Upload
aris-cf
View
200
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
geofisika tambang
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eksplorasi adalah penyelidikan geologi yang dilakukan untuk
mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas, dan
kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis/kajian
kemungkinan dilakukannya penambangan. Tujuan utama dari kegiatan eksplorasi
geofisika adalah untuk membuat model bawah permukaan bumi dengan
mengandalkan data lapangan yang diukur bisa pada permukaan bumi atau di bawah
permukaan bumi atau bisa juga di atas permukaan bumi dari ketinggian
tertentu. Untuk mencapai tujuan ini, idealnya kegiatan survey atau pengukuran harus
dilakukan secara terus-menerus, berkelanjutan, dan terintegrasi menggunakan
sejumlah ragam metode geofisika.Seringkali -bahkan hampir pasti- terjadi beberapa
kendala akan muncul dan tak bisa dihindari, Seperti kehadiran noise pada data yang
diukur.
Ada juga kendala ketidaklengkapan data atau malah kurang alias tidak cukup.
Namun demikian, dengan analisis data yang paling mungkin, kita berupaya
memperoleh informasi yang relatif valid berdasarkan keterbatasan data yang kita
miliki. Dalam melakukan analisis, sejumlah informasi mengenai kegiatan akuisisi
data juga diperlukan, antara lain: berapakah nilai sampling rate yang optimal? Berapa
jumlah data yang diperlukan? Berapa tingkat akurasi yang diinginkan? Selanjutnya -
masih bagian dari prosesanalisis- model matematika yang cocok mesti ditentukan
yang mana akan berperan ketika menghubungkan antara data lapangan dan distribusi
parameter fisis yang hendak dicari. Setelah proses analisis dilalui, langkah berikutnya
adalah membuat model bawah permukaan yang nantinya akan menjadi modal dasar
1
interpretasi. Ujung dari rangkaian proses ini adalah penentuan lokasi pemboran untuk
mengangkat sumber daya alam bahan tambang/mineral dan oil-gas ke permukaan.
Kesalahan penentuan lokasi berdampak langsung pada kerugian meteril yang besar
dan waktu yang terbuang percuma. Dari sini terlihat betapa pentingnya proses analisis
apalagi bila segala keputusan diambil berdasarkan data eksperimen.
Prinsip-prinsip (konsep) dasar eksplorasi tersebut antara lain :
1. Target eksplorasi
a. Jenis bahan galian (spesifikasi kualitas) dan
b. Pencarian model-model geologi yang sesuai
2. Pemodelan eksplorasi
a. Menggunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target
eksplorasi.
c. Menentukan model geologi lokal berdasarkan keadaan lapangan, dan
d. mendiskripsikan petunjuk-petunjuk geologi yang akan dimanfaatkan, serta
e. Penentuan metode-metode eksplorasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk geologi yang diperoleh.
Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenuhi kaidah-
kaidah dasar ekonomis dan perancangan (desain) yaitu :
a. Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harus sesuai dengan keadaan
geologi endapan yang dicari.
b. Efisien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi, yaitu dengan biaya
serendah-rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.
c. Cost-beneficial ; hasil yang diperoleh dapat dianggunkan (bankable). Model
geologi regional dapat dipelajari melalui salah satu konsep genesa bahan
2
galian yaitu Mendala Metalogenik, yaitu yang berkenaan dengan batuan
sumber atau asosiasi batuan, proses-proses geologi (tektonik, sedimentasi),
serta waktu terbentuknya suatu endapan bahan galian.
Beberapa contoh kegiatan perencanaan eksplorasi :
1. Rencana pemetaan, mencakup ;
a. Perencanaan lintasan,
b. Perencanaan tenaga pendukung, yang didasarkan pada keadaan geologi regional.
2. Rencana survei geofisika dan geokimia, mencakup ;
a. Perencanaan lintasan,
b. Perencanaan jarak/interval pengambilan data (sampling/record data), yang
didasarkan pada keadaan umum model badan bijih.
3. Perencanaan sampling melalui pembuatan paritan uji, sumuran uji, pemboran
eksplorasi, yang mencakup :
Jumlah paritan uji, sumuran uji, titik pemboran eksplorasi,
Interval/spasi antar paritan (lokasi),
Kedalaman/panjang sumuran/paritan, kedalaman lubang bor,
Keamanan (kerja dan lingkungan),
Interval/metode sampling, dan
Tenaga kerja
Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam
eksplorasi endapan bahan galian.Metoda ini tergolong kepada metoda tidak langsung,
dan sering digunakan pada tahapan eksplorasi pendahuluan (reconnaissance),
mendahului kegiatan-kegiatan eksplorasi intensif lainnya. Adapun tahapan-tahapan
pekerjaan yang umum digunakan dalam metoda geofisika adalah :
3
1. Survei pendahuluan (penentuan lintasan)
2. Pemancangan (penandataan titik-titik ukur) dalam areal target
3. Pengukuran lapangan
4. Pembuatan peta-peta geofisika
5. Penarikan garis-garis isoanomali
6. Penggambaran profile
7. Interpretasi anomaly
1.2 Maksud dan Tujuan
a. Untuk memenuhi tugas geofisika tambang
b. Untuk sebagai acuan dalam mengenal metode-metode yang digunakan
dalam ekplorasi bahan galian.
