Upload
irsan-muslimin
View
874
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tugas:
UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KARYAWAN
PT. INDUSTRI SANDANG II UNIT PATAL SECANG MAGELANG
Oleh :
Nama : ERNIAS
Stambuk : F2 DA O9 098
Kelas : genap (B)
Universitas Haluoleo
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Kendari
2011
Daftar isi..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................
BAB II POKOK PEMBAHASAN..................................................................................
A. Pengertian kesehatan dan keselamtan kerja
1. Sanitasi lingkungan kerja.........................................................................
2. Pencegahan kecelakaan kerja...................................................................
3. Bysinosis..................................................................................................
4. Kondisi lingkungan kerja.........................................................................
5. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT.industri sandang II
unit patal ………………………………………………………………
B. Pemantauan hygeni dan kesehatan perusahaan.............................................
1. Kebisingan....................................................................................................
2. Cahaya penerangan........................................................................................
3. Getaran..........................................................................................................
4. Radiasi...........................................................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................................
A. Simpulan..............................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, limpahan,
dan izinnya jualah sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KARYAWAN PT.INDUSTRI
SANDANG II UNIT PATAL SECANG MAGELANG
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak menemukan kesulitan dan hambatan
pada saat penulisannya. Namun demikian, dengan berkat adanya petunjuk, saran dan
dorongan dari berbagai pihak, disertai ketekunan doa, hambatan tersebut dapat diatasi
sehingga terwujudlah makalah ini, walaupun dalam bentuk sederhana.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari akan adanya kesalahan- kesalahan
dalam pembuatannya. Itu berarti dalam makalah ini pasti ada juga kekurangannya dan
untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan.
Akhir kata semoga Allah SWT. Tetap melimpahkan taufik dan hidayah- nya kepada
kita semua.
Kendari, 18 Mei 2011
Penulis
UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KARYAWAN
PT. INDUSTRI SANDANG II UNIT PATAL SECANG MAGELANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam
pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga
kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan
industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung
resiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Setiap
ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah. Karena ancaman
seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun keluarganya. Lebih-
lebih perlu disadari bahwa pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik
daripada menunggu sampai kecelakaan terjadi yang biasanya memerlukan biaya yang
lebih besar untuk penanganan dan pemberian kompensasinya. Mengingat kegiatan
sektor industri tidak terlepas dengan penggunaan teknologi maju yang dapat
berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja terutama masalah penyakit
akibat kerja. Selain itu masih banyak perusahaan yang belum melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang mengarah kepencegahan penyakit akibat kerja, hal ini
disebabkan karena kurangnya perhatian, waktu dan memer lukan biaya yang tinggi.
Dari pihak pekerja sendiri disamping pengertian dan pengetahuan masih terbatas, ada
sebagian dari mereka masih segan menggunakan alat pelindung atau mematuhi aturan
yang sebenarnya. Oleh karena itu masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak
dapat dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus dilakukan secara terpadu yang melibatkan
berbagai pihak baik pemerintah, perusahaan, tenaga kerja serta organisasi lainnya
(Perguruan Tinggi). PT. Industri Sandang II Unit Patal Secang merupakan perusahaan
pemintalan benang yang tentunya mempunyai masalah keselamatan dan kesehatan
kerja. Untuk mengenal/mengetahui masalah tersebut di atas, maka observasi yang
dilakukan bertujuan untuk :
1. Mendapatkan data obyektif dari kondisi lingkungan kerja yaitu faktor fisik (suhu,
penerangan dan kebisingan) dan faktor kimia (debu kapas).
2. Mengetahui upaya penanggulangan kecelakaan kerja dan bahaya kebakaran.
3. Mengetahui upaya sanitasi lingkungan kerja yang dilakukan untuk mengurangi
paparan debu kapas.
4. Memberikan masukan terhadap perusahaan dalam upaya
pencegahan/penanggulangan masalah yang timbul.
