Upload
harsha-bahtera-romansa
View
69
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS
DESAIN PEMBELAJARAN MENULIS
KD MENYUSUN TEKS PIDATO
Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pembelajaran Menulis
Dosen Pengampu : Septina Sulistyaningrum, M. Pd.
Disusun Oleh :
Nama : M. Harsa Bahtiar
NIM : 2101411115
Rombel : 6
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB 1
I. KONSEP
A. Konsep Pembelajaran Menulis Menyusun Teks Pidato
1. Definisi / Pengertian Pidato
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk
disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato
kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit
semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi
orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato
atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat membantu
untuk mencapai jenjang karir yang baik.
2. Tujuan Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
a. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita
dengan suka rela.
b. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
c. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur
sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita
sampaikan.
3. Jenis-Jenis / Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato
a. Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan
menjadi:
Pidato Pembukaan
Adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca
acara atau mc.
Pidato pengarahan
Adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
Pidato Sambutan
Yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu
acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat
dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang
terbatas secara bergantian.
Pidato Peresmian
Adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang
berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
Pidato Laporan
Yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas
atau kegiatan.
Pidato Pertanggungjawaban
Adalah pidato yang berisi suatu laporan
pertanggungjawaban.
4. Metode Pidato
Teknik atau metode dalam membawakan suatu pidatu di depan umum :
a. Metode menghapal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu
menghapalkannya kata per kata.
b. Metode serta merta, yakni membawakan pidato tanpa persiapan
dan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Biasanya
dalam keadaan darurat tak terduga banyak menggunakan tehnik
serta merta.
c. Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang
telah dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato
resmi.
5. Persiapan Pidato
a. Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk
melakukan persiapan berikut ini :
Wawasan pendengar pidato secara umum
b. Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan
c. Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
d. Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
e. Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato.
6. Kerangka Susunan Pidato
Skema susunan suatu pidato yang baik :
a. Pembukaan dengan salam pembuka
b. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
c. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan,
sasaran, rencana, langkah, dll.
d. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup)
B. Konsep Model Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan model berbasis masalah atau
Problem Based Learning. Model ini adalah suatu strategi pembelajaran yang
berpusat pada siswa, starategi ini mengkolaborasikan antara pemecahan
masalah dan refleksi terhadap suatu pengalaman. Pembelajaran yang
diselenggarakan dengan metode PBL dalam pelaksanaannya akan mengikuti
metode Lima Langkah PBL dengan bobot atau kedalaman setiap langkahnya
disesuaikan dengan mata pelajaran yang bersangkutan. Lima Langkah tersebut
adalah (1) Konsep Dasar (Basic Concept), (2) Pendefinisian Masalah
(Defining the Problem), (3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning), (4)
Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge), dan (5) Penilaian
(Assessment).
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Problem Based Learning (selanjutnya baca PBL) merupakan salah
satu inovasi pendidikan. Berdasarkan defenisi dari Wikipedia problem
based learning is a student-centered instructional strategy in which
students collaboratively solve problems and reflect on their experiences.
Dari pengertian di atas dijelaskan bahwa PBL adalah suatu strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa, starategi ini mengkolaborasikan
antara pemecahan masalah dan refleksi terhadap suatu pengalaman.
Menurut Ward (2002) dan Stepien (1993) PBL adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Pendapat lain mengatakanbahwa PBL is an instructional method that
challenges students to "learn to learn," working cooperatively in groups to
seek solutions to real world problems. Defenisi ini mengemukakan bahwa
PBL merupakan salahsatu metode pembelajaran yang menantang bagi
siswa untuk “belajar untuk belajar”, bekerjasama dalam kelompok untuk
menemukan solusi atas masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan
mereka. Dalam PBL siswa akan terlibat sebagai subjek pembelajaran dan
akan mendorong rasa ingin tahu siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Suradijono (2004) PBL adalah metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru. Atau menurut Boud & Felleti (1991)
menyatakan bahwa Problem Based Learning is a way of constructing and
teaching course using problem as a stimulus and focus on student
activity”. Lebih lanjut Bouddanfelleti, (1997), Fogarty (1997) menyatakan
bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat
konfrontasi kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah
praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam
belajar.