4
BAB II
TAHAP-TAHAP DALAM EKPLORASI
2.1 Survei Tinjau,
yaitu kegiatan eksplorasi awal terdiri dari pemetaan geologi regional,
pemotretan udara, pengambilan citra satelit dan metode survei tidak langsung lainnya
untuk mengedintifikasi daerah-daerah anomial atau meneraliasasi yang prospektif
untuk diselidiki lebih lanjut.
Sasaran utama dari peninjauan ini adalah mengedintifikasi derah-daerah
mineralisasi/ cebakan skala regional terutama hasil studi geologi regional dan analisis
pengindraan jarak jauh (remote sensing) untuk dilakukannya pekerjaan pemboran.
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap kegiatan ini adalah pemetaan geologi dengan
skala 1 : 25.000 sampai skala 1 : 10.000.
Penyelidikan geologi yang berkaitan dengan aspek-aspek geologi diantaranya:
pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pada penyelidikan geologi dilakukan pemetaan
geologi yaitu dengan melakukan pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan
dengan aspek geologi di lapangan. Adapun pengamatan yang dilakukan meliputi:
Jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan
pengambilan conto berupa batuan terpilih. Disamping itu juga dilakukan pembuatan
Sumur Uji, Survei Geofisika dengan Induced Polarization (IP) yang lebih dikenal
dengan survey geolistrik atau aeromagnetic survey, yaitu survei dari udara
menggunakan pesawat terbang (helicopter atau fixed wing) yang dilengkapi dengan
perekam magnetic. Hasil dari Survei Tinjau ini berupa sumber daya emas hipotetik
sampai tereka.
5
2.2 Prospeksi Umum,
dilakukan untuk mempersempit dearah yang mengandung cebakan mineral
yang potensial.Kegiatan Penyelidikan dilakukan dengan cara pemetaan geologi dan
pengambilan conto awal, misalnya puritan dan pemboran yang terbatas, studi
geokimia dan geofisika, yang tujuanya untuk mengidentifikasi besaran Sumber Daya
Mineral yang perkiraan dan kualitasnya dihitung berdasarkan hasil analisis kegiatan
di atas.
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap Survei Tinjau. Cakupan derah
yang diselidikii lebih kecil dengan skala peta antara 1 : 50.000 sampai dengan 1 :
25.000. Data yang didapat meliputi morfologi (topografi) dan kondisi geologi (jenis
batuan/stratigrafi dan struktur geologi yang berkembang). Pengambilan contoh pada
derah prospek berdasarkan alterasi dan mineralisasi dilakukan secara sistematis dan
terperinci untuk analisa di laboratorium, sehingga dapat diketahui kadar/kualitas
cebakan mineral suatu daerah yang akan dieksplorasi.
2.3 Eksplorasi awal,
yaitu deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi.
2.4 Exsplorasi rinci,
yaitu tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam tiga dimensi
terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari dari percontohan singkapan,
paritan, dan lubang bor.
Pada dasarnya pekerjaan yang dilakukan pada tahapan eksplorasi adalah:
Pemetaan geologi dan topografi skala 1 : 5.000 sampai 1 : 1.000.
Pengambilan conto dan analisis conto.
6
Penyelidikan geofisika, yaitu penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan,
untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan serta geometri cebakan
mineral. Pada survei ini dilakukan pengukuran topografi, IP, Geomagnit, dan
Geolistrik.
Pemboran Inti.
Hasilnya berupa jumlah perhitungan sumberdaya bijih emas terunjuk dan
terukur.
7
BAB III
METODE-METODE GEOFISIKA
3.1 Metode Geolistrik
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi.
Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang
terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Ada beberapa
macam metoda geolistrik, antara lain : metode potensial diri, arus telluric,
magnetoteluric, elektromagnetik, IP (Induced Polarization), resistivitas (tahanan
jenis) dan lain-lain. Dalam bahasan ini dibahas khusus metode geolistrik tahanan
jenis. Pada metode geolistrik tahanan jenis ini, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi
melalui dua elektroda arus.Kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua
elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak
elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis
masing-masing lapisan di bawah titik ukur (sounding point). Metoda ini lebih efektif
jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi
lapisan di kedalaman lebih dari 1000 feet atau 1500 feet. Oleh karena itu metode ini
jarang digunakan untuk eksplorasi munyak tetapi lebih banyak digunakan dalam
bidang engineering geology seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian
reservoar air, juga digunakan dalam eksplorasi geothermal.