B. RUMUSAN MASALAH
Berpijak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah :
1. Bagaimana upaya penerapan kesehatan dan keselamtan kariyawan pada
PT.Industri Sandang Unit II Patal Secang Magelang
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas Mata kuliah yaitu “UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
KARYAWAN PT.INDUSTRI SANDANG II UNIT PATAL SECANG
MAGELANG” dan untuk menambah wawasan tentang penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah
mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak untuk
dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya K3 diharapkan
dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit
akibat melakukan pekerjaan. Dalam pelaksanaan K3 sangat dipengaruhi oleh 3 faktor
utama yaitu manusia, bahan, dan metode yang digunakan, yang artinya ketiga unsur
tersebut tidak dapat dipisahkan dalam mencapai penerapan K3 yang efektif dan
efisien. Sebagai bagian dari iImu Kesehatan Kerja, penerapan K3 dipengaruhi oleh 4
faktor yaitu adanya organisasi kerja, administrasi K3, pendidikan dan pelatihan,
penerapan prosedur dan peraturan di tempat kerja, dan pengendalian lingkungan
kerja. Dalam Ilmu Kesehatan Kerja, faktor lingkungan kerja merupakan salah satu
faktor terbesar dalam mempengaruhi kesehatan pekerja, namun demikian tidak bisa
meninggalkan faktor lainnya yaitu perilaku. Perilaku seseorang dalam melaksanakan
dan menerapkan K3 sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan efektivitas
keberhasilan K3. Demikian juga yang terjadi pada pekerja PT.Industri Sandang II
Unit Patal Secang Magelang, dimana tingkat kepatuhan terhadap peraturan dan
pengarahan K3 akan mempengaruhi perilaku terhadap penerapan prinsip K3 dalam
melakukan pekerjaannya..
1. Sanitasi Lingkungan Kerja
Salah satu aspek sanitasi lingkungan kerja adalah ketatarumahtanggaan yang
diartikan lebih dari menjaga fasilitas pabrik tetap bersih dan bebas darii
limbah/sampah, tetapi juga berarti teratur segala-galanya. Jadi ketatarumahtanggaan
termasuk juga mengatur perkakas alat-alat kerja, penyimpanan fasilitas dan bahan.
Ketatarumahtanggaan yang baik tidak dapat dicapai dengan suatu pembersihan
menyeluruh yang dilakukan hanya sekali-kali saja. Bila pabrik akan dibersihkan dan
secara teratur, rencana ini harus disusun dengan baik. Rencana untuk kebersihan
pabrik harus menjadi suatu kegiatan yang terus menerus dan dengan cara-cara
pelaksanaan untuk pengecekan dan evaluasi yang baik harus ditegakkan (Soeripto,
1991).
2. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab para
manajemen yang wajib memelihara kondisi kerja yang selamat sesuai dengan
ketentuan pabrik. Di pihak lain, para kepala urusan wajib senantiasa mencegah jangan
sampai terjadi kecelakaan. Umumnya kejadian kecelakaan kerja disebabkan
kesalahan manusia (human error), dimana penyebab kecelakaan bermula pada
kegiatan tidak selamat manusia itu sendiri. Silalahi ( 1991) menyatakan bahwa ada
beberapa perbuatan yang mengusahakan keselamatan, antara lain:
a. Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntun yang diberikan.
b. Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan kepada
atasan.
c. Setiap peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja harus dipatuhi
secermat mungkin.
d. Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan akan
perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.
e. Peralatan dan per lengkapan keselamatan dan kesehatan kerja dipakaii
(digunakan) bila perlu.
3. Byssinosis
Byssinosis adalah penyakit tergolong pneumoconiosis yang penyebabnya
terutama debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri textil. Penyakit ini
terutama bertalian erat dengan pekerjaan blowing dan carding. tapi terdapat pula pada
pekerjaan-pekerjaan lainnya. bahkan dari permulaan proses (pembuangan biji kapas)
sampai kepada proses akhir (penenunan). Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5
tahun bagi para pekerja pada blowing dan carding. Bagi pekerja lainnya lebih dari
waktu 5 tahun (Suma’mur. 1993).