Dapat disimpulkan bahwa PBL adalah strategi pembelajaran yang
mendorong siswa untuk menemukan solusi terhadap suatu masalah, baik
masalah fiktif yang dirancang oleh guru untuk melatih siswa maupun
masalah yang nyata dalam kehidupan siswa. Pemecahan masalah ini dapat
dipikirkan secara bersama-sama dalam kelompok kerja.
Adapun konsep PBL ini dikembangkan berdasarkan pada teori-teori
pendidikan Vygotsky, Dewey, dan teori lain yang terkait dengan teori
pembelajaran konstruktivis sosial-budaya dan desain pembelajaran.
Sedangkan hasil belajar (outcomes) yang diperoleh siswa yang
diajar dengan PBL menurut Arends (2004) yaitu: (1) inkuiri dan
ketrampilan melakukan pemecahan masalah, (2) belajar model peraturan
orang dewasa (adult role behaviors), dan (3) ketrampilan belajar mandiri
(skills for independent learning).
2. Sintakmatik
Pembelajaran yang diselenggarakan dengan metode PBL dalam
pelaksanaannya akan mengikuti metode Lima Langkah PBL dengan bobot
atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran
yang bersangkutan. Lima Langkah tersebut adalah (1) Konsep Dasar
(Basic Concept), (2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem), (3)
Pembelajaran Mandiri (Self Learning), (4) Pertukaran Pengetahuan
(Exchange Knowledge), dan (5) Penilaian (Assessment).
a. Konsep Dasar
Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep
dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam
pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih cepat
masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang
akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini
diperlukan untuk memastikan siswa mendapatkan kunci utama materi
pembelajaran sehingga tidak ada kemungkinan terlewatkan oleh siswa
seperti yang bisa terjadi jika siswa mempelajari secara mandiri.
konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk
garis besar saja sehingga mahasiswa dapat mengembangkannya
secara mandiri secara mendalam. Pada bagian ini dimungkinkan juga
tidak berupa paparan konsep dasar oleh dosen tetapi penggalian teori
pendukung dari pembelajaran pendukung pada semester sebelumnya
yang dibutuhkan untuk mendasari pemahaman dalam mata pelajaran
ini oleh siswa secara mandiri. Untuk memastikan siswa mengikuti
langkah ini maka langkah konsep dasar dilakukan dengan mengikuti
petunjuk.
b. Pendefinisian Masalah
Langkah kedua dari metode Lima Langkah PBL adalah
Pendefinisian Masalah (Defining The Problem). Dalam langkah ini
fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam
kelompoknya, siswa melakukan berbagai kegiatan. Pertama,
brainstorming. Brainstroming ini dilaksanakan dengan cara semua
anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan
terhadap skenario secara bebas sehingga dimungkinkan muncul
berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok
memiliki hak yang sama dalam memberikan dan menyampaikan ide
dalam diskusi serta mendokumentasikan secara tertulis pendapat
masing-masing dalam kertas kerja.
Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang
dikenal dalam skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud
dan artinya. Jika ada siswa yang mengetahui artinya, segera
menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum
dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam
permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum
dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam
permasalahan kelompok.
Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat
yang lebih fokus. Ketiga, menentuan permasalahan dan melakukan
pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi
penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil siswa. Jika tujuan yang
diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh siswa, fasilitator
mengusulkannya dengan memberikan alasannya.
