terletak antara 116050’06.19” Bujur Timur dan 08030’02.87” Lintang
Selatan. Dengan luas luas 13,8 hektar dengan garis pantai yang membentang sepanjang 1,73
kilometer. Sementara itu, padang rumput seluas 8 hektar membentang di seluruh pulau dan
terdapat 11 jenis keanekaragaman mangrove di pulau Kenawa. mempunyai batas-batas
wilayah :
1. Sebelah Utara : Pulau Panjang, Kabupaten Sumbawa Besar dan Laut Flores
2. Sebelah Timur : Pulau Range dan Pulau Kalong, Kabupaten Sumbawa Besar
3. Sebelah Selatan : Pelabuhan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Besar
4. Sebelah Barat : Selat Alas dan Pulau Ular Kabupaten Sumbawa Besar
Hasil observasi 2014
Gambar Pulau Kenawa Tampak dari Atas
Kenawa merupakan sebuah pulau indah tidak berpenduduk di Kabupaten Sumbawa
Barat, Nusa Tenggara Barat, tepatnya di dekat Pelabuhan Laut Poto Tano di Pulau Sumbawa.
Pulau Kenawa adalah satu dari 8 gugusan pulau atau dikenal dengan nama Gili Balu yang
dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Sumbawa Barat menjadi Kawasan Konservasi. Pulau-
Pulau yang termasuk dalam Gili Balu sendiri yaitu Pulau Kenawa, Pulau Kalong, Pulau
Paserang, Pulau Ular, Pulau Mandiki, Pulau Namo, Pulau Kambing dan Pulau Belang.
Pemandangan bawah laut Pulau Kenawa juga tidak kalah indahnya dengan alam di sekitar
pulau ini, sehingga banyak penyelam baik dari dalam negeri dan luar negeri selalu berminat
untuk menyaksikan keindahan alam bawah laut secara langsung.
Hasil observasi 2014
Gambar Padang Savana yang terdapat di Pulau Kenawa
2. Tinjauan PustakaA. Faktor Pendorong Pengembangan Pariwisata
Pada masa ini maupun pada masa yang akan datang, kebutuhan untuk berwisata akan
terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia, serta perkembangan
penduduk dunia yang semakin membutuhkan refreshing akibat semakin tingginya kesibukan
kerja. Menurut Fandeli (1995), faktor yang mendorong manusia berwisata adalah:
1. Keinginan untuk melepaskan diri dari tekanan hidup sehari-hari di kota, keinginan
untuk mengubah suasana dan memanfaatkan waktu senggang
2. Kemajuan pembangunan dalam bidang komunikasi dan transportasi
3. Keinginan untuk melihat dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru mengenai
budaya masyarakat dan di tempat lain
4. Meningkatnya pendapatan yang dapat memungkinkan seseorang dapat dengan
bebas melakukan perjalanan yang jauh dari tempat tinggalnya
Faktor-faktor pendorong pengembangan pariwisata di Indonesia menurut Spilane (1987)
adalah:
1. Berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber devisa negara jika dibanding
dengan waktu lalu
2. Merosotnya nilai ekspor pada sektor nonmigas
3. Adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara konsisten
4. Besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi pengembangan
pariwisata
Situasi dan kondisi sosio-ekonomi Indonesia saat ini memperlihatkan bahwa semakin
berkurangnya lahan pertanian dan lapangan pekerjaan lainnya serta semakin rusaknya
lingkungan akibat kegiatan industri manufaktur dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya yang
mengeksploitasi sumber daya alam, maka pariwisata perlu dikembangkan sebagai salah satu
sumber industri andalan. Sektor pariwisata selain dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
juga akan merusak lingkungan bahkan sebaliknya merangsang pelestarian lingkungan hidup.
Hal ini dapat dimaklumi karena pengembangan pariwisata tidak dapat dipisahkan dari
lingkungan hidup sebagai salah satu sarana atau obyek wisata.
Dari laporan dan analisis World Tourism Organization (WTO) diperoleh gambaran
bahwa sumbangan pariwisata amat berarti bagi penciptaan lapangan kerja. Disebutkan bahwa
dari setiap sembilan kesempatan kerja yang tersedia secara global saat ini, satu diantaranya
berasal dari sektor pariwisata.