Upaya-upaya untuk mencegah byssinosis adalah :
a. Pemeliharaan rumah tangga yang baik di perusahaan textil sehingga debu kapas
sangat sedikit di udara.
b. Pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara.
c. Membersihkan lantai dengan sapu tidak baik.
d. Ventilasi umum dengan sistim hisap.
e. Pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan
secara berkala.
f. Rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak berbahaya.
4. Kondisi Lingkungan Kerja.
Kondisi lingkungan kerja yang penting dipehatikan dalam industri pemintalan
kapas yaitu faktor fisik, antara lain: suhu, penerangan, kebisingan, faktor kimia (debu
kapas) dan sanitasi lingkungan kerja. Pada tabel 1 tertera hasil pengukuran kondisi
lingkungan kerja yang dilakukan oleh instansi Depnaker Dati II Magelang dapat
diinterpretasikan bahwa :
a. Suhu lingkungan kerja pacta lokasi penyimpanan bahan baku I(bill store) hingga
proses pemintalan kapas menjadi benang (finishing) melebihi ambang batas
kenyamanan bekerja 21-30 °C. walaupun di dalam ruangan dilengkapi AG. AC
diatur sedemikian rupa agar suhu dan kelembaban udara terjaga untuk
mempertahankan kualitas benang. Tingginya suhu tidak menjadi hambatan bagi
pekerja karena telah mengalami aklimatisasi (penyesuaian) dan upaya mengatasi
hal ini pekerja juga menyediakan atau cukup mengkonsumsi air minum.
b. Penerangan pacta setiap tempat pemrosesan pemintalan kapas umumya masih
kurang dari yang disyaratkan (100 lux) untuk penerangan yang cukup agar
pekerja dapat membedakan barang-barang kecil secara sepintas.
c. Tingkat kebisingan yang melebihi ambang bat as pendengaran (>85 dB) terdapat
pada mesin speed. spinning dan finishing. Untuk mengatasi kebisingan ini.
Perusahaan telah menyediakan alat pelindung pendengaran (ear plug/sumbat
telinga). Oleh karena sifat dari ear plug tersebut lama-lama menjadi keras
sehingga pekerja tidak memakainya dan berusaha untuk menggantikan dengan
memakai sumbat kapas. Upaya proteksi pendengaran ini masih belum maksimal.
oleh karena ada pekerja yang sama sekali tidak memakai alat pelindung
pendengaran.
d. Pada proses pemintalan. limbah debu kapas (flying waste) paling banyak didapat
pada proses blowing. carding dan spinning. Limbah aktual pada pekerjaan
blowing dan carding masing-masing sebesar 3.5% dan 2.5%. Hasil pengukuran
terhadap kandungan debu kapas pada dua titik pengukuran pada setiap ruangan
dengan waktu yang berbeda ternyata pada debu kapasnya. mengingat limbah
kapas yang dihasilkan paling banyak. Potensi paparan debu kapas di ketiga lokasi
tersebut di atas mengisyaratkan pekerja harus memakai masker. namun sewaktu
observasi belum semua pekerja disiplin terhadap pemakaian masker (kadang-
kadang masker dilepas) dan bahkan ada yang tidak memakainya. Keadaan ini
tidak disadari dampak negatif dari paparan debu kapas terhadap kesehatan, hal ini
disebabkan oleh masih rendahnya pengetahuan (tingkat pengetahuan) pekerja atau
mungkin disebabkan perilaku yang menyepelekan bahaya paparan debu kapas.