Pada akhir langkah ini siswa diharapkan memiliki gambaran
yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang
mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan
untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap siswa mengikuti
langkah ini maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti
petunjuk.
c. Pembelajaran Mandiri
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing siswa mencari
berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang
diinvestigasi. Sumber yang dimaksud bisa dalam bentuk artikel
tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan
pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua
tujuan utama yaitu (1) agar siswa mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan
yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi
tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
Di luar pertemuan dengan fasilitator, mahasiswa bebas untuk
mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam
pertemuan tersebut siswa akan saling bertukar informasi yang telah
dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun. Siswa
juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan sehingga
anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap
permasalahan yang dihadapi.
Proses pelaksanaan pembelajaran mandiri dapat dimulai bila
seleksi alternatif dan pembagian tugas sudah dilakukan. Setiap siswa
melakukan pendalaman materi sesuai dengan pembagian tugas dalam
kelompok masing-masing. Pendalaman materi dapat dilakukan
melalui referensi (buku, jurnal, majalah, browsing internet, dan
informasi dari ahli), atau percobaan (simulasi dan perancangan
perangkat keras).
d. Pertukaran Pengetahuan
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman
materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada
pertemuan berikutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan
dengan cara siswa berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap siswa
menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara
mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk mendapatkan
kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam
pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno,
menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk
memastikan setiap siswa mengikuti langkah ini maka dilakukan
dengan mengikuti petunjuk.
e. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude).
Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh
kegiatan perkuliahan yang dilakukan dengan ujian akhir semester
(UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan
laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan
alat bantu pembelajran baik software, hardware, maupun kemampuan
perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill yaitu keaktifan dan
partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan
kehadiran pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut
ditentukan oleh dosen mata pelajaran yang bersangkutan.
3. Sistem Sosial
Penerapan model ini bertujuan untuk melibatkan siswa dalam
menemukan permasalahan yang berhubungan dengan suatu bidang ilmu
agar menimbulkan rasa ingin tahu sehingga siswa dituntut untuk mampu
berpikir konkret ke arah pemikiran abstrak.
4. Prinsip Pengelolaan atau Reaksi
Pengajar berperan sebagai fasilitator yang bertugas mengatur secara
langsung proses pembelajaran yang berbentuk kelompok agar dalam
pelaksanaannya konsep yang dibentuk oleh siswa sesuai dengan yang
diharapkan oleh guru. Namun walaupun pengajaran berpusat pada siswa,
peran guru masih sangat vital karena harus mengawal kegiatan
pembelajaran agar tetap sesuai dengan yang diharapkan.
5. Sistem Pendukung
Sarana pendukung yang diperlukan berupa bahan-bahan dan contoh
dari materi, serta buku-buku penunjang materi yang dapat digunakan
sebagai sumber belajar.
BAB 2
II. Desain Pembelajaran Menulis Menyusun Teks Pidato dengan Model Problem Based Learning
TAHAP PROSEDURPEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
1 Konsep dasar Guru menyampaikan langkah pembelajaran menulis KD menyusun teks pidato secara umum, kompetensi yang harus dikuasai siswa, petunjuk pembelajaran yang dibutuhkan.
Siswa membentuk kelompok kecil beranggotakan 4-5 orang siswa dan berdiskusi mengenai kompetensi yang harus dikuasai siswa berkaitan dengan menyusun teks pidato.
2 Pendefinisian masalah
Guru memberikan masalah berkenaan dengan KD menyusun teks pidato yang dibahas kepada setiap kelompok dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS).
Siswa melakukan brainstorming dalam kelompok masing-masing, mencermati masalah yang diberikan, mengatur strategi pemecahan masalah untuk menelaah kerangka pidato, dan melakukan pembagian tugas.
Peran guru adalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
3 Pembelajaran Mandiri
Guru memantau dan mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, dan mencari penjelasan dan solusi dari permasalahan yang ingin dipecahkan.
Siswa melakukan aktivitas dalam kelompok sesuai dengan strategi pemecahan masalah yang telah ditetapkan.