Diduga pula bahwa daya serap tenaga kerja pada sektor pariwisata lebih besar di
negara-negara berkembang (Kompas, 27 November 2011). Selain itu, pariwisata dapat
membuka pasar baru bagi produksi pertanian dan hasil kerajinan rumah tangga yang masih
tradisional maupun usaha-usaha jasa seperti tukang pijit, penginapan, transportasi, restoran
dan guide yang dengan sendirinya membuka peluang kerja baru bagi para pencari kerja yang
terus meningkat setiap tahun, serta meningkatkan output nrgara.
Kaitannya dengan perekonomian suatu negara, sektor pariwisata telah terbukti
memberikan kontribusi yang cukup pada perolehan devisa. Hal ini dapat dilihat perolehan
devisa negara pada tahun 2011, pariwisata menempati urutan ketiga setelah migas dan tekstil,
dengan devisa sebesar 4.785,1 juta dollar AS (Kompas, 12 Desember 2011).
Ditambahkan pula bahwa terhadap GDP Indonesia, sektor pariwisata juga memainkan
peranan yang penting. Hasil studi World Travel and Tourism Council (WTTC) menyimpulkan
bahwa pertumbuhan kontribusi pariwisata terhada GDP rata-rata sebesar 8% dan merupakan
yang tercepat di dunia.
B. Strategi PengembanganBerdasarkan potensi dan peluang yang ada, maka pengembangan pariwisata perlu
dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan pemberdayaan ekonomi
rakyat, serta pariwisata perlu mengembangkan paket-paket wisata baru seperti agrowisata dan
ekowisata. Jenis wisata seperti ini selain tidak membutuhkan modal yang besar juga dapat
berpengaruh langsung bagi masyarakat sekitar, masyarakat dapat diikutsertakan dan
keuntungan yang diperoleh pun dapat dirasakan oleh masyarakat wilayahnya.
Pengembangan pariwisata yang menunjang pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan
dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Perlu ditetapkan beberapa peraturan yang berpihak pada peningkatan mutu pelayanan
pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan berpihak pada kepentingan pihak-
pihak tertentu. Selain itu perlu diambil tindakan yang tegas bagi pihak-pihak yang
melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan.
2. Pengelola pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat. Hal ini penting karena
pengalaman pada beberapa daerah tujuan wisata (DTW), sama sekali tidak melibatkan
masyarakat setempat, akibatnya tidak ada sumbangsih ekonomi yang diperoleh
masyarakat sekitar. Contoh kasus pengelolaan DTW di Pantai Wanukaka, Kabupaten
Sumba Barat, NTT. Pada DTW tersebut masyarakat tidak berkesempatan untuk
terlibat, baik untuk menjual hasil-hasil pertanian, kerajinan maupun menjadi karyawan
di tempat itu.
3. Kegiatan promosi yang dilakukan harus beragam, selain dengan mencanangkan cara
kampanye dan program Visit Indonesian Year seperti yang sudah dilakukan
sebelumnya, kegiatan promosi juga perlu dilakukan dengan membentuk sistem
informasi yang handal dan membangun kerjasama yang baik dengan pusat-pusat
informasi pariwisata pada negara-negara lain, terutama negara-negara yang potensial.
4. Perlu menentukan DTW-DTW utama yang memiliki keunikan dibanding dengan DTW
lain, terutama yang bersifat tradisional dan alami. Kebetulan obyek wisata yang alami
dan tradisional menjadi sasaran utama para wisatawan asing. Obyek ini sangat banyak
ditemukan di luar Jawa, misalnya di daerah-daerah pedalaman Kalimantan, Papua dan
lain-lain.
5. Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan pemerintah
daerah setempat, dengan sistem yang jujur, terbuka dan adil. Kerjasama ini penting
untuk lancarnya pengelolaan secara profesional dengan mutu pelayanan yang
memadai. Selain itu kerjasama di antara penyelenggara juga perlu dibangun.