Secara umum sanitasi lingkungan kerja pabrik terlaksana dengan baik tidak
terlihat adanya sampah-sampah yang berserakan yang mengganggu estetika
ingkungan. namun yang menjadi masalah terhadap lingkungan adalah adanya
limbah kapas yang berterbangan (flying waste) dan berserakan di ruangan pabrik
maupun di luar pabrik (halaman dan sekitarnya). Upaya mengurangi flying waste
ini telah dipasang alat pengisap debu kapas dan cerobong-cerobong dalam pabrik
diberi kisi-kisi/saringan. demikian pula di luar pabrik telah diupayakan reboisasi
(hutan buatan) sebagai paru-paru pabrik untuk mengurangi flying waste disekitar
lingkungan pabrik. Limbah kapas yang dihasilkan 8% selama proses pemintalan
dikumpulkan untuk dijual yang terdiri dari kapas yang dapat digunakan sebagai
bahan untuk jok (tempat duduk). kasur dan kapas pembalut. dan kapas yang telah
tercampur debu/kotoran digunakan untuk media pertumbuhan jamur merang.
Sanitasi terhadap fasilitas di pabrik seperti kamar mandi. WC. tempat ganti
pakaian. dan ruang transit pekerja telah terlaksana dengan baik. Salah satu bagian
yang penting pada sanitasi lingkungan kerja adalah ketatarumahtanggaan (layout
mesin-mesin dan peralatan). Sehubungan dengan adanya penambahan/modifikasi
mesin untuk meningkatkan produksi benang terlihat bahwa layout mesin tidak
tertata dengan rapi sehingga membuat ruangan menjadi sempit dan dapat
mengganggu ruang gerak untuk bekerja serta dapat menimbulkan kecelakaan
kerja.
5. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Untuk mencegah atau penanggulangan terhadap timbulnya kebakaran, Patal
Secang memiliki:
a. Sprinkler (sistim penyembur) yang ditempatkan di dalam ruang pabrik, secara
otomatis dapat pecah pada suhu tertentu bila ada panas/api akibat terbakar atau
korsluiting listrik pada mesin-mesin pemintal kapas.
b. Hydrant box yang ditempatkan di dalam ruang pabrik yang terdiri dari selang
landas (landing valve), pipa kopel pemadam (copling fire hose) dan pipa semprot
(nozzle), atau kumparan selang (hose reel).
c. Alat pemadam kebakaran dengan jenis serbuk kering (dry chemical), gas (CO2)
dan busa.
d. Tower untuk memudahkan penyemprotan air.
Selain upaya pencegahan kebakaran, pembuatan papan peringatan dan
prosedur kerja telah dilaksanakan agar pekerja tidak lalai dalam melaksanakan
pekerjaan sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja. Selama lima tahun terakhir
ini kejadian kecelakaan kerja yang diakibatkan mesin di Patal Secang tidak ada (zero
accident), walaupun sekali-kali ada kasus kecelakaan yang sifatnya ringan seperti
terjepit. Walaupun demikian pihak perusahaan perlu memikirkan upaya pembuatan
pagar pengaman (safe guard) terutama pada mesin carding yang mempunyai roda
penggerak dari tali kipas penggerak yang dapat mengundang kecelakaan kerja
Dengan bekal pengalaman (masa kerja) yang umumnya cukup lama sangat berperan
bagi pekerja agar lebih teliti dan berhati-hati dalam melakukan pekerjaan, sehingga
kecelakaan kerja dapat terhindari.
6. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di Patal Secang terdiri dari pre-ployment examination
(pemeriksaan kesehatan sebelum tenaga kerja diterima) dan periodical examination
(pemeriksaan kesehatan secara periodik) bagi pekerja terutama pemeriksaan foto
thor'ax/x-ray setiap tahunnya) serta pelayanan kesehatan untuk penyakit-penyakit
umum. Pelayanan kesehatan (pelayanan kuratif) yang dilaksanakan sifatnya gotong
royong, artinya kerja yang sehat tidak menerima uang (biaya)
pemeliharaanmkesehatan melainkan biaya ini dipakai untuk pengobatan
kerja/anggota keluarganyamyang sakit. Besarnya anggaran biaya pelayanan
kesehatan (kuratif) di Patal Secangmsetiap bulanya Rp. 12,5 juta.