Aktivitas dalam kelompok adalah berdiskusi tentang cara menyusun teks pidato dengan cara menentukan kerangka pidato.
4 Pertukaran Pengetahuan
Setelah kelompok berdiskusi untuk menentukan kerangka pidato, maka guru akan membimbing siswa untuk bertukar pikiran dengan cara mengakomodasi masukan dari pleno.
Guru membimbing siswa dalam mengembangkan karya yang sesuai seperti:
laporan hasil kerja kelompok atau bentuk karya lainya.
Siswa menyajikan hasil karya kelompok dalam suatu forum diskusi kelas.
5 Penilaian Siswa menyerahkan laporan hasil pemecahan masalah yang telah dikerjakan secara berkelompok yaitu sebuah susunan teks pidato yang sudah tepat.
Guru melakukan penilaian otentik berupa hasil karya siswa secara individu dan kelompok yang diwujudkan dalam bentuk portofolio
BAB 3
III. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
A. STANDAR KOMPETENSI :
Menulis
12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato
B. KOMPETENSI DASAR :
12.4 Menyusun teks pidato
C. MATERI PEMBELAJARAN :
• Kalimat pembuka, isi, penutup
• syarat-syarat topik
• sumber topik
• kerangka teks pidato
• penggunaan bahasa dalam teks pidato
D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI :
No Indikator Pencapaian
Kompetensi
Materi Pembelajaran
1 Mengidentifikasi struktur teks
pidato
Contoh teks pidato
Kalimat pembuka, isi,
penutup
2 Menentukan topik syarat-syarat topik
sumber topik
3 Menyusun teks pidato
berdasarkan kerangka dengan
menggunakan kalimat yang
mudah dipahami
kerangka teks pidato
4 Menyunting teks pidato tulisan
teman
penggunaan bahasa dalam
teks pidato
E. MATERI PEMBELAJARAN
KD 12.4 Menyusun Teks Pidato
1. Contoh teks pidato
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera untuk kita semua
Para peserta upacara yang berbahagia,
Puji syukur senantiasa kita persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmat dan karuniaNya kita dapat mengikuti Upacara Bendera dalam
memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-97 tanggal 20 Mei 2005 dalam
keadaan sehat wal afiat penuh kebahagiaan lahir dan batin. Peringatan Hari
Kebangkitan Nasional yang diawali dengan Pergerakan Budi Utomo pada tahun
1908 telah memberi inspirasi yang sangat kuat bagi bangkitnya semangat
nasionalisme bangsa Indonesia.Kelahirannya telah dijadikan momentum dan
tonggak sejarah perjuangan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, dalam merintis
perjalanannya untuk menjadi bangsa yang merdeka dan memiliki jati diri sebagai
bangsa yang berdaulat.Semangat kebangsaan atau nasionalisme rakyat Indonesia
yang kala itu termanifestasikan oleh perjuangan kaum mudanya, semakin tumbuh
kokoh dan berkembang, sehingga menjadi kekuatan bagi pembentukan NKRI
yang merdeka dan berdaulat pada tanggal 17 Agustus 1945.Sebagai bangsa yang
besar, kita patut bersyukur betapa nilai-nilai kebangsaan yang diperjuangkan para
perintis kemerdekaan itu, kini telah menjadi acuan utama dalam menyikapi
berbagai perkembangan dan perubahan global berbangsa dan bernegara.
Para peserta upacara yang berbahagia,
Kesadaran kebangsaan yang telah diletakkan oleh pendahulu kita merupakan
refleksi kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika.Nilai-
nilai yang sejalan dengan semangat demokrasi yang mengakui dan menghormati
perbedaan-perbedaan, tetapi tetap mengutamakan persatuan dan kesatuan.Dengan
mengutamakan sikap kebangsaan bangsa Indonesia melahirkan NKRI pada
Proklamasi 17 Agustus 1945.Dikukuhkannya negara berbentuk republik ini
adalah sejalan dengan esensi demokrasi modern.Tetapi demokrasi yang kita
bangun adalah dalam bingkai negara kesatuan.