Kerjasama di antar agen biro perjalanan, penyelenggara tempat wisata, pengusaha
jasa akomodasi dan komponen-komponen terkait lainnya merupakan hal yang sangat
penting bagi keamanan, kelancaran, dan kesuksesan pariwisata.
6. Perlu dilakukan pemerataan arus wisatawan bagi semua DTW yang ada di seluruh
Indonesia. Dalam hal ini pemerintah juga harus memnberikan perhatian yang sama
kepada semua DTW, perhatian DTW yang sudah mandiri hendaknya dikurangi dan
memberikan perhatian yang lebih terhadap DTW yang memerlukan perhatian lebih.
7. Mengajak masyarakat sekitar DTW agar menyadari peran, fungsi dan manfaat
pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang yang
tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat menguntungkan secara ekonomi.
Masyarakat diberikan kesempatan untuk memasarkan produk-produk lokal serta
membantu mereka untuk meningkatkan keterampilan dan pengadaan modal bagi
usaha-usaha yang mendatangkan keuntungan.
8. Prasarana dan sarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik untuk menunjang
kelancaran pariwisata. Pengadaan dan perbaikan jalan, telepon, angkutan, pusat
perbelanjaan wisata dan fasilitas lain di sekitar lokasi DTW sangat diperlukan.
C. Pengembangan Pariwisata Air Pada pengembangan pariwisata air di-pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jumlah
pengunjung, kemudahan transportasi, ketersediaan fasilitas pendukung (seperti hotel, restoran,
sarana hiburan), adanya promosi dan daya tarik dari atraksi wisata air yang ada. Dalam rangka
pengembangan pariwisata air, terdapat komponen-kom-ponen pembentuk lain yang termasuk
dalam sistem pariwisata, seperti wisatawan, atraksi wisata, fasilitas pelayanan, transportasi,
informasi, dan promosi. Atraksi wisata dan fasilitas atau kenikmatan merupakan dasar utama
dari pariwisata. Apabila hal tersebut tidak ter-penuhi maka wisatawan tidak akan mempunyai
motivasi atau keinginan untuk mengunjungi obyek wisata tersebut (Robinson, 1976:38).
Robinson mengemukakan bahwa terdapat enam elemen utama pembentuk daya tarik
wisata dalam pengembangan pariwisata, termasuk pariwisata air, yaitu:
a) Cuaca, merupakan ciri khusus pada pariwisata yang menyebabkan suatu lokasi menjadi
potensial bagi pariwisata.
b) Pemandangan, atraksi berupa peman-dangan menarik.
c) Fasilitas, terdiri dari dua jenis yaitu alam dan buatan.
d) Sejarah dan budaya, peninggalan sejarah atau seni budaya suatu daerah.
e) Aksesibilitas, semakin mudah mencapai lokasi wisata maka semakin tinggi pula
kemungkinan untuk dikunjungi.
f) Akomodasi, menyangkut tempat penginapan dan tempat makan.
Faktor penting dalam pembentukan daya tarik wisata tersebut juga dapat dijadikan acuan
untuk pengembangan kawasan pariwisata air seperti yang telah dikemukakan oleh Robinson
sebelumnya, tetapi ditambah dengan keramahtamahan penduduk sekitar yang dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan bagi wisata-wan yang mengunjungi kawasan wisata
air tersebut.
D. Fasilitas Wisata Air Untuk mendukung pengembangan atraksi wisata air, maka perlu diperhatikan fasilitas-
fasilitas objek wisata yang dibutuh kan. Fasilitas tersebut meliputi penyediaan rekreasi,
aktivitas-aktivitas budaya dan sosial, hiburan dan olahraga, perbelanjaan, bagian administrasi,
pelayanan teknis dan tambahan lainnya (Galuh Astika N, 2002:64) yang diuraikan sebagai
berikut:
a) Rekreasi, olahraga, dan aktivitas-aktivitas kebudayaan dan sosial. Fasilitas-fasilitas
kolektif harus ditata dan diatur dengan hati-hati untuk menambah semangat
kegembiraan bagi wisatawan, untuk menimbulkan keter-tarikan dan mengundang
partisipasi, serta untuk menarik banyak penonton, dan yang penting untuk menciptakan
kenyamanan bagi para wisatawan.