B. Pemantauan Hygiene Perusahaan dan Kesehatan
1. Kebisingan
Kebisingan adalah suara/bunyi yang tidak dikehendaki. Suara menjadi
kebisingan (noise) apabila :
a. Tingkat bunyi begitu tinggi, sehingga pendengaran dapat menjadi rusak secara
permanen.
b. Suara tersebut mengganggu konsentrasi kerja.
c. Suara mengganggu atau mencegah tidur. Secara objektif bising terdiri dari getaran
suara kompleks yang sifat getarannya tidak periodik. Pengaruh utama kebisingan
terhadap kesehatan adalah kerusakan pada indra pendengaran. Ukuran kebisingan
biasanya dinyatakan dalam decibell (dB), dimana sebenarnya bukan merupakan suatu
satuan ukuran, melainkan merupakan suatu representasi kuatnya tekanan suara
(Sound Presure Level), dengan menggunakan alat Sound Level Meter. Kebisingan
dapat ditanggulangi dengan penggunaan alat pelindung telinga yaitu ear plug dan ear
muff, serta mengadakan pemeriksaan penurunan daya dengar bagi tenaga kerja yang
bekerja di tempat bising yang intensitasnya diatas Nilai Ambang Batas secara
berkala.
2. Cahaya atau penerangan
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat
melihat obyek yang dikerjakan secara jelas dan cepat dan tanpa upaya yang tidak
perlu. Akibat dari penerangan yang buruk dapat menyebabkan kelelahan mata,
kelelahan mental, keluhan pegal disekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan
meningkatkanya angka kecelakaan. Tingkat penerangan dapat dipenuhi dengan cara
yaitu :
a. Penerangan alami
Penerangan ini menggunakan sinar matahari secara langsung
b. Penerangan buatan
Penerangan buatan diperlukan bila penerangan alam belum memadai, misalnya pada
ruangan tertutup, keadaan mendung atau pada malam hari. Penerangan buatan ini
dipenuhi dengan penggunaan berbagai macam lampu sesuai dengan kebutuhan,
misalnya lampu TL, MSL. Lokasi pengukuran penerangan di bagi menjadi 3, yaitu:
1) Area workshop
Intensitas penerangan area UCR dan Painting, FIP dan Toolstore telah sesuai dengan
jenis pekerjaan yang ada di area workshop dan sesuai dengan Peraturan Menteri
Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan
di Tempat Kerja yaitu membeda-bedakan barangbarang kecil yang agak teliti yaitu
minimal 200 Lux. Tetapi area Engine Bay, Small Component, Machine Bay belum
memenuhi.
2) Area office
Area office penerangannya bersumber dari penerangan alami yaitu sinar matahari dan
penerangan buatan yaitu lampu neon. Untuk pekerjaan mengetik dan menulis antara
300-400 Lux. Sedangkan untuk pantry, mushola, toilet antara 100-200 Lux. Intensitas
penerangan tersebut telah memenuhi standar sesuai dengan Peraturan Menteri
Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan
di Tempat Kerja yang menerangkan bahwa untuk pekerjaan kantor yang berganti-
ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat harus paling
sedikit mempunyai kekuatan 300 Lux. Untuk pekerjaan yang membedakan barang-
barang kecil sepintas lalu seperti di pantry, toilet harus paling sedikit mempunyai
kekuatan 100 Lux.Penerangan yang dihasilkan tidak menimbulkan kesilauan dan
bayangan bagi karyawan karena telah dilakukan pengendalian sesuai dengan hierarki
pengendalian berupa engineering control yaitu dengan memberikan penghalang
berupa gorden untuk sinar matahari langsung dan tutup lampu untuk sinar lampu
yang sudah didesign sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kesilauan dan
bayangan.
3) Area warehouse
Area warehouse penerangannya bersumber dari penerangan alami yaitu sinar
matahari dan penerangan buatan yaitu lampu neon. Intensitas penerangannya42 Lux
yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang ada di ruangan yaitu memilah-milah
barang dan packing. Intensitas penerangan tersebut telah memenuhi standar sesuai
dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan dan Penerangan di Tempat Kerja yang menerangkan bahwa untuk
pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil seperti pemeriksaan atau percobaan
kasar terhadap barang-barang, pembungkusan, dan melapis perabot harus paling
sedikit mempunyai kekuatan 100 Lux. Penerangan yang dihasilkan tidak
menimbulkan kesilauan dan bayangan bagi karyawan karena telah dilakukan
pengendalian sesuai dengan hierarki pengendalian berupa engineering control yaitu
dengan memberikan penghalang
berupa atap untuk sinar matahari langsung dan tutup lampu untuk sinar lampu yang
sudah didesign sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kesilauan dan
bayangan.