Semangat pergerakan nasional Budi Utomo juga telah memberikan dorongan
kepada para tokoh pergerakan Indonesia pada zamannya untuk lebih memupuk
semangat kebersamaan dan semangat untuk bersatu.Dorongan ini lahir karena
adanya kesadaran, bahwa sebagai bangsa yang majemuk, nilai-nilai persatuan dan
kesatuan merupakan sendi-sendi kekuatan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Peserta upacara yang berbahagia,
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2005 mengambil tema “Dengan
Jiwa dan Semangat Kebangkitan Nasional Kita Bangun Indonesia Bersatu yang
Demokratis Berbudaya dan Bebas KKN”.Dengan tema ini dimaksudkan, bahwa
kehidupan demokrasi yang dicita-citakan oleh seluruh rakyat dan bangsa
Indonesia adalah kehidupan demokrasi yang memberikan makna bagi
peningkatan kualitas hidup dan kehidupan bangsa. Kehidupan demokrasi yang
kondusif dengan berbagai perkembangan dan perubahan situasi yang terjadi, baik
untuk saat ini dan yang akan datang. Sebuah demokrasi yang sesuai dengan jiwa
dan semangat kebangkitan nasional, demokrasi yang tidak merusak sendi-sendi
persatuan dan kesatuan nasional, dan demokrasi yang tumbuh dan berkembang di
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mengenai hal ini telah kita buktikan bersama, bahwa sejak tahun 1999 kita
telah menyelenggarakan pemilu yang demokratis, yakni dua kali pemilihan
anggota DPR dan lebih-lebih pada pemilu 2004 yang lalu, untuk pertama kalinya
bangsa Indonesia telah menyelenggarakan pemilihan presiden dan wakil presiden
secara langsung yang diikuti kurang lebih 145 juta pemilih dari Sabang hingga
Merauke serta KBRI kita di luar negeri telah berjalan dengan sukses.
Penyelenggaraan pesta demokrasi tersebut telah mendapat pujian dari
masyarakat dunia.Bahkan dijadikan contoh sebagai suatu Negara demokrasi yang
ditandai dengan pendewasaan berdemokrasi, menghargai adanya perbedaan dan
menerima hasil dari persaingan yang sehat serta menciptakan masyarakat yang
lebih toleran.
Para peserta upacara yang berbahagia,
Sementara tantangan yang sedang kita hadapi ke depan adalah suksesi
pemilihan Kepala Daerah secara langsung. Kita semua berharap, semoga
penyelenggaraan Pemilihan Walikota/Wakil Walikota yang akan berlangsung
pada tanggal 27 Juni 2005, dapat berjalan lancar, aman, tertib dan damai,
sehingga Kota Solo benar-benar mempunyai Walikota/Wakil Walikota yang
aspirasi sesuai pilihan masyarakat Kota Solo. Marilah semangat kebangkitan
Nasional kita aplikasikan dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah di Kota
Solo.
Akhirnya dengan segala kebesaranNya, marilah kita senantiasa memohon
kepada Allah SWT, semoga kita semua senantiasa memperoleh kekuatan dalam
menjalankan roda pembangunan bangsa dan mendapat kemudahan dalam meniti
proses perjalanan menuju Indonesia ke depan yang lebih baik, dan khususnya
menjadikan Kota Solo sebagai sebuah kota yang dapat didambakan dan
dibanggakan oleh warga masyarakat Kota Solo.
Sekian, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
2. Kalimat pembuka, isi, penutup
a. Pembukaan
Contoh pembukaan :
Puji syukur senantiasa kita persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas rahmat dan karuniaNya kita dapat mengikuti Upacara Bendera dalam
memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-97 tanggal 20 Mei 2005 dalam
keadaan sehat wal afiat penuh kebahagiaan lahir dan batin.