8
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus, dikenal beberapa
jenis metode resistivitas tahanan jenis, antara lain :
a. Konfigurasi Schlumberger
b. Konfigurasi Wenner
c. Konfigurasi Dipole-dipole
d. Konfigurasi Pole-dipole
e. Konfigurasi pole-pole
3.2 Metode Seismik
Eksplorasi seismik merupakan kegiatan yang meliputi tiga tahapan, yaitu
pengambilan data (data aquisition), pengolahan data (data processing) dan
interpretasi data seismik (data interpretation). Pada tahap akuisisi akan sangat
berpengaruh terhadap kualitas data yang didapatkan. Oleh karena itu perlu
diperhatikan beberapa parameter-parameter lapangan sehingga dalam pelaksanaannya
akan diperoleh informasi target sedetail mungkin dengan noise yang serendah
mungkin (S/N ratio tinggi). Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data
seismik untuk menghasilkan penampang seismik dengan S/N ratio yang tinggi tanpa
mengubah kenampakan - kenampakan refleksi dengan kata lain meredam noise dan
memperkuat sinyal (Sismanto,1996). Tahapan akhir adalah menginterpretasikan
9
penampang seismik dari hasil pengolahan data untuk memperkirakan keberadaan ada
tidaknya hidrokarbon yang dikaitkan dengan kenampakan geologi yang ada. Dan
hasil akhir dari interpretasi adalah lokalisasi daerah-daerah prospek hidrokarbon dan
proposal titik pemboran baik untuk eksplorasi maupun sumur-sumur development.
Di dalam eksplorasi seismik dikenal 2 macam metode, yaitu : metode seismik
pantul (refleksi) dan metode seismik bias (refraksi). Seismik refleksi adalah metoda
geofisika dengan menggunakan gelombang elastis yang dipancarkan oleh suatu
sumber getar yang biasanya berupa ledakan dinamit (pada umumnya digunakan di
darat, sedangkan di laut menggunakan sumber getar (sumber getar berupa air gun,
boomer atau sparker).
Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi, seismik refleksi lebih lazim
digunakan dari pada seismik refraksi. Hal tersebut disebabkan karena seismik refleksi
mempunyai kelebihan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan baik
mengenai keadaan struktur bawah permukaan. Selain itu, seismic refleksi
menghasilkan penetrasi yang lebih dalam dari pada seismik refraksi sehingga akan
memberikan informasi yang lebih perlapisan batuan.
Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu eksplorasi
prospek dangkal dan eksplorasi prospek dalam. Eksplorasi seismik dangkal (shallow
seismic reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan
tambang lainnya. Sedangkan seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah
prospek hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Kedua kelompok ini tentu saja
menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda begitu pula dengan teknik lapangannya.
Secara umum, metode seismik refleksi terbagi atas tiga bagian penting yaitu
pertama adalah akuisisi data seismik yang merupakan kegiatan untuk memperoleh
data dari lapangan yang disurvei, kedua adalah pemrosesan data seismik sehingga
dihasilkan penampang seismik yang mewakili daerah bawah permukaan yang siap
untuk diinterpretasikan, dan yang ketiga adalah interpretasi data seismik untuk
10
memperkirakan keadaan geologi di bawah permukaan dan bahkan juga untuk
memperkirakan material batuan di bawah permukaan.
A. Macam metode seismic
1. Seismic Refraksi
Metode seismic refraksi mengukur gelombang datang yang dipantulkan
sepanjang formasi geologi di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi umumnya
terjadi pada muka air tanah dan bagian paling atas formasi bantalan batuan cadas.
Grafik waktu datang gelombang pertama seismic pada masing-masing geofon
memberikan informasi mengenai kedalaman dan lokasi dari horizon-horison geologi
ini. Informasi ini kemudian digambarkan dalam suatu penampang silang untuk
menunjukkan kedalaman dari muka air tanah dan lapisan pertama dari bantalan
batuan cadas.
2. Seismic Refleksi
Metode seismic refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls suara
untuk melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-bats formasi geologi dan
kembali ke permukaan tanah pada suatu geophone. Refleksi dari suatu horizon
geologi mirip dengan gema pada suatu muka tebing atau jurang. Metode seismic
repleksi banyak dimamfaatkan untuk keperluan ekplorasi perminyakan, penentuan
sumber gempa atau mendeteksi struktur lapisan tanah.