b) Toko, warung kedai, dan layanan atau jasa yang terkait. Fasilitas perdagangan di obyek
wisata liburan agak berbeda dari yang ada di kota-kota atau desa dengan ukuran yang
sama, tidak hanya pada tipe jenis toko, tapi juga pada jumlahnya, karena wisatawan
berharap untuk menemukan banyak toko di kawasan wisata, khusus-nya jika mereka
tidak membawa mobil pribadi atau di obyek wisata yang aksesibilitasnya sulit.
c) Pelayanan administrasi, teknikal, dan penunjang lainnya. Luas atau banyaknya
pelayanan tersebut yang diakomodasikan dalam kawasan wisata tergantung pada lokasi
atau letaknya, banyaknya penduduk bukan turis, kedekatannya dari kota-kota besar lain,
dan luasan atau tingkatan adminis-trasi pelayanan publik regional.
Fasilitas wisata air yang bersifat fisik dan harus diperhatikan ketersediaannya di sekitar
kawasan wisata untuk menunjang atraksi yang ada antara lain yaitu:
1. Dermaga, yaitu tempat bersandar perahu atau kapal yang juga berfungsi sebagai jalan
menghubungkan daratan dengan perahu;
2. Marina, yaitu fasilitas umum di tepian perairan utnu ktempat berlabuh dan pangkalan
kapalkapal untuk keperluan
3. Pusat informasi wisata, yaitu fasilitas penerangan bagi wisatawan yang menyediakan
informasi dan panduan wisata;
4. Shelter, yaitu fasilitas gardu pandang yang tersebar di tempat-tempat strategis di tepian
perairan;
5. Akomodasi, yaitu fasilitas penginapan berupa hotel, motel, cottage, per-kemahan, atau
guesthouse;
6. Fasilitas pendukung, antara lain yaitu musholla, lavatory (kamar mandi), souvenir shop;
7. Fasilitas olahraga perairan, fasilitas ini memanfaatkan potensi perairan yang ada
sebagai tempat berolahraga prestasi yang juga merupakan atraksi bagi wisatawan
sebagai pertunjukan atau pemandangan wisata diantara objek wisata yang lain;
3. Potensi Utama Pulau Kenawaa) Attraction
Dilihat dari objeknya terdapat 3 potensi yang dapat dijadikan sebagai daya tarik di
objek wisata Pulau Kenawa, yaitu :
Terdapatnya ekosistem mangrove yang luas, yang disebabkan karena kualitas
perairan di Pulau Kenawa sangat baik
Terdapatnya Ikan karang yang terdapat pada lokasi timur Pulau Kenawa dengan
jumlah 37 spesies dengan 238 individu.
Terdapatnya ekosistem terumbu karang yang terdapat pada sebelah timur Pulau
Kenawa
b) Accessibility
Pulau kenawa berada tidak jauh dari pelabuhan penyeberangan Poto Tano,
Sumbawa Barat. Untuk mencapai dari pelabuhan penyeberangan Poto Tano ke
dermaga di Pulau Kenawa dapat menggunakan kapal nelayan dengan waktu tempuh
sekitar 15 menit dari Pelabuhan Poto Tano.
c) Amenities
Pulau kenawa terdapat rumah-rumah pondok yang digunakan sebagai tempat
beristirahat yang digunakan oleh nelayan dan wisatawan yang datang.
4. Kendala-Kendala yang ada di Pulau KenawaBerikut ini kendala yang dihadapi di objek wisata Pulau kenawa, yaitu :
a) Tidak terdapatnya sumber air bersih, yang mengakibatkan tidak tersedianya fasilitas
seperti toilet
b) Tidak Terdapatnya aliran listrik sehingga tidak ada penerangannya pada pondok-pondok
yang terdapat di Pulau tersebut.
c) Tidak terdapatnya fasilitas perdagangan yang berfungsi sebagai sarana yang menjual
kebutuhan sehari-hari wisatawan.
d) Aksesibilitas dari Pelabuhan Poto Tano ke dermaga Pulau Kenawa, masih hanya
mengharapkan pada nelayan sekitar saja.