Pembukaan berisi
• Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
• Ucapan terimakasih kepada yang hadir.
b. Isi
Bagian isi menjelaskan tujuan dan pesan pidato. Kalimat yang digunakan
bersifat menjelaskan dan meberikan pesan kepada pendengar dengan topik
yang sesuai.
Contoh Isi :
Kesadaran kebangsaan yang telah diletakkan oleh pendahulu kita merupakan
refleksi kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai Bhinneka Tunggal
Ika.Nilai-nilai yang sejalan dengan semangat demokrasi yang mengakui dan
menghormati perbedaan-perbedaan, tetapi tetap mengutamakan persatuan dan
kesatuan.Dengan mengutamakan sikap kebangsaan bangsa Indonesia
melahirkan NKRI pada Proklamasi 17 Agustus 1945.Dikukuhkannya negara
berbentuk republik ini adalah sejalan dengan esensi demokrasi modern.Tetapi
demokrasi yang kita bangun adalah dalam bingkai negara kesatuan.
Semangat pergerakan nasional Budi Utomo juga telah memberikan dorongan
kepada para tokoh pergerakan Indonesia pada zamannya untuk lebih memupuk
semangat kebersamaan dan semangat untuk bersatu.Dorongan ini lahir karena
adanya kesadaran, bahwa sebagai bangsa yang majemuk, nilai-nilai persatuan
dan kesatuan merupakan sendi-sendi kekuatan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
c. Penutup
Berisi permohonan maaf dan ucapan terima kasih kepada pendengar.
Contoh Penutup :
Akhirnya dengan segala kebesaranNya, marilah kita senantiasa
memohon kepada Allah SWT, semoga kita semua senantiasa memperoleh
kekuatan dalam menjalankan roda pembangunan bangsa dan mendapat
kemudahan dalam meniti proses perjalanan menuju Indonesia ke depan yang
lebih baik, dan khususnya menjadikan Kota Solo sebagai sebuah kota yang
dapat didambakan dan dibanggakan oleh warga masyarakat Kota Solo.
Sekian, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
3. Syarat-syarat topik
a. Menarik, bagi pembicara sendiri maupun bagi pendengar. Jadi dalam
pembacaan teks pidato, pembicara lebih mudah dalam penyampaian karena
topik yang digunakan sesuai dengan yang dikehendaki dan pendengar ikut
menikmati.
b. Sesuai dengan daya tangkap pendengar, dalam hal ini pembicara harus
menyesuaikan topik dengan pendengar. Semisal pendengarmya adalah
kategori pelajar maka topik yang disampaikan adalah tidak lepas dari usia
pelajar tersebut.
c. Sesuai dengan alokasi waktu yang ada, seorang pembicara harus menggunakan
waktu dengan sebaik-baiknya agar tidak timbul persepsi buruk dari pendengar
yang mulai bosan dengan pidato yang dibacakan.
4. Merinci topik
Merumuskan topik ke dalam ide-ide yang lebih terperinci, agar pembicaraan lebih
jelas sesuai dengan waktu yang tersedia. Maka diperlukan merinci topik, yaitu :
a. Pilihlah materi yang terbaik.
b. Pisahkan materi pokok dengan materi penunjang.
c. Materi yang terlalu banyak tidak akan menghasilkan pidato yang baik.
d. Mengumpulkan bahan. Bahan pidato diperoleh dari surat kabar, buku, atau
majalah.
5. Kerangka teks pidato
a. Pembukaan
Pembuukaan teks pidato harus diawali dengan salam pembuka, ucapan syukur
kepada Tuhan dan ucapan terimakasih pada pendengar setelah itu
menyampaikan tujuan pidato.