Seismic refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang dari batas-
batas formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi ats beberapa jenis
gelombang yakni Gelombang P, Gelombang S dan Gelombang Stoneley dan
Gelombang Love.
3.3 Metode Elektromagnetik VLF (Very Low Frequency)
Salah satu metode yang banyak digunakan dalam prospeksi geofisika adalah
metode elektromagnetik. Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk
11
eksplorasi benda-benda konduktif. Perubahan komponen-komponen medan akibat
variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawah permukaan.
Medan elektromagnetik yang digunakan dapat diperoleh dengan sengaja
membangkitkan medan elektromagnetik di sekitar daerah observasi, pengukuran
semacam ini disebut teknik pengukuran aktif. Contoh metode ini adalah Turam
elektromagnetik. Metode ini kurang praktis dan daerah observasi dibatasi oleh
besarnya sumber yang dibuat. Teknik pengukuran lain adalah teknik pengukuran
pasif, teknik ini memanfaatkan medan elektromagnetik yang berasal dari sumber
yang tidak secara sengaja dibangkitkan di sekitar daerah pengamatan. Gelombang
elektromagnetik seperti ini berasal dari alam dan dari pemancar frekuensi rendah (15-
30 Khz) yang digunakan untuk kepentingan navigasi kapal selam. Teknik ini lebih
praktis dan mempunyai jangkauan daerah pengamatan yang luas.
3.4 Metode Gravitasi ( Gaya Berat)
Metode gravitasi merupakan metode geofisika yang didasarkan pada
pengukuran variasi medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan dipermukaan
bumi, di kapal mau pun diudara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi
medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah permukaan sehingga
dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari suatu
titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Metode gravitasi umumnya digunakan
dalam eksplorasi jebakan minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga banyak
dipakai dalam eksplorasi mineral dan lainnya. Prinsip pada metode ini mempunyai
kemampuan dalam membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan
sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui.
Pengetahuan tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan
langkah-langkah eksplorasi baik minyak maupun meneral lainnya.
12
Metode gaya berat (gravitasi) adalah salah satu metode geofisika yang
didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di
permukaan bumi, di kapal maupun di udara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah
variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah permukaan
sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi
dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Metode gravitasi umumnya
digunakan dalam eksplorasi jebakan minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga
banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lainnya.
Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan dalam membedakan rapat
massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur
bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur bawah permukaan
ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi baik minyak maupun
mineral lainnya. Untuk menggunakan metode ini dibutuhkan minimal dua alat
gravitasi, alat gravitasi yang pertama berada di base sebagai alat yang digunakan
untuk mengukur pasang surut gravitasi, alat yang kedua dibawa pergi ke setiap titik
pada stasiun mencatat perubahan gravitasi yang ada. Biasanya dalam pengerjaan
pengukuran gravitasi ini, dilakukan secara looping.
Hukum Gravitasi Newton
Pada dasarnya gravitasi adalah gaya tarik menarik antara dua benda yang memiliki
rapat massa yang berbeda, hal ini dapat diekspresikan oleh rumus hukum Newton
sederhana sebagai berikut:
13
Dengan menggunakan rumus dasar inilah maka survey geofisika metode
gravitasi dapat dilakukan, namun seperti halnya metode geofisika lainnya, tentu saja
metode ini memiliki koreksi. Koreksi dalam metode gaya berat adalah sebagai berikut
a. Koreksi baca alat/skala
Koreksi baca alat adalah koreksi yang dilakukan apabila terjadi kesalahan
dalam pembacaaan alat gravitasi yang digunakan. Rumus umum dalam pembacaan
alat dapat ditulis sebagai berikut :
Read (mGal) = ((Read (scale)-Interval) x Counter Reading) + Value in mGal
b. Koreksi pasang surut (tidal)
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh gravitasi benda-benda
di luar bumi seperti bulan dan matahari, yang berubah terhadap lintang dan waktu.
Untuk mendapatkan nilai pasang surut ini maka, dilihatlah perbedaan nilai gravitasi
stasiun dari waktu ke waktu terhadap base. Gravitasi terkoreksi tidal dapat ditulis
sebagai berikut :
14
dimana:
c. Koreksi apungan (drift)
Koreksi apungan akibat adanya perbedaan pembacaan gravity dari stasiun
yang sama pada waktu yang berbeda, yang disebabkan karena adanya guncangan
pegas alat gravimeter selama proses transportasi dari suatu stasiun ke stasiun lainnya.
dimana :
Sehingga dapat dikatakan bahwa gravitasi terkoreksi drift (g std) adalah :
dimana:
g std (n) = gravitasi terkoreksi drift pada stasiun ke – n
g st(n)= gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun ke – n
15
d. Koreksi lintang
Koreksi ini dilakukan karena bentuk bumi yang tidak sepenuhnya bulat
sempurna, tetapi pepat pada daerah ekuator dan juga karena rotasi bumi. Hal tersebut
membuat ada perbedaan nilai gravitasi karena pengaruh lintang yang ada di bumi.