5. Indikasi PengembanganPengembangan pariwisata merupakan suatu usaha untuk memajukan kegiatan
pariwisata sehingga tercipta suatu usaha kondisi pariwisata yang dapat menghasilkan devisa
khusus-nya pengembangan pariwisata air.
Konsep pengembangan wisata Pulau Kenawa yang akan diterapkan adalah konsep
kawasan wisata air, yang dimana wisata air di pulau kenawa diperuntukkan sebagai wisata
domestik. Pengembangan Pulau Kenawa sebagai kawasan wisata air tidak terlepas dari
pengembangan seluruh pulau yang ada di Kawasan Perairan Sumbawa. Berikut ini akan
diuraikan, tahapan pengembangan Pulau Kenawa sebagai kawasan wisata air.
Konsep pengembangan wisata air yang terdapat di Pulau Kenawa adalah wisatawan
diajak untuk melakukan perjalanan wisata yang terus berputar mengelilngi pulau tanpa
merasakan lelah dan bosan karena kawasan ini akan dilengkapi dengan prasarana dan sarana
penunjang pengembangan kawasan wisata air.
Kondisi eksisting yang terdapat pada Pulau Kenawa yaitu berupa fasilitas-fasilitas
penunjang aktivitas kegiatan wisata air, masih dinilai belum maksimal, hal tersebut terlihat dari
tidak adanya prasarana dan sarana penunjang bagi aktivitas wisata air. maka dari perlu
dilakukan pembangunan-pembangunan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang belum ada
yaitu berupa :
1. Pemenuhan akses transportasi dari Pelabuhan Poto Tano ke dermaga Pulau Kenawa,
seperti terdapatnya perahu-perahu kecil yang dapat mengangkut wisatawan dari
Pelabuhan Poto Tano ke dermaga Pulau Kenawa
Jalur Akses antar pelabuhan
Gambar Akses Transportasi dari Pelabuhan Poto Tano ke dermaga Pulau Kenawa
2. Pembangunan tenaga listrik skala kecil, yang digunakan untuk menunjang komponen
penerangan pada aktivitas di malam hari.
3. Pembuatan dermaga untuk wahana wisata air berupa banana boat, jetsky dan
paralayang sehingga terdapat wahana untuk pengunjung menunggu antrian
penggunaan wahana wisata air yang terlatak pada sisi barat Pulau Kenawa
Gambar Dermaga Untuk Wahana Gambar Wahana Banana Boat Wisata Air
Gambar Wahana Jet Ski
4. Penambahan wahana camping ground, sehingga pengunjung dapat menginap di Pulau
Kenawa.
Gambar Wahana Camping Ground
5. Pembangunan fasilitas-fasilitas perdagangan skala kecil, seperti warung, kios dan
tempat makan.
Gambar sarana tempat makan
6. Pembangunan Fasilitas pendukung, antara lain yaitu musholla, lavatory (kamar mandi),
souvenir shop;
7. Penambahan wisata budidaya ikan hias dan terumbu karang pada sisi timur Pulau
Kenawa, yang dimana kedua wisata tersebut merupakan salah satu potensi utama dari
Pulau Kenawa.
8. Penambahan fasilitas area berjemur pada di Pulau Kenawa
Gambar Area Berjemur dan fasilitas area berjemur
Sumber Google map
Peta Rencana Pengembangan Wisata Air di Pulau Kenawa
Area Berjemur
Wahana Wisata Budidaya Ikan HiasWahana Camping
Ground
Area Berjemur
Wahana Wisata Air
Dampak Positif Pengembangan Pariwisataa. Potensi Pertumbuhan perekonomian
Dengan dilakukannya pengembangan pariwisata di pulau Kenawa, maka
perekonomian di sekitar daerah wisata akan mengalami pertumbuhan. Ini dikarenakan
jika program pengembangan ini berhasil, maka ukurannya adalah banyaknya wisatawan
yang berkunjung atau melakukan wisata ke Pulau Kenawa, baik itu wisatawan dalam
negeri bahkan bisa sampai wisatawan mancanegara jika promosi dari wisata ini berhasil
menarik minat wisatawan.