Pembukaan berisi
• Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
• Ucapan terimakasih kepada yang hadir.
b. Isi
Bagian isi menjelaskan tujuan dan pesan pidato. Maka dari itu isi harus sesuai
dengan tujuan dan topik yang dibacakan pada bagian pembukaan atau yang
sudah ditentukan sebelumnya.
c. Penutup
Berisi permohonan maaf dan ucapan terima kasih kepada pendengar, saran,
harapan, dan permohonan maaf. Pada penutup biasanya diberikan simpulan
tentang pidato yang dibacakan untuk memperkuat pemahaman pendengar.
6. Penggunaan bahasa dalam teks pidato
Naskah atau teks pidato hendaknya menggunakan bahasa baku dengan
memperhatikan penggunaan kalimat dan pilihan kata yang tepat. Misalnya
menggunakan sapaan Bapak, Ibu, Anda, atau saudara bukan kamu atau
engkau.
Kalimat yang digunakanpun harus mudah dipahami oleh pembicara
sendiri maupun oleh pendengar. Jadi penggunaan istilah harus disesuaikan
oleh pendengar agar tercapai pesan yang terdapat pada teks pidato.
F. Model, Metode dan Pendekatan Pembelajaran
1. Model
Problem Based Learning (selanjutnya baca PBL) merupakan salah satu inovasi
pendidikan. Berdasarkan defenisi dari Wikipedia problem based learning is a
student-centered instructional strategy in which students collaboratively solve
problems and reflect on their experiences. Dari pengertian di atas dijelaskan
bahwa PBL adalah suatu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa,
starategi ini mengkolaborasikan antara pemecahan masalah dan refleksi terhadap
suatu pengalaman.
2. Metode
Metode Diskusi, yaitu suatu cara atau metode penyajian bahan pelajaran
dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok-kelompok
siswa yang mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah atas
suatu masalah.
Metode lain yang bisa digunakan adalah Jigsaw. Metode ini bisa dipadukan
dengan metode diskusi dengan membentuk kelompok-kelompok yang merupakan
strategi dalam metode ini. Teknik yang digunakan adalah dengan menunjuk
kelompok ahli dan kelompok asal dimana kelompok ahli menjadi narasumber
yang ahli dalam membahas topik. Dalam metode ini peran guru adalah
menjelaskan topik diawal pembelajaran, namun yang dibahas hanya sekadar
pengenalan topik.
Kedua metode ini sesuai dengan model yang digunakan karena secara kinerja
metode diskusi dan metode jigsaw ini terdapat didalam model pembelajaran
Problem Based Learning karena sama-sama mengandalkan kelompok untuk
diskusi sehingga mempermudah proses pembelajaran.
3. Pendekatan
Pendekatan bervariasi, menggunakan pendekatan ini karena permasalahan
yang ada pada individu selalu berbeda. Anak didik yang memiliki permasalahan
yang berbeda haruslah melalui banyak atau berbagai pendekatan. Dengan
pendekatan bervariasi ini maka tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru bisa membuat kelompok-
kelompok. Tetapi dalam hal ini, terkadang diperlukan juga pendapat dan kemauan
dari anak didik. Apalagi dengan menggunakan metode diskusi dan jigsaw yang
menempatkan anak didik sebagai pemeran utama dalam pembelajaran dimana
diharapkan mampu menguasai materi, namun tetap dalam pengawasan guru.
Karena saat belajar kelompok, mungkin saja ada siswa yang tidak ikut bergabung
namun lebih menjadi individu, dari masalah itu maka peran guru dalam
mengawasi kegiatan belajar siswa perlu diperketat agar proses belajar mengajar
dikelas dapat berjalan dengan baik dan materi yang dibahas oleh guru dan siswa
dapat diterima dengan baik oleh anak didik.
DAFTAR PUSTAKA
Hariningsih, Dwi, dkk. 2008. Membuka Pintu Jendela Pengetahuan Bahasa Dan
Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Anindyarini, Atikah, dkk. 2008. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Maryati, Sutopo. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia 3. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Yudha Asep. 2008. Berbahasa dan bersastra Indonesia 3. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.