Secara umum gravitasi terkoreksi lintang dapat ditulis sebagai berikut :
dimana :
e, Koreksi udara bebas (Free Air Correction)
Koreksi ini dilakukan untuk mengkompensasi ketinggian antara titik pengamatan dan
datum (mean sea level). Koreksi ini dapat ditulis sebagai berikut :
dimana :
f. Koreksi Bouguer
16
Koreksi bouger dilakukan untuk mengkompensasi pengaruh massa batuan
terdapat antara stasiun pengukuran dan (mean sea level) yang diabaikan pada koreksi
udara bebas. Koreksi ini dapat ditulis sebagai berikut :
g. Koreksi medan (Terrain Correction)
Koreksi medan mengakomodir ketidakteraturan pada topografi sekitar titik
pengukuran. Pada saat pengukuran, elevasi topografi di sekitar titik pengukuran,
biasanya dalam radius dalam dan luar, diukur elevasinya. Sehingga koreksi ini dapat
ditulis sebagai berikut :
17
3.5 Metode Magnetik
Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-olah ada
suatu barang magnet raksasa yang membujur sejajar dengan poros bumi. Teori
modern saat ini mengatakan bahwa medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik
yang mengalir pada inti bumi. Setiap batang magnet yang digantung secara bebas di
muka bumi. Di setiap titik permukaan bumi medan magnet ini memiliki dua sifat
utama yang penting di dalam eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.
Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah lazim,
sedang intensitas dinyatakan dalam apa yang disebut gamma. Medan magnet bumi
secara normal memiliki intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada
permukaan bumi. Bijih yang mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek
langsung pada peralatan, sehingga dengan segera dapat diketahui.
Metoda eksplorasi dengan magneti sangat berguna dalam pencarian sasaran
eksplorasi sebagai berikut :
- Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai
- Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
- Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai
mineral ikutan
- Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit dalam
jumlah cukup
- Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku yang
mengandung mineral magnetik.
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa
dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan
magnet jauh lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara
18
keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut
anomali magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen
magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran
batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap : akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari
beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik
pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data
pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik terdiri
atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi lainnya.
Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan menggunakan
software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang
diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan
sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari
suseptibilitas magnetik masing-masing batuan. Harga suseptibilitas ini sangat penting
di dalam pencarian benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral
atau mineral logam. Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral
magnetik pada batuan semakin banyak.
Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan
interval antar titik ukur 10 m dan jarak lintasan 40 m. Batuan dengan kandungan
mineral-mineral tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet
yang dimunculkan sebagai anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi pada
medan magnetik yang diakibatkan oleh material magnetik kerak bumi atau mungkin
juga bagian atas mantel.
Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga metode
gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga
keduanya sering disebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari segi
19
besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam
magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor magnetisasi,
sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi.
Data pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat residual kompleks. Dengan
demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu lebih besar. Pengukuran
intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode
magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi,
dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospek benda-benda
arkeologi.
a. Medan Magnet Bumi
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen
medan magnet bumi (gambar I), yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang
dihitung dari utara menuju timur
Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang
dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang
horizontal.
Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.
20
Gambar I. Tiga Elemen medan magnet bumi
Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-
nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International
Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-
nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan
sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun.
Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :
1. Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran
dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106
km2..
2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil
ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena
21
sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan
terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field).
Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet
seperti magnetite (Fe7 S8 ), titanomagnetite (Fe2T iO4 ) dan lain-lain yang berada di
kerak bumi.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah
variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis
besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan
magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap
magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan
dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati.
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik
remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan
magnet induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam
survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan
magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976), sehingga
dalam pengukuran medan magnet berlaku :
HT=HM +H L+H A
dengan : HT : medan magnet total bumi
H M : medan magnet utama bumi
H L : medan magnet luar
22
H A : medan magnet anomali
b. Metode Pengukuran Data Geomagnetik
Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang
digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat
medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission
Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik
total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalah Global
Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur posisi titik
pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam
penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal
satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu
oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei
magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :
a. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet
bumi.
b. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran
pada saat survei magnetik di lokasi
c. Sarana transportasi
d. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
e. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-
lain.
Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan
peralatan PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat selama
proses pengukuran adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi cuaca
dan lingkungan.
23
Tabel 2. Contoh form untuk mencatat data hasil pengukuran
No Stasiun
Pengukuran
Waktu Posisi Geografis Kuat
Medan
Keadaan
LokasiTgl. Jam Bujur Lintang Tinggi
1
2
…
Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah
menentukan base station dan membuat station - station pengukuran (usahakan
membentuk grid - grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi
pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di station - station
pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan pengukuran
variasi harian di base station.
c. Pengaksesan Data IGRF
IGRF singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field.
Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF
merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk nilai
yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan magnetik di
permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei
geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya. Koreksi
nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan karena nilai
yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik (ΔHr0).
Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik
total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran. Meskipun
nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai
sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan
pemodelan dan interpretasi.
24
d. Pengolahan Data Geomagnetik
Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap
titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF dan
topografi.
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan
magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu
hari.
Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu
pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang
akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan
dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu
terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian
bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan
dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari
tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan
medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai
medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan
magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan
dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang
telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai.
Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut :
25
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0
Dimana H0 = IGRF
3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik
sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai aturan
yang jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan
membangun suatu model topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma
segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas
magnetik (k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat,
menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya
persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska
sebagai
ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 - ΔHtop
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang terukur
dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi. Untuk
mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar dalam
pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka data
anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis
kontur yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang
diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.
e. Reduksi ke Bidang Datar
Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data magnetik, maka
data anomali medan magnetik total yang masih tersebar di topografi harus direduksi
atau dibawa ke bidang datar. Proses transformasi ini mutlak dilakukan, karena proses
26
pengolahan data berikutnya mensyaratkan input anomali medan magnetik yang
terdistribusi pada biang datar.
Beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali medan magnetik ke
bidang datar, antara lain : teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan
ekivalen (equivalent layer) dan pendekatan deret Taylor (Taylor series
approximaion), dimana setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely,
1995).
f. Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses
transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya
yang lebih tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini dapat berfungsi
sebagai filter tapis rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu mereduksi efek
magnetik lokal yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di
permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses pengangkatan tidak
boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang
bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang menjadi target survei
magnetik ini.
g. Koreksi Efek Regional
Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target
survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang
berasal dari sumber yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali
magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk
menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka
dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek anomali
magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik hasil pengukuran.
27
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh anomali regional
adalah pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian tertentu, dimana
peta kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami
perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.
h. Interpretasi Data Geomagnetk
Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu
interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola
kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda
termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola
anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi
setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi, yang
dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan
kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis. Untuk
melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu dengan
lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran
yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran. Beberapa pemodelan yang biasa
digunakan yaitu pemodelan dua setengah dimensi dan pemodelan tiga dimensi.
3.6 Metode Polarisasi Induksi
Metode geofisika yang biasanya digunakan untuk eksplorasi mineral logam
adalah Metode Induksi Polarisasi. Pada prinsipnya metode IP merupakan suatu
metode yang mendeteksi terjadinya polarisasi listrik pada permukaan mineral-mineral
logam di bawah permukaan bumi. Metode ini dapat mendeteksi adanya anomali
resistivitas meski dalam jumlah yang sangat kecil, yang tidak terdeteksi oleh metode
lain. Biasanya konfigurasi yang tepat untuk pengukuran ini adalah dipole-dipole
28
karena dapat memberikan hasil variasi tahanan jenis dan chargeability-nya ke arah
vertikal dan horizontal.
Metode polarisasi terimbas (IP) merupakan salah satu dari metode geolistrik
yang didasarkan oleh konsep kelistrikan pada masalah kebumian. Akan tetapi metode
ini juga memiliki kaitan yang erat terhadap metode tahanan jenis karena pada
hakekatnya metode IP adalah pengembangan lebih lanjut dari metode tahanan jenis
yang mampu memberikan informasi tambahan ketika tidak ditemukan kontras
tahanan jenis yang memadai.
Aliran listrik pada suatu formasi batuan terjadi terutama karena adanya fluida
elektrolit pada pori-pori atau rekahan batuan. Oleh karena itu resistivitas suatu
formasi batuan bergantung pada porositas batuan serta jenis fluida pengisi pori-pori
batuan tersebut. Batuan poros yang berisi air atau air asin tentu lebih konduktif
(resistivitas-nya rendah) dibanding batuan yg sama yg pori-porinya hanya berisi
udara (kosong).