Ketika banyak wisatawan yang datang, mereka akan memiliki kebutuhan yang
harus terpenuhi di daerah wisata tersebut selain dari kebutuhan akan obyek wisata itu
sendiri. Wisatawan akan membutuhkan moda transportasi untuk sampai ke daerah
wisata, membutuhkan makanan sebagai kebutuhan pokok, bahkan banyak wisatawan
menginginkan sesuatu yang dapat dibawa pulang dari daerah wisata seperti souvenir
yang memiliki kekhasan dengan daerah wisata yang dalam kasus ini adalah wisata di
Pulau Kenawa. Ketika ada demand (permintaan) akan kebutuhan tersebut, maka akan
ada suply untuk memenuhinya. Suply ini bisa jadi akan diberikan atau disediakan oleh
masyarakat sekitar daerah wisata Pulau Kenawa, sehingga perekonomian masyarakat
akan meningkat seiring ramainya wisatawan yang berwisata di Pulau Kenawa.
b. Pemerataan pembangunan
Pemerataan pembangunan akan terjadi seiring dengan kemajuan dari wisata
Pulau Kenawa ini. Hal ini dikarenakan ketika Pulau Kenawa dikembangkan sebagai
daerah atau tempat tujuan wisata, maka harus dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung. Namun wisatawan tidak akan tertarik jika prasarana dan sarana di daerah
wisata dan sekitarnya memiliki kualitas yang buruk. Sehingga perlu peningkatan
kualiatas dari prasarana dan sarana agar wisatawan dapat sampai dan berwisata di
Pulau Kenawa.
Prasarana yang harus dibenahi paling pertama yaitu akses yang dapat
memudahkan wisatawan untuk sampai ke daerah wisata, akses ini adalah perbaikan
jalan dan penyediaan pelabuhan. Selain itu, perlu perbaikan pada kualitas tingkat
pelayanan fasilitas pendukung yang membuat wisatawan tidak khawatir untuk berwisata
seperti perbaikan atau penyediaan moda transportasi yang aman dan nyaman,
penyediaan fasilitas kesehatan, fasilitas air bersih, listrik dan fasilitas pendukung lainnya
yang berkaitan dengan kegiatan wisatawan saat berwisata.
Ketika prasarana dan sarana sudah dibenahi atau sudah dibangun, maka
prasarana dan sarana tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh masyrakat sekitar untuk
mendukung kegiatan dan pekerjaaan sehari-hari yang biasa dikerjakan atau dilakukan
masyarakat sekitar Pulau Kenawa.
Dampak Negatif Pengembangan Pariwisataa. Potensi kerusakan ekosistem
Di Pulau Kenawa ini terdapat 3 ekosistem pantai yang terdiri dari ekosistem
mangrove, ekosistem ikan, dan ekosistem terumbu karang, dimana ekosistem ini
terbentuk dan terawat secara alami tantpa campur tangan manusia.
Ketika wisata berhasil dikembangkan dengan hasil banyaknya wisatawan yang
berkunjung ke Pulau Kenawa, ekosistem-ekosistem yang ada berpotensi terganggu atau
bahkan rusak. Selain wisatawan yang kemungkinan menghasilkan limbah atau sampah
di daerah wisata, pembangunan fasilitas juga berpengaruh terhadap kerusakan, seperti
pembuatan dermaga yang membutuhkan ruang di tepi pantai, juga dari tawaran
atraksinya sendiri yang memang menonjolkan pantai sebagai daya tarik utama yang
akan merusak ekosistem pantai di Pulau Kenawa.
b. Hilangnya kekhasan masyarakat setempat
Maksud dari kekhasan masyarakat ini adalah mengenai pondok-pondok yang
biasanya digunakan oleh nelayan untuk beristirahat dan juga dapat digunakan oleh
wisatawan. Akan tetapi jika intensitas dan juga jumlah wisatawan semakin banyak,
maka perlu tempat baru untuk dijadikan tempat untuk menampung wisatawan untuk
beristirahat. Hal ini mengakibatkan hilangnya kekhasan dari pondok-pondok yang ada
jika tempat baru yang disediakan memiliki desain yang modern, bahkan mungkin saja
pondok-pondok tersebut akan hilang diganti oleh tempat peristirahatan bagi wisatawan
yang lebih mewah.