3. Getaran
Getaran adalah ikut beresonasinya tubuh manusia akibat adanya sumber getar yang
dapat menimbulkan gangguan berupa gangguan kesehatan. Getaran mekanis adalah
merupakan salah satu faktor di tempat kerja yang disebabkan oleh peralatan atau
mesin yang sedang dioperasikan. Gejala akibat getaran yaitu efek mekanis pada
jaringan, rangsangan reseptor syaraf didalam jaringan, gangguan kenikmatan,
terganggunya terhadap kesehatan. Belum dilakukan pengukuran getaran terhadap alat
kerja yang digunakan dan menghasilkan getaran di PT. Trakindo Utama Cabang
Jakarta. Sehingga belum memenuhi Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
4. Radiasi
Selain dari sinar matahari, radiasi sinar ultraviolet dihasilkan oleh pengelasan suhu
tinggi di welding bay section. Sinar tersebut dapat mengakibatkan konjungtivitis
fotoelektrika dan iritasi pada kulit. Belum dilakukan pengukuran sinar radiasi di PT.
Trakindo Utama Cabang Jakarta, tetapi pengendalian telah dilakukan dengan
memberikan face shield, kacamata las, appron dan safety gloves Proses pemantauan
higiene tersebut sesuai dengan :
1. ISO 14001:2004 Klausul 4.5.1 mengenai Pemantauan dan Pengukuran
2. Kepmen LH No.Kep-51/MENLH/10/1995 Pasal 6 tentang Baku Mutu
Limbah
3. Permenaker No. Per-05/ MEN/ 1996 Elemen 7.2 mengenai Pemantauan
Lingkungan Kerj
BABIII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil observasi lapangan dapat disimpulkan bahwa
1. Konsentrasi paparan debu kapas terbanyak pada pekerjaan blowing.
2. Sanitasi lingkungan kerja telah terlaksana dengan baik.
3. Kejadian kecelakaan kerja tidak ada (zero accident).
4. Tidak didapati adanya kasus penyakit akibat kerja terutama byssinosis.
B. Saran
1. Perlu penegakan disiplin karyawan terhadap pemakaian alat pelindung diri
terutama masker dan sumbat telinga.
2. Perlu rutinitas pemeriksaan kesehatan secara periodik terutama pemeriksanaan
foto thorax sebagai upaya pendeteksian dini penyakit byssinosis.
3. Perlu dipikirkan pemasangan dan pagar pengaman (safe guard) pada
mesinmesin yang mempunyai roda penggerak dan tali penggerak.
4. Kontinuitas kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan bidang
kesehatan dan keselamatan kerja, dan keterampilan para pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Phoon. W.O. 1988. Practical Occupational Health. JWB Printers and Binders Pte.
Ltd. Singapore.
Pramudianto. 1991. Hearing Conservation Program. Modul Kursus Tertulis Bagi
Dokter Hiperkes. Depnaker RI. Jakarta.
Soeripto. 1991. Sanitasi Industri. Modul Kursus Tertulis Bagi Dokter Hiperkes.
Depnaker RI. Jakarta.
Silalahi, B. N. B. 1991. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. PT Pustaka
Suma’mur PK. 1993. Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Cetakan ke-9. CV
Haj i Hasagung. Jakarta.
Waldron, H.A. 1989. Occupational Health Practice. 3th Edition. Butterworths.
London. Winarto. 1991. Tekanan Panas Dan Cara Penilaiannya. Modul I Kursus
Tertulis Bagi Dokter Hiperkes. Depnaker RI. Jakarta.