Temperatur tinggi akan lebih menurunkan resitivitas batuan secara keseluruhan
karena meningkatnya mobilitas ion-ion penghantar muatan listrik pada fluida yg
bersifat elektrolit.
Resistivitas
Hukum Ohm pada rangkaian listrik sederhana (gambar 1) menyatakan bahwa
arus listrik I yang mengalir pada suatu silinder berbanding langsung dengan luas
penampang A, berbanding lurus dengan beda potensial ΔV yang terjadi pada ujung-
ujung silinder dan berbanding terbalik dengan panjang silinder L.
29
Gambar I
Arus listrik merata dan sejajar dalam sebuah silinder oleh beda potensial antara kedua
ujungnya.
dimana σ adalah daya hantar jenis bahan atau silinder, sehingga jika
parameter yang digunakan adalah resistivitas dari silinder ρ, maka persamaan di atas
akan menjadi :
Resistivitas adalah kuantitas yang dapat mengkarakterisasi sifat kelistrikan
material karena hanya bergantung pada jenis atau bagan material. Resistivitas juga
sering disebut sebagai hambatan-jenis dimana resistivitas menyatakan derajat
kemudahan atau kesulitan suatu mineral atau bahan dalam mengantarkan listrik,
sehingga berdasarkan persamaan (2) dimana arus yang mengalir dalam sebuah
silinder maka resistivitas silinder dapat ditentukan dengan persamaan:
30
Resistivitas suatu medium atau bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara
lain:
- Kandungan air atau fluida
- Salinitas atau kandungan garam
- Temperatur
- Porositas
- Kandungan lempung
- Kandungan logam
Resistivitas batuan secara garis besar dapat dihubungkan dengan hukum
Archie, dimana resistivtas dalam suatu akuifer yang jenuh tanpa kehadiran mineral
lempung, dengan persamaan:
dimana ρr adalah resistivitas batuan, ρw resistivitas air, a adalah koifisien
saturasi, m adalah faktor sementasi dan adalah porositas fraksional.
Macam-macam polarisasi
Polarsisasi Elektroda
Gambar III.2 menggambarkan pergerakan ion-ion ketika kedua sisinya
dialirkan arus. Pada bagian A menggambarkan arus yang mengalir pada seluruh
ruang pori-pori yang terisi larutan tanpa adanya sumbatan butiran mineral. Terlihat
31
ion-ion positif dan negatif menyebar berdasar arus yang melewatinya, dimana
elektrolit positif (+) mengalir searah dengan arah arus sedangkan elektrolit negatif (-)
mengalir berlawanan dengan arah arus. Sedangkan pada bagian B menggambarkan
mineral logam yang mempunyai jaring pembatas yang saling berlawanan. Peristiwa
ini dinamakan elektrolisis dimana ketika arus mengalir dan sebuah elektron berpindah
tempat di antara logam dan larutan ion-ion pada bidang batas, dalam proses
kimiafisika efek tersebut dinamakan polarisasi elektroda atau electrode polarization.
Efek polarisasi membran
Polarisasi membran sering terjadi pada mineral lempung yang mana
mempunyai pori-pori yang kecil, selain itu polarisasi membran juga terjadi karena
adanya kontak permukaan antara mineral lempung dengan air dalam medium.
Karakteristik mineral lempung adalah memiliki muatan negatif murni yang cukup
besar di permukaan sehingga menyebabkan berkumpulnya awan ion positif disekitar
permukaan mineral lempung dan meluas pada larutan gambar III.3
32
Penumpukan muatan ini akan menghambat jalannya arus listrik yang
melaluinya sehingga terjadilah hambatan di sepanjang pori-pori batuan yang
mengandung mineral. Dengan terbentuknya hambatan-hambatan yang berupa
membran-membran, maka mobilitas ion akan berkurang sehingga terbentuklah
gradient konsentrasi ion-ion yang berlawanan dengan arus listrik yang melaluinya.
Dimana gejala tersebut disebabkan oleh polarisasi membran.
33
BAB IV
EKPLORASI EMAS PRIMER MENGGUNAKAN
POLARISASI INDUKSI
Emas merupakan salah satu bahan galian logam yang bernilai
tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Logam ini juga
merupakan logam pertama yang ditambang karena sering dijumpai
dalam bentuk logam murni. Bahan galian ini sering dikelompokkan
ke dalam logam mulia (precious metal). Penggunaan emas telah
dimulai lebih dari 5000 tahun yang lalu oleh bangsa Mesir. Emas
digunakan untuk uang logam dan merupakan suatu standar untuk
sistem keuangan di beberapa negara. Di samping itu emas juga
digunakan secara besar-besaran pada industri barang perhiasan.
Ada tiga hal penting dalam membahas pembentukan emas, yaitu
1. suatu reservoar yang mengandung emas meskipun dalam kadar
yang tidak begitu besar
2. larutan airpanas yang dapat membawa emas ke tempat
penjebakan
3. tempat penjebakan
Emas dapat dijumpai dalam jumlah cukup besar pada inti
bumi dan batuan-batuan yang berukuran halus, seperti lempung
hitam. Dua hal ini merupakan reservoar potensial dari logam emas
ini
34
Emas murni sangat mudah larut dalam KCN, NaCN, dan Hg
(air raksa). Sehingga emas dapat diambil dari mineral pengikatnya
melalui amalgamasi (Hg) atau dengan menggunakan larutan
sianida (biasanya NaCN) dengan karbon aktif. Di antara kedua
metode ini, metode amalgamasi paling mudah dilakukan dan
tentunya dengan biaya yang relatif rendah. Hanya dengan modal
air raksa dan alat pembakar, emas dengan mudah dapat diambil
dari pengikatnya. Metode ini umumnya dipakai oleh penduduk lokal
untuk mengambil emas dari batuan pembawanya
Kecenderungan terdapatnya emas terdapat pada zona epithermal atau disebut
zona alterasi hidrothermal. Zona alterasi hidrotermal merupakan suatu zona dimana
air yang berasal dari magma atau disebut air magmatik bergerak naik kepermukaan
bumi. Celah dari hasil aktivitas Gunungapi menyebabkan air magmatik yang
bertekanan tinggi naik ke permukaan bumi. Saat air magmatik yang yang berwujud
uap mencapai permukaan bumi terjadi kontak dengan air meteorik yang
menyebabkan larutan ion tio kompleks, ion sulfida, dan ion klorida yang membawa
emas terendapkan. Air meteorik biasanya menempati zona-zona retakan-retakan
batuan beku yang mengalami proses alterasi akibat pemanasan oleh air magmatik.
Seiring dengan makin bertambahnya endapan dalam retakan-retakan tersebut,
semakin lama retakan-retakan tersebut tertutup oleh akumulasi endapan dari logam-
logam yang mengandung ion-ion kompleks yang mengandung emas. Zona alterasi
yang potensial mengandung emas dapat diidentifikasi dengan melihat lapisan pirit
atau tembaga pada suatu reservoar yang tersusun atas batuan intrusif misalnya granit
atau diorit.
Respon emas terhadap IP dan resistivity sangat beragam dan cukup sulit
diidentifikasi dimana tidak setiap vein atau retakan bekas hidrotermal mengandung
emas. Berdasarkan hasil IP dan resistivity atau magnetotelurik suatu vein dapat
35
diidentifikasi mengandung emas dengan melihat pada nilai true_R atau tahanan
sebenarnya yang sangat kecil, namun perlu diperhatikan bahwa tidak setiap nilai
resistivity yang rendah dari suatu vein dipengaruhi oleh emas karena selain emas juga
ikut terendapkan mineral pirit dan tembaga yang juga memiliki nilai tahanan jenis
yang rendah.
Korelasi data IP dan resistivity dengan data geokimia suatu zona alterasi
sangat penting dimana melalui data geokimia kita dapat menentukan mineral apakah
yang dominan mengontrol rendahnya nilai resistivitas apakah emas, tembaga, atau
pirit. Sehingga kita dapat mengetahui mineral apa yang dominan terendapkan pada
suatu vein.
Berdasarkan hasil dari IP dan resistivity sebaiknya
dikorelasikan lagi dengan data bor lokasi penelitian. Korelasi ini
sangat penting karena metode geolistrik (IP dan resistivity) adalah
proses awal atau suatu proses perabaan yang merupakan dugaan
sementara. Korelasi dari data bor tadi akan meminimalkan error
yang ada.
Dalam proses analisis geolistrik sebaiknya berhati-hati
dengan water table yang akan menurunkan nilai resistivitas apalagi
jika daerah tersebut merupakan suatu zona basah seperti adanya
sungai dalam zona argilic nilai resistivitas akan bernilai rendah hal
ini akan disebabkan karena adanya ion-ion yang terikat dalam zona
alterasi argilic.
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam ekplorasi bahan galian ada beberapa metode geofisika yang dapat
digunakan untuk mendeteksi atau mengetahui bahan galian yang terdapat dibawah
permukaan bumi. Dalam ekplorasi emas metode yang dapat digunakan adalah
metode induksi polarisasi karena metode ini dapat mendeteksi emas.
metode-metode geofisika dalam ekplorasi adalah
a. Metode geolistrik
b. Metode seismic
c. Metode electromagnetic VLF
d. Metode Gravitasi
e. Metode magnetic
f. Metode polarisasi induksi
